Anda di halaman 1dari 70

STRATEGI DINAS KESEHATAN KOTA KOTAMOBAGU

DALAM PENURUNAN ANGKA STUNTING


DI KOTA KOTAMOBAGU PROVINSI SULAWESI UTARA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan pemerintahan


dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana Terapan Ilmu
Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

STEVANO RIDEL SWARZ


PINORI
30.1288

PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH
FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN
DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Judul Proposal Skripsi : STRATEGI DINAS KESEHATAN KOTA

KOTAMOBAGU DALAM PENURUNAN

ANGKA STUNTING DI KOTA

KOTAMOBAGU PROVINSI SULAWESI

UTARA

Nama : STEVANO RIDEL SWARZ PINORI


NPP : 30.1288

Program Studi : ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Fakultas : MANAJEMEN PEMERINTAHAN

Tempat dan Tgl Lahir : MANADO,28 SEPTEMBER 2001

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. H. Dwi Agus Sumarno, M.M, M.Si


NIP. 196312121882031007
Pembina Utama Muda Tk. (IV/c)

vi
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan judul “Strategi Dinas

Kesehatan Kota Kotamobagu Dalam Penurunan Angka Stunting Di Kota

Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara” dengan tepat pada waktunya. Shalawat

serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi

Muhammad SAW, Insya Allah kita sebagai umatnya masih tetap istiqomah

dalam menjalankan sunah-sunah beliau.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan

proposal skripsi ini, dihadapkan dengan berbagai macam hambatan dan kendala.

Akan tetapi semua dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak

baik sifatnya material maupun moral.

Berbagai hambatan dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat tak terhingga kepada yang

selalu mengiringi langkah dengan doa tulus yang selalu dihaturkan kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda Salmon Pinori dan Ibunda Mariam lalonsang

u.
ii

Oleh karena itu sebagai ungkapkan terimakasih yang mungkin tidak

sebanding dengan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti oleh berbagai

pihak, maka peneliti menyampaikan terimakasih kepada semua pihak terutama

kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Hadi Prabowo, M.M selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri;

2. Bapak Dr. Khalilul Khairi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Manajemen

Pemerintahan dan Bapak H. Ismunarta., S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan

Fakultas Manajemen Pemerintahan;

3. Bapak Dr. Asep Hendra., SE. MM, selaku Ketua Program Studi

Administrasi Pemerintahan Daerah dan Bapak Dedi Kusmana., S.Sos,

M.Si selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pemerintahan Daerah;

4. Ibu Dosen Pembimbing Dr. Ir. H. Dwi Agus Sumarno., M.M, M.Si, yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan

didalam penyusunan skripsi ini kepada penulis;

5. Seluruh Dosen, Pelatih dan Pamong Pengasuh Institut Pemerintahan

Dalam Negeri Kampus Jatinangor dan Kampus Sulawesi Utara yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman serta

bimbingannya;

6. Dokter Wahdania L. Mantang selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Kotamobagu dan beserta seluruh pegawai yang sangat membantu dalam

proses pelaksanaan penelitian;


iii

7. Ibu Linda Mokodongan selaku Kepala Puskesmas Motoboi Kecil dan

beserta seluruh pegawai yang sangat membantu dalam proses pelaksanaan

penelitian;

8. Saudara Kontingen Sulawesi Utara angkatan XXX yang sudah berjuang

bersama melalui susah dan suka, selalu memberikan dukungan, motivasi,

dan membantu peneliti selama menjalani dan dalam menyelesaikan

pendidikan sebaik-baiknya terkhusus utat- utatku komintan Bolaang

Mongondow Bersatu;

9. Adik-adik kontingen Sulawesi Utara angkatan XXXI, XXXII, dan

XXXIII.

10. Untuk saudara seperjuangan 24/7 penulis, Febriani Sapitri Ham, Sheren

Mauliddina, Aya Turayya, Pamela Maya Rumaropen, Rahmatya

Sudirman, Agnes Marni, Rossa Mamari, Meylisa Chicha, Sherly Novela,

Intan Rachmi Satary, Angelina Kamila Lalo dan Geneva Mansuara yang

selalu membersamai pahit manis hari-hari penulis.

11. Untuk sahabat penulis yang selalu menjadi barisan terdepan apapun situasi

dan kondisi yang dihadapi peneliti, Priscilia Aris, Dirga Mamonto, Dimas

Prayoga, Fritania Bonde, Safia Melati, Yuri Senita, Alifia M, Rizky Baco,

Anisa Tegela, dan yang selalu bersedia menjadi pendengar yang baik dan

bijak serta setia menemani suka duka perjalanan hidup penulis;


iv

12. Seluruh Rekan Angkatan XXX yang selalu mengisi hari-hariku dalam

pendidikan di Lembah Manglayang dan di Negeri atas awan Regional

Sulawesi Utara. Terima kasih atas semua kenangan yang tidak terlupakan,

kebersamaan, persahabatan, dan persaudaraan yang telah terjalin selama

ini;

13. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, sekali lagi terima kasih

atas semua doa restu dan dukungan yang telah diberikan. Semoga Allah

SWT akan membalas seluruh kebaikan yang telah diberikan.

Peneliti menyadari sepenuhnya dan merasa yakin bahwa skripsi ini masih

jauh dari apa yang diharapkan, maka dengan segala kerendahan hati peneliti

membuka diri menerima kritik, saran, dan masukan yang dapat membangun

dalam perbaikan proposal skripsi ini. Akhir kata kepada seluruh pihak yang telah

membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini diucapkan terimakasih,

semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan untuk segala

kekurangannya yang ada pada peneliti dengan ketulusan hati peneliti mohon

maaf yang sebesar-besarnya.

Jatinangor, November 2022


Peneliti,

Stevano Ridel Swarz Pinori


v

DAFTAR ISI

TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI.........................................i


KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................vii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................11
1.3 Tujuan.....................................................................................................11
1.4 Kegunaan................................................................................................13
BAB II.........................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................14
2.2 Landasan Teoritik...................................................................................16
2.3 Tinjauan Legalistik.................................................................................34
BAB III........................................................................................................45
METODE PENELITIAN..............................................................................45
3.1 Pendekatan penelitian.............................................................................45
3.2 Operasionalisasi Konsep.........................................................................46
3.3 Sumber Data dan Informan.....................................................................47
3.4 Instrumen Penelitian...............................................................................48
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................49
3.6 Teknik Analisis Data...............................................................................53
3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian..................................................................54
3.7.1 Jadwal Penelitian....................................................................................54
3.7.2 Lokasi Penelitian.....................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................57
LAMPIRAN.................................................................................................59
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 presentase penduduk miskin di Indonesia............................................3


Gambar 1 2 jumlah penduduk miskin di Indonesia.................................................3
Gambar 2 1 Kerangka Pemikiran...........................................................................44
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Presentase dan Jumlah Penduduk miskin di Perkotaan dan


Perdesaan. sumber BPS tahun 2022........................................................................4
Tabel 1.2 Rencana Aksi Intervensi Stunting............................................................8
Tabel 1.3 Prevalensi Stunting Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2018-2019..............................................................................................................10

Tabel 2 1 Hasil penelitian sebelumnya..................................................................14


Tabel 2 2 MATRIKS SWOT.................................................................................33

Tabel 3 1 Operasional Konsep Strategi Dalam Penelitian.....................................47


Tabel 3 2 Data Informan........................................................................................48
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian...................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Cita-cita Bangsa Indonesia untuk hidup sejahtera dapat di lihat pada

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

alinea IV yang tertulis Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial, yang berarti bahwa Negara Indonesia akan melaksanakan dan memajukan

kesejahteraan umum bagi warga Negaranya. Dan ini di perkuat pada isis batang

tubuh UUD 1945 pasal 28H ayat (1) ialah setiap orang berhak hidup sejahtera

lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sehingga akan

bermakna bahwa negara bertanggung jawab dengan kesejahteraan dan Kesehatan

bagi warna negaranya.

Oleh karena itu maka, dapat dilihat bahwa setiap insan indonesia memiliki

kesempatan untuk hidup sejahtera baik secara lahiriah ataupun batiniah serta

memiliki tempat untuk bertahan hidup dan mempunyai kesempatan mendapatkan

tempat yang nyaman dan bebas dari penyakit serta berhak atas pelayanan.

1
2

Kesehatan adalah area yang paling signifikan dari keberadaan manusia di

mana kesehatan akan mempengaruhi kesejahteraan dalam mewujudkan cita-cita

dari bangsa Indonesia. Menurut World Health Organization yang disingkat

dengan (WHO) “Kesehatan ialah kondisi yang tidak hanya terpaut pada

terbebasnya dari sudut penyakit, melaikan kondisi sehat sempurna pada jasmani,

rohani, mental dan sosial”. Sehingga keadaan sehat bukan hanya dalam fisik

melainkan juga sehat dalam hal mental dan sosial.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat

(11) tentang upaya atau pencegahan kesehatan ialah segala bentuk kegiatan atau

serangkaian kegiatan yang dikerjakan dengan seimbang dan berkesinambungan

yang memiliki tujuan untuk tetap menjaga dan menaikkan tingkat kesehatan

manusia dengan bantuan meningkatkan kesehatan, mencegah kesehatan,

mengobati penyakit , dan penyembuhan kembali dari respon masyarakat dan

pemerintah terhadap penyakit.

Setiap masyarakat indonesia berhak untuk menjalani kehidupan yang

bermoral dan sehat sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, namun

disisi lain masih banyak rakyat Indonesia yang tidak mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan hidup bawah garis kemiskinan.

Presentase jumlah angka kemiskinan masyarakat Indonesia menurut

Badan Pusat Statistik:


3

Gambar 1.1
Presentase penduduk miskin di Indonesia
10,16%
10,20%

10,00%

9,80% 9,71%

9,60% 9,54%
9,40%

9,20%
maret 2021 Sep-21
maret 2022

Gambar 1.1 presentase penduduk miskin di Indonesia


Dari grafik di atas menjelaskan bahwa presentase penduduk miskin pada

bulan Maret 2022 sejumlah 9,54%, menurun 0,17% poin terhadap September

2021 dan menurun hingga 0,60% poin terhadap bulan Maret 2021.

Gambar 1.2
Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

27,88
28
27,5
27
26,5 26,5
26
26,16
25,5
25

maret 2021Sep-21maret 2022

Gambar 1 2 jumlah penduduk miskin di Indonesia

Jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan di Indonesia adalah 26,16

juta pada bulan Maret 2022, turun dari 0,34 juta orang pada bulan September

2021 dan dari 1,38 juta orang pada bulan Maret 2021.
4

Table 1.1 Presentase dan Jumlah Penduduk miskin


di Perkotaan dan Perdesaan
Presentase Jumlah penduduk
No Tahun / bulan
perkotaan perdesaan Perkotaan perdesaan

1. September 2021 7,60% 12,53% 11,86 juta 14,64 juta


orang orang
2. Maret 2022 7,50% 12,29% 11,82 juta 14,34 juta
orang orang
Tabel 1.1 Presentase dan Jumlah Penduduk miskin di Perkotaan dan Perdesaan. sumber BPS tahun
2022

Presentase penduduk yang hidup dalam kemiskinan diperkotaan pada

bulan September 2021 sejumlah 7,60% turun sejumlah 0,1% pada bulan Maret

2022 menjadi 7,50%. Sementara presentase penduduk yang hidup dalam

kemiskinan diperdesaan pada bulan September 2021 sejumlah 12,53% turun

sejumlah 0,24% menjadi 12,29% pada bulan

Maret 2022.

Jumlah penduduk miskin perkotaan turun dari 11,86 juta orang pada bulan

September 2021 menjadi 11,82 juta orang pada bulan Maret 2022, turun sebanyak

0,04 juta orang. Sedangkan Jumlah penduduk miskin pedesaan juga mengalami

penurunan selama ini, dari 14,64 juta orang pada bulan September 2021 menjadi

14,34 juta orang pada bulan Maret 2022, dengan kata lain turun sejumlah 0,30 juta

jiwa.

Dari data tersebut akan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi juga

mempunyai hubungan dibawah kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi dan

pelayanan kesehatan yang layak. Salah satu indikator pemenuhan kebutuhan gizi

akan di berikan melalui kelayakan sanitasi dan


5

keamanan pangan memiliki pengaruh terhadap asupan gizi seseorang. Sehingga

proses tumbuh dan kembang seorang anak akan menentukan bagaimana

kelangsungan hidup mereka dimasa mendatang. Diharapakan dengan Kesehatan

yang prima dan memiliki daya pikir serta fisik yang baik akan membawa dampak

kepada kehidupan yang layak dan sehat untuk melakukan berbagai kegiatan setiap

hari.

Stunting merupakan terganggunya pertumbuhan pada anak atau balita

akibat kurang gizi pada usia 0-1.000 hari kelahirannya, sehingga pertumbuhan

mereka umumnya lebih pendek dari kondisi seharusnya. Kondisi ini baru terlihat

pada anak yang usianya 2 tahun. Kategori yang balita pendek dan yang sangat

pendek ini yakni balita yang diukur melalui panjang badan (PB/U) berdasarkan

usia normalnya dibandingkan dengan standar WHO (2006). Kondisi ini tidak bisa

diabaikan begitu saja, nyatanya setiap negara memerlukan regenerasi yang lebih

unggul daripada generasi sebelumnya, tidak terkecuali di Negara Indonesia juga

memerlukan generasi penerus yang kompeten. Sayangnya masih banyak orang tua

yang menganggap sepele masalah stunting. Padahal permasalahan stunting dapat

mempengaruhi berbagai sektor. Dampak lebih jauh lagi, stunting mempengaruhi

tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, penurunan produktivitas dan

menurunkan tingkat perekonomian, menyebabkan peningkatan kemiskinan dan

ketidakmerataan.
6

Prevalensi angka stunting di negara ini masih 24,4%, menurut data survei

dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021. Masih ada sekitar 6 juta

anak dari total ini yang memiliki masalah perkembangan. Pemerintah

menginginkan tingkat stunting di Indonesia itu terus menurun. Pemerintah

berharap dapat menurunkan frekuensi stunting secara nasional menjadi 14%

pada tahun 2024, yang setara dengan 3.442.623 jiwa anak yang saat ini

menghadapi kelainan pertumbuhan.

Tingkat kecerdasan anak Indonesia secara intelektual berada diurutan ke

64 dari 65 negara yang tergabung pada Organisation for Economic Co-

operation and Development (OECD, 2015). Sekarang Intelligence Quotient

(IQ) Rata-rata orang Indonesia peringkat ke-130 dari 190 negara. Pemerintah

berupaya mengatasi permasalah stunting dengan tergabung dalam gerakan Global

Scaling-Up Nutrition (SUN) pada tahun 2012. Gerakan ini yang berprinsip

bahwa setiap penduduk berhak atas akses makanan sehat dan bergizi.

Menurut Undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan yang

berkaitan dengan urusan wajib pelayanan dasar pada point (b) adalah bidang

Kesehatan dan point (f) adalah bidang sosial menjadi urusan yang harus

dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Sejalan dengan

amanat peraturan presiden nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan

stunting yang mengharuskan pemerintah daerah melaksanakan usaha penurunan

stunting dengan merujuk Dinas Kesehatan sebagai leading sector

penanganan stunting
7

sedangkan akurasi data masyarakat yang dibawah garis kemiskinan dilakukan

oleh Dinas Sosial pemerintah pusat melaui Badan BKKBN memberikan tanggung

jawab yang sangat luas terhadap penanganan penurunan angka stunting diwilayah

kerjanya masing-masing.

Setelah pemerintah Indonesia ikut bergabung dalam gerakan ini,

disusunlah perencanaan kerangka konsep Intervensi stunting. Kerangka konsep

ini dibagi menjadi dua yakni Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif.

Kerangka ini dilaksanakan oleh Kementerian dan Lembaga terkait. Pemerintah

melakukan Rencana Aksi Nasional Penanganan stunting pada bulan Agustus

tahun 2017, kegiatan tersebut memfokuskan pada program konvergensi di tingkat

Nasional, Daerah dan Desa untuk memprioritaskan program Intervensi Gizi pada

1.000 (seribu) Hari Pertama Kehidupan (HPK) hingga usia 6 tahun, program ini

diutamakan pada 100 (seratus) Kabupaten/Kota se-Indonesia di tahun 2018. Untuk

itu dapat dilihat pada table 1.2 tentang Rencana Aksi Intervensi stunting di

Indonesia.
8

Tabel 1.2
Rencana Aksi Intervensi Stunting
2018 2019 2020 2021

Optimalisasi pilar peningkatan memperluas inisiatif memperluas inisiatif


penanganan program dan dan program nasional dan program nasional
Stunting dengan kegiatan nasional saat ini ke 390 saat ini ke 514
memaksimalkan koordinasi dan kabupaten dan kota Kabupaten dan Kota
pelaksanaan implementasi pilar untuk untuk koordinasi dan
inisiatif terkait penanganan mengkoordinasikan implementasi pilar
Stunting di 100 Stunting ke 160 dan melaksanakan pencegahan Stunting
kabupaten dan Kabupaten/Kota pilar pengobatan
kota Stunting

Sumber: (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017) Tabel 1.2


Rencana Aksi Intervensi Stunting

Dalam upaya pencapaian target prevalensi stunting pemerintah

mengambil langkah awal penanganan Stunting di Tahun 2018 dengan

menargetkan 100 Kabupaten/Kota. Pada fase pertama penanganan Stunting

pemerintah masih berada pada tahap memfokuskan program terkait penanganan

stunting dengan berkoordinasi pada pelaksanaan pilar penanganan stunting.

Menetapkan sistem intervensi pencegahan Stunting yang di integrasi antara

kementrian dan lembaga pada tahun 2018, Kerja sama antar sektor kementrian

dan lembaga agar dapat menurunkan tingginya angka stunting di Indonesia yang

dengan demikian tercapainya target pengembangan keberlanjutan di tahun 2025

yakni turunnya jumlah stunting.

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (2018), prevalensi hasil Riset

Kesahatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 untuk Provinsi Sulawesi Utara sudah di

bawah angka Nasioal seperti gizi kurang dan gizi buruk


9

yaitu 15,4%, sementara untuk angka Nasional yaitu 17,7%. Dan untuk prevalensi

stunting di Sulawesi Utara yaitu 25,5% dan angka Nasioalnya yaitu 30,8% (data

PemProv Sulut, 2020). Sedangkan dari data Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu

(DinKes KTG,2019) bahwa prevalensi stunting pada tahun 2018 mencapai 30,7%

dari jumlah 8.084 jiwa balita se Kota Kotamobagu dan pada tahun 2019 menurun

drastis mencapai 0,26% dari jumlah 8.084 jiwa balita se Kota Kotamobagu atau

berjumlah 8.063 jiwa balita. Tetapi pada tahun 2020 prevalensi stunting di

Kotamobagun turun sejumlah 208 jiwa balita atau berada pada angka 5,09%

dibawah angka Nasional sebesar 20%. Dan jumlah sasaran balita berjumlah 7.554

jiwa balita.

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan penurunan angka stunting di

Kota Kotamobagu diperlukan Kerjasama berbagai pihak, agar percepatan

penurunan angka stunting dapat segera terealisasi sesuai dengan target yang

diberikan, untuk itu Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu melakukan langkah-

langkah strategi pelaksanaan kegiatan penanganan gizi buruk yang berakibat

stunting dengan berbagai instansi dan stakeholder di Kota Kotamobagu.

Berikut data prevalensi jumlah anak penderita stunting di seluruh

Kabupaten di Sulawesi Utara tahun 2018-2019 daoat dilihat pada tabel 1.3

Prevelensi stunting Kabupaten/kota provinsi Sulawesi Utara tahun 2018- 2019

sebagai berikut:
10

Tabel 1.3
Prevalensi Stunting Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2018-2019
PRESENTASE
NO KABUPATEN
2018 2019

1 2 3 4
1
Kota Manado 19,8% 13,62%
2
Kota Bitung 29,97% 3,73%
3
Kota Tomohon 19,22% 5,42%
4
Kota Kotamobagu 29,03% 15,01%
5
Kep. Talaud 23,59% 23,87%
6
Kep. Sangihe 22,99% 17,71%
7
Kep. Siau Biaro 19,45% 8,78%
8
Minahasa 20,12% 6,96%
9
Minahasa utara 35,44% 14,02%
10
Minahasa selatan 26,12% 3.04%
11
Minahasa tenggara 27,97% 13,14%
12
Bolaang mongondow 28,6% 21,15%
13
Bolmong timur 26,28% 7,62%
14
Bolmong utara 22,24% 15,12%
15
Bolmong selatan 33,27% 15,66%
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Tabel 1.3 Prevalensi Stunting Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2018-2019

Berdasarkan data diatas untuk mencegah terjadinya stunting pada anak

balita pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menetapkan fokus upaya penanganan

stunting yang terdapat di beberapa Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yang

masih dalam zona krisis penanganan stunting,


11

karena angka stunting yang masih di atas 15 persen terdapat pada beberapa

Kabupaten/Kota seperti Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Bolaang

Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, dan

Kota Kotamobagu.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mengambil judul

“STRATEGI DINAS KESEHATAN KOTA KOTAMOBAGU DALAM

PENURUNAN ANGKA STUNTING DI KOTA KOTAMOBAGU PROVINSI

SULAWESI UTARA”.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimanakah Strategi Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu dalam

Penurunan Angka Stunting di Kota Kotamobagu provinsi Sulawesi Utara?

2. Apakah faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dari Strategi

Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu dalam Penurunan Angka Stunting di

Kota Kotamobagu provinsi Sulawesi Utara?

3. Upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi Strategi Dinas Kesehatan

Kota Kotamobagu dalam Penurunan Angka Stunting di Kota Kotamobagu

provinsi Sulawesi Utara?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah Strategi Dinas

Kesehatan Kota Kotamobagu dalam Penurunan Angka Stunting di Kota

Kotamobagu provinsi Sulawesi Utara


12

2. Untuk mengetahui dan menganalisis apa faktor yang menjadi

pendukung dan penghambat dari Strategi Dinas Kesehatan Kota

Kotamobagu dalam Penurunan Angka Stunting di Kota Kotamobagu

provinsi Sulawesi Utara

3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya apa yang dilakukan

dalam mengatasi Strategi Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu dalam

Penurunan Angka Stunting di Kota Kotamobagu provinsi Sulawesi

Utara.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah pembaharuan

Strategi Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu dalam Penurunan Angka

Stunting di Kota Kotamobagu provinsi Sulawesi Utara


13

1.4 Kegunaan

1.1.1 Kegunaan teoritis

Dari hasil Magang Riset Terapan Pemerintahan ini diharapkan dapat

menambah wawasan ilmu tentang kesehatan dan pengetahuan terkait Penanganan

Stunting yang terjadi pada anak balita.

1.1.2 Kegunaan praktis

1. Bagi Penulis adalah untuk menambah pengalaman, meningkatkan

wawasan pengetahuan tentang salah satu masalah kesehatan yaitu

Stunting karena kesehatan merupakan hal penting bagi kehidupan

manusia.

2. Bagi lembaga IPDN adalah sumbangan bahan untuk menambah

referensi dalam pengembangan ilmu terapan pemerintahan bagi

kepustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

3. Bagi Lokasi Magang sebagai masukan dalam penanganan Stunting dan

pentingnya penanganan stunting.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian sebelumnya

Penelitian sebelumnya berkaitan dengan penurunan angka stunting sangat

beragam. Penelitian sebelumnya adalah cara peneliti untuk mencari perbandingan

dan selanjutnya untuk menentukan inspirasi baru untuk penelitian selajutnya, di

samping itu kajian terdahulu membantu peneitian dapat memposisikan penelitian

serta menunjukan keotentikan dari penelitian. Pada bagian ini peneliti

mencantumkan beberapa penelitian dari penelitian yang diterbitkan dan belum

diterbitkan mengikuti beberapa temuan penelitian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian yang diusulkan. Kajian terdahulu berikut ini masih terkait

dengan topik yang penulis teliti.

Tabel 2 1
Hasil penelitian sebelumnya
Judul Nama
No Metode Hasil perbedaan
Penelitian peneliti
1 2 3 4 5 6
1. Implementasi Muhammad Metode Meningkatkan Kerjasama Berbeda lokus
Kebijakan Rizky deskriptif dan pemerintah terkait dengan penelitian, teori
Penanganan Ramadhan metode memberikan bantuan yang di gunakan
StuntingDi Djenaan induktif sesuai dengan tupoksinya dalam penelitian
Kecamatan (2021) dalam penanganan
Bolangitang Stunting, memberika
Barat Kabupaten penyuluhan kepada ibu
Bolaang hamil terkait penanganan
Mongondow Stunting sebagai
Utara Provinsi pengetahuan pentingnya
Sulawesi Utara gizi untuk ibu hamil dan
bayinya, meningkatkan
pelayanan kepada

14
15

masyarakat dengan
kegiatan perbaikan gizi
ibu hamil dan anak,
sosialisasi pentingnya
pola hidup sehat dan
melaksanakan posyandu
secara rutin
setiap bulan.
2. Peran Dinas Utari Nur Metode Keadaan lingkungan Berbeda lokus
Kesehatan Umrah deskriptif dan sekitar sangat penelitian dan
Dalam (2020) metode berpengaruh dalam kasus strategi yang
Pencegahan Dan induktif Stunting, seperti tempat digunakan
Penurunan umum dan tempat
Stunting Di pengelolaan makanan,
Kecamatan Tellu akses air bersih, sarana
Limpoe pembuangan air besar
Kabupaten Bone dan tempat
Provinsi penampungan akhir
Sulawesi Selatan kotoran/tinja pada rumah
tangga, dan lingkungan
sekitar
rumah.

3. Peran Dinas Putri Novia Metode Mengetahui dan Berbeda lokus


Kesehatan Lestari (2020) deskriptif dan menganalisis peran dinas penelitian
Dalam metode Kesehatan dalam
Penanggulanga n pedekatan penganggulangan
Stunting Di induktif Stunting, mengetahui apa
Kabupaten faktor dari penghambat
Pandeglang dinas Kesehatan dalam
Provinsi Banten penanggulangan
Stunting

4. Upaya Raiy Putri Metode dalam Upaya yang telah Berbeda lokus
Pemerintah Dan Pratama Sari penelitian dilakukan guna mengatasi penelitian
Masyarakat Dan Maria adalah metode permasalahan Stunting
Dalam Montessori kualitatif, antara lain membuat pos
Mengatasi (2021) populasi dari gizi di desa, menggiatkan
Maslah Stunting penelitian ini sosialisasi tentang
Pada adalah penanggulangan Stunting,
Anak Balita penderita serta memberikan PMT
Stunting pada untuk ibu hamil serta para
desa Pancasila balita, sejauh ini program
yang berjumlah ini belum
12 dilaksanakan dengan
orang
16

menggunaka n maksimal karena belum


Teknik semua desa yang
snowball melaksanakan kegiatan di
untuk rujukan atas sehingga tidak semua
atau sebagai masyarakat dapat
sampel, merasakan manfaat dari
tahapan dalam program ini
penelitian kali
ini yaitu
pengumpulan
data, reduksi
data, verifikasi
data serta
penarikan
kesimpulan

Sumber: diolah oleh peneliti, 2022

2.2 Landasan Teoritik

2.2.1 Strategi

Strategi berasal dari kata latin, strategus, yang dalam kamus latin

Indonesia berarti pemimpin tentara atau komandan. Dalam Bahasa lain juga ada

kata strategema yang berarti siasat perang, tipu daya, atau muslihat (Prent,

Adisubrata, dan Poerwadarminta, di kutip dalam Nugroho, 2010:41). Sedangkan

Definisi strategi menurut Jhon M. Bryson dalam Nugroho (2010:41) adalah

sebuah pola tujuan, kebijakan, program, aksi, keputusan, atau pengalokasian

risorsis (sumber daya yang menentukan makna organisasi, apa yang

dikerjakannya, dan mengapa organisasi tersebut mengerjakannya.

Menurut J. David Hunger dan Thomas L. Wheler (dikutip dalam Nugroho,

2010:41) mendefiniskan strategi sebagai rumusan perencanaan komprehensif

tentang bagaimana perusahaan (atau organisasi) akan


17

mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan

kompetitif dan memininalmkan keterbatasan bersaing. Sementara itu, Fred R.

David (dikutip dalam Nugroho 2014:42) mendefinisikan strategi sebagai sarana

untuk tercapainya tujuan-tujuan jangka Panjang. Dari berbagai definisi tersebtu,

strategi dapat dipahami sebagai “cara” atau “sarana” bagi organisasi untuk

mencapai misi dan visinya.

Ermaya Suradinata menerangkan bahwa “strategi adalah suatu rencana yang


sifatnya serba komprehensif tentang bagaimana suatu organisasi dapat mencapai
mission dan objective strategy harus mampu mencapai semaksimal mungkin
kompetitif dan mengusahakan sekecil mungkin adanya hambatan bahkan kalua
bisa tidak terdapat hambatan”. (Suradinata 2013:170)

Strategi bukan sebuah konsepsi elemental yang sederhana. Kompleksitas

arti strategi menimbulkan ambiguitas dari pemahaman mengenai strategi oleh

berbagai pihak. (Steiss, dikutip dalam Suaedi, 2019:4) mengungkapkan bahwa

strategi bukan sekedar melakukan suatu rencana dengan benar (doing the right

things). Meskipun begitu, strategi yang paling baik (the best strategy) adalah

melakukan suatu rencana yang benar (doing the right things) dengan cara yang

benar (doing the things right).

Banyak ilmuan manajemen yang mulai mendefinisikan strategi sebagai

sebuah pattem atau pola pengambilan keputusan. The strategy is defined as a

pattem or stream of importand decisions (Andrews, dikutip dalam Suaedi,

2019:5-6). Keputusan yang penting biasa berasal dari sektor privat atau organisasi

swasta maupun organisasi publik atau kerajaan. Pattem atau pola yang

dimaksud disini adalah sebuah pola


18

pengambilan keputusan yang akan menentukan pencapaian misi dan tujuan

sebuah organisasi atau institusi. Menurut pendapat P. Lorange dan Richard Vancil

(dalam Suaedi,2019:6) menganologikan strategi sebagai sebuah system dengan

lingkungannya dan berkembang dengan memperbaiki pelayanan kinerjanya

( Walker, Boyne, and Brewer, dalam Suaedi,2019:14).

Bagi Stephanie K. Marrus, semacam yang diambil Sukristono (1993)

dalam Husein Umar (2003:31), strategi adalah suatu proses penentuan rencana

pada pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat

dicapai. Pendapat dari Stephanie berbeda dengan pendapat Pearce II dan robinson

(2010:3) jika pearce memfokuskan strategi akan berkaitan terhadap ekologi

lingkungan sedangkan stephanie menyebutkan strategi ialah cara dari penetapan

konsep orang orang yang menguasai sebuah orgnasiasi.

Pendapat lain menurut Hamel dan Prahalad (1997:4) menganggap

pengertian strategi yang lebih spesifik yaitu terjemahannya mengungkapkan

bahwa:

Strategi ialah aksi yang memiliki sifat inceremental (tetap bertambah) serta
selalu, dan dicoba bersumber pada aspek mengenai apa yang diharapkan
oleh para klien di era mendatang. Sehingga, strategi tetap diawali dari apa
yang bisa terjalin serta bukan diawali dari apa yang terjalin. Terbentuknya
kecekatan inovasi pasar yang terkini serta industri pola pelanggan
membutuhkan kompetensi inti (core conpetencies). Industri butuh
mencari komptensi inti di dalam bidang usaha yang dilakukan.
19

Yang dapat diambil dari pendapat Hamel dan Prahalad tentang strategi

yaitu tindakan yang dilakukan dengan sudut pandang mengenai harapan di masa

depan memiliki sifat incremental dan terus menerus. Strategi bukan diawali denga

napa yang akan terjadi melainkan diawali dengan apa yang bisa terjadi, diperlukan

sebuah kompetensi inti agar terbentuknya inovasi.

Selebihnya dari strategi, indikator tersebut juga memerlukan sebuah

konsep dalam pelaksanaannya. Menurut Rangkuti (2013) konsep strategi yang

dimaksud adalah :

a. Distinctive competence yaitu suatu aksi yang dicoba oleh industri atau
badan supaya bisa melaksanakan aktivitas lebih positif dibanding dengan
kompetitornya.
b. Competitive advantage yaitu aktivitas khusus yang dibesarkan oleh
industri atau badan supaya lebih menang dibanding dengan kompetitornya.

Perumusan strategi diawali dengan langkah perencanaan, oleh karena itu

harus dipahami mengenai konsep strategi. Strategi diperlukan agar suatu objek

menjadi berkembang secara terarah sesuai dengan tujuan organisasi. Triton

mengatakan :

Strategi ialah sekumpulan opsi kritis buat pemograman serta aplikasi


serangkaian konsep aksi serta peruntukan sumber daya yang berarti dalam
menggapai tujuan dasar serta target, dengan mencermati kualitas bersaing,
komparatif, serta sinergis yang sempurna berkesinambungan, selaku arah,
jangkauan, serta perspektif periode berjarak totalitas yang sempurna dari
perseorangan ataupun institusi.
Triton (2013:17) mengatakan bahwa terdapat tahapan dalam Menyusun

strategi yakni :
20

1. Seleksi dasar serta kritis perkara


2. Penetapan tujuan dasar serta penentuan target taktis
3. rancangan pemograman kegiatan
4. Rancangan perencanaan pemberdayaan
5. Pertimbangan keunggulan
6. Pertimbangan keberlanjutan

Didalam organisasi pastinya memiliki sebuah hal yang terarah dan tujuan

yang dijadikan konsep diteruskan menjadi sebuah strategi untuk mencapai cita

yang menjadi sebuah ketetapan. Terdapat beberapa strategi yang dijadikan alat

untuk organisasi mencapai tujuan dan sasaran yang sudah diresmikan. Bagi

konsep Kooten dalam buku Salusu (2006) mengenai jenis strategi meliputi :

Strategi Organisasi ialah strategi mengenai perumusan tujuan, tujuan, angka serta

inisiatif terbaru, juga pembatasan yang diperlukan dan untuk siapa kegunaanya

ditujukan.

1. Strategi Program adalah strategi yang lebih menyorot implikasi strategi


dari program, seperti apa pasca apabila program dijalankan, pasca apa
ke target institusi
2. Strategi Pendukung Sumber Daya adalah strategi yang berfokus dalam
hal perhatian terhadap pemaksimalan sumber daya yang sifatnya esensial
untuk tingkatkan mutu kerja organisasi. Sumber dayanya berbentuk daya,
finansial, teknologi serta lain-lain.

Menurut Hariadi (2005) terdapat tahapan dalam pelaksanaan strategi yaitu:

a) perumusan

1. Untuk menjelaskan beberapa tahapan dari faktor yang didalamnya berisi

tentang analisis terhadap lingkungan internal maupun eksternal yang

tercermin melalui uraian visi dan misi, perencanaan dan tujuan strategi.
21

2. Sebagai suatu proses penyusunan dalam pengambilan tindakan kedepan

dengan maksud untuk membangun visi dan misinya sebagai sebuah

tujuan strategi dan sebagai perancang strategi dalam rangka pencapaian

tujuan dengan maksud mewujudkan ketersediaan costumer value terbaik.

3. Untuk mengetahui berbagai keadaan lingkungan yang ada yang akan

dimasuki oleh pimpinan dengan cara menentukan misi terlebih dahulu

agar visi yang diinginkan dapat tercapai dan direalisasikan dalam

lingkungan itu.

4. Melakukan peninjauan tentang keadaan lingkungan baik secara internal

maupun ekternal dengan maksud untuk melihat sejauh mana kekuatan

dan kelemahan yang ada serta apa saja peluang dan ancaman yang

nantinya akan di hadapi.

5. Menentukan target dan tujuan yang ingin dicapai

6. Seorang pimpinan harus terlebih dahulu menentukan sebuah visi sebagai

penentu dimasa depan dalam lingkungannya serta menetukan misi yang

akan dijalankan saat ini guna mencapai tujuan yang diinginkan.

b) pelaksanaan

1. Setelah merumuskan tahapan -tahapan strategi tersebut maka selanjutnya

adalah melakukan pelaksanaan strategi.

2. Pelaksanaan strategi memuat berbagai proses strategi yang akan

dijalankan termasuk kebijakan yang akan diambil yang tercermin


22

melalui pembangunan struktur, mengembangkan program, dana dan

berbagai prosedur pelaksanaannya. Hal ini dianggap sebagai sebuah

tahapan yang paling penting dan sangan sulit mengingat banyaknya

faktor yang berpengaruh pada saat pelaksanaannya. Hal ini dianggap

sebagai sebuah tahapan yang paling penting dan sangat sulit mengingat

banyaknya faktor yang berpengaruh pada saat pelaksanaan di lapangan

dan mungkin saja melenceng dari perkiraan sebelumnya, oleh sebab itu,

strategi dapat dikatakan berhasil apabila didukung oleh perusahaan yang

capable dan pimpinan yang solid,memiliki, sumber daya yang

mencukupi, pengambilan keputusan yang tepat terhadap berbagai

kendala atau masalah yang ada, terdapat budaya,situasi maupun kondisi

mengenai kesuksesan terhadap pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh

perusahaan.

3. Teknik merupakan cara yang dapat dilakukan seseorang dengan maksud

untuk mengimplementasikan sebuah metode sedangkan taktik merupakan

gaya seseorang untuk menjalankan teknik tersebut. Sehingga dengan

demikian, penulis dapat menyimpulkan bawasanya suatu strategi dalam

organisasi yang diterapkan oleh setiap atasan ditentukan oleh cara dan

pendekatan yang diambil atau dilakukannya, sedangkan bagaimana

menjalankan metode organisasi, maka setiap atasan dapat memilih teknik

yang dianggapnya cukup sesuai dengan metode yang digunakan, dan


23

dalam penerapan teknik tersebut setiap pimpinan tentunya

memiliki taktik yang berbeda-beda.

c) evaluasi

Setelah melaksanakan keseluruhan atau aktifitas organisasi, maka aspek

lain yang sangat penting dan perlu diperhatikan di dalam suatu organisasi

adalah melakukan evaluasi. Evaluasi organisasi ini disusun dengan maksud

untuk memberikan kemudahan pada saat melakukan penilaian terhadap orang

yang dinilai termasuk di dalamnya melakukan penilaian terhadap seorang

atasan atau pimpinan organisasi tentang pencapaian kerjanya selama ini.

2.2.2 Kesehatan

Kesehatan ialah kondisi sejahtera dari badan dan jiwa dengan

mengupayakannya dengan cara penjagaan, pemeliharaan dan peningkatan level

kesehatan agar dapat hidup produktif dan bebas dari segala penyakit. Menurut

pendapat Mu’rifah (2007:14) “Kesehatan pribadi ialah keseluruhan upaya yang

dilakukan individu dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan level

kesehatan dirinya sendiri sesuai kesanggupannya, yang difungsikan agar hidupnya

semakin nyaman dan produktif, dengan demikian kehidupannya semakin bahagia”

Aspek-aspek kesehatan terdiri atas empat segi diantaranya:

1. Kesehatan fisik, terjadi apabila tak terasa serta timbulnya rasa sakit atau
tidak memiliki keluhan dan secara fisik tidak terlihat sedang sakit dan
badannya terlihat sehat tanpa kecacatan dan tidak memiliki masalah
apapun.
2. Kesehatan mental atau jiwa yang kemudian terdiri dari 3 jenis
diantaranya pikiran, emosional dan spiritual. Apabila individu
24

memiliki pikiran yang sehat maka akan terlihat dari gaya berfikirnya.
Emosional sehat terlihat dari cara seseorang mengekspresikan emosinya
sedangkan spiritual yang sehat dilihat dari seseorang yang
mengungkapkan rasa syukurnya atas nikmat Tuhan yang Maha Kuasa.
3. Kesehatan sosial terjadi jika individu memiliki interaksi yang baik tanpa
memandang ras, suku, agama atau keyakinan dan memiliki sifat saling
menghormati dan toleransi kepada semua insan manusia.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi dapat dilihat dari sesorang dewasa yang
mampu memberikan hasil dari dari setiap aktivitas dan memberikan
manfaat untuk kehidupan yang akan mendatang.
(Sumberdata:https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian- kesehatan/)

2.2.3 Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melakukan pelayanan kesehatan di

bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, pembinaan pelayanan

Kesehatan, pengembangan sumber daya Kesehatan dan kefarmasian sesuai

dengan peraturan perundang- undangan.

Tugas pokok dan fungsi dinas Kesehatan membantu pemerintah daerah

dalam melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Kesehatan. Lalu fungsinya

adalah sebagai berikut :

1. perumusan kebijakan di bidang Kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalian penyakit, pelayanan Kesehatan, kefarmasian, alat Kesehatan

dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta sumber daya

kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalian penyakit, pelayanan Kesehatan,


25

kefarmasian, alat Kesehatan dan PKRT serta sumber daya kesehatan;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan Kesehatan, kefarmasian,

alat Kesehatan dan PKRT serta sumber daya kesehatan;

4. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pemerintah daerah

(Bupati/Walikota) terkait dengan bidang Kesehatan.

2.2.4 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan adalah sebuah konsep yang di gunakan dalam

memberikan layanan kesehtana kepada masyarakat. Menurut Prof.Dr.Soekidjo

Notoatmojo adalah sub system pelayanan Kesehatan yang tujuan utamanya adalah

pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan

sasaran masyarakat.

Menurut Levey dan Loomba (1973), Untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan orang,

keluarga, kelompok, atau masyarakat, pelayanan kesehatan adalah upaya yang

dilakukan secara individu atau kolektif dalam suatu organisasi.

Sangat mudah untuk disadari bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan

yang ditemukan bermacam-macam dengan adanya


26

pembatasan-pembatasan tersebut di atas. Karena itu organisasi pelayanan,

memutuskan apakah dilakukan secara individu atau kolektif dalam suatu

organisasi, apakah itu hanya mencakup tindakan untuk memelihara kesehatan,

mencegah penyakit, mengobati penyakit, memulihkan kesehatan, atau kombinasi

dari semuanya.

2.2.5 Stunting

Menurut pendapat Satriawan dalam seminar Nasional Peranan Air Susu

Ibu (ASI) dan Makanan Penunjang (MP-ASI) terhadap Tumbuh Kembang Anak

dan Pengaruh Stunting terhadap mortalitas (2018) ‘’Stunting ialah kegagalan

dalam mencapai pertumbuhan normal, yang pengukurannya didasarkan pada

TB/U (tinggi badan menurut umur)’’. Situasi kondisi yang gagal dalam

pertumbuhan yang mengakibatkan tidak cukupnya gizi sehingga anak menjadi

pendek dan menyebabkan tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya itu yang

telah terjadi sejak bayi berada di kandungan dan setelah kelahiran.

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang telah lewat, yaitu

adanya keterlambatan pertumbuhan pada proses perkembangan anak yang

diakibatkan karena kurangnya asupan gizi sehingga pertumbuhan tidak bekerjanya

secara optimal. Gangguan ini dapat terjadi sejak kehamilan sampai dengan di lahir

di muka bumi ini. Permasalahan perkembangan anak merupakan cerminan karena

kurangnya asupan gizi, pengaruh kondisi ibu, janin atau balita, serta penyakit yang

diderita selama masa balita. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama di

kandungan
27

dapat dilihat dari bertambahnya berat dan panjang badan, perkembangan otak dan

kelengkapan sistem organ.

Apabila janin yang masih berada di dalam kandungan sudah mengalami

kekurangan gizi maka janin akan bereaksi untuk menyesuaikan diri sesuai

kondisi yang mempengaruhinya. Penyesuaian ini dapat dalam bentuk

melambatnya pertumbuhan dan perkembangan organ maupun otak. Hasil

penyesuaian tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan

tubuhnya pada saat usia dewasanya, yang dicirikan dengan tubuh pendek.

A. Indikator Stunting

Menurut Kementrian Kesehatan RI dalam buletin jendela kesehatan

Kementrian Kesehatan RI (2018:2) bahwa:

Balita pendek atau istilah lainnya adalah stunting, merupakan kondisi


perlambatan perkembangan balita. Seorang balita yang dinyatakan stunting
apabila balita tersebut memiliki panjang dan tinggi badan yang yang tidak sesuai
dengan balita pada umumnya, yakni berada di bawah normal. Secara fisik balita
tersebut tampak lebih pendek dari balita seumurannya. Kependekan mengacu
pada anak yang memiliki indeks TB/U rendah.

Tinggi badan menurut umur merupakan salah satu parameter untuk

menilai seorang anak normal atau mengalami stunting. Indeks TB/U dapat

menjelaskan kondisi gizi di masa sebelumnya, dan memiliki hubungan erat

dengan status ekonomi sosial. Indeksi TB/U dapat menjelaskan permasalahan

tentang gizi yang bersifat kronik, yang merupakan dampak dari kondisi ekonomi

yang terjadi di masa yang lalu, seperti kemiskinan, kurangnya peka terhadap

kesehatan, dan pola asuh, serta kurangnya gizi


28

sejak dalam kandungan menyebababkan individu memiliki tubuh pendek yang

tidak sesuai mestinya (Riskesdas, 2010).

B. Ciri-ciri Stunting anak sejak dini adalah sebagai berikut:

1. Masa pubertas melambat

2. Rendahnya memori otak dalam memahami pelajaran

3. Gigi tumbuh secara lambat

4. Pada usia sekitar 8-10 tahun anak terlihat pasif, dan tidak dapat

melakukan pandangan mata dengan orang lain ataupun melihat

lingkungan sekitar dengan baik

5. Rendahnya pertumbuhan badan

6. Memiliki wajah yang terlihat lebih muda dari usia wajarnya.

(sumberdata:http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/St ranas

%20Percepatan%20Pencegahan%20Anak%20Kerdil.pdf)

C. Dampak dari Stunting

Stunting dapat menimbulkan dampak buruk pada anak penderita yang


dibagai menjadi dua adalah sebagai:

1. Dalam jangka pendek Stunting akan mempengaruhi beberapa


perkembangan dasar pada tubuh, seperti melambatnya perkembangan fisik
tubuh, otak, kecerdasan, dan gangguan metabolisme tubuh.
2. Dalam jangka panjang Stunting akan berdampak buruk terhadap
perkembangan individu, seperti rendahnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, mudah terjangkit penyakit, memiliki kecenderungan
mengidap penyakit gula, obesitas, gagal jantung, stroke, dan serta
disabilitas di usia tua.
(sumberdata:http://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/

St ranas%20Percepatan%20Pencegahan%20Anak%20Kerdil.pdf)
29

Stunting merupakan siklus yang akan terjadi secara kontinyu apabila

tidak diatasi sejak dini, oleh karena itu penanganan Stunting di Kota Kotamobagu

harus segera dilakukan untuk menghentikan proses keberlangsungan secara terus

menerus.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stunting

Terjadinya stunting pada anak adalah manifestasi dari kurangnya gizi di

masa kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Stunting adalah sebagai berikut:

1. Faktor genetik, orang tua adalah salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap terjadinya Stunting pada anak balita. Apabila salah satu

atau kedua orang tua yang memiliki gen tubuh pendek yang

dikarenakan penyakit patologis, akan diturunkan kepada anaknya,

sehingga anak yang dilahirkan akan bertubuh pendek.

2. Faktor sosial yang terdiri dari:

a. Tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan adalah pendidikan

terakhir yang ditempuh seseorang, yang mana dalam proses

pendidikan tersebut menjadi landasan individu untuk mendapatkan

pengetahuan berfikir secara ilmiah. Dengan demikian, seorang ibu

yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka memiliki

kecenderungan memahami tentang pentingnya asupan gizi yang

terkandung di dalam makanan


30

selama kehamilan. Seorang ibu yang tepat dalam meberikan asupan

gizi yang diperlukan untuk perkembangan anaknya maka anak

tersebut akan mendapatkan gizi yang cukup, sehingga pertumbuhan

dan perkembangannya akan normal dan optimal. Namun, apabila

seorang ibu kurang pengetahuan terkait pentingnya gizi bagi

perkembangan janin atau balitanya, maka dimungkinkan anaknya

akan kekurangan gizi yang akan menyebabkan lambatnya

perkembangan tubuhnya. Dengan demikian, tingkat pendidikan

seorang ibu sangat mempengaruhi pengetahuannya terkait makanan

yang yang tepat bagi janin atau balitanya.

b. Faktor pola pemberian makanan, telah disebutkan bahwa salah

faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Stunting yaitu

kecukupan gizi. Pola pemberian makan yang tepat merupakan

cerminan kecukupan asupan gizi bagi anak. Seorang ibu yang

memiliki pola pemberian makan yang baik kepada anaknya, maka

anak akan mendapatkan nutrisi yang cukup. Hal tersebut akan

berpengaruh pada proses perkembangan anak.

c. Faktor ekonomi, rendahnya tingkat perekonomian keluarga

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya Stunting pada

balita. Apabila dihubungkan dengan hal dasar penyebab Stunting,

pendapatan keluarga merupakan faktor pendukung


31

tercukupinya kebutuhan asupan gizi bagi keluarganya, terutama bagi

anaknya. Rendah pendapatan keluarga berdampak pada

ketidakmampuannya dalam mencukupi pangan keluarganya, yang

berakibat tidak tercukupinya kebutuhan gizi keluarga.

(sumberdata:http://repository.unimus.ac.id/1794/3/BAB%20II.pdf)

E. Berbagai resiko yang dialami oleh anak pendek atau Stunting di

kemudian hari:

1. Kesulitan belajar

2. Kemampuan kognitifnya lemah

3. Mudah lelah dan tak lincah dibandingan dengan anak lain

seusianya

4. Memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang penyakit infeksi di

kemudian hari, karena sistem kekebalan tubuh yang lemah

5. Memiliki resiko lebih tinggi untuk berbagai penyakit kronis

(diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lainnya) di usia dewasa.

Anak-anak dengan tubuh pendek mungkin memiliki tingkat produktivitas

yang terhambat setelah mereka dewasa. Ketika dewasa, anak-anak mereka

berisiko mengalami masalah kesehatan dan berkembang. Pada anak perempuan

dewasa yang menggunakan tinggi badan kurang dari 145 sentimeter, hal ini

sering terjadi karena Stunting


32

sejak kecil. Ibu hamil dengan perawakan di bawah akan mengalami

perlambatan aliran tubuh ke janin.

2.2.6 Analisis SWOT

Dua hal yang erat kaitannya satu sama lain adalah lingkungan internal dan

lingkungan eksternal. Ini berfungsi sebagai dasar untuk mencari tahu masalah

strategi organisasi internal. Organisasi dapat mengenali kekuatan dan kelemahan

yang ada dalam lingkungan internalnya sehingga dapat diperhitungkan saat

bertindak. Lingkungan internal sendiri dari sumber daya manusia dan sumber

daya fisika berupa sarana dan prasarana. Sedangkan untuk lingkungan eksternal

berupa peluang dan ancaman seperti perkembangan sosial, faktor ekonomi

maupun faktor politik. Dengan kedua lingkungan inilah perencanaan strategi yang

dilakukan dapat berhasil sesuai dengan tujuan organisasi.

Pendekatan yang dapat di gunakan sebagai instrument dalam pemilihan

strategi dasar adalah melalui analisis SWOT. Fredy Rangkuti (2014:19)

menjelaskan bahwa: Analisis SWOT adalah dentifikasi sebagai faktor secara

strstegis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunitieas), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weekness) dan ancaman (threast).

Menurut Rangkuti (2014:20) bahwa “Analisis SWOT adalah identifikasi

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Untuk mencapai

misi, tujuan, sasaran serta kebijakan


33

perusahaan yang telah ditetapkan, manajemen perlu memperhatikan dua faktor

pokok yaitu faktor eksternal yang tidak dapat di kontrol atau berada di luar bidang

manajemen, serta faktor internal yang sepenuhnya berada di dalam manajemen

(perusahaan).

Lebih lanjut Rangkuti (2014:83) menyebutkan bahwa “Alat yang dipakai

untuk Menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT”,

sehingga dapat dijelaskan bahwa matriks SWOT adalah sebagai berikut.

Tabel 2 2
MATRIKS
SWOT
IFAS STRENGHTS (S) WEAKNESS (W)
(Internal Tentukan 5-10 Tentukan 5-10 faktor-
Factor faktor-faktor faktor kelemahan
Analysis kekuatan internal internal
Summary)
EFAS
(External factor
Analysis Summary)
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor- Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
faktor peluang eksternal menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan untuk
memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


Tentukan 5-20 faktor- Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
faktor ancaman dari yang menggunakan meminimalkan
eksternal kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti (2014:83)


34

Dapat dijelaskan tentang matriks SWOT yang diungkapkan oleh

Rangkuti (2014:84) adalah sebagai berikut :

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.3 Tinjauan Legalistik

Tinjauan legalistik adalah pandangan formal yanga memiliki tujuan agar

penulis mampu memiliki kepastian hukum. Dalam penyusunan riset

penangananan Stunting yang menggunakan ketentuan dan peraturan perundang-

undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Adapaun tinjauan legalistik yang digunakan dalam


35

Riset Penanganan Stunting yaitu:

2.3.1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Tercantum pada alinea ke IV yang mendefinisikan cita-cita dan tujuan

Bangsa Indonesia yang dimana terdapat salah satu inti kata yaitu kesejahteraan

yang berarti sejahtera dan tidak ada satupun masyarakat yang sakit baik secara

fisik maupun mental dengan demikian setiap masyarakat diharapkan untuk tidak

sakit dengan melakukan pencegahan sejak dini. Dengan demikian Dinas

Kesehatan Kota Kotamobagu memiliki peran dalam penanganan Stunting sebagai

salah satu wilayah yang terdapat adanya angka Stunting di Kota Kotamobagu.

2.3.2 Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat (11)

disebutkan bahwa Upaya kesehatan yaitu:

Setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara


terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Berdasarkan pasal 141 menyebutkan sebagai berikut:

(1) Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu


gizi perseorangan dan masyarakat.
(2) Peningkatan mutu gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui;
a. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
seimbang
b. perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan
36

c. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan


kemajuan ilmu dan teknologi; dan
d. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi

Berdasarkan uraian diatas beberapa upaya dalam mencegah terjadinya gizi

buruk pada anak terdapat pada konsumsi makanan yang seharusnya memenuhi

kebutuhan gizi seimbang serta peningkatan pelayanan gizi yang sesuai.

2.3.3 Undang-Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah

Salah satu tujuan dari diselenggarakannya pemerintahan daerah adalah

dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan

layanan masyarakat. Pelayanan dasar merupakan pelayanan publik yang wajib

diselenggarakan untuk menyediakan kebutuhan dasar tiap-tiap warga negara.

Dengan demikian, baik pemerintah pusat maupun daerah harus saling

berkordinasi agar pelayanan dasar yang dimaksud dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah dapat

terwujud.

Berdasarkan pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Republik Indoonesia Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan Urusan Pemerintahan

Wajib yang berkaitan dengan pelayan dasar:

a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
37

e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan


f. sosial

Salah satu dari urusan Pemerintahan Wajib diatas ialah urusan

pemerintahan wajib dalam penyelenggaraan kesehatan. Seperti yang telah

diketahui bahwa urusan pemerintahan wajib ialah urusan pemerintahan yang

sifatnya wajib dijalankan oleh seluruh Pemerintahan daerah. Jadi pemerintahan

daerah wajib untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan wajib yang sudah

disebutkan dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 mengenai

Pemerintahan Daerah yang salah satunya adalah penyelenggaraan kesehatan.

Pasal 31 Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

mengenai Pemerintahan Daerah dikatakan bahwa penataan daerah merupakan

salah satu hasil dari desentralisasi yang dilakukan dengan pertimbangan

kepentingan strategis nasional. Penataan daerah yang dimaksud ialah :

a. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;


b. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
c. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;
d. meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan;
e. meningkatkan daya saing nasional dan daya saing Daerah; dan
f. memelihara keunikan adat istiadat, tradisi, dan budaya Daerah.

Berdasarkan penjelasan diatas pasal 31 ayat 2 huruf b menyebutkan bahwa

percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia suatu daerah dapat

ditandai dengan adanya


38

peningkatan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pendapatan masyarakat.

Dari ketiga indikator tersebut dapat diketahui bahwa kesehatan merupakan unsur

penting sebagai tolok ukur atau parameter dari kesejahteraan masyarakatnya.

2.3.4 Peraturan Presiden Republik Indonesia No 42 tahun 2013

tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

Dalam usaha untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul

dengan kompetensi fisik dan intelektual yang berdaya saing perlu dilakukan

perbaikan dan peningkatan status gizi dengan optimal secara terus menerus.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dikeluarkanlah Peraturan Presiden Nomor 42

tahun 2013 mengenai Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang bertujuan

untuk mendorong komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap perlindungan

dan pemenuhan gizi masyarakat, khususnya pada 1.000 (Seribu) hari pertama

kehidupan pada anak-anak.

Sasaran gerakan Nasional percepatan untuk memperbaiki gizi yang

dimaksud berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 42 tahun adalah :

a. masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, anak di


bawah usia dua tahun;
b. kader-kader masyarakat seperti Posyandu, Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga, dan/atau kader-kader masyarakat yang
sejenis;
c. perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan
dan keagamaan;
d. Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
e. media massa;
f. dunia usaha; dan
39

g. lembaga swadaya masyarakat, dan mitra pembangunan


internasional.

Adapun sasaran dari Gerakan Nasional ini dilaksanakan melalui kegiatan

sebagai berikut seperti yang termuat pada Peraturan Presiden Nomor 42 tahun

2013 mengenai Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah :

a. kampanye nasional dan daerah;


b. advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga;
c. dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi;
d. pelatihan;
e. diskusi;
f. intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik);
g. intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif); dan
h. kegiatan lain.

2.3.5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2017

tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi

Untuk memberikan dorongan pada efektifitas dan efisiensi dalam bidang

pengan dan gizi maka perlu dilakukan penyelarasan lintas sektor. Koordinasi

lintas sektor tersebut meliputi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah serta

masyarakat yang diimplementasikan pada program-program, dan kegiatan. Tujuan

yang ingin dicapai adalah peningkatan ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan.

Hal tersebut akan berpengaruh pada SDM yang akan dihasilkan.

Tujuan dibentuknya Peraturan Presiden RI Nomor 83 tahun 2017

mengenai Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi adalah agar menghasilkan SDM

Indonesia yang kompeten dan memiliki daya saing. Maka untuk mewujudkannya,

melalui peraturan perundang-undangan dicanangkanlah


40

Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) dan Rencana Aksi Dearah

Pangan dan Gizi (RAD-PG). Rancangan kampanye tersebut merupakan berbagai

program nasional di bidang pangan dan gizi agar terpenuhinya SDM yang berdaya

saing. Dalam pelaksanaannya rancangan aksi tersebut akan bekerjasama dengan

seluruh elemen pemerintah dan masyarakat.

Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi merupakan kebijakan yang terdiri

dari berbagai bidang sesuai yang dimuat dalam Peraturan Presiden RI Nomor 83

tahun 2017 Pasal 4 meliputi:

a. ketersediaan pangan;
b. keterjangkauan pangan;
c. pemanfaatan pangan;
d. perbaikan gizi masyarakat; dan
e. penguatan kelembagaan pangan dan gizi.

Penjabaran dari RAN-PG yang mengacu pada Kebijakan Strategis Pangan

dan Gizi sesuai dengan yang termuat dalam Peraturan Presiden RI Nomor 83

tahun 2017 pasal12 ayat 5 meliputi :

a. perbaikan gizi masyarakat;


b. peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam;
c. mutu dan keamanan pangan;
d. perilaku hidup bersih dan sehat; dan
e. koordinasi pembangunan pangan dan gizi.

Mengacu pada pasal 12 ayat 5 diatas maka salah satu dari pilar tersebut

yaitu perbaikan gizi masyarakat, yang dimaksud dengan perbaikan gizi

masyarakat berdasarkan pasal 13 ayat 1 adalah :

a. promosi dan pendidikan gizi masyarakat;


b. pemberian suplementasi gizi;
c. pelayanan kesehatan dan masalah gizi;
d. pemberdayaan masyarakat di bidang pangan dan gizi;
41

e. jaminan sosial yang mendukung perbaikan pangan dan gizi; dan


f. pendidikan anak usia dini.

Berdasarkan penjabaran diatas disebutkan bahwa pelayanan kesehatan dan

gizi merupakan salah satu langkah dari implementasi kebijakan strategis pangan

dan gizi. Pemerintah terus melakukan upaya untuk menangani permasalahan gizi

yang timbul. Salah satunya adalah pemberian dan peningkatan pelayanan

masyarakat khususnya pelayanan kesehatan.

2.3.6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu

Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan

Standar pelayanan minimal bidang Kesehatan yang selanjutnya disebut

SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar

yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga

negara secara minimal. SPM Kesehatan terdiri dari SPM Kesehatan daerah

Provinsi dan SPM Kesehatan daerah kabupaten/kota. Pelayanan yang bersifat

peningkatan/promotive dan pencegahan/preventif sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) mencakup:

a. peningkatan Kesehatan
b. perlindungan spesifik
c. diagnosis dini dan pengobatan tepat
d. pencegahan kecacatan dan
e. rehabilitasi.
42

Pelayanan dasar pada SPM Kesehatan dilaksanakan pada fasilitas

pelayanan Kesehatan baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun

swasta. Pelayanan dasar dilaksanakan oleh tenaga Kesehatan sesuai dengan

kompetensi dan kewenangan. Selain oleh tenaga Kesehatan jenis pelayanan dasar

tertentu dapat dilakukan oleh kader Kesehatan terlatih diluar fasilitas Kesehatan

dibawah pengawasan tenaga Kesehatan.

2.3.7 Peraturan walikota kotamobagu nomor 9 tahun 2018 tentang

rencana aksi daerah penyelenggaraan kota layak anak kota

kotamobagu tahun 2018-2023

Kota layak anak, yang disingkat KLA adalah sistem pembangunan suatu

wilayah administrasi yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya

pemerintah, masyarkat dan dunia usaha yang terencana menyeluruh dan

berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak-hak anak. Layak

adalah kondisi fisik dan non fisik suatu wilayah dimana aspek-aspek

kehidupannya memenuhi undusr-unsur yang diatur dalam konvensi Hak Anak

dan/atau Undang -Undang Perlindungan Anak. Maksud penyusunan RAD-KLA

ini diantaranya menjamin terpenuhinya hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat

kemanusiaan, demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia dan

sejahtera.
43

2.3.8 Kerangka Pemikiran

Agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan strategi dan penanganan

yang matang agar pelaksanaan dalam menurunan angka stunting di Kota

Kotamobagu dapat di lakukan dengan baik. Melihat upaya penanganan penurunan

angka stunting belum maksimal, perlu adanya kajian mengenai strategi

penerunan angka stunting di Kota Kotamobagu, kerangka pemikiran dapat di liat

dari gambar 2.1 sebagai berikut:


44

Gambar 2.1
Kerangka
Peraturan Walikota Kotamobagu Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Rencana Aksi Daerah Penyelengga
Pemikiran
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
TUPOKSIDaerah
PEMERINTAHAN DAERAH

Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu Dalam Penurunan Angka Stunting Di Kota Kotamobagu Provinsi Sul

TEORI STRATEGI
(Hariadi, 2005)

Faktor Pendukung Perumusan Faktor


Sumber: Diolah Oleh Peneliti, 2022
Penghamb
Gambar 2 1 Kerangka Pemikiran Pelaksanaan at

Evaluasi

Upaya Strategi Dinas Kesehatan


Kota Kotamobagu Dalam
Penurunan Angka Stunting
45

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian ialah proses pengumpulan informasi yang hendak

diteliti lewat pengamatan yang mencuat dari sesuatu peristiwa.

Penelitian bermanfaat selaku pedoman berlangsungnya sesuatu aktivitas

riset yang akurat cocok dengan tujuan yang telah direncanakan. Dalam melakukan

sesuatu aktivitas pendekatan riset jadi tahapan yang sangat berarti untuk

seseorang periset yang dijadika nsebagai acuan dalam melaksanakan aktivitas

riset.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Fraenkel dan Wallen dalam (Suharsaputra, 2012)

menyatakan bahwa penelitian yang menjadi kualitas hubungan, kegiatan, situasi,

atau material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi

menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu

kegiatan atau situasi tertentu.

Menurut (Simangunsong, 2017) penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang menggunakan lingkungan alamiah, dimana penlitia dilakukan pada situasi

alamiah alam suatu keutuhan agar sumber data yang di dapat bisa secara langsung

bersifat naturalistik, tidak manipulatif dan terbuka pada apapun yang akan timbul

kedepannya.

Informasi yang diperoleh dalam sesuatu riset kualitatif bertabiat deskriptif

ialah informasi yang dikumpulkan dalam wujud perkata hasil wawancara yang

didukung dengan catatan dari hasil lapangan,


46

dokumentasi, rekaman, serta pendukung yang lain. Pada penelitian ini peneliti

menggnakan penelitian deskriptif agar bisa menggambarkan serta mendeskriptif

mengenai strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam penurunan angka

Stunting dengan menggunakan data yang sesuai dengan fakta atau kenyataan di

lapangan.

Dalam penelitian ini untuk mendukung penelitian deskriptif kualitatif,

penelitian selanjutnya menggunakan pendekatan induktif, yaitu berdasarkan fakta-

fakta yang ditemukan dilapangan, selanjutnya menarik kesimpulan yang bersifat

umum. Menurut (Nazir, 2017) menyatakan bahwa pendekatan induktif adalah

cara berfikir untuk memberi alasan yang dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan

yang spesifik untuk Menyusun suatu argumentasi yang bersifat general.

Berdasarkan uraian dan pengertian diatas, maka metode penelitian

deskriptif dengan menggunakan pendekatan induktif dapat disimpulkan sebagai

metode penelitian dengan menjelaaskan, menggambarkan dan mendeskripsikan

masalah yang ada dilapangan secara mendalam dengan kata-kata melalui fakta

dan data untuk membantu dalam pemecahan masalah sehingga dapat ditarik

kesimpulan secara umum.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Menurut pendapat (Sugiyono, 2017) menjelaskan bahwa definisi

operasional variabel adalah penentuan konfigurasi dan karakteristik yang akan

dipelajari sehingga menjadi variabel yang terukur. Definisi operasional juga dapat

dikatakan merupakan variabel penelitian yang


47

dimaksudkan dengan tujuan untuk memahami arti dari setiap variabel penelitian

sebelum dilakukan analisis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1

Operasional Konsep Strategi dalam penelitian sebagai berikut:

Table 3.1
Operasional Konsep Strategi Dalam Penelitian
Variabel Dimensi Indikator

(2) (3)
(1)
Perumusan 1. Tahapan dari penurunan
angka Stunting
2. Tujuan strategi
3. Keadaan lingkungan sekitar
4. peninjauan dilapangan serta
mengetahui kelemahan dan apa
saja peluang dan ancaman
dilapangan
5. menentukan target yang
Teori Strategi menurut
akan dicapai
Hariadi
Pelaksanaan 1. pembangunan struktur
(2005) 2. mengembangkan program
dan dana
3. Teknik dalam pelaksanaan

Evaluasi 1. penilaian dalam


menjalankan strategi
2. pencapaian kerja

Tabel 3 1 Operasional Konsep Strategi Dalam Penelitian

3.3 Sumber Data dan Informan

Dalam (Simangunsong, 2017) disebutkan bahwa penelitian kualitatif

sumber data sering juga disebut “responden” ialah orang yang memberikan

“respon” atau tanggapan terhadap apa yang peneliti minta.

Dalam penelitian ini peneliti akan memakai Teknik purposive sampling

yang merupakan Teknik pengambilan sampel data dengan


48

pertimbangan-pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut dianggap paling

tahu tentang apa yang kita teliti sehingga dapat memudahkan peneliti untuk

mengeksplorasi objek/situasi sosial peneliti. Selain Teknik purposive sampling

juga digunakan Teknik snowball ssampling dimana dalam Teknik pengambilan

sampel sumber data, yang awalnya dengan jumlah yang sedikit akan bertambah.

Hal ini dilakukan karena jumlah sumber masih sedikit belum mampu memberikan

data yang di harapkan, sehingga yang dilakukan dicari informan lain yang akan

menjadi sumber data.

Tabel 3.2
Data Informan
NO Jabatan Jumlah orang
(1) (2) (3)
1. Kepala BKKBN 1
2. Bidang pendataan BKKBN 1
3. Bidang penanganan Stunting 1
4. Kepala Dinas Kesehatan 1
5. Sekretaris Dinas Kesehatan 1
6. Kepala bidang Kesehatan keluarga dan gizi 1
7. Kepala Puskesmas Motoboi Kecil 1
8. Dokter gizi Puskesmas Motoboi Kecil 1
9. Perawat Gizi Puskesmas Motoboi Kecil 1
10. Ibu yang hamil pertama kali 3
11. Ibu yang hamil sudah lebih dari satu kali 3
12. Orang tua penderita Stunting 5
13. Masyarakat 7
Total 27
Sumber : Dikelola oleh peneliti, 2022
Tabel 3 2 Data Informan

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif peneliti adalah satu-satunya instrument

efektif dalam mengumpulkan data. Karena pada penelitian kualitatif data


49

yang dikumpulkan biasanya secara partisipasif (pengamatan berperan serta).

Menurut (Tohirin, 2011) dalam bukunya bahwa manusia sebagai

instrument penelitian harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan;


2. Menekankan keutuhan;
3. Responsif;
4. Bisa menyesuaikan diri;
5. Melakukan proses data dengan cepat;
6. Mengambil kesempatan dalam mengklarifikasi dan
mengikhtisarkan, dan
7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari tanggapan yang tidak biasa.

Berdasarkan ciri-ciri diatas, maka peneliti akan mengadaptasi

instrument pada penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya pengumpulan data merupakan rangkaian proses sesuai

dengan metode penelitian yang akan digunakan. Dalam pengumpulan data pada

Teknik kualitatif diutamakan pada Teknik kualitatif diutamakan data dalam

bentuk kata daripada angka, studinya menghasilakan deskripsi cerita terperinci,

analisis dan interprestasi fenomena.

Adapun Teknik pengumpulan data yang akan digunakan yaitu:

1. Wawancara

Wawancara ialah obrolan yang berlangsung secara sistematis serta

terorganisasi yang dicoba oleh periset selaku pewawancara dengan

beberapa orang selaku responden ataupun yang diwawancarai


50

buat memperoleh beberapa data yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti. Hasil obrolan dicata ataupun direkan oleh pewawancara.

Dalam buku (Simangunsong, 2017) terhadap beberapa tahapan yang harus

dipersiapkan dalam melakukan wawancara pada penelitian kualitatif,

yaitu:

a. Menyiapakan pedoman wawancara

b. Menyiapkan alat untuk wawancara

c. Mengatur waktu untuk wawancara

Esterbeg (2002) dalam (Sugiyono, 2017) mengemukakan beberapa macam

wawancara, yaitu:

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan dalam Teknik pengumpulan data,

Ketika peneliti tahu pasti informasi yang akan diperoleh. Dalam

melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan pertanyaan tertulis

yang akan ditanyakan kepada informan.

b. Wawancara semiterstruktur

Pelaksanaan wawancara ini lebih leluasa dibandingkan wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara ini agar masalah ditemukan dengan

lebih terbuka, dimana orang yang diwawancarai dimintai pendapat dan

gagasanya.

c. Wawancara tak terstruktur


51

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dengan tidak

menggunakan pedoman wawancara yang tersusun dalam pengumpulan

data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis besar masalah

yang akan ditanyakan. Pada wawancara ini, peneliti belum tahu secara

jelas mengenai permasalahan yang ingin diteliti.

Dalam hal ini peneliti, menggunakan jenis wawancara semistruktur yaitu

dikembangkan dari hasil wawancara sebelumnya agar

memperoleh data yang lebih luas cakupannya untuk perkembangan penelitian.

Menurut (Sugiyono, 2017) agar hasil wawancara bisa terekam dengan baik

dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan,

diperlukan bantuan alat-alat Sebagian berikut:

1. Buku catatan berfungsi mencatat seluruh percakapan dengan sumber data,


atau menggunakan notebook yang bisa membantu mencatat data hasil
wawancara.
2. Tape recorder berfungsi merekam semua percakapan atau pembicaraan
3. Camera berfungsi untuk mengambil gambar Ketika peneliti sedang
mewawancarai informan. Dengan foto, keaslian penelitian terjamin,
karena peneliti benar-benar mengumpulkan data.

2. Obeservasi
Secara Bahasa observasi artinya memerhatikan secara cermat seseorang

atau sesuatu, memerhatikan dengan cermat berarti mengamati apa yang

sedang terjadi. Menurut Cartwright & Cartwright dalam Herdiansyah

(2011) memberi definisi bahwa observasi adalah suatu proses melihat,

mengamati dan mencermati


52

serta merekan perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Hasil observasi dapat berupa kegiatan, peristiwa, objek, kondisi atau

suasana tertentu dan perasaan emosional seseorang.

Observasi dilakukan agar diperoleh gambaran nyata tentang

kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Menurut (Simangunsong, 2017) terdapat beberapa bentuk

observasi, yaitu:

a. Observasi partisipatif ialah metode pengumpulan data yang digunakan


untuk menggabungkan data penelitian melalui observasi dan penginderaan
dimana peneliti terlibat dalam kehidupan sehari- hari para informan.
b. Observasi tidak terstruktur ialah observasi yang dilakukan tanpa
menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan
observasinya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
c. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok
tim peneliti terhadap suatu masalah yang di angkat menjadi objek
penelitian.
Dalam hal ini klasifikasi yang akan digunakan oleh peneliti yaitu observasi

partisipasi dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang ssedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data.

3. Dokumentasi

Selain wawancara dan observasi, informasi juga dapat diperole melalui

fakta-fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto,

hasil rapat, cindermata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa

dokumen seperti ini biasanya digunakan untuk mencari informasi yang

terjadi di masa lalu.


53

Dokumen merupakan unsur pendukung kredibilitas dari hasil observasi

dan wawancara yang dilaksanakan. Hasil penelitian akan lebih kredibel

atau dapat dipercaya jika disertai dengan dokumen pendukung seperti foto

atau karya tulis akademik dan seni. Selain bentuk dokumen, record juga

dapat digolongkan menjadi sumber data dari penelitian yang sama

pentingnya dengan dokumen.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses dalam mendeskripsikan dan memilah

secara detail suatu data yang sedang didalami mengikuti tahapan pengumpulan

data. Analisis data dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian di lapangan

dengan menganalisis data sekunder yang telah ditemukan. Analisis data

merupakan usaha untuk memakai data baik berupa gambar maupun teks dengan

cara mengalisis dan memperdalam pemahaman akan data tersebut.

Menurut Miles and Huberman dalam (Simangunsong, 2017) bahwa dalam

menganalisis data, langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adala proses mengolah data dengan pilah dan pilih dari

lapangan, dan data disederhanakan dipilah dan dipilih dari lapangan,

dan data disederhanakan dengan merangkum yang penting sesuai focus

masalh penelitian. Dalam kegiatan penelitian, peneliti akan mereduksi

data kegiatan observasi,


54

wawancara, dan dokumentasi. Hal ini bertujuan agar hasil reduksi data

untuk memberikan gambaran secara detai dan informasi yang tersedia.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data dilakukan untuk lebih mensistematisasikan data yang

direduksi sehingga lebih lengkap. Dalam menyajikan data laporan yang

direduksi, ditelaah gambaran keseluruhannya, sehingga tergambar

konteks data Kembali jika dilihat perlu mendalami masalah lebih lanjut.

Penyajian data sangat penting dan menentukan untuk langkah

selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan/verifikasi.

3. Konklusi atau verifikasi (conclusion drawing/verification)

Dalam tahapan selanjutnya yaitu membuat konklusi atau penarikan

kesimpulan dan verifikasi kebenaran data yang diperoleh dan dianalisis

suatu hasil berupa temuan dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori.

3.7 Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1 Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2022 sampai Januari 2023

sesuai dengan Kalender Akademik Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun

2022/2023. Gambaran secara menyeluruh tentang jadwal kegiatan penelitian

Skripsi berdasarkan Kalender Akademik Institut


55

Pemerintahan Dalam Negeri tahun 2022/2023 bisa dilihat dari table berikut:

Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi Praja Utama
Tahun Akademik 2022/2023

AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
NO. KEGIATAN 2022 2022 2022 2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023
123 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajan
1. Judul dan
Penyusunan
Usulan
Penelitian

Pengumpulan
Naskah Usulan
2.
Penelitian &

Seminar Usulan
3. Penelitian
Perbaikan
Usulan
4.
Penelitian
Penelitian dan
5. pengumpulan
data
Penyusunan
6. Skripsi
Pengumpulan
7. Skripsi
Ujian
6. Komprehensif
Perbaikan dan
Pengumpulan
7.
Skripsi
Sumber : Kalender Akademik IPDN Tahun 2022/2023
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Keterangan : : Pelaksanaan Kegiatan


56

3.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di kantor Dinas Kesehatan Kota

Kotamobagu dan di Puskesmas Motoboi Kecil.


DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Agung, Bhuono Nugroho, 2010. “Strategi Jitu Memilij Metode Statistik


Penelitian Dengan SPSS”, Penerbit CV. Andi Offset Yogyakarta.

Bambang, Hariadi, 2005. “Strategi manajemen”. Jakarta: Bayumedia


Publishing.

Suradinata, 2013. ”Analisis Kepemimpinan Strategi Pengambilan


Keputusan”. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.

Suaedi, 2019. ”Pengantar Ilmu Filsafat”. Bogor: IPB Press Printing.

Mardiasmo, 2005, “Akuntansi Sektor Publik Edisi 2” penerbit: Andi,


Yogyakarta

Rangkuti, Freddy. 2014. “Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus


Bisnis”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
.
Sugiyono, 2017. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D”.
Bandung: Alfabet, CV.

Hardiansyah. 2011. “Kualitas Pelayanan Publik : Konsep, Dimensi,


Indicator Dan Implementasinya”. Yogyakarta: Gava Media

Suharsaputra, U. 2012. “Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan


Tindakan”. Bandung: PT Refika Aditama.

Simangungsong, F. 2017. “Metodologi Penelitian Pemerintahan”.


Bandung: Penerbit Alfabeta.

Nazir, M. 2017. “Metode Penelitian”. Bogor: Ghalia Indonesia.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintah Daerah
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2017 tentang Kebijakan


Strategis Pangan dan Gizi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019


Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Peraturan Walikota Kotamobagu nomor 9 tahun 2018 tentang rencana aksi


daerah penyelenggaraan kota layak anak kota kotamobagu tahun 2018-
2023
C. JURNAL

Ponamon, Nanang Saputra. 2015. “Hubungan Antara Durasi Dan Frekuensi Sakit
Balita Dengan Terjadinya Stunting Pada Anak SD Di Desa Kopandakan 1
Kecamatan Kotambagu Selatan.” Kesehatan Masyarakat
Universitas Samratulangi: 112.
https://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/Jurnal-
Nanang.pdf.
D. SUMBER LAIN

https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/07/15/1930/persentase-
penduduk-miskin-maret-2022-turun-menjadi-9-54-persen.html

https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/01/17/1929/persentase- penduduk-
miskin-september-2021-turun-menjadi-9-71-persen.html

https://m.liputan6.com/health/read/4992634/bkkbn-sebut-upaya-turunkan-
Stunting-perlu-peran-banyak-pihak-dengan-konsep-pentahelix

https://totabuan.news/daerah/kotamobagu/dinkes-kotamobagu-cegah- Stunting/

https://bolmong.news/terkini/pemkot-kotamobagu-gelar-aksi-percepatan-
penurunan-Stunting-tahun-2022/

https://manadopost.jawapos.com/bolmong-
raya/kotamobagu/18/03/2021/2020-angka-Stunting-kotamobagu- 509-
persen/

http://repository.unimus.ac.id/1794/3/BAB%20II.pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kesehatan/
LAMPIRAN
LAMPIRAN I

1. INFORMAN PENELITIAN

Dalam pedoman wawancara untuk memperoleh informasi yang aktual dan

akurat. Yang berkaitan dengan penelitian ini, maka terdapat informan yang akan

peneliti jadikan narasumber yaitu; :

1. Kepala BKKBN

2. Bidang Pendataan BKKBN

3. Bidang Penanganan Stunting

4. Kepala dinas Kesehatan

5. Sekretaris Dinas Kesehatan

6. Kepala bidang kesehatan keluarga dan gizi

7. Kepala Puskesmas Motoboi Kecil

8. Dokter gizi Puskesmas Motoboi Kecil

9. Perawat gizi Puskesmas Motoboi Kecil

10. Ibu yang hamil pertama kali

11. Ibu yang hamil sudah lebih dari satu kali

12. Orang tua penderita Stunting

13. Masyarakat

Adapun lingkup pertanyaan yang akan peneliti tanyakan kepada

narasumber adalah sebagai berikut :


informan Pertanyaan
(1) (2)
Kepala BKKBN 1. Landasan pelaksanaan penanganan Stunting?
2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala atau hambatan dalam pelaksanaan
penanganan Stunting?
Bidang Pendataan 1. Berapa banyak data balita Stunting?
BKKBN
Bidang Penanganan 1. Apa saja kendala dalam pelaksanaan penanganan
Stunting Stunting?
Kepala dinas 1. Landasan pelaksanaan penanganan Stunting?
Kesehatan 2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala atau hambatan dalam pelaksanaan penanganan
Stunting?
Sekretaris Dinas 1. Apakah Sarana dan prasarana pelayanan Kesehatan
Kesehatan dalam penanganan stunting sudah memadai?

Kepala bidang 1. Apa upaya dari Dinas Kesehatan untuk memenuhi gizi
kesehatan keluarga masyarakat utamanya gizi pada balita?
dan gizi 2. Bagaimana takaran gizi yang diperlukan balita
agar tidak kekurangan gizi?
Kepala Puskesmas 1. Tindakan yang dilakukan Puskesmas Motoboi
Motoboi Kecil Kecil dalam penanganan Stunting?
2. Apa faktor penghambat dari pihak Puskesmas dan
dalam pelaksanaan penanganan Stunting?
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi
kendala atau hambatan dalam pelaksanaan penanganan
Stunting?
Dokter Puskesmas 1. Tindakan yang dilakukan Puskesmas Motoboi
Motoboi Kecil Kecil dalam penanganan Stunting?
Perawat Gizi 1. Bagaimana takaran gizi yang diperlukan balita agar
Puskesmas Motoboi tidak kekurangan gizi?
Kecil
Ibu yang hamil 1. Pengetahuan tentang Stunting?
pertama kali 2. Tanggapan mengenai dampak Stunting
3. Apakah masyarakat sudah paham akan
pentingnya penanganan Stunting?
4. Pelayanan Kesehatan yang diterima dalam
penanganan Stunting?
Ibu yang hamil 1. Pengetahuan tentang Stunting?
sudah lebih dari 2. Tanggapan mengenai dampak Stunting
satu kali 3. Apakah masyarakat sudah paham akan
pentingnya penanganan Stunting?
4. Pelayanan Kesehatan yang diterima dalam
penanganan Stunting?
Orang tua penderita 1. Pengetahuan tentang Stunting?
Stunting 2. Tanggapan mengenai dampak Stunting
3. Apakah masyarakat sudah paham akan
pentingnya penanganan Stunting?
4. Pelayanan Kesehatan yang diterima dalam
penanganan Stunting?
Masyarakat 1. Pengetahuan tentang Stunting?
2. Tanggapan mengenai dampak Stunting
3. Apakah masyarakat sudah paham akan
pentingnya penanganan Stunting?
4. Pelayanan Kesehatan yang diterima dalam
penanganan Stunting?
Sumber : diolah oleh penulis 2022

Anda mungkin juga menyukai