Anda di halaman 1dari 3

integrasi dengan Ekonomi Global ASEAN bergerak di sebuah lingkungan yang makin terhubung dalam

jejaring global yang sangat terkait satu dengan yang lain, dengan pasar yang saling bergantung
dan industri yang mendunia. Agar pelaku usaha ASEAN dapat bersaing secara global, untuk
menjadikan ASEAN lebih dinamis sebagai ”mainstream” pemasok dunia, dan untuk memastikan
bahwa pasar domestik tetap menarik bagi investasi asing, maka ASEAN harus lebih menjangkau
melampaui batas-batas MEA. Dua pendekatan yang ditempuh ASEAN dalam berpartisipasi dalam
proses integrasi dengan perekonomian dunia adalah: (i) pendekatan koheren menuju hubungan
ekonomi eksternal melalui Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Area/FTA) dan kemitraan
ekonomi yang lebih erat (Closer Economic Partnership/CEP), dan (ii) partisipasi yang lebih kuat
dalam jejaring pasokan global.

ASEAN merupakan suatu organisasi perkumpulan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Tahun 2015, ASEAN
merencanakan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), untuk menjaga stabilitas politik dan
keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, Dan
mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup
masyarakat

Berbagai diskusi atau seminar sudah dilakukan pemerintah dengan melibatkan para pakar dari berbagai
lembaga pemerintah maupun nonpemerintah guna memastikan kesiapan masyarakat Indonesia
menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015 yang menuntut efisiensi dan keunggulan produk yang lebih
kompetitif dan inovatif.

Hambatan dan tantangan mendasar yang perlu dibenahi pemerintah saat ini, antara lain mencakup
masalah yaitu infrastruktur, birokrasi, masalah kualitas sumber daya manusia dan masalah perburuhan,
sinergi kebijakan nasional dan daerah, daya saing pengusaha nasional, korupsi dan pungutan liar yang
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high-cost economy).

Dari segi SDM tenaga kerja, Indonesia memiliki beberapa pekerjaan rumah yang belum dapat
diselesaikan hingga saat ini, diantaranya :

1. Produktifitas tenaga kerja yang dinilai masih rendah

2. Ketidakpastian upah tenaga kerja

3. Rata- rata pendidikan dan kemampuan berbahasa asing yang rendah

4. Tingkat pengangguran masih tinggi (dari data tahun 2013, indonesia menempati posisi ke-2
dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN setelah Filipina)

Permasalahan – permasalahan tersebut sedang diupayakan penyelesaianya oleh kementerian dan


instansi terkait melalui berbagai program kegiatan.

Kementerian Perindustrian, melalui unit Pusat Pendidikan dan Pelatihan memiliki salah satu peranan
dalam pengembangan SDM yang bekerja di bidang Industri. Pengembangan SDM Industri ini
diterjemahkan oleh pusdiklat melalui perumusan program reposisi bagi seluruh sekolah menengah dan
kejuruan, perguruan tinggi dan akademik serta balai diklat industri yang memiliki satu tujuan untuk
menghasilkan SDM tenaga kerja yang selain unggul tapi juga sesuai dengan harapan dari pihak industri.

Selain upaya reposisi, pusdiklat industri juga turut memfasilitasi penyusunan SKKNI, Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia di beberapa bidang seperti kelapa sawit, logam , kewirausahaan, dll. SKKNI
memiliki salah satu peranan sebagai perisai pasar tenaga kerja dalam negeri dari serbuan tenaga kerja
asing (dalam hal ini asean). Oleh karena itu semua pendidikan dan pelatihan bagi calon pencari tenaga
kerja maupun SDM yang telah berada di Industri sebisa mungkin harus berbasis kompetensi. Pihak
lembaga pendidikan dan pelatihan secara aktif perlu melakukan pendekatan dan kunjungan langsung di
Industri untuk menengok apa sebenarnya kualifikasi kompetensi pekerja yang diharapkan oleh industri.

Perbaikan terhadap kualitas SDM tenaga kerja di Indonesia juga menjadi salah satu fokus pembenahan
dalam rangka meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar ASEAN. Tidak hanya dari segi
kemampuan pendidikan, keahlian, dan produktifitas namun yang tidak kalah penting adlaah pembekalan
kemampuan penguasaan bahasa asing bagi tenaga kerja Indonesia.

meskipun banyak pihak masih merasa pesimis Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri.
Berbekal keyakinan, berbagai strategi yang tertuang dalam kebijakan, program- program kegiatan serta
didukung pelaksanaan yang serius melalui kerjasama triple helix antara Pemerintah, Akademisi, dan
dunia usaha (industri) Indonesia telah bersiap sedemikian rupa dalam menghadapi MEA.

Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku
UMKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku UMKM terhadap MEA,
peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk UMKM lokal,
penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk bersaing dalam era pasar bebas
adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku UMKM yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu, pihak
Kementrian Koperasi dan UKM melakukan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang diarahkan pada peningkatan
kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang
berdaya saing tinggi.
Pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri
kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM. Penguatan IKM berperan penting dalam upaya
pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa untuk dieskpor.
Selain itu, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga dan kementerian pun terus ditingkatkan sehingga faktor
penghambat dapat dieliminir.

Secara akademis, kualitas SDM dinilai berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Negara/RPJPN (dahulu GBHN), pemerintah mengakui bahwa
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih tergolong rendah. IPM Indonesia menempati
urutan ke-110 dari 177 negara. Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang diukur dengan
IPM memiliki korelasi langsung dengan rendahnya produktivitas dan daya saing perekonomian nasional.
Oleh karena itu, dapat dipahami jika salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional
adalah meningkatkan daya saing bangsa. Dalam kaitan ini, kemampuan bangsa untuk dapat berdaya
saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi,
akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu
memanfaatkan peluang yang terbuka. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa adalah
melalui pendidikan, terutama pendidikan tinggi.

Sadar akan hal ini, pemerintah sudah melakukan reformasi cukup substansial di bidang pendidikan
terutama pendidikan tinggi, antara lain dengan dibentuknya Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi terpisah dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan yang hanya membawahi
pendidikan dasar dan menengah.

Sesuai dengan rumusan ketentuan Pasal 31 UUD 1945 tersebut, khususnya sebagai bagian dari upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pemerintah memiliki kewajiban menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, termasuk memajukan pendidikan tinggi,

Jika visi dan misi pendidikan nasional tersebut dilaksanakan, maka SDM Indonesia akan berkualitas tinggi
dan akan mampu bersaing sehingga mendapat peranan yang signifikan sebagai pelaku dalam MEA.
Beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas SDM: Pertama melalui peningkatan capacity building
UMKM. Capacity building adalah upaya organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Peningkatan
capacity bulding bisa dilakukan dengan melakukan pelatihan dan pengembangan terhadap UMKM.
Beberapa upaya yang dilakukan antara lain: memberikan pelatihanpelatihan kepada lembaga pelaku
usaha, dalam meningkatkan kemampuan kredit UMKM, Pendirian Pusat Pengembangan Pendamping
UKM untuk melakukan pelatihan dan akreditasi UMKM, meningkatkan teknologi informasi agar akses
informasi lebih mudah, melakukan riset untuk memberikan informasi bagaimana mengembangkan
UMKM. Penelitian tersebut disesuaikan dengan daerah masin-masing. Peningkatkan daya saing UMKM
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Tantangan lain yaitu berupa kondisi sekarang apalagi ditambah dengan pandemi covid-19 menuntut
SDM dapat belajar sendiri, mampu mengidentifikasi teknologi saat ini dan masa depan, pelatihan
teknologi informatika yang cocok. Literatur juga menunjukkan cara-caranya seperti dialog sosial dengan
blogging, mempertahankan karyawan kunci, meningkatkan motivasi, kinerja dan iklim organisasi.
Sehingga dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan yang cepat berubah. Berbagai pendekatan dalam
literatur yang dapat digunakan seperti perencanaan skenario, alat statistik sehingga mampu mengambil
keputusan yang terbaik. Sehingga, pengembangan SDM

Anda mungkin juga menyukai