Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEGIATAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN


MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMUNGKIN, PENGUATAN,
PERLINDUNGAN, PENYOKONGAN DAN PEMELIHARAAN.

“Pengembangan Lebah Madu Kelompok Tani Tahura (KTT)”

Dosen Mata Kuliah : Mercy J. Kaparang, SKM.,M.Kes

Di Susun Oleh :
Pradewi Meriyanti. Lago
PO7124322008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

dengan judul “Kegiatan Pengembangan Masyarakat di Masyarakat”.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Mercy J. Kaparang,

SKM.,M.Kesselaku dosen mata kuliah atas bimbingannya dalam penyelesaian

Makalahini. Kami selaku penyusun makalah ini tentunya juga menyadari akan

kekurangan dalam penyusunan, maka dari itu kami mengharapkan adanya kritik

dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tugas berikutnya.

Palu, 05 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Konsep Pemberdayaan.................................................................................4
B. Dasar Pengembangan Lebah Madu Kelompok Tani Tahura.......................4
C. Pengembangan Menggunakan Pendekatan 5 P............................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan

penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil

pembangunan dengan demikian maka masyarakat harus mampu

meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang dihadapi

upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu berperan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama dalam

membentuk dan merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup

yang lebih berkualitas.

Menurut data laporan Statistik tahun 2012 dari Direktorat Jendral

Planologi Kementrian Kehutanan menyebutkan bahwa angka kerusakan

hutan di Indonesia mencapai 450.637,1 Ha dan Jawa Timur menyumbang

angka 1370,1 Ha [1]. Laju kerusakan hutan atau deforestasi yang terjadi

sangatlah memprihatinkan mengingat luas hutan di Jawa Timur

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor:

395/Menhut-VII/2011 sebesar 1.363.719,00 atau 28 % dari luas daratan.

Kenyataan ini termasuk golongan tidak ideal bagi kriteria hutan seperti

yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 yaitu luas

kawasan hutan yang ideal adalah seluas 30 % apabila dibandingkan

dengan luas daratan. Angka deforestasi ini relatif tinggi, jika dibiarkan

1
cepat atau lambat hutan di Jawa Timur akan habis. Untuk menekannya,

dibutuhkan langkah antisipatif dengan melibatkan masyarakat sekitar

hutan, sebab mereka mempunyai keterkaitan yang erat secara 37 Strategi

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Lebah Madu

Kelompok Tani Tahura (Sanjaya, et al.) ekonomi dan sosial dengan hutan.

Kebijakan tersebut merupakan tindakan partisipatif yang didukung oleh

Pemerintah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui

Kemitraan Kehutanan. Berdasarkan hal tersebut, Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Timur memberikan wewenang kepada UPT. Taman Hutan

Raya (TAHURA) R. Soerjo agar bekerjasama dengan masyarakat sekitar

hutan melalui berbagai macam program pemberdayaan. Salah satu

programnya adalah pengembangan budidaya lebah madu. Program ini

bertujuan agar terjadi simbiosis mutualisme antara masyarakat dengan

lingkungan hutannya karena sumber makanan pokok terbesar dari lebah

madu adalah nektar bunga yang berasal dari hutan, sehingga

ketergantungan untuk ikut menjaga dan melestarikan hutan semakin besar.

Potensi pasar dari pengembangan lebah madu sangatlah besar,

sebagaimana yang disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hazan dalam

kunjungan kerja di Kabupaten Sumbawa hari minggu tanggal 11

Nopember 2012 bahwa kebutuhan madu nasional pertahunnya sekitar

50.000 ton pertahun, akan tetapi baru terpenuhi sekitar 12.000 ton

pertahun. Sedangkan kebutuhan madu di Provinsi Jawa timur menurut

2
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur adalah sekitar 500 ton pertahun,

baru bisa dipenuhi sekitar 300 ton pertahun. Melihat potensi ekonomi yang

besar dari budidaya lebah madu bagi peningkatan pendapatan masyarakat

sekitar hutan di kawasan Tahura R. Soerjo, perlu sekali untuk

dilaksanakan. Potensi ini berpeluang untuk menekan angka kemiskinan

yang terjadi di kawasan sekitar Tahura R. Soerjo. Berdasar data PPLS

(Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 dari

Bappeda Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan

penduduk miskin di Desa Dilem pada tahun 2008 adalah sebesar 1 (satu)

Kepala Keluarga (KK) dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 16 KK.

Apabila di prosentase maka tingkat kenaikannya relative cukup tinggi

yaitu sekitar 1500 %. Hal ini relative cukup tinggi dibandingkan dengan

desadesa lainnya di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto yang

berjumlah 18 desa.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

makalah ini adalah “Bagaimanakah Pemberdayaan Masyarakat dan

Pengembangan Lebah Madu Kelompok Tani Tahura (KTT) ?”

C. Tujuan

Mengetahui dan memahami tentang Konsep Pemberdayaan

Masyarakat dan Pengembangan Lebah Madu Kelompok Tani Tahura

(KTT).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat

menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan

masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi

kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada pihak

luar. Pemberdayaan masyarakat memusatkan pada partisipasi dan

kemampuan masyarakat lokal dengan mendayagunakan sumber daya yang

ada dengan kreatifitas dan inisiatif masyarakat itu sendiri.

B. Dasar Pembentukan Kelompok Tani

Kelompok tani adalah petani/peternak/pekebun yang terikat secara

non formal dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi

lingkungan, dan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

Jumlah anggota kelompok idealnya berkisar antara 20-30 anggota atau

disesuaikan dengan kondisi wilayahnya, anggota kelompok tani dapat

berupa petugas dewasa dan pemuda, wanita ataupun pria. Sedangkan

kelompok wania Tani adalah kumpulan istri-istri petani yang membentuk

suatu kelompok usaha atau kegiatan pertanian, peternakan maupun

perkebunan demi tercapainya tujuan yang sama.

Pertumbuhan dan pengembangan kelompok tani dilakukan melalui

pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir agar mampu meningkatkan

4
usaha taninya dan meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam

melakukan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui

kegiatan pelatihan, dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok.

Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk

mendorong terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun

sinergi antar petani dan antar poktan dalam mencapai evisiensi usaha.

Selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan kelompok tani

dilakukan pembinaan dan pendampingan oleh penyuluh pertanian dengan

melaksanakan penilaian klasifikasi kemampuan kelompok tani secara

berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi perkembangannya.

Menurut data laporan Statistik tahun 2012 dari Direktorat Jendral

Planologi Kementrian Kehutanan menyebutkan bahwa angka kerusakan

hutan di Indonesia mencapai 450.637,1 Ha dan Jawa Timur menyumbang

angka 1370,1 Ha [1]. Laju kerusakan hutan atau deforestasi yang terjadi

sangatlah memprihatinkan mengingat luas hutan di Jawa Timur

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor:

395/Menhut-VII/2011 sebesar 1.363.719,00 atau 28 % dari luas daratan.

Kenyataan ini termasuk golongan tidak ideal bagi kriteria hutan seperti

yang diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 yaitu luas

kawasan hutan yang ideal adalah seluas 30 % apabila dibandingkan

dengan luas daratan. Angka deforestasi ini relatif tinggi, jika dibiarkan

cepat atau lambat hutan di Jawa Timur akan habis. Untuk menekannya,

dibutuhkan langkah antisipatif dengan melibatkan masyarakat sekitar

5
hutan, sebab mereka mempunyai keterkaitan yang erat secara 37 Strategi

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Lebah Madu

Kelompok Tani Tahura (Sanjaya, et al.) ekonomi dan sosial dengan hutan.

Kebijakan tersebut merupakan tindakan partisipatif yang didukung oleh

Pemerintah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui

Kemitraan Kehutanan. Berdasarkan hal tersebut, Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Timur memberikan wewenang kepada UPT. Taman Hutan

Raya (TAHURA) R. Soerjo agar bekerjasama dengan masyarakat sekitar

hutan melalui berbagai macam program pemberdayaan. Salah satu

programnya adalah pengembangan budidaya lebah madu. Program ini

bertujuan agar terjadi simbiosis mutualisme antara masyarakat dengan

lingkungan hutannya karena sumber makanan pokok terbesar dari lebah

madu adalah nektar bunga yang berasal dari hutan, sehingga

ketergantungan untuk ikut menjaga dan melestarikan hutan semakin besar.

Potensi pasar dari pengembangan lebah madu sangatlah besar,

sebagaimana yang disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hazan dalam

kunjungan kerja di Kabupaten Sumbawa hari minggu tanggal 11

Nopember 2012 bahwa kebutuhan madu nasional pertahunnya sekitar

50.000 ton pertahun, akan tetapi baru terpenuhi sekitar 12.000 ton

pertahun. Sedangkan kebutuhan madu di Provinsi Jawa timur menurut

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur adalah sekitar 500 ton pertahun,

baru bisa dipenuhi sekitar 300 ton pertahun. Melihat potensi ekonomi yang

6
besar dari budidaya lebah madu bagi peningkatan pendapatan masyarakat

sekitar hutan di kawasan Tahura R. Soerjo, perlu sekali untuk

dilaksanakan. Potensi ini berpeluang untuk menekan angka kemiskinan

yang terjadi di kawasan sekitar Tahura R. Soerjo. Berdasar data PPLS

(Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 dari

Bappeda Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan

penduduk miskin di Desa Dilem pada tahun 2008 adalah sebesar 1 (satu)

Kepala Keluarga (KK) dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 16 KK.

Apabila di prosentase maka tingkat kenaikannya relative cukup tinggi

yaitu sekitar 1500 %. Hal ini relative cukup tinggi dibandingkan dengan

desadesa lainnya di Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto yang

berjumlah 18 desa.

C. Pengembangan Menggunakan Pendekatan

Melihat potensi dan angka kemiskinan tersebut, dikembangkanlah

strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan budidaya lebah

madu dalam upaya penanggulangan kemiskinan pada Kelompok Tani

Tahura (KTT) di Desa Dilem Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

menyatakan Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan

dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat

menjadi 5P, antara lain :

1. Pemungkinan adalah menciptakan kondisi atau suasana yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal.

Penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat Desa Dilem untuk

7
dapat berkembang lebih jauh dalam bidang ekonomi, adalah dengan

menciptakan pemungkinan pemanfaatan potensi lokal yang ada di Desa

Dilem.

2. Penguatan yaitu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

masyarakat terutama berkaitan dengan potensi lokal sosial sehingga

mampu untuk memecahkan masalah serta dapat berguna untuk memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya. Penguatan dapat berupa menjaga keberhasilan

atau capaian hasil yang telah diperoleh, dalam proses pemberdayaan lebah

madu di Desa Dilem. Salah satu yang dilakukan adalah, hasil panen

budidaya lebah madu harus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya melalui

penguatan yang dilakukan oleh berbagai pihak.

3. Perlindungan yaitu melindungi masyarakat terutama kelompok-

kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. Perlindungan

merupakan proses yang melindungi tahapan penguatan yang telah dicapai,

dalam proses pemberdayaan lebah madu di Desa Dilem. Perlindungan ini

menjaga agar tahapan penguatan yang telah dilakukan tidak mengalami

kemunduran dan kegagalan.

4. Penyokongan yaitu memberikan bimbingan, penyuluhan dan

dukungan agar masyarakat mampu mendapatkan akses informasi yang

lebih sehingga mampu memanfaatkan peluang yang ada. Penyokongan

dapat dilakukan melalui bimbingan dan penyuluhan kepada KTT

(Kelompok Tani Tahura) Nambi Agung dan warga Desa Dilem agar

mampu mengatasi kendala teknis yang terjadi dalam budidaya lebah madu.

8
5. Pemeliharaan yaitu situasi yang kondusif harus selalu terjaga

dan terpelihara, hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan peran

kekuasaan antara berbagai 38 Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Pengembangan Lebah Madu Kelompok Tani Tahura (Sanjaya, et al.)

kelompok dalam masyarakat. Pemeliharaan dalam budidaya lebah madu di

Desa Dilem adalah proses menjaga secara sustainable atau berkelanjutan

terhadap pencapaian hasil pemberdayaan selama ini.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat masyarakat

menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu memecahkan

masalah-masalah yang mereka hadapi, dan sanggup memenuhi

kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada pihak

luar.

Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan,

dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan

melalui pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mendorong

terbentuknya kelembagaan petani yang mampu membangun sinergi antar

petani dan antar poktan dalam mencapai evisiensi usaha.

B. Saran

Pemberdayaan Pengambangan Leba Madu Kelompok Tani Tahura

(KTT) harus terus dikembangkan, agar menunjukkan kemampuan peran

masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang ada serta mmpu

mendongkrak kemiskiskan yang ada di desa tersebut sehingga mampu

mencapai perekonomian yang stabil.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kemenhut. 2013. Statistik Kawasan Kehutanan 2012. Dirjen Planologi Kehutanan


Kemenhut Jakarta
Suharto, Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Sosial,Bandung.
Sumodiningrat,Gunawan.1999.Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman
Sosial. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Lewis, Oscar. 1988. Kisah 5 Keluarga (Telaah kasus Orang Meksiko Dalam
Kebudayaan Kemiskinan), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Moleong, Lexy.J, 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, P.T.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Miles, Matthew B dan Huberman, A.Michael. 1992. Analisa Data Kualitatif. UI
Press. Jakarta ,2014.Qualitative Data Analysis, United State Of America.
Arizona State University
Mulyati Rahayu, 2005, Keanekaragaman Tanaman Pekarangan Dan
Pemanfaatannya Di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni - Sulawesi Tenggara,
Jurnal Teknologi Lingkungan, Bppt, Vol 6, No 2 (2005) > Rahayu,
diunduh dari http://digilib.bppt.go.id/ejurnal/index.php/JT
L/article/view/425 pada 16-02-2015 jam 02.45 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai