0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan16 halaman
Undang-undang Pangan RI menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara adil dan berkelanjutan. Ketahanan pangan dicapai ketika pangan tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup serta terjangkau untuk hidup sehat secara berkelanjutan. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan. Globalisasi berpotensi mengancam k
Undang-undang Pangan RI menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara adil dan berkelanjutan. Ketahanan pangan dicapai ketika pangan tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup serta terjangkau untuk hidup sehat secara berkelanjutan. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan. Globalisasi berpotensi mengancam k
Undang-undang Pangan RI menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara adil dan berkelanjutan. Ketahanan pangan dicapai ketika pangan tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup serta terjangkau untuk hidup sehat secara berkelanjutan. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan. Globalisasi berpotensi mengancam k
Undang-undang Pangan Republik Indonesia No 18 Tahun
2012 menyatakan bahwa penyelenggaran pangan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan. Ketahanan Pangan dinyatakan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedinya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Konsep Ketahanan Pangan Istilah ketahanan pangan (Food security) mulai populer sejak th 70 –an ketika terjadi krisis suplai serealia dunia. Kebijakan ketahanan pangan di Indonesia didasarkan pada pendekatan penyediaan pangan yang dikenal sebagai FAA (Food Availability Approach). Pendekatan ini tidak memperhatikan aspek distribusi dan akses pangan. Ternyata pendekatan ini gagal, walaupun pangan yang tersedia cukup, namun masyarakat masih kelaparan karena tidak dapat mengakses pangan. Fenomena ini disebut hunger paradoks. Tahun 80-an fokus pada pangan pokok (energi) pada tingkat wilayah. Tahun 90-an fokus pada total diet (gizi) pada tingkat wilayah, rumah tangga dan individu. Berkaitan dengan pergeseran konsep tersebut maka ketahanan wilayah tidak menjamin ketahanan rumah tangga. Ketahanan rumah tangga tidak akan menjamin ketahanan pangan individu. Namun ketahan pangan individu akan menjamin ketahanan di semua jenjang. Ketahanan Pangan individu merupakan hak azasi manusia. “Every man, woman & children has the right to be free from hunger and malnutrition in order to develop fully and maintain their phisical and mental abilities” Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi tercukupinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau. Dari definisi tersebut maka ketahanan pangan terdapat 4 elemen yaitu ketersediaan pangan, aksesibilitas, keamanan dan keberlanjutan Konsep Dasar Ketahanan Pangan ( Maxwell,1997) 1. Sufficiency 2. Acces 3. Security 4. Time
Sufficiency (kecukupan) artinya ketersediaan pangan bagi
rumah tangga tercukupi Acces (akses) artinya pangan yang tersedia itu harus bisa diakses oleh rumah tangga, dengan kata lain ada kemudahan memperoleh pangan, baik dari sisi daya beli atau pasar. Secururity (keterjaminan) artinya rumah tangga dijamin kecukupan pangannya baik dari segi kuantitas maupun kuantitas. Time ( waktu) artinya rumah tangga dapat kapan saja (setiap saat) memperoleh pangan. Definisi Ketahanan Pangan Food Security : When all people at all times have both physical and economic acces to sufficient food to meet their dietary needs for a productive and healthy life. Hirarki Regional Food securty adalah ketersediaan pangan yang secara agregat dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat sepanjang waktu Houshold Food Security adalah ketersediaan pangan yang dapat mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga sepanjang waktu Individual Food Security adalah Konsumsi pangan yang cukup sepanjang waktu bagi setiap orang untuk hidup aktif dan sehat Ada 2 jenis ketidaktahanan pangan 1. Ketidaktahanan pangan kronis Ketidakcukupan pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan yang dibutuhkan melalui pembelian atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini karena kemiskinan
2. Ketidaktahanan pangan transitori
Ketidaktahanan pangan karena penurunan terhadap akses pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara temporer. Hal ini disebabkan karena bencana alam, gagal panen dan lain- lain Faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan: 1. Food Availibility 2. Food Acces 3. Food utilization Komponen ketersediaan pangan (Food Availibility) dipengaruhi oleh sumberdaya (alam,, manusia dan sosial) dan produksi pangan. Komponen Akses Pangan (Food acces) menunjukkan jaminan bahwa setiap rumah tangga dan individu mempunyai sumberdaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan norma gizi. Kondisi tersebut tercermin dari kemampuan rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dan produksi pangan. Pemanfaatan pangan (Food Utilization) mencerminkan kemampuan tubuh untuk mengolah pangan dan mengubahnya kedalam bentuk energi yang digunakan untuk menjalankan aktivitas sehari- hari atau disimpan. Dimensi pemanfaatan pangan meliputi konsumsi pangan dan status gizi. Untuk mewujudkan ketahana pangan rumah tangga dan individu perlu memperhatikan faktor ketersediaan pangan, daya beli dan pengetahuan gizi. Indikator Ketahanan Pangan Pencapaian Ketahan Pangan dapat diukur dari berbagai indikator. Indikator tersebut dibedakan menjadi 2 kelompok : 1. Indikator proses, indikator ini menggambarkan situasi pangan yang ditunjukkan oleh ketersediaan pangan dan akses pangan. Indikator ketersediaan pangan berkaitan dengan produksi pertanian, iklim, akses terhadap sumberdaya alam, praktek pengelolaan lahan, pengembangan institusi, pasar, konflik regional dan kerusuhan sosial, sedangkan indikator akses pangan meliputi antara lain sumber pendapatan, akses terhadap modal, strategi rumah tangga untuk memenuhi kekurangan pangan. 2. Indikator dampak, meliputi indikator langsung dan tidak langsung. Indikator langsung adalah konsumsi dan frekwensi pangan Indikator secara tidak langsung meliputi penyimpanan pangan dan status gizi. Globalisasi dan Ketahanan Pangan Perdagangan bebas didasarkan pada teori keunggulan komparatif masing-masing negara untuk mewujudkan daya saing produk yang tinggi. Daya saing komoditas pangan berkaitan dengan kualitas dan harga. Jika pangan lokal tidak bisa bersaing maka ketersediaan dan konsumsi pangan penduduk suatu negara akan tergantung pada import. Hal ini akan menurunkan kemampuan swasembada pangan. Adanya liberalisasi perdagangan , para petani lebih memilih komoditas ekspor non pangan. Intensifikasi pemanfaatan lahan dengan cash crop (tanaman berdaya jual tinggi) sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan. Dalam jangka panjang akan mempengaruhi keberlanjutan . Situasi ini menjadi pemicu terjadinya ketdaktahanan pangan.