Anda di halaman 1dari 8

PAPER TUGAS ANALISIS PANGAN DI INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Kebutuhan Mata kuliah Gizi Keluarga


Dosen Pengampu :
Oktovina Rizky Indrasari. S.KM., M.Kes

Disusun oleh :

Laucia Prima Arisafii (10317042)

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2020
Sebagai negara dengan penduduk besar dan wilayah sangat luas, ketahanan pangan
merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Kejadian rawan
pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial politik
Indonesia. Menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk mampu mewujudkan ketahanan
pangan nasional, wilayah, rumah tangga dan individu yang berbasiskan kemandirian
penyediaan pangan domestik

WHO mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan


pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan
memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah
kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan
pangan bernutrisi. Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan
pangan dengan benar dan tepat secara proporsional. FAO (Food and Agriculture
Organization)  menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen
tersebut dalam kurun waktu yang panjang.

Peranan sektor pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya


memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang pada tahun 2005 berjumlah 219,3 juta, dan
diprediksikan terus bertambah sebesar 1,25 persen (Nainggolan, 2006:78).

Pemerintah harus melaksanakan kebijakan pangan, yaitu menjamin ketahanan pangan


yang meliputi pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan.
Kebijakan ini diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan. Pembangunan yang
mengabaikan keswadayaan dalam kebutuhan dasar penduduknya, akan menjadi sangat
tergantung pada negara lain, dan itu berarti menjadi negara yang tidak berdaulat (Arifin,
2004).

Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 adalah


kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Berdasar konsep
tersebut, maka terdapat beberapa prinsip yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung
terhadap ketahanan pangan (food security), yang harus diperhatikan (Sumardjo, 2006):

1. Rumah tangga sebagai unit perhatian terpenting pemenuhan kebutuhan pangan


nasional maupun komunitas dan individu.
2. Kewajiban negara untuk menjamin hak atas pangan setiap warganya yang
terhimpun dalam satuan masyarakat terkecil untuk mendapatkan pangan bagi
keberlangsungan hidup.
3. Ketersediaan pangan mencakup aspek ketercukupan jumlah pangan (food
sufficiency) dan terjamin mutunya (food quality).
4. Produksi pangan yang sangat menentukan jumlah pangan sebagai kegiatan
atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan,
mengemas, mengemas kembali dan atau mengubah bentuk pangan.
5. Mutu pangan yang nilainya ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan
minuman.
6. Keamanan pangan (food safety) adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan keadaan manusia.
7. Kemerataan pangan merupakan dimensi penting keadilan pangan bagi
masyarakat yang ukurannya sangat ditentukan oleh derajat kemampuan negara
dalam menjamin hak pangan warga negara melalui sistem distribusi produksi
pangan yang dikembangkannya. Prinsip kemerataan pangan mengamanatkan
sistem pangan nasional harus mampu menjamin hak pangan bagi setiap rumah
tangga tanpa terkecuali.
8. Keterjangkauan pangan mempresentasikan kesamaan derajat keleluasaan
akses dan kontrol yang dimiliki oleh setiap rumah tangga dalam memenuhi
hak pangan mereka.

Prinsip ini merupakan salah satu dimensi keadilan pangan yang penting untuk
diperhatikan. Konsep ketahanan pangan seperti disebut di atas, selanjutnya dapat diringkas
kedalam aspek:

 Ketersediaan pangan: ketercukupan jumlah pangan (food sufficiency).


 Keamanan pangan (food safety) : pangan yang bebas dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
menganggu, merugikan dan membahayakan keadaan manusia, serta
terjamin mutunya (food quality) yaitu memenuhi kandungan gizi dan
standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman.
 Kemerataan pangan: sistem distribusi pangan yang mendukung
tersedianya pangan setiap saat dan merata.
 Keterjangkauan pangan: kemudahan rumah tangga untuk memperoleh
pangan dengan harga yang terjangkau.
Menurut Permenkes no 28 tahun 2009 Pasal 3 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Untuk melakukan evaluasi, perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan


dalam rangka pemenuhan kebutuhan penduduk rata-rata secara makro
nasional dan berbagai kebutuhan lainnya, dalam AKG ditetapkan estimasi
rata-rata angka kecukupan energi dan rata-rata angka kecukupan protein bagi
masyarakat Indonesia.
2. Rata-rata angka kecukupan energi bagi masyarakat Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebesar 2100 (dua ribu seratus) kilo kalori per
orang per hari pada tingkat konsumsi.
3. Rata-rata angka kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebesar 57 (lima puluh tujuh) gram per orang per
hari pada tingkat konsumsi.

Pencapaian Konsumsi Energi dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2013 – 2017
sebagai berikut

Sumber : Badan ketahanan pangan kementrian indonesia


Perkembangan pola konsumsi Energi penduduk indonesia dari tahun 2013 – 2017
adalah sebagai berikut :

Sumber : Direktori perkembangan Konsumsi Pangan 2018


Perkembangan pola konsumsi Protein penduduk indonesia dari tahun 2013 – 2017
adalah sebagai berikut :

Sumber : Direktori perkembangan Konsumsi Pangan 2018

Interpretasi :

Diketahui standar kebutuhan protein menurut Permenkes no 28 tahun 2009 Pasal 3


adalah sebesar 57 gram, pencapaian pola konsumsi Protein pada tahun 2017 diperkotaan dan
pedesaan adalah sebesar 61,45 gram. Hal ini berarti kebutuhan protein di indonesia pada
tahun 2017 telah terpenuhi dengan baik

Diketahui standar kebutuhan energi menurut Permenkes no 28 tahun 2009 Pasal 3


adalah sebesar 2100 gram, pencapaian pola konsumsi Protein pada tahun 2017 diperkotaan
dan diperdesaan adalah sebesar 2128 gram. Hal ini berarti kebutuhan pola konsumsi protein
di indonesia pada tahun 2017 telah terpenuhi dengan baik
Referensi

Badan ketahanan pangan dan kementrian pertanian RI, 2018 . Direktori pengembangan
konsumsi pangan.
http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/uploads/public/5bf/ca9/06b/5bfca906bc654274
163456.pdf

Martianto,Drajat. Soekiman. 2010. Overview masalah Pangan dan Gizi di indonesia dan
upaya penanggulangannya . Bogor : Institut Teknologi Bogor

Permenkes RI. 2019. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat indonesia.
Jakarta : Indonesia

Mu’nim . 2012 . Analisis Pengaruh Faktor Ketersediaaan,akses,dan penyerapan Pangan


Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Surplus Pangan : Pendekatan Partial Least
Square Path Modeling : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai