PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah gizi sangat terkait dengan ketersediaan dan aksesibilitas
pangan penduduk. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 jumlah
penduduk sangat rawan pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/orang/hari)
mencapai 14,47 persen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun
2008, yaitu 11,07 persen. Jumlah ini masih sangat jauh dari target MDGs
2015 yaitu 8,5 persen. Sehingga masih diperlukan kerja yang lebih keras
untuk menurunkan jumlah penduduk rawan pangan tersebut (RAN-PG,
2011-2015).
Penanganan masalah pangan dan gizi ini merupakan salah satu agenda
penting dalam pembangunan nasional. Karena pangan dan gizi adalah salah
satu hal yang terkait langsung dengan kesehatan masyarakat. Pembangunan
perlu diarahkan kepada pemanfaatan potensi sumberdaya alam lokal,
peningkatan
produktivitas
tenaga
kerja
pedesaan
terutama
dalam
dan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
(penciptaan
dan
atau
penganekaragaman
pangan
bukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2|Analisis Jurnal Diversifikasi Pangan
berbagai
pengertian
tentang
diversifikasi
pangan.
diversifikasi
produksi
pangan.
Sementara,
Soetrisno
(1998)
manfaat
penting
untuk
pemeliharaan
kesehatan
dan
1) penganekaragaman
pangan
diselenggarakan
untuk
meningkatkan
a. Pangan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap
disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan,
contoh: pisang goreng dan lain-lain.
b. Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah mengalami
proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan
lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum, contoh: makanan kaleng
dan lain-lain.
c. Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi
kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatan, contoh: susu rendah lemak untuk orang yang menjalani diet
lemak dan lain-lain.
2.5 Ketahanan Pangan
Pangan merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Pangan yang dimaksud dalam
hal ini adalah pangan pokok bagi masyarakat Indonesia, yaitu beras, sumber
karbohidrat bagi tubuh. Tercukupinya asupan gizi yang terkandung dalam
pangan dan diserap oleh tubuh dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Mengingat pentingnya memenuhi kecukupan pangan,
maka setiap negara akan mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya
sebagai fondasi bagi pembangunan sektor-sektor lainnya (Arumsari dan
Rini, 2007).
Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan
ketahanan pangan dan hal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor
tahun
1996
tentang
pangan.
Undang-Undang
tersebut
ketersediaan
mencakup
pengaturan
kestabilan
dan
Pangan
Berkelanjutan
menjelaskan
bahwa
kurang
adanya
pemanfaatan potensi sumberdaya alam lokal dan dari hal itu sebisa mungkin
9|Analisis Jurnal Diversifikasi Pangan
masyarakat di daerah tesebut tidak terlalu tergantung pada input dari luar (impor)
untuk memperkuat ketahanan pangan berkelanjutan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Dengan adanya pengembangan diversifikasi pengolahan pangan lokal
diharapkan mampu menunjang ketahanan pangan yang berkaitan dengan aspek
promosi ketersediaan pangan yang beragam, penanggulangan masalah gizi seperti
adanya kekurangan energi dan protein yang dialami oleh sebagian besar
masyarakat Bengkulu, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah penelitian yang
dilaksanakan selama kurang lebih 8 bulan di seluruh kabupaten dan kota yang ada
di provinsi Bengkulu serta responden yang memenuhi kriteria dipilih secara
purposif. Subjeknya adalah sebanyak 107 responden yang diambil di wilayah
pesisir, dataran sedang, dan dataran tinggi. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode survey, wawancara, observasi, dan
dokumentasi obyek- obyek penelitian. Data yang dikumpulkan yakni berupa data
primer dan data sekunder. Untuk data primer yang berupa data bahan baku dan
bahan tambahan pembuatan dianalisa kandungan gizinya dengan menggunakan
Software Computer System Online on Dietry Analysis (SODA), untuk tingkat
higienitas pengolahan dianalisa dengan tingkat penerapan good manufacturing
practice/Cara produksi makanan yang baik dipahami dan dilaksanakan (Anonim,
2008). Sedangkan data sekunder nilai tambah produk pangan olahan dihitung
dengan menggunakan rumus perhitungan nilai tambah menurut Hayami and
Masao (1981).
Hasil penelitian jurnal menyatakan bahwa potensi diversifikasi produk
pangan olahan lokal sangat besar dengan adanya potensi sumber bahan pangan
yang dimiliki oleh setiap wilayah mudah didapat. Hal ini juga dipengaruhi letak
topografi suatu wilayah di Provinsi Bengkulu yang meliputi dataran tinggi,
dataran rendah, dan perairan. Sumber pangan juga dapat dikembangkan sebagai
komoditas di setiap wilayah sehingga sangat potensial dalam upaya mengurangi
hidup
konsumtif
dengan
kecenderungan
hidup
produktif
dengan
cara
lain diperlukan pengenalan dan promosi yang dilakukan secara terus menerus,
baik melalui penyuluhan, pelatihan, maupun pendampingan. Hal ini akan
membuat masyarakat sadar secara pelahan-lahan akan potensi pangan lokal yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan gizi agar dapat hidup sehat tanpa harus
mengeluarkan dana yang terlalu tinggi, sehingga kesadaran pangan dan gizi akan
berdampak kepada kemandirian pangan, dan pada akhirnya akan menunjang
ketahanan pangan berkelanjutan (sustainable food security). Kandungan gizi dari
dalam sumber bahan pangan lokal dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Jumlah Sampel
No
1
2
3
4
5
Karbohidrat
Protein
Lemak
Vitamin
Mineral
Total
Produk
(n)
(persen)
45
42.06
23
21.50
10
9.35
14
13.08
15
14.02
107
100
pelatihan CPMB yang bertujuan untuk mengetahui apakah produk pangan olahan
tersebut aman dan dapat diterima baik secara fisik, kimia, mikrobiologi, maupun
organoleptik serta baik dikonsumsi untuk rumah tangga atau akan dikomersilkan.
Nilai tambah produk pangan olahan lokal bisa saja meningkat sebab bahan
baku yang tersedia di daerah tersebut sangat besar. Dengan adanya pengembangan
diversifikasi produk pangan olahan lokal maka diharapkan dapat meningkatkan
kegiatan perekonomian. Sehingga pilihan diversifikasi pangan juga meningkat
secara otomatis dalam mempengaruhi ketahanan pangan, dapat dipertahankan dan
atau ditingkatkan secara terus-menerus (berkelanjutan).
Untuk potensi pengembangan produk yang berhubungan dengan ketahanan
pangan, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian Provinsi Bengkulu fokus pada
ketahanan pangan yang masih berada dalam aspek ketersediaan. Aspek distribusi,
pengolahan hasil dan peningkatan nilai tambah, diversifikasi konsumsi pangan,
serta upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat Bengkulu khususnya dalam
bidang pangan masih belum banyak mendapat perhatian. Di masa mendatang,
fokus pangan dan strategi pengembangannya perlu pengarahan pada implementasi
paradigma baru ketahanan pangan berkelanjutan (Sustainable Food Security
Paradigm). Paradigma ketahahan pangan berkelanjutan perlu mempertimbangkan
empat indikator utama (Sudaryanto dan Rusastra, 2002):
1. Ketersediaan pangan (food availability). Kecukupan kersediaan pangan adalah
penting, tetapi belum cukup menjamin ketahanan pangan bagi masyarakat.
Walaupun pagu (ketersediaan) pangan tersedia cukup, tetapi bila masyarakat
tidak memiliki daya beli yang memadai maka akan terjadi krisis pangan
(hunger paradox), misalnya gizi buruk.
2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang mayoritas tinggal di
pedesaan dan masyarakat miskin kota untuk dapat meningkatkan daya beli
(accessibility).
3. Ketahanan terhadap risiko (vulnerability). Sistem pangan juga harus memiliki
ketahanan yang cukup terhadap risiko penurunan produksi pangan sebagai
akibat faktor alam, krisis keuangan, sosial dan politik. Karena itu jaringan
pengaman sosial (social safety net) adalah komponen penting dari sistem
ketahanan pangan berkelanjutan.
12 | A n a l i s i s J u r n a l D i v e r s i f i k a s i P a n g a n
pertanian
Provinsi
Bengkulu
ke
depannya
tidak
hanya
menghasilkan produk segar saja namun juga akan menjual ataupun mengkonsumsi
produk pangan olahan yang apabila dijual akan meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan.
Untuk memenuhi ketersediaan pangan secara kualitas, kuantitas dan
kontinuitas sekaligus dalam penunjang pemberdayaan ekonomi masyarakat,
perbaikan gizi, produktivitas pertanian, dan penciptaan lapangan kerja desa-desa
di Provinsi Bengkulu yang berbasis pertanian perlu dikembangkan sebagai sentra
industri pengolahan pangan agroindustri beserta produk sampingannya yang
mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sehari-hari tanpa harus
konsumtif. Selain itu upaya kemandirian pangan juga harus dikembangkan agar
desa terus menjadi sentra agroindustri dan sentra produksi pangan segar dan
olahan tetapi hal ini juga tidak dapat lepas dari campur tangan Perguruan Tinggi
yang berada di Provinsi Bengkulu yang melakukan pengembangan desa melalui
Tri Dharma.
Pengembangan
diversifikasi
pangan
olahan
lokal
Bengkulu
dapat
Provinsi
Bengkulu.
Desa
Mandiri
Pangan
adalah
desa
yang
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya potensi sumber bahan pangan yang mudah didapat dan
faktor topografi di setiap wilayah di provinsi Bengkulu, potensi diversifikasi
produk pangan olahan lokal menjadi sangat besar. Sehingga sumber pangan
dapat dikembangkan sebagai komoditas di setiap wilayah yang nantinya
akan sangat membantu dalam mengurangi hidup konsumtif masyarakat di
daerah tersebut dengan cara memberdayakan masyarakat dalam kegiatan
14 | A n a l i s i s J u r n a l D i v e r s i f i k a s i P a n g a n
Daftar Pustaka
Anonim. (2008). Cara Pengolahan/Produksi Yang Baik/Good Manufacturing
Practice (GMP) Pada Produk Pengolahan Hasil Pertanian. Permentan
No.35/Permentan/ OT.140.17./2008. Departemen Pertanian
Anonim. (2008). Laporan Tahunan. Subdin Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu
(2008)
Arumsari, Vini dan Wulandari Dwi Etika Rini. 2007. Peran Wanita Tani dalam
Mewujudkan Ketahanan Pangan pada Tingkat Rumahtangga di Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.
13 No.1, April 2008 Hal: 71-82. (Situs Universitas Islam Indonesia
http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/52/150)
II
Tinjauan
Pustaka.______.
Bogor
Agricultural
University
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57975/BAB%20II.
15 | A n a l i s i s J u r n a l D i v e r s i f i k a s i P a n g a n