KETAHANAN PANGAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, serta Hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat menyusun makalah
Ketahanan Pangan dengan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin penulis upayakan dan
didukung bantuan dari berbagai pihak, sehingga memperlancar penyusunannya.
Untuk itu penyususn tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Ketahanan Pangan, ibu Septariawulan Kusumasari, S.TP., M.Si. Serta semua
pihak yang turut serta dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Selain itu, penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
ditemukan banyak sekali kekurangan, serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penyusun membuka selebar-lebarnya pintu bagi pembaca yang ingi memberi kritik
dan sarannya demi memperbaiki laporan ini.
Penyususn berharap laporan ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca, dan dapat di ambil manfaatnya. Penyususn memohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam laporan ini terdapat kata-kata yang tidak berkenan di hati.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
C. Pemanfaatan Pangan
Pemanfaatan pangan adalah penggunaan pangan oleh rumah tangga, dan
kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi (konversi
zat gizi secara efisien oleh tubuh). Pemanfaatan pangan juga meliputi cara
penyimpanan, pengolahan, dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air
dan bahan bakar selama proses pengolahannya serta kondisi higiene, budaya
atau kebiasaan pemberian makan terutama untuk individu yang memerlukan
jenis makanan khusus, distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai
kebutuhan masing-masing individu, dan status kesehatan masing-masing
anggota rumah tangga (Dewan Ketahanan Pangan, 2010).
Aspek pemanfaatan pangan terdiri atas indikator jumlah balita stunting,
indikator jumlah balita gizi buruk, dan indikator akses air bersih.
1. Indikator Jumlah Balita Stunting
Provinsi Banten memiliki jumlah balita stunting yang cukup tinggi yakni
lebih dari 40% per kecamatan yang tersebar hampir di seluruh wilayah Banten.
Stunting pada anak-anak adalah salah satu hambatan paling signifikan bagi
perkembangan manusia dan secara global mempengaruhi hampir 162 juta anak-
anak di bawah usia 5 Tahun (WHO, 2014).
2. Indikator Jumlah Balita Gizi Buruk
Provinsi Banten memiliki jumlah balita gizi buru yang tergolong rendah
yakni kurang dari 40% per kecamatan yang tersebar diseluruh Provinsi Banten.
Status gizi anak (usia di bawah 5 tahun) merupakan indikator yang baik untuk
mengetahui penyerapan/ absorbsi pangan. Faktor yang mempengaruhi status
gizi seorang balita adalah situasi ketahanan pangan. Kondisi ketahanan pangan
yang tidak baik akan meningkatkan risiko terjadinya balita dengan gizi kurang.
4.1 Simpulan
Ketersediaan pangan memiliki 9 indikator rawan pangan yang terdiri dari
indikator rasio warung, rasio toko, rasio keluarga tidak sejahtera, rasio rumah
tangga tanpa listrik, rasio akses roda 4, rasio anak tidak sekolah, rasio rumah tangga
tanpa air bersih, rasio jumlah tenaga kesehatan dan rasio fasilitas sanitasi, dan
kompleksitas ketahanan pangan dapat disederhanakan dengan menitikberatkan
pada tiga dimensi yang berbeda, namun saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan,
akses pangan oleh rumah tangga, dan pemanfaatan pangan oleh individu.
DATAR PUSTAKA