TUGAS AKHIR
NABILLA RAHMADIANTI
10070312066
TUGAS AKHIR
oleh
NABILLA RAHMADIANTI
10070312066
Mengesahkan,
Dr. IVAN CHOFYAN, Ir., M.T. Dr. INA HELENA AGUSTINA, Ir., M.T.
Ketua PUS-PWK Ketua Program Studi PWK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : NABILLA RAHMADIANTI
NPM : 10070312066
Tempat dan Tanggal Lahir : Mojokerto, 10 Juni 1994
Suku Bangsa : Jawa
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Dlanggu, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
Telepon : 085707921487
E-mail : nabillarahmadianti@gmail.com
Data Keluarga
Nama Bapak : (Alm.) YUSUF RAHMADI
Nama Ibu : MUJIATI
Alamat Orang Tua : Dlanggu, Kab. Mojokerto, Jawa Timur
Telepon : 085730923888
Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara
Pendidikan
SD : SD Negeri Pohkecik 2 (2001-2006)
SMP : SMP Negeri 1 Puri (2006-2009)
SMA : SMA Negeri 1 Kutorejo (2009-2012)
PT : Diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Teknik
Planologi Fakultas Teknik - Univesitas Islam
Bandung Bulan Agustus 2012.
ABSTRAK
Kawasan Cagar Budaya (KCB) Trowulan yang berada di Provinsi Jawa Timur
telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat nasional. Situs-situs
cagar budaya peninggalan Kerajaan Majapahit di KCB Trowulan juga telah di
daftarkan sebagai situs warisan dunia UNESCO sejak tahun 2009. Namun,
meski begitu cagar budaya ini menjadi salah satu diantara 67 situs di 41 negara
yang dianggap memiliki kondisi terancam punah karena banyaknya situs yang
mengalami kerusakan dan hilang. Penyebab kerusakan ini adalah : Pertama,
adanya industri lokal pembuatan batu bata yang merusak situs serta kegiatan
jual beli gelap hasil penggalian yang berupa artefak. Kedua, daerah di sekeliling
situs dipadati oleh berbagai macam kegiatan dan penggunaan ruang yang
kompleks. Ketiga, belum ada peraturan tertulis dari pemerintah yang mengatur
tentang pengendalian pemanfaatan ruang KCB Trowulan. Untuk mengatasi
masalah tersebut maka penulis membuat suatu studi arahan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan cagar budaya Trowulan dengan berpedoman pada
undang-undang tentang cagar budaya, peraturan pemerintah tentang
penyelenggaraan penataan ruang, serta rencana tata ruang wilayah, Tujuan dari
studi ini adalah untuk menyusun arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang
berupa peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, dan
sanksi administratif. Metode analisis yang digunakan yang pertama adalah
analisis deskriptif kualitatif untuk analisis batas keruangan, analisis intensitas
pemanfaatan ruang, analisis kelembagaan dan regulasi, serta analisis sosial
budaya masyarakat. Metode analisis yang kedua adalah deskriptif komparatif
untuk analisis kegiatan dan penggunaan ruang serta analisis sarana dan
prasarana minimum. Hasil yang didapat dari analisis adalah berbentuk arahan
pengaturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi. Analisis tersebut menghasilkan peraturan zonasi dimana KCB
Trowulan terbagi dalam zona inti, zona penyangga, serta zona pengembangan
dan penunjang. Selain itu analisis ini menghasilkan arahan pemberian izin,
insentif & disinsentif, serta sanksi administratif.
Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT semata karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Cagar
Budaya Trowulan.
Dalam naskah Tugas Akhir ini, penulis berusaha menyajikan data,
analisa, dan arahan yang diharapkan dapat dimengerti dan dipahami oleh semua
pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa perhatian, bimbingan dan
bantuan serta dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung laporan ini tidak akan selesai tepat pada watunya. Oleh karena itu,
pada kesempatan in, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Yang terhormat orang tua Penyusun, Ibu Mujiati, paman Dr. Yunus Ashari, Ir.
M.T dan bibi Asiyah atas curahan kasih sayang, doa yang tanpa batas,
kesabaran, kerja keras, bantuan moril dan material demi terselesaikannya
Tugas Akhir ini.
2. Ibu Dr. Ina Helena Agustina, Ir,. M.T selaku Ketua Jurusan Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota.
3. Bapak Ivan Chofyan, Ir., MT selaku Ketua PUS-PWK sekaligus koordinator
Tugas Akhir yang telah membantu mengkoordinasikan Tugas Akhir.
4. Ibu Dr. Saraswati, Ir., M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu, arahan, dan kesabaran sehingga terselesaikannnya Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah
memberi ilmu dan membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
6. Staf administrasi PWK yang membantu Penulis dalam mempermudah
proses administrasi di jurusan.
7. Sahabat Penulis Genya Prinita Sari yang telah meluangkan waktunya untuk
menemani Penulis dalam melaksanakan survei.
v
8. Rekan-rekan Ciracap: Arina Gita Nararya, Fatma Sari Souwakil, Renna Dwi,
Raflialdi Syaeful, dan Idham Daniarsyah yang telah memberikan bantuan,
dukungan, dan saran, serta hiburan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
9. Sahabat-sahabat grup Friend5 : Nilam Shindi Dinasti Ummi, S.T , Andini
Dwilignita, Novia Hadrianti, dan Milla Khaerunnisa yang telah memberi saran
dan semangat dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
10. Saudara Heri Eka Sutrisno yang telah membantu dalam pembuatan peta
untuk Tugas Akhir ini.
11. Saudari Isti Fuja Noorwafa yang merupakan rekan satu bimbingan yang
telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
12. Rekan-rekan Planologi 2012 yang telah membantu dan menyemati Penulis
dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih
terdapat kekurangan baik pada isi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu,
penulis memohon kesediaan kepada berbagai pihak untuk senantiasa memberi
kritik maupun saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi semua
pihak khususnya mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
dalam meningkatkan wawasan dan kreatifitasnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
vii
4.4 Museum Majapahit / Museum Trowulan ................................ 54
4.5 Kondisi Ekonomi Masyarakat KCB Trowulan ........................ 57
4.6 Kondisi Penggunaan Lahan Eksisting ................................... 58
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik.
1
2
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 1.1 tentang Peta Ruang
Lingkup Wilayah Studi.
7
8
10
11
6) Bahasa
Bahasa adalah alat perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan baik lewat tulisan, lisan, ataupun
gerakan (bahasa isyarat) dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau
kemauan kepada lawan bicara atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat,
dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan
fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan
teknologi Koentjaraningrat (2002).
7) Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun
telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia
menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian terdiri dari seni patung/pahat,
seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias, vocal, musik/seni suara, bangunan,
kesusastraan, dan drama Koentjaraningrat (2002).
Dari penjelasan di atas, diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang bersifat nyata seperti pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu umat manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
proses demikian itu telah terjadi sejak zaman prasejarah pada berbagai (suku)
bangsa yang menghuni berbagai kawasan di dalam wilayah Indonesia sekarang
ini.
Kehidupan pada masa prasejarah dalam satuan-satuan kemasyarakatan
yang relatif terpisah satu sama lain telah memberikan peluang besar untuk
tumbuhnya kebudayaan dengan ciri-ciri khasnya masing-masing. Keunikan
budaya masing-masing tersebut mendapat momentum untuk pemantapan ketika
masyarakat tersebut telah menginjak pada kehidupan menetap, dan dalam
modus kehidupan yang demikian mengembangkan konsep-konsep tentang
kepemimpinan dan tata masyarakat yang lebih rumit. Dengan perkembangan ini,
maka jati diri budaya masing-masing ditandai oleh kekhasan yang lebih rumit
pula, menyangkut berbagai komponen kebudayaannya. Di dalam masing-masing
komponen atau unsur kebudayaan itu berkembang keanekaragaman pula, baik
yang terkait dengan fungsi sosial maupun fungsi teknisnya.
Di dalam masing-masing satuan kenegaraan pun kemudian berkembang
kekuatan-kekuatan sosial yang masing-masing mempunyai alokasi
kewenangannya dalam mengarahkan perkembangan ataupun pemantapan
kebudayaan. Pengertian pemantapan ini berkait khusus dengan usaha-usaha
intensifikasi terhadap nilai-nilai maupun struktur-struktur yang dianggap tepat dan
benar. Dengan terjadinya pelapisan sosial, maka diharapkan lapisan atas lah
yang mempunyai kewenangan terbesar, tetapi juga tanggung jawab terberat
untuk mempertahankan kebudayaannya. Namun, hal ini tidak berarti lapisan-
lapisan masyarakat yang lain tidak memiliki kebebasan dan kemandiriannya
tersendiri dalam upaya pengembangan kebudayaan. Dalam banyak kasus
kenegaraan, pelapisan sosial tidaklah amat ketat karena di dalamnya
kemungkinan terjadi mobilitas sosial vertikal. Dalam hal itu yang tampak lebih
menonjol adalah adanya kelompok-kelompok di dalam masyarakat yang
didasarkan pada jeins-jenis pekerjaan atau aktivitas yang secara umum
dilakukan di dalamnya. Lapisan-lapisan ataupun kelompok-kelompok
kemasyarakatan itu pada umumnya dapat dikenali melalui penanda-penanda
budaya yang sengaja diciptakan sebagai sarana indentitas. Contoh yang paling
nyata adalah dalam hal busana.
Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat juga dapat dilihat peranannya
dalam menentukan hubungan hubungan yang dapat dilakukan dengan bangsa-
bangsa atau nega-negara lain. Hubungan-hubungan antar budaya itulah yang
15
- Zona inti adalah area perlindungan utama untuk menjaga bagian terpenting
dari cagar budaya;
- Zona penyangga adalah area yang melindungi zona inti;
- Zona pengembangan adalah area yang diperuntukkan bagi pengembangan
potensi cagar budaya bagi kepentingan rekreasi, daerah konservasi,
lingkungan alam, lanskap budaya, kehidupan budaya tradisional,
keagamaan, dan kepariwisataan;
- Zona penunjang adalah area yang diperuntukkan bagi sarana dan prasarana
serta untuk kegiatan komersial umum.
Zona penunjang
Zona pengembangan
Zona penyangga
Zona inti
Situs/Benda cagar
budaya
Gambar 2.1
Konsep Zonasi Cagar Budaya
Sumber : Undang-undang No.11 Tahun 2010
Selain itu, terdapat pula pengertian setiap zona menurut beberapa ahli,
sebagai berikut :
1) Zona Inti
Zona inti adalah area yang penting untuk dilindungi (Ebregt dan Greve,
2000). Definisi tersebut didukung oleh Gillespie (2011) yang menyatakan bahwa
zona inti adalah subjek perlindungan terhadap nilai sejarah yang sangat tinggi
yang dapat berupa bangunan atau kawasan.
2) Zona Penyangga
18
yang disusun oleh Wiyono dan Zulkaidi (2016) yang berjudul Konsep Penetapan
Zona dan Pengaturan Zonasi untuk Cagar Budaya di Perkotaan. Sedangkan
kasus dan preseden peraturan zonasi yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan adalah Konsep Pelestarian Kawasan Kuta Tua Tidore yang
disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2016)
dan Arahan Zonasi dan Pengembangan di Kawasan Situs Cagar Budaya
Patiayam ini didapatkan dari jurnal yang disusun oleh Atnansyah dan Dewi
(2015).
1) Konsep Penetapan Zona dan Pengaturan Zonasi Cagar Budaya
berdasarkan Jurnal Ilmiah Perencanaan Wilayah dan Kota A SAPPK
Konsep penetapan zona dan pengaturan zonasi cagar budaya
berdasarkan Jurnal Ilmiah yang disusun oleh Wiyono dan Zulkaidi (2016) adalah
sebagai berikut :
Konsep Penetapan Zona
Penetapan zona untuk cagar budaya tidak hanya berbentuk konsentris,
tetapi juga dapat berbentuk sektor ataupun gabungan dari keduanya. Bentuk
tersebut tergantung pada kondisi persebaran bangunan cagar budaya di
kawasan. Dalam penetapan zona, perlu adanya komponen-komponen
penetapan. Komponen tersenut didapat berdasarkan konsep normatif penetapan
zona, pengamatan langsung, dan komponen penetapan zona menurut lembaga.
Dengan demikian, dapat disimpulkan komponen penetapan zona cagar budaya
berdasarkan normatif, lembaga, dan pengamatan langsung seperti yang ada
pada Tabel 2.1. Komponen yang diperhatikan dalam penetapan zona untuk
cagar budaya adalah sejarah persebaran bangunan cagar budaya, karakter
persil, langgam, visual, fungsi bangunan, topografi, serta jalan dan sungai.
Tabel 2.1
Komponen Penetapan Zona
Pengamatan Komponen
No. Normatif Lembaga
Langsung Penetapan
1. Sejarah Sejarah Sejarah
Persebaran Persebaran Persebaran
2. Tata Letak Bangunan Cagar Bangunan Cagar Bangunan
Budaya Budaya Cagar Budaya
3. Karakter Karakter Karakter Karakter
4. Persil Persil
5. Langgam Fisik Langgam Langgam
6. Visual Visual
Fungsi
7. Fungsi Bangunan Fungsi Bangunan Fungsi Bangunan
Bangunan
8. Topografi
9. Jalan dan Sungai Jalan dan Sungai Jalan dan
20
Pengamatan Komponen
No. Normatif Lembaga
Langsung Penetapan
Sungai
Sumber : Wiyono dan Zulkaidi, 2016
Berdasarkan komponen tersebut, tidak semua komponen dapat
digunakan dalam menentukan zona inti, zona penyangga, zona pengembangan,
dan zona penunjang. Komponen yang digunakan pada penetapan zona inti, zona
penyangga, zona pengembangan, dan zona penunjang dapat dilihat pada Tabel
2.2 . Penentuan komponen penetapan zona tersebut ditentukan berdasarkan
semakin menurunnya nilai sejarah dan nilai arsitektural dari setiap zona dan
semakin sedikitnya persebaran bangunan cagar budaya di zona tersebut.
Tabel 2.2
Komponen Penetapan Zona Inti, Zona Penyangga, Zona Pengembangan, dan Zona
Penunjang
Pengamatan Komponen
No. Komponen Lembaga
Langsung Penetapan
1. Sejarah
Persebaran
2. Bangunan Cagar
Budaya (BCB)
3. Karakter
4. Langgam
5. Visual
6. Fungsi Bangunan
Persil, Jalan, dan
7.
Sungai
Sumber : Wiyono dan Zulkaidi, 2016
Prosedur dalam melakukan penetapan zona adalah sebagai berikut :
a. Memetakan bangunan cagar budaya dan bangunan yang diduga cagar
budaya golongan A, B, dan C pada kawasan cagar budaya;
b. Memetakan daerah di kawasan cagar budaya yang memiliki kontribusi
terhadap sejarah kota. Sejarah biasanya mempengaruhi karakter, langgam,
dan fungsi bangunan;
c. Membuat delineasi zona. Batas terluar dari zona berpatokan dengan persil
bangunan, topografi, jalan, dan/atau sungai. Selain itu, batas terluar tidak
berbatasan langsung dengan bangunan cagar budaya.
Konsep Pengaturan Zonasi
Pengaturan zonasi cagar budaya dilakukan secara horizontal dan
vertikal, baik untuk bangunan cagar budaya maupun bangunan bukan cagar
budaya. Komponen pengaturan zonasi cagar budaya ditentukan berdasarkan
tinjauan normatif, lembaga, dan berdasarkan pengamatan langsung seperti pada
tabel 2.3. Komponen yang diperhatikan dalam pengaturan zonasi cagar budaya
21
didapatkan dari hasil konsensus atau kesepakatan dari analisis delphi. Kegiatan
yang berada di lokasi zona penyangga ada kegiatan yang dilakukan dengan
komunitas masyakat untuk melestarikan situs cagar budaya yang berupa
peningkatan pemeliharaan melalui perawatan di sekitar lokasi titik temu, agar
kondisi lahan tidak terjadi alih fungsi oleh kegiatan manusia.
Zona Pengembangan
Kawasan ini merupakan kawasan yang secara langsung mendukung
kegiatan wisata cagar budaya yang merupakan pusat dari fasilitas pelayanan
kegiatan pariwisata yang dibutuhkan oleh masyarakat dan juga wisatawan
seperti perdagangan jasa. Zona pengembangan berada kurang lebih sekitar
500m - 1km dari zona penyangga. Jarak 500m - 1km didapatkan dari hasil
konsensus atau kesepakatan dari analisis delphi. Pada zona pengembangan
kegiatan yang dilakukan adalah melakukan tindakan pemeliharaan terhadap
objek wisata alam dan wisata budaya, agar tetap terjaga kelestariannya.
Berdasarkan hasil pendapat para ahli, kebanyakan menyarankan jika dalam
menjaga kebudayaan lokal, maka harus lebih banyak diadakan pagelaran seni.
Hal ini bertujuan untuk mengajak masyarakat lokal untuk lebih menjaga dan
mewarisi tradisi lokal.
Zona Penunjang
Zona penunjang adalah area yang diperuntukkan bagi sarana dan
prasarana penunjang serta untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum. Zona
penunjang pengembangan kawasan wisata budaya terletak pada radius 500 m
dari zona pengembangan. Jarak 500m didapatkan dari hasil konsensus atau
kesepakatan dari analisis delphi. Pada zona ini juga harus tersedia sarana
akomodasi dan sarana pendukung wisata serta berbagai sarana penunjang
lainnya. Selain itu juga harus tersedia sarana pariwisata berupa gedung
pertunjukkan budaya lokal, museum, galeri seni dari masyarakat lokal serta
penyediaan lahan untuk perbelanjaan sebagai pendukung wisata budaya.
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
PEMBERIAN PEMBERIAN
PENGATURAN INSENTIF
PERIZINAN SANKSI
ZONASI DISINSENTIF
Gambar 2.2
Ilustrasi Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
(Sumber: PP No.15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang)
29
A. Pengaturan Zonasi
Pengaturan zonasi secara keseluruhan terdiri atas arahan peraturan
zonasi sistem nasional, arahan peraturan zonasi sistem provinsi, dan peraturan
zonasi pada wilayah kabupaten/kota. Untuk peraturan zonasi kabupaten/kota
didefinisikan sebagai penjabaran dari ketentuan umum peraturan zonasi yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Peraturan zonasi
kabupaten/kota merupakan dasar dalam pemberian insentif dan disisentif,
pemberian izin, dan pengenaan sanksi di tingkat kabupaten/kota. Isi dari
peraturan zonasi kabupaten/kota ini adalah tentang zonasi pada setiap zona
peruntukan dimana zona peruntukan merupakan suatu bagian wilayah atau
kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang untuk mengemban suatu
fungsi tertentu sesuai dengan karateristik zonanya. Gambar 2.3 berikut
merupakan ilustrasi dari penetapan peraturan zonasi (PZ) untuk wilayah
Kab./Kota.
Gambar 2.3
Ilustrasi Penetapan Perturan Zonasi (PZ) untuk Wilayah Kab./Kota
30
tanah diberikan berdasarkan izin lokasi dan untuk izin mendirikan bangunan
diberikan berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi.
Prosedur pemberian izin dalam penataan ruang adalah sebagai berikut :
a. Prosedur pemberian izin pemanfaatan ruang ditetapkan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
b. Pemberian izin diberikan oleh pejabat yang berwenang dengan mengacu
pada rencana tata ruang dan peraturan zonasi
c. Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi dengan memperhatikan
kewenangan dan kepentingan berbagai instansi terkait sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pemberian izin pemanfaatan
ruang diatur dengan peraturan menteri
Untuk penggantian yang layak terhadap kerugian dalam penataan ruang
akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Setiap orang dapat mengajukan penggantian yang layak terhadap kerugian
yang diderita akibat perubahan rencana tata ruang
b. Bentuk penggantian yang layak dapat berupa uang, ruang pengganti,
pemukiman kembali, kompensasi, dan urun saham
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggantian yang layak diatur
dalam peratuan presiden
C. Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pemberian insentif dan disisentif dalam penataan ruang diselenggarakan
untuk :
a. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka
mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang
b. Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata
ruang
c. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang
Insentif dapat diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan
yang didorong pengembangannya dengan tetap menghormati hak orang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Insentif sendiri terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu insentif fiskal dan/atau insentif non fiskal. Insentif fiskal dapat
berupa :
a. Pemberian keringanan pajak
32
b. Pengurangan retribusi
Sedangkan untuk insentif non fiskal dapat berupa :
a. Pemberian kompensasi
b. Subsidi silang
c. Kemudahan perizinan
d. Imbalan
e. Sewa ruang
f. Urun saham
g. Penyediaan prasarana dan sarana
h. Penghargaan
i. Publikasi atau promosi
Disinsentif diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan
yang dibatasi pengembangannya dengan tetap menghormati hak orang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Disinsentif terdiri dari
disinsentif fiskal dan disinsentif non fiskal. Untuk disinsentif fiskal dapat berupa
pengenaan pajak yang tinggi. Sedangkan untuk disinsentif non fiskal dapat
berupa :
a. Kewajiban memberi kompensasi
b. Persayaratan khusus dalam perizinan
c. Kewajiban memberi imbalan
d. Pembatasan penyediaan prasana dan sarana
D. Sanksi Administratif
Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang
dikenakan sanksi administratif. Pelanggaran di bidang penataan ruang yang
dimaksud meliputi :
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
b. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang
c. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang
d. Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan
perundang-undangan sebagai milik umum
Sanksi administratif dapat berupa :
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan
33
oleh para peneliti sebelumnya yang dianggap relevan dengan studi ini. Studi
terdahulu ini juga berguna sebagai bukti keorsinilan dari studi ini sendiri. Untuk
lebih jelasnya mengenai studi terdahulu yang terkait dengan studi ini dapat dilihat
pada Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4
Studi Terdahulu
No Nama dan Tahun Judul Fokus Studi Metoda Analisis Hal yang Terkait
1. Anwar, Khoiril. Potensi Wisata Budaya Identifikasi obyek wisata Analisis deskriptif Wilayah studi yang diambil sama
2009 Situs Peninggalan Trowulan kualitatif mengenai dengan wilayah studi yang
Kerajaan Majapahit di Sistem pengolahan obyek potensi obyek wisata digunakan penyusun yaitu di
Trowulan Mojokerto wisata di Trowulan Kecamatan Trowulan dan
Data kunjungan wisatawan Analisis SWOT sekitarnya
obyek wisata Trowulan Sama-sama melakukan identifikasi
Rencana pengembangan potensi cagar budaya atau situs
obyek wisata Trowulan cagar budaya dalam tahap awal
pelaksanaan studi.
Studi ini lebih memfokuskan
terhadap pengelolaan dan
pengembangan obyek wisata
sedangkan studi yang dilakukan
oleh penyusunan lebih fokus
terhadap pengendalian ruang
sebagai upaya pelestarian cagar
budaya yang juga digunakan
sebagai obyek wisata.
2. Sari, Erma Novita. Implementasi Identifikasi bentuk-bentuk Analisis proses Memiliki topik yang hampir sama
2009 Pengendalian kegiatan dalam perizinan dalam dengan studi yang dilakukan
Pembangunan Kota pengendalian pembangunan pembangunan, penyusun yaitu tentang
Sedang Jekulo (meliputi perizinan, zoning, Analisis penerapan pengendalian ruang.
Kabupaten Kudus subdivisi dan kegiatan zoning dalam Studi ini fokus pada implementasi
pengawasan dalam setiap pembangunan pengendalian pembangunan kota
pengendalian pembangunan Analisis penerapan yang sudah ada sedangkan untuk
Identifikasi instrument dalam subdivisi (peraturan studi yang dilakukan oleh
pengendalian pembangunan rinci/detail) dalam penyusun lebih fokus pada strategi
(meliputi instrumen pembangunan pengembangan dan pengendalian
development charges dalam Analisis kegiatan ruang untuk kawasan cagar
perizinan, KDB, KLB, GSB pengawasan dalam budaya situs peninggalan
dan RTH yang menjadi pembangunan Kerajaan Majapahit
acuan yang diterapkan Analisis penerapan
dalam setiap pembangunan instrumen
42
No Nama dan Tahun Judul Fokus Studi Metoda Analisis Hal yang Terkait
demi tercipta pengontrolan pengendalian
dalam setiap kegiatan pembangunan
tersebut (meliputi development
charges atau
pembiayaan perizinan
pembangunan, KDB,
KLB, GSB dan RTH
dalam pembangunan)
3. Royadi, Khalid; Analisis Pengelolaan dan Regulasi Analisis deskriptif Sama-sama membahas tentang
Rozikin, Pelestarian Cagar Sistem pengelolaan kualitatif upaya pelestarian cagar budaya
Mochammad dan Budaya Sebagai Wujud anggaran peninggalan kerajaan Majapahit.
Trisnawati. 2014 Penyelenggaraan Urusan Penyelamatan dan Namun studi ini fokus pada aktor-
Wajib Pemerintah pengamanan cagar budaya aktor yang terlibat serta dalam
Daerah (Studi pada Pemeliharaan dan pengelolaan dan pelestarian cagar
Pengelolaan dan pemugaran cagar budaya budaya di Trowulan, sedangkan
Pelestarian Situs Aktor-aktor yang terlibat untuk studi yang dilakukan oleh
Majapahit Kecamatan serta peran hubungannya penyusun lebih fokus pada upaya
Trowulan Kabupaten dalam pengelolaan dan pelestarian cagar budaya dari segi
Mojokerto) pelestarian cagar budaya penataan ruang (pemanfaatan dan
situs Majapahit Trowulan pengendalian ruang).
4. Atnansyah, Arahan Zonasi dan Arahan Zonasi (penentuan Analisis Delphi (untuk Sama-sama melakukan analisis
Maulana Pengembangan di batas keruangan) menentukan batas penentuan ruang/zonasi namun
Mohammad dan Kawasan Situs Cagar Pengembangan kawasan keruangan/zona) dalam penelitian ini tidak ada
Diah Intan Budaya Patiayam situ cagar budyaa Patiayam Analisis deskriptif arahan untuk menentukan
Kusuma, 2015 Kabupaten Kudus sebagai wisata budaya komponen-komponen pengaturan
zonasi seperti intensitas ruang,
kegiatan dan penggunaan ruang
dan sarana prasarana minimum.
Sumber: Kompilasi Jurnal dan Studi Literatur
43
44
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaturan zonasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang di KCB Trowulan?
Bagaimana perizinan, pemberian insentif & disinsentif, dan sanksi administratif dalam pengendalian pemanfaatan
ruang di KCB Trowulan?
TUJUAN
Menyusun pengaturan zonasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang di KCB Trowulan
Menyusun perizinan, pemberian insentif & disinsentif, dan sanksi administratif dalam pengendalian
pemanfaatan ruang di KCB Trowulan
Metode Analisis:
Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran
45
46
50
51
Tahun
Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian
oleh Verbeek laporan Wardenaar yang telah dibandingan
dengan keadaan saat peninjauan kembali
pada tahun 1887
Kromodjojo menulis laporan mengenai
daerah Trowulan. Dalam laporan tersebut
Kromodjojo Adinegoro
selalu menyebut Kedaton Modjopahit.
1894 (Bupati Mojokerto
Sejak saat itu orang-orang berpendapat
tahun 1894-1916)
bahwa lokasi Ibukota Majapahit berada di
Trowulan.
Melakukan penggalian di Trowulan dan
interpretasi Kitab Negarakertagama untuk
merekontruksi Kraton Majapahit. Melalui
proses tersebut, ia berhasil menyusun pola
Maclaine Point (Arsitek tata permukiman kota Majapahit yang
1942
dari Belanda) bersifat teoritis dan interpretatif namun
kurang arkeologis. Penelitian ini juga
mengasilkan temuan keramik, benda-
benda terakota, logam, struktur bangunan
yang berupa pondasi dan tembok keliling.
Penelitian insentif berupa survei dan
ekskavasi. Kegiatan survei dilakukan
hampir di seluruh daerah situs Trowulan.
Pusat Penelitian Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa
Arkeologi Nasional pada umumnya daerah tersebut
bekerjasama Fakultas merupakan tanah pekarangan, tegalan,
Sastra dan perkebunan tebu, dan lahan persawahan.
1976 Kebudayaan UGM, Survei tersebut juga menghasilkan benda-
Bidang Perumusan benda temuan seperti gerabah, genting,
Sejarah dan Purbakala keramik asing, arca terakota, umpak batu,
Jawa Timur, Museum batu candi, arca batu andesit, lingga semu,
Nasional Jakarta yoni, emas, perunggu, besi, sandaran
kaca, miniatur bangunan, tiang batu, sumur
kuno, makam kuno, himpunan tulang, dan
struktrur batu bata.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
Situs Trowulan bukan hanya keraton,
melainkan juga meliputi lingkungan yang
ada di sekitarnya. Beragamnya temuan
yang ada di Trowulan menunjukkan bahwa
Trowulan telah menjadi pusat aktivitas
manusia yang cukup kompleks. Hal ini
dibuktikan dengan adanya bangunan-
Pusat Arkeologi
bangunan suci keagamaan seperti Candi
Nasional bekerjasama
Brahu, Candi Tikus, dan Candi Gentong.
dengan 4 Perguruan
Selain itu juga terdapat bangunan gapura
1991-1993 Tinggi yang diberi
yaitu Candi Wringin Lawang dan Candi
nama IFSA (Indonesian
Bajang Ratu yang merupakan indikasi
Field School of
adanya suatu permukiman.
Archeologi)
Sisa bangunan kolam buatan di komplek
Situs Trowulan yang kini disebut Kolam
Segaran juga sering ditunjuk sebagai bukti
adanya aktivitas rekreatif.
Dari interpretasi foto udara dan penelitian
lapangan diperoleh data berupa jejak
bangunan jejak bangunan waduk. Selain
itu juga terdapat kanal-kanal, sumur kuno,
52
Tahun
Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian
saluran air, selokan, sejumlah pondasi
bangunan dan tembok keliling.
Temuan-temuan lepas seperti arca dari
batu, logam maupun terakota dan berbagai
jenis alat rumah tangga dari bahan keramik
asing maupun lokal ditafsirkan sebagai
indikator adanya aktivitas perdagangan
Sumber : Disporabupdar Kab.Mojokerto, 2014
Saat ini belum ada kepastian mengenai luas lahan yang terdapat benda
cagar budaya di dalam tanahnya. Namun para arkeolog memperkirakan di
seluruh KCB Trowulan khususunya di Kecamatan Trowulan di dalam tanahnya
berpotensi memiliki benda cagar budaya yang belum tergali secara maksimal.
Gambar 4.1
Museum Trowulan Lama
(Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)
Museum baru secara resmi dibuka pada tahun 1987. Bangunan museum
ini mencakup lahan seluas 57.625 meter persegi, bangunan ini menampung
koleksi Museum Trowulan lama serta berbagai arca batu yang sebelumnya
disimpan di Museum Majapahit ini. Pembangunan museum baru telah diajukan di
kawasan ini dan lokasi ini telah diusulkan untuk menjadi kawasan Warisan Dunia
UNESCO.
Gambar 4.2
Museum Trowulan Baru/ Museum Majapahit
(Sumber :Survey Primer, 2016)
temuan arkeologi yang ditemukan di seluruh Jawa Timur. Mulai dari era raja
Airlangga, Kediri, hingga era Singhasari dan Majapahit. Namun benda cagar
budaya yang berasal dari peninggalan Majapahit mendominasi di museum ini.
Keseluruhan koleksi peninggalan arkeologi ini ditata di dalam gedung, pendopo
maupun di halaman museum. Berdasarkan bahannya, koleksi Museum
Majapahit yang dipamerkan diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok :
1. Koleksi Tanah Liat (Terakota)
Koleksi tanah liat yang ada di Museum Majapahit terdiri dari koleksi terakota
manusia, alat-alat produksi, alat-alat rumah tangga, dan arsitektur.
Gambar 4.3
Contoh Koleksi Terakota di Museum Majapahit
(Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)
2. Koleksi Keramik
Koleksi keramik yang dimiliki oleh Museum Majapahit berasal dari beberapa
negara asing, seperti China, Thailand, dan Vietnam. Keramik-keramik ini
memilki berbagai bentuk dan fungsi seperti guci, teko, piring, mangkuk,
sendok, dan vas bunga.
Gambar 4.4
Contoh Koleksi Keramik di Museum Majapahit
(Sumber :Survey Primer, 2016)
57
3. Koleksi Logam
Koleksi benda cagar budaya berbahan logam yang dimiliki Museum
Majapahit dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok seperti koleksi
alat-alat upacara (bokor, pedan, lampu, cermin, guci, genta) dan koleksi alat
musik.
Gambar 4.5
Contoh Koleksi Logam di Museum Majapahit
(Sumber :Survey Primer, 2016)
4. Koleksi Batu
Koleksi benda cagar budaya yang berbahan batu berdasarkan jenisnya
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu koleksi miniatur dan
komponen candi, koleksi arca, koleksi relief, dan koleksi prasasti.
Gambar 4.6
Contoh Koleksi Batu di Museum Majapahit
(Sumber :Survey Primer, 2016)
bata, cor kuningan, patung batu, patung terakota, topeng fiberglass, manik-
manik, dan batik Trowulan.
Usaha kerajinan batu bata, cor kuningan, patung batu , manik-manik, dan
kerajinan lainnya ini penjualannya cukup berpengaruh dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi baik untuk masyarakat sendiri maupun untuk daerah.
Namun ada juga sisi negatif yang disebabkan dari adanya usaha kerajinan ini
terutama dalam upaya pelestarian cagar budaya dan pengembangan wisata
budaya di KCB Trowulan.
Dalam upaya pelestarian cagar budaya, adanya aktivitas kerajinan batu
bata dapat berdampak pada kerusakan dan hilangnya benda cagar budaya yang
ada di dalam tanah saat proses penggalian tanah untuk bahan membuat batu
bata. Sedangkan dalam upaya pengembangan wisata, hasil kerajinan cor
kuningan, patung batu dan lain sebagainya ini ternyata cenderung diutamakan
dijual di luar KCB Trowulan sedangkan di dalam KCB Trowulan sendiri para
pengrajin tidak melayani penjualan langsung. Hal ini terjadi karena penjualan
kerajinan di luar KCB Trowulan memiliki omset yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hanya menjual kerajinan di KCB Trowulan. Padahal seharusnya
kerajinan ini dapat dijadikan sebagai sebagai souvenir sehingga menambah daya
tarik wisata budaya di KCB Trowulan.
Tabel 4.3
Kegiatan dan Penggunaan Ruang Eksisting di KCB Trowulan
Penggunaan Spesifikasi
No. Keterangan
Lahan Penggunaan Lahan
Rumah Tunggal - Pola permukiman di KCB Trowulan
berbentuk linier mengikuti jalan raya
- Jika dilihat melalui foto udara,
permukiman yang ada juga terlihat
cenderung berkumpul pada titik
dimana cagar budaya berada
- Jenis rumah yang ada di KCB
Trowulan adalah rumah tunggal
- Sebagian rumah tunggal yang
berada di dekat situs cagar budaya
dipugar oleh pemerintah menjadi
rumah yang bercorak Majapahit pada
1. Perumahan
jaman dahulu (menjadi rumah adat
Majapahit)
- Rumah adat bercorak Majapahit ini
merupakan salah satu bentuk
program pemerintah untuk
melestarikan budaya Majapahit
sekaligus dijadikan sebagai daya
tarik wisata budaya
- Rumah adat ini baru dibangun di
Desa Bejijong, Desa Jatipasar, dan
Desa Sentonorejo Kecamatan
Trowulan
Kios - Kios di KCB Trowulan sering
Ruko ditemukan di sepanjang jalan raya
Warung yang ada di KCB Trowulan dan juga
Hotel di dekat situs cagar budaya
Restoran - Ruko-ruko di KCB Trowulan
letaknya berada di pinggir jalan
nasional yang menghubungkan kota
Perdagangan
2. Solo-Surabaya
dan Jasa
- Warung-warung kecil tersebar di
seluruh KCB Trowulan dan di dekat
situs cagar budaya
- Hotel dan restoran di KCB Trowulan
letaknya berada di pinggir jalan
nasional yang menghubungkan kota
Solo-Surabaya
Industri Besar - Industri besar dan sedang terletak di
Industri Sedang beberapa wilayah yang ada di KCB
Industri Kecil dan Trowulan dan beberapa juga berada
Kerajinan di desa yang di dalamnya terdapat
situs cagar budaya seperti di Desa
Bejijong dan Desa Jatipasar
Kecamatan Trowulan
3. Industri - Industri kecil dan rumah tangga
berada di seluruh wilayah di KCB
Trowulan
- Jenis industri besar dan industri
menengah yang ada yaitu industri
kayu, pupuk, barang dari karet dan
plastik, semen, logam dasar, serta
makanan dan minuman
60
Penggunaan Spesifikasi
No. Keterangan
Lahan Penggunaan Lahan
- Jenis industri kecil dan kerajinan
yaitu industri batu bata, pande besi,
ukiran kayu, seni ukir batu, keajinan
rotan, kerajinan bambu, cor logam,
konveksi, bordir, sepatu / sandal,
dan lain sebagainya
- Dari semua jenis industri, yang
dianggap paling berpengaruh dan
menimbulkan dampak kerusakan
dan hilangnya benda cagar budaya
adalah industri kerajinan batu bata
- Selain karena jumlahnya yang
banyak (302 unit), lokasi industri
batu bata ini banyak yang terletak di
dekat situs cagar budaya seperti
yang terjadi di Candi Tikus
Sarana - Sarana pendidikan, peribadatan,
Pendidikan kesehatan, dan pemerintahan
Sarana ditemukan di seluruh KCB Trowulan
Sarana termasuk di dekat lokasi situs cagar
Peribadatan
4. Pelayanan
Sarana budaya
Umum
Kesehatan
Sarana
Pemerintahan
Pertanian - Pertanian, perkebunan dan RTH
Peruntukkan
5. Perkebunan ditemukan di seluruh KCB Cagar
yang lain
RTH budaya
Perumahan dan - Campuran perumahan dan
Perdagangan/Jas perdagangan/jasa, perumahan dan
6. Campuran a perkantoran ditemukan di seluruh
Perumahan dan KCB Cagar budaya
Perkantoran
Sumber : Hasil Survey, 2017
63
64
Gambar 5.5
Delineasi Zona
Pengembangan dan
Penunjang
(Sumber : Google Earth, 2017)
melihat peta penggunaan lahan yang terbangun dan tak terbangun di tiap zona
dapat dilihat pada Gambar 5.5.
2) Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Ruang Eksisting di tiap Zona
Setelah mengetahui kondisi eksisting kegiatan dan penggunaan ruang di
tiap zona, maka selanjutnya menentukan jenis kegiatan dan penggunaan lahan
yang diizinkan, diizinkan secara terbatas, diizinkan secara bersyarat, dan tidak
diizinkan di tiap zona.
Zona Inti
Berdasarkan UU No.11 Tahun 2010, zona inti adalah area utama untuk
menjaga bagian terpenting dari cagar budaya. Pemanfaatannya diatur sesuai
kebutuhan pelestarian dengan tetap memperhatikan karakter lansekap budaya
asli, dan kepentingan budaya. Ini artinya jenis kegiatan dan penggunaan ruang
yang ada di dalam zona inti ini tidak boleh ada yang menyebabkan kerusakan
cagar budaya yang ada. Kegiatan dan penggunaan lahan yang diperkirakan tidak
menyebabkan resiko kerusakan terhadap cagar budaya adalah berbagai macam
vegetasi seperti RTH, perkebunan, dan pertanian. Vegetasi-vegetasi ini berguna
sebagai lansekap. Selain RTH, perkebunan, dan pertanian, kegiatan dan
penggunaan lahan lain di zona ini sebaiknya tidak diperbolehkan karena
dikhawatirkan dapat mengganggu kelestarian cagar budaya.
Namun jika melihat kondisi eksisting, banyak sekali jenis kegiatan dan
penggunaan ruang yang masuk dalam lahan terbangun berada pada zona inti.
Seharusnya kegiatan dan penggunaan lahan ini tidak diperbolehkan. Namun
karena bangunan-bangunan tersebut sudah terlanjur ada di zona inti dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan pembebasan lahan karena jumlahnya yang
banyak, maka yang bisa dilakukan untuk mengendalikan pertumbuhan lahan
terbangun tersebut dengan membatasi jumlah lahan terbangun.
Pemberian izin terbatas di zona inti untuk lahan terbangun berlaku untuk
semua jenis dan penggunaan kecuali industri besar. Industri besar memiliki
dampak yang besar pula dan dapat mengancam kelestarian cagar budaya
sehingga kegiatan dan penggunaan ruang dberupa industri besar di zona inti
tidak diizinkan, Untuk industri sedang dan kecil diizinkan secara bersyarat yaitu
yang mendukung kegiatan pelestarian cagar budaya. Industri kecil seperti
industri batu bata tidak diperbolehkan ada di zonai inti karena tidak mendukung
kelestarian cagar budaya.
72
73
Zona Penyangga
Berdasarkan UU No.11 Tahun 2010, zona penyangga adalah area yang
melindungi zona inti. Gillespie (2011) menyatakan bahwa zona penyangga
secara skematis biasanya menjadi gambaran perluasan di sekitar zona inti. Zona
penyangga mengatur pembangunan dan guna lahan dalam upaya mendukung
pelestarian zona inti. Penggunaan ruang dalam zona ini adalah pertanian,
perkebunan, dan RTH. Selain pertanian, perkebunan, dan RTH, di zona
penyangga ini seharusnya tidak diperbolehkan dikhawatirkan dapat mengganggu
kelestarian cagar budaya.
Sama halnya dengan zina inti, jika melihat kondisi eksisting banyak sekali
jenis kegiatan dan penggunaan ruang yang masuk dalam lahan terbangun
berada pada zona penyangga. Seharusnya kegiatan dan penggunaan lahan ini
tidak diperbolehkan. Namun karena bangunan-bangunan tersebut sudah terlanjur
ada di zona inti dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pembebasan lahan
karena jumlahnya yang banyak, maka yang bisa dilakukan untuk mengendalikan
pertumbuhan lahan terbangun tersebut dengan membatasi jumlah lahan
terbangun.
Pemberian izin terbatas di zona penyangga untuk lahan terbangun berlaku
untuk semua jenis dan penggunaan kecuali industri besar. Industri besar memiliki
dampak yang besar pula dan dapat mengancam kelestarian cagar budaya
sehingga kegiatan dan penggunaan ruang dberupa industri besar di zona
penyangga tidak diizinkan, Untuk industri sedang dan kecil diizinkan secara
bersyarat yaitu yang mendukung kegiatan pelestarian cagar budaya.
Zona Pengembangan dan Penunjang
Diluar zona inti dan zona penyangga dapat dibuat zona lain yang memiliki
fungsi beragam Peterson (2005) dalam Gillespie (2011). Zona pengembangan
adalah area yang diperuntukkan bagi pengembangan potensi cagar budaya bagi
kepentingan rekreasi, daerah konservasi, lingkungan alam, lanskap budaya,
kehidupan budaya tradisional, keagamaan, dan kepariwisataan. Sedangkan zona
penunjang adalah area yang diperuntukkan bagi sarana dan prasarana serta
untuk kegiatan komersial umum. Kedua zona yaitu zona pengembangan dan
zona penunjang dapat digabung menjadi satu zona karena tujuan dari kedua
zona ini sama yaitu untuk mendorong keberagaman guna lahan dari wilayah
keberadaan zonasi. Semua jenis kegiatan dan penggunaan ruang diizinkan ada
di zona ini namun untuk kegiatan dan penggunaan ruang yang tidak mendukung
74
kegiatan pelestarian cagar budaya seperti industri harus memiliki syarat yang
ketat dalam pembangunannya di zona pengembangan dan penunjang ini.
budaya yang masih terpendam di dalam tanah menjadi lebih mudah untuk
dilakukan.
Sementara kondisi di KCB Trowulan sekarang status kepemillikan lahan
di dalam zona inti tidak semua berstatus sebagai milik pemerintah. Hanya
sebagian area kecil saja yang berstatus sebagai lahan milik pemerintah. Situs
yang telah tercatat sebagai situs cagar budaya di KCB Trowulan saat ini
berjumlah 66 (enam puluh enam) situs. Tiap situs-situs yang ada telah diberi
pembatas oleh pemerintah yang berupa pagar berbentuk dinding, besi, maupun
pagar berbentuk tanaman yang mengelilingi situs. Area yang berada di dalam
pagar pembatas tersebut status kepemilikan lahannya adalah milik pemerintah.
Sedangkan area yang berada di luar pagar pembatas statusnya adalah milik
umum. Umum yang dimaksud terdiri dari masyarakat dan swasta. Oleh sebab itu,
pemerintah sangat sulit memantau area di luar pagar pembatas apabila di area
tersebut ditemukan sebuah situs cagar budaya.
Gambar 5.6
Contoh Pagar Pembatas Situs Cagar Budaya di KCB Trowulan
(Sumber : Hasil Survey, 2016)
77
78
Standar Analisis
Jenis Zona Penempatan
Sarana dan ) /
ada (
No. Sarana dan Sarana dan Prasarana
Prasarana belum Lokasi Keterangan
Prasarana Minimum yang Tepat
Minimum ada (-)
Centre)
79
Standar Analisis
Jenis Zona Penempatan
Sarana dan ) /
ada (
No. Sarana dan Sarana dan Prasarana
Prasarana belum Lokasi Keterangan
Prasarana Minimum yang Tepat
Minimum ada (-)
Zona Inti Mini Market di KCB Trowulan sudah Zona Pengembangan
Zona Penyangga tersedia namun beberapa diantaranya dan Penunjang
Mini market Zona berada pada zona inti dan penyangga
Pengembangan Dalam zona ini sarana perbelanjaan
dan Zona berupa minimarket tidak
Penunjang diperbolehkan
Pemerintah telah menyediakan Zona Pengembangan
Zona Inti sarana pusat cinderamata dan oleh- dan Penunjang
oleh dengan nama PPST (Pusat
Perkulakan Sepatu Trowulan)
Awal pembangunan PPST ini
memang direncanakan sebagai
tempat untuk menjual barang
produksi lokal Trowulan yang berupa
sepatu kulit. Kemudaian akhirnya
6 Perbelanjaan beberapa tahun terakhir pemerintah
merencanakan untuk menjadikan
PPST sebagai pusat cinderamata dan
Pusat
oleh-oleh juga bagi
cinderamata
pengunjung/wisatawan
dan oleh-oleh
Namun pengembangan untuk sarana
perbelanjaan berupa pusat
cinderamata dan oleh-oleh ini
sepertinya kurang berjalan dengan
baik. Hal ini dibuktikan dengan
sepinya pengunjung yang datang ke
pusat cinderamata dan oleh-oleh
tersebut
Pusat cinderamata dan oleh-oleh
yang ada ini juga berada di zona inti.
Sarana perbelanjaan berupa pusat
cinderamata dan oleh-oleh tidak
80
Standar Analisis
Jenis Zona Penempatan
Sarana dan ) /
ada (
No. Sarana dan Sarana dan Prasarana
Prasarana belum Lokasi Keterangan
Prasarana Minimum yang Tepat
Minimum ada (-)
diperbolehkan di zona ini
Telepon Telepon umum tidak tersedia di KCB Zona Pengembangan
- -
umum Trowulan dan Penunjang
Jaringan BTS di KCB Trowulan sudah Zona Inti
Zona Inti
tersedia Zona Penyangga
Zona Penyangga
7 Komunikasi Zona Pengembangan
Jaringan BTS Zona
dan Penunjang
Pengembangan
dan Zona
Penunjang
Zona Inti Sarana perbankan telah tersedia di Zona Pengembangan
Zona Penyangga KCB Trowulan namun beberapa bank dan Penunjang
Bank Zona berada di zona inti dan penyangga
Pengembangan dimana dalam zona ini tidak
dan Zona diperbolehkan ada sarana perbankan
Sistem Penunjang yang dibangun
8
Perbankan Zona Inti Sarana ATM telah tersedia di KCB Zona Pengembangan
Zona Penyangga Trowulan namun beberapa dan Penunjang
ATM Zona diantaranya berada di zona inti dan
Pengembangan penyangga dimana dalam zona ini
dan Zona tidak diperbolehkan ada sarana
Penunjang perbankan yang dibangun
Zona Inti Sarana kesehatan berupa poliklinik Zona Pengembangan
Zona Penyangga dan puskesmas telah tersedia di KCB dan Penunjang
Zona Trowulan. Namun beberapa poliklinik
9 Kesehatan Poliklinik Pengembangan dan puskesmas berada pada zona inti
dan Zona dan zona penyangga dimana sarana
Penunjang tersebut tidak diperbolehkan berada
pada zona ini
81
Standar Analisis
Jenis Zona Penempatan
Sarana dan ) /
ada (
No. Sarana dan Sarana dan Prasarana
Prasarana belum Lokasi Keterangan
Prasarana Minimum yang Tepat
Minimum ada (-)
Zona Inti Sarana keamanan berupa kantor Zona Pengembangan
Zona Penyangga polisi telah tersedia di KCB Trowulan. dan Penunjang
Kantor polisi Zona Namun beberapa kantor polisi berada
Pengembangan pada zona inti dan zona penyangga
dan Zona dimana sarana tersebut tidak
10 Keamanan diperbolehkan berada pada zona ini
Penunjang
Zona Inti Sarana keamanan berupa kantor Zona Inti
Kantor
keamanan tersedia di beberapa lokasi Zona Pengembangan
keamanan /
situs cagar budaya di KCB Trowulan dan Penunjang
Pos Satpam
11 Kebersihan
Jaringan sanitasi telah tersedia di Zona Inti
Zona Inti
KCB Trowulan Zona Penyangga
Zona Penyangga
Zona Pengembangan
Jaringan Zona
dan Penunjang
Sanitasi Pengembangan
dan Zona
Penunjang
82
83
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa sarana dan
prasarana minimum yang belum tersedia di KCB Trowulan seperti agen
perjalanan, angkutan khusus untuk pariwisata, dan telepon umum. Sebagian
sarana dan prasarana minimum sudah ada di KCB Trowulan namun lokasi
sarana dan prasarana minimum tersebut berada di zona kurang tepat.
5.6 Kelembagaan dan Regulasi untuk Kawasan Cagar Budaya
5.6.1 Kelembagaan
Kelembagaan yang menangani Kawasan Cagar Budaya Trowulan terdiri
dari kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal yang ada terdiri dari
Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan dan Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Mojokerto
dan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar)
Kabupaten Jombang. Sedangkan untuk kelembagaan non formal terdiri dari
komunitas-komunitas peduli cagar budaya Trowulan.
1) Kelembagaan Formal
Kelembagaan formal yaitu BPCB Trowulan dan Disporabudpar Kab.
Mojokerto dan Kab. Jombang memiliki tugas yang sama yaitu memelihara
kelestarian dan pengembangan kawasan cagar budaya. Yang membedakan
kedua lembaga ini adalah BPCB Trowulan adalah lembaga yang berada di
bawah naungan pemerintah pusat yaitu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
RI sedangkan Disporabudpar berada di bawah naungan pemerintah daerah Kab.
Mojokerto dan Kab. Jombang. Meskipun begitu, kedua lembaga ini saling
bekerjasama dalam upaya pelestarian dan pengembangan KCB Trowulan.
Berikut adalah tugas pokok dan fungsi lembaga yang ada di tiap lembaga yang
dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
Tugas Pokok dan Fungsi di Tiap Lembaga Formal dalam Pelestarian KCB Trowulan
No. Lembaga Tugas Pokok dan Fungsi
1. BPCB Trowulan Pemeliharaan, perlindungan, pemugaran, dokumentasi,
bimbingan dan penyuluhan, penyelidikan dan
pengamanan terhadap peninggalan purbakala bergerak
maupun tidak bergerak serta situs, termasuk yang
berada dilapangan maupun tersimpan di ruangan
Pelaksanaan dan pemeliharaan, pengelolaan dan
pemanfaatan peninggalan purbakala bergerak maupun
tidak serta situs peninggalan arkeolog bawah air
Pelaksanaan dokumentasi dan penetapan peninggalan
purbakala bergerak serta situs termasuk yang berada
dilapangan maupun yang tersimpan diruangan
Pelaksanaan perlindungan, penyidikan dan
pengamanan peninggalan purbakala bergerak maupun
84
Gambar 5.7
Contoh Pagelaran Seni Budaya Majapahit
(Sumber : https://www.facebook.com/Save-Trowulan-1407018319526224/)
Selain aktif di kegiatan-kegiatan fisik seperti pagelaran seni budaya dan acara
adat lainnya, komunitas-komunitas ini juga aktif di media sosial. Komunitas-
komunitas ini memliki akun media sosial dimana dalam akun ini mereka
membagikan berbagai macam informasi mengenai kegiatan yang telah dan akan
dilakukan oleh komunitas tersebut. Akun media sosial milik komunitas-komunitas
ini juga dijadikan sebagai sarana penampung informasi, kritik dan saran yang
ingin disampaikan oleh masyarakat yang aktif di sosial media mengenai berbagai
permasalahan di KCB Trowulan kepada pemerintah. Harapannya ketika pihak
pemerintah membuka aku media sosialnya, mereka dapat langsung
membacanya sehingga penanganan terhadap masalah tersebut akan lebih
cepat.
Gambar 5.8
Akun Media Sosial Milik Komunitas Save Trowulan
(Sumber : https://www.facebook.com/Save-Trowulan-1407018319526224/)
Selain kegiatan fisik dan aktif di sosial media, komunitas ini juga pernah
melakukan demo penolakan pembangunan kepada pemerintah ketika muncul isu
pembangunan pabrik baja KCB Trowulan yaitu tepatnya di Desa Jatipasar,
86
Walaupun dalam data statistik wilayah tidak ada masyarakat yang menganut
agama kepercayaan, namun ritual-ritual kepercayaan masih sering dilakukan
oleh sebagian besar masyarakat di KCB Trowulan dan sekitarnya. Masyarakat ini
disebut dengan Masyarakat Kejawen atau masyarakat yang masih
melaksanakan adat budaya jawa dimana mereka selalu mengkaitkan segala
urusan dan kepercayaannya dengan para leluhur.
Ritual-ritual Kejawen yang dilakukan oleh masyarakat di situs-situs sekitar
KCB Trowulan seperti ruwat agung, kirab, unduh-unduh patirtaan, grebeg suro
dan lain sebagainya ini merupakan salah satu bentuk penghormatan masyarakat
kepada para leluhurnya. Walaupun pada dasarnya sebagian masyarakat kurang
mengetahui pasti apakah leluhurnya memang berasal dari keturunan Majapahit
asli atau bukan, namun kegiatan itu masih tetap rutin dilakukan oleh masyarakat
dan menjadi tradisi secara turun temurun.
Gambar 5.9
Contoh Acara Ritual Kejawen di KCB Trowulan
(Kirab Getah Getih Majapahit 2016)
(Sumber : https://scontent-sin6-1.cdninstagram.com)
Gambar 5.10
Berita dan Suasana Demo Penolakan Pendirian Pabrik Baja di KCB Trowulan
Tahun 2013
(Sumber : http://surabaya.tribunnews.com/)
memberikan imbalan yang lebih kecil dan bahkan tidak ada imbalan sama sekali
untuk benda cagar budaya yang telah ditemukan.
Gambar 5.11
Salah Satu Pengrajin Batu Bata di KCB Trowulan
(Sumber : Survey Primer, 2016)
Para pengrajin batu bata ini mengaku bahwa mereka sebenarnya telah
sadar akan pentingnya cagar budaya. Mereka terpaksa melakukan hal tersebut
karena tuntutan ekonomi. Para pengrajin batu bata yang sebagian besar
merupakan seorang kepala keluarga yang tergolong kurang mampu ini memang
harus mencukupi kebutuhan hidup untuk diri sendiri dan keluarganya. Untuk
mencari pekerjaan yang lain pun mereka tidak bisa karena rendahnya tingkat
pendidikan dan minimnya pengalaman kerja yang mereka miliki. Lagi pula
pekerjaan pengrajin batu bata ini telah berlangsung lama sejak tahun 1980-an
yang diwariskan secara turun temurun sehingga sulit untuk ditinggalkan. Namun
masyarakat pengrajin batu bata tidak memungkiri bahwa mereka akan mau
berhenti untuk menjual dan merusak benda cagar budaya apabila pemerintah
mau memberikan imbalan yang besar untuk hasil penemuan benda cagar
budaya yang mereka temukan ataupun diberi pekerjaan lain yang layak untuk
mereka.
BAB VI
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN CAGAR BUDAYA TROWULAN
91
92
2) Zona Penyangga
Sarana dan prasarana yang diizinkan ada di zona penyangga adalah
jalan, papan informasi, jaringan BTS, jaringan persampahan, dan jaringan
sanitasi
3) Zona Pengembangan dan Penunjang
Dalam zona pengembangan dan penunjang, semua jenis sarana dan
prasarana diizinkan ada di zona ini
Sarana dan prasarana tersebut meliputi jalan, tempat parkir, hotel,
wisma, agen perjalanan, Tourist Information Centre, papan informasi,
exit and enter gate, angkutan khusus menuju situs cagar budaya /
wisata budaya, rumah makan, mini market, pusat cinderamata dan
oleh-oleh, telepon umum, jaringan BTS, bank, ATM, poliklinik, kantor
polisi, kantor keamanan / pos satpam, jaringan persampahan, dan
jaringan sanitasi
ZPP
Gambar 6.1
Peta Zonasi Bagian 1 ( Zona Inti)
(Sumber : Hasil Rencana, 2017)
95
Kode Luas
No. Zona
Zona (ha)
BAGIAN 2 (ZONA PENYANGGA)
1. Inti ZI 2.324,03 I. Kententuan Kegiatan Penggunaan Ruang
2. Penyangga ZP 1.775,65 Kegiatan dan penggunaan ruang yang
3.
Pengembangan
ZPP 9.703,36 diizinkan di zona penyangga adalah
dan Penunjang pertanian, perkebunan, dan RTH
Kegiatan dan penggunaan ruang yang
III. Ketentuan Sarana dan diizinkan secara terbatas di zona penyangga
Prasarana Minimum adalah rumah tunggal, kios, ruko, warung,
Sarana dan prasarana yang hotel, restoran, sarana pendidikan, sarana
diizinkan ada di zona peribadatan, sarana kesehatan, sarana
penyangga adalah jalan, papan pemerintahan, campuran perumahan dan
informasi, jaringan BTS, perdagangan/jasa, campuran perumahan dan
ZP jaringan persampahan, dan perkantoran
jaringan sanitasi Kegiatan dan penggunaan ruang yang
diizinkan secara bersyarat di zona penyangga
adalah industri sedang dan industri
kecil&kerajinan
ZI
Kegiatan dan penggunaan ruang yang tidak
diizinkan berada di zona penyangg adalah
industri besar
II. Kententuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
ZPP
Gambar 6.2
Peta Zonasi Bagian 2 ( Zona Penyangga)
(Sumber : Hasil Rencana, 2017)
96
No. Zona
Kode Luas BAGIAN 3 (ZONA PENGEMBANGAN DAN
Zona (ha) PENUNJANG)
1. Inti ZI 2.324,03 I. Kententuan Kegiatan Penggunaan Ruang
2. Penyangga ZP 1.775,65
Pengembangan Kegiatan dan penggunaan ruang yang
3. ZPP 9.703,36 diizinkan di zona pengembangan dan
dan Penunjang
penunjang adalah rumah tunggal, kios, ruko,
III. Ketentuan Sarana dan Prasarana warung, hotel, restoran, industri kecil dan
Minimum kerajinan, sarana pendidikan, sarana
Dalam zona pengembangan dan peribadatan, sarana kesehatan, sarana
penunjang, semua jenis sarana dan pemerintahan, sarana pariwisata, pertanian,
prasarana diizinkan ada di zona ini perkebunan, dan RTH, campuran perumahan
Sarana dan prasarana tersebut dan perdagangan/jasa, campuran perumahan
ZP meliputi jalan, tempat parkir, hotel, dan perkantoran
wisma, agen perjalanan, Tourist Di dalam zona pengembangan dan
Information Centre, papan penunjang, kegiatan dan penggunaan berupa
informasi, exit and enter gate, industri besar dan industri sedang diizinkan
angkutan khusus menuju situs dengan syarat tidak mengganggu kelestarian
ZI cagar budaya / wisata budaya, cagar budaya
rumah makan, mini market, pusat II. Kententuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
cinderamata dan oleh-oleh, telepon
umum, jaringan BTS, bank, ATM,
poliklinik, kantor polisi, kantor
keamanan / pos satpam, jaringan
persampahan, dan jaringan sanitasi
ZPP
Gambar 6.3
Peta Zonasi Bagian 3 ( Zona Pengembangan dan Penunjang)
(Sumber : Hasil Rencana, 2017)
97
98
2) Disinsentif
Disinsentif diberikan untuk kegiatan-kegiatan dan faktor-faktor yang
dikendalikan pengembangannya dengan tetap menghormati hak orang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Bentuk-bentuk disinsentif yang
diberikan untuk kegiatan-kegiatan dan faktor-faktor yang dikendalikan
pengembangannya dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut.
Tabel 6.3
Bentuk Disintensif untuk Faktor-faktor yang Harus Dikendalikan
Pengembangannya
No. Faktor yang Dikendalikan Bentuk Disinsentif
Pemerintah memberikan
persyaratan khusus dalam
Pada zona inti dan penyangga terdapat perizinan (kegiatan diizinkan
kegiatan dan penggunaan ruang yang selama tidak mengancam
1.
diizinkan bersyarat yaitu industri sedang kelesatarian cagar budaya)
dan industri kecil & kerajinan Pembatasan penyediaan sarana
dan prasarana
Menaikkan pajak
2. Pada zona inti dan zona penyangga pemerintah pusat dan daerah
101
106
107
Peraturan Zonasi di Desa Sentonorejo dapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut.
Peratuan zonasi ini juga dimuat dalam bentuk peta zonasi. Peta zonasi untuk
Desa Sentonorejo ini memiliki skala peta 1:8000. Untuk lebh jelasnya mengenai
peta zonasi Desa Sentonorejo dapat dilihat pada Gambar 7.1
Tabel 7.1
Peraturan Zonasi Desa Sentonorejo
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
1 Perumahan
Rumah Tunggal
Rumah Kopel
Rumah Deret
Townhouse
Rusun Rendah
Rusun Sedang
Rusun Tinggi
Asrama
Rumah
sewa/kost
Panti Jompo
Panti Asuhan
Guest House
Paviliun
Rumah Dinas
2 Perdagangan
Warung
Toko
Pertokoan
Pasar Tradisional
Pasar
Lingkungan
Penyaluran
Grosir
108
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Pusat
Perbelanjaan
Supermarket
Mall
Plaza
Shoping Center
3 Jasa Umum
Jasa Bangunan
Lembaga
Keuangan
Jasa Komunikasi
Jasa
Pemakaman
Pusat Riset dan
Pengembangan
IPTEK
Perawatan/Perba
ikan/renovasi
barang
Perbaikan
kendaraan
(bengkel)
SPBU
Penyediaan
ruang pertemuan
Penyediaan
makanan dan
minuman
Travel dan
109
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
pengiriman
barang
Pemasaran
properti
Perkantoran/bisni
s lainnya
Hiburan/Rekre
4 asi
Taman Hiburan
Taman
Perkemahan
Bisnis Lapangan
OR
Studio
Keterampilan
Panti Pijat
Teater
Bioskop
Kebun Binatang
Resort
Restaurant
Klub malam dan
bar
Hiburan dewasa
lainnya
5 Industri
Industri besar
dengan
110
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
limbah/gangguan
lingkungan
Industri besar
tanpa
limbah/gangguan
lingkungan
Industri kecil
dengan
limbah/gangguan
lingkungan
Industri
Perdagangan
Industri Bahari
6 Pertambangan
Minyak bumi,
bitumen cair, lilin
bumi, gas alam
Bitumen padat,
aspal
Antrasit, batubara
Uranium, radium,
thorium
Nikel, kobalt
Timah
Besi, mangan,
molibden, khrom,
wolfram,
111
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
vanadium, titan
Bauksit,
tambaga, timbal,
seng
Emas, platina,
perak, air raksa,
intan
Arsin, antimon,
bismut
Yutrium,
rhutenium,
cerium
Berilium
korundum,
zirkon, kristral
kwarsa
Kriolit, fluorpar,
barit
Yodium, brom,
khlor, belerang
Nitrat-nitrat,
pospat-pospat,
garam batu
Asbe, talk, mika,
grafit, magnesit
Yarosit, leusit,
tawas,oker
Batu permata
Pasir kwarsa,
kaolin, dkk
112
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Batu apung, tras,
obsidian,dkk
Marmer, batu
tulis
Batu kapur,
dolomit, kalsit
Granit, andesit,
basal, trakhit dkk
Pemerintahan
dan
7 Keamanan
Kedubes/Internas
ional
Kantor
Pemerintah
Pusat/Nasional
Kantor Provinsi
Kantor
Kota/Kabupaten
Kantor
Kecamatan
Kantor Kelurahan
Mabes Polri
Polda
Polwil
Polres/Polresta
Polsek/Polsekta
TNI AD
113
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Dephankam
Kodam
Kodim
Koramil
Korem
TNI AU
TNI AL
Fasilitas
8 Pendidikan
TK
SD/MI
SLTP/MTS
SMU/MA/SMAK
Akademi/Perguru
an Tinggi
Perpustakaan
Fasilitas
9 Kesehatan
RS tipe A
RS tipe B
RS tipe C
RS tipe D
RS Gawat
Darurat
RS Bersalin
Laboratorium
Kesehatan
114
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Balai Pengobatan
Pos Kesehatan
Posyandu
Dokter Umum
Dokter Spesialis
Bidan
Klinik/Poliklinik
Klinik dan/atau
RS Hewan
Fasilitas
10 OR/Rekreasi
Tempat bermain
lingkungan
Tempat bermain
lokal
Taman
Lapangan OR
Gelanggang
Remaja
Gedung OR
Museum
Stadion
Gedung Olah
Seni
Bioskop
115
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Teater
Kafe
11 Peribadatan
Langgar
Masjid
Gereja
Pura
Kelenteng
12 Bina Sosial
Gedung
Pertemuan
Lingkungan
Gedung Serba
Guna
Gedung
Pertemuan Kota
Balai Pertemuan
dan Pameran
Pusat Informasi
Lingkungan
Lembaga
Sosial/Organisasi
Kemasyarakatan
13 Persampahan
TPS
TPA
Pengelolaan
sampah/limbah
116
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Daur Ulang
Penimbunan
barang
rongsokan
Pembongkaran
kendaraan
bermotor
14 Komunikasi
Telepon Umum
Pusat
Transisi/pemacar
jaringan
telekomunikasi
15 Pertanian
Sawah
Ladang
Kebun
Holtikultur dan
Rumah Kaca
Pembibitan
Pengolahan hasil
pertanian
Pergudangan
hasil panen
Penjualan
tanaman/bunga
yang
dikembangbiakka
n
117
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Perikanan
Tambak
Kolam
Tempat
Pelelangan Ikan
Peternakan
Lapangan
Penggembalaan
Pemerahan susu
Kandang Hewan
16 Transportasi
Terminal tipe A
Terminal tipe B
Terminal tipe C
Stasiun
Pelabuhan
Bandar Udara
Umum
Bandar Udara
Khusus
Lapangan Parkir
Umum
17 Hutan
Hutan Rakyat
Hutan Produksi
Terbatas
Hutan Produksi
Tetap
118
Rawan Bencana Alam
Suaka Alam dan Cagar
Terbuka
Perdagangan dan
Zona Lindung lainnya
Perkantoran
Budaya
Sarana Pelayanan Peruntukan Peruntukkan
Jasa
Perumahan Industri Campuran
Non Hujau
Umum Lainnya Khusus
Ruang
No.
Zona
SubZona
SPU-1
SPU-2
SPU-3
SPU-4
SPU-5
SPU-6
RTNH
KH-1
KH-2
KH-3
PK-1
PK-2
PL-1
PL-2
PL-3
R-1
R-2
R-3
R-4
R-5
C-1
C-2
C-3
K-1
K-2
K-3
SC
RB
LL
I-1
I-2
I-3
I-4
Kegiatan
Hutan Konservasi
18 RTH
Hutan Kota
Jalur Hijau dan
Pulau Jalan
Taman Kota
TPU
Pekarangan
Sempadan/Peny
angga
19 Campuran
Rumah Toko
(ruko)
Rumah Kantor
(rukan)
Kondotel
Sumber : Hasil Rencana, 2017
119
120
Keterangan :
I : Pemanfaatan ruang yang diijinkan dalam peraturan zonasi :
T : Pemanfaatan ruang yang terbatas dalam peraturan zonasi :
B : Pemanfaatan ruang yang bersyarat dalam peraturan zonasi :
X : Pemanfaatan ruang yang dilarang dalam peraturan zonasi :
Buku
Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum Republik
Indonesia. 2006. Konsep Dasar Panduan Penyusunan Peraturan Zonasi
Kawasan Perkotaan. Jakarta
Kalangie, Nico S. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan Primer Melalui Pendekatan Sosial Budaya. Jakarta: PT
KasainBlanc Indah Corp.
Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mojokerto, Disporabupdar Kabupaten. 2014. Warisan Budaya Trowulan : Potensi
dan Tantangan Inventarisasi Benda Cagar Budaya. Mojokerto:
Disporabupdar Kabupaten Mojokerto
Pothof, Rolf. 2006. Urban Heritage Tourism A Case Study of Dubrovnik.
Bournemouth University, UK. M.A. European Tourism Management.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia : Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitiatif dan Kombinasi.
Bandung: Alfabeta.
Sukidin, B. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Ilmu Pengantar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Syani, A. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Bandar Lampung: Pustaka
Jaya.
Tylor, E.B. 1974. Primitive Culture: Researches into The Development of
Mythology, Philosophy, Religion, Art, and Custom. New York: Gordon
Press. First published in 1871.
Jurnal
Ebregt & De Greve. 2000. Policy and Best Practice for Terrestrial Ecosystems in
Developing Countries, National Reference Centre for Nature
Management, pp. 5-63
Hakim, Arief Rahman; Rima Dewi Suprihardjo. 2014. Arahan Pengembangan
Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism.
Jurnal Teknik Pomits, Vol. 3, No.2, 2014, ISSN: 2337-3539 (2301-9271
Print)
121
124
Peraturan/Undang-undang/Cetakan Terbatas
Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.260 Tahun 2013 tentang
Penetapan Satuan Ruang Geografis Trowulan sebagai Kawasan Cagar
Budaya Peringkat Nasional
Peraturan Daerah No.11 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Jombang Tahun Rencana 2009-2029
Peraturan Daerah No.9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Mojokerto Tahun Rencana 2012-2032
Peratuan Daerah Kabupaten Mojokerto No. 11 Tahun 2015 tentang Cagar
Budaya
Tesis/Artikel Ilmiah
Anwar, Khoiril. 2009. Potensi Wisata Budaya Situs Peninggalan Kerajaan
Majapahit di Trowulan Mojokerto. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III
Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kurniawan, Nugroho Adi. 2015. Upaya Pelestarian Kota Pusaka Kawasan
Klampok, Kecamatan Purworejo Klampok, Kabupaten Banjarnegara.
Jurnal Ruang. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Semarang;
Universitas Diponegoro
Royadi, Khalid; Rozikin, Mochammad dan Trisnawati. 2014. Analisis Pengelolaan
dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud Penyelenggaraan Urusan
Wajib Pemerintah Daerah (Studi pada Pengelolaan dan Pelestarian Situs
Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto). Jurnal
Administrasi Publik (JAP). Jurusan Ilmu Administrasi Publik. Malang:
Universitas Brawijaya
Sari, Erma Novita. 2009. Implementasi Pengendalian Pembangunan Kawasan
Pinggiran Kota Sedang Jekulo Kabupaten Kudus. Tugas Akhir. Jurusan
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Semarang: Universitas
Diponegoro
125
Internet
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purbalingga.
http://dinbudparpora.purbalinggakab.go.id/. Diakses pada: 21 Januari
2016
Dit.PCBM. http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/2016/04/14/konsep-
pelestarian-kawasan-kuta-tua-tidore/. Diakses pada: 11 Oktober 2016
Gillespie (2011). http://daemeter.org/en/ publication/detail/8/participation-and-
power-inindonesian-oil-palm-plantations. Diakses pada: 21 Januari 2016
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/. Diakses pada: 13 Maret
2016
Miller (2011). http://daemeter.org/en/ publication/detail/8/participation-and-power-
inindonesian-oil-palm-plantations. Diakses pada: 21 Januari 2016
Peterson (2005). http://daemeter.org/en/ publication/detail/8/participation-and-
power-inindonesian-oil-palm-plantations. Diakses pada: 21 Januari 2016
Planologi-ITM. http://planologi-itm.blogspot.co.id/. Diakses pada: 9 Februari 2016
Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Mojokerto. http://mojokertokab.go.id/.
Diakses pada: 12 Januari 2016
Surya Online. http://surabaya.tribunnews.com/2013/07/19/. Diakses pada: 21
Januari 2016
Suwantoro. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/. Diakses pada: 19 Oktober 2016
Wati, A. http://eprints.undip.ac.id/40744/2/Bab_2.pdf. Diakses pada: 9 Februari
2016
Yurnaldi. http://nasional.kompas.com/read/2009/01/17/01492534/. Diakses pada:
12 Januari 2016