Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pangan merupakan kebutuhan dasar yang utama bagi manusia dan harus dipenuhi
setiap saat sebagai salah satu hak asasi individu dan komponen dasar untuk menciptakan
sumberdaya manusia yang berkualitas (Chaireni dkk., 2020). Pemerintah memiliki tanggung
jawab besar untuk memenuhi kebutuhan pangan dan menjamin terciptanya kesejahteraan
bagi setiap warga negara. Terpenuhinya kebutuhan pangan tidak hanya dilihat dari kuantitas
pangan yang cukup, tetapi juga harus memperhatikan kualitas, keragaman, keamanan, dan
pangan itu sendiri.
Kebijakan di bidang Ketahanan Pangan merupakan bagian integral dari Kebijakan
Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, strategi dalam membangun sistem ketahanan
pangan tidak hanya berorientasi pada peningkatan produktivitas, tetapi juga pada
peningkatan sumber daya manusia melalui pemberdayaan masyarakat. Sehingga masyarakat
memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri dan berkelanjutan.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercemin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, berguna, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
Berdasarkan rencana trategis Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (2010),
pembangunan ketahanan pangan merupakan prioritas nasional. Hal ini difokuskan pada
peningkatan ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan, serta percepatan
penganekaragaman pangan sesuai dengan karakteristik daerah. Pembangunan ketahanan
pangan dilaksanakan melalui berbagai upaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan sebagai rwujudan pembangunan sosial ekonomi
sebagai bagian pembangunan secara keseluruhan.
Perwujudan ketahanan pangan nasional dimulai dari pemenuhan pangan di wilayah
terkecil yaitu pedesaan sebagai basis kegiatan pertanian. Basis pembangunan perdesaan
bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dalam suatu wilayah yang mempunyai
keterpaduan sarana dan prasarana dari aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan
untuk mencukupi dan mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga.
Kementerian Pertanian menginisiasi suatu wilayah yang memiliki potensi besar untuk
menghadapi kerawanan pangan dan dapat membangun kemandirian pangan melalui program
Kawasan Desa Mandiri Pangan bedasarkan Peraturan Menteri Republik Indonesia No.
15/Permentan/HK.140/4/2015. Kegiatan Kawasan Desa Mandiri Pangan (Kawasan
Demapan).
Tujuan program Desa Mandiri Pangan adalah untuk meningkatkan Ketahanan Pangan
dan Gizi (mengurangi kerawanan pangan dan gizi) masyarakat melalui pendayagunaan
umber daya, kelembagaan dan budaya lokal di pedesaan (Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian, 2011). Sedangkan sasarannya adalah terwujudnya etahanan pangan
dan gizi tingkat desa yang ditandai dengan berkurangnya tingkat kerawanan pangan dan gizi.
Dalam pelaksanaannya, program Desa Mandiri Pangan difasilitasi dengan masukan antara
lain: instruktur, pendampingan dalam bidang manajemen kelompok dan usaha serta teknis,
bantuan permodalan, sarana dan prasarana, tenaga kerja serta teknologi. Berbagai masukan
tersebut akan digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan seperti
pemberdayaan masyarakat (pendampingan, pelatihan, fasilitasi dan penguatan kelembagaan),
harmonisasi sistem ketahanan pangan dan pengembangan keamanan pangan serta antisipasi
maupun penanggulangan kerawanan pangan (Soemarno, 2010).

1.2 Maksud Dan Tujuan

Dengan demikian beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik desa pelaksana kegiatan Desa Mandiri Pangan di Kabupaten
Asahan.
2. Bagaimana peningkatan jumlah anggota kelompok affinitas penenma manfaat kegiatan
Desa Mandiri Pangan dan kelompok tidak penenma manfaat Desa Mandiri Pangan di
Kabupaten Asahan setelah masuk ke dalam tahap Kemandirian.
3. Bagaimana peningkatan pendapatan rumah tangga terhadap kelompok affinitas
penerima manfaat dan kelompok tidak penerima manfaat kegiatan Desa Mandiri
Pangan di Kabupaten Asahan.

Tujuan penelitian ini adalah :


1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik desa pelaksana kegiatan Desa Mandiri Pangan
di Kabupaten Asahan.
2. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok affinitas penerima
manfaat dan tidak penerima manfaat kegiatan Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Asahan
setelah masuk ke dalam tahap Pasca Kemandirian
3. Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pendapatan rumah tangga terhadap
kelompok affinitas penerima manfaat dan kelompok tidak penerima manfaat kegiatan Desa
Mandiri Pangan di Kabupaten Asahan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan dalam Program DMP meliputi kegiatan pemberdayaan masyarakat,
pengembangan sistem ketahanan pangan dan pengembangan sarana dan prasarana, yang
dimulai dari perencanaan tingkat desa melalui pendekatan partisipatif atau PRA yang
dilakukan bersama masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat serta kelembagaan yang ada di desa.
Sebagai Program pemberdayaan masyarakat, kegiatan utama Program Desa Mandiri Pangan
adalah memfasilitasi agar terjadi pembelajaran bagi masyarakat desa sehingga pengetahuan,
ketrampilan dan sikap mereka berubah menjadi lebih baik. Dengan adanya perubahan tersebut
maka diharapkan masyarakat desa akan mempunyai kepastian untuk menangkap peluang
disekitarnya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangganya.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping sebagai pelaku
penggerak di setiap desa pelaksana selama empat tahun berturut-turut mulai tahapan persiapan,
penumbuhan, pengembangan dan kemandirian.
Program kegiatan ini bersifat lintas sektor yang dalam pelaksanaannya memerlukan
keterlibatan dan sinergitas antar instansi dan stakeholder terkait. Wujud integrasi
pengembangan program pembangunan dari pusat, propinsi, dan kabupaten di pedesaan.
Program Desa Mandiri Pangan dilaksanakan di desa-desa terpilih yang mempunyai rumah
tangga miskin dan beresiko rawan pangan dan gizi, dengan dasar pemilihannya adalah Food
Security & Vulnerability Access (FSVA) dan desa rawan pangan, dengan jumlah RTM
(Rumah Tangga Miskin) lebih dari 30 % dari jumlah KK berdasarkan hasil survey Data Dasar
Rumah Tangga (DDRT).

Komponen kegiatan yang dilakukan, melalui pedekatan :

1. Pemberdayaan masyarakat.
2. Penguatan kelembagaan.
3. Pengembangan sistem ketahanan pangan dan dukungan saranan prasarana desa melalui
koordinasi lintas sektor dalam wadah Dewan Ketahanan Pangan.

Kegiatan dilaksanakan secara berjenjang tingkat provinsi dan kabupaten untuk melakukan
pembinaan pada desa-desa pelaksana. Perencanaan di tingkat desa dilakukan secara
partisipatif, dengan melibatkan Tim Pangan Desa (TPD), penyuluh, kelompok kerja kabupaten,
dan pendamping sebagai fasilitator, serta Lembaga Pembangun Desa (LPD), Kepala Desa dan
Kaur Pembangunan, aparat, serta tokoh masyarakat.

Hasil yang diperoleh selanjutnya diintegrasikan dengan berbagai program pembangunan yang
telah disusun ditingkat desa. Perencanaan pembangunan desa merupakan upaya untuk
mewujudkan ketahanan pangan serta pembangunan sarana dan prasarana penunjang, yang
dilakukan berdasarkan hasil base line surveydan PRA. Melalui kegiatan Desa Mandiri Pangan
yang dilaksanakan selama 4 (empat) tahun (tahap persiapan, penumbuhan, pengambangan dan
kemandirian) diharapkan masyarakat desa mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan gizi sehingga dapat menjalani hidup sehat dan produktif dari hari ke
hari.
Fokus pengembangan desa mandiri pangan pada tahun 2014 dan 2015 diarahkan untuk
peningkatan kualitas kelembagaan kelompok afinitas desa mandiri pangan dan peningkatan
kapasitas aparat dan pendamping desa mandiri pangan. Strategi yang dilakukan dalam upaya
peningkatan keualitas kelembagaan demapan tersebut melalui : Workshop Desa Mandiri
Pangan, Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok (Capacity Building),
Pembinaan Desa Mandiri Pangan dan Pemberian Bantuan Hibah Peralatan Pengolahan Pangan.

1.4 Dasar Hukum


Pada program Desa Mandiri Pangan membentuk beberapa lembaga seperti LKD (Lembaga
Keuangan Desa) yang merupakan lembaga yang ditumbuhkan oleh kelompok, yang
beranggotakan sub-sub kelompok afinitas untuk mengelola keuangan sebagai modal usaha
produktif pedesaaan, TPD merupakan lembaga yang ditumbuhkan oleh masyarakat yang terdiri
dari perwakilan aparat desa, tokoh masyarakat, perwakilan rumah tangga miskin, yang
memiliki fungsi sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di pedessaan dan
kelompok afinitas yang merupakan kelompok yang tumbuh atas dasar ikatan kebersamaan dan
kecocokan antar anggota yang mempunyai kesamaan visi dan misi (Permentan No 15 Tahun
2015 Pedoman Desa Mandiri Pangan)
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.UU No. 18 Tahun 2012
tentang pangan, Badan Ketahanan Pangan membuat Program Desa Mandiri Pangan
(Demapan) bagi masyarakat yang ada di desa. Adanya program Demapan di Desa
Mekar Baru Kabupaten Asahan adalah untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat
miskin perdesaan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki atau
dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian pangan rumah tangga dan
masyarakat.
2. Undang-Undang Nomor 43 tentang Wilayah Perbatasan Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional Daerah Perbatasan dan
Kepulauan.
4. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat
(UP4B).
5. Peraturan Presiden RI Nomor 166/2014, 13 November 2014 tentang Program
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
6. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Papua Barat.
7. Instruksi Presiden Nomor9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG), yang
mengharuskan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di semua sektor pembangunan.
8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.130/12/2015 tentang Pedoman
Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian
Tahun Anggaran 2016. Permentan tersebut menjelaskan penyaluran Bantuan
Pemerintah kepada kelompok penerima manfaat sebagai pengganti Bantuan Sosial
yang sebelumnya diberikan kepada kelompok tani penerima manfaat.
9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, yang
mengamanatkan agar pembangunan wilayah Papua-Papua Barat, kepulauan, dan
perbatasan dilakukan secara terintegrasi disemua sektor untuk mewujudkan
kemandirian pangan.
10. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2015-2019.Renstra tersebut menerangkan
pelaksanaan kegiatan Kawasan Mandiri Pangan yang akan dilaksanakan pada tahun
2015 sampai dengan tahun 2019.
1.5 Gambaran Umum Kondisi Derah
BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1 EFEKTIVITAS
2.1.1 Pengertian Efektifitas
Efektifitas umumnya di pandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan
operasional. Pada dasarnya efektifitas adalah tingkat pencapaian tugas sasaran organisasi
yang di tetapkan. Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang di lakukan, sejauh mana
seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat di artikan,
apabila suatu pekerjaan dapat dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan
efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lainnya. Sedangkan efektifitas
pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah sejauh mana kegiatan pemerintah daerah
dapat melaksanakan, mewujudkan, dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
pengambilan keputusan partisipasi masyarakat. Pelaksanaan pembangunan dan juga
penyelesaian berbagai permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Sondang P. Siagian (2001:24) yang berpendapat efektifitas adalah pemanfaatan


sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar di tetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya.
Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi
efektifitasnya.
Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau
dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan
prosedur dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu
operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat
yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.
Menurut Mardiasmo (2017: 134) Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya
pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai
tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas
menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (Output) program
dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap
pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu
unit organisasi.
Menurut james L.Gibson Efektivitas adalah pencapaian sasaran menunjukan derajat
efektivitas.(dalam buku Herbani Pasolong,2010:4).
Efektivitas adalah suatu pengukuran terhadap penyelesaian suatu pekerjaan tertentu
dalam suatu organisasi(Kumorotomo,2005:362).
Menurut keban mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau
tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. (dalam buku
Herbani pasolong,2010;4).

Menurut SP. Siagian (2002 : 151 ) adalah tercapainya suatu sasaran yang telah
ditentukan pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber data tertentu yang
dialokasikan untuk menjalankan kegiatan-kegiantan organisasi tertentu.

2.1.2 Aspek-Aspek Efektivitas


Berdasarkan pendapat Muasaroh, ada beberapa aspek-aspek efektivitas diantara lain :
a. Aspek tugas atau fungsi
Yaitu lembaga dikatakan efektivitas jika melaksanakan tugas atau fungsinya.
b. Aspek rencana atau program Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana
atau program dikatakan efektif.
c. Aspek ketentuan dan peraturan
Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan
yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatan.
d. Aspek tujuan atau kondisi ideal
Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi
ideal program tersebut dapat dicapai.
Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai.

2.1.3 Perspektif Efektivitas Organisasi


Adapun pengelompokan efektivitas dibagi menjadi tiga perspektif, diantaranya :
a) Efektivitas individu
Efektivitas individu berada pada bagian dasar dalam konteks organisasi. Perspektif
individu menekankan pada penampilan setiap anggota organisasi dalam
melaksanakan tugasnya. Kemampuan individu dalam melaksanakan tugasnya
secara efektif sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti keterampilan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, dan tekanan atau stres.
b) Efektivitas kelompok
Efektivitas kelompok adalah efektivitas yang terjadi karena adanya individu dan
kelompok.
c) Efektivitas organisasi.
Efektivitas organisasi tidak hanya kumpulan efektivitas individu dan kelompok,
tetapi juga karena organisasi merupakan suatu sistem kerja sama yang kompleks.
Efektivitas organisasi ditentukan juga oleh faktor-faktor, seperti lingkungan,
teknologi, strategi, struktur, proses, dan iklim kerja sama.

2.2 PROGRAM DEMAPAN


2.2.1 Pengertian Program Demapan
Pengertian Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai kemampuan
untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan,
subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara
berkelanjutan.
Program Aksi Desa Mandiri Pangan (DMP) merupakan salah satu program yang
difokuskan di daerah rawan pangan dengan mengimplementasikan berbagai model pemberdayaan
masyarakat dan gizi dalam mewujudkan ketahanan pangan melalui pengembangan subsistem :
ketersediaan, distribusi dan konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara
berkelanjutan.
Ruang lingkup kegiatan dalam Program DMP meliputi kegiatan pemberdayaan
masyarakat, pengembangan sistem ketahanan pangan dan pengembangan sarana dan prasarana,
yang dimulai dari perencanaan tingkat desa melalui pendekatan partisipatif atau PRA yang
dilakukan bersama masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat serta kelembagaan yang ada di desa.
Sebagai Program pemberdayaan masyarakat, kegiatan utama Program Desa Mandiri Pangan
adalah memfasilitasi agar terjadi pembelajaran bagi masyarakat desa sehingga pengetahuan,
ketrampilan dan sikap mereka berubah menjadi lebih baik. Dengan adanya perubahan tersebut
maka diharapkan masyarakat desa akan mempunyai kepastian untuk menangkap peluang
disekitarnya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangganya.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menempatkan tenaga pendamping sebagai pelaku
penggerak di setiap desa pelaksana selama empat tahun berturut-turut mulai tahapan persiapan,
penumbuhan, pengembangan dan kemandirian.
Program Desa Mandiri Pangan (Demapan) merupakan program aksi yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dengan tujuan untuk mengurangi rawan pangan dan gizi
melalui pendayagunaan sumber daya, kelembagaan dan kearifan lokal perdesaan. Untuk
tercapainya tujuan Demapan program dirancang dalam kurun waktu 4 tahun, melalui 4 tahapan
yaitu : (i) tahap persiapan, meliputi seleksi desa rawan pangan dan pembentukan kelompok KK
miskin ; (ii) tahap penumbuhan, mulai adanya usaha produktif, pembentukan Lembaga Keuangan
Desa (LKD), berfungsinya posyandu dan bekerjanya sistem ketahanan pangan dari aspek
ketersediaan, distribusi dan konsumsi serta koordinasi program lintas sektor untuk pembangunan
sarana prasarana wilayah perdesaan, (iii) tahap pengembangan, adanya perkembangan ekonomi
produktif, peningkatan modal LKD, pengembangan sistem ketahanan pangan ; (iv) tahap
kemandirian, adanya peningkatan dinamika kelompok dan usaha ekonomi produktif, adanya
jaringan kemitraan, berfungsinya LKD sebagai layanan modal dan berfungsinya Tim Pangan Desa
(TPD) dalam mengkoordinasikan program lintas sektoral.

2.2.2 Tujuan Demapan

Meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin perdesaan dalam mengelola dan


memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan dikuasainya secara optimal, dalam mencapai
kemandirian pangan rumah tangga.
Menyamakan persepsi dan tanggung jawab sebagai petugas penyuluh pendamping dengan
Tim Pangan Desa dan kelompok-kelompok afinitas. Sebagai tolak ukur dan evaluasi petugas
pendamping dalam pelaksanakan aksi desa mandiri pangan

2.2.3 Sasaran
Sasaran kegiatan program aksi desa mandiri pangan merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat keluarga kurang mampu, tani, pedagang, peternak, ataupun kegiatan usaha lainnya
yang ada didesa rawan pangan untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan masyarakat.
Sebagai sarana pendukung kegiatan desa mandiri pangan diantaranya Tim Pangan Desa, Lembaga
Keuangan Desa, dan Kelompok afinitas yang dibentuk atas dasar kepentingan dan tujuan yang
sama demi kesejahteraan masyarakat

2.3 PENDAPATAN
2.3.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan, baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan
hasil dan penjualan barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan adalah kompensasi
pemberian jasa kepada orang lain, setiap orang mendapatkan penghasilan karena membantu orang
lain. Sedangkan, pendapatan pribadi adalah seluruh macam pendapatan salah satunya pendapatan
yang didapat tanpa melakukan apa-apa yang diterima oleh penduduk suatu negara. Pendapatan
pribadi meliputi semua pendapatan masyarakat tanpa menghiraukan apakah pendapatan itu
diperoleh dari menyediakan faktor-faktor produksi atau tidak. Menurut Kadariyah, uang yang
diterima seseorang berupa upah, keuntungan, sewa, dan lain-lain dan diperoleh dalam jangka
waktu tertentu.
Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu
organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan yang sangat besar.
Pendapatan merupakan faktor penting dalam operasi suatu perusahaan, karena pendapatan akan
mempengaruhi tingkat laba yang diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Harnanto (2019:102) menuliskan bahwa pendapatan adalah “kenaikan
ataubertambahnya aset dan penurunan atau berkurangnya liabilitas perusahaan yang merupakan
akibat dari aktivitas operasi atau pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat atau konsumen
pada khususnya.
Menurut Sochib (2018:47) pendapatan merupakan aliran masuk aktiva yang timbul dari
penyerahan barang/jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama periode tertentu. Bagi
perusahaan, pendapatan yang diperoleh atas operasi pokok akan menambah nilai aset perusahaan
yang pada dasarnya juga akan menambah modal perusahaan. Namun untuk kepentingan akuntansi,
penambahan modal sebagai akibat penyerahan barang atau jasa kepada pihak lain dicatat tersendiri
dengan akun pendapatan.
Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang
dikonsumsi, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan maka barang yang
dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian.
Menurut Syafi’i Antonio, pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan
dalam liabilitas. Selain itu dapat juga diartikan sebagain gabungan dari keduanya selama periode
yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Hal tersebut merupakan akibat dari investasi yang halah,
perdagangan, memberikan jasa atau aktivitas lain. Tujunnya adalah meraih keuntungan.

Pendapatan seseorang dapat dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya sesuai
dengan profesi masing-masing misalnya pengusaha, buruh, pegawai, tukang, dan lain-lain. Setelah
bekerja, seseorang memperoleh pendapatan yang dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan
sehari-hari, selain itu dapat digunakan untuk tabungan maupun usaha. Selanjutnya pendapatan
individu atau pendapatan seseorang merupakan upah atau gaji yang diberikan kepada seseorang
setelah melakukan suatu pekerjaan. Pendapatan adalah uang yang diperoleh seseorang atau
anggota keluarga yang bersusah payah melakukan kerja. Secara umum pendapatan diartikan
sebagai semua penerimaan masyarakat atau negara dari semua kegiatan yang dilakukan maupun
kegiatan yang tanpa dilakukan.

2.3.2 Jenis- Jenis Pendapatan


Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Gaji dan upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk
orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.
2. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu penerimaan yang didapat dari hasil produksi usaha
yang dimiliki seseorang atau anggota keluarga dan tenaga kerja dari anggota keluarga
sendiri dengan tidak memperhitungkan biaya sewa kapital.
3. Pendapatan dari usaha lain yaitu pendapatan yang didapat tanpa melakukan kerja dan
pendapatan tersebut biasanya pendapatan sampingan misalnya pendapatan dari
menyewakan rumah, pendapatan pensiunan, bunga dari uang, dan sumbangan dari orang
lain.

2.3.3 Unsur-Unsur Pendapatan


Pendapatan itu diperoleh adalah termasuk dari unsur-unsur pendapatan, adapun unsur-unsur
pendapatan tersebut antara lain:
1. Pendapatan dari hasil produksi barang atau jasa.
2. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber ekonomis perusahaan
oleh pihak lain.
3. Penjualan aktiva diluar barang dagangan merupakan unsur-unsur pendapatan lain-lain
suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai