Anda di halaman 1dari 18

RANGKUMAN

”Teknologi Terapan Dan Tepat Guna Dalam Pelayanan Kehamilan”

Oleh

Magfira A. Dg Manasse
Meliana Batjo

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KEBIDANAN PALU
2023

Page 1
A. Pengertian
Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang
disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunkan dengan sesuai (tepat guna).

B. Vaksin
Vaksinasi adalah cara terbaik untuk memberikan kekebalan bagi manusia. Pemberian
vaksin selama kehamilan harus mempertimbangkan risiko dari vaksinasi dengan keuntungan
perlindungan pada situasi tertentu, walaupun vaksin aktif atau tidak aktif yang digunakan.
Ada tiga macam vaksinasi selama kehamilan yaitu yang direkomendasikan aman, tidak
direkomendasikan selama kehamilan dan rekomendasi khusus. Vaksin yang
direkomendasikan aman adalah vaksin tetanus toksoid, diptheri, hepatitis B, influenza,
meningococal, dan rabies. Vaksin yang tidak direkomendasikan selama kehamilan berasal
dari mikroorganisme hidup yang dilemahkan. Mikroorganisme tersebut dapat tumbuh dan
menyebabkan penyakit pada inangnya. Vaksin yang tidak direkomendasikan adalah BCG,
measless, mumps, rubella, dan varicella. Vaksin yang direkomendasikan khusus digunakan
untuk daerah-daerah endemik atau wanita hamil yang berpergian ke tempat endemik
penyakit tersebut yaitu, antrax, hepatitis A, Japanese Enchepalitis, pneumococcal, polio
(IPV), typhoid, vaccinia dan yellow fever. Vaksin Tetanus Toksoid (TT) di Indonesia
dianjurkan diberikan pada saat pelayanan karena angka kejadian tetanus neonatorum di
Indonesia masih sangat tinggi.
Di Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan atau
oleh dukun beranak, sehingga persalinan tidak bersih dan steril yang dapat
mengakibatkan infeksi.
Beberapa jenis vaksin yang diberikan selama kehamilan yaitu:
1) Imunisasi TT
a) Injeksi 1 : Pada kunjungan ANC Pertama.
b) Injeksi ke-2 : 4 minggu setelah injeksi pertama.
c) Injeksi ke-3 : minimal 6 bulan setelah injeksi kedua.
d) Injeksi ke-4 : 1 hingga 3 tahun setelah injeksi ketiga.

Page 2
e) Injeksi ke-5 : 1 hingga 5 tahun setelah injeksi keempat.
Apabila jarak injeksi pertama dan kedua terlalu jauh, maka selama kehamilan, ibu
dapat diberikan injeksi TT sebanyak 2 kali, asalkan injeksi kedua minimal 4 minggu
sebelum akhir kehamilan.
2) Influenza
Imunisasi influenza dengan virus yang tidak aktif ini bisa diberikan pada ibu hamil,
bila ada indikasi ibu hamil tersebut berisiko terkena flu dalam kondisi parah, seperti
yang terjadi di Amerika Serikat. Pada musim flu (menjelang dan pada musim
dingin), penyakit flu di Amerika bisa berkembang sangat parah sampai-sampai perlu
dirawat di rumah sakit. Jadi, ibu yang menjalani kehamilan trimester kedua dan tiga
di musim dingin, sebaiknya diimunisasi influeza.
Secara umum, imunisasi ini aman diberikan pada ibu hamil. Bahkan, berdasarkan
Paduan Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hamil dan Menyusui yang dikeluarkan
Centers for Disease Control and Prevention, sebuah studi yang dilakukan terhadap
2.000 ibu hamil yang diimunisasi influenza, menunjukkan tidak adanya pengaruh
terhadap janin akibat imunisasi tersebut. hasil serupa diperoleh terhadap 252 ibu
yang mendapat imunisasi influenza enam bulan setelah melahirkan. Sementara di
Indonesia, flu umumnya dianggap sebagai penyakit yang sangat umum dan biasanya
tidak membahayakan. Apalagi, di Indonesia tidak terdapat flu musiman seperti di
Amerika yang bisa menyebabkan flu sangat berat. Jadi, imunisasi influenza jarang
sekali diberikan pada ibu hamil.
3) Hepatitis
Dalam Paduan Pemberian Imunisasi bagi Wanita Hanil dan Menyusui (dikeluarkan
CDC) disebutkan, keamanan pemberian imunisasi Hepatitis A masih belum bisa
dipastikan. Namun, karena vaksin ini dibuat dari virus mati atau tidak aktif, secara
teoritis risiko janin terpengaruh sangat rendah. Jadi, imunisasi ini bisa diberikan pada
ibu hamil, jika ada indikasi berisiko tinggi terkena penyakit tersebut. misalnya,
memiliki kelainan hati, hidup di lingkungan yang berisiko terinfeksi Hepatitis A,
sering berada di Tempat Penitipan Anak (TPA), atau akan bepergian ke negara di
mana penyakit ini menjadi endemis. Walau imunisasi ini dikatakan aman bagi ibu
hamil, sebaiknya hanya diberikan bila ia berisiko tinggi terjangkit Hepatitis B.

Page 3
Misalnya, ibu hamil merupakan pekerja kesehatan yang punya kemungkinan terpapar
atau tertusuk jarum suntik yang bisa menularkan virus Hepatitis B, dan lain-lain.
4) Meningococcal Polysaccharide Vaccine (MCV4)
Studi mengenai pemberian imunisasi ini pada ibu hamil memang belum pernah
menunjukkan adanya efek merugikan bagi sang ibu maupun bayinya. Jadi, imunisasi
Meningococcal bisa diberikan, terutama bagi ibu hamil yang terindikasi akan
terpapar virus tersebut. misalnya, mereka yang berencana melakukan perjalanan ke
negara-negara dengan risiko terpapar virus meningococcal. Meski begitu, pemberian
imunisasi ini tetap harus didasarkan pada indikasi, serta turut pula memperhitungkan
faktor risiko dan keuntungannya.
5) Pneumococcal Polysaccharide Vaccine (PPV23)
Pemberian imunisasi Pneumococcal pada trimester pertama kehamilan belum pernah
dievaluasi keamanannya. Meski begitu, belum pernah dilaporkan adanya efek
merugikan terkait pemberian imunisasi ini pada janin yang dikandung ibu. Tentu
saja, jika ibu hamil tidak berisiko tinggi terkena virus tersebut, imunisasi ini tidak
perlu diberikan.
6) Diphtheria, Pertussis, dan Tetanus (DPT)
Yang umum diberikan adalah imunisasi DT (Diphtheria dan Tetanus Toxoid).
Pemberian DPT bisa dipertimbangkan, jika ibu hamil memiliki kemungkinan untuk
terpapar penyakit pertussis atau batuk rejan. Misalnya, pekerja kesehatan atau
mereka yang bekerja di tempat penitipan anak (TPA) dimana terdapat banyak kasus
pertussis.
7) Imunisasi yang harus dihindari
Ada beberapa jenis imunisasi yang harus dihindari atau tidak disarankan untuk
diberikan pada ibu hamil, yakni imunisasi yang mengandung virus hidup. Hal itu
disebabkan virus itu dikhawatirkan akan masuk ke janin melalui plasenta. Selain MMR
dan Varicella, imunisasi lain yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil adalah HPV
(Human Papilloma Virus), serta BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Meski belum ada
penelitian yang menunjukkan adanya efek negatif bagi ibu ataupun janin, pemberian
imunisasi HPV sangat tidak disarankan bagi ibu hamil. Imunisasi ini baru diluncurkan,
serta masih dalam tahap dikaji dan diamati. Pemberian imunisasi saat hamil memang

Page 4
harus benar-benar melibatkan pertimbangan cermat atas faktor keuntungan dan risiko dari
vaksin yang diberikan terhadap janin dalam kandungan.

C. Alat Dalam Teknologi Terapan Pelayanan Kehamilan

1) Stetoskop pinard

Menggunakan stetoskop pinard memungkinkan bidan menginformasi bahwa


denyutan yang terdengar adalah denyutan jantung janin : alat litrik dapat
menyebabkan kebingungan antara frekuensi jantung janin dan maternal. Bidan harus
melakukan palpasi denyut radialis maternal saat mendengarkan jantung janin guna
memastikan bahwa bunyi jantung yang terdengar adalah bunyi jantung janin.
Stetoskop pinard dapat digunakan sejak 24 minggu usia kehamilan tetapi banyak
bidan tidak akan menggunakanya sampai minggu ke 28 gestasi. Janin yang lebih kecil
yang bergerak secara signifikan mungkin akan sulit “distabilkan” dan karenanya
dapat mempersulit untuk mendengar denyut jantung bayi.
Terdapat beberapa posisi maternal yang membuat pinard sulit untuk tidak
mungkin digunakan (pada posisi merangkak atau sangattegak, terutama saat janin
telah turun dikala dua persalinan). Ultrasonografi Doppler dapat digunakan pada saat
ini, atau wanita dapat dipersiapkan untuk mneyesuaikan posisinya dalam waktu
sementara yang singkat.
PROSEDUR : menggunakan stetoskop pinard
a) Lakukan pemeriksaan abdomen
b) Letakkan stetoskop pinard diatas area tempat perkiraan antara jantung suara
jantung terdengar.

Page 5
c) Letakkan lubang stetoskop ditelinga dan lepaskan tangan sehingga telinga,
stetoskop, dan abdomen berada dalam kontak langsung (ini meningkatkan
variansi suara), dibutuhkan tekanan yang lembut.
d) Dengarkan dan hitung denyut jantung janin selama 1 menit, palpasi denyut
radialis wanita secara bersamaan
e) Diskusikan hasil pemeriksaan dengan wanita.
f) Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindak lanjuti sesuai dengan hasil
pemeriksaan tersebut.
2) Fetal Doppler

Adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang
menggunakan prinsip pantulan gelombang elegtromagnetik, alat ini adalah sangat
berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, sangat disarankan untuk dimiliki
dirumah sebagai deteksi harian, selain aman juga mudah dalam penggunaanya serta
harga yang sangat terjangkau untuk dimiliki.
Prosedure : menggunakan Doppler janin
a) Lakukan pemeriksaan abdomen dan auskultasi janutng janin menggunakan
stetoskop pinard.
b) Lubrikasi porbe Doppler dengan gel konduktif yang tepat.
c) Letakkan sonicaid diatas area tempat bunyi jantung diperkirakan terdengar.
d) Hitung denyut jantung selama 1 menit (beberapa sonicaid memberikan
perhitungan digital) sementara secara bersamaan menghitung denyut nadi
maternal.
e) Jelaskan kepada wanita tentang suara lain yang dapat di dengar
f) Bersihkan gel dengan kertas tisu

Page 6
g) Diskusikan hasil pemeriksaan dan tindak lanjuti sesuai hasil pemeriksaan
tersebut.
3) Kardiotokografi

CTG juga dikenal sebagai alat elektronik pemantau janin (electronic fetal monitoring,
EFM) telah meningktakan angka intervensi maternal, tetaoi tidak mengurangi
mortlitas perinatal atau palsi serebal (NICE, 2007). Wanita resiko rendah tidak boleh
ditawarkan CTG pada periode antenatal atau selama persalinan karana tidak terbukti
manfaatnya, dan CTG hanya ditawarkan pada wanita yang memiliki kemungkinan
atau memang memiliki faktor risiko. Faktor risiko ini mencakup :
a) Penurunan pergerakan janin
b) Persalinan permatur, cairan ketuban yang tercampur mekonium secara signifikan,
perdarahan antepartum atau intrapartum, penggunaan oksitosin
c) Berdasarkan permintaan maternal
d) Abnormalitas yang ditemukan saat auskultasi yang dilakukan secraa
berkala/intermiten (bradikardi,takikardi,atau deselerasi)
e) Pireksia maternal
f) Janin yang lain berisiko: kecil masa kehamilan (KMK), kehamilan multipel,
diabetes, dan preeklamsi.
CTG harus digunakan dua kali seminggu untuk usia kehamilan >42 minggu dan
selama 30 menit setelah analgesia epidural diberikan dan setiap setelah tambahan
bolus diberikan. Frekuensi denyut jantung dan aktivitas uteri dicetak pada kertas
grafik, monitor harus dijalankan sesuai dengan prtokol local sering kali 1 cm per
menit. Saat janin bergerak akan terjadi kehilangan kontak yang mungkin disertai
peningkatan frekuensi denyut jantung, lama monitor terpasang ditempatnya akan

Page 7
bergantung pada kondisi dan janin, memungkinkan waktu yang cukup untuk
melaksanakan pengkajian tentang normalitas.

PROSEDUR : aplikasi monitor CTG


a) Dapatkan dan catat persetujuan tindakan; anjurkan wanita untuk mengosongkan
kandung kemihnya.
b) Lakukan observasi maternal; suhu tubuh, tekanan darah, dan nadi.
c) Lakukan pemeriksaan abdomen dan auskultasi jantung janin menggunakan
stetoskop pinard.
d) Posisikan wanita dalam posisi duduk atas semi recumbent; posisinya dapat dig
anti setelah mpnitor terpasang, pastikan dua sabuk terpasang pada posisinya dan
wanita cukup tetutupi
e) Berikan gel ketransduser diatas area tempat suara jantung diperkirakan terdengar;
f) Tentukan bahwa setiap data yang tercetak secara otomatis (kis, jam, tanggal)
g) Anjurkan wanita untuk mencatat pergerakan janin. Pastikan bahwa ia memahami
keistimewaan pemantauan, mis., signifikan hilangnya kontak, suara lain yang
dapat didengar
h) Catat indikasi dan permulaan pemantauan didalam catatan dengan tanggal waktu,
dan tanda tangan.
i) Pastikan bahwa setiap orang yang melihat trace ini harus memberikan tanda
tangan disertai tanggal dan waktu serta pada hasil pemantauan di trace dan di
dalam catatan.
j) Lepaskan monitor jika telah puas bahwa hasil trace berada dalam batas normal.
Lap gel dari abdomen
k) Tanda tangani dan simpan trace dengan tepat, catat penyelesaian pemantauan dan
indikasi untuk perawatan. Jika kelahiran telah terjadi, tanggal, waktu dan metode
pelahiran harus dicatat pada trace.
l) Diskusikan hasil pemantauan dengan wanita
m) Bersihkan, stok ulang, dan simpan perlengkapan dengan benar.

Page 8
4) Sonicaid

Salah satu penggunaan sonicaid adalah ibu dapat mendengar denyut jantung janin dan
dapat menyakinkannya. Cara ini sangat bermanfaat bagi usia gestasi kurang dari 28
minggu, disaat bunyi jantung janin belum dapat di dengar dengan jelas menggunakan
stetoskop pinard. Untuk dapat mendengar bunyi jantung janin, sonicaid sering kali
perlu diletakkan langsung diatas bahu janin.
Prosedur penggunaan sonicaid
a) Lakukan pemeriksaan abdomen (gunakan stetoskop pinard bila tepat)
b) Oleskan jeli konduktif yang sesuai pada sonicaid
c) Letakkan sonicaid ditempat bunyi jantung janin diperkirakan dapat terdengar.
d) Hitung denyut jantung dalam satu menit ( beberapa sonicaid memberikan hasil
pembacaan digital)
e) Jelaskan pada ibu bunyi lain yang mungkin terdengar, seperti bunyi gerakan janin,
aliran darah uterin atau pulsasi tali pusat
f) Bersihkan jeli yang menempel di abdomen dan sonicaid.
g) Diskusikan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
h) Dokumentasi hasil pemeriksaan dan lakukan tindakan yang sesuai.

5) USG
Pemeriksaan USG obstetri dapat dikerjakan melalui cara transabdominal (USG-TA)
atau transvaginal (USG-TV).
a) Pemeriksaan USG Transabdominal
Transduser (probe) yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah jenis
linear atau konveks. Transduser jenis konveks lebih popular digunakan pada saat

Page 9
ini karena dapat menampilkan lapang pandangan yang lebih luas dibandingkan
jenis linear. Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada kehamilan trimester
II da III.
Pada kehamilan trimester I pemeriksaan USG-TA sebaiknya dikerjakan melalui
kandung kemih yang terisi penuh (sehingga disebut juga pemeriksaan USG
transvesikal), gunanya untuk menyingkirkan usus keluar dari rongga pelvik,
sehingga tidak menghalangi pemeriksaan genetalia interna. Massa usus yang
berisi gas akan menghambat transmisi gelombang ultrasonik.
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri jel (gel)
untuk lubrikasi dan menghilangkan udara di antara permukaan transduser dan
dinding abdomen.
Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih yang
penuh akan mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung kemih
yang terlampau penuh akan mendesak genetalia interna ke posterior , sehingga
letaknya diluar daya jangkau transduser. Uterus mudah mengalami kontaksi,
sehingga kandung gestasi di dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami
distorsi. Keadaan-keadaan ini akan dipersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di
dalam kantung gestasi dapat luput dari pemeriksaan.
Pemeriksaan USG-TA tanpa persiapan kandung kemih pada kehamilan trimester
I dapat dikerjakan dengan cukup memuaskan memuaskan pada pasien yang
kurus, dengan dinding perut yang tipis dan uterus anteversi.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan letakknya di luar
rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-
TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.
b) Pemeriksaan USG Transvaginal
Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TA harus dilakukan dalam keadaan
kandung kemih yang kosong agar organ pelvik berada dekat dengan permukaan
transduser dan berada di dalam area penetrasi transduser. Jika dibandingkan
USG-TA (yang harus dikerjakan dalam keadaan kandung kemih terisi penuh),
pemeriksaan USG-TV pada kehamilan trimester I lebih dapat diterima oleh

Page 10
pasien. Pemeriksaan USG-TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ pelvik
berada dalam posisi yang sebenarnya.
Dalam persiapan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan elemennya
(untuk menghilangkan udara di permukaan transduser), kemudan dibungkus
dengan alat pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat pelindung).
Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus transduser diberi jel
lagi (berfungsi sebagai lubrikan dan menghilangkan udara di antara permukaan
elemen transduser dan serviks uteri). Transduser dimasukkan de dalam vagina
hingga mencapai daerah forniks. Manuver gerakan transduser di dalam vagina
merupakan kombinasi gerakan maju-mundur, gerakan memutar (rotasi), dan
gerakan angulasi ke samping kiri-kanan atau ke atas bawah.
c) Indikasi Pemeriksaan USG
 Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I
Pemeriksaan indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I, misalnya
penentuan adanya kehamilan intrauterin, penentuan adanya denyut jantung
mudigah atau janin, penentuan usia kehamilan, penentuan kehamilan kembar;
perdarahan pervaginam, terduga kehamilan ektopik, terdapat nyeri pelvik,
terduga kehamilan mola, terduga adanya tumor pelvik atau kelainan uterus, dan
membantu tindakan invasif, seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales
(chrorionic villus sampling), pengangkatan IUD.
 Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III
Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III,
misalnya: penentuan usia kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, terduga
kematian janin, terduga kehamilan kembar, terduga kelainan volume cairan
amnion, evaluasi kesejahteraan janin, ketuban pecah dini atau persalinan
preterm, penentuan presentasi janin, membantu tindakan versi luar, terduga
inkompetesia serviks, terduga plasenta previa, terduga solusio plasenta, terduga
kehamilan mola, terdapat nyeri pelvik atau nyeri abdomen, terduga kehamilam
ektopik, kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu ≥35 tahun, atau hasil
tes biokimiawi abnormal), evaluasi kelainan kongenital, riwayat kelainan
kongenital pada kehamilan sebelumnya, terduga adanya tumor pelvik atau

Page 11
kelainan uterus; dan membantu tindakan invasif, seperti amniosentesis,
kordosentesis, atau amnioinfusi.
Pemeriksaan USG diagnostik cara scanning bersifat aman dan noninvasif.
Sejauh ini tidak ada kontraindikasi untuk pemeriksaan USG dalam kehamilan.
6) Staturmeter

Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat
sederhana pada desainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan
ketika akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai kebagian kepala teratas,
sehingga dpt diketahui tinggi badan orang tersebut.
7) Lingkar lengan ibu hamil

Adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah mengidentifikasi bayi dan


bundanya, pada umumnya dipakaikan pada bayi dan bundanya dirumah sakit bersalin.
8) Reflek hammer/reflek patella

Sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon
syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki.

Page 12
D. Prosedure skrinning dan deteksi dini
1) Early ANC Detection
Idealnya wanita yang merasa hamil agar memeriksakan diri ketika haidnya terlambat
sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada kehamilanya
tersebut akan segera diketahui dan dapat diatasi secara cepat dan tepat. Oleh karena itu,
setiap waktu hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya sekali pada
trismester I (sebelum minggu ke 14).
Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu:
a. Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini
banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosis dan
prognosa kehamilan.
1. Anamnesa social (biodata dan latar belakang social)
2. Anamnesa keluarga
3. Anamnesa medic
4. Anamnesa haid
5. Anamnesa kebidanan
b. Pemeriksaan umum
1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Tanda-tanda vital
4. Pemeriksaan kepala dan badan
5. Pemeriksaan payudara
6. Pemeriksaan jantung, paru, dan organ dalam tubuh lainya
7. Pemeriksaan abdominal
8. Pemeriksaan genetalia
9. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
c. Pemeriksaan labolatorium
Tes labolatorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksaan ini ditunjukan untuk
memeriksa golongan darah, hb, protein urine dan glukosa urine.

Page 13
2) Kontak dini kehamilan trismester I
Pada trimester I, menurunya keinginan untuk melakukan hubungan seksual sangat wajar.
Jika dalam anamnesis terdapat riwayat abortus sebelum kehamilan yang sekarang,
sebaiknya koitus ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada minggu ke 16 ini, plasenta
telah terbentuk serta kemungkinan abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya, koitus
diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir
kehamilan, jika kepala sudah masuk panggul koitus sebaiknya dihentikan karena dapat
menimbulkan persaan sakit dan pendarahan.
3) Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu
Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil berbeda-beda
sesuai kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Persetujuan ANC yang diberikan
terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya berbeda dengan pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil dengan varies.
4) Skrinning untuk deteksi dini
a. USG
USG merupakan suatu media diagnostic dengan menggunakan gelombang ultrasonic
untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang
ultra sonic. Pemeriksaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang
aman.
Pemeriksaan USG pada kehamilan yang normal usia 5 minggu, struktur kantong
gestasi intrauterine dapat dideteksi di mana diameternya sudah mencapai 6000-6500
mIU/ml. Dari kenyataan ini bisa juga di artikan bahwa kadar HCG yang lebih dari
6500 mIU/ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterine, maka kemungkinan
kehamilan ektopik.

E. Sistem Dalam Teknologi Terapan Pelayanan Kehamilan


1) Sistem informasi dan monitoring perkembangan janin berbasis android
Pada penelitian ini dikembangkan aplikasi perangkat bergerak berbasis android
yang memungkinkan pengguna mengetahui kondisi janin dengan menggunakan citra
USG serta menggunakan metode pengukuran tinggi fundus uteri. Menghitung biometri
janin dan memprediksi usia serta berat janin dapat dilakukan dengan menggunakan

Page 14
beberapa pendekatan. Pendekatan yang dilakukan antara lain dengan menghitung
biparetal diameter(BPD), occipito-frontal diameter (OFD), head circumference (HC) dan
femur length (FL). Penelitian mengenai bagaimana menghitung biometri janin secara
otomatis melalui citra USG juga telah dilakukan beberapa tahun belakangan ini.
Pendekatan yang dilakukan oleh Carneiro adalah dengan menerapkan boosting tree
classifier, Vikram menggunakan pendekatan active contour model, sedangkan Sandra
menggunakan deformable model. Dong dan Imaduddin menerapkan adaboost-RHT
classifier untuk mendeteksi lokasi janin dan melakukan aproksimasi bentuk elips.

Penerapan Pada Aplikasi Mobile:


Implementasi Pengukuran Janin proses penerapan algoritma perhitungan biometri janin
berdasarkan citra USG pada perangkat bergerak dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama
adalah proses pelatihan atau pembelajaran dengan menggunakan citra positif dan negatif.
Proses ini dilakukan untuk mendapatkan model yang membedakan antara objek janin dan
selain janin. Tahap pertama ini membutuhkan waktu dan sumberdaya komputasi yang
besar, sehingga harus dilakukan di komputer dengan sumberdaya yang cukup besar.
Tahap kedua adalah proses deteksi dan aproksimasi bentuk janin pada perangkat
bergerak. Deteksi lokasi janin dilakukan dengan membaca citra USG yang didapat
melalui kamera perangkat maupun proses unggah. Citra tersebut dihitung nilai fiturnya
untuk kemudian dilakukan proses deteksi mengunakan model yang sebelumnya telah
dilatih dengan metode cascade classifier. Hasil dari proses ini adalah lokasi janin pada
citra USG. Selanjutnya berdasarkan lokasi janin tersebut dilakukan prediksi bentuk janin
dengan menggunakan metode IRHT. Hasil prediksi bentuk geometri tersebut kemudian
diukur nilai diameter untuk menghitung berat dan usia janin. Penerapan algoritma
pendeteksi janin dilakukan dengan menggunakan bahasa C++ serta membutuhkan
pustaka opencv. Untuk menerapkannya kode tersebut pada aplikasi android maka
digunakan NDK (Native Development Kit) dimana pengembang dapat menyertakan kode
dengan bahasa selain java (seperti C++) kedalam aplikasi android. Citra USG yang
digunakan untuk pengukuran adalah citra yang didapatkan melalui kamera device.
Pengguna melakukan proses pengambilan gambar melalui kamera perangkat pada objek
foto maupun dari monitor alat USG. Selain itu citra USG juga dapat diperoleh dengan

Page 15
melakukan proses unggah file gambar USG kedalam perangkat. Proses untuk
mendapatkan data hasil pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara manual.
Sebelumnya pengguna melakukan pengukuran secara manual, baik dengan alat ukur
maupun dengan jari. Pengguna kemudian melakukan proses input data hasil pengukuran
ini kedalam perangkat dengan menggunakan form yang disediakan aplikasi.
2) Maternal Emergency Screening (MES)
Maternal Emergency Screening (MES) yang direncanakan untuk dibuat rancangan
aplikasi akan memuat semua informasi yang berkaitan dengan faktor resiko selama
kehamilan untuk mendeteksi adanya kegawatdaruratan. Manfaat yang diharapkan dengan
penggunaan Maternal Emergency Screening (MES) bagi ibu hamil adalah menyediakan
informasi penting mengenai faktor resiko kegawatdaruratan kehamilan dengan
menggunakan sistem pakar sedemikian rupa sehingga ibu hamil mampu membuat
keputusan terkait tindakan apa yang dapat dilakukan. Maternal Emergency Screening
(MES) dirancang dengan penggunaan kata-kata yang dapat dipahami oleh masyarakat
awam sehingga dapat dengan mudah menerima informasi yang diberikan dan membuat
keputusan layaknya seorang pakar tanpa perlu mengeluarkan biaya hanya untuk sekedar
berkonsultasi dengan dokter.
Secara umum yang menjadi hambatan dalam penggunaan Maternal Emergency Screening
(MES) ini adalah kesiapan pengguna dan sistem yang akan dijalankan. Semua hal yang
menjadi informasi sebagai faktor resiko dalam kegawatdaruratan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga masyarakat awam dapat memahami dengan mudah informasi yang
diberikan. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan aplikasi serta pengumpulan informasi
menjadi hambatan tersendiri dalam pengembangan sistem ini.
3) Penerapan Model SMS Gateway
Peningkatan kapasitas pengetahuan Ibu melalui pendidikan kesehatan baik secara
langsung maupun tidak langsung penting dilakukan. Meskipun dukungan tenaga
kesehatan sudah memberikan pelayanan konseling pada ibu hamil saat pemeriksaan ANC
(Antenatalcare), namun tidak menjangkau kelompok ibu hamil masih rendah
kesadarannya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Terbatasnya jumlah tenaga
kesehatan terutama dalam penyampaian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) masih
menjadi kendala dalam pelayanan kesehatan, sehingga diperlukan strategi alternatif

Page 16
massal sebagai sarana komunikasi efektif yang berpotensi untuk memberikan informasi
kesehatan kepada masyarakat pada geografi sulit hingga mampu menjangkau dan
mempengaruhi serta memotivasi dirinya agar mau belajar dan memahami kondisi
kesehatan sehingga mampu untuk mengetahui gejala sedini mungkin yaitu melalui
pemanfaatan telepon seluler (mobilephone). penerapan SMS Gateway sebagai media
promosi kesehatan dalam upaya pencegahan penyulit dan komplikasi kehamilan. Program
Intervensi menggunakan SMS gateway dirancang secara otomatis untuk mengirimkan
pesan singkat ( SMS Gateway) selama 1,5 bulan setiap hari pada semua responden.
Analisis persepsi ibu terhadap media promosi berbasis SMS dilakukan secara deskriptif.
4) ANC Class
Tujuan dari kelas ibu hamil untuk lebih tahu dan paham mengenai kehamilan, dan untuk
mengurangi angka kematian ibu hamil, nifas dan bayi. pelaksanaan kelas ibu hamil
meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. Materi
yang diberikan dalam kegiatan kelas ibu hamil bahwa kader berpedoman pada buku kelas
ibu hamil, lembar balik yang di berikan oleh Dinkes selain itu juga menggunakan buku
KIA. Materinya berisi seputar kehamilan, persalinan sampai dengan merawat bayi.
Metode yang digunakan dalam kegiatan kelas ibu hamil antara lain ceramah, tanya jawab,
curah pendapat, demonstrasi dan praktek. Untuk kelengkapan fasilitas berdasarkan
wawancara dengan bidan fasilitas berupa tikar, papan tulis, kertas, spidol, bantal, kursi
tidak diberikan oleh Dinkes. Dinkes hanya memberikan media berupa 1 paket tas yang
berisi buku kelas ibu hamil, lembar balik mengenai kehamilan untuk kegiatan kelas ibu
hamil.

Page 17
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal wahid, Mubarak. 2019. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep Dan Aplikasi Dalam
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

MODUL TEORI TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN, 2019.


Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangkaraya.

Sutomo, A.H. & Machfoedz, I., Suriani & Rosmadewi, 2018. Wabah Kebidanan. Fitramaya.
Yogyakarta.

Yulifah Rita, Johan Tri, Yuswanto Agus. 2018. Asuhan kebidanan komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.

Page 18

Anda mungkin juga menyukai