Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KELEMBAGAAN PERTANIAN

PEMBENTUKAN KELOMPOK TANI HAMPARAN BERDASARKAN


PERMENTAN 67 TAHUN 2016

OLEH :
KELOMPOK 2

Bima Mangatas Simanjuntak (01.02.19.070)


Era Novitasari (01.02.19.073)
Fazwi Awi Hasibuan (01.02.19.077)
Mantar Harahap (01.02.19.081)
Wulan Dari Yunaidi (01.02.19.098)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN


PERKEBUNAN PRESISI
JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK
PEMBANGUNAN PERTANIAN
MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, yang telah memberi memberikan waktu dan kesempatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Makalah Kelembagaan Pertanian dengan tepat dan
menyelesaikannya dengan baik.
Penulis juga turut mengungkapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Terkhusus kepada :
1. Bapak Sudianto Purba SP., MP., selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Kelembagaan Pertanian;
2. Ibu Herawaty, SP., M.Si., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Kelembagaan
Pertanian;
3. Ibu Misiyem, SST selaku Dosen Pengampu mata kuliah Kelembagaan Pertanian;
4. Kepada pihak-pihak yang sudah membantu penulis .
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan harus diperbaiki. Oleh karena itu, itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga makalah ini dapat lebih baik dan berguna
kedepannya.
Demikian penyusunan makalah Kelembagaan Pertanian ini dibuat, kiranya
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan

II. Tinjauan Pustaka

III. Pembentukan Kelompok Tani Harapan

IV. Penutup

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan strategis terutama sebagai penyedia
pangan rakyat Indonesia, berkontribusi nyata dalam penyediaan bahan pangan, bahan
baku industri, bioenergi, penyerapan tenaga kerja yang akan berdampak pada
penurunan tingkat kemiskinan dan menjaga pelestarian lingkungan. Untuk
mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan diperlukan Pelaku Utama dan
Pelaku Usaha profesional, andal, berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan
organisasi bisnis. Oleh karena itu, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha mampu
membangun usahatani yang berdaya saing dan berkelanjutan sehingga dapat
meningkatkan posisi tawarnya (Permentan RI, 2016).
Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan
untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani, mencakup
Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi Komoditas Pertanian, dan
Dewan Komoditas Pertanian Nasional (Permentan RI, 2016).
Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,
kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota (Permentan RI, 2016).
Penumbuhan dan pengembangan Poktan dilakukan melalui pemberdayaan
Petani, dengan perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal untuk
meningkatkan Usahatani dan kemampuan Poktan dalam melaksanakan fungsinya.
Penyebutan Poktan dimaksud dapat menggunakan nama antara lain paguyuban,
syarikat dan ikatan yang selaras dengan budaya, kearifan lokal dan tidak menyimpang
dari karakteristik (ciri, unsur pengikat, fungsi) dan dasar penumbuhan dan
pengembangan Kelembagaan Petani (Permentan RI, 2016).

1
Di tahun 1987, dengan penerapan pola Supra Insus, dimana intensifikasi
dilakukan atas dasar kerjasama antar kelompok tani pada hamparan yang lebih luas
maka terjadi penggabungan kelompok yang ada dalam satu wilayah administratif
(desa) atau yang berada dalam satu aliran irigasi petak pengairan tersier. Istilah
gabungan kelompok tani (Gapoktan) kemudian dikenal sebagai wadah kerjasama
antar kelompok tani (Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika, 2011).
Dalam perkembangannya, banyak program pemerintah untuk petani disalurkan
melalui wadah gapoktan dan kelompok tani, oleh karena itu pembentukan kelompok
tani diatur dengan surat edaran Menteri Pertanian, sehingga kelompok tani cenderung
menjadi organisasi formal, mengalami pergeseran dari kelompok sosial (social group)
menjadi kelompok tugas (task group) (Sri Nuryanti dan Dewa K.S. Swastika, 2011).
Dasar Penumbuhan Kelompok Tani biasanya karena adanya kepentingan dan
tujuan bersama, penumbuhan kelompok tani dapat dilihat dari Kelompok-
kelompok/organisasi yang sudah ada, petani dalam satu wilayah, dapat berupa satu
dusun atau lebih, satu desa atau lebih, dan juga berdasarkan domisili atau hamparan,
yang memiliki anggota kelompok tani 20 sampai 25 petani atau disesuaikan dengan
kondisi lingkungan masyarakat dan usaha taninya, selanjutnya kegiatan-kegiatan
kelompok tani yang dikelola tergantung kepada kesepakatan anggotanya. kegiatan-
kegiatan yang dimaksud antara lain; jenis usaha, unsur-unsur subsistem agribisnis
(pengadaan saran produksi, pemasaran, pengolahan hasil pasca panen) (Aswita
Amansyah, 2011).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kelembagaan Pertanian?
2. Apa yang dimaksud dengan Kelompok Tani?
3. Apa yang dimaksud dengan Kelompok Tani Hamparan?
4. Bagaimana proses tahapan kegiatan pembentukan Kelompok Tani Hamparan?
5. Bagaimana proses pembenahan kelengkapan administrasi Kelompok Tani
Hamparan?
6. Apa saja sarana dan prasarana Kelompok Tani Hamparan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Kelembagaan Pertanian.


2. Untuk mengetahui pengertian dari Kelompok Tani.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Kelompok Tani Hamparan.
4. Untuk mengetahui proses tahapan kegiatan pembentukan Kelompok Tani
Hamparan.
5. Untuk mengetahui proses pembenahan kelengkapan administrasi Kelompok Tani
Hamparan.
6. Untuk mengetahui sarana dan prasarana Kelompok Tani Hamparan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelembagaan Pertanian


Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan
untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani, mencakup
Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Asosiasi Komoditas Pertanian, dan
Dewan Komoditas Pertanian Nasional (Permentan RI, 2016).
Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di
Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, khususnya
padi. Di tingkat makro nasional, peran lembaga pembangunan pertanian sangat
menonjol dalam program dan proyek intensifikasi dan peningkatan produksi pangan.
Kegiatan pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk program dan proyek
dengan membangun kelembagaan koersif (kelembagaan yang dipaksakan), seperti
Padi Sentra, Demonstrasi Massal (Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas
Gotong Royong, Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD),
Insus, dan Supra Insus. Pada subsector peternakan dikembangkan berbagai program
dan lembaga pembangunan koersif, seperti Bimas Ayam Ras, Intensifikasi Ayam
Buras (Intab), Intensifikasi Ternak Kerbau (Intek), dan berbagai program serta
kelembagaan intensifikasi lainnya (Wedy Nasrul, 2012).
Kondisi di atas menunjukkan signifikansi keberdayaan kelembagaan dalam
akselerasi pembangunan sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan hasil berbagai
pengamatan yang menyimpulkan bahwa bila inisiatif pembangunan pertanian
dilaksanakan oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana individuindividu yang
memiliki jiwa berorganisasi menggabungkan pengetahuannya dalam tahap
perencanaan dan implementasi inisiatif tersebut maka peluang keberhasilan
pembangunan pertanian menjadi semakin besar (Wedy Nasrul, 2012).

4
Lembaga di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakatnya.
Sifatnya tidak linier, namun cenderung merupakan kebutuhan individu anggotanya,
berupa: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan hubungan sosial,
pengakuan, dan pengembangan pengakuan. Manfaat utama lembaga adalah
mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol
sosial, sehingga setiap orang dapat mengatur perilakunya menurut kehendak
masyarakat (Wedy Nasrul, 2012).

2.2 Kelompok Tani


Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,
kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota (Permentan RI, 2016).
Penumbuhan dan pengembangan Poktan dilakukan melalui pemberdayaan
Petani, dengan perpaduan dari budaya, norma, nilai, dan kearifan lokal untuk
meningkatkan Usahatani dan kemampuan Poktan dalam melaksanakan fungsinya.
Penyebutan Poktan dimaksud dapat menggunakan nama antara lain paguyuban,
syarikat dan ikatan yang selaras dengan budaya, kearifan lokal dan tidak menyimpang
dari karakteristik (ciri, unsur pengikat, fungsi) dan dasar penumbuhan dan
pengembangan Kelembagaan Petani (Permentan RI, 2016).
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagian besar kelompok tani di Indonesia
tidak dibentuk oleh dan untuk petani, melainkan lebih banyak merupakan respon dari
program-program pemerintah yang mengharuskan petani berkelompok. Hampir
semua program bantuan pemerintah untuk petani disalurkan melalui kelompok tani.
Oleh karena itu, petani disyaratkan untuk berkelompok menjadi kelompok tani formal
(Sri Nuryanti, 2011).

5
Kelompok tani ini menjadi alat untuk mendistribusikan berbagai bentuk bantuan
dan sekaligus sebagai wadah untuk berinteraksi antar peserta program dan dengan
petugas pelaksana program. Sampai saat ini berbagai kebijakan pembangunan
pertanian masih menjadikan kelompok formal sebagai keharusan, jika ingin menjadi
peserta dari program yang mengandung bantuan untuk petani (Sri Nuryanti, 2011).
Pemberdayaan Petani dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan
dengan pendekatan kelompok. Kegiatan penyuluhan melalui pendekatan kelompok
untuk mendorong terbentuknya Kelembagaan Petani yang mampu membangun
sinergitas antar Petani dan antar Poktan dalam upaya mencapai efisiensi usaha.
Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan kemampuan Poktan dilakukan
pembinaan dan pendampingan oleh Penyuluh Pertanian, dengan melaksanakan
penilaian Klasifikasi Kemampuan Poktan secara berkelanjutan yang disesuaikan
dengan kondisi perkembangannya (Permentan RI, 2016).

2.1.1 Karakteristik Poktan


Poktan merupakan Kelembagaan Petani non formal dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Ciri Poktan
a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara sesama anggota;
b. Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam
berusaha tani; dan
c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman,
kawasan/hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial,
budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

2. Unsur Pengikat Poktan

a. Kawasan Usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama di antara


anggota;
b. Kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggota;

6
c. Kader yang mampu menggerakkan Petani dengan kepemimpinan yang
diterima oleh anggota;
d. Pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama; dan
e. Motivasi dari tokoh masyarakat dalam menunjang program yang telah
ditetapkan.

3. Fungsi Poktan

a. Kelas belajar: Poktan merupakan wadah belajar mengajar bagi anggota


untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh
dan berkembang menjadi Usahatani yang mandiri melalui pemanfaatan
dan akses kepada sumber informasi dan teknologi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik;

b. Wahana kerja sama: Poktan merupakan tempat untuk memperkuat


kerjasama, baik di antara sesama Petani dalam Poktan dan antarpoktan
maupun dengan pihak lain, sehingga diharapkan Usahatani lebih efisien
dan mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan serta lebih
menguntungkan; dan

c. Unit produksi: Usahatani masing-masing anggota Poktan secara


keseluruhan merupakan satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan
untuk mencapai skala ekonomi usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas
dan kontinuitas.

2.1.2 Proses Penumbuhan Poktan

1. Penyuluh Pertanian melakukan sosialisasi tentang penumbuhan Poktan kepada


tokoh-tokoh Petani setempat dan aparat desa/kelurahan;

2. Pertemuan atau musyawarah Petani yang dihadiri oleh tokoh masyarakat,


pamong desa/kelurahan, instansi terkait, dengan didampingi Penyuluh
Pertanian;

7
3. Menyepakati pembentukan Poktan yang dituangkan dalam surat pernyataan
dengan diketahui Penyuluh Pertanian;

4. Pengurus Poktan terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan seksi-seksi


sesuai unit usaha yang dimiliki, dengan syarat sebagai berikut:
a. Dipilih dari dan oleh perwakilan anggota secara demokratis;
b. Berdomisili di wilayah Poktan;
c. Mampu membaca dan menulis;
d. Tidak berstatus sebagai aparat/ PNS/ pamong desa;
e. Memiliki waktu yang cukup untuk memajukan Poktan; dan
f. Memiliki semangat, motivasi dan kemampuan memimpin Poktan.

5. Setiap Poktan melakukan pertemuan lanjutan dengan dihadiri seluruh anggota


untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja; dan

6. Setiap Poktan harus didaftarkan di satuan kerja yang melaksanakan tugas


penyuluhan di kecamatan dan datanya dimuat dalam Sistem Informasi
Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN).

2.1.3 Pengembangan Poktan


Pengembangan Poktan diarahkan pada (1) penguatan Poktan menjadi
Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri; (2) peningkatan kemampuan anggota
dalam pengembangan agribisnis; dan (3) peningkatan kemampuan Poktan dalam
menjalankan fungsinya (Permentan RI, 2016).
1. Penguatan Poktan menjadi Kelembagaan Petani yang Kuat dan Mandiri,
melalui:

a. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;

b. Melaksanakan pertemuan secara berkala dan berkesinambungan (rapat


anggota, rapat pengurus, dan rapat lainnya);

8
c. Menyusun rencana kerja dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok
(RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berdasarkan
kesepakatan dan dilakukan evaluasi secara partisipatif;

d. Memiliki pengadministrasian Kelembagaan Petani;

e. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu sampai


dengan hilir;

f. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

g. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha Petani


umumnya dan anggota khususnya;

h. Menumbuhkan jejaring kerjasama kemitraan antara Poktan dengan pihak


lain;

i. Mengembangkan pemupukan modal usaha, baik iuran anggota maupun


penyisihan hasil kegiatan usaha bersama; dan

j. Meningkatkan kelas kemampuan Poktan yang terdiri atas Kelas Pemula,


Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

2. Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Usahatani Upaya


peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan Usahatani, meliputi:

a. Memperlancar proses identifikasi kebutuhan dan masalah dalam


menyusun rencana dan memecahkan masalah dalam usahataninya;
b. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi pasar,
peluang usaha, potensi wilayah dan sumber daya yang dimiliki, untuk
mengembangkan komoditi yang diusahakan guna memberikan
keuntungan yang optimal;
c. Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk
memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi, dan akses permodalan;

9
d. Meningkatkan kemampuan anggota dalam mengelola Usahatani secara
komersial, berkelanjutan dan ramah lingkungan;
e. Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha
menjadi unit usaha yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dari aspek
kuantitas, kualitas dan kontinuitas;
f. Mengembangkan kemampuan anggota dalam menghasilkan teknologi
spesifik lokasi; dan
g. Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna pengembangan modal
Usahatani.

2.3 Kelompok Tani Hamparan


Penumbuhan kelompok tani dapat dimulai dari kelompok yang bersifat informal
yang sudah ada di masyarakat yang selanjutnya melalui kegiatan penyuluhan
pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani yang semakin terikat oleh
kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan pendapatan dari
usahataninya. Kelompok tani juga dapat ditumbuhkan dari petani dalam satu wilayah,
dapat berupa satu dusun atau lebih, satu desa atau lebih, dapat berdasarkan domisili
atau hamparan tergantung dari kondisi lingkungan masyarakatnya dan usahataninya.
Jumlah anggota kelompok tani 20 sampai 25 petani atau disesuaikan dengan kondisi
lingkungan masyarakat dan usahataninya (Institut Pertanian Bogor).
Kegiatan kelompok tani yang dikelola tergantung pada kesepakatan anggotanya.
Kegiatan kelompok tani dapat berdasarkan jenis usaha, dan unsur-unsur subsistem
agribisnis, contohnya kelompok tani yang dikelola berdasarkan pengadaan sarana
produksi, produksi, pasca panen, dan pemasaran (Departemen Pertanian.2007).
Kelompok tani sering disingkat poktan merupakan organisasi petani. Dalam
pembentukannya, kelompok tani ada yang didasarkan pada domisili petani dan ada
yang didasarkan pada lokasi hamparan lahan milik petani. Kelompok tani domisili
dibentuk oleh beberapa petani yang memiliki kesamaan wilayah tempat tinggal
(domisili), biasanya berdasarkan RT atau dusun. Sedangkan kelompok tani hamparan

10
dibentuk oleh beberapa petani yang berada pada suatu hamparan lahan usahatani yang
sama (Sri Nuryanti, 2011).

Kelompok tani hamparan memang lebih sulit untuk menilai potensi SDM
masing-masing anggota sehingga pasti akan menemui kesulitan untuk berkoordinasi.
Dengan adanya domisili yang bisa jadi tidak berdekatan maka pertemuan poktan
hanya memungkinkan efektif jika dilakukan di sekitar lahan usahatani. Meskipun
pertemuan di sekitar lahan usaha tani ini sebenarnya bukan suatu masalah jika hal
yang dibahas terkait dengan teknis usahatani bahkan mungkin saja lebih efektif (Sri
Nuryanti, 2011).
Dengan hamparan usahatani yang berdekatan maka kegiatan masal terkait
kegiatan budidaya akan relatif mudah dilakukan. Masing-masing anggota poktan
yang memiliki persamaan kebutuhan akan air dan keamanan dari serangan OPT
membuat mereka akan mudah diajak melakukan kegiatan massal seperti gotong
royong di sekitar hamparan usahataninya (Sri Nuryanti, 2011).

2.4 Pembentukan Kelompok Tani


Pembentukan kelompok tani saat ini lebih diarahkan kepada kemudahan
pelaksanaan tugas pemerintah menyalurkan sarana produksi (sapordi) kepada petani
sehingga lebih terkoordinasi. Kelompok tani pada awalnya dilakukan melalui
pendekatan domisili, namun kemudian dimodifikasi mengikuti hamparan lahan
pertanian. Dua pendekatan kelompok tani tersebut memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Pengelompokan petani menurut hamparan lahan
pertanian dapat memudahkan penyaluran sapordi. Kelemahannya adalah usaha untuk
membuat kelompok tani menjadi dinamis bersifat krusial dan seiring mengganggu
kelancaran sarana produksi. Situasi ini sering terjadi karena petani yang

11
dikelompokkan menurut hamparan lahan tidak selalu saling mengenal satu dengan
yang lain (Harnisa dan Azisah 2021).

2.4.1 Syarat- Syarat Berdirinya Kelompok Tani


Pembangunan pertanian diberbagai tingkatan wilayah sangat ditentukan oleh
partisipasi aktif dari seluruh subjek pelaku usaha tani baik hulu mapun hilir, secara
umum prosedur untuk membentuk kelompok tani adalah sebagai berikut:
1. Beberapa petani aktif yang mulai mengorganisir dan pengumpulan seluruh
petani yang ada disekitar. untuk membentuk kelompok tani minimal
beranggotakan 20 orang petani dalam 1 kawasan.
2. Berkoordinasi dengan penyuluh pertanian yang bertugas pada wilayah
tersebut.
3. Selanjutnya penyuluh pertanian akan mengadakan pertemuan dengan seluruh
calon anggota kelompok tani.
4. Dari hasil pertemuan tersebut, kemudian dibuat berita acara untuk
pembentukan kelompok tani yang ditandatangani oleh kelompok tani,
penyuluh pertanian dan lurah setempat.
5. Dari setiap acara pembentukan kelompok tani, ktp anggota tani, data komoditi
dan luas usaha tani, selanjutnya akan dilakukan pengimputan data kelompok
tani dalam simluthan ( sistem imformasi penyuluh pertanian yang terintegrasi
langsung dengan kementrian pertanian Republik Indonesia).

12
BAB III

PEMBENTUKAN KELOMPOK TANI HAMPARAN

3.1 Pembentukan Kelompok Tani Hamparan


3.1.1 Dasar Penumbuhan Poktan
1. Penumbuhan Poktan dapat dimulai dari kelompokkelompok/organisasi sosial
yang ada di masyarakat, antara lain kelompok pengajian, kelompok arisan,
kelompok remaja desa, kelompok adat, selanjutnya melalui kegiatan Penyuluhan
Pertanian didorong untuk menumbuhkan Poktan, sehingga terikat oleh
kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi dan produktivitas
serta pendapatan dari usahataninya;
2. Anggota Poktan harus memiliki kegiatan Usahatani sebagai mata pencaharian
utama;
3. Poktan dapat ditumbuhkan dari Petani dalam satu wilayah satu RW/dusun atau
lebih, satu desa/kelurahan atau lebih, berdasarkan domisili, hamparan/lahan
Usahatani atau jenis Usahatani sesuai dengan kebutuhan mereka di wilayahnya;
4. Poktan ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk Petani dengan jumlah anggota
antara 20 sampai dengan 30 orang Petani atau disesuaikan dengan kondisi
lingkungan masyarakat dan usahataninya;
5. Kegiatan Poktan yang dikelola berdasarkan kesepakatan anggota, sesuai jenis
usaha dan/atau unsur-unsur subsistem agribisnis (pengadaan sarana produksi

13
Pertanian, budidaya/produksi, panen dan pasca panen, pemasaran, pengolahan
hasil Pertanian, dan lain-lain).

Dalam penumbuhan Poktan, yang perlu diperhatikan yaitu kesamaan


kepentingan, sumberdaya alam, sosial-ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan
keserasian hubungan antar anggota untuk kelestarian kehidupan berkelompok,
sehingga setiap anggota merasa memiliki dan menikmati manfaat dari setiap kegiatan
(Permentan, 2016).

3.1.2 Prinsip-prinsip Penumbuhan Poktan


1. Kebebasan, artinya menghargai setiap Petani untuk berkelompok sesuai keinginan
dan kepentingan bersama;
2. Keterbukaan, artinya kegiatan Poktan harus dilaksanakan dengan memperhatikan
aspirasi anggota;
3. Partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki hak serta kewajiban yang
sama dalam mengembangkan serta mengelola Poktan (merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi);
4. Keswadayaan, artinya pengembangan kemampuan menggali potensi setiap
anggota dalam penyediaan dana, sarana produksi, dan pemanfaatan sumberdaya
untuk mewujudkan kemandirian Poktan;
5. Kesetaraan, artinya hubungan antar Pelaku Utama dan Pelaku Usaha harus
merupakan mitra sejajar; dan
6. Kemitraan, artinya kerjasama berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling
menghargai, saling menguntungkan, dan saling memperkuat antar Pelaku Utama
dan Pelaku Usaha.

3.1.3 Pelaksanaan Penumbuhan Poktan


Pelaksanaan Penumbuhan Poktan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan Penumbuhan Poktan

14
a) Penyuluh Pertanian mengidentifikasi melalui pengumpulan data dan informasi
Petani yang belum menjadi anggota Poktan, meliputi:

1) Jumlah Petani dalam satu wilayah RW/dusun dan/atau dalam satu


desa/kelurahan;
2) Kondisi Petani dan keluarganya;
3) Tingkat pemahaman Petani tentang Kelembagaan Petani;
4) Organisasi sosial yang anggotanya Petani; dan
5) Domisili dan sebaran Petani, serta jenis Usahatani.

b) Penyuluh Pertanian menjelaskan kepada tokoh-tokoh Petani dan aparat desa hal-
hal sebagai berikut:

1) Pengertian, ruang lingkup, tujuan, dan manfaat membentuk Poktan untuk


kepentingan Usahatani serta hidup bermasyarakat;

2) Proses penumbuhan; dan


3) Penyusunan rencana kerja.
c) Penyuluh Pertanian kemudian melakukan pertemuan kelompokkelompok atau
kelembagaan sosial dan pertemuan di tingkat RW/dusun dalam satu
desa/kelurahan, dengan materi sebagai berikut:
1) Syarat-syarat menjadi calon anggota Poktan;
2) Pemahaman tentang Poktan, meliputi pengertian Poktan, tujuan dan manfaat
berkelompok;
3) Kewajiban dan hak setiap anggota dan pengurus;
4) Fungsi Poktan;
5) Ketentuan dalam Poktan; dan
6) Ciri-ciri Poktan yang kuat dan mandiri.

2. Proses Penumbuhan Poktan

15
a) Penyuluh Pertanian melakukan sosialisasi tentang penumbuhan Poktan kepada
tokoh-tokoh Petani setempat dan aparat desa/kelurahan;
b) pertemuan atau musyawarah Petani yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong
desa/kelurahan, instansi terkait, dengan didampingi Penyuluh Pertanian;
c) Menyepakati pembentukan Poktan yang dituangkan dalam surat pernyataan
dengan diketahui Penyuluh Pertanian;
d) Pengurus Poktan terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan seksi-seksi sesuai
unit usaha yang dimiliki, dengan syarat sebagai berikut:
1) Dipilih dari dan oleh perwakilan anggota secara demokratis;
2) Memiliki lahan disekitar wilayah Poktan;
3) Mampu membaca dan menulis;
4) Tidak berstatus sebagai aparat/ PNS/ pamong desa;
5) Memiliki waktu yang cukup untuk memajukan Poktan; dan
6) Memiliki semangat, motivasi dan kemampuan memimpin Poktan.
e) Setiap Poktan melakukan pertemuan lanjutan dengan dihadiri seluruh anggota
untuk menyusun dan/atau menetapkan rencana kerja; dan
f) Setiap Poktan harus didaftarkan di satuan kerja yang melaksanakan tugas
penyuluhan di kecamatan dan datanya dimuat dalam Sistem Informasi
Manajemen Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN).

3.1.4 Pengembangan Poktan


Pengembangan Poktan diarahkan pada (1) penguatan Poktan menjadi
Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri; (2) peningkatan kemampuan anggota
dalam pengembangan agribisnis; dan (3) peningkatan kemampuan Poktan dalam
menjalankan fungsinya.
1. Penguatan Poktan menjadi Kelembagaan Petani yang Kuat dan Mandiri, melalui:

a) Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;

16
b) Melaksanakan pertemuan secara berkala dan berkesinambungan (rapat anggota,
rapat pengurus, dan rapat lainnya);
c) Menyusun rencana kerja dalam bentuk Rencana Definitif Kelompok (RDK) dan
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) berdasarkan kesepakatan dan
dilakukan evaluasi secara partisipatif;
d) Memiliki pengadministrasian Kelembagaan Petani;
e) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu sampai dengan
hilir;
f) Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
g) Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha Petani umumnya
dan anggota khususnya;
h) Menumbuhkan jejaring kerjasama kemitraan antara Poktan dengan pihak lain;
i) Mengembangkan pemupukan modal usaha, baik iuran anggota maupun
penyisihan hasil kegiatan usaha bersama; dan
j) Meningkatkan kelas kemampuan Poktan yang terdiri atas Kelas Pemula, Kelas
Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Usahatani Upaya


peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan Usahatani, meliputi:
a) Memperlancar proses identifikasi kebutuhan dan masalah dalam menyusun
rencana dan memecahkan masalah dalam usahataninya;
b) Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi pasar, peluang
usaha, potensi wilayah dan sumber daya yang dimiliki, untuk mengembangkan
komoditi yang diusahakan guna memberikan keuntungan yang optimal;
c) Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk memanfaatkan
setiap peluang usaha, informasi, dan akses permodalan;
d) Meningkatkan kemampuan anggota dalam mengelola Usahatani secara komersial,
berkelanjutan dan ramah lingkungan;

17
e) Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi usaha menjadi
unit usaha yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dari aspek kuantitas, kualitas
dan kontinuitas;
f) Mengembangkan kemampuan anggota dalam menghasilkan teknologi spesifik
lokasi; dan
g) Mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu melaksanakan
kegiatan simpan-pinjam guna pengembangan modal Usahatani.

3. Peningkatan Kemampuan Poktan dalam Menjalankan Fungsinya.


Pembinaan dilaksanakan secara berkesinambungan dan diarahkan pada upaya
peningkatan kemampuan Poktan dalam melaksanakan fungsinya sebagai (a) kelas
belajar; (b) wahana kerjasama; dan (c) unit produksi, sehingga mampu
mengembangkan Usahatani dan menjadi Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri.

a) Kelas Belajar
Peningkatan kemampuan Poktan melalui proses belajar mengajar diarahkan untuk
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan belajar;
2) Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar;
3) Menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota;
4) Melaksanakan pertemuan dan pembelajaran secara kondusif dan tertib;
5) Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi dalam proses belajar
mengajar, baik yang berasal dari sesama anggota, instansi pembina maupun
pihak terkait;
6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif;
7) Aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan dan
berkonsultasi kepada kelembagaan Penyuluhan Pertanian, dan sumber-sumber
informasi lainnya;

18
8) Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat dan masalah anggota;
9) Merumuskan kesepakatan bersama, dalam memecahkan masalah dan
melakukan berbagai kegiatan; dan
10) Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala, baik internal maupun
dengan instansi terkait.

b) Wahana Kerjasama
Peningkatan kemampuan Poktan sebagai wahana kerjasama, diarahkan untuk
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan selalu
berkeinginan untuk bekerjasama;
2) Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan
pandangan diantara anggota untuk mencapai tujuan bersama;
3) Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara anggota sesuai
dengan kesepakatan bersama;
4) Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggungjawab diantara anggota;
5) Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai kesepakatan
yang bermanfaat bagi anggota;
6) Melaksanakan kerjasama penyediaan sarana dan jasa Pertanian;
7) Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan;
8) Mentaati dan melaksanakan kesepakatan, baik yang dihasilkan secara internal
maupun dengan pihak lain;
9) Menjalin kerjasama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana
produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau permodalan; dan
10) Melakukan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha
anggota.

c) Unit Produksi

19
Peningkatan kemampuan Poktan sebagai unit produksi, diarahkan untuk memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang
menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi,
sosial, permodalan, sarana produksi dan sumberdaya alam lainnya;
2) Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta rencana
kebutuhan Poktan atas dasar pertimbangan efisiensi;
3) Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) Usahatani oleh anggota
sesuai dengan rencana kegiatan;
4) Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam
pelaksanaan Usahatani;
5) Mentaati dan melaksanakan kesepakatan, baik yang dihasilkan secara internal
maupun dengan pihak lain;
6) Mengevaluasi kegiatan dan rencana kebutuhan bersama, sebagai bahan
pertimbangan dalam merencanakan kegiatan yang akan datang;
7) Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumberdaya alam
dan lingkungan; dan
8) Mengelola administrasi secara baik dan benar.

4. Penilaian Kelas Kemampuan Poktan


Penumbuhan dan pembinaan Poktan diarahkan pada upaya peningkatan
kemampuan Poktan dengan pendekatan aspek manajemen dan aspek kepemimpinan
dari fungsi-fungsi Poktan sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.
Penilaian kelas kemampuan Poktan dilakukan setiap tahun oleh Penyuluh Pertanian
dan dikukuhkan sesuai dengan jenjang klasifikasi kemampuan Poktan. Tata cara
penilaian kelas kemampuan Poktan lebih lanjut diatur dengan Peraturan tersendiri.

3.2 Pembenahan Kelengkapan Administrasi Kelompok Tani Hamparan

20
Petani sangat sering dihadapkan dengan sosialisasi dan penyuluh pertanian, yang
didalamnya penyuluh memenuhi administrasi. Administrasi yang dimaksud adalah
administrasi penyuluhan agar kegiatan sosialisasi berjalan dengan lancar atau
terstruktur. Kelembagaan penyuluhan pertanian merupakan salah satu wadah
organisasi yang terdapat dalam Dinas Pertanian. Kelembagaan pertanian
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada (Daisy Sumilat, 2017).
Organisasi digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi,
terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin,
metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi (Daisy Sumilat, 2017).
Dalam perangkat administrasi dibedakan menjadi dua bagian pokok yaitu:
administrasi kegiatan dan administrasi keuangan. Dalam administrasi kegiatan, segala
catatan yang dilakukan oleh kelompok berkaitan dengan kegiatan kelompok diluar
urusan keuangan. Sedangkan administrasi keuangan, segala catatan yang khusus
berkaitan dengan keuangan kelompok (Kementrian Pertanian, 2014).

3.4.1 Buku Administrasi Kelompok Tani Hamparan


Buku administrasi merupakan hal yang sangat penting pada suatu kelompok tani.
Melalui pembukuan administrasi yang bagus maka akan menunjang jalannya
organisasi kelompok tani, mendorong kelompok menjadi transparan dan jelas.
Maksud dari transparan adalah semua pihak yang terkait dengan kelompok baik itu
dinas maupun anggota beserta masyarakat pada umumnya dapat melihat kondisi
nyata kelompok dalam perkembangannya mulai berdiri hingga sekarang.
Jelas dimaksudkan bahwa kelompok benar-benar memiliki tujuan dan
perencanaan sehingga jelas arah yang akan dituju yaitu mensejahterakan anggota.

21
Kelompok tani dipimpin oleh seorang ketua kelompok dibantu oleh sekretaris,
bendahara dan seksi-seksi sesuai keperluan kelompok yang dipilih secara demokrasi
dimana semua anggota kelompok berhak untuk memilih dan dipilih. Khusus dalam
penyelenggaraan administrasi kelompok tani baru memiliki:
1) Stuktur organisasi kelompok tani yang defenitif sebagai hasil musyawarah
pembentukan kelompok.
2) Memiliki sistim administrasi kelompok yang dilengkapai prasarana/sarana
seperti: sekretariat kelompok, buku-buku kelengkapan kelompok tani.
3) Memiliki sistim administrasi yang dibutuhkan dalam kelompok.

Perangkat Administrasi yang baik dan benar diperlukan sebagai bahan informasi
bagi kelompok maupun pihak lain yang berkaitan dengan kelompok. Selain aturan
kelompok (AD-ART), setiap kelompok harus mempunyai Buku-Buku Administrasi
kelompok yang dicatat secara tertib oleh Pengurus Kelompok ataupun anggota yang
ditugasi untuk itu. Kelengkapan Administrasi merupakan indikator aktivitas
kelompok tani dan merupakan bagian dari bentuk pengawasan.

Administrasi Kelompok Tani adalah seperangkat catatan atau dokumen yang


menyangkut semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Perangkat
administrasi kelompok yang baik dan benar diperlukan sebagai bahan informasi bagi
kelompok maupun pihak lain yang berkaitan dengan kelompok itu, seperti: usaha,
permodalan, jaringan kerjasama dan lain-lain. Perangkat administrasi itu dibedakan
menjadi dua bagian pokok, yaitu administrasi kegiatan dan administrasi keuangan.

3.4.2 Administrasi Kegiatan

22
Administrasi Kegiatan adalah segala catatan yang dilakukan oleh kelompok
berkaitan dengan kegiatan kelompok diluar urusan keuangan. Beberapa contoh
perangkat administrasi kegiatan yang diperlukan kelompok antara lain:

a) Buku Pengurus (Buku Susunan Pengurus) Kelompok Tani


Buku pengurus/buku susunan kepengurusan Kelompok Tani adalah dokumen
tertulis yang berisi tentang biodata setiap petani yang menjadi pengurus
kelompok. Buku ini bermanfaat untuk mengetahui nama-nama pengurus di setiap
periode kepengurusan yang disepakati. Salah satu contoh Buku Susunan Pengurus
Kelompok Tani sbb:

BUKU SUSUNAN PENGURUS KELOMPOK TANI………………..


PERIODE TAHUN …….. SAMPAI DENGAN………..

No Nama L/P Pekerjaan Alamat Jabatan Tgl Berhenti


Diangkat TGL ALAS TTD
AN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

b) Buku Induk Anggota (Buku Daftar Anggota) Kelompok Tani

Buku induk anggota adalah dokumen tertulis yang berisi tentang biodata
setiap petani yang menjadi anggota kelompok. Buku ini bermanfaat untuk
mengetahui nama-nama anggota, jumlah dan perkembangan anggotanya serta hal-
hal lain yang berhubungan dengan data anggota kelompok. Nomor anggota
diberikan kepada setiap anggota sesuai dengan urutan pada saat petani

23
menyatakan diri menjadi anggota kelompok. Salah satu contoh Buku Daftar
Anggota Kelompok Tani sbb:

BUKU DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK TANI …………


DESA ……….. KECAMATAN ………………

No Nama Tgl.Lahir/ L/P Pekerjaan Alamat Tgl.Masuk Ttd


Umur Anggota

c) Buku Rencana Kegiatan


Kelompok Tani Buku Rencana Kegiatan kelompok adalah dokumen tertulis
yang mencatat tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok,
misalnya jenis kegiatan, lokasi, volume, frekuensi, biaya dan jadwal kegiatan.
Dokumen-dokumen tersebut bermanfaat bagi kelompok untuk merencanakan
kegiatan yang telah disepakati bersama-sama sehingga memudahkan dalam
pengaturan aktivitas yang akan dilakukan. Salah satu contoh Buku Rencana
Kegiatan Kelompok Tani sbb:

BUKU RENCANA KEGIATAN KELOMPOK TANI……………….


DESA…………..KECAMATAN…………

No Jenis Kegiatan Lokasi Volume Frekuensi Biaya Jadwal


Kegiatan

24
d) Buku Tamu
Buku tamu adalah dokumen tertulis yang berisi catatan tentang pihak-pihak
luar yang pernah berkunjung ke dalam kelompok. Buku ini bermanfaat untuk
mengetahui seberapa jauh perhatian maupun bimbingan yang pernah diberikan
oleh pihak luar terhadap kelompok yang bersangkutan. Buku tamu diisi setiap
kali ada pihak luar kelompok yang dating untuk suatu keperluan. Didalamnya
selain berisikan waktu dan nama serta instansi, juga memuat maksud/ tujuan
dan kesan/ saran.
Maksud/ tujuan adalah untuk apa seseorang tersebut datang kepada
kelompok, ini bermanfaat untuk melihat seberapa jauh kelompok memperoleh
pembinaan dari pihak luar yang relevan. Sedangkan kesan/ saran adalah apa
yang menurut seseorang tersebut menarik perhatian dalam kelompok yang
dikunjungi, kesan-kesan ini bisa positif dan bisa juga negatif. Kolom saran juga
baik kalau diisi tentang usulan-usulan perbaikan dari orang yang berkunjung
terhadap kelompok, karena usulan yang bersifat konkrit dan jelas, penting bagi
kelompok untuk ditindak lanjuti sebagai bahan pembahasan dalam pertemuan
pengurus/ anggota. Salah satu contoh Buku Tamu Kelompok Tani sbb:

BUKU TAMU KELOMPOK TANI……………


DESA………….KECAMATAN………….

No Hari Nama Instansi/ Jabatan Maksud Tujuan Kesan/ Ttd


Tanggal Alamat Pesan

25
e) Buku Daftar Hadir
Buku daftar hadir adalah dokumen tertulis yang berisi kehadiran setiap
petani yang menjadi anggota kelompok dalam setiap kali kelompok mengadakan
kegiatan. Buku ini bermanfaat untuk mengetahui nama-nama anggota yang
menghadiri berbagai kegiatan kelompok. Salah satu contoh Buku Daftar Hadir
Kelompok Tani sbb
BUKU DAFTAR HADIR

JENIS KEGIATAN ……….


HARI: … TANGGAL : …

No Nama Alamat Jabatan Di Poktan Ttd

f) Buku Agenda Surat


Masuk dan Surat Keluar Buku agenda surat masuk dan surat keluar adalah
dokumen tertulis yang berisi catatan tentang surat-surat yang dibuat kelompok
untuk para anggota maupun pihak luar serta surat-surat yang diterima kelompok
dari pihak-pihak luar yang pernah dikirim ke kelompok. Salah satu contoh Buku
Agenda Surat sbb

BUKU AGENDA SURAT KELOMPOK TANI ………………


DESA ………….. KECAMATAN ………………
Surat Masuk Surat Keluar

26
No Hari/ Alamat Perihal No Hari/ Alamat/ Perihal
Tanggal Pengirim Tanggal Tujuan

g) Buku Luas Lahan Garapan


Buku luas lahan garapan dan usahatani anggota adalah dokumen tertulis
yang berisi tentang luasan areal lahan garapan anggota kelompok berupa lahan
darat sawah, pekarangan, tegalan, kebun serta jenis-jenis usahatani yang
dijalankan para anggota (jenis-jenis usaha tani dapat juga dijabarkan secara
detail bentuk usaha taninya seperti petani sayur-sayuran, petani semangka,
petani jeruk, petani karet, petani lada, dll). Buku ini berguna untuk mengetahui
luasan areal garapan dan jenis usahatani anggota sehingga kelompok dapat
mengklasifikasi anggotanya berdasarkan jenis usahatani para anggota. Salah satu
contoh Buku Luasan Lahan Garapan sbb:

BUKU LUAS LAHAN GARAPAN ANGGOTA


KELOMPOK TANI ………
DESA…… KECAMATAN………….

No Nama Jabatan Luas Jenis Usaha Tani


Lahan
(Ha) Sawah Tegal Pekarangan Kebun

h) Buku Kepemilikan Sarana/Prasarana

27
Anggota Buku kepemilikan sarana/prasarana anggota adalah dokumen
tertulis yang berisi tentang jenis-jenis sarana dan prasarana pertanian seperti
alat-alat dan mesin pertanian yang dimiliki anggota kelompok. Buku ini
bermanfaat untuk mengetahui nama-nama anggota yang memiliki alat-alat dan
mesin pertanian sehingga dapat direkapitulasi jumlah saana dan prasarana
pertanian di kelompok tersebut. Salah satu contoh Buku Sarana dan Prasarana
Petanian sbb:

BUKU KEPEMILIKAN SARANA/PRASARANA


KELOMPOK TANI ………
DESA…… KECAMATAN………….

No Nama Jenis Jenis Sarana Dan Prasarana Pertanian


TRAKTOR HAND POMPA DRYER JUMLAH KETERANGAN
RODA 2 SPRAYER AIR ( UNIT )

i) Buku Konsultasi

Buku konsultasi adalah dokumen tertulis yang berisi tentang catatan hasil
konsultasi yang berisi tentang masalah dan pemecahan masalah dalam
kelompok tani. Dalam setiap kunjungan atau ada instansi terkait yang datang,
buku ini selalu disiapkan untuk mencatat segala masalah dan melampirkan
jawaban.

Biasanya pertanyaan konsultasi ini seputar dalam kelompok tani dan


tanaman. Buku ini bermanfaat untuk catatan berupa solusi mengatasi
permasalahan kelompok tani dan tanaman sehingga apabila permasalahan
serupa muncul kembali, penangannya sudah bisa ditangani secara langsung.
Salah satu contoh buku konsultasi sbb:

28
BUKU KONSULTASI KELOMPOK TANI ………….
DESA …………….. KECAMATAN ………….

No Tanggal Nama Instansi Masalah Pemecahan Ttd


Petugas Masalah

j) Buku Identitas Anggota


Buku Identitas anggota adalah dokumen hardcopy (foto copy/scan) yang
berisi Kartu Identitas Penduduk (KTP) yang dikumpulkan dan diarsibkan
menjadi satu kesatuan untuk seluruh anggota kelompok tani dalam satu buku
besar. Buku ini bermanfaat untuk kepentingan administrasi anggota kelompok
dan dipergunakan sesuai dengan permintaan kebutuhan administrasi, sehingga
segala kebutuhan administrasi anggota kelompok dapat terpenuhi dengan
cepat, maksimal, efektif dan efisien. Salah satu contoh Buku Identitas
Anggota sbb
BUKU IDENTITAS ANGGOTA
KELOMPOK TANI …............
DESA …………… KECAMATAN ………..

No Nama Identitas ( KTP )

3.4.3 Administrasi Keuangan

Administrasi Keuangan adalah segala catatan yang dilakukan oleh kelompok


berkaitan dengan keuangan kelompok, selain buku-buku administrasi kegiatan
kelompok. Beberapa perangkat administrasi keuangan yang diperlukan kelompok
antara lain:

29
a) Buku Kas
Buku kas adalah dokumen tertulis yang mencatat tentang segala kegiatan yang
dilaksanakan oleh kelompok yang menyangkut keluar masuknya keuangan
kelompok. Biasanya format buku berisikan tentang tanggal dan bulan pelaksanaan,
nomor bukti kas, uraian penerimaan maupun pengeluaran uang dan saldo kas. Salah
satu contoh Buku Kas sbb:
BUKU KAS KELOMPOK TANI……
DESA…… KECAMATAN………..
BULAN…… TAHUN……….

No Hari/ Uraian Penerimaan Pengeluaran Sisa

Tanggal Keterangan ( Rp ) ( Rp ) ( Rp )

b) Buku Iuran Anggota


Buku iuran anggota adalah dokumen tertulis yang mencatat tentang masuknya
iuran dalam bentuk uang tunai maupun natura kedalam kas kelompok. Besar
kecilnya iuran ditentukan berdasarkan keputusan musyawarah anggota kelompok.

BUKU IURAN ANGGOTA KELOMPOK


KELOMPOK TANI…………….
DESA…………..KECAMATAN……………

No Nama Tanggal/Bulan Jumlah Iuran (Rp)

30
c) Buku Tabungan
Anggota Buku tabungan anggota adalah dokumen tertulis yang mencatat
tentang masuknya tabungan dalam bentuk uang tunai maupun natura kedalam kas
kelompok. Besar kecilnya iuran ditentukan berdasarkan keputusan musyawarah
serta kesanggupan anggota kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil
usahataninya sebagai tabungan anggota yang sewaktu-waktu dapat diambil
kembali. Tabungan anggota dapat berupa tabungan lebaran atau yang
diperuntukan bagi keperluan anak sekolah. Salah satu contoh Buku Tabungan
Anggota Kelompok sbb:

BUKU TABUNGAN ANGGOTA KELOMPOK


KELOMPOK TANI ……………….
DESA ……………. KECAMATAN……………..

No Tanggal/ Debit ( Rp ) Kredit ( Rp ) Saldo ( Rp )


Bln/Thn

3.4.4 Perangkat Kelengkapan Administrasi Lainnya

Selain buku-buku dan dokumen penting lain yang harus dimiliki Kelompok Tani,
Kelompok Tani yang kuat dan sudah maju diharapkan juga memiliki perangkat
kelengkapan administrasi lainnya, yakni berupa :

a. Sekretariat Kelompok Tani


b. Papan Nama (Plank) Kelompok Tani

31
c. Stempel Kelompok Tani
d. Arsip Surat Masuk dan Surat Keluar
e. Arsip Dokumen Berita Acara Pembentukan Kelompok Tani
f. Arsip Dokumen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kelompok
Tani
g. Arsip Dokumen Berita Acara Benih Kelompok Tani
h. Rencana Kerja Kelompok atau Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK)
i. Rencana Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK)
j. Rencana Usaha Anggota (RUA)
k. Arsip Dokumen Biodata Anggota Kelompok Tani
l. Dokumen berupa papan data (Monografi) Kelompok Tani Peta Wilayah
Kelompok Tani

3.5 Sarana dan Prasarana Kelompok Tani Hamparan


Pemerintah memberikan bantuan berupa sarana prasarana dan mengembangkan
program pertanian sebagai upaya untuk mekanisasi pertanian dan peningkatan
pengetahuan petani yang akan berdampak pada peningkatan produksi pertanian sesuai
yang diinginkan pemerintah dan petani. Bidang Prasaran dan Sarana Pertanian
bertugas menyiapkan bahan dan merumuskan kebijakan teknis di bidang perluasan
dan perlindungan lahan, irigasi pertanian dan pembiayaan, alat mesin pertanian,
pupuk dan pestisida serta bertanggungjawab memimpin seluruh kegiatan pelayanan
dan administrasi dibidang prasarana dan sarana pertanian (Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura).
Kegiatan pemberdayaan masyarakat agribisnis merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas masyarakat selaku petani dan produksinya.
Namun kegiatan ini membutuhkan modal yang besar terutama dalam sarana dan
prasarana transportasi serta pengadaan teknologi pertanian lainnya. Memberikan
dukungan pemberdayaan masyarakat agribisnis berupa pengadaan sarana produksi
pertanian agar kegiatan pemberdayaan dan penanganan pertanian berjalan lancar
(Dharma Fidyansari dan Ridwan Pu, 2014).

32
3.5.1 Sarana Kelompok Tani Hamparan
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dalam
mencapai suatu maksud atau tujuan. Sarana mengarah pada benda-benda atau alat
yang bergerak. Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian
terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan (Mustabsir,2017).
Banyak sekali fungsi dari alat dan mesin pertanian misalnya saja untuk
pengolahan tanah,menaikkan kadar air serta dapat mengolah hasil pertanian.banyak
cara yang bisa digunakan oleh petani untuk mempermudah pekerjaan mereka salah
satunya yaitu dengan cara menggunakan alat yang modern selain dapat memudahkan
pekerjaan juga dapat mempersingkat waktu dan menaikkan hasil produksi dalam
bidang pertanian (Mustabsir,2017).
Penerapan sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi
pertanian indonesia. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang
ada, seperti benih unggul, benih unggul didapat dari sortasi benih yang merupakan
pilihan dari banyak benih. Induk yang baik memberikan benih yang baik pula,
pembudidayaan tanaman induk yang baik akan sangat berperan dalam penentuan
hasil yang baik (Mustabsir,2017).

Sarana produksi selain dipengaruhi benih, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
lainnya, faktor lain yang mempengaruhi adalah pestisida, pestisida merupakan zat
kimia yang berfungsi/digunakan sebagai alat untuk pengendailan musuh-musuh
tanaman, berdasarkan kegunaan pestisida dapat dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu
insektisida, herbisida, moluskarisida, akarisida, rodentisida, fungisida, bakterisida,
dan nematisida. Pestisida juga mempunyai beberapa bentuk formulasi pestisida yaitu
berupa cairan semprot, tepung hembus, butiran, pasta, uap, kabut dan gas
(Mustabsir,2017).

33
Penerapan sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi
pertanian indonesia. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang
ada, seperti benih unggul, benih unggul didapat dari sortasi benih yang merupakan
pilihan dari banyak benih. 46 Induk yang baik memberikan benih yang baik pula,
pembudidayaan tanaman induk yang baik akan sangat berperan dalam penentuan
hasil yang baik (Mustabsir,2017).
Sarana produksi yang baik biasanya digunakan baik dalam proses awal
pembukaan lahan, budidaya pertanian seperti pemupukan, pemeliharaan tanaman dan
lain-lain sampai dengan proses pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan
utama dari sarana produksi dalam bidang pertanian adalah untuk meningkatkan
produktivitas kerja petani dan merubah hasil yang sederhana menjadi lebih baik
(Mustabsir,2017).

3.5.2 Prasarana Kelompok Tani Hamparan


Prasarana merupakan segala sesuatu yang menjadi penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Proses tersebut dapat berupa suatu pembangunan,
usaha, ataupun proyek. Pada intinya, prasarana tertuju pada benda-benda yang tidak
dapat bergerak. Prasarana pertanian meliputi jalan pertanian, irigasi, dan drainase di
sawah irigasi yang ada. Prasarana pertanian saat ini hanya memiliki jalan pertanian
yang terbatas, saluran irigasi yang tidak stabil, dan tanpa sistem drainase yang tepat.

Untuk keberlanjutan keberadaan prasarana sawah beririgasi, maka kebutuhan dan


tingkat teknologi yang diperlukan perlu mempertimbangkan pendapat petani,
sehingga mereka bisa memperbaiki prasarana pertanian yang ada. Pemerintah
memberikan bantuan berupa sarana prasarana dan mengembangkan program
pertanian sebagai upaya untuk mekanisasi pertanian dan peningkatan pengetahuan
petani yang akan berdampak pada peningkatan produksi pertanian sesuai yang
diinginkan pemerintah dan petani (Mohamad Yanuar,2015).

34
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Kelompok Tani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan
petani/peternak/pekebun yang dibentuk oleh para petani atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya,
kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota (Permentan RI, 2016).

35
2. Kelompok tani sering disingkat poktan merupakan organisasi petani. Dalam
pembentukannya, kelompok tani ada yang didasarkan pada domisili petani dan
ada yang didasarkan pada lokasi hamparan lahan milik petani. Kelompok tani
domisili dibentuk oleh beberapa petani yang memiliki kesamaan wilayah tempat
tinggal (domisili), biasanya berdasarkan RT atau dusun. Sedangkan kelompok
tani hamparan dibentuk oleh beberapa petani yang berada pada suatu hamparan
lahan usahatani yang sama (Sri Nuryanti, 2011).
3. Pengembangan Poktan diarahkan pada (1) penguatan Poktan menjadi
Kelembagaan Petani yang kuat dan mandiri; (2) peningkatan kemampuan
anggota dalam pengembangan agribisnis; dan (3) peningkatan kemampuan
Poktan dalam menjalankan fungsinya (Permentan RI, 2016).

4.2 Saran

Kegiatan Penyuluhan Pertanian diarahkan menuju bentuk kelompok tani yang


semakin terikat oleh kepentingan dan tujuan bersama dalam meningkatkan produksi
dan pendapatan dari usahataninya

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia 67/Permentan/Sm.050/12/2016


Tentang Pembinaan Kelembagaan Petani
Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng Rappang Nomor 8 Tahun 2017 Tentang
Pembinaan Dan Pengembangan Kelembagaan Petani

36
Daisy Sumilat, dkk. 2017. Administrasi Kelompok Tani Di Kecamatan Tomohon
Utara, Kota Tomohon. Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Vol. 13
No. 1A, Hal 1 – 16.
Hanok Untajana. 2008. Pengembangan Dinamika Kelompok Tani Melalui
Kerjasama, Jurnal Agricola, Tahun I, No. 1,
Harnisa, Abd. 2021. Peranan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Produksi
Usahatani Kedelai Di Desa Bulu Tellue Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep. Jurnal Agribis Vol. 13 No.1
Wedy Nasrul. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian Untuk Peningkatan
Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. Vol. III No.29
Suteno, SE. 2020. Draf Pembukuan Dan Administrasi Kelompok Tani Program
Readsi Kab. Sambas dan Kab. Sanggau Provinsi Kalimantan Barat

37

Anda mungkin juga menyukai