Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PEMBERDAYAAN GIZI MASYARAKAT

PERAN MASYARAKAT DALAM PROGRAM PERBAIKAN GIZI


MASYARAKAT

NAMA : INTAN SAFRI ROSYIDA


NIM : P07131302126
JURUSAN : GIZI
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA ALIH
PRODI :
JENJANG

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA TERAPAN GIZI DAN
DIETETIKA ALIH JENJANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Program perbaikan gizi tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja. tantangan
dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat menjadi semakin berat terkait terkait
langsung kecukupan nutrisi, seperti ketahanan pangan, infrastruktur, air bersih dan
sanitasi, belum berkembang secara optimal. Oleh karena itu, kerja sama lintas sektor
antara berbagai pemangku kepentingan terkait, pemerintah, sektor swasta maupun
masyarakat madani, merupakan pra-kondisi mutlak untuk meningkatkan status gizi
masyarakat
Berpikir secara kreatif (out-of-the-box) untuk menyelesaikan persoalan dengan
melibatkan pemangku kepentingan non-pemerintah, mungkin masih sering menjadi
kendala, terutama bagi mereka yang terbiasa berpikir dalam kotak-kotak birokrasi. Tapi
tanpa upaya-upaya kreatif dan inovatif yang berkelanjutan seperti ini upaya-upaya dalam
meningkatkan status gizi masyarakat akan terus menemui jalan terjal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang optimum khususnnya gizi yaitu dalam menanggulangi masalah gizi dan
meningkatkan status gizi masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan perilaku gizi yang sesuai dengan pedoman gizi
seimbang
b. Meningkatkan perhatian institusi pemerintah dan swasta dalam upaya
peningkatan status gizi
c. Meningkatkan pengetahuan petugas gizi dan petugas puskesams lainya dalam
hal merencanakan, membina, memantau dan mengevaluasi program perbaikan
gizi masyarakat
d. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan keluarga dalam mencegah,
menananggulangi masalah gizi
e. Tersedianya rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan masalah gizi dan
informasi mengenai situasi pangan dan gizi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Perbaikan Gizi


Gizi baik merupakan fondasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas karena berkaitan erat dengan peningkatan kapasitas belajar, kemampuan
kognitif dan intelektualitas seseorang. Gizi baik juga merupakanpenanda
keberhasilan pembangunan dan terpenuhinya hak azasi manusia terhadap pangan dan
kesehatan. Perbaikan gizi masyarakat merupakan sarana untuk memutus rantai
kemiskinan melalui meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga berdampak pada
kesejahteraan di tingkat masyarakat, keluarga dan individu.
Sejalan dengan agenda pembangunan global yang dituangkan dalam
Sustainable Development Goals untuk mewujudkan masyarakat dunia yangsejahtera,
merata dan berkelanjutan, Pemerintah Indonesia menuangkan komitmen tersebut
dalam tema dan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2020 –2024, yaitu
mewujudkan masyarakat yang Indonesia yang berpenghasilan menengah – tinggi,
yang sejahtera, adil dan berkisanambungan. Sumber daya manusia yang berkualias
dan memiliki daya saing tinggi adalah salah satu faktor pendukung utama untuk
mencapai tujuan tersebut.
Dalam Pasal 141 – Pasal 143 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (“UU 36/2009”), juga telah diatur pula mengenai upaya pemerintah dalam
menanggulangi kekurangan gizi, salah satunya, yaitu dengan upaya perbaikan gizi
untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat melalui:
1. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;
2. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan;
3. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu
dan teknologi; dan
4. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, tercantum hal ‘meningkatnya status gizi masyarakat menjadi
salah satu prioritas pembangunan, dengan sasaran utama menurunkan
prevalensi stunting dan wasting masing-masing menjadi 14% dan 7% di tahun 2024.
Sasaran pokok lainnya adalah :
1. Prevalensi Ibu Hamil Kuran Energi Kronik;
2. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi;
3. Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita;
4. Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif;
5. Persentase balita mendapa suplementasi gizi mikro
Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, Rencana Strategis
(Renstra)Kementerian Kesehatan 2015-2019 telah menetapkan 4 (empat) indikator
kinerja kegiatan (IKK) pembinaan gizi masyarakat yang harus dicapai yaitu;
1. Prevalensi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik;
2. Persentase Kabupaten/Kota yang
3. Melaksanakan Surveilans Gizi;
4. Persentase Puskesmas Mampu Tata Laksana
5. Gizi Buruk pada Balita;
6. Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI Eksklusif.
Agar indikator RENSTRA tersebut tercapai, perlu disusun kebijakan dan
strategi operasional serta kegiatan yang spesifik dan terukur setiap tahun di setiap
tingkat baik di pusat maupun daerah. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat
disusun sebagai acuan setiap pemangku kepentingan, untuk menyusun perencanaan,
mengkoordinasikan dan penilaian pelaksanaan pembinaan gizi secara
berkesinambungan.
Untuk menjamin keberhasilan program dipelukan kejasama seluruh
pemangku kepentingan baik di Pusat maupun Daerah, Pemerinrah Daerah dan/atau
masyarakat bersama-sama menjamin tersedianya bahan makanan yang mempunyai
nilai gizi yang tinggi secara merata dan terjangkau
Pemerintah berkewajiban menjaga agar bahan makanan yang dimaksud memenuhi
standar mutu gizi yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu,
penyediaan bahan makanan dilakukan secara lintas sektor dan antarprovinsi,
antarkabupaten atau antarkota.Pemerintah juga bertanggung jawab menetapkan
standar angka kecukupan gizi, standar pelayanan gizi, dan standar tenaga gizi pada
berbagai tingkat pelayanan. Selain itu juga bertanggung jawab atas pemenuhan
kecukupan gizi pada keluarga miskin dan dalam situasi darurat serta bertanggung
jawab terhadap pendidikan dan informasi yang benar tentang gizi kepada masyarakat
B. Pemberdayaan Masyarakat sebagai Paradigma Baru Peran Masyarakat dalam
Pembangunan
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang secara keseluruhan perlu digalakkan. Hal ini telah digariskan dalam
sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa, sebagai tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Paradigma pembangunan untuk saat ini adalah pembangunan
dengan pendekatan karakter sehingga yang relevan adalah pembangunan berbasis
masyarakat sehingga diharapkan masyarakat mampu melakukan pembangunan
secara mandiri, terdesentralisasi dan tepat sasaran.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan
martabat golongan warga tertentu yang ada di dalam kondisi kemiskinan dan
keterbelakangan, dengan konsep pembangunan yang lebih membuka peran
masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan yang mengacu pada
kebutuhan masyarakat setempat dengan memanfaatkan potensi yang ada demi
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan pemahaman bahwa
pemberdayaan mengarah pada konsep partisipasi sebagaimana halnya kegiatan
yang ada pada posyandu. Hal ini menunjukan partisipasi atau keterlibatan
masyarakat berperan penting untuk mencapai hasil pemberdayaan yang maksimal.
Berbagai kegiatan seperti penyuluhan kesehatan, control atas gizi balita,
imunisasi,bahkan posyandu menjadi wadah bagi masyarakat terutama ibu-ibu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan
2. Hal Penting dalam pembangunan Berbasis Masyarakat
Pembangunan berbasis masyarakat pada hakekatnya adalah proses yang
terencana. sehingga sebuah perencanaan menjadi suatu keharusan bagi fasilitator
atau administrator disamping diperlukan juga kesadaran, kesiapan, kemauan dan
kemampuan dalam berpartisipasi sehingga tujuan yang diharapkan dapat terlaksana
sesuai dengan yang diharapkan, sehingga diperlukan diperhatikan adalah
a. Masyarakat sebagai pelaku utama, yaitu sebagai sunyek perencanaan dan
pelaksanaan
b. Pemanfaatan sumberdaya setempat yaitu penciptaan kegiatan deengan melihat
potensi dan sumberdaya setempat
c. Pembangunan berkelanjutan yaitu program berfungsi sebagai penggerak
pembangunan yang berkelanjutan
Sehingga perlu inventarisasi, reorientasi dan reinterpretasi karakteristik setempat,
kebutuhan lokal dan kearifan lokal, karena tanpa memperhatikan hal tersebut hanya
membuat sumberdaya sia-sia
3. Tujuan pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah :
a. Perbaikan kualitas hidup baik secara kelembagaan,perbailan usaha, perbaikan
pendapatan, perbaikan lingkungan, perbaikan kehidupan dan perbaikan
masyarakat secara umum.
b. Memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya, karena itu perlu
dilakukan pendampingan sehingga masyarakat mampu mengelola sendiri
kegiatannya
C. Posyandu Balita Sebagai Wadah Peran Serta Masyarakat dalam Program
Perbaikan Gizi
Model pembangunan salah satunya adalah pembangunan yang berpusat
pada manuasia.Peningkatan kapasitas dan kemampuan manusia sebagai pelaku
pembangunan adalah fokus dari model pembangunan ini dengan mengandalkan
sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu mengatasi masalah yang
dihadapi dan dapat memperbaiki kualitas kehidupannya
1. Posyandu Balita
Kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat,yang dilaksanakan
oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari
puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar
2. Tujuan penyelenggaraan posyandu balita terbagi menjadi 5 macam yaitu :
a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil,
melahirkan dan nifas) Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka Kematian Bayi
(AKB) masih cukup tinggi, meskipun dari tahun ketahun sudah dapat
diturunkan.
b. Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
c. Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.
d. Membudayakan (Norma Keluarag Kecil Bahagia Sejahtera) NKKBS.
e. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) sertakegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera
3. Sasaran Posyandu adalah meliputi seluruh masyarakat, yaitu :
a. Bayi
b. Anak balita
c. lbu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
4. Manfaat Posyandu
a. Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga
b. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
c. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi
d. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana
e. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk
memotivasi kelompok dasa wisma berperan aktif
5. Kegiatan layanan di Posyandu
Pada hari buka posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem meja
yaitu:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Meja V : Pelayanan kesehatan berupa: imunisasi,pemberian vitamin A, pelayanan
KB dan pengobatan ringan
6. Keberhasilan Posyandu Balita
Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik
Keberhasilan Posyandu berdasarkan:
D/S Baik/ kurangnya peran serta masyarakat.
N/ D Berhasil tidaknya program posyandu.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan Ibu di posyandu
a. Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
b. Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
c. Pekerjaan ibu
d. Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
e. Sarana dan prasarana di posyandu
f. Jarak dari posyandu tersebut
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Pemberdayaan Masyarakat


Kelebihan pembangunan berbasis masyarakat adalah adanya kesadaran
dari masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat terlibat di dalam
pembangunan. Kesadaran merupakan kunci utama dari suatu tindakan yang
sistematis dan rasional yang dilakukan oleh masyarakat.Dengan kesadara ini akan
terbentuk konsep pemikiran masyarakat akan hak azasi, keadilan dan kepastian
hokum dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung
Menurut Merry & Conley dalam Sudarmato,Eko (2020) bahwa
keunggulan dari pembangunan berbasis masyarakat akan mengarah pada
perkembangan
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi dalam proses pembangunan
2. Konsep teknologi tepat guna
3. Pemikiran masyarakat akan hak azasi, keadilan dan kepastian hokum dalam
proses pembangunan
4. Konsep pembangunan berkelanjutan sebagai paradigm pembangunan baru
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendekatan
pengembangan masyarakat

B. Hambatan Pembangunan Berbasis Masyarakat


Pembanguan yang bersifat pada masyarakat sebagai subyek dan pelaku
pembanguan diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat dari kemiskinan dan keterbelakangan dengan merencanakan dan
melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Dalam penerapan dimasyarakat masih cukup banyak ditemukan permasalahan dan
hambatan antara lain :
1. Masyarakat belum memahami makna yang sebenarnya dari konsep partisipasi
oleh perencana dan pelaksana pembangunan dalam hal ini pemerintah.Dalam
kenyataannya, pertisipasi yang berlaku adalah kemauan rakyat untuk mendukung
secara mutlak program-program yang dilakukan, yang direncanakan dan
ditentukan tujuannya oleh pemerintah, sehingga proyek perdesaan dari
pemerintah istilahkan sebagai proyek yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan
proyek yang diusulakan masyarakat dianggap sebagai keinginan bukan sebagai
kebutuhan, sehingga proyek yang diusulkan oleh masyarakat menjadi prioritas
rendah.
2. Reaksi umpan balik masyarakat terhadap paradigma pembanguan sebagai
ideologi baru yang harus dijaga keberhasilannya sehingga tidak membangkitkan
kemauan secara sadar masyarakat untuk berpartisipasi melainkan sebagai suatu
keharusan

BAB IV
KESIMPULAN

Pembangunan berbasis masyarakat dapat berjalan secara efektif dan


efisien dengan sumber daya yang tepat dan dan terencana untuk mencapai tujuan yang
diharapkan memerlukan tahapan antara lain
1. Menumbuhkan kemauan untuk berubah dari masyarakat
2. Menumbuhkan keberanian untuk mengatasi hambatan dan mengambil keputusan
untuk berubah
3. Peningkatan peran partisipati masyarakat dan keberlangsungan terhadap program
yang sudah berjalan
4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi
5. Peningkatan kompetensi untuk melakukan perubahan
DAFTAR PUSTAKA

Sofianis, Nadia dkk 2021 Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Kegiatan Posyandu Terkait Kesadaran Hidup Sehat Pada Masa Pandemi Didesa Buatan
II Kecamatan Koto Gasib. Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Riau, Indonesia

Sudarmanto, Eko dkk 2020.Konsep Dasar Pengabdian Kepada Masayarakat


Pembangunan dan Pemberdayaan.Yayasan Kita Menulis

Kemenkes RI 2013 Pedoman Umum Pengelolan Posyandu.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai