Anda di halaman 1dari 97

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

(ORYZA SATIVA L.)


(Studi Kasus: Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

Isma Mutiara Anisa


11160920000138

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/ 1443 H
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH
(ORYZA SATIVA L.)
(Studi Kasus: Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

Oleh :
Isma Mutiara Anisa
11160920000138

Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1443 H
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Isma Mutiara Anisa
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 16 November 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Jl. Sukasari II RT/RW: 03/003 No:02C.
Serua Indah, Ciputat - Tangerang Selatan.
No. Hp : 088220359075
Email : ismamutiara16@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2003-2006 : SD Islam Kafah Unggul


2006-2009 : SDN Meruya Selatan 04 Pagi
2009-2012 : SMPN 31 Jakarta
2012-2015 : SMAN 87 Jakarta
2016-2021 : S-1 Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
2010-2011 : Anggota OSIS SMPN 31 Jakarta
2016-2019 : Anggota LSO Sagribisnis UIN Jakarta
2016-2019 : Anggota OPK Dapur Seni FST UIN Jakarta

PENGALAMAN KERJA
2019 : PKL di Kelompok Tani Mandiri Cianjur
RINGKASAN

Isma Mutiara Anisa, Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oryza


Sative L.) Studi Kasus: Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi
Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Di bawah
bimbingan Siti Rochaeni dan Titik Inayah.

Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang menghasilkan


beras. Sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pokok
makanan sehari-hari. Adanya penurunan subsidi pupuk saat ini dirasakan menjadi
beban berat oleh petani padi sawah khususnya Gapoktan Resmi Lestari.
Penyaluran subsidi pupuk pada tahun 2016 – 2020 mengalami penurunan sebesar
700.000 ton. Penurunan penyaluran pupuk subsidi disebabkan karena kelangkaan
pupuk subsidi. Selain itu, dapat dilihat dari sisi anggaran, alokasi anggaran subsidi
pupuk mengalami penurunan selama tahun 2016 – 2020 sebesar Rp2.000.800.000.
Pada tahun 2016 anggaran subsidi pupuk yang diberikan oleh pemerintah sebesar
Rp30.063.200.000 dan ditahun 2020 menjadi 28.062.400.000. Alasan pemerintah
mengurangi anggaran subsidi pupuk adalah terjadinya pandemi Covid - 19 yang
berdampak pada perlemahan perekonomian dan pengalihan sebagian anggaran
untuk penanganan Covid – 19.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung biaya usahatani yang
dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari, menganalisis
pendapatan usahatani petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari, menganalisis
kelayakan usahatani petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari dengan
menggunakan, B/C ratio, Break Event Point (BEP), Payback Period (PP).
Penelitian ini dilakukan kepada petani gapoktan Resmi Lestari yang
melakukan usahatani padi sawah dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang
responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif yang diolah menggunakan Microsoft excel. Analisis data kualitatif
menggunakan analisis deskripsi dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan
usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari. Sedangkan analisis data kuantitatif
menggunakan analisis pendapatan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan dan
pendapatan yang diperoleh pada usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari.
Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya usahatani yang dikeluarkan oleh
petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari pada satu musim tanam periode
November 2020 – Desember 2021 sebesar Rp157.572.040 yang terdiri dari biaya
tetap sebesar Rp39.125.000 dan biaya variabel sebesar Rp118.447.040.
Pendapatan sebesar Rp403.145.960, penerimaan sebesar Rp560.718.000, Nilai
B/C ratio sebesar 2,55, BEP volume produksi sebesar 13.131 kg dan BEP harga
sebesar Rp3.372/kg , Payback Period (PP) sebesar 0,1.

Kata Kunci : Usahatani, Pendapatan, B/C Ratio, Break Even Point, Payback
Period
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

kenikmatan luar biasa besar tidak terkira. Shalawat serta salam penulis ucapkan

kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabat beliau. Semoga kita

semua memperoleh syafa’at dari beliau dan berhasil sukses dunia maupun akhirat.

Atas dasar rasa syukur ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oryza Sativa L) Studi Kasus:

Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung Kabupaten

Bogor Provinsi Jawa Barat”. Pada penyusunan skripsi ini penulis memperoleh

banyak bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan Terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Ibu Titik Inayah, SP. M.Si, selaku Dosen

Pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran,

arahan dan bimbingannya kepada penulis.

2. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan sehingga skripsi

ini menjadi lebih baik.

3. Bapak Akhmad Mahbubi, SP, MM., Ph.D selaku Ketua Program Studi dan

Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi.
4. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmunya,

sehinggapenulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman selama

perkuliahan.

6. Seluruh Petani responden yang telah bersedia meluangkan waktunya,

sehingga data penelitian ini dapat terkumpul dengan lengkap.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Drs. R. Hasto Nugroho dan Ibu Adhe Irnah

Suryani serta Adik penulis yaitu Muhammad Raihan Nugroho yang

senantiasa memberikan dukungan motivasi, doa, materi dan kasih sayang

yang tiada henti kepada penulis.

8. Audia, Riza, Arini, Salshabia, Izma, Dania, Jovanda, Amelia, Vania, Linda,

Zulia, Bang El, Bang iki, Bang Aji, Aset Negara, Teman-teman kelas C dan

D Agribisnis 2016, dan Anggota Dapur Seni yang telah memberikan

dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

masih terdapat kekurangan baik implementasi maupun dalam penulisan. Akhir

kata, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 23 September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. iv


DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................... 1


1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 9

2.1 Usahatani ............................................................................. 9


2.2 Biaya Usahatani ................................................................... 12
2.3 Pendapatan Usahatani .......................................................... 13
2.4 Investasi dan Penyusutan ..................................................... 14
2.5 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya (B/C Ratio) ............. 15
2.6 Titik Pulang Pokok (Break Even Point) .............................. 15
2.7 Analisis Periode Pengembalian (Payback Period) .............. 16
2.8 Gapoktan.............................................................................. 16
2.9 Padi Sawah .......................................................................... 17
2.10Penelitian Terdahulu ............................................................ 24
2.11Kerangka Pemikiran ............................................................ 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................. 30

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................... 30


3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 30
3.3 Populasi dan Sampel............................................................ 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 31
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................ 31
3.5.1 Analisis Pendapatan ................................................... 32
3.5.2 Penyusutan ................................................................. 34
3.5.3 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio) ... 34
3.5.4 Analisis BEP (Break Even Point) .............................. 35
3.5.5 Analisis PP (Payback Period) .................................... 36
3.6 Definisi Operasional ............................................................ 37
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................... 39

4.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi ......................... 39


4.2 Kondisi Sosial Ekonomi ...................................................... 40
4.3 Sarana dan Prasarana ........................................................... 42
4.4 Gambaran Umum Usahatani Padi Gapoktan Resmi
Lestari dan Karakteristik Responden .................................. 42
4.5 Kegiatan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari .. 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 49

5.1 Biaya Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari ........ 49


5.1.1 Biaya Investasi ........................................................... 49
5.1.2 Biaya Penyusutan ....................................................... 50
5.1.3 Biaya Tetap ................................................................ 52
5.1.4 Biaya Variabel............................................................ 53
5.1.5 Biaya Total ................................................................. 56
5.2 Penerimaan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari ................................................................................... 57
5.3 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari ................................................................................. 58
5.4 Kelayakan Usahatani Padi Sawah pada Gapoktan
Resmi Lestari ........................................................................ 59
5.4.1 Rasio Keuntungan Atas Biaya ( B/C Ratio) ............... 59
5.4.2 Break Even Point (BEP) ............................................ 60
5.4.3 Payback Period (PP) .................................................. 62

BAB VI PENUTUP ................................................................................. 63

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 63


6.2 Saran ..................................................................................... 64

v
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65

LAMPIRAN ............................................................................................... 68

vi
DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Produksi Tanaman Pangan di Indonesia pada tahun 2014 – 2018 ...... 2


2. Produksi Padi Sawah menurut Provinsi Tahun 2014 – 2018 (Ton)..... 3
3. Luas Panen, Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten Kota Tahun
2014 – 2018.......................................................................................... 3
4. Perkembangan Penyaluran Subsidi Pupuk pada tahun 2016 – 2018
di Indonesia .......................................................................................... 4
5. Perkembangan Anggaran Subsidi Pupuk pada tahun 2016 – 2020
di Indonesia. ......................................................................................... 5
6. Luas Lahan berdasarkan penggunaan di Desa Sukaresmi pada
tahun 2020 ............................................................................................ 39
7. Penduduk Desa Sukaresmi Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin pada tahun 2020 .................................................................... 40
8. Penduduk Desa Sukaresmi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada
Tahun 2020 .......................................................................................... 41
9. Penduduk Desa Sukaresmi Berdasarkan Mata Pencaharian Pada
Tahun 2020 .......................................................................................... 41
10. Responden penelitian berdasarkan umur petani padi sawah Gapoktan
Resmi Lestari Tahun 2020 ................................................................... 43
11. Responden penelitian berdasarkan jumlah tanggungan keluarga petani
padi sawah Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020 ................................ 44
12. Responden Penelitian berdasarkan pengalaman bertani petani padi
sawah Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020........................................ 44
13. Responden penelitian berdasarkan tingkat pendidikan petani padi
sawah Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020........................................ 45
14. Responden penelitian berdasarkan luas lahan petani padi sawah
Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020 .................................................. 45
15. Responden penelitian berdasarkan status lahan petani padi sawah
Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020 .................................................. 46
16. Responden penelitian berdasarkan produksi GKG petani padi
sawah Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020........................................ 46
17. Total Biaya Investasi Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 50
18. Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 51
19. Komponen Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 52
20. Komponen Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 56
21. Komponen Total Biaya Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 57
22. Penerimaan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu
Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021 Per 14,1 ha .. 57
23. Pendapatan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu
Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021 Per 14,1 ha . 58
24. Keuntungan Atas Biaya Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 60
25. Break Even Point (BEP) Produksi Usahatani Padi Sawah Gapoktan
Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari
2021 Per 14,1 ha .................................................................................. 61
26. Break Even Point (BEP) Harga Usahatani Padi Sawah Gapoktan
Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari
2021 Per 14,1 ha .................................................................................. 61
27. Payback Periode (PP) Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021
Per 14,1 ha ........................................................................................... 62

viii
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 29


DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner Penelitian ............................................................................ 68


2. Data Responden Petani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu
Musim Tanam Periode November 2020- Februari 2021Per 14,1 ha ... 73
3. Status Lahan, Luas Lahan dan Biaya Sewa Lahan Responden Petani
Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode
November 2020- Februari 2021Per 14,1 ha ......................................... 74
4. Biaya TKLK dan Benih Responden Petani Padi Sawah Gapoktan
Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020-
Februari 2021Per 14,1 ha ..................................................................... 75
5. Biaya Pupuk Organik dan Anorganik Responden Petani Padi
Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November
2020- Februari 2021Per 14,1 ha........................................................... 77
6. Biaya Pestisida, Bensin Traktor, Penggilingan, Transportasi, Biaya
Angkut, Perawatan Traktor Responden Petani Padi Sawah Gapoktan
Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020-
Februari 2021Per 14,1 ha ..................................................................... 79
7. Penerimaan Padi SawahGapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam
Periode November 2020- Februari 2021Per 14,1 ha............................ 81
8. Dokumentasi ....................................................................................... 82
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman pangan merupakan tanaman yang sangat populer di Indonesia.

Tanaman pangan memiliki peran yang cukup besar bagi pembangunan pertanian

serta memiliki potensi pasar yang berkembang. Padi merupakan salah satu

komoditas tanaman pangan yang menghasilkan beras. Sebagian besar penduduk

Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pokok makanan sehari-hari. Meskipun

padi dapat diganti oleh makanan lain, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi

orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah diganti oleh makanan

lain (Suger, 2001 : 16). Preferensi penduduk terhadap beras demikian besarnya,

bahkan penduduk yang mempunyai pola pangan pokok bukan beras beralih ke

beras karena beras dianggap merupakan sumber kalori dan protein yang utama.

Disamping itu, beras juga dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik secara

sosial.

Berdasarkan Tabel 1 dibawah ini, perkembangan produksi padi sawah di

Indonesia dari tahun 2014 – 2018 memiliki jumlah produksi terbanyak dan

cenderung naik setiap tahunnya dengan rata-rata jumlah produksi sebesar

74.107.319 ton setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi sawah

memiliki potensi untuk dikembangkan. Padi sawah merupakan tanaman pangan

yang akan menghasilkan beras. Dimana penduduk Indonesia memiliki pola

pangan pokok mengonsumsi beras karena dianggap menjadi sumber kalori dan

protein yang utama dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya.


Tabel 1 Produksi Tanaman Pangan di Indonesia pada tahun 2014 – 2018 (ton)

Tahun Pertumbuhan
Tanaman 2018 thp
2014 2015 2016 2017 2018
2017 (%)
Padi
67.102.361 71.766.496 75.482.556 77.366.049 78.819.137 1,88
Sawah
Jagung 19.008.426 19.612.435 23.578.413 28.924.015 30.055.623 3,91

Kedelai 954.997 963.183 859.653 538.728 982.598 82,39


Kacang
638.896 605.449 570.477 495.447 512.198 3,38
Tanah
Kacang
244.589 271.463 252.985 241.334 234.718 -2,74
Hijau
Ubi
23.436.384 21.801.415 20.260.675 19.053.748 19.341.233 1,51
Kayu
Ubi Jalar 2.382.658 2.297.634 2.169.386 2.029.353 1.914.244 -5,67
Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2018)

Berdasarkan Tabel 2 dibawah ini, Provinsi Jawa Timur merupakan

Provinsi dengan produksi tertinggi dalam 5 tahun, namun pertumbuhannya

menurun sebesar -0,53%. Selanjutnya Jawa Barat merupakan Provinsi dengan

produksi tertinggi kedua setelah Jawa Timur. Pertumbuhannya naik sebesar

2,04%. Kemudian Jawa Tengah merupakan Provinsi dengan produksi tertinggi

ketiga, namun pertumbuhannya menurun sebesar -0,13%. Selanjutnya Banten

merupakan Provinsi yang memproduksi padi sawah urutan 4 setelah Jawa Tengah

namun berbeda dengan Jawa Tengah pertumbuhannya pun naik sebesar 1,66%.

Kemudian yang terakhir DI. Yogyakarta dan DKI Jakarta dengan penurunan

pertumbuhan sebesar -19,0% dan -1,30%. Dapat disimpulkan bahwa Provinsi

Jawa Barat merupakan Provinsi dengan produksi padi sawah terbesar kedua

setelah Jawa Timur, namun dengan pertumbuhan yang naik tertinggi sebesar

2,04%.

2
Tabel 2 Produksi Padi Sawah menurut Provinsi Tahun 2014 – 2018 (Ton)

Tahun Pertumbuhan
Provinsi 2018 thp
2014 2015 2016 2017 2018
2017 (%)
Jawa
11.785.464 12.565.824 12.903.595 12.432.793 12.367.414 -0,53
Timur
Jawa
11.085.544 10.856.438 12.031.508 11.849.636 12.090.951 2,04
Barat
Jawa
9.294.475 11.006.570 11.176.039 11.067.247 11.052.782 -0,13
Tengah

Banten 1.963.461 2.127.671 2.300.595 2.369.731 2.408.964 1,66

DI.
719.194 746.810 712.285 678.530 665.621 -19,0
Yogyakarta
DKI
7.541 6.361 5.342 4.238 4.183 -1,30
Jakarta
Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2018)

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah produktif dalam

menghasilkan padi sawah yang ada di Provinsi Jawa Barat. Tabel 3 menunjukan,

pada 2018 jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Bogor sebesar 483.807 ton

dengan luas panen sebesar 85.952 hektar. Produksi padi sawah yang dihasilkan

oleh Kabupaten Bogor terbilang rendah dibandingkan dengan daerah lainnya.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten Kota Tahun 2014
– 2018.

No. Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi


(hektar) (ton)
1. Kabupaten Indramayu 211.020 1.270.163
2. Kabupaten Subang 184.814 1.060.077
3. Kabupaten Karawang 186.494 1.059.632
4. Kabupaten Cianjur 147.150 833.287
5. Kabupaten Tasikmalaya 130.568 751.482
6. Kabupaten Sukabumi 138.450 734.346
7. Kabupaten Garut 128.518 724.732
8. Kabupaten Majalengka 111.969 680.829
9. Kabupaten Bandung 102.345 588.386
10. Kabupaten Bogor 85.952 483.807
Sumber : Open Data Jabar, 2020

3
Adanya penurunan penyaluran pupuk bersubsidi saat ini tengah dirasakan

oleh petani. Penerima subsidi pupuk disusun berdasarkan Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) yang ditetapkan melalui sistem e-RDKK.

Penyaluran pupuk bersubsidi dilaksanakan secara tertutup melalui produsen

kepada distributor yang selanjutnya disalurkan kepada pengecer berdasarkan data

cetak e-RDKK dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagaimana ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Pertanian (Dahiri dkk, 2021 : 1).

Tabel 4. Perkembangan Penyaluran Subsidi Pupuk pada tahun 2016 – 2018 di


Indonesia

Alokasi Realisasi Realisasi


No Tahun
( Ton) (Ton) (%)
1. 2016 9.600.000 9.200.000 96,3
2. 2017 9.600.000 9.300.000 97,1
3. 2018 9.600.000 9.300.000 97,3
4. 2019 8.900.000 8.500.000 95,6
5. 2020 8.900.000 8.700.000 98
Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2021)

Pada Tabel 4, diketahui bahwa subsidi pupuk pada tahun 2016 – 2020

mengalami penurunan sebesar 700.000 ton. Pada tahun 2016 subsidi pupuk yang

diberikan oleh pemerintah sebesar 9.600.000 ton dan pada tahun 2020 menjadi

8.900.000 ton. Adapun jenis pupuk yang disubsidi oleh pemerintah yaitu pupuk

urea, SP-36, ZA, dan NPK.

Penurunan penyaluran pupuk bersubsidi disebabkan karena kelangkaan

pupuk bersubsidi. Subsidi pupuk diberikan melalui mekanisme pengusulan oleh

masing-masing Pemda dan kemudian ditetapkan oleh pemerintah pusat. Usulan

ini disusun dari hasil rekapitulasi berjenjang mulai dari petani, kelompok tani,

Pemda hingga ke pusat. Adanya ketidaksesuaian antara usulan dan rancangan

4
alokasi pupuk bersubsidi akan menyebabkan kelangkaan pupuk di lapangan

seperti yang terjadi hampir setiap musim tanam karena penyediaan pupuk

bersubsidi jauh lebih rendah dari kebutuhannya. Perbedaan volume pupuk

bersubsidi terjadi bukan hanya antara usulan daerah dan alokasi penyediaan dari

pemerintah, namun juga terjadi antara alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah

dengan realisasi penyerapannya (Dahiri dkk, 2021 : 2).

Selain itu, dapat dilihat dari sisi anggaran pada Tabel 5 dibawah ini.

Alokasi anggaran subsidi pupuk mengalami penurunan selama tahun 2016 – 2020

sebesar Rp2.000.800.000. Pada tahun 2016 anggaran subsidi pupuk yang

diberikan oleh pemerintah sebesar Rp30.063.200.000 dan ditahun 2020 menjadi

28.062.400.000. Alasan pemerintah mengurangi anggaran subsidi pupuk adalah

terjadinya pandemi Covid - 19 yang berdampak pada perlemahan perekonomian

dan pengalihan sebagian anggaran untuk penanganan Covid – 19

(Sucihartiningsih, 2021).

Tabel 5. Perkembangan Anggaran Subsidi Pupuk pada tahun 2016 – 2020 di


Indonesia.

Anggaran Alokasi Realisasi Realisasi


No
Tahun ( Rp) (Rp) (%)
1. 2016 30.063.200.000 26.853.300.000 89.3
2. 2017 31.153.400.000 26.840.700.000 86.2
3. 2018 28.504.000.000 25.662.300.000 90.0
4. 2019 29.503.2200.000 24.635.100.000 83.2
5. 2020 28.062.400.000 26.821.800.000 95.6
Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2021)

Gapoktan Resmi Lestari merupakan gabungan kelompok tani yang

terdapat di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.

Gapoktan Resmi Lestari memiliki 5 anggota kelompok tani yang melakukan

5
kegiatan usahatani padi untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok desa.

Berkurangnya bantuan pupuk bersubsidi dari pemerintah ikut dirasakan oleh

petani padi sawah Gapotan Resmi Lestari yang menjadi salah satu kendala

produksi padi.

Hingga saat ini produksi padi sawah dari Gapoktan Resmi Lestari belum

mampu memenuhi kebutuhan desa. Selain itu, Gapoktan Resmi Lestari belum

secara rinci melakukan analisis usahataninya. Mengingat pentingnya pencapaian

tujuan peningkatan pendapatan dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada

secara efektif dan efisien, maka perlu untuk mengetahui besarnya penerimaan dan

pendapatan usahatani Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi, Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor, apakah menguntungkan atau sebaliknya. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di kecamatan tersebut

dengan judul “Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah (Oryza Sativa L.)

Studi Kasus : Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan

Megamendung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat"

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis

merumuskan permasalahan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Berapa biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan oleh Gapoktan

Resmi Lestari di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung,

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat?

6
2. Berapa penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah yang

didapatkan oleh Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi di

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat?

3. Berapa B/C Ratio, Break Even Point (BEP), Payback Period (PP)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan,

maka tujuan penelitian ini ialah:

1. Mengetahui biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan oleh Gapoktan

Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten

Bogor Provinsi Jawa Barat.

2. Mengetahui penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah yang

dilakukan oleh Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi, Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

3. Mengetahui B/C Ratio, Break Even Point (BEP), Payback Period (PP)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Bagi penulis, untuk memenuhi syarat kelulusan menjadi Sarjana

Pertanian.

2. Bagi pelaku usahatani, sebagai salah satu bahan referensi sehingga dapat

dipergunakan untuk mempertimbangkan rencana pengembangan usaha.

7
3. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dalam penelitian lebih

selanjutnya dan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada analisis pendapatan usahatani

padi sawah studi kasus Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi, Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebagai subjek penelitian

yaitu seluruh anggota Gapoktan Resmi Lestari yang melakukan usahatani padi

sawah. Objek penelitian adalah analisis usahatani padi sawah 1 musim tanam

yang dilakukan untuk mengetahui pendapatan Gapoktan Resmi Lestari yang dapat

dilihat melalui analisis pendapatan, B/C Ratio, Break Even Point (BEP), Payback

Period (PP).

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani

Menurut Soekartawi (2016:5), ilmu usahatani membahas bagaimana

seorang petani mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki secara efektif dan

efisien dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Penggunaan input dapat dikatakan efektif ketika petani dapat

mengalokasikan input yang mereka gunakan sebaik-baiknya, dikatakan efisien

apabila output yang mereka hasilkan lebih besar dari input yang mereka gunakan.

Menurut Adiwilaga (1982:3), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki

segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan

permasalahan yang di tinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri

atau illmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha

dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

Selain itu Hernanto (1991:18) mengelompokan 4 unsur pokok usahatani

atau faktor-faktor produksi usahatani, yaitu:

1. Tanah

Pada umumnya di Indonesia tanah merupakan faktor produksi yang relatif

langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, selain itu distribusi

penguasaannya dimasyarakat tidak merata. Tanah memiliki sifat luas relatif tetap

atau dianggap tetap, secara fisik tanah tidak dapat dipindah tempat tetapi hak

kepemilikan dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan. Karena sifatnya

yang khusus tersebut tanah kemudian dianggap sebagai salah satu faktor produksi
usahatani, meskipun dibagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur

pokok modal usahatani, meskipun dibagian lain dapat juga berfungsi sebagai

faktor atau unsur pokok modal usahatani. Pada dasarnya petani berdasarkan luas

tanahnya digolongkan menjadi 4, yaitu:

a. Golongan petani luas (> 2 ha)

b. Golongan petani sedang (0,5-2 ha)

c. Golongan petani sempit (0,5 ha)

d. Golongan buruh tani tidak bertanah

2. Tenaga

Hernanto (1991:19) menggolongkan jenis tenaga kerja yaitu manusia,

ternak dan mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria,

wanita dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis

pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Kerja manusia

dipengaruhi oleh: umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat

kecukupan, tingakt kesehatan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan

usahatani. Menurut Rukasah dalam Hernanto (1991:19) untuk mengetahui potensi

tenaga kerja harus dilipatkan atau dikalikan pencurahannya dalam satu tahun.

Sementara konversi tenaga dengan membandingkan tenaga pria sebagai ukuran

baku, yaitu 1 HOK = 1 hari kerja pria (HKP), 1 HOK wanita = 0,7 HKP, 1 HK

ternak = 2 HKP, dan 1 HOK anak = 0,5 HKP.

3. Modal

Hernanto (1991:20) menjelaskan bahwa modal merupakan unsur pokok

usahatani yang penting. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau

10
uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lainnya menghasilkan barang-

barang baru, yaitu produksi pertanian.

Pada usahatani yang disebut modal adalah tanah, bangunan-bangunan,

alat-alat pertanian, tanaman, ternak dan ikan di kolam, bahan-bahan pertanian,

piutang di bank, uang tunai. Sementara menurut sifatnya modal terbagi dua,

yaitu:

a. Modal tetap, meliputi: tanah dan bangunan. Modal tetap diartikan

modal yang tidak habis pada satu periode produksi. Jenis modal ini

memerlukan pemeliharaan agar dapat berdaya guna dalam jangka waktu

lama. Jenis modal ini pun terkena penyusutan. Artinya nilai modal

menyusut berdasarkan jenis dan waktu.

b. Modal bergerak meliputi alat-alat, bahan, uang tunai, piutang di bank,

tanaman, ternak, ikan. Jenis modal ini habis atau dianggap habis dalam

satu periode proses produksi.

Berdasarkan sumbernya dapat dibedakan sumber modal yaitu, milik

sendiri, pinjaman atau kredit, hadiah warisan, dari usaha lain, kontrak sewa.

4. Manajemen

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan,

mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya

dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana

yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan setiap pengelolaan itu adalah

produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Dengan

demikian pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan faktor-faktor yang

11
dapat dikuasai akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan (Hernanto

1991:20).

2.2 Biaya Usahatani

Menurut Mulyadi (2007:8) bahwa biaya adalah pengorbanan yang diukur

dengan satuan uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal senada

juga dikemukakan oleh Purwanti dan Prawironegoro (2013:19) bahwa biaya

adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau

memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau

keuntungan dimasa mendatang.

Menurut Revino (2006:66), biaya tetap adalah biaya-biaya yang harus

dibayar oleh penjual, sederhananya karena mereka ada dalam usaha tersebut.

Biaya tetap adalah biaya yang nilainya tetap tidak tergantung volume usaha serta

tidak mempengaruhi hasil akhir yang ingin diperoleh dari usaha ini (Mulyono,

2002:147).

Biaya tidak tetap (variabel) merupakan biaya yang berubah secara

langsung dan berbanding lurus terhadap jumlah produksi suatu produk (Revino,

2006:65). Biaya variabel adalah biaya yang secara langsung berkaitan dengan

jumlah tanaman yang diusahakan dan dengan input variabel yang dipakai, seperti

penyiangan, pupuk, tenaga kerja tidak tetap, bibit, dan sebagainya (Mahekam

dan Malcom, 1991:93). Biaya variabel merupakan besar kecilnya biaya yang

dikeluarkan tergantung pada kapasitas produksi yang bersangkutan (Rasyaf,

2000:18), sedang menurut Usry (2004:59) biaya variabel sebagai biaya yang

12
secara total meningkat terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun

terhadap penurunan dalam aktivitas.

Menurut Usry (2004:61) untuk merencanakan, menganalisis,

mengendalikan, atau mengevaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda,

biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan.

2.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Sukirno (2009:85), pendapatan adalah perolehan yang berasal

dari biaya-biaya faktor produksi atau jasa-jasa produktif. Pengertian tersebut

menunjukkan bahwa pendapatan adalah seluruh perolehan baik yang berasal dari

biaya faktor produksi maupun total output yang dihasilkan untuk seluruh produksi

dalan suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara volume produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Harga jual adalah harga transaksi antara petani (penghasil) dan

pembeli untuk setiap komoditas menurut satuan tempat. Satuan yang digunakan

seperti satuan yang lazim dipakai pembeli atau penjual secara partai besar,

misalnya : kg, kwintal, ikat, dan sebagainya (Soekartawi, 2006:54).

13
2.4 Investasi dan Penyusutan

Menurut Haming dan Basalamah (2003:3) Investasi secara umum

diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk

membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) dengan tujuan untuk

mendapatkan penghasilan yang lebih besar dimasa yang akan datang. Investasi

dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Real Investment

Investasi nyata atau Real Investment merupakan investasi yang dibuat dalam

harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin –

mesin.

2. Financial Investment

Investasi finansial atau Financial Investment merupakan investasi dalam

bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga

lainnya seperti sertifikat deposito.

Menurut Hery (2014:110) penyusutan adalah alokasi secara periodik dan

sistematis dari harga perolehan asset selama periode-periode berbeda yang

memperoleh manfaat dari penggunaan aset bersangkutan. Penyusutan umumnya

terjadi ketika aset tetap telah digunakan dan merupakan beban bagi periode

dimana aset dimanfaatkan. Penyusutan dilakukan karena masa manfaat dan

potensi aset yang dimiliki semakin berkurang. Pengurangan nilai aset tersebut

dibebankan secara berangsur-angsur atau proposional ke masing-masing periode

yang menerima manfaat. Akumulasi penyusutan merupakan kumpulan dari beban

penyusutan periodik. Pada akhir tahun pertama aset dimanfaatkan dan akumulasi

14
penyusutan sama dengan besar beban penyusutan selama tahun pertama

pemakaian. Kemudian, pada akhir tahun kedua, besarnya akumulasi penyusutan

merupakan penjumlahan antara besarnya beban untuk tahun pertama pemakaian

dengan beban penyusutan tahun kedua pemakaian, dan seterusnya.

2.5 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya (B/C Ratio)

Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya ( B/C ratio) adalah perbandingan antara

tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu

usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih besar dari

nol (0), semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat yang akan

diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono, 2003:69). Menurut Sofyan

(2003: 177), Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya ( B/C ratio) merupakan suatu

rasio yang membandingkan antara benefit atau keuntungan dari suatu usaha

dengan biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian dan

pengoperasian usaha tersebut.

2.6 Titik Pulang Pokok (Break Even Point)

Analisis pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan

seperti jumlah produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta

pendapatan yang diterima perusahaan dari kegiatannya (Umar, 1997:202). BEP

(break even point) modal merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP diketahui

pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak memberikan

15
keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (Wiryanta, 2002:79). Ada dua

jenis perhitungan BEP, yaitu BEP volume produksi dan BEP harga produksi.

2.7 Analisis Periode Pengembalian (Payback Period)

Payback Period atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan suatu

periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan

menggunakan aliran kas (Kasmir dan Jakfar 2004:98). Menurut Sofyan

(2003:181), Payback Period adalah masa pengembalian modal, artinya lama

periode waktu untuk mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya

sangat tergantung pada sifat aliran kas masuknya. Jika aliran kas masuknya besar

atau lancar, maka proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi

modal yang digunakan tetap atau tidak ada penambahan modal selama umur

proyek.

2.8 Gapoktan

Gapoktan merupakan lembaga yang menjadi penghubung petani satu desa dengan

lembaga-lembaga lain di luarnya. Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-

fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran

produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan

petani (Pujiharto, 2010 : 65).

Gapoktan merupakan gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama

untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Dalam PERMENTAN

Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pemberdayaan Kelembagaan

16
Petani, penggabungan kelompok tani menjadi gapoktan dengan tujuan untuk

menggalang kepentingan bersama secara kooperatif agar kelompok tani lebih

berdaya guna dan berhasil guna dalam penyediaan sarana produksi pertanian,

permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani di sektor hulu dan hilir,

pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar (Wahyuni S. 2003 :

93).

Kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk

secara langsung mengorganisir para petani dalam berusahatani. Kementerian

Pertanian mendefinisikan kelompok tani sebagai kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,

kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban

untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani

dibentuk oleh dan untuk petani, guna mengatasi masalah bersama dalam usahatani

serta menguatkan posisi tawar petani, baik dalam pasar sarana maupun pasar

produk pertanian (Hermanto, 2011 : 371).

2.9 Padi Sawah

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal dari

dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi

sendiri sudah dimulai sejak Tahun 3.000 sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok

(Purwono dan Purnamawati 2007 : 10). Sebagian besar penduduk di dunia

terutama dari negeara berkembang termasuk Indonesia menjadikan padi sebagai

makanan pokok yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan pangannya setiap

17
hari (Rahmawati, 2006 : 1). Menurut Grist dalam Suger (2001: 10), padi dalam

sistematika tumbuhan diklasifikasikan kedalam:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Graminae

Genus : Oryza Linn

Species : Oryza sativaL.

Ciri khusus budidaya padi sawah adalah adanya penggenangan selama

pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang

berstruktur lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki

kandungan liat minimal 20 persen (Purwono dan Purnamawati 2007 : 17).

Tanaman padi memiliki kemampuan beradaptasi hampir pada semua lingkungan

dari dataran rendah hingga dataran tinggi (2000 m dpl). Tanaman padi termasuk

jenis rumput yang mempunyai rumpun yang kuat, dan dari ruasnya keluar banyak

anakan yang berakar (Utama, 2015 : 2). Untuk meningkatkan produktivitas

usahatani padi sawah diperlukan tahapan – tahapan dalam budidaya padi sawah

yaitu:

1. Penyiapan Lahan

Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum

penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan.

18
Sebelum diolah, lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Pada tanah

ringan, pengokahan tanah cukup dengan satu kali bajak dan dua kali garu, lali

dilakukan perataan. Pada tanh berat, pengolahan tanah terdiri dari dua kali

bajak, 2 kali garu, kemudian diratakan. Kedalaman lapisan olah berkisar 15 –

20 cm. tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal

dan gulma dapat dibenamkan dengan sempurna (Purwono dan Purnamawati

2007 : 17).

2. Penyiapan Bibit

Bibit yangdigunakan disarankan bersertifikat/berlabel biru. Kebutuhan

Bibit berkisar 20 – 25 kg/ha. Bibit direndam kedalam air garam (200

gram/liter air), Bibit yang mengembang dibuang. Bibit yang bagus di tiriskan,

disuse, lalu direndam didalam air bersih selama 24 jam. Air rendaman diganti

setiap 12 jam. Bibit kemudian di peram menggunakan karung basah selama

24 jam. Bakam lembaga akan muncul berupa titik putih pada bagian ujungnya

yang menunjukan Bibit siap untuk di semai. Selanjutnya penebaran Bibit

dilakukan merata diatas bedengan (Herawati 2012 : 65).

3. Penyemaian

Lahan penyemaian dibuat dengan bersamaan penyiapan lahan untuk

penanaman. Untuk luas tanam satu hektar, dibutuhkan lahan penyemaian

seluas 500 m2. Pada lahan persemaian tersebut dibuat bedengan dengan

lebar 1 – 1,25 m dan panjangnya mengikuti panjang petakan untuk

memudahkan penebaran Bibit. Setelah bedengan diratakan, Bibit di

tebarkan merata diatas bedengan. Selanjutnya disebarkan sedikit sekam sisa

19
penggilingan padi atau jerami diatas Bibit. Tujuannya untuk melindungi

Bibit dari hujan dan burung. Air dipertahankan tergenang di sekitar

bedengan hingga bibit siap di pindahtanamkan. Bibit siap dipindahtanam

(transplanting) saat bibit berumur 3 – 4 minggu atau bibit memiliki minimal

4 daun. (Purwono dan Purnamawati 2007 : 19)

4. Cara Tanam

Saat penanaman kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau

macak – macak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 25 cm x 25 cm atau 30

cm x 15 cm atau jarak tanam jejer legowo 40 cm x 20 cm x 20 cm. bibit

yang ditanam berkisar 3 batang perlubang. Setelah 3 hari penanaman, air

dimasukan kedalam lahan. Adapun penyulaman dapat dilakukan 7 hari

setelah tanaman (HST) jika ada bibit yang mati. (Purwono dan Purnamawati

2007 : 19)

5. Pemupukan

Menurut Herawati (2012 : 69) pupuk yang digunakan sebaiknya

kombinasi antara pupuk organik dan pupuk buatan atau kimia. Pupuk

organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau

dengan dosis 2 sampai 5 ton/ha yang diberikan saat pengolahan sifat fisik

dan kimia tanah, dan dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai

setengahnya.

Dosis pupuk anjuran adalah 200 kg/ura/ha, 75 – 100 kg SP-36/ha

dan 75 – 100 kg KCL/ha. Untuk pupuk urea diberikan 2 – 3 kali, yaitu

pada umur 14 HST (hari setelah tanam), 30 HST, dan saat primordial

20
bunga. Sedangkan pupuk SP 36 dan KCL diberikan saat tanam atau pada

umur 14 hari. Apabila digunakan pupuk NPK adalah setengah dosis pada

umur 14 HST, dan sisanya pada umur 50 HST. Dosis pupuk tersebut

diatas adalah anjuran umum, bila sudah ada rekomendasi dosis spesifik

lokasi maka dianjurkan untuk mengikutinya (Herawati 2012 : 69).

6. Penyiangan

Penyiangan rumput – rumput liar seperti jajagoan, sunduk gengsir, teki,

dan enceng gondok umumnya dilakukan 3 kali, biasanya pada umur 14

HST, 35 HST, dan 55 HST. Penyiangan bisa secara manual dengan

mencabut rerumputan yang ada pada pertanaman atau dengan menggunakan

herbisida (Herawati 2012 : 70).

7. Pengairan

Apabila kondisi air betul-betul diatur (berPerawatan Pompa Air penuh)

maka metode pemberian air pada padi sawah dapat disesuaikan dengan

umur/fase tanaman. Untuk tanaman dengan umur 3 HST hanya dengan

kondisi tanah mancak – mancak. Untuk umur 4 HST – 10 HST digenangi

setinggi 25 cm. umur 11 HST – menjelang berbunga, air dibedengan

dibiarkan mengering sendiri (5 – 6 hari), setelah mongering bedengan diairi

setinggi 5 cm dan kemudian dibiarkan lagi mengering sendiri. Pada fase

berbungan 10 HSP (hari sebelum panen), bedengan diairi terus menerus

setinggi 5 cm. 10 HSP – Panen, bedengan dikeringkan. Penggenangan yang

terlalu tinggi akan mengurangi pembentukan anakan.selain perairan, perlu

21
juga dilakukan pemeliharaan tanah dengan pengeringan pada waktu tertentu,

tujuannya adalah untuk memperbaiki aerasi tanah (Herawati 2012 : 71).

8. Panen dan Pascapanen

Menurut Herawati (2012 : 73) penanganan panen dan pascapanen

merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produksi padi,

karena tingkat kehilangan hasil selama panen dan penanganan pascapanen

masih cukup tinggi (15 – 20%). penanganan panen dan pascapanen primer

meliputi :

a. Waktu dan cara panen

Padi siap panen sekitar 30 – 40 hari setelah berbunga merat, jika

terlambat dipanen akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau

busuk sehingga mengurangi hasil. Panen dilakukan bila mencapai

minimal 80% butir gabah sudah menguning dan tangkai bunga sudah

merunduk dengan kadar air gabah sekitar 23 – 25 %. Panen dilakukan

dengan memotong batang menggunakan sabit, lalu padi ditumpuk di

suatu tempat yang kering untuk mencegah kerusakan akibat terendam.

b. Perontokan

Perontokan dilakukan dengan cara dibanting (gebot) atau dengan mesin

perontok (thresher). Jika perontokan dengan cara dibanting, padi dipanen

dengan cara potong bawah. Akan tetapi, jika menggunakan mesin

perontok sebaiknya padi dipanen dengan potong tengah atau atas. Untuk

mengurangi tercecer saat perontokan, tempat perontokan diberi plastic

atau tirai (bantingan bertirai).

22
c. Pembersihan

Pembersihan dilakukan dengan cara membuang benda-benda yang

tercampur dengan gabah/hasil panen, kotoran/campuran dari gabah harus

dibuang karena menyulitkan penyimpanan dan mengurangi mutu.

Pembersihan gabah dilakukan dengan cara ditampi atau dengan bantuan

blower.

d. Pengeringan

Gabah segera dikeringkan setelah dirontokkan hingga kadar air 14% agar

aman untuk disimpan. Biasanya biji dipanen pada saat kadar air masih

lebih dari 20%, jika penurunan kadar air mendadak secara cepat dapat

menyebabkan biji retak. Oleh karena itu, pengeringan sebaiknya

dilakukan secara perlahan. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara

dijemur atau dengan mesin pengeringan (dryer). Ketebalan hamparan

gabah 5 – 7 cm. penjemuran dilakukan diatas lantai jemur atau lasa tikar.

Saat penjemuran dilakukan pembalikan gabah setiap 2 jam sekali untuk

mengurangi keretakan gabah.

e. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan pada tempat yang memenuhi persyaratan

tertentu, seperti kering dan bersih, tidak lembab, dan bebas dari serangan

hama dan penyakit gudang. Gabah yang aman simpan selama 6 bulan

adalah yang berkadar air maksimum 14% dan kadar kotoran maksimum

3%.

23
2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang studi evaluasi usahatani Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

ini belum dilakukan sebelumnya. Deskripsi tentang studi terdahulu yang penulis

peroleh tentang topik yang berkaitan dengan penelitian ini dan penulis jadikan

referensi sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2015) dengan judul Analisis

Pendapatan Usahatani Kangkung Organik Petani Binaan Agribusiness

Development Center (ADC) di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: 1) biaya usahatani kangkung organik petani binaan

Agribusiness Development Center (ADC) di Kabuaten Bogor sebesar Rp.

17.985.220,-/tahun dengan rata – rata luas lahan 575m2. 2) pendapatan

usahatani kangkung organik petani binaan Agribusiness Development Center

(ADC) di Kabuaten Bogor sebesar Rp. 45.801.580,-/tahun dengan nilai rata –

rata luas lahan 575m2. 3) analisis pendapatan usahatani kangkung organik

petani binaan Agribusiness Development Center (ADC) di Kabuaten Bogor

dari hasil R/C rasio sebesar 3,55 artinya kegiatan usaha tersebut

menguntungkan atau layak, B/C ratio sebesar 2,55 artinya kegiatan usaha

tersebut menguntungkan atau layak, BEP volume mendapatkan nilai sebesar

2.569Kg/tahun/m2 serta BEP harga sebesar Rp. 1.973,-/Kg/tahun/m2 dan

Payback Period (PP) sebesar 1,48. Persamaan pada penelitian ini terletak

pada metode analisis yang digunakan, sedangkan perbedaannya yaitu pada

24
jenis komoditi dan lokasi penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, dkk (2013) mengenai Pola

Kemitraan dan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit : Kasus Kemitraan

Usahatani Kelapa Sawit Antara PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha

Bekri dengan Petani Mitra di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo,

Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1).

Sistem kelembagaan dalam pengelolaan usahatani kelapa sawit yang

menerapkan pola kemitraan di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo,

Kabupaten Lampung Tengah antara PT Perkebunan Nusantara VII dan petani

mitra sudah berjalan dengan efektif. Adapun pola kemitraan pada usahatani

kelapa sawit antara petani dan perusahaan adalah pola kemitraan inti plasma.

2). Pada pola ini, perusahaan bertindak sebagai pemberi pinjaman modal

berupa bibit kelapa sawit yang siap tanam dan disertai dengan pembinaan

teknis berupa bimbingan langsung maupun penyuluhan mengenai cara

penanaman, pemeliharaan hingga panen kelapa sawit yang baik. 3). Usahatani

kelapa sawit petani di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo,

Kabupaten Lampung Tengah yang bermitra dengan perusahaan secara

finansial layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Gross

B/C sebesar 1,6616; B/C sebesar 1,9519; NPV sebesar 188.556.020,086;

IRR sebesar 23,3516; dengan Payback period selama 9 tahun pada tingkat

suku bunga 16%. Persamaan pada penelitian ini adalah terletak pada metode

analisis yang digunakan, sedangkan perbedaannya yaitu pada jenis komoditi

dan lokasi penelitian.

25
3. Penelitian yang dilakukan oleh Utama (2011) dengan judul Analisis

Pendapatan Usaha Pengolahan Fillet Ikan (Studi Kasus: PT. Ojid Kharisma

Nusantara pada Tahun 2010). Hasil penelitian ini menjunjukkan bahwa: 1)

pendapatan usaha pada PT. Ojid Kharisma Nusantara pada tahun 2010

sebesar Rp. 1.182.571.556,- yang berasal dari penjualan produk fillet tuna

Maguro, fillet tuna Maguro Co serta fillet Meka (Swordfish). 2) hasil

perhitungan B/C ratio pengolahan fillet ikan sebesar 0,76 atau akan

memberikan keuntungan sebesar Rp. 76,-. 3) hasil perhitungan Payback

Period (PP) pengolahan fillet ikan yang dilakukan oleh PT. Ojid Kharisma

Nusantara memperoleh nilai sebesar 0,21 artinya usaha pengolahan fillet ikan

yang dilakukan oleh PT. Ojid Kharisma Nusantara akan mengalami

pengembalian modal pada 2 bulan 16 hari. 4) hasil perhitungan BEP harga

pengolahan fillet tuna Maguro sebesar Rp. 48. 191,-/kg, BEP volume

produksi sebesar 171,5 Kg, serta BEP penerimaan sebesar Rp. 8.264.756,5,-.

Perhitungan BEP harga fillet tuna Maguro Co sebesar Rp. 35.172,-/kg, BEP

volume produksi sebesar 154 Kg, serta BEP penerimaan sebesar Rp.

5.416.488,-. Sedangkan hasil perhitungan BEP harga fillet Meka (Swordfish)

sebesar Rp. 38.134,-/kg, BEP volume produksi sebesar 170 Kg, serta BEP

penerimaan sebesar Rp. 6.482.780,-. Persamaan pada penelitian ini terletak

pada metode analisis yang digunakan, sedangkan perbedaannya yaitu pada

jenis komoditi dan lokasi penelitian.

26
2.11 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengkaji tentang Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi

Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Provinsi

Jawa Barat. Adanya penurunan penyaluran pupuk bersubsidi kerap dirasakan oleh

petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari selama pandemi. Selain itu, Gapoktan

Resmi Lestari dalam upaya memenuhi kebutuhan beras didalam desa, belum

melakukan pencatatan, dan perhitungan ekonomi secara rinci terkait dengan

perhitungan usahatani padi sawah sehingga gapoktan belum dapat menilai tingkat

pendapatan. Untuk melihat besarnya biaya dan pendapatan usahatani gapoktan

maka diperlukannya penelitian analisis pendapatan usahatani padi sawah pada

Gapoktan Resmi Lestari.

Gapoktan Resmi Lestari melakukan kegiatan usahatani dan memerlukan

biaya selama proses kegiatan. Dari hasil usahatani tersebut petani menjual

hasilnya dan menghasilkan penerimaan. Pendapatan diperoleh dari penerimaan

dikurangi dengan biaya produksi. Penerimaan ini berasal dari total produksi dikali

dengan harga jual. Biaya produksi berasal dari hasil penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel.

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap pengumpulan data

terlebih dahulu yaitu, dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Gapoktan Resmi Lestari di

Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat.

27
Analisis pendapatan digunakan untuk menghitung besarnya tingkat

pendapatan yang diperoleh pada usahatani Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

dengan Keuntungan atas biaya (B/C ratio), Break Even Point (BEP), Payback

Period (PP). Berikut merupakan singkat alur kerangka pemikiran dari penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

28
Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor

Subsidi Pupuk Menurun Akibat


Pengalihan Anggaran Pandemi Covid
19

Analisis Pendapatan Usahatani


Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Kecamatan Megamendung Kabupaten
Bogor.

Analisis Pendapatan Usaha


1. Biaya Usaha
- Biaya Tetap
- Biaya Variabel
2. Penerimaan
3. Pendapatan
4. B/C ratio, Break Even
Point (BEP), Payback
Period (PP)

Keberlangsungan Usahatani Gapoktan


Resmi Lestari di Desa Sukaresmi
Kecamatan Megamendung, Kabupaten
Bogor
Gambar 1 Kerangka Pemikiran

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Resmi Lestari, Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan November 2020 – Februari 2021 dalam waktu 3 bulan.

Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa Gapoktan Resmi Lestari melakukan kegiatan usahatani padi sawah

ditengah pengurangan pupuk bersubsidi dan dalam upaya memenuhi kebutuhan

beras didalam desa.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan ialah data kuantitatif. Sumber data yang

dibutuhkan berasal dari sumber data primer dan data sekunder. Data primer

didapat secara langsung melalui wawancara menggunakan panduan wawancara

kepada Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung,

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, serta melakukan wawancara dengan

petugas penyuluh lapangan sebagai informasi pendukung dalam penelitian. Data

sekunder yang digunakan antara lain : data kondisi sosial-ekonomi wilayah

setempat, teori-teori dan hasil-hasil penelitian terkait dengan penelitian ini yang

berasal dari jurnal-jurnal, buku-buku, karya-karya ilmiah serta informasi terkait

usahatani gapoktan, serta data lainnya.


3.3 Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana petani yang

dijadikan responden sesuai dengan persyaratan yaitu petani padi sawah Gapoktan

Resmi Lestari. Populasi petani pada gapoktan ada sebanyak 30 orang dan semua

populasi tersebut dijadikan sampel dan responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh penulis untuk melakukan pengumpulan data

dan keterangan-keterangan pada penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu

observasi, wawancara.

1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung obyek penelitian

sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan atau kondisi tempat

penelitian.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun (panduan wawancara) kepada Gapoktan

Resmi Lestari yang melakukan usahatani padi di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, atau dapat

dihitung secara langsung. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan analisis

data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan adalah data

mengenai identitas petani yang merupakan anggota Gapoktan Resmi Lestari padi

31
sawah, sebagai karakteristik responden terdiri dari; jenis kelamin, usia,

pendidikan, status dan jumlah tanggungan petani padi sawah Gapoktan Resmi

Lestari. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk mengetahui struktur biaya

usahatani padi sawah, produksi, harga jual, dan juga penerimaan usahatani padi

sawah. Data kuantitatif tersebut dikumpulkan kemudian ditabulasi untuk dapat

dianalisis dan menjadi hasil penelitian menggunakan alat bantu Microsoft office

excel. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuntungan atas biaya

(B/C ratio), BEP (Break Even Point), dan PP (Payback Periode).

3.5.1 Analisis Pendapatan

Pada analisis usahatani, data terkait biaya, penerimaan dan pendapatan

usahatani perlu diketahui. Perhitungan pengeluaran (biaya total), penerimaan, dan

pendapatan usaha, mengacu kepada Soekartawi (2016 : 58) sebagai berikut:

1. Biaya Total

Biaya total (Total Cost) adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya

variabel, hal tersebut dinyatakan sebagai rumus berikut :

Keterangan :

TB : Total biaya usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

BT : Biaya tetap usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

BV: Biaya Variabel usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

32
Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

2. Penerimaan

Penerimaan didapatkan dari perkalian produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Hal tersebut dinyatakan pada rumus berikut :

Keterangan :

TP : Total penerimaan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

HJ : Harga jual usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

JP : Jumlah penjualan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan sellisih antara penerimaan dengan seluruh biaya. Hal

tersebut dinyatakan dengan rumus berikut :

Keterangan :

PU : Pendapatan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

TP : Total penerimaan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

TB : Total biaya usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

33
3.5.2 Penyusutan

Perhitungan penyusutan yang digunakan untuk usahatani padi sawah

Gapoktan Resmi Lestari menggunakan metode garis lurus (straight line method).

Mengacu kepada Hery (2015 : 195) metode ini menghubungkan alokasi biaya

dengan berlalunya waktu, dan pembebanan periodik yang sama sepanjang umur

asset. Rumus yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

P : Penyusutan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

I : Investasi usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

UE :Umur ekonomis usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

3.5.3 Analisis Rasio Keuntungan atas Biaya (B/C Ratio)

Mengacu kepada Cahyono (2007 : 99) bahwa B/C ratio merupakan perbandingan

antara kas bersih dan total biaya yang dikeluarkan. B/C ratio digunakan dalam

analisis kelayakan usaha. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 0 maka usahatani

yang dijalankan mengalami keuntungan dan layak untuk dijalankan. Semakin

besar nilai B/C maka semakin besar nilai manfaat yang diperolah dari usahatani

34
tersebut. Adapun perhitungan B/C ratio adalah sebagai berikut :

Keterangan :

PU : Pendapatan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

TB : Total biaya usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

3.5.4 Analisis BEP (Break Even Point)

Mengacu kepada Padangaran (2013: 93), analisis break even point atau bisa

juga disebut analisis titik pulang pokok adalah suatu teknik analisis yang

digunakan untuk menghitung jumlah volume produksi, sebuah usaha akan

mencapai titik dimana penerimaan persis sama dengan total modal yang

digunakan. Ada dua jenis perhitungan BEP yaitu, BEP volume dan BEP harga

produksi. Adapun perhitungan BEP volume dan BEP harga adalah sebagai

berikut:

Keterangan :

TB : Total biaya usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

35
HJ : Harga jual usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

TProd : Total produksi usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

BEP Produksi bertujuan untuk mengetahui volume produksi yang dibutuhkan

untuk mencapai titik impas dalam usahatani gapoktan di Kecamatan

Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan BEP harga

digunakan untuk mengetahui berapa harga yang dibutuhkan untuk mencapai titik

impas dalam usahatani gapoktan di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat.

3.5.5 Analisis PP (Payback Period)

Mengacu kepada Lukman (2004: 444) payback period adalah perhitungan

atau penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup nilai investasi suatu

proyek tersebut. Adapun Perhitungan payback period untuk suatu proyek yang

mempunyai pola aliran kas yang sama dari tahun ke tahun dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

usim Tanam

Keterangan :

I : Investasi usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi

Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

TP : Total Pendapatan usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari di Desa

Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

36
3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksud untuk menghindari kesalahan pemahaman dan

perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam penelitian.

Berikut merupakan definisi operasional dalam penelitian ini:

1. Usahatani padi sawah dalam penelitian ini adalah usahatani padi sawah pada

satu kali musim tanam.

2. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang

relatif tetap jumlahnya, besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar

kecilnya produksi usahatani padi sawah, biaya tetap dinyatakan dalam satuan

rupiah (Rp).

3. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang

terdiri dari bibit, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida,

perawatan pompa air, ongkos transportasi, penggilingan, perawatan traktor,

bensin traktor, biaya angkut penggilingan yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh produksi usahatani padi sawah yang dinyatakan dalam satuan rupiah

(Rp).

4. Biaya total adalah penjumlahan total biaya tetap dan biaya variabel.

5. Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli segala

keperluan yang dibutuhkan sebelum memulai suatu usahatani padi sawah

6. Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan terhadap alat-alat yang

digunakan per satu kali musim tanam padi sawah. Besarnya penyusutan alat

pertanian ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight line

method) yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)

37
7. Penerimaan usahatani adalah hasil produksi padi sawah dikalikan dengan

harga jual yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

8. Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dikurangi total

biaya operasional pada suatu usahatani padi sawah yang dinyatakan dalam

satuan rupiah (Rp).

9. B/C ratio adalah perbandingan nilai antara total pendapatan dengan total

biaya operasional dalam satu periode usahatani padi sawah

10. BEP (Break Even Point) adalah titik pertemuan antara biaya dan penerimaan

dimana usahatani padi sawah tidak mengalami untung maupun rugi.

11. PP (Payback Period) adalah perbandingan antara investasi yang dikeluarkan

dengan pendapatan usahatani padi sawah yang diperoleh.

38
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis dan Batas Administrasi

Desa Sukaresmi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Megamendung Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini berjarak 2,5 Km dari pusat

pemerintahan Kecamatan Megamendung dan 38 Km dari Ibukota Kabupaten

Bogor. Desa Sukaresmi memiliki wilayah dengan luas keseluruhan 618 ha yang

digunakan untuk Sawah, Ladang, Pemukiman, Perkebunan, Tanah Kas Desa,

Fasilitas Umum, dan Hutan. Penggunaan lahan secara rinci terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Lahan berdasarkan penggunaan di Desa Sukaresmi pada tahun 2020

Jenis Lahan Luas Lahan (ha) Presentase (%)


Sawah 130 21,1
Ladang 137 22,1
Pemukiman 15,3 2,4
Pekarangan 7,5 1,2
Perkebunan 94 15,2
Hutan 195 31,5
Tanah Kas Desa 1,8 0,2
Fasilitas umum 37,4 6
Total 618 100
Sumber: Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor (2020)

Berdasarkan Tabel 6, Lahan sawah merupakan salah satu dari sebagian besar

lahan yang terpakai di Desa Sukaresmi . Luas lahan yang terpakai untuk areal

persawahan sebesar 130 ha atau 21,1% dari keseluruhan lahan yang dimiliki oleh

Desa Sukaresmi . Secara geografis Desa Sukaresmi terletak antara 1060 55’ BT

dan - 60 43’ LS. Desa ini berada pada ketinggian 731 meter diatas permukaan laut,

memiliki rata-rata curah hujan 304 mm dengan suhu berkisar 15 – 36 Co. Desa
Sukaresmi merupakan salah satu dari 12 Desa yang berada di kawasan

Kecamatan Megamendung. Batas wilayah Desa Sukaresmi sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Sukamanah, Megamendung

2. Sebelah Selatan : Hutan

3. Sebelah Timur : Desa Sukagalih, Megamendung

4. Sebelah Barat : Desa Bojong Murni, Ciawi

4.2 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Sukaresmi memliki 6.614 jiwa penduduk yang terdiri dari 3.505

laki-laki dan 3.109 dengan jumlah Kepala Keluarga 1.717 KK. Berikut

merupakan data penduduk desa berdasarkan kelompok umur pada Tabel 4 :

Tabel 7. Penduduk Desa Sukaresmi Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin pada tahun 2020

Kelompok Umur Presentase


No. Laki-laki Presentase% Perempuan
(Tahun) %
1. 0-6 248 7 247 7,9
2. 7 - 12 446 12,7 385 12,4
3. 13 - 18 476 13,5 389 12,5
4. 19 - 25 582 16,6 557 17,9
5. 26 - 40 860 24,5 737 24
6. 41 - 55 516 15 499 16
7. 56 - 65 246 7 161 5
8. 65 - 75 96 2,7 92 3
9. >75 35 1 42 1,3
Jumlah 3.505 100 3.109 100
Sumber: Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor (2020)

Berdasarkan Tabel 7,dapat dilihat penduduk laki-laki terbanyak ada pada usia

26 – 40 tahun yaitu 860 jiwa atau 24,5% dan penduduk perempuan terbanyak ada

pada umur 26 – 40 tahun yaitu 737 jiwa atau 24%. Penduduk Desa Sukaresmi di

dominasi dengan penduduk dengan usia produktif.

40
Tabel 8. Penduduk Desa Sukaresmi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun
2020

Jumlah Presentase
No. Tingkat Pendidikan
(Orang) (%)
1. Tamat SD 3.956 75,2
2. Tamat SMP 784 15
3. Tamat SMA 444 8,4
4. Tamat D-3/Sederajat 30 0,5
5. Tamat S-1/Sederajat 40 0,8
6. Tamat S-2/Sederajat 3 0,09
7. Tamat S-3/Sederajat 1 0,01
Jumlah 5.258 100
Sumber: Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor (2020)

Berdasarkan Tabel 8, tingkat pendidikan yang diterima oleh penduduk

Desa Sukaresmi sebagian besar di tingkat dasar mencapai 75,2% atau sebanyak

3.956 orang. Penduduk tamat SMP sebanyak 15% atau 784 orang, penduduk

tamat SMA sebanyak 8,4% atau 444 orang, penduduk tamat D3 0,5% atau 30

orang, penduduk tamat S-1 0,8% atau 40 orang, penduduk tamat S-2 sebanyak

0,09% atau 3 orang, dan penduduk tamat S-3 0,01% atau 1 orang. Artinya masih

banyak dari penduduk Desa Sukaresmi yang belum sadar akan pentingnya

pendidikan.

Tabel 9. Penduduk Desa Sukaresmi Berdasarkan Mata Pencaharian Pada Tahun


2020

Jumlah
No. Jenis Mata Pencaharian Presentase
(orang)
1. Petani 101 10
2. Pegawai Negeri Sipil 39 4
3. Wiraswasta 829 82
4. Karyawan Swasta 40 4
Jumlah 1.009 100
Sumber : Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor (2020)

Berdasarkan Tabel 9, ditinjau dari mata pencahariannya, maka mata

pencaharian yang paling besar dilakukan oleh penduduk Desa Sukaresmi adalah

41
wiraswasta sebesar 82% atau 829 orang. Selanjutnya ialah mata pencaharian

sebagai petani yaitu sebesar 10% atau sebesar 101 dan memiliki 1 gapoktan yang

didalamnya terdapat 5 kelompok tani yaitu Tunas Tani, Mitra Tani, Bumi Lestari,

Timbul Wangi, Mekar Tani. Kemudian pegawai negeri sipil yaitu sebesar 4% atau

39 orang, dan karyawan swasta sebesar 4% atau sebesar 40 orang.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi menuju Desa Sukaresmi dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Adanya sarana

transportasi umum yaitu angkot maupun ojeg motor untuk memudahkan

transportasi penduduk dari desa ke jalan raya. Kondisi jalan di Desa Sukaresmi

cukup bagus dengan keadaan jalan yang sudah diaspal.

Prasarana pemerintahan yang ada berupa gedung kantor, balai desa atau

kelurahan. Prasarana pendidikan berupa 2 unit gedung TK, 1 unit gedung SD, 3

unit gedung SMP, 2 unit gedung SMA, 1 unit gedung PTS, 2 unit lembaga

pendidikan agama. Prasarana peribadatan berupa 3 unit masjid dan 22 unit

musholla. Prasarana kesehatan berupa 7 unit posyandu. Prasarana olahraga berupa

2 unit lapangan basket, 1 unit lapangan bulu tangkis, 1 unit lapangan bola, 1 unit

lapangan voli.

4.4 Gambaran Umum Usahatani Padi Gapoktan Resmi Lestari

Gapoktan Resmi Lestari berdiri pada 6 September 2012, yang diketuai

oleh H. Dede Supria. Pada awalnya gapoktan ini hanya terdiri dari 30 orang

42
anggota, saat ini Gapoktan Resmi Lestari terdiri dari 5 anggota kelompok tani

yaitu Tunas Tani, Mitra Tani, Bumi Lestari, Timbul Wangi, Mekar Tani yang

terdiri dari 90 orang anggota petani. Pada dasarnya Gapoktan Resmi Lestari

merupakan gabungan kelompok tani yang bergerak dibidang budidaya tanaman

pangan, hortikultura, serta peternakan. Usahatani padi yang dijalankan oleh petani

Gapoktan Resmi Lestari masih menggunakan sistem tradisional. Pupuk yang

digunakan yaitu masih menggunakan pupuk kimia, dan masih menggunakan

pestisida dalam membasmi hama padi. Pada saat ini hasil panen padi hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan beras di desa.

Karakteristik responden merupakan ciri atau atau sifat yang dimiliki oleh

responden. Responden dalam penelitian ini merupakan petani padi sawah yang

merupakan bagian dari Gapoktan Resmi Lestari. Karakteristik pada penelitian ini

terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan luas lahan.

Tabel 10. Responden penelitian berdasarkan umur petani padi sawah Gapoktan
Resmi Lestari Tahun 2020

Jumlah Presentase
No. Umur
(orang) (%)
1. 30 – 40 3 10
2. 41 – 50 6 20
3. 51 – 60 12 40
4. 61 – 70 9 30
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa petani padi sawah tergolong pada

umur 30 - 40 tahun sebanyak 10% atau 3 orang, umur 41 - 50 tahun sebanyak

20% atau 6 orang, umur 51 - 60 sebanyak 40 % atau 12 orang, dan umur 61 - 70

sebanyak 30% atau 9 orang. Artinya petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari

43
cenderung produktif pada umur 51 - 60 tahun dan 61 – 70 tahun atau 70% petani

responden, hal ini berpengaruh pada perilaku petani dalam mengelola usahatani.

Tabel 11. Responden penelitian berdasarkan jumlah tanggungan keluarga petani


padi sawah Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020

Tanggungan Keluarga Jumlah Presentase


No.
(orang) (orang) (%)
1. 1 – 3 orang 17 57
2. 4 – 5 orang 13 43
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan jumlah tanggungan keluarga pada Tabel 11, dapat dilihat

tanggungan keluarga terbanyak ada pada 1-3 orang yaitu sebanyak 17 orang

dengan presentase 57% dan tanggungan keluarga selanjutnya ada pada 4-5 orang

dengan yaitu sebanyak 13 orang dengan presentase 43%. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa tanggungan keluarga pada petani padi sawah Gapoktan Resmi

Lestari tidak terlalu besar.

Tabel 12. Responden Penelitian berdasarkan pengalaman bertani petani padi


sawah Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020

Pengalaman Usahatani Jumlah Presentase


No.
(tahun) (orang) (%)
1. 10 – 20 tahun 25 83
2. 20 – 30 tahun 5 17
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 12, pengalaman bertani petani padi sawah Gapoktan


Resmi Lestari mayoritas sudah bertani selama 10 – 20 tahun yaitu sebanyak 25
orang atau sebesar 83% dari total responden. Kemudian untuk 5 orang lainnya
sudah memiliki pengalaman bertani selama 20 – 30 tahun atau 17% dari total
responden. Hal ini menunjukkan bahwa petani padi sawah Gapoktan Resmi
Lestari sudah cukup lama dan berpengalaman.

44
Tabel 13. Responden penelitian berdasarkan tingkat pendidikan petani padi sawah
Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020

Jumlah Presentase
No. Tingkat Pendidikan
(orang) (%)
1. SD 27 90
2. SMP 3 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 13, jumlah tingkat pendidikan

paling banyak ialah tamatan SD sebanyak 90% atau 27 orang, dan jumlah tingkat

pendidikan paling rendah ialah tamatan SMP sebanyak 10% atau 3 orang. Dapat

dilihat bahwa banyaknya petani yang masih belum memiliki tingkat kesadaran

akan pendidikan, namun para petani tersebut sangat faham akan kegiatan

usahatani padi sawah karena sudah dilakukan secara turun temurun dan

pengalaman yang sudah cukup lama.

Tabel 14. Responden penelitian berdasarkan luas lahan petani padi sawah
Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020

Luas Lahan Jumlah Presentase


No.
(m2) (orang) (%)
1. < 5.000 20 66,6
2. 5.000 – 10.000 9 30
3. > 10.000 1 3,4
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 14, dapat dillihat bahwa petani yang memiliki luas lahan

terbanyak ada pada petani dengan luas lahan lahan kurang dari 5.000 m2 sebanyak

66,6% atau 20 orang, petani yang memiliki luas lahan sebanyak 5.000 – 10.000

m2 sebanyak 30% atau 9 orang, dan petani yang memiliki luas lahan lebih dari

10.000m2 sebanyak 3,4% atau hanya 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa luas

45
lahan yang dimiliki petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari pada usahatani ini

tidak terlalu luas dan memiliki luas lahan yang hampir merata.

Tabel 15. Responden penelitian berdasarkan status lahan petani padi sawah
Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020

Jumlah Presentase
No. Status Lahan
(orang) (%)
1. Lahan Sewa 7 24
2. Lahan Garap 19 63
3. Lahan Milik Sendiri 4 13
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 15 diatas, status kepemilikan lahan petani responden


bervariasi. Terdapat 7 orang petani atau 24% petani responden yang berstatus
kepemilikan lahan sewa. Kemudian terdapat 19 orang atau 63% petani responden
yang berstatus kepemilikan lahan garap. Lahan yang digarap oleh petani
responden merupakan lahan milik pemerintah dan tidak mengeluarkan biaya atau
bagi hasil. Selanjutnya ada lahan milik sendiri yang dimiliki oleh 4 orang atau
13% petani responden dari total keseluruhan responden.
Tabel 16. Responden penelitian berdasarkan produksi GKG petani padi sawah
Gapoktan Resmi Lestari Tahun 2020

Produksi GKG Jumlah Presentase


No.
(Kg) (orang) (%)
1. < 1.000 Kg 1 3
2. 1.000 – 5.000 Kg 27 90
3. > 5.000 Kg 2 7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer, 2020 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 16, terdapat 1 orang atau 3% yang menghasilkan GKG


kurang dari 1.000 Kg. kemudian untuk hasil GKG sebanyak 1.000 – 5.000 Kg
sebanyak 27 orang atau 90%. Selanjutnya hasil GKG lebih dari 5.000 Kg
sebanyak 2 orang atau 7%. Hal ini menunjukkan mayoritas petani menghasilkan
GKG adalah sebanyak 1.000 – 5.000 Kg.

46
4.5 Kegiatan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari

Usahatani padi sawah yang dilakukan oleh Gapoktan Resmi Lestari

merupakan usahatani padi yang masih menggunakan sistem tradisional. Pada

umumnya kegiatan usahatani yang dilakukan oleh para petani gapoktan seragam,

artinya baik dalam kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemupukan dan

pemeliharaan sama, namun waktu penanaman hingga pemanenan berbeda.

Adapun benih yang digunakan oleh petani gapoktan merupakan benih berjenis IR

32. Harga benih tersebut 12.000/kg. Pupuk yang digunakan oleh petani padi

gapoktan ialah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik menggunakan pupuk

kandang, dan anorganik menggunakan pupuk urea, NPK, KCL, dan TSP. Berikut

merupakan tahapan dalam budidaya padi sawah :

1. Budidaya padi sawah diawali dengan tahap pengolahan lahan, pada tahap ini

petani menggunakan traktor milik gapoktan. Pengairan yang digunakan

petani tidak memerlukan pompa air dan menggunakan selokan untuk

pengairan sawah. Setelah lahan selesai diolah dengan traktor, kemudian lahan

sawah di rapihkan dan diratakan menggunakan cangkul. Selanjutnya,

melakukan persemaian benih. Benih yang diperlukan untuk persemaian

kurang lebih 212 Kg untuk total lahan seluas 14 ha.

2. Setelah lahan persemaian siap, benih yang telah di rendam selama 24 jam,

kemudian disebar di lahan secara merata sampai benih berumur 14 – 20 hari.

Setelah itu benih dapat ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Benih

yang digunakan oleh petani Gapoktan Resmi Lestari merupakan benih jenis

47
IR 32. Padi dapat ditanam 2 kali dalam setahun. Benih yang dibutuhkan

sekitar 25 kg/ha sawah. Benih dapat dibeli di pasar dengan harga 12.000/kg.

3. Selanjutnya, melakukan penanaman padi atau biasa disebut dengan Tandur.

Biasanya saat tandur membutuhkan bantuan tenaga kerja wanita dengan upah

30.000/ orang dan dilakukan hanya sampai pukul 12 siang. Setelah dilakukan

penanaman, padi diberikan pupuk. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali dalam

satu kali musim tanam, pertama kali pada saat pengolahan lahan,dan pupuk

yang digunakan merupakan pupuk organik yaitu pupuk kandang, kemudian

yang kedua saat padi berumur 20 hari yaitu menggunakan pupuk anorganik

yaitu Urea, NPK, KCL, TSP.

4. Pemanenan biasanya dilakukan ketika padi berumur 100 - 110 hari setelah

tanam. Saat pemanenan biasanya petani membutuhkan tenaga kerja tambahan

dengan biaya tenaga kerja sebesar Rp 80.000/ orang untuk tenaga kerja laki -

laki dengan jam kerja dari pukul 7 pagi hingga pukul 3 sore, sedangkan untuk

tenaga kerja wanita sebesar 30.000/orang dengan jam kerja dari pukul 7 pagi

hingga pukul 12 siang. Untuk biaya pengangkutan padi dengan di panggul

sebesar Rp 20.000/ karung. Setelah padi dipanen kemudian padi dirontokkan

secara manual, kemudian dikeringkan dengan cara di jemur dibawah sinar

matahari selama 2 – 3 hari, setelah itu baru padi di giling menggunakan mesin

penggiling yang ada di desa dengan cara menyewa mesin penggiling tersebut

dengan biaya Rp600/kg beras.

48
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari

Biaya usahatani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari terdiri dari biaya

tetap dan biaya variabel dalam satu musim tanam. Biaya tetap terdiri dari sewa

lahan, dan biaya penyusutan alat. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya

pupuk organik dan anorganik, biaya pestisida, biaya tenaga kerja luar keluarga,

biaya benih, biaya transportasi, biaya penggilingan, biaya perawatan traktor, biaya

bensin traktor, dan biaya angkut. Selain itu terdapat biaya investasi, dan biaya

penyusutan.

5.1.1 Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan modal awal yang dikeluarkan oleh petani padi

sawah Gapoktan Resmi Lestari dalam memulai usahatani padi sawah. Berikut

merupakan total investasi yang dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan

Resmi Lestari dapat dilihat pada Tabel 17.

Berdasarkan Tabel 17, menunjukan bahwa total biaya peralatan yang

dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari adalah sebesar

Rp51.800.000. Biaya terbesar pertama yang dikeluarkan oleh petani padi sawah

Gapoktan Resmi Lestari adalah biaya untuk pembelian satu buah traktor sebesar

Rp20.000.000, kemudian ada biaya untuk pembelian 1 buah motor roda tiga

sebesar 18.000.000, lalu biaya untuk pembelian 1 buah kultivator sebesar


Rp5.000.000, biaya untuk pembelian 22 buah spryer sebesar Rp3.300.000, biaya

untuk pembelian 1 buah timbangan sebesar Rp3.000.000, biaya untuk pembelian

30 buah golok sebesar Rp1.050.000, biaya untuk pembelian 34 buah cangkul

sebesar Rp850.000, biaya untuk pembelian 55 buah ember sebesar Rp825.000,

biaya untuk pembelian 30 buah kored sebanyak 450.000, biaya untuk pembelian 1

buah caplak roda legowo sebesar Rp70.000, dan biaya untuk pembelian 1 buah

caplak biasa sebesar Rp20.000. Biaya Investasi yang dikeluarkan oleh petani padi

sawah Gapoktan Resmi Lestari adalah sebesar Rp52.625.000.

Tabel 17. Total Biaya Investasi Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

No. Komponen Jumlah Harga satuan Total biaya


(unit) (Rp) (Rp)
1. Traktor 1 20.000.000 20.000.000
2. Spryer 22 150.000 3.300.000
3. Timbangan 1 3.000.000 3.000.000
4. Golok 30 35.000 1.050.000
5. Ember 55 15.000 825.000
6. Cangkul 34 25.000 850.000
7. Kored 30 15.000 450.000
8. Caplak Biasa 1 20.000 20.000
9. Caplak Roda Legowo 1 70.000 70.000
10. Motor Roda Tiga 1 18.000.000 18.000.000
11. Kultivator 1 5.000.000 5.000.000
12. Gasrok 2 30.000 60.000
Total Biaya 52.625.000
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2021 (Diolah)

5.1.2 Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan merupakan biaya dari penurunan manfaat dan kualitas

(penyusutan) dari aset tetap selama umur ekonomisnya. Berikut adalah total biaya

50
penyusutan yang dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari

dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Total Biaya Penyusutan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

No. Komponen Jumlah Harga Nilai beli Umur Penyusutan


(unit) satuan (Rp) ekonomis (Rp)
(Rp) (Tahun)
1. Traktor 1 20.000.000 20.000.000 5 4.000.000
2. Spryer 22 150.000 3.300.000 5 660.000
3. Timbangan 1 3.000.000 3.000.000 5 600.000
4. Golok 30 35.000 1.050.000 5 210.000
5. Ember 55 15.000 825.000 5 165.000
6. Cangkul 34 25.000 850.000 5 170.000
7. Kored 30 15.000 450.000 5 90.000
8. Caplak Biasa 1 20.000 20.000 5 4.000
9. Caplak Roda 1 70.000 70.000 5 14.000
Legowo
10. Motor Roda 1 18.000.000 18.000.000 5 3.600.000
Tiga
11. Kultivator 1 5.000.000 5.000.000 5 1.000.000
12. Gasrok 2 30.000 60.000 5 12.000
Total biaya 10.525.000
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2021 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 18, menunjukan bahwa total biaya penyusutan yang

dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari adalah sebesar

Rp10.525.000. Penyusutan dihitung menggunakan metode penyusutan garis lurus.

Perhitungan penyusutan alat-alat pertanian masing-masing disesuaikan dengan

nilai umur ekonomis. Penyusutan pada usahatani padi sawah ini yaitu traktor,

spryer, timbangan, golok, ember, cangkul, kored, caplak biasa, caplak roda

legowo, motor roda tiga, kultivator, dan gasrok. Total biaya penyusutan yang

dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari adalah sebesar

Rp10.525.000 setahun.

51
5.1.3 Biaya Tetap

Biaya tetap pada penelitian ini meliputi biaya sewa lahan dan penyusutan alat.

Lahan yang digunakan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari ialah

lahan sendiri, lahan garap, dan lahan sewa. Lahan garap yang digunakan oleh

responden merupakan lahan kosong milik pemerintah, dan tidak ada bagi hasil.

Perhitungan biaya sewa lahan dan penyusutan alat terdapat pada Lampiran 3.

Hasil dari perhitungan biaya tetap usahatani padi sawah satu musim tanam

periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha terdapat pada Tabel 19

dibawah ini.

Tabel 19. Komponen Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

Biaya
No. Uraian
(Rp)
1. Sewa Lahan 28.600.000
2. Penyusutan Alat 10.525.000
Total Biaya Tetap 39.125 .000
Sumber : Lampiran 3 dan Tabel 18.

Berdasarkan Tabel 19, komponen biaya tetap usahatani padi sawah ialah

biaya sewa lahan dan penyusutan alat. Petani yang tidak memiliki lahan untuk

usahatani maka petani tersebut menggunakan lahan sewa ataupun lahan garap.

Lahan garap tidak membutuhkan biaya ataupun sistem bagi hasil. Dari 30 petani,

terdapat 7 petani yang menggunakan lahan sewa dengan biaya dan luas lahan

yang berbeda-beda. Biaya lahan sewa per petani terdapat pada Lampiran 3 kolom

4. Total biaya untuk sewa lahan sebesar Rp 28.600.000.

52
Kemudian adalah penyusutan alat, metode penyusutan alat yang digunakan

pada penelitian ini ialah metode penyusutan garis lurus. Penyusutan pada

usahatani padi sawah ini yaitu traktor, spryer, timbangan, golok, ember, cangkul,

kored, caplak biasa, caplak roda legowo, motor roda tiga, kultivator, dan gasrok.

Biaya penyusutan petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari sebesar

Rp10.525.000. Perhitungan biaya penyusutan terdapat pada Tabel 18. Dapat

dilihat total biaya tetap adalah sebear Rp39.125 .000.

5.1.4 Biaya Variabel

Biaya variabel pada penelitian ini meliputi biaya TKLK (tenaga kerja luar

keluarga), benih, pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, transportasi,

penggilingan, perawatan traktor, bensin traktor, biaya angkut. Biaya variabel yang

digunakan ialah biaya variabel satu musim tanam periode November 2020 –

Februari 2021 Per 14,1 ha. Komponen biaya variabel usahatani padi sawah

terdapat pada Tabel 20.

Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa biaya variabel tertinggi ialah

biaya pupuk anorganik. Besarnya biaya pupuk yang digunakan dikarenakan ada

beberapa jenis pupuk anorganik yang digunakan oleh petani responden yaitu

pupuk urea, NPK, TSP, dan KCL yaitu sebesar Rp. 37.425.000. Perhitungan biaya

pupuk anorganik dapat dilihat pada Lampiran 5.

Selanjutnya ialah pupuk organik. Perhitungan biaya pupuk organik

terdapat pada Lampiran 5. Pupuk organik yang digunakan ialah pupuk kandang.

Pupuk kandang digunakan saat pemberian pupuk pertama kali pada saat

53
pengolahan tanah. Jumlah pupuk yang digunakan 1.615 karung dengan ukuran

20Kg/karung sebesar Rp32.300.000. Perhitungan biaya pada pupuk organik dapat

dilihat pada Lampiran 5 .

Selanjutnya ialah komponen biaya variabel penggilingan. Penggilingan

merupakan proses dari gabah kering giling menjadi beras, karena hasil produksi

yang dijual sudah merupakan dalam bentuk beras. Biaya penggilingan sebesar

Rp600 perkilo beras, tergantung kualitas gabah untuk menghasilkan beras. Biaya

yang dikeluarkan untuk penggilingan gabah kering giling pada periode November

2020 – Februari 2021 sebesar Rp 28.692.540. Perhitungan biaya penggilingan

dapat dilihat pada Lampiran 6 kolom 7.

Pestisida yang diperlukan setiap petani berbeda-beda tergantung luas lahan

yang digunakan oleh petani responden. Pestisida yang digunakan oleh petani

responden yaitu pestisida jenis decis yang dijual dipasaran. Pestisida digunakan

guna untuk merawat tanaman padi sawah dari serangan hama. Penyemprotan

pestisida dilakukan pada saat padi berumur kurang dari satu bulan dan lebih dari

satu bulan. Pestisida yang digunakan sebanyak 14.150 liter dengan biaya sebesar

Rp 4.288.000. perhitungan biaya pestisida dapat dilihat pada Lampiran 6 kolom 3.

Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang dibutuhkan oleh petani padi

sawah tergantung dari luas lahan yang digunakan dan produktivitas petani

tersebut. HOK untuk tenaga kerja laki-laki sebesar 80.000/hari/8 jam, sedangkan

HOK untuk tenaga kerja perempuan sebesar 30.000/hari/5 jam. Biaya yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga petani responden sebesar

Rp9.400.000. Perhitungan biaya tenaga kerja terdapat pada Lampiran 4.

54
Benih yang digunakan oleh petani responden yaitu benih IR 32.

Perhitungan biaya benih dapat dilihat pada Lampiran 4 kolom 9. Benih yang

digunakan setiap petani responden berbeda-beda tergantung luas lahan yang

digunakan untuk usahatani. Total Benih yang digunakan oleh 30 petani

responden yaitu 212,5 kg dengan total luas lahan 141.500 m2 sebesar

Rp2.550.000.

Biaya pengangkutan ketempat penggilingan yang dikeluarkan oleh petani

responden sebesar Rp 1.740.000. perhitungan biaya angkut dapat diilihat pada

Lampiran 6 kolom 9.

Biaya transportasi yang dimaksud ialah biaya yang dikeluarkan saat membeli

pupuk, benih, dan pestisida yang dibeli di pasar muncang. Biaya transportasi

yang dikeluarkan oleh petani responden sebesar Rp 1.500.000. Perhitungan biaya

transportasi yang digunakan oleh setiap petani responden dapat dilihat pada

Lampiran 6 kolom 8.

Bensin traktor yang digunakan setiap petani responden berbeda-beda

tergantung luas lahan yang digunakan untuk usahatani. Perhitungan biaya bensin

traktor yang digunakan setiap petani responden terdapat pada Lampiran 6 kolom

5. Biaya yang digunakan untuk bensin traktor sebesar Rp 451.500.

Perawatan traktor sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan usahatani padi

karena traktor sangat dibutuhkan dalam hal pengolahan lahan. Perawatan traktor

berupa service ganti oli traktor yang dilakukan setiap musim tanam. Biaya yang

dibutuhkan untuk perawatan traktor setiap musim tanam sebesar Rp.100.000

55
terdapat pada Lampiran 6 kolom 10. Total biaya variabel yang dikeluarkan oleh

petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari adalah sebesar Rp118.447.040.

Tabel 20. Komponen Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021
Per 14,1 ha

Jumlah
No. Uraian
(Rp)
1. TKLK 9.400.000
2. Benih 2.550.000
3. Pupuk Organik 32.300.000
4. Pupuk Anorganik 37.425.000
5. Pestisida 4.288.000
6. Ongkos Transportasi 1.500.000
7. Penggilingan 28.692.540
8. Perawatan Traktor 100.000
9. Bensin Traktor 451.500
10. Biaya Angkut Penggilingan 1.740.000
Total Biaya Variabel 118.447.040
Sumber : Lampiran 5 dan 6.

5.1.5 Biaya Total

Total biaya usahatani padi sawah satu musim tanam periode November 2020

– Februari 2021 merupakan penjumlahan dari semua komponen biaya tetap dan

biaya variabel. Total biaya yang digunakan oleh petani padi sawah Gapoktan

Resmi Lestari dapat dilihat pada Tabel 21.

Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa biaya terbesar dalam usahatani

padi sawah adalah biaya variabel. Biaya variabel petani padi sawah Gapoktan

Resmi Lestari satu musim tanam periode November 2020 – Februari 2021 yaitu

dengan jumlah Rp118.447.040, Sedangkan biaya tetap usahatani padi sawah

sebesar Rp39.125.000. Total biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah

56
Gapoktan Resmi Lestari satu musim tanam periode November 2020 – Februari

2021 adalah sebesar Rp 157.572.040.

Tabel 21. Komponen Total Biaya Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

Biaya
No. Uraian
(Rp)
1. Biaya Tetap 39.125.000
2. Biaya Variabel 118.447.040
Total Biaya 157.572.040
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2021 (Diolah)

5.2 Penerimaan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari

Penerimaan usahatani merupakan hasil dari produksi yang diterima oleh

petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari. Penerimaan usahatani padi sawah

diperoleh dari total produksi dari GKG menjadi beras dikalikan dengan harga per

kilogram. Penerimaan yang didapatkan oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi

Lestari dapat dilihat pada Tabel 22 dibawah ini.

Tabel 22. Penerimaan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim
Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Volume Konsumsi Volume Harga


Penerimaan
No. Uraian Produksi Sendiri Penjualan Jual
(Rp)
(Kg) (Kg) (Kg) (Rp/Kg)
1. Beras 47.822 1.095 46.727 12.000 560.718.000
Total
560.718.000
Penerimaan
Sumber : Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa hasil penerimaan didapatkan

dari hasil volume penjualan beras yang dihasilkan yaitu sebanyak 46.727 Kg dan

dikalikan dengan harga jual beras perkilo yaitu Rp 12.000/Kg dan total

57
penerimaan sebesar Rp560.718.000. Harga jual beras ditentukan atas kesepakatan

kedua belah pihak yaitu penjual selaku petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari

dengan pembeli yaitu warga Desa Sukaresmi. Pemasaran yang dilakukan hanya

dari rumah kerumah. Perhitungan penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 7.

5.3 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari

Pendapatan usahatani padi sawah merupakan selisih antara total

penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani

padi sawah. Analisis pendapatan padi sawah dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah

ini.

Tabel 23. Pendapatan Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim
Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Biaya
No. Uraian
(Rp)
1. Penerimaan 560.718.000
2. Biaya Tetap 39.125 .000
3. Biaya Variabel 118.447.040
4. Total Biaya 157.572.040
5. Pendapatan Atas Total Biaya 403.145.960
7.. Rata – Rata Pendapatan Per Petani 13.438.198
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2021 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 23, dapat diketahui pendapatan atas total biaya

usahatani padi sawah yaitu dengan menjumlahkan seluruh biaya baik biaya tetap

maupun biaya variabel. Pendapatan menggambarkan keuntungan yang didapat

dari usahatani padi sawah oleh setiap petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari.

Pendapatan usahatani padi sawah sebesar Rp403.145.960 dengan rata-rata

pendapatan setiap petani selama 1 musim tanam sebesar Rp13.438.198. Besarnya

pendapatan ini sudah cukup memadai dan dapat dikatakan berhasil karena semua

58
biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun biaya variabel dapat terbayarkan,

selain itu petani juga mendapatkan selisih berupa laba atau keuntungan.

5.4 Kelayakan Usahatani Padi Sawah pada Gapoktan Resmi Lestari

Untuk melihat keberhasilan dan kelayakan suatu usaha yang dijalankan

oleh petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari masih belum cukup jika dilihat

dari nilai pendapatan yang diperoleh dari selisih penerimaan dengan total biaya.

Maka dari itu diperlukan analisis yang lebih mendalam untuk keberlangsungan

usahatani padi sawah ini yaitu dengan melakukan analisis biaya B/C ratio, Break

Even Poin (BEP), Payback Period (PP). Dari analisis tersebut dapat diketahui

lebih mendalam usahatani yang dijalankan oleh petani padi sawah Gapoktan

Resmi Lestari dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

5.4.1 Rasio Keuntungan Atas Biaya ( B/C Ratio)

B/C ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara pendapatan dengan

total biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani padi sawah pada

Gapoktan Resmi Lestari.

Berdasarkan Tabel 24 dibawah ini, dapat diketahui bahwa nilai B/C ratio atas

biaya total permusim tanam periode November 2020 – Februari 2021 sebesar

2,55. B/C ratio atas total biaya menunjukan bahwa usahatani yang dijalankan oleh

petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari memiliki keuntungan karena nilai B/C

ratio atas total biaya lebih besar dari 0 ( B/C ratio > 0). Hal ini menunjukan

59
bahwa usahatani padi sawah yang dijalankan memberikan keuntungan dan layak

untuk terus dilanjutkan.

Tabel 24. Keuntungan Atas Biaya Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

No. Uraian Jumlah (Rp)


1. Penerimaan 560.718.000
2. Biaya Tetap 39.125 .000
3. Biaya Variabel 118.447.040
4. Total Biaya 157.572.040
5. Pendapatan Atas Total Biaya 403.145.960
6. B/C ratio Atas Total Biaya 2,55
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2021 (Diolah)

5.4.2 Break Even Point (BEP)

Break even point (BEP) merupakan titik impas karena pada titik tersebut

pendapatan usahatani padi sawah sama dengan modal yang dikeluarkan.

Perhitungan Break Even Point (BEP) dibagi menjadi dua yaitu BEP produksi dan

BEP Harga.

1. BEP Produksi

Break Even Point (BEP) produksi atau volume merupakan hasil

pembagian dari total biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi sawah

Gapoktan Resmi Lestari dengan harga jual. Total biaya usahatani yang

dikeluarkan oleh petani responden sebesar Rp157.572.040 permusim tanam

dengan harga jual hasil produksi yang sudah berupa beras sebesar Rp. 12.000

perkilo. Analisis Break Even Point (BEP) dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini.

60
Tabel 25. Break Even Point (BEP) Produksi Usahatani Padi Sawah Gapoktan
Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari
2021 Per 14,1 ha

No. Uraian Jumlah (Rp)


1. Total Biaya 157.572.040
2. Harga Jual 12.000
BEP Volume Produksi 13.131 Kg
Sumber : Data Hasil Penelitian (2020) (Diolah)

Berdasarkan Tabel 25 diatas, dapat diketahui bahwa hasil BEP Volume

Produksi sebesar 13.131 kg. Artinya bahwa BEP produksi mengalami titik impas

pada volume produksi mencapai sebesar 13.131 kg, dan dari hasil perhitungan

tersebut bahwa pada titik itu tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.

2. BEP Harga

Break Even Point (BEP) harga merupakan pembagian antara total biaya

usahatani padi sawah petani responden dengan volume total penjualan. Total

biaya usahatani responden sebesar Rp157.572.040, dan total volume penjualan

sebesar 46.727 Kg. Analisis BEP harga dapat dilihat pada Tabel 26 dibawah ini.

Tabel 26. Break Even Point (BEP) Harga Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi
Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021
Per 14,1 ha

No. Uraian Jumlah (Rp)


1. Total Biaya 157.572.040
2. Volume Penjualan 46.727 Kg
BEP Harga Rp 3.372
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2020 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 26, hasil analisis BEP harga petani responden padi

sawah sebesar Rp3.372 per kg, yang artinya usahatani padi sawah mengalami titik

impas pada harga jual Rp3.372 per kg. Jika harga jual kurang dari nilai tersebut

61
maka usaha akan mengalami kerugian, dan bila harga lebih tinggi dari harga

tersebut akan mengalami keuntungan.

5.4.3 Payback Period (PP)

Payback Period merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

jangka waktu pengembalian modal yang telah dikeluarkan oleh petani responden

padi sawah selama produksi yang diperoleh dari perbandingan nilai investasi

dengan pendapatan. Berikut hasil analisis Payback Period dapat dilihat pada

Tabel 27 berikut ini :

Tabel 27. Payback Period (PP) Usahatani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari
Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

No. Uraian Jumlah (Rp)


1. Investasi Usahatani Padi Sawah 52.625.000
2. Pendapatan Usahatani Padi Sawah 403.145.960
Payback Period 0,1
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2020 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 27 yaitu hasil analisis Payback Period, menunjukan

hasil Payback Period sebesar 0,1 yang diperoleh dari perbandingan antara nilai

investasi dengan pendapatan. Nilai Payback Period menunjukan bahwa usahatani

padi sawah mengalami pengembalian modal dalam waktu 0,1 musim tanam atau

12 hari.

62
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan pada penelitian “Usahatani Padi Sawah

Gapoktan Resmi Lestari” dapat diambil kesimpulan berikut ini:

1. Biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi sawah Gapoktan

Resmi Lestari adalah sebesar Rp157.572.040 untuk luas lahan 14,1

ha pada 30 orang petani, yang terdiri dari biaya tetap sebesar

Rp39.125.000 dan biaya variabel sebesar Rp118.447.040.

2. Pendapatan usahatani yang didapatkan oleh petani padi sawah

Gapoktan Resmi Lestari berasal dari penerimaan hasil dari penjualan

produksi padi sawah yang sudah berupa beras sebesar

Rp560.718.000 bila dikurangi dengan total biaya sebesar

Rp157.572.040 maka pendapatan usahatani padi sawah sebesar

Rp403.145.960

3. Nilai B/C ratio sebesar 2,55 yang artinya nilai B/C ratio lebih besar

dari nol. BEP volume produksi sebesar 13.131 kg dan BEP harga

sebesar Rp3.372/kg , Payback Period (PP) sebesar 0,1 musim tanam

yang artinya bahwa usahatani padi sawah yang dilakukan oleh petani

Gapoktan Resmi Lestari mengalami keuntungan dan akan mengalami

pengembalian modal dalam waktu 12 hari.

63
6.2 Saran

Berdasarkan pembahasan hasil analisis dan kesimpulan yang didapat maka

saran yang diberikan oleh penulis adalah :

1. Petani padi sawah di Gapoktan Resmi Lestari tetap menjalankan usahatani

padi sawah karena memiliki prospek yang baik kedepannya.

2. Petani padi sawah melakukan pencatatan pada setiap musim tanam agar

dapat diketahui pendapatan setiap petani pada setiap musim tanam.

64
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, D. 1982. Ilmu Usaha Tani. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Cahyono, Bambang. 2007. Teknik Budidaya, Pengolahan, dan Analisis Usahatani


Kacang Tanah. Semarang : CV. Aneka Ilmu

Dahiri, Kusumawardhani, Risandi, Octavia, Ramiayu. 2021. Dukungan APBN


Terhadap Sektor Pertanian. 03/ARC.PKA/VII/2021. Pusat Kajian
Anggaran Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI

Haming, Murdifin. Basalamah, Salim. 2003. Studi Kelayakan Investasi. Jakarta:


Penerbit PPM.

Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi (Edisi Revisi 2011). Jakarta:
Rajawali.

Hery. 2014. Akuntansi Dasar 1 dan 2.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana


Indonesia.

Hery. 2015. Praktis Menyusun Laporan Keuangan Cepat Dan Mahir Menyajikan.
Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Herawati, WD. 2012. Budidaya Padi. PT Buku Kita. Jakarta

Hermanto, Swastika. 2011. Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal


Peningkatan Kesejahteraan Petani. Analisis Kebijakan pertanian. Vol. 9
No. 4, hal : 371.

Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana. Jakarta.

Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. 2020. Desa Sukaresmi.


https://kecamatanmegamendung.bogorkab.go.id/desa/150). Diakses pada
tanggal 05 April 2021

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2018. Data Lima Tahun Terakhir.


https://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61. Diakses
pada tanggal 05 April 2021

Lukman, Syamsudin. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Raja Grafindo


Persada. Jakarta
Makeham, J. P dan R. L Malcom. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.
Diterjemahkan oleh Basilius B. Teku. LP3ES. Jakarta.

Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-5. Aditya Media. Yogyakarta.

Mulyono, Subangkit. 2002. Memelihara Ayam Buras Berorientasi Agribisnis. PT


Penebar Swadaya. Jakarta.

Open Data Jabar.2020. Luas Panen Padi Berdasarkan Kabupaten/Kota di Jawa


Barat. https://opendata.jabarprov.go.id/id/hasil-
pencarian?q=luas%20panen%20padi%20&suggestion=on&by=dataset.
Diakses pada 25 September 2021.

Padangaran, Ayub M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahaan


Pertanian. IPB Press. Bogor.

Pasribu, Agustina Irene dan Hasanudin, Tubagus dan Nurmayasari, Indah. 2013.
Pola Kemitraan dan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit : Kasus
Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit Antara PT. Perkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan
Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah. JIIA, Vol. 1. No. 4. Lampung :
Universitas Lampung.

Peraturan Menteri Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pengembangan Usaha


Agribisnis Perdesaan (PUAP). Nomor : 16/Permentan/OT.140/2/2008

Pujiharto. 2010. Kajian Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)


sebagai Kelembagaan Pembangunan Pertanian di Indonesia. Jurnal Ilmu -
Ilmu Pertanian, Vol. 12 No. 1. Purwokerto: Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Purwanti, Ari dan Prawironegoro, Darsono. 2013. Akuntansi Manajemen. Edisi 3


revisi. PT Mitra Wacana Media. Jakarta

Purwono dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan


Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Rahardi, F dan Hartono, Rudi. 2003. Agribisnis Peternakan. PT Penebar


Swadaya. Jakarta.

Rahmawati, S. 2006. Status perkembangan perbaikan sifat genetik padi


menggunakan transformasi argobacterium. Jurnal Agrobiogen. 2 (1): 36 –
44.

Rasyaf, Muhammad. 2000. Memasarkan Hasil Peternakan. PT Penebar Swadaya.


Jakarta.

66
Revino. 2006. Purchasing Suatu Pengantar. Djambatan. Jakarta.

Sofyan, Iban. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed. Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta

Soekartawi. 2006. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Cetakan
ke-3. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. UI Press: Jakarta.

Sucihatiningsih. 2021. Dilema Penurunan Anggaran Pupuk Bersubsidi.


Universitas Negeri Semarang. https://unnes.ac.id/gagasan/dilema-
penurunan-anggaran-pupuk-bersubsidi. Diakses pada 25 September 2021.

Suger, HR. 2001. Bercocok Tanam Padi. CV. Aneka Ilmu. Anggota IKNPI.

Sukirno, Sadono. (2009). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta.
Rajawali Pers.

Umar, Husein. 1997. Metodelogi Penelitian. Gramedia. Jakarta.

Usry, Carter. 2004. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-13. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Utama, Mohamad. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pengolahan Fillet Ikan


(Studi Kasus: PT. Ojid Kharisma Nusantara pada Tahun 2010). [Skripsi].
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

Utama, M Zulman Harja. 2015. Budidaya Pada Lahan Marjinal Kiat


Meningkatkan Produksi Padi. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Wahyuni, S. (2003). Kinerja Kelompok Tani dalam Sistem Usahatani Padi dan
Metode Pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian Bogor. Vol. 22 No. 1,
hal : 93. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Wiryanta, Bernadinus T. Wahyu. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan. Cet.
1. Agromedia. Jakarta.

Yusuf, Nur Ikhsan Ramdhani. 2015. Analisis Pendapatan Usahatani Kangkung


Organik Petani Binaan Agribusiness Development Center (ADC) di
Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta

67
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah

Studi Kasus Gapoktan Resmi Lestari di Desa Sukaresmi Kecamatan

Megamendung Kabupaten Bogor, Jawa Barat

No. / Hari / Tanggal : / / /

A. Data Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Wanita

4. Status Pernikahan : a. Menikah b. Belum menikah

5. Jumlah anggota keluarga :

6. Jumlah tanggungan keluarga :

7. Pendidikan Formal Terakhir :

a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan tinggi

B. Data usaha

1. Status Lahan :

a. Lahan Sewa b. Penggarap c. Lahan sendiri

2. Luas Lahan : ha

3. Pengalaman bertani : tahun

4. Modal Usaha :

68
Lampiran 1a. Sumber modal

No. Sumber Modal Jumlah (Rp/ha)

1.

2.

3.

Total Modal

C. Pendapatan

1. Berapa kali musim tanam padi sawah dalam setahun: Kali/tahun

2. Jenis varietas Benih yang digunakan :

3. Harga Benih : /kg

4. Sarana produksi usahatani padi :

Lampiran 1b. Biaya pupuk dalam 1 musim tanam:

Pupuk

No. Uraian Satuan Jumlah Harga Total

kebutuhan satuan (Rp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

69
Lampiran 1c. Biaya tenaga kerja dalam 1 musim tanam

Tenaga kerja Waktu


Upah
No. Kegiatan (org) pelaksanaan
(Rp/org)
L P (Hari)

1. Pengolahan lahan

2. Penanaman benih

3. Pemupukan padi

4. Pengairan padi

5. Penyulaman padi

6. Penyiangan gulma

7. Pengendalian hama

dan penyakit

8. Penyemprotan

obat-obatan padi

9. Panen padi

10. Pascapanen

11. Pengiriman padi

70
Lampiran 1d. Biaya sarana dan prasarana produksi

No. Uraian Jumlah Harga satuan Total

kebutuhan (Rp)

1. Biaya sewa lahan

(tahun/bulan)

2. Biaya Perawatan

Pompa Air

3. Biaya transportasi

4. Biaya pengiriman padi

5.

6.

Lampiran 1e. Alat-alat pertanian yang digunakan dalam menanam padi


Nama alat Jumlah Harga beli Umur teknis Waktu
No.
(unit) (Rp) (bulan) pembelian

1. Cangkul

2. Celurit / Arit

3. Traktor

4. Pompa air

5. Ember

6. karung

Mesin
7.
timbangan

8. Spryer

71
9. Golok

10.

11.

12.

Lampiran 1f. Nilai produksi dan pendapatan

No. Produksi Volume Harga jual Tempat Total

(kg) (Kg/ton) penjualan penerimaan

72
Lampiran 2. Data Responden petani padi sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu
Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1
ha

Jumlah
Pengalaman Tanggungan
Usia Bertani Keluarga
No. Nama (tahun) Pendidikan (tahun) (orang)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Umuh 55 SD 30 5
2. Kartijan 59 SD 20 4
3. Pardi 52 SD 20 5
4. Eman 42 SD 12 4
5. Kardi 65 SD 15 2
6. Oeih 60 SD 20 4
7. Jumani 49 SD 15 4
8. Entah 62 SD 25 2
9. Udin 61 SD 15 2
10. Udin Nyai 62 SD 15 2
11. H. Adik 65 SD 30 3
12. Ajud 63 SD 20 5
13. Asep 35 SD 10 2
14. Yuli 34 SMP 10 2
15. Siti 50 SD 15 3
16. Ayub 47 SMP 10 2
17. Embad 54 SD 15 2
18. Ukar 60 SMP 15 3
19. Encug 58 SD 15 4
20. Uloh 40 SD 17 3
21. Apud 60 SD 23 4
22. Elu 58 SD 12 5
23. Saep 62 SD 12 3
24. Iyam 60 SD 15 2
25. Uei 65 SD 17 3
26. Emud 48 SD 12 3
27. Acep 45 SD 15 4
28. H. Uloh 55 SD 25 5
29. Endum 55 SD 15 4
30. Jama 63 SD 20 2

73
Lampiran 3. Status Lahan, Luas Lahan dan Biaya Sewa Lahan Responden Petani
Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode
November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Status Lahan Luas Lahan Sewa Lahan


No. Responden (2) (m2) (Rp)
(1) (3) (4)
1. Garap 3.000 0
2. Garap 6.500 0
3. Garap 3.000 0
4. Sewa 3.000 2.400.000
5. Sewa 7.000 5.600.000
6. Garap 7.000 0
7. Garap 2.000 0
8. Garap 5.000 0
9. Garap 3.000 0
10. Garap 3.000 0
11. Garap 6.000 0
12. Sewa 8.000 6.400.000
13. Sewa 2.000 1.400.000
14. Sewa 3.000 2.400.000
15. Garap 2.000 0
16. Sendiri 3.000 0
17. Garap 2.000 0
18. Garap 3.000 0
19. Sendiri 4.000 0
20. Sewa 3.000 2.400.000
21. Sendiri 10.000 0
22. Garap 20.000 0
23. Sewa 10.000 8.000.000
24. Garap 2.000 0
25. Garap 4.000 0
26. Garap 3.000 0
27. Garap 2.000 0
28. Sendiri 7.000 0
29. Garap 2.000 0
30. Garap 3.000 0
Total 141.500 28.600.000

74
Lampiran 4. Biaya TKLK, dan Benih Responden Petani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November
2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Tenaga Kerja Luar Keluarga Benih


Kuantitas Biaya
No. Responden Pengolahan Penanaman Pemupukan Panen Total (Kg) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (7) (8) (9)
1. 0 90.000 0 60.000 150.000 4,5 54.000
2. 80.000 260.000 0 120.000 460.000 10 120.000
3. 0 90.000 0 60.000 150.000 4,5 54.000
4. 0 120.000 0 60.000 180.000 4,5 54.000
5. 80.000 310.000 80.000 120.000 590.000 10,5 126.000
6. 80.000 280.000 0 120.000 480.000 10,5 126.000
7. 0 120.000 0 60.000 180.000 3 36.000
8. 80.000 180.000 0 120.000 380.000 7,5 90.000
9. 0 90.000 0 60.000 150.000 4,5 54.000
10. 0 120.000 0 140.000 260.000 4,5 54.000
11. 80.000 220.000 0 120.000 420.000 9 108.000
12. 80.000 240.000 80.000 230.000 630.000 12 144.000
13. 0 90.000 0 60.000 150.000 3 36.000
14. 0 90.000 0 60.000 150.000 4,5 54.000
15. 80.000 90.000 0 90.000 260.000 3 36.000
16. 0 90.000 0 90.000 180.000 4,5 54.000
17. 0 90.000 0 30.000 120.000 3 36.000
18. 0 90.000 0 60.000 150.000 4,5 54.000
19. 0 90.000 0 90.000 180.000 6 72.000
20. 0 90.000 0 60.000 150.000 4,5 54.000

75
21. 160.000 390.000 80.000 120.000 750.000 15 180.000
22. 320.000 450.000 160.000 180.000 1.110.000 30 360.000
23. 160.000 360.000 80.000 120.000 720.000 15 180.000
24. 80.000 90.000 0 60.000 230.000 3 36.000
25. 0 120.000 0 60.000 180.000 6 72.000
26. 0 90.000 0 80.000 170.000 4,5 54.000
27. 0 60.000 0 80.000 140.000 3 36.000
28. 80.000 380.000 0 90.000 550.000 10,5 126.000
29. 0 60.000 0 30.000 90.000 3 36.000
30. 0 60.000 0 30.000 90.000 4,5 54.000
Total Biaya 1.360.000 4.900.000 480.000 2.660.000 9.400.000 212,5 2.550.000

76
Lampiran 5. Biaya Pupuk Organik dan Anorganik Responden Petani Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam
Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Pupuk Organik
Pupuk Anorganik
(Kandang)
Urea NPK TSP KCL
No. Kuantitas Biaya Kuantitas Biaya Kuantitas Biaya Kuantitas Biaya Kuantitas Biaya
Responden (Karung) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. 30 600.000 60 420.000 - - - - - -
2. 65 1.300.000 130 910.000 65 455.000 - - - -
3. 30 600.000 60 420.000 30 210.000 - - - -
4. 30 600.000 60 420.000 - - 90 630.000 - -
5. 70 1.400.000 140 980.000 70 490.000 - - - -
6. 70 1.400.000 140 980.000 - - - - 70 560.000
7. 20 400.000 40 280.000 20 140.000 - - - -
8. 250 5.000.000 100 700.000 - - 150 1.050.000 - -
9. 30 600.000 60 420.000 30 210.000 - - - -
10. 30 600.000 60 420.000 - - 90 630.000 - -
11. 60 1.200.000 120 840.000 - - 180 1.260.000 - -
12. 80 1.600.000 160 1.120.000 80 560.000 - - - -
13. 20 400.000 0 0 20 140.000 - - 20 160.000
14. 30 600.000 0 0 30 210.000 - - - -
15. 20 400.000 40 280.000 20 140.000 - - - -
16. 30 600.000 60 420.000 - - 90 630.000 - -
17. 20 400.000 40 280.000 20 140.000 - - - -
18. 30 600.000 60 420.000 - - - - 30 240.000

77
19. 40 800.000 80 560.000 - - 120 840.000 - -
20. 30 600.000 60 420.000 - - - - 30 240.000
21. 100 2.000.000 200 1.400.000 - - 300 2.100.000 - -
22. 200 4.000.000 400 2.800.000 - - 600 4.200.000 - -
23. 100 2.000.000 200 1.400.000 100 700.000 - - - -
24. 20 400.000 40 280.000 - - 60 420.000 - -
25. 40 800.000 80 560.000 - - - - 40 320.000
26. 30 600.000 60 420.000 - - 90 630.000 - -
27. 20 400.000 40 280.000 20 140.000 - - - -
28. 70 1.400.000 140 980.000 70 490.000 - - - -
29. 20 400.000 40 280.000 20 140.000 - - - -
30. 30 600.000 60 420.000 - - - - 30 240.000
Total 1.615 32.300.000 2.730 19.110.000 595 4.165.000 1.770 12.390.000 220 1.760.000

78
Lampiran 6. Biaya Pestisida, Bensin Traktor, Penggilingan, Transportasi, Biaya Angkut dan Perawatan Traktor Responden Petani
Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Pestisida Bensin Traktor Penggilingan


Kuantitas Perawatan
No. Kuantitas Biaya Kuantitas Biaya Beras Biaya Biaya Traktor
Responden (ml) (Rp) (Liter) (Rp) (Kg) (Rp) Transportasi Angkut (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1. 300 108.000 2 12.900 945 567.000 50.000 50.000
2. 650 200.000 3 19.350 2.015 1.209.000 50.000 50.000
3. 300 108.000 2 12.900 1.008 604.500 50.000 50.000
4. 300 108.000 2 12.900 1.060 635.700 50.000 50.000
5. 700 200.000 3 19.350 2.094 1.256.400 50.000 50.000
6. 700 200.000 3 19.350 2.141 1.284.660 50.000 50.000
7. 200 70.000 1 6.450 610 366.000 50.000 50.000
8. 500 130.000 2 12.900 1.675 1.005.000 50.000 50.000
9. 300 108.000 2 12.900 980 588.060 50.000 50.000
10. 300 108.000 2 12.900 1.061 636.480 50.000 50.000 100.000
11. 600 160.000 3 19.350 1.890 1.134.000 50.000 50.000
12. 800 220.000 4 25.800 2.480 1.488.000 50.000 50.000
13. 200 70.000 1 6.450 640 384.150 50.000 50.000
14. 300 108.000 2 12.900 1.088 652.800 50.000 50.000
15. 200 70.000 1 6.450 737 442.200 50.000 50.000
16. 300 108.000 2 12.900 1.002 600.960 50.000 50.000
17. 200 70.000 1 6.450 750 450.240 50.000 50.000
18. 300 108.000 2 12.900 1.027 616.080 50.000 50.000
19. 400 130.000 2 12.900 1.470 881.820 50.000 50.000

79
20. 300 108.000 2 12.900 1.030 618.150 50.000 50.000
21. 1.000 260.000 4 25.800 3.200 1.920.000 50.000 70.000
22. 2.000 520.000 8 51.600 7.800 4.680.000 50.000 250.000
23. 1.000 260.000 4 25.800 3.162 1.897.200 50.000 70.000
24. 200 70.000 1 6.450 793 475.800 50.000 50.000
25. 400 130.000 2 12.900 1.365 819.000 50.000 50.000
26. 300 108.000 2 12.900 1.014 608.400 50.000 50.000
27. 200 70.000 1 6.450 864 518.400 50.000 50.000
28. 700 200.000 3 19.350 2.124 1.274.400 50.000 50.000
29. 200 70.000 1 6.450 802 481.440 50.000 50.000
30. 300 108.000 2 12.900 995 596.700 50.000 50.000
Total 14.150 4.288.000 70 451.500 4.7821 28.692.540 100.000

80
Lampiran 7. Penerimaan Padi Sawah Gapoktan Resmi Lestari Satu Musim Tanam
Periode November 2020 – Februari 2021 Per 14,1 ha

Konsumsi
No. Volume GKG Volume Beras Sendiri
Responden (kg) (Kg) (Kg) Total Jual
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 1.500 945 60 885
2. 3.250 2.015 40 1.975
3. 1.550 1.008 65 943
4. 1.630 1.060 40 1.020
5. 3.490 2.094 30 2.064
6. 3.510 2.141 35 2.106
7. 1.000 610 35 575
8. 2.500 1.675 25 1.650
9. 1.485 980 20 960
10. 1.560 1.061 25 1.036
11. 3.000 1.890 35 1.855
12. 4.000 2.480 60 2.420
13. 985 640 20 620
14. 1.600 1.088 25 1.063
15. 1.100 737 30 707
16. 1.565 1.002 30 972
17. 1.120 750 25 725
18. 1.510 1.027 35 992
19. 2.130 1.470 50 1.420
20. 1.585 1.030 35 995
21. 5.000 3.200 35 3.165
22. 12.000 7.800 65 7.735
23. 5.100 3.162 25 3.137
24. 1.220 793 20 773
25. 2.100 1.365 27 1.338
26. 1.560 1.014 30 984
27. 1.350 864 43 821
28. 3.600 2.124 65 2.059
29. 1.180 802 40 762
30. 1.530 995 25 970
Total Volume
74.710 47.822 1.095 46.727
Produksi
Harga Jual 12.000
Total
Penerimaan 560.718.000
Rata – Rata
Penerimaan 18.690.600

81
Lampiran 8. Dokumentasi

82

Anda mungkin juga menyukai