PENDAHULUAN
Pangan ialah kebutuhan utama yang sangat mendasar bagi manusia sehingga sangat
diperlukan adanya pemenuhan pangan secara maksimal di setiap saat. Pemenuhan akan
pangan menjadi salah satu hak asasi manusia yang juga ditegaskan dalam pasal 27 UUD 1945
yang membahas mengenai cadangan pangan pemerintah,dan juga di kuat kan dengan terbit
nya Deklarasi Roma (1996). Kedua dasar hukum tersebut lah yang mendasari diterbitkannya
UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan. Pangan adalah suatu hal yang harus terpenuhi, jika
pangan yang tersedia jumlahnya kecil sedangkan kebutuhan nya yang besar maka hal itu akan
menyebabkan ketidakstabilan di bidang ekonomi. Berbagai masalah ekonomi, sosial dan
politik juga akan terganggu jika ketersediaan pangan tidak tercukupi. Kondisi seperti ini lah
yang dapat mengancam stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional. Jurnal ini membahas
mengenai (1) Faktor-faktor penyebab ketidakstabilan pangan, (2). Kebijakan yang diambil
untuk menanggulangi dampak ketidakstabilan pangan, (2). Upaya penanggulangan nya
dengan diversifikasi budaya. Indonesia sering disebut sebagai negara Agraris yang
mengedepankan sektor pertanian sebagai sarana terpenting bagi pembangunan nasional yaitu
sebagai mata pencaharian utama dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Pangan sering
diidentikan dengan beras yang merupakan makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Ketika produksi beras yang menurun maka akan berdampak bagi
pangan nasional yang dapat memicu berbagai permasalahan ekonomi yang dapat mengancam
stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.
Dari diagram yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai data sensus
penduduk di Indonesia bahwasanya perkiraan jumlah penduduk yang semakin melonjak tiap
tahun nya menjadi tantangan baru bagi ketahanan pangan nasional. Berdasarkan kepada
sensus penduduk tahun 2020, tercatat saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 270,2 juta
jiwa. Dan jika dibandingkan dengan tahun 2010, angka yang tercatat sejumlah 237,63 juta
jiwa. Persoalan ketahanan pangan merupakan isu yang sangat krusial. Krisis ekonomi adalah
hal yang tidak bisa terhindarkan jika tidak adanya tindak lanjut yang mendalam mengenai isu
ini. Dengan adanya penambahan jumlah penduduk yang melonjak, hal ini berdampak kepada
angka impor pangan terutama beras. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras
Indonesia menyentuh angka 114,45 ribu ton dengan harga senilai US$ 51,76 juta dari periode
September sampai Desember 2021. Hal ini mengalami peningkatan sebesar 24,4 %. Indonesia
sempat tercatat telah mengimpor beras terbesar hingga mencapai 981,99 ribu ton pada kuartal
1 di tahun 2016.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan penurunan ketahanan pangan yaitu alih fungsi lahan
pertanian menjadi daerah pemukiman. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian semakin meluas seiring dengan maraknya gerakan pembangunan yang menekankan
kepada aspek pertumbuhan dan perkembangan daerah dengan adanya pembangunan tersebut,
akan tetapi kebijakan pembangunan tersebut malah mengambil alih lahan pertanian
masyarakat sehingga seiring dengan berjalanya waktu lahan pertanian di Indonesia semakin
menyempit. Dengan adanya pembangunan tersebut membuat fokus masyarakat akan sektor
pertanian teralihkan kepada sektor non pertanian dengan harapan akan mendapatkan imbalan
yang lebih dari sektor pembangunan tersebut.
Sumber : BPS
Tabel di atas merupakan data penduduk yang melakukan urbanisasi dari desa ke kota. Proses
Urbanisasi dari tahun 2015 sampai 2020 mengalami lonjakan setiap tahunnya. Badan Pusat
Statistik (BPS) telah memprediksi sekitar 56,7% penduduk Indonesia pada tahun 2020 telah
melakukan urbanisasi ke daerah perkotaan dan angka ini diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan menjadi 66,6% pada tahun 2035. Hal ini sejalan dengan prediksi yang
disampaikan oleh Bank Dunia bahwa sebanyak 220 juta penduduk Indonesia akan tinggal di
perkotaan di tahun 2045, angka ini setara dengan jumlah populasi penduduk di Indonesia yaitu
sekitar 70%.
Kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok rumah
tangga. Dampak negatif kenaikan harga pangan dirasakan oleh sebagian besar rumah tangga.
Beras memiliki dampak yang lebih rendah pada rumah tangga di daerah pedesaan dalam hal
makanan. Hal ini dikarenakan rata-rata pola konsumsi pangan rumah tangga di daerah
penelitian relatif sederhana dan usaha tani padi masih bersifat subsisten. Petani sudah terbiasa
menyimpan gabah sebagai cadangan pangan pokok rumah tangga, namun dampak kenaikan
harga pangan bagi petani di desa penelitian sangat bervariasi.
Upaya Penanganan dengan Metode Diversifikasi Budaya Pangan
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi, F, dkk. 2018. Analisis Faktor-faktor Teknologi dan Sosial Budaya yang Mengancam
Keberlanjutan KemandirianPangan Pokok di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Journal of
Natural Resources and Environmental Management. 9(3).
Kinseng, Rilus A. 2011. Aspek Sosial Budaya dalam Peningkatan Ketahanan Pangan. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Pujiati, S, dkk. 2020. Analisis Ketersedian Keterjangkauan dan Pemanfaatan Pangan dalam
Mendukung Tercapainya Ketahanan Pangan Masyarakat di ProvinsiJawa Tengah. Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian. 32(2). 123-135.
Purwaningsih, T. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi Permasalahan, Kebijakan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 9(1). 1-27.
Rachman, P. S. 2010. Dampak PEF Terhadap Kinerja Ketahanan Pangan Nasional. Jurnal
Forum Penelitian Agro Ekonomi. 28(2). 107-121.
Suryana, A. 2014. Menuju Ketahanan Pangan Indonesia Berkelanjutan 2025: Tantangan dan
Penangannya. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. 32(2). 1234-135.
Suyastiri, M. N. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam
Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan di Kecamatan Semin
Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 13(1). 51-60.
Tanziha, I., Herdianan, E. 2009. Analisis Jalur Faktor yang Memengaruhi Ketahanan Pangan
Rumah Tangga di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jurnal Gizi dan Pangan. 4(2). 106-
115.
Ulfani, H.D, dkk. 2011. Faktor-faktor Sosial Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat Kaitannya
dengan Masalah Gizi Underweight, Stunted dan Watced di Indonesia: Pendekatan
Ekologi Gizi. Jurnal Gizi dan Pangan. 6(11). 59-65.
Wigna, W., Khomsan A. 2009. Sosio-Budaya Pangan Suku Baduy. Jurnal Gizi dan Pangan.
4(2). 63-71.