Anda di halaman 1dari 209

ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN


PESISIR DI KALIBARU CILINCING JAKARTA
UTARA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh

Rizky Dhea Nindita


NIM: 11170541000007

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/ 2021 M
ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN
PESISIR DI KALIBARU CILINCING JAKARTA
UTARA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Oleh:
Rizky Dhea Nindita
NIM: 11170541000007

Pembimbing

Dr. Tantan Hermansah, M.Si


NIP: 19760617 200501 1 006

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2021 M
ABSTRAK

Rizky Dhea Nindita, Analisis Dampak Reklamasi Terhadap


Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Pesisir di Kalibaru,
Cilincing, Jakarta Utara

Kehadiran program reklamasi di beberapa daerah pesisir di


Indonesia kadang dibutuhkan karena berbagai alasan. Di antaranya
karena semakin sempitnya lahan di daratan, sehingga reklamasi
menjadi keharusan dibutuhkan di masa mendatang untuk
memenuhi kebutuhan akan ruang lahan yang semakin banyak
bermunculan dikarenakan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
paras laut. Reklamasi merupakan salah satu alternatif yang dapat
dipilih untuk melindungi serta menambah nilai dari suatu lahan
akibat adanya kerusakan lingkungan di daerah pesisir atau pulau-
pulau kecil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran serta menganalisis dampak terhadap sosial-ekonomi
nelayan Kalibaru sehubungan dengan adanya kegiatan
pembangunan reklamasi ini. Penelitian ini menggunakan metode
gabungan atau mix method. Di mana opini responden digali
melalui pendekatan kuantitatif dan kemudian diperdalam melalui
wawancara mendalam.
Dengan menggunakan teori dampak, teori reklamasi dan
teori nelayan yang menyebutkan bahwa terdapat dampak positif
dan dampak negative terhadap masyarakat dan juga ekosistem
pesisir laut yang ditimbulkan dari adanya pembangunan reklamasi
ini. Dampak yang ditimbulkan pun juga memiliki sifat dampak
jangka panjang dan jangka pendek yang dipengaruhi lingkungan
ekosistem dan juga masyarakat nelayan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa masyarakat nelayan kecil di wilayah Kalibaru
merupakan masyarakat yang berada di lapisan bawah sehingga
tidak memiliki kekuatan untuk memprotes pembangunan
reklamasi. Akibatnya banyak nelayan-nelayan kecil tersebut
kehilangan rumah, mata pencaharian, dan akses mereka ke laut.
Selain itu kerugian-kerugian lainnya yang berimbas kepada
kehidupan mereka.

Kata Kunci: Reklamasi, Dampak, Sosial, Ekonomi

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil'aalamiin atas izin dan rahmat dari


Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat yang luas dan
melimpah, peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Analisis Dampak Reklamasi Terhadap Sosial Ekonomi
Nelayan Pesisir di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara". Shalawat
serta salam selalu tercurah kepada manusia terbaik, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya
yang terus berjalan di jalan Allah hingga akhir masa dengan
mengemban amanah Islam, agama rahmatan lil’aalamiin.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih


banyak kekurangan, namun peneliti telah berusaha melakukan
yang terbaik. Maka dari itu, adanya kritik dan saran yang
membangun dibutuhkan oleh peneliti sehingga penelitian ini
menjadi karya ilmiah yang lebih bermanfaat untuk kedepannya.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Dengan hati yang
berbahagia, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

ii
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc., M.A.,
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW., MSW., Wakil Dekan I
Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sihabudin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ahmad Zaky, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Hj. Nunung Khoiriyah, M.A. selaku Sekretaris Program
Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Dr. Tantan Hermansah, M.Si., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan ilmu, arahan dan motivasi sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Drs. Helmi Rustandi, M.Ag selaku dosen pembimbing
akademik Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

iii
10. Kepada Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan
Sosial yang telah memberikan dedikasi terbaik menjadi
prantara Allah SWT dalam membimbing peneliti mencari
pengetahuan dan wawasan di samudra ilmu-Nya.
11. Kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Bagus Sugiarto
dan Ibu Wiwit Mainiar yang selalu memberikan dukungan
moril maupun materil, kasih sayang dan do’a yang tiada
hentinya sehingga peneliti mampu menyelesaikan
penelitian ini.
12. Kepada para kakak peneliti, Rizka Guswinita Pratiwi, S.Pd
dan Eko Wahyu Andayono yang selalu membantu peneliti
dan memberikan semangat dalam mengejar pendidikan dan
menyelesaikan penelitian ini.
13. Kepada wanita-wanita kuat Adhe Fadhilah, Rima Salima
dan Nungky Ariani yang tidak pernah bosan untuk selalu
membantu, menemani dan mendengarkan keluh kesah
peneliti dari awal sampai akhir dalam penulisan skripsi ini
serta yang selalu mengisi suka duka di setiap harinya.
14. Kepada para teman baik peneliti Rieska Amalia, Apriyani,
Rahayu, Gayatri Wiranda Ferizea, Kholivia Pratiwi,
Annisa Putri, Atyas Safnah Savirah dan Nova Ayu
Matovani yang selalu memberi semangat dan memotivasi
untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
15. Kepada teman seperjuangan Rinda Dealani, Alya Savira,
Nur Halimah, dan Rohmah Hidayanti yang selalu
memotivasi, semangat, yang selalu membersamai peneliti

iv
dalam setiap lelah dan bahagianya, serta yang memberikan
warna dalam setiap proses menuntut ilmu.
16. Kepada Ananda Mutiara Aulia selaku tetangga kosanku di
Kosan Ibu Arab yang paling selalu sabar, dan selalu
membantuku selama hidup diperantauan serta selalu
menasihatiku tentang hal-hal baik dan bermanfaat.
17. Kepada aparatur dan masyarakat Kelurahan Kalibaru
khususnya Ibu Wartini dan para nelayan Kalibaru yang
telah membantu dan memberikan berbagai informasi dalam
penelitian skripsi ini.
18. Kepada seluruh teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial
Angkatan Tahun 2017 yang bersama melewati proses
perkuliahan dan memberikan warna dalam setiap proses
menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga jasa dan kebaikan Bapak/Ibu, Sahabat dan Kerabat


tercatat sebagai amal baik yang akan mendapat balasan dari Allah
SWT. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi penulis, pembaca,
dan pengembangan ilmu. Saran dan kritik yang membangun
penulis harapkan dari para pembaca.

Jakarta, 11 Juli 2021

Rizky Dhea Nindita

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Pembatasan Masalah .................................................... 9
C. Rumusan Masalah........................................................ 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................... 10
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ......................................... 11

BAB II. TINJAUAN TEORI ....................................................... 16


A. Dampak ....................................................................... 16
1. Dampak Sosial................................................... 21
2. Dampak Ekonomi .............................................. 23
3. Dampak Ekologi ............................................... 25
B. Reklamasi ................................................................... 30
C. Nelayan ....................................................................... 37
D. Kerangka Berpikir ...................................................... 43

vi
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................... 46
A. Metode Penelitian.................................................. 46
B. Populasi dan Sampel ............................................. 47
C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................... 49
D. Sumber Data ......................................................... 49
E. Instrumen Penelitian.............................................. 50
F. Teknik Pengumpulan Data .................................... 56
G. Teknik Keabsahan Data ........................................ 58
H. Teknik Analisis Data ............................................. 59

BAB IV. DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................... 61


A. Profil Kelurahan Kalibaru ..................................... 61
B. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kalibaru ............ 70
C. Hasil Temuan Penelitian ....................................... 76
1. Komposisi Responden Berdasarkan Usia dan
Jenis Kelamin .................................................. 76
2. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ....................................................... 80
3. Jumlah Tanggungan Keluarga… ..................... 82
4. Kondisi dan Fasilitas Rumah… ....................... 82
5. Komposisi Responden Berdasarkan
Lamanya Bekerja .............................................85
6. Komposisi Pendapatan Responden Sebelum
dan Sesudah Reklamasi ...................................86
7. Komposisi Pengeluaran Responden Sebelum
dan Sesudah Reklamasi ...................................90
8. Hasil Penelitian Dampak Reklamasi ............... 93

vii
BAB V. PEMBAHASAN ........................................................ 104
A. Dampak Sosial Pembangunan Reklamasi .............. 108
B. Dampak Ekonomi Pembangunan Reklamasi ......... 111
C. Dampak Ekologi Pembangunan Reklamasi ........... 114

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................ 124


A. Kesimpulan ............................................................ 124
B. Saran ....................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 128

LAMPIRAN ........................................................................... 134

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner… .......................................... 51

Tabel 3.2 Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan menurut Badan


Pusat Statistik pada SUSENAS 2020… .............................. 53

Tabel 3.3 Skor Kuesioner … ................................................................ 55


Tabel 4.1 Jenis Tanah Kelurahan Kalibaru .......................................... 63

Tabel 4.2 Keberadaan dan Jumlah RT/RW Kelurahan


Kalibaru… ............................................................................ 64

Tabel 4.3 Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Kalibaru


Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin… ............................. 66

Tabel 4.4 Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan Kalibaru


Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................... 68

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Kalibaru Berdasarkan Mata


Pencaharian… ...................................................................... 70

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Kesehatan Kelurahan Kalibaru …..... 73

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Pendidikan Kelurahan Kalibaru ........ 74

Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana Olahraga Kelurahan Kalibaru …....... 76

Tabel 4.9 Sarana dan Prasarana Olahraga Kelurahan Kalibaru …....... 78

Tabel 4.10 Komposisi Responden Berdasarkan Usia ........................... 80

Tabel 4.11 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin… ....... 81

Tabel 4.12 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 83

Tabel 4.13 Komposisi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja … . 87

Tabel 4.14 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan Sebelum

ix
Reklamasi… ...................................................................... 89

Tabel 4.15 Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan Sesudah


Reklamasi .......................................................................... 90

Tabel 4.16 Pengeluaran Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Sebelum


dan Sesudah Reklamasi … ................................................ 93

Tabel 4.17 Pengeluaran Kebutuhan Non-Pangan Rumah Tangga


Sebelum dan Sesudah Reklamasi ...................................... 95

Tabel 4.18 Hasil Jawaban Responden Terhadap Pembangunan


Reklamasi Berdasarkan Indikator Dampak Sosial… ........ 98

Tabel 4.19 Sikap Responden Terhadap Reklamasi Berdasarkan


Indikator Dampak Sosial….................................................. 99

Tabel 4.20 Hasil Jawaban Responden Terhadap Pembangunan


Reklamasi Berdasarkan Indikator Dampak Ekonomi...... 101

Tabel 4.21 Sikap Responden Terhadap Reklamasi Berdasarkan


Indikator Dampak Ekonomi … ....................................... 102

Tabel 4.22 Hasil Jawaban Responden Terhadap Pembangunan


Reklamasi Berdasarkan Indikator Dampak Ekologi........ 104

Tabel 4.23 Sikap Responden Terhadap Reklamasi Berdasarkan


Indikator Dampak Ekologi… .......................................... 105

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir…......................................................... 45

Gambar 4.1 Peta Kelurahan Kalibaru… ............................................... 62

Gambar 5.1 Bagan Alur Ketergangguan Reklamasi ........................... 118

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang rentan akan
dampak peralihan iklim yang dimana akan berimbas pada risiko
tinggi kehilangan daratan akibat adanya kenaikan paras laut.
Masyarakat pinggiran terutama pada nelayan-nelayan kecil dan
juga pada masyarakat yang bertempat tinggal di sekitaran daerah
pesisir dan pulau-pulau kecil yang termasuk salah satu terkena
dampak sehingga pelaksanaan pembangunan reklamasi di
Indonesia merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk
melindungi serta menambah nilai dari suatu lahan akibat adanya
kerusakan lingkungan di daerah pesisir atau pulau-pulau kecil.
Adanya reklamasi di daerah pesisir atau pulau-pulau kecil di
Indonesia relative semakin dibutuhkan di masa mendatang untuk
memenuhi kebutuhan akan ruanglahan yang semakin banyak
bermunculan dikarenakan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
paras laut.
Pengertian reklamasi berdasarkan pada Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 ialah sebagai kegiatan yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang
ditinjau dari aspek lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase (Ruchyat Deni
Djakapermana 2013, 1). Mengacu berdasarkan pada pengertian
reklamasi yang didefinisikan dari Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tersebut bahwa adanya aktivitas reklamasi merupakan

1
suatu instrumen pembangunan yRang mengalihkan bentang laut
menjadi daratan yang bermaksud untuk menambah manfaat
ataupun nilai tambah wilayah pesisir dengan teguh
mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan juga ekonomi
yang dimana sampai saat ini wilayah pesisir memegang
sumberdaya dan manfaat yang sangat besar untuk kehidupan
manusia.
Bersamaan dengan adanya perkembangan peradaban yang
semakin pesat, lahan-lahan baru untuk meningkatkan aktivitas
sosial ekonomi untuk masyarakat pun semakin dibutuhkan namun
lahan-lahan yang terdapat di daratan semakin sedikit. Oleh karena
adanya kondisi yang seperti ini masyarakat pun mulai
memanfaatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk
beragam kepentingan sehingga melahirkan permasalahan yang
berhubungan dengan pengadaan lahan untuk aktivitas ekonomi
dan sosial masyarakat. Untuk menjawab tekanan akan kebutuhan
lahan, mengakibatkan kegiatan reklamasi pantai sebagai salah satu
konsekuensi yang rasional untuk penyediaan lahan-lahan daratan
baru dalam aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Dari adanya kegiatan pembagunan reklamasi ini akan
mempengaruhi ikan-ikan yang berada di lautan, sehingga hal
tersebut bisa berdampak pada penurunan pendapatan para nelayan
yang sudah dipastikan menggandalkan keberlangsungan hidupnya
pada kondisi laut. Berikutnya adalah pada aspek ekologi, kondisi
ekosistem di wilayah lautan yang berlimpah akan
keberanekaragaman hayati ini sangat membantu terhadap manfaat
pantai sebagai penunjang daratan. Ekosistem di perairan pantai
2
sangatlah rentan akan perubahan sehingga apabila terjadi
perubahan baik itu secara alami ataupun rekayasa akan
mengakibatkan pada perubahan keseimbangan ekosistem. Adanya
ketidakseimbangan ekosistem perairan pantai yang terjadi dalam
waktu yang relative lama ini akan berdampak terhadap kerusakan
ekosistem wilayah pantai, sehingga keadaan ini akan
mengakibatkan kerusakan pantai (Moch. Choirul Huda 2013, 126).
Biasanya, kegiatan reklamasi ini hanya membutuhkan
material urugan yang cukup besar dan itu tidak terdapat dioleh dari
sekitaran wilayah pantai, sehingga perlu didapatkan dari wilayah
lain yang membutuhkan jasa angkutan. Pengangkutan inilah yang
berpengaruh terhadap padatnya arus lalu lintas, pengurangan
kualitas udara, berdebu serta kebisingan yang dapat mengganggu
terhadap kesehatan masyarakat. Dari setiap kegiatan pembangunan
tentunya akan terdapat dampak positif dan dampak negatif yang
ditimbulkan, begitu pula dengan adanya reklmasi ini. Dampak
positif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan reklamasi ini antara
lain yaitu terjadinya peningkatan kualitas dan nilai ekonomi
wilayah pesisir, pengurangan lahan yang diperkirakan kurang
bermanfaat, pemeliharaan pantai dari erosi, peningkatan kondisi
habitat air, serta penyerapan tenaga kerja. Selain itu, terdapat
dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan reklamasi
ini sepeti dampak fisik yang meliputi perubahan hidrooseanografi,
erosi dan sedimentasi, peningkatan kekeruhan air, peningkatan
potensi banjir dan genangan di wilayah pesisir, serta rusaknya
habitat laut dan ekosistemnya. Sedangkan dampak negatif lainnya
yaitu berdampak pada perubahan sosial ekonomi masyarakat
3
seperti kesulitannya akses public ke pantai serta berkurangnya
mata pencaharian nelayan (Moch. Choirul Huda 2013, 127).
Masyarakat pesisir menjadi resah dan juga tidak terima akan
adanya kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap kegiatan
reklamasi ini, dikarenakan munculnya penggurusan-penggurusan
tempat tinggal masayarakat di wilayah pesisir, terganggungnya
mata pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitaran wilayah
pesisir khususnya para nelayan serta terancamnya wilayah pesisir
akan rawannya bencana. Hal itulah yang berdampak merugikan
untuk masyarakat pesisir akibat dari adanya reklamasi di Jakarta,
sehingga masyarakat pesisir khususnya para nelayan harus
menanggung kesulitan dari adanya kegiatan reklamasi ini. Tidak
terpenuhinya hak-hak dasar terhadap masyarakat seperti
kebutuhan akan pangan, kesehatan, pekerjaan, pendidikan serta
sarana dan prasarana merupakan penyebab dari kemiskinan yang
dialami oleh masyarakat nelayan. Hal ini dikarenakan kurangnya
kesempatan mereka untuk berusaha, kurangnya akses terhadap
informasi, teknologi, permodalan, budaya, serta gaya hidup yang
cenderung boros yang menyebabkan posisi masyarakat nelayan
semakin miskin dan melemah. Kehidupan nelayan bisa berubah
menjadi kehidupan yang layak dan sejahtera apabila hal-hal
tersebut tidak terjadi.
Pada saat yang bersamaan, kebijakan-kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah selama ini dianggap masih kurang
berpihak terhadap masyarakat nelayan sebagai salah satu
pemegang kepentingan di wilayah pesisir. Kondisi masyarakat
pesisir khususnya masyarakat nelayan yang termasuk kelompok
4
masyarakat yang relative tertinggal secara ekonomi, sosial,
budaya, khususnya dalam hal akses pendidikan dan pelayanan
kesehatan bila dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain.
Kemiskinan, rendahnya sumber daya manusia dan juga
keterbelakangan sosial budaya pada umumnya menjadi tanda atau
ciri dari kondisi masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan
diberbagai daerah (Kusnadi 2006, 6).
Karakteristik masyarakat nelayan secara sosiologis berbeda
dengan karakteristik masyarakat petani dalam mengelola atau
memanfatkan lahan untuk mencari nafkah. Para nelayan
mengalami perubahan sumber daya yang tidak teratur, yang
dimana pada saat bersamaan hasil penangkapan menjadi
berkurang, sehingga para nelayan tersebut harus mencari lahan
penangkapan yang baru. Di Indonesia sebagian besar kondisi
nelayannya merupakan nelayan tradisional dan nelayan buruh,
yang dimana para nelayan tersebut turut menjadi penyumbang
utama nilai produksi penangkapan perikanan nasional. Namun
kendati demikian, posisi sosial para nelayan tetap kecil dan rendah
dalam proses aspek ekonomi yang timpang dan eksploitatif
sehingga meskipun para nelayan menjadi pihak sebagai produsen,
para nelayan tidaklah memperoleh bagian pendapatan yang besar.
Yang menjadi pihak paling beruntung ialah para pedagang ikan
dengan skala besar atau pedagang perantara, dan para pedagang
inilah yang sebenarnya menjadi penguasa perekonomian di
daerah-daerah nelayan. Keadaan seperti itulah yang terus terjadi
menimpa para nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana cara
untuk mengakhiri hal tersebut (Arif Satria 2015, 7).
5
Dengan adanya dorongan pertumbuhan penduduk yang
semakin pesat, semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan, serta
sulitnya proses pelepasan tanah guna untuk mendapatka lahan baru
bagi perluasan kota Jakarta, hal tersebut telah mendesak
Pemerintah DKI Jakarta untuk membuat kebijakan-kebijakan guna
mengembangkan wilayah utara Jakarta dalam peningkatan dan
pertumbuhan perekonomian masyarakatnya. Peningkatan dan
pertumbuhan ekonomi tersebut sangatlah dibutuhkan untuk
membantu keberlanjutan kota serta untuk mendorong Jakarta agar
setara dengan kota-kota besar di lingkungan dunia internasional
(Sapto Supono 2009, 7). Kebijakan pengembangan wilayah ini
ditandai dengan adanya pelaksanaan pembangunan reklamasi
wilayah Pantai Utara Jakarta sebagai program yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Kebutuhan akan lahan ini akan menambahkan
harga tanah ataupun bahkan lebih dari biaya pembangunannya.
Penghasilan yang didapat dari penjualan lahan inilah yang menjadi
sumber dana yang nantinya akan digunakan untuk membiayai
pembangunan reklamasi pantai sekaligus dalam penyelarasan dari
wilayah (A.R. Soehoed 2002, 187). Dari adanya reklamasi ini
menyebabkan penurunan akan kualitas lingkungan serta
kekecewaan untuk beberapa pihak, terutama pada para nelayan
yang tersebar di wilayah Jakarta Utara. Para nelayan harus
mengeluarkan anggaran yang lebih besar saat melakukan kegiatan
penangkapan ikan di perairan Jakarta. Selain itu wilayah
penangkapan ikan untuk para nelayan juga semakin berkurang. Hal
ini disebabkan oleh pembangunan reklamasi yang merusak para
biota dibawah laut sehingga berdampak pada kehidupan ikan-ikan
6
serta kerang yang berada di wilayah perairan, itu berarti kegiatan
reklamasi mengakibatkan dampak yang negatif bagi para nelayan
serta masyarakat yang berada disekitar wilayah pantai utara Jakarta
dalam menafkahi kebutuhan sehari-hari yang kemudian pada hal
inilah para nelayan dan masyarakat yang bermukim disekitar
wilayah pesisir yang menjadi korban dari adanya reklamasi ini.
Reklamasi pantai di wilayah pesisir teluk Jakarta lebih
tepatnya di wilayah Kalibaru, Jakarta Utara ini berjalan hanya
sampai tahun 2017, hal ini dikarenakan telah menyebabkan
dampak negatif langsung terhadap para nelayan yang wilayah mata
pencahariannya di pesisir Kalibaru. Para nelayan dan pembudidaya
ini memiliki peranan yang penting dan menjadi harapan dalam
membantu kedaulatan pangan nasional. Walaupun peranannya
dalam perekonomian negara yang cukup besar, namun masih
banyak nelayan di Indonesia yang juga menyumbang sebagian
angka dalam kemiskinan nasional, hal ini dikarenakan sebagian
besar hidup mereka berada di ambang batas garis kemiskinan. Hal
inilah yang menjadi miris mendengar sebagaimana nelayan kita
miskin. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di
bawah garis nilai standart kebutuhan minimum, baik untuk
makanan dan non-makanan, yang disebut garis kemiskinan
(poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap
individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2.100
kilo kalori per orang per hari, dan kebutuhan non-makanan yang
terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan,
transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. (BPS 2019, 3).
7
Tidak ada dampak baik yang dapat dinikmati oleh para
nelayan dari adanya kegiatan reklamasi ini. meskipun Indonesia
terkenal sebagai negara maritime yang kaya akan hasil lautan,
terjadinya reklamasi ini menyebabkan tanaman mangroves
menjadi rusak dan membuat ikan-ikan tidak dapat berkembang
biak dengan baik yang dimana hal itu jelas akan mengakibatkan
pada penurunan hasil tangkapan ikan nelayan dan tentunya
pendapatan nelayan pun akan semakin turun. Dengan pendapatan
yang semakin menurun itu mereka harus membeli bahan bakar
dengan harga yang tinggi, selain itu dari adanya pembangunan
reklamasi ini tentunya akan menyebabkan pemukiman nelayan
tradisional menjadi tergusur. Penggusuran yang dilakukan ini
dikarenakan daerah komersil yang akan dibangunan mensyaratkan
bahwa pantai disekitarnya harus bersih dari berbagai aktivitas
penangkapan ikan milik nelayan.
Masyarakat nelayan Kalibaru merupakan salah satu
masyarakat nelayan yang mengalami dinamika dampak sosial dan
ekonomi seperti penggusuran rumah dan penurunan pendapatan
sebagai akibat dari adanya reklamasi pembangunan reklamasi di
pesisir Jakarta. Yang dimana adanya reklamasi ini melindungi
aktivitas para nelayan yang mendasar di pinggir muara Cakung
Drain, tetapi disisi lain adanya reklamasi ini telah menghilangkan
fishing ground para nelayan tradisional dan masyarakat yang
tinggal disekitaran wilayah pesisir Kalibaru sehingga mereka tidak
dapat lagi membudidayakan kerang hijau.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
dengan melakukan penelitian mengenai dampak reklamasi
8
terhadap sosial ekonomi nelayan pesisir di Kalibaru, Cilincing,
Jakarta Utara. Dengan demikian, maka penelitian ini diberi judul
“Analisis Dampak Reklamasi Terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi Nelayan Pesisir di Kalibaru Cilincing Jakarta
Utara”.

B. Pembatasan Masalah
Dikarenakan adanya keterbatasan dalam waktu maupun
wilayah pada penelitian serta agar penelitian yang disusun tidak
keluar dari jalur yang dibahas, maka peneliti membatasi
permasalahan pada penelitian. Pembatasan masalah yang
dilakukan peneliti yaitu mengenai pembahasan dampak reklamasi
yang terjadi terhadap kehidupan sosial ekonomi dan dialami oleh
nelayan pesisir Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. Batasan-batasan
inilah yang menjadi pedoman peneliti pada proses penelitian
sehingga berjalan sesuai dengan alur semestinya.

C. Rumusan Masalah
Dari adanya pembangunan reklamasi menyebabkan
munculnya dampak permasalahan untuk para nelayan, yang berupa
dampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
nelayan. Dampak untuk pendapatan nelayan mulai menurun
terhadap penangkapan ikan dan mengalami penurunan pasokan
ikan setiap melaut. Nelayan mengeluhkan dengan adanya limbah
dari hasil pembangunan reklamasi dan tercemarnya air laut yang
dapat mengurangi penangkapan terhadap ikan, dikarenakan

9
banyak ikan mati sehingga nelayan harus melaut lebih jauh lagi
dari daratan.
Berdasarkan dari pemaparan latar belakang dan juga
pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana dampak
reklamasi terhadap kehidupan sosial ekonomi nelayan pesisir di
Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara?”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan
diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran serta menganalisis dampak terhadap
kehidupan sosial-ekonomi nelayan Kalibaru dari adanya
kegiatan pembangunan reklamasi ini.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa
Kesejahteraan Sosial tentang dampak reklamasi terhadap
nelayan pesisir di Kalibaru, Jakarta Utara. Serta dapat
dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan
bagi pengembangan ilmu Kesejahteraan Sosial.
b) Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan
kepada berbagai pihak terkait dengan isu reklamasi, baik
pihak pemerintah maupun swasta tentang dampak
10
reklamasi terhadap nelayan pesisir di Kalibaru, Jakarta
Utara. Serta dapat berkonstribusi dalam memberikan
gambaran dari dampak reklamasi terhadap nelayan pesisir
di Kalibaru, Jakarta Utara sehingga bisa menjadi bahan
rujukan dalam pembangunan nasional.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu


Tinjauan kajian terdahulu adalah acuan yang digunakan untuk
membantu dan mengetahui perbedaan antara penelitian ini dan
penelitian terdahulu, selain itu agar terhindar dari kesamaan judul
dan lain-lain. Setelah melakukan tinjauan kajian terdahulu, maka
peneliti menemukan kajian yang berhubungan dengan reklamasi.
Berikut adalah penelitian yang mempunyai fokus yang tidak jauh
berbeda dengan fokus penelitian yang diambil oleh peneliti,
diantaranya:

1. “Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap


Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan
Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara
Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara)”, disusun oleh Ibnu
Mustaqim, jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015. Hasil dari penelitian tersebut
adalah reklamasi pantai memberikan dampak pada pola
kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang
perairan masyarakat sebelum direklamasi. Perubahan yang
terjadi harus menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola

11
ruang kawasan, selanjutnya berimplikasi pada perubahan
ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman
usaha baru yang ditawarkan. Pembangunan pelabuhan Muara
Angke telah menambah keragaman jenis mata pencaharian
lain diluar perikanan (non perikanan). Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan diteliti adalah satu fokus tema
pembahasan yaitu tentang dampak reklamasi. Yang menjadi
pembeda adalah dari segi pembahasan yang mana dalam
penelitian ini penulis membahas tentang dampak reklamasi
terhadap sosial ekonomi nelayan pesisir Kalibaru, sedangkan
penelitian terdahulu membahas tentang perubahan sosial-
ekonomi yang terjadi pada masyarakat perkampungan nelayan
Muara Angke akibat pembangunan reklamasi di sekitar
pelabuhan Muara Angke. Metode yang dipergunakan pun
berbeda, pada penelitian terdahulu menggunakan metode
kuantitatif deskriptif. Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan metode gabungan atau mix method.

2. “Evaluasi Dampak Kebijakan Reklamasi Pantai di Teluk


Lampung (Studi Dampak Sosial-Ekonomi Nelayan
Kelurahan Sukaraja Pada Kasus Reklamasi Pantai Di
Kelurahan Bumi Waras, Kecamatan Bumi Waras, Kota
Bandar Lampung)”, disusun oleh Fitri Wahyuni, jurusan
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Lampung tahun 2017. Hasil dari penelitian
ini adalah perubahan kondisi laut yang semakin sempit dan
rusaknya ekosistem laut menyebabkan nelayan menjadi
kesulitan mencari ikan dan menyebabkan hasil tangkapan ikan
12
dan pendapatan nelayan menjadi menurun. Perubahan kondisi
perekonomian nelayan yang menurun secara langsung juga
mempengaruhi kondisi pendidikan anak nelayan. Pendapatan
nelayan dari hasil tangkapan yang menurun, membuat nelayan
menjadi tidak mampu membiayai pendidikan anaknya.
Kebijakan reklamasi pantai juga menyebabkan dampak yang
menganggu kesehatan, seperti debu, kebisingan,
menumpuknya sampah dipinggir pantai, air menjadi keruh dan
banjir yang menimbulkan penyakit diantaranya, gatal, demam,
muntaber dan lain-lain. Selain akibat menurunnya pendapatan
nelayan juga berpengaruh pada pemenuhan gizi dari keluarga
nelayan itu yang tidak tercukupi dengan baik. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti yaitu adalah
fokus tema pembahasan yaitu tentang dampak sosial ekonomi
nelayan dari adanya reklamasi. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan diteliti adalah pada penelitian
yang telah dilakukan membahas tentang evaluasi dampak dari
kebijakan reklamasi ini, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan adalah menggambarkan tentang dampak reklamasi
terhadap sosial-ekonomi nelayan pesisir.

3. “Analisis Kebijakan Penghentian Reklamasi di Pesisir


Teluk Lampung”, disusun oleh Hesti Seftia Wulandari,
jurusan Ilmu Pemerintah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Lampung tahun 2017. Hasil dari penelitian
ini adalah kebijakan reklamasi pantai di Pesisir Teluk
Lampung mengalami penolakan dari masyarakat sekitar
pantai. Masyarakat sekitar pantai menolak dengan kebijakan
13
reklamasi tersebut karena bagi mereka kebijakan reklamasi
pantai tersebut berdampak negatif langsung bagi masyarakat
yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Bukan hanya
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan saja
namun masyarakat sekitar pantai juga merasa terganggu
karena banyaknya debu yang mengganggu pernafasan mereka
dampak dari pengkerjaan reklamasi pantai di Pesisir Teluk
Lampung. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan diteliti yaitu adalah menggambarkan dampak yang
timbulkan dari adanya kebijakan reklamasi ini. Yang menjadi
pembeda adalah dari segi pembahasan yang mana dalam
penelitian ini penulis membahas tentang dampak reklamasi
terhadap sosial ekonomi nelayan pesisir Kalibaru, sedangkan
penelitian terdahulu membahas mengenai kebijakan
penghentian reklamasi di Teluk Lampung dan faktor faktor
yang mempengaruhi kebijakan penghentian reklamasi di
Teluk Lampung.

4. “Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Atas


Penghentian Proyek Reklamasi Pantai Utara”, disusun
oleh Mohammad Rifqi Aziz, jurusan Hukum Tata Negara,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2019. Hasil dari penelitian ini
adalah bentuk implementasi dalam kebijakan penghentian
proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta adalah dengan
dicabutnya 13 izin pelaksanaan pulau reklamasi Teluk Jakarta
dari total 17 pulau yang rencananya akan dibangun, bukan
menghentikan pembangunan reklamasi dan membongkar
14
pulau-pulau yang sudah dibangun. Untuk pulau-pulau yang
terlanjur dibangun, Pemprov DKI Jakarta tidak akan
membongkarnya dan tidak mencabut izin pembangunannya.
Implikasi atas kebijakan tersebut, Pemprov DKI menerbitkan
Peraturan Gubernur berupa pembentukan Badan Koordinasi
dan Pengelolaan Pantura, kemudian mencabut Raperda
RZWP3K dan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai
Utara yang rencananya akan dibahas oleh DPRD. Atas
kebijakan tersebut, 4 pengembang yang dicabut izinnya
merasa tidak puas dan mengajukan gugatan ke PTUN
(Pengadilan Tata Usaha Negara) Jakarta. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah tema
pembahasan yaitu tentang kebijakan reklamasi yang dilakukan
oleh Pemprov DKI Jakarta. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan diteliti adalah penelitian yang
telah dilakukan membahas tentang landasan hukum serta
implementasi dan implikasi dari langkah Pemprov DKI dalam
melanjutkan pembangunan 4 pulau reklamasi yang tidak
dicabut izinnya, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
adalah menjelaskan dampak reklamasi terhadap sosial-
ekonomi nelayan pesisir.

15
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Dampak
Dampak menurut Soemarwoto adalah suatu perubahan yang
terjadi akibat dari adanya suatu aktivitas yang dilakukan, dampak
tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Tetapi dalam
pendapatnya, di negara maju lebih banyak orang yang hanya
mempertahankan dampak negatif dibandingkan dengan dampak
positifnya, bahkan pada umumnya masih banyak sekali orang yang
mengabaikan dampak positifnya. Lebih lanjut, Soemarwoto
berpendapat bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam penentuan apakah dampat tersebut positif atau negatif.
Dampak positif ialah akibat atau pengaruh yang menguntungkan
yang didapatkan dari berbagai peristiwa yang terjadi, sedangkan
dampak negatif ialah akibat atau pengaruh yang merugikan atau
memperburuk keadaan dari berbagai peristiwa yang terjadi. Salah
satu faktor dalam penentuannya tersebut adalah apakah ada
seseorang yang merasa dirugikan atau diuntungkan dari adanya
suatu pembangunan proyek tertentu (Suratmo 2004, 174).
Dampak juga merupakan hasil dari intervensi program pada
kelompok sasaran (hasil yang diharapkan atau tidak diharapkan)
dan sejauh mana hasil tersebut kemungkinan akan memicu pola
perilaku dalam kelompok sasaran (dampak). Selain itu, dampak
juga dapat diartikan sebagai hasil intervensi program pada
kelompok sasaran, terlepas dari apa yang diharapkan atau tidak,

16
dan apakah hasilnya cenderung memicu perilaku baru pada
kelompok sasaran. Irawan mendefinisikan dampak merupakan
suatu perubahan baik kondisi fisik maupun kondisi sosial sebagai
akibat hasil dari adanya suatu kebijakan. Akibat yang ditimbulkan
oleh intervensi program terhadap kelompok sasaran baik itu yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan oleh mereka, serta
apakah akibat dari intervensi tersebut dapat menimbulkan suatu
pola perilaku hidup yang baru atau tidak terhadap kelompok
sasaran (Ratna Sari Octavia 2015, 29).
Dampak secara sederhana dapat diartikan sebagai hasil atau
efek. Dalam setiap keputusan yang dibuat oleh atasan biasanya
memiliki dampak tersendiri, baik dampak positif maupun negatif.
Dampak juga dapat menjadi proses lanjutan dari penerapan
pengendalian internal. Dampak merupakan tujuan lanjutan yang
timbul sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan. Setiap
tindakan menimbulkan akibat atau dampak dalam masyarakat
daripad target yang diperhitungkan dalam suatu kebijakan. Sesuai
dengan ciri kebijakan yang dapat bersifat positif maupun negatif,
dampak yang timbul juga ada yang bersifat positif dan ada yang
bersifat negatif yang diharapkan terjadi dari suatu tindakan
kebijakan.
1) Definisi Dampak Positif
Dampak adalah dorongan untuk membujuk, memastikan,
mempengaruhi atau mengesankan orang lain, tujuannya
adalah untuk membuat orang lain mengikuti atau mendukung
keinginannya. Dari segi ideologis harus afirmatif, tegas dan
benar terutama memperhatikan hal-hal yang baik. Bersikap

17
positif adalah semacam suasana spiritual, yang
mengutamakan aktivitas kreatif daripada aktivitas
membosankan, kegembiraan diutamakan daripada kesedihan,
dan optimisme diutamakan daripada pesimisme.
Menjadi positif adalah kondisi mental seseorang, ketika
sesuatu terjadi, dia akan mempertahankan kondisi tersebut
melalui upaya sadar, bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya
tidak membelokkan fokus mental seseorang pada yang
negatif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan dampak positif adalah keinginan untuk
membujuk, memastikan dan mempengaruhi atau
mengesankan orang lain agar mereka mengikuti atau
mendukung keinginan baiknya.
2) Definisi Dampak Negatif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, dampak negatif
merupakan pengaruh yang kuat dengan akibat negatif.
Dampak adalah dorongan untuk membujuk, memastikan,
mempengaruhi atau mengesankan orang lain, tujuannya
adalah untuk membuat orang lain mengikuti atau mendukung
keinginannya. Menurut beberapa penelitian ilmiah,
disimpulkan bahwa dampak negatif adalah pengaruh buruk
yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pengaruh negatif adalah keinginan untuk membujuk,
memastikan, mempengaruhi atau mengesankan orang lain,
dan tujuannya adalah untuk membuat orang lain mengikuti

18
atau mendukung keinginan buruknya sendiri dan
menghasilkan akibat tertentu.

Dampak sosial ekonomi dari suatu proyek pembangunan,


terutama di negara berkembang, dapat ditemukan dalam
komponen-komponen berikut yang diidentifikasi sebagai indikator
sosio-ekonomi antara lain: 1) menyerap tenaga kerja 2)
mengembangkan struktur ekonomi, yaitu kegiatan ekonomi lain
yang timbul dari proyek, seperti pertokoan, warung, restoran,
transportasi dan lain-lain, 3) meningkatkan pendapatan
masyarakat, 4) kesehatan masyarakat. 5) Opini publik. 6)
Pertumbuhan populasi, dll. Menurut Scott dan Mitchell, dampak
adalah transaksi sosial di mana seseorang atau sekelompok orang
digerakkan oleh seseorang atau sekelompok orang-orang lain
untuk melaksanakan kegiatan sesuai harapan. Rossi dan Freeman
dalam Parson (2008) berpendapat mengenai kriteria untuk memilih
dalam untuk dijadikan sebagai fokus analisis yaitu :
a) Peluang terjadinya dampak
b) Jumlah atau banyaknya orang yang kemungkinan akan
terkena dampak
c) Keuntungan dan kerugikan yang ditanggung oleh subyek
dampak
d) Ketersediaan data untuk dilakukan analisis
e) Kegunaan terhadap kebijakan
f) Perhatian public terhadap dampak kebijakan tersebut

19
Kebijakan sendiri kerap dijadikan sebagai suatu ketentuan
yang perlu mempertimbangkan banyak aspek didalamnya, oleh
karena itu kebijakan yang dilakukan oleh suatu negara tentu telah
melalui fase pertimbangan yang cukup lama. Setiap kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti akan berdampak baik
positif yaitu efek yang diharapkan membawa perubahan dan
manfaat yang berguna untuk kepentingan kebijakan serta dampak
negatif yang tidak diharapkan. Dampak itu sendiri berarti efek
yang dihasilkan dari suatu program yang terjadi di masyarakat.
Dampak kebijakan sendiri mempunyai beberapa macam dimensi,
yang dimana dimensi-dimensi ini perlu dipertimbangkan dalam
melaksanakan kebijakan atau kebijaksanaan negara. Anderson
berpendapat mengenai dimensi dampak kebijakan negara, yaitu :

a) Dampak kebijakan yang diharapkan atau tidak diharapkan


baik pada permasalahan kebijakan maupun pada
masyarakat.
b) Limbah kebijakan terhadap situasi ataupun kelompok
yang bukan merupakan sasaran atau tujuan utama dari
kebijakan tersebut, dan ini dapat berupa positif maupun
negatif.
c) Dampak kebijakan tersebut dapat terjadi ataupun
berpengaruh pada kondisi saat ini atau kondisi yang akan
dating.
d) Dampak kebijakan terhadap “biaya” langsung, atau
menghitung “biaya” langsung dari setiap pelaksanaan
program kebijakan.

20
e) Dampak kebijakan terhadap “biaya” tidak langsung
seperti yang dialami oleh masyarakat. Karena, seringkali
biaya seperti ini jarang diperhitungkan dan hal ini
disebabkan karena sulitnya biaya tersebut diukur.

Dari penjelasan di atas, dampak merupakan akibat dari


pelaksanaan kebijakan atau program, terlihat dari perubahan yang
terjadi setelah program atau perubahan kebijakan, perubahan fisik,
perubahan ekonomi dan perubahan sosial.
1. Dampak Sosial
Definisi dampak sosial menurut Sudharto ialah suatu
perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat yang
dihasilkan dari aktivitas suatu pembangunan. Sedangkan
dampak sosial menurut Soekanto ialah akibat dari masalah
sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Lebih lanjut, dampak
sosial lahir apabila terdapat aktivitas seperti proyek, program
ataupun kebijakan yang diterapkan pada suatu masyarakat.
Aktivitas ini lah yang akan mempengaruhi keseimbangan
dalam suatu system masyarakat dan dapat bersifat positif
maupun negatif (Isna & Ricka 2016, 155).
Dampak sosial adalah hasil dari tindakan individu,
kelompok, masyarakat dari berbagai konsekuensi, sosial dan
budaya hingga kelompok, yang mengubah perilaku
masyarakat dengan cara bagaimana hidup harus dijalani,
bekerja keras, bermain dengan teman sebaya, berinteraksi,
mencoba untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan
berusaha untuk menjadi kelompok anggota masyarakat yang

21
memadai dan sesuai. Konsekuensi budaya melibatkan
perubahan nilai, norma, dan kepercayaan merasionalisasi dan
membimbing akal sehat publik. Dampak sosial ini merupakan
konsekuensi sosial yang timbul dari adanya suatu kegiatan
atau aktivitas pembangunan, baik itu berupa penerapan suatu
kebijakan maupun program. Menurut Surto Haryono dampak
sosial dibagi menjadi dua, yaitu dampak primer dan dampak
sekunder. Dampak primer ialah dampak yang dapat langsung
dirasakan akibat suatu kegiatan, sedangkan dampak sekunder
ialah dampak yang tidak dapat langsung dirasakan dari adanya
suatu kegiatan (Dwifany 2019, 5).
Burdge (1998) mengajukan beberapa variabel analisis
dampak sosial sebagai berikut:
1) Dampak populasi, yang dapat dinilai dari perubahan
populasi, arus keluar tenaga kerja, peningkatan dan
penurunan populasi musiman, relokasi individu dan
keluarga, perbedaan usia, jenis kelamin, dan ras.
komposisi etnis.
2) Dampak terhadap komposisi masyarakat yang
terlihat dari sikap masyarakat yang terkena dampak
terhadap rencana pembangunan, munculnya
kelompok kepentingan yang memposisikan diri
untuk mendukung atau menolak rencana
pembangunan, perubahan jumlah dan struktur
wilayah. pemerintahan, adanya perencanaan dan
penempatan kawasan dalam rencana pembangunan,
diversifikasi industri, peningkatan kesenjangan

22
ekonomi, ketidakadilan terhadap kelompok
minoritas, dan perubahan kesempatan kerja.
3) Dampak konflik dapat dilihat dari keberadaan
lembaga luar, munculnya kelas sosial baru,
perubahan fokus komersial/industri di masyarakat,
dan kehadiran penduduk musiman di akhir pekan.
4) Dampak individu dan keluarga dapat dilihat dari
terganggunya perubahan pola kehidupan sehari-hari,
perbedaan praktik keagamaan, perubahan struktur
keluarga, perubahan struktur jaringan sosial, persepsi
kesehatan dan keselamatan, serta perubahan peluang
rekreasi.
5) Dampak terhadap kebutuhan infrastruktur
masyarakat dilihat dari kebutuhan infrastruktur
masyarakat itu sendiri yang berubah, pembebasan
lahan, dan pengaruhnya terhadap budaya, sejarah,
dan arkeologi (Putri 2018, 177).

2. Dampak Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari kata Yunani: Oikos dan
Nomos. Oikos artinya keluarga, sedangkan Nomos artinya
aturan, aturan atau manajemen. Oleh karena itu, secara
sederhana, ekonomi dapat diartikan sebagai aturan, regulasi
atau cara pengelolaan rumah tangga. Definisi yang lebih
populer, biasanya digunakan untuk menggambarkan ilmu
ekonomi. Ini adalah cabang ilmu sosial yang mengkhususkan
diri pada perilaku manusia atau sekelompok orang untuk

23
memenuhi kebutuhan mereka yang relatif terbatas dengan cara
yang terbatas (Deliarnov 2003, 23).
Sedangkan dampak ekonomi berdasarkan penjelasan dari
Cohen ialah dampak yang terdiri dampak terhadap
pendapatan, dampak terhadap aktivitas ekonomi, dan dampak
terhadap pengeluaran. Ini lebih memperjelas bahwa dampak
ekonomi ialah yang dijelaskan sebagai akibat dari suatu
adanya perubahan yang terjadi di lingkungan (Dwifany 2019,
5).
Dampak ekonomi bisa positif atau negatif. Dampak
positif dari dampak ekonomi bisa langsung. Selain dampak
positif langsung, juga akan ada dampak lain seperti dampak
tidak langsung. Dampak tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lokal dari pengeluaran dinas bisnis, dan pengeluaran
tersebut akan langsung terpengaruh dan diinduksi. Dampak
lanjutan ini dapat dijelaskan sebagai kelanjutan aktivitas
ekonomi lokal dari pendapatan tambahan dari masyarakat
lokal. Weber dalam teorinya juga berpendapat bahwa kegiatan
ekonomi dapat dilihat sebagai kegiatan sosial selama kegiatan
tersebut masih memperhatikan perilaku orang lain (Heriyanto
2012, 3). Secara umum, kebutuhan pokok hidup manusia
dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian berdasarkan
tingkat kepentingannya, yaitu:
1) Kebutuhan Primer
Yaitu kebutuhan paling pertama yang harus dipenuhi
oleh manusia agar dapat hidup. Jenis kebutuhan ini sama

24
bagi setiap manusia di manapun. Contohnya antara lain:
makanan, minuman, sandang, dan tempat tinggal.
2) Kebutuhan Sekunder
Yaitu kebutuhan yang baru akan dipenuhi setelah
kebutuhan primer terpenuhi. Kebutuhan ini bisa berbeda
antara satu orang dengan orang lainnya, namun bisa juga
sama. Jenis barangnya beraneka ragam. Contohnya antara
lain: meja, kursi, pealatan elektronik, dan lain-lain.
3) Kebutuhan Tersier
Yaitu kebutuhan yang tingkat pemenuhannya setelah
promer dan sekunder terpenuhi. Tingkat manfaat dan
kepentingannya untuk hidup manusia sudah lebih rendah
bila dibandingkan kebutuhan primer dan sekunder.
Makanya tidak semua manusia mau dan mampu
memenuhi kebutuhan hidup ini, biasanya hanya bagi
mereka yang berpenghasilan tinggi. Sebagian besar jenis
barang ditingkat kebutuhan ini berbentuk barang mewah
dan berharga mahal, kadang juga dibeli untuk digunakan
sebagai investasi, seperti mobil, permata, perhiasan,
lukisan, dan lain-lain.

3. Dampak Ekologi
Ekologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Oikos yang
berarti rumah atau tempat untuk hidup atau lingkungan biotik
(manusia, hewan, tumbuhan dan jasad renik) dan lingkungan
abiotic (salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, dan lain
sebagainya). Dan Logos yang berarti ilmu pengetahuan. Ernes

25
Haeckel dalam Ardhana (2012) mendefinisikan ekologi
sebagai suatu keseluruhan pengetahuan yang berkaitan dengan
hubungan antara organisme dengan lingkungannya yang
bersifat organic dan anorganik. Sedangkan menurut Nybakken
ekologi adalah sebagai ilmu yang membicarakan spectrum
hubungan timbal balik antara organisme dan lingkungannya
serta antara kelompok-kelompok organisme (Husain 2019, 7).
Ekologi adalah studi tentang interaksi antara organisme
dan lingkungannya dan orang lain. Pembahasan ekologi tidak
lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
meliputi suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri
dari manusia, hewan, tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga
erat kaitannya dengan tingkatan organisasi makhluk hidup
yaitu populasi, komunitas dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan. Dampak ekologi menurut Sugono
adalah dampak yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan
demikian, dampak ekologis adalah pengaruh penggunaan
bahasa terhadap ekologi / ekosistem, baik positif (pertahanan)
maupun negatif (merusak) (Mantiri dkk 2018, 151).
Menurut Darsono (1992), lingkungan adalah segala benda
atau keadaan yang melibatkan manusia beserta aktivitasnya
yang berada di dalam ruangan di luar ruangan manusia.
Lingkungan dibedakan menjadi dua macam, yaitu lingkungan
biotik dan abiotik, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

26
1) Komponen biotik (komponen organisme hidup)
seperti hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
2) Komponen abiotik (komponen benda mati) seperti
air, udara, tanah dan energi.

Dampak lingkungan merupakan akibat dari perubahan


kondisi lingkungan dalam suatu masyarakat. Lingkungan
adalah kondisi yang mempengaruhi pembangunan dan
perilaku makhluk hidup. Kondisi lingkungan yang baik juga
akan berpengaruh baik pada kehidupan sehari-hari.

Masalah ekologi secara langsung mempengaruhi


kehidupan masyarakat. Media massa telah terbuka
pengetahuan publik tentang dampak pencemaran lingkungan
pada ruang publik. Pada dasarnya masalah pencemaran ini
dapat berdampak luas karena dapat terjadi di berbagai
lingkungan fisik kehidupan manusia. Menurut penelitian
Luoma dan Carter (1991), respon ekologi yang biasanya
disebabkan oleh pencemaran dan gangguan lainnya adalah
penurunan jumlah taksa, kelimpahan, dan perubahan
komposisi taksa dari taksa sensitif menjadi toleran. Dalam
kaitan ini Soetomo membedakan berbagai bentuk pencemaran
antara lain:

1) Pencemaran udara yang dapat berasal dari asap


mobil, asap pabrik, asap pembakaran oli, asap
pembakaran limbah;

27
2) Pencemaran air dari pembuangan limbah industri ke
sungai, danau, laut atau limbah berbagai jenis
pestisida dan pupuk yang digunakan petani;
3) Pencemaran kimiawi berupa produksi bahan sintetis
yang digunakan sebagai deterjen, pupuk, pestisida,
plastik, pakaian;
4) Sampah padat berupa sampah dari individu atau
kegiatan usaha tertentu;
5) Pencemaran panas berupa peningkatan suhu air dan
panas atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia.

Pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air dan


tanah, merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kegiatan
pembangunan. Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan
pembangunan akan berdampak negatif terhadap kesehatan,
kenikmatan hidup, perubahan iklim, keindahan alam, serta
keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Masalah
pencemaran dan kelestarian lingkungan juga menjadi masalah
dalam lingkup nasional. Keberhasilan pelaksanaan
pembangunan tentunya memiliki lima permasalahan
pengolahan lingkungan di Indonesia, yaitu kebijakan,
peraturan perundang-undangan, kelembagaan, dukungan data
dan informasi lingkungan serta teknologi pengelolaan
lingkungan, dan peran serta masyarakat. Pembangunan
berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang dilakukan
secara berkelanjutan dengan cara dengan mengoptimalkan
manfaat sumber daya alam di satu sisi dan sumber daya

28
manusia di sisi lain. Pelaksanaan pembangunan bisa dilakukan
dengan menyelaraskan aktivitas manusia dengan kemampuan
sumber daya alam yang tersedia tanpa menimbulkan
kerusakan lingkungan alam, baik secara geografis maupun
demokografis. Menurut penelitian Hemminga dan Duarte
(2000) dan Hogarth (2007), faktor lingkungan seperti suhu,
salinitas, arus laut, pasang surut, karakteristik sedimen dan
kedalaman kolom air mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap struktur komunitas, pertumbuhan, morfologi dan
sebaran. pola lamun dan lautan. Hewan berinteraksi
dengannya secara langsung atau tidak langsung.

Di antara efek ekologi negatif pada pantai atau laut


terhadap lingkungan meliputi pengaruh fisik seperti
perubahan hidrooseanografi, erosi pantai, sedimentasi,
peningkatan kekeruhan, pencemaran laut, perubahan muka air
tanah, peningkatan potensi banjir dan genangan di wilayah
pesisir. Sedangkan dampak biologis meliputi rusaknya
ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, muara,
dan penurunan keanekaragaman hayati. Kawasan pesisir yang
semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang
atau berkurang seiring dengan pemanfaatannya untuk kegiatan
swasta atau kebijakan pemerintah. Keanekaragaman biota
laut, baik flora maupun fauna, juga akan berkurang dan
ekosistem yang ada akan terpengaruh. Sistem hidrologi
gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari
alam. Perubahan aliran air akan mengakibatkan daerah di luar

29
pantai atau laut di mana banyak air akan mengalir, yang dapat
menyebabkan abrasi, erosi atau banjir atau pasang surut
(Husain 2019, 8).

B. Reklamasi
1. Pengertian dan Sejarah Reklamasi Wilayah Pesisir
Pengertian reklamasi berdasarkan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 ialah sebagai kegiatan dilakukan dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari
sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase (Direktorat Jasa
Kelautan 2019, 3). Berdasarkan pada pasal 34 UU Nomor 27
Tahun 2007 dan penjelasannya pada Peraturan Presiden
Nomor 122 Tahun 2012 telah disampaikan bahwa
pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan:
1) Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
2) Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir
dan pulau-pulau kecil.
3) Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan
penimbunan material.

Serupa dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007,


pengertian reklamasi pantai berdasarkan pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 40/PRT/M/2007 tentang

30
Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
pasal 1 bahwa reklamasi pantai adalah kegiatan di tepi pantai
yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkaan
manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan,
atau drainase dan kawasan reklamasi pantai adalah kawasan
hasil perluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis
untuk pengembangan kawasan baru (Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, 2007).
Mengacu dari penjelasan tersebut maka aktivitas
reklamasi merupakan sarana pembangunan yang mengubah
bentang laut menjadi darat yang bertujuan untuk menambah
manfaat atau nilai tambah wilayah pesisir dengan tetap
mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.
Sebagai salah satu usaha pembangunan dalam pendayagunaan
dan pengelolaan wilayah pesisir, reklamasi pantai menjadi
penanggulangan atau penyelesaian pada pilihan pemerintah
untuk membangun wilayar pesisir sehingga terwujudlah
kebijakan pembangunan reklamasi pantai ini.
Biasanya reklamasi pantai dilakukan bagi kota-kota besar
ataupun Negara yang laju keperluan dan perkembangan
lahannya semakin demikian meningkat dengan cepat, namun
mendapati kendala dengan semakin sedikit dan terbatasnya
lahan yang terdapat di daratan. Dengan keadaan yang
demikian seperti itu, banyak kota-kota yang melaksanakan
pembangunan reklamasi sebagai salah satu pilihan untuk
memenuhi kebutuhan akan lahan.

31
Pada tahun 1980 Pemerintah Kotamadya Ambon
melaksanakan reklamasi di Pantai Merdika. Pada saat yang
bersamaan juga tercatat proyek reklamasi di pantai utara
dilaksanakan pada kawasan Ancol dan Pluit. Pada awal tahun
1990-an juga telah dilaksanakan reklamasi di kawasan yang
kemudian dikenal dengan nama Pantai Indah Kapuk.
Perencanaan dan pelaksaan reklamasi tersebut relatif kecil dan
bersifat lokal, hingga untuk pertama kali pemerintah
menginisiasi pelaksanaan reklamasi Pantai Utara Jakarta pada
tahun 1995 yang dituangkan melalui Keputusan Presiden
Nomor 52 Tahun 1995 sebagai salah satu yang terbesar di
Indonesia. Reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
untuk pertama kali diatur dengan Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. Pengaturan reklamasi sebelum 2007 hanya
terbatas pada lingkup kegiatan tertentu seperti reklamasi di
Pantai Utara Jakarta yang diatur melalui Keputusan Presiden
Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta
dan Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang
Reklamasi Pantai Kapuknaga Tangerang (Direktorat Jasa
Kelautan 2019, 4-5).

2. Tujuan Reklamasi
Tujuan utama dari adanya pembangunan reklamasi ini
adalah untuk menciptakan wilayah perairan yang rusak dan
tidak berfungsi menjadi suatu wilayah baru yang lebih
bermanfaat dan jauh lebih baik. Dari terciptanya wilayah yang

32
baru tersebut, biasanya difungsikan dan dimanfaatkan untuk
wilayah pemukiman, perindustrian, pertanian, bisnis, dan juga
sebagai objek wisata. Selain itu untuk menekan laju
perkembangan dan pertumbuhan, yang dimana tempat atau
wilayah baru tersebut akan dibuat pemukiman yang bisa
memuat banyak penduduk (Ruchyat Deni Djakapermana
2013, 1).
Reklamasi pantai dalam perencanaan kota merupakan
salah satu strategi perluasan kota. Reklamasi diberikan kepada
negara atau kota-kota besar yang laju keperluan dan
perkembangan akan lahan semakin demikian meningkat
dengan cepat namun terdapat masalah dengan semakin sedikit
dan terbatasnya lahan yang tersedia di daratan. Karena
keadaan tersebut, perluasan kota ke arah daratan sudah
semakin terbatas dan tidak memungkinkan lagi sehingga
dibutuhkan daratan yang baru khususnya untuk wilayah kota
Jakarta.
Pembangunan kebijakan reklamasi dilaksanakan oleh
suatu daulat atau pewenang yang memegang laju
pertumbuhan tinggi dan kebutuhan lahan yang semakin
melonjak dengan pesat. Namun, mendapati kendala akan
keterbatasan dan ketersediaan ruang dan lahan untuk
membantu laju pertumbuhan yang ada sehingga dibutuhkan
untuk menumbuhkan suatu wilayah daratan yang baru.
Dalam perencanaan penyediaan lahan baru sebagai salah
satu alternatif dalam perluasan dan pengembangan kota,
reklamasi pantai memberikan manfaat dan mampu membantu

33
dalam perwujudan penanggulangan lahan baru. Namun,
kerugian dari adanya pembangunan kegiatan kebijakan
reklamasi ini lebih besar bila dibandingkan dengan
keuntungan dan manfaat yang diperoleh. Reklamasi pantai
merupakan salah satu bentuk intervensi manusia terhadap
keselarasan lingkungan alamiah yang selalu dalam keadaan
yang dinamis sama. Sehingga perubahan inilah yang akan
membuat perubahan terhadap lingkungan perairan seperti
erosi, sedimentasi pantai, dan juga perubahan pola arus. Hal
ini juga yang akan meningkatkan adanya potensi seperti
bahaya banjir, gangguan lingkungan perairan lainnya (Waluyu
Andrianto 2007, 66).

3. Dampak Reklamasi
Kegiatan kebijakan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah dalam beragam bentuk kegiatan pada
dasarnya melahirkan dampak kepada lingkungan. Reklamasi
berdasarkan penjelasan dari Suharso (1996) adalah subsistem
dari system pantai. Dampak dan perubahan pantai yang terjadi
akibat dari adanya pembangunan reklamasi tidak hanya
bersifat lokal tetapi juga meluas.
Terdapat dampak positif dan dampak negatif terhadap
masyarakat dan juga ekosistem pesisir laut yang ditimbulkan
dari adanya pembangunan reklamasi ini. Dampak yang
ditimbulkan pun juga memiliki sifat dampak jangka panjang
dan jangka pendek yang dipengaruhi lingkungan ekosistem
dan juga masyarakat sekitar.

34
a. Dampak Positif
Terdapat dampak ditimbulkan dari adanya
pembangunan reklamasi ini, salah salah satunya ialah
dampak positif. Dampak positif yang ditimbulkan dari
adanya kebijakan pembangunan reklamasi ini adalah
pengembangan kualitas dan nilai ekonomi wilayah
pesisir, menekankan lahan yang diperkirakan kurang
ataupun tidak bermanfaat, penambahan suatu wilayah
daratan baru, pemeliharaan pantai dari erosi,
pengembangan kondisi habibat perairan, dan juga
penyerapan tenaga kerja. Pembangunan reklamasi juga
banyak memberikan manfaat bagi perkembangan
wilayah. Penerapan ini memberikan alternatif dalam
penyediaan lahan baru untuk perluasan wilayah,
pengelolaan wilayah pantai, melahirkan alternatif
kegiatan dan peningkatan wisata bahari. Pulau hasil dari
pembentukan pembangunan reklamasi dapat
membendung gelombang pasang yang mengikis pantai.
Selain itu dampak positif dari pembangunan reklamasi ini
bisa berperan sebagai bendungan untuk mencegah banjir
rob di daratan (Ruchyat Deni Djakapermana 2013, 4).

b. Dampak Negatif
Selain dampak positif, adanya pembangunan
reklamasi ini juga berdampak negatif bagi lingkungan
fisik seperti perubahan hidro-oseanografi, erosi dan
sedimentasi pantai, peningkatan kekeruhan air,

35
pencemaran laut, peningkatan potensi banjir dan juga
penggenangan di wilayah pesisir. Sedangkan bila dilihat
berdasarkan dari aspek biologisnya, dampak negatif dari
reklamasi ini seperti terganggunya ekosistem tanaman
mangrove, terumbu karang, padang lamun, esturia dan
juga penurunan keberaneka ragaman hayati.
Ruang publik yang awalnya untuk masyarakat kini
akan hilang atau berkurang, setelah munculnya
pembangunan reklamasi wilayah pantai ini dikarenakan
wilayah pantai tersebut akan digunakan untuk kegiatan
maupun kepentingan pribadi. Selain itu, keanekaragaman
biota laut pun akan semakin menurun baik itu flora
maupun fauna karena tumpukan tanah urugan yang
mempengaruhi ekosistem yang sudah ada. Dengan
berubahnya alur air juga akan berdampak pada daerah
yang berada diluar reklamasi yang akan memperoleh
limpahan air yang banyak, sehingga memungkinkan akan
terjadinya abrasi, menghancurkan atau mengakibatkan
terjadinya banjir ataupun rob.
Selanjutnya yaitu berdampak pada aspek sosial, dari
adanya reklamasi ini akan berdampak pada hasil
tangkapan dan juga berpengaruh pada pengurangan
pendapatan masyarakat di sekitaran wilayah pantai seperti
petani tambah, nelayan, dan juga buruh. Kekayaan
keberagaman hayati di wilayah pantai terhadap kondisi
ekosistem ini sangatlah membantu terhadap manfaat
pantai sebagai penahan daratan. Ekosistem yang terdapat

36
pada perairan pantai sangatlah rentan akan perubahan
sehingga jika terdapat perubahan yang baik itu secara
alami maupun rekayasa akan berdampak pada
perubangan keseimbangan ekosistem perairan. Apabila
ekosistem perairan pantai terganggu pada waktu yang
lama, maka bisa dipastikan jika itu memberikan
kerusakan pada ekosistem wilayah pantai sehingga
kondisi seperti inilah yang membawa dampak terhadap
kerusakan pantai (Ruchyat Deni Djakapermana 2013, 4).

C. Nelayan
1. Pengertian Nelayan
Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah pesisir, aktifitas sosial
ekonomi yang mereka lakukan pun juga berkaitan dengan
sumber daya lautan dan masyarakat pesisir sangat bergantung
pada potensi serta pemanfaatan kondisi sumber daya pesisir
dan lautan. Biasanya masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah pesisir merupakan nelayan, pembudidaya ikan,
pedagang ikan, dan lain-lain yang berkaitan dengan wilayah
kelautan (Dewi Fatmasari 2014, 145-146). Masyarakat
nelayan sendiri masuk ke dalam kelompok masyarakat yang
tertinggal secara kondisi sosial, ekonomi, maupun tertinggal
secara budaya. Akan tetapi, kehidupan para keluarga nelayan
lebih sejahtera dibandingkan dengan keluarga yang bukan
bermata pencaharian sebagai nelayan.

37
Mulyadi berpendapat bahwa sumber pemasukan secara
ekonomi dari para masyarakat nelayan sangatlah tergantung
pada pengelolaan dan pemanfaat potensi sumber daya
perikanan ataupun lautan. Kehidupan masyarakat nelayan
merupakan kondisi yang nyata dan dapat diungkapkan melalui
usaha mereka yang sangat dipengaruhi oleh adanya musim
penangkapan ikan, kondisi alam yang terkadang buruk,
terbatasnya modal yang ada, serta tingkat pendidikan yang
rendah hingga mengakibatkan terhadapkan kondisi sosial
ekonomi mereka yang rendah (Nadia Watung 2013, 103).
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bermukim di
wilayah pesisir laut dan sebagian besar mata pencaharian
mereka adalah sebagai nelayan yang dimana karakteristik
yang mereka miliki berbeda dengan masyarakat yang lainnya.
Perbedaan ini disebabkan oleh adanya keterlibatan yang erat
oleh keistimewaan ekonomi wilayah, latar belakang budaya
yang dimiliki, serta kesiapan saran dan prasarana yang
menunjang. Pada umumnya masyarakat pesisir bermata
pencaharian sebagai nelayan, dalam Ensiklopedia Indonesia
nelayan dimasukkan kedalam golongan sebagai profesi atau
pekerjaan yaitu orang yang berperan dalam melakukan
kegiatan penangkapan ikan baik itu secara langsung ataupun
tidak langsung sebagai pekerjaannya (Arif Satria 2015, 5).
Berdasarkan penjelasan Imron (2003) dalam Mulyadi S
(2005) nelayan merupakan suatu golongan masyarakat yang
kehidupannya sangat bergantung langsung pada hasil laut,
baik dalam upaya penangkapan maupun budidaya.

38
Masyarakat nelayan pada umumnya bermukim dipinggir laut
yang dimana sebuah pemukiman yang dekat dengan tempat
mencari nafkah (Sufirudin 2016, 3-4).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor: Per.17/Men/2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap,
mendefinisikan bahwa nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Penangkapan
ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Direktorat
Jenderal Perikanan (2000) merumuskan nelayan adalah orang
yang mata pencaharianya melakukan pengkapan ikan beserta
binatang dan tanaman air yang lainnya (Arif Satria 2015, 27).

2. Klasifikasi Nelayan
Direktorat Jenderal Perikanan (2002) mengklasifikasikan
nelayan berdasarkan waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan /pemeliharaan,
yaitu:
a. Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan kegiatan
penangkapan ataupun pemeliharaan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air.
b. Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang
sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk

39
melakukan pekerjaan operasi
penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air. Selain melakukan pekerjaan
penangkapan/pemeliharaan, nelayan kategori ini bisa
jadi mempunyai pekerjaan lain.
c. Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan ikan yang
sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk
melakukan pekerjaan penangkapan ikan.

Terdapat dua pembedaan kelompok nelayan menurut


Pollnac (1998), yaitu kelompok nelayan besar (large scala
fisherman) dan kelompok nelayan kecil (small scala
fisherman). Namun pembedaan pengelompokkan tersebut
kurang memadai untuk kondisi negara berkembang seperti
Indonesia yang kemudian di kelompokkan kembali oleh Arif
Satria menjadi empat tingkatan yang dilihat dari potensi
teknologi seperti alat tangkap dan armada yang digunakan,
orientasi pasar, dan karakteristik hubungan produksi (Arif
Satria 2015, 29-31) yaitu:

a. Peasant-fisher atau nelayan tradisional. Yaitu


nelayan yang biasanya lebih bertujuan pada
pemenuhan sendiri, ini karena peruntukan hasil
tangkapan yang dijual lebih banyak untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari (khususnya pangan) dan
bukan sebagai penanaman modal kembali untuk
peningkatan skala usaha. Pada umumnya, mereka
masih menggunakan alat tangkap tradisional seperti

40
dayung ataupun sampan yang tidak bermotor dan
masih menggunakan anggota keluarga sebagai
tenaga kerja utama.
b. Post-peasant fisher. Nelayan dengan jenis ini sudah
menggunakan teknologi penangkapan lebih maju
seperti motor tempel ataupun kapal motor. Nelayan
jenis ini masih beroperasi di wilayah pesisir dan
sudah bertujuan pada pasar, selain itu tenaga kerja
atau ABK sudah mengembang dan tidak bergantung
pada anggota keluarga.
c. Commercial fisher. Yaitu nelayan yang telah
bertujuan pada peningkatan keuntungan. Teknologi
yang digunakan pun sudah lebih modern,
membutuhkan keahlian tersendiri baik dalam
mengoperasikan kapal maupun alat tangkap.
d. Industrial fisher. Nelayan industri dengan ciri-ciri
menurut Pollnac (1988) mengorganisasikan sisten
agribisnis yang modern, relatif padat modal,
kontribusi pendapatan yang lebih tinggi kepada
pemilik dan awak daripada yang didapat oleh nelayan
tradisional, dan memproduksi ikan kaleng dan ikan
beku yang berorientasi ekspor.

3. Karakteristik Nelayan
Nelayan adalah orang yang usaha sehari-harinya
menangkap ikan baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk
dijual. Nelayan merupakan salah satu golongan terbesar dalam

41
kelompok petani dunia, dengan ciri-ciri umum sebagai berikut
:
a. Menangkap ikan dalam lingkungan tekanan penduduk
lokal yang meningkat.
b. Mempunyai sumber daya yang terbatas sehingga
menciptakan tingkat kehidupan yang relatif rendah.
c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi
yang dihasilkan.
d. Kurang memperoleh layanan kesehatan, pendidikan,
dan pelayanan lainnya. (Abrori 2013, 12)

Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah


pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah
kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan
tinggal di desa-desa pantai atau pesisir. Ciri komunitas
nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:

a. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka


yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan
laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan
perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah
komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong
dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat
untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran
biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak
seperti saat berlayar, membangun rumah atau tanggul
penahan gelombang di sekitar desa.

42
c. Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan
adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka
hanya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan
mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang
diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari
secara profesional. (Abrori 2013, 13).

D. Kerangka Berpikir
Kalibaru merupakan daerah yang memanfaatkan laut sebagai
pendapatan atau perekonomian bagi masyarakat untuk
keberlangsungan hidup mereka. Masyarakat Kalibaru banyak yang
berprofesi sebagai nelayan, yang sehari-hari mencari ikan untuk
dijadikan sebagai pendapatan tetap warga Kalibaru, mereka sangat
bergantung pada profesi nya sebagai nelayan dan sangat
bergantung pada laut sebagai tempat mereka mencari nafkah untuk
keluarganya. Hasil dari tangkapannya itu banyak yang dijual
kembali oleh nelayan dan juga banyak juga untuk dikonsumsi
sendiri dan keluarganya. Pembangunan Reklamasi yang di lakukan
oleh Pemerintah Provinsi Jakarta ini sangat tidak mempengaruhi
bagi kehidupan nelayan terutama pada segi pendapatan nelayan,
dikarenakan banyak sekali dampak yang dirasakan oleh para
nelayan akan adanya pembangunan Reklamasi yang di lakukan
oleh Pemerintah Provinsi Jakarta, sehingga secara kondisi sosial
ekonomi para nelayan tidak merasakan dampak yang positif
terhadap pembangunan Reklamasi ini.
Permasalahan yang timbul dari adanya pembangunan
Reklamasi Teluk Jakarta adalah tercemarnya air laut, dikarenakan

43
limbah dari pembangunan Reklamasi dibuang langsung ke laut
sehingga menyebabkan air laut menjadi tercemar dan
menyebabkan banyak ikan yang mati akibat limbah dari
pembangunan Reklamasi. Selain permasalahan limbah yang
timbul dengan adanya Reklamasi, ada juga permasalahan terhadap
pendangkalan laut yang di sebabkan karena adanya pengurukan
laut sehingga menyebabkan ikan menjadi berkurang akibatnya
pendapatan nelayan menjadi menurun.

44
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Keputusan Presiden Nomor 52


Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta

Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil

Pembangunan Kehidupan Nelayan


Reklamasi dan Masyarakat

Dampak Positif
dan Negatif

Dampak Positif Dampak Negatif

1. Menciptakan 1. Penggusuran pemukiman masyarakat.


lapangan 2. Terganggunya kecemasan masyarakat akan
pekerjaan baru. kehidupan yang layak.
2. Pengembangan 3. Penurunan penghasilan nelayan.
kualitas dan nilai 4. Peningkatan pengeluaran kebutuhan.
ekonomi wilayah 5. Pencemaran air laut dan rusaknya ekosistem laut.
pesisir. 6. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang
3. Mencegah banjir karena timbunan tanah.
rob di daratan.
Terganggunya Kesejahteraan
Sosial dan Ekonomi Masyarakat

45
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan
metode gabungan atau mix method, yaitu perpaduan antara metode
penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif yang berada
didalam satu penelitian sehingga dapat menghasilkan fakta secara
menyeluruh dalam penyelesaian permasalahan pada penelitian.
Mix method menurut Craswell (2009) adalah pendekatan dalam
penelitian yang menghubungkan ataupun memadukan antara
metode penelitian kualitatif dan juga metode penelitian kuantitatif.
Dona M. Mertens juga mendefinisikan penelitian mix method
merupakan metode yang menggabungkan dan mengkaji data,
memadukan temuan, dan mengambil kesimpulan secara
inferensial dengan menerapkan dua pendekatan yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian permasalahan (Agus
Subagyo 2020, 101).
Pada penelitian ini, metode kualitatif lebih dominan dan
metode kuantitatif sebagai metode pelengkapnya. Metode yang
kurang dominan atau dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif disini hanya berperan sebagai metode pelengkap dalam
penyelesaian masalah penelitian. Hal ini karena hasil dari
kuesioner hanya dapat memberikan gambaran tentang tingkat
persetujuan dan ketidaksetujuan mengenai pembangunan
reklamasi ini, namun hasil tersebut tidak dapat memberikan
informasi mengenai apa yang melandasi pendapat tersebut.

46
Sehingga dibutuhkan wawancara yang lebih lanjut kepada para
informan.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah himpunan yang memuat secara
menyeluruh dan terdiri dari obyek atau subyek dengan
kapasitas dan juga kualitas yang ditentukan oleh peneliti untuk
ditelaah yang kemudian ditarik buat hasil dari penelitian
tersebut (Ricki & Zuli 2017,5). Populasi dalam penelitian atau
riset didefinisikan sebagai keseluruhan objek yang akan
diteliti atau suatu objek dalam skala besar yang menjadi main
source di dalam riset (Sahadi 2018, 97). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan dan
non nelayan yang berjumlah sebanyak 303 orang dan
bertempat tinggal di pemukiman nelayan Pelelangan Ikan
Kalibaru, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta
Utara.

2. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi yang
akan diteliti, dan hasil penelitian tersebut dapat mewakili
keseluruhan populasi. Dalam kata lain, sampel dapat diartikan
sebagai objek dengan skala yang lebih kecil dari populasi
dalam hal kuantitas (Sahadi 2018, 97-98). Definisi sampel
menurut Sangadji & Sopiah (2010) dalam Ricki & Zuli
(2017), sampel merupakan bagian dari jumlah dan

47
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
ini, penulis mengambil sampel sebanyak 30 orang yang terdiri
dari 20 orang nelayan dan 10 orang non nelayan, namun mata
pencaharian mereka masih berhubungan langsung dengan
kehidupan nelayan.
Sampel adalah subyek yang diambil dari sebagian
populasi. Apabila populasi terdapat subyek yang kurang dari
100, maka lebih baik semuanya diambil sehingga penelitian
tersebut menjadi penelitian populasi. Namun, apabila jumlah
subyek terdapat lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10%
- 15%, 20% - 25%, atau lebih. Lebih lanjut, Cohen
berpendapat bahwa semakin besar sampel dari banyaknya
populasi yang ada maka semakin baik, namun apabila terdapat
jumlah batas minimal yang harus diambil oleh peneliti yaitu
sebanyak 30 sampel. (Cohen 2007, 101).
Dalam memilih dan menentukan sampel, peneliti
menggunakan teknik purposive sampling pada teknik
pengumpulan data dengan memperhitungkan berbagai macam
aspek (Sugiyono 2016, 85). Pemilihan dan penentuan teknik
ini didasarkan pada ciri tertentu yang dilihat memiliki
implikasi yang erat dengan populasi didapati sebelumnya.
Unit sampel yang dihubungi disamakan dengan tolak ukur
tertentu yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian.
Responden atau informan yang ditentukan merupakan orang
yang paling tepat dan yang paling mengetahui informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.

48
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah pemukiman nelayan
Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Lokasi ini dipilih
karena wilayah tersebut termasuk dalam salah satu wilayah yang
terdaftar dalam kebijakan reklamasi Pantai Utara Jakarta. Waktu
kegiatan penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 bulan,
terhitung bulan Maret 2021 sampai dengan Juni 2021.

D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh yaitu hasil dari observasi
lapangan, wawancara, dan memberikan kuesioner penelitian
kepada nelayan yang dimana data ini digunakan untuk
mengetahui dampak dari adanya reklamasi. Penelitian ini adalah
penelitian mengenai dampak reklamasi terhadap kehidupan sosial
ekonomi nelayan pesisir di Kalibaru, Adapun definisi konseptual
dan operasional ialah sebagai berikut :
a) Definisi Konseptual
Dampak reklamasi adalah dampak yang ditimbulkan dari
adanya kebijakan pembangunan wilayah daratan baru yang
dilaksanakan oleh pemerintah dalam beragam bentuk kegiatan
yang pada dasarnya melahirkan dampak kepada lingkungan.
b) Definisi Operasional
Data yang diperoleh yaitu hasil dari observasi lapangan,
wawancara, dan memberikan kuesioner penelitian kepada
para responden. Pada data hasil kuesioner ini digunakan untuk
mengetahui tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan
responden terhadap adanya pembangunan reklamasi serta

49
dampak-dampak yang mereka rasakan dari pembangunan
reklamasi tersebut.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
primer dan data sekunder, antara lain:
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi
langsung dan pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner pada orang yang diwawancarai sesuai dengan
pedoman pernyataan yang ada. Data primer yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data informasi
dari nelayan.
2. Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu
dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di
luar dari peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu
sesungguhnya adalah data yang asli (Tika .M.P., 2005, 44).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan data-data yang
diperoleh dari hasil studi literatur, artikel, jurnal, atau situs
internet sesuai dengan topik penelitian.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa
observasi, draft pertanyaan wawancara, dan juga draft pertanyaan
kuesioner yang ditujukan untuk para nelayan Kalibaru, Kecamatan
Cilincing Jakarta Utara. Berikut adalah kisi-kisi instrumen dalam
kuesioner :

50
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner

Indikator Butir Soal

Identitas Responden Bagian I

Kondisi dan Fasilitas Rumah Bagian II

Kondisi Ekonomi Keluarga Bagian III

Respons Masyarakat Nelayan Terhadap


Pembangunan Reklamasi di Kalibaru Bagian IV

1. Dampak Sosial
a) Terbukanya lapangan pekerjaan.
b) Pertambahan penduduk.
c) Tingkat kesetujuan responden 1, 2, 3, 4, 5
terhadap reklamasi.
d) Pengujung yang memberikan
pengaruh baik.
e) Pengaruh terhadap pudarnya budaya
atau tradisi pada masyarakat nelayan.
2. Dampak Ekonomi
6, 7, 8, 9, 10
a) Pengaruh reklamasi terhadap
pendapatan dan pengeluaran

51
b) Terpenuhinya kebutuhan sandang,
pangan, dan papan keluarga
c) Perubahan terhadap penggunaan
jumlah dan kualitas barang
d) Perubahan aktivitas mata pencaharian
nelayan.
3. Dampak Ekologi
a) Reklamasi menyebabkan rusaknya
ekosistem laut. 11, 12, 13, 14, 15
b) Perubahan pola arus laut akibat
reklamasi.
c) Reklamasi membuat peningkatan
erosi, sedimentasi dan kekeruhan air.

Data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan cara diuraikan


dengan narasi yang rasional. Sedangkan data yang bersifat
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan presentase rumus skala
likert :

𝐹
P= 𝑥100%
𝑁

P = Angka Presentasi

F = Frekuensi (Jumlah Responden)

N = Number of Cases (Total Responden)

52
Untuk mengetahui kondisi dan fasilitas perumahan yang
dimiliki responden, digunakan indikator menurut Badan Pusat
Statistik pada SUSENAS 2020.

Tabel 3.2 Indikator Kondisi dan Fasilitas


Perumahan menurut Badan Pusat Statistik pada
SUSENAS 2020

No Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan

Kondisi Rumahan :

a. Status Milik :
1) Milik sendiri
2) Sewa/Kontrak
3) Menumpang
b. Atap Rumah :
1) Beton 4) Asbes
2) Genteng 5) Kayu/Sirap
1 3) Seng
c. Dinding Rumah :
1) Tembok 3) Kayu/papan
2) Plesteran 4) Bambu
d. Lantai Rumah :
1) Marmer/granit 5) Kayu/papan
2) Keramik 6) Semen/bata merah
3) Parket/vinil/karpet 7) Bambu
4) Ubin/tegel/teraso 8) Tanah

53
Fasilitas Rumah :

a. Sumber Air Minum :


1) Air kemasan bermerk 3) Leding
2) Air isi ulang 4) Sumur bor/pompa
b. Listrik :
1) PLN
2) Non-PLN
3) Bukan PLN
c. Fasilitas MCK :
1) Sendiri
2
2) Bersama
3) Umum
d. Bahan Bakar:
1) Gas 3kg/12kg
2) Minyak tanah
3) Kayu bakar
e. Pendingin Rumah :
1) AC
2) Kipas angin
3) Alam

Dalam menganalisis sikap responden terhadap adanya


reklamasi ini, digunakan metode pengukuran dengan skala likert.
Menurut Istijanto (2005) skala likert adalah untuk mengukur
tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap
serangkaian pertanyaan yang mengukur suatu obyek (Sahadi 2018,

54
118). Pada perumusan skala likert, nilai-nilai terdiri dari respons
positif dan respons negative.

Yang dinilai sebagai respons positif yaitu apabila para


responden memberikan jawaban yang menyatakan sikap positif
terhadap permasalahan yang sedang diteliti, sedangkan respons
negative yaitu adalah jawaban dari responden yang menyatakan
sikap negative terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Skor
atau nilai yang diberikan pada setiap respon kemudian akan
dijumlahkan sesuai kebutuhan penulis, yang dikategorikan sebagai
berikut:

Tabel 3.3 Skor Kuesioner

Skor
Kategori
Respons Positif Respons Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

55
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner adalah sebuah instrument survey berdasarkan
respon individu. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang
akan digunakan oleh periset untuk memperoleh data dari
sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau
dengan mengajukan pertanyaan. Kuesioner juga sering
dikenal sebagai angket atau sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden) (Hendy
Tannady, 332). Kuesioner merupakan metode pengumpulan
data yang banyak digunakan orang. Identitas pribadi
responden bisa dicantumkan dalam lembaran kuesioner,
selama hal itu bisa dijaga kerahasiaan pribadinya dan selama
diperlukan bagi penelitian.
Kuesioner dalam penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data mengenai kondisi sosial ekonomi nelayan
yang mencakup pendidikan, jumlah anggota keluarga, kondisi
dan fasilitas perumahan, pendapatan dan pengeluaran, serta
sikap mereka terhadap kehadiran pembangunan reklamasi.

2. Wawancara
Wawancara adalah tindakan percakapan yang bertujuan
untuk memahami maksud tertentu. Tindakan ini adalah upaya
untuk merekonstruksi pemikiran sehingga dapat dimengerti
oleh banyak orang (Agus Setiawan 2018, 42). Wawancara
berdasarkan definisi yang dijelaskan oleh Stewart dan Cash
(2008) yaitu merupakan proses komunikasi interaksional

56
antara dua pihak, yang dimana salah satunya memiliki maksud
dan tujuan tertentu serta melibatkan interaksi tanya jawab.
Wawancara merupakan proses interaksi antara dua orang atau
lebih dan secara umum definisi tentang wawancara (Listyo
Yuwanto 2019, 21).
Umumnya teknik pengambilan data dengan wawancara ini
dilakukan jika peneliti bermaksud melakukan analisis atas
penelitiannya. Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka
di antara peneliti dengan responden dan juga bisa melalui
telepon atau daring (dalam jaringan).
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
bermaksud untuk memperoleh data mengenai kondisi sosial
ekonomi para nelayan, pola hubungan sosial masyarakat
setempat, dan juga masalah-masalah yang dihadapi akibat dari
adanya pembangunan reklamasi. Pada kegiatan wawancara
dalam penelitian ini ditujukan kepada narasumber yang lebih
banyak mengetahui mengenai kondisi yang terdapat di lokasi
penelitian, narasumber yang diwawancarai yaitu adalah Bapak
Rastoni, Ibu Nurlina, dan Ibu Wartini sebagai perwakilan dari
aparat pemerintah setempat.

3. Observasi
Observasi merupakan kegiatan yang ditujukan guna untuk
mencari tahu apa yang menjadi kegelisahan peneliti, observasi
juga didefinisikan sebagai metode pengumpulan data dengan
menggunakan panca indra. Pengamatan atau observasi
jelasnya adalah mengarah pada tujuan menangkap makna-

57
makna dibalik peristiwa atau gejala yang dimaksud (Agus
Setiawan 2018, 42). Menurut Shaughnessy, Zechmeister &
Zechmeister (2003) tujuan dari observasi sendiri adalah untuk
mendapatkan gambaran perilaku dan terdapat beberapa hal
penting dalam observasi sehingga mampu menghasilkan
informasi atau data yang akurat yaitu sampling perilaku,
sampling situasi, dan sampling waktu (Listyo Yuwanto 2019,
28).
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan mendapatkan data tentang aktivitas
nelayan dalam kegiatan sosial ekonomi mereka di pemukiman
nelayan Pelelangan Ikan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara.

G. Teknik Keabsahan Data


Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Norman K. Denkin
mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi
berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda
(Mamik 2015, 117). Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti akan
membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dengan
cara membandingkan pandangan serta pendapat dari berbagai
perspektif, yang kemudian hasilnya dibandingan dengan hasil
wawancara dengan dokumentasi yang telah dilakukan.
Adapun penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
metode yang dilakukan dengan membandingkan hasil kuesioner,

58
wawancara, dan data observasi. Teknik triangulasi metode adalah
ketika peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda untuk memperoleh data dari sumber yang sama.

H. Teknik Analisis Data


1. Editing/Verifikasi
Setelah kuesioner telah diisi oleh para responden dan
telah diberikan kepada penulis, kemudian penulis segera
mengkaji kelengkapan dalam pengisian kuesioner. Dan
apabila terdapat kuesioner yang tidak terjawab, penulis akan
menghubungi responden yang berkaitan untuk melengkapi
jawaban agar kuesioner tersebut menjadi akurat.
2. Tabulating
Setelah melakukan editing/verifikasi, selanjutnya adalah
melakukan tabulating dengan pengolahan data memindahkan
jawaban yang terdapat di dalam kuesioner ke dalam tabulasi
atau tabel. Kemudian setelah mendapat hasil kuesioner yang
sudah akurat, maka selanjutnya yaitu menganalisa data dengan
teknik deskriptif dengan presentase.
3. Analiting
Dalam melakukan proses analiting ini yaitu dengan
menganalisa data yang telah diolah secara verbal, agar hasil
penelitian dapat mudah dipahami.
4. Concloding
Pada langkah ini yaitu memberikan kesimpulan dari hasil
analisa data dan interpretasi data. Berdasarkan hasil data yang
telah dirangkai, kemudian digunakan data analisis deskriptif

59
untuk menjelaskan fenoma-fenoma dampak yang ditimbulkan
dari adanya reklamasi ini untuk para nelayan pesisir di
Kalibaru.

60
BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Kelurahan Kalibaru


1. Keadaan Geografi Kelurahan Kalibaru
Kelurahan Kalibaru merupakan salah satu kawasan
pemukiman padat penduduk di Jakarta Utara. Kelurahan ini
terletak di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Kantor
Kelurahan Kalibaru berada di Gg. Timur Kalibaru. No. II,
RT.13 / RW.2, Kali Baru, Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta
Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14110. Kantor
Kelurahan Kalibaru melayani masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan administrasi kependudukan, termasuk perizinan
seperti izin pekerjaan umum, izin kelurahan umum, izin
pendidikan, perawatan kesehatan warga, perumahan, struktur
ruang, perhubungan, lingkungan hidup, tanah di bawah
otoritas daerah, serta pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak.

59
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Kalibaru

(Sumber: openstreetmap.id)

Secara geografis keadaan tanah di wilayah Kelurahan


Kalibaru didominasi oleh kepemilikan negara seluas 233.20
Ha, dan terdapat lahan yang telah tersertifikasi dan luasnya
kurang lebih 13.50 Ha. Semula sebagian besar terdiri dari
tanah empang yang sekarang sudah menjadi daerah
pemukiman penduduk dengan luas 246.70 Ha yang terdiri
dari beberapa jenis tanah, yaitu:

60
Tabel 4.1 Jenis Tanah Kelurahan Kalibaru

No Jenis Tanah Luas Tanah

Tanah kering 246,20 Hektare


1

Lain-lain (tanah empang) 0,50 Hektare


2
246,70 Hektare
Total
(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru
Januari 2021)

Secara admnistrasi Kelurahan Kalibaru memiliki batas-


batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa.

• Sebelah Selatan : berbatasan dengan Jalan Raya Cilincing,


Kali Banglio. (Kelurahan Lagoa Kecamatan Koja,
Kelurahan Semper Barat, Kelurahan Semper Timur dan
Kelurahan Cilincing).

• Sebelah Timur : berbatasan dengan Jalan Baru dan Jalan


Rekreasi Kelurahan Cilincing

• Sebelah Barat : berbatasan dengan jembatan/kali Kresek,


Kelurahan Koja Kecamatan Koja.

Wilayah Kelurahan Kalibaru pada saat ini terbagi ke


dalam 14 Rukun Warga (RW) terdiri dari 172 Rukun
Tetangga (RT) dan tidak ada pemekaran maupun peremajaan
RW atau RT. Berikut adalah keberadaan dan jumlah RT/RW
di Kelurahan Kalibaru:

61
Tabel 4.2 Keberadaan dan Jumlah RT/RW
Kelurahan Kalibaru

No RW Jumlah RT Lokasi

1 01 15 Jl. Kalibaru Timur

2 02 13 Jl. Kalibaru Timur

3 03 17 Jl. Kalibaru Timur

4 04 14 Jl. Kalibaru Barat

5 05 13 Jl. Kalibaru Barat

6 06 12 Jl. Kalibaru Barat

7 07 15 Jl. Kalibaru Barat

8 08 11 Jl. Kalibaru Barat

9 09 6 Jl. Kalibaru Barat

10 010 9 Jl. Kalibaru Barat

11 011 0 -

12 012 14 Jl. Kalibaru Barat

13 013 13 Jl. Kalibaru Timur

14 014 8 Jl. Kalibaru Timur

15 015 12 Jl. Kalibaru Barat

Total 172

62
(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru
Januari 2021)
2. Demografi Kelurahan Kalibaru
a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin
Kelurahan Kalibaru memiliki penduduk sebesar
83.262 jiwa dengan luas wilayah 2,467 km² atau 246.70
Ha. Jumlah penduduk tersebar di 14 Rukun Warga (RW)
dan 172 Rukun Tetangga (RT) yang terdiri dari 36.635
Kepala Keluarga (KK), dengan KK laki-laki sebanyak
35.298 KK dan KK perempuan sebanyak 1.337 KK.
Jumlah penduduk Kelurahan Kalibaru menurut umur dan
jenis kelamin Penduduk Kelurahan Kalibaru terdiri dari
berbagai umur dan jenis kelamin, antara lain:

63
Tabel 4.3 Komposisi Jumlah Penduduk
Kelurahan Kalibaru Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin

No Usia – Tahun L P Jumlah Presentase (%)

1 0 - 4 3.640 3.361 7.001 8,40%

2 5 - 9 4.373 4.421 8.794 10,57%

3 10 - 14 3.729 3.455 7.184 8,63%

4 15 - 19 3.635 3.333 6.968 8,37%

5 20 - 24 3.725 3.450 7.175 8,62%

6 25 - 29 4.365 4.319 8.684 10,42%

7 30 - 34 4.945 4.993 9.938 11,94%

8 35 - 39 4.472 4.173 8.645 10,38%

9 40 - 44 2.778 2.582 5.359 6,44%

10 45 - 49 1.967 1.835 3.802 4,57%

11 50 - 54 1.835 1.685 3.519 4,23%

12 55 - 59 1.033 942 1.974 2,38%

13 60 - 64 806 779 1.586 1,90%

14 65 - 69 683 633 1.316 1,58%

15 70 - 74 585 544 1.129 1,35%

16 75 keatas 98 89 187 0,22%

Total 42.668 40.594 83.262 100%

64
(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru
Januari 2021)

Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok


umur dan jenis kelamin yang ditunjukkan pada Tabel 4.3
di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan
lebih kecil daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah
total perempuan adalah 40.594 jiwa, sedangkan jumlah
laki-laki 42.668 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak
berada pada kelompok umur 30 - 34 tahun dengan
jumlah 9.938 jiwa dengan presentase sebesar 11,94%.
Jumlah penduduk terkecil terdapat pada kelompok umur
75 tahun keatas sebanyak 187 jiwa atau presentase
sebesar 0,22%, hal ini disebabkan tingginya angka
kematian pada kelompok umur tersebut.

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan


Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Kalibaru
secara umum tergolong cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
jumlah penduduk tamat SLTA yang cukup tinggi yaitu
sebesar 20.757 atau presentase sebesar 24,93% dari
jumlah penduduk, walaupun masih lebih tinggi jumlah
penduduk tamat SD yaitu sebesar 21.223 atau dengan
presentase setara dengan 25,49% dari jumlah penduduk.
Sementara itu, jumlah penduduk yang tingkat
pendidikan perguruan tinggi relatif lebih rendah.
Tingkat pendidikan perguruan tinggi lebih rendah
dikarenakan kurangnya pemahaman penduduk

65
Kelurahan Kalibaru akan pentingnya pendidikan. Selain
itu, faktor ekonomi pun juga menjadi sebuah masalah
untuk penduduk Kelurahan Kalibaru dikarenakan biaya
pendidikan semakin mahal. Peminatan terhadap
akademi/perguruan tinggi hanya sebesar 1.851 atau
2,23%. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Komposisi Jumlah Penduduk Kelurahan
Kalibaru Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Presentase
No Pendidikan L P Jumlah
(%)

1 Tidak/belum tamat sekolah 3.939 3.741 7.680 9,23%

2 Tidak tamat SD 6.459 6.151 12.610 15,14%

3 Tamat SD 10.876 10.357 21.233 25,49%

4 Tamat SLTP 9.799 9.332 19.131 22,98%

5 Tamat SLTA 10.632 10.125 20.757 24,93%

6 Tamat Akademik/PT 948 903 1.851 2,22%

Total 42.653 40.609 83.262 100%


(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru
Januari 2021)

66
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian
Secara umum mata pencaharian warga Kelurahan
Kalibaru dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang
mata pencaharian, seperti: PNS/TNI/Polri/Pegawai
Pemerintah, wiraswasta/perdagangan, petani/nelayan,
karyawan swasta, buruh, pertukangan, dan lain-lain.
Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat
pada Tabel 4.5.

67
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Kalibaru
Berdasarkan Mata Pencaharian

Presentase
No Mata Pencaharian L P Jumlah
(%)

1 Tidak/belum bekerja 8.898 7.660 16.558 19,86%

Mengurus Rumah
2 0 9.360 9.360 11,23%
Tangga

3 Pensiunan 1.764 866 2.630 3,16%

PNS/TNI/Polri/Pegawai
4 1.837 936 2.773 3,33%
Pemerintah

5 Wiraswasta/perdagangan 6.718 5.178 11.896 14,27%

6 Petani/nelayan 4.464 3.031 7.495 8,98%

7 Karyawan swasta 8.808 7.168 15.976 19,15%

8 Buruh 5.113 3.649 8.762 10,50%

9 Pertukangan 2.268 936 3.204 3,84%

10 Lain-lain 2.845 1.896 4.741 5,68%

Total 42.715 40.680 83.395 100%

(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru


Januari 2021)

68
Berdasarkan hasil Tabel 4.5 di atas, dapat diketahui
bahwa masih banyak masyarakat di Kelurahan Kalibaru
yang tidak/belum bekerja dengan jumlah penduduk
sebanyak 16.558 jiwa atau setara dengan presentase
19,86%. Sebagian besar penduduk Kelurahan Kalibaru
bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 15.976 jiwa
dengan persentase sebesar 19,15%, kelompok mata
pencaharian ini memiliki andil yang cukup tinggi karena
letak Kelurahan Kalibaru yang berada di ibukota yang
memungkinkan masyarakatnya bekerja di perusahaan
swasta.
Mata pencaharian yang menempati posisi kedua
paling banyak selanjutnya ialah wiraswasta/perdagangan
yaitu sebanyak 11.896 jiwa dengan presentase sebesar
14,27%, hal ini disebabkan karena banyaknya usaha-
usaha yang didirikan di Kelurahan Kalibaru. Selain itu¸
penduduk di Kelurahan Kalibaru juga bekerja sebagai
nelayan dengan jumlah yang bekerja sebagai nelayan
lumayan sedikit yaitu 7,495 jiwa dengan presentase
sebesar 8,98%, hal ini disebabkan karena adanya
pembangunan reklamasi beberapa nelayan di Kelurahan
Kalibaru banyak yang mempunyai pekerjaan sampingan
atau jenis pekerjaan yang lain seperti menjadi buruh atau
menjadi pedagang.

69
B. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kalibaru
1. Sarana Kesehatan

Di wilayah Kelurahan Kalibaru terdapat sarana


kesehatan sebanyak 15 sarana kesehatan yang tersebar
diseluruh wilayah Kelurahan Kalibaru. Unit terbanyak
terdapat pada posko kesehatan dan bidan yang masing-
masing berjumlah 6 unit. Untuk wilayah Kalibaru tidak
terdapat rumah sakit, namun terdapat RSUD Koja dan
Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta yang cukup dekat dan mudah
untuk dijangkau tempatnya. Berikut adalah data mengenai
sarana kesehatan yang berada di wilayah Kelurahan
Kalibaru:

70
Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Kesehatan
Kelurahan Kalibaru

Jenis Sarana dan


No Jumlah Unit
Prasarana

1 Puskesmas 1

2 Posko Kesehatan 6

3 Rumah Sakit 0

4 Bidan 6

5 Dokter Praktek 2

Total 15

(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru


Januari 2021)

Selain itu terdapat sarana kesehatan dari dan untuk


masyarakat yang meliputi pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana (KB). Di Kelurahan Kalibaru terdapat 26 Pos
pelayanan terpadu (Posyandu) dengan jumlah balita sebesar
4.069 balita. Posyandu lansia telah terbentuk di 15 RW
dengan jumlah masing-masing RW 1 posyandu. Adapun
kegiatan posyandu lansia adalah untuk memeriksakan
kesehatan para lansia dan mencegah kepikunan dengan
melaksanakan senam lansia.

71
2. Sarana Pendidikan

Di wilayah Kelurahan Kalibaru terdapat 43 sarana


pendidikan mulai dari tingkat TK sampai dengan tingkat
SLTA, dengan data sebagai berikut:

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kelurahan Kalibaru

No RW TK SD SLP SLA Total

1 01 1 3 0 0 4

2 02 1 3 1 0 5

3 03 1 1 1 0 3

4 04 0 1 0 1 2

5 05 1 3 0 0 4

6 06 0 0 0 0 0

7 07 2 3 2 0 7

8 08 0 0 0 0 0

9 09 0 0 0 0 0

10 010 0 2 0 0 2

11 011 0 0 0 0 0

12 012 1 5 1 0 7

13 013 1 3 0 1 5

72
14 014 0 0 0 0 0

15 015 1 3 0 0 4

Jumlah 9 27 5 2 43
(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru
Januari 2021)

Berdasarkan hasil Tabel 4.7 di atas, dapat diketahui


bahwa unit sarana pendidikan terbanyak terdapat pada
Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah total sebanyak 27 unit
yang tersebar diseluruh wilayah Kelurahan Kalibaru. Upaya
menyediakan pendidikan secara lebih luas agar mudah
diakses oleh semua anak khususnya di Kelurahan Kalibaru.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) salah satunya
program untuk menyediakan pendidikan anak sejak dini yang
bertujuan agar anak-anak dari keluarga kurang mampu dapat
terlayani pendidikannya sejak dini, untuk di Kelurahan
Kalibaru sendiri terdapat PAUD sebanyak 9 unit.

3. Sarana Olahraga

Keberadaan sarana olahraga sangat penting dalam


menunjang kesehatan bagi kita semua, di Kelurahan Kalibaru
terdapat sarana olahraga sebanyak 19 unit dengan data
sebagai berikut :

73
Tabel 4.8 Sarana dan Prasarana Olahraga
Kelurahan Kalibaru

BULU SEPAK TENIS


NO RW VOLLY Total
TANGKIS BOLA MEJA

1 01 0 0 0 1 1

2 02 1 1 0 1 3

3 03 0 1 0 1 2

4 04 0 0 0 1 1

5 05 0 0 0 1 1

6 06 0 0 0 1 1

7 07 0 0 0 1 1

8 08 0 0 0 1 1

9 09 0 0 0 1 1

10 010 0 0 0 1 1

11 011 0 0 0 0 0

12 012 1 0 0 1 2

13 013 0 0 0 1 1

74
14 014 0 0 0 1 1

15 015 0 0 1 1 2

Jumlah 2 2 1 14 19

(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru


Januari 2021)

Ada kegiatan yang membidangi olahraga rakyat seperti


futsal, catur, tenis meja semua yang di programkan oleh
pemerintah pusat dan daerah yaitu festival olahraga
sepanjang tahun yang penyelenggaraannya dari tingkat
kelurahan, kecamatan, kota sampai dengan tingkat provinsi
DKI Jakarta.

4. Saran Peribadatan

Masyarakat Kelurahan Kalibaru sangat mejemuk baik


suku maupun keyakinannya, hal ini dapat dilihat banyaknya
sarana ibadah yang berada di wilayah Kelurahan Kalibaru.
Berikut adalah data mengenai sarana dan prasarana
peribadatan yang berada di wilayah Kelurahan Kalibaru :

75
Tabel 4.9 Sarana dan Prasarana Olahraga
Kelurahan Kalibaru

Jenis Tempat Jumlah


No
Peribadatan Unit

1 Masjid 21

2 Musholla 58

3 Gereja 1

4 Pura 0

5 Vihara 0

Total 80

(Sumber: Laporan Bulanan Kelurahan Kalibaru


Januari 2021)

C. Hasil Temuan Penelitian

1. Komposisi Responden Berdasarkan Usia dan Jenis


Kelamin

a. Komposisi Responden Berdasarkan Usia

Umur adalah salah satu variable yang terpenting


dalam demografi, bahkan untuk mempelajari mortalitas
(kematian), fertilitas (kesuburan), dan pernikahan.
Penduduk dengan proporsi usia tua yang relative besar

76
akan lebih mengarah kepada cara berpandangan yang
konservatif dan mempunyai jumlah pensiunan yang
tinggi sehingga akan menjadi beban yang cukup untuk
tenaga kerja yang relative kecil, begitu pula sebaliknya.
Penduduk dengan jumlah kelompok atau usia muda akan
memiliki anak usia sekolah yang relatif lebih banyak
(Sembiring 1985, 51).

Responden dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 20


orang yang berprofesi sebagai nelayan dan 10 orang
yang berprofesi sebagai non-nelayan di Kelurahan
Kalibaru yang nantinya akan digunakan untuk
mengetahui mengenai dampak reklamasi yang terjadi
terhadap sosial ekonomi serta apa yang mereka rasakan.

Usia sangat penting untuk mengetahui komposisi


umur para responden khususnya untuk para nelayan
karena mengingat kegiatan berlayar sangatlah
membutuhkan tenaga yang banyak. Ini juga dapat
menentukan kemampuan tenaga kerja atau usia produktif
dan non produktif. Berdasarkan hasil penelitian, usia
responden termuda adalah 25 tahun dan usia responden
tertua adalah 75 tahun.

77
Tabel 4.10 Komposisi Responden
Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase (%)

1 25 - 30 5 16,7%

2 31 - 35 8 26,7%

3 36 - 40 3 10%

4 41 - 45 4 13.3%

5 46 - 50 4 13.3%

6 51 - 55 2 6,7%

7 >56 4 13,3%

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar


responden terdapat pada kelompok usia 31-35 tahun
sebanyak 8 orang dengan presentase sebesar 26,7%,
sedangkan responden terkecil terdapat pada kelompok
usia 51-55 tahun sebanyak 2 orang dengan presentase
sebesar 6,7%. Maka dari hasil penelitian diatas
menunjukan bahwa komposisi responden berdasarkan
usia mereka ialah berada pada usia produktif.

78
b. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk mendeskripsikanilebih ilengkap itentang


iinformasi ikeadaan ikependudukan idi iKelurahan
iKalibaru idilakukan iidentifikasi iresponden imenurut
ijenis ikelamin. Komposisi penduduk dalam arti
demografi adalah komponen penduduk menurut umur dan
jenis kelamin yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk (Lembaga Demografi UI 2007, 13).

Tabel 4.11 Komposisi Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin

Jenis Presentase
No Jumlah
Kelamin (%)

1 Laki-laki 22 73,3%

2 Perempuan 8 26,7%

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai komposisi


responden berdasarkan jenis kelamin yang ditunjukkan
pada Tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa jumlah jenis
kelamin perempuan lebih kecil daripada jumlah penduduk
laki-laki. Jumlah total responden perempuan adalah 8
orang dengan presentase 26,7%, sedangkan jumlah

79
responden laki-laki sebanyak 22 orang dengan presentase
73,3%.

2. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan

Pengetahuan nelayan sangat dipengaruhi oleh tingkat


pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman nelayan maka
diharapkan semakin tinggi pula produktivitas dalam
melakukan kegiatan mencari nafkah. Tingkat pendidikan
diukur dari jumlah penduduk umur 10 tahun keatas menurut
status tamat sekolah. Tamat sekolah didefinisikan sebagai
telah selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas
tertinggi suatu jenjang sekolah sampai akhir dengan
mendapatkan tanda tamat belajar atau ijazah, baik dari
sekolah negeri atau swasta. (Lembaga Demografi UI 2013,
25).

80
Tabel 4.12 Komposisi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan

Presentase
No Pendidikan Jumlah
(%)

1 Tidak tamat SD 8 26,7%

2 SD/MI 8 26,7%

3 SMP/MTS 8 26,7%

4 SMA/SMK/MA 6 20%

5 Perguruan Tinggi 0 0

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan dari hasil penelitian pada Tabel 4.12 dapat


diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling tinggi
yaitu terdapat pada tingkat Tidak tamat SD, SD, dan tingkat
SMP yang masing-masing responden sebanyak 8 orang
dengan presentase sebesar 26,7%. Sedangkan tingkat
pendidikan terendah responden terdapat pada tingkat SMA
sebanyak 6 orang responden dengan presentase sebesar 20%.
Tidak ada responden yang memiliki pendidikan hingga
jenjang Perguruan Tinggi, tinggi atau rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki para responden tersebut
dikarenakan faktor ekonomi para penduduk Kelurahan

81
Kalibaru, sehingga mereka hanya berpendidikan sampat
tamat SMA.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Masyarakat pesisir yang menjadi responden penelitian


ini memiliki jumlah anggota keluarga yang bervariasi.
Banyaknya tanggungan dalam keluarga menentukan
pengeluaran suatu keluarga. Rata-rata jumlah anggota
keluarga responden adalah 5 orang. Jumlah tanggungan
dalam keluarga terbanyak adalah 13 anggota keluarga,
dengan 1 orang responden dan presentase sebesar 3,3%,
sedangkan jumlah anggota keluarga paling sedikit adalah 2
orang, dengan 3 orang responden dan presentase sebesar
10%.

4. Kondisi dan Fasilitas Rumah

a. Kondisi Rumah

Berdasarkan pada hasil penelitian terhadap 30


responden, terdapat 18 orang responden dengan
presentase sebesar 60% yang sudah memiliki rumah
dengan status milik sendiri. Selain itu terdapat 11 orang
responden dengan presentase sebesar 36,7% yang masih
mengontrak, sehingga mereka harus membayar uang
sewa perbulan ataupun pertahun. Dan terdapat 1 orang
responden dengan presentase sebesar 3,3% yang masih
menumpang dengan keluarganya yang lain karena masih

82
belum mempunyai rumah sendiri dan tidak menyewa
rumah. Dari status rumah yang dimiliki para
respondenpun terdapat 27 orang dengan presentase
sebesar 90% yang rumahnya beratapkan asbes,
sedangkan 3 orang responden lainnya memiliki rumah
yang beratapkan genteng dengan presentase sebesar
10%.

Terdapat sebanyak 26 orang responden dan


presentase sebesar 86,7% yang dinding rumahnya sudah
menggunakan tembok, sedang 4 orang lainnya dengan
presentase sebesar 13,3% yang masih menggunakan
kayu atau papan sebagai dinding rumah mereka. Lantai
yang digunakan rumah para responden pun juga sangat
bervariasi, terdapat 15 orang responden dengan
presentase sebesar 50% yang lantainya sudah
menggunakan keramik ataupun ubin. Selain itu terdapat
12 orang responden dengan presentase sebesar 40%
yang lantainya menggunakan plasteran semen, dan 3
orang responden dengan presentase sebesar 10% yang
lantainya masih menggunakan kayu atau papan.

83
b. Fasilitas Rumah

Berdasarkan pada hasil penelitian menurut fasilitas


perumahan yang dimiliki para responden terdapat 29
orang responden dengan presentase sebesar 96,7% yang
sumber listriknya sudah menggunakan listrik PLN,
sementara itu masih ada 1 orang responden dengan
presentase sebesar 3,3% yang sumber listriknya masih
menggunakan listrik non PLN. Namun, seluruh responden
atau 30 orang responden dengan presentase 100% sudah
menggunakan bahan bakar gas untuk keperluan memasak
sehari-hari

Untuk fasilitas MCK, terdapat 21 orang responden


dengan presentase sebesar 70% yang sudah menggunakan
MCK milik sendiri. Selain itu terdapat 7 orang responden
dengan presentase sebesar 23,3% yang menggunakan
fasilitas MCK bersama. Dan terdapat 2 orang responden
dengan presentase sebesar 6,7% yang masih
menggunakan fasilitas MCK umum. Untuk fasilitas
pendingin yang dimiliki para responden, berdasarkan hasil
penelitian terdapat 24 orang responden dengan presentase
sebesar 80% yang menggunakan kipas angin, 1 orang
responden dengan presentase 3,3% yang sudah
menggunakan AC (Air Conditioner), dan 5 orang
responden dengan presentase sebesar 16,7% yang masih
menggunakan pendingin dengan alam.

84
5. Komposisi Responden Berdasarkan Lamanya
Bekerja

Dalam suatu profesi pasti ada pengalaman usaha atau


bekerja yang dijalankan oleh para responden yag dimana
cukup bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
responden yang telah menekuni pekerjaannya hingga belasan
tahun dan ada juga yang baru beberapa tahun.

Tabel 4.13 Komposisi Responden Berdasarkan


Lamanya Bekerja

Lamanya Presentase
No Jumlah
Bekerja (%)

Kurang dari 5
1 6 20%
tahun

2 6-8 tahun 1 3,3%

3 9-11 tahun 8 26,7%

4 12-15 tahun 2 6,7%

Lebih dari 15
5 13 43,3%
tahun

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

85
Berdasarkan pada Tabel 4.13 menunjukkan bahwa di
Kelurahan Kalibaru responden yang memiliki pengalaman
bekerja baik sebagai nelayan maupun non-nelayan tertinggi
yakni terdapat pada lebih dari 15 tahun sebanyak 13 orang
responden dengan presentase sebesar 43,3%. Kemudian
dengan pengalaman bekerja selama 9-11 tahun sebanyak 8
orang responden dengan presentase sebesar 26,7%.
Sedangkan responden dengan pengalaman bekerja terendah
yakni kurang dari 5 tahun sebanyak 6 orang responden
dengan presentase sebesar 20%.

6. Komposisi Pendapatan Responden Sebelum dan


Sesudah Reklamasi
Pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang
diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu
tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang
telah disumbangkan. Perilaku konsumsi dari masing-masing
individu berhubungan dengan sikap lingkungan hidup dan
juga cara hidup beserta pendapatan mereka. Adanya perilaku
konsumsi yang dilakukan seseorang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup, mengurangi nilai guna barang
atau jasa, dan juga mendapatkan kepuasan untuk diri mereka.

86
Tabel 4.14 Komposisi Responden Berdasarkan
Pendapatan Sebelum Reklamasi

No Pendapatan Sebelum Reklamasi Jumlah Presentase (%)

1 Kurang dari Rp 1.500.000 3 10%

2 Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 14 46,7%

3 Rp 3.000.000 – Rp 4.500.000 3 10%

4 Rp 4.500.000 – Rp 6.000.000 9 30%

5 Lebih dari Rp 6.000.000 1 3,3%

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Dari hasil penelitian, Tabel 4.14 menunjukkan


pendapatan bersih perbulan yang dihasilkan sebelum adanya
pembangunan reklamasi oleh responden tertinggi lebih dari
Rp 6.000.00 perbulan sebanyak 1 orang responden dengan
persentase 3,3%. Sedangkan pendapatan bersih perbulan
yang dihasilkan terendah sebesar kurang dari Rp 1.500.000
perbulan sebanyak 3 orang responden dengan persentase
10%. Sebelum adanya pembangunan reklamasi, kebanyakan
responden menerima pendapatan perbulan sebesar Rp
1.500.000 – Rp 3.000.000 dengan jumlah responden
sebanyakan 14 orang responden dan presentase sebesar
46,7%.

87
Setelah adanya pembangunan reklamasi, pendapatan
nelayan menjadi semakin berkurang dan juga wilayah yang
tersedia kurang dapat dimanfaatkan dengan baik untuk
dijadikan bagang penangkapan ikan. Selain juga karena
wilayah penangkapan ikan semakin sempit dan dangkal,
ditambah pula dengan biaya keperluan untuk melaut semakin
meningkat karena nelayan harus mencari ikan ke perairan
yang lebih jauh sejak adanya pembangunan reklamasi ini.

Tabel 4.15 Komposisi Responden Berdasarkan


Pendapatan Sesudah Reklamasi

No Pendapatan Sesudah Reklamasi Jumlah Presentase (%)

1 Kurang dari Rp 1.500.000 11 36,7%

2 Rp 1.500.000 – Rp 3.000.000 12 40%

3 Rp 3.000.000 – Rp 4.500.000 6 20%

4 Rp 4.500.000 – Rp 6.000.000 1 3,3%

5 Lebih dari Rp.6.000.000 0 0

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Dari hasil penelitian, Tabel 4.15 menunjukkan


pendapatan bersih perbulan yang dihasilkan setelah adanya
pembangunan reklamasi oleh responden tertinggi hanya

88
sebesar Rp 4.500.000 – Rp 6.000.000 perbulan sebanyak 1
orang responden dengan persentase 3,3%. Sedangkan
pendapatan bersih perbulan yang dihasilkan terendah sebesar
kurang dari Rp 1.500.000 perbulan sebanyak 11 orang
responden dengan persentase 36,7%.
Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.14 dan Tabel 4.15
diatas, menunjukkan bahwa pendapatan perbulan dari hasil
menangkap ikan sebelum reklamasi dan sesudah adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru ini
mengakibatkan perubahan pendapatan untuk para responden,
baik untuk para nelayan maupun mereka yang bekerja
sebagai non-nelayan. Hal ini dikarenakan hasil tangkapan
ikan menjadi semakin sedikit dan juga nelayan sudah tidak
bisa membuat tambak disekitar laut lagi. Selain itu, biaya
yang dikeluarkan untuk biaya operasional, kebutuhan kapal,
pasokan makanan nelayan membutuhkan biaya yang sedikit.
Sedangkan pendapatan perbulan yang dihasilkan sesudah
adanya reklamasi mengalami penurunan pendapatan
dikarenakan oleh faktor yang membuat hasil tangkapan ikan
berkurang dan biaya operasional yang sangat besar. Dapat
dilihat bahwa banyak nelayan yang merasa dirugikan dari
apanya pembangunan reklamasi ini dan sangat berpengaruh
terhadap kehidupan para keluarga nelayan. Penurunan
pendapatan ini membuat para nelayan merugi, sehingga
setelah adanya reklamasi nelayan pun harus banyak yang
bekerja sampingan atau mencari pekerja lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.

89
7. Komposisi Pengeluaran Responden Sebelum dan
Sesudah Reklamasi
a. Pengeluaran Kebutuhan Pangan Rumah Tangga
Pengeluaran kebutuhan pangan pada rumah tangga ini
ialah mengenai pengeluaran yang mereka keluarkan dalam
waktu satu bulan untuk biaya membeli beras, lauk pauk
dan sayur mayur, kebutuhan dapur, serta makanan
ataupun minuman tambahan yang lainnya. Sebelum
adanya pembangunan reklamasi ini, pengeluaran
kebutuhan pangan rumah tangga nelayan tertinggi ialah
sebesar Rp 1.430.000 dan pengeluaran terendah ialah
sebesar Rp 300.000. Sedangkan pengeluaran kebutuhan
pangan rumah tangga non-nelayan tertinggi ialah sebesar
Rp 1.275.000 dan pengeluaran terendah ialah sebesar Rp
250.000.
Namun, setelah adanya pembangunan reklamasi
pengeluaran kebutuhan pangan pada rumah tangga
semakin meningkat. Pengeluaran kebutuhan pangan
rumah tangga nelayan setelah reklamasi tertinggi yaitu
sebesar Rp 1.525.000, sedangkan pengeluaran kebutuhan
pangan terendah yaitu sebesar Rp 370.000. Sedangkan
pengeluaran kebutuhan pangan rumah tangga non-nelayan
setelah reklamasi tertinggi ialah sebesar Rp 1.525.000 dan
pengeluaran terendah ialah sebesar Rp 350.000.
Sehingga dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan
kebutuhan pangan rumah tangga yang harus dikeluarkan,

90
hal ini juga dikarenakan harga beli yang semakin tinggi
serta kebutuhan akan pangan yang juga semakin banyak.

Tabel 4.16 Pengeluaran Kebutuhan Pangan


Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Pengeluaran Pangan Rumah Tangga


Mata
No Terbesar Terkecil
Pencaharian
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Nelayan Rp 1.430.000 Rp 1.525.000 Rp 300.000 Rp 370.000

2 Non-nelayan Rp 1.275.000 Rp 1.525.000 Rp 250.000 Rp350.000

(Sumber: Data Primer)

b. Pengeluaran Kebutuhan Non-Pangan Rumah


Tangga
Pengeluaran kebutuhan non-pangan pada rumah
tangga ini ialah mengenai pengeluaran yang mereka
keluarkan dalam waktu satu bulan untuk biaya
pendidikan, kesehatan, listrik dan air. Sebelum adanya
pembangunan reklamasi ini, pengeluaran kebutuhan non-
pangan rumah tangga tertinggi untuk responden yang
bermata pencaharian sebagai nelayan ialah sebesar Rp
1.500.000 dan pengeluaran terendah ialah sebesar Rp
250.000. Sedangkan untuk para responden yang bermata

91
pencaharian sebagai non-nelayan ialah sebesar Rp
1.415.000 dan pengeluaran terendah ialah sebesar Rp
300.000.
Namun, setelah adanya pembangunan reklamasi
pengeluaran kebutuhan non-pangan pada rumah tangga
semakin meningkat. Pengeluaran kebutuhan non-pangan
setelah reklamasi tertinggi untuk responden yang bermata
pencaharian sebagai nelayan ialah sebesar Rp 1.665.000
dan pengeluaran terendah ialah sebesar Rp 335.000.
Sedangkan untuk para responden yang bermata
pencaharian sebagai non-nelayan ialah sebesar Rp
1.665.000 dan pengeluaran terendah ialah sebesar Rp
550.000.
Sehingga dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan
kebutuhan non-pangan rumah tangga untuk para keluarga
yang bermata pencaharian sebagai nelayan maupun non-
nelayan, hal ini juga dikarenakan oleh adanya wabah virus
Covid-19 yang masih terus merebak sehingga mereka
harus selalu menjaga kesehatan dan harus mengeluarkan
biaya yang lebih untuk keperluan kesehatan.

92
Tabel 4.17 Pengeluaran Kebutuhan Non-Pangan
Rumah Tangga Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Pengeluaran Non-Pangan Rumah Tangga


Mata
No Terbesar Terkecil
Pencaharian
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Nelayan Rp 1.500.000 Rp 1.665.000 Rp 250.000 Rp 335.000

2 Non-nelayan Rp 1.415.000 Rp 1.665.000 Rp 300.000 Rp 550.000

(Sumber: Data Primer)

8. Hasil Penelitian Dampak Reklamasi

Terdapat dampak positif dan dampak negatif terhadap


masyarakat dan juga ekosistem pesisir laut yang ditimbulkan
dari adanya pembangunan reklamasi ini. Dalam menganalisis
hasil jawaban responden terhadap adanya reklamasi ini,
digunakan metode pengukuran dengan skala likert yang akan
dibagi menjadi empat kategori yaitu kategori Sangat Tidak
Setuju, Tidak Setuju, Setuju, dan Sangat Setuju. Menurut
Istijanto (2005) skala likert adalah untuk mengukur tingkat
persetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap
serangkaian pertanyaan yang mengukur suatu obyek (Sahadi
2018, 118). Dan tabulasi akan dibagi menjadi dua bagian

93
yaitu berdasarkan dampak positif dan dampak negatif,
sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.

a. Dampak Sosial Pembangunan Reklamasi


Melihat berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat 13 orang
responden dengan presentase sebesar 43,3% yang setuju akan
adanya reklamasi. Hal ini mungkin karena adanya
pembangunan reklamasi tersebut tidak menganggu terhadap
mata pencaharian mereka, disamping itu juga karena mereka
mendukung pemerintah akan adanya proyek pembangunan
reklamasi ini di wilayah mereka terlebih lagi jika
pembangunan ini dilakukan untuk kepentingan publik.
Reklamasi ini juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar, seperti pemikiran yang
dikemukakan oleh Ibu Nurlina yang berpendapat dalam
wawancara bahwa sebagai berikut:

“Keuntungannya mah ada sebagian warga yang


kerja disitu, menguntungkannya disitu lah jadinya
kan menciptakan lapangan pekerjaan baru ya untuk
masyarakat sini.” (Nurlina, 2021)

Pernyataan ini sejalan dengan pendapat yang diuatarakan


oleh Ibu Wartini dalam wawancara sebagai berikut:

“Kalau keuntungannya sih karena ada sebagian


warga yang kerja disitu, jadi kan menciptakan
lapangan pekerjaan baru buat masyarakat sini ya. Itu

94
sih yang bisa dibilang keuntungan dari adanya
reklamasi itu buat warga sini.” (Wartini, 2021)

Dan terdapat 17 responden dengan presentase sebesar


56,7% yang menyatakan bahwa mereka tidak setuju dari
adanya pembangunan reklamasi ini karena menimbulkan
dampak-dampak sosial yang merugikan untuk para
masyarakat khususnya untuk nelayan. Hal ini juga
disampaikan oleh Bapak Rastoni dalam wawancara sebagai
berikut:

“mata pencaharian mereka jadi agak sulit, dapetnya


juga cuma sedikit gitu nyari ikannya, jaraknya juga
sekarang jadi semakin jauh” (Rastoni, 2021)

Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat Ibu Nurlina


dalam wawancara sebagai berikut:

“Terus juga nelayan-nelayan itu gak bisa kaya dulu


gitu, karena kan tempat mereka jadi agak sempit,
jarak nangkap ikan sama cari jalannya juga jadi
susah gitu”. (Nurlina, 2021)

Berikut adalah tabel hasil jawaban responden terhadap


reklamasi berdasarkan kepada indikator dampak sosial:

95
Tabel 4.18 Hasil Jawaban Responden Terhadap
Pembangunan Reklamasi Berdasarkan Indikator
Dampak Sosial

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 17 56,7%

3 Setuju 13 43,3%

4 Sangat Setuju 0 0

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan hasil jawaban responden mengenai kuesioner


menurut indikator pertanyaan dampak sosial yang
ditunjukkan pada Tabel 4.18 di atas, terlihat bahwa terdapat
13 orang responden dengan presentase sebesar 43,3% yang
menganggap pembangunan ini berdampak positif dan 17
responden dengan presentase sebesar 56,7% yang
menganggap pembangunan reklamasi ini memberikan
dampak negatif, khususnya untuk para nelayan karena
merekalah yang sangat dirugikan dari adanya reklamasi ini.
Dan adapun hasil tabel sikap responden terhadap reklamasi
berdasarkan kepada indikator dampak sosial ialah sebagai
berikut:

96
Tabel 4.19 Sikap Responden Terhadap Reklamasi
Berdasarkan Indikator Dampak Sosial

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Dampak Positif 13 43,3%

2 Dampak Negatif 17 56,7%

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

b. Dampak Ekonomi Pembangunan Reklamasi


Hasil penelitian berdasarkan indikator dampak ekonomi
dapat diketahui bahwa terdapat 14 orang responden dengan
presentase sebesar 46,7% yang setuju dan tidak menganggap
pembangunan reklamasi ini menimbulkan dampak ekonomi
yang buruk untuk mata pencaharian dan kehidupan
perekonomian mereka. Selain itu terdapat 16 orang
responden dengan presentase sebesar 53,3% yang tidak
setuju dan menganggap bahwa adanya reklamasi ini
menyebabkan dampak ekonomi yang merugikan, terutama
untuk para nelayan.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Bapak Rastoni dalam wawancara sebagai
berikut:

“Hasil mata pencahariannya berkurang, yang


tadinya dapetnya lumayan sekarang jadi semakin

97
berkurang semenjak dari adanya pembangunan itu.
Karena kan adanya reklamasi itu ngebuat sebagian
laut jadi abis untuk pencaharian mereka gitu ya di
laut, sekarang mereka jadi makin pada sulit gitu
nyari ikannya si nelayan.” (Rastoni, 2021)

Pernyataan tersebut juga didukung oleh pendapat Ibu


Wartini mengenai penurunan pendapatan dan hasil tangkapan
ikan, dalam wawancara sebagai berikut:

“katanya semenjak adanya pembangunan itu ya


pendapatan makin turun, ikan-ikan yang didapet juga
semakin sedikit ya. Soalnya pembangunan itu bikin
ikan-ikan banyak yang mati ya.” (Wartini, 2021)

Berikut adalah tabel hasil jawaban responden terhadap


reklamasi berdasarkan pada indikator dampak ekonomi:

98
Tabel 4.20 Hasil Jawaban Responden Terhadap
Pembangunan Reklamasi Berdasarkan Indikator
Dampak Ekonomi

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Tidak Setuju 0 0

2 Tidak Setuju 16 53,3%

3 Setuju 14 46,7%

4 Sangat Setuju 0 0

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan hasil jawaban responden mengenai kuesioner


menurut indikator pertanyaan dampak ekonomi yang
ditunjukkan pada Tabel 4.20 di atas, terlihat bahwa terdapat
14 orang responden dengan presentase sebesar 46,7% yang
menganggap pembangunan ini berdampak positif dan 16
orang responden dengan presentase sebesar 53,3% yang
menganggap pembangunan reklamasi ini memberikan
dampak negatif, karena banyak nelayan yang merasakan
dampak negatif dari adanya pembangunan reklamasi
berdasarkan pada dampak ekonomi. Berikut adalah tabel
sikap responden terhadap reklamasi berdasarkan kepada
indikator dampak ekonomi, yaitu:

99
Tabel 4.21 Sikap Responden Terhadap
Reklamasi Berdasarkan Indikator Dampak
Ekonomi

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Dampak Positif 14 46,7%

2 Dampak Negatif 16 53,3%

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

c. Dampak Ekologi Pembangunan Reklamasi


Melihat berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan, dapat diketahui bahwa hanya terdapat 2 orang
responden dengan presentase sebesar 6,7% yang setuju dan
menganggap pembangunan reklamasi ini tidak memberikan
dampak ekologi buruk untuk wilayah sekitar. Namun,
terdapat 12 orang responden dengan presentase sebesar 40%
yang menyatakan sangat tidak setuju dan 16 orang responden
dengan presentase sebesar 53,7% yang menyatakan tidak
setuju. Sehingga bila ditotal terdapat 28 orang responden
dengan presentase 93,3% yang menyatakan bahwa mereka
tidak setuju dan menganggap bahwa reklamasi memberikan
dampak ekologi yang merugikan untuk masyarakat yang
lingkungan sekitar pembangunan reklamasi.

100
Salah satunya ialah masyarakat yang semakin terganggu
karena semakin banyaknya debu dan suara bisik semenjak
adanya reklamasi di wilayah rumah mereka. Seperti yang
dikatakan oleh Ibu Nurlina dalam wawancara sebagai
berikut:

“air lautnya jadi kotor, sebagian warga juga ada


yang bilang jadi berisik ya semenjak adanya
pembangunan itu. Apalagi kan semenjak adanya
pembangunan itu banyak truk-truk atau container
yang suka bulak-balik kesitu jadi debu makin banyak
terus juga jadi berisik kan kalau truk-truk lagi pada
kesitu” (Nurlina, 2021)

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat menurut Ibu


Wartini dalam wawancara sebagai berikut:

“air lautnya juga jadi kotor gitu udah gak sebagus


dulu gitu lah. Terus apa ya, wilayah laut jadi semakin
sempit, bikin tempat-tempat yang biasa dijadiin
sandaran perahu sama nelayan yang tadinya luas
banyak begitu sekarang mah jadi sedikit, jadi sempit
gitu. Kalau buat warga sini sih katanya jadi berisik
sama banyak debu, soalnya banyak truk-truk sama
container yang sering kesini.” (Wartini, 2021)

Berikut adalah tabel hasil jawaban responden terhadap


reklamasi berdasarkan pada indikator dampak ekologi:

101
Tabel 4.22 Hasil Jawaban Responden Terhadap
Pembangunan Reklamasi Berdasarkan Indikator
Dampak Ekologi

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Tidak Setuju 12 40%

2 Tidak Setuju 16 53,3%

3 Setuju 2 6,7%

4 Sangat Setuju 0 0

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

Berdasarkan hasil jawaban responden mengenai kuesioner


menurut indikator pertanyaan dampak ekologi yang
ditunjukkan pada Tabel 4.22 di atas, terlihat bahwa terdapat
2 orang responden dengan presentase sebesar 6,7% yang
menganggap pembangunan ini berdampak positif dan 28
orang responden dengan presentase sebesar 93,3% yang
menganggap pembangunan reklamasi ini memberikan
dampak negatif, hal ini disebabkan karena sangat banyak
nelayan yang merasakan dampak negatif dari adanya
pembangunan reklamasi berdasarkan pada dampak ekologi
yang juga berimbas kepada hasil tangkapan ikan mereka.

102
Berikut adalah tabel sikap responden terhadap reklamasi
berdasarkan kepada indikator dampak ekonomi, yaitu:

Tabel 4.23 Sikap Responden Terhadap Reklamasi


Berdasarkan Indikator Dampak Ekologi

No Kategori Jumlah Presentase (%)

1 Dampak Positif 2 6,7%

2 Dampak Negatif 28 93,3%

Total 30 100%

(Sumber: Data Primer)

103
BAB V

PEMBAHASAN

Kegiatan kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh


pemerintah dalam beragam bentuk kegiatan pada dasarnya
melahirkan dampak kepada lingkungan. Reklamasi berdasarkan
penjelasan dari Suharso (1996) adalah subsistem dari system
pantai. Dampak dan perubahan pantai yang terjadi akibat dari
adanya pembangunan reklamasi tidak hanya bersifat lokal tetapi
juga meluas.

Irawan mendefinisikan dampak merupakan suatu


perubahan baik kondisi fisik maupun kondisi sosial sebagai akibat
hasil dari adanya suatu kebijakan. Akibat yang ditimbulkan oleh
intervensi program terhadap kelompok sasaran baik itu yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan oleh mereka, serta
apakah akibat dari intervensi tersebut dapat menimbulkan suatu
pola perilaku hidup yang baru atau tidak terhadap kelompok
sasaran (Ratna Sari Octavia 2015, 29).

Terdapat dampak positif dan dampak negatif terhadap


masyarakat dan juga ekosistem pesisir laut yang ditimbulkan dari
adanya pembangunan reklamasi ini. Dampak yang ditimbulkan
pun juga memiliki sifat dampak jangka panjang dan jangka pendek
yang dipengaruhi lingkungan ekosistem dan juga masyarakat
sekitar.

Secara umum dampak positif dari kegiatan reklamasi


sesuai dengan tujuan diadakannya reklamasi, yaitu menghidupkan

104
kembali transportasi air, membuka peluang pembangunan wilayah
pesisir, meningkatkan pariwisata bahari, serta meningkatkan
pendapatan daerah. Reklamasi banyak memberikan keuntungan
dalam mengembangkan wilayah kawasan pesisir dan penataan
daerah pantai. Pulau hasil reklamasi juga dapat menahan
gelombang pasang yang mengikis pantai dan menjadi tanggul
untuk menahan banjir rob di daratan. (R.A. Arya Ramania
Numitta, 2017, 9). Berikut ini adalah dampak positif dari proses
reklamasi pantai:

1) Ada tambahan daratan buatan hasil pengurugan pantai


sehingga dapat dimanfaatkan untuk bermacam kebutuhan.

2) Daerah yang dilakukan reklamasi menjadi aman terhadap


erosi karena konstruksi pengaman sudah disiapkan sekuat
mungkin untuk dapat menahan gempuran ombak laut.

3) Daerah yang ketinggianya dibawah permukaan air laut bisa


aman terhadap banjir apabila dibuat tembok penahan air
laut di sepanjang pantai.

4) Tata lingkungan yang bagus dengan perletakan taman


sesuai perencanaan, sehingga dapat berfungsi sebagai area
rekreasi yang sangat memikat pengunjung.

Pembangunan reklamasi juga banyak memberikan manfaat


bagi perkembangan wilayah. Penerapan ini memberikan alternatif
dalam penyediaan lahan baru untuk perluasan wilayah,
pengelolaan wilayah pantai, melahirkan alternatif kegiatan dan
peningkatan wisata bahari. Pulau hasil dari pembentukan

105
pembangunan reklamasi dapat membendung gelombang pasang
yang mengikis pantai. Selain itu dampak positif dari pembangunan
reklamasi ini bisa berperan sebagai bendungan untuk mencegah
banjir rob di daratan (Ruchyat Deni Djakapermana 2013, 4).

Selain dampak positif, adanya pembangunan reklamasi ini


juga berdampak negatif. Menurut Moch. Choirul Huda (2013, 127,
dalam Jennefer Laidley, 2005, 196) dampak negatif dari proses
reklamasi pada lingkungan meliputi dampak fisik seperti halnya
perubahan hidro-oseanografi, sedimentasi, peningkatan kekeruhan
air, pencemaran laut, peningkatan potensi banjir dan genangan di
wilayah pesisir, rusaknya habitat laut dan ekosistemnya. Selain itu,
reklamasi juga akan berdampak pada perubahan sosial ekonomi
seperti kesulitan akses publik ke pantai, berkurangnya mata
pencaharian. Kehilangan mata pencaharian merupakan dampak
sosial sekaligus ekonomi yang dirasakan oleh warga.

Proses pembangunan di Pantai Utara Jakarta telah merusak


ekosistem di sekitar pantai, serta adanya pencemaran limbah yang
menyebabkan menurunnya sumber daya perairan laut. Hal ini
menyebabkan nelayan sulit mendapatkan ikan dan berbagai
sumber daya laut lainnya yang selama ini menjadi penghidupan
mereka. Kondisi ini tidak hanya menurunkan tingkat pendapatan
nelayan, tetapi juga menjadikan nelayan jatuh ke jurang
kemiskinan akibat hilangnya mata pencaharian (Mulyadi .M, 2016,
11). Selain kehilangan mata pencaharian dampak dari proses
pembangunan reklamasi Pantai Utara Jakarta ialah terjadinya
penggusuran permukiman masyarakat. Penggusuran adalah

106
pengusiran paksa, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang dilakukan pemerintah setempat terhadap penduduk yang
menggunakan sumber daya lahan untuk keperluan pribadinya.

Lumain (2003) mengemukakan bahwa reklamasi


memberikan dampak sosial ekonomi baik itu positif maupun
negatif untuk masyarakat. Kehidupan sosial ekonomi di
masyarakat Ini merupakan proses yang berkesinambungan, artinya
setiap masyarakat akan mengalami perubahan dalam segala aspek
kehidupan. Perubahan yang diakibatkan oleh pembangunan mau
tidak mau akan berdampak pada kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat. Dengan berkembangnya peradaban dan kegiatan
sosial ekonomi, manusia memanfaatkan wilayah pesisir untuk
berbagai keperluan. Konsekuensi yang timbul adalah persoalan
penyediaan lahan untuk kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
Cara untuk mendapatkan lahan baru adalah dengan menerapkan
kebijakan reklamasi pantai. Kehidupan masyarakat nelayan
merupakan kondisi yang nyata dan dapat diungkapkan melalui
usaha mereka yang sangat dipengaruhi oleh adanya musim
penangkapan ikan, kondisi alam yang terkadang buruk,
terbatasnya modal yang ada, serta tingkat pendidikan yang rendah
hingga mengakibatkan terhadapkan kondisi sosial ekonomi
mereka yang rendah (Nadia Watung 2013, 103).

Berdasarkan pada pemaparan sebelumnya, dapat dilihat


bahwa reklamasi ini memberikan dampak yang negatif untuk
kehidupan sosial ekonomi para nelayan Kalibaru, sehingga pada
bab pembahasan ini akan dijelaskan secara merinci mengenai

107
dampak reklamasi terhadap kehidupan sosial dan kehidupan
ekonomi nelayan Kalibaru. Data yang terkumpul dari hasil
kuisioner yang dibagikan kepada responden kemudian dianalisis.
Untuk memudahkan menganalisis data hasil penelitian tersebut,
maka indikator pertanyaan akan dibagi berdasarkan tiga sub bab
yaitu indikator pertanyaan berdasarkan dampak sosial, dampak
ekonomi, dan dampak ekologi.

1. Dampak Sosial Pembangunan Reklamasi


Dampak sosial adalah hasil dari tindakan individu, kelompok,
masyarakat dari berbagai konsekuensi, sosial dan budaya hingga
kelompok, yang mengubah perilaku masyarakat dengan cara
bagaimana hidup harus dijalani, bekerja keras, bermain dengan
teman sebaya, berinteraksi, mencoba untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka dan berusaha untuk menjadi kelompok anggota
masyarakat yang memadai dan sesuai. Konsekuensi budaya
melibatkan perubahan nilai, norma, dan kepercayaan
merasionalisasi dan membimbing akal sehat publik. Dampak sosial
ini merupakan konsekuensi sosial yang timbul dari adanya suatu
kegiatan atau aktivitas pembangunan, baik itu berupa penerapan
suatu kebijakan maupun program (Dwifany 2019, 5).
Berdasarkan hasil penelitian dampak sosial terhadap
reklamasi yang sudah dijabarkan sebelumnya, diketahui terdapat
43,3% jawaban responden yang berpendapat bahwa mereka setuju
mengenai adanya pembangunan reklamasi ini dan juga dengan
adanya pembangunan reklamasi tersebut dapat memberikan
dampak sosial yang positif. Hal ini mungkin karena adanya

108
pembangunan reklamasi tersebut tidak menganggu terhadap mata
pencaharian mereka, disamping itu juga karena mereka
mendukung pemerintah akan adanya proyek pembangunan
reklamasi ini di wilayah mereka terlebih lagi jika pembangunan ini
dilakukan untuk kepentingan publik.
Pembangunan reklamasi juga memberikan manfaat bagi
perkembangan wilayah, seperti penyediaan lahan baru untuk
perluasan wilayah dan pengelolaan wilayah pantai. Selain itu
mereka yang setuju dengan adanya pembangunan ini berpendapat
bahwa pembangunan reklamasi ini dapat menciptakan lapangan
pekerjaan baru untuk masyarakat sekitaran proyek pembangunan,
hal ini lah yang menjadi keuntungan dari adanya pembangunan
reklamasi.

Namun terdapat 56,7% jawaban responden yang tidak setuju


dan berpendapat bahwa adanya reklamasi ini memberikan dampak
sosial yang negatif, khusunya untuk nelayan pesisir. Akibat proyek
reklamasi, dampak sosial yang paling dirasakan masyarakat adalah
penggusuran. Para nelayan tidak setuju akan adanya pembangunan
reklamasi ini, karena banyak rumah-rumah mereka yang harus
tergusur untuk keperluan pembangunan yang menyebabkan
pekerjaan mereka menjadi terganggu dan bahkan harus kehilangan
mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Di kota besar seperti
Jakarta, penggusuran kampung-kampung miskin telah
menghancurkan jaringan sosial tetangga dan keluarga serta
menghancurkan stabilitas kehidupan sehari-hari. Contohnya
termasuk pekerjaan dan sekolah dan penghapusan aset tempat

109
tinggal. Masyarakat yang dulunya tinggal di perkampungan
nelayan kini tercerai-berai karena kawasan pemukimannya telah
tergusur untuk membangun berbagai fasilitas penunjang
reklamasi.

Saat penggusuran pun tidak ada ganti rugi untuk masyarakat


yang terkena gusuran rumah tersebut, sehingga mereka tidak
menerima apapun dari adanya penggusuran rumah mereka untuk
pembangunan reklamasi. Dari penggusuran tersebut, banyak
masyarakat yang kehilangan tempat tinggal mereka, selain itu
timbul rasa kecemasan masyarakat akan kehidupan yang layak.
Hal itu lah yang menyebabkan terjadinya kesehatan mental
masyarakat yang tergenggu. Masyarakat nelayan yang sebelum
adanya pembangunan reklamasi dapat hidup dengan layak
semenjak terjadinya reklamasi kini mereka harus merasakan
kerugian yang sangat besar.
Tempat beristirahat untuk perahu-perahu mereka pun menjadi
semakin sempit karena pembangunan-pembangunan tersebut,
tempat yang dulunya dijadikan sebagai tempat untuk sandaran
perahu kini berubah menjadi tempat beton-beton dan bangunan-
bangunan reklamasi. Selain itu para nelayan juga harus menumpuh
jarak melaut yang lebih jauh dan ikan yang didapatkan pun
menjadi lebih sedikit semenjak adanya reklamasi ini. Salah satu
dampak sosial yang dirasakan pada proses pembangunan
reklamasi ini, adalah ketika komunitas nelayan kecil di Kalibaru
ini menjadi sulit mengakses laut, dampak sosial lain yang
dirasakan adalah ancaman kepunahan profesi sebagai nelayan.

110
Dampak yang timbulkan berupa dampak positif dan dampak
negatif karena adanya pembangunan reklamasi ini berpengaruh
terhadap kesimbangan dalam kehidupan masyarakat, seperti yang
dikemukakan oleh Soekanto yang berpendapat bahwa dampak
sosial ialah akibat dari masalah sosial yang terjadi di dalam
masyarakat, dampak sosial juga lahir apabila terdapat aktivitas
seperti proyek, program ataupun kebijakan yang diterapkan pada
suatu masyarakat. Aktivitas ini lah yang akan mempengaruhi
keseimbangan dalam suatu system masyarakat dan dapat bersifat
positif maupun negatif (Isna & Ricka 2016, 155). Dapat diambil
kesimpulan bahwa berdasarkan pada dampak sosialnya, lebih
banyak masyarakat yang merasakan dampak negatif dibandingkan
dampak positif dari adanya pembangunan reklamasi ini untuk para
masyarakat di sekitaran proyek reklamasi wilayah Kalibaru.

2. Dampak Ekonomi Pembangunan Reklamasi


Dampak ekonomi berdasarkan penjelasan dari Cohen ialah
dampak yang terdiri dampak terhadap pendapatan, dampak
terhadap aktivitas ekonomi, dan dampak terhadap pengeluaran. Ini
lebih memperjelas bahwa dampak ekonomi ialah yang dijelaskan
sebagai akibat dari suatu adanya perubahan yang terjadi di
lingkungan (Dwifany 2019, 5). Dampak ekonomi bisa positif atau
negatif, dampak positif dari dampak ekonomi bisa langsung. Selain
dampak positif langsung, juga akan ada dampak lain seperti
dampak tidak langsung. Dampak tidak langsung berupa kegiatan
ekonomi lokal dari pengeluaran dinas bisnis, dan pengeluaran
tersebut akan langsung terpengaruh dan diinduksi. Weber dalam

111
teorinya juga berpendapat bahwa kegiatan ekonomi dapat dilihat
sebagai kegiatan sosial selama kegiatan tersebut masih
memperhatikan perilaku orang lain (Heriyanto 2012, 3).
Reklamasi ini menimbulkan dampak ekonomi terutama pada
dampak terhadap pendapatan mata pencaharian nelayan. Semakin
tingginya harga BBM, kondisi cuaca yang sering tidak menentu,
hasil tangkapan yang semakin sedikit, biaya sekolah dan kesehatan
keluarga, semakin jauhnya jarak tempuh untuk menangkap ikan
yang mengakibatkan semakin besar biaya operasional yang harus
dikeluarkan sangatlah berpengaruh terhadap perekonomian
nelayan.
Sebelum adanya pembangunan reklamasi, mereka biasanya
menggunakan perairan wilayah tersebut untuk membuat tambak
bagang untuk menangkap ikan, bahkan biaya operasionalnya yang
hanya bermodalkan kecil tetapi mereka dapat memiliki pendapatan
cukup dari hasil tangkapan ikan. Namun, setelah adanya
pembangunan reklamasi terjadi penurunan pendapatan nelayan
sedangkan pengeluaran yang harus dibayar untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari menjadi semakin besar. Hal inilah yang
menjadi dampak ekonomi dari adanya pembangunan reklamasi
terhadap para nelayan.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak ekonomi dari
adanya pembangunan reklamasi yang sudah dijabarkan
sebelumnya, diketahui terdapat 46,7% jawaban responden yang
berpendapat bahwa mereka setuju dan berpendapat dengan adanya
reklamasi di wilayah mereka memberikan dampak ekonomi yang
positif untuk kehidupan mereka. Mungkin dengan adanya

112
reklamasi ini sebagai salah satu pengembangan kualitas dan nilai
ekonomi wilayah pesisir, terlebih lagi terdapat penciptaan
lapangan pekerjaan baru yang artinya terbukanya kesempatan
untuk mereka bekerja bagi keluarga atau masyarakat sekitar yang
secara tidak langsung menyerap tenaga kerja masyarakat lokal dan
dapat menambah pendapatan keluarga mereka serta meningkatkan
taraf hidup perekonomian mereka.
Tetapi terdapat 53,3% jawaban responden yang tidak setuju
adanya reklamasi ini dan menganggap bahwa pembangunan
reklamasi ini memberikan pengaruh yang negatif untuk
perekonomian mereka, terutama para nelayan yang mata
pencahariannya menjadi terganggu. Nelayan-nelayan tersebut
merasa bahwa semenjak pembangunan reklamasi di wilayah
Kalibaru ini menyebabkan penghasilan melaut mereka semakin
berkurang dan semakin sedikit, selain itu dari penghasilan yang
sedikit tersebut mereka juga harus membeli dan membayar
pengeluaran untuk kebutuhan hidup mereka sehari-sehari.
Dari terlaksanakannya reklamasi para nelayanlah yang sangat
merasakan kerugiannya, karena adanya reklamasi tersebut
menyebabkan hasil mata pencaharian mereka semakin berkurang,
wilayah penangkapan ikan pun menjadi semakin sempit karena
bagian laut menjadi habis dan berubah menjadi daratan sehingga
ikan yang didapatkan pun juga menjadi semakin sedikit.
Banyak juga nelayan yang tidak tercukupi untuk sandang,
pangan, dan papan keluarga mereka, belum lagi untuk keperluan
sekolah anak dan biaya kesehatan. Ditambah lagi karena adanya
wabah virus Covid-19 yang tidak kunjung mereda menyebabkan

113
mereka harus selalu menjaga keluarga mereka agar tetap sehat
sehingga mereka harus mengeluarkan biaya untuk keperluan
kesehatan yang lebih besar.
Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya pengeluaran
rumah tangga semakin banyak. Dari penghasilan sedikit yang
didapatkan membuat perubahan terhadap penggunaan jumlah dan
kualitas barang semakin menurun untuk mencukupi kebutuhan
hidup mereka, yang meski terkadang tidak jarang dari mereka yang
harus memaksakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga
walaupun sebenarnya tidak mampu. Maka, dapat ditarik
kesimpulan bahwa lebih banyak masyarakat yang merasakan
dampak negatif dibandingkan dengan masyarakat yang merasakan
dampak positif dari adanya pembangunan reklamasi bila dilihat
berdasarkan aspek dampak ekonominya.
Memburuknya kondisi ekonomi nelayan juga berdampak
langsung pada pendidikan anak-anak nelayan, membuat nelayan
tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya. Pendapatan
nelayan tidak menentu, sehingga saat reklamasi, masyarakat yang
berprofesi sebagai nelayan mencari pekerjaan tambahan untuk
menghidupi sebagian penduduk yang tinggal di wilayah sekitaran
proyek pembangunan.

3. Dampak Ekologi Pembangunan Reklamasi


Dampak ekologi menurut Sugono adalah dampak yang
berkaitan dengan lingkungan. Dengan demikian, dampak ekologis
adalah pengaruh penggunaan bahasa terhadap ekologi atau
ekosistem, baik positif (pertahanan) maupun negatif (merusak).

114
Masalah ekologi secara langsung mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Media massa telah terbuka pengetahuan publik
tentang dampak pencemaran lingkungan pada ruang publik. Pada
dasarnya masalah pencemaran ini dapat berdampak luas karena
dapat terjadi di berbagai lingkungan fisik kehidupan manusia.
Menurut penelitian Luoma dan Carter (1991), respon ekologi yang
biasanya disebabkan oleh pencemaran dan gangguan lainnya
adalah penurunan jumlah taksa, kelimpahan, dan perubahan
komposisi taksa dari taksa sensitif menjadi toleran (Mantiri dkk
2018, 151).
Bila melihat pada hasil penelitian terhadap pembangunan
reklamasi berdasarkan indikator dampak ekologi yang sudah
dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa hanya terdapat
6,7% jawaban responden yang setuju dan berpendapat bahwa
adanya reklamasi ini memberikan dampak yang positif. Hal ini
mungkin karena mereka berpendapat bahwa adanya reklamasi
dapat menekankan lahan yang diperkirakan kurang ataupun tidak
bermanfaat, penambahan suatu wilayah daratan baru,
pemeliharaan pantai dari erosi, serta sebagai bendungan untuk
mencegah banjir rob di daratan.
Namun, dapat dilihat juga bahwa terdapat 93,3% jawaban
responden yang tidak setuju dan menganggap dari adanya
reklamasi ini memberikan dampak ekologi yang merugikan untuk
masyarakat di lingkungan sekitar pembangunan reklamasi. Hal
tersebut karena dampak ekologi dari adanya reklamasi
menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem laut yang disebabkan
oleh limbah proyek sehingga air laut menjadi tercemar yang

115
mengakibatkan terhadap hilangnya habitat ikan serta biota laut
lainnya, hal ini juga yang menyebabkan penghasilan tangkapan
ikan nelayan menjadi berkurang. Keanekaragaman biota laut pun
semakin berkurang karena timbunan tanah urugan reklamasi serta
menyebabkan peningkatan erosi, sedimentasi dan kekeruhan air di
wilayah Kalibaru.
Kekayaan keberagaman hayati di wilayah pantai terhadap
kondisi ekosistem ini sangatlah membantu terhadap manfaat pantai
sebagai penahan daratan. Ekosistem yang terdapat pada perairan
pantai sangatlah rentan akan perubahan sehingga jika terdapat
perubahan yang baik itu secara alami maupun rekayasa akan
berdampak pada perubahan keseimbangan ekosistem perairan.
Apabila ekosistem perairan pantai terganggu pada waktu yang
lama, maka bisa dipastikan jika itu memberikan kerusakan pada
ekosistem wilayah pantai sehingga kondisi seperti inilah yang
membawa dampak terhadap kerusakan pantai (Ruchyat Deni
Djakapermana 2013, 4).
Selain berdampak buruk untuk ekosistem laut, reklamasi juga
menyebabkan peningkatan polusi udara dan polusi suara.
Masyarakat semakin terganggu karena semakin banyaknya debu
dan suara bisik semenjak adanya reklamasi di wilayah Kalibaru.
Hal ini karena kendaraan proyek seperti truk maupun container
sering berlalu-lalang disekitaran wilayah proyek reklamasi
sehingga mereka merasa terganggu dan tidak nyaman. Maka, dapat
ditarik kesimpulan bahwa sangat banyak masyarakat yang
merasakan dampak negatif dibandingkan dengan masyarakat yang

116
merasakan dampak positif dari adanya pembangunan reklamasi
bila dilihat berdasarkan aspek dampak ekologi.
Pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air dan tanah,
merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kegiatan
pembangunan. Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan
pembangunan akan berdampak negatif terhadap kesehatan,
kenikmatan hidup, perubahan iklim, keindahan alam, serta
keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Keberhasilan
pelaksanaan pembangunan tentunya memiliki lima permasalahan
pengolahan lingkungan di Indonesia, yaitu kebijakan, peraturan
perundang-undangan, kelembagaan, dukungan data dan informasi
lingkungan serta teknologi pengelolaan lingkungan, dan peran
serta masyarakat. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah
pembangunan yang dilakukan secara berkelanjutan dengan cara
dengan mengoptimalkan manfaat sumber daya alam di satu sisi
dan sumber daya manusia di sisi lain. Pelaksanaan pembangunan
bisa dilakukan dengan menyelaraskan aktivitas manusia dengan
kemampuan sumber daya alam yang tersedia tanpa menimbulkan
kerusakan lingkungan alam, baik secara geografis maupun
demokgrafis.

Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan mengenai dampak


diatas, terlihat bahwa dari adanya pembangunan reklamasi ini
lebih banyak menimbulkan dampak yang negatif untuk masyarakat
terutama untuk para nelayan-nelayan pesisir di Kalibaru.
Untuk melihat seberapa besar reklamasi menyebabkan
dampak yang merugikan untuk para nelayan dan masyarakat

117
setempat, berikut adalah bagan alur mengenai tergangguan
reklamasi terhadap para nelayan yang disederhanakan sebagai
berikut:
Gambar 5.1 Bagan Alur Ketergangguan Reklamasi

Pembangunan
Reklamasi

Dampak Sosial: Dampak Ekonomi: Dampak Ekologi:

1. Penggusuran rumah 1. Penurunan 1. Pencemaran air laut


nelayan dan masyarakat. penghasilan nelayan dan usaknya ekosistem
2. Terganggunya mental 2. Pengeluaran rumah laut.
akan kecemasan tangga yang semakin 2. Keanekaragaman biota
kehidupan yang layak besar. laut semakin
nelayan dan masyarakat 3. Kebutuhan sandang, berkurang karena
3. Hilangnya sandaran pangan, papan yang timbunan tanah.
perahu-perahu nelayan. tidak tercukupi. 3. Polusi udara dan suara.

Terganggunya Kesejahteraan
Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Terjadinya perubahan terhadap kehidupan perekonomian


nelayan akibat menurunnya hasil tangkapan ikan nelayan yang
sangat mempengaruhi pendapatan nelayan berujung kepada
menurunnya tingkat kesejahteraan kehidupan nelayan dan
keluarganya. Manfaat sosial ekonomi dari reklamasi belum
dirasakan oleh para masyarakat pesisir, terutama untuk para
nelayan dan kebijakan inipun belum berhasil untuk mengatasi

118
permasalahan yang ada. Dampak yang ditimbulkan terhadap
kondisi kehidupan nelayan yang menurun secara langsung ini pun
juga berpengaruh terhadap kondisi pendidikan anak-anak nelayan.
Pendapatan nelayan dari hasil tangkapan yang menurun membuat
nelayan menjadi tidak mampu untuk membiayai pendidikan anak-
anak mereka, selain itu juga berpengaruh terhadap pemenuhan gizi
dari keluarga nelayan yang tidak dapat tercukupi dengan baik.

Dampak negatif yang timbul sangat terkait dengan mata


pencaharian nelayan dan masyarakat pesisir di teluk utara Jakarta.
Pasalnya, dengan dibangunnya reklamasi, para nelayan yang
sebelumnya mencari ikan di laut sekitar pantai dan lainnya, telah
menghilang. Nelayan juga perlu berbelok ke arah lain untuk
menangkap ikan. Faktor sosial ini akan erat kaitannya dengan
berbagai faktor lain, seperti ekonomi akibat hilangnya mata
pencaharian.

Hilangnya mata pencaharian merupakan dampak sosial dan


ekonomi yang dirasakan warga. Proses reklamasi telah merusak
ekosistem di sekitar pantai, dan adanya pencemaran limbah telah
menyebabkan berkurangnya sumber daya air laut. Hal ini
menyulitkan nelayan untuk mendapatkan ikan dan sumber daya
laut lainnya yang pernah menjadi mata pencaharian mereka.
Keadaan ini tidak hanya menurunkan tingkat pendapatan nelayan,
tetapi juga membuat nelayan jatuh miskin karena kehilangan mata
pencaharian. Kemiskinan adalah akar penyebab sebagian besar
kejahatan. Ada banyak berita tentang bunuh diri kelaparan yang
disebabkan oleh kemiskinan. Kemiskinan juga merupakan produk

119
dari ketidakadilan dan bahkan tirani para pemimpin, hukum atau
sistem, dan bahkan ketiganya. Pemimpin yang tidak adil akan
memperlakukan orang miskin sebagai objek yang tidak
diperhatikan, menjadikan mereka salah satu subsistem negara
dalam posisi “teraniaya”. Hal ini terlihat dari minimnya ruang bagi
masyarakat miskin untuk melakukan aktivitas sosial dan ekonomi
secara normal.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup selama tidak melaut,


berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari keluarga. Tindakan yang dilakukan antara lain mencari
pinjaman atau menjual apa yang mereka miliki. Mencari pinjaman
atau menjual barang-barang yang dimiliki nelayan untuk harus
bertahan hidup adalah pilihan cepat yang dapat dilakukan nelayan
agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.
Tindakan lain yang dilakukan adalah istri nelayan membantu para
suami mereka agar mendapatkan uang tambahan, dan istri juga
berperan penting dalam mendukung pendapatan keluarga nelayan.
Istri nelayan memiliki kemampuan untuk melakukan usaha kecil-
kecilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga dan juga
membantu suami mereka.

Dari adanya pembangunan reklamasi tersebut, sebenarnya


sangat banyak masyarakat yang menolak dilaksanakannya
program pembangunan reklamasi ini. Bila dilihat berdasarkan pada
kuesioner yang diberikan para responden secara keseluruhan,
terdapat 70% jawaban responden yang tidak setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi ini karena dianggap menimbulkan

120
dampak-dampak yang sangat merugikan untuk para nelayan
pesisir. Namun, masyarakat hanya bisa menerima dan pasrah jika
pemerintah tetap ingin melaksanakan program tersebut meskipun
dari adanya reklamasi itu menyebabkan kerugian yang besar.

Masalah yang sangat terasa terjadi saat ini ialah pada


kondisi perekonomian masyarakat nelayan, yang dimana para
nelayan yang dulunya mendapatkan ikan dengan mudah dan
banyak akan tetapi saat ini mereka tidak dapat lagi seperti dulu
sebelum adanya kebijakan reklamasi. Oleh karena itu, bila dilihat
dari sisi sosial ekonomi masyarakat nelayan sangatlah terlihat jelas
masalah terhadap kondisi masyarakat nelayan. Banyak dampak
yang dirasakan oleh masyarakat pesisir seperti mereka yang
merasa kurangnya mendapatkan perhatian dari pemerintah,
padahal merekalah yang banyak terkena dampak dari adanya
reklamasi ini yang membuat perekonomian masyarakat nelayan
menjadi melemah dan saat ini sudah tidak dapat hanya bergantung
pada pendapatan hasil melaut untuk membiayai kehidupan
keluarga mereka.

Masyarakat berpendapat bahwa adanya reklamasi di


Kalibaru yang dilakukan dirasa kurang tepat di lingkungan sekitar.
Pembangunan reklamasi ini dianggap hanya memperburuk situasi,
karena telah mengambil wilayah Kelola mata pencaharian nelayan
dan merusak ekosistem laut yang mengakibatkan kepada
hilangnya keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh proyek
reklamasi ini. Sehingga, kebijakan daerah khususnya pada
pembangunan infrastruktur tersebut sebagai upaya konkrit

121
pemerintah dalam langkah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat, kemandirian ekonomi dan daya saing daerah menjadi
semakin menjauhkan masyarakat dari sumber kehidupan dan mata
pencaharian mereka yang sangatlah berdampak pada penghasilan
melaut mereka. Situasi saat ini juga para nelayan harus bekerja
lebih keras lagi untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk
menafkahi keluarganya. Meskipun penghasilan yang didapatkan
saat ini sangat jauh dari kata cukup, tapi mereka tetap bersyukur
meskipun terkadang untuk keperluan sandang, pangan dan papan
mereka terkadang masih tidak terpenuhi. Belum lagi mereka yang
terkena gusuran rumah juga harus mencari tempat tinggal yang
baru agar dapat berlindung dari panas dan hujan. Selain itu, tidak
adanya ganti rugi yang dari pemerintah membuat mereka semakin
ingin putus asa untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan
nyaman, terutama kehidupan yang layak untuk diberikan kepada
keluarganya.

Pada tataran sosial, masyarakat Kalibaru membutuhkan


intervensi sosial. Hal ini sebagai upaya untuk mengubah persepsi
masyarakat terhadap kegiatan reklamasi dan kegiatan perusakan
lingkungan. Sosialisasi pembangunan daerah dan keinginan untuk
mengidentifikasi diri dengan masyarakat tidak hanya datang dari
beberapa kalangan saja. Situasi ini harus memperhitungkan budaya
Kalibaru. Di tingkat ekonomi, intervensi diperlukan Ada ketentuan
yang jelas dalam kesepakatan baku bahwa masyarakat akan
memperoleh peluang dan peningkatan pendapatan melalui proyek
reklamasi Kalibaru. Pendapatan asli daerah akan meningkat,

122
namun masyarakat harus merasakan langsung peningkatan
tersebut melalui pembangunan kesejahteraan. Dalam hal ekologi
dan pemanfaatan ruang laut, diperlukan intervensi regulasi yang
rinci tentang pemanfaatan ruang laut. Peraturan tersebut
diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada di
perairan Kalibaru.

Harapan yang dimiliki masyarakat adalah agar reklamasi


yang telah dibangun oleh pemerintah ini tidaklah dibiarkan
terbengkalai, fasilitas-fasilitas yang ada dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sehingga, pembangunan reklamasi ini
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya dan tidak
disalahgunakan oleh pihak manapun. Masyarakat juga berharap
dari adanya reklamasi ini bisa meningkatkan kualitas dan taraf
hidup mereka, terutama untuk nelayan-nelayan yang sangat
dirugikan dari adanya pembangunan ini. Para nelayan berharap
agar dapat bekerja dengan baik seperti sebelumnya dan pendapatan
mereka menjadi meningkat. Selain itu, mereka juga berharap agar
masyarakat setempat yang terkena dampak dapat dipekerjakan
agar dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan
perekonomian keluarga serta meningkatkan kualitas pendidikan
anak-anak. Mereka juga berharap akan adanya bantuan dari
pemerintah terhadap masyarakat yang terkena dampak merugikan
dari adanya reklamasi ini. Meskipun mereka telah kehilangan
tempat tinggal dan terganggu mata pencaharianya, para nelayan
tidak pernah lelah untuk terus bekerja keras demi menghidupi
keluarganya.

123
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di


simpulkan bahwa dari adanya pembangunan reklamasi ini
menimbulkan dampak sosial, dampak ekonomi dan dampak
ekologi baik itu berupa dampak positif dan dampak negatif
terhadap masyarakat dan juga ekosistem pesisir laut. Dapat dilihat
bahwa masyarakat nelayan kecil di wilayah Kalibaru merupakan
masyarakat yang berada di lapisan bawah sehingga tidak memiliki
kekuatan. Oleh karena itu, para nelayan tersebut tidak dapat
melakukan apapun saat wilayah laut mereka dibangun menjadi
wilayah reklamasi. Akibatnya tentu jelas, nelayan-nelayan kecil
tersebut kehilangan rumah, mata pencaharian, dan akses mereka
ke laut. Selain itu kerugian-kerugian lainnya yang berimbas
kepada kehidupan mereka.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan mengenai
dampak reklamasi terhadap nelayan pesisir Kalibaru, dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. Pada dampak sosial reklamasi, lebih banyak orang yang
merasakan dampak negatif dibandingkan dampak positif dari
adanya pembangunan reklamasi ini, khususnya untuk para
nelayan. Dampak positif reklamasi pada aspek sosial ialah
dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk
masyarakat sekitar. Sedangkan dampak negatifnya ialah
banyak rumah-rumah mereka yang harus tergusur untuk

124
keperluan pembangunan yang menyebabkan pekerjaan
mereka menjadi terganggu dan bahkan harus kehilangan
mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Dari penggusuran
tersebut, banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal
mereka, selain itu timbul rasa kecemasan masyarakat akan
kehidupan yang layak. Hal itu lah yang menyebabkan
terjadinya kesehatan mental masyarakat yang tergenggu.
Masyarakat nelayan yang sebelum adanya pembangunan
reklamasi dapat hidup dengan layak semenjak terjadinya
reklamasi kini mereka harus merasakan kerugian yang sangat
besar. Tempat beristirahat untuk perahu-perahu mereka pun
menjadisemakin sempit karena pembangunan-pembangunan
tersebut. Selain itu para nelayan juga harus menumpuh jarak
melaut yang lebih jauh dan ikan yang didapatkan pun
menjadi lebih sedikit semenjak adanya reklamasi ini.
2. Pembangunan reklamasi ini juga lebih banyak memberikan
pengaruh yang negatif untuk perekonomian mereka terutama
para nelayan yang mata pencahariannya menjadi terganggu.
Nelayan-nelayan tersebut merasa bahwa semenjak
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru ini
menyebabkan penghasilan melautmereka semakin berkurang
dan semakin sedikit, selain itudari penghasilan yang sedikit
tersebut mereka juga harus membeli dan membayar
pengeluaran untuk kebutuhan hidup mereka sehari-sehari.
para nelayanlah yang sangat merasakan kerugiannya, karena
adanya reklamasi tersebut menyebabkan hasil mata
pencaharian mereka semakin berkurang, wilayah

125
penangkapan ikan pun menjadi semakin sempit karena
bagian laut menjadi habis dan berubah menjadi daratan
sehingga ikan yang didapatkan pun juga menjadi semakin
sedikit. Bila dilihat dari dampak positifnya, reklamasi dapat
melakukan pengembangan kualitas dan nilai ekonomi
wilayah pesisir.
3. Berdasarkan pada dampak ekologi yang ditimbulkan, lebih
banyak masyarakat yang menganggap dari adanya reklamasi
ini memberikan dampak ekologi yang negatif untuk
masyarakat di lingkungan sekitar pembangunan reklamasi.
Hal tersebut karena dampak ekologi dari adanya reklamasi
menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem laut yang
disebabkan oleh limbah proyek sehingga air laut menjadi
tercemar yang mengakibatkan terhadap hilangnya habitat
ikan serta biota laut lainnya, hal ini juga yang menyebabkan
penghasilan tangkapan ikan nelayan menjadi berkurang.
Selain berdampak burukuntuk ekosistem laut, reklamasi juga
menyebabkan peningkatan polusi udara dan polusi suara.
Masyarakat semakin terganggu karena semakin banyaknya
debu dan suara bisik semenjak adanya reklamasi di wilayah
rumahmereka. Hal ini karena kendaraan proyek seperti truk
maupun container sering berlalu-lalang disekitaran wilayah
proyek reklamasi sehingga mereka merasa terganggu dan
tidak nyaman. Namun, bila melihat dampak positif
berdasarkan aspek ekologinya pembangunan reklamasi ini
bisa berperan sebagai bendungan untuk mencegah banjir rob
di daratan.

126
B. Saran
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, disarankan agar
semua pihak yang terlibat mengembangkan dapat memberikan
solusi alternatif terkait pembangunan sosial ekonomi masyarakat
pesisir yang terkena dampak reklamasi. Adapun saran yang
diberikan oleh peneliti antara lain:
1. Peran serta masyarakat diperlukan dalam proses
perencanaan, pengelolaan, pemantauan dan pengendalian
kebijakan reklamasi pantai kawasan Kalibaru. Koordinasi
lebih lanjut antara pemerintah dan pejabat daerah dan
pengembang diperlukan untuk mengatasi dampak negatif
dari kebijakan ini, dan pemerintah dan pejabat daerah
perlu terus memantau pelaksanaan proyek reklamasi
pantai.
2. Pemerintah juga perlu memulai implementasi
pembangunan berwawasan lingkungan dan pemberdayaan
masyarakat pesisir dalam pemanfaatan sumber daya laut.
3. Pemerintah perlu memberikan kompensasi kepada
masyarakat pesisir, khususnya nelayan atas kerugian yang
sudah diderita.
4. Menyediakan lahan dan ruang bagi nelayan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan yang mudah
dijangkau oleh nelayan yang masih menggunakan cara
penangkapan ikan secara tradisional.

127
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Andrianto, Waluyo. 2007. Manajemen Publik. Konsep, Aplikasi
Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Bandung: Mandar Maju.
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Kesejahteraan Rakyat
(Welfare Statistics). Jakarta: CV. Dharmaputra.
Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi Diterjemahkan
Kartini Kartono. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada.
Dahuri, Rokhmin. 2000. Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan,
untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Pemikiran Dr. Ir.
Rokhim Dahuri MS). Jakarta: Lembaga Informasi dan Studi
Pembangunan Indonesia.
Nasution A, Badaruddin. 2005. Isu-Isu Kelautan Dari Kemiskinan
Hingga Bajak Laut. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Direktorat Jasa Kelautan. 2019. Reklamasi di Indonesia. Direktorat
Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2007. Pedoman Perencaan
Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.40/PRT/M/2007. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Direktorat Jenderal Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Tangkap
Indonesia, 2011. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan.
Hiplunudin, Agus. 2019 Politik Era Digital Edisi 2. Yogyakarta:
Suluh Media
Irwan and Indraddin. 2016. Strategi dan Perubahan Sosial.
Yogyakarta: Deepublish.
Karlina, Eulin, and Rosento. 2020. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

128
Kusnadi. 2006. Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan
Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: PT. LKiS
Pelangi Aksara Yogyakarta.
Latuconsina, Husain. 2019. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar
Pengelolaan Sumber Daya Hayati Perairan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sahadi. 2018. Kinerja dan Komitmen Seorang Manajer; Riset
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Teknosain.
Salam, Syamsi., and Fadilah, Amir. 2008. Sosiologi Pedesaan.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Sangadji, Sopiah. 2010. Metodelogi Penelitian Dalam Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi.
Sari Adnyani, Ni Ketut. 2015. Pengantar Ilmu Hukum dalam
Telaah Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Satria, Arif. 2015. Pengatar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Setiawan, Agus. 2018. Metodologi Desain. Yogyakarta: Arttex.
Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soehoed, A.R. 2002. Bunga Rampai Pembangunan: Antara
Harapan dan Ancaman Masa Depan. Jakarta: Puri Fadjar
Mandiri dan FTUI.
Subagyo, Agus. 2020. Aplikasi Metode Riset: Praktik Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mix Methods. Inteligensia Media:
Malang.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumardi, Mulyanto. 2001. Kemiskinan Daerah Urban. Jakarta.
Rajawali.

129
Suratmo. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Yogyakarta: UGM Press.
Sutedi, Adrian. 2020. Implementasi Prinsip Kepentingan Umum di
Dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Jakarta:
Sinar Grafika.
Tannady, Hendy. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Expert.
Yuwanto, Listyo. 2019. Metode Penelitian Eksperimen Edisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Skripsi, Tesis, Desertasi


Abrori, F. 2013. Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan tidak
Memiliki Pekerjaan Sampingan di Desa Kronjo Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang. Skripsi pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. HAMKA.
Ratna Sari, Octavia. 2015. Evaluasi Dampak Program KB bagi
Keluarga Prasejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera (KS-
1) di Kota Bandar Lampung. Skripsi pada Fakultas Ilmu
Sosial Ilmu Politik. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Supono, Sapto. 2009. Model Kebijakan Pengembangan Kawasan
Pantai Utara Jakarta Secara Berkelanjutan. Desertasi pada
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Jurnal
Agustina, Isna .F & Octaviani, Ricka. 2016. Analisis Dampak
Sosial dan Ekonomi Kebijakan Pengembangan Kawasan
Mix Use di Kecamatan Jabon: Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik Volume 4, no.2: 117-234.
Basrowi dan Juariyah, Siti. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi
dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading,
Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung

130
Timur: Jurnal Ekonomi dan Pendidikan Volume 7, no.1: 58-
81.
Choirul Huda, Moch. 2013. Pengaturan Perizinan Reklamasi
Pantai Terhadap Perlindungan Lingkungan Hidup: Jurnal
Perspektif Volume 18, no.2: 126-135.
Djakapermana, Deni Ruchyat. 2013. Reklamasi Pantai Sebagai
Alternatif Pengembangan Kawasan: Jurnal Direktorat
Jenderal Penataan Ruang: Departemen Pekerjaan Umum,
1-5.
Farahdiba, Dea. 2020. Konsep dan Strategi Komunikasi
Pemasaran: Perubahan Perilaku Konsumen Menuju Era
Disrupsi: Jurnal Ilmiah Komunikasi Makna Volume 8, no.1:
22-38.
Firdausi, Putri .N. 2018. Analisis Dampak Sosial Dalam
Perencanaan Pembangunan: Rencana Revitalisasi Pasar
Wates Wetan, Ranuyoso, Lumajang: Jurnal Kajian Ruang
Sosial-Budaya Volume 1, no.2: 173-191.
Hatu, Rauf. 2011. Perubahan Sosial Kultural Masyarakat
Pedesaan (Suatu Tinjauan Teoritik-Empirik): Jurnal Inovasi
Volume 8, no.4: 1-11.
Heriyanto, Aji .W. 2012. Dampak Sosial Ekonomi Relokasi
Pedagang Kaki Lima di Kawasan Simpang Lima dan Jalan
Pahlawan Kota Semarang: Economics Development
Analysis Journal Volume 1, no.2: 1-7.
Mantiri, Grace J.M. and Handayani, Tri. 2018. Dampak Ekologis
Penggunaan Kalimat Indikatif Pada Media Massa Online
Papua: Tinjauan Ekolinguistik Kritis: Ranah: Jurnal Kajian
Bahasa Volume 7, no.2: 146-163.
Mulyanti, Kurniawati and Fachrurozi, A. 2016. Analisis Sikap dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Bank
Sampah (Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Bahagia
Bekasi Utara): Jurnal Ilmiah Ekonomi Manajemen dan
Kewirausahaan “Optional” Volume 10, no.2: 185-198.

131
Permata. S, Afika and Wijaya, Mahendra. 2017. Perubahan
Perilaku Masyarakat Jawa dalam Penyelenggaraan Resepsi
Pernikahan di Kota Surakarta: Jurnal Analisa Sosiologi
Volume 6, no.1: 65-81.
Putri, Dwifany Yodina. 2019. Pengaruh Relokasi Terhadap Sosial
dan Ekonomi Pedagang di Pasar Atas Bukittinggi: Jurnal
Online Mahasiswa FISP Volume 6, no.2: 1-14.
Septiana, Aldila. 2015. Analisis Perilaku Konsumsi Dalam Islam:
DINAR (Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam) Volume 1,
no.2: 1-16.
Sufirudin. 2016. Hubungan Patron Klien Diantara Masyarakat
Nelayan di Desa Kangkunawe Kecamatan Maginti
Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi Tenggara: Jurnal
Holistik, Tahun XI, no.17A: 1-20.
Suprihatin, Ira. 2014. Perubahan Perilaku Bergotong Royong
Masyarakat Sekitar Perusahaan Tambang Batubara di Desa
Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang: Jurnal
Sosiatri Volume 1, no.3: 63-77.
Suwarno, Sartohadi. J, Sunarto, and Sudharta. J. 2014. Kajian
Pengaruh Tinkat Pendidikan Terhadap Perilaku
Masyarakat Dalam Pengelolaan Lahan Rawan
Longsorlahan di Kecamatan Pekuncen Kabupaten
Banyuman: Jurnal Geoedukasi Volume III, no.1: 15-22.
Widodo, Slamet. 2011. Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi
Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir: Jurnal MAKARA,
Sosial Humaniora Volume 15, no.1: 10-20.

Website
Badan Pusat Statistik, (2019) Sosial dan Kependudukan, diakses
pada tanggal 1 November 2020, dalam
https://jakarta.bps.go.id/

132
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta.
Keputusan Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Kapuknaga Tangerang.
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
Per.17/Men/2006 tentang Usaha Perikanan Tangkap.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 40/PRT/M/2007
tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan
Reklamasi Pantai.

133
Lampiran 1. Surat-surat

134
135
136
137
138
Lampiran 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Jumlah Anggota
Keluarga, dan Pengalaman Bekerja

Jumlah
Jenis Pendidikan Pengalaman
Umur Anggota
No. Kelamin Terakhir Bekerja
Keluarga
1 43 Tahun Laki-Laki Tidak tamat SD 4 Orang >15 Tahun
2 34 Tahun Laki-Laki SD 3 Orang >15 Tahun
3 34 Tahun Laki-Laki SD 3 Orang 9-11 Tahun
4 26 Tahun Laki-Laki SMP 2 Orang 6-8 Tahun
5 43 Tahun Laki-Laki SD 4 Orang >15 Tahun
6 26 Tahun Laki-Laki SMA 3 Orang <5 Tahun
7 46 Tahun Laki-Laki SD 5 Orang >15 Tahun
8 45 Tahun Laki-Laki SMP 5 Orang >15 Tahun
9 38 Tahun Laki-Laki SMP 6 Orang 12-15 Tahun
10 28 Tahun Laki-Laki Tidak tamat SD 3 Orang 9-11 Tahun
11 50 Tahun Laki-Laki Tidak tamat SD 4 Orang <5 Tahun
12 60 Tahun Laki-Laki Tidak tamat SD 5 Orang >15 Tahun
13 33 Tahun Laki-Laki SD 3 Orang 9-11 Tahun
14 60 Tahun Laki-Laki SMA 3 Orang 9-11 Tahun
15 75 Tahun Laki-Laki SMP 4 Orang >15 Tahun
16 35 Tahun Laki-Laki SMP 4 Orang >15 Tahun
17 35 Tahun Laki-Laki SMP 5 Orang 9-11 Tahun
18 40 Tahun Laki-Laki Tidak tamat SD 3 Orang 9-11 Tahun
19 52 Tahun Laki-Laki Tidak tamat SD 13 Orang >15 Tahun
20 53 Tahun Laki-Laki SD 5 Orang >15 Tahun
21 35 Tahun Perempuan SMP 4 Orang 12 Tahun
22 25 Tahun Perempuan SMA 2 Orang 3 Tahun
23 47 Tahun Perempuan SMA 4 Orang 10 Tahun
24 44 Tahun Perempuan SD 2 Orang 20 Tahun
25 56 Tahun Perempuan Tidak tamat SD 6 Orang 30 Tahun
26 50 Tahun Laki-laki SMP 4 Orang 3 Tahun
27 35 Tahun Perempuan SMA 5 Orang 5 Tahun
28 30 Tahun Perempuan SMA 3 Orang 1 Tahun
29 35 Tahun Laki-Laki SD 4 Orang 10 Tahun
30 38 Tahun Perempuan Tidak tamat SD 4 Orang 25 Tahun

139
Lampiran 3 : Kondisi Rumah Responden Menurut Badan
Pusat Statistik pada SUSENAS 2020

Kondisi Rumah
No.
Status Milik Atap Dinding Lantai
1 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
2 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
3 Sewa/kontrak Asbes Tembok Keramik/ubin
4 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
5 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
6 Sewa/kontrak Asbes Tembok Plasteran semen
7 Milik Sendiri Asbes Tembok Plasteran semen
8 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
9 Milik Sendiri Asbes Kayu/papan Kayu/papan
10 Milik Sendiri Asbes Kayu/papan Kayu/papan
11 Milik Sendiri Asbes Tembok Plasteran semen
12 Milik Sendiri Asbes Tembok Plasteran semen
13 Sewa/kontrak Asbes Tembok Keramik/ubin
14 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
15 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
16 Menumpang Asbes Tembok Plasteran semen
17 Sewa/kontrak Asbes Tembok Plasteran semen
18 Milik Sendiri Asbes Kayu/papan Kayu/papan
19 Sewa/kontrak Asbes Tembok Plasteran semen
20 Sewa/kontrak Asbes Kayu/papan Plasteran semen
21 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
22 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
23 Sewa/kontrak Genteng Tembok Keramik/ubin
24 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
25 Sewa/kontrak Asbes Tembok Plasteran semen
26 Sewa/kontrak Asbes Tembok Plasteran semen
27 Milik Sendiri Asbes Tembok Keramik/ubin
28 Milik Sendiri Genteng Tembok Keramik/ubin
29 Sewa/kontrak Genteng Tembok Plasteran semen
30 Sewa/kontrak Asbes Tembok Plasteran semen

140
Lampiran 4 : Fasilitas Rumah Responden Menurut Badan
Pusat Statistik pada SUSENAS 2020

Fasilitas Rumah
No.
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
1 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
2 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
3 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
4 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
5 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
6 PLN Bersama Gas Kipas Angin
7 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
8 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
9 PLN Sendiri Gas Alam
10 PLN Bersama Gas Kipas Angin
11 PLN Umum Gas Alam
12 PLN Bersama Gas Alam
13 Non-PLN Umum Gas Alam
14 PLN Sendiri Gas Alam
15 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
16 PLN Bersama Gas Kipas Angin
17 PLN Bersama Gas Kipas Angin
18 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
19 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
20 PLN Bersama Gas Kipas Angin
21 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
22 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
23 PLN Bersama Gas Kipas Angin
24 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
25 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
26 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
27 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
28 PLN Sendiri Gas AC
29 PLN Sendiri Gas Kipas Angin
30 PLN Sendiri Gas Kipas Angin

141
Lampiran 5 : Jumlah Skor Responden Masyarakat Nelayan
dan Non Nelayan Terhadap Dampak Sosial, Ekonomi, dan
Ekologi Pembangunan Reklamasi di Kalibaru
Indikator Pertanyaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Skor Kategori
(+) (-) (+) (+) (-) (+) (+) (-) (-) (+) (-) (-) (-) (-) (-)
Tidak
1 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 28
Setuju
2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 33 Setuju
3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 33 Setuju
Tidak
4 2 2 2 2 2 2 3 3 1 4 1 1 1 1 1 28
Setuju
Tidak
5 2 2 2 2 2 2 3 3 1 4 1 1 1 1 1 28
Setuju
6 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 33 Setuju
Tidak
7 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 28
Setuju
Tidak
8 1 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 25
Setuju
Tidak
9 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 27
Setuju
Tidak
10 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 23
Setuju
11 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 1 3 2 37 Setuju
12 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 38 Setuju
Tidak
13 4 3 2 3 3 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 29
Setuju
Tidak
14 1 3 2 2 1 2 3 3 3 4 1 1 1 2 1 27
Setuju
Tidak
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 25
Setuju
Tidak
16 2 2 2 2 2 2 3 3 1 4 1 1 1 1 1 28
Setuju
Tidak
17 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 1 1 1 1 1 26
Setuju
18 4 1 4 4 1 4 4 3 1 2 1 1 1 1 1 34 Setuju

142
Tidak
19 2 3 2 2 1 2 2 1 1 4 1 3 1 3 1 29
Setuju
Tidak
20 2 3 2 2 1 2 2 1 1 4 1 3 1 3 1 29
Setuju
Tidak
21 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 28
Setuju
Tidak
22 1 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 25
Setuju
23 4 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 37 Setuju
Tidak
24 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 27
Setuju
Tidak
25 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1 1 1 30
Setuju
Tidak
26 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 23
Setuju
27 2 2 2 1 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 2 31 Setuju
28 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2 1 1 1 35 Setuju
Tidak
29 1 3 2 2 3 2 2 3 1 2 1 2 1 3 1 29
Setuju
Tidak
30 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 1 1 26
Setuju
Keterangan :
(+) = Indikator soal/pertanyaan yang menyatakan respons positif
(-) = Indikator soal/pertanyaan yang menyatakan respons negatif
Skor = Kategori
1 – 15 = Sangat Tidak Setuju 31 – 45 = Setuju
16 – 30 = Tidak Setuju 46 – 60 = Sangat Setuju

143
Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian Responden Nelayan
KUESIONER
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

A. Identitas Responden
Nama Responden : ……………………………….
Umur : …………… Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : ……………………………….
Suku : ……………………………….
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga
(bila sudah menikah) : …………….. orang
Mata Pencaharian : a. Utama : ………………….
b. Sampingan : …………………..

144
B. Kondisi dan Fasilitas Rumah
Berilah tanda O atau X sesuai berdasarkan kriteria perumahan
Anda
1. Kondisi Rumah
Status Milik Atap Rumah Dinding Rumah Lantai Rumah
a. Milik sendiri a. Genteng a. Tembok a. Keramik/ubin
b. Sewa/kontrak b. Seng b. Plesteran semen b. Plesteran semen
c. Menumpang c. Asbes c. Kayu/papan c. Kayu/papan

2. Fasilitas Rumah
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
a. PLN a. Sendiri a. Gas a. AC
b. Non-PLN b. Bersama b. Minyak tanah b. Kipas angin
c. Bukan PLN c. Umum c. Kayu bakar c. Alam

C. Kondisi Ekonomi Keluarga Nelayan


1. Sudah berapa lamakah Anda menjalani pekerjaan sebagai
nelayan?
a. Kurang dari 5 tahun
b. 6-8 tahun
c. 9-11 tahun
d. 12-15 tahun
e. Lebih dari 15 tahun
2. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sebelum adanya
reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000

145
3. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sesudah adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
4. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan pangan sebelum dan sesudah
adanya reklamasi?
Sebelum Sesudah
No Pangan
Reklamasi Reklamasi
1 Beras Rp……………… Rp…….……….
2 Lauk pauk dan sayur mayur Rp……………… Rp…………...…
3 Kebutuhan dapur Rp……………… Rp………....……
4 Makanan/minuman tambahan lain Rp……………… Rp……………….
Total Rp……………… Rp……………….

5. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda


perbulan untuk keperluan non-pangan sebelum dan
sesudah adanya reklamasi?

No Non-Pangan Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi

1 Pendidikan Rp……………… Rp…….……….


2 Kesehatan Rp……………… Rp…………...…
3 Listrik Rp……………… Rp………....……
4 Air/PDAM Rp……………… Rp……………….
Total Rp……………… Rp……………….

146
D. Respons Masyarakat Nelayan Terhadap Dampak Sosial,
Ekonomi dan Ekologi Pembangunan Reklamasi di
Kalibaru
1. Pembangunan reklamasi membuat lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Kehadiran reklamasi ini membuat wilayah Kalibaru
menjadi semakin banyak penduduknya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Banyak masyarakat nelayan yang setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Terdapat pengunjung reklamasi yang memberikan
pengaruh yang baik untuk para nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
mengakibatkan perubahan atau pudarnya budaya atau
tradisi para masyarakat nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju

147
6. Adanya reklamasi di wilayah Kalibaru membuat
pendapatan nelayan menjadi meningkat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Dari pendapatan yang ada kebutuhan keluarga nelayan
dapat terpenuhi sandang, pangan, dan papannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Dari pendapatan yang ada membuat perubahan terhadap
penggunaan jumlah dan kualitas barang semakin menurun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya
pengeluaran rumah tangga semakin banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kehadiran reklamasi membuat perubahan aktivitas mata
pencaharian nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

148
11. Reklamasi menyebabkan rusaknya ekosistem laut seperti
hilangnya habitat ikan dan biota laut lainnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
12. Aktivitas reklamasi menyebabkan pencemaran air laut
oleh limbah dari reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Perubahan pola arus laut akibat reklamasi menyulitkan
nelayan untuk melaut
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Reklamasi membuat peningkatan erosi, sedimentasi dan
kekeruhan air di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang karena
timbunan tanah urugan reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

149
Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian Responden Non-Nelayan
KUESIONER
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

A. Identitas Responden
Nama Responden : ……………………………….
Umur : …………… Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : ……………………………….
Suku : ……………………………….
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga
(bila sudah menikah) : …………….. orang
Mata Pencaharian : ……………………………….
Lamanya Bekerja : ……………………………….

150
B. Kondisi dan Fasilitas Rumah
Berilah tanda O atau X sesuai berdasarkan kriteria perumahan
Anda
1. Kondisi Rumah
Status Milik Atap Rumah Dinding Rumah Lantai Rumah
a. Milik sendiri a. Genteng a. Tembok a. Keramik/ubin
b. Sewa/kontrak b. Seng b. Plesteran semen b. Plesteran semen
c. Menumpang c. Asbes c. Kayu/papan c. Kayu/papan

2. Fasilitas Rumah
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
a. PLN a. Sendiri a. Gas a. AC
b. Non-PLN b. Bersama b. Minyak tanah b. Kipas angin
c. Bukan PLN c. Umum c. Kayu bakar c. Alam

C. Kondisi Ekonomi Keluarga


1. Apa yang Anda ketahui tentang reklamasi pantai? dan
apakah Anda mengetahui tentang adanya pembangunan
reklamasi pantai di wilayah Kalibaru, Cilincing?
Jawab:……………………………………………………
………….…………………………………………………
……………….……………………………………………
…………………….………………………………………
……………………………………………………………
……………………………….……………………………
…………………………………….………………………
2. Menurut Anda, apa keuntungan dan kerugian yang bisa
Anda rasakan dari adanya pembangunan reklamasi pantai
di wilayah Kalibaru ini?
Jawab:……………………………………………………
…………….………………………………………………
………………….…………………………………………
……………………….……………………………………
……………………………………………………………

151
………………………………….…………………………
……………………………………….……………………
3. Disamping mata pencaharian yang Anda jalani saat ini,
apakah Anda mempunyai mata pencaharian lain untuk
menambah pendapatan? Jika ya, berapa pendapatan yang
Anda terima perbulan dari hasil mata pencaharian
tersebut?
Jawab:……………………………………………………
………….…………………………………………………
……………….……………………………………………
…………………….………………………………………
……………………………………………………………
……………………………….……………………………
…………………………………….………………………
4. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan Anda sebelum adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
5. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan Anda sesudah adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000

152
6. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan pangan sebelum dan sesudah
adanya reklamasi?
Sebelum Sesudah
No Pangan
Reklamasi Reklamasi
1 Beras Rp……………… Rp…….……….
2 Lauk pauk dan sayur mayur Rp……………… Rp…………...…
3 Kebutuhan dapur Rp……………… Rp………....……
4 Makanan/minuman tambahan lain Rp……………… Rp……………….
Total Rp……………… Rp……………….

7. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda


perbulan untuk keperluan non-pangan sebelum dan
sesudah adanya reklamasi?

No Non-Pangan Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi

1 Pendidikan Rp……………… Rp…….……….


2 Kesehatan Rp……………… Rp…………...…
3 Listrik Rp……………… Rp………....……
4 Air/PDAM Rp……………… Rp……………….
Total Rp……………… Rp……………….

D. Respons Masyarakat Nelayan Terhadap Dampak Sosial,


Ekonomi dan Ekologi Pembangunan Reklamasi di
Kalibaru
1. Pembangunan reklamasi membuat lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

153
2. Kehadiran reklamasi ini membuat wilayah Kalibaru
menjadi semakin banyak penduduknya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Banyak masyarakat nelayan yang setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Terdapat pengunjung reklamasi yang memberikan
pengaruh yang baik untuk para nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
mengakibatkan perubahan atau pudarnya budaya atau
tradisi pada masyarakat nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Adanya reklamasi di wilayah Kalibaru membuat
pendapatan nelayan menjadi meningkat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

154
7. Dari pendapatan yang ada kebutuhan keluarga nelayan
dapat terpenuhi sandang, pangan, dan papannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Dari pendapatan yang ada membuat perubahan terhadap
penggunaan jumlah dan kualitas barang semakin menurun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya
pengeluaran rumah tangga semakin banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kehadiran reklamasi membuat perubahan aktivitas mata
pencaharian nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Reklamasi menyebabkan rusaknya ekosistem laut seperti
hilangnya habitat ikan dan biota laut lainnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
12. Aktivitas reklamasi menyebabkan pencemaran air laut
oleh limbah dari reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju

155
d. Sangat tidak setuju
13. Perubahan pola arus laut akibat reklamasi menyulitkan
nelayan untuk melaut
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Reklamasi membuat peningkatan erosi, sedimentasi dan
kekeruhan air di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang karena
timbunan tanah urugan reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

156
Lampiran 8 : Pedoman Wawancara Aparat Pemerintah
PEDOMAN WAWANCARA
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

Identitas Responden
Nama Responden : ……………………………….
Umur : …………… Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : ……………………………….
Suku : ……………………………….
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga
(bila sudah menikah) : …………….. orang
Mata Pencaharian : ……………………………….

157
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai adanya pembangunan
reklamasi di wilayah Kalibaru ini?
2. Masalah apa saja yang Anda rasakan dari adanya
pembangunan reklamasi ini terhadap masyarakat?
3. Bagaimana masyarakat mengatasi masalah-masalah
tersebut?
4. Apakah masyarakat setempat merasa dirugikan atau
diuntungkan dari adanya reklamasi di wilayah Kalibaru?
5. Apakah terdapat bantuan dari pewenang wilayah setempat
untuk para masyarakat dan nelayan setempat dari adanya
pembangunan reklamasi?
6. Apa harapan Anda mengenai pembangunan reklamasi ini
untuk kesejahteraan nelayan dan masyarakat?

158
Lampiran 9 : Hasil Kuesioner Penelitian Responden Nelayan
KUESIONER
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

A. Identitas Responden
Nama Responden : Ubaydillah
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 5 orang
Mata Pencaharian : a. Utama : Nelayan
b. Sampingan : Pedagang Pulsa

159
B. Kondisi dan Fasilitas Rumah
Berilah tanda O atau X sesuai berdasarkan kriteria perumahan
Anda
1. Kondisi Rumah
Status Milik Atap Rumah Dinding Rumah Lantai Rumah
a. Milik sendiri a. Genteng a. Tembok a. Keramik/ubin
b. Sewa/kontrak b. Seng b. Plesteran semen b. Plesteran semen
c. Menumpang c. Asbes c. Kayu/papan c. Kayu/papan

2. Fasilitas Rumah
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
a. PLN a. Sendiri a. Gas a. AC
b. Non-PLN b. Bersama b. Minyak tanah b. Kipas angin
c. Bukan PLN c. Umum c. Kayu bakar c. Alam

C. Kondisi Ekonomi Keluarga Nelayan


1. Sudah berapa lamakah Anda menjalani pekerjaan sebagai
nelayan?
a. Kurang dari 5 tahun
b. 6-8 tahun
c. 9-11 tahun
d. 12-15 tahun
e. Lebih dari 15 tahun
2. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sebelum adanya
reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000

160
3. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sesudah adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
4. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan pangan sebelum dan sesudah
adanya reklamasi?
Sebelum Sesudah
No Pangan
Reklamasi Reklamasi
1 Beras Rp. 350.000 Rp. 350.000
2 Lauk pauk dan sayur mayur Rp. 200.000 Rp. 280.000
3 Kebutuhan dapur Rp. 200.000 Rp. 200.000
4 Makanan/minuman tambahan lain Rp. 100.000 Rp. 150.000
Total Rp. 850.000 Rp. 930.000

5. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda


perbulan untuk keperluan non-pangan sebelum dan
sesudah adanya reklamasi?

No Non-Pangan Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi

1 Pendidikan Rp. 165.000 Rp. 230.000


2 Kesehatan Rp. 200.000 Rp. 300.000
3 Listrik Rp. 100.000 Rp. 100.000
4 Air/PDAM Rp. 70.000 Rp. 70.000
Total Rp. 535.000 Rp. 700.000

161
D. Respons Masyarakat Nelayan Terhadap Dampak Sosial,
Ekonomi dan Ekologi Pembangunan Reklamasi di
Kalibaru
1. Pembangunan reklamasi membuat lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Kehadiran reklamasi ini membuat wilayah Kalibaru
menjadi semakin banyak penduduknya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Banyak masyarakat nelayan yang setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Terdapat pengunjung reklamasi yang memberikan
pengaruh yang baik untuk para nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
mengakibatkan perubahan atau pudarnya budaya atau
tradisi para masyarakat nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju

162
6. Adanya reklamasi di wilayah Kalibaru membuat
pendapatan nelayan menjadi meningkat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Dari pendapatan yang ada kebutuhan keluarga nelayan
dapat terpenuhi sandang, pangan, dan papannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Dari pendapatan yang ada membuat perubahan terhadap
penggunaan jumlah dan kualitas barang semakin menurun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya
pengeluaran rumah tangga semakin banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kehadiran reklamasi membuat perubahan aktivitas mata
pencaharian nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Reklamasi menyebabkan rusaknya ekosistem laut seperti
hilangnya habitat ikan dan biota laut lainnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju

163
d. Sangat tidak setuju
12. Aktivitas reklamasi menyebabkan pencemaran air laut
oleh limbah dari reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Perubahan pola arus laut akibat reklamasi menyulitkan
nelayan untuk melaut
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Reklamasi membuat peningkatan erosi, sedimentasi dan
kekeruhan air di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang karena
timbunan tanah urugan reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

164
KUESIONER
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

A. Identitas Responden
Nama Responden : Taming
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 4 orang
Mata Pencaharian : a. Utama : Nelayan
b. Sampingan : Pedagang besi

165
B. Kondisi dan Fasilitas Rumah
Berilah tanda O atau X sesuai berdasarkan kriteria perumahan
Anda
1. Kondisi Rumah
Status Milik Atap Rumah Dinding Rumah Lantai Rumah
a. Milik sendiri a. Genteng a. Tembok a. Keramik/ubin
b. Sewa/kontrak b. Seng b. Plesteran semen b. Plesteran semen
c. Menumpang c. Asbes c. Kayu/papan c. Kayu/papan

2. Fasilitas Rumah
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
a. PLN a. Sendiri a. Gas a. AC
b. Non-PLN b. Bersama b. Minyak tanah b. Kipas angin
c. Bukan PLN c. Umum c. Kayu bakar c. Alam

C. Kondisi Ekonomi Keluarga Nelayan


1. Sudah berapa lamakah Anda menjalani pekerjaan sebagai
nelayan?
a. Kurang dari 5 tahun
b. 6-8 tahun
c. 9-11 tahun
d. 12-15 tahun
e. Lebih dari 15 tahun
2. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sebelum adanya
reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000

166
3. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sesudah adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
4. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan pangan sebelum dan sesudah
adanya reklamasi?
Sebelum Sesudah
No Pangan
Reklamasi Reklamasi
1 Beras Rp. 325.000 Rp. 325.000
2 Lauk pauk dan sayur mayur Rp. 200.000 Rp. 250.000
3 Kebutuhan dapur Rp. 350.000 Rp. 450.000
4 Makanan/minuman tambahan lain Rp. 400.000 Rp. 500.000
Total Rp. 1.275.000 Rp. 1.525.000

5. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda


perbulan untuk keperluan non-pangan sebelum dan
sesudah adanya reklamasi?

No Non-Pangan Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi

1 Pendidikan Rp. 165.000 Rp. 165. 000


2 Kesehatan Rp. 500.000 Rp. 500.000
3 Listrik Rp. 600.000 Rp. 800.000
4 Air/PDAM Rp. 150.000 Rp. 200.000
Total Rp. 1.415.000 Rp. 1.665.000

167
D. Respons Masyarakat Nelayan Terhadap Dampak Sosial,
Ekonomi dan Ekologi Pembangunan Reklamasi di
Kalibaru
1. Pembangunan reklamasi membuat lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Kehadiran reklamasi ini membuat wilayah Kalibaru
menjadi semakin banyak penduduknya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Banyak masyarakat nelayan yang setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Terdapat pengunjung reklamasi yang memberikan
pengaruh yang baik untuk para nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
mengakibatkan perubahan atau pudarnya budaya atau
tradisi para masyarakat nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju

168
6. Adanya reklamasi di wilayah Kalibaru membuat
pendapatan nelayan menjadi meningkat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Dari pendapatan yang ada kebutuhan keluarga nelayan
dapat terpenuhi sandang, pangan, dan papannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Dari pendapatan yang ada membuat perubahan terhadap
penggunaan jumlah dan kualitas barang semakin menurun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya
pengeluaran rumah tangga semakin banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kehadiran reklamasi membuat perubahan aktivitas mata
pencaharian nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Reklamasi menyebabkan rusaknya ekosistem laut seperti
hilangnya habitat ikan dan biota laut lainnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju

169
d. Sangat tidak setuju
12. Aktivitas reklamasi menyebabkan pencemaran air laut
oleh limbah dari reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Perubahan pola arus laut akibat reklamasi menyulitkan
nelayan untuk melaut
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Reklamasi membuat peningkatan erosi, sedimentasi dan
kekeruhan air di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang karena
timbunan tanah urugan reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

170
KUESIONER
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

A. Identitas Responden
Nama Responden : Dedi Hamzah
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 2 orang
Mata Pencaharian : a. Utama : Nelayan
b. Sampingan : -

171
B. Kondisi dan Fasilitas Rumah
Berilah tanda O atau X sesuai berdasarkan kriteria perumahan
Anda
1. Kondisi Rumah
Status Milik Atap Rumah Dinding Rumah Lantai Rumah
a. Milik sendiri a. Genteng a. Tembok a. Keramik/ubin
b. Sewa/kontrak b. Seng b. Plesteran semen b. Plesteran semen
c. Menumpang c. Asbes c. Kayu/papan c. Kayu/papan

2. Fasilitas Rumah
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
a. PLN a. Sendiri a. Gas a. AC
b. Non-PLN b. Bersama b. Minyak tanah b. Kipas angin
c. Bukan PLN c. Umum c. Kayu bakar c. Alam

C. Kondisi Ekonomi Keluarga Nelayan


1. Sudah berapa lamakah Anda menjalani pekerjaan sebagai
nelayan?
a. Kurang dari 5 tahun
b. 6-8 tahun
c. 9-11 tahun
d. 12-15 tahun
e. Lebih dari 15 tahun
2. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sebelum adanya
reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000

172
3. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan sebagai nelayan sesudah adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
4. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan pangan sebelum dan sesudah
adanya reklamasi?
Sebelum Sesudah
No Pangan
Reklamasi Reklamasi
1 Beras Rp. 210.000 Rp. 210.000
2 Lauk pauk dan sayur mayur Rp. 200.000 Rp. 200.000
3 Kebutuhan dapur Rp. 250.000 Rp. 250.000
4 Makanan/minuman tambahan lain Rp. 250.000 Rp. 300.000
Total Rp. 910.000 Rp. 960.000

5. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda


perbulan untuk keperluan non-pangan sebelum dan
sesudah adanya reklamasi?

No Non-Pangan Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi

1 Pendidikan Rp. - Rp. -


2 Kesehatan Rp. 500.000 Rp. 500.000
3 Listrik Rp. 150.000 Rp. 150.000
4 Air/PDAM Rp. 100.000 Rp. 100.000
Total Rp. 750.000 Rp. 750.000

173
D. Respons Masyarakat Nelayan Terhadap Dampak Sosial,
Ekonomi dan Ekologi Pembangunan Reklamasi di
Kalibaru
1. Pembangunan reklamasi membuat lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Kehadiran reklamasi ini membuat wilayah Kalibaru
menjadi semakin banyak penduduknya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Banyak masyarakat nelayan yang setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Terdapat pengunjung reklamasi yang memberikan
pengaruh yang baik untuk para nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
mengakibatkan perubahan atau pudarnya budaya atau
tradisi para masyarakat nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju

174
6. Adanya reklamasi di wilayah Kalibaru membuat
pendapatan nelayan menjadi meningkat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Dari pendapatan yang ada kebutuhan keluarga nelayan
dapat terpenuhi sandang, pangan, dan papannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Dari pendapatan yang ada membuat perubahan terhadap
penggunaan jumlah dan kualitas barang semakin menurun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya
pengeluaran rumah tangga semakin banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kehadiran reklamasi membuat perubahan aktivitas mata
pencaharian nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Reklamasi menyebabkan rusaknya ekosistem laut seperti
hilangnya habitat ikan dan biota laut lainnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju

175
d. Sangat tidak setuju
12. Aktivitas reklamasi menyebabkan pencemaran air laut
oleh limbah dari reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Perubahan pola arus laut akibat reklamasi menyulitkan
nelayan untuk melaut
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Reklamasi membuat peningkatan erosi, sedimentasi dan
kekeruhan air di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
15. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang karena
timbunan tanah urugan reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

176
Lampiran 10 : Kuesioner Penelitian Responden Non-Nelayan
KUESIONER
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

A. Identitas Responden
Nama Responden : Ramadayanti
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD
b. SD/MI
c. SMP/MTS
d. SMA/SMK/MA
e. Perguruan Tinggi
Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret
yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 2 orang
Mata Pencaharian : Pedagang Ikan
Lamanya Bekerja : 3 Tahun

177
B. Kondisi dan Fasilitas Rumah
Berilah tanda O atau X sesuai berdasarkan kriteria perumahan
Anda
1. Kondisi Rumah
Status Milik Atap Rumah Dinding Rumah Lantai Rumah
a. Milik sendiri a. Genteng a. Tembok a. Keramik/ubin
b. Sewa/kontrak b. Seng b. Plesteran semen b. Plesteran semen
c. Menumpang c. Asbes c. Kayu/papan c. Kayu/papan

2. Fasilitas Rumah
Listrik MCK Bahan Bakar Pendingin
a. PLN a. Sendiri a. Gas a. AC
b. Non-PLN b. Bersama b. Minyak tanah b. Kipas angin
c. Bukan PLN c. Umum c. Kayu bakar c. Alam

C. Kondisi Ekonomi Keluarga


1. Apa yang Anda ketahui tentang reklamasi pantai? dan
apakah Anda mengetahui tentang adanya pembangunan
reklamasi pantai di wilayah Kalibaru, Cilincing?
Jawaban : Pembangunan proyek dari pemerintah
membuat daratan baru. Ya, saya tahu.

2. Menurut Anda, apa keuntungan dan kerugian yang bisa


Anda rasakan dari adanya pembangunan reklamasi pantai
di wilayah Kalibaru ini?
Jawaban : Keuntungannya tidak ada, kerugiannya
pendapatan nelayan menjadi berkurang.

3. Disamping mata pencaharian yang Anda jalani saat ini,


apakah Anda mempunyai mata pencaharian lain untuk
menambah pendapatan? Jika ya, berapa pendapatan yang
Anda terima perbulan dari hasil mata pencaharian
tersebut?
Jawaban : Tidak ada.

178
4. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan Anda sebelum adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
5. Berapa besar pendapatan Anda perbulan yang dihasilkan
dari pekerjaan Anda sesudah adanya reklamasi?
a. Kurang dari Rp.1.500.000
b. Rp.1.500.000 – Rp.3.000.000
c. Rp.3.000.000 – Rp.4.500.000
d. Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000
e. Lebih dari Rp.6.000.000
6. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan pangan sebelum dan sesudah
adanya reklamasi?
Sebelum Sesudah
No Pangan
Reklamasi Reklamasi
1 Beras Rp. 210.000 Rp. 210.000
2 Lauk pauk dan sayur mayur Rp. 200.000 Rp. 200.000
3 Kebutuhan dapur Rp. 250.000 Rp. 250.000
4 Makanan/minuman tambahan lain Rp. 200.000 Rp. 300.000
Total Rp. 860.000 Rp. 960.000

179
7. Berapa besar pengeluaran kebutuhan rumah tangga Anda
perbulan untuk keperluan non-pangan sebelum dan
sesudah adanya reklamasi?

No Non-Pangan Sebelum Reklamasi Sesudah Reklamasi

1 Pendidikan Rp. - Rp. -


2 Kesehatan Rp. 500.000 Rp. 500.000
3 Listrik Rp. 150.000 Rp. 150.000
4 Air/PDAM Rp. 100.000 Rp. 100.000
Total Rp. 750.000 Rp. 750.000

D. Respons Masyarakat Nelayan Terhadap Dampak Sosial,


Ekonomi dan Ekologi Pembangunan Reklamasi di
Kalibaru
1. Pembangunan reklamasi membuat lapangan pekerjaan
baru untuk masyarakat sekitar
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Kehadiran reklamasi ini membuat wilayah Kalibaru
menjadi semakin banyak penduduknya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Banyak masyarakat nelayan yang setuju dengan adanya
pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

180
4. Terdapat pengunjung reklamasi yang memberikan
pengaruh yang baik untuk para nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Pembangunan reklamasi di wilayah Kalibaru
mengakibatkan perubahan atau pudarnya budaya atau
tradisi pada masyarakat nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak Setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Adanya reklamasi di wilayah Kalibaru membuat
pendapatan nelayan menjadi meningkat
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Dari pendapatan yang ada kebutuhan keluarga nelayan
dapat terpenuhi sandang, pangan, dan papannya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Dari pendapatan yang ada membuat perubahan terhadap
penggunaan jumlah dan kualitas barang semakin menurun
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

181
9. Pembangunan reklamasi membuat bertambahnya
pengeluaran rumah tangga semakin banyak
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kehadiran reklamasi membuat perubahan aktivitas mata
pencaharian nelayan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Reklamasi menyebabkan rusaknya ekosistem laut seperti
hilangnya habitat ikan dan biota laut lainnya
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
12. Aktivitas reklamasi menyebabkan pencemaran air laut
oleh limbah dari reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
13. Perubahan pola arus laut akibat reklamasi menyulitkan
nelayan untuk melaut
a./ Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
14. Reklamasi membuat peningkatan erosi, sedimentasi dan
kekeruhan air di wilayah Kalibaru
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju

182
d. Sangat tidak setuju
15. Keanekaragaman biota laut semakin berkurang karena
timbunan tanah urugan reklamasi
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju

183
Lampiran 11 : Hasil Wawancara Aparat Pemerintah

HASIL WAWANCARA

“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL


EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

Identitas Responden

Nama Responden : Rastoni

Umur : 55 Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD

b. SD/MI

c. SMP/MTS

d. SMA/SMK/MA

e. Perguruan Tinggi

Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret


yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 3 orang

Mata Pencaharian : Wiraswasta

184
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai adanya pembangunan
reklamasi di wilayah Kalibaru ini?
Jawaban : “Menurut saya mah bagus sih, karena kan itu
dibangun juga memang untuk kepentingan umum ya, untuk
rakyat pelabuhan peti kemas begitu bukan untuk
perorangan. Ya banyak juga lah pekerja-pekerja yang
masuk disitu, dari wilayah juga banyak.”
2. Masalah apa saja yang Anda rasakan dari adanya
pembangunan reklamasi ini terhadap masyarakat?
Jawaban : “Kebanyakan masalah sih masalah buat
nelayannya ya, mereka terganggu lah usahanya nelayan-
nelayan disini. Hasil mata pencahariannya berkurang, yang
tadinya dapetnya lumayan sekarang jadi semakin berkurang
semenjak dari adanya pembangunan itu. Karena kan adanya
reklamasi itu ngebuat sebagian laut jadi abis untuk
pencaharian mereka gitu ya di laut, sekarang mereka jadi
makin pada sulit gitu nyari ikannya si nelayan.”
3. Bagaimana masyarakat mengatasi masalah-masalah
tersebut?
Jawaban : “Untuk mengatasi masalah-masalah sih
kayanya gak ada ya, masyarakat apalagi buat para nelayan
cuma bisa nerima doang, mereka juga mikir ya mau gimana
lagi jadi ya udah nerima aja mau gak mau. Soalnya kan
yang ngadain pembangunan itu pemerintah ya, jadi mereka
mikirnya cuma masyarakat kecil pinggiran kayanya
kemungkinannya kecil kalau suara mereka di dengar sama

185
pemerintah buat diberhentikan pembangunan
reklamasinya.”
4. Apakah masyarakat setempat merasa dirugikan atau
diuntungkan dari adanya reklamasi di wilayah Kalibaru?
Jawaban : “Kalau keuntungannya sih kemungkinannya
bisa buat kerja disitu. Kalau kerugianya ya karena mata
pencaharian mereka jadi agak sulit, dapetnya juga cuma
sedikit gitu nyari ikannya, jaraknya juga sekarang jadi
semakin jauh.”
5. Apakah terdapat bantuan dari pewenang wilayah setempat
untuk para masyarakat dan nelayan setempat dari adanya
pembangunan reklamasi?
Jawaban : “Kalau dulu sih biasanya ada ya, kaya
pembagian sembako sama jaket atau pelampung gitu buat
nelayannya. Tapi kayanya sekarang udah gak ada ya kalau
saya liat mah. Udah gak ada lagi pembagian-pembagian
kaya begitu buat para nelayannya.”
6. Apa harapan Anda mengenai pembangunan reklamasi ini
untuk kesejahteraan nelayan dan masyarakat?
Jawaban : “Harapan saya yang pertama sih ya untuk
perahu-perahunya, yang tadinya cuma perahu kecil atau
sampan-sampan gitu bisa jadi perahu yang besar dan bisa
melaut karena kan mereka itu butuh sekali jaring-jaring
untuk menangkap ikan. Dan yang kedua sih semoga banyak
anak-anak nelayan yang bisa dipekerjakan disitu,
meningkat pendidikan anak-anak mereka.”

186
HASIL WAWANCARA

“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL


EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

Identitas Responden

Nama Responden : Nurlina

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Agama : Islam

Suku : Bugis

Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD

b. SD/MI

c. SMP/MTS

d. SMA/SMK/MA

e. Perguruan Tinggi

Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret


yang tidak perlu)
Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 7 orang

Mata Pencaharian : Pedagang

187
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai adanya pembangunan
reklamasi di wilayah Kalibaru ini?
Jawaban : “Menurut saya sih menganggu ya, apalagi untuk
nelayan-nelayan sini sangat berpengaruh semenjak adanya
pembangunan-pembangunan itu. Tapi ya saya mah setuju-
setuju aja kalau dibangun untuk kepentingan umum ya,
karena ini juga kan programnya pemerintah jadi ya saya
setuju-setuju aja.”
2. Masalah apa saja yang Anda rasakan dari adanya
pembangunan reklamasi ini terhadap masyarakat?
Jawaban : “Masalah mah ada ya karena sangat
berpengaruh untuk mata pencaharian nelayan, air lautnya
juga jadi kotor, sebagian warga juga ada yang bilang jadi
berisik ya semenjak adanya pembangunan itu. Apalagi kan
semenjak adanya pembangunan itu banyak truk-truk atau
container yang suka bulak-balik kesitu jadi debu makin
banyak terus juga jadi berisik kan kalau truk-truk lagi pada
kesitu”
3. Bagaimana masyarakat mengatasi masalah-masalah
tersebut?
Jawaban : “Kalau untuk mengatasi masalah mah kayanya
gak ada sih, warga sama nelayan sini cuma bisa nerima
doang pembangunan itu. Terus juga nelayan-nelayan itu
gak bisa kaya dulu gitu, karena kan tempat mereka jadi agak
sempit, jarak nangkap ikan sama cari jalannya juga jadi
susah gitu”

188
4. Apakah masyarakat setempat merasa dirugikan atau
diuntungkan dari adanya reklamasi di wilayah Kalibaru?
Jawaban : “Keuntungannya mah ada sebagian warga yang
kerja disitu, menguntungkannya disitu lah jadinya kan
menciptakan lapangan pekerjaan baru ya untuk masyarakat
sini. Kalau kerugiannya ya kaya mengganggu mata
pencaharian nelayan, pencemaran lingkungan
menyebabkan air laut jadi kotor, ningkatin polusi udara,
berisik, jadi warga juga ngerasa keganggu”
5. Apakah terdapat bantuan dari pewenang wilayah setempat
untuk para masyarakat dan nelayan setempat dari adanya
pembangunan reklamasi?
Jawaban : “Kayanya mah gak ada ya bantuan-bantuan
begitu yang saya tau mah, kaya sembako atau yang lain gitu
sepengetahuan saya gak ada. Cuma ya itu aja sih paling ya,
ada sebagian warga yang kerja disitu jadi kaya semacam
ngebantu sedikit lah.”
6. Apa harapan Anda mengenai pembangunan reklamasi ini
untuk kesejahteraan nelayan dan masyarakat?
Jawaban : “Harapan saya mah supaya anak-anak nelayan
itu bisa dipekerjakan agar meningkatkan kualitas
kesejahteraan hidup keluarga mereka ya, terutama dibagian
ekonominya. Pekerjaan nelayan juga supaya hasil
tangkapan ikannya bisa kaya gitu supaya penghasilan
mereka jadi semakin meningkat buat ningkatin taraf hidup
perekonomian mereka, kualitas pendidikan untuk anak-
anak mereka juga agar bisa tercukupi.”

189
HASIL WAWANCARA
“ANALISIS DAMPAK REKLAMASI TERHADAP SOSIAL
EKONOMI NELAYAN PESISIR DI KALIBARU
CILINCING JAKARTA UTARA”

Identitas Responden

Nama Responden : Wartini

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : L / P

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : a. Tidak tamat SD

b. SD/MI

c. SMP/MTS

d. SMA/SMK/MA

e. Perguruan Tinggi

Status Pernikahan : Menikah / Belum Menikah (coret


yang tidak perlu)

Jumlah Anggota Keluarga (bila sudah menikah) : 3 orang

Mata Pencaharian : Ibu Rumah Tangga

190
1. Bagaimana pendapat Anda mengenai adanya pembangunan
reklamasi di wilayah Kalibaru ini?
Jawaban : “Menurut saya sih bagus ya adanya bangunan
reklamasi itu, tapi ya itu masyarakat apalagi nelayan
terganggu banget ya semenjak ada reklamasi itu banyak
nelayan yang ngeluh katanya penghasilannya berkurang,
pendapatannya makin nyusut gitu. Tapi kan katanya
pembangunan itu dibangun juga untuk umum ya, jadi ya
menurut saya mah bagus-bagus aja.”
2. Masalah apa saja yang Anda rasakan dari adanya
pembangunan reklamasi ini terhadap masyarakat?
Jawaban : “Kalau masalah sih saya sering dapet keluhan
nelayan soal pekerjaan mereka, katanya semenjak adanya
pembangunan itu ya pendapatan makin turun, ikan-ikan
yang didapet juga semakin sedikit ya. Soalnya
pembangunan itu bikin ikan-ikan banyak yang mati ya, air
lautnya juga jadi kotor gitu udah gak sebagus dulu gitu lah.
Terus apa ya, wilayah laut jadi semakin sempit, bikin
tempat-tempat yang biasa dijadiin sandaran perahu sama
nelayan yang tadinya luas banyak begitu sekarang mah jadi
sedikit, jadi sempit gitu. Kalau buat warga sini sih katanya
jadi berisik sama banyak debu, soalnya banyak truk-truk
sama container yang sering kesini.”
3. Bagaimana masyarakat mengatasi masalah-masalah
tersebut?
Jawaban : “Mengatasi masalah ya, kayanya mah setau saya
sih gak ada ya. Warga sini sih ya terima-terima aja adanya

191
reklamasi itu. Apalagi nelayan ya, mereka cuma bisa pasrah
aja adanya pembangunan itu walaupun itu ngaruh ke
kerjaannya mereka ya. Mungkin ya mereka mikirnya mau
gimana lagi, mereka juga cuma bisa terima aja pemerintah
ngelakuin proyek itu, cuma bisa nerima keadaan yang ada.”
4. Apakah masyarakat setempat merasa dirugikan atau
diuntungkan dari adanya reklamasi di wilayah Kalibaru?
Jawaban : “Kalau keuntungannya sih karena ada sebagian
warga yang kerja disitu, jadi kan menciptakan lapangan
pekerjaan baru buat masyarakat sini ya. Itu sih yang bisa
dibilang keuntungan dari adanya reklamasi itu buat warga
sini. Nah, kalau kerugiannya itu yang udah saya kasih tau
sebelumnya ya. Kaya mata pencahariannya nelayan yang
jadi keganggu, penurunan pendapatannya mereka,
penghasilan ikannya jadi makin sedikit, pencemaran laut ya
jatohnya kalau bikin ikan-ikan jadi pada mati karena air
lautnya jadi kotor sih,”
5. Apakah terdapat bantuan dari pewenang wilayah setempat
untuk para masyarakat dan nelayan setempat dari adanya
pembangunan reklamasi?
Jawaban : “Kalau bantuan-bantuan gitu setau saya
sekarang mah udah gak ada lagi ya, tapi waktu dulu pas
awal-awal itu baru mau dibangun katanya pernah tuh
dikasih sembako atau jaket-jaket gitu buat para nelayan-
nelayan. Tapi sekarang kayanya udah gak ada lagi ya
bantuan-bantuan gitu setau saya sih.”

192
6. Apa harapan Anda mengenai pembangunan reklamasi ini
untuk kesejahteraan nelayan dan masyarakat?
Jawaban : “Saya sih harapannya biar pekerjaan nelayan bisa
balik lagi jadi lebih baik ya, pendapatan mereka jadi
meningkat, hasil tangkapan ikan-ikannya jadi banyak lagi,
terus mereka bisa ningkatin perekonomian keluarga mereka
gitu biar anak-anak mereka bisa dapet pendidikan yang
layak. Atau anak-anak nelayan atau masyarakat sini yang
udah cukup umur buat kerja bisa dipekerjaan disitu, kan
bisa mengurangi pengangguran warga-warga disini. Kan
seenggaknya bisa ngebantu juga biar mereka bisa
memenuhi kebutuhan sehari-hari buat keluarga mereka,
dengan begitu kan siapa tau bisa ningkatin kesejahteraan
hidup mereka dan keluarga.

193

Anda mungkin juga menyukai