Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DENGAN

KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)


DI WILAYAH KERJA PESKESMAS KOTA PALU

Proposal Penelitian

Oleh

Magfira A. Dg Manasse
NIM P07124322021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA
TERAPAN KEBIDANAN KEBIDANAN
PALU

2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim Pembimbing Poltekkes Kemenkes
Palu Jurusan Kebidanan Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu.

Nama : Magfira A. Dg Manasse


Nim : PO7124322021
Palu, 2020
Pembimbing I

Yuli Admasari,M.Tr.Keb
NIP. 19880727 202012 2007

Palu, 2020
Pembimbing II

Hadriani, SST.,M.Keb
NIP. 19760727 200312 2001

Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 19650324 198803 2001

i
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui Tim penguji Poltekkes Kemenkes Palu.

Nama : Magfira A. Dg Manasse


Nim : PO7124322021

Palu, 2020
Penguji I

Sarliana, M.Tr.Keb
NIP: 19900805 202012 2001

Palu, 2020
Penguji II

Mercy Joice Kaparang, SKM.,M.Kes


NIP: 19791016 200212 2002

Palu, 2020
Penguji III

Olkamien J.Langulo.S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP: 19690404 199303 2001

Menyetujui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu

Muliani, S.Kep.,Ns.,M.Sc
NIP. 19650324 198803 2001

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJAUN PEMBIMBING............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI......................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................ 6
C. Tujuan.................................................................................................. 6
D. Manfaat................................................................................................ 7
BAB II TINJlAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kekuragan Energi Krinik (KEK).................................. 8
B. Konsep Dasar Bayi Barat Lahir Rendah (BBLR)................................. 14
C. Konsep Dasar Hubungan KEK Dengan BBLR.................................... 21
D. Kerangka Teori Penelitian.................................................................... 23
E. Kerangka Konsep Penelitian................................................................. 24
F. Hipotesis Penelitian............................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 26
C. Populasi dan Sampel............................................................................. 26
D. Variable Penelitian dan Defenisi Operasional ..................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 29
F. Alur Penelitian...................................................................................... 29
G. Teknik Pengelola Data.......................................................................... 31
H. Teknik Analisis Data............................................................................. 32
I. Penyajian Data...................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian…………………………………………….. 23

Gambar 2.2 Kerangka Konsep……………………………………………………... 24

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 FormulirLembar Checklist

Lampiran 2 Informed Concent

Lampiran 3 Surat Pengambilan Data Awal

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia yang salah satunya merupakan penyebab

kematian ibu dan anak secara tidak langsung masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang utama. Angka kematian ibu (AKI) dan angka

kematian bayi (AKB) serta Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang tinggi

ditentukan oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil merupakan kelompok yang

rentan mengalami masalah gizi. Hal ini berhubungan dengan proses

pertumbuhan dan perkembangan janin (Irawati, 2020).

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan dapat memberikan

dampak terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi

yang dilahirkan. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah suatu keadaan

akibat kekurangan asupan energi dan protein atau terjadinya ketidak

seimbangan asupan energi dan protein. Ibu hamil beresiko mengalami KEK

jika memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm (Wahyuni, Rohani dan

Ayu, 2022).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa prevalensi

KEK pada kehamilan secara global 35-75% dimana secara bermakna tinggi

pada trimester ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua

kehamilan. WHO juga mencatat 40 % kematian ibu di negara berkembang

berkaitan dengan kekurangan energi kronis. Ibu hamil yang menderita gizi
kurang seperti kurang energi kronik mempunyai resiko kesakitan yang lebih

besar oleh karena itu kurang gizi pada ibu hamil harus dihindari sehingga ibu

hamil merupakan kelompok sasaran yang perlu mendapat perhatian khusus

(Harismayanti dan Syukur, 2021)

Indonesia menduduki posisi ketiga AKI tertinggi tahun 2017 dengan

177 kematian per 100 ribu kelahiran. Jurnal kesehatan reproduksi mengenai

tingginya penyebab AKI di Indonesia mendapati, faktor sosial ekonomi dan

budaya memberikan pengaruh nyata terhadap perilaku persalinan di pedesaan

dengan AKI rendah dan tinggi. Penyebab tak langsung kematian ibu antara

lain anemia, kurang energy kronik dan “4 T” terlalu muda, terlalu tua, terlalu

sering sering dan terlalu banyak (UNICEF, 2019).

Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronik)

terutama disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi (energi

dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal

tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak

sempurna. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu

pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR). Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana

prevalensi BBLR masih cukup tinggi. Indonesia menduduki peringkat ke-9

tertinggi di dunia terkait angka kejadian BBLR, yaitu sebesar lebih dari 15,5%

dari kelahiran bayi setiap tahunnya (Ningsih, Damayanti dan Suciaty, 2022)

2
Profil Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2021

menujukkan bahwa terdapat 7 provinsi presentase ibu hamil KEK nya masih

di atas target 14,5%, sementara 27 provinsi lainnya sudah mencapai target

yang diharapkan. Presentase ibu hamil KEK tertinggi adalah Papua Barat

40%, Nusa Tenggara Timur 25,1%, dan Papua 24,7%. Provinsi Sulawesi

Tengah sendiri masuk dalam urutan ke 7 dengan presentase ibu hamil KEK

tertinggi di Indonesia (Kemenkes RI, 2021).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Selawesi Tengah pada

tahun 2021 jumlah sasaran ibu hamil di Kota Palu sebanyak 7.818. Kasus ibu

hamil yang kekurangan energi kronik (KEK) terdapat 1.264 atau sebesar

12,5%. Sedangkan untuk kasus BBLR terdapat 194 atau 2,64% (Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi T, 2021).

Kota Palu terdiri atas 4 kecamatan yaitu palu barat, palu timur, palu

selatan dan palu utara dengan masing-masing kecamatan memiliki puskesmas

dengan jumlah ibu hamil terbanyak. Puskesmas yang memiliki ibu hamil

dengan Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm atau KEK yang paling banyak

yaitu Puskesmas Talise, Tawaeli, Birobuli dan Kamonji (Dinas Kesehatan

Kota Palu, 2021).

3
Berdasarkan studi pendahuluan pengambilan data awal yang dilakukan

oleh peneliti di Puskesmas didapatkan data pada tahun 2022 yaitu Puskesmas

Talise di dapatkan data ibu hamil KEK sebanyak 204 kasus, Puskesmas

Birobuli 96 kasus, Puskesmas Tawaeli 73 kasus, dan Puskesmas Kamonji 70

kasus (Puskemas Talise, Tawaeli, Birobuli, Kamonji 2022).

Terkait dengan hasil penelitian Sumiati, Suindri dan Mauliku, (2021)

didapatkan jumlah ibu KEK sebanyak 17 orang yang sebagian besar

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu sebanyak 12 orang

(70,6%), sedangkan bayi yang lahir dengan berat badan normal sebanyak 5

orang (29,4%). Jumlah ibu yang tidak KEK sebanyak 43 orang yang sebagian

besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal sebanyak 25 orang

(58,1%) dan 18 orang (41,9%) melahirkan bayi dengan berat badan lahir

rendah. Setelah dilakukan uji chi square, didapatkan hasil p=0,045 (p-value <

0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara KEK dengan kejadian

BBLR (Sumiati, Suindri dan Mauliku, 2021).

Berdasarkan penelitian Fatimah and Yuliani, (2019) juga dapat dilihat

bahwa dari 35 responden yang tidak mengalami kejadian KEK diketahui

sebagian besar responden tidak mengalami kejadian BBLR sebanyak 30 orang

(85,7%) dan sebagian kecil responden mengalami kejadian BBLR sebanyak 5

orang (14,3%). Sedangkan dari 31 responden yang mengalami kejadian KEK

diketahui kurang dari setengahnya responden tidak mengalami kejadian

BBLR sebanyak 11 orang (35,5%) dan lebih dari setengahnya responden

4
mengalami kejadian BBLR sebanyak 20 orang (64,5%). Berdasarkan hasil uji

statistik Chi Square, diketahui bahwa nilai P sebesar 0,000 lebih kecil dari

nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara

kejadian KEK dengan kejadian BBLR (Fatimah dan Yuliani, 2019).

Ibu hamil dengan status gizi buruk atau KEK cenderung melahirkan

bayi berat lahur rendah (BBLR). Status gizi pada ibu selama hamil berengaruh

terhadap terjadinya BBLR yaitu perempuan yang memiliki ketidakcukupan

gizi mempunyai resiko 5,5 kali lebih besar mengalami BBLR dibandingkan

dengan perempuan dengan kecukupan status gizi. Status gizi pada ibu hamil

sangat penting karena jika terjadi kekurangan gizi pada simpanan nutrisi ibu

hamil maka simpanan tersebut tidak akan cukup untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin dan ibu. Pada kondisi ini dikhawatirkan plasenta tidak

berkembang secara optimal sehingga mengakibatkan tidak mempunyai

kemampuan untuk mensuplai gizi yang cukup untuk kebutuhan bayi yang

memungkinkan terjadinya pertumbuhan janin terhalang, cacat ketika

dilahirkan, abortus atau lahir mati, lahir premature atau bayi dengan BBLR.

(Asfarina Puspanagara dan Yulia Nur Khayati, 2021)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Hubungan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Dengan

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Kota

2023.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui “Apakah ada Hubungan Kekurangan Energi

Kronik (KEK) Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di wilayah

kerja Puskesmas Kota Palu”?

C. Tujuan Penelitian

1. Umum

Untuk Mengetahui hubungan kekurangan energi kronik (KEK) dengan

kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Kota

Palu.

2. Khusus

a. Untuk mengetahui kejadian kekurangan energi kronik (KEK) di

wilayah kerja Puskesmas Kota Palu.

b. Untuk mengetahui kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah

kerja Puskesmas Kota Palu.

c. Untuk menganalisis hubungan kekurangan energi kronik (KEK)

dengan kejadian berat lahir rendah (BBLR) di wilayah Kerja

Puskesmas Kota Palu.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan informasi dan masukan dalam pelayanan antenatal care

kepada ibu hamil yang berkualitas untuk menurunkan angka kekurangan

energi kronik dan kejadian BBLR.

2. Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu

Sebagai bahan referensi dan informasi dalam meningkatkan pengetahuan

dan wawasan khususnya tentang kekurangan energi kronik pada masa

kehamilan dan pengaruhnya terhadap proses kelahiran BBLR bagi

mahasiswa dan peneliti selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan mengenai ibu hamil kekurangan energi kronik dan

pengaruhnya terhadap proses kelahiran BBLR serta memahami tentang

proses penelitian ilmiah.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kekurangan Energi Kronik (KEK)

1. Pengertian Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Kekurangan energi kronik atau KEK adalah keadaan malnutrisiatau

kekurangan makanan yang berlangsung cukup lama (menahun) dan

mengakibatkan gangguan kesehatan sehingga kebutuhan zat gizi pada ibu

hamil tidak terpenuhi. Pada umumnya Kekurangan Energi Kronis (KEK)

ditandai dengan kurangnya ukuran lingkar lengan atas (LILA) yakni <

23,5 cm. (Paramata dan Sandalayuk, 2019)

2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik

(KEK)

a. Pola Makan

Kekurangan gizi dapat terjadi pada wanisa usia subur di masa

kehamilan, salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak

seimbang dan tidak sesuai kebutuhan gizi sehingga tidak

tercukupunya makanan yang masuk kedalam tubuh. Dengan pola

makan yang termasuk dalam kategori kurang wanita usia subur

tersebut kebutuhan nutrisinya tidak sesuai angka kecukupan gizi

(AKG) yang direkomendasikan sehingga berpotensi terjadi

gangguan gizi (Alam et al, 2020).

8
Jika berlangsung lama akan meningkatkan resiko terjadinya

kekurangan energi kronik (KEK) lebih tinggi dibandingkan

individu yang mempunyai pola makan yang baik (Alam et al,

2020).

b. Riwayat Pendidikan

Riwayat pendidikan merupakan salah satu hal penting yang

dapat berpengaruh pada status gizi dan kesehatan karena ketidak

tahuan dan kurang akan informasi mengenai pentingnya

pemenuhan gizi untuk kesehatan dapat berdampak pada kesadaran

dan kemauan untuk menerapkan prilaku gizi seimbang dalam

kehidupan (Alam et al, 2020).

c. Pendapatan Keluarga

Jumlah pendapatan keluarga menentukan pola makan dalam

keluarga, jika pendapatannya rendah maka beresiko tidak

tercukupi asupan gizi yang baik dalam keluarga termasuk ibu

hamil dan keperluan janin akan diambil dari cadangan ibu karena

kebutuhan ibu saat hamil tidak terpenuhi, hal ini berpengaruh pada

pertumbuhan janin ibu dapat mengalami kekurangan energi kronis

(KEK) (Rahmi, 2016).

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan yang diperoleh

masyarakat atas prestasi kerjanya dalam periode tertentu, baik

harian, mingguan bulanan maupun tahunan. Terbatasnya

9
penghasilan keluarga membatasi kesanggupan keluarga untuk

membeli bahan makanan yang bergizi, dengan demikian tingkat

pendapatan sangat berperan dalam menentukan status gizi ibu

hamil (Rahmaniar dkk, 2013).

d. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan ibu tentunya juga berpengaruh terhadap makanan

yang dipilih, saat ibu memasuki msa ngidam dan merasakan mual

makan makanan yang akan dipilih ibu cenderung makanan yang

segar namun jika ibu memiliki pengetahuan yang baik meskipun

dalam masa ngidam dan mual ia akan berusaha untuk

memaksimalkan makanan yang masuk ketubuhnya dapat

mencukupi kebutuhan janin dan dirinya (Fitrianingtyas et al,

2018).

e. Umur

Umur ibu adalah salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

kelahiran bayi, umur ibu yang muda yakni < 20 tahun memerlukan

tambahan zat gizi yang cukup banyak, karena selain pertumbuhan

dan perkembangan ibu juga harus berbagi untuk perkembangan

janin, sedangkan umur ibu tua > 35 tahun juga membutuhkan

energi ya ng lebih banyak karena fungsi organ yang sudah

melemah. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan ibu

dengan resiko tinggi (Rahmi, 2016).

10
f. Paritas

Status wanita terkait jumlah anak yang pernah dilahirkan atau

paritas, paritas dengan resiko tinggi adalah pramigravida atau

hamil anak pertama resiko tersebut bisa disebabkan ketidak siapan

ibu atau kurangnya pengetahuan, umur ibu muda dan

grademultipara yakni kelahiran 4 anak atau lebih (Rahmi, 2016).

g. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi dapat mengganggu fungsi penyerapan pada

saluran pencernaan dan menurunkan nafsu makan sehingga

penyakit infeksi dapat berperan sebagai awal mula terjadinya

kekurangan gizi, begitu pula sebaliknya seseorang yang menderita

kekurangan gizi akan lebih mudah terjangkit penyakit infeksi

(Fitrianingtyas et al, 2018).

3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas untuk Deteksi Kekurangan Energi

Kronik (KEK) pada Ibu Hamil

Pengukuran LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko

kekurangan energi protein wanita usia subur (WUS). Pengukuran LiLA

tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam

jangka pendek. Salah satu kelebihan dari pengukuran LiLA digunakan

karena pengukurannya mudah dan bisa dilakukan baik masyarakat awam.

Alat yang digunakan untuk pengukuran LiLA adalah suatu pita pengukur

yang terbuat dari “Fiberglass” atau jenis kertas yang berlapis plastik.

11
Pengukuran LiLA dilakukan melalui urutan yang telah di tetapkan.

Ada 7 urutan pengukuran LiLA, yaitu:

a. Tetapkan posisi bahu dan siku

b. Letakkan pita antara bahu dan siku

c. Tentukan titik tengah lengan

d. Lingkarkan pita LiLA pada tengah lengan

e. Pita jangan terlalu ketat

f. Pita jangan terlalu longgar

g. Cara pembacaan angka yang benar yang ditunjukan oleh tanda

panah pada pita Lila (kearah angka yang lebih besar)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LiLA adalah

pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan

kiri (kecuali orang kidal diukur lengan kanan). Lengan harus dalam

posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang

dan kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak

kusut atau dilipat-lipat sehingga permukaannya tetap rata. (Supariasa,

dkk, 2016).

4. Dampak KEK pada ibu hamil

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Ibu yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK)

cenderung mengalami lelah dan lemas yang akan berdampak pada

janin yang ikut melemah, tumbuh kembang bayi juga membutuhkan

12
asupan yang cukup dari ibu untuk membantu pembentukan dan

perkembangan janin jika janin melemah dan asupan tidak terpenuhi

bayi yang dilahirkan akan mengalami berat bayi lahir rendah (BBLR)

(Erma Retnaningtyas, 2020).

b. Anemia

Ibu hamil KEK lebih mungkin mengalami anemia

dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK karena pola konsumsi dan

daya serap makanan pada ibu hamil yang mengalami KEK tidak

seimbang selama kehamilan sehingga menyebabkan gangguan lain

seperti anemia pada ibu hamil (Widya Larasati, 2018).

c. Stunting

Kejadian stunting pada anak akan berpengaruh pada kehidupan

berikutnya, faktor utama terjadinya stunting berasal dari kondisi ibu

saat hamil dengan ukuran LILA yang < 23,5 yakni kekurangan energi

kronik (KEK), status gizi ibu saat hamil menentukan kelahiran bayi.

Bila status gizi ibu sebelum dan saat hamil baik maka akan melahirkan

bayi yang sehat, cukup bulan dan berat badan yang normal begitu pula

dengan ibu yang mengalami kekurangan energi kronik (KEK) akan

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang akan

berdampak pada kejadian stunting. Dengan kata lain status gizi ibu

sebelum dan saat hamil sangat mempengaruhi kelahiran dan

pertumbuhan bayi yang dilahirkan (Ruaida & Soumokil, 2018).

13
B. Konsep Dasar Tentang BBLR

1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah merupakan kondisi bayi baru lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa melihat periode waktu bayi

berada dalam rahim (usia gestasi). Istilah premature baby telah mengalami

perubahan menjadi low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah)

sejak tahun 1961 dikarenakan bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram

tidak seluruhnya lahir pada usia kehamilan < 37 minggu (Pinontoan &

Tombokan, 2015).

Menurut Kemenkes (2014) BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram yang ditimbang pada 24 jam pertama

setelah kelahiran. BBLR dapat terjadi pada usia kehamilan kurang bulan

maupun cukup bulan dan memiliki masalah pada proses pertumbuhan

sehingga berat badan bayi tidak sesuai usia kehamilannya (Agustin,

Setiawan, & Fauzi, 2019).

2. Klasifikasi BBLR

WHO mengklasifikasi BBLR menjadi 3 macam berdasarkan berat

badan, yaitu:

a. Bayi berat lahir rendah (BBLR): bayi dengan berat badan 1.500

sampai dengan 2.500 gram pada saat lahir.

14
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bayi dengan berat badan

1.000 sampai dengan <1.500 gram pada saat lahir

c. Bayi berat lahir extrem rendah (BBLER): bayi dengan berat badan

<1.000 gram saat lahir (Annisa, 2023)

Klasifikasi BBLR dapat berdasarkan usia gestasinya, yaitu sebagai

berikut:

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) premature, yaitu BBLR yang

terjadi akibat usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kejadian

ini disebut bayi lahir tidak cukup bulan untuk usia kehamilan

(Annisa, 2023)

b. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dismatur, yaitu kondisi

ketika berat badan kurang dari seharusnya berdasarkan usia

kehamilan atau biasa disebut small for gestasional age.

Keadaan dismatur dapat terjadi pada kelahiran preterm, cukup

bulan (aterm), dan postterm (usia kehamilan > 42 minggu)

(Annisa, 2023)

3. Faktor Penyebab BBLR

a. Faktor Ibu

1) Usia Ibu

Dalam masa reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Usia< 20

15
tahun beresiko melahirkan bayi prematur karena memiliki

uterus yang belum berkembang secara sempurna dan serviks

yang pendek sehingga meningkatkan resiko infeksi. Ibu yang

berusia muda cenderung melahirkan bayi yang lebih kecil

karena mereka masih dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan, sehingga ibu dan bayi saling berkompetisi

untuk mendapatkan nutrisi.

sedangkan pada usia > 35 tahun kondisi badannya serta

kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat

mempengaruhi pertumbuhan janin intra uteri. Organ-organ

tubuh mereka sudah mengalami penurunan fungsi. Pada proses

pembuahan kualitas sel telur wanita pada usia ini sudah

menurun. Jika proses pembuahan mengalami gangguan maka

dapat menyebabkan terjadinya ganggguan pertumbuhan pada

buah kehamilan, hal ini kemungkinan menyebabkan IUGR

yang berakibat bayi BBLR (Widya Larasati, 2018).

2) Paritas

Status paritas yang tinggi dapat meningkatkan risiko

kejadian BBLR dan bayi lahir mati, hal tersebut terjadi karena

semakin tinggi status paritasnya maka kemampuan rahim

untuk menyediakan nutrisi bagi kehamilan selanjutnya semakin

menurun sehingga. penyaluran nutrisi antara ibu dan janin

16
terganggu yang akhirnya dapat mengakibatkan BBLR

(Manuaba, 2013)

3) Anemia

Anemia defisiensi zat besi didefinisikan dengan

rendahnya konsentrasi feritin serum < 30 µg/l dan hemoglobin

< 11, 0 g/dl, < 10,5 g/dl di trimester ke dua, dan 11,0 g/dl di

trimester ketiga. Anemia juga menyebabkan rendahnya

kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup

mendapat pasokan oksigen. Anemia akan mengurangi

kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Pada

kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi, sehingga memicu

peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma

bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun,

peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih

besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga

terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat

hemodilusi.Anemia dapat menyebabkan pengangkutan oksigen

menjadi terganggu sehingga nutrisi ke janin berkurang

(Manuaba, 2013)

17
4) Perawatan Antental

Pelayanan antenatal harus dilakukansehingga kondisi

ibu dan janin dapat dikontrol dengan baik. Pemeriksaan

antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang diikuti dengan

upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.

Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui

masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat,

serta menghasilkan bayi yang sehat. Jumlah kunjungan

perawatan kehamilan berkaitan dengan kejadian BBLR.

Pengaruh pelayanan antenatal selama kehamilan terhadap

kejadian BBLR meliputi faktor-faktor sebagai berikut yaitu:

kunjungan pertama pelayanan antenatal, jumlah kunjungan

pelayanan antenatal, serta kualitas pelayanan antenatal.

Kunjungan pertama pemeriksaan antenatal dilakukan segera

setelah diketahui terlambat haid, sehingga diharapkan dapat

menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai

persalinan. Ibu hamil juga dianjurkan untuk melakukan

pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap

trimester sedangkan trimester terakhir sebanyak 2 kali (Widya

Larasati, 2018).

18
Jarak Kelahiran Jarak kehamilan yang sangat pendek

dan jarak sangat panjang menjadi faktor resiko terjadinya ibu

melahirkan BBLR.Jarak kelahiran yang pendek akan

menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk

memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.

Ibu hamil yang jarak kelahirannya kurang dari 2 tahun,

kesehatan fisik dan rahimnya masih butuh istirahat yang

cukup. Kemungkinan juga ibu masih harus menyusui dan

meberikan perhatian pada anak yang dilahirkan sebelumnya

sehingga kondisi ibu yang lemah ini akan berdampak pada

kesehatan janin dan berat badan lahirnya (Manuaba, 2013).

4. Faktor Plasenta

Kelainan plasenta terjadi karena tidak berfungsinya plasenta dengan

baik sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen dalam plasenta.

Lepasnya sebagian plasenta dari perlekatannya atau posisi tali pusat yang

tidak sesuai dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan aliran darah dan nutrisi dari plasenta

ke janin Hal ini dapat juga menjadi potensi terjadinya BBLR (Irawati,

2020).

5. Faktor Janin

Kehamilan kembar (ganda/gemeli). Berat badan kedua janin pada

kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara 50 sampai 1.000

19
gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin tidak

sama. Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu

faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR. Pada kehamilan ganda

distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering

terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada

kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan

penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil (Irawati,

2020)

6. Faktor Lingkungan

a. Tempat Tinggal

Bila ibu bertempat tinggal di dataran tinggi seperti pegunungan

dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehigga suplai

oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang tempat

tinggalnya di dataran tinggi beresiko untuk mengalami hipoksia

janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut

dapat berpengaruh terhadap janin oleh karena gangguan

oksigenisasi/ kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat

menyebabkan lahirnya bayi BBLR (Maryunani, 2013).

b. Social Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi kualitas dan kuantitas

gizi ibu selama bulan–bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi

pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin kurang berat dan

20
panjang bayinya. Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran

kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gzi ibu selama

hamil yang berperan dalam pertumbuhan janin. Kejadian tertinggi

terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan

keadaan gizi yang kurang baik dan periksa (Maryunani, 2013).

c. Paparan Zat Beracun

Rokok mempunyai kandungan zatnikotin dan karbon

monoksida. Nikotin akan menimbulkan kontraksi pada pembuluh

darah, akibatnya alirah darah ketali pusat janin akan berkurang

sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat ke janin

berkurang. Sedangkan karbon monoksida akan mengikat Hb dalam

darah yang dapat menyebabkan distribusi zat makanan dan oksigen

yang disuplai ke janin menjadi terganggu, sehingga bisa berisiko

melahirkan BBLR (Mahdaleda, dkk, 2014).

C. Konsep Dasar Hubungan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Dengan

Bayi Barat Lahir Rendah (BBLR)

Status Gizi Kondisi ketidakseimbangan nutrisi atau malnutrisi yang

menyebabkan ibu mengalami penurunan darah. Volume darah penting untuk

membawa nutrisi atau O2 ke janin melalui plasenta. Terjadinya penurunan

volume darah maka curah jantung tidak adekuat, darah menuju plasenta yang

membawa nutrisi untuk janin tersebut mengalami penurunan yang

menyebabkan ukuran plasenta lebih kecil. Selain itu, karena adanya gangguan

21
sirkulasi O2 dan nutrisi maka akan mengakibatkan pertumbuhan janin

terhambat atau BBLR (Widya Larasati, 2018).

Kekurangan energi kronik (KEK) selama hamil akan menimbulkan

masalah, baik pada ibu maupun janin. KEK pada ibu hamil dapat

menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain : anemia,

pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan terkena

penyakit infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya

(prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi.

KEK ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat

menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum, lahir dengan berat lahir

rendah (BBLR). Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan

janin dalam kandungan. Apabila status gizi buruk, baik sebelum kehamilan

maupun selama kehamilan akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan

pada janin, menyebabkan terhambatnya pertumbuhan otak janin (Asfarina

Puspanagara dan Yulia Nur Khayati, 2021).

22
D. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka pikir juga disebut dengan kerangka teori, yang memberikan

gambaran hubungan berbagai variabel yang menyeluruh serta lengkap dengan

bagan dan alur yang mejelaskan adanya hubungan sebab akibat dari sebuah

fenomena. Kerangka teori dibuat berdasarkan teori yang didapat saat

melakukan kajian pustaka (I Made Sudarmaet al, 2021).

Faktor penyebab KEK :

a. Pola Makan
b. Riwayat Pendidikan KEK
c. Pendapatan Keluarga
d. Pengetahuan Ibu
e. Umur
f. Paritas
Hubungan KEK Dengan BBLR:
g. Penyakit Infeksi
1. Penurunan volume darah
2. Curah jantung tidak
Penyebab BBLR : adekuat
3. Gangguang sirkulasi O2 dan
1. Faktor Ibu : nutrisi
a. Usia Ibu
b. Paritas
c. Anemia
d. Perawatan Antenatal
2. Faktor Plasenta
3. Faktor Janin BBLR
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat Tinggal
b. Social Ekonomi Ket :
c. Paparan Zat Beracun Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2,1 Kerangka Teori

23
E. Kerangka Konsep Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2014), kerangaka pikir adalah suatu

penjabaran dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan

konsep yang lainnya, atau antara variable yang satu dengan variable yang lain

dari masalah yang diteliti.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kekurangan Energi Bayi Berat Lahir


Kronik (KEK) Pada Ibu Rendah (BBLR)
Hamil

Gambar 2.2 Kerangka Kosep

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Hasil pengujian yang diperoleh dapat disimpulakan benar atau salah,

berhubungan atau tidak, diterima atau ditolak. Pembuktian dilakukakan

dengan pengujian hipotesis ini sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha) adanya hubungan kekurangan energi kronik

(KEK) dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja

Puskesmas Kota Palu.

24
2. Hipotesis nol (H0) tidak adanya hubungan kekurangan energi kronik

(KEK) dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja

Peskesmas Kota Palu.

25
BAB III

METODE PENELITIN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah analitik yaitu suatu metode

yang dengan jenis pendekatan Cross-Sectional. Menurut Notoatmodjo (2014)

bahwa cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari sistematika

korelasi atau hubungan antara faktor-faktor resiko, dimana variabel

independen (variabel risiko) dan variabel dependen (variabel akibat) akan

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kota Palu

yaitu Puskesmas Talise, Puskesmas Tawaeli, Puskesmas Birobuli dan

Puskesmas Kamonji.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian subjek berupa

subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

26
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik

kesimpulannya (Masturoh and T, 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester 3 yang

bersalin di wilayah kerja Puskesmas Talise, Tawaeli, Birobuli, dan

Kamonji.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan. Penelitian

dengan menggunakan sampel lebih menguntungkan dibandingkan dengan

penelitian menggunakan populasi karena penelitian dengan menggunakan

sampel lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Ngatno, 2015).

a. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil trimester 3

yang bersalin pada saat penelitian berlangsung pada bulan mei-juni

tahun 2023 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Talise. Populasi

dalam penelitian ini tidak di ketahui jumlahnya maka untuk menetukan

besar sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus

Lemeshow oleh Stanley Lemeshow (1997) dalam (Sumiati, 2019)

yaitu sebagai berikut :

Zα ² p(1−p)
n=

27
Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z : 1,96 koefisiensi keterampilan dengan tingkat kepercayaan 95%

α : Derajat Kepercayaan

p : Maksimal estimasi = 50% = 0,5

q : 1-p = 1-0,5 = 0,5

d : alpha (0,15) atau sampling error = 15%

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel yang dibutuhkan yaitu :

Z ² p (1− p)
n=

1, 96².0 , 5(1−0,5)
n=
0 ,15²

1, 96². 0,25
n= 0,022

3,8146.0,25
n= 0,022

0,9604
n = 0,022

n = 43,65

n = 44 sampel

28
b. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive

sampling yaitu metode pengambilan sampel untuk memilih sampel

yang memenuhi persyaratan penelitian dalam waktu yang telah

ditentukan untuk memenuhi jumlah sampel yang diperlukan (I Made

Sudarma Adiputra et al, 2021).

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a) Variabel Dependen

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi nilainya yang

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kejadiab BBLR.

b) Variabel Independen

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel yang lain (Nursalam, 2016). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah KEK.

2. Definisi Operasional

a. KEK

Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu kondisi

kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam jangka waktu

29
lama, sehingga peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa

kehamilan tidak terpenuhi dengan ukuran LILA <23,5 cm yang di

dapatkan dari pemeriksaan LILA pada responden saat penelitian.

Terjadi tidaknya keadaan dimana responden menderita

kekurangan energi protein yang dapat diketahui dengan mengukur

lingkar lengan atas saat penelitian berlangsung.

Alat Ukur : Pita LILA dan formulir lembar checklist

Cara Ukur : Mengukur lengan kiri ibu menggunakan pita

LILA dan mengisi formulir lembar checklist

Hasil Ukur : KEK (<23,5cm)

Tidak KEK (≥23,5)

Skala Ukur : Nominal

b. BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang

berat nya saat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa

kehamilan dan ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

Alat Ukur : Timbangan bayi dan formulir lembar checklist

Cara Ukur : Menimbang berat badan bayi menggunakan

timbangan bayi dan mengisi formulir lembar

checklist

Hasil Ukur : BBLR (<2.500 gram)

Tidak BBLR (2.500 gram – 4.000 gram)

30
Skala Ukur : Nominal

E. Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019) Data atau informasi yang didapatkan dapat dibedakan

berdasarkan sumbernya, yaitu sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

individu (Nursalam, 2016). Data primer pada penelitian ini yaitu data yang

diperoleh peneliti dengan menggunakan pita LILA dan timbangan bayi

dan mengisi formulir lembar checklist untuk mengambil data ibu dan

bayinya.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

yaitu melalui pihak lain (Notoatmodjo, 2014). Data sekunder dalam

penelitian ini yaitu dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas

Kesehatan Kota Palu, Puskesmas Talise, Tawaeli, Birobuli dan Kamonji

serta Jurnal dan Artikel yang digunakan peneliti sebagai acuan yang

tercantum dalam daftar pustaka.

F. Alur Penelitian

1. Tahap Awal

a. Pengambilan Data

Langkah awal dalam penelitian ini adalah meminta surat izin

pengambilan data awal di Prodi S.Tr. Kebidanan Jurusan Kebidanan

31
Poltekkes Kemenkes Palu untuk mengambil data awal ke Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan Kota Palu,

Puskesmas Talise, Puskesmas Tawaeli, Puskesmas Birobuli,

Puskesmas Kamonji.

b. Mengurus surat izin penelitian dengan membawa surat izin dari

Poltekkes Kemenkes Palu ke tempat penelitian.

c. Peneliti datang ke Puskesmas untuk melakukan survey pendataan awal

dan sekaligus permintaan izin kepada pihak Puskesmas untuk

melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada responden, mejelaskan

tujuan dan tindakan, hak dan kewajibab responden.

b. Peneliti memberikan informed consent untuk ditanda tangani oleh

responden jika responden bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian.

c. Peneliti akan mengukuran lengan responden menggunakan pita LILA

dan mengisi formulir lembar checklist sesuai dengan identitas

responden.

d. Kemudian jika responden telah melahirkan/bersalin peneliti akan

melakukan penimbangan pada bayi baru lahir dan sekaligus menilai

32
menggunakan formulir lembar checklist apakah bayi yang dilahirkan

oleh ibu terjadi BBLR atau tidak.

3. Tahap Akhir

a. Penyusunan laoran hasil penelitian yang meliputi interpretasi data,

analisa data, dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan data yang

ada kemudian dihubungkan dengan jurnal dan teori-teori yang

bersangkutan.

b. Penyajian hasil penelitian dalam bentuk tertulis yang kemudian

dilakukannya bimbingan pada tiap dosen dan dilanjutkan dengan ujian,

revisi sesuai hasil ujian.

c. Penyerahan hasil laporan akhir peneliti yang telah direvisi pada dosen

yang bersangkutan kemudian diserahkan ketempat penelitian dan

kepada Poltekkes Kemnkes Palu.

G. Pengolahan Data

Pengolahan Data menurut (Sugiyono, 2019) yang dilaksanakan pada

penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Edit atau editing

Kegiatan mengedit data yang dilakukan untuk mengetahui kelengkapan

data, konsistensi data, dan kesesuaian dasar data yang diperlukan untuk

menghindari kesalahan pada program pengolahan data.

33
2. Memasukkan data atau data entry

Memasukkan data yang telah terkumpul setelah melewati proses editing

kemudian dimasukkan kedalam computer.

3. Pengkodean atau Coding

Proses pengolahan kode atau memberikan kode pada data yang sudah ada

yang bertujuan untuk merubah data tulisan menjadi data angka atau

membedakan sifat.

4. Tabel atau tabulating

Memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel. Tahap pengolahan data

yang dilakukan untuk memindahkan data KEK dan BBLR

5. Analisis data

Meneliti, mengubah, merapihkan, dan membuat tampilan data untuk

menemukan informasi.

H. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian mempunyai prosedur (Notoatmodjo,

2018), antara lain :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan ciri dari setiap variable penelitian. Analisa pada

penelitian ini adalah hubungan kekurangan energi kronis (KEK) dengan

kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Analisis ini digunakan untuk

34
mengetahui distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel. Untuk

mendapatkan presentase (P) dihitung dengan cara menggunakan rumus

(Notoatmodjo, 2014).

f
P= x 100 %
n

Keterangan:

P : Persentase

f : Jumlah tindakan yang dilakukan

n : Jumlah total tindakan

2. Analisis Bivariat

Analisis ini berlaku untuk dua variable yang berhubungan atau

berkorelasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan KEK

dengan kejadian BBLR dengan menggunakan Chi Square. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan perhitungan SPSS lalu disajiakan dalam

bentuk narasi terbuka. Bila nilai p ˃0,05 maka Ho diterima dan Ha di

tolak artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Bila p <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

I. Penyajian Data

Penyajian data yang digunakan dalam bentuk tabel. Terdapat tabel

yang berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian dan tabel yang

menggambarkan penyajian data.

35
36
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., & Munthe, S. A. (2021).


Metodologi Penelitian Kesehatan.
Annisa, N. (2023) ‘Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Dan Antenatal Care (ANC)
Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Kecamatan Way
Jepara’.
Asfarina Puspanagara and Yulia Nur Khayati (2021) ‘Hubungan Status Gizi Ibu
Bersalin dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr)’, Journal of
Holistics and Health Science, 3(1), pp. 42–50. doi: 10.35473/jhhs.v3i1.67.
Alam, S., Ansyar, D. I., & Satrianegara, M. F. (2020). Eating pattern and educational
history in women of childbearing age. Al-Sihah: The Public Health Science
Journal, 12(1), 81. https://doi.org/10.24252/as.v12i1.14185
Dinas Kesehatan Kota Palu (2021). Laporan Gizi Tahunan. Palu
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah (2021). Laporan Gizi Tahunan. Palu
Erma Retnaningtyas, R. P. Y. S. (2020). Analisis Kejadian Anemia Dan Kek Pada
Ibu Hamil Terhadap Kejadian Bblr Di Rsud Gambiran Kediri. Conference
on Innovation and Application of Science and Technology, (Ciastech),
1073–1080. Retrieved from http://publishing-
widyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/ciastech/article/view/2010
Fitrianingtyas, I., Pertiwi, F. D., & Rachmania, W. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kurang. 6(2).
Harismayanti, H. and Syukur, S. B. (2021) ‘Analisis Kekurangan Energi Kronik pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru’, Media Publikasi
Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 4(2), pp. 162–170. doi:
10.56338/mppki.v4i2.1491. .
I Made Sudarma A, Ni Wayan Trisnadewi, Ni Putu Wiwik, Seri Asnawati, Victor
Trismajaya H, Indah Budiastutik, Ahmad Faridi, Radeny Ramdany,
Rosmauli J.M, Putu Oky Ari T, Baiq Fitria R, Sanya Anda L, Andi
Susilawati, Efendy Sianturi, S. (2021) Metodologi Penelitian Kesehatan.
Satu. Edited by R. W. & J. Simarmata. Yayasan Kita Menulis.
Irawati, S. N. (2020) ‘Hubungan Anemia Dan Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)dDi Desa
Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo’, Jurusan Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan, pp. 1–16.

37
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan Indonesia.
Mahdalena, Hj. Endang, S. N., & Sugian, N. (2014). Pengaruh Rokok Terhadap Berat
Badan Bayi Baru Lahir Di Rsud Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan Volume
5 No. 2.
Maryunani, Anik dan Nuhayati. (2013). Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
(Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans Info Media
Masturoh, Imas, And Nauri Anggita T. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. 1st
Ed. Jakarta. Https://Dinus.Ac.Id/Repository/Dosc/Ajar/Metodologi-
Penelitian-Kesehatan_SC.Pdf.
Ningsih, F., Damayanti, N. and Suciaty, S. (2022) ‘Gambaran faktor-faktor risiko
bblr pada bayi di wilayah kerja puskesmas palu barat tahun 2021’, Jurnal
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 4(2), pp. 76–81.
Ngatno. 2015. Buku Ajar Metodologi. 1st Ed. Semarang: Cv Indoprinting.
Https://Doc-Pak.Undip.Ac.Id/331/1/Buku Ajar Metodologi Penelitian.Pdf.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


Paramata, Y., & Sandalayuk, M. (2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia
Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Gorontalo
Journal of Public Health, 2(1), 120. https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390
Puskesmas Talise. (2022). Laporan Gizi Tahunan. Palu
Puskesmas Tawaeli. (2022). Laporan Gizi Tahunan. Palu
Puskesmas Birobuli. (2022). Laporan Gizi Tahunan. Palu
Puskesmas Kamonji. (2022). Laporan Gizi Tahunan. Palu
Rahmi, L. (2016). Factors Related To Chronic Energy Deficiency ( Ced ) To. Jurnal
Kesehatan Medika Saintik, Vol 8, No(1), 35–46.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30633/88122017201735-461
Rahmaniar A, Taslim A, Burhanuddin B. (2013). Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kekurangan Energy Kronis Pada Ibu Hamil Di Tampa Padang,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Media Gizi Masyarakat Indonesia,
2(2): 98-103.
Ruaida, N., & Soumokil, O. (2018). Hubungan Status Kek Ibu Hamil Dan Bblr
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Tawiri Kota Ambon.
Jurnal Kesehatan Terpadu (Integrated Health Journal), 9(2), 1–7.
https://doi.org/10.32695/jkt.v2i9.12

38
Rukminingsih, Adnan, G., & Latief, M. A. (2020). Metode Penelitian Pendidikan.
Penelitian Kualitatif, Penelitian Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas. In
Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Sugiono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alphabet
Sumiati, Suindri, N. and Mauliku, J. (2021) ‘Hubungan Kurang Energi Kronik pada
Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah’, Info Kesehatan, 11(2), pp.
360–366.
Sumiati, N. M. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesma Birobuli Kota Palu Tahun 2019. Skripsi.Tidak dipublikasikan.
Supariasa IDN, dkk. (2016). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
UNICEF. (2019). UNICEF‟s approach to scaling up nutrition
Wahyuni, R., Rohani, S. and Ayu, J. D. (2022) ‘Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di
Praktik Bidan Mandiri (PMB) Desti Mayasari Pekon Kedaung Kecamatan
Pardasuka Tahun 2022’, Jurnal Maternitas Aisyah, pp. 9–11.
WHO. 2014. Low Birth Weigh (http://www.worldlifeexpentancy.com/cause-of-
death/low-birth-weight/by-countr/)
Widya Larasati, E. (2018). Hubungan antara Kekurangan Energi Kronis (KEK)
terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di RSKDIA Siti Fatimah
Makassar 2018. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2), 131–134.
https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i2.79

39
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukkan oleh peneliti dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan

Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Palu dengan Judul “Hubungan Kekurangan Energi

Kronik (KEK) Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja

Peskesmas Kota Palu.

Nama :

Alamat :

No. Telepon/Hp :

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitiann ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan

diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Palu, ………………………….2023

Yang memberikan persetujuan

(……………………………………)

40
FORMULIR PENELITIAN LEMBAR CHECKLIST

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DENGAN


KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA PALU

A. Indentitas Responden
1. Nama Responden :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pekerjaan :
5. Paritas :
Primipara :
Multipara :
Grande multi :

6. Pendidikan :
Dasar :
Menengah :
Tinggi :

B. Status KEK
1. Hasil Ukur LILA : cm
2. Status KEK
KEK :
Tidak KEK :

C. Status BBLR
1. Hasil penimbangan BBL : gram
2. Status BBLR :
BBLR :
Tidak BBLR :

41
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)

N Prosedur Uraian
O
1. Pengerian Pengukuran LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui

risiko kekurangan energi protein wanita usia subur

(WUS).

2. Tujuan Mengetahui status gizi ibu hamil

3. Alat dan bahan 1. Alat ukur (Pita Lila)

2. Alat tulis.

4. Langkah - langkah 1. Tetapkan posisi bahu dan siku

2. Letakkan pita antara bahu dan siku

3. Tentukan titik tengah lengan

4. Lingkarkan pita LiLA pada tengah lengan

5. Pita jangan terlalu ketat

6. Pita jangan terlalu longgar

7. Cara pembacaan angka yang benar yang

ditunjukan oleh tanda panah pada pita Lila

(kearah angka yang lebih besar)

42
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MENIMBANG BERAT BADAN BAYI

N Prosedur Uraian
O
1. Pengertian Mengukur berat badan bayi dengan menggunakan timbangan

2. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan menimbang berat badan

bayi

3. Alat dan bahan 1. Timbangan bayi

2. Alat tulis

4. Langkah - langkah 1. Penimbangan bayi

2. Timbangan dipastikan menunjuk angka nol

3. Lepaskan pakaian bayi

4. baringkan bayi diatas timbangan

5. Lihat hasil timbangan dengan membaca angka sesuai

jarum petunjuk ditimbangan bayi

6. Turunkan bayi dari timbangan dan kenakan kembali

pakaian bayi

43

Anda mungkin juga menyukai