Oleh
Restiana
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
ABSTRAK
Oleh
Restiana1), Agus Imron2), R Hanung Ismono2)
Penelitian ini dilakukan di 2 desa yaitu Desa Ruguk Kecamatan Ketapang dan
Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Responden dalam penelitian ini adalah
petani jagung dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian
jagung hingga berada ditangan konsumen, serta beberapa konsumen jagung.
Penelitiaan ini menggunakan metode simple random sampling untuk petani dan
snowball sampling untuk lembaga pemasaran, sehingga diperoleh 51 petani
jagung, 12 pedagang dan 3 konsumen jagung sebagai responden. Penelitian ini
menggunakan metode analisis margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang dinyatakan secara
kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-
November 2009.
Oleh
Restiana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Pertanian
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Unila
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
Judul : Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran
Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Nama : Restiana
NPM : 0514021011
Fakultas : Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Imron, M.S. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P.
NIP 195908111987031003 NIP 196206231986031003
I. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Agus Imron, M.S. :
NIP 195908111987031003
Penguji
Bukan pembimbing : Ir. Eka Kasymir, M.S. :
NIP 196306181988031003
juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan
pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahun 2005.
Kabupaten Tulang Bawang pada bulan juli- agustus 2008, dengan tema
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
1. Bapak Dr. Ir. Agus Imron, M.S, selaku Dosen Pembimbing pertama atas
2. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing kedua atas saran,
3. Bapak Ir. Eka Kasymir, M.S, selaku Pembahas atas saran dan kritik yang
diberikan.
4. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial
terbesar kedua setelah makanan, atas segala doa, dukungan mental, moral
7. Bapak Alm. Darmono tercinta atas kerja keras serta semangat dan
kebanggaan tersendiri yang telah diberikan yang tidak akan pernah saya
lupakan,
Pie, Shinta, Yuli, Ninda, Dita, Ade, Oksa, Tio , Atey, Nining, Mbe, Fitri,
Mita, Resi, Dela, Mary, Friska, Twe, April, Budi, Indro, Arif, Ari, Deni,
Sutris, Niko, Koko, & Oki, atas semua dorongan motivasi, kritik, saran dan
9. Kakak- kakak tingkat, mba Arica, kak Fauzan, kak Ian, kak Eka, mba Yeni,
10. Mba Iin, mas Bo, mas Kardi atas bantuannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat berharga. Semoga laporan ini bermanfaat
Bandar Lampung,
Penulis,
Restiana
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A Kesimpulan..................................................................................... 88
B Saran .............................................................................................. 89
LAMPIRAN ............................................................................................. 92
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Tabel Halaman
44. Biaya produksi responden petani dalam satu musim tanam .......... 99
47. Data volume, harga dan penerimaan responden petani ............... 105
48. Data volume, harga dan penerimaan responden pedagang ........... 106
49. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil .... 107
50. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar .... 107
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia yang
beberapa Negara. Suhardi (2002) dalam bukunya Hutan dan Kebun sebagai
78.9gram karbohidrat dalam 100gram beras. Selain sebagai bahan pangan jagung
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, industri makanan, industri
biofuel dan industri lainnya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak
perekonomian Indonesia.
sentra produksi jagung di Indonesia, tepatnya sentra produksi jagung ketiga setelah
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi dan luas
areal panen jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan salah satu
nasional sebesar 10.14persen dalam produksi jagung nasional pada tahun 2007
mendukung, dapat dilihat dari peningkatan luas lahan dan produksi pada table
direncanakan pemerintah daerah, bahkan pada tahun 2008 lalu produksi jagung
yang dihasilkan mampu melebihi rencana yaitu sekitar 10.02 persen di atas sasaran
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005—
2008
No Tahun Sasaran (ton) Realisasi (ton) Pencapaian sasaran (%)
1 2005 1.262.847 1.439.000 113.95
2 2006 1.373.416 1.183.982 86.21
3 2007 1.508.925 1.346.821 89.26
4 2008 1.566.285 1.723.183 110.02
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2005—2008
cukup baik, terjadi kenaikan produksi, dan jika dibandingkan dengan sasaran
produksi yang ditetapkan pemerintah daerah selalu mampu mencapai hasil lebih
dari 80 persen. Pada tahun 2008 lalu produksi yang dihasilkan mampu melebihi
Produksi jagung yang cukup baik seperti ditunjukkan dalam tabel di atas
seharusnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam provinsi, tetapi data dari
kapasitas terpasang ini diduga karena kurangnya jagung sebagai bahan baku,
2006 lalu tidak lebih dari 60persen bahkan ada yang beroprasi dibawah 30persen.
terutama dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk usahanya yang bersifat
kontinyu. Selain itu, informasi dari Kantor Bea dan Cukai (BC) serta Dinas
17,193ribu ton. Impor jagung tersebut digunakan untuk bahan baku dan
Kondisi Lampung yang merupakan sentra produksi jagung dan produksinya yang
semakin baik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan di daerah, akan tetapi pada
Lampung Timur di Provinsi Lampung. Data terakhir hingga tahun 2007 lalu,
di Provinsi Lampung atau sekitar 27.78 persen dari keseluruhan produksi jagung di
Propinsi Lampung. Angka 27.78 persen merupakan angka yang cukup besar dan
Keberhasilan produksi jagung tidak memberikan dampak yang berarti bila tidak
dipengaruhi oleh produktivitas usahatani jagung dan harga dari komoditas jagung
dalam usahatani. Sementara harga jagung yang diterima petani dipengaruhi oleh
efisiensi pemasaran jagung yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, dari
sementara untuk harga yang diterima oleh petani dari tahun ke tahun masih
relative rendah. Perbedaan harga jagung yang diterima petani dan pabrik
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Margin pemasaran yang merupakan selisih dari
kedua harga tersebut cukup tinggi. Persentase selisih harga di tingkat petani dan
tingkat korelasi di kedua harga tersebut tidak stabil. Pada kolom pertumbuhan
nilai positif menunjukkan terjadinya kenaikan harga dan nilai negative untuk
keadaan penurunan harga. Nilai positif yang terjadi memiliki range cukup lebar
(korelasi rendah). Rendahnya tingkat korelasi yang tergambar dari data tersebut
Pencapaian sasaran produksi jagung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan
kondisi pabrik pakan ternak yang masih beroprasi dibawah kapasitas optimumnya
jagung yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pola
distribusi dan efisiensi pemasaran jagung ini sangat diperlukan sebagai bahan
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain
sebagai berikut
Lampung Selatan?
Lampung Selatan.
C. Manfaat Penelitian
Selatan.
A. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Jagung
kelompok ini adalah jagung manis dan jagung muda yang belum berisi
(soleng).
lahan yang luas disertai manajemen yang baik dan hasilnya digunakan
Jagung merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi cukup baik dan
Tanaman jagung merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki nilai sisa selain
bijinya yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bagian tanaman jagung
lainya pun dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti halnya bentuk kerajinan
maupun bahan bakar. Jagung memiliki banyak manfaat dan pilihan dalam
Bonggol jagung dalam usia muda belum menghasilkan biji dimanfaatkan sebagai
sayuran, sedangkan dalam usia lebih tua dapat dimanfaatkan sebagai buah meja
dan pada usia tua dalam keadaan kering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
seperti industri pakan, industri biofuel dan sebagainya. Kegunaan jagung lebih
Kompos
Industri lainnya
Jagung tua
Bahan bakar
Tongkol
Bahan bakar
Kulit jagung
Kerajinan tangan
Gambar 1. Pohon Industri Jagung
2. Tataniaga Pertanian (Marketing)
bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan
dengan pemindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan
kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Saluran tataniaga adalah jalur
yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen terakhir. Hal
yang dapat dipelajari dengan mengikuti saluran tataniaga suatu produk antara lain
adalah:
atau konsumen.
pada tangan konsumen. Dalam kelancaran kegiatan tersebut terdapat peran dari
maupun lokasi pasti akan menimbulkan resiko dalam setiap kegiatannya terutama
untuk barang-barang hasil pertanian yang mudah rusak. McCarthy dalam bukunya
kerugian. Resiko timbul apabila suatu kegiatan dalam tataniaga dilakukan tanpa
a) Resiko kepemilikan
b) Resiko keuangan
dengan harga hasil usahatani yang akan diperoleh bagi produsen serta upaya
merupakan kegiatan yang sangat penting salah satunya bagi ketersedian barang
ditempat lain yang membutuhkan, seperti ungkapan Kotler yang dikutip oleh
ditentukan oleh lima aspek tersebut tetapi juga aspek lain yaitu:
d) Karena peraturan.
ketersediaan barang di suatu daerah merupakan hal yang sangat mendukung bagi
sebagai berikut:
antaralain adalah
saluran pemasarannya,
pemasarannya,
g) Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk semakin
menggambarkan perbedaan harga yang tinggi antara harga ditingkat produsen dan
harga pada tingkat konsumen. Keadaan tersebut dapat berarti dua kemungkinan
yaitu produsen dirugikan karena harga yang diterima terlalu rendah karena ditekan
atau konsumen dirugikan karena harga yang diterima terlalu tinggi karena margin
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak
pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan
input-output.
1
Cara mengukur efisiensi tataniaga menurut Nasruddin (1996) dapat melalui:
a) Margin tataniaga
Cara yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan cara
tersebut yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin
perbedaan antara harga yang diterima produsen dan harga yang diterima
berikut:
a) Biaya tataniaga
konsumen akhir.
Dalam penelitian ini yang diukur untuk menentukan margin pemasaran secara
kuantitatif adalah biaya produksi, biaya pemasaran dan keuntungan dari masing-
pertanian. Tetapi ada beberapa kelompok tani yang ketua kelompoknya mau
pabrik besar dengan harga yang lebih mahal dari pada menjual kepada
tengkulak.
belum efisien hal ini dilihat dari perolehan margin pemasaran ditingkat petani
sehingga harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan oleh pedagang
kecil.
pedang pengumpul atau gudang silo, hal tersebut ditujukan untuk menghemat
biaya pemasaran, selain itu hasil produksi yang dihasilkan petani relatif kecil
menjual ke pedagang besar atau eksportir seperti PT. CPI (Caroen Phokhpan
Indonesia).
nilai elastisitas transmisi harga yang masih di atas angka 1. Struktur pasar
di tingkat petani lebih rendah dibanding dengan harga sosial yang seharusnya
diterima, berkaitan dengan dua faktor klasik, yaitu (1) Lembaga pemasaran
output belum berfungsi efektif dan tidak transparan, sehingga rantai pemasaran
panjang dan biaya pemasaran tinggi, dan (2) Posisi tawar petani lemah
sehingga petani menjadi penerima harga yang masif dan sekaligus sangat ta'at
meskipun saat ini kontribusi produksi jagung luar Jawa terhadap produksi
produksi Jagung ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Lampung.
perkembangan yang cukup baik bahkan pada tahun 2008 lalu. Produksi jagung
daerah atau dinas terkait. Sementaraitu, dilihat dari segi konsumsi perusahan
pasokan jagung sebagai bahan baku. Surplus dari produksi suatu komoditas
merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang
sangat pokok. Seperti halnya industri pakan ternak yang berbahan baku
kelangkaan pakan, yang mengakibatkan harga pakan naik, dan jika harga
pakan naik maka produksi daging ayam akan turun dan akhirnya berimbas
Panjang pendeknya saluran pemasaran dan siapa saja yang terlibat dalam
bagi petani sebagai pelaku utama usahatani. Finansial usaha tani lebih
dipengaruhi oleh harga jual yang diterima petani, sedangkan tingkat harga
Analisis margin pemasaran dan koefisien korelasi harga merupakan alat yang
Keuntungan
Pola Distribusi ?
Efisiensi Pemasaran?
Kinerja pasar
a. Saluran pemasaran
b. Margin pemasaran
c. Elastisitas transmisi harga
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang
variable yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang
untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari
Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari
Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas
Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga
(institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang
pengangkutan jagung.
Pedagang kecil adalah orang yang membeli jagung langsung dari petani produsen dan
Pedagang besar adalah orang yang membeli jagung dari agen atau pedagang kecil di
kabupaten.
Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian
jagung dari pedagang besar maupun dari pedagang kecil kecil yang berada di daerahnya
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun
pedagang untuk memasarkan jagung sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi,
Harga beli adalah harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga pemasaran dan
konsumen untuk mendapatkan jagung, dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram
(Rp/Kg).
Pasar dalam hal ini adalah suatu tempat (lokasi) dimana terjadi transaksi jual beli jagung
Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual jagung pada tiap lembaga
pemasaran dan konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Volume penjualan adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani maupun lembaga-
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Kecamatan Natar dan
jagung kedua setelah Lampung Timur. Sedangkan Kecamatan Ketapang dan Natar
merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat ditabel
Jumlah sample ditentukan atas pertimbangan jumlah populasi dari masing-masing desa.
Populasi penelitian adalah 446 petani jagung dari desa Tanjung Sari kecamatan Natar dan
589 petani jagung dari desa Ruguk Kecamatan Ketapang. Responden dipilih secara acak
(Sample Random Sampling) berjumlah 51 petani dengan total 1035 Petani jagung di
Penentuan jumlah sample mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai
barikut:
NZ2 S2
n =
Nd2 + Z2 S2
Keterangan:
n = Jumlah Sample
N = Jumlah anggota dalam populasi
Z = Derajat kepercayaan (1.96)
S2 = Varian sample (5%)
d = Derajat Penyimpangan ( 5%)
n = 140,037= 51
2,723
ni = Ni * n
N
Keterangan:
ni = Jumlah sample
Ni = Jumlah Anggota
N = Jumlah Anggota dalam Populasi
n = Jumlah Sample secara keseluruhan
Sample desa Tanjung Sari = 446 * 51 = 21,9768 = 22
1035
Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam
pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Mulai dari ukuran
yang terkecil makin lama makin besar. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan
untuk menyebutkan calon responden berikutnya. Hal ini dilakukan sedemikian rupa
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui observasi,
dilakukan dengan teknik sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapat melalui hasil
wawancara langsung kepada responden berdasarkan atas daftar pertanyaan yang telah
disusun. Responden dalam penelitian ini adalah para petani, pedagang kecil, pedagang
besar, serta lembaga lain yang terlibat dalam saluran tataniaga jagung di Kabupaten
Lampung Selatan.
Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian.
Data sekunder tersebut antara lain didapat didapat dari Dinas Pertanian, Badan Pusat
Statistik, website Departemen Perdagangan Indonesia, skripsi peneliti terdahulu, jurnal
Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: biaya produksi, jumlah produksi,
nilai penjualan, volume penjualan, harga jual, harga beli, volume pembelian, biaya
lembaga pemasaran. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis
pemasaran dan jenis konsumen, keuntungan petani, dan distribusi keuntungan. Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis
melihat pola distrbusi, struktur pasar, distribusi jagung beserta lembaga-lembaga yang
meliputi analisis margin pemasaran, koefisiensi harga dan elastisitas transmisi harga.
Jenis model tahapan analisis yang dapat digunakan pada analisis pemasaran antara lain:
Kinerja pasar
a. Saluran pemasaran
Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat produsen
jagung melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada konsumen. Selain itu
pemasaran jagung.
Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu
barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat
Et = δPf x Pr
δPr Pf
Karena harga ditingkat produsen (Pf) linear terhadap harga ditingkat konsumen (Pr) atau
Pf = a + b Pr
Keterangan:
Criteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim,
1994):
1. Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan
harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku
pasar adalah bersaing sempurna, dan system tataniaga yang terjadi sudah efisien.
2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada laju
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan
monopoli atau oligopoly dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga
3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan
monopsoni atau oligopsoni dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Lampung Selatan terbentuk pada tahun 1956 yang merupakan salah satu
tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi
Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari daerah tingkat
terdiri dari 17 kecamatan dan salanjutnya terdiri dari 251 desa/ kelurahan (248 desa dan 3
kelurahan).
dengan kantor pusat di Kota Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung
Selatan. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan
sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelah barat dengan Kabupaten Pesawaran
Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari segi geologinya sebagian besar terdiri dari
batuan endesit, ditutupi turfazam, pegunungan vulkanis muda serta dataran alluvial
berawa-rawa dengan pohon bakau. Jenis tanah yang paling mendominasi di Kabupaten
Lampung Selatan adalah tanah latosol yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan
sebagian besar dari bagian tengah, tanah podsolid yang tersebar pada wilayah bagian
utara, tanah hidromorf yang tersebar pada wilayah bagian timur, serta tanah alluvial yang
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak pada 105014’ -- 105045’ BT dan 5015’ --
60 LS, sehingga wilayah Kabupaten Lampung Selatan tergolong dalam wilayah tropis.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah
hari hujan 13,1 hari/bulan. Rata-rata temperaturnya berselang antara 22,9 oC--32,4oC,
jumlah pria dan wanita tidak berbeda jauh, berdasarkan proyeksi tahun 2007 berjumlah
923.002 jiwa yang terdiri dari 478.786 jiwa laki-laki dan 444.216 perempuan.
Table diatas menggambarkan perbandingan yang tidak berbeda jauh antara penduduk
pria dan wanita, jumlah penduduk pria lebih banyak dengan selisih 34.570 jiwa atau
bidang hasil bumi seperti pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sebagian
penduduk juga sudah mulai menjamah kegiatan perdagangan dan industri pengolahan
yang turut mendorong kemajuan ekonomi daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
11,
Selatan banyak memanfaatkan kegiatan berkenaan dengan hasil alam yang sudah
diturun-temurunkan dari nenek moyang, dan juga merupakan penompang bagi kegiatan
lainnya. Usaha perniagaan sepertinya sudah dilirik dan ditekuni hampir seperempat
Kesediaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan
dalam mendukung kegiatan dan aktifitas penduduk, keadaan sarana dan sarana yang
khususnya pertanian, selain itu keadaan sarana dan prasarana menunjukkan tingkat
Kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang sangat mendukung dilihat dari sarana dan
prasarana diantaranya adalah wilayahnya yang dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera
(tengah dan timur), terdapat bandar udara (Branti), termasuk kawasan industri (Tanjung
bintang) serta terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni yang berperan sebagai salah
satu pintu penghubung Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jarak pelabuhan Bakauheni ke
pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa yaitu + 30 km, dengan waktu tempuh kapal
karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa khususnya Jakarta, kota tersebut
daerah tersebut cukup tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Lampung
Selatan khususnya jalan dan angkutan sudah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada
Table 12,
Tabel 8. Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis
permukaan tahun 2007
Keadaan Jalan Jalan Jalan Jumlah
Negara Propinsi Kabupaten
Jalan (km)
Jenis permukaan:
Aspal 159,95 315,36 850,48 1325,79
Kerikil - - 224,80 224,80
Tanah - - 204,30 204,30
Tidak dirinci - - 2,22 2,22
Angkutan Darat (unit)
Truk 657
Pick up 274
Bus 60
Angkutan desa 197
Kendaraan tak umum 2.071
Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
Table diatas menunjukkan sarana dan prasarana berbentuk jalan dan angkutan di
Kabupaten Lampung Selatan sudah memadai, sebagian besar jalan negara dan jalan
propinsi sudah diaspal. Jalan kabupaten sebagian besar juga sudah diaspal hanya
beberapa yang masih kerikil dan tanah yaitu sekitar kurang lebih 30persen. Keadaan
tersebut menandakan bahwa kondisi jalan untuk perhubungan dan distribusi barang
adalah silo jagung yang dikelola oleh beberapa gapoktan yang merupakan salah satu
dilakukan melalui pengembangan alat pengering dan silo di setiap sentra produksi
agroindustri yang terpadu dengan gapoktan yang berperan sebagai pemasok jagung
pipilan kering bermutu kepada industri pakan ternak atau pasar. Keberadaan silo jagung
ditujukan untuk menampung hasil panen anggota kelompoknya meningkatkan mutu serta
beberapa daerah sentra produksi jagung dan salah satunya berada di Kabupaten Lampung
Selatan.
Keberadaan silo jagung memberikan keuntungkan lebih bagi petani terutama dalam
kegiatan pemasaran, sehingga petani jagung di daerah tersebut memiliki alternatif lebih
kesejahteraan masyarakat dan anggotanya. Koperasi terdiri dari beberapa jenis koprasi
yang dibedakan berdarkan fungsi dan kegunaanya, seperti pada tabel berikut.
tergolong lengkap jenisnya dan banyak jumlahnya, sehingga dapat dikatakan mampu
yang paling dekat dengan petani diantaranya adalah koperasi unit desa, koperasi
pertanian serta koperasi simpan pinjam yang dapat membantu mereka yang bermasalah
adanya aktifitas beberapa lembaga pemasaran dan industri. Lembaga pemasaran yang
dimaksud antara lain adalah para pedagang pada berbagai tingkatan dan kategori,
diantaranya:
daerahnya atau beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari desanya, yang
2. pedagang besar, mereka melakukan pembelian atau pencarian jagung lebih dari
untuk memperoleh jagung dengan mutu yang baik dan memperpanjang daya
dilihat dari semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya hasil bumi.
Beberapa industri merupakan konsumen dari beberapa komoditas pertanian, yang berarti
semakin terjaminya pasar untuk produk pertanian. Kondisi industri menengah dan besar
Tabel 11. Industri Menengah dan Besar di Kabupten Lampung Selatan 2008
No Jenis Usaha Jumlah Kapasitan Satuan
Usaha Produksi
1 Minuman ringan 1 25900000 Liter
2 Es balok 2 65000 Ton
3 Nata de koko 1 2100000 Kaleng
4 Tepung kelapa 1 3600 Ton
5 Minyak kelapa 1 600 Ton
6 Tapioka 1 1732000 Ton
7 Palet gaplek 1 25000 Ton
8 Pakan ternak 1 216 Ton
9 Pakan udang 1 155 Ton
10 Sortase kopi/jagung/lada 1 28430 Ton
11 Mie instan 1 123840 Bungkus
12 Kacang atom 1 300000 Ton
13 Rempah-rempah 1 100000 Ton
14 Pengolahan udang 1 100000 Ton
15 Pengolahan kayu 5 16750 M3
16 Furnitur dari kayu 2 45090 Unit
17 Karoseri 1 290 Unit
18 Particle board 1 22000 M3
19 Kotak kertas/karton 1 500 Ton
20 Cor beton 1 50000 Buah
21 Bantalan beton 1 150000 Buah
22 Mie kering 1 7500 Ton
23 Sabut kelapa 2 14000 Ton
24 Genteng beton 1 1000000 Buah
25 Genteng glazur 1 450000 Buah
26 Batu andesit 7 245000 M3
27 Produk alumunium 2 1500000 Buah
28 Perbengkelan 7 10000 Unit
29 Kopi bubuk 1 75 Ton
30 Kertas budaya 1 150 Ton
31 Arang batok 2 150 Ton
32 ART dari plastik 1 600 Ton
33 Komponen bahan bangunan 1 9000 Unit
Tabel 11. Lanjutan
No Jenis Usaha Jumlah Kapasitan Satuan
Usaha Produksi
34 Industri sabun deterjen 1 100 Ton
35 Lampung post 1 1440000 Eksemplar
36 Pengeringan jagung 4 8000 Ton
37 Peleburan accu 1 300 Ton
38 Carbon aktif 1 2500 Ton
39 Reparasi kapal 1 1200 Unit
40 Kerupuk 1 100 Ton
41 Briket batu bara 1 12000 Ton
jumlah 65 35464146
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan.
Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Industri menengah dan besar pada tabel diatas menunjukkan aktivitas dari kegiatan
dari hasil pertanian, diantaranya jagung. Industri pengolahan jagung yang ada di
kabupaten Lampung Selatan sudah beragam dan mulai berkembang diantaranya industri
pakan ternak dan pakan udang berskala menengah, pengeringan jagung dan sortasi
jagung.
F. Kebijaksanaan Pertanian
upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman, seperti pemberian bantuan dan
Minimum Regional (HMR) jagung di Propinsi Lampung yaitu 1600/kg pada kadar air
bersama industri pakan ternak dan petani jagung di Lampung pada rapat Koordinasi
A. Keadaan Umum
1. Karakteristik Petani
a. Umur Petani
Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi
responden berusia 35—54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana
pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal,
distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,
tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong
usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden
petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang
maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam
usia produktif.
b. Tingkat Pendidikan
dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih
mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung
introvert.
Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki
petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang
diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah
serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani
Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga.
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga
yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau
Berdasarkan table diatas sebagian besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
tergolong keluarga kecil dengan jumlah tanggungan keluarganya kurang dari atau sama
dengan 3, dimana dalam keluarga itu kepala keluarga hanya membiayai hidup istri dan 2
keberhasilan usahatani, semakin lama dan banyak pengalaman yang dimiliki semakin
matang pengetahuan dan kecakapan petani dalam mengelola usaha taninya. Sebagian
besar petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan adalah petani baru yang memiliki
pengalaman usahatani selama kurang dari 5 tahun, umumnya mereka baru mencoba dan
masih merupakan kegiatan sampingan. Petani di Kabupaten Lampung Selatan juga tidak
sedikit pula yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 11 tahun berusahatani jagung.
Tabel 15. Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung di
Kabupaten Lampung Selatan
No Pengalaman Usahatani (th) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 <5 25 49.02
2 5--10 10 19.61
3 >11 16 31.37
Rata-rata 8.5
Jumlah 51 100.00
Berdasarkan tabel diatas beberapa petani jagung memiliki pengalaman usahatani jagung
kurang dari 5 tahun atau masih dalam proses belajar sebanyak 49.02 persen sedangkan
sebanyak 31.37 persen responden petani sudah dari kecil memang menanam jagung
dapat dilihat dari pengalaman usahataninya atau lebih dari 10 tahun. Sementara itu
dilihat dari rata-rata pengalaman yang dimiliki petani responden adalah selama 8.5 tahun.
kelompoktani adalah informasi, penyuluhan serta berbagai bantuan baik secara langsung
kemajuan usahatani petani dapat dilihat dari keaktifan serta keikutsertaan petani dalam
Salah satu latarbelakangnya adalah program bantuan benih dan pupuk dari pemerintah
berjalan sampai saat ini lebih banyak aktif dalam kegiatan tersebut, masing-masing
pengutan tersebut.
Kegiatan pemasaran hasil usahatani dari anggota kelompoktani masih belum banyak
dilakukan padahal itu merupakan salah satu cara untuk memperkuat posisi petani dalam
yang melakukan kegiatan tersebut baru sebagian kecil, umumnya ketua kelompoktani
hanya sebatas membantu anggotanya dan adapula yang berperan sebagai pedagang kecil
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usahatani. Para petani
kelemahan bagi petani di Indonesia yang sebagian tergolong miskin. Petani jagung di
lampung juga tergolong petani miskin dimana sebagian petani melakukan pinjaman
dalam penjualan hasil usahataninya serta perolehan harga dan semakin menegaskan
lemahnya posisi petani. Para pemberi modal umumnya merupakan pedagang jagung,
pinjaman itu mereka istilahkan dengan investasi kepada petani yang nantinya petani akan
menjual hasil usahataninya kalau tidak merekapun memperoleh keuntungan dengan lebih
Kebutuhan modal untuk pembiayaan usahatani tidak hanya di bidang produksi tetapi juga
pada bidang pemasaran hasil-hasil produksi. Modal yang dimiliki petani pada umumnya
hanya dialokasikan untuk membiayai kegiatan usahatani yang dilakukan. Sebagian besar
petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran karena biaya pemasaran di daerah tersebut
ditanggung oleh pembeli (pedagang kecil), seperti biaya pemipilan dan biaya
transportasi, sehingga yang memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pasca panen adalah
pedagang. Berikut akan disajikan gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari
Tabel 17. Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam
usahatani dan pemasaran hasilnya
yang memiliki lahan lebih dari 2ha sebagian besar menggunakan modal sendiri dalam
usahataninya hal ini dilatarbelakangi bahwa petani dengan lahan yang lebih luas akan
memiliki keuntungan lebih banyak karena biaya/ha yang dikeluarkannya semakin rendah,
usahatani berikutnya, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 45 pada
lampiran.
Pinjaman tidak selamanya merugikan selama proporsi dan perjanjian yang dibuat tidak
merugikan salah satu pihak atau menekan pihak yang lain. System pinjaman yang
diberikan kepada petani di Kabupaten Lampung Selatan sudah lebih baik, petani tidak
lagi diikat oleh perjanjian ijon tapi bebas memilih pasar atau pembeli meskipun masih
ada yang sifatnya memaksa dan mengikat. Modal yang digunakan oleh petani
seharusnya tidak hanya dalam usahatani tetapi juga modal untuk kegiatan pemasaran
agar memperoleh harga lebih baik. Modal untuk pemasaran diantaranya adalah untuk
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan sampai saat ini masih belum menekankan
pada kegiatan kemandirian dalam pemasaran, sebagian besar hanya melakukan kegiatan
sampai pada pemanenan dan kegiatan berikutnya dilakukan oleh pedagang dan
petani dengan pertimbangan efisiensi waktu dan biaya. Petani yang memiliki lahan
sempit dan hasil sedikit akan merasa kegiatan tersebut justru akan membeban pada biaya
yang akan mereka keluarkan berbeda dengan petani yang memiliki lahan luas kegiatan
tersebut justru memberikan keuntungan taambahan bagi mereka. Hal terbaik yang bisa
disarankan adalah bergabungnya para petani kecil untuk memperoleh kekuatan serta
pengelolaan yang lebih tepat guna untuk kegiatan pemasaran sehingga keuntungan
Jagung merupakan salah satu tanaman pokok yang ditanam oleh petani di Kabupaten
Lampung Selatan. Teknologi budidaya pertanian pada umumnya telah dilakukan oleh
petani secara baik, mulai dari pengolahan tanah hingga panen. Petani menerapkan teknik
budidaya yang sudah mereka peroleh sebelumnya ditambah lagi masukan dari
karena mereka berpendapat bahwa jagung memiliki umur panen yang singkat dan
Kendala yang paling dikeluhkan oleh petani adalah kelangkaan dan keterlambatan pupuk
sehingga produksi yang dihasilkan kadaang kurang optimal. Keuntungan yang diperoleh
dari usahatani jagung masih rendah karena harga yang diterima tidak sebanding dengan
biaya usahatani yang dikeluarkan. Rincian biaya dalam pengelolaan usahatani lebih jelas
a. Umum Pedagang
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden pedagang jagung yang ada di
Kabupaten Lampung Selatan memiliki umur yang berkisar antara 37-46 tahun atau 38
persen dari seluruh pedagang yang menjadi responden. Rata-rata umur pedagang kecil
adalah 39 tahun, pedagang besar 42 tahun, dan rata-rata umur pedagang antar pulau 42
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden pedagang memiliki umur yang produktif,
memiliki tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 8 jiwa, sisanya tamatan SMP dan SMA
pendidikan SD. Pedagang besar memiliki tingkat pendidikan rata-rata tamatan SD dan
SMP masing sebanyak 3 jiwa. Rata-rata tingkat pendidikan pedagang antar daerah
adalah SMA.
Tabel 19. Sebaran pendidikan pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Pendidikan Jumlah responden (jiwa)
(tahun) Pedagang Pedagang P Antar Total %
Kecil Besar Daerah
1 SD 4 3 7 64
2 SMP 1 1 2 18
3 SMA - 1 1 2 18
4 D/S - 0
Jumlah 5 7 1 11 100
Pengalaman menjadi pedagang jagung merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan
penentu dalam keberhasilan usahanya. Semakin lama dan banyaknya pengalaman yang
dimiliki pedagang dalam berdagang maka semakin banyak informasi pemasaran yang di
memiliki pengalaman berdagang selama kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 76.5
persen, sedangkan yang berpengalaman lebih dari 11 tahun hanya 23.5 persen,
d. Permodalan Pedagang
Modal merupakan hal penting dalam suatu usaha. Sumber modal ada 2 macam yaitu
modal sendiri dan modal pinjaman, sedangkan menurut bentuknya modal ada yang
berbentuk uang adapun yang berbentuk peralatan dan bangunan. Modal yang diamati
disini adalah kepemilikan modal para lembaga pemasaran atas beberapa peralatan dan
bangunan yang mereka miliki serta permasalahan yang dihadapi. Berikut akan disajikan
gambaran kepemilikan modal yang dibedakan dari penguasaan lahan oleh petani jagung
Tabel 21. Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan dalam
usahanya
No Keterangan Lembaga Pemasaran (%)
PK PB PAD
Orang % Orang % %
1 Jenis Kepemilikan Modal 5 45 5 45 10
2 Sendiri 2 40 5 100 100
3 Pinjam 3 60 0 0 0
Bebas 2 67 0 0 0
Terikat 1 33 0 0 0
4 Kepemilikan Sarana penunjang
5 Alat pipil jagung 3 60 5 100 0
6 Lantai jemur 3 60 3 60 0
7 Kendaraan 0 0 4 80 100
8 Gudang 1 20 5 100 100
9 Alat oven 0 0 0 0 100
Kepemilikan modal pada setiap lembaga umumnya sudah mandiri terutama pedagang
besar sudah sendiri, sedangkan pedagang kecil masih banyak yang sifatnya baru
mencoba untuk menekuni modal merekapun ditopang oleh beberapa pedagang yang lebih
besar dari mereka dengan sistem terikat harus jual ke mereka meskipun ada juga yang
pemasaran bagi pedagang kecil baru sebagian kecil yang dikuasai tapi sarana yang
ditawarkan oleh daerah cukup membantu dengan adanya banyak jasa penyewaan baik
alat pipil maupun kendaraan, data perhitungan lebih jelas dapat dilihat di Table 36 pada
lampiran.
Pedagang kecil umumnya melihat kondisi harga yang ditawarkan selama ini mereka
lebih memilih menjual kepada yang dirasakan lebih menguntungkan, karena banyak
pedagang lebih besar mendatangi mereka dengan membawa alat pipil dan kendaraan.
Pedagang antar daerah sudah memanfaatkan teknologi lebih baik berupa alat oven dan
gudang untuk meningkatkan kualitas jagung yang mereka terima agar jagung yang
e. Karakteristik Usaha
Lokasi pedagang kecil dalam penelitian ini berada di Kecamatan Natar, Ketapang dan
Tanjung Bintang. Pedagang kecil di ketiga kecamatan tersebut berada di wilayah yang
mudah untuk dijangkau dekat rumah petani atau pinggir jalan. Pedagang besar di
beberapa kecamatan tersebut tidak hanya membeli jagung tetapi juga memperdagangkan
komoditas pertanian yang lain diantaranya adalah padi dan kelapa karena pedagang tidak
bisa hanya mengandalkan jagung yang sifatnya musiman, dan beberapa petani juga
Pembelian jagung dilakukan di lahan petani, baik di kebun atau rumah. Pedagang
membeli jagung dalam bentuk gelondongan yang perhitungannya karungan yang dalam 1
karung jika dijadikan pipilan mencapai 30 kg jagung pipilan, selain itu ada pula
pedagang yang membawa angkutan dan mesin perontok jagung ke lahan petani sehingga
Jagung yang dibeli oleh pedagang sebagian dijemur beberapa hari di lantai jemur dan
menjualnya ke pedagang yang lebih besar dalam keadaan basah. Petani ataupun
pedagang yang menjual jagung langsung ke pabrik ternak dan peternak ayam harus
memipil dan menjemur terlebih dahulu jagung yang diperolehnya karena pabrik maupun
peternak ayam umumnya sudah mempunyai standar kualitas jagung yang akan mereka
Pedagang antar daerah umumnya sudah memiliki alat open sendiri sebagai pertimbangan
sifat penjualannya yang continue dan jumlah transaksinya yang besar, jika hanya
disimpan dengan kadar air tinggi dalam waktu lama digudang dikhawatirkan akan rusak.
Pedagang membeli semua jenis jagung yang ditawarkan, tidak dibedakan antara varietas
maupun jenis jagung, karena untuk jagung yang membedakan harganya adalah kualitas
yang diukur dengan tingkat kekeringan dan kadar air (kegiatan pasca panen), jagung
Penjualan dilakukan tidak pasti karena untuk menghemat biaya umumnya penjualan
dilakukan tiap jumlah jagung memenuhi 1 angkutan yaitu kurang lebih 2.5 ton atau 8ton.
Pedagang umumnya menyimpan jagung yang dibeli di rumah mereka atau ada juga yang
angkutan penuh. Informasi harga diketahui pedagang dari pedagang lain dan harga yang
dipasang di pabrik atau berasal dari calo yang menunggu di gudang. Pembentukan harga
ditentukan oleh pabrik yang kemudian oleh petani dan pedagang dilakukan tawar
menawar. Harga ditetapkan sesuai dengan mutu jagung. Mutu jagung dibedakan
menjadi 4 yaitu jagung pipilan kering, jagung pipilan basah, jagung gelondongan kering
dan jagung gelondongan basah. Jagung pipilan kering umumnya adalah jagung yang
sudah dipipil dan dijemur dengan kadar air<30 persen, sementara jagung pipilan basah
adalah jagung yang hanya dipipil saja tanpa penjemuran dengan kadar airnya >30 persen.
Jagung gelondongan kering adalah jagung yang dipanen pada usia tua dan musim
Jagung yang dibeli diangkut dengan truk atau mobil L--300 dengan kapasitas 2.5 ton dan
hino dengan kapasitas 8ton. Kendaraan tersebut bisaanya disewakan oleh seseorang
sewa sudah umum atau pasaran yang ada didaerah tersebut. Jumlah jagung dari
pedagang besar dan kecil yang dikirimkan tergantung dari jumlah yang ada, sementara
jika pedagang antar pulau tergantung dari permintaan pabrik yang diluar daerah.
4. Karakteristik Konsumen
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yang menjadi konsumen jagung
adalah para perusahaan pakan ternak didalam maupun diluar daerah serta peternak ayam
skala mikro. Para konsumen memperoleh jagung dari para pedagang kecil dan pedagang
antar daerah. Perusahaan pakan ternak memperoleh jagung dari pedagang maupun petani
dengan ketentuan kualitas produk memiliki kadar air 30--45 persen sedangkan para
peternak ayam membeli jagung dalam keadaan lebih kering kurang lebih 30 persen.
pemerintah sampai saat ini belum banyak campur tangannya dalam upaya perbaikan
Realisasi dilapangan yang terjadi dianggap mampu memenuhi sasaran yang dirumuskan
oleh pemerintah daerah tahun 2008 lalu. Pemerintah belum mengatasi atau turut andil
dalam penetapan kebijakan seperti kebijakan harga dan distribusi sehingga beberapa
kegiatan kebijakan justru memberikan dampak yang kurang responsible. Alokasi jagung
yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara lain dapat dilihat pada Table 22,
Tabel 22. Alokasi jagung yang diproduksi oleh Kabupaten Lampung Selatan
berdasarkan tempat
Keterangan disalurkan ke Jumlah (ton) Persen(%)
Lokal:
Peternakan 216,755 74,23
Industri Pakan ternak lokal 9,600 3,29
Total Lokal 226,355 77,52
Luar Lampung :
Jawa 51,653 17,69
Sumatra 13,987 4,79
Total Luar Lampung 65,640 22,48
Total 291,995 100,00
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, 22,48 persen dari produksi jagung lampung
langganan para pedagang dengan perusahaan-perusahaan yang ada di luar lampung. Para
pedagang mengasumsikan bahwa kebutuhan jagung pabrik yang ada di Lampung sudah
dapat dipenuhi oleh petani maupun pedagang yang selama ini menjual ke pabrik.
Sementara dari pihak pabrik kebutuhan dalam Lampung belum terpenuhi, terjadi keluhan
pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung karena memang Kabupaten Lampung
pakan ternak yang ada di Kabupaten Lampung Selatan ada 3 perusahaan besar yaitu PT.
Japfa Confead Indonesia, PT. Sierat Produce dan PT. Caroen Pokhpan Indonesia yang
perolehan jagung.
yang kemudian di jual ke pedagang yang lebih besar ataupun gudang jagung,
umumnya hanya menjadi pengumpul hasil panen milik tetangganya yang masih
dalam 1-2 desa dalam kecamatan. Mereka melakukan kegiatan pembelian dan
penjualan serta turut serta dalam penetapan harga beli maupun jual dengan
mendasarkan pada harga gudang saat itu. Pedagang kecil dilihat dari permodalan
dan memulai usahanya dibedakan menjadi dua ketegori. Kategori pertama adalah
pedagang kecil yang memiliki modal kepercayaan dan kejujuran dari petani
berhasil menjual jagung tersebut. Kategori kedua adalah pedagang kecil yang
memiliki modal berupa materi sehingga mereka langsung membeli jagung petani
dan membayarnya dan tidak harus menunggu jagung terjual. Modal awal yang
informasi petani mana yang akan menjual hasil panennya. Mereka melakukan
kegiatan pembelian dan penjualan serta turut serta dalam penetapan harga beli
sedangkan untuk harga jual mereka mencari alternative harga dari beberapa
gudang dan perusahaan pakan ternak yang memberikan keuntungan paling baik
bagi mereka, pedagang besar mengumpulkan jagung dari petani yang ada di
berbagai desa berbagai kecamatan, bahkan sampai luar kecamatan. Modal yang
digunakan pedagang besar mencapai lebih dari 60juta bahkan hingga 100juta
rupiah.
banyak seperti kegiatan pengopenan dan penyimpanan dalam jumlah besar untuk
stok. Penggunaan modal oleh pedagang antar daerah adalah lebih dari 100juta
9,8%
Pedagang
kecil
42,86%
Pedagang
Petani 50,98% besar
27,27%
Pedagang antar
daerah
3,92%
18,18%
54,54%
20 % 80%
Ternak
ayam
Pakan
Pakan ternak ternak luar
21,57%
lampung lampung
Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 14 rantai pemasaran atau
saluran pemasaran. Petani memiliki banyak pilihan dalam menjual usahataninya yaitu
kepada pedagang kecil, pedagang besar, pedagang antar daerah, ternak ayam dan
perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Produksi jagung dari petani
sebagian besar dijual ke pedagang besar dan pedagang besar sebagian besar menjual
langsung ke perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Konsumen jagung
di Kabupaten Lampung Selatan adalah pengusaha ternak ayam dan pabrik pakan ternak
di luar maupun dalam Provinsi Lampung. Saluran pemasaran yang terbentuk dapat
2 2
Petani Pedagang Ternak
besar ayam
1
Gambar 4. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri ternak ayam
Saluran pemasaran jagung yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:
Saluran pertama yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada ternak ayam. Petani
tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan
konsumen tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
saluran kedua yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada ternak ayam tetapi
melalui jasa pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung
hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang melakukan rangkaian
tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang
Pedagang 3
kecil
4
Petani 5
Pedagang
besar
6 Pedagang Pakan
antar ternak luar
daerah lampung
Gambar 5. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri pakan ternak di
luar lampung
Saluran pemasaran ketiga adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 2 lembaga pemasaran
yaitu pedagang kecil dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan
menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang
menjual hasil usahataninya pada pedagang antar daerah biasanya melakukan kegiatan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani
lebih sedikit.
Saluran pemasaran keempat adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran
yaitu pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya
memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang
kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan
kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari
beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan
daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran
yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan
menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang
memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan
menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani
lebih sedikit.
Saluran pemasaran keenam adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di luar lampung melalui jasa pedagang antar daerah.
Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan
pedagang tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
14
Gambar 6. Bagan saluran pemasaran jagung yang berakhir pada industri pakan ternak di
lampung
Saluran pemasaran ketujuh adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang kecil. Petani
tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang
saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan
dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang kecil dan pedagang
antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil
usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang melakukan rangkaian kegiatan
untuk meningkatkan daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada
saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan
dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
Saluran pemasaran kesembilan adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu
pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya
memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang
kecil yang menjual hasil usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan
kegiatan pemipilan dan pengeringan hanya sebatas mengumpulkan hasil usahatani dari
beberapa petani. Pedagang besar yang melakukan rangkaian kegiatan pengeringan dan
daya simpan dan penyimpanan untuk menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak
perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga
Saluran pemasaran kesepuluh adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 2 lembaga pemasaran yaitu
pedagang kecil dan pedagang besar. Petani tersebut hanya memanen dan menjualnya
langsung hasil usahataninya pada pedagang kecil. Pedagang kecil yang menjual hasil
usahataninya pada pedagang besar biasanya tidak melakukan kegiatan pemipilan dan
sehingga merekalah yang memperoleh tambahan nilai tersebut. Pada saluran ini petani
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan.
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa 3 lembaga pemasaran yaitu
pedagang besar dan pedagang antar daerah. Petani tersebut hanya memanen dan
menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang besar. Pedagang besar yang
memperoleh tambahan nilai tersebut. Pedagang antar daerah hanya melakukan kegiatan
menjaga stok jagung. Pada saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
untuk kegiatan pemipilan dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani
lebih sedikit.
Saluran pemasaran kelima adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang besar. Petani
tersebut hanya memanen dan menjualnya langsung hasil usahataninya pada pedagang
saluran ini petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan pemipilan
dan pengeringan, sehingga resiko biaya yang ditanggung petani lebih sedikit.
Saluran pemasaran keenam adalah petani yang menjual hasil usahataninya pada
perusahaan pakan ternak yang ada di lampung melalui jasa pedagang antar daerah.
Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen seperti pemipilan, penjemuran dan
pedagang tersebut. Konsekuensi dari memilih saluran ini adalah petani harus
mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian kegiatan pasca panen tersebut.
Saluran pertama yaitu petani yang menjual hasil usahataninya pada pabrik pakan ternak
yang ada di Provinsi Lampung. Petani tersebut harus melakukan kegiatan pasca panen
saluran ini adalah petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan rangkaian
pakan ternak adalah petani memperoleh tambahan nilai dari kegiatan pascapanennya dan
Hasil usahatani jagung di Kabupaten Lampung Selatan lebih banyak diserap oleh
perusahaan pakan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Hal tersebut disebabkan karena
Provinsi Lampung, setidaknya terdapat 3 perusahaan pakan ternak skala besar. Hal
Marjin pemasaran merupakan selisih harga antara harga jual petani dengan pelaku pasar
saluran pemasaran, berikut akan disajikan analisis margin pemasaran dari setiap saluran
biaya pemasaran keseluruhan ditanggugng oleh petani. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 1 di Kabupaten Lampung Selatan,
2009
No Uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 Petani
biaya produksi 1092,04 64,21
biaya pemasaran 441,00 25,93
pemipilan 400,00 23,52
Pengangkutan 32,50 1,91
tenaga kerja 8,50 0,50
Operasional 0,00 0,00
Penyusutan 0,00 0,00
total biaya 1533,04 90,14
Margin 167,74 9,86
profit margin 608,74 35,79 0,11
harga jual 1700,78 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) hanya satu, karena petani langsung menjual hasil
usahataninya ke konsumen dengan nilai RPM Rp 0.11/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00
Tabel 24 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kedua, yaitu petani
diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar, dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa
petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena pedagang kecil yang
datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 2 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 1117,56 57,31
margin 510,63 26,19
profit margin 510,63 26,19 0,46
harga jual 1628,20 83,50
2 pedagang besar
biaya produksi 643,62 33,01
pemipilan 45,00 2,31
pengangkutan 50,00 2,56
tenaga kerja 30,00 1,54
penyusutan 40,00 2,05
margin 156,81 8,04
profit margin 321,81 16,50 0,24
harga jual 1950,00 100,00
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.46/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
0.46/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
Tabel 25 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketiga, yaitu petani
diterima oleh konsumen petani terlebih dahulu menjual hasil usahataninya ke pedagang
besar kemudian pedagang besar menjualnya ke pedagang antar daerah. Hasil penelitian
dan analisis menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini
terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung
tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin
keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1.08/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
1.08/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
Tabel 26 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keempat, yaitu petani
pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah sebelum hasil usahataninya
kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima
produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin
pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 26.
Rp 1,00/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
Tabel 27 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran kelima, yaitu petani
diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar dan pedagang antar daerah, dalam analisis
berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi
karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan
(profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Tabel 27.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.50/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
0.50/kg. Secara keseluruhan distribusi marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
Tabel 28 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran keenam, yaitu petani
diterima oleh konsumen yaitu pedagang antar daerah, dalam analisis berikut dapat
dilihat bahwa petani mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena petani
pedagang dengan pertimbangan harga yang ditawarkan kepada petani, pada keadaan
ini petani dibebankan biaya pemasaran. Besarnya bagian harga yang diterima
produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Analisis marjin pemasaran jagung saluran 6 di Kabupaten Lampung
Selatan, 2009
No uraian harga (Rp) share (%) RPM
1 petani
biaya produksi 949,4 43,15
biaya pemasaran 140 6,36
pemipilan 28 1,27
pengangkutan 53 2,40
tenaga kerja 9 0,41
operasional 50 2,27
penyusutan 0 0
total biaya 1089,4 49,52
margin 517,58 23,53
profit margin 657,58 29,89 0,47
harga jual 1606,98 73,04
2 pedagang antar daerah
biaya pemasaran 376 17,09
pengangkutan 175 7,95
tenaga kerja 50 2,28
operasional 1 0,05
penyusutan 150 6,82
margin 217,02 9,86
profit margin 593,02 26,96 0,58
harga jual 2200 100
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang antar daerah, yaitu Rp
0.58/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
Tabel 29 menunjukkan analisis margin pemasaran pada saluran ketujuh, yaitu petani
pedagang kecil sebelum hasil usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut
menunjukkan bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi
karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.93/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
melalui pedagang kecil dan pedagang besar sebelum hasil usahataninya diterima oleh
pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk
membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang kecil, yaitu Rp 1,08/kg.
Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan
melalui pedagang kecil, pedagang besar dan pedagang antar daerah sebelum hasil
usahataninya diterima oleh konsumen. Analisis berikut menunjukkan bahwa petani
tidak mengeluarkan biaya pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang
datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio
profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada
Tabel 31.
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
melalui pedagang kecil dan pedagang besar sebelum hasil usahataninya diterima oleh
pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk
membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 1,00/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
hasil diterima oleh konsumen diataranya adalah pedagang besar dan pedagang antar
daerah. Dalam analisis berikut dapat dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya
pemasaran, hal ini terjadi karena pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk
membeli jagung tersebut. Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin
pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp 0.46/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang besar, dalam analisis berikut dapat
dilihat bahwa petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena
pedagang kecil yang datang ke kebun petani untuk membeli jagung tersebut.
Besarnya bagian harga yang diterima produsen, marjin pemasaran, marjin
keuntungan (profit marjin), dan ratio profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada petani, yaitu Rp1.05/kg. Hal ini
berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar
hasil diterima oleh konsumen yaitu pedagang antar daerah, dalam analisis berikut
dapat dilihat bahwa petani mengeluarkan biaya pemasaran. Hal ini terjadi karena
petani berusaha untuk melakukan kegiatan pasca panen dan memasarkannya sendiri
diterima produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio
profit marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada
Tabel 35.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) tertinggi ada pada pedagang antar daerah , yaitu Rp
0.75/kg. Hal ini berarti setiap Rp1,00 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
produsen, marjin pemasaran, marjin keuntungan (profit marjin), dan ratio profit
marjin pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 36.
Nilai Ratio Profit Marjin (RPM) hanya ada satu yaitu Rp 0.54/kg. Hal ini berarti
0.54/kg. saluran pemasaran ini dirasakan paling efisien dimana salurannya pendek
dan margin yang diperoleh petani juga cukup baik namun ummumnya petani yang
menggunakan saluran ini adalah petani yang memiliki luas lahan cukup luas. Mau
Dilihat dari hasil analisis margin pemasaran yang diperoleh dari 14 saluran pemasaran
yang ada secara keseluruhan margin yang diperoleh dari masing-masing lembaga belum
merata, selain itu dilihat dari struktur pasar yang terbentuk dan siapa yang paling
masih belum efisien karena pasar yang terbentuk bersifat oligopsoni dimana pabrik
Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu
barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat
pasar lainnya. Transmisi harga diukur melalui regresi sederhana diantara 2 harga antara
2 tingkat pasar, kemudian dihitung elastisitasnya. Hasil analisis regresi linier sederhana
Pf = bo + bi Pr Pf = 933.032 + 0,358Pr
Berdasarkan hasil regresi sederhana diperoleh nilai R2 sebesar 0.089 yang berarti bahwa
antara harga jagung ditingkat petani dan harga jagung di tingkat konsumen tidak
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai elastisitas transmisi harga sebesar 0.446 yang
berarti nilai Et <1, yang artinya laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar
dibandingkan dengan laju perubahan harga di tingkat petani. Keadaan ini bermakna
bahwa pasar yang dihadapi tidak bersaing sempurna dan belum efisien.
Hasil analisis margin pemasaran dan nilai elastisitas transmisi harga menunjukkan bahwa
pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Jika diamati lebih
lanjut struktur pasar jagung yang terbentuk di Kabupaten Lampung Selatan bersifat
Pabrik pakan ternak besar menentukan harga dan memasangnya di gudang sehingga
siapapun bisa melihat harga jagung yang ada tanpa adanya kegiatan tawar menawar, dan
jika dengan harga tersebut mereka masih kekurangan stok mereka akan melakukan
import jagung untuk memenuhi kebutuhan jagung mereka. Harga jagung tersebut yang
oleh para pabrik lain dijadikan pertimbangan dalam menetapkan harga jagung yang akan
mereka beli. Kondisi seperti itu menggambarkan bahwa petani dalam menetapkan harga
jual dan memilih untuk menjual hasil usahataninya tidak berdasarkan perhitungan biaya
yang mereka keluarkan tapi hanya mempertimbangkan saluran mana yang bisa
memberikan keuntungan lebih baik, meskipun masih ada yang sifatnya seperti tengkulak
Kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran umumnya adalah harga dimana mereka
merasa harga yang mereka peroleh masih tergolong rendah dinbandingkan dengan biaya
yang mereka keluarkan untuk menghasilkan, terutama adalah biaya pupuk. Sementara
dalam kebebasan dalam menjual dan mencari pembeli tidak dirasakan sulit karena
banyaknya pilihan saluran pemasaran yang ada, sehingga masalah yang mereka rasakan
Masalah lain yang muncul adalah dari segi produksi seperti kurangnya pemahaman
Masalah pemasaran mengenai harga bisa diatasi salah satunya dengan produksi yang
tinggi sehingga meskipun harga rendah tapi karena volume tinggi jadi penerimaan
meningkat dan mampu menutupi biaya usahatani. Berbagai produk pemerintah seperti
program-program penyuluhan dan bantuan seperti benih dan pupuk sangat baik sekali
program-program tersebut agar tidak disalah gunakan dan dapat tepat sasaran.
campurtangan pemerintah dalam penetapan harga dan kebijakan import untuk menunjang
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran
1) Pola distribusi jagung di Kabupaten Lampung terdiri dari 3 pola yaitu jagung
yang berakhir di industri ternak ayam di Propinsi Lampung, jagung yang berakhir
di idustri pakan ternak lokal dan jagung yang berakhir di industri pakan ternak
luar Lampung. Pola distribusi yang paling dominan adalah jagung yang berakhir
permintaan.
dilihat dari nilai RPM yang belum merata dan nilai elastisitas transmisi harga
yang tidak sama dengan 1. Rantai pemasaran yang paling efisien adalah rantai
perusahaan pakan ternak, yang ditunjukkan oleh nilai RPM yang lebih merata.
Hal ini terjadi dikarena mereka bisa merasakan tambahan nilai dari kegiatan
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
melihat dan menganalisis struktur pasar dan prilaku lembaga pemasaran jagung.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Lampung. 2008. Lampung Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik: Bandar
Lampung.
BPS Lampung Selatan. 2008. Lampung Selatan Dalam Angka 2008. Badan Pusat
Statistik: Lampung Selatan.
BPS Lampung Selatan. 2008. Ketapang Dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik:
Lampung Selatan.
Najiyati, Sri. 1992. Palawija Budidya dan Analisis Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya:
Jakarta.
Soekartawi. 1991. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Suhardi, 2002. Hutan dan Kebun Sebagai Sumber Pangan Nasional. Kanisius:
Yogyakarta.
Susanto, Ari. 2007. Analisis Efisiensi Produksi dan Pemasaran Jagung di Kecamatan
Ketapang Lampung Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung: Bandar
Lampung.
Tabel 37. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Lampung
Selatan
No Nama Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas
(ton/ha)
1 Natar 10175 42654.3 41.90
2 Jati Agung 8550 35779 41.85
3 Tanjung Bintang 6059 26873.8 44.35
4 Merbau Mataram 5857 26027.8 44.44
5 Katibung 7835 35117.8 44.82
6 Sidomulyo 7354 32850.9 44.67
7 Candi Puro 2552 11111.5 43.54
8 Kalianda 4085 17621.6 43.14
9 Raja Basa 85 376.3 44.27
10 Palas 7366 31167.1 42.31
11 Seragi 3217 13352 41.50
12 Penengahan 9847 40787 41.42
13 Ketapang 14200 60748.8 42.78
Total/ rata-rata 87182 374468 42.78
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Selatan 2008
tenaga kerja
tenaga kerja
pupuk
Luas Penyusutan benih tsp Urea
No Nama Lahan alat ∑ harga nilai ∑ harga nilai ∑ harga nilai
1 suwiyono amri suwiyono 3.000 87600 60 33000 1980000 1500 2600 3900000 2500 1300 3250000
2 tutuk raharjo 1.500 48000 30 46000 1380000 200 2600 520000 1000 1300 1300000
3 sarwini 0.250 59500 5 46000 230000 100 2600 260000 200 1300 260000
4 sarman 0.250 48000 5 33000 165000 100 2600 260000 100 1300 130000
5 ismail 1.000 58667 20 33000 660000 400 2600 1040000 400 1300 520000
6 kusmawan 2.000 70500 40 33000 1320000 400 2600 1040000 600 1300 780000
7 suratman 1.000 58000 12.5 34000 425000 300 2600 780000 400 1300 520000
8 suharno 2.000 58667 35 33000 1155000 800 2600 2080000 1200 1300 1560000
9 mat nasir 0.045 43667 2.5 33000 82500 70 2600 182000 120 1300 156000
10 daud langgah 0.045 57000 2.5 33000 82500 100 2600 260000 100 1300 130000
11 i da bagus made suta 1.000 62333 20 40000 800000 400 2600 1040000 600 1300 780000
12 basri kr 0.250 30167 5 33000 165000 100 2600 260000 200 1300 260000
13 pak saman 2.250 57667 41.25 33000 1361250 1000 2600 2600000 1500 1300 1950000
14 kamran 0.500 45333 7 33000 231000 200 2600 520000 400 1300 520000
15 abidin 1.000 57000 20 40000 800000 300 2400 720000 400 2000 800000
16 rohmat 0.750 58667 15 28000 420000 0 2600 0 400 1400 560000
17 robet tonimbar 0.750 59000 15 40000 600000 150 2600 390000 300 1300 390000
18 m. Wasiludin 2.000 107000 40 33000 1320000 400 2600 1040000 800 1300 1040000
19 m. Ilyas 1.250 49667 25 33000 825000 500 2600 1300000 750 1300 975000
20 basirun 2.750 57667 50 34000 1700000 1000 2600 2600000 1500 1300 1950000
21 supardi 0.750 56667 12 33000 396000 300 2600 780000 400 1300 520000
22 sarnim 2.000 59833 40 45000 1800000 400 2600 1040000 800 1300 1040000
23 muharno 0.500 43167 8 33000 264000 150 2600 390000 150 1300 195000
24 wagiman 0.500 51000 10 34000 340000 250 2600 650000 300 1300 390000
25 kodrat jumadi 0.500 59334 8 33000 264000 200 2600 520000 500 1300 650000
26 darto 3.000 102000 60 31000 1860000 1200 2600 3120000 1500 1300 1950000
27 supardi 1.000 58834 15 33000 495000 350 2600 910000 500 1300 650000
Tabel 44. Lanjutan
pupuk
Luas Penyusutan benih tsp Urea
No Nama Lahan alat ∑ harga nilai ∑ harga nilai ∑ harga nilai
28 zulkarnaen 0.750 57000 15 33000 495000 250 2600 650000 400 1300 520000
29 pendi 2.000 73000 25 40000 1000000 200 2600 520000 300 1300 390000
30 tijan 1.000 57000 20 33000 660000 200 2600 520000 550 1300 715000
31 rohadin 1.000 43667 15 33000 495000 150 2600 390000 500 1300 650000
32 sadirin 8.000 105667 150 40000 6000000 1500 2600 3900000 3500 1300 4550000
33 hardiman 1.000 73000 15 33000 495000 300 2600 780000 500 1300 650000
34 pungut 1.750 63000 25 40000 1000000 300 2600 780000 750 1300 975000
35 jumadi 1.000 83334 15 33000 495000 180 2600 468000 420 1300 546000
36 mahyo 1.000 58000 15 34000 510000 200 2600 520000 600 1300 780000
37 sahuri 1.000 49667 20 34000 680000 200 2600 520000 450 1300 585000
38 jamingun 0.500 49500 8 33000 264000 100 2600 260000 200 1300 260000
39 ngadiran 2.000 72500 40 33000 1320000 350 2600 910000 850 1300 1105000
40 lasiman 2.000 58000 45 40000 1800000 400 2600 1040000 1000 1300 1300000
41 bagas irwanto 1.000 58000 20 46000 920000 250 2600 650000 400 1300 520000
42 turino 1.000 58000 15 33000 495000 200 2600 520000 450 1300 585000
43 turimin 0.500 56000 10 33000 330000 150 2600 390000 200 1300 260000
44 riono 0.500 47133 10 30000 300000 200 2600 520000 300 1300 390000
45 ujang 0.250 42667 5 33000 165000 100 2600 260000 200 1300 260000
46 suyanto 1.500 55000 20 33000 660000 200 2600 520000 1000 1300 1300000
47 sukamto 1.000 58333 18 40000 720000 250 2600 650000 500 1300 650000
48 suwarno 0.500 48667 10 40000 400000 200 2600 520000 300 1300 390000
49 suanto 0.500 49667 8 34000 272000 150 2600 390000 250 1300 325000
50 puji jatmiko 0.750 56500 15 33000 495000 250 2600 650000 400 1300 520000
51 jainudin 0.500 59000 10 33000 330000 100 2600 260000 200 1300 260000
Tabel 44. Lanjutan
Tabel 45. Daftar kepemilikan Modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan
Modal
sendiri pinjaman Alat dan Bangunan
luas alat
no nama alamat lahan bebas terikat pipil lantai jemur gudang kendaraan
suwiyono amri
1 suwiyono mekar sari 3.000 1 0 0 0 0 0 0
2 tutuk raharjo sribasuki 1.500 0 1 0 0 0 0 0
3 sarwini sribasuli 0.250 0 1 0 0 0 0 0
4 sarman sribasuki 0.250 0 1 0 0 0 0 0
5 ismail tasik 1.000 0 1 0 0 0 0 0
6 kusmawan tasik 2.000 0 1 0 0 0 0 0
7 suratman taman rejo 1.000 0 1 0 0 0 0 0
8 suharno taman rejo 2.000 1 0 0 0 0 0 0
9 mat nasir ruguk induk 0.045 0 1 0 0 0 0 0
10 daud langgah ruguk induk 0.045 1 0 0 0 0 0 0
11 i da bagus made suta pepandu 1.000 0 1 0 0 0 0 0
12 basri kr ruguk induk 0.250 0 1 0 0 0 0 0
13 pak saman taman harum 2.250 1 0 0 0 0 0 0
14 kamran pandu mulya 0.500 1 0 0 0 0 0 0
15 abidin cilacap 1.000 1 0 0 1 0 0 0
16 rohmat cilacap 0.750 1 0 0 0 0 0 0
17 robet tonimbar cilacap 0.750 0 1 0 0 0 0 0
18 m. Wasiludin cilacap 2.000 1 0 0 0 0 0 0
19 m. Ilyas mekar sari 1.250 1 0 0 0 0 0 0
20 basirun kramat baru 2.750 0 1 0 0 0 0 0
21 supardi kramat baru 0.045 0 1 0 0 0 0 0
22 sarnim gunung goci 2.000 1 0 0 0 0 0 0
23 muharno gunung goci 0.500 1 0 0 0 0 0 0
24 wagiman gunung goci 0.500 1 0 0 0 0 0 0
25 kodrat jumadi gunung goci 0.500 1 0 0 0 0 0 0
26 darto gunung goci 3.000 1 0 0 1 0 0 0
27 supardi cilacap 1.000 0 1 0 0 0 0 0
28 zulkarnaen mekar jaya 3.750 0 1 0 0 0 0 0
29 pendi mekar jaya 2.000 0 1 0 0 0 0 0
30 tijan tanjung sari 1 1.000 0 0 1 1 0 0 0
31 rohadin tanjung sari 5 1.000 0 0 1 0 0 0 0
32 sadirin tanjung sari 8.000 1 0 0 1 1 1 1
33 hardiman tanjung sari 1.000 0 0 1 0 0 0 0
34 pungut tanjung sari 1.750 0 0 1 0 0 0 0
35 jumadi tanjung sari 1.000 0 0 1 0 0 0 0
36 mahyo tanjung sari 1.000 1 0 0 0 0 0 0
37 sahuri tanjung sari 1.000 1 0 0 0 0 0 0
38 jamingun tanjung sari 0.500 1 0 0 0 0 0 0
39 ngadiran tanjung sari 2.000 1 0 0 0 0 0 0
40 lasiman tanjung sari 2.000 1 0 0 0 0 0 0
41 bagas irwanto tanjung sari 1.000 0 1 0 0 0 0 0
156
Tabel 46. Daftar kepemilikan Modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan
modal
sendiri pinjaman Alat dan Bangunan
no nama bebas terikat alat pipil lantai jemur gudang kendaraan
1 sunarto Gunung Goci 0 0 1 1 1 1 0
2 nyoman suparte Tasik 1 0 0 1 1 1 1
3 samino Gunung Goci 0 1 0 0 0 1 0
4 m. Tohir Cilacap 1 0 0 1 1 1 0
5 wayan budi ase Mekar Jaya 1 0 0 1 1 1 1
6 pak abas Mekar Jaya 1 0 0 1 1 1 1
7 slamet riyadi Mekar Jaya 1 0 0 1 1 1 0
8 suhendi Tunas Jaya 1 0 0 1 0 1 0
9 bagas irwanto Tunas Jaya 0 1 0 0 0 1 0
10 sadirin Tunas Jaya 1 0 0 1 0 1 1
11 Herwanto Tanjung Bintang 1 0 0 1 0 1 1
8 2 1 9 6 11 5
157
Tabel 49. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil
Produksi/ Biaya Biaya Pemasaran
No Nama Musim (kg) Produksi Pipil Angkut Tk O Susut HPtn
1 pak saman 16305 652.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1830.00
2 robet tonimbar 5525 684.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2130.77
3 wagiman 3000 882.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1860.00
4 kodrat jumadi 3000 962.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1633.33
5 turimin 2150 1014.42 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1200.00
6 suyanto 8250 590.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1383.78
7 puji jatmiko 3000 1055.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1300.00
Rata-rata 834.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1619.70
Jumlah 45230
Persentase 15.49%
Tabel 50. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar
Produksi/ Biaya Biaya Pemasaran
No Nama Musim (kg) Produksi Pipil angkut tk O susut HPtn
1 suwiyono amri 13605 1128.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1955.46
2 tutuk raharjo 5790 1067.88 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1652.68
3 sarwini 1275 1160.39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1454.90
4 sarman 650 1896.92 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1784.62
5 mat nasir 1590 732.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1600.00
6 daud langgah 1425 918.95 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1956.14
7 i da bagus made suta 5205 962.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1522.09
8 basri kr 780 1897.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1602.56
9 m. Wasiludin 5190 1336.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1555.49
10 m. Ilyas 5535 847.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1618.07
11 basirun 5310 1847.02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1541.43
12 supardi 2720 1284.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2011.76
13 zulkarnaen 3825 1184.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1566.67
14 pendi 5550 1030.27 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1833.33
15 rohadin 4950 689.63 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1463.64
16 hardiman 5000 724.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2000.00
17 pungut 8450 748.28 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1730.18
18 mahyo 4000 1094.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1534.88
19 sahuri 4000 769.92 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1500.00
20 jamingun 1350 1454.44 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1537.04
21 lasiman 11500 714.61 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1478.26
22 turino 5000 744.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1460.00
23 ujang 600 2487.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1800.00
24 suwarno 3150 774.18 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1261.90
25 suanto 2900 721.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1355.17
26 jainudin 2300 838.70 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1556.80
Rata-rata 847.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1628.20
Jumlah 111470.00
Persentase 38.18%
160
Tabel 51. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah
Tabel 52. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Industri
Tabel 53. Daftar Petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen Langsung
Tabel 54. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang
Besar
No Nama Produksi/ Biaya Pemasaran
Musim (kg) H Beli pipil angkut tk o susut Hjual
1 M. Tohir 60900.00 1619.70 30.00 0.00 100.00 0.00 0.00 1850.00
2 Samino 3000.00 1619.70 25.00 0.00 30.00 0.00 0.00 1700.00
Rat-rata 1619.70 28.75 25.00 65.00 0.25 0.00 1862.50
Jumlah 63900.00
Persentase 10.60%
Tabel 55. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pedagang A
Daerah
No Nama Produksi/ Biaya Pemasaran
Musim (kg) H Beli pipil angkut tk o susut Hjual
1 M. Tohir 77000.00 1619.70 30.00 0.00 30.00 0.00 0.00 1800.00
2 Samino 150000.00 1619.70 30.00 100.00 100.00 1.00 0.00 2100.00
Rat-rata 1619.70 30.00 50.00 65.00 0.50 0.00 1950.00
Jumlah 227000.00
Persentase 37.65%
Tabel 56. Daftar Pedagang Kecil yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan
Lampung
No Nama Produksi/ Biaya Pemasaran
Musim (kg) H Beli pipil angkut tk o susut Hjual
1 M.Tohir 50000.00 1619.70 30.00 60.00 130.00 1.00 40.00 2100.00
2 Sunarto 232000.00 1619.70 30.00 60.00 100.00 1.00 65.00 2000.00
3 Samino 30000.00 1619.70 25.00 75.00 100.00 1.00 30.00 1950.00
Rat-rata 1619.70 28.33 65.00 110.00 1.00 45.00 2016.67
Jumlah 312000.00
Persentase 51.75%
Tabel 57. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pabrik Pakan
Lampung
No Nama Produksi/ Biaya Pemasaran
Musim (kg) H Beli pipil angkut tk o susut Hjual
1 slamet riyadi 240000.00 1628.20 50.00 80.00 100.00 1.00 45.00 2050.00
2 wayan budiase 144000.00 1628.20 50.00 60.00 75.00 1.00 50.00 2270.00
3 pak abas 900000.00 1628.20 40.00 75.00 100.00 1.00 40.00 2250.00
4 suhendi 190000.00 1628.20 30.00 100.00 100.00 1.00 30.00 2150.00
5 nyoman suparte 1500000.00 1628.20 75.00 75.00 100.00 1.00 50.00 2150.00
6 sadirin 180000.00 1628.20 30.00 100.00 100.00 1.00 50.00 2200.00
Rat-rata 1628.20 45.83 81.67 95.83 1.00 44.17 2178.33
Jumlah 3154000.00
Persentase 94.21%
162
Tabel 58. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Pedagang A
Daerah
No Nama Produksi/ Biaya Pemasaran
Musim (kg) H Beli pipil angkut tk o susut Hjual
Wayan
1 Budiase 32000.00 1628.20 50.00 60.00 75.00 1.00 50.00 2100.00
2 Suhendi 30000.00 1628.20 30.00 50.00 100.00 1.00 30.00 2050.00
3 Sadirin 90000.00 1628.20 30.00 50.00 100.00 1.00 50.00 2070.00
Rata-rata 1628.20 36.67 53.33 91.67 1.00 43.33 2073.33
Jumlah 152000.00
Persentase 4.54%
Tabel 59. Daftar Pedagang Besar yang menjual hasil panennya pada Ternak Ayam
No Nama Produksi/ Biaya Pemasaran
Musim (kg) H Beli pipil angkut tk o susut Hjual
1 Suhendi 12000.00 1628.20 60.00 50.00 30.00 0.00 30.00 1900.00
2 Sadirin 30000.00 1628.20 30.00 50.00 30.00 0.00 50.00 2000.00
Rata-rata 1628.20 45.00 50.00 30.00 0.00 40.00 1950.00
Jumlah 42000.00
Persentase 1.25
163
No Nama Pf Pr
1 pak saman 1830,00 2178,00
2 robet tonimbar 2130,77 2321,00
3 wagiman 1860,00 2263,00
4 kodrat jumadi 1633,33 2100,00
5 turimin 1200,00 1950,00
6 suyanto 1383,78 2000,00
7 puji jatmiko 1300,00 2000,00
8 suwiyono amri suwiyono 1955,46 2270,00
9 tutuk raharjo 1652,68 2250,00
10 sarwini 1454,90 2050,00
11 sarman 1784,62 2250,00
12 mat nasir 1600,00 2200,00
13 daud langgah 1956,14 2270,00
14 i da bagus made suta 1522,09 2150,00
15 basri kr 1602,56 2200,00
16 m. Wasiludin 1555,49 2150,00
17 m. Ilyas 1618,07 2250,00
18 basirun 1541,43 2150,00
19 supardi 2011,76 2321,00
20 zulkarnaen 1566,67 2200,00
21 pendi 1833,33 2270,00
22 rohadin 1463,64 2050,00
23 hardiman 2000,00 2263,00
24 pungut 1730,18 2250,00
25 mahyo 1534,88 2150,00
26 sahuri 1500,00 2150,00
27 jamingun 1537,04 2150,00
28 lasiman 1478,26 2150,00
29 turino 1460,00 2050,00
164
No Nama Pf Pr
30 ujang 1800,00 2270,00
31 suwarno 1261,90 1950,00
32 suanto 1355,17 2050,00
33 jainudin 1556,80 2200,00
34 ngadiran 1533,33 2270,00
35 bagas irwanto 1400,00 2100,00
36 riono 1548,15 2285,00
37 sukamto 1600,00 2321,00
38 sadirin 1953,42 2400,00
39 ismail 1500,00 1500,00
40 kusmawan 1872,29 1872,29
41 suratman 1926,87 1926,87
42 suharno 1905,41 1905,41
43 kamran 2031,03 2031,03
44 abidin 1792,31 1792,31
45 rohmat 1503,45 1503,45
46 sarnim 2100,00 2100,00
47 darto 1825,00 1825,00
48 muharno 2400,00 2400,00
49 supardi 1940,51 1940,51
50 tijan 1866,67 1866,67
51 jumadi 1534,88 1534,88
Rata-rata 1684,40 2099,03
165
Regression
b
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 Pr . Enter
b. Dependent Variable: Pf
Model Summary
a. Predictors: (Constant), Pr
b
ANOVA
Total 3169428.553 50
a. Predictors: (Constant), Pr
b. Dependent Variable: Pf
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a. Dependent Variable: Pf