Anda di halaman 1dari 50

CARA DAN TEKNIK MENYUSUI

Penyusun :
Anisa Fitriana 201901007
Arifta Roisatul J 201901008
Deffy Hanif 201901009
Della Safitri 201901010
Desnita Syakina R 201901011
Dewi Maharani 201901012

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI DIII- KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Kemampuan untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas dan


menyusui dengan pendekatan manajemen kebidanan yang didasari konsep–
konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dengan pokok
bahasan konsep dasar masa nifas, proses laktasi dan menyusui, perubahan
fisiologi masa nifas, respon orang tua terhadap bayi baru lahir, proses adaptasi
psikologis ibu masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas, asuhan masa nifas
normal, tindak lanjut asuhan nifas di rumah dan dokumentasi asuhan masa
nifas dan menyusui sangat diperlukan untuk profesi bidan. Oleh karena itu
dengan disusunnya Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dapat membantu
dalam mencapai kompetensi tersebut sehingga menjadi lebih kompeten dan
lebih profesional dalam memberikan dan menerapkan asuhan kebidanan masa
nifas normal terutama mengenai teknik dan cara menyusui yang benar.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan bagi para
mahasiswa dan pemerhati.

Madiun, 06 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
Pendahuluan................................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................. 2

URAIAN MATERI........................................................................................
A. Anatomi Payudara.................................................................................. 3
B. Cara menyusui dan teknik menyusui.................................................... 7
..................................................................................................................
C. Langkah-langkah menyusui yang benar............................................ 12
D. Lama dan frekuensi menyusui........................................................... 14
E. Tanda bayi mendapatkan asi dalam jumlah cukup............................. 14
F. Fisiologi pengeluaran ASI ekslusif.................................................... 15
G. Perbedaan ASI dengan susu formula....................................................... 13
H. Cara menyimpan ASI yang benar............................................................ 20
I. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif............................... 20
J. Dukungan bidan dalam pemberian ASI................................................... 24
Kesimpulan.................................................................................................... 11
Saran............................................................................................................... 1
Daftar Pustaka................................................................................................ 40

iii
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah


Materi Kuliah ini memberikan kemampuan untuk melaksanakan asuhan
kebidanan pada masa nifas dan menyusui dengan pendekatan manajemen
kebidanan yang didasari konsep – konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil
evidence based dengan pokok bahasan konsep dasar masa nifas, proses laktasi
dan menyusui, perubahan fisiologi masa nifas, respon orang tua terhadap bayi
baru lahir, proses adaptasi psikologis ibu masa nifas, kebutuhan dasar masa
nifas, asuhan masa nifas normal, tindak lanjut asuhan nifas di rumah dan
dokumentasi asuhan masa nifas dan menyusui.

B. Kegunaan/Manfaat Materi
Dengan adanya mata kuliah asuhan kebidanan Pasca Persalinan dan
Menyusui diharapkan mahasiswa menjadi lebih kompeten dan lebih
profesional dalam memberikan dan menerapkan asuhan kebidanan masa nifas
normal.

C. Standar Kompetensi Materi


Standar kompetensi mata kuliah asuhan kebidanan nifas adalah
mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
normal terutama tentang cara / teknik menyusui yang benar.

D. Petunjuk Bagi Mahasiswa


Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (Modul) ini dan membaca
referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan, membuka elearning
yang sudah ada

1
E. Tujuan Pembelajaran
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajarai ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada
bayi selama enam bulan. Materi kuliah ini memberikan kemampuan kepada
mahasiwa untuk memberikan asuhan kebidanan masa nifas tentang cara
merawat payudara, cara menyusui yang benar.

2
URAIAN MATERI

A. ANATOMI PAYUDARA

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1 Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

18
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara

Gambar 1. Anatomi payudara

 Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah
sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
 Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara.
 ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).

18
 Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus
maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
 Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).
A. puting 1

Gambar . Bentuk puting susu normal

B. puting 2

18
Gambar . Bentuk puting susu pendek

C. Puting 3

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

18
D. Puting 4

Gambar . Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

B. CARA MENYUSUI DAN TEKNIK MENYUSUI


Cara / teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004). Menyusui
bertujuan mencukupi kebutuhan nutrisi pada bayi. Memberikan ASI perlu dalam
suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi ibu senyaman mungkin. Selama
beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5-3 jam sekali. Menjelang
akhir minggu ke enam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali.
Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian besar
bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan di malam hari
(Saryono, 2008; h. 30).
A. Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Keberhasilan menyusui

18
dipengaruhi oleh ketepatan dalam proses menyusui. 4 Salah satu kunci
keberhasilan menyusui yaitu perlekatan yang tepat antara bayi dengan payudara
ibu, sehingga bayi dapat menghisap secara optimal. Bayi menyusu dari
payudara, bukan dari puting.
a. Persiapan memperlancar ASI :
1) Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga
epitel yang lepas tidak menumpuk.
2) Putting susu ditarik-tarik setiap mand, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3) Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu
atau dengan jalan operasi.
1) Teknik menyusui yang benar yaitu :
Tubuh bayi diarahkan ke tubuh ibu, sehingga bayi menempel pada
payudara pada sudut yang sama ketika payudara mengarah
kepadanya.
2) Bayi dipegang dengan 1 lengan, dengan kepala berada pada siku
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu sehingga posisi
lehernya agak terendah
3) Perut bayi menempel ke perut ibu.
4) Merangsang bayi membuka mulut dengan mendekatkan puting
sehingga bayi menggerakkan mulut kearah puting. Ketika bayi telah
membuka mulutnya lebar, segera menempelkan payuda pada mulut
bayi (bibir bawah bayi diarahkan sejauh mungkin dari pangkal
puting). Hal tersebut memungkinkan bayi menarik jaringan
payudara dan puting ke dalam mulutnya dengan lidahnya, sehingga
bayi akan menutup rapat payudara dan puting (sinus laktoferus
berada dalam mulut bayi). Kontak puting dengan palatum durum
memicu refleks menghisap. Pada posisi mulut dan lidah tersebut,
lidah akan membuat siklus ritmik penekanan payudara sehingga

18
ASI dapat dipindahkan dari kelenjar (dari sinus laktoferus ke mulut
bayi).
Posisi menyusu tidak harus dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi
menyusui dapat disesuiakna dengan kenyamanan serta kondisi lain baik dari ibu
maupun bayi
a. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

b. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

18
c. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

d. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu
pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi
kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui .

f. Persamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar


(penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit

18
menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

g. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

h. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan.

18
i. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

j. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

18
k. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

Thakre, et-all (2012) dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menilai


posisi menyusui dan perlekatan bayi didapatkan hasil bahwa pemberian
Health Education dan pemberian motivasi kepada wanita menyusui

18
merupakan metode yang berguna dalam meningkatkan posisi dan perlekatan
bayi ketika menyusui.
a. Posisi yang dinilai yaitu:
1) Leher dan tubuh Bayi lurus (leher tidak menkuk)
2) Tubuh bayi dekat dengan ibu
3) Tubuh bayi menghadap ibu
4) Ibu menopang bayi dengan kedua tangan
b. Perlekatan antara bayi dan ibu yang dinilai yaitu
1) Dagu bayi menyentuh payudara ibu
2) Mulut bayi terbuka secara luas

3) Areola atas lebih terlihat dari pada areola bawah (sebagian


besar areola berada dalam mulut bayi)
4) Babir bawah bayi lebih menjangkau keluar
Ketepatan posisi dan perlekatan bayi saat menyusui berhubungan
dengan paritas ibu. Berdasarkan cross-sectional study yang dilakukan oleh
Goyal, et-all pada tahun 2011, pada primipara, posisi (p=0,028) serta
perlekatan bayi (p=0,002) lebih buruk jika dibandingkan dengan multipara.
Selain paritas, juga ditemukan adanya usia gestasi bayi yang berhubungan
dengan hisapan dan perlekatan dalam menyusui (p=0,028).

C. LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR


a. Cuci tangan yang bersih menggunakan sabun
b. Posisikan menyusui dengan benar seperti yang dijelaskan diatas
c. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting untuk dekontaminasi
d. Cara memasukkan putting susu sampai areola mammae kedalam mulut
bayi. Beri sentuhan dengan payudara pada mulut bayi atau rangsang
dengan memberikan tepukn dengan jari secara halus disamping mulut
bayi.
18
e. Menyusui bergantian antara payudara kanan dan kiri.
f. Melepaskan putting susu dari mulut bayi dengan benar

g. Cara menyendawakan bayi


Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawakan bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara :
1) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan
pelan sampai bayi bersendawa.
2) Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya.

D. LAMA DAN FREKUENSI MENYUSUI


a. Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui
bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
18
kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi
tidak memiliki pola yang teratur dalam
b. menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu
kemudian.
c. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi
akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja
dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering
disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

E. TANDA BAYI MENDAPATKAN ASI DALAM JUMLAH CUKUP


Menurut Proverawati, dkk (2010), tanda bahwa bayi mendapatkan ASI
dalam jumlah cukup :
a. Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
b. Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama
(100-200 gram setiap minggu)
c. Puting dan payudara ibu tidak luka
d. Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil minimal 6-8
kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari.
Apabila bayi selalu tidur dan tidak mau menyusu maka sebaiknya bayi
dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali
setiap harinya.

F. FISIOLOGI PENGEKUARAN ASI ESKLUSIF

18
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka
produksi hormon esterogen dan progesteron ber-kurang. Pada hari kedua atau
ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun drastis
sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat
bayi mulai menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu menyebabkan
prolaktin dikeluarkan dari hipofise sehingga sekresi ASI semakin lancar.

Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi.

Refleks yang terjadi pada ibu adalah:

1. Refleks prolaktin
Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hipofise
bagian depan untuk mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran darah
yang menye-babkan sel kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi
menghisap semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofise. Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel kelenjar.
Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang,
mekanisme ini disebut supply and demand.
2. Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian
belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini
menyebabkan sel – sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli
berkon-traksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan
puting. Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk
pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (pembengkakan
payudara), tetapi sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI.

Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi sehingga mempercepat


terlepasnya plasenta dari dinding rahim dan mengurangi perdarahan setelah

18
persalinan. Let down reflex dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa
sakit dan kurang percaya diri.

Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:

a) Refleks mencari puting (rooting reflex)


Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh ke arah sentuhan,
membuka mulutnya dan beru-saha untuk mencari puting untuk menyusu.
Lidah keluar dan melengkung mengangkap puting dan areola.
b) Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum durum bayi bila
areola masuk ke dalam mulut bayi. Gusi bayi menekan areola, lidah dan
langit – langit sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah
areola. Kemudian terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari
payudara masuk ke dalam mulut bayi.
c) Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

 Komposisi Asi Eksklusif


Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat
rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi
ASI:
1) Kolostrum – Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung
karoten dan vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan
tubuh bagi bayi.
2) Protein – Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan
whey (protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey
di bandingkan dengan casein.
3) Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan
merupakan komponen yang gizi yang sangat berfariasi.penelitian

18
OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak
menderita penyakit koroner usia muda.
4) Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai
sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang
pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5) Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang
menyusui jarang kekurangan zat besi.
6) Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter,
berperan penting dalam maturasi otak bayi.
7) Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme
seperti becteri ecoli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
8) Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi
untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu
untuk berkembang.
9) Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens,
caries,dentis,dan maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan
akibat menyusu dengan botol dan dot.

G. PERBEDAAN ASI DENGAN SUSU FORMULA

Komposisi

ASI: ASI mengandung zat-zat gizi, antara lain:faktor pembentuk sel-sel otak,
terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama
dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak daripada kasein (protein utama dari
susu yang berbentuk gumpalan) dengan perbandingan 65:35

Formula: Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di dalamnya dapat diserap oleh
tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak mudah diserap karena mengandung
lebih banyak casein. Perbandingan whey: casein susu sapi adalah 20:80

18
Nutrisi

Mengandung imunoglobulin dan kaya akan DHA (asam lemak tidak polar yang
berikat banyak) yang dapat membantu bayi menahan infeksi serta membantu
perkembangan otak dan selaput mata.

Protein yang dikandung oleh susu formula berguna bagi bayi lembu tapi kegunaan
bagi manusia sangat terbatas lagipula immunoglobulin dan gizi yang ditambah di
susu formula yang telah disterilkan bisa berkurang ataupun hilang.

Pencernaan

Protein ASI adalah sejenis protein yang lebih mudah dicerna selain itu ada sejenis
unsur lemak ASI yang mudah diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur elektronik
dan zat besi yang dikandung ASI lebih rendah dari susu formula tetapi daya serap
dan guna lebih tinggi yang dapat memperkecil beban ginjal bayi. Selain itu ASI
mudah dicerna bayi karena mengandung enzim-enzim yang dapat membantu
proses pencernaan antara lain lipase (untuk menguraikan lemak), amilase (untuk
menguraikan karbohidrat) dan protease (untuk menguraikan protein).

Tidak mudah dicerna: serangkaian proses produksi di pabrik mengakibatkan


enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi. Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan
yang dihasilkan dari proses metabolisme yang membuat ginjal bayi harus bekerja
keras. Susu formula tidak mengandung posporlipid ditambah mengandung protein
yang tidak mudah dicerna yang bisa membentuk sepotong susu yang membeku
sehingga berhenti di perut lebih lama oleh karena itu taji bayi lebih kental dan
keras yang dapat menyebabkan susah BAB dan membuat bayi tidak nyaman..

18
Kebutuhan

Dapat memajukan pendirian hubungan ibu dan anak. ASI adalah makanan bayi,
dapat memenuhi kebutuhan bayi, memberikan rasa aman kepada bayi yang dapat
mendorong kemampuan adaptasi bayi.

Kekurangan menghisap payudara: mudah menolak ASI yang menyebabkan


kesusahan bayi menyesuaikan diri atau makan terlalu banyak, tidak sesuai dengan
prinsip kebutuhan.

Ekonomi

Lebih murah: menghemat biaya alat-alat, makanan, dll yang berhubungan dengan
pemeliharaan, mengurangi beban perekonomian keluarga

Biaya lebih mahal: karena menggunakan alat,makanan, pelayanan kesehatan, dll.


Untuk memelihara sapi. Biaya ini sangat subjektif yang menjadi beban keluarga

Kebersihan

ASI boleh langsung diminum jadi bias menghindari penyucian botol susu yang
tidak benar ataupun hal kebersihan lain yang disebabkan oleh penyucian tangan
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat menghindari bahaya karena pembuatan dan
penyimpanan susu yang tidak benar

Polusi dan infeksi: pertumbuhan bakteri di dalam makanan buatan sangat cepat
apalagi di dalam botol susu yang hangat biarpun makanan yang dimakan bayi
adalah makanan bersih akan tetapi karena tidak mengandung anti infeksi, bayi
akan mudah mencret atau kena penularan lainnya.

Kebaikan bagi ibu

Dapat membantu kontraksi rahim ibu, lebih lambat datang bulan sehabis
melahirkan sehingga dapat ber-KB alami. Selain itu dapat menghabiskan kalori
yang berguna untuk pengembalian postur tubuh ibu. Berdasarkan biodata statistik,
19
ibu yang menyusui ASI lebih rendah kemungkinan menderita kanker payudara,
kanker rahim dan keropos tulang..

Tidak dapat membantu kontraksi rahim yang dapat membantu pengembalian


tubuh ibu jadi rahim perlu dielus sendiri oleh ibu. Tidak dapat memperlambat
waktu datang bulan yang dapat menghasilkan cara KB alami. Berdasarkan biodata
statistik, ibu yang menyusui susu formula lebih tinggi kemungkinan menderita
kanker payudara.

H. CARA MENYIMPAN ASI YANG BENAR


a) Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave,
wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
b) Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik
styrofoam.
c) Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
d) Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang
diijinkan ( + 2 minggu).
e) Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam,
baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan).
f) Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)

I. FAKTO YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI ESKLUSIF

Menurut Baskoro, (2008), banyak faktor yang mempengaruhi para ibu tidak
menganggap penting dan enggan untuk memberikan ASI kepada bayi mereka,
secara garis besar ada 2 faktor:

1. Faktor Internal

21
(1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan tidak terjadi setelah


orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

1. Awarness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam


arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)
2. Internest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut,
di sini sikap subjek sudah mulai timbul
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini seperti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
4. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.

(2) Pendidikan

Pendidikan berhubungan dengan pembangunan dan perubahan


kelakuan anak didik. Pendidikan berkaitan dengan transmisi,
pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakuan
yang lain. Pendidikan adalah proses belajar dan mengajar. Pola-pola
kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat
(Rini, 2008).

21
(3) Perilaku

Hasil output yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan, di


sini adalah perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif.

Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif ke perilaku yang


kondusif ini mengandung dimensi berikut ini :

1) Perubahan perilaku: perilaku masyarakat yang tidak


sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau diri
perilaku negatif, perilaku yang positif. Perilaku-perilaku
yang merugikan kesehatan yang perlu diubah misalnya:
ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya, ibu
menyusui yang tidak memberikan ASI pada bayinya.
2) Pembinaan perilaku, pembinaan disain diajukan pada
perilaku masyarakat yang mempunyai perilaku hidup
sehat (healthy style) tetap dilanjutkan atau
dipertahankan. Misalnya olah raga teratur, mamboing
sampah pada tempatnya dan sebagainya.
3) Pengembangan perilaku, yaitu ibu akan menjadi cepat
tua, kekhawatiran akan hilangnya kecantikan dan ibu
tampak kelihatan tua, sungguh tidak beralasan, menjadi
tua adalah proses alami yang tidak dapat di hindari,
yang harus dilakukan ialah memelihara kebugaran
tubuh, makan makanan yang bergizi, olah raga di
samping memelihara kecantikan, jadi tidak ada
hubungan dengan menyusui.

21
(4) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam


penyelidikan, penyelidikan epidemiologi angka-angka kesakitan
maupun kematian di dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang
dapat membaca dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau
kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi
adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjang
interval di dalam pengelompokan cukup, untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau
kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan
dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain. Pada
masyarakat pedesaan yang kebanyakan buta huruf hendaknya
memanfaatkan sumber informasi seperti catatan petugas agama,
guru, lurah, dan sebagainya. Hal ini tidak menjadi soal yang
berat pada pengumpulan keterangan umur bagi mereka yang
telah bersekolah (Notoatmodjo, 2007).

b. Faktor Eksternal

Di bawah ini adalah beberapa penyebab ibu tidak memberikan


ASI Eksklusif pada bayi yang berkaitan dengan sosial budaya:

a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya


Faktor ini juga tidak lepas dari kurangnya pengetahuan dari
para ibu, tidak sedikit dari apa ibu yang bekerja akan tetapi
tetap memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya selama 6
bulan pertama. Pada ibu bekerja ada cara lain untuk tetapi

21
dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya adalah dengan
memberikan ASI peras (Baskoro, 2008)
b) Meniru teman
Biasanya para ibu enggan memberikan ASI karena ibu ikut-
ikutan atau terpengaruh dengan tetengga yang terkemuka
yang memberikan susu botol pada anaknya (Soetjiningsih,
2009)
c) Merasa ketinggalan jaman
Ibu akan merasa ketinggalan jaman jika ibu menyusui secara
eksklusif pada bayinya. (Soetjiningsih, 2009)
d) Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan
pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai
saat bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran
kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air
putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa
lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh.
Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi
pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi.
Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi
sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber
kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik sekaligus
(LINKAGES, 2002).

J. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI

21
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI
dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.

21
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari


payudara ibunya.

2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya


sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa


jam pertama.

2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama


beberapa jam pertama

Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit
langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan.

Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi.
Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling
sedikit 30 menit setelah lahir.

25
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul

Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan


mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.

Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan
cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan
minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,
minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI

Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah


penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran
ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan
rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang
bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.

Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.

Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :

1. Posisi berbaring miring


2. Posisi duduk
3. Posisi ibu tidur telentang

26
Posisi berbaring miring

Posisi ini baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah
atau nyeri.

Posisi duduk

Pada saat pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk


memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak
lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan
bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk di kursi.

Tidur telentang

Seperti halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini
juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada di atas dada ibu diantara
payudara ibu.

Tanda-tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik pada payudara antara
lain:

1. Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.

2. Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.

3. Areola tidak akan tampak jelas.

4. Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan menelan ASInya.

5. Bayi terlihat senang dan tenang.

6. Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.

27
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)

Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu
dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan
bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam
proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif,
ekonomi maupun medis.

Aspek fisik

Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu


setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan demikian, semakin sering
bayi menyusu maka ASI segera keluar.

Aspek fisiologis

Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui.
Sehingga bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin
yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan
produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai
penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat menjarangkan
kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.

Aspek psikologis

Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau
proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya
sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi
mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan
perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara
eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri

28
Aspek edukatif

Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat
bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat inilah,
dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.

Aspek ekonomi

Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun


keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini
merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan
lain yang dibutuhkan.

Aspek medis

Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi


nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku
bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera menanyakan
kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar.

Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin

Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi


disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan
sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam.

Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.

29
Memberikan kolustrum dan ASI saja

ASI dan kolustrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi.


Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada
keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur sesuai
dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup
bulan juga.

Menghindari susu botol dan “dot empeng”

Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi


bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini
disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh
berbeda.

A. Menyusui dapat dilakukan pada keadaan :

a. Infeksi Cytomegalovirus (CMV) bawaan atau didapat pada bayi


yang sehat. Bayi tersebut sebaiknya disusui karena ASI mengandung
antibody

b. Ibu dengan penyakit Hepatitis B, apabila bayi sudah diberikan


Imunoglobulin Hepatitis B serta vaksin Hepatitis B (wanita dengan
Hepatitis B yang sedang aktif sebaiknya tidak menyusui)

c. Ibu dengan penyakit Hepatitis A, apabila bayi sudah menerima


Imunoglobulin Hepatitis A serta vaksin Hepatitis A

Masih merupakan kontroversi wanita dengan Hepatitis C dapat


menyusui atau tidak.

31
B. Obat-obatan selama Menyusui
Penggunaan obat-obatan antikanker, tirotoksik, dan obat imunosupresan
(penurun kekebalan tubuh) tidak diperbolehkan selama menyusui. Menyusui
dapat dilanjutkan apabila ibu sedang dalam terapi antibiotik. Meskipun obat
antikejang yang diminum oleh ibu terdapat juga di dalam ASI, namun obat ini
tidak perlu dihentikan kecuali bayi mengalami sedasi.

C. Problema Ibu Menyusui Dan Penanganannya


1. Putting susu datar/tertarik kedalam (Inverted Nipple) Penanganannya:
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol
keluar seperti keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak
menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan memakai Breast Shield atau
dengan pompa payudara (Breast Pump). Jika dengan cara-cara tersebut
diatas tidka berhasil (ini merupakan True Inverted Nipple) maka usaha
koreksi selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).

2. Putting susu lecet (Abraded and or cracked nipple)


Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan, kadang – kadang
mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush (candidates)
atau dermatitis.

Penyebabnya:
1) Tehnik menyusui yang kurang tepat.
2) Pembengkakan payudara
3) Iritasi dari bahan kimia, misalnya sabun
4) Moniliasis (infeksi jamur)

39
Penanganan:
1) Posisi bayi sewaktu menyusu harus baik
2) Hindari pembengkakan payudara dengan lebih seringnya bayi disusui,
atau mengeluarkan air susu dengan urutan (massage)
3) Payudara dianginkan di udara terbuka
4) Putting susu diolesi dengan lanolin
5) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
6) Untuk mengurangi rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet
analgetika
7) Cari penyebab putting susu lecet
8) Obati penyebab putting susu lecet
9) Kerjakan semua cara-cara menangani payudara nyeri
10) Ibu tetap bisa nenyusui jika putting tidak terlalu sakit
11) Olesi putting dengan ASI terakhir (hind milk), jangan sekali-sekali
memberikan obat lain, seperti krim , salep dll
12) Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan selama 12 jam, biasanya
akakn sembuh sendiri dalam waktu 24 jam.
13) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
14) Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun.
15) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk sementara, untuk memberi kesempatan pada luka untuk
sembuh
16) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan, jangan
dengan pompa ASI untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI

39
17) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan
dot.
18) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan
waktu yang lebih singkat.
19) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas.

3. Pembengkakan payudara (Engorgement)


Pada hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan
nyeri diakibatkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan
dengan ASI mulai diproduksi dengan jumlah banyak.

Penyebab:
a. Posisi mulut bayi dan putting ibu salah
b. Produksi ASI berlebih
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas

Perbedaan payudara bengkak dan payudara penuh

Payudara Penuh Payudara Bengkak


Rasa berat pada payudara, panas Payudara oedema, sakit, putting susu
dank eras. Bila diperiksa ASI keluar kencang, kulit mengkilat walau tidak
dan tidak demam. merah, dan bila diperiksa / dihisap
ASI tidak keluar. Badan biasanya
demam setelah 24 jam.
Untuk mencegahnya maka diperlukan
IMD atau Inisiasi Menyusu Dini,
perlekatan yang baik, menyusui “on
demand”. Bayi harus lebih sering

39
disusui. Apabila terlalu tegang atau
bayi tidak dapat menyusu sebaiknya
ASI dikeluarkan terlebih dahulu, agar
ketegangan menurun.

Penanganan :
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
d. Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan
kearah tengah)
e. Stimulasi payudara dan putting
f. Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema
g. Memakai BH yang sesuai
h. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik

Cara mengatasinya :

a. Susui bayi semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa
batas waktu
b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan
atau pompa ASI ynag efektif
c. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat
dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage
payudara , massage punggung dan leher.
d. Setelah menyusui, kompres dingin dapat dilakukan untuk
mengurangi oedema.

39
4. Saluran air susu tersumbat (Obstructed Duct)
Sebagian besar ibu menyusui pasti pernah mengalami clogged milk duct
atau penyumbatan saluran air susu ibu (ASI). Seperti ada benjolan di
dalam payudara yang terasa nyeri dan menyakitkan ketika disentuh.
Kondisi ini membuat sebagian ibu stres dan berhenti menyusui bayinya
karena tak tahan dengan rasa sakitnya. Hal ini membuat serba salah,
karena bila ibu berhenti menyusui bayi, maka akan semakin memperburuk
kondisi payudara

Tanda-tanda payudara mengalami penyumbatan atau clogged milk ducts:


1. Sakit pada payudara, jika ditekan seperti ada benjolan di dalamnya.
2. Kulit payudara terasa panas.
3. Aliran ASI tidak lancar, seringkali bayi menolak menyusu pada
payudara yang bengkak.
4. Terjadi pada salah satu payudara.
5. Ada pembengkakan disekitar benjolan.

Pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari clogged milk ducts:
Untuk menghindari penyumbatan pada saluran ASI, sering menyusui dan
pumping bisa dilakukan sesering mungkin.
1. Sering memijat payudara ketika sedang pumping atau saat menyusui.
2. Hindari penggunaan bra yang terlalu ketat dan menekan payudara.
3. Ketika menggendong bayi anda hindari mengikat terlalu kuat agar tidak
menekan payudara, namun pastikan gendongan bayi tetap aman.
4. Pastikan bayi mengisap dengan benar.
5. Kompres hangat payudara sebelum menyusui.
6. Kompres dingin payudara setelah menyusui.

Penyebab:

39
1. Air susu mengental hingga menyumbat lumen saluran. Hal ini terjadi
sebagai akibat air susu jarang dikeluarkan.
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar.

Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat, setelah itu bayi disusui
- Payudara siurut (massage), setelah itu bayi disusui
- Bayi disusui lebih sering
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang salurannya tersumbat.

5. Mastitis (peradangan payudara)


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,
bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.
Didalam terasa ada masa padat dan diluarnya kulit menjadi merah.
Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan
diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini
disebabkan kurangnya ASI dihisap/dikeluarkan atau pengisapan ASI yang
tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari
atau karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan
baju / BH.

Penyebab:
Umumnya didahului dengan: putting susu lecet, saluran air susu tersumbat
atau pembengkakan payudara

Penanganan:
- Payudara dikompres dengan air hangat
- Untuk mengurangi rasa sakit diberi pengobatan dengan tablet
analgetika

39
- Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
- Bayi disusui mulai dengan payudara yang mengalami peradangan, dan
ibu jangan dianjurkan menghentikan menyusui bayinya.
- Istirahat yang cukup.

6. Sekresi dan pengeluaran air susu kurang


Proses produksi dan pengeluaran ASI (air susu ibu) diregulasi terutama
oleh 2 hormon, yakni prolatin dan oksitosin. Hormon prolaktin berperan
dalam proses produksi dan sekresi ASI oleh sel-sel di alveoli (kelenjar
susu). Level prolaktin dalam darah meningkat saat hamil dan menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan parenkim payudara. Namun, selama hamil
tersebut ASI tidak lantas disekresikan dari payudara, karena ada hormon
estrogen dan progesteron yang menghambat aksi hormon prolaktin ini.
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron dalam darah turun
dengan cepat, sehingga tidak ada lagi yang menghambat hormon prolaktin.
Karenanya, terjadilah sekresi ASI. Saat bayi menyusu, kadar prolaktin
dalam darah meningkat dan menstimulasi produksi ASI oleh alveolus. Pada
minggu-minggu awal menyusui, semakin sering bayi menyusui dan
merangsang puting payudara, maka akan semakin banyak juga hormon
prolaktin diproduksi. Akhirnya akan semakin banyak juga ASI yang
dihasilkan. Selain hormon prolaktin, hormon lain yang berperan langsung
dalam menyusui adalah oksitosin. Hormon ini memicu kontraksi sel-sel
mioepitel di sekitar alveoli. Dengan cara tersebut, ASI yang sudah
terkumpul di alveoli akan dialirkan ke puting payudara. Let down reflex
(disebut juga refleks oksitosin atau refleks ejeksi ASI) terjadi ketika aliran
ASI sangat deras tanpa bayi perlu menyedot lebih kuat. Bagaimana
mekanismenya? Saat bayi menyedot puting payudara atau saat ibu merasa
ingin menyusui bayinya (misalnya dengan stimulasi sentuhan, mencium
wangi bayi, mendengar suara bayi menangis, memikirkan bayinya), otak
39
akan distimulasi untuk meningkatkan produksi hormon oksitosin. Hormon
ini diproduksi secara fluktuatif bergantung juga dari kondisi psikologis ibu.
Ketika ibu merasa tenang, bahagia, refleks ini akan lebih mudah dan lebih
sering terjadi. Sebaliknya, saat ibu merasa stres, misalnya karena terlalu
lelah, merasa nyeri di bagian tubuh tertentu, dan sebagainya, refleks ini
akan dihambat.

Penyebabnya:
- Isapan pada putting susu jarang, atau diisap terlalu singkat
- Metode isapan bayi kurang efektif
- Bayi sudah mendapat makanan tambahan hingga keinginan untuk
menyusu berkurang.
- Nutrisi (makanan) ibu kurang sempurna
- Adanya hambatan atas let’s down reflex, misalnya oleh karena stress
atu cemas.
- Obat-obatan yang menghambat sekresi air susu
- Kelainan hormonal
- Kelainan parenchym payudara.

7. Abses payudara

Abses payudara adalah kumpulan nanah di dalam jaringan payudara.


Penyebab abses payudara yang paling sering adalah infeksi pada jaringan
payudara akibat bakteri dari mulut bayi yang masuk ke dalam kelenjar susu
melalui luka pada puting (mastitis). Infeksi ini biasanya dialami oleh ibu
menyusui.

Penyebab: Infeksi bakterial, khususnya staphylococcus virulent

Penanganan:

39
- Kultur pus atau sekresi dari putting susu, untuk menentukan antibiotika
yang ampuh
- Pus dikeluarkan dengan pompa payudara.
- Atau kalau ada indikasi untuk tindakan operatif, dibuat pengeluaran
(drainage) pus
- Jika penyebabnya bukan bakteri virulent, bayi dapat diberi air susu ibunya
asal saja si ibu sudah diberi antiobiotika 12 jam sebelumnya
- Ibu dengan keadaan penyakitnya berat dan keadaan umum tidak baik, bayi
diberi ASI donor

8. Tumor Payudara
Tumor payudara yang dijumpai pada masa laktasi, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan biopsi tanpa menghentikan laktasi. Dari pemeriksaan patologi
sediaan biopsi ini, sikap tentang laktasi diputuskan. Laktasi dapat dilanjutkan
jika tumor jinak, kemudian tumor dieksterpasi (dibuang).Jika ibu mendesak
untuk segera dilakukan ekstirpasi, maka permintaan ini dikabulkan tanpa
menghentikan laktasi. Jika ternyata jenis tumor ganas (kanker), maka laktasi
segera dihentikan (bayi disapih).
Kanker payudara lebih sering dijumpai pada kelompok ibu yang
tidakmenyusui bayinya dibandingkan dengan kelompok ibu yang menyusui
bayi.

9. Ibu menderita hepatitis atau pembawa kuman (carrier)


Ibu yang darahnya mengandung hepatitis B antigen dapat menularkannya
ke bayi semasa hamil (transplacental), pada waktu persalinan, dan akibat
hubungan (kontak) yang berlangsung lama antara ibu-bayi. Penularan dari ibu
kepada bayi ini dikenal dengan istilah “Vertical Transmission”.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa air susu penderita Hepatitis B
mengandung hepatitis B antigen, tetapi penularan melalui ASI belum dapat

39
dipastikan. Bayi yang lahir harus diberi Hepatitis B immunoglobulin. Ibu
yang dalam keadaan infeksi aktif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya.

10. Herpes
Ibu yang mendapat infeksi CMV dapat menularkannya melalui ASI.
Untuk mencegah penularan, laktai dihentikan.

11. Persalinan operatif (seksio sesarea)


Seksio sesarea tanpa komplikasi berat, ibu dapat menyusui bayinya 12
jam pasca persalinan. Sebaiknya obat-obatan untuk si ibu diberikan setelah
bayi disusui. Bayi yang dilahirkan dengan seksio sasarea dan belum dapat
disusui, ASI harus dipompa dan diberikan kepada bayinya dengan
menggunakan sendok teh.

12. Toksemia
Persalinan pada ibu yang menderita pre eklampsia/eklampsia yang masih
mendapat pengobatan diuretik, antihipertensi ataupun sedativa, sebaiknya
bayi jangan diberi ASI. ASI dipompa dan dibuang, dan bayi diberi air susu
ibu dari donor. Setelah kondisi ibu pulih dan obat-obatan dihentikan, ibu
dianjurkan menyusui bayinya.

13. Tuberkulosis

Ibu yang menderita TBC boleh menyusui bayinya. Si Ibu diberi


pengobatan dan bayi diberi INH atau divaksinasi dengan BCG dari jenis INH
resistant straint. Ibu yang menderita TBC payudara TBC payudara tidka
dianjurkan menyusui bayinya.

14. Lepra

39
Ibu penderita lepra dibolehkan menyusui bayinya. Ibu dan bayi
berhubungan hanya waktu menyusui, setelah selesai, dipisah kembali. Ibu
dan bayi diberi pengobatan oral diaminodiphenyl sulfone.

15. Diare
oleh sebab infeksi bacterial Ibu yang menderita diare oleh bakteri boleh
menyusui bayinya setelah lebih dahulu si Ibu diberi pengobatan.

16. Diabetes mellitus


Penderita diabetes mellitus dibolehkan menyusui bayinya.

17. Hypertyroidisme
Ibu penderita hypertyroidisme boleh menyusui bayinya, asal saja kadar T4 dan
TSH dalam darah bayi diukur secara berkala.

18. Psikosis
Ibu yang menderita psikosis tidak dianjurkan menyusui bayinya oleh karena
dikhawatirkan bayi mendapat perlakuan buruk.

19. Ibu bekerja


Penyebab utama penyapihan bayi adalah ibu yang aktif bekerja. Sebaiknya
diberi kesempatan pada si Ibu untuk menyusui bayinya ditempat ia bekerja.

39
PENUTUP

A. kesimpulan

Cara / teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004). Menyusui
bertujuan mencukupi kebutuhan nutrisi pada bayi. Memberikan ASI perlu dalam
suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buat kondisi ibu senyaman mungkin.

Teknik menyusui yang benar yaitu : Tubuh bayi diarahkan ke tubuh ibu, sehingga
bayi menempel pada payudara pada sudut yang sama ketika payudara mengarah
kepadanya. Bayi dipegang dengan 1 lengan, dengan kepala berada pada siku dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu sehingga posisi lehernya agak
tengadah.Perut bayi menempel ke perut ibu.Merangsang bayi membuka mulut dengan
mendekatkan puting sehingga bayi menggerakkan mulut kearah puting.

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar
maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut yaitu: Leher dan tubuh Bayi
lurus (leher tidak menkuk), tubuh bayi dekat dengan ibu, tubuh bayi menghadap ibu,
ibu menopang bayi dengan kedua tangan, dagu bayi menyentuh payudara ibu, mulut
bayi terbuka secara luas, areola atas lebih terlihat dari pada areola bawah (sebagian
besar areola berada dalam mulut bayi)Bibir bawah bayi lebih menjangkau keluar.

B. Saran

Adapun saran-saran bagi ibu menyusui yaitu sebagai berikut :

1. Memperhatikan keadaan bayi saat menyusui

2. Memperhatikan posisi bayi saat menyusui

39
3. Menciptakan suasana yang nyaman saat menyusui

Setelah mengetahui cara menyusui yang baik dan benar, di harapkan kepada
mahasiswa kebidanan sebagai calon bidan agar dapat memberikan konseling di
masyarakat tentang menyusui yang baik dan benar sehingga para ibu menyusui dapat
menyusui bayinya dengan benar untuk menhasilkan generasi yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

39
Anonim.https://sites.google.com/https://sites.google.com/site/cultureofmyuttarakhand
/makalah-kehamilan-dan-menyusui/cultureofmyuttarakhand/makalah-kehamilan-dan-
menyusui. Diakses pada Sabtu, 06 November 2020. Pada Pukul 14.00 WIB.

Mustika Dian, Siti, dan Yuliana. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Semarang:
ISBN 978-602-5614-44-6.

Noerfarijah, 2011. Proses Laktasi dan Menyusui http://noerfarijah-


kebidanan.blogspot.com/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html. posted 15 Oktober
2011.

Walyani Elisabeth dan Th. Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

39

Anda mungkin juga menyukai