Penyusun :
Anisa Fitriana 201901007
Arifta Roisatul J 201901008
Deffy Hanif 201901009
Della Safitri 201901010
Desnita Syakina R 201901011
Dewi Maharani 201901012
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
Pendahuluan................................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................. 2
URAIAN MATERI........................................................................................
A. Anatomi Payudara.................................................................................. 3
B. Cara menyusui dan teknik menyusui.................................................... 7
..................................................................................................................
C. Langkah-langkah menyusui yang benar............................................ 12
D. Lama dan frekuensi menyusui........................................................... 14
E. Tanda bayi mendapatkan asi dalam jumlah cukup............................. 14
F. Fisiologi pengeluaran ASI ekslusif.................................................... 15
G. Perbedaan ASI dengan susu formula....................................................... 13
H. Cara menyimpan ASI yang benar............................................................ 20
I. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif............................... 20
J. Dukungan bidan dalam pemberian ASI................................................... 24
Kesimpulan.................................................................................................... 11
Saran............................................................................................................... 1
Daftar Pustaka................................................................................................ 40
iii
PENDAHULUAN
B. Kegunaan/Manfaat Materi
Dengan adanya mata kuliah asuhan kebidanan Pasca Persalinan dan
Menyusui diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dan lebih
profesional dalam memberikan dan menerapkan asuhan kebidanan masa nifas
normal.
1
E. Tujuan Pembelajaran
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajarai ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada
bayi selama enam bulan. Materi kuliah ini memberikan kemampuan kepada
mahasiwa untuk memberikan asuhan kebidanan masa nifas tentang cara
merawat payudara, cara menyusui yang benar.
2
URAIAN MATERI
A. ANATOMI PAYUDARA
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
18
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah
sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara.
ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
18
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).
A. puting 1
B. puting 2
18
Gambar . Bentuk puting susu pendek
C. Puting 3
18
D. Puting 4
18
dipengaruhi oleh ketepatan dalam proses menyusui. 4 Salah satu kunci
keberhasilan menyusui yaitu perlekatan yang tepat antara bayi dengan payudara
ibu, sehingga bayi dapat menghisap secara optimal. Bayi menyusu dari
payudara, bukan dari puting.
a. Persiapan memperlancar ASI :
1) Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga
epitel yang lepas tidak menumpuk.
2) Putting susu ditarik-tarik setiap mand, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3) Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu
atau dengan jalan operasi.
1) Teknik menyusui yang benar yaitu :
Tubuh bayi diarahkan ke tubuh ibu, sehingga bayi menempel pada
payudara pada sudut yang sama ketika payudara mengarah
kepadanya.
2) Bayi dipegang dengan 1 lengan, dengan kepala berada pada siku
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu sehingga posisi
lehernya agak terendah
3) Perut bayi menempel ke perut ibu.
4) Merangsang bayi membuka mulut dengan mendekatkan puting
sehingga bayi menggerakkan mulut kearah puting. Ketika bayi telah
membuka mulutnya lebar, segera menempelkan payuda pada mulut
bayi (bibir bawah bayi diarahkan sejauh mungkin dari pangkal
puting). Hal tersebut memungkinkan bayi menarik jaringan
payudara dan puting ke dalam mulutnya dengan lidahnya, sehingga
bayi akan menutup rapat payudara dan puting (sinus laktoferus
berada dalam mulut bayi). Kontak puting dengan palatum durum
memicu refleks menghisap. Pada posisi mulut dan lidah tersebut,
lidah akan membuat siklus ritmik penekanan payudara sehingga
18
ASI dapat dipindahkan dari kelenjar (dari sinus laktoferus ke mulut
bayi).
Posisi menyusu tidak harus dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi
menyusui dapat disesuiakna dengan kenyamanan serta kondisi lain baik dari ibu
maupun bayi
a. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
18
c. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
d. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu
pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi
kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui .
18
menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
18
i. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah
18
k. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan
18
merupakan metode yang berguna dalam meningkatkan posisi dan perlekatan
bayi ketika menyusui.
a. Posisi yang dinilai yaitu:
1) Leher dan tubuh Bayi lurus (leher tidak menkuk)
2) Tubuh bayi dekat dengan ibu
3) Tubuh bayi menghadap ibu
4) Ibu menopang bayi dengan kedua tangan
b. Perlekatan antara bayi dan ibu yang dinilai yaitu
1) Dagu bayi menyentuh payudara ibu
2) Mulut bayi terbuka secara luas
18
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka
produksi hormon esterogen dan progesteron ber-kurang. Pada hari kedua atau
ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun drastis
sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat
bayi mulai menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu menyebabkan
prolaktin dikeluarkan dari hipofise sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi.
1. Refleks prolaktin
Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hipofise
bagian depan untuk mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran darah
yang menye-babkan sel kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi
menghisap semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofise. Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel kelenjar.
Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang,
mekanisme ini disebut supply and demand.
2. Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian
belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini
menyebabkan sel – sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli
berkon-traksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan
puting. Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk
pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (pembengkakan
payudara), tetapi sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI.
18
persalinan. Let down reflex dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa
sakit dan kurang percaya diri.
18
OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak
menderita penyakit koroner usia muda.
4) Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai
sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang
pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5) Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang
menyusui jarang kekurangan zat besi.
6) Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter,
berperan penting dalam maturasi otak bayi.
7) Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme
seperti becteri ecoli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
8) Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi
untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu
untuk berkembang.
9) Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan
akibat menyusu dengan botol dan dot.
Komposisi
ASI: ASI mengandung zat-zat gizi, antara lain:faktor pembentuk sel-sel otak,
terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama
dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak daripada kasein (protein utama dari
susu yang berbentuk gumpalan) dengan perbandingan 65:35
Formula: Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh
tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah diserap karena mengandung
lebih banyak casein. Perbandingan whey: casein susu sapi adalah 20:80
18
Nutrisi
Mengandung imunoglobulin dan kaya akan DHA (asam lemak tidak polar yang
berikat banyak) yang dapat membantu bayi menahan infeksi serta membantu
perkembangan otak dan selaput mata.
Protein yang dikandung oleh susu formula berguna bagi bayi lembu tapi kegunaan
bagi manusia sangat terbatas lagipula immunoglobulin dan gizi yang ditambah di
susu formula yang telah disterilkan bisa berkurang ataupun hilang.
Pencernaan
Protein ASI adalah sejenis protein yang lebih mudah dicerna selain itu ada sejenis
unsur lemak ASI yang mudah diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur elektronik
dan zat besi yang dikandung ASI lebih rendah dari susu formula tetapi daya serap
dan guna lebih tinggi yang dapat memperkecil beban ginjal bayi. Selain itu ASI
mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat membantu
proses pencernaan antara lain lipase (untuk menguraikan lemak), amilase (untuk
menguraikan karbohidrat) dan protease (untuk menguraikan protein).
18
Kebutuhan
Dapat memajukan pendirian hubungan ibu dan anak. ASI adalah makanan bayi,
dapat memenuhi kebutuhan bayi, memberikan rasa aman kepada bayi yang dapat
mendorong kemampuan adaptasi bayi.
Ekonomi
Lebih murah: menghemat biaya alat-alat, makanan, dll yang berhubungan dengan
pemeliharaan, mengurangi beban perekonomian keluarga
Kebersihan
ASI boleh langsung diminum jadi bias menghindari penyucian botol susu yang
tidak benar ataupun hal kebersihan lain yang disebabkan oleh penyucian tangan
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat menghindari bahaya karena pembuatan dan
penyimpanan susu yang tidak benar
Polusi dan infeksi: pertumbuhan bakteri di dalam makanan buatan sangat cepat
apalagi di dalam botol susu yang hangat biarpun makanan yang dimakan bayi
adalah makanan bersih akan tetapi karena tidak mengandung anti infeksi, bayi
akan mudah mencret atau kena penularan lainnya.
Dapat membantu kontraksi rahim ibu, lebih lambat datang bulan sehabis
melahirkan sehingga dapat ber-KB alami. Selain itu dapat menghabiskan kalori
yang berguna untuk pengembalian postur tubuh ibu. Berdasarkan biodata statistik,
19
ibu yang menyusui ASI lebih rendah kemungkinan menderita kanker payudara,
kanker rahim dan keropos tulang..
Menurut Baskoro, (2008), banyak faktor yang mempengaruhi para ibu tidak
menganggap penting dan enggan untuk memberikan ASI kepada bayi mereka,
secara garis besar ada 2 faktor:
1. Faktor Internal
21
(1) Pengetahuan
(2) Pendidikan
21
(3) Perilaku
21
(4) Umur
b. Faktor Eksternal
21
dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah dengan
memberikan ASI peras (Baskoro, 2008)
b) Meniru teman
Biasanya para ibu enggan memberikan ASI karena ibu ikut-
ikutan atau terpengaruh dengan tetengga yang terkemuka
yang memberikan susu botol pada anaknya (Soetjiningsih,
2009)
c) Merasa ketinggalan jaman
Ibu akan merasa ketinggalan jaman jika ibu menyusui secara
eksklusif pada bayinya. (Soetjiningsih, 2009)
d) Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan
pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai
saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran
kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air
putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa
lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.
Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi
pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi.
Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi
sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber
kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus
(LINKAGES, 2002).
21
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI
dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
21
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit
langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan.
Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi.
Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling
sedikit 30 menit setelah lahir.
25
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan
cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan
minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,
minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.
26
Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah
atau nyeri.
Posisi duduk
Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini
juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara
payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara
lain:
4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.
27
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu
dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam
proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif,
ekonomi maupun medis.
Aspek fisik
Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui.
Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin
yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan
produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai
penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau
proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya
sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi
mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan
perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara
eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri
28
Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat
bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah,
dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
Aspek ekonomi
Aspek medis
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
29
Memberikan kolustrum dan ASI saja
31
B. Obat-obatan selama Menyusui
Penggunaan obat-obatan antikanker, tirotoksik, dan obat imunosupresan
(penurun kekebalan tubuh) tidak diperbolehkan selama menyusui. Menyusui
dapat dilanjutkan apabila ibu sedang dalam terapi antibiotik. Meskipun obat
antikejang yang diminum oleh ibu terdapat juga di dalam ASI, namun obat ini
tidak perlu dihentikan kecuali bayi mengalami sedasi.
Penyebabnya:
1) Tehnik menyusui yang kurang tepat.
2) Pembengkakan payudara
3) Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
4) Moniliasis (infeksi jamur)
39
Penanganan:
1) Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik
2) Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui,
atau mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
3) Payudara dianginkan di udara terbuka
4) Putting susu diolesi dengan lanolin
5) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
6) Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet
analgetika
7) Cari penyebab putting susu lecet
8) Obati penyebab putting susu lecet
9) Kerjakan semua cara-cara menangani payudara nyeri
10) Ibu tetap bisa nenyusui jika putting tidak terlalu sakit
11) Olesi putting dengan ASI terakhir (hind milk), jangan sekali-sekali
memberikan obat lain, seperti krim , salep dll
12) Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan selama 12 jam, biasanya
akakn sembuh sendiri dalam waktu 24 jam.
13) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
14) Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun.
15) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk sementara, untuk memberi kesempatan pada luka untuk
sembuh
16) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan, jangan
dengan pompa ASI untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI
39
17) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan
dot.
18) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan
waktu yang lebih singkat.
19) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas.
Penyebab:
a. Posisi mulut bayi dan putting ibu salah
b. Produksi ASI berlebih
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas
39
disusui. Apabila terlalu tegang atau
bayi tidak dapat menyusu sebaiknya
ASI dikeluarkan terlebih dahulu, agar
ketegangan menurun.
Penanganan :
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan
kearah tengah)
e. Stimulasi payudara dan putting
f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
g. Memakai BH yang sesuai
h. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
Cara mengatasinya :
a. Susui bayi semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa
batas waktu
b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan
atau pompa ASI ynag efektif
c. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat
dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage
payudara , massage punggung dan leher.
d. Setelah menyusui, kompres dingin dapat dilakukan untuk
mengurangi oedema.
39
4. Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)
Sebagian besar ibu menyusui pasti pernah mengalami clogged milk duct
atau penyumbatan saluran air susu ibu (ASI). Seperti ada benjolan di
dalam payudara yang terasa nyeri dan menyakitkan ketika disentuh.
Kondisi ini membuat sebagian ibu stres dan berhenti menyusui bayinya
karena tak tahan dengan rasa sakitnya. Hal ini membuat serba salah,
karena bila ibu berhenti menyusui bayi, maka akan semakin memperburuk
kondisi payudara
Pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari clogged milk ducts:
Untuk menghindari penyumbatan pada saluran ASI, sering menyusui dan
pumping bisa dilakukan sesering mungkin.
1. Sering memijat payudara ketika sedang pumping atau saat menyusui.
2. Hindari penggunaan bra yang terlalu ketat dan menekan payudara.
3. Ketika menggendong bayi anda hindari mengikat terlalu kuat agar tidak
menekan payudara, namun pastikan gendongan bayi tetap aman.
4. Pastikan bayi mengisap dengan benar.
5. Kompres hangat payudara sebelum menyusui.
6. Kompres dingin payudara setelah menyusui.
Penyebab:
39
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi
sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui
- Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
- Bayi disusui lebih sering
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.
Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat
atau pembengkakan payudara
Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat
- Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet
analgetika
39
- Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan
ibu jangan dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
- Istirahat yang cukup.
Penyebabnya:
- Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
- Metode isapan bayi kurang efektif
- Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk
menyusu berkurang.
- Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
- Adanya hambatan atas let’s down reflex, misalnya oleh karena stress
atu cemas.
- Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
- Kelainan hormonal
- Kelainan parenchym payudara.
7. Abses payudara
Penanganan:
39
- Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika
yang ampuh
- Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
- Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran
(drainage) pus
- Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya
asal saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
- Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi
diberi ASI donor
8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi
sediaan biopsi ini, sikap tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan
jika tumor jinak, kemudian tumor dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak
untuk segera dilakukan ekstirpasi, maka permintaan ini dikabulkan tanpa
menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas (kanker), maka laktasi
segera dihentikan (bayi disapih).
Kanker payudara lebih sering dijumpai pada kelompok ibu yang
tidakmenyusui bayinya dibandingkan dengan kelompok ibu yang menyusui
bayi.
39
dipastikan. Bayi yang lahir harus diberi Hepatitis B immunoglobulin. Ibu
yang dalam keadaan infeksi aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.
10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI.
Untuk mencegah penularan, laktai dihentikan.
12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih
mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya
bayi jangan diberi ASI. ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu
ibu dari donor. Setelah kondisi ibu pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu
dianjurkan menyusui bayinya.
13. Tuberkulosis
14. Lepra
39
Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi
berhubungan hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu
dan bayi diberi pengobatan oral diaminodiphenyl sulfone.
15. Diare
oleh sebab infeksi bacterial Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh
menyusui bayinya setelah lebih dahulu si Ibu diberi pengobatan.
17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4 dan
TSH dalam darah bayi diukur secara berkala.
18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh karena
dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.
39
PENUTUP
A. kesimpulan
Cara / teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004). Menyusui
bertujuan mencukupi kebutuhan nutrisi pada bayi. Memberikan ASI perlu dalam
suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi ibu senyaman mungkin.
Teknik menyusui yang benar yaitu : Tubuh bayi diarahkan ke tubuh ibu, sehingga
bayi menempel pada payudara pada sudut yang sama ketika payudara mengarah
kepadanya. Bayi dipegang dengan 1 lengan, dengan kepala berada pada siku dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu sehingga posisi lehernya agak
tengadah.Perut bayi menempel ke perut ibu.Merangsang bayi membuka mulut dengan
mendekatkan puting sehingga bayi menggerakkan mulut kearah puting.
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar
maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut yaitu: Leher dan tubuh Bayi
lurus (leher tidak menkuk), tubuh bayi dekat dengan ibu, tubuh bayi menghadap ibu,
ibu menopang bayi dengan kedua tangan, dagu bayi menyentuh payudara ibu, mulut
bayi terbuka secara luas, areola atas lebih terlihat dari pada areola bawah (sebagian
besar areola berada dalam mulut bayi)Bibir bawah bayi lebih menjangkau keluar.
B. Saran
39
3. Menciptakan suasana yang nyaman saat menyusui
Setelah mengetahui cara menyusui yang baik dan benar, di harapkan kepada
mahasiswa kebidanan sebagai calon bidan agar dapat memberikan konseling di
masyarakat tentang menyusui yang baik dan benar sehingga para ibu menyusui dapat
menyusui bayinya dengan benar untuk menhasilkan generasi yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
39
Anonim.https://sites.google.com/https://sites.google.com/site/cultureofmyuttarakhand
/makalah-kehamilan-dan-menyusui/cultureofmyuttarakhand/makalah-kehamilan-dan-
menyusui. Diakses pada Sabtu, 06 November 2020. Pada Pukul 14.00 WIB.
Mustika Dian, Siti, dan Yuliana. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Semarang:
ISBN 978-602-5614-44-6.
Walyani Elisabeth dan Th. Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
39