Anda di halaman 1dari 76

ANALISIS PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA

PETANI SINGKONG DI KECAMATAN MENGGALA


KABUPATEN TULANG BAWANG

(Skripsi)

Oleh

ANTONIO
1114131011

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK

PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA


PETANI SINGKONG DI KECAMATAN MENGGALA
KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

Antonio

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan rumahtangga, faktor-faktor


yang mempengaruhi pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumahtangga petani
singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang. Pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan November 2017. Metode penelitian ini dilakukan secara
survei. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.
Jumlah responden penelitian ini sebanyak 33 orang. Rata-rata pendapatan rumah
tangga petani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang
sebesar Rp27.195.137,04; berasal dari singkong (on farm) sebesar
Rp14.722.409,76 dan sisanya dari luar pertanian (non farm) sebesar
Rp12.472.727.27 yang terdiri dari Buruh, Tenaga honorer, Pegawai Negeri Sipil
dan wiraswasta. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani
singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang secara nyata
sebesar 99 persen terhadap tingkat pendapatan diantaranya variabel produksi,
harga output dan tenaga kerja. Berdasarkan kriteria Sajogyo (1997) Jumlah rumah
tangga petani singkong yang tingkat kesejahteraan berada pada kategori cukup
sebesar 90,90 persen. Dimana pengeluaran setara beras per tahun sebesar 481-960
kg/ tahun.

Kata kunci: singkong, pendapatan, pendapatan rumahtangga, kesejahteraan


rumahtangga
ABSTRACT

INCOME AND HOUSEHOLD WELFARE OF CASSAVA FARMERS IN


MENGGALA DISTRICT, TULANG BAWANG REGENCY

By

Antonio

This study aims to determine household income, factors that influence income and
household welfare level of cassava farmers in Menggala District, Tulang Bawang
Regency. Data collection was carried out in November 2017. The method of this
research was conducted in a survey. The analysis used in this study is qualitative
and quantitative analysis. The number of respondents in this study were 33
people. The average household income of cassava farmers in Menggala District,
Tulang Bawang Regency is Rp. 27,195,137.04; originating from cassava (on
farm) in the amount of Rp14,722,409.76 and the remainder from outside
agriculture (non-farm) amounting to Rp12,472,727.27 consisting of Labor,
honorary staff, Civil Servants and entrepreneurs. The factors that influence the
level of income of cassava farming in Menggala Subdistrict, Tulang Bawang
Regency are 99 percent of the income level, including production variables,
output prices and labor. Based on the criteria of Sajogyo (1997) the number of
cassava farmer households whose welfare level is in the sufficient category is
90.90 percent. Where the equivalent expenditure of rice per year is 481-960 kg /
year.

Keywords: cassava, household income, household welfare, income


ANALISIS PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA
PETANI SINGKONG DI KECAMATAN MENGGALA
KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

ANTONIO

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUN
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 20 September 1993 dari pasangan

Bapak Firmanto, S.E dan Ibu Risnawati. Penulis adalah anak pertama dari dua

bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SDN 1 Gunung

Sakti pada tahun 2005, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2

Menggala pada tahun 2008, tingkat Sekolah Menengah Atas di SMAN 14 Bandar

Lampung pada tahun 2011, dan melanjutkan kuliah di Universitas Lampung

Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2011 melalui Jalur Ujian

Masuk Lokal (UML).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, Penulis menjadi anggota

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lampung periode

2013/2014 bidang Minat, Bakat dan Kreativitas. Pada tahun 2015 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Adi luhur Kecamatan Panca

Jaya Kabupaten Mesuji, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Badan

Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Kota Madya Bandar Lampung.


Teruntuk kedua orang tuaku
Ayahanda Firmanto, S.E. dan Ibunda Risna Wati
dan adikku Putri Oktaria
SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Solawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada

keluarga, sahabat dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “ANALISIS PENDAPATAN DAN

KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI SINGKONG DI

KECAMATAN MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG”, banyak

pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasihat, motivasi dan saran-

saran serta doa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, kesempatan ini

diucapkan terimakasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si. Selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung atas arahan dan nasihat yang diberikan.

2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P, M. Si selaku ketua Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing Pertama atas pengarahan serta nasihat yang diberikan.

3. Ibu Dr. Ir.Yaktiworo Indriani, M. Sc selaku Dosen Pembimbing Kedua,

terima kasih atas bimbingan, saran dan arahan selama proses penyelesaian

skrispsi.
4. Ibu Ir. Rabiatul Adawiyah, M. Si selaku Dosen Penguji Skripsi ini atas

masukan ,arahan dan nasihat yang telah diberikan.

5. Bapak Dr. Ir. Sumaryo, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima

kasih atas segala bimbingan dan arahan selama menjalani perkuliahan.

6. Ibu Dr. Indah Nurmayasari, M. Sc., selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas pengarahan serta nasihat yang

diberikan.

7. Seluruh Dosen dan Karyawan (Kak Ayi, Mba Iin, Bang Boim dan Bang

Bukhori) di Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah diberikan selama

Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung

8. Orang tuaku tercinta: Firmanto, S.E dan Ibunda Risnawati serta adikku Putri

Oktaria atas semua limpahan kasih sayang, doa, dukungan dan bantuan yang

telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

9. Teman- teman seperjuangan Jurusan Agribisnis : Bram Saputra, Brilian Patar

Novenda Manalu, Dian Fatma Sari, Elisa, Evie Marthalia, Fadel Muhamad,

Faisal Oktori, Graha Abadi Pasyaman, Juliantika, Maylani Florensi Hutasoit,

May Sari, Mera Apriani, Namira Kinanti, Nathalia Werdhi, Pram Andika,

Putri Lepia Canita, Putri Maida, Rafika Tania, Rokhma Yeni, Venny Unida

Lugara dan Wiji Dinda, yang selalu memberikan semangat.

10. Teman-teman satu kelompok dalam menjalankan kegiatan KKN 2014/2015

di Desa Adiluhur, Kecamatan Panca Jaya, Kabupaten Mesuji : Carta Wijaya,

Eka Prianti, Rizal Gata, Sartika, Ummi Dienely dan Zupika Audina atas

kebersamaannya selama KKN dan selalu memberikan semangat.


11. Rekan-rekan selama melaksanakan Praktik Umum Agustya Ratna Pratiwi,

Cherli Medika, Febrina Ramadhani dan Imam Sugiharto terima kasih atas

kebersamaan dan kerjasamanya.

12. Atu dan Kiyay Agribisnis 2007, 2008, 2009, 2010, sertaadik-adikangkatan

2012, 2013, dan 2014 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.

13. Sahabat-sahabatku Ade Saputra, Aditya Kurniawan, Aziz Alfi, Benny

Syamara, Hamzah Amza, Ihsan, Lita Dwi Pratama, Puji Yana, Radika Rexi,

Rahmat Saleh, Rizal Fahlevi, Rastra Dwi, Siti Nur Pratiwi, Vik Handra, Widi

Arianto, Yunus, Yulia Sari dan Zahir.

14. Almamater tercinta serta seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan

kalian selama ini.

Semoga seluruh kebaikan dibalas pula dengan kebaikan. Penulis menyadari

masih banyak kesalahan dalam pembuatan tugas akhir ini. Oleh sebab itu penulis

mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kepada Allah Penulis memohon

ampun. Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2018

Antonio
DAFTAR ISI

Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 7
1. Usahatani Singkong ........................................................................... 7
a. Produksi Pertanian ...................................................................... 7
b. Faktor-Faktor Produksi Singkong .............................................. 9
c. Jenis Pupuk Pertanian ................................................................. 12
2. Konsep Pendapatan............................................................................ 17
a. Pendapatan Petani ....................................................................... 20
b. Pendapatan Rumahtangga........................................................... 21
c. Fungsi Keuntungan (Profit Function) ........................................ 24
d. Kesejahteraan Rumahtangga ...................................................... 25
e. Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga ......................................... 30
3. Tenaga Kerja...................................................................................... 31
4. Tanaman Singkong ............................................................................ 33
5. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 34
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 37
C. Hipotesis ..................................................................................................... 40
III. METODE PENELITIAN
A. Metode, Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 41
B. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional .................................................... 41
C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ............................................... 46
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 47
E. Metode Analisis Data.................................................................................. 48
1. Pendapatan Rumahtangga Petani Singkong di Kecamatan
Menggala Kabupaten Tulang Bawang................................................. 48
2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan
Budidaya Singkong Di Kecamatan Menggala Kabupaten
Tulang Bawang ................................................................................... 49
3. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani
Singkong Di Kecamatan Menggala Kabupaten
Tulang Bawang .................................................................................... 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Keadaan Umum Daerah Penelitian ........................................................... 54
1. Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim Kabupaten
Tulang Bawang .................................................................................... 54
2. Kondisi Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang ............................ 55
B. Keadaan Umum dan Potensi Kecamatan Menggala ................................. 55
C. Keadaan Umum Desa Astra Ksetra .......................................................... 57
D. Keadaan Umum Responden...................................................................... 59
1. Umur Responden dan Tingkat Pendidikan........................................... 59
2. Tanggungan Keluarga dan Pengalaman Usahatani Responden ........... 61
3. Luas Lahan Petani ................................................................................ 63
E. Keragaan Usahatani Responden................................................................ 63
1. Alokasi Tenaga Kerja........................................................................... 63
2. Peralatan yang Digunakan.................................................................... 64
3. Analisis Usahatani Singkong ............................................................... 65
4. Pendapatan Rumahtangga .................................................................... 68
5. Pengeluaran Pangan dan Nonpangan ................................................... 69
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani
singkong di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang ............. 71
1. Uji Multikolinearitas ............................................................................ 71
2. Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 73
3. Analisis faktor yang mempegaruhi pendapatan usahatani singkong.... 74
G. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dengan
pendekatan Sajogyo (1997)....................................................................... 81

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................................... 83
B. Saran ........................................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Data perkembangan produktivitas singkong di Indonesia
Tahun 2011–2015 ..................................................................................... 3

2. Data perkembangan produktivitas singkong di Provinsi Lampung


Tahun 2011-2015 ...................................................................................... 3

3. Data perkembangan produktivitas singkong di Kabupaten Tulang


Bawang 2011-2015 ................................................................................... 4

4. Produktivitas dan luas lahan ditingkat petani berdasarkan komoditas


tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang, 2017.............................. 57

5. Jumlah penduduk Desa Astra Ksetra berdasarkan tingkat pendidikan


pada, tahun, 2017 ...................................................................................... 58

6. Sebaran responden berdasarkan kelompok umur dan tingkat pendidikan


petani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang,
tahun 2017................................................................................................. 60

7. Sebaran reponden menurut jumlah tanggungan dan pengalaman usaha


petani di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang, 2017 .......... 62

8. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per musim pada usahatani singkong


di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, tahun 2017 .......... 64

9. Rata-rata biaya penyusutan peralatan pada usahtani singkong di


Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang, tahun 2017 ............... 65

10. Analisis pendapatan dan sebaran penggunaan input usahatani singkong


di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang bawang, tahun 2017........... 67

11. Sebaran pendapatan responden di Kecamatan Menggala, Kabupaten


Tulang Bawang, tahun 2017. .................................................................... 69
12. Serbaran pengeluaran pangan dan nonpangan per tahun petani singkong
di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang , tahun 2017 ......... 70

13. Hasil uji multikolinearitas pada variabel bebas yang mempengaruhi


pendapatan usahatani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten
Tulang Bawang, tahun 2017 ..................................................................... 72

14. Hasil uji multikolinearitas pada variabel bebas tanpa variabel luas
lahan (X1) yang mempengaruhi pendapatan usahatani singkong
di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, tahun 2017 .......... 73

15. Hasil uji heteroskedastisitas pada variabel bebas yang mempengaruhi


pendapatan usahatani singkong di Kecamatan Menggala, Kabupaten
Tulang Bawang, tahun 2017 ..................................................................... 74

16. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan


usahtani singkong di Kecamatan Menggala, Kabupaten
Tulang Bawang, tahun 2017 ..................................................................... 75

17. Sebaran tingkat kesejahteraan rumahtangga petani singkong


di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang.............................. 81

18. Jenis beras beserta harga yang dikonsumsi oleh petani singkong
di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, tahun 2017 .......... 82
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Pendapatan dan Kesejahteraan Petani


Singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang .............. 39
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian,

kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Kondisi alam tersebut

memberikan peluang bagi sebagian besar masyarakat Indonesia untuk

melakukan kegiatan usaha di bidang pertanian maupun yang berkaitan dengan

pertanian. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi

manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Pengembangan usaha

agribisnis menjadi pilihan yang sangat strategis dan penting sejalan dengan

upaya pemerintah dalam mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan

ekonomi baru di luar minyak dan gas. Agribisnis menurut (Soekartawi,

2010) adalah usaha dalam bidang pertanian, baik mulai dari produksi,

pengolahan, pemasaran dan kegiatan lain yang berkaitan.

Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat cocok sebagai media tanam

untuk tanaman pangan salah satunya yaitu singkong (Manihot utilissima).

Singkong merupakan komoditas tanaman pangan di Indonesia yang

menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung (Ginting, 2002). Menurut

Hafsah (2003) sebagian besar produksi singkong di Indonesia digunakan

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (85 persen – 90 persen), sedangkan


2

sisanya diekspor dalam bentuk gaplek, chips, dan tepung tapioka. Singkong

dikonsumsi sebanyak 71,69 persen sebagai bahan pangan (langsung atau

melalui proses pengolahan), 13,63 persen untuk keperluan industri non

pangan, 2,00 persen untuk pakan, dan 12,66 persen terbuang (sisa di lahan

pertanian).

Sebagai bahan makanan, singkong merupakan komoditas pangan tradisional

yang dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat, dan melalui diversifikasi

konsumsi dapat dimanfaatkan sebagai substitusi atau pengganti asal beras.

Singkong mempunyai peran yang cukup berpengaruh dalam pemenuhan

bahan pangan langsung, tetapi tidak memberikan pengaruh yang sangat besar

terhadap perekonomian Indonesia. Singkong mempunyai peranan yang lebih

besar sebagai bahan baku industri dan ekspor non migas.

Pengembangan singkong dapat dilakukan dengan cara meningkatan areal

tanam, dan peningkatan produktivitas. Indonesia adalah negara terbesar

kedua penghasil singkong setelah Nigeria dengan rata-rata total penyediaan

selama lima tahun sebesar 9,67 juta ton atau sebesar 10,61 persen dari total

penyediaan singkong dunia, diikuti dengan Negara Brazil, India dan Republik

Tanzania masing-masing berkisar antara 8,67 – 4,96 juta ton atau sebesar

9,52 persen – 5,44 persen, selebihnya menyumbang di bawah 5,30 persen

(Pusdatin, 2013). Data perkembangan luas panen, produksi, dan

produktivitas singkong di Indonesia pada tahun 2011 – 2015 dapat dilihat

pada Tabel 1 berikut ini.


3

Tabel 1. Data perkembangan produktivitas singkong di Indonesia


Tahun 2011–2015

Produktivitas
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
2011 1.183.047,00 23.918.118,00 20,21
2012 1.184.696,00 24.044.025,00 20,29
2013 1.129.688,00 24.177.372,00 21,40
2014 1.065.752,00 23.926.921,00 22,46
2015 1.075.784,00 24.558.778,00 22,82
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

Indonesia memiliki banyak ketersediaan lahan pertanian yang kosong untuk

ditanami singkong sehingga memungkinkan setiap tahun produksinya

mengalami peningkatan. Sentra lahan singkong di Indonesia dikuasai oleh

Provinsi Lampung dengan luas lahan panen 368.096 ha pada tahun 2011 yang

produksinya mencapai 9.193.676 juta ton. Keadaan ini menjadikan Lampung

sebagai penyuplai sepertiga produksi singkong nasional dari produksi

nasional sebesar 249,76 juta ton. Tanaman Singkong dapat dipanen dalam

jangka waktu 6 bulan dalam setahun. Data perkembangan luas panen dan

produksi singkong di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data perkembangan produktivitas singkong di Provinsi Lampung


Tahun 2011-2015

Produktivitas
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
2011 368.096,00 9.193.676,00 24,97
2012 324.749,00 8.387.351,00 25,82
2013 318.107,00 8.329.201,00 26,18
2014 304,468,00 8,034,016,00 26,38
2015 279.226,00 7,384,099,00 26,44
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016
4

Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu kabupaten yang berada di

Provinsi Lampung yang memiliki potensi wilayah cukup luas. Pembangunan

sektor pertanian di Kabupaten Tulang Bawang dilakukan dalam rangka

memantapkan/meningkatkan swasembada pangan, ditempuh melalui kegiatan

intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi dengan kegiatan meliputi

kegiatan pembibitan, penanaman/budidaya, pasca panen, pengolahan dan

pemasaran serta kegiatan-kegiatan lainnya.

Lahan pertanian di Kabupaten Tulang Bawang adalah sebesar 149.420 hektar,

terdiri dari lahan basah 47.315 hektar dan lahan kering 102.104 hektar, serta

didukung 79.709 keluarga tani dan 1.184 kelompok tani, produktivitas sektor

pertanian rata-rata setiap tahun cukup bagus dan mengisyaratkan bahwa

Kabupaten Tulang Bawang sampai saat ini, memiliki ketahanan pangan yang

cukup. Dari berbagai komoditas pertanian yang ada, singkong merupakan

salah satu komoditas unggulan selain padi dan jagung. Gambaran

produktivitas singkong dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Data perkembangan produktivitas singkong di Kabupaten Tulang


Bawang 2011-2015

Produktivitas
Tahun Luas Panen (Hektar) Produksi (Ton)
(Ton/Hektar)
2011 32.231,00 844.058,00 26.19
2012 32.329,00 847.575,00 26.21
2013 19.767,00 532.395,00 28.93
2014 20.814,00 570.405,00 27.40
2015 21.774,00 600.954,00 27.60
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016
5

Kecamatan Menggala memiliki petani berjumlah 4.522 KK yang memiliki

luas lahan pertanian 55.288 hektar yang terdiri dari persawahan seluas 5.532

hektar dan lahan kering seluas 49.756 hektar. Penanaman singkong 1.30

hektar dengan produksi 24.702 Ton. Adapun jenis singkong yang

dibudidayakan yaitu jenis singkong kasesa.

Sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional yaitu untuk

meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Maka dalam pembangunan pertanian kesejahteraan petani perlu mendapat

perhatian dan tingkat pendapatan yang meningkat bisa dijadikan salah satu

indikator kesejahteraan petani. Untuk itu peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Pendapatan dan kesejahteraan rumahtangga petani

singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

a. Berapakah pendapatan petani singkong di Kecamatan Menggala

Kabupaten Tulang Bawang?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani singkong di

Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang?

c. Bagaimanakah tingkat kesejahteraan rumahtangga petani singkong di

Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang?


6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Menganalisis pendapatan rumahtangga petani singkong di Kecamatan

Menggala Kabupaten Tulang Bawang

b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

c. Menganalisis tingkat kesejahteraan rumahtangga petani singkong di

Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk:

a. Petani singkong di Provinsi Lampung, khususnya di Kecamatan Menggala

Kabupaten Tulang Bawang sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

kegiatan usahanya agar mampu meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraannya.

b. Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan kebijakan pertanian yang berhubungan dengan

masalah peningkatan pendapatan petani singkong.

c. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian

selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Singkong

a. Produksi Pertanian

Mendefinisikan suatu hal merupakan langkah awal yang lazim sebelum

melakukan pembahasan secara lebih mendalam untuk itu penulis akan

menguraikan pengertian dari proses produksi menurut pendapat

beberapa ahli, masing-masing dari sudut pandangan yang digunakan

sehingga lebih dapat dipahami.

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya

(masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran).

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir

dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa

masukan atau input. Lebih lanjut Putong (2002) mengatakan produksi

atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang.

Kegunaan suatau barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru

atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah

kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk

menghasilkan output dengan biaya yang minimum.


8

Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan

tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau

manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk,

faedah waktu, faedah tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah

tersebut di atas. Dengan demikian produksi tidak terbatas pada

pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Namun komoditi bukan

hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore

(2001) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input

atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa.

Produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan

atau menambah nilai/guna atau manfaat baru. Guna atau manfaat

mengandung pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Jadi produksi meliputi semua aktivitas

menciptakan barang dan jasa (Gumbira dan Harizt, 2001).

Dalam percakapan sehari-hari produksi diartikan tindakan

mengkombinasikan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, dan

lain-lainnya) oleh perusahaan untuk memproduksi hasil berupa barang-

barang dan jasa-jasa. Dalam arti ekonomi, produksi adalah setiap usaha

manusia untuk menciptakan atau menambah guna suatu barang atau

benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya : menanam

singkong, mengangkut singkong, memperdagangkan dan menjual

makanan. Nah, kegiatan seperti itu disebut kegiatan produksi

(Ismawanto, 2009).
9

Dalam proses produksi pertanian dibutuhkan bermacam-macam faktor

produksi seperti modal, tanah dan manajemen pertanian. Faktor

produksi modal sering diartikan sebagai uang atau keseluruhan nilai

dari sumber-sumber ekonomi non manusiawi (Mubyarto, 1994). Sering

juga modal diartikan sebagai semua barang dan jasa yang sudah di

investasikan dalam bentuk bibit, obat-obatan, ala-alat pertanian dan

lain-lainnya sumbangan faktor produksi tanah dalam proses produksi

pertanian yaitu berupa unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya

yang menentukan tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Faktor produksi

yang tidak kalah pentingnya dalam produksi pertanian adalah

manejemen pertanian yang berfungsi mengkoordinir faktor-faktor

produksi lainnya agar dapat menghasilkan output secara efisien (Tohir,

1993).

Sesuai dengan pengertian produksi di atas, maka produksi pertanian

dapat dikatakan sebagai suatu usaha pemeliharaan dan penumbuhan

komoditi pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada proses

produksi pertanian terkandung pengertian bahwa guna atau manfaat

suatu barang dapat diperbesar melalui suatu penciptaan guna bentuk

yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan pemeliharaan.

b. Faktor-Faktor Produksi Singkong

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan

tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input

tertentu atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk


10

memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan

oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena

itu hubungan output dan input untuk suatu sistem produksi merupakan

suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja,

bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan

(Arsyad, 2003).

Menurut Samuelson (2002) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah

output maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dan tiap

perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan

teknologi yang digunakan. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi

yang tersedia, yaitu hubungan masukan/ keluaran untuk setiap sistem

produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi pabrik, peralatan,

tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Setiap perbaikan teknologi, seperti penambahan satu komputer

pengendalian proses yang memungkinkan suatu perusahaan pabrikan

untuk menghasilkan sejumlah keluaran tertentu dengan jumlah bahan

mentah, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau program

pelatihan yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja menghasilkan

sebuah fungsi produksi yang baru.

Pyndick (2001) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan pada

proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi

produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu

unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu.


11

Untuk menyederhanakan fungsi tersebut dapat dituliskan sebagai

berikut:

Q = f {K, L} .................................. (1)

Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua

masukan yakni modal dan tenaga kerja. Cobb-Douglas mengatakan

salah satu fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam

penelitian empiris. Fungsi ini juga smeletakkan jumlah hasil produksi

sebagai fungsi dari modal (capital) dengan faktor tenaga kerja (labour).

Dengan demikian dapat pula dijelaskan bahwa hasil produksi dengan

kuantitas atau jumlah tertentu akan menghasilkan taraf pendapatan

tertentu pula.

Secara sederhana fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut dapat

dituliskan sebagai berikut:

Q = ALα Kβ‚ ..................................... (2)

Di mana Q adalah output dari L dan K masing-masing adalah tenaga

kerja dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-

parameter positif yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data.

Semakin besar nilai A, barang teknologi semakin maju. Parameter α

mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen L

sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula parameter β

mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K

sementara L dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing-masing

merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika α + β =


12

1, maka terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi, jika

α + β > 1 terdapat tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi

dan jika α + β < 1 maka artinya terdapat tambahan hasil yang menurun

atas skala produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas (Salvatore,

2006).

Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, dapat

dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal

merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya

mendapatkan cerminan tingkat pendapatan suatu usaha produksi. Ini

berarti bahwa jumlah tenaga kerja serta modal peralatan yang

merupakan input dalam kegiatan produksi perkebunan singkong dapat

memberikan beberapa kemungkinan tentang tingkat pendapatan yang

mungkin diperoleh.

c. Jenis Pupuk Pertanian

Dalam Permentan No.2 tahun 2006, pupuk organik didefinisikan

sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari dari tanaman

dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk

padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik

mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik

dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi

bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau

campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada banyak ragam seperti


13

kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi wujud

ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet.

Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan

ini tak lepas dari dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan

berbagai masalah, mulai dari rusaknya ekosistem, hilangnya kesuburan

tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan petani

terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali

digalakan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.

a) Jenis-Jenis Pupuk Organik

Ada berbagai jenis pupuk organik yang digunakan para petani di

lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan berdasarkan

bentuk dan bahan penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat

pupuk organik cair dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan

penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang dan pupuk

kompos.

1. Pupuk hijau

Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan

tanaman, baik tanaman sisa panen maupun tanaman yang sengaja

ditanam untuk diambil hijauannya. Tanaman yang biasa

digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari jenis leguminosa

(kacang-kacangan) dan tanaman air (azola). Jenis tanaman ini

dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen,

yang tinggi serta cepat terurai dalam tanah.


14

Pengaplikasian pupuk hijau bisa langsung dibenamkan kedalam

tanah atau melalui proses pengomposan. Di lahan tegalan atau

lahan kering para petani biasa menanam leguminosa seperti ki

hujan sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu tanaman pagar

tersebut dipangkas untuk diambil hijauannya. Hijauan dari

tanaman leguminosa bisa langsung diaplikasikan pada tanah

sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa

menggunakan azola sebagai pupuk hijau. Azola merupakan

tanaman pakis air yang banyak tumbuh secara liar di sawah.

Tanaman ini hidup di lahan yang banyak mengandung air. Azola

bisa langsung digunakan sebagai pupuk dengan cara dibenamkan

ke dalam tanah pada saat pengolahan lahan.

2. Pupuk kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan

seperti unggas, sapi, kerbau dan kambing. Secara umum pupuk

kandang dibedakan berdasarkan kotoran hewan yang kencing dan

tidak kencing. Contoh hewan yang kencing adalah sapi, kambing

dan kerbau. Hewan yang tidak kencing kebanyakan dari jenis

unggas seperti ayam, itik dan bebek.

Karateristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya

relatif lebih lama, kandungan nitrogen lebih rendah, namun kaya

akan fosfor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok

digunakan pada tanaman yang diambil buah atau bijinya seperti


15

mentimun, kacang-kacangan, dan tanaman buah. Sedangkan

karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu

penguraiannya lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun

kurang kaya fospor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok

diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti selada, bayam dan

kangkung.

Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman

karena ketersediaannya yang melimpah dan proses pembuatannya

gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan proses pembuatan

yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan

sampai keadaannya kering dan matang sebelum diaplikasikan ke

lahan.

3. Pupuk kompos

Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan

bahan organik melalui proses biologis dengan bantuan organisme

pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa

mikroorganisme ataupun makroorganisme. Mikroorganisme

dekomposer bisa berupa bakteri, jamur atau kapang. Sedangkan

makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah cacing

tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode

membuat pupuk kompos yaitu proses aerob (melibatkan udara)

dan proses anaerob (tidak melibatkan udara).


16

Dewasa ini teknologi pengomposan sudah berkembang pesat.

Berbagai varian dekomposer beserta metode pembuatannya

banyak ditemukan. Sehingga pupuk kompos yang dihasilkan

banyak ragamnya, misalnya pupuk bokashi, vermikompos, pupuk

organik cair dan pupuk organik tablet. Pupuk kompos bisa dibuat

dengan mudah, silahkan baca cara membuat kompos. Bahkan

beberapa tipe pupuk kompos bisa dibuat sendiri dari limbah

rumah tangga, seperti pupuk bokashi dan pupuk kompos takakura.

4. Pupuk hayati organik

Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup

yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah

dan menghasilkan nutrisi penting bagi tanaman. Dalam Peraturan

Menteri Pertanian pupuk hayati tidak digolongkan sebagai pupuk

organik melainkan sebagai pembenah tanah, lihat penjelasannya

dalam pengertian pupuk hayati. Namun dalam penerapannya di

lapangan seringkali dianggap sebagai pupuk organik.

Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang bisa

langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan

nutrisi untuk tanaman. Pupuk ini secara alami menyediakan

nutrisi melalui proses gradual dengan cara memfikasi unsur N

dari atmosfer, melarutkan fosfor dan mensintesis zat-zat lain yang

dibutuhkan tanaman. Jadi, dengan pupuk hayati siklus

penyuburan tanah akan berlangsung terus menerus dan secara


17

berkelanjutan. Pupuk hayati dibuat dengan mengisolasi bakteri-

bakteri tertentu seperti Azotobacter choococumyang berfungsi

mengikat unsur unusr N, Bacillus megaterium bakteri yang bisa

melarutkan unsur P dan Bacillus mucilaginous yang bisa

melarutkan unsur K. Mikroorganisme tersebut bisa didapatkan di

tanah-tanah hutan, pegunungan atau sumber-sumber lain.

2. Konsep Pendapatan

Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi

pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan,

yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan

menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau

tindakan. Analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur

keberhasilan dari usaha yang dilakukan.

Menurut Wijayanti dan Saefuddin (2012), pendapatan maksimal usahatani

merupakan tujuan utama petani dalam melakukan kegiatan produksi, oleh

karena itu dalam menyelenggarakan usahatani setiap petani berusaha agar

hasil panennya banyak, sebab pendapatan usahatani yang rendah

menyebabkan petani tidak dapat melakukan investasi. Hal ini dikarenakan

hasil pendapatan sebagian dipergunakan kembali untuk modal usahatani

dan sebagian dipergunakan untuk biaya hidup dalam memenuhi kebutuhan

keluarganya.
18

Menurut Soekartawi (1995), pendapatan adalah selisih antara penerimaan

dengan semua biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha,

lebih lanjut Sukartawi mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian

yang perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain :

a. Penerimaan adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu

kegiatan usaha dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasar.

b. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan

uang yang diperlukan untuk menghasilkan produksi.

c. Pendapatan bersih adalah penerimaan kotor yang dikurangi dengan total

biaya produksi atau penerimaan kotor dikurangi dengan biaya variabel

dan biaya tetap.

Pendapatan rumahtangga pedesaan sangat bervariasi. Variasi itu tidak

hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik

rumahtangga. Aksesibilitas ke daerah perkotaan yang merupakan pusat

kegiatan ekonomi seringkali merupakan faktor dominan terhadap variasi

struktur pendapatan rumahtangga di daerah pedesaan. Secara garis besar

ada dua sumber pendapatan rumahtangga pedesaan yaitu sektor pertanian

dan non pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian

berasal dari usahatani atau ternak dan berburuh tani. Pendapatan dari

sektor non pertanian berasal dari usaha non pertanian, profesional, buruh

dan pekerjaan lainnya di sektor non pertanian. Rintuh dan Miar (2005).

Mankiw (2007) mengatakan bahwa apabila seluruh perusahaan dalam

perekonomian adalah kompetitif dan memaksimalkan laba, maka setiap


19

faktor produksi dibayar berdasarkan kontribusi marjinalnya pada proses

produksi. Upah riil yang dibayar kepada setiap pekerja sama dengan

produk marjinal tenaga kerja (marginal product of labor, MPL) dan harga

sewa riil yang dibayar kepada setiap pemilik modal sama dengan produk

marjinal modal (marginal product of capital). Karena itu upah riil total

yang dibayar kepada tenaga kerja adalah MPL x L.

Pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar faktor-faktor

produksi adalah laba ekonomis (economic profit) dari para pemilik

perusahaan. Laba ekonomis riil adalah:

Laba Ekonomis = Y ñ (MPL x L ) ñ (MPK x K) ..................(3)

Karena kita ingin menghitung distribusi pendapatan nasional, kita ubah

persamaan di atas menjadi:

Y = (MPL x L) + (MPK x K) + Laba Ekonomis ...................(4)

Pendapatan total dibagi diantara pengembalian kepada tenaga kerja,

pengembalian kepada modal, dan laba ekonomis.

Laba ekonomis dapat diketahui jika fungsi produksi memiliki sifat skala

hasil konstan, yang kerap terjadi, maka laba ekonomis harus sama dengan

nol, yaitu tidak ada yang tersisa setelah faktor-faktor produksi dibayar.

Kesimpulan ini mengikuti hasil matematis yang dikenal dengan Teorema

Euler (dalam Mankiw, 2007), yang menyatakan bahwa jika fungsi

produksi memiliki skala hasil konstan, maka:

F (K,L) = (MPK x K) + (MPL x L).....................(5)


20

Jika setiap faktor produksi dibayar pada produk marjinalnya, maka jumlah

pembayaran faktor ini sama dengan output total. Dengan kata lain skala

hasil konstan, maksimasi laba, dan persaingan sama-sama

mengimplikasikan bahwa laba ekonomis adalah nol. Namun demikian

dalam dunia nyata, sebagian perusahaan memiliki modal sendiri, dan

bukan menyewa modal yang mereka gunakan. Karena pemilik perusahaan

dan pemilik modal adalah sama, laba ekonomis dan pengembalian modal

(return to capital) seringkali disatukan. Jika dapat kita sebut sebagai laba

akuntansi maka dapat dibuat persamaan:

Laba akuntansi = laba ekonomis + (MPK x K) ...........(6)

Jika asumsi tersebut mendekati dunia nyata maka laba dalam pos

pendapatan ini seharusnya menjadi pengembalian modal.

Pendapatan total rumahtangga petani adalah penjumlahan antara

pendapatan dari usahatani, pendapatan non usaha tani, pendapatan dari

bekerja di rumahtangga, pendapatan bukan hasil bekerja serta pendapatan

yang diperoleh dengan meminjam (kredit). Pendapatan yang siap

dibelanjakan adalah pendapatan total dikurangi pajak. Pendapatan yang

siap dibelanjakan akan dialokasikan untuk memperoleh kepuasan

rumahtangga melalui fungsi pengeluaran.

a. Pendapatan Petani

Petani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar lagi agar

memperoleh pendapatan yang besar pula. Petani menggunakan tenaga,

modal dan sarana produksinya sebagai umpan untuk mendapatkan


21

produksi yang diharapkan. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila

usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal,

alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lainnya

(Suratiyah, 2009).

Pendapatan petani menjadi lebih besar jika petani dapat menekan biaya

produksi yang dikeluarkan dan diimbangi dengan produksi yang tinggi.

Pendapatan petani yang diperoleh dari perhitungan biaya dapat

dijadikan tolak ukur untuk mengetahui efisiensi ekonomi usahatani

singkong. Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan penggunaan

faktor produksi yang tepat dan didukung oleh produktivitas pertanian

(Wijayanti dan Saefuddin, 2012).

b. Pendapatan Rumahtangga

Menurut Sukirno (2005), pendapatan rumahtangga adalah penghasilan

dari seluruh anggota rumahtangga yang disumbangkan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga ataupun perorangan anggota rumahtangga.

Pendapatan seseorang dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan

kemampuan mereka. Berubahnya pendapatan seseorang akan berubah

pula besarnya pengeluaran mereka untuk konsumsi suatu barang.

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi

konsumsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang.

Rumahtangga mendapatkan pendapatan imbalan mereka dari tiga

sumber dasar : (1) dari upah atau gaji yang diterima sebagai imbalan
22

tenaga kerja, (2) dari hak milik yakni: modal, tanah dan seterusnya, (3)

dari pemerintah. Pendapatan dan kekayaan merupakan ukuran utilitas

yang tak sempurna, keduanya tidak memiliki subtitusi yang berwujud.

Pendapatan ekonomi didefinisikan sebagai jumlah uang yang bisa

dibelanjakan oleh suatu rumahtangga selama suatu periode tertentu

tanpa meningkatkan atau menurunkan aset bersihnya (Case dan Fair,

2007).

Menurut Soekartawi (2002) perubahan tingkat pendapatan akan

mempengaruhi banyaknya barang yang akan dikonsumsi. Bahkan

seringkali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang

yang dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi juga melihat kualitas

barang tersebut. Besar kecilnya barang yang diminta atau dikonsumsi

tergantung pada besar-kecilnya pendapatan petani. Pada tingkat

pendapatan rumahtangga yang rendah, maka pengeluaran

rumahtangganya lebih besar dari pendapatannya. Semakin tinggi

tingkat pendapatannya maka konsumsi yang dilakukan rumahtangga

akan semakin besar pula. Sering kali dijumpai dengan bertambahnya

pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan hanya bertambah

akan tetapi kualitas barang yang diminta pun bertambah.

Pendapatan rumahtangga petani diperoleh dengan cara menjumlahkan

seluruh pendapatan yang berasal dari usahatani singkong, usahatani non

singkong, dan pendapatan usaha di luar pertanian, dengan rumus

sebagai berikut:
23

Prt = P on-farmusahatani singkong + P off-farm + P non-farm......(2.1.5)

Keterangan :

Prt = Pendapatan rumahtangga petani singkong


per tahun
Pon-farmusahatani singkong = Pendapatan dari usahatani singkong
Poff-farm = Pendapatan dari usahatani non singkong
Pnon-farm = Pendapatan dari non usahatani

Pendapatan usahatani atau keuntungan merupakan selisih dari

penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan dari usahatani

singkong dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

= TR – TC = Y. Py - ∑Xi. Pxi – BTT.......(2.1.6)

Keterangan
= Keuntungan (pendapatan)
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Y = Produksi
Py = Harga satuan produksi
Xi = Faktor produksi (i = 1, 2, 3, ....n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i
BTT = Biaya tetap total

Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak, maka dapat di

analisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan

dan biaya atau yang biasa disebut analisis Return Cost Ratio (R/C).

Rumus untuk menghitung nisbah R/C adalah:

R/C = PT/ BT....................................(2.1.7)

Keterangan :

R/C = nisbah penerimaan dan biaya


PT = penerimaan total (Rp)
BT = biaya total (Rp)

Kriteria pengukuran pada R/C adalah:

a. Jika R/C > 1, artinya usahatani yang dilakukan menguntungkan.


24

b. Jika R/C < 1, artinya usahatani yang dilakukan merugikan.

c. Jika R/C = 1, artinya usahatani yang dilakukan berada pada titik impas

(Break Even Point), yaitu tidak menguntungkan dan tidak

pula merugikan.

c. Fungsi Keuntungan (Profit Function)

Menurut Soekartawi, dkk (1984) perubahan tingkat keuntungan

disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam metode produksi atau

organisasi usahatani. Perubahan-perubahan kecil dalam metode produksi

akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pengaruh suatu perubahan keuntungan dipengaruhi oleh banyak faktor,

misal produksi, tenaga kerja dan lain-lain. Faktor jumlah dan macam

kerja yang dilakukan oleh petani dan keluarganya, ketrampilan yang

dimilikinya, dan lain-lain merupakan faktor-faktor penting yang tidak

berkaitan dengan keuangan, tetapi besar pengaruhnya dalam membuat

keputusan yang berkaitan dengan perubahan keuntungan. Semua hal ini

dilakukan untuk mencapai usahatani yang

diinginkan oleh petani.

Soekartawi (2003) menyatakan bahwa pendekatan fungsi keuntungan

memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan pendekatan

fungsi produksi, antara lain :

1) fungsi penawaran output dan fungsi permintaan terhadap input dapat

diduga bersama-sama tanpa harus membuat suatu fungsi produksi


25

yang eksplisit.

2) dapat dipergunakan untuk menelaah masalah efisiensi teknis dan

harga.

3) dalam model fungsi keuntungan , variabel-variabel yang diamati

adalah variabel harga input dan harga output.

d. Kesejahteraan Rumahtangga

Rumahtangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik / sensus, dan biasanya tinggal

bersama serta makan dari satu dapur. Maksud dari makan di satu dapur

yaitu jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama-sama

menjadi satu.

Anggota rumahtangga adalah semua orang yang biasanya bertempat

tinggal di suatu rumahtangga, baik yang berada di rumah pada waktu

pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Anggota rumahtangga

yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumahtangga yang

berpergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah dan tamu

yang tinggal di rumahtangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat

tinggal 6 bulan dianggap sebagai anggota rumahtangga.

Dalam UUD 1945 bab tentang “kesejahteraan sosial” menyangkut dua

pasal yaitu pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal tersebut menyebutkan

bahwa kesejahteraan sosial menyangkut pemenuhan kebutuhan materiil

yang harus diatur dalam organisasi dan sistem ekonomi yang berdasarkan
26

kekeluargaan, sehingga tampak keterkaitan antara keadilan sosial dengan

kesejahteraan sosial. Keadilan sosial merupakan tujuan yang lebih tinggi

dari kesejahteraan sosial.

Prioritas utama dalam kesejahteraan sosial adalah kelompok-kelompok

yang kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya keluarga

miskin. Dimana dalam kesejahteraan sosial ini dilakukan berbagai cara

dan pelayanan agar keluarga-keluarga miskin dapat meningkatkan

kualitas hidupnya menuju pada keluarga sejahtera lahir dan batin, yaitu

dengan dapat terpenuhi semua kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Namun,

istilah kesejahteraan sosial tidak merujuk pada suatu kondisi yang baku

dan tetap. Istilah ini dapat berubah-ubah karena ukuran sejahtera atau

tidak sejahtera kadang-kadang berbeda antara satu ahli dengan ahli yang

lain. Pada umumnya, orang kaya dan segala kebutuhannya tercukupi

itulah yang disebut orang yang sejahtera. Namun demikian, di lain pihak

orang yang miskin dan segala kebutuhannya tidak terpenuhi kadang juga

dianggap justru lebih bahagia karena tidak memiliki masalah yang pelik

sebagaimana umumnya orang kaya. Artinya, kondisi sejahtera dari

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat disesuaikan dengan

sudut pandang yang dipakai.

Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup konsepsi antaralain, yaitu :

“Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial”. Dengan

demikian, secara umum istilah kesejahteraan sosial sering diartikan


27

sebagai kondisi “sejahtera”, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala

bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti

makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.

Pengertian seperti ini, menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan

(end) dari suatu kegiatan pembangunan. Misalnya, tujuan pembangunan

adalah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Dengan demikian, prioritas utama

pembangunan kesejahteraan sosial adalah kelompok-kelompok yang

kurang beruntung (disadvantage groups), khususnya yang terkait dengan

masalah kemiskinan (Suharto, 1991).

Di dalam rangka membangun keluarga sejahtera yang bertujuan untuk

mengembangkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram

dan harapan masa depan yang baik dalam mewujudkan kesejahteraan

lahir dan kebahagiaan batin, maka suami dan isteri harus melaksanakan

peranan dan/atau fungsi sesuai dengan kedudukannya. Dengan

demikian, keluarga akan merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat

yang bukan hanya berfungsi sosial budaya tetapi juga berfungsi ekonomi.

Apabila tekanan fungsi keluarga secara tradisional adalah fungsi

reproduktif yang dari generasi ke generasi mengulangi fungsi yang sama

kemudian telah berkembang ke fungsi sosial budaya. Namun,

belakangan ini keluarga diandalkan untuk suatu tugas yang lebih luhur

yaitu sebagai wahana mencapai tujuan pembangunan. Hal ini

menyebabkan keluarga perlu mempersiapkan diri dalam keterlibatannya

sebagai agen pembangunan di sektor ekonomi produktif (Achir, 1994).


28

Menurut Soetjipto (1992), kesejahteraan keluarga adalah terciptanya

suatu keadaan yang harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta

sosial bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan yang serius di

dalam keluarga dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan

mudah untuk diatasi secara bersama oleh anggota keluarga sehingga

standar kehidupan keluarga dapat terwujud. Konsepsi tersebut

mengandung arti bahwa, kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi

yang harus diciptakan oleh keluarga dalam membentuk keluarga yang

sejahtera. Adapun keluarga sejahtera merupakan model yang dihasilkan

dari usaha kesejahteraan keluarga.

Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman sentosa

dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan. Di

samping itu kesejahteraan diartikan dengan hal atau keadaan sejahtera,

keamanan, keselamatan dan ketentraman.

Kesejahteraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global

maupun nasional. Dalam membahas analisis tingkat kesejahteraan, tentu

kita harus mengetahui pengertian sejahtera terlebih dahulu.

Kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan dan kemakmuran.

Menurut undang-undang No 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan

masyarakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup

layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan


29

fungsi sosialnya. Dari undang–undang di atas dapat kita cermati bahwa

ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai dari kemampuan seorang

individu atau kelompok dalam usahanya memenuhi kebutuhan material

dan spiritualnya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan

pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan,

sandang, papan dan kesehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita

hubungkan dengan pendidikan kemudian keamanan dan ketentaraman

hidup.

Menurut Mosher (1987), hal yang paling penting dari kesejahteraaan

adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan

rumahtangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan

kebutuhan dibatasi oleh pendapatan rumahtangga yang dimiliki, terutama

bagi yang berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan

rumahtangga maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin

berkurang. Dengan kata lain, apabila terjadi peningkatan tersebut tidak

merubah pola konsumsi maka rumahtangga tersebut sejahtera.

Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumahtangga dapat merubah

pola konsumsi maka rumahtangga tersebut tidak sejahtera.

Menurut konsep lain, kesejahteraan bisa di ukur melalui dimensi moneter

maupun non moneter, misalnya ketimpangan distribusi pendapatan yang

didasarkan pada perbedaan tingkat pendapatan penduduk di suatu daerah.

Kemudian masalah kerentanan (vulnerability), yang merupakan suatu

kondisi dimana peluang atau kondisi fisik suatu daerah yang membuat
30

seseorang menjadi miskin atau menjadi lebih miskin pada masa yang

akan datang. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius karena

bersifat struktural dan mendasar yang mengakibatkan risiko-risiko sosial

ekonomi dan akan sangat sulit untuk memulihkan diri (recover).

Kerentanan merupakan suatu dimensi kunci dimana perilaku individu

dalam melakukan investasi, pola produksi, strategi penanggulangan dan

persepsi mereka akan berubah dalam mencapai kesejahteraan.

Kesejahteraan pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1) Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.

2) Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga

kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial

3) Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir

untuk mencapai sejahtera.

e. Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga

Terdapat beberapa parameter yang umum digunakan untuk menentukan

tingkat kesejahteraan, yaitu menurut Sajogyo (1997). Menurut Sajogyo

(1997), kriteria kesejahteraan didasarkan pada pengeluaran per kapita per

tahun, miskin apabila pengeluarannya lebih rendah nilai tukar 320 kg

beras untuk daerah pedesaan, miskin sekali apabila pengeluarannya lebih

rendah dari nilai tukar 240 kg beras untuk daerah pedesaan, dan paling
31

miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai

tukar 180 kg beras untuk daerah pedesaan.

3. Tenaga Kerja

Dalam suatu kegiatan pertanian apapun peran tenaga kerja sangat

diperlukan sebagai suatu alat penggerak dari suatu lahan pertanian.

Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan

pendapatan dari lahan pertanian tersebut, semakin tinggi hasil pertanian

yang dihasilkan maka akan semakin besar tenaga kerja yang dibutuhkan

dengan demikian maka cukup efektif pemakaian tenaga kerja tersebut.

Yang dimaksud dengan angkatan kerja (labor force) adalah penduduk

yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja

atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian

penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memperoleh penghasilan, baik

bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Tenaga kerja ini adalah

penduduk yang berusia antara 15 sampai 64 tahun (Suryana, 2000).

Peranan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi sangat besar

terhadap perkembangan ekonomi, demikian pula pada sektor industri yang

banyak berorientasi kepada sektor padat karya yang banyak menyerap

tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan suatu sumber daya manusia (human

resources) yang berperan dalam kegiatan pembangunan masyarakat.

Hasil pertanian akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang

dibutuhkan dan pula membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian


32

(terampil). Biasanya petani kecil akan membutuhkan tenaga kerja yang

sedikit dan sebaliknya petani besar lebih banyak membutuhkan tenaga

kerja dan mempunyai keahlian.

Dengan berkembangnya usaha pertanian tersebut sehingga petani akan

membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar sebagai

tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya terdapat pada

usaha pertanian yang berskala luas, rutin dan memiliki administrasi dan

manajemen yang tertib dan terencana. Tetapi dewasa ini terjadi lagi

perkembangan baru, ketika tenaga kerja upahan tidak lagi hanya terdapat

pada usaha pertanian yang luas, tetapi sudah meluas pada usaha tani kecil

skala keluarga. Perkembangan ini terjadi karena terjadinya perubahan

struktural, yaitu transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan

ke sektor industri di perkotaan. Hal ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi

yang cukup pesat yang diawali dengan pertumbuhan industri (Daniel,

2002).

Dalam analisa ketenagakerjaan sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan

dalam perusahaan, hal seperti ini sangat penting untuk melihat alokasi

sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan

demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan

(Soekartawi, 2002).

Di negara-negara yang sudah maju, kemajuan tenaga kerja diukur dengan

tingginya produktivitas tenaga kerja semua diarahkan untuk meningkatkan

produktivitas. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling


33

terbatas jumlahnya, dalam keadaan ini mesin-mesin penghemat tenaga

kerja dapat meningkatkan produktivitas output yang dihasilkan (Mubyarto,

2002).

Penggunaan tenga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih

ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah

tenaga kerja serta harga outputnya. Pengusaha cenderung menambah

tenaga kerja selama produk marginal (nilai tambah output yang

diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga kerja) lebih tinggi dari pada

cost yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja.

Suryana (2000), mengatakan bahwa penduduk dapat berperan sebagai

sumber tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga

usahawan yang diperlukan untuk memimpin dan menciptakan kegiatan

pembangunan ekonomi. Dengan demikian penduduk bukan merupakan

salah satu faktor produksi saja, tetapi juga yang paling penting merupakan

sumber daya yang menciptakan dan mengembangkan teknologi serta yang

mengorganisir penggunaan berbagai faktor produksi.

4. Tanaman Singkong

Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman perdu. Ketela pohon berasal

dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke

seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India dan Tiongkok.

Tanaman ini masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Ketela pohon


34

berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya

(Purwono dan Purnamawati, 2007).

Singkong merupakan tanaman tropis, namun demikian tetap mampu

beradaptasi dan tumbuh baik di daerah subtropis. Di Indonesia, tanaman

ini merupakan sumber pangan (karbohidrat) ketiga setelah beras dan

jagung (Djaafar dan Rahayu, 2003).

5. Penelitian Terdahulu

a. Menurut Saputra (2016)) menunjukan bahwa: (1) Rata-rata

pendapatan petani singkong berdasarkan biaya tunai dan biaya total

sebesar Rp5.789.865,56/th dan Rp52.90.160,82/th serta diperoleh

nisbah peneriman (R/C rasio) atas biaya tunai dan atas total sebesar

8,14 dan 5,9. Dan rata-rata pendapatan petani singkong per hektar

berdasarkan biaya tunai dan biaya total sebesar Rp34.438.18,62/th dan

Rp32.709.975,81/th serta diperoleh nisbah peneriman (R/C rasio) atas

biaya tunai dan atas total sebesar 8,14 dan 5,9, (2) Total manfaat

ekonomi koperasi yang diterima petani anggota Koperasi Simpan

Pinjam Tani Makmur di Desa Natar Kecamatan Lampung Selatan

sebesar Rp13.125,0. Manfaat ekonomi terdiri dari manfaat ekonomi

tunai sebesar Rp59.375,0 dan manfaat ekonomi koperasi

diperhitungkan sebesar Rp73.750,0, (3) Ragam usaha rumah tangga

pada petani singkong di Kecamatan Natar Lampung bersumber dari

pendapatan usahatani on-farm (97,87 persen), of-farm (0,96 persen),

non farm (1,17persen). Rata-rata pendapatan rumahtangga petani


35

singkong sebesar Rp54.587.34,0/tahun, dan (4) Tingkat kesejahteran

petani angota diukur dengan metode BPS 207 didapat hasil bahwa

seluruh petani anggota masuk ke dalam kategori sejahtera.

b. Menurut Jannah (2012) Hasil penelitian menunjukan: (1) tingkat

keuntungan usahatani ubikayu di Kecamatan Terbanggi Besar

dipengaruhi oleh luas lahan, harga ubikayu, harga bibit, harga pupuk

KCl, jumlah tenaga kerja, ongkos angkut dan jumlah produksi; (2)

distribusi pendapatan sektor pertanian, non pertanian dan pendapatan

total antar kelompok termasuk kategori ketimpangan rendah; (2)

tingkat pendapatan rumahtangga petani ubi kayu menunjukkan bahwa

kelompok rumahtangga lahan luas dan lahan sedang termasuk dalam

kategori cukup. Kelompok rumahtangga lahan sempit 1,89 persen

termasuk miskin sekali, 5,66 persen miskin, 15,09 persen nyaris

miskin dan 79,25 persen termasuk kategori cukup.

c. Menurut Canita (2016) Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)

Rata-rata pendapatan rumahtangga petani pisang di Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Pesawaran sebesar Rp31.423.829,36/tahun

sumber pendapatan berasal dari usahatani pisang (on farm) sebesar

Rp27.300.193,18 (86,88%), dan dari luar usahatani (non farm) sebesar

Rp4.123.636,18 (13,47%), (2) Distribusi pendapatan rumahtangga

petani pisang di Desa Padang Cermin tidak merata. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai Gini Rasio sebesar 0,53 dengan arti bahwa

distribusi pendapatan rumahtangga masih berada pada ketimpangan


36

tinggi, (3) Rumahtangga petani pisang di Desa Padang Cermin masuk

kedalam golongan nyaris miskin sebesar 15,91 persen, cukup 72,73

persen, dan hidup layak sebesar 11,36 persen, tidak ada golongan

paling miskin, miskin sekali, dan miskin (Sajogyo, 1997).

Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 rumah tangga

petani pisang di Desa Padang Cermin masuk kategori belum sejahtera

sebesar 90,90 persen dan sebanyak 9,10 persen rumahtangga petani

sudah sejahtera.

d. Sarah (2011) Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

pendapatan rumahtangga petani sayuran di Kota Bandar Lampung

sebesar Rp30.303.383,83/tahun. Berdasarkan Sajogyo, masih terdapat

rumahtangga yang masuk dalam kategori miskin sekali dan miskin di

Kota Bandar Lampung yaitu 4 persen rumahtangga kriteria miskin

sekali dan 20 persen rumahtangga kriteria miskin.

e. Paidi (2007) Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total

pendapatan keluarga petani ubi kayu di Kecamatan Tulang Bawang

Tengah Kabupaten Tulang Bawang adalah Rp24.493.446,1 pertahun

dengan sumbangan pendapatan rata-rata dari usahatani ubi kayu

sebesar 51,42 persen.


37

B. Kerangka Pemikiran

Petani selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya seefisien

mungkin. Usahatani singkong sangat ditentukan faktor produksi seperti

produksi, harga output, lama usaha, tenaga kerja dan pendidikan. Suatu

produksi dapat terwujud karena adanya unsur faktor produksi.

Produksi adalah faktor yang juga penting untuk mengetahui jumlah panen

yang memiliki peranan penting untuk mengetahui besarnya pendapatan.

Besar atau kecilnya pendapatan dapat diketahui melalui harga output. Harga

output merupakan faktor penunjang pendapatan yang memberikan dampak

berkembang atau tidaknya suatu usaha tani yang dijalankan. Berkembang atau

tidaknya suatu usaha dapat pula dilihat dari lama usaha tani tersebut. Jika

usahatani yang dijalankan memiliki lama usaha yang terbilang panjang maka

usahatani tersebut dapat dikatakan usahatani yang berkembang, dan sebaliknya

jika lama usaha tani yang dijalankan terbilang singkat maka usahatani yang

dijalankan tersebut dapat dikatakan tidak berkembang. Setiap usaha yang

dijalankan pasti memerlukan tenaga kerja. Pencurahan tenaga kerja dinyatakan

dengan curahan tenaga kerja. Tenaga kerja yang berkualitas baik tenaga kerja

dalam keluarga ataupun tenaga kerja luar keluarga mampu memberikan hasil

produksi yang maksimal sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal

pula dan taraf hidup yang baik dapat tercapai. Taraf hidup yang baik tidak

terlepas dari dunia pendidikan. Dalam menunjang berkembangnya suatu

usahatani diperlukan pendidikan yang baik untuk individu-individu yang

berkecimpung di dalam usahatani tersebut memahami ilmu yang terkandung

dalam proses usahatani tersebut sehingga bila individu-individu tersebut


38

memahami maka tercapailah keuntungan yang memberikan efek positif pada

proses usahatani yang dijalankan.

Perbedaan dalam penggunaan kelima faktor produksi tersebut akan

mempengaruhi tingkat produksi yang akhirnya akan mempengaruhi

penerimaaan usahatani dan modal inilah yang disebut dengan pendapatan

usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil produksi dikalikan dengan

harga jual dan selisih antara penerimaan usahatani dan modal kerja inilah yang

disebut dengan pendapatan usahatani. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil

maksimal maka faktor produksi tersebut harus diberikan dalam susunan atau

jumlah yang maksimal. Setiap usahatani yang dijalankan tentu menghadapi

masalah-masalah yang dapat mempengaruhi penerimaan petani baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya

untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1

kerangka pemikiran.
Usahatani Non Usahatani

On Farm Off Farm

Singkong Non Singkong

Faktor-faktor Pendapatan Usahatani Pendapatan Pendapatan

- Produksi
- Harga output
-Tenaga kerja

Biaya Penerimaan

Pendapatan non
Pendapatan Pendapatan Usahatani Usahatani
Usahatani Singkong

Pendapatan Rumahtangga

Pengeluaran Pangan Pengeluaran Nonpangan

Kesejahteraan Rumahtangga

Gambar 1. Kerangka pemikiran pendapatan dan kesejahteraan petani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

39
40

C. Hipotesis

Dalam peneltian ini hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani singkong

adalah produksi, harga output dan tenaga kerja berpengaruh positif

terhadap pendapatan usahatani singkong di Kecamatan Menggala

Kabupaten Tulang Bawang.


III. METODE PENELITIAN

A. Metode, Tempat dan Waktu Penelitian

Metode penelitian dilakukan secara survei. Dimana penelitian yang sumber

data dan informasi utamanya diperoleh dari responden sebagai sampel

penelitian dengan menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrument

pengumpulan data. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) yaitu teknik sampling dengan tidak berdasarkan random, daerah

ataupun strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang

berfokus pada tujuan tertentu dengan pertimbangan bahwa Desa Astra Ksetra

Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang memiliki produksi dan luas

panen singkong terbanyak dibandingkan desa lainnya. Waktu pengambilan

data penelitian dilakukan pada bulan November 2017 sampai dengan bulan

Desember 2017, yang diawali mulai dari persiapan penelitian, pembuatan

usulan/proposal penelitian sampai survei lapangan.

B. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

penelitian. Petani singkong adalah semua petani yang berusahatani singkong


42

di lahan kering dan memperoleh pendapatan dari usahatani singkong yang

dilakukannya. Indikator ini dapat dilihat dari petani yang menanam tanaman

singkong pada areal usahataninya.

Usahatani singkong adalah suatu proses produksi yang dilakukan di daerah

lahan kering dengan komoditas singkong yang mengkombinasikan berbagai

jenis sumberdaya alam, modal dan tenaga kerja sesuai dengan kondisi

lingkungan untuk memperoleh pendapatan maksimal. Indikator ini dilihat dari

komoditas yang diusahakan petani dengan menanam tanaman singkong.

Usahatani non singkong adalah usaha yang masih berkaitan dengan bidang per-

tanian tetapi di luar dari budidaya singkong, misalnya melakukan budidaya

selain singkong seperti cabai, tomat dan lain-lain. Indikator ini dilihat dari

komoditas pertanian yang diusahakan petani selain dari usahatani non

singkong.

Non usahatani adalah usaha yang dilakukan di luar bidang pertanian yang

dilakukan untuk menambah pendapatan dan mencukupi kebutuhan keluarga,

misalnya berdagang dan lain-lain. Indikator ini dilihat dari usaha yang

dilakukan petani di luar bidang pertanian.

Produksi tanaman singkong adalah jumlah dari hasil tanaman singkong yang

dihasilkan dalam satu kali proses produksi yang diukur dalam satuan kilogram.

Indikator ini dapat dilihat dari total keseluruhan dari hasil panen usahatani

singkong.
43

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dan dikorbankan dalam proses

produksi tanaman singkong dalam hal ini biaya benih, biaya pupuk, upah

tenaga kerja dalam satu kali musim tanam. Biaya produksi diukur dalam

satuan rupiah (Rp). Indikator ini dapat dilihat dari jumlah uang yang

dikeluarkan petani dalam satu kali proses produksi.

Penerimaan adalah hasil yang diterima petani dari jumlah produksi singkong

dikalikan dengan harga jual dan diukur dalam satuan rupiah (Rp). Indikator

penerimaan ini dapat dilihat dari jumlah produksi singkong dikalikan dengan

harga jual di tingkat produsen.

Pendapatan rumahtangga petani singkong adalah seluruh penerimaan rumah

tangga petani singkong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama

proses produksi, penerimaan tersebut berasal dari kegiatan usaha on farm, off

farm dan non farm. Indikator ini dilihat dari seluruh pendapatan rumahtangga

yang didapat dan diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).

Pendapatan usahatani adalah seluruh penerimaan rumahtangga petani yang

berasal dari usahatani singkong maupun usahatani non singkong yang

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang

diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th). Indikator ini dapat diukur

melalui seluruh penerimaan usahatani yang diterima, dikurangkan dengan

biaya produksi.

Pendapatan non usahatani adalah seluruh pendapatan rumahtangga petani yang

berasal dari usaha non pertanian yang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
44

selama proses usaha non pertanian berlangsung, yang diukur dalam satuan

rupiah per tahun (Rp/th). Indikator ini dapat diukur melalui seluruh

penerimaan non usahatani yang diterima, dikurangkan dengan biaya yang

dikeluarkan dalam proses non usahatani.

Total pendapatan adalah keseluruhan biaya yang didapat dari pendapatan usaha

pertanian dan usaha non pertanian yang diukur dalam satuan rupiah per tahun

(Rp/th). Total pendapatan ini dapat ditunjukkan dari jumlah seluruh

pendapatan yang didapat oleh petani.

Pengeluaran pangan rumahtangga adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

mengkonsumsi makanan untuk anggota keluarga yang diukur dalam satuan

rupiah per tahun (Rp/th). Indikator ini dapat dilihat dari besarnya uang yang

dikeluarkan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan pangan baik beras, lauk

pauk dan lain-lain.

Pengeluaran nonpangan rumahtangga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk mengkonsumsi bukan makanan untuk anggota keluarga yang diukur

dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th). Indikator ini dapat dilihat dari besarnya

uang yang dikeluarkan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan

seperti bahan bakar, listrik dan lain-lain.

Pengeluaran rumahtangga adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh

anggota rumahtangga dalam memenuhi kebutuhannya yang diukur dalam

satuan rupiah per tahun (Rp/th). Indikator ini dapat dilihat dari jumlah uang

yang dikeluarkan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhannya.


45

Rumahtangga adalah suatu kumpulan orang mendiami seluruh atau sebagian

bangunan fisik dan umumnya tinggal bersama-sama. Indikator ini dapat di-

tunjukkan dengan Kartu Keluarga (KK).

Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri

dari istri, anak serta orang lain yang turut serta berada dalam satu rumah dan

menjadi tanggungan kepala keluarga yang diukur dalam satuan jiwa. Indikator

ini ditunjukkan dengan jumlah anggota keluarga serta orang lain yang menjadi

tanggungan kepala keluarga.

Usia kepala keluarga adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan yang diukur

dalam satuan tahun. Indikator ini ditunjukkan dengan lamanya waktu hidup

kepala keluarga yang diukur dalam satuan tahun (tahun).

Tingkat pendidikan adalah tingkat pembelajaran yang dilakukan di Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas ataupun

Perguruan Tinggi yang pernah dilalui dengan sukses yang diukur dalam satuan

tahun. Tingkat pendidikan diklasifikasikan dalam tidak sekolah (0), Sekolah

Dasar (1-6), Sekolah Menengah Pertama (7-9), Sekolah Menengah Atas (10-

12), Perguruan Tinggi (13-16). Indikator tingkat pendidikan ditunjukkan

dengan ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) dan buku raport.

Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dicurahkan dalam proses produksi

singkong selama musim tanam yang terdiri dari pengolahan lahan, penanaman,

pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pasca

panen. Indikator ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja dalam keluarga
46

maupun luar keluarga yang ikut serta dalam proses produksi dan diukur dalam

satuan hari orang kerja (HOK).

Pengalaman usahatani adalah jangka waktu yang telah dilalui petani dalam

melakukan usahatani singkong. Pengalaman berusahatani singkong diukur

berdasarkan jumlah tahun petani berusahatani singkong (tahun).

Luas lahan adalah tempat atau areal yang digunakan petani untuk melakukan

usahatani singkong secara monokultur yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Indikator ini ditunjukkan dengan ukuran luas lahan yang dimiliki oleh petani.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).

Adapun yang menjadi populasi dari penelitian adalah adalah 123 orang petani

yang aktif setiap tahun menanam singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten

Tulang Bawang.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2005). Menurut Istijanto (2006) yang dimaksud dengan

sampel adalah merupakan bagian yang diambil dari populasi. Pada penelitian

ini digunakan metode pengambilan sampel dengan metode acak sederhana

(simple random sampling). Dimana metode acak sederhana (simple random

sampling) memiliki fungsi untuk pengambilan sampel atau anggota secara

acak, setiap sampel atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama
47

untuk terpilih menjadi sampel. Rumus pengambilan atau penentuan ukuran

sampel ditentukan berdasarkan pada pendapat Slovin (Simamora, 2002)

dengan formula sebagai berikut :

n= N
(1 + N (e)2)

Di mana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir 15% maka ukuran sampel

Berdasarkan rumus di atas, maka sampel yang diambil adalah sebagai berikut :
123
n =
(1  123 (0,15) 2 )
123
n =
1  123 . 0,0225
123
n =  32,64  33 (dibulatkan)
3,7675
n = 33 responden

Dengan demikian sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak

33 orang petani sebagai sampel responden.

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dengan mewawancarai secara langsung

petani dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah

disediakan. Data sekunder diperoleh dari publikasi, laporan-laporan, lembaga-

lembaga terkait, seperti: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Dinas

Pertanian Kabupaten Tulang Bawang, Badan Pelaksanaan Penyuluhan


48

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K), dan lembaga lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode

tabulasi dan analisis statistika.

1. Pendapatan Rumahtangga Petani Singkong di Kecamatan Menggala


Kabupaten Tulang Bawang

Metode yang digunakan dalam menjawab tujuan dalam penelitian ini yaitu

analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis

biaya dan pendapatan rumahtangga petani, analisis rasio penerimaan dan

biaya (R/C ratio), analisis tingkat kesejahteraan dan analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi pendapatan usahatani singkong.

Pendapatan rumahtangga petani diperoleh dengan cara menjumlahkan

seluruh pendapatan yang berasal dari usahatani singkong, usahatani non

singkong dan pendapatan usaha di luar pertanian dengan rumus sebagai

berikut:

Prt = P on-farmusahatani singkong + P off-farm + P non-farm....(6)

Keterangan :
Prt = Pendapatan rumah tangga petani singkong per
tahun
Pon-farmusahatani singkong = Pendapatan dari usahatani singkong
Poff-farm = Pendapatan dari usahatani non singkong
Pnon-farm = Pendapatan dari non-usahatani
49

Pendapatan usahatani atau keuntungan merupakan selisih dari penerimaan

dengan biaya produksi. Pendapatan dari usahatani singkong dapat diketahui

dengan rumus sebagai berikut :

= TR – TC = Y. Py - ∑Xi. Pxi – BTT......(7)

Keterangan
= Keuntungan (pendapatan)
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Y = Produksi
Py = Harga satuan produksi
Xi = Faktor produksi (i = 1, 2, 3, ....n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i
BTT = Biaya tetap total

Untuk mengetahui usahatani menguntungkan atau tidak, maka dapat di

analisis dengan menggunakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan

biaya atau yang biasa disebut analisis Return Cost Ratio (R/C). Rumus

untuk menghitung nisbah R/C adalah:

R/C = PT/ BT......(8)

Keterangan :

R/C = nisbah penerimaan dan biaya


PT = penerimaan total (Rp)
BT = biaya total (Rp)

Kriteria pengukuran pada R/C adalah:


a. Jika R/C > 1, artinya usahatani yang dilakukan menguntungkan.
b. Jika R/C < 1, artinya usahatani yang dilakukan merugikan.
c. Jika R/C = 1, artinya usahatani yang dilakukan berada pada titik impas
(Break Even Point), yaitu tidak menguntungkan dan tidak pula merugikan.

2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani


Singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani

usahatani singkong digunakan program software SPSS (Statistical Package


50

for Social Science) versi 16.0 dan Eviews 9 serta persamaan fungsi

keuntungan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas

(independent) terhadap variabel tak bebas (dependent). Persamaan fungsi

keuntungan adalah sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + µ

Keterangan:
Y = Pendapatan usahatani singkong
b0 = intersep
b1 – b6 = koefisien regresi
X1 = luas lahan (ha)
X2 = produksi (kg)
X3 = harga output (rp)
X4 = lama usaha (tahun)
X5 = tenaga kerja (HOK)
X6 = pendidikan (tahun)
µ = error

Sebelum dilakukan uji pengaruh masing-masing variabel, dilakukan uji

asumsi klasik yaitu dengan dilakukan uji multikolinieritas dan

heteroskedastis. Multikolinieritas adalah adanya hubungan linear antara

peubah bebas dalam model regresi berganda. Heteroskedastisitas adalah

adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada

model regresi. Setelah dilakukan uji asumsi klasik dilihat apakah variabel

bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keuntungan

usahatani singkong (Y) dengan melakukan uji-F.

Untuk mengetahui pengaruh berbagai perubahan harga faktor produksi

masing-masing variabel keuntungan terhadap perubahan keuntungan

secara keseluruhan digunakan uji F sebagai berikut:


51

Ho : α1 = α2 = α3 = α4 – β1

H1 : Paling sedikit satu koefisien regresi ≠ 0

F – hitung = jumlah kuadrat regresi (k-l)


Jumlah kuadrat sisa (n-k)

Keterangan :
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas

Kriteria uji :
Jika F- hitung < F-tabel, maka terima Ho
Jika F-hitung > F-tabel, maka tolak Ho

Jika Ho ditolak, artinya pada tingkat kepercayaan tertentu semua variabel

bebas X1, X2, X3, X4,X5,X6 berpengaruh nyata terhadap pendapatan

usahatani singkong. Sebaliknya jika Ho diterima, artinya semua variabel

bebas tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani singkong.

Untuk mengetahui apakah peubah bebas (Xi) secara tunggal berpengaruh

terhadap peubah terikat (Y) maka dilakukan pengujian parameter secara

tunggal dengan menggunakan uji-t sebagai berikut :

t hitung = bi
Sbi

Keterangan:
bi = parameter regresi ke-i
Sbi = kesalahan baku parameter regresi ke-i

Ho : bi = 0
H1 : bi ≠ 0

Apabila :

thitung < ttabel : Ho diterima, pada taraf kepercayaan = 0,10

thitung > ttabel : Ho ditolak, pada taraf kepercayaan = 0,10


52

3. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani Singkong di


Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

Metode yang digunakan untuk menjawab tingkat kesejahteraan rumah

tangga petani melalui analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif

kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai

biaya pengeluaran dan jumlah tanggungan keluarga petani singkong di

lokasi penelitian.

Sajogyo (1997) dalam Zulfakar (2005) mendefinisikan batas kemiskinan

sebagai tingkat konsumsi per kapita per tahun yang sama dengan beras,

menurutnya konsumsi beras merupakan ukuran yang digunakan untuk

mengukur kesejahteraan dan kekayaan rumahtangga.

Pengeluaran Per Kapita Per Tahun (Rp) = Pengeluaran RT/ Tahun (Rp)
Jumlah Tanggungan Keluarga

Pengeluaran/Kapita/Tahun Setara Beras (Kg) =Pengeluaran/Kapita/Tahun (Rp)


Harga Beras (Rp/Kg)

Berdasarkan kriteria Sajogyo (1997), tingkat kesejahteraan rumahtangga

dapat dilihat dari pengeluaran rumahtangga per kapita per tahun, yaitu

total pengeluaran rumahtangga yang terdiri dari pengeluaran pangan dan

nonpangan dalam setahun dibagi dengan jumlah tanggungan rumahtangga.

Guna mengukur tingkat kesejahteraan rumahtangga, pengeluaran

rumahtangga per kapita per tahun kemudian dibagi dengan harga beras per

kilogram.

Besarnya pengeluaran per kapita per tahun yang diukur dengan harga atau

nilai beras setempat untuk daerah per desaaan adalah


53

a. Paling miskin, jika pengeluaran/kapita/tahun lebih rendah dari 180 kg

setara nilai beras/tahun.

b. Miskin sekali, jika pengeluaran/kapita/tahun antara 181–240 kg setara

nilai beras/tahun.

c. Miskin, jika pengeluaran/kapita/tahun antara 241–320 kg setara nilai

beras/tahun.

d. Nyaris miskin, jika pengeluaran/kapita/tahun antara 321–480 kg setara

nilai beras/tahun.

e. Cukup, jika pengeluaran/kapita/tahun antara 481–960 kg setara nilai

beras/tahun.

f. Hidup layak, jika pengeluaran/kapita/tahun lebih tinggi dari 960 kg setara

nilai beras/tahun.

Guna menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan

kesejahteraan petani sebagai berikut:

a. Tingkat pendapatan keluarga

b. Komposisi pengeluaran rumahtangga dengan membandingkan

pengeluaran untuk pangan dengan nonpangan

c. Tingkat pendidikan keluarga

d. Tingkat kesehatan keluarga

e. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumahtangga.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Pendapatan rumahtangga petani di Kecamatan Menggala Kabupaten

Tulang Bawang berasal dari sektor on farm dan non farm. Rata-rata

pendapatan rumahtangga petani singkong di Kecamatan Menggala

Kabupaten Tulang Bawang adalah sebesar Rp27.195.137,04

2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan

usahatani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

adalah variabel produksi dengan tingkat kepercayaan sebesar 99 persen,

harga output sebesar 99 persen dan tenaga kerja 99 persen.

3. Tingkat kesejahteraan petani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten

Tulang Bawang mayoritas berada pada kategori cukup, yaitu sebesar

90,90 persen dan kategori hidup layak sebesar 9,09 persen .


84

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang dapat diajukan dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagi petani singkong di Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang,

sebaiknya dalam melakukan budidaya singkong jangan hanya

menggunakan satu jenis singkong dan juga dalam menjaga kualitas

komoditas singkong perlu dijaga kualitasnya agar pada saat panen

melimpah tidak mendapatkan kualitas yang rendah.

2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat mengurangi impor sehingga harga

singkong di dalam negeri tidak merosot sehinnga tidak merugikan petani

dan harga jual di dalam negeri dapat tetap stabil.

3. Bagi peneiti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian terkait analisis

pengaruh impor terhadap pendapatan petani singkong dalam negeri.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Achir, Yaumil C. 1994. Pembangunan Keluarga Sejahtera Sebagai Wahana


Pembangunan Bangsa. Prisma. Nomor 6 Tahun 1994. LP3ES. Jakarta.

Arsyad, 2003. Pokok-pokok Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan


Eksekutif. Yogyakarta.

Biro Pusat Statistik Indonesia, 2000. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia
Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Canita, P. L. 2016. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah


Tangga Petani Pisang di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Case dan Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi ke 8. Diterjemahkan Oleh Y.


Andri Zaimur. Erlangga. Jakarta.

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksasra. Jakarta.

Djaafar dan Rahayu. 2003. Ubi Kayu dan Olahannya. Kanisius. Yogyakarta.

Ginting. 2002. Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Ubi kayu. Balitkabi.


Malang.

Gumbira dan Harizt. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hafsah. 2003. Kemitraan Usaha. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Ismawanto. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat. Jakarta.

Istijanto, 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka.
Jakarta.

Joesron dan Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat. Jakarta.

Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan
Ekonomi. Edisi kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Mankiw. 2007. Perbedaan Macam Investasi. Ekonomi Perencanaan
Pembangunan. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.

Mantra, I.B. 2004. Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta

Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna.


Jakarta.

Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Pustaka LP3ES. Jakarta.

________. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ketiga. LP3S. Jakarta.

Paidi. 2007. Anaisis Pendapatan Petani Usaha Tani Ubi Kayu di Kecamatan
Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Purwono dan Purnamawati. 2007. Budi Daya Tanaman Pangan. Agromedia.


Jakarta.

Putong. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Kedua, Ghalilea.
Jakarta.

Pyndick. 2001. Ekonomi Mikro. Alih bahasa oleh Aldi Jenie. Cetakan Asli.
Prentice Hal Inc.

Rintuh dan Miar. 2005. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Rajawali. Jakarta.

Sajogyo, T. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB


IPB. Bogor.

Salvatore. 2001. Prinsip-prinsip Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Salvatore. 2006. Managerial Economic dalam Perekonomian Global. Edisi


keempat. Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Samuelson. 2002. Teori Makroekonomi. Tidak Diterbitkan. Jakarta.

Simamora. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta.

Sarah, S. 2011. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan rumah Tangga


Petani Sayuran Di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Saputra, Aldino A. R. E. 2016. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan


Anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Tani Makmur di Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Siregar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif SPSS. Prenada Media Group.
Jakarta.

Sitepu dan Sinaga. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika. LPSB IPB. Bogor

Soedjono Dirdjosisworo, 2003. Pengantar Ilmu Hukum. PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta

__________1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press.Jakarta

__________. 2010, Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

__________. 1984. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan


Petani. Rajawali. Jakarta.

__________. 2002. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan


Petani. Rajawali. Jakarta.

__________. 2010. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Rajawali. Jakarta.

Soetjipto. 1992. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Satya Wacana Press.


Semarang.

Sudarwati. 2012. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Penilaian Tingkat


Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. CV. Alfabeta.


Bandung.

Suharto. 1991. Metode Penelitian Sosial. PT. Remaja Rosdakarya. Jakarta.

Suhartono. 1991. Apoge dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta


1830-1920. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Suratiyah. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukirno. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Suryana. 2000. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi. Ekonomi Pembangunan:


Teori. Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Jannah. 2012. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga
Petani Singkong di Kecamatan Poncowati Kabupaten lampung Tengah.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tohir. 1993. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. FE-UB. Malang.

Widarjono. 2006. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya (Dilengkapi Aplikasi


Eviews). UPP STIM YKPN. Yogyakarta

__________2010. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Edisi Pertama. UPP


STIM YKPN. Yogyakarta.

Wijayanti dan Saefuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Edisi 4, Pustaka


Pelajar. Yogyakarta.

Winarno. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika. Cetakan I. Sekolah Tinggi


Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.

Zulfakar. 2005. Tinjauan Terhadap Faktor-Faktor Penentu Kemiskinan Rumah


Tangga Di Propinsi Banten. Tesis. MPKP UI. Jakarta.

http://astraksetra.desa.id/kategori/kabar/. Diakses pada 18 April 2018 Pukul 15.32


WIB

hhtp://Khairilanwarsemsi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 Februari 2016


pukul 21.25 WIB

hhtp://www.bps.go.id/. Diakses pada tanngal 8 Februari 2016 pukul 23.24 WIB

hhtp://trisnoku-tulangbawang.blogspot.com/?m=1. Diakses pada 20 April 2018


Pukul 14.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai