Proposal Skripsi
Disusun oleh:
Reza Abraham Iswara H0417057
i
PERSEPSI PEMUDA MENGENAI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN
PADI SAWAH DI KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN
KARANGANYAR
Proposal Skripsi
Telah disetujui
Mengesahkan,
Kepala Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
ii
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Suminah, M.Si. selaku Kepala Program Studi Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Dr. Ir. Sugihardjo, M.S. selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Eny Lestari, M.Si. selaku pembimbing utama dalam skripsi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi serta selalu
memberikan pengetahuan yang menambah wawasan penulis.
5. Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc. selaku pembimbing pendamping dalam skripsi
yang juga telah membimbing dan memberikan pengetahuan yang menambah
wawasan penulis.
6. Kepala Kantor Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar beserta
jajarannya yang telah membantu melayani dan menyiapkan data-data yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Program Studi Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
iii
Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh
perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Susrakarta serta
bantuan dalam menyelesaikan administrasi selama penulisan skripsi.
8. Seluruh Masyarakat Kecamatan Kebakkramat yang telah membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis untuk penelitian ini baik pengalaman,
waktu, dan kebersediaan selama penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu di dalam pengisian kuesioner peneliti di
Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar
10. Bapak (Suwarmin), Ibu (Isnaeni Amperawati), Kakak (Erikha Ajeng
Chiswari), Adik (Revina Astri Aszuhri) serta seluruh keluargaku tercinta atas
segala kasih sayang, dukungan, dan bimbingannya.
11. Teman-teman program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan
2017 terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................6
II. LANDASAN TEORI.......................................................................................7
A. Penelitian Terdahulu..................................................................................7
B. Tinjauan Pustaka.....................................................................................15
1. Persepsi................................................................................................15
2. Faktor-faktor Pembentuk Persepsi.......................................................17
3. Pemuda................................................................................................22
4. Alih Fungsi Lahan Padi Sawah............................................................24
C. Kerangka Berpikir...................................................................................29
D. Hipotesis..................................................................................................30
E. Pembatasan Masalah...............................................................................30
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel..........................................31
III. METODE PENELITIAN............................................................................36
A. Metode Dasar Penelitian.........................................................................36
B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian......................................................36
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel.................................................37
D. Jenis dan Sumber Data............................................................................39
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................40
F. Metode Analisis Data..................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daratan Indonesia mempunyai berbagai jenis tanah, bahan induk,
bentuk wilayah, ketinggian tempat dan iklim. Kondisi seperti ini merupakan
modal besar dalam memproduksi berbagai komoditas pertanian secara
berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya lahan untuk pengembangan
pertanian perlu memperhatikan potensinya, agar diperoleh hasil yang optimal.
Sampai saat ini luas lahan pertanian atau lahan yang pernah digunakan untuk
pertanian adalah 70,2 juta ha, yang terdiri atas sawah, tegalan, pekarangan,
perkebunan, padang penggembalaan, kayu-kayuan, dan tambak/kolam
(Hidayat, 2009). Kehidupan manusia yang semakin maju dan berkembang
menuntut akan banyak hal sebagai suatu perubahan baik dari segi
pembangunan dan kemajuan intelektual, hal tersebut sangat perlu dilakukan
untuk memenuhi setiap kebutuhan hidup manusia seperti pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat mengharuskan pembangunan akan bangunan
untuk tempat tinggal maupun industri semakin dibutuhkan. Manusia untuk
memenuhi kebutuhan lahan dalam menghadapi pertumbuhan penduduk yaitu
dengan pengadaan lahan (Mokoagow, 2012).
Lahan merupakan unsur utama dalam proses suatu pembangunan,
salah satunya pembangunan sektor industri. Kebutuhan akan tanah untuk
pembangunan industri meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Ketersediaan tanah yang bersifat tetap merupakan hal yang menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan merupakan ancaman besar bagi
suatu daerah yang memiliki lahan sektor pertanian. Menurut Pasandaran
(2006) lahan sawah di daerah padat penduduk seperti Jawa mengalami
konversi menjadi lahan untuk berbagai keperluan. Konversi lahan sawah
merupakan ancaman yang serius terhadap ketahanan pangan nasional karena
dampaknya bersifat permanen. Lahan sawah yang telah dikonversi ke
penggunaan lain di luar pertanian sangat kecil peluangnya untuk berubah
kembali menjadi lahan sawah.
1
2
yang berasal dari luar. Penilaian tentang alih fungsi lahan sektor pertanian
yang dilakukan berdasarkan pengamatanya terkait dengan tingkat pendidikan,
pengalaman, dan jenis kelamin. Proses sosialisasi yang dilakukan orang-
orang di sekitar seperti teman-teman dan keluarganya, juga status
kepemilikan lahan sawah juga dapat menentukan penilaian. Santoso et al
(2020) menjelaskan bahwa kondisi pemuda tani yang ada di Indonesia sangat
krisis, dengan latar belakang Indonesia sebagai negara agraris, sektor
pertanian merupakan salah satu sektor yang menyerap tenaga kerja yang
cukup tinggi. Disisi lain, penurunan pada bidang pertanian akan berdampak
pada berkurangnya tenaga kerja petani. Penurunan sektor pertanian juga
berimplikasi terhadap ketahanan pangan di Indonesia pada masa depan
sejalan dengan penurunan profesi sebagai petani. Pada era millennial
sekarang, generasi muda memiliki minat yang kurang terhadap bidang
pertanian
Menurut Data BPS Karanganyar (2019) Kecamatan Kebakkramat
merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten
Karanganyar. Luas wilayah Kecamatan Kebakkramat adalah 37,46 km2. Luas
tanah Kecamatan Kebakkramat adalah 3.645,640 Ha, yang terdiri dari luas
tanah sawah 2.108,570 Ha, dan luas tanah kering 1.438,260 Ha. Artinya
Kecamatan Kebakkramat memiliki sektor penghasil bahan pangan yang
cukup luas. Penduduk sebagian besar bermata pencaharian di sektor pertanian
(petani sendiri dan buruh tani). Namun tidak sedikit yang bermata
pencaharian sebagai pekerja di sektor industri. Mujiyo (2009) menjelaskan
selama tahun 2000 sampai 2008 luas lahan sawah di Kecamatan Kebakkramat
mengalami penurunan, luas sawah 2.571,89 Ha pada tahun 2000 berkurang
menjadi 2.153,33 Ha pada tahun 2004, dan berkurang lagi menjadi 2.128,11
Ha pada tahun 2008. Sementara itu luas lahan yang digunakan untuk
pemukiman mengalami peningkatan, pada tahun 2000 1.128,36 Ha bertambah
menjadi 1.370,82 Ha pada tahun 2004 dan bertambah lagi menjadi 1.472,46
Ha pada tahun 2008. BPS Karanganyar (2017) menyebutkan luas lahan sawah
Kecamatan Kebakkramat pada tahun 2014 yaitu 2.174 Ha dan mengalami
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana lingkungan dan karakteristik pemuda di Kecamatan
Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana persepsi pemuda Kecamatan Kebakkramat terhadap alih fungsi
lahan di sektor pertanian padi sawah?
3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan persepsi pemuda
Kecamatan Kebakkramat terhadap alih fungsi lahan di sektor pertanian padi
sawah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi lingkungan dan karakteristik pemuda di Kecamatan
Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.
6
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang didapat dari penelitian yang akan dilakukan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan mengenai persepsi pemuda terhadap alih fungsi lahan
pertanian padi sawah serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.terkait.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan terkait kebijakan-kebijakan dan
perancangan program yang mempengaruhi pandangan terhadap alih fungsi
lahan di sektor pertanian padi sawah.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi,
wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang
sejenis.
4. Bagi peneliti lain, dapat dipergunakan sebagai referensi dalam penelitian
sejenis selanjutnya.
5. Bagi Petani, penelitian ini diharapkan dapat menambah kesadaran
mengenai persepsi pemuda terhadap alih fungsi lahan di sektor pertanian
padi sawah.
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu dimaksudkan untuk memberikan
gambaran kepada peneliti tentang penelitian terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan. Peneliti harus mempelajari penelitian sejenis di masa lalu untuk
mendukung penelitian yang dilakukan. Persepsi pemuda tani mengenai
pertanian sudah menjadi perhatian oleh para peneliti terdahulu. Penelitian
terdahulu terkait dengan persepsi terhadap sektor pertanian memiliki berbagi
macam aspek yang dapat dikaji. Persepsi memiliki banyak aspek yang dapat
diteliti dan dapat menggunakan berbagai metode dalam menelitinya. Adapaun
beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
Fitriyana et al (2018) melakukan penelitian yang bertujuan mengkaji
persepsi pemuda tani terhadap pekerjaan petani, mengkaji faktor pembentuk
persepsi, dan mengkaji hubungan faktor pembentuk persepsi dengan persepsi
pemuda tani terhadap pekerjaan petani di Kecamatan Purworejo dengan judul
“Persepsi Pemuda Tani Terhadap Pekerjaan Sebagai Petani di Kecamatan
Purworejo Kabupaten Purworejo”. Penelitian ini menggunakan metode dasar
deskriptif analisis dengan teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara
purposive yaitu Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persepsi pemuda tani terhadap pekerjaan petani yaitu
66,67% pemuda memiliki persepsi cukup baik terhadap pekerjaan petani.
Faktor-faktor pembentuk persepsi pemuda tani di Kecamatan Purworejo yaitu
pendidikan formal mayoritas dalam kategori tinggi, lingkungan keluarga
mayoritas dalam kategori sedang, sosial budaya mayoritas dalam kategori
rendah, sedangkan pendidikan non formal, lingkungan sosial primer,
lingkungan sosial sekunder, dan kosmopolitan mayoritas dalam kategori
sangat rendah. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara lingkungan
keluarga dan sosial budaya dengan persepsi pemuda terhadap pekerjaan
petani pada taraf kepercayaan 99%, pada taraf 95% terdapat hubungan yang
signifikan antara keterlibatan kerja dan lingkungan sosial primer dengan
7
8
sampai dengan bulan Januari tahun 2018, mulai dari persiapan sampai
penyusunan laporan penelitian. Tempat penelitian adalah Desa Tounelet Satu
Kecamatan Sonder. Penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari 30 responden dengan menggunakan
kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari media cetak dan media
online serta dari jurnal-jurnal dan literatur yang berkaitan dengan penelitian
ini. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis data, yaitu
metode analisis kualitatif deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
persepsi masyarakat terhadap Penggunaan Lahan Sawah tergolong baik
dengan indeks persepsi 77.27%. Masyarakat setuju dengan penggunaan lahan
sawah yang ada di desa tounelet satu, ternak babi membantu baik sebagai
lahan sawah maupun sebagai lahan usaha ternak babi.
Widiyanti et al (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Young
Generation’s Perception on the Agricultural Sector”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui persepsi generasi muda terhadap pertanian sektor.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan survei
terhadap 120 anak petani (disebut sebagai Taruna Tani) di Kabupaten Sragen,
Indonesia dengan wawancara langsung melalui kuesioner sebagai data utama.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendapatan, status
pekerjaan, kenyamanan kerja, peluang pengembangan karir, dan jaminan hari
tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki
persepsi yang cukup baik dalam hal pendapatan, status sosial, dan
kenyamanan kerja di sektor pertanian, tetapi tidak dalam hal pengembangan
karir dan jaminan kehidupan masa depan. Pemuda prihatin dengan kurangnya
karir dan jaminan masa depan jika bekerja di sektor pertanian. Namun, hari
ini masih muda generasi sangat potensial untuk dipersiapkan menjadi sumber
daya manusia untuk berkembang pembangunan pertanian di masa depan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mendorong pemuda untuk bekerja di
sektor pertanian melalui sosialisasi dan edukasi kepada mereka pertanian
11
Young Generation’s deskriptif 2. Status sosial untuk mengetahui persepsi sebagian besar remaja memiliki persepsi
Perception on the dengan 3. Kenyamanan kerja generasi muda terhadap yang cukup baik dalam hal pendapatan,
Agricultural Sector survei 4. Pengembangan karir pertanian sektor. status sosial, dan kenyamanan kerja di
5. Jaminan masa tua sektor pertanian, tetapi tidak dalam hal
pengembangan karir dan jaminan
kehidupan masa depan. Pemuda prihatin
dengan kurangnya karir dan jaminan masa
depan jika bekerja di sektor pertanian.
Namun, hari ini masih muda generasi
sangat potensial untuk dipersiapkan
menjadi sumber daya manusia untuk
berkembang pembangunan pertanian di
masa depan. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk mendorong pemuda untuk
bekerja di sektor pertanian melalui
sosialisasi dan edukasi kepada mereka
pertanian serta memperkenalkan inovasi
teknologi dan budidaya untuk
mengantisipasi dampak perubahan iklim
di sektor pertanian.
16
B. Tinjauan Pustaka
C. Persepsi
Persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran,
pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung pada
saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh
organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Persepsi
merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami yang menggunakan
alat pengindraan (Sarwono, 2010). Persepsi menurut Davidoff (1981)
dapat membantu seseorang untuk menyadari dan mengerti tentang keadaan
lingkungannya dan juga tentang keadaan diri yang bersangkutan. Liliweri
(2011) menyatakan bahwa setiap individu akan memiliki kriterianya
sendiri dalam menentukan terhadap apa mereka akan menarik perhatian
mereka. Masing-masing individu akan memandang dunia berkaitan dengan
apa yang mereka butuhkan, apa yang dinilai, apakah sesuai dengan
keyakinan dan budayanya.
Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu
mengerti yang diinderanya. Sekalipun stimulus yang akan dipersepsi sama,
tetapi pengalaman berbeda, kemampuan tidak sama, dan kerangka acuan
tidak sama, maka ada kemungkinan bahwa hasil persepsi antar individu
tidak sama (Walgito, 2003). Sudarsono dan Suharsono (2016) berpendapat
persepsi merupakan salah satu faktor yang membentuk sebuah kesadaran
pada diri seseorang. Tingkat kesadaran seseorang bisa dilihat dari
bagaimana persepsi seseorang terhadap obyek yang dipersepsikan, lebih
mengarah kepada positif atau negatif.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui
alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara
individu dengan dunia luar. Persepsi merupakan stimulus yang diindera
oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga
17
individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata
lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri
individu, pikiran, perasaan, pengalaman- pengalaman individu akan ikut
aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Apa yang ada dalam diri
individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut
aktif berpengaruh dalam proses persepsi (Pinaryo, 2014).
Persepsi menurut Robbins (2003) adalah suatu proses yang
ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan
indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Sarwono
dan Meinarno (2009) menjelaskan bahwa persepsi sosial dapat diartikan
sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi
indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan
diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial, serta yang menjadi
fokusnya adalah orang lain.
Persepsi mengandung suatu proses dalam diri untuk mengetahui
dan mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui orang lain. Pada proses ini
kepekaan dalam diri seseorang terhadap lingkungan sekitar mulai terlihat.
Cara pandang akan menentukan kesan yang dihasilkan dari proses
persepsi. Proses interaksi tidak dapat dilepaskan dari cara pandang atau
persepsi satu individu terhadap individu yang lain, sehingga memunculkan
apa yang dinamakan persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat akan
menghasilkan suatu penilaian terhadap sikap, perilaku, dan tindakan
seseorang di dalam kehidupan bermasyarakat (Listyana dan Hartono,
2015).
Persepsi adalah proses aktif pemilihan, pengorganisasian, dan
interpretasi objek, orang, kejadian, situasi, dan kegiatan. Hal pertama yang
harus diingat tentang definisi ini adalah bahwa persepsi adalah proses yang
aktif. Manusia tidak pasif dalam menerima stimuli. Sebaliknya, manusia
aktif berinteraksi dan merespon suatu pesan dalam memaknai suatu objek
18
E. Pemuda
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya dibebani
bermacam-macam harapan. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda
diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang harus mengisi dan
melangsungkan estafet pembangunan secara berkelanjutan. pemuda adalah
mansuia yang berusia 16-30 tahun yang secara biologis telah menunjukan
tanda-tanda kedewasaan. Partisipasi generasi muda dalam pembangunan
harus sejalan dengan cita - cita nasional, dalam lingkungan ini diharapkan
generasi muda untuk mengambil bagian secara efektif mempelopori
usaha–usaha masyarakat dikalangan generasi muda itu sendiri (Pinilas et
al, 2017). Sesuai dengan UU Nomor 40 Tahun 2009 pasal 1 ayat (1)
tentang Kepemudaan menyatakan pemuda adalah yang memasuki periode
penting pertumbuhan dan perkembangan, berusia 16 sampai 30 tahun.
Pemuda merupakan individu yang bila dilihat secara fisik sedang
mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami
perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya
manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon
24
dalam Sawit et al (1993) pemuda yang berusia atau yang berumur lanjut di
pertanian kurang memiliki pendidikan formal yang tinggi. Secara umum
seseorang yang memiliki Pendidikan lebih tinggi cenderung memilih
pekerjaan di sektor formal di kota. Sedangkan pekerjaan di non pertanian
yang jauh lebih menonjol di perdesaan terdapat dalam sektor informal
yang relatif tidak membutuhkan tingkat pendidikan formal. Dengan makin
majunya pendidikan di perdesaan (paling tidak sampai saat ini) diduga
akan menjadi salah satu penyebab terjadinya urbanisasi ke kota yang
akhirnya akan menimbulkan masalah kesempatan kerja di kota.
Pemuda adalah sumber daya manusia pembangunan baik saat ini
maupun nanti yang memiliki peranan tertentu serta akan menggantikan
generasi sebelumnya. Umumnya pemuda pedesaan memiliki keterampilan
dan pengetahuan yang sangat terbatas yang hanya akan membuat mereka
mendapatkan pekerjaan dengan tingkat yang rendah (Rahman, 2014).
McElwee dan Bosworth (2010) berpendapat bahwa saat ini pertanian akan
lebih baik apabila dikerjakan oleh generasi muda, karena petani yang lebih
muda dan terlatih lebih baik dalam aktivitas bisnis yang lebih beragam,
cenderung memiliki sikap positif terhadap peluang pasar yang baru, lebih
peka terhadap kebutuhan pelanggan, dan lebih siap untuk untuk terlibat
dalam usaha baru.
Populasi kaum muda di pedesaan menurun sebab pemuda lebih
memilih mencari prospek pekerjaan yang lebih baik di perkotaan. Ini
mengakibatkan, hanya populasi tua yang bertahan di pedesaan yang
bergelut dalam pertanian. Kaum muda yang keluar dari pedesaan dan
pertanian menghadirkan tantangan serius bagi keberlanjutan ekonomi
pedesaan. Pembangunan pedesaan adalah jantung dari pembangunan
ekonomi negara. Hal ini tidak hanya cukup dengan meningkatkan
produktivitas pertanian namun perlu memberikan kesempatan kerja bagi
penduduk pedesaan dengan meningkatkan pendapatan mereka.
Singkatnya, kondisi sosial ekonomi penduduk pedesaan dapat terangkat
dengan mencapai peningkatan produktivitas, peluang kesempatan kerja
26
fasilitas umum lainnya termasuk untuk industri. Proses alih fungsi lahan
biasanya diawali dengan pelepasan lahan terutama karena proses penjualan
lahan (Janah et al, 2017).
Lahan pertanian adalah lahan yang paling banyak digunakan untuk
kegiatan alih fungsi lahan. Hal ini disebabkan karena luas lahan di sektor
pertanian relatif lebih besar dibandingkan dengan luas lahan di sektor
lainnya, sehingga lahan pertanian dianggap sangat potensial untuk dilakukan
alih fungsi lahan untuk sektor non pertanian (Millar dan Roots, 2012).
Daulay et al (2016) manyatakan bahwa lahan pertanian adalah jenis lahan
yang paling banyak dialih fungsikan terutama lahan sawah. Hal ini terjadi
akibat rendahnya insentif atau pendapatan yang diterima oleh petani selama
mengelola lahan sawah dibandingkan dengan penggunaan untuk kegiatan
untuk sektor lainnya.
Kesulitan perekonomian yang dialami sebagian besar masyarakat
yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian semakin
memprihatinkan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai fenomena sosial
yang terjadi belakangan ini. Sektor pertanian yang dulunya menjadi
penyumbang devisa terbesar Indonesia, saat ini semakin tertinggal dari
sektor lainnya. Kesejahteraan masyarakat yang tidak semakin membaik
adalah menjadi pendorong terjadinya konversi lahan pertanian, peningkatan
taraf hidup menjadi alasan krusial yang tidak bisa ditolak ketika para petani
atau pemilik lahan mengalih fungsikan lahan mereka menjadi lebih
produktif. Dengan demikian bagi daerah adanya konversi lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian secara ekonomi dapat menguntungkan bagi
pemerintah dan pemilik lahan, sebab nilai untuk penggunaan lahan non
pertanian jauh lebih tinggi daripada penggunaan lahan pertanian. Namun,
bagi masyarakat secara umum peralihan tersebut dapat menimbulkan
berbagai problem seperti perubahan pendapatan masyarakat, penyerapan
tenaga kerja, pencemaran lingkungan, kepadatan penduduk dan sebagainya.
Adanya konversi lahan pertanian ini akan memberikan dampak positif dan
negatif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Dampak kemajuan
29
(Hasibuan, 2015).
Dewi dan Rudiarto (2013) berpendapat adanya alih fungsi lahan
terutama lahan pertanian dapat menyebabkan terjadinya perubahan kondisi
sosial ekonomi masyarakat. Dari alih fungsi lahan sangat dimungkinkan
terjadi perubahan mata pencaharian penduduk. Dari yang semula menjadi
petani, menjadi bukan petani, atau bahkan menjadi pengangguran. Jika
dibiarkan terus-menerus, hal tersebut dapat mengancam keberlanjutan
sistem mata pencaharian masyarakat peri-urban khususnya petani. Menurut
Kaputra (2013) alih fungsi lahan sawah menjadi penggunaan lahan yang
lain adalah masalah yang kompleks jika dilihat dari derajat pertumbuhan
alih fungsi lahan, faktor topografi, kaitan dengan kehidupan sosial dan
budaya, pertambahan populasi, tingkat kesejahteraan petani, irigasi,
perluasan kota, political will dari pemerintah dan pemangku kepentingan
lainnya.
Tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
sawah menurut Kustiawan (1997) yaitu: (1) Faktor Eksternal. Merupakan
faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik
maupun spasial), demografi maupun ekonomi; (2) Faktor Internal. Faktor ini
lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah
tangga pertanian pengguna lahan; (3) Faktor Kebijakan. Merupakan aspek
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang
berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian.
Dampak yang dapat diakibatkan alih fungsi lahan yaitu alih fungsi
lahan dapat mengakibatkan kerawanan pangan apabila semakin banyak alih
fungsi lahan ke sektor non pertanian. Selain itu, alih fungsi lahan dapat
menyebabkan pengangguran-pengangguran baru di sektor pertanian karena
30
G. Kerangka Berpikir
Persepsi merupakan pemahaman individu terhadap informasi
lingkungan yang diperoleh melalui proses kognitif. Persepsi merupakan
interpretasi unik dari suatu situasi, bukan rekaman situasi. Singkatnya,
persepsi adalah proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia
yang unik, yang mungkin agak berbeda dari realita. Persepsi tidak hanya
tergantung pada rangsangan dalam bentuk fisik, tetapi juga tergantung pada
rangsangan yang ada di sekitarnya dan kondisi yang ada pada seseorang.
Terbentuknya persepsi pemuda dapat dipengaruhi faktor internal yang
merupakan faktor dari dalam diri dan faktor eksternal yang berasal dari luar.
Persepsi tentang alih fungsi lahan sektor pertanian yang dilakukan
berdasarkan pengamatanya terkait dengan tingkat pendidikan, pengalaman,
31
H. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan, hipotesis penelitian ini yaitu: faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pemuda tani (pendidikan formal, pendidikan non
formal, pengalaman pribadi, lingkungan keluarga, lingkungan sosial primer,
lingkungan sosial sekunder, kosmopolitan, sosial budaya) berpengaruh nyata
terhadap alih fungsi lahan sektor pertanian padi sawah di Kecamatan
Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
I. Pembatasan Masalah
32
3) Kondisi Lahan
Pandangan pemuda mengenai kondisi lahan untuk pertanian dan
lokasi usahatani diukur dengan kemudahan aksebilitas lokasi
pekerjaan, serta jarak lokasi pekerjaan dengan rumah. Variabel ini
diukur dengan skala ordinal.
4) Peraturan Pemerintah
Pandangan pemuda mengenai peraturan pemerintah tentang alih
fungsi lahan pertanian diukur berdasarkan tingkat pengaruh pera.
Variabel ini diukur dengan skala ordinal.
2. Pengukuran Variabel
a. Faktor-faktor Pembentuk Persepsi
Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Faktor-faktor Pembentuk Persepsi
Pemuda
Variabel Indikator Kriteria Skor
1. Faktor Internal
a. Pendidikan Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi 4
formal akhir responden pada SMA 3
bangku sekolah SMP 2
SD 1
b.Pendidikann Frekuensi mengikuti Ikut, ≥10×/tahun 4
nonfromal karang taruna dalam Ikut, 6-9×/tahun 3
1 tahun terakhir Ikut, 1-5×/tahun 2
Tidak pernah 1
c.Pengalaman Jumlah kegiatan yang Rutin, 7×/minggu 4
pribadi dilakukan dalam Sering, 3-6×/minggu 3
usaha tani Jarang, 1-2×/minggu 2
Tidak pernah 1
2. Faktor Eksternal
a.Lingkungan Luas lahan sawah >2 Ha 4
keluarga yang dimiliki orang 0,6-2 Ha 3
tua 0,1-0,5 Ha 2
Tidak punya 1
b. Lingkungan Frekuensi Selalu, > 4 x dalam 4
sosial primer penyampaian sebulan
35
Identitas Responden
a. Nama Responden √ √ Responden
b. Umur √ √ Responden
c. Alamat √ √ Responden
d. Jenis Kelamin √ √ Responden
e. Pekerjaan √ √ Responden
2 Faktor-faktor Pembentuk
Persepsi
d.Faktor Internal
1) Pendidikan formal √ √ Responden
2) Pendidikan nonformal √ √ Responden
3) Pengalaman pribadi √ √ Responden
e.Faktor Eksternal
1) Lingkungan keluarga √ √ Responden
2) Lingkungan sosial primer √ √ Responden
3) Lingkungan sosial sekunder √ √ Responden
4) Kosmopolitan √ √ Responden
3 Persepsi Pemuda
a. Terhadap pendapatan √ √ Responden
b.Terhadap resiko usaha √ √ Responden
c. Terhadap kondisi lahan √ √ Responden
d.Tehadap peraturan √ √ Responden
pemerintahan
Data Pendukung
a. Kondisi Geografis √ √ Instansi
b.Keadaan Penduduk √ √ Instansi
c. Keadaan Pertanian √ √ Instansi
Maria U. 2007. Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri terhadap
Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Mujiyo. 2009. Pemetaan Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah dan
Dampaknya Terhadap Produksi Gabah di Kecamatan Kebakkramat,
Karanganyar. Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. Vol. 24
(1): 1-5.
Muksin, Amri Jahi, Margono Slamet, dan Djoko Susanto. 2009. Kualifikasi
Pemuda Tani Perdesaan di Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan. Vol. 5 (1):
36-44.
Mulyana, D .2011. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Rosda Karya.
Mustopa, Z. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian di Kabupaten Demak. Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang
Nawawi H. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Noor J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Pasandaran, Effendi. 2006. Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan
Sawah Beririgasi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 25 (4):
123-129.
Pinaryo. 2014. Persepsi Mahasiswa Univesitas Muhammadiyah Ponorogo
Terhadap Program Kewirausahaan Mahasiswa. Jurnal Aristo. Vol. 2 (2):
53-66.
Pinilas R, Gosal R, Kasenda V (2017). Partisipasi Generasi Pemuda dalam
Pembangunan. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol. 2 (2): 1-11.
Rahman, F. 2014. Food, Youth and The Future of Faming, Access to Land:
Farming and Not Farming Rural Young for Strunggle Over Smallfarming
Practice. Bandung: Agrifood XXIV.
Rahman, A.A. 2014. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan
Pengetahuan Empirik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rakhmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
49
Susilowati SH. 2016. Fenomena Penuaan Petani dan Berkurangnya Tenaga Kerja
Muda Serta Implikasinya Bagi Kebijakan Pembangunan Pertanian.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 34 (1): 35-55.
Syaifuddin, Hamire A, Dahlan. 2013. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan
Alih Fungsi Lahan di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Jurnal
Agrisistem. Vol. 9 (2):169-179.
Syamsiah N. 2014. Wacana Kesetaraan Gender. Sipakalebbi. Vol. 1 (2): 265-301.
Toha, M. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Widiyanti E, Setyowati N, Ardianto DT. 2018. Young Generation’s Perception on
The Agricultural Sector. International Conference on Climate Change.
Wood, Julia T. 2006. Communication in Our Lives. Australia: Thomson
Wadsworth.