Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia
untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan
utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus
kehidupan.
Ketahanan pangan Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya
pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Menurut
Organisasi Pangan sedunia (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
ketahanan pangan berarti akses setiap rumah tangga atau individu untuk dapat
memperoleh pangan setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat.
Ketahanan pangan terwujud bila dua kondisi terpenuhi yaitu setiap
saat tersedia pangan yang cukup (baik jumlah maupun mutu), aman,  merata
dan terjangkau dansetiap rumah tangga, setiap saat, mampu mengkonsumsi
pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani
hidup sehat dan produktif.
Keamanan pangan (food safety) merupakan kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia (Kantor Menteri Negara Urusan Pangan).
Pengertian keamanan pangan dan kesehatan manusia. Makanan sehat adalah
memenuhi syarat sanitasi di setiap rantai makanan produksi yang meliputi
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, penyebaran, dan konsumsi
yang benar.
Produksi pangan di Asia Tenggara terus meningkat, tetapi banyak
penduduknya yang tidak memperoleh makanan, sehingga banyak penduduk
yang tetap menderita kelaparan. Kekurangan pangan bukanlah suatu hal yang
baru, persoalan baru tentang kekurangan pangan adalah kecenderungan para

1
petani di negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan dan
pada saat bersamaan jumlah penduduk yang meningkat secara cepat.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris semestinya dapat
memenuhi sumber kebutuhan pangannya sendiri. Dengan memanfaatkan
semua potensi sumber daya manusia, sumberdaya alam, modal sosial dan
pemerintah, seharusnya Indonesia mampu menjadi salah satu negara
swasembada pangan, tetapi dibeberapa daerah masih terjadi kekurangan
pangan. Pangan merupakan masalah yang sangat penting dalam
pembangunan, karena jumlah pengeluaran untuk pangan merupakan bagian
terbesar dari biaya hidup masyarakat.
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan
keluar yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak
hanya bergantung pada satu sumber pangan memungkinkan masyarakat dapat
menetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga dapat membangkitkan
ketahanan pangan keluarga masing-masing yang berujung pada peningkatan
ketahanan pangan secara nasional.
Konsep penganekaragaman pangan yang dianggap benar adalah upaya
untuk meningkatkan mutu gizi makanan keluarga sehari-hari dengan cara
menggunakan bahan-bahan makanan yang beragam dan terdapat di daerah
yang bersangkutan, sehingga ketergantungan kepada salah satu bahan pangan
terutama beras dapat dihindari.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan divertifikasi pangan?
2. Apa manfaat diversifikasi pangan?
3. Faktor apa yang mempengaruhi diversifikasi pangan?
4. Apa saja hambatan dalam upaya diversifikasi pangan?
5. Upaya apa saja yang dilakukan dalam percepatan diversifikasi pangan?
6. Kelompok apa saja yang menjadi sasaran diversifikasi pangan?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi diversifikasi pangan.
2. Untuk mengetahui manfaat diversifikasi pangan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi diversifikasi pangan.
4.Untuk mengetahuihambatan dalam upaya diversifikasi pangan.
5.Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam percepatan diversifikasi
pangan.
6. Untuk mengetahui kelompok yang menjadi sasaran diversifikasi pangan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diversifikasi Pangan


Pada dasarnya diversifikasi atau keragaman pangan mencakup tiga (3)
lingkup pengertian yang satu sama lainnya saling berkaitan sebagai berikut :
1. Diversifikasi konsumsi pangan
2. Diversifikasi ketersediaan pangan
3. Diversifikasi produksi pangan
Penganekaragaman atau diversifikasi konsumsi pangan bukan
merupakan isu baru, tetapi sudah dikumandangkan sejak dikeluarkannya
instruksi presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1974 tentang Perbaikan Menu
Makanan Rakyat (PMMR). Maksud dari instruksi ini adalah untuk lebih
menganekaragamkan jenis dan meningkatkan mutu gizi makanan rakyat, baik
kuantitas maupun kualitasnya sebagai usaha penting bagi pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, material, dan
spiritual.
Terdapat berbagai pengertian tentang diversifikasi pangan. Menurut
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, penganekaragaman
pangan atau diversifikasi pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka
ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang.
Diversifikasi pangan menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 68 Tahun
2002 Tentang Ketahanan Pangan adalah upaya peningkatan konsumsi aneka
ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang. Prinsip dasar dari diversifikasi
konsumsi pangan adalah bahwa tidak satupun komoditas atau jenis pangan
yang memenuhi unsur gizi secara keseluruhan yang diperlukan oleh tubuh.
Namun, dengan adanya peranan pangan sebagai pangan fungsional seperti
adanya serat, zat antioksidan dan lain sebagainya sehingga dalam memilih
jenis makanan tidak hanya mempertimbangkan unsure gizi seperti kandungan
energi protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral tetapi juga
mempertimbangkan pangan dengan peranan sebagai pangan fungsional.

4
Menurut Suhardjo dan Martianto dalam Budiningsih (2009), semakin
beragam konsumsi pangan maka kualitas pangan yang dikonsumsi semakin
baik. Oleh karena itu dimensi diversifikasi pangan tidak hanya terbatas pada
pada diversifikasi konsumsi makanan pokok saja, tetapi juga makanan
pendamping.
Soetrisno dalam Budiningsih (2009), mendefinisikan diversifikasi
pangan lebih sempit (dalam konteks konsumsi pangan) yaitu sebagai upaya
menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi, mencakup pangan
sumber energi dan zat gizi, sehingga memenuhi kebutuhan akan pangan dan
gizi sesuai dengan kecukupan baik ditinjau dari kuantitas maupun
kualitasnya.
Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 1998 menyebutkan pengertian
tentang diversifikasi pangan sebagai berikut:
1. Diversifikasi pangan dalam rangka pemantapan produksi padi.
Hal ini dimaksudkan agar laju peningkatan konsumsi beras dapat
dikendalikan, setidaknya seimbang dengan kemampuan peningkatan
produksi beras.
2. Diversifikasi pangan dalam rangka memperbaiki mutu gizi makanan
penduduk sehari-hari agar lebih beragam dan seimbang.
Menurut Hafsah dalam Widowati dan Darmardjati dalam Supadi
(2004), pangan perlu beragam karena beberapa alasan yaitu:
a. Mengkonsumsi pangan yang beragam adalah alternative terbaik untuk
pengembangan sumber daya manusia berkualitas
b. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya pertanian dan
kehutanan
c. Memproduksi pangan yang beragam mengurangi ketergantungan
kepada impor pangan
d. Mewujudkan ketahanan pangan yang merupakan kewajiban bersama
pemerintah dan masyarakat.
3. Diversifikasi pangan tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi
mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga masyarakat akan

5
mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya. Dengan
menambah jenis pangan dalam pola konsumsi diharapkan konsumsi beras
akan menurun.
2.2 Manfaat Diversifikasi Pangan
Dewasa ini mayoritas masyarakat hanya mengkonsumsi bahan pangan
tertentu, sehingga ragam makanan yang dikonsumsi pun menjadi terbatas
begitu pula gizi yang diperoleh dari makanan tersebut. 
Manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya
asupan zat gizi, baik makro maupun mikro, untuk menunjang pertumbuhan,
daya tahan, dan produktivitas fisik masyarakat. Keragaman pangan juga
meningkatkan asupan zat-zat antioksidan, serat, serta penawar terhadap
senyawa yang merugikan kesehatan seperti kolesterol. Di samping itu,
keragaman juga memberikan lebih banyak pilihan kepada masyarakat untuk
memperoleh pangan sesuai preferensinya.
Manfaat diversifikasi dari aspek penyediaan adalah semakin
beragamnya alternatif jenis pangan yang dapat ditawarkan, tidak terfokus
pada pangan tertentu saja.
Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan
keluar yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak
hanya bergantung pada satu sumber pangan memungkinkan masyarakat dapat
menetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga dapat membangkitkan
ketahanan pangan keluarga masing-masing yang berujung pada peningkatan
ketahanan pangan secara nasional.
Dalam hal konsumsi pangan, permasalahan yang dihadapi tidak hanya
mencakup ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi penduduk,
tetapi juga masalah masih belum terpenuhinya kecukupan gizi.
Keanekaragaman konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu
sederhana berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok terutama
pangan nonberas. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya

6
mengkonsumsi aneka pangan dari berbagai kelompok pangan, baik pangan
pokok, lauk-pauk, sayur, maupun buah dalam jumlah yang cukup.
Tujuan utama penganekaragaman konsumsi pangan adalah untuk
meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan dan mengurangi ketergantungan
konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok pangan tertentu. Kedua
tujuan utama tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
berdampak pada perbaikan kesehatan penduduk. Berbagai studi menunjukkan
bahwa makan beraneka ragam konsumsi pangan dapat meningkatkan
konsumsi berbagai antioksidan pangan, konsumsi, serta menurunkan risiko
hiperkolesterol, hipertensi, dan penyakit jantung koroner.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Diversifikasi Pangan
Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain: faktor yang bersifat internal (individual) seperti
pendapatan, preferensi, keyakinan (budaya dan religi) serta pengetahuan gizi,
maupun faktor eksternal seperti faktor agro-ekologi, produksi, ketersediaan
dan distribusi, anekaragam pangan serta promosi/iklan.
2.4 Hambatan Dalam Diversifikasi Pangan
Upaya penganekaragaman atau diversifikasi konsumsi pangan
walaupun sudah dicanangkan sejak lama, namun hingga saat ini masih belum
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kualitas, konsumsi
penduduk Indonesia masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi
oleh pangan sumber karbohidrat terutama dari padi-padian.
Permasalahan utama diversifikasi pangan adalah ketidakseimbangan
antara pola konsumsi pangan dengan penyediaan produksi atau ketersediaan
pangan di masyarakat. Produksi berbagai jenis pangan tidak dapat dihasilkan
oleh semua wilayah dan tidak dapat dihasilkan pada setiap saat dibutuhkan.
Sementara konsumsi dilakukan oleh semua penduduk setiap saat.
Menurut Anang dalam Supadi (2004), kendala pengembangan
diversifikasi pangan adalah sebagai berikut:
1. Pangan non-beras (jagung, sorghum, dan umbi-umbian) adalah pangan
inferior, berkurang tingkat konsumsinya seiring dengan peningkatan

7
pendapatan masyarakat. Banyak orang memandang bahwa beras sebagai
bahan pangan mempunyai status yang lebih tinggi dari pada jagung,
sorghum dan umbi-umbian. Kondisi ini menimbulkan anggapan bahwa
apabila beralih kepada bahan pangan jagung, shorgum dan umbi-umbian
sebagai pengganti sebagian beras yang dimakan, akan merupakan suatu
kemunduran.
2. Kebanyakan komoditas pangan non beras tidak siap dikonsumsi secara
langsung.
3. Untuk mendorong kembali ke menu makanan tradisional harus disesuakan
dengan perkembangan zaman.
4. Upaya diversifikasi pangan hingga kini belum memberikanhasil yang
memuaskan. Produksi tanaman pangan masih sangat didominasi oleh
beras.
5. Upaya diversifikasi konsumsi pangan melalui kebijakan harga dan subsidi
banyak mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari kecilnya
kemungkinan konsumen untuk melakukan substitusi pangan dari beras ke
non beras (jagung atau ubi kayu). Sebsidi memerlukan biaya besar,
sedangkan penerima subsidi mungkin dari golongan orang yang
berpendapatan menengah ke atas.
Selain itu, masih banyak masalah yang dihadapi dalam distribusi
pangan untuk menjamin upaya penganekaragaman konsumsi pangan, antara
lain menyangkut sarana transportasi (jalan, angkutan), pergudangan, sarana
penyimpanan dan teknologi pengolahan untuk memudahkan distribusi pangan
antarwilayah. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan penduduk
juga tidak lepas dari tingkat pengetahuan tentang pangan dan gizi. Hal ini
terkait dengan masalah bahwa baik kekurangan maupun kelebihan pangan
dan gizi akan menimbulkan masalah kesehatan.
2.5 Upaya Percepatan Diversifikasi Pangan
Pada perkembangan terakhir Departemen Pertanian mengupayakan
percepatan diversifikasi pangan yang diharapkan tercapai pada tahun 2015
melalui dua tahap, yaitu Tahap I tahun 2007-2010 dan Tahap II tahun 2011-

8
2015. Untuk kurun waktu tahun 2007-2010 kegiatan difokuskan kepada
penciptaan pasar domestik untuk pangan olahan sumber karbohidrat
nonberas, sayuran dan buah serta pangan sumber protein nabati dan hewani
melalui suatu kegiatan konstruksi sosial proses internalisasi diversifikasi
konsumsi pangan yang dilaksanakan melalui peningkatan pengetahuan, sikap
dan perilaku terhadap pentingnya diversifikasi konsumsi pangan yang disertai
dengan pengembangan sisi suplai aneka ragam pangan melalui
pengembangan bisnis pangan. Kurun waktu 2010-2015 difokuskan pada
penguatan kampanye nasional diversifikasi konsumsi dan pendidikan gizi
seimbang di sekolah dan masyarakat sejak usia dini (Badan Ketahanan
Pangan, 2006).
Terdapat empat kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu :
1. Kampanye nasional diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya
pangan lokal baik untuk aparat pemerintahan tingkat pusat dan daerah,
individu, kelompok masyarakat maupun industri.
2. Pendidikan diversifikasi konsumsi pangan secara sistematis sejak dini.
3. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak memproduksi,
menyediakan atau memperdagangkan, dan mengkonsumsi pangan yang
tidak aman.
4. Fasilitasi pengembangan bisnis pangan melalui fasilitasi pengembangan
aneka pangan segar, industri pangan olahan dan pangan siap saji berbasis
sumberdaya lokal.
Pelaksanaan diversifikasi pangan harus dilakukan secara serentak,
dapat dimulai di pedesaan dengan memperhatikan perilaku rumah tangga
termasuk rumah tangga petani sebagai produsen sekaligus konsumen pangan.
Selain itu juga dengan memberdayakan kelembagaan lokal sebagai modal
sosial dalam upaya percepatan diversifikasi pangan di pedesaan. Keragaman
sumberdaya alam, keanekaragamaan hayati serta berbagai jenis makanan
tradisional yang dimiliki oleh seluruh wilayah masih dapat dikembangkan
untuk memenuhi diversifikasi konsumsi pangan masyarakat. Tingkat
pendidikan dan perkembangan teknologi informasi serta strategi komunikasi

9
publik dapat memberikan peluang bagi percepatan proses peningkatan
kesadaran masyarakat menuju pangan yang beragam dan bergizi seimbang.
Prograam-program pengentasan kemiskinan juga diharapkan mampu
meningkatkan kemamupuan ekonomi masyarakat, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kuantitas maupun kualitas konsumsi pangan (Rachman dan
Mewa, 2008).
Menurut Pasandaran dan Simatupang dalam Supadi (2004),
diversifikasi pangan dapat berjalan baik bila dikaitkan dengan pembangunan
agroindustri, khususnya yang berlokasi di pedesaan. Ini berarti pembangunan
agroindustri tersebut berbasis usaha pertanian domestik, sehingga memiliki
keterkaitan kuat dengan upaya memajukan perekonomian pedesaan. Peran
agroindustri di pedesaan sangat penting, selain menyerap hasil pertanian dan
meningkatkan nilai tambah komoditas juga menciptakan kesempatan kerja
baru di pedesaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan tentunya dapat
meningkatkan mutu gizi masyarakat.
Apabila diversifkasi pangan dapat berjalan dengan baik, maka
diharapkan persoalan-persoalan pangan dapat diatasi. Pembangunan
ketahanan pangan yang berbasis sumberdaya dan kearifan lokal harus terus
digali dan ditingkatkan, mengingat penduduk terus bertambah dan aktivitas
ekonomi pangan terus berkembang secara dinamis. Ketahanan pangan yang
mantap akan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pembangunan. Tanpa ketahanan pangan yang mantap, tidak mungkin tersedia
sumberdaya manusia berkualitas tinggi yang sangat diperlukan sebagai motor
penggerak pembangunan. Ketahanan pangan yang mantap merupakan syarat
bagi stabilitas politik, sedangkan stabilitas politik merupakan syarat mutlak
bagi pelaksanaan pembangunan.
2.6 Kelompok Sasaran Diversifikasi Pangan
Kelompok masyarakat yang tergolong rawan pangan atau miskin,
yaitu masyarakat yang mengkonsumsi kurang dari 70 persen dibanding

10
kebutuhan kalori sesuai standar kebutuhan hidup sehat sebesar 2200
kkal/kap/hari.
Kelompok masyarakat yang tergolong makan kurang beragam, atau
yang berpenghasilan menengah yaitu masyarakat yang mengkonsumsi kalori
antara 70 sampai dengan 100 persen dari kebutuhan kalori, namun susunan
makanannya kurang beragam, sehingga belum sesuai dengan kebutuhan gizi
untuk hidup sehat.

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) merupakan jalan keluar
yang saat ini dianggap paling baik untuk memecahkan masalah dalam
pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui penataan pola makan yang tidak
hanya bergantung pada satu sumber pangan memungkinkan masyarakat
dapat menetapkan pangan pilihan sendiri, sehingga dapat membangkitkan
ketahanan pangan keluarga masing-masing yang berujung pada
peningkatan ketahanan pangan secara nasional.
2. Pembangunan ketahanan pangan yang berbasis pada sumberdaya dan
kearifan lokal melalui upaya diversifikasi pagan harus terus digali dan
ditingkatkan.
3. Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain faktor internal dan eksternal.
4. Permasalahan utama diversifikasi pangan adalah ketidakseimbangan antara
pola konsumsi pangan dengan penyediaan produksi atau ketersediaan
pangan di masyarakat.
5. Upaya percepatan divertifikasi pangan diantaranya pelaksanaan
diversifikasi pangan harus dilakukan secara serentak, dapat dimulai di
pedesaan dengan memperhatikan perilaku rumah tangga termasuk rumah
tangga petani sebagai produsen sekaligus konsumen pangan.
6. Kelompok sasaran diversifikasi pangan yakni,  kelompok masyarakat yang
tergolong rawan pangan atau miskin dan kelompok masyarakat yang
tergolong makan kurang beragam.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya masyarakat dapat
meemenuhi asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang melalui diversifikasi
atau keragaman pangan agar masyarakat lebih produktif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dwiastuti, Emi. 2013. Diversifikasi Pangan Berupa Kacang-kacangan.


(http://emi3astuti.blogspot.com/2013/05/diversifikasipanganberupakacang
12.html). Diakses pada Jumat, 13 Februari 2015. Pukul 09.00 WITA.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Ketahanan Pangan Bogor. 2013. Profil Kantor Ketahanan


Pangan. (http://www.kotabogor.go.id/kantor/kantor-ketahanan-pangan).
Diakses pada pada Jumat, 13 Februari 2015. Pukul 09.10 WITA.

Lastinawati, Endang. 2010. Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan


Pangan. (http://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/7endangpa
ngan-hal-11-18-oke.pdf). Diakses pada pada Jumat, 13 Februari 2015.
Pukul 09.30 WITA.

13

Anda mungkin juga menyukai