Disusun Oleh :
Mengesahkan
Koordinator Prodi D3 Kebidanan
Novianti,S.ST.,M.Keb
NIP. 197811082005012010
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan
Komprehensif atau Continuity Of Care (CoC) pada ibu hamil, bersalin, bbl dan nifas
di PMB Sasmayana Kota bengkulu. Laporan ini disusun dengan bantuan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini secara khusus penulis
menyampaikan ucapan terima kasih, diantaranya kepada :
1. Novianti,S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan Universitas
Bengkulu, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di D3 Kebidanan Universitas Bengkulu dan memfasilitasi dalam
penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ini.
2. Asmariyah, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing akademik dalam Praktik PKK II di
PMB Sasmayana Kota Bengkulu yang telah bersedia untuk membimbing dan
memberikan arahan serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan laporan
asuhan kebidanan komprehensif ini.
3. Bidan Sasmayana, STr.Keb selaku pembimbing lahan praktik di PMB yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktik asuhan
kebidanan berkesinambungan serta membimbing dan memberi arahan dalam
penyusuna laporan asuhan kebidanan komprehensif ini.
Penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini tentunya masih
banyak terdapat kekurangan, kesalahan dan kekhilafan karena keterbatasan
kemampuan penulis, untuk itu sebelumnya penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan yang bersifat membangun atas laporan asuhan kebidanan komprehensif
ini. Penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati. Semoga
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini bermanfaat untuk prodi D3 Kebidanan
FMIPA Universitas Bengkulu dan bemanfaat bagi perkembangan ilmu di dunia
kebidanan.
iii
Bengkulu, April 2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................4
D. Manfaat ..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................6
A. Teori Kehamilan.............................................................................6
B. Teori Persalinan..............................................................................25
C. Teori Nifas......................................................................................53
D. Teori Bayi Baru Lahir (BBL).........................................................64
E. Teori Keluarga Berencana..............................................................71
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................111
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................143
BAB V PENUTUP..........................................................................................147
A. Kesimpulan.....................................................................................147
B. Saran...............................................................................................148
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya penyelenggaraan peningkatan kesehatan, ibu dan anak harus
mendapatkan prioritas dan perhatian khusus dalam anggota keluarga. Angka
kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara (Depkes, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, Angka Kematian
Ibu (AKI) di negara-negara berkembang diperkirakan 415 kematian ibu per
100.000 Kelahiran Hidup (KH) yang lebih tinggi dari pada AKI di Eropa dan
hampir 60 kali lebih tinggi dari pada di Australia dan Selandia Baru.
Data dari Ditjen Kesehatan Masyarakat jumlah AKI di Indonesia menurut
Provinsi tahun 2018-2019 dimana terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221
kematian ibu di Indonesia. Tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan sejumlah 1.280 kasus, hipertensi dalam kehamilan 1.066 kasus,
infeksi 207 kasus (Kemenkes RI, 2019). Hasil Survey Demografi Dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran
hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran
hidup.
Pemerintah memiliki target dalam penurunan AKI melalui model Annual
Average Reduction Rate (APR) atau angka penurunan rata-rata kematian ibu
pertahun dengan rata-rata penurunan 5,5% pertahun sebagai target kinerja. Model
tersebut diperkirakan pada tahun 2024 AKI di Indonesia turun menjadi
183/100.000 KH di tahun 2030 turun menjadi 131/100.000 KH dan dapat
menurunkan AKN menjadi 10 per 1.000 kelahiran hidup, AKB menjadi 16 per
1.000 kelahiran hidup di tahun 2024 (Kemenkes RI, 2020).
Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
1
2
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan sangat penting
dalam pelayanan kebidanan ditengah masayarakat. Dalam rangka membantu
menurunkan angka kematian ibu tersebut, maka bidan dituntut untuk dapat
melakukan pengawasan pada seorang wanita hamil secara menyeluruh dan
berkesinambungan, yang dimulai sejak wanita tersebut dinyatakan positif hamil
sampai melahirkan dan melewati masa nifasnya dengan baik serta dapat merawat
bayi dengan sehat dan selamat. Untuk itu bidan dalam menjalankan fungsinya
dituntut untuk mampu mendeteksi ditandai dengan komplikasi pada kehamilan,
memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman, memberikan
pertolongan kegawatdaruratan dalam kebidanan dan perinatal, serta dapat
melakukan kolaborasi dan rujukan.
Praktek Mandiri Bidan (PMB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
ibu dan anak. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Praktek Mandiri Bidan
(PMB) Sasmayana Kota Bengkulu pada priode Februari sampai dengan April
2021 diperoleh data Antenatal Care (ANC) sebanyak 108 kunjungan, 13 ibu
Intranatal Care (INC), 13 ibu Post Natal Care (PNC), 108 orang kunjungan KB.
Asuhan Continuity of care (COC) merupakan asuhan berkesinambungan
dari hamil sampai dengan KB, sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Upaya
bidan Indonesia untuk memantau kondisi ibu dan bayi sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi yang tidak segera di tangani, pemantauan tersebut secara
intensif sangatlah diperlukan untuk mendeteksi secara dini apabila ada penyulitan
atau kelainan dengan tujuan menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan,
persalinan, nifas sehingga tidak terjadi penyulit dan komplikasi (Yanti, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang asuhan kebidanan COC pada Ny “E” yang dimulai sejak masa
kehamilan TM III, bersalin, bayi baru lahir hingga masa nifas di PMB Sasmayana
kota Bengkulu.
4
B. Rumusan Masalah
Belum diketahui bagaimana keberhasilan asuhan kebidanan komprehensif (COC)
pada ibu hamil TM III, bersalin hingga 2 minggu masa nifas di PMB Sasmayana
Kota Bengkulu tahun 2021 dengan menggunakan asuhan kebidanan metode
SOAP.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah keterampilan dan wawasan serta meningkatkan
pemahaman,sehingga dapat memberikan asuhan secara tepat dan lebih
memiliki keberhasilan yang baik dalam memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif atau Continuity Of Care (CoC) pada ibu selama masa
kehamilan TM III, bersalin, bbl hingga masa nifas.
2. Bagi Institusi
Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini dapat dijadikan bahan
referensi bagi mahasiswa tentang asuhan kebidanan khususnya secara
komprehensif atau Continuity Of Care (CoC) pada ibu selama masa
kehamilan TM III, bersalin, bbl hingga masa nifas.
5
A. Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan. Apabila kehamilan
direncanakan, akan memberikan rasa bahagia dan penuh harapan, tetapi di sisi
lain diperlukan kemampuan bagi wanita untuk beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi selama kehamilan, baik perubahan yang terjadi secara fisiologis
maupun psikologis. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari
minggu ke minggu atau dari hulan ke bulan, terjadi perubahan pada fisik dan
mental (Fatimah, 2017).
Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon
progesteron dan hormon estrogen, yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam
tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan. Adanya ketidakseimbangan hormon
ini akan merangsang lambung sehingga asam lambung meningkat dan
menimbulkan rasa mual hingga muntah jika adaptasi ibu tidak kuat. Bahkan ada
yang sampai tidak mampu lagi menjalankan aktivitas kehidupan sehari- hari,
misalnya memasak, mencuci, mandi, makan, bahkan harus istirahat di tempat
tidur hingga ada yang dirawat di rumah sakit. Pada ibu hamil yang mampu
beradaptasi dengan perubahan keseimbangan hormon ini, perasaan mual tidak
begitu dirasakan, mereka dapat melaksanakan aktivitas sehari- hari seperti saat
tidak hamil (Fatimah, 2017).
Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester : trimester I, dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu); trimester II, dimulai dari bulan keempat
sampai 6 bulan (13-28 minggu); trimester III dari bulan tujuh sampai Sembilan
bulan (29-42 minggu) (Fatimah, 2017).
6
7
2) Serviks
Satu bulan setelah kondisi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadi edema dapa seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar serviks. Serviks merupakan
organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami perubahan yang
luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup
yang bertanggung jawab menjaga janin dalam uterus sampai akhir
kehamilan dan selama persalinan. Serviks didominasi oleh jaringan
ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks ekstraseluler
terutama mengandung kolagen dengan elastin dan proteoglikan dan
bagian sel yang mengandung otot dan fibroblast, epitel serta pembuluh
darah. (Yulizawati, 2017)
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga tertunda. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal
(Yulizawati, 2017)
4) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot diperineum dan vulva, sehingga
vagina akan terlihat berwarna keunguan. Perubahan ini meliputi
lapisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipetrofi
pada sel-sel otot polos. Dinding vagina mengalami banyak perubahan
yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada saat
persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos (Yulizawati, 2017).
9
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan
ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu,
juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20
terjadi peningkatan volume plasma. Performa ventrikel selama
kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan
perubahan pada aliran pulsasi arterial. Ventrikel kiri akan mengalami
hipertrofi dan dilatasi untuk memfasilitasi perubahan cardiac output,
tetapi kontraktilitasnya tidak berubah (Yulizawati, 2017).
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan
vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang, sehingga mengurangi aliran balik ke jantung. Akibatnya,
terjadi penurunan preload dan cardiac output sehingga akan
menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan
sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan
mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Eritropoetin ginjal akan
meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20%-30%, tetapi tidak
sebanding dengan peningkatan plasma darah hingga mengakibatkan
hemodelusi dan penurunan kadar hemoglobin mencapai 11 g/dL
(Yulizawati, 2017).
2. Tanda tanda dan gejala kehamilan
a. Tanda tidak pasti kehamilan
Berikut adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan :
1) Amenorea (terlambat datang bulan).
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan
persalinan.
9) Epulis.
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena.
Pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh
darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna,
kaki, betis dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat
menghilang setelah persalinan (Yulizawati, 2017)
b. Tanda dugaan kehamilan
1) Rahim membesar, sesuai dengan usia kehamilan.
2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks,
tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks dan teraba ballotement.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian
kemungkinan positif palsu.
c. Tanda pasti kehamilan
1) Gerakan janin dalam Rahim.
2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagianbagian janin.
3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi, alat Doppler dan dapat dilihat dengan ultrasonografi
(Yulizawati, 2017).
3. Perubahan fisiologi dan psikologi kehamilan
a. Perubahan fisik pada kehamilan
1) Perut dan uterus membesar
Pembesaran dinding abdomen terkait dengan tejadinya
pembesaran uterus di rongga abdomen. Pembesaran ini biasanya
dimulai pada usia kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari
organ pelvik jadi organ abdomen. Pembesaran perut ibu lebih terlihat
pada posisi berdiri jika dibandingkan dengan posisi berbaring. Juga
lebih terlihat pada multipara dibandingkan dengan primigravida akibat
kendurnya otot – otot dinding perut (Yulizawati, 2017).
12
akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda
apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya (Fatimah, 2017).
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman
akibat kehamilan pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa
dirinya aneh dan jelek .Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil.Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami keluarga dan bidan (Fatimah, 2017).
4. Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama dalam makanan sehari hari.
Sebenarnya tidak ada rekomendasi tetap mengenai asupan minimal
karbohidrat bagi ibu hamil dan ibu menyusui, namun bila di US dan
Kanada rekomendasi asupan karbohidrat bagi ibu hamil sebesar 175 gram
per hari dan bagi ibu menyusui sebesar 210 gram per hari.
b. Protein
Trimester awal kehamilan, pada ibu hamil usia 19- 50 tahun
kebutuhan asupan protein sebesar 46 gram per hari. Pada trimester II dan
III 60 gram per hari. Protein pada kehamilan berguna untuk membantu
sintesis jaringan maternal dan pertumbuhan janin. - Lemak Rekomendasi
intake lemak dalam masa kehamilan sebesar 20- 35 % dari total energi
keseluruhan.
c. Lemak
Lemak membantu penyerapan vitamin larut lemak yaitu vitamin A,
D, E, dan K. Selama kehamilan, janin mengambil asam lemak sebagai
sumber makanan dari ibu, namun pada trimester III janin dapat membuat
asam lemak sendiri yang berguna untuk menaikkan berat badan saat lahir
nanti (Yulizawati, 2017).
5. Jadwal kunjungan ANC
14
a. Terlalu muda (primi muda) yaitu ibu hamil pertama pada usia kurang
dari 20 tahun, dimana pada usia tersebut organ reproduksi dan kondisi
panggul belum berkembang secara optimal serta kondisi mental yang
belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu.
Dampak yang dapat terjadi yaitu abortus, premature, penyakit infeksi,
BBLR, dan perdarahan postpartum.
b. Terlalu tua (primi tua) yaitu ibu hamil pertama pada usia lebih dari 35
tahun, dimana pada usia tersebut ibu rentan terserang penyakit dan
memiliki hubungan signifikan dengan preeklamsia, kelahiran bayi
premature, dan persalinan seksio caesarea (SC). Penyakit hipertensi
dapat menyebabkan preeklamsia, dan mempengaruhi pertumbuhan
plasenta yaitu hypertropi plasenta.
c. Terlalu banyak anak (grande multi) yaitu ibu pernah hamil dan
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih, dimana akan ditemui organ
reproduksi uterus yang terganggu karena terjadi kekendoran pada otot
dinding uterus dan berdampak perdarahan saat persalinan atau risiko SC.
d. Terlalu dekat jarak kehamilan yaitu jarak persalinan terakhir dan
kehamilan apabila kurang dari12 bulan meningkatkan kemungkinan
risiko prematur. Jarak kehamilan yang paling tepat adalah 2 tahun atau
lebih. Jarak kehamilan yang pendek akan mengakibatkan belum pulihnya
kondisi tubuh ibu setelah melahirkan. Sehingga meningkatkan risiko
kelemahan dan kematian ibu (Kemenkes RI, 2019).
e. Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm
atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
f. Anemia dengan hemoglobin < 11 g/dl.
g. Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.
h. Riwayat obstetri buruk seperti abortus, kehamilan ektopik terganggu,
mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital.
23
persiapan uang sangat diperlukan saat akan merujuk yaitu untuk persiapan
administrasi maka hal ini harus diingatkan kepada keluarga untuk membawa
uang saatakan merujuk. Darah (DA) persiapan donor darah yang sesuai
dengan golongan darah pasien dari keluarga untuk berjaga-jaga jika
dimungkinkan memelukan donor darah (Wahyuni, 2018).
B. Persalinan
Persalinan merupakan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Kurniarum, 2016).
1. Patofisologi persalinan
a. Tanda – tanda permulaan persalinan :
1) Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan – robekan kecil pada serviks.
3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada
(Rosyati, 2017).
2. Mekanisme persalinan normal
a. Masuknya kepala janin dalam PAP
1) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi
pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi
pada permulaan persalinan.
2) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila
dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan
teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung
kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada
saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
26
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi.
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm
atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm).
d) Terjadi penurunan bagian terendah janin (Kurniarum, 2016).
Fisiologi kala I
a. Uterus :
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan
ke bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang
dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan
relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik
(Kurniarum, 2016).
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut :
1) Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan
pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir
kehamilan normal berubah – ubah (beberapa mm sampai 3 cm).
Mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur
sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat
tipis ini disebut sebagai menipis penuh.
2) Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks.
Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran
centimeter dengan menggunakan jari tangan saat peeriksaan
dalam. Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai
diameter 10 cm.
3) Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan
darah sedikit atau sedang dari serviks (Kurniarum, 2016).
29
b. Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi
dan 1 jam pada multi (Kurniarum, 2016).
1) Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah :
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara
rata-rata 0.5 jam (Kurniarum, 2016).
Fisiologi kala II
(1) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya
tiap 2-3 menit
(2) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya
cairan kekuningkuningan sekonyong-konyong dan banyak
(3) Pasien mulai mengejan
(4) Akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka
(5) Puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu
his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini
disebut “Kepala membuka pintu”
(6) Akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”
(7) His berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi
dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara,
30
akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding
uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek
saat plasenta lepas (Kurniarum, 2016).
Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus
seluruhnya berkontraksi. Plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi
dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini yang akan
menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-
360 cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa
sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh
sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan
dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala
III yang kompeten (Kurniarum, 2016).
d. Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
1) Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
2) Masa 1 jam setelah plasenta lahir
3) Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil,
perlu dipantau lebih sering
4) Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
(Kurniarum, 2016)
5) Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran penderita
b) Pemeriksaan tanda vital
c) Kontraksi uterus
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500cc.
32
Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara
anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Kurniarum, 2016).
4. Perubahan fisiologi dan psikologi persalinan
a. Perubahan Fisiologis
1) Perubahan uterus
Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan yang
terjadi sebagai berikut :
a) Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke
depan dan ke bawah abdomen
b) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)
(1) SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan
berkontraksi Dinding akan bertambah tebal dengan majunya
persalinan sehingga mendorong bayi keluar
(2) SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan
dilatasi. Dilatasi makin tipis karena terus diregang dengan
majunya persalinan (Kurniarum, 2016).
2) Perubahan bentuk rahim
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang
sedangkan ukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang.
Pengaruh perubahan bentuk rahim ini :
a) Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan
punggung bayi turun menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan
fundus, dan bagian tertekan Pintu Atas Panggul.
b) Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang
diregang dan menarik. Segmen bawah rahim dan serviks
akibatnya menimbulkan terjadinya pembukaan serviks sehingga
33
(3) Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
(4) Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan
takikardi.
e) Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan. Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga
popularitas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu dan kamu
sebagai bayi) menjadi semakin jelas. Timbulah dualitas perasaan
yaitu : Harapan cinta kasih, Impuls bermusuhan dan kebencian.
f) Sikap bermusuhan terhadap bayinya
Keinginan untuk memiliki janin yang unggul, Cemas kalau
bayinya tidak aman di luar rahim dan Belum mampu bertanggung
jawab sebagai seorang ibu
g) Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi
Takut mati, Trauma kelahiran,Perasaan bersalah,Ketakutan riil
(Kurniarum, 2016).
2) Perubahan Psikologis Ibu Bersalin Kala II
Masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga
akan kelahiran bayinya, tapi ada juga yang merasa takut. Adapun
perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai berikut :
a) Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan
lengkap
b) Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan
lengkap
c) Frustasi dan marah
d) Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar
bersalin
e) Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
f) Fokus pada dirinya sendiri (Kurniarum, 2016).
41
7) Evaluasi
a) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perarahan
pervaginam.
(1) 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
b) Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
c) Evaluasi dan estimasi jmlah kehilangan darah.
d) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam ke-2 pasca persalinan.
(1) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selema 2
jam pertama pasca persalinan.
(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
e) Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal ( 36,5-37,5 ).
8) Kebersihan dan keamanan
a) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
di dkontaminasi.
b) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
c) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
52
C. Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama
masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sukma, 2017).
1. Tahapan masa nifas
a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
b. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Sukma, 2017).
2. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Involusi rahim
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari bawah
pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang
tetapi sesudah 2 hari, uterus akan mengecil dengan cepat, pada hari
ke–10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah 6 minggu ukurannya kembali
ke keadaan sebelum hamil. Pada ibu yang telah mempunyai anak
biasanya uterusnya sedikit lebih besar daripada ibu yang belum pernah
mempunyai anak. Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi
lebih kecil, karena sitoplasma nya yang berlebihan dibuang, involusi
disebabkan oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim
dipecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing,
54
post partum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa
urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Lebih kurang 30 – 60 % wanita
mengalami inkontinensial urine selama periode post partum. Bisa trauma
akibat kehamilan dan persalinan,
Efek anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih,
dan nyeri perineum terasa lebih lama, Mobilisasi dini bisa mengurangi hal
diatas. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali pada akhir postpartum
minggu ke empat. Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai
proteinuria nonpatologis sejak pasca salin hingga hari kedua postpartum.
Mendapatkan urin yang valid harus diperoleh dari urin dari kateterisasi
yang tidak terkontaminasi lochea (Wahyuningsih, 2018).
e. Musculoskleletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
diberikan. Wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks.
Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke
keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali elastisitasnya, tetapi
sejumlah kecil stria menetap.
f. Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai omset
pemenuhan mamae pada hari ke- 3 post partum. Hormon pituitary
prolaktin meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH meningkat pada minggu ke- 3. Lamanya seorang
wanita mendapatkan menstruasi juga dapat dipengerahui oleh factor
menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena
58
h. Hematologi
Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih
hingga 15.000 selama proses persalinan, tetap meningkat untuk sepasang
hari pertama postpartum. Jumlah sel darah putih dapat menjadi lebih
meningkat hingga 25.000 atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika
wanita mengalami proses 10 persalinan diperlama. Meskipun demikian,
berbagai tipe infeksi mungkin dapat dikesampingkan dalam temuan
tersebut. Jumlah normal kehilangan darah dalam persalinan pervaginam
500 ml, seksio secaria 1000 ml, histerektomi secaria 1500 ml. Total darah
yang hilang hingga akhir masa postpartum sebanyak 1500 ml, yaitu 200-
500 ml pada saat persalinan, 500-800 ml pada minggu pertama postpartum
±500 ml pada saat puerperium selanjutnya. Total volume darah kembali
normal setelah 3 minggu postpartum. Jumlah hemoglobin normal akan
kembali pada 4-6 minggu postpartum (Sukma, 2017).
3. Perubahan psikologis masa nifas
a. Taking in Period ( Masa ketergantungan)
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih
12 mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
b. Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
c. Leting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau
merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya (Sukma, 2017).
60
3) Demam
4) Nyeri perut berat
5) Kelelahan atau sesak nafas
6) Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau pandangan
kabur
7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan
putting
h. Memberikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut :
1) Kebersihan diri
a) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang
air kecil atau besar dengan sabun dan air.
b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau sewaktu-waktu
terasa basah atau kotor dan tidak nyaman.
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
d) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi
(Wahyuningsih, 2018).
2) Istirahat
a) Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat bayi
tidur, karena terdapat kemungkinan ibu harus sering terbangun
pada malam hari karena menyusui.
b) Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap. c.
3) Latihan (exercise)
a) Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul.
b) Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul :
(1) Menarik otot perut bagian bawah selagi menarik napas dalam
posisi tidur terlentang dengan lengan disamping, tahan napas
sampai hitungan 5, angkat dagu ke dada, ulangi sebanyak 10
kali.
64
sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 - 4000 gram, dengan nilai
apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Jamil, 2017).
1. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan aterm antara 37-
42 minggu, BB 2500 – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada 30-
38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJJ
120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan
licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut kepala biasanya telah
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR > 7.
Tabel 2.2 Penilaian Skoring APGAR
TANDA NILAI 0 NILAI 1 NILAI 2
Appearance Pucat/Biru seluruh Tubuh Merah Seluruh
(Warna Kulit) tubuh Ekstremitas Biru Tubuh
Kemerahan
Pulse Tidak ada <100 >100
(Denyut Jantung)
Grimace Lemah Ekstremitas Gerakan Aktif
(Tonus Otot) Sedikit Fleksi
Activity Tidak ada Menyeringai Langsung
(Aktivitas) Menangis
Respiration Tidak ada Lambat/Tidak Baik,
(Pernafasan) teratur Menangis
Sumber : (Jamil, 2017).
2. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
a. Bernafas dan menangis spontan, terjadi sekitar 30 detik setelah lahir
dengan frekuensi 40-60x/menit.
b. Frekuensi jantung berkisar 180x/menit, kemudian turun menjadi 140-
120x/menit.
c. Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat verniks casseosa.
d. Lemak subkutan cukup tebal.
e. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik.
f. Aktifitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi.
g. BB berkisar antara 2500-3000 gram.
h. PB antara 50-55 cm.
i. Ukuran lingkar kepala, antara lain: 33-35 cm.
66
3. Penatalaksanaan BBL
a. Penilaian Nilai kondisi bayi :
1) Bayi menangis kuat/bernafas tanpa kesulitan.
2) Bayi bergerak dengan aktif/lemas.
3) Warna kulit bayi merah muda, pucat/biru.
b. Pencegahan Infeksi
1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi.
2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.
3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula dengan
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop (Jamil, 2017).
c. Pemeriksaan fisik
Langkah-langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi :
1) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang
dalam keadaan normal berkisar 32-37 cm, lingkar dada 34-36 cm,
panjang badan 45-53 cm, berat badan bayi 2500-4000 gram.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam
berespon terhadap lingkungan.
a) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C
pada pengukuran diaxila.
b) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
68
c) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,
kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 40 sampai 60
kali permenit (Jamil, 2017).
3) Pencegahan infeksi
a) Melakukan pemberian salep mata anti biotic profilaksis, dan
vitamin K1, 1 mg im di paha kiri anterolateral.
b) Setelah 1 jam pemberian vit K1, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan anterolateral.
c) Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu waktu bisa
di susukan. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai
bayi berhasil menyusu (Jamil, 2017).
d. Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
1) Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi
(lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).
2) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu
aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah
36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian
kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan
persentuhan kulit ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda
memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu
(paling sedikit) satu (1) jam.
3) Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan
tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk
mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau
selimut 18 bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah
dimandikan.
4) Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
69
E. Keluarga Berencana
1. Konsep Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan dan mengatur interval
diantara kelahiran (Prijatni, 2016).
a. Tujuan KB
1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, serta terciptanya penduduk
yang berkualitas.
2) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan
kelahiran sekaligus menjamin terkendalinnya pertumbuhan penduduk.
b. Sasaran dari program KB
1) Sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan.
2) Sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB,
dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, dan sejahtera
c. Ruang lingkup program KB
1) Komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
2) Konseling
72
3) Pelayanan infertilitas
4) Pendidikan seks
5) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan (Prijatni,
2016).
2. Alkon Non MKJP
Non MKJP dalah kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta
menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka pendek, terdiri dari
suntik, pil dan kondom (BKKBN. 2017).
a. Kondom
2) Jenis minipil
a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg levonorgestrel atau 350
µgnoretindron.
b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µgdesogestrel.
3) Cara kerja minipil
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis streroid seks di
ovarium (tidak begitu kuat).
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit.
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma.
d) Mengubah motilitas tuba sehingga transfortasi sperma terganggu.
4) Efektivitas minipil
Sangat efektif (98,5 %). Penggunaan minipil jangan sampai terlupa
satu dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal
(muntah, diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan
sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan
dengan minipil perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat
meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontrasepsi dari
minipil dapat terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi,
maka :
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.
b) Tidak mengganggu hubungan seksual.
c) Tidak mempengaruhi ASI.
d) Kesuburan cepat kembali.
e) Nyaman dan mudah digunakan.
f) Sedikit efek samping.
g) Dapat dihentikan setiap saat.
h) Tidak mengandung estrogen (Rahayu, 2016).
77
kontrasepsi ini efektif dan efesien untuk tujuan pemakaian untuk penjarangan
kelahiran lebih dari 3 tahun atau untuk mengakhiri kehamilan pada pasangan
yang sudah tidak ingin menambah anak lagi (BKKBN, 2017).
Jenis-jenis MKJP
Metode yang tergolong kontrasepsi jangka panjang adalah AKDR/IUD,
AKBK/Implant, Medis Operasi Wanita (MOW), dan Medis Operasi Pria
(MOP) (BKKBN, 2020).
a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim / IUD
6) Keterbatasan Vasektomi
a) Permanen dan timbul masalah bila klien menikah lagi
b) Bila tidak siap ada kemungkinan timbul penyesalan di
kemudian hari
c) Perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis sehingga
perlu 20 kali ejakulasi (Yulizawati, 2019).
d) Resiko dan efek samping pembedahan kecil :
a) Ada rasa nyeri atau tak nyaman pasca bedah
b) Perlu tenaga pelaksana terlatih
c) Tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya:
HIV/AIDS, HBV)
7) Cara Vasektomi
a) Metode vasektomi standar, cara ini dimulai dengan melakukan
anestesi/bius lokal ke daerah pertengahan skrotum (bila anda
takut anda dapat meminta sedasi). Kemudian dilakukan sayatan
1-2 cm diatasnya. Saluran sudah tampak maka saluran akan
dipotong, lalu kedua ujungnya akan diikat. Hal sama akan
dilakukan pada saluran sperma satunya. Kemudian luka ditutup
dengan penjahitan (Yulizawati, 2019).
b) Metode vasektomi tanpa pisau. Proses awalnya sama yaitu
melakukan anestesi lokal pada skrotum lalu dengan klem
dilakukan fiksasi pada saluran sperma, kemudian dengan
forceps khusus dibuang lubang, lalu saluran ditonjolkan keluar
untuk dikeluarkan melalui lubang forceps yang sudah
diperbesar. Kemudian saluran sperma dipotong dan diikat
dengan benang lalu dikembalikan ke dalam skrotum. Luka
ditutup dengan perban. Sesuai namanya, prosedur ini tidak
memerlukan pisau bedah sehingga tidak ada sayatan yang
dibuat. Sebaliknya, hanya dua tusukan kecil dilakukan di
masing-masing sisi untuk mengambil vas deferens dan
106
8) Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif dan
yang merugikan klien menjadi menguntungkan klien.
9) Meningkatkan penerimaan.
10) Menjamin pilihan yang cocok.
11) Menjamin penggunaan cara yang efektif (Prijatni, 2016).
b. Jenis konseling
Komponen yang penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan yaitu :
1) Konseling awal
a) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil
b) Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien
untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya
c) Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah :
(1) Menanyakan langkah yang disukai klien
(2) Apa yang diketahui tentang cara kerjanya, kelebihan dan
kekurangannya (Setiyaningrum, 2016).
2) Konseling khusus
a) Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang cara KB dan
membicarakan pengalamannya
b) Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang diinginkannya
c) Mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok dan
mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaanya
3) Konseling tindak lanjut
a) Konseling lebih bervariasi dari konseling awal
b) Pemberi pelayananan harus dapat membedakan masalah yang
serius yang memerlukan rujukan dan masalah yang ringan yang
dapat di atasi ditempat (Setiyaningrum, 2016).
c. Manfaat Konseling
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun
keuntungannya adalah :
108
3) U : Uraikan
a) Uraikan pada klien mengenai pilihannya.
b) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia inginkan serta
jelaskan jenis lain.
4) TU : Bantu
a) Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya.
b) Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya.
5) J : Jelaskan
a) Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.
b) Jelaskan bagaimana penggunaannya.
c) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi.
6) U : Kunjungan ulang
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan, lakukan hal-hal berikut
tanyakan apakah klien masih menggunakan cara KB ketika bertemu
anda yang terakhir kali. Kalau “ya” tanyakan apakah klien
menyukainya, tanyakan apakah klien mengalami efek samping, jika
klien memang mengalami keluhan efek samping, jelaskan
kemungkinan penyebabnya dan sarankan hal yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalahnya. Tanyakan apakah klien masih ingin
bertanya dan menjelaskan keluhannya atau keinginannya
(Setiyaningrum, 2016).
g. Peran Konselor KB
Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada
pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas
seorang konselor adalah sebagai berikut :
1) Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat
pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
110
111
112
d. UK : 36 minggu 6 hari
4. Obat yang dikonsumsi
Ibu mengatakan hanya mengonsumsi obat yang diberikan oleh bidan
Tablet tambah darah (Samcobion) 1×1 tablet
Kalk 1×1 tablet
Tidak ada riwayat alergi obat
5. Keluhan-keluhan pada
a. Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah
b. Trimesteri II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
c. Trimester III : Ibu mengatakan sering BAK
1) ANC
Ibu mengatakan pernah melakukan ANC sebanyak 5 kali
a) Trimester I : Sebanyak 2× di bidan keluhan kadang-kadang merasa
mual. Bidan menyarankan untuk makan sedikit tapi sering dan
makan makanan yang bergizi.
b) Trimester II : Sebanyak 1× di bidan, tidak ada keluhan. Bidan
menyarankan istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi
c) Trimester III : Sebanyak 2x di bidan keluhan sering BAK.
2) Imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali.
3) Perasaan tentang diri dan kehamilannya
Ibu mengatakan bahagia dengan kehamilan sekarang.
6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sekarang sedang tidak menderita penyakit seperti
hepatitis, asma, hpertensi, DM dan HIV/AIDS
b. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menurun, seperti hipertensi, jantung
113
2) BAK
Ibu mengatakan BAK meningkat menjadi 8 × sehari, warna dan bau
khas urine, ibu mengatakan tidak merasa sakit saat BAK
c. Aktivitas
Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
biasanya ,namun mengurangi pekerjaan yang berat-berat
d. Istirahat / tidur
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, dan tidur malam 6 jam
e. Pola personal hygine
Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 1
hari sekali dan ganti baju 2 kali sehari
f. Keadaan psikologis
1) Perasaan tentang kehamilan ini
Ibu mengatakan merasa senang atas kehamilannya.
2) Jenis kelamin yang diharapkan
Ibu mengatakan tetap menerima dengan senang apapun jenis
kelamin anaknya asalkan anak terlahir dengan sehat.
3) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan keluarga mendukung atas kehamilan ini.
4) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
Ibu mengatakan di keluargannya tidak ada kegiatan adat istiadat
selama kehamilan
g. Penggunaan obat-obatan/rokok
Ibu mengatakan tidak menggunakan obat-obatan dan tidak merokok.
h. Jaminan kesehatan
Ibu dan suami sudah mempersiapkan asuransi persalinan melalui BPJS
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
115
c. Mammae
1) Pembesaran : Normal
2) Keadaan : Simetris kanan dan kiri
3) Areola : Hyperpigmentasi
4) Puting susu : Menonjol
d. Abdomen
1) Inspeksi
a) Luka bekas operasi : Tidak ada bekas luka operasi
b) Linea alba/nigra : Nigra
c) Kelainan : Tidak ada
2) Palpasi
a) Leopold I : TFU 3 jari di bawah px (32 cm)
bagian fundus teraba lunak, bundar, tidak
melenting (bokong).
b) Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba tahanan keras
dan memanjang (punggung). Bagian
kanan ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas).
c) Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba, keras,
bulat melenting (kepala) dan kepala masih
bisa digoyangkan.
d) Leopold IV : Kedua ujung jari masih bisa disatukan
(Konvergen)
TBJ : (32-12) × 155 = 3100 gr
DJJ : 148 x/menit
e. Ekstremitas
1) Atas
a) Bentuk : Simetris
b) Warna kuku : Merah muda
c) Oedema : Tidak ada
117
2) Bawah
a) Bentuk : Simetris
b) Varices : Tidak ada
c) Warna kuku : Merah muda
d) Oedema : Tidak ada
e) Reflek patella : (+) / (+)
f. Genetalia
Tidak dilakukan dikarenakan ibu tidak bersedia.
3. Pemeriksaan Penunjang
HB : 11 gr/dl
Protein urine : (-)
Glukosa urine : (-)
C. Analisa
Ny. E usia 33 tahun G3P2A0 usia kehamilan 36 minggu 6 hari, intra uterin, janin
tunggal hidup, presentasi kepala, belum masuk PAP, KU ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Informend consent
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan janin
baik, TD 100/80 mmHg, DJJ 148 x/m. BB : 76 kg dan usia kehamilan 36
minggu. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
3. Mendiskusikan pada ibu hasil pemeriksaan Hb, protein uerin, dan urine
reduksi. Hb : 11 gr/dl, Protein urine: (-), Glukosa urine: (-).
Evaluasi : Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan.
4. Memberikan pendidikan kesehatan (penkes) pada ibu tentang nutrisi bahwa
ibu harus mengkonsumsi makanan gizi seimbang seperti zat pembangun
didapat dari nasi, roti, sereal, dan umbi-umbian, zat pengatur didapat dari
ikan, daging, susu, buah-buahan dan sayuran. Makanan tersebut berguna
118
untuk menjaga kesehatan ibu dan janin, cadangan laktasim dan tenaga pada
saat persalinan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan.
5. Mendiskusikan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan tua
diantaranya perdarahan pervaginam, bengkak dimuka, tangan dan kaki
disertai sakit kepala yang hebat dan menetap, penglihatan kabur, demam
tinggi berhari-hari, keluar air ketuban sebelum waktunya serta pergerakan
janin berkurang. Jika ibu memiliki salah satu tanda bahaya tersebut, ibu
harus segera datang ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan
yang tepat.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan.
6. Memberikan penkes kepada ibu tentang persiapan persalinan diantaranya
memilih tempat dan penolong persalinan, kendaraan, perlengkapan ibu dan
bayi saat persalinan biaya persalinan, pendonor darah jika sewaktu-waktu
ibu mengalami kegawat daruratan dan membutuhkan pendonor darah.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan.
7. Memberikan penkes kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu mulas
yang semakin sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah dari vagina
serta keluar air-air (ketuban). Jika ibu mengalami tanda-tanda tersebut ibu
harus segera datang kebidan karena itu berarti ibu akan segera memasuki
proses persalinan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan
8. Mendiskusikan kepada ibu bahwa mengalami sering BAK pada kehamilan
TM III merupakan hal yang fisiologis atau normal karena janin semakin
membesar sehingga menekan kandung kemih dan hal tersebut
mengakibatkan ibu mengalami sering BAK.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan
9. Mendiskusikan kepada ibu tentang beberapa minuman yang dapat
meningkatkan aktifitas BAK seperti minuman yang mengandung alcohol,
minuman bersoda atau dengan kandungan tinggi gula dan minuman
119
e. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sekarang sedang tidak menderita penyakit seperti
hepatitis, asma, hpertensi, DM dan HIV/AIDS
2) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menurun, seperti hipertensi, jantung
3) Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan dulu tidak pernah menderita penyakut seperti
hepatitis, asma, hipertensi, DM dan HIV/AIDS
f. Riwayat kontrasepsi yang pernah ibu gunakan sebelum hamil
Ibu mengatakan sebelumnya perrnah menggunakan KB suntik 3 bulan.
g. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
a) Makan
Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang, menu bervariasi
dalam 1 minggu dengan komposisi karbohidrat (nasi), sayur
berupa (bayam, sawi, kangkung, daun singkong), lauk seperti
(tahu, tempe, telur, kadang ikan dan ayam), dan buah-buahan
b) Minum
Ibu mengatakan minum kurang lebih 9 gelas/hari, jenis air yang
dikonsumsi, yaitu air putih 7 gelas/hari, air teh 1 gelas/hari dan
susu ibu hamil 1 gelas/hari
c) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan sebelum hamil
maupun saat hamil sekarang
2) Eliminasi
a) BAB
122
B. Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
123
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan ibu dan
janin baik, pembukaannya 9 cm, TD: 110/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR:
21 x/menit, S: 36,8ºC, DJJ 130x/menit.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan suport kepada ibu agar tetap tenang dan tidak cemas dengan
menganjurkan ibu untuk berdoa.
Evaluasi : Ibu sudah tenang.
3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi yaitu dengan cara menarik nafas
panjang lewat hidung dan hembuskan lewat mulut jika merasa mulas.
Evaluasi : Ibu sudah bisa tehnik relaksasi.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat perut tidak mulws guna
menambah tenaga ibu.
Evaluasi : Ibu sudah minum teh manis ±20 cc dan makan roti.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK/BAB agar tidak
mengganggu proses penurunan kepala.
Evaluasi : Ibu sudah berkemih, volume 20 cc, warna kuning.
6. Menganjurkan ibu cara meneran yang baik yaitu meneran ketika mulas,
kaki ditekuk dan mata melihat ke perut.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti cara meneran.
7. Menyiapkan alat-alat untuk persalinan dengan memperhatikan
kebersihan alat dan tempat persalinan seperti partus set, hecting set,
cairan infus dan obat-obatan yang dibutuhkan.
Evaluasi : Alat sudah siap.
8. Melakukan pemeriksaan kemajuan persalinan (mengobservasi DJJ dan
kontraksi setiap 30 menit serta TTV dan pembukaan setiap 4 jam atau
jika ada indikasi).
Evaluasi : Pemantauan kemajuan persalinan dengan partograf.
126
Kala II
Tanggal : 10 April 2021
Pukul : 19:00 wib
A. Subjektif
Ibu mengatakan merasa nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang
semakin sering dan kuat, keluar lendir bercampur darah semakin sering dan kuat,
keluar lendir bercampur darah semakin banyak, keluar cairan dari jalan lahir serta
adanya dorongan ingin meneran..
B. Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : Kontraksi 5x/10’/50”
Genetalia : Vulva membuka, perenium menonjol, adanya tekanan
pada anus
Pemeriksaan dalam
a) Portio : Tidak teraba
b) Pembukaan : 10 cm
c) Penurunan : Hodge III+
d) Ketuban : Negatif
C. Analisa
P3A0 inpartu kala II
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa pembukaan telah
lengkap dan ibu akan segera memasuki proses persalinan.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menunggu penurunan kepala.
127
di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Evaluasi : Kedua bahu bayi telah lahir.
12. Melahirkan bahu dan tungkai, setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah
kearah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah
dan siku sebelah atas.
Evaluasi : Tubuh dan lengan bayi telah lahir.
13. Melahirkan tungkai, setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dan
ibu jari dan jari-jari lainnya).
Evaluasi : Kedua kaki bayi telah lahir, bayi lahir jam 19:15 wib.
14. Menilai keadaan bayi segera setelah lahir.
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Apakah bayi menangis kuat atau bernafas kesulitan?
Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Evaluasi : Bayi lahir cukup bulan, air ketuban jernih, bayi menangis kuat,
bernafas tanpa kesulitan, dan bergerak aktif.
15. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya.
Evaluasi : Tubuh bayi telah dikeringkan.
16. Mengobservasi keadaan ibu yaitu memastikan tidak ada janin kedua dan
banyaknya perdarahan.
Evaluasi : Tidak ada janin kedua, peradarahan ± 30 cc dan plasenta belum
lahir.
Kala III
Tanggal : 10 April 2021
Pukul : 19:20 wib
A. Subjektif
129
Ibu mengatakan senang karena bayinya telah lahir dengan selamat. Ibu
mengatakan perutnya masih mules.
B. Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva ananemis, sclera anikterik
Abdomen : TFU Sepusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong
Genetalia : Tampak tali pusat di depan vulva, perdarahan ± 70 cc
C. Analisa
P3A0, inpartu kala III
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayinya sudah lahir
pukul 19:15 wib dengan jenis kelamin perempuan dan plasenta belum lahir.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Meminta persetujuan kepada ibu untuk menyuntikkan oksitosin 10 UI di 1/3
bagian paha kanan ibu.
Evaluasi : Oksitosin telah diberikan kepada ibu.
3. Meletakkan bayi tengkurap diatas dada/perut ibu, usahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu. selimutkan bayi dengan kain kering dan hangat, biarkan bayi melakukan
kontak kulit di dada ibu dan melakukan IMD paling sedikit 1 jam.
Evaluasi : Ibu dan bayi telah melakukan IMD.
4. Memindahkan klem pada tali pusat berjarak 5-10 cm dari vulva, melihat
tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus menjadi globular, tali pusat
memanjang dan semburan darah tiba-tiba, menunggu 15 menit tanda-tanda
pelepasan plasenta.
Evaluasi : Sudah terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta.
130
Kala 1V
Tanggal : 10 April 2021
Pukul : 19:45 wib
A. Subjektif
Ibu mengatakan merasa tenang karena plasenta telah lahir, ibu merasa perutnya
masih mules.
B. Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg P : 21x/menit
N : 82 x/menit S : 36,70C
2. Pemeriksaan fisik
Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema
Mata : Konjungtiva ananemis, sclera anikterik
Abdomen : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong
Genetalia : Perdarahan ± 90 cc, tidak ada laserasi
C. Analisa
P3A0 inpartu kala IV.
131
D. Penatalaksanaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu TD: 110/70 mmHg, N:
82 x/m, RR: 21 x/m, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, tidak ada luka
laserasi.
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus yaitu dengan cara
meletakkan satu tangan diatas fundus ibu lalu dengan arah memutar.
Evaluasi : Ibu sudah bisa masase fundus.
3. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB/BAK agar tidak mengganggu
proses pemulihan rahimnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan.
4. Mendekontaminasi alat, dan membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tampat sampah yang sesuai. Alat sudah di dekontaminasikan dan sampah-
sampah sudah dibuang.
5. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, bersihkan sisa air ketuban,
lendir dan darah. Memakaikan ibu pakaian yang bersih dan kering.
Evaluasi : Ibu sudah bersih dan sudah dipakaikan baju yang bersih.
6. Memastikan ibu merasa nyaman, anjurkan keluarga untuk memberikan
minuman dan makanan yang diinginkannya.
Evaluasi : Ibu merasa nyaman dan ibu sudah makan dan minum.
7. Mengobservasi tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung
kemih, dan darah yang keluar setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit kedua pasca persalinan.
Evaluasi : Hasil observasi dicatat di partograf.
8. Melakukan pendokumentasi.
Evaluasi : Dokumentasi dibuat dengan menggunakan metode SOAP.
Tabel 3.1
Hasil Observasi Kala IV
Jam Waktu TD N S TFU Kontraksi KK perdara
ke uterus han
I 20:00 110/70 80 x/m 36,6 2 JBP Baik Kosong ± 30 cc
132
mmHg ºC
20:15 110/70 80 x/m 2 JBP Baik Kosong ± 20 cc
mmHg
20:30 110/80 82 x/m 2 JBP Baik Kosong ± 20 cc
mmHg
20:45 120/70 80 x/m 2 JBP Baik Kosong ± 10 cc
mmHg
II 21:15 120/80 81 x/m 36,5 2 JBP Baik Kosong ± 10 cc
mmHg ºC
21:45 120/80 82 x/m 2 JBP Baik Kosong ± 10 cc
mmHg
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
parotis
Dada : Bunyi jantung normal dan teratur, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi
Payudara : Putting susu menonjol, areola hyperpigmentasi, tidak ada nyeri
tekan, colostrum sudah keluar
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong
Ekstremitas atas : Ujung jari tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tremor
Ekstremitas bawah : Ujung jari tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada varises, reflek patella (+)/(+)
Genetalia : Lochea rubra, perdarahan 1/2 pembalut 40 cm kurang lebih 50 cc
Anus : Tidak ada hemaroid
C. Analisa
P3A0 post partum 6 jam.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik,
TD 110/80 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 21 x/menit, S: 36,5 ºC.
Evaluasi : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memastikan kontraksi uterus baik
Evaluasi : Tindakan telah dilakukan, kontraksi uterus baik
3. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini dengan cara duduk dan berjalan
atau sesuai dengan kemampuan ibu.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk mengikuti anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan makanan yang mengandung protein
tinggi yang berguna untuk mempercepat proses pemulihan tubuh ibu dan
meningkatkan prosuksi ASI.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan.
134
5. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas seperti demam tinggi,
terjadi perdarahan yang hebat, ibu merasakan sakit kepala yang hebat,
penglihatan kabur dan lochea berbau, jika ibu mengalami salah satu tanda
tersebut harus segera lapor ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan
penanganan yang tepat.
Evaluasi: Ibu sudah mengerti dengan penjelasan bidan.
6. Mengajari ibu tehnik menyusui yang benar, yaitu ibu bisa menyusui bayi nya
dengan posisi duduk asalkan kaki ibu tidak menggantung dan bisa juga
dengan posisi tidur, bersihkan payudara dengan kapas yang dibasahi dengan
baby oil, minyak kelapa, atau air matang, keluarkan sedikit ASI dengan
memencet area areola di sekitar puting susu, lalu oleskan disekitar puting
susu, bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi kepala dan tubuh bayi
menempel pada perut ibu, hadapkan bayi pada dada ibu, sehingga bibir bawah
bayi berada di bawah puting susu ibu. cara meletakkan mulut bayi dengan
benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan
bibir bawah bayi membuka lebar. Setelah selesai menyusui bersihkan mulut
bayi dengan kapas yangdi basahi air matang, sendawakan bayi dengan cara
menepuk-nepuk punggung belakang bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti teknik menyusui yang benar.
7. Memberikan penkes pada ibu tentanng personal hygiene dimana setelah
BAK/BAB, ibu membersihkan alat genitalianya dengan cara membersihkan
daerah vagina dengan air dari depan ke belakang lalu membersihkan daerah
anus dengan air dan sabun.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
8. Mengajari ibu cara merawat bayinya, dan memberitahu ibu untuk tidak
memberi ramuan pada tali pusat bayinya agar tidak terjadi infeksi, cukup
dibalut dengan kassa steril, serta menjelaskan tanda-tanda infeksi pada tali
pusat yaitu terdapat nanah, keluar darah, tubuh bayi panas, dan tindakan yang
harus dilakukan yaitu membawa bayinya segera ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan
135
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu kemudian atau bila ada
keluhan.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.
10. Melakukan pendokumentasian.
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan.
b. Muka
Simetris, warna kulit kemerahan
c. Mata
136
3. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek rooting : (+) positif
b. Reflek sucking : (+) positif
137
8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi seperti suhu tubuh
terlalu dingin <36,5ºc atau terlalu panas >37,5ºc, nafas lambat <40 x/m atau
nafas cepat >60 x/m, tidak mau menyusu, mengantuk berlebihan, tali pusat
mengalami bengkak, berbau dan bernanah, jika ibu menemukan salah satu
tanda bahaya tersebut, ibu harus segera lapor ke tenaga kesehatan untuk
mendapatkan penanganan yang tepat.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
9. Pendokumentasian.
Evaluasi : Pendokumentasian dibuat dengan metode SOAP.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sekarang sedang tidak menderita penyakit seperti
hepatitis, asma, hpertensi, DM dan HIV/AIDS
b. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun suami tidak ada yang
menderita penyakit menurun, seperti hipertensi, jantung
c. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan dulu tidak pernah menderita penyakut seperti hepatitis,
asma, hipertensi, DM dan HIV/AIDS
4. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : Sah
Pernikahan ke : Pertama
Lama pernikahan : 11 tahun
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Makan
Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi sedang, menu bervariasi
dengan komposisi nasi, lauk pauk
2) Minum
Ibu mengatakan minum kurang lebih 7 gelas/hari dengan air putih
kadang diselingi dengan teh
b. Eliminasi
1) BAB
Ibu mengatakan BAB 1×sehari konsistensi lunak, warna dan bau khas
feces
2) BAK
Ibu mengatakan BAK 4×sehari, warna dan bau khas urine, ibu
mengatakan tidak merasa sakit saat BAK
140
c. Aktivitas
Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasanya
d. Istirahat / tidur
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam, dan tidur malam 7 jam
e. Pola personal hygine
Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 1
hari sekali dan ganti baju 2 kali sehari
f. Seksual
Ibu mengatakan biasanya berhubungan seksual dengan suami 3 kali dalam
seminggu
B. Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg P : 21x/menit
N : 80x/menit S : 36,50C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 57 kg
LILA : 29 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih tidak ada benjolan/massa tidak ada nyeri tekan, kulit
kepala tidak ada ketombe dan rambut tidak rontok
b. Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema dan nyeri tekan
c. Mata : Simetris, conjungtiva ananemis, sclera anikterik
d. Hidung : Bentuk simetris, bersih dan tidak ada polip
e. Telinga : Bentuk simetris, bersih, dan tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Mulut/gigi/gusi : Bersih, tidak ada stomatitis, gigi, tidak ada caries, gusi
tidak berdarah dan tidak bengkak
141
143
144
B. Persalinan
Pada saat akan bersalin, kedatangan ibu ditemani oleh suami dan
keluarganya. Ini memperlihatkan adanya dukungan moral untuk ibu dan dapat
mengurangi kecemasan yang dialami oleh ibu.
Ny. E bersalin secara normal dan spontan. Ibu bersalin dalam usia
kehamilan 39 minggu dimana bayi lahir secara spontan pervaginam dalam
presentasi belakang kepala, proses persalinan dari kala I sampai kala IV
berlangsung selama 24 jam tanpa komplikasi ibu maupun bayinya. Hal ini
sesuai pendapat Kurniarum (2016), bahwa persalinan merupakan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
ibu sendiri).
Ny E datang ke PMB dengan keluhan mules semakin sering, keluar
lendir darah sejak pukul 17:00 WIB. Pada pemeriksaan his didapati hasil
kontraksi 3x10’ lamanya 40’’ dan saat dilakukan pemeriksaan dalam didapati
hasil pembukaan 9 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniarum (2016),
bahwa tanda dan gejala persalinan yaitu penipisan dan pembukaan serviks,
serta keluar lendir bercampur darah melalui vagina.
Kala II persalinan berjalanan dengan normal. Diawali dengan ibu
mengatakan perut terasa sangat mulas seperti ingin BAB serta ada dorongan
untuk meneran. Pada pemeriksaan genital, periuneum menonjol, vulva
vagina, ada tekanan pada anus dan spingter ani membuka serta
meningkatknya pengeluaran lendir dan gejala kala II persalinan adalah
adanya perasaan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi,
adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum menonjol,
vulva, vagina dan spingter ani membuka serta meningkatnya pengeluaran
lendir bercampur darah (Kurniarum, 2016).
Kala III Ny E berlangsung selama 20 menit. hal ini sesuai dengan
pendapat Kurniarum (2016), bahwa kala III dimulai setelah lahirnya bayi
sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
145
Saat kala III, dilakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan
oksitosin 10 unit IM, melakukan peneganggan tali pusat terkendali melihat
tanda-tanda pelepasan plasenta serta massase fundus uteri segera setelah
plasenta lahir selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kurniarum
(2016), bahwa asuhan kala III yaitu melakukan manajemen aktif kala III
terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberian suntikan dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan pereganggan kala III, melahirkan plasenta.
Pada kala IV, dilakukan observasi selama 2 jam pertama postpartum
yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Hal
ini dilakukan untuk mengobservasi keadaan ibu, TTV, perdarahan, kontraksi,
tingggi fundus uteri dan kandung kemih. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kurniarum (2016), yang menyatakan bahwa pemantauan keadaan umum ibu
pada kal IV dilakukan selama 2 jam pertama persalinan yang dilakukan setiap
15 menit pada jam 1 dan setiap 30 menit pada jam II. Masa pengawasan
berjalan dengan baik dan tidak ada komplikasi yang terjadi selama kala IV.
C. Nifas
Penulis telah melakukan pemantauan ibu nifas 6 jam, dilakukan
pemeriksaan fisik dan didapati hasil keadaan ibu baik dengan tanda-tanda
vital normal, TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan normal dan pengeluaran
lochea berwarna merah (rubra). Hal ini sesuai dengan pendapat Sukma (2017)
bahwa segera setelah plasenta lahir, uterus berada kurang lebih 2 jari di
bawah pusat, KU ibu baik, kesadaran compos mentis, TTV : TD 110/80
mmHg, N: 82 x/menit, RR: 21 x/menit, S: 36,5 ºC.
D. BBL
Asuhan segera bayi baru lahir yang dilakukan pada Bayi Ny E adalah
segera mengeringkan bayi, melakukan penilaian segera BBL, mengklem tali
pusat serta menggunting, menyuntikan vitamin K serta memberikan salep
mata dan imunisasi HB0, kemudian bayi dibedong dengan kain hangat lalu
diletakkan didekat ibunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Jamil (2017), yaitu
asuhan segera setelah lahir salah satunya ialah melakukan Inisiasai Menyusui
Dini (IMD) dimana setelah dilakukan pemotongan tali pusat, bayi langsung
IMD dan setelah 1 jam IMD, dilakukan penyuntikan vitamin K, serta
146
A. Kesimpulan
Pada pemeriksaan kehamilan, Ny. E melakukan kunjungan ANC sebanyak
5 kali, namun Ny. E melakukan kunjungan antenatal care dengan penulis hanya
sebanyak 1 kali yaitu pada tanggal 21 Maret 2021 selama kunjungan 1 kali
dengan penulis, penulis banyak memberikan pendidikan kesehatan (penkes) pada
ibu diantaranya nutrisi selama kehamilan, personal hygiene, tanda-tanda bahaya
kehamilan, persiapan dan tanda-tanda persalinan, kemudian dilakukan
pemeriksaan Lab seperti protein urine, glukosa urin, dan Hb. Masa-masa
kehamilannya Ny.E dilakukan pemeriksaan dengan baik dan tidak ditemukan
masalah atau komplikasi.
Pada proses persalinan Ny. E semua berjalan lancar dari Kala I-IV. Ketika
bayi lahir, bayi langsung menangis, warna kulit kemerahan dan tonus otot aktif.
Pada kala III, berlangsung selama 20 menit plasenta lahir lengkap. Pada kala IV
dilakukan pengawasan selama 2 jam post partum dimana tidak ditemukan
masalah atau komplikasi.
Masa nifas Ny. E berjalan normal dari pemantauan 6 jam post partum.
Pada masa involusi uterus berlangsung dengan baik dan tidak ditemukan
perdarahan maupun tanda-tanda infeksi.
Pada kunjungan BBL yang dilakukan pada saat 1 jam, 1 minggu tidak
ditemukan masalah atau komplikasi pada bayi. Saat kunjungan 1 minggu tali
pusat bayi sudah lepas. Selama kunjungan, penulis memberikan banyak penkes
pada ibu tentang perawatan bayinya diantaranya perawatan tali pusat, pemberian
ASI, cara menjaga kehangatan tubuh bayi, tanda-tanda bahaya pada bayi serta
imunisasi dasar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kunjungan yang telah dilakukan baik
pada kunjungan nifas, dan BBL dapat ditarik kesimpulan bahwa Ny.E dan
bayinya tidak mengalami masalah atau komplikasi. Berdasarkan uraian materi
147
148
Memandikan bayi