Oleh:
Andi Rahman
1516011004
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pengembangan Kelembagaan Pertanian :
Peningkatan Kapasitas Petani Upaya Pengentasan Kemiskinan Pada Petani .
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini
Penyusun
ii
Daftar Isi
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan hasil berbagai pengamatan
yang menyimpulkan bahwa bila inisiatif pembangunan pertanian dilaksanakan
oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana individuindividu yang memiliki
jiwa berorganisasi menggabungkan pengetahuannya dalam tahap perencanaan dan
implementasi inisiatif tersebut maka peluang keberhasilan pembangunan
pertanian menjadi semakin besar (De los Reyes dan Jopillo 1986; USAID 1987;
Kottak 1991; Uphoff 1992a; Cernea 1993; Bunch dan Lopez 1994 dalam
Sradisastra, 2011). Menurut Dimyati (2007), permasalahan yang masih melekat
pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah: 1. Masih
minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen
produksi maupun jaringan pemasaran. 2. Belum terlibatnya secara utuh petani
dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi
(on farm). 3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi
petani belum berjalan secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas
perlu melakukan upaya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan
kelembagaan petani (seperti: kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan
penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan
permodalan) dan diharapkan dapat melindungi bargaining position petani.
Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai
produsen maupun penikmat hasil jerih payah usahatani mereka terutama
diwujudkan melalui tingkat harga output yang layak dan menguntungkan petani.
Dengan demikian, penguatan dan pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk
menghasilkan pencapaian kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA
dan berbagai usaha untuk menopang dan menunjang aktivitas kehidupan
pembangunan pertanian di pedesaan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti Penting Kelembagaan Petani Dalam Pembangunan
Pertanian.
2. Untuk mengetahui bagaimana Pengembangan Kelembagaan Petani.
3. Untuk mengetahui apa saja Program-program Pengentasan Kemiskinan
Petani Berbasis Tindakan Kolektif (Collective Action).
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan yang muncul dari adanya tindakan kolektif pada dasarnya secara
alami telah diputuskan oleh sekelompok masyarakat. Instrumen kebijakan
pembangunan lebih efektif mereduksi kemiskinan secara tajam dibanding
dengan mengandalkan ketergantungan pada SDA yang melimpah tanpa
adanya kebijakan yang berpihak pada rakyat miskin. Oleh karena itu melalui
analisis secara bertahap, penulis ini akan merumuskan kebijakan-kebijakan
melalui program-program prioritas penanggulangan kemiskinan yang terpilih.
Tahap awal hasil analisis ZOPP yang tertuang dalam Matrik Pemilihan
Program mencakup program-program yang disusun untuk mencapai kondisi
yang diinginkan atau sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah tercapainya kesejahteraan petani. Di mana
indikator kesejahteraan petani mencakup 3 (tiga) hal, yaitu: kemampuan
berinvestasi yang tinggi, terpenuhinya kebutuhan pokok, serta tercapainya
kemandirian petani. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberadaan kelembagaan petani bagi petani sudah menjadi keniscayaan
untuk memperbaiki taraf hidup, harkat dan martabatnya. Kelembagaan petani
harus ditempatkan sebagai sarana untuk mewujudkan harapan, keinginan, dan
pemenuhan kebutuhan petani. Kelembagaan petani yang efektif diharapkan
mampu memberi kontribusi yang nyata dalam meningkatkan kemandirian dan
martabat petani. Peningkatan kapasitas kelembagaan petani dilakukan sejalan
dengan kegiatan penyuluhan pertanian dengan memotivasi petani untuk
berpartisipasi dalam kelembagaan petani. Pengembangan masyarakat petani
melalui kelembagaan pertanian/kelompok tani merupakan suatu upaya
pemberdayaan terencana yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh
melalui usaha bersama petani untuk memperbaiki keragaman sistem
perekonomian masyarakat pedesaan. Arah pemberdayaan petani akan
disesuaikan dengan kesepakatan yang telah dirumuskan bersama. Dengan
partisipasi yang tinggi terhadap kelembagaan petani, diharapkan rasa ikut
memiliki dari masyarakat atas semua kegiatan yang dilaksanakan akan juga
tinggi dan untuk mengentaskan kemiskinan.
3.2 Saran
Keberhasilan penerapan suatu kelembagaan pertanian tidak semata-mata
diukur dengan nilai tambah ekonomi, namun harus mempertimbangkan peran
dan fungsi nilai-nilai sosio-kultural secara utuh. Nilai sosio-kultural
mencerminkan keberagaman adat dan budaya bangsa Indonesia yang
menjunjung tinggi kebhinekaan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. r. Intervensi pemerintah dalam pengembangan kelembagaan
pertanian ke depan masih diperlukan. Namun, campur tangan pemerintah
tidak bersifat koersif, tetapi lebih bersifat memfasilitasi untuk mendorong
pertumbuhan kelembagaan yang bersifat kohesif. Aturan yang berkembang
pada kelembagaan lokal hendaknya bersifat kepemimpinan dengan aturan dan
undang-undang yang terkait dengan kelembagaan yang ada.
13
Daftar Pustaka
Bondan Satriawan dan Henny Oktavianti. juni 2012.” Upaya Pengentasan
Kemiskinan Pada Petani Menggunakan Model Tindakan Kolektif
Kelembagaan Pertanian.” Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13,
Nomor 1, Juni 2012, hlm.96-112
Wedy Nasrul. Juni 2012.” Pengembangan Kelembagaan Pertanian Untuk
Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian.”
Jurnal Menara Ilmu Vol. III No.29, Juni 2012.
Sapja Anantanyu.Februari 2011.” Kelembagaan Petani: Peran Dan Strategi
Pengembangan Kapasitasnya.” Sepa : Vol. 7 No.2 Pebruari 2011 : 102 –
109.