Anda di halaman 1dari 164

EVALUASI PROSES PROGRAM COMMUNITY

ACTION PLAN DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN
DI KAMPUNG AKUARIUM JAKARTA UTARA
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)

Disusun oleh:

Alvin Anggara
NIM. 11150541000019

PROGRAM STUDI KESEJAJTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ABSTRAK
Alvin Anggara (11150541000019)
Evaluasi Proses Program Community Action Plan Dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Lingkungan di Kampung
Akuarium Jakarta Utara.
Kasus-kasus penggusuran di Indonesia sering kali
membuat kualitas lingkungan yang terjadi di lokasi bekas gusuran
menjadi menurun terlihat dari hilangnya hunian masyarakat,
ruang terbuka hijau, sosial ekonomi masyarakat, taman bermain
anak, tempat peribadahan, drainase, sistem persampahan menjadi
kacau dan sanitasi yang memburuk merupakan beberapa hal yang
menyebabkan kualitas lingkungan menjadi menurun. Maka dari
itu pemerintah membuatkan sebuah upaya peningkatan kualitas
lingkungan melalui program Community Action Plan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
evaluasi proses. Evaluasi dilakukan berdasarkan empat kriteria
yang terdiri dari standar praktik terbaik kebijakan, tujuan proses
dan kepuasan klien.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Sementara tekhnik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk
pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan tekhnik
purposive sampling, yaitu sample yang dimbil dengan sengaja.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa standar
operasional prosedur dan sosialisasi program telah memenuhi
standar dan sesuai dengan ketetapan pemerintah. Sasaran
penerima manfaat dan sumber daya manusia yang tersedia saat
ini juga sudah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Program
Community Action Plan di Kampung Akuarum telah melibatkan
banyak lembaga dan kader masyarakat yang disebut sebagai
koordinator wilayah tetapi pada program ini, akan tetapi pada
program ini masih harus meningkatkan kualitas pelayanan karena
tujuan yang direncanakan belum sepenuhnya terlaksana. Sejauh
ini para petugas cukup bisa diandalkan, mereka juga cukup cepat
dan tanggap, petugas sangat peduli kepada masyarakat sebagai
penerima manfaat, dan bukti bahwa petugas serius dalam
melayani sudah jelas terlihat.
Kata kunci : Evaluasi Proses, Community Action Plan,
Penggusuran, Lingkungan, Masyarakat.

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji serta syukur


kepada Illahi Rabbi yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Evaluasi Proses Program Community Action Plan Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Lingkungan di Kampung Akuarium
Jakarta Utara. Dan tidak lupa sholawat serta salam penulis
sanjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa seluruh umatnya dari zaman kegelapan ilmu hingga
zaman kemudahan mendapatkan sebuah ilmu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi, maupun bentuk penyajiannya.
Oleh karna itu, kritik dan saran yang sangat membangun dari
berbagai pihak akan penulis terima dengan tangan terbuka serta
sangat diharapkannya. Karena sesungguhnya kesempurnaan
hanya milik Allah SWT.
Berkat keridhoan dari Allah SWT, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Serta tak lupa peneleti menyampaikan ungkapan
banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan, motivasi, dan arahan-arahan terhadap
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skiripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:

ii
1. Kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril dan materiil serta doa sehingga proses
penelitian ini berjalan dengan lancar.
2. Kepada diri sendiri yang sudah mau berjuang dari awal
masuk dunia perkuliahan sampai sekarang sudah mau selesai
dengan setiap hari menempuh perjalanan dari Tanjung Priuk
sampai Ciputat tiada kata lelah.
3. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil
Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Shihabuddin Noor, MA
sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak
Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
4. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Bapak Muhtadi, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi
dengan kesabarannya dan rela meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan serta Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA
selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Ellies Sukmawati, M.Si sebagai pembimbing akademik
6. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang
telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada
peneliti, semoga apa yang diberikan akan bermanfaat di masa
yang akan datang.

iii
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan
wawasan dan keilmuan dan membimbing peneliti selama
menjalani perkulian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti ucapkan
terimakasih karena telah membantu dalam memberikan
referensi buku, jurnal, maupun skripsi dari penelitian-
penelitian terdahulu.
9. Kepada Bapak Ilman Bastian selaku Kepala Seksi
Perencanaan Kawasan Permukiman Bidang Perencanaan
Teknis Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi DKI Jakarta, Kepada Bapak Chairul Lantip selaku
Kepala Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Jakarta Utara, Bapak Ambia selaku Staf
Pengelola Seksi Kawasan Permukiman Suku Dinas PRKP
Jakarta Utara, Ibu Dharma Diani selaku ketua koordinator
wilayah program CAP di Kampung Akuarium, kepada
seluruh tim kerja yang dengan kesediannya memberikan
informasi secara detail.
10. Kepada Amelia Diva yang sangat sangat sering membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini dalam merefresh pikiran,
selalu ada saat peneliti membutuhkan bantuan dan selalu
mendorong peneliti agar cepat-cepat mengerjakan skripsi ini.

iv
11. Kepada Riska Hariyana dan Devi Anggraini yang sering
menjadi tempat berkeluh kesah penulis serta selalu
memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi
ini.
12. Kepada teman-teman KUACI, Refiandi Riansah, Galuh Harry
Setiawan, Habib Rahman Aji, Alif Shoffan, Gilang Arief
Fathurraman, Muhammad Fathin, Sri Wahyuni, Riska
Hariyana, Devi Anggraini yang membantu untuk memberi
hiburan dan semangat kepada penulis.
13. Semua teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 20115
yang telah memberikan semangat dan membantu penulis
dalam penulisan skripsi ini

Jakarta, 25 september 2019

Alvin Anggara

v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ............................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .............. 6
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................... 7
D. Review Kajian Terdahulu ............................................ 8
E. Metodologi Penelitian .................................................. 9
F. Sistematika Penulisan .................................................. 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program......................................................... 18
1. Pengertian Evaluasi ................................................. 18
2. Model Evaluasi ....................................................... 19
3. Desain Evaluasi ....................................................... 25
4. Tujuan Evaluasi ...................................................... 26
5. Pengertian Program ................................................. 29
6. Aspek-Aspek Program ............................................ 30
7. Tujuan Program ...................................................... 31
8. Evaluasi Program .................................................... 32
B. Kualitas Lingkungan .................................................... 33
1. Definisi Kualitas ...................................................... 33
2. Pengertian Lingkungan dan Lingkungan Hidup ...... 33
3. Kualitas Lingkungan ................................................ 35

vi
C. Community Action Plan ............................................... 36
1. Latar Belakang CAP ............................................... 36
2. Dasar Hukum Program CAP ................................... 38
3. Pengertian CAP ....................................................... 40
4. Output Program CAP .............................................. 42
5. Rangkaian Kegiatan CAP ....................................... 43
D. Kerangka Berpikir ....................................................... 45
BAB III GAMBARAN UMUM KAMPUNG AKUARIUM
A. Sejarah Kampung Akuarium ....................................... 47
B. Demografi Kampung Akuarium .................................. 48
C. Geografis Kampung Akuarium.................................... 49
D. Visi Misi Kampung Akuarium .................................... 51
E. Data Komunikasi ......................................................... 52
F. Forum Kegiatan Masyarakat........................................ 52
G. Konsep Pengembangan Hunian baru ........................... 53
BAB IV ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Evaluasi Proses Program Community Action Plan ...... 54
1. Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice).. 55
2. Kebijakan ................................................................ 64
3. Tujuan Proses (Process Goal) ................................ 71
4. Kepuasan Klien ....................................................... 79
B. Hasil Evaluasi Proses Program ................................... 86
BAB V PEMBAHASAN
Evaluasi Proses Program Community Action Plan
di Kampung Akuarium Jakarta Utara .......................... 94
1. Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice).. 95
2. Kebijakan ................................................................ 99

vii
3. Tujuan Proses (Process Goal) ................................ 102
4. Kepuasan Klien ....................................................... 103
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 107
B. Saran ............................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 110
LAMPIRAN ......................................................................... 112

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Informan Penelitian hlm. 13

Tabel 3.1 Demografi Kampung Akuarium hlm. 48

Tabel 4.1 Standar Operasional Prosedur hlm.55

Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Lingkup Pemerintahan hlm. 69

Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia di Kampung Akuarium hlm. 70

Tabel 4.4 Pelaku dan Tupoksi Terhadap Hasil di Lapangan hlm. 72

Tabel 4.5 Ketercapaian Aspek Lingkungan Berdasarkan Juklak


hlm. 76

Tabel 4.6 Perbandingan Juklak Dengan Hasil di Lapangan hlm. 87

Tabel 4.7 Indikator kepuasan hlm 91

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsep Umum Penataan Kawasan Berbasis


program Community Action Plan hlm. 41

Gambar 2.2 Output Program Community Action Plan hlm. 42

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran hlm. 46

Gambar 3.1 Peta Kampung Akuarium hlm. 49

Gambar 3.2 Kampung Akuarium Pasca Penggusuran hlm. 50

Gambar 3.3 Kampung Akuarium Pasca Masuknya Program hlm. 51

Gambar 3.4 Desain Bangunan Kampung Akuarium hlm. 53

Gambar 4.1 Standar Pelaksanaan Program hlm. 60

Gambar 4.2 Sosialisasi Publik Program hlm. 62

Gambar 4.3 Mekanisme RAB Program hlm. 67

Gambar 4.4 Fasilitas Kamar Mandi Komunal hlm. 81

Gambar 4.5 Fasilitas Tempat Sampah Tiga Warna hlm. 82

Gambar 4.6 Fasilitas Huntara atau Shelter hlm. 83

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Penggusuran banyak terjadi baik di negara maju maupun
negara berkembang, dan juga terjadi di hampir seluruh belahan
dunia. Penggusuran biasanya terjadi dalam skala besar, dimana
sejumlah besar masyarakat dipaksa untuk pindah dari rumah
tempat tinggalnya. Penggusuran juga biasanya ditujukan kepada
orang miskin, penghuni liar atau pemukiman liar (Manggar 2011,
217). Data penggusuran dalam 5 (lima) tahun terakhir dikutip dari
(megapolitan.kompas.com pada 26 januari 2019) terhitung dari
tahun 2014 sampai 2019 terjadi 523 penggusuran diantaranya 28
penggusuran terjadi pada tahun 2014 dengan jumlah korban
sebanyak 3752 keluarga dan 3513 bangunan, 113 penggusuran
pada tahun 2015 dengan jumlah korban sebanyak 8145 dan 6283
unit usaha, 193 penggusuran pada tahun 2016 dengan jumlah
korban sebanyak 5726 dan 5379 unit usaha (Sari 2017),sedangkan
berdasarkan data (Lembaga Bantuan Hukum (LBH) DKI Jakarta)
dalam dua tahun terakhir dikutip dari (kumparan.com pada 18
januari 2019) tercatat 110 penggusuran terjadi pada tahun 2017
dengan jumlah korban 1171 keluarga dan 1732 unit usaha dan 79
kasus terjadi pada tahun 2018 dengan jumlah korban 277 keluarga
dan 864 unit usaha (Romadoni 2018).
Penggusuran adalah tindakan pengosongan lahan warga
untuk kepentingan pembangunan, baik yang dilakukan secara
paksa ataupun tidak. Untuk mengukur apakah suatu penggusuran
2

dapat dikategorikan sebagai penggusuran paksa atau tidak adalah


dengan menakar kesesuaian pelaksanaannya dengan standar HAM.
Penggusuran yang sesuai dengan standar HAM akan merelokasi
warga terlebih dahulu ke tempat tinggal baru yang layak sebelum
penggusuran dilaksanakan sehingga saat penggusuran dilakukan,
warga terdampak sudah tidak lagi menduduki lahan tersebut.
Sementara, penggusuran yang dapat dikategorikan sebagai
penggusuran paksa adalah penggusuran yang dilaksanakan dengan
bertentangan standar HAM, misalnya memindahkan warga
terdampak tanpa musyawarah atau solusi yang memadai atau
melakukan pengosongan lahan saat warga terdampak masih
menduduki area tersebut (Juniardy, Julio Castor Achmadi, dan
Cindy Iqbalini Fortunao 2017, 14).
Salah satu kasus penggusuran di Jakarta yang menarik untuk
dibahas adalah kasus penggusuran yang terjadi di Kampung
Akuarium pada tahun 2016. Berdasarkan wawancara dengan
Bapak Ilman Bastian selaku Kepala Seksi Perencanaan Kawasan
Permukiman Bidang Perencanaan Teknis Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa
penggusuran ini dilakukan karena Kampung Akuarium dikatakan
bediri di atas tanah yang diperuntukan untuk cagar budaya.
Sehingga masyarakat diminta untuk tidak menempati wilayah
tersebut. Namun masyarakat yang merasa memiliki hak atas tanah
tersebut memilih untuk tetap bertahan dan menggugat Pemprov
DKI Jakarta atas kepemilikan tanah di Kampung Akuarium.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terdapat gejala-
gejala yang ditimbulkan akibat penggusuran yang berdampak pada
3

keberlangsungan hidup di kampung akuarium adalah lahan


menjadi gersang, pencemaran lingkungan karena sampah yang
dibuang sembarangan oleh masyarakat, penurunan perekonomian
bagi masyarakat yang di relokasi ke rumah susun maupun yang
masih menetap di Kampung Akuarium, sulitnya mendapatkan
akses kesehatan karena tidak adanya puskesmas, sanitasi yang
kurang baik karena tidak terdapatnya kamar mandi disetiap shelter
melainkan hanya terdapat beberapa MCK sehingga masyarakat
harus bergilir sekedar untuk mandi, cuci, kakus (MCK), sulitnya
mendapatkan akses pendidikan sekolah negeri karena tidak
terdaftarnya nomor kartu keluarga untuk mendaftarkan anak-anak
mereka ke sekolah negeri, pembekuan kependudukan karena
masyarakat dianggap tidak memiliki tempat tinggal yang sah,
kehilangan tempat tinggal yang diakibatkan oleh penggusuran
paksa pada tahun 2016 lalu sehingga mengakibatkan penurunan
kualitas permukiman yang berdampak pada kondisi lingkungan
pada Kampung Akuarium. Berdasarkan beberapa gejala yang
timbul akibat penggusuran di Kampung Akuarium, peneliti
memfokuskan pada pencemaran lingkungan karena sampah.
Melihat keadaan itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di
bawah Dinas Permukiman Rakyat dan Kawasan Permukiman
(PRKP) melalui Gubernur Anies Baswedan pada tanggal 14
Januari 2018 membuatkan program pemberdayaan masyarakat
miskin yang dituangkan dalam Pergub No. 90 Tahun 2018 tentang
peningkatan kualitas permukiman dalam rangka penataan kawasan
permukiman terpadu dan SK Kadis Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta No. 205 Tahun 2019
4

yang sudah berjalan selama 1 (satu) tahun sebagai bentuk penataan


kembali permukiman atas penggusuran paksa yang terjadi pada
perkampungan kumuh di DKI Jakarta. Program tersebut adalah
Community Action Plan (CAP). CAP berfokus pada peningkatan
kualitas kawasan permukiman kampung-kampung kumuh di
Jakarta dengan menjamin kepastian bermukim dan memenuhi hak
warga Jakarta atas tempat tinggal yang layak huni dalam rangka
penanggulangan kawasan kumuh baik dari aspek sosial, aspek
ekonomi masyarakat, maupun aspek fisik lingkungan dengan
melibatkan beberapa stakeholder (Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman DKI Jakarta 2018, 3).. Peneliti membatasi
penelitian ini pada tujuan jangka pendek dari program CAP yang
ditinjau aspek fisik lingkungan.
Pemprov DKI Jakarta membuat program Community Action
Plan sebagai bagian dari peningkatkan kualitas lingkungan kumuh
di DKI Jakarta. Community Action Plan (CAP) adalah salah satu
metode perencanaan partisipatif masyarakat, yang diharapkan
proses perencanaan pembangunan menempatkan partisipasi
masyarakat sebagai tujuan pembangunan dan bukan hanya sebagai
salah satu pendekatan pembangunan. CAP diharapkan dapat
menciptakan penguatan masyarakat sipil dalam perencanaan
pembangunan yang partisipatif bagi terbangunnya peran birokrasi
pemerintahan lokal yang baik (good governance). Sehingga CAP
menjadi langkah awal yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kapasitas masyarakat. Yang mana pada
gilirannya diharapkan masyarakat kemudian dapat mengambil
tindakan yang tepat untuk mengawal proses pembangunan di
5

lingkungan mereka sendiri. Proses ini akan membantu masyarakat


untuk terlibat dalam setiap perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaan. CAP terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: Tahap
Persiapan, Analisa Ekonomi dan Sosial, Diskusi Tematik
(Focus Group Discussion), Penyusunan Tema dan Konsep
Penataan, Penyusunan (DED), Sosialisasi Publik (Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta 2018,
16).
Sampai dengan Bulan Januari 2019 terdapat 16 kampung
yang menjadi sasaran program CAP yaitu Kampung Lodan,
Kerapu, Tongkol, Muka, Akuarium, Marlina, Kunir, Nelayan
Kerang Ijo, Gedung Pompa, Elektro, Rawa Barat, Rawa Timur,
Tembok bolong, Kali Apuran, Blok Empang, dan Prumpung. Salah
satu kampung prioritas program CAP adalah Kampung Akuarium.
Kampung Akuarium merupakan salah satu perkampungan di DKI
Jakarta tepatnya di Jakarta Utara yang memiliki sejarah
penggusuran paksa oleh Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2016
karena sebenarnya Kampung Akuarium adalah kampung yang
sudah ada namun ditiadakan dan ingin dimunculkan kembali
dengan lebih tertata sebagai bentuk peningkatan kualitas
lingkungan permukiman oleh Pemprov DKI Jakarta.
Dari penjelasan di atas, peneliti menganggap bahwa evaluasi
proses terhadap peningkatan kualitas lingkungan memang sangat
penting untuk dibahas dan peneliti tertarik untuk menggali lebih
dalam program Community Action Plan. Pembahasan yang akan
dibahas adalah evaluasi dari proses pelaksanaan, hambatan dan
komponen yang diperbaiki dari program Community Action Plan.
6

Hasil evaluasi tersebut diharapkan akan menjadi referensi untuk


Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas
program tersebut. Oleh karena itu peneliti menuangkannya dalam
sebuah skripsi yang berjudul:
EVALUASI PROSES PROGRAM COMMUNITY ACTION
PLAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS
LINGKUNGAN DI KAMPUNG AKUARIUM JAKARTA
UTARA.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas dan
untuk mendapatkan hasil secara maksimal tanpa melampaui
batas penafsiran maka peneliti membatasi masalah yang akan
dibahas yaitu pada pengevaluasian proses program Community
Action Plan untuk tujuan jangka pendek tepatnya pada aspek
fisik lingkungan.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah proses pelaksanaan program
Community Action Plan dalam upaya meningkatkan
kualitas lingkungan perkampungan yang telah tergusur
di Kampung Akuarium Jakarta Utara?
b) Bagaimakah hasil dari evaluasi proses program
Community Action Plan di Kampung Akuarium pada
aspek fisik lingkungan
7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini betujuan untuk
mengevaluasi proses program CAP dalam peningkatan
kualitas lingkungan di Kampung Akuarium. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan :
a. Untuk mengetahui bagaimana Proses dari berjalannya
program Community Action Plan yang sedang dijalankan
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
b. Untuk mengetahui hasil dari evaluasi proses program
Community Action Plan di Kampung Akuarium pada
aspek fisik lingkungan
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan
kajian lebih lanjut bagi para peneliti lain maupun
masyarakat umum tentang program dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta dalam program Community Action
Plan sebagai upaya pembangunan kembali perkampungan
yang telah tergusur di DKI Jakarta bahkan dapat
digunakan di perkampungan lain di Indonesia untuk
meningkatkan kualitas pemukiman perkampungan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Sebagai sarana evaluasi bagi Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta sehingga mampu untuk
8

menciptakan ide-ide baru dan memaksimalkan


program yang sudah dijalankan.
2) Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini dapat bermanfaat dalam
memperbaharui perkembangan ilmu pengetahuan serta
dapat menjadi sumbangan ilmu bagi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3) Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan serta
pengalaman karena dilakukan dengan sebenarbenarnya
secara langsung dengan melihat kondisi perkampungan
di kampung Aquarium Jakarta Utara.
D. Review Kajian Terdahulu
Arahan Peningkatan Kualitas Lingkungan Kawasan
Permukiman Kumuh Berat di Kelurahan Ciketingudik dan
Sumurbatu Kota Bekasi. “Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa jaringan air bersih merupakan prioritas tertinggi dalam
peningkatan kualitas lingkungan dengan arahan sebagai berikut:
(a) Penutupan sumur bor yang tercemar di RW 01 Sumurbatu RT
01 –07. Penutupan dapat dilakukan dengan cor semen, (b)
Revitalisasi sumur artesis yang telah tidak berfungsi di RT 01/03
dan 02/04 Sumurbatu, dan (c) Pengadaan HIPPAM di RW 04
Ciketingudik, RW 01, 03 (RT 02 dan 05), 04 Sumurbatu”. (Jurnal
Tenik ITS, Vol.6, No.2, Tahun 2017 by Anindita Wilandari dan
Haryo Sulistyarso, Institut Teknologi Sepuluh November).
Analisis Keberhasilan Partisipasi Masyarakat Dalam
Upaya Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Di Kota
9

Gorontalo. “Hasil penelitian menunjukkan Keberhasilan


pemerintah melibatkan peran serta dan partisipasi masyarakat di
Kota Gorontalo di pengaruhi oleh adanya penerapan prinsip
keadilan dan kolaboratif pembangunan yang digunakan oleh para
fasilitator pendamping, para pengurus lembaga pemberdayaan
masyarakat desa/lpm dan badan keswadayaan masyarakat/bkm”.
(Jurnal Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
Arsitektur & Teknik Sipil. Vol.6, Oktober 2015 by Beby. S.D.
Banteng).
Keterkaitan antara review kajian terdahulu di atas dengan
penelitian ini adalah, dalam penelitian ini akan dibahas masalah
bagaimanakah cara meningkatan kualitas lingkungan permukiman
kumuh dan juga peneliti ingin mengetahui apakah program yang
telah dijalankan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
program Community Action Plan berjalan sesuai rencana atau
tidak.
E. Metodologi Penelitian
1) Pendekatan Penelitian
Penelitian ini disusun dengan menggunakan tipe
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dalam pandangan Kirk
dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara
fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik
dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya (Moleong
2009, 4).
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif jenis
deskriptif dalam melakukan penelitian, peneliti berharap dapat
10

mendapatkan hasil penelitian yang menyajikan data secara


akurat dan penggambaran secara jelas mengenai evaluasi proses
program Community Action Plan (CAP) dalam upaya
meningkatkan kualitas lingkungan di Kampung Akuarium
Jakarta Utara. Penelitian ini juga berusaha untuk
menggambarkan sistem dari berbagai komponen, faktor, pola
yang berkaitan dalam keberlangsungan pelaksanaan program
CAP di Kampung Akuarium.
2) Model evaluasi
Peneliti menggunakan model evaluasi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli seperti Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan
Gillbert. Model ini membagi evaluasi dalam tiga jenis kegiatan
evaluasi yaitu: evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi
output. Berdasarkan empat jenis kegiatan evaluasi yang
dikemukakan oleh para ahli di atas, Peneliti hanya berfokus
pada evaluasi proses.
3) Tempat dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti dalam
mencari informasi dan data-data terkait dengan objek
penelitian berada di Kampung Akuarium di daerah
Penjaringan Jakarta Utara RT 012.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian atau kegiatannya terhitung mulai
bulan Maret 2019 sampai dengan bulan Agustus 2019.
11

4) Objek dan Subjek Penelitian


a. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah evaluasi program
peningkatan kualitas lingkungan berdasarkan peningkatan
kualitas lingkungan yang terdapat di wilayah bekas
penggusuran paksa di Kampung Akuarium, Jakarta Utara.
b. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman DKI Jakarta, Suku Dinas Perumahan
dan Kawasan Permukiman Jakarta Utara dan masyarakat
Kampung Akuarium Jakarta Utara.
5) Sumber Data
a. Sumber data primer
Merupakan deskripsi langsung fenomena/kejadian
oleh seorang individu (peneliti) yang benar-benar diamati
atau menyaksikan kejadiannya. Dalam penelitian ini
umumnya deskripsi penelitian oleh individu (mahasiswa).
Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh secara
langsung dari subjek penelitian: koordinator program yaitu
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI
Jakarta, pelaksana program yaitu Suku Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman Jakarta Utara, dan
masyarakat Kampung Akuarium Jakarta Utara.
b. Sumber data sekunder
Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti, baik dengan cara melalui orang maupun
melalui catatan dokumen yang sifatnya lebih baku atau yang
12

sering disebut sebagai sumber pustaka baku, atau yang


sifatnya lebih permanen. Sumber ini dapat diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
6) Teknik Pemilihan Informan
Dalam memilih subjek atau menentukan sampel, peneliti
menggunakan teknik sampling berdasarkan tujuan berupa
purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono 2016, 85).
Alasan peneliti menggunakan teknik Purposive
Sampling adalah menentukan dengan sengaja berdasarkan
kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena
itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang
menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria
tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang
digunakan dalam penelitian ini.
7) Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Untuk memperoleh data, penulis melakukan
pengamatan dengan terlibat langsung terhadap objek
penelitian lapangan. Dengan terlibat langsung dalam
penelitian di lapangan, akan memudahkan peneliti dalam
berinteraksi dengan para subjek penelitian.
b. Wawancara Mendalam
Menurut Kartono,Wawancara adalah suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan
proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
13

berhadap-hadapan secara fisik antara interviewer dan


informan (Bungin 2013).
Berikut adalah tabel informan yang terpilih untuk
dilakukan wawancara dalam pengumpulan data yang
diperlukan dalam penelitian.
Tabel 1.1 Informan penelitian
No. Nama Jabatan Informasi yang Metode yang
didapat digunakan

1. Ilman Kepala Seksi Program CAP - Observasi


Basthian S. Perencanaan secara Umum - Wawancara
Kawasan di Provinsi DKI- Studi
Permukiman Jakarta. Dokumentasi
Bidang
Perencanaan
Teknis Dinas
Perumahan
dan Kawasan
Permukiman
Provinsi DKI
Jakarta.
2. Ambia Staf Seksi Jangka waktu - Observasi
A.Kamil Kawasan pelaksanaan - Wawancara
Permukiman program CAP. - Studi
Suku Dinas Dokumentasi
Perumahan
Rakyat dan
Kawasan
Permukiman
Kota
Administrasi
Jakarta
Utara.
14

No. Nama Jabatan Informasi yang Metode yang


didapat digunakan

3. Yani Ketua Penerapan - Observasi


Darmadiani Koordinator program CAP di
- Wawancara
Wilayah Kampung - Studi
Pelaksana Akuarium. Dokumentasi
Program
CAP di
Kampung
Akuarium.
4. Topas Ketua RT Sejarah - Observasi
012 Kampung - Wawancara
Akuarium - Studi
berdasarkan Dokumentasi
gambaran
geografis,
historis, dan
sosial budaya.
5. Oman Tim kerja Faktor-faktor Observasi
pelaksanaan pendukung dan Wawancara
program penghambat
CAP di pelaksanaan
Kampung CAP di
Akuarium. Kampung
Akuarium.
6. Musdalifah Tim kerja Dampak yang Observasi
pelaksanaan dirasakan Wawancara
program sebelum adanya
CAP di CAP
Kampung dengan adanya
Akuarium. CAP di
Kampung
Akuarium.
15

No. Nama Jabatan Informasi Metode yang


yang didapat digunakan

7. Rini Masyarakat Dampak Observasi


penerima yang Wawancara
program dirasakan
CAP di sebelum
Kampung adanya CAP
Akuarium. dengan
adanya CAP
di Kampung
Akuarium.
8. Astri Ayu Masyarakat Dampak yang Observasi
penerima dirasakan Wawancara
program sebelum
CAP di adanya CAP
Kampung dengan
Akuarium. adanya
CAP di
Kampung
Akuarium.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi atau kajian dokumentasi adalah
sarana pembatu peneliti dalam mengumpulkan data atau
informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman,
ikhtisar rapat, pernyataan kebijakan tertentu dan bahan-
bahan tulis lainnya. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan
data-data yang sudah tersimpan di Kantor Suku Dinas
Perumahan Jakarta Utara.
8) Analisis Data
Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan
secara sistematik hasil wawancara, catatancatatan, dan bahan-
bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
16

terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan


menyajikan apa yang ditemukan (Gunawan 2013, 211).
Sehingga dalam menganalisis data penelitian ini, penulis
menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik
analisis data dimana penulis membaca, mempelajari,
memahami, dan kemudian menguraikan semua data yang
diperoleh, lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
9) Teknik Keabsahan Data
Uji Keabsahan Data dapat dilakukan dengan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data yang
telah didapatkan untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang didapatkan (Moleong 2009,
330).
a. Membandingkan data hasil observasi saat melakukan
wawancara dengan staff Suku Dinas Perumahan Jakarta
Utara dan masyarakat sebagai penerima bantuan program
CAP dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
b. Membandingkan dokumen dari Suku Dinas Perumahan
Jakarta Utara dengan hasil wawancara dan hasil observasi
c. Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data
d. Menyediakan tambahan informasi secara sukarela
Dengan triangulasi terhadap subjek penelitian diharapkan
dapat menjadi pengujian keakuratan data yang telah didapatkan.
17

F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan
sistematika yang berpedoman pada pedoman penulisan skripsi
berdasarkan surat keterangan rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang, batasan
masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis
Pada bab ini penulis mengutarakan tentang landasan teori,
kajian pustaka, kerangka berpikir.
Bab III Gambaran Umum Kampung Akuarium
Bagian ini berisi tentang gambaran geografis, historis, sosial
budaya dan sebagainya.
Bab IV Data dan Temuan Penelitian
Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.
Bab V Pembahasan
Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang,
teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.
Bab VI Hasil Akhir
Pada bab ini penulis memuat hasil akhir penelitian berupa
kesimpulan, implikasi, dan saran
18

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi menurut bahasa yang diambil dari bahasa
Inggris yaitu Evaluation yang berakar dari kata value yang
berarti nilai. Sehingga dapat diartikan evaluasi menurut
bahasa adalah penilaian terhadap suatu proses yang berkaitan
dengan kegiatan pelaksanaan dalam upaya mengembangkan
suatu proses yang diteliti. Sedangkan evaluasi menurut
istilah adalah kesimpulan yang didapatkan melalui kegiatan
yang sudah direncanakan sebelumnya dengan menggunakan
instrumen dan pembandingan hasil dengan batasan yang
menjadi tolak ukur keberhasilan untuk mengetahui keadaan
suatu obyek (Thoha 1994, 1).
Adapun definisi lain tentang evaluasi adalah seperti
yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders mereka
mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan pencapaian
tujuan berdasarkan beberapa kriteria seperti pencarian
informasi berharga dan bermanfaat dalam proses penilaian
program, produksi, dan juga dapat menjadi strategi alternatif
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan (Arikunto
dan Jabar 2009, 1).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan proses
penilaian, pengukuran dan analisis keberhasilan dan
19

kemajuan dari suatu program dengan proses perencanaan


yang telah disusun untuk mencapai tujuan yang dapat
dipertanggungjawabkan telah tersusun pada tahap
perencanaan dengan harapan program yang telah di evaluasi
akan diperbaiki pada program selanjutnya.
2. Model evaluasi
Model evaluasi ialah model desain eveluasi yang
dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya
dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap
pembuatannya (Tayibnapis 2008, 13). Terdapat banyak
model evaluasi seperti evaluasi model CIPP, evaluasi model
UCLA, evaluasi model Brinkerhoff, model evaluasi Stake
atau Countenace, dan evaluasi model Pietrzak. Model
evaluasi yang peneliti gunakan adalah model evaluasi yang
dikemukakan oleh Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan
Gilbert yang dikutip oleh Adi mengemukakan tiga tipe
evaluasi, yaitu evaluasi input ,evaluasi proses, dan evaluasi
output namun peneliti hanya memfokuskan pada tipe
evaluasi proses.
 Evaluasi Proses
Evaluasi proses merupakan sebuah evaluasi
formatif yang bertujuan sebagai pengontrolan sejauh
mana program sudah terlaksana dengan pengukuran
kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program. Jika
terdapat ketidaksesuaian dari rencana awal, maka harus
diambil langkah tegas untuk mengembalikan pelaksanaan
program kepada rencana yang telah ditetapkan
20

sebelumnya dalam pengertian kemampuan yang harus


dipenuhi, penggunaan man, money, material, machine,
and method dalam pelaksanaan program (Wirawan 2012,
21).
Evaluasi proses menurut Pietrzak dkk adalah
memfokuskan diri pada aktivitas program antara klien
dengan staff terdepan yang merupakan pusat dari
pencapaian tujuan program. Tipe evaluasi ini diawali
dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu
program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen
pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan
kriteria standar praktik terbaik, kebijakan lembaga, tujuan
proses dan kepuasan klien (Adi 2003, 128–30). Berikut
adalah penjelasannya:
a) Standar praktik terbaik
Kriteria standar praktik terbaik atau biasa
disebut dengan Standard Operating Procedure yaitu
sebuah pedoman yang mengatur semua tata cara terkait
pelaksanaan dalam suatu organisasi yang kemudian
digunakan untuk memastikan seluruh tindakan telah
berjalan secara efektif, konsisten, sesuai standar, dan
sistematis (Tambunan 2008, 3). Kriteria ini
menekankan pada proses pemikiran secara kreatif yang
bertujuan agar perbaikan yang dilakukan tidak hanya
meningkatkan kualitas produk atau jasa, tetapi juga
melakukan perubahan pada manajemen dan
21

pengorganisasian suatu perusahaan atau lembaga agar


dapat maju dan terus berkembang (Kusnoto 2001, 2).
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa standar praktik terbaik adalah
sebuah peraturan yang menjadi sebuah acuan dalam
meningkatkan kualitas pekerjaan agar setiap pekerjaan
yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Dalam
penelitian ini, peneliti membahas dua jenis standar
praktik yaitu:
1) Standar operasional prosedur (SOP) yang
digunakan oleh pemerintah daerah dalam
melaksanakan program Community Action Plan
pada aspek fisik lingkungan yaitu pada tata cara
pengerjaan kegiatan di Kampung Akuarium, waktu
pelaksanaan kegiatan di Kampung Akuarium,
tempat penyelenggaraan kegiatannya sudah jelas
yaitu di Kampung Akuarium, dan aktor-aktor yang
berperan di dalam program CAP seperti dinas PRKP
Provinsi DKI Jakarta, masyarakat, kelembagaan
masyarakat, dan tim kerja.
2) Standar Proses mencakup tentang proses sosialisasi
atau pengenalan program kegiatan berdasarkan
bagaimanakah metode yang digunakan pada proses
sosialisasi di Kampung Akuarium, siapa saja
narasumber di Kampung Akuarium pada proses
sosialisasi yang dilakukan oleh SKPD terkait,
apakah alat yang digunakan pada proses sosialisasi
22

di Kampung Akuarium, dan siapa saja partisipan


pada proses sosialisasi di Kampung Akuarium.
b) Kebijakan lembaga.
Kriteria kebijakan atau dalam Bahasa inggris
adalah Policy adalah sebuah sebuah alat ukur dalam
sebuah kegiatan baik itu menyangkut government
ataupun governance tetapi pada intinya kebijakan
adalah sebuah keputusan yang dapat mengatur
pengelolaan dan penyebaran sumber daya alam,
keuangan dan manusia demi kepentingan yang
menyangkut masyarakat (Suharto 2013, 3).
Pada kriteria ini, peneliti membahas dua jenis
kebijakan lembaga yaitu klien atau penerima manfaat
program dan sumber daya manusia.
1) Klien yaitu para penerima manfaat program
Community Action Plan. Para penerima manfaat
program ini adalah seluruh masyarakat kampung
akuarium Jakarta utara.
2) Sumber daya manusia, pada indikator ini yang akan
dibahas yaitu terkait petugas-petugas yang bekerja
dalam program.
c) Tujuan proses
Menurut Katz & Kahn (1978) dalam sebuah
Jurnal Manajemen Pendidikan berpendapat bahwa
dalam sebuah pengorganisasian, tujuan merupakan
sebuah rencana penulisan secara garis besar yang
terdiri dari perilaku yang khusus dan tindakan yang
23

sesuai arahan dari seseorang yang memimpin sebuah


organisasi (Subarino, Jalil Ali, dan Keow Ngang 2012,
53).
d) Kepuasan klien
Kepuasan merupakan sebuah tanggapan positif
atau negatif yang dihasilkan berdasarkan adanya
stimulus dan biasanya ditunjukan dengan perasaan
yang ditimbulkan karena terpenuhi atau tidaknya
harapan seseorang atas suatu kinerja atau pelayanan.
Menurut Kotler (2005) dalam Jurnal Administrasi
Publik, kepuasan merupakan perasaan senang atau
kecewa seseorang apabila harapannya tidak sesuai
dengan kenyataan yang terlaksana (Gama Putra, Nur
Pratiwi, dan Trisnawati, t.t., 2120)
Menurut Parasuraman (1998) dalam Jurnal Mirai
Management dari (Hasnih, Gunawan, dan Hasmin
2016, 432) terdapat lima dimensi pada indikator
kepuasan klien yang dapat digunakan oleh peneliti
dalam pengukuran kualitas pelayanan berdasarkan
kepuasan klien diantaranya:
1) Ketanggapan / Responsiveness
Yaitu upaya sebuah organisasi atau lembaga dalam
memberikan pelayanan secara cepat, tepat, dan
jelas.
2) Bukti fisik / Tangible
Yaitu upaya sebuah organisasi atau lembaga dalam
menunjukan keberhasilannya melalui pembuktian
24

pembangunan sarana dan prasarana kepada pihak


eksternal.
3) Jaminan / Assurance
Yaitu upaya sebuah organisasi atau lembaga dalam
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan atau
penerima manfaat dengan komponen komunikasi,
kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan
santun.
4) Kehandalan / Reliability
Yaitu upaya sebuah organisasi atau lembaga dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan atau
penerima manfaat secara akurat dan terpercaya.
5) Empati / Emphaty
Yaitu upaya sebuah organisasi atau lembaga dalam
memahami segala keinginan pelanggan atau
penerima manfaat secara tulus dan bersifat
individual.
Dalam dimensi kepuasan klien ini peneliti hanya
membatasi dengan menggunakan tiga dari lima
dimensi yatu responsiveness, tangibles, dan emphaty
karena dirasa telah mencakup kepuasan pada program
ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti
berpendapat bahwa evaluasi proses dapat digunakan
untuk menilai sejauh mana keterlibatan stakeholder
dalam mengembangkan keaktifan masyarakat agar ikut
terlibat dalam program yang sedang dijalankan.
25

3. Desain Evaluasi
Desain evaluasi program menurut Carol Tayler
FitzGibbon dan Lynn Lyons Morris (1987) yang dikutip oleh
Tayibnapis terdapat dua desain evaluasi yaitu:
a) Desain evaluasi sumatif
Dalam mengevaluasi suatu program, biasanya
evaluasi sumatif menggunakan desain eksperimen karena
mempunyai persyaratan penelitian yang lengkap,
memakai instrumen dengan validitas dan reliabilitas yang
tinggi, dan hasil evaluasinya harus diumumkan dan
disebarkan. Hal tersebut harus dilakukan agar tidak ada
keragu-raguan oleh pembaca karena berdasarkan info
yang akurat.
Tujuan seorang evaluator sumatif adalah mencari
penemuan tentang program yang dapat digeneralisasikan
kepada situasi lain di luar program yang dievaluasi tetapi
dengan membatasi proyeksinya terhadap data yang akan
dapat berguna dan dipakai serta terpercaya oleh kliennya
yang khusus. Sedangkan tugas seorang evaluator sumatif
adalah mengingatkan mereka bahwa tidak dibenarkan
menghilangkan hal-hal yang penting dengan beberapa
hasil penelitian. Oleh sebab itu seorang evaluator sumatif
harus bertanggung jawab atas kesimpulan-kesimpulan
laporannya dengan mengandalkan kumpulan data dan
desain yang baik (Tayibnapis 2008, 65).
26

b) Desain evaluasi formatif


Dalam penggunaan desain formatif berarti
stakeholder dalam melihat keefektifan program dan
komponen yang ada di dalamnya. Hal ini memungkinkan
evaluator menjalankan fungsinya yang utama,
menganjurkan orang-orang program mengamati terus
menerus, dengan cermat kegiatan-kegiatan dalam
program. Membuat desain dengan teliti akan menolong
evaluator membuat penelitian percontohan, membuat
eksperimen percobaan pada komponen program tertentu,
misalnya program yang baru dibuat (Tayibnapis 2008,
67).
4. Tujuan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi ditujukan untuk mencapai
berbagai tujuan sesuai dengan objek yang dievaluasi. Peneliti
mengutip sepuluh tujuan evaluasi yang dikemukakan oleh
Wirawan yaitu:
a) Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat
Pengaruh pengukuran ketepatan program dapat
berdampak Dalam penyelesaian permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat diperlukan perancangan dan
pelaksanaan sebagai bentuk layanan intervensi sosial
yang bertujuan untuk mengubah keadaan masyarakat
menjadi lebih baik.
27

b) Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai


dengan rencana
Perencanaan program harus dilakukan sesuai
dengan kebutuhan penerima manfaat agar dalam
pelaksanaannya tidak seperti sistem flying by wire yang
digunakan oleh pesawat terbang dalam mencapai
tujuan karena sistem ini dapat membuat pesawat tidak
berada pada treknya. Maka dari itu, sama halnya
dengan program agar pelaksanaannya sesuai rencana
oleh sebab itu diperlukannya evaluasi program sebagai
pengontrol prosedur apabila terjadi penyimpangan
pelaksanaan program agar dapat dilakukan perbaikan
dengan cepat.
c) Mengukur apakah pelaksanan program sesuai dengan
standar
Mengevaluasi pengukuran standar pelaksanaan
diperlukan agar dalam prosesnya tidak terjadi
penyimpangan standar pelaksanaan yang telah
ditetapkan untuk kemudian dipertanggungjawabkan
oleh penerima manfaat.
d) Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan
menemukan dimensi berjalan atau tidaknya sebuah
program
Identifikasi harus dilakukan oleh seorang
evaluator program atau manajer program untuk
mengetahui sejauh mana keberfungsian sebuah
28

program, apabila terjadi program yang tidak berjalan


dapat langsung teridentifikasi dengan cepat.
e) Pengembangan staf program
Dengan adanya evaluasi diharapkan dapat
memberikan masukan kepada evaluator dalam
mengembangkan kompetensi staf program yang
berhubungan langsung dengan para partisipan.
f) Memenuhi ketentuan undang-undang
Suatu program dirancang dan dilaksanakan atas
ketentuan undang-undang sebagai dasar hukum untuk
menghindari adanya permasalahan yang dapat
merugikan masyarakat.
g) Akreditasi program
Tujuan dari adanya akreditasi program adalah
sebagai pembanding standar layanan program apakah
suatu program layak atau tidak untuk diberikan kepada
masyarakat agar tidak salah dalam memberikan
pelayanan yang sesuai dengan standar minimal layanan
program.
h) Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency
Dalam pelaksanaan program, penganggaran dana
haruslah diperhatikan apakah pembiayaannya
efektif atau tidak.
i) Mengambil keputusan mengenai program
Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk
mengambil keputusan mengenai program. Jika hasil
evaluasi program dinilai telah berhasil mencapai tujuan
29

maka program dapat diterapkan untuk daerah lain yang


membutuhkan.
j) Accountabilitas
Pertanggungjawaban pimpinan dan pelaksana
program dalam evaluasi sangat diperlukan sebagai
tolak ukur keberhasilan program atau terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaannya (Wirawan 2012,
22–23).
Berdasarkan sepuluh tujuan di atas, peneliti
menggunakan Sembilan dari sepuluh kecuali akreditasi
program karena pada program ini merupakan program
yang masih berjalan 1 tahun sehingga akreditasi
program belum dapat dinilai maka dari itu peneliti
menyimpulkan bahwa setiap komponen dalam evaluasi
merupakan hal yang harus diperhatikan karena setiap
setiap komponen yang diperlukan dalam evaluasi
memiliki tujuannya tersendiri yang harus tercapai agar
mencapai hasil secara maksimal.
5. Pengertian program
Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang
utuk melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu
yang tidak terbatas. Kebijakan bersifat umum dan untuk
merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program
(Wirawan 2012, 17). Dalam teori program terdapat dua
dimensi yaitu dimensi preskriptif dan dimensi deskriptif.
Dimensi deskriptif berfokus dalam menjelaskan program
secara detail terkait apa saja kejadian yang terjadi selama
30

program berlangsung, seperti apa dampak yang ditimbulkan


dari adanya program, apa akibatnya yang ditimbulkan jika
adanya program, serta tujuan akhir program. Sedangkan
dimensi preskriptif memfokuskan pada tindakan yang harus
dilakukan dalam pelaksanaan program. Dimensi ini juga
memberikan pengetahuan kepada praktisi untuk
melaksanakan program dengan cara terbaik
6. Aspek-aspek program
Program dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti
yang dikemukakan oleh Arikunto (2009) aspek yang harus
diperhatikan dalam penentuan program yaitu tujuan, jenis,
jangka waktu, ruang lingkup, pelaksanaan dan sifatnya yaitu:
a) Tujuan
Jika dilihat dari aspek tujuan, terdapat dua tujuan
dalam program yaitu mencari keuntungan dan sukarela.
Jika dalam suatu program mencari keuntungan maka yang
menjadi tolak ukurnya adalah keuntungan yang diberikan
dari program itu. Sedangkan jika dalam suatu program
dilakukan dengan sukarela yang menjadi tolak ukurnya
adalah manfaat yang diberikan dari program bagi orang
lain.
b) Jenis
Jika dilihat dari jenisnya, program dilihat
berdasarkan isi program yang bersangkutan.
31

c) Jangka waktu
Jika dilihat dari jangka waktu sebuah program,
terdapat tiga jangka waktu yaitu jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
d) Ruang lingkup
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, terdapat ruang
lingkup secara sempit dan ruang lingkup secara luas yang
mana ruang lingkup secara sempit terdapat batasan dalam
pelaksanaannya sedangkan ruang lingkup secara luas
lebih banyak memiliki akses dalam pelaksanaannya.
e) Pelaksanaan
Jika dilihat dari pelaksanaannya, terdapat program
kecil dan program besar yang mana program kecil hanyak
melihatkan beberapa orang sedangkan program besar
melibatkan banyak orang dalam pelaksanaannya.
f) Sifat
Jika dilihat dari sifatnya, terdapat dua sifat yaitu
penting dan kurang penting. Program yang bersifat
penting memiliki dampak bagi orang banyak sedangkan
yang kurang penting sebaliknya (Arikunto 1998, 8).
7. Tujuan Program
Tujuan program adalah sasaran atau maksud yang
harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang
direncanakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto,
yaitu: tujuan program merupakan suatu yang pokok dan
harus dijadikan pusat perhatian evaluator.
32

Jika suatu program tidak mempunyai tujuan yang tidak


bermanfaat, maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan,
tujuan menentukan apa yang akan diraih. Tujuan program
dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Tujuan tujuan umum dan
khusus (objectives). Tujuan umum biasanya menunjukkan
outputdari program jangka panjang sedangkan tujuan khusus
output dari jangka pendek (Arikunto 1998, 23).
8. Evaluasi Program
Definisi terkait evaluasi program yang paling sering
digunakan dalam penelitian evaluasi program adalah definisi
yang dikemukakan oleh Ralph Tyler menurutnya evaluasi
program adalah evaluasi yang berfokus terhadap proses
pencapaian tujuan untuk direalisasikan. Evaluasi program
merupakan assessment desain program,pengimplementasian,
dan pencapaian tujuan dari metode penelitian secara
sistematis untuk mendapatkan informasi tentang
keberhasilan program yang telah dilaksanakan dan mengukur
kebermanfaatan program bagi masyarakat dan individu
penerima manfaat program (Arikunto dan Jabar 2009, 6)
Berdasarkan pemaparan evaluasi program di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi program dapat
diartikan sebagai penyelidikan suatu objek yang bernilai dan
berharga secara sistematis pengumpulan dan penganalisisan
data berdasarkan kriteria yang terdapat pada setiap jenis
evaluasi. Pada penelitian kali ini yang digunakan adalah
evaluasi proses.
33

B. Kualitas Lingkungan Hidup


1. Definisi Kualitas
Kualitas memiliki arti yang berbeda-beda tergantung
pada istilah yang digunakan. Kualitas dapat dikatakan
sebagai pengukuran standar pencapaian dalam upaya
pemuasan kebutuhan secara spesifik berdasarkan
karakteristik suatu program.
Menurut perspektif TQM (Total Quality Management)
yang dikutip oleh Tjiptono dan Anastasia bahwa kualitas
bukan hanya membicarakan mengenai hasil yang dicapai
tetapi kualitas dipandang lebih luas dengan melibatkan
proses, lingkungan dan manusia. Sejalan dengan perspektif
TQM, Gotesh dan Davis mengatakan bahwa kualitas
merupakan kondisi dinamis yang berpengaruh dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi dan melebihi harapan (Tjiptono dan Diana 1996,
67).
Sering kali ditemukan konsumen sebagai penerima
manfaat selalu mengalami perubahan selera atau harapan
yang akan diterima dari suatu program. Sehingga
penyesuaian kualitas terhadap sebuah program harus selalu
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Perubahan
kualitas dilakukan agar program dapat memenuhi atau
melebihi harapan masyarakat.
2. Pengertian Lingkungan dan lingkungan hidup
Beberapa pakar lingkungan tidak terlalu membedakan
tentang pengertian lingkungan ataupun lingkungan hidup.
34

Tetapi secara umum dapat diungkapkan bahwa istilah


lingkungan lebih luas daripada lingkungan hidup.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri
manusia. Semua yang berkaitan dengan diri seseorang dari
berbagai sisi kehidupan. Sedangkan yang dimaksud
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk, hidup termasuk manusia
dan perilakunya. Lingkungan hidup memengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya (Syamsudin, dkk 2010, 3).
Pendapat lain yang mengungkapkan tentang
lingkungan adalah Otto Soemarwoto dalam Soematono,
menurutnya lingkungan adalah segala hal baik itu hidup
maupun tidak hidup yang mempengaruhi kehidupan
seseorang. Maka dari itu berkaitan dengan lingkungan hidup
harus diartikan lebih luas bukan hanya sekedar lingkungan
fisik dan biologi, melaikan juga lingkungan ekonomi, sosial,
dan budaya (Soemartono 1991, 14).
Sedangkan Soedjono dalam Soemartono bahwa
lingkungan hidup dikatakan sebagai lingkungan fisik yang
mencakup semua unsur kehidupan seperti manusia,
tumbuhan, dan hewan hanya dianggap sebagai sebagai
bentuk fisik dari kehidupan. Ini berarti lingkungan
merupakan bagian dari lingkungan hidup (Soemartono 1991,
14)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa baik itu lingkungan atau lingkungan
35

hidup saling terkait satu sama lain karena lingkungan


merupakan bagian dari lingkungan hidup namun lingkungan
memiliki pengertian yang jauh lebih luas karena membahas
mengenai segala hal yang hidup maupun tidak hidup
termasuk ruang yang tidak memiliki batasan selama itu
mempengaruhi kehidupan seseorang.
3. Kualitas lingkungan
Berdasarkan penjabaran di atas terkait kualitas dan
lingkungan sehingga peneliti dapat mengartikan bahwa
kualitas lingkungan adalah ukuran standar pencapaian
kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan lingkungan
fisik, biologis, ekonomi, sosial, dan budaya penunjang
keberlangsungan kehidupan. Pendapat ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Soemarwoto yang mengatakan
bahwa kualitas lingkungan adalah derajat kemampuan nyata
suatu lingkungan untuk memenuhi perumahan baik yang
dapat digunakan sebagai ruang tinggal bagi penghuninya dan
terbentuk atas beberapa unsur, yaitu kondisi rumah sebagai
tempat tinggal dan keadaan lingkungan rumah tersebut
Kualitas lingkungan permukiman tidak lepas dari
rumah-rumah yang ada di dalamnya, prasarana dasar, dan
sanitasi lingkungannya. Dari segi sosial ekonomi dapat
dilihat dari pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga
dan sebagainya. Menurut Salim (1979), dengan ketiadaan
modal, rendahnya pendidikan, terbatasnya keterampilan, dan
rendahnya pendapatan maka lingkungan permukiman
berkualitas rendah pula. Selain dilatarbelakangi oleh kondisi
36

sosial ekonomi, kualitas lingkungan permukiman juga akan


dipengaruhi oleh fasilitas elementer seperti air minum,
tempat mandi, dan kakus, listrik, saluran dan pembuangan air
tinja, dan sampah (Ridwan dan Giyarsih 2012, 119).
C. Community Action Plan (CAP)
1. Latar Belakang CAP
Di Indonesia, terutama di Ibu Kota Jakarta, pesatnya
laju urbanisasi yang berimplikasi pada pertumbuhan
populasi, meningkatnya harga lahan, dan melebarkan
ketimpangan pembangunan, yang kemudian pada gilirannya
menyebabkan Pemerintah mengalami hambatan untuk
memastikan setiap warga negaranya dapat menghuni rumah
yang layak dan terjangkau. Hambatan dalam Penataan
Kampung antara lain adalah:
a) Masalah Status Tanah, yaitu:
(i). Masalah Kepemilikan, tidak ada bukti sesuai
persyaratan hukum bahwa tanah tersebut dimiliki
oleh penghuni/pemilik tanah (Status Hak
Milik/SHM),
(ii). Masalah Peruntukan, bahwa rumah hunian tidak
berada sesuai Zonasi Peruntukan Hunian
sebagaimana yang tertuang pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi DKI Jakarta.
b) Masalah Identitas Penduduk, yaitu: Pemilik tanah pada
lokasi sasaran penataan kampung masih ada yang belum
memiliki Identitias Penduduk DKI Jakarta;
37

c) Masalah Harga Tanah yang Tinggi; harga tanah di


wilayah Provinsi DKI Jakarta setiap tahun mengalami
peningkatan. Hal ini menjadi satu diantara pertimbangan
ekonomis dan kependudukan bahwa rumah hunian tapak
yang selama ini ada.
Alhasil kampung–kampung kota terselip diantara
pembangunan ibu kota. Dihuni oleh masyarakat yang
memiliki keterbatasan terhadap akses ke pekerjaan formal,
keterbatasan tingkat pendidikan, dan ketidakmampuan
finansial, kampung–kampung ini lambat laun menjadi
kawasan kumuh. Kondisi ini bila terus dibiarkan menjadi
bertambah parah.
Kriteria kumuh berdasarkan BPS Provinsi DKI Jakarta:
Kepadatan Penduduk, Tata letak bangunan, Kontruksi
bangunan tempat tinggal, Keadaan Ventilasi/penghawaan,
Kepadatan bangunan/pemanfaatan lahan untuk bangunan,
Kondisi Jalan lingkungan, Keadaan saluran air/drainase,
Jamban/tempat buang air besar, Frekuensi
pengambilan/pengangkutan sampah, Cara buang sampah,
Penerangan jalan lingkungan.
Kriteria kumuh tersebut di atas menjadi arah
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan penataan
kampung. Dengan demikian jumlah RW Kumuh dapat
berkurang secara bertahap. Dalam rangka meningkatkan
kemampuan kawasan kumuh tersebut menjadi kawasan yang
layak dan sehat, maka diperlukan Program Penataan
Kampung, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
38

kampung di Jakartayang terdiri dari: (i). aspek sosial, (ii).


aspek ekonomi dan (iii). aspek fisik lingkungan (Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta
2018, 16).
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas
berdasarkan petunjuk pelaksanaan CAP, peneliti
memfokuskan pada aspek fisik lingkungan karena
berdasarkan objek penelitian yang memiliki riwayat
penggusuran sehingga pembangunan kembali menjadi tujuan
utama program CAP.
2. Dasar Hukum Program Community Action Plan
Hukum berdasarkan sifatnya dikutip dari Jurnal
Unifikasi menyebutkan bahwa terbagi menjadi dua bentuk
yaitu hukum yang sifatnya tidak tertulis dan hukum yang
sifatnya tertulis (Rahmat 2017, 36). Hukum yang sifatnya
tidak tertulis adalah hukum yang sudah melekat dalam
kehidupan sehari-hari atau biasa disebut dengan hukum adat
dan hukum yang sifatnya tertulis adalah hukum yang sengaja
dibuat oleh lembaga yang memiliki kewenangan, terdapat
sanksi apabila dilanggar dan memaksa.
Dalam program Community Action Plan terdapat
hukum yang sifatnya tertulis sebagai acuan dalam menjalan
program. dasar hukum tersebut adalah Peraturan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 90 Tahun 2018 tentang meningkatkan
kualitas permukiman dalam rangka penataan kawasan
permukiman terpadu dan Keputusan Kepala Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman nomor 205
39

Tahun 2019 yang menjadi petunjuk pelaksanaan peningkatan


kualitas permukiman dalam rangka penataan kawasan
permukiman.
Pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 90
Tahun 2018 telah dijelaskan dalam bab III pasal 5 ayat 2
terkait standar fasilitas fisik yang harus dilakukan dalam
peningkatan kualitas lingkungan adalah sebagai berikut:
a) Rumah:
 Penataan Kepadatan bangunan;
 Penataan Penghawaan/ventilasi/ sirkulasi udara;
 Peningkatan kualitas Material/bahan bangunan;
 Penataan Tata letak bangunan rumah;
 Peningkatan kualitas Konstruksi bangunan;
 Penataan Jaringan listrik;
 Penataan jamban;
b) Drainase;
c) Air bersih;
d) Jalan lingkungan;
e) Penghijauan Lingkungan/ Ruang Terbuka Hijau;
f) Taman Bermain Anak;
g) Pengelolaan persampahan;
h) Hydran Kebakaran;
i) Penerangan Jalan Umum;
j) Fasilitas Kegiatan Ekonomi;
k) Fasilitas Kegiatan Sosial;
l) Teknologi ramah lingkungan./Energi terbarukan;
40

Kriteria yang sama juga terdapat pada Keputusan


Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
nomor 205 Tahun 2019 karena keputusan tersebut yang
sekarang menjadi petunjuk pelaksanaan program merupakan
serapan dari Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 90
Tahun 2018.
3. Pengertian CAP
Community Action Plan (CAP) adalah salah satu
metode perencanaan partisipatif masyarakat, yang
diharapkan proses perencanaan pembangunan menempatkan
partisipasi masyarakat sebagai tujuan pembangunan dan
bukan hanya sebagai salah satu pendekatan pembangunan.
CAP diharapkan dapat menciptakan penguatan
masyarakat sipil dalam perencanaan pembangunan yang
partisipatif bagi terbangunnya peran birokrasi pemerintahan
lokal yang baik (good governance). Sehingga CAP menjadi
langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kapasitas masyarakat. Yang mana pada gilirannya
diharapkan masyarakat kemudian dapat mengambil tindakan
yang tepat untuk mengawal proses pembangunan di
lingkungan mereka sendiri. Proses ini akan membantu
masyarakat untuk terlibat dalam setiap perencanaan,
pelaksanaan dan pemeliharaan.
41

Gambar 2.1 Konsep Umum Penataan Kawasan


Berbasis CAP

(sumber: Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Kualitas


Permukiman Dalam Rangka Penataan Kawasan Permukiman
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta
2018).
CAP akan diterapkan sebagai langkah-langkah
pemerintah untuk memberi ruang gerak yang lebih luas bagi
masyarakat dalam membangun dan mengembangkan
lingkungan hidupnya menjadi lebih baik dan layak, bukan
hanya dalam konteks menghuni tapi juga hidup dan
berkelanjutan. Lebih jauh, CAP diharapkan menjadi langkah
yang lebih konkrit bagi masyarakat karena pada
penerapannya akan lebih banyak mendorong masyarakat
untuk turut aktif dalam hal perbaikan kualitas hidup dan
lingkungan kumuh sehingga dari satu sisi, masyarakatlah
yang pada akhirnya yang akan mampu menjaga kualitas
hidup dan lingkungannya itu sendiri. Metode CAP
diharapkan juga mampu memberikan ruang kepada
masyarakat untuk mengembangkan dirinya dan bahkan
menumbuhkan ikatan-ikatan sosial dalam proses
42

pembangunan tersebut (Dinas Perumahan Rakyat dan


Kawasan Permukiman DKI Jakarta 2018, 17).
4. Output Program CAP
Output merupakan hasil pencapaian dari sebuah
program yang dilaksanakan setelah semua program baik
tujuan jangka pendek dan jangka panjang telah dilaksanakan
seluruhnya.
Gambar 2.2 Output CAP

(sumber: Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Kualitas


Permukiman Dalam Rangka Penataan Kawasan
Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
DKI Jakarta 2018).
Secara garis besar, keluaran (output) dari CAP terbagi
menjadi empat bagian, yaitu
a. Detail Engineering Design sebagai bahan
pembangunan infrastruktur sarana prasarana yang akan
dibangun.
b. Data dan analisa Sosial Ekonomi Masyarakat.
c. Matriks Persoalan dan Kebutuhan Masyarakat sebagai
bahan penyusunan kebijakan Pemerintah Provinsi.
43

d. Tema dan Model Penataan Kampung yang menjadi


konsep umum pelaksanaan kegiatan Collaborative
Implementation (Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman DKI Jakarta 2018, 17).
Namun output yang peneliti teliti adalah pada output
tema dan model penataan kampung dengan indikator yang
memiliki variabel lingkungan hidup.
5. Rangkaian Kegiatan CAP
CAP sebagai suatu proses yang bersifaton-going,
mengharapkan masyarakat tidak lagi menjadi obyek, karena
mereka akan beralih menjadi subyek yang berkedudukan
sebagai perencana aktif dan memiliki micro project. CAP
akan membangun dan mendukung kapasitas organisasi yang
sudah ada maupun membangun dari awal. Oleh karenanya,
kecepatan dan ketepatan pelaksanaan CAP tergantung dari
kapasitas kelompok micro project yang terbentuk dimana
mereka secara bertahap mengambil peran aktif dalam setiap
proses CAP. Proses CAP harus memiliki akuntabilitas
bersama, baik antara masyarakat, pemerintah, dan
stakeholder lain.CAP terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:
a) Tahap pertama adalah tahap persiapan, yaitu terdiri dari
identifikasi isu umum dan masukan masyarakat serta
peninjauan lokasi kampung sasaran yang diharapkan
dapat memberikan gambaran isu dasar kawasan dan
kondisi lokasi Kawasan Kampung Sasaran pelaksanaan
penataan kampung berbasis CAP.
44

b) Tahap kedua adalah tahap Peninjauan Aspek demografi


masyarakat kampung sasaran. Pada tahap ini terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan seperti peninjauan
aspek kependudukan, ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat.
c) Tahap ketiga merupakan tahap penyelenggaraan diskusi
tematik. Tahap ini berupa pembentukan forumforum
diskusi melalui metode Focus Group Discussion (FGD)
untuk membedah permasalahan perkumuhan secara lebih
dalam dan komprehensif dengan turut serta mendorong
peran aktif stakeholders terkait.
d) Tahap keempat merupakan penyusunan tema dan konsep
penataan. Pada tahap ini, dibentuk tema dan konsep
penataan kawasan kumuh berdasarkan hasil kajian dan
penilaian bersama para stakeholders terkait terhadap
kawasan kampung sasaran berbasis CAP.
e) Tahap kelima adalah Penyusunan Detail Engineering
Design (DED). Tahap ini merupakan tahap penyusunan
teknis-teknis implementasi dan pelaksaan program secara
detail dan komprehensif berbentuk Detail Engineering
Design (DED).
f) Tahap akhir yaitu tahap sosialisasi publik. Pada tahap ini
dilakukan suatu forum sosialisasi atau mekanisme tertentu
sebagai salah satu langkah sosialisasi hasil perumusan dan
pengembangan konsep CAP pada kawasan kampung
sasaran (Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman DKI Jakarta 2018, 18–29).
45

Apabila tahapan demi tahapan dapat dilalui dengan


baik maka proses implementasi dari program akan lebih
cepat untuk direalisasikan. Setiap tahapan mempunyai
kendala baik itu dari masyarakat dan jangka waktu yang
ditentukan. Jika kendala tersebut tidak segera diatasi maka
akan berdampak pada pengimplementasian program yang
berjalan lambat. Maka dari itu rencana harus dibuat secara
matang agar program selesai pada waktunya.
D. Kerangka Pemikiran
Evaluasi terhadap suatu program merupakan hal yang wajib
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari
program yang sedang dijalankan jika hasil evaluasi program
menunjukan tidak memberikan manfaat maka program harus
diberhentikan namun jika program menunjukan memberikan
manfaat maka harus dilanjutkan hingga tuntas. Pada penelitian ini
memiliki fokus evaluasi program pada proses evaluasi. Uraian di
atas dapat digambarkan dalam paradigma pemikiran sebagai
berikut:
46

Gambar 2.3 kerangka berpikir

Community Action Plan


Program pembangunan
pastisipatif masyarakat yang
berfokus pada peningkatan
kualitas lingkungan

Evaluasi Pietrzak

Evaluasi Proses
Memfokuskan diri pada aktivitas
program yang melibatkan interaksi
langsung antara klien dengan staf
demi tercapainya tujuan program.

Kriteria:
1. Standar praktek terbaik
- Standar Operasional Prosedur
- Standar Sosialisasi Program
2. Kebijakan lembaga
- Klien atau penerima manfaat
program
- Sumber daya manusia (SDM)
3. Tujuan proses
- Pencapaian tujuan program
4. Kepuasan klien
- Ketanggapan (responsiveness)
- Bukti fisik (tangible)
- Kepedulian (emphaty)

Hasil Evaluasi Proses


Program
Memfokuskan pada hasil program
yang ditimbulkan terhadap penerima
manfaat program.
47

BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Kampung Akuarium


Sebelum menjadi perkampungan yang seperti sekarang
ini, dulunya Kampung Akuarium adalah sebuah laboratorium
perikanan dan biota laut (LIPI) yang dibuat pada masa kolonial
belanda tepatnya tahun 1905 namun pada tahun 1960
laboratorium tersebut dialihfungsikan menjadi kawasan wisata
akuarium dengan pasar ikan terbesar di Asia Tenggara.
Kawasan wisata tersebut bertahan kurang lebih selama 10 tahun
yaitu pada tahun 1970 terjadi penutupan kawasan wisata
tersebut karena akan dipindahkan ke kawasan Ancol Jakarta
Utara. setelah penutupan kawasan wisata akuarium tersebut
ditutup, barulah dimulai pengembangan Museum Bahari tetapi
pengembangan Museum Bahari tersebut dikatakan terlantar
karena kurangnya kepedulian pemerintah setempat saat itu. Lalu
pada tahun 1980 masuklah pendatang dari luar daerah ke
ibukota yang berdampak sampai sekarang. Lalu pada tahun
2016 terjadilah penggusuran yang menyebabkan Kampung
Akuarium menjadi rata dengan tanah yang membuat masyarakat
kampung direlokasi ke rumah susun marunda dan rumah susun
rawa bebek. Pada 14 januari 2018 dibawah kepemimpinan
gubernur DKI Jakarta yang baru yaitu Anies Baswedan
membuatkan program CAP berbasis peningkatan kualitas
lingkungan dengan dasar asumsi bahwa setiap warga DKI
Jakata harus mendapatkan penghidupan yang layak.
48

B. `Demografi Kampung Akuarium


Kampung Akuarium merupakan salah satu kampung
prioritas program CAP yang terletak di RT 012 RW 04,
Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara. Awalnya Kampung
Akuarium terdiri atas dua RT yaitu 001 dan RT 012, namun
setelah relokasi, kedua RT tersebut secara resmi tergabung
menjadi satu RT yaitu RT 012. Mayoritas penduduk di
Kampung Akuarium beragama Islam dengan 1 orang agama
Budha.
Tabel 3.1 Demografi Kampung Akuarium
Perbandingan sebelum dan setelah relokasi

Sebelum Sesudah
No.

1. Jumlah KK: Jumlah KK:


170 KK 85 KK

2. Jumlah Penduduk: Jumlah Penduduk:


750 Jiwa 300 Jiwa

3. Jumlah Bangunan: Jumlah Bangunan:


241 Unit 91 unit

4. Kepadatan penduduk: Kepadatan Penduduk:


1 Jiwa/m2 1 Jiwa/m2

(Sumber : Demografi Kampung Akuarium)


49

Perbedaan jumlah penduduk terjadi secara signifikan


antara sebelum dan sesudah penggusuran. Sebelum
penggusuran, Kampung Akuarium memiliki 170 kepala
keluarga dengan total 750 jiwa. Sedangkan setelah
penggusuran hanya tersisa 85 kepala keluarga keluarga dengan
jumlah penduduk kurang lebih 210 jiwa yang masih bertahan
di Kampung Akuarium.
C. Geografis Kampung Akuarium
Kampung Akuarium terletak di utara provinsi DKI Jakarta
tepatnya di kelurahan Penjaringan Jakarta Utara memliki luas
sebesar 10.183 m2 atau sekitar 1,02 ha dengan koordinat
6.731945 – 106.4830E.
Gambar 3.1 Peta Kampung Akuarium

(Sumber: Dokumen Suku Dinas Perumahan Jakarta Utara)


Gambar 3.1 merupakan gambaran dari batas-batas
Kampung Akuarium dengan wilayah lain pada bagian utara,
timur, barat, dan selatan. Pada bagian utara Kampung Akuarium
berbatasan dengan Teluk Jakarta dan Laut Jawa, pada bagian
timur Kampung Akuarium berbatasan dengan Pelabuhan Sunda
Kelapa, pada bagian barat Kampung Akuarium berbatasan
50

dengan Kampung Luar Batang, dan pada bagian selatan


Kampung Akuarium berbatasan dengan Pasar Hexagon dan
Museum Bahari.
Sebelum penggusuran pada tahun 2016 masyarakat
Kampung Akuarium memiliki mata pencaharian yang beragam
namun mata pencaharian yang menjadi dominan menjadi
rutininitas pada saat itu adalah usaha toko kelontong, kontrakan,
nelayan dan pengrajin kayu. Namun setelah adanya kegiatan
relokasi, mata pencaharian masyarakat pun ikut berubah secara
signifikan sedangkan mata pencaharian yang masih bertahan
hingga saat ini adalah toko kelontong, penjualan gas LPG, dan
nelayan lalu sisanya menjadi pengemudi ojek online, kuli
angkut, dan karyawan. Berkurangnya ruang kegiatan ekonomi
mengakibatkan usaha-usaha yang sudah dilakukan tidak bisa
diteruskan akibat keterbatasan lahan.
Gambar 3.2 Kampung Akuarium pasca penggusuran

(Sumber : Dokumentasi Masyarakat Kampung Akuarium)


Gambar 3.2 merupakan kondisi Kampung Akuarium
setelah mengalami penggusuran pada tahun 2016, kampung ini
kehilangan 80% bangunan dan sisanya merupakan bangunan
yang digunakan untuk dijadikan shelter, dan kondisi kampung
51

ini masih tanah dan coran rusak bekas penggusuran serta tidak
memiliki drainase yang baik. Pada awalnya kampung ini hanya
seperti tanah lapang saja, tidak memiliki penerangan jalan, dan
tidak memiliki tempat pembuangan sampah sehingga
masyarakat langsung membuangnya ke tempat pembuangan
sampah Muara Baru.
Gambar 3.3 kondisi kampung akuarium pasca masuknya
program CAP.

(Sumber : Dokumentasi Program CAP)


Gambar 3.3 merupakan sebuah kondisi Kampung
Akuarium setelah dijadikan salah satu kampung prioritas
program Community Action Plan mulai terlihat beberapa
perbedaan seperti sudah tersedianya lampu jalan, pembangunan
shelter yang lebih baik daripada sebelumnya tetapi belum
mencapai keinginan masyarakat, masuknya PAM, dan
pengadaan bak-bak sampah.
D. Visi Misi Kampung Akuarium
Secara umum visi ini disusun berdasarkan potensi dan
permasalahan yang terdapat pada Kampung Akuarium baik dari
52

demografi, geografi dan juga sosial ekonomi. Berikut adalah


visi dari Kampung Akuarium : “Kampung Akuarium Sebagai
Kampung Wisata Bahari” dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1) Kampung Akuarium menjadi salah satu objek yang
menarik dan layak dikunjungi dan tidak hanya menjadi
pelengkap dari objek-objek wisata disekitar Kampung
Akuarium.
2) Pengelolaan mandiri infrastruktur yang ada.
3) Warga tetap bertempat tinggal di Kampung Akuarium dan
membentuk paguyuban pengelola Kampung Akuarium
sebagai Kampung Wisata Bahari.
Dari visi yang telah disusun oleh tiap kampung kemudian
dijabarkan menjadi beberapa usulan dari warga. Usulan ini
disusun berdasarkan hasil fasilitasi yang bekerja sama dengan
pihak konsultan. Pada kegiatan fasilitasi tersebut pihak warga
dan konsultan berusaha bersama untuk memetakan
permasalahan terutama dari segi infrastruktur dalam mencapai
visi tersebut.
E. Data Komunikasi
Masyarakat Kampung Akuarium terdiri dari berbagai
suku bangsa namun dalam keseharian berkomunikasi satu sama
lain masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia.
F. Forum Kegiatan Masyarakat
Forum kegiatan masyarakat yang ada di Kampung
Akuarium adalah PKK, dasawisma, pengajian rutin dan
puskesmas keliling namun untuk fasilitas pendidikan yang
53

tersedia di Kampung Akuarium hanyalah sekolah PAUD


sedangkan untuk sekolah SD, SMP, SMA tidak tersedia
sehingga anak-anak harus berjalan keluar kampung untuk
mendapatkan fasilitas tersebut.
G. Konsep Pengembangan Hunian Baru
Berdasarkan hasil musyawarah antara pemprov DKI
Jakarta melalui Suku Dinas Perumahan Jakarta Utara dengan
warga Kampung Akuarium terdapat keputusan yang telah
disepakati oleh keduanya adalah akan disediakan sebanyak 234
unit bangunan yang terdiri atas 3 blok bangunan.
Gambar 3.4 Desain Bangunan Kampung Akuarium

(Sumber : Dokumentasi Koordinator CAP)


Gambar 3.4 merupakan contoh desain bagunan yang
terbagi dalam tiga jenis hunian, yang pertama hunian A
sebanyak 90 unit, hunian B sebanyak 78 unit dan hunian C
sebanyak 66 unit dengan luas 40m2 dan maksimal tiga lantai.
Dengan begitu berdasarkan pengitungan yang telah dilakukan
oleh pemprov DKI Jakarta akan menghemat kurang dari 50%
lahan pada Kampung Akuarium karena hanya menggunakan
lahan sebanyak 4.992m2.
54

BAB IV
ANALISIS DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil temuan lapangan yang diperoleh peneliti


dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumen mengenai
evaluasi proses dan hasil program CAP yang dilaksanakan di
Kampung Akuariun Jakarta Utara yang dilakukan oleh Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta melalui
Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jakarta
Utara. Dalam bab ini peneliti menggunakan metode evaluasi
program yang di dalamnya terdapat tiga jenis evaluasi program
menurut Pietrzak dkk, yaitu evaluasi input, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil akan tetapi peneliti membatasi hanya pada evaluasi
proses. Peneliti juga menggunakan desain evaluasi formatif yang
diperuntukan dalam evaluasi proses. Selain itu peneliti
menggunakan indikator dampak sebagai alat ukur dalam
melaksanakan evaluasi.
A. Evaluasi Proses Program Community Action Plan
Adapun pada bagian ini peneliti mengevaluasi proses
program Community Action Plan yang dijalankan oleh Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta melalui
Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jakarta
Utara. Terdapat empat kriteria dalam evaluasi proses, diantaranya
adalah standar praktek terbaik (best standard practice), kebijakan
lembaga, tujuan proses, dan kepuasan klien. Berikut ini akan
peneliti jelaskan mengenai keempat kriteria di atas.
55

1) Standar Praktik terbaik (Best Standard Practice)


Kriteria standar praktik terbaik atau biasa disebut dengan
Best Standard Practice yaitu sebuah aturan yang mengatur
semua tata cara terkait pelaksanaan dalam suatu organisasi yang
kemudian digunakan untuk memastikan seluruh tindakan telah
berjalan secara efektif, konsisten, sesuai standar, dan sistematis.
Berikut ini yang akan dibahas ialah mencakup standar
operasional prosedur (SOP) dan proses sosialisasi program.
a) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar operasional prosedur adalah dokumen yang di
dalamnya berisi acuan melaksanakan tugas pekerjaan
meliputi cara pengerjaan kegiatan, waktu pelaksanaan
kegiatan, tempat penyelenggaraan kegiatan, dan aktor-aktor
yang berperan di dalam suatu kegiatan.
Tabel 4.1 Standar Operasional Prosedur
No. Standar Operasional Pelaksanaan di Lapangan
Prosedur
1. Cara pengerjaan Kegiatan pengerjaan
kegiatan program dilakukan dengan
menggunakan metode
kolaboratif partisipatif antara
pemerintah dengan
masyarakat di Kampung
Akuarium
56

No. Standar Operasional Pelaksanaan di Lapangan


Prosedur
2. Waktu pelaksanaan Waktu pelaksanaan program
dilakukan selama tiga tahun
yang dibagi dalam setiap
tahunnya yaitu enam bulan
pertama sebagai pelaksanaan
dan 6 bulan berikutnya
adalah sebagai monitoring.
3. Tempat Tempat penyelenggaraan
penyelenggaraan program CAP terdapat pada
kegiatan 21 kampung yang
mendapatkan kriteria kumuh
oleh BPS namun peneliti
memfokuskan pada salah
satu kampung prioritas yaitu
Kampung Akuarium Jakarta
Utara.
4. Aktor yang berperan Selain dari pemerintah
program ini melibatkan
berbagai SKPD sedangkan
untuk aktor di Kampung
Akuarium adalah
masyarakat, Ketua RW, RW,
PKK dan Karang Taruna.
(sumber: perbandingan Pergub No.90 Tahun 2018 dengan
hasil observasi peneliti)
57

Pada acuan terkait cara pengerjaan kegiatan, peneliti


membatasi bagaimana sistem kerja yang digunakan oleh
pemerintah dalam melaksanakan kegiatan program, pada
acuan waktu pelaksanaan, peneliti membatasi terkait dengan
jangka waktu pelaksanaan program, pada acuan tempat
penyelenggaraan kegiatan, peneliti membatasi lokasi dari
dilangsungkannya kegiatan program, dan pada actor
program, peneliti membatasi siapa saja yang melakukan
aktivitas pada program ini namun peneliti hanya membatasi
hanya kepada instansi pemilik program Community Action
Plan yaitu Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ambia selaku
Staf Pengelola Seksi Kawasan Permukiman Suku Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jakarta Utara
mengenai penjelasan di atas menerangkan sebagai berikut:
“kalau untuk pengerjaan program ini kita lakukan secara
kolaborasi mas sama instansi lain dan yang terpenting itu
masyarakatnya juga diikut sertakan. jadi misalnya
seperti penghijauan kan kita butuh kerja sama dengan
Dinas Lingkungan Hidup, penerangan jalan kan kita
butuh kerja sama dengan dinas PJU, yaa intinya kita ngga
bisa kerja sendiri mas. Kalau untuk penyelenggaraan
kegiatan yaa kita laksanain di kampung-kampung sasaran
mas terus waktu pelaksanaannya itu harus tiga tahun”

Ibu Yani selaku Ketua Koordinator Program


Community Action Plan berpendapat mengenai pengerjaan di
Kampung Akuarium bahwa:
58

“kalau untuk pengerjaan CAP disini itu dikerjainnya


bareng-bareng mas orang dinas sama warga tapi
sebelumnya kita dulu nih yang dikasih tau sama orang
dinasnya karna kan kita disini itu tim kerja terus nanti kita
yang bantu orang dinas buat sosialisasi ke warga tentang
program yang mau dilaksanain di kampung disini gitu
mas terus terkait waktu pelaksanaan itu hanya setiap
enam bulan dari satu tahun nah nanti enam bulan
berikutnya orang dinas cuma ngontrol aja buat ngeliat
programnya itu jalan apa nggak sih gitu”

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan


bahwa pada proses pengerjaan program Community Action
Plan yang pelaksanaannya dilaksanakan di Kampung
Akuarium Jakarta Utara dilakukan secara kolaborasi baik itu
antar instansi pemerintah ataupun dengan masyarakat karena
pada dasarnya program ini menggunakan pendekatan secara
bottom-up dengan ketepatan waktu selama tiga tahun yang
mana pada pelaksanaan programnya dilaksanakan selama
enam bulan pertama sedangkan enam bulan selanjutnya
dilakukan proses monitoring program.
Hal tersebut didukung oleh observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti. Peneliti melihat bahwa tidak hanya
program dari Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman saja yang menjadi fokus utama dalam program
Community Action Plan ini tetapi terdapat program-program
yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah lainnya
yang menjadi bagian dalam program ini. Pendapat ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ilman Bastian selaku
Kepala Seksi Perencanaan Kawasan Permukiman Bidang
59

Perencanaan Teknis Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan


Permukiman Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:
“…Pada pelaksaan CAP ini mengacu pada Pergub no.90
Tahun 2018 yang mana pembagian tugas dilakukan oleh
berbagai instansi terkait berdasarkan time table atau
jadwal waktu pelaksanaan. Sebelum adanya time table,
setiap instansi diwajibkan membuat rincian anggaran
terlebih dahulu untuk diajukan ke pihak Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta satu tahun sebelumnya
agar anggaran dapat dimasukan ke dalam dokumen
penganggaran”
60

Gambar 4.1 Standar pelaksanaan program Community


Action Plan
61

(Sumber : Dokumentasi pribadi dari dokumen Juklak


Program CAP)
Gambar 4.1 merupakan standar operasional program
Community Action Plan yang dibuat oleh Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta untuk
kemudian dilaksanakan oleh Suku Dinas Perumahan Rakyat
dan Kawasan Permukiman Jakarta Utara. Pada gambar
tersebut dijelaskan bahwa dalam proses pelaksanaan
program tersebut melibatkan banyak pihak seperti Bappeda,
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta (DCKTRP), Walikota, Camat, Lurah,
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi DKI Jakarta (DPRKP), Sudin PRKP, Konsultan
CAP dan Masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa
program Community Action Plan tersebut tidak hanya
dilaksanakan oleh satu instansi saja melainkan membutuhkan
campur tangan dari instansi pemerintah lainnya dengan cara
berkolaborasi satu sama lain. Sejauh ini program tersebut
memang telah dirasa berjalan sesuai dengan kepentingan
masyarakat Kampung Akuarium
Jakarta Utara.
b) Proses Sosialisasi Program Community Action Plan
Sosialisasi merupakan sebuah proses belajar anggota
masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan halhal yang
baru mereka ketahui. Pada proses sosialisasi harus sesuai
62

dengan metode yang digunakan, narasumber, alat, dan


partisipan. Petunjuk Pelaksanaan Program Community
Action Plan menyebutkan bahwa:
“Sosialisasi Publik merupakan bentuk sarana
penyampaian hasil proses penyusunan konsep dan model
penataan kampung berbasis CAP kepada masyarakat
melalui fasilitator-fasilitator yang ada…”

Gambar 4.2 Sosialisasi Publik Program Community


Action Plan

(Sumber: Dokumen Petunjuk Pelaksanaan Program


Community Action Plan)
Gambar 4.2 merupakan bentuk sosialisasi yang
dilakukan melalui FGD oleh Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman DKI Jakarta. Pada gambar tersebut
warga dikelompokan menjadi beberapa kelompok.
Pembagian kelompok itu ditujukan untuk mempermudah
proses sosialisasi yang kemudian akan dipilih menjadi tim
kerja.
Bapak Chairul Lantip selaku Kepala Suku Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jakarta Utara
berpendapat bahwa:
63

“Program CAP dimulai dari Sosialisasi Pendahuluan


mulai dari tingkat Kelurahan, dan dilanjutkan dengan
rembug serta FGD di tingkat RW serta RT. Untuk
Kampung Akuarium sendiri, dilaksanakan beberapa kali
rembug/pertemuan antara team konsultan, perwakilan
Sudin PRKP JU dan warga Kampung Akuarium di lokasi
Kampung Akuarium”

Petunjuk Pelaksanaan Program Community Action


Plan menyebutkan bahwa:
“Dalam proses sosialisasi program dimulai dengan
pembentukan forum-forum diskusi tematik melalui metode
Focus Group Discussion (FGD) untuk membedah
permasalahan perkumuhan secara lebih dalam dan
komprehensif dengan turut serta mendorong peran aktif
para pemangku kepentingan (stakeholders)”

Berdasarkan observasi peneliti di lapangan, peneliti


menemukan bahwa pada proses FGD, hampir semua
masyarakat mengikuti kegiatan tersebut yang kemudian
beberapa masyarakat dikelompokan untuk membahas segala
kepentingan kampung baik itu aspek sosial, aspek ekonomi,
maupun aspek lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa pada
proses sosialisasi telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
program dengan cara membagi masyarakat ke dalam
beberapa kelompok yang setiap kelompoknya dipimpin oleh
satu sampai dua orang fasilitator untuk membimbing
masyarakat dalam menemukan permasalahan dan solusi
untuk diajukan kepada pemerintah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan pada
sosialisasi program Community Action Plan harus dilakukan
secara kekeluargaan yang dalam konteks ini disebut
64

musyawarah atau FGD agar masyarakat dapat belajar sedikit


demi sedikit mengenai program Community Action Plan
yang nantinya dapat ikut serta berperan aktif dalam proses
pelaksanaan program tersebut.
Ibu Dharma Diani dan Bapak Rohman Muslim selaku
Tim Kerja program Community Action Plan di Kampung
Akuarium Jakarta Utara berpendapat mengenai tata cara
mensosialisasikan program di kampungnya. Berikut adalah
hasil wawancara dengan beliau:
“Dalam pengenalan program Community Action Plan
masyarakat diberikan simulasi terlebih dahulu mengenai
program dari hal yang gampang dipahami oleh
masyarakat, kami juga memberikan simulasi dengan cara
yang memasyarakatkan contohnya dari pintu ke pintu
yang dimana tim kerja kami yang menghimbau
masyarakat agar mengerti tentang program tersebut”
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan
studi dokumentasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada proses sosialisasi program Community Action Plan
menggunakan metode sosialisasi secara langsung dengan
seluruh masyarakat Kampung Akuarium sebagai partisipan
yang kemudian dibuatkan tim kerja beranggotakan 10 orang
sebagai narasumber dan alat yang digunakan dalam proses
sosialisasi program ini adalah FGD.
2) Kebijakan Lembaga
Kebijakan adalah sebuah keputusan yang dapat mengatur
pengelolaan dan penyebaran sumber daya alam, keuangan dan
manusia demi kepentingan yang menyangkut masyarakat.
Kebijakan yang dimaksud disini adalah kebijakan yang dibuat
65

oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


Provinsi DKI Jakarta. Kriteria ini berkaitan dengan klien atau
penerima manfaat program dan sumber daya manusia.
a) Klien atau Penerima manfaat program
Klien yang dimaksud disini adalah para penerima
manfaat program. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan
program CAP terkait sasaran manfaat program adalah
kampung-kampung yang memiliki 11 kriteria kumuh oleh
BPS yang telah dijelaskan di bab dua. Salah satu kampung
yang mendapatkan 11 kriteria kumuh dari BPS adalah
Kampung Akuarium Jakarta Utara. berdasarkan observasi
peneliti menemukan selain kumuh, meskipun tidak semua
namun tidak sedikit masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Sedangkan kriteria penerima manfaat program di Kampung
Akuarium yaitu hanya masyarakat yang memiliki identitas
(KTP) Kampung akuarium yang dapat menerima program
tersebut.
Berdasarkan kriteria tersebut peneliti melihat bahwa
penerima manfaat program ini adalah seluruh masyarakat
Kampung Akuarium hal tersebut didasarkan pada sensus
kependudukan yang dilakukan oleh ketua RT setempat
setelah penggusuran menunjukan bahwa masyarakat yang
memiliki identitas (KTP) dan Kartu Keluarga Kampung
Akuarium adalah sebanyak 85 kepala keluarga dengan
jumlah penduduk sebanyak 300 jiwa dengan rentang usia
yang bervariatif.
66

Bapak Topas selaku ketua RT 004 Kampung Akuarium


berpendapat bahwa:
“Dengan adanya program ini diharapkan dapat menjadi
sarana perbaikan kualitas lingkungan perkampungan di
Jakarta terutama kampung yang menjadi kampung
prioritas, salah satunya adalah Kampung Akuarium,
sebenarnya ada 21 kampung yang mendapatkan program
ini tapi cuma 5 yang menjadi kampung prioritas salah
satunya ya kampung kita ini”
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Ilman Bastian
berpendapat sebagai berikut:
“kalau sasaran dari program ini sebenarnya sudah jelas
yaitu perkampungan kumuh di Jakarta. Kampung
kampung yang menerima program ini biasanya sudah ada
kontrak politik dengan Pak Gubernur Anies Baswedan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung
tersebut, jadi kalau di total sebenarnya ada dua puluh
satu kampung yang menerima program ini tapi yang
menjadi kampung prioritas itu ada lima Kampung”

Seperti yang tertulis di Petunjuk Pelaksanaan Program


Community Action Plan Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman DKI Jakarta mengenai sasaran dari
program Community Action Plan adalah sebagai berikut:
“…Membangun kesejahteraan/kualitas hidup masyarakat
baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya dan
Membangun infrastruktur pendukung kehidupan
masyarakat yang dapat mendorong perbaikan kualitas
hidup dan perubahan pola hidup masyarakat ke arah
yang lebih berkualitas”

Sejak peluncuran program CAP pada bulan januari


2018 program ini seluruhnya dibiayai oleh Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta melalui RAB atau rencana
67

anggaran biaya DKI Jakarta yang tertulis di dalam Juklak


Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI
Jakarta sebagai berikut:
“RAB dalam pelaksanaan program meliputi anggaran
perencanaan, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya sehingga harus disusun secermat dan seteliti
mungkin. RAB yang akan disusun harus mampu menjadi
modal utama kegiatan yang bermanfaat dan tepat
guna…program ini menggunakan dua tahap mekanisme
pembiayaan yaitu tahap peganggaran dan penggunaan.
Tahap penganggaran mencakup pengajuan program,
pengajuan anggaran, hingga pesetujuan anggaran. Hasil
dari tahap penganggaran akan dilakukan penyaluran
anggaran. Tahap penggunaan mencakup penyaluran
anggaran untuk penggunaan hingga menghasilkan
keluaran (output) kegiatan program”
Gambar 4.3 Mekanisme RAB program CAP

(Sumber : Dokumen Petunjuk Pelaksanaan Program


Community Action Plan Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman DKI Jakarta)
Hasil wawancara dengan Bapak Ilman Bastian
menyebutkan bahwa:
“Untuk anggaran Kampung Akuarium sepertinya tidak
ada anggaran khusus soalnya penganggaran dana
program dilakukan dalam lingkup satu kelurahan, dalam
hal ini kan Kampung Akuarium masuk ke dalam
68

kelurahan Penjaringan Jakarta Utara dan dana yang


tersedia itu untuk tepatnya saya kurang tau berapa karena
itu di luar tanggung jawab dinas PRKP provinsi tapi
setelah programnya selesai masyarakat diminta untuk
membayar sewa atas rumah yang ditempati karena kan itu
masuk ke lahan pemerintah.”

Dari hasil wawancara dan studi dokumentasi di


atas, peneliti menyimpulkan bahwa sasaran dari program
ini adalah kampung-kampung yang telah memiliki
kontrak politik dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup masyarakat
menjadi lebih baik lagi salah satu kampung di Jakarta
yang diberi kesempatan untuk meningkatkan taraf kualitas
kehidupan lingkungannya adalah Kampung Akuarium
sebagai salah satu dari lima kampung prioritas. Setelah
kualitas perkampungannya diperbaiki, masyarakat
diminta untuk membayarkan sewa atas rumah yang
ditempati karena lahan yang dibuatkan perkampungan di
Kampung Akuarium merupakan salah satu asset
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.
b) Sumber Daya Manusia
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah
peneliti lakukan, para petugas yang saat ini bekerja untuk
program CAP berasal dari latar belakang bidang keilmuan.
Hal tersebut dikarenakan pada program ini melibatkan
berbagai pihak lain bukan hanya dari Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta saja. Berikut
adalah hasil wawancara dengan Bapak Ilman Bastian:
69

“Kalau untuk sistem perekrutan petugas program CAP itu


kita mengacu pada Pergub no.90 Tahun 2018. Karena
program ini tidak hanya dari Dinas PRKP melainkan
melibatkan instansi, LSM, dan berbagai kelompok
masyarakat yang memiliki perannya masingmasing. Jadi
untuk perektrutan petugas program itu tergantung dari
instansi, LSM dan kelompok masyarakat itu sendiri dalam
menentukan kriterianya masing-masing tapi kalau di
dinas PRKP provinsi sudah dilimpahkan ke sudin utara”

Bapak Ambia juga mengutarakan hal yang serupa


terkait perekrutan pegawai untuk program CAP di Kampung
Akuarium sebagai berikut:
“untuk SDM yang bertugas di program ini yaa paling
ASN nya mas”
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Program CAP Dalam Ruang
Lingkup Petugas Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Jakarta Utara.
No. Nama Jabatan Pendidikan
terakhir
1. Ir. Chairul Kepala Suku Magister Sains
Lantip, MSE Dinas PRKP Ekonomi
Jakarta Utara
2. Selvy Mandagi, Kepala Seksi Diploma 3
Amd Kawasan
Permukiman
3. Ambia Staf Magister teknik
Aminullah Pengelola
Kamil, ST., MT Seksi
Kawasan
Permukiman
70

No. Nama Jabatan Pendidikan


terakhir
4. Sukadi Staf STM Teknik
Pengelola
Seksi
Kawasan
Permukiman
(Sumber: Hasil wawancara peneliti)
Berdasarkan observasi peneliti terdapat sumber daya
manusia yang bertugas sebagai tim kerja di Kampung
Akuarium Jakarta utara adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Sumber Daya Manusia di Kampung Akuarium
No. Nama Jabatan
1. Dharma Diani Ketua Koordinator
Wilayah Kampung
Akuarium.
2. Rohman Muslim Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
4. Musdalifah Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
5. Andi Sarul Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
6. Topas Juanda Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
7. Jamiad Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
71

No. Nama Jabatan


8. Kartini Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
9. Suparti Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
10. Sarni Anggota Tim Kerja
Koordinator Wilayah
Kampung Akuarium.
(sumber: hasil wawancara peneliti dengan Ibu Diani)
Dari tabel di atas terlihat bahwa petugas yang bertugas
dalam program Community Action Plan melibatkan banyak
latar belakang yang berbeda telah sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan yaitu mengacu pada Pergub No.90 Tahun
2018. Dengan adanya keterlibatan latar belakang berbeda
diharapkan akan dapat saling membantu dalam
menyelesaikan program ini dalam kurun waktu yang telah
ditentukan yaitu selama tiga tahun.
Sejauh ini para petugas yang berasal dari berbagai latar
belakang sudah bekerja sesuai dengan arahan standar
operasional prosedur yang ada dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Itu terlihat dari hasil tujuan jangka
pendek yang dirasa telah selesai seperti penghijauan, shelter,
kamar mandi komunal, pengadaan listrik, saluran PAM dan
pengadaan bak sampah.
3) Tujuan Proses
Tujuan secara umum adalah merupakan sebuah rancangan
pencapaian yang diinginkan oleh suatu lembaga atau organisasi.
72

Pada tujuan proses ini juga untuk melihat ketercapaian peran


kunci berdasarkan pelaku-pelaku dalam program Community
Action Plan sedangkan Tujuan yang ingin dicapai oleh program
ini melalui Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan
Permukiman Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan
kualitas lingkungan perkampungan kumuh di Jakarta namun
dalam kasus Kampung Akuarium, program ini memiliki tujuan
tambahan yaitu membangun kembali perkampungan yang telah
tergusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.
Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan maka
peneliti dapat membuat tabel terkait pelaku dan tugas pokok dan
fungsi yang dibandingkan dengan hasil temuan lapangan
sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pelaku dan TUPOKSI Terhadap Hasil di Lapangan
No. Pelaku Tugas Pokok dan Hasil di Lapangan
Fungsi
1. Masyarakat Berperan aktif dalam Dikatakan tercapai,
setiap proses diskusi terlihat saat proses
dalam FGD hampir semua
pelaksanaan masyarakat datang
pengembangan untuk berdiskusi
lingkungan. mengenai program.
2. Ketua RT Mendorong, Dikatakan tercapai,
memimpin setiap terlihat pada saat
pertemuan, dan pelaksanaan FGD
memfasilitasi tempat di Kampung
pertemuan warga Akuarium, ketua
dalam proses RT yang memimpin
pelaksanaan program. pelaksanaan diskusi
tersebut.
73

No. Pelaku Tugas Pokok dan Hasil di Lapangan


Fungsi
3. Ketua RW Memantau Dikatakan tercapai,
perkembangan terlihat pada saat
program yang proses FGD
kemudian dibuatkan berlangsung beliau
laporan kepada lurah turut hadir untuk
baik itu lisan maupun melihat
tulisan. perkembangan
program.
4. PKK Menjadi penggerak Dikatakan tercapai,
kaum perempuan karena sudah
dalam diskusi adanya Koperasi
penataan kampung Konsumen
baik itu sosial, Aquarium Bangkit
ekonomi, dan Mandiri yang
Lingkungan beranggotakan ibu
ibu di Kampung
Akuarium.
5. Karang Mendorong para Dikatakan tercapai,
remaja untuk ikut serta terlihat dari adanya
Taruna
dalam proses penataan kegiatan sosial
kampung. yaitu pengajian
remaja rutin yang
diadakan setiap
malam selasa dan
malam jumat.
6. Kelurahan Menyampaikan data Belum diketahui
usulan warga yang secara langsung
disetujui dalam karena tidak ada
MUSRENBANG balasan dari beliau
Kelurahan kepada namun berdasarkan
pengurus RW agar wawancara dengan
tidak ada usulan ganda. masyarakat sekitar
bahwa setiap usulan
yang mereka
usulkan dalam FGD
terpenuhi semua.
74

No. Pelaku Tugas Pokok dan Hasil di Lapangan


Fungsi
7. Pemerintah Memastikan bahwa Dikatakan tercapai,
penanganan terlihat berdasarkan
Provinsi
perkampungan wawancara dengan
kumuh masuk Bapak KASUDIN
dalam dokumen PRKP Jakarta Utara
RPJMD yang bahwa terdapat
kemudian RAB untuk
melibatkan Kelurahan
masyarakat dalam Penjaringan
kelengkapan data. sebanyak Rp.
1,052,242,290,-.
yang dibagi untuk
pembangunan 12
RW di Kelurahan
Penjaringan.
8. SKPD Mengupayakan Dikatakan tercapai,
advokasi dan
terlihat dari adanya
berbagai program Pergub No.90
pembangunan Tahun 2018 dan SK
kapasitas KADIS PRKP
Pemerintah Provinsi DKI No.
provinsi dan 781 Tahun 2018
Mengupayakan Jakarta yang saat ini
advokasi untuk dengan jelas
berbagai program memunculkan bukti
pembangunan fisik dari program
kapasitas sudah mulai dapat
Pemerintah dirasakan oleh
provinsi; masyarakat
Kampung
Akuarium.
(sumber: perbandingan SK KADIS PRKP Provinsi DKI Jakarta
Nomor 781 Tahun 2018 dengan hasil observasi peneliti).
75

Berdasarkan tabel di atas, dapat peneliti simpulkan


bahwa ketercapaian di Kampung Akuarium sudah sesuai
dengan SK KADIS PRKP Provinsi DKI Jakarta Nomor 781
Tahun 2018 atau lebih dikenal dengan Petunjuk Pelaksanaan
Peningkatan Kualitas Permukiman Dalam Rangka Penataan
Kawasan Permukiman.
Dalam proses pembangunan kembali, tujuan berjangka
merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan karena
Kampung Akuarium merupakan perkampungan yang dibuat
dari awal. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Ilman Bastian sebagai
berikut:
“…kalau tujuan jangka pendeknya sudah semua tercapai
namun untuk tujuan jangka panjangnya belum karena masih
dalam proses desain perumahan yang akan dibangun”

Berdasarkan pendapat dari Bapak Ilman dapat diartikan


bahwa dalam kriteria tujuan proses terkait ketercapaian program
belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya karena masih
terdapat beberapa program yang belum dilaksanakan atau sudah
dilaksanakan namun belum sepenuhnya selesai sehingga
peneliti membuat tabel indikator ketercapaian program yang
ditujukan untuk mengukur kualitas lingkungan berdasarkan SK
KADIS PRKP Provinsi Dki Jakarta Nomor 781 Tahun 2018
dengan kondisi lingkungan di Kampung Akuarium saat ini.
76

Tabel 4.5 Ketercapaian aspek lingkungan berdasarkan juklak


No. Petunjuk Substansi tinjauan Hasil di lapangan
Pelaksanaan lingkungan
dalam aspek
lingkungan
1. Hunian Memberi gambaran Tidak ada, melainkan hanya
Permanen, mengenai tingkat kondisi ada shelter atau hunian
dan kelayakan hunian bagi sementara
masyarakat wilayah.
2. Drainase Memberi gambaran Tidak ada, tidak ada karena
mengenai kondisi dan air dibuang langsung ke
sistem drainase tanah
lingkungan bagi
masyarakat wilayah.
3. Air Bersih Memberi gambaran Ada, saluran PAM yang
mengenai kondisi dikelola oleh beberapa
ketersediaan, sumber, dan orang warga dengan
kualitas air bersih membayar Rp.90.000,-/
lingkungan bagi kepala keluarga
masyarakat wilayah.
4. Jalan Memberi gambaran Ada, tetapi belum beraspal
lingkungan mengenai tingkat atau rapat beton melainkan
kemudahan dan kondisi masih tanah dan batu.
akses serta kelengkapan
fisik jalan bagi
masyarakat wilayah.
5. Penghijauan Memberi gambaran Ada, mayoritas tanaman
Lingkungan/ mengenai kondisi, yang ditanam adalah
Ruang ketersediaan, dan sistem tanaman petik diberikan
Terbuka penghijauan lingkungan juga bibit secara gratis.
Hijau bagi masyarakat wilayah
6. Taman Memberi gambaran Ada, terlihat dengan
Bermain mengenai kondisi, tersedianya PAUD di
Anak ketersediaan, dan sistem Kampung Akuarium.
taman bermain anak di
lingkungan bagi
masyarakat wilayah
77

No. Petunjuk Substansi tinjauan Hasil di lapangan


Pelaksanaan lingkungan
dalam aspek
lingkungan
7. Pengelolaan Memberi gambaran Ada, disediakannya tempat
Sampah mengenai kondisi, sampah tiga warna dan tiga
ketersediaan, dan motor pengangkut sampah.
sistem pengelolaan
persampahan
lingkungan bagi
masyarakat wilayah.
8. Hydran Memberi gambaran Ada, tersedia satu hydran
Kebakaran mengenai kondisi, kebakaran (APAR) di
ketersediaan, dan samping Musholla.
sistem pencegahan dan
penanganan kebakaran
lingkungan bagi
masyarakat wilayah.
9. Penerangan Memberi gambaran Ada, terlihat sudah ada
Jalan mengenai kondisi, beberapa tiang lampu jalan
Umum ketersediaan, dan yang tertancap di depan
sistem penerangan rumah warga.
jalan dan rumah
lingkungan bagi
masyarakat wilayah.
10. Fasilitas Memberi gambaran Ada, baru berdirinya
Kegiatan mengenai kondisi, Koperasi Konsumen
Ekonomi ketersediaan, dan Aquarium Bangkit Mandiri
sistem pengembangan yang beranggotakan ibu-ibu
kegiatan perekonomian PKK.
lingkungan bagi
masyarakat wilayah.
11. Fasilitas Memberi gambaran Ada, rutin diadakan
Kegiatan mengenai kondisi, kegiatan pengajian ibu-ibu
Sosial ketersediaan, dan setiap sabtu siang dan kerja
sistem pengembangan bakti pada minggu pagi.
kegiatan sosial
lingkungan bagi
masyarakat wilayah.
78

No. Petunjuk Substansi tinjauan Hasil di lapangan


Pelaksanaan lingkungan
dalam aspek
lingkungan
12. Teknologi Memberi gambaran Tidak ada, karena faktor
Ramah mengenai kondisi, biaya yang mahal maka
Lingkungan/ ketersediaan, dan tidak diadakan untuk
Teknologi sistem teknologi yang
sementara waktu namun
Terbarukan terbarukan ramah Bapak Walikota Jakarta
lingkungan bagi Utara dalam pidatonya pada
masyarakat wilayah. International Field
School menyebutkan bahwa
uji coba teknologi
pengelolaan sampah sedang
dilakukan di Kelurahan
Cilincing dan Sunter
Jakarta Utara.
(sumber : Juklak Dinas PRKP Provinsi DKI Jakarta dengan
kondisi di Kampung Akuarium)
Pendapat yang sama dikemukakan oleh ibu Yani dan
Bapak Rohman selaku koordinator program Community Action
Plan dan anggota tim kerja di Kampung Akuarium Jakarta Utara
sebagai berikut:
“…jika yang ditanyakan tentang tujuan jangka pendek, saya
kira sudah tercapai seperti adanya shelter, PDAM, jaringan
listrik, penghijauan, pengadaan bak sampah, MCK, dan
yang terpenting adalah kembalinya identitas kami yang
sebelumnya dibekukan oleh pemerintah”

Dari hasil wawancara dengan Bapak Ilman, Ibu Yani, dan


Bapak Rohman di atas, menunjukan hasil yang sama sehingga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa meskipun tujuan hampir
sepenuhnya tercapai namun Pemerintah Daerah Provinsi DKI
Jakarta melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
79

Permukiman Provinsi DKI Jakarta dalam program Community


Action Plan masih harus menyelesaikan tujuan jangka panjang
yang telah direncanakan sebelumnya yaitu pembangunan
kembali hunian permanen karena tujuan ini yang sebenarnya
sangat diharapkan oleh masyarakat Kampung Akuarium. Hal itu
tertuang dalam wawancara Ibu Musdalifah yaitu salah seorang
warga di Kampung Akuarium sebagai berikut:
“…warga ingin secepatnya memiliki hunian permanen.
Warga menginginkan pembangunan kembali”

Berdasarkan wawancara di atas, peneliti menyimpulkan


bahwa pada tujuan proses sudah terdapat beberapa aspek
lingkungan yang dapat dinikmati oleh masyakat Kampung
Akuarium namun masyarakat sangat berharap dengan adanya
pembangunan hunian permanen agar dapat memiliki hunian
secara tetap.
4) Kepuasan Klien
Pada kriteria kepuasan klien peneliti menilai
denganmenggunakan tiga tingkatan yaitu ketanggapan
(responsiveness), bukti fisik (tangible) dan kepedulian
(emphaty).
a) Ketanggapan / responsiveness
Berdasarkan wawancara peneliti dengan para
narasumber yang mana dalam penelitian ini adalah
masyarakat Kampung Akuarium menunjukan respon yang
dirasa cepat tanggap. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu
Yani sebagai berikut:
80

“Menurut saya ya petugasnya cukup cepat tanggap dalam


melihat kebutuhan disini karena kan saya akan terus
mendesak petugas apabila permohonan yang kami
inginkan lambat untuk dilaksanakan”

Kepuasan yang sama juga dikemukakan oleh Ibu


Musdalifah dalam dimensi ketanggapan dalam memberikan
pelayanan sebagai berikut:
“Kalo saya sih cukup puas mas karena kan sebelum kita
mengajukan sesuatu itu kita musyawarah dulu sama
warga sama dinasnya juga trus respon dinasnya juga baik
kok mereka mau langsung menampung apa yang
dibutuhin sama warga sini…”

Dari hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan


pada kriteria ketanggapan yang diberikan oleh petugas
program Community Action Plan telah dirasa cukup cepat
tanggap karena pada pelaksanannya Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta melibatkan masyarakat agar ikut berperan aktif
dalam keberlangsungan program dengan cara menampung
aspirasi masyarakat sehingga pihak Pemerintah daerah
mendapatkan support dari masyarakat yang menjadi target
program ini.
b) Bukti fisik / Tangible
Bukti fisik yang dimaksud adalah fasilitas fisik yang
dapat dirasakan langsung oleh para penerima manfaat yaitu
masyarakat Kampung Akuarium. Berdasarkan hasil
observasi peneliti menemukan beberapa bukti fisik terkait
fasilitas umum yang terdapat di Kampung Akuarium seperti
kamar mandi komunal, tempat sampah dan shelter.
81

Gambar 4.4 Fasilitas umum Kamar mandi komunal

(Sumber: dokumentasi peneliti)


Gambar 4.4 merupakan salah satu fasilitas umum yang
tersedia di Kampung Akuarium yaitu kamar mandi komunal.
Kamar mandi komunal adalah kamar mandi yang digunakan
secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat Kampung
Akuarium. Peneliti melihat terdapat tiga kamar mandi
komunal dengan jumlah delapan dalam satu blok kamar
mandi komunal dengan satu buah pintu kamar mandi
digunakan untuk dua keluarga sehingga banyak drum-drum
penampung air yang tersedia disekitar kamar mandi komunal
tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Rini terkait
fasilitas umum berupa kamar mandi komunal ini sebagai
berikut:
“Saya sebagai masyarakat Kampung Akuarium yang
menerima bantuan seperti ini ya merasa cukup puas
dengan adanya kamar mandi komunal seperti ini
setidaknya saya dan kita semua bisa mandi bersihbersih
gitu lah”
Pendapat serupa juga diutarakan oleh Ibu Musdalifah
sebagai beikut:
82

“iya mas saya mah puas tapi kan saya punya anak kecil
mas dan nggak mungkin saya bawa-bawa kesana kalo
mau mandi jadi disini saya sediain juga drum buat anak
saya mandi biar nggak perlu kesana”
Dari penjelasan di atas, dapat terlihat bahwa fasilitas
kamar mandi komunal ini hanya didesain untuk masyarakat
yang sudah bisa berjalan sedangkan untuk anak-anak
berumur dibawah 5 tahun masih belum bisa sehingga orang
tua harus menyediakan drum tersendiri untuk anak kecil
mereka dapat mandi.
Gambar 4.5 Tempat sampah tiga warna

(Sumber : dokumentasi peneliti)


Pada gambar 4.5 fasilitas umum lainnya yang tersedia
di Kampung Akuarium adalah tempat sampah tiga warna.
Tempat sampah tiga warna ini ditujukan untuk
mempermudah masyarakat dalam membedakan mana
sampah yang mudah membusuk (organik), sulit membusuk
(anorganik), dan sampah dengan bahan beracun dan
berbahaya (B3) karena warna yang mencolok akan lebih
mudah membuat masyarakat mengerti tentang perbedaan
sampah yang harus dibuang, bahkan tempat sampah seperti
83

ini bukan hanya tersedia di Kampung Akuarium melainkan


sudah menjadi fasilitas umum di muka publik.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak
Rohman tentang tempat sampah tiga warna ini adalah sebagai
berikut:
“Warga disini udah pada ngerti kok mana sampah yang
harus masuk ke warna merah, mana yang harus masuk
warna kuning, mana yang harus masuk warna hijau.
Sebenernya orang-orang bilang kita ini kampung kumuh
tapi sebenarnya nggak kayak gitu mas, buktinya aja anak-
anak banyak juga kok yang udah sadar kalo sampah itu
bikin kotor lingkungan kita. Sekaligus kita mau nunjukin
kalo kampung kita itu ngga sekumuh yang orang-orang
kira”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat terlihat


bahwa pemberian tempat sampah tiga warna ini bukan hanya
untuk menjaga lingkungan mereka dari sampah melainkan
juga mengajarkan mana sampah yang dapat di daur ulang,
mana yang tidak.
Gambar 4.6 Huntara atau shelter

(Sumber : dokumentasi peneliti)


Gambar 4.6 merupakan fasilitas yang sangat penting
bagi masyarakat Kampung Akuarium karena shelter ini
84

adalah tempat tinggal sementara yang dibuatkan oleh


Pemerintah daerah sebelum pembuatan hunian tetap yang
saat ini sedang tahap DED (Detail Engineering Design).
Shelter di Kampung terdiri dari tiga blok yaitu blok a, b dan
c dengan jumlah pintu di setiap bloknya bervariatif.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rini
dan Ibu Asri menunjukan hasil sebagai berikut:
“kalau untuk shelter seperti ini sangat membantu sekali
mas, soalnya kita jadi punya rumah lagi yaa meskipun
belum permanen tapi paling tidak saya tidak kepanasan
dan kehujanan seperti dulu, kan dulu itu kita disini kalo
udah hujan itu bingung mas tapi sekarang Alhamdulillah
kita jadi aman tapi tetep mas pembangunan rumah
seperti dulu masih kita tunggu”

Ibu Yani juga mengemukakan pendapatnya terkait


fasilitas shelter atau huntara, sebagai berikut pendapatnya:
“sebenarnya menurut saya shelter ini sudah layak, bisa
dilihat kan sudah ada ventilasi juga di setiap pintunya jadi
tidak terlalu pengap tapi yang kita inginkan itu
pembangunan kembalinya cepat diselesaikan soalnya kan
bangunan shelter ini tidak pake bata ya mas jadi takutnya
kalo hujan nanti airnya merembes ke dalam gitu kan kalau
pake bata enak mas airnya ngga masuk ke dalam”
Hasil wawancara di atas menunjukan bahwa dapat
dikatakan pada shelter ini masyarakat cukup puas namun
terdapat harapan agar pembangunan hunian tetap agar dapat
dilaksanakan lebih cepat agar masyarakat memiliki kepastian
tempat tinggal terlebih masyarakat takut kalau hujan tiba
kayu triplek akan meregang maka dari itu masyarakat
meminta agar pembangunan hunian tetap agar cepat
dilaksanakan sebelum musim hujan tiba.
85

c) Kepedulian / Emphaty
Kepedulian yang akan peneliti bahas adalah terkait
pembinaan hubungan antara dinas dan masyarakat,
pemberian perhatian, pemberian dukungan, dan petugas
dapat mengetahui apa-apa saja kebutuhan yang masyarakat
butuhkan. Kepedulian ini sangat berguna untuk keperhasilan
program Community Action Plan karena masyarakat
Kampung Akuarium yang dulunya merasa tidak diperdulikan
menjadi merasa diperdulikan oleh pemerintah.
Bapak Rohman menceritakan terkait kepedulian yang
diberikan oleh pemerintah sebagai berikut:
“Yang saya rasakan ya mereka peduli kan ini programnya
mereka yang ditujukan kepada masyarakat. Salah satu
kepedulian pemerintah ya mas, pengaktifan identitas kami
kembali, itu sangat penting mas karena sebelumnya itu
identitas kami dibekukan, jadi susah mau ngelakuin
sesuatu tapi sekarang saya sangat bersyukur mas
identitas kami bisa balik lagi. Selain itu mereka juga
sering menghubungi dan mengundang kami selaku tim
kerja mengenai progress program sudah sampai mana ke
dinas untuk pemaparan tapi seharusnya mereka harus
lebih sering melihat secara langsung keadaan di
lapangan itu seperti apa”
Dari penjelasan Bapak Rohman di atas, terlihat bahwa
petugas mencoba melibatkan masyarakat dalam
berpartisipasi dalam program dengan cara mengundang
mereka ke dalam rapat program di gedung pemerintah daerah
untuk memaparkan kondisi di kampungnya seperti apa.
86

Kepedulian petugas juga disampaikan oleh Ibu Rini


sebagai berikut:
“Iya peduli, kalo ngga peduli mah kita ngga akan diberi
bantuan seperti ini, mulai dari kita tidak punya apa-apa
sampai seperti ini kan kita punya rumah ya meskipun
masih bersifat sementara tapi saya seneng ngga seperti
dulu yang tinggal di tenda gitu yang kalau panas ya kita
kepanasan, kalau hujan kita kehujanan. Intinya ya dengan
adanya program ini kita jadi merasa diperdulikan sama
pemerintah”
Berdasarkan semua hasil wawancara dengan para
informan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
masyarakat cukup puas dengan apa yang dikerjakan oleh
Pemerintah daerah namun terdapat beberapa hal yang harus
diperbaiki oleh Pemerintah daerah yaitu seperti proses
pembuatan time table untuk penganggaran lebih dipercepat
mekanismenya dan juga pada tujuan jangka panjang yaitu
pembuatan hunian tetap agar prosesnya lebih dipercepat.
B. Hasil Evaluasi Proses Program
Berdasarkan observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi yang peneliti lakukan di Kampung Akuarium
sudah terdapat hasil dari evaluasi proses program Community
Action Plan sebagai berikut:
87

Tabel 4.6 perbandingan juklak dengan hasil di lapangan.


No. Hasil Lingkungan Hasil di Lapangan
menurut juklak
1. Hunian Permanen Tidak ada, karena
(Berdasarkan petunjuk pembangunan kembali belum
pelaksanaan program dapat dilaksanakan pada
terdapat ketentuan khusus tahun ini sedang dalam proses
terkait hunian permanen DED dan direncanakan
terdiri dari tiga blok yaitu pembangunan tersebut akan
blok A sebanyak 90 unit, dilaksanakan pada tahun
blok B sebanyak 78 unit 2020.
dan blok C sebanyak 66
unit dengan luas 40m2
dengan tinggi tiga lantai.
2 Drainase Tidak ada, karena pembuatan
(Berdasarkan petunjuk drainase akan dilaksanakan
pelaksanaan program pada saat proses
terdapat skoring yang pembangunan hunian
mengatur drainase tetapi permanen sehingga pada saat
tidak ada ketentuan ini masyarakat membuang air
khusus mengenai luas, dan limbah rumah tangga
kedalaman dari langsung ke halaman shelter.
pembangunan drainase).
3. Air Bersih Ada, meskipun tidak tersedia
(Berdasarkan petunjuk ketentuan yang mewajibkan
pelaksanaan program mengenai pengeluaran
terdapat subtansi tinjauan perkubik dalam setiap blok
infrastruktur terkait air namun tersedia sistem
bersih namun tidak ada pengelolaan air bersih dengan
ketentuan mengenai memberlakukan subsidi silang
jumlah kubik yang harus sebesar Rp.90.000,- untuk
dikeluarkan pada setiap setiap kamar mandi yang
blok). digunakan oleh 2 kepala
keluarga
88

No. Hasil Lingkungan Hasil di Lapangan


menurut juklak
4. Jalan Lingkungan Ada, meskipun belum terdapat
(Berdasarkan petunjuk ketentuan yang mengatur luas
pelaksanaan program jalan yang akan dibangun di
terdapat skoring dalam Kampung Akuarium namun
aspek infrastruktur namun saat ini sudah ada jalan yang
tidak ada ketentuan berbahan tanah dan batuan
khusus mengenai lebar kecil yang dapat digunakan
jalan dan material yang masyarakat untuk beraktivitas.
digunakan).

5. Ruang Terbuka Hijau Ada, meskipun tidak ada


(Berdasarkan petunjuk ketentuan khusus yang
pelaksanaan program mengatur persentase lahan
pada aspek ruang terbuka yang digunakan untuk ruang
hijau masuk ke dalam terbuka hijau, namun saat ini
analisa potensi dan sudah ada penghijauan baik itu
masalah namun tidak ada tanaman petik maupun
ketentuan khusus tanaman hias di setiap shelter.
mengenai harus
mengenai persentase
lahan yang digunakan
untuk ruang terbuka
hijau).
6. Taman Bermain Anak Ada, meskipun taman
(berdasarkan petunjuk bermain anak tidak memiliki
pelaksanaan program ketentuan khusus dalam
tidak ada ketentuan petunjuk pelaksanaan namun
khusus mengenai jumlah saat ini terdapat 1 buah
taman bermain anak yang PAUD sebagai sarana taman
akan dibangun). bermain anak di Kampung
Akuarium.
89

No. Hasil Lingkungan Hasil di Lapangan


menurut juklak
7. Pengelolaan Ada, meskipun pada sistem
Persampahan pengelolaan sampah tidak
(berdasarkan pentujuk disebutkan jumlah unit
pelaksanaan program pengangkut sampahnya
terdapat ketentuan namun saat ini sudah terdapat
mengenai sistem pengelolaan sistem sampah
persampahan yaitu tiga warna.
sistem pengangkutan
sampah dan lubang
biopori namun tidak
disebutkan unitnya
pengangkut sampahnya
secara detail).
8. Hydran Kebakaran Ada, meskipun jumlahnya
(berdasarkan petunjuk tidak disebutkan namun saat
pelaksanaan program ini Kampung Akuarium
tidak ada ketentuan memiliki sebuah hydran
khusus dalam petunjuk kebakaran yang terletak di
pelaksanaan mengenai samping musholla.
jumlah hydran yang harus
disediakan di lokasi
sasaran)
9. Penerangan Jalan Umum Ada, meskipun tidak terdapat
(berdasarkan petunjuk ketentuan khusus yang
pelaksanaan program mengatur penerangan jalan
tidak ada ketentuan umum namun saat ini di
khusus mengenai jumlah Kampung Akuarium sudah
taman bermain anak yang terdapat beberapa tiang lampu
akan dibangun). jalan yang berdiri tegak di
depan shelter.
90

No. Hasil Lingkungan Hasil di Lapangan


menurut juklak
10. Fasilitas Kegiatan Ada, karena saat ini sudah
Ekonomi ada komunitas koperasi
(berdasarkan petunjuk Konsumen Aquarium
pelaksanaan program Bangkit Mandiri yang
tidak ada ketentuan beranggotakan ibu-ibu PKK
khusus mengenai fasilitas di Kampung Akuarium
jenis kegiatan ekonomi
yang dilakukan di lokasi
program).

11. Fasilitas Kegiatan Ada, karena saat ini sudah


Sosial ada pengajian rutin yang
(berdasarkan petunjuk dilakukan ibu-ibu sebagai
pelaksanaan program sarana kegiatan bersosialisasi
tidak ada ketentuan di Kampung Akuarium.
khusus mengenai fasilitas
jenis kegiatan sosial yang
dilakukan di lokasi
program).

12. Teknologi Ramah Tidak ada, meskipun tidak ada


Lingkungan ketentuan khusus yang
(berdasarkan petunjuk mengatur teknologi ramah
pelaksanaan program lingkungan namun saat ini
tidak ada ketentuan pengadaan teknologi ramah
khusus mengenai lingkungan masih dalam tahap
teknologi ramah percobaan di kelurahan
lingkungan untuk lokasi Cilincing dan Sunter setelah
sasaran. dinyatakan berhasil, maka
teknologi tersebut akan
diterapkan di Kampung
Akuarium
(sumber: observasi peneliti)

Beberapa hasil terlihat sudah dapat dimanfaatkan oleh


masyarakat sekitar meskipun dari beberapa hasil hasil tersebut
91

masih belum selesai dan sebagian dari fasilitas masih belum


dilaksanakan.
Tabel 4.7 Indikator Kepuasan Masyarakat

No. Indikator kepuasan Hasil di Lapangan


1. Ketanggapan Cukup puas karena pihak
pemerintah daerah akan
menampung segala aspirasi
masyarakat untuk
dimasukan ke dalam
dokumen anggaran
meskipun nantinya akan
dipilih berdasarkan
kebutuhan prioritas.
2. Bukti Fisik Cukup puas karena tujuan
yang tertera di dalam
petunjuk pelaksanaan dapat
dinikmati oleh masyarakat
meskipun belum semua
tercapai.
3. Kepedulian Cukup puas karena
pemerintah daerah
melibatkan masyarakat
dalam segala aspek
perencanaan tujuan dalam
kegiatan FGD.
(sumber: wawancara peneliti)
Ketiga indikator di atas menunjukan hasil yang sama
yaitu cukup puas karena masyarakat menunggu realisasi
tujuan jangka panjang.
92

BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian


yang telah dilakukan yang kemudian akan peneliti kaitkan dengan
latar belakang dan teori penelitian yang telah dijelaskan pada bab
dua peneliti telah menjelaskan terdapat salah satu jenis evaluasi
menurut Pietrzak yaitu evaluasi proses. Pada evaluasi proses
memfokuskan diri pada aktivitas program antara klien dengan staff
terdepan yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan program.
Terdapat beberapa kriteria dalam evaluasi proses yaitu standar
praktik terbaik, kebijakan lembaga, tujuan proses, dan kepuasan
klien.
Seperti yang telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya,
peneliti hanya akan membatasi penelitian pada evaluasi proses
terhadap program Community Action Plan di Kampung Akuarium
yang dijalankan oleh Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Jakarta Utara. Program Community Action Plan ini
secara garis besar ditujukan untuk memperbaiki kualitas
lingkungan bagi perkampungan kumuh di DKI Jakarta. Namun
secara khusus, program ini lebih ditujukan terhadap kebutuhan
kampung-kampung di DKI Jakarta karena kebutuhan setiap
kampung pasti tidak sama sedangkan dalam penelitian ini yang
berlokasi di Kampung Akuarium Jakarta Utara memiliki fokus
utama yaitu kepada pembangunan kembali perkampungan yang
telah tergusur pada tahun 2016.
93

Melihat permasalahan yang terjadi di Kampung Akuarium


Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Gubernur Anies Baswedan
menyadari pentingnya meningkatkan kualitas permukiman kumuh
di DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas masyarakat itu sendiri
karena menurut beliau semua orang harus mendapatkan hak yang
sama yaitu hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak maka
dari itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman membuat program Community
Action Plan dalam upaya meningkan kualitas lingkungan yang
ditujukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan perkampungan
kumuh di Jakarta sesuai dengan kebutuhannya.
Program Community Action Plan di Kampung Akuarium ini
memiliki tujuan berjangka untuk memudahkan proses
pembangunan kembali perkampungan yaitu tujuan jangka pendek
dan tujuan jangka panjang. Seperti yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya jika peneliti hanya memfokuskan pada tujuan jangka
pendeknya saja. Pada pelaksanaan program ini, Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman tidak bekerja sendiri melainkan
memiliki sistem berkolaborasi dengan instansi pemerintah lainnya.
Seluruh pembiayaan program ditanggung sepenuhnya oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta semenjak diumumkannya
program ini di waduk Pluit Jakarta Utara pada 14 Januari 2018.
Pada proses pelaksanaannya program ini memili tujuan
berjangka yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek dari program yang berlokasi di Kampung
Akuarium ini adalah pembangunan fasilitas fisik atau sarana dan
prasarana seperti pembangunan hunian sementara (shelter),
94

pembuatan kamar mandi komunal, pengadaan bak sampah, saluran


pipa air minum (PAM) dan penghijauan. Sedangkan tujuan jangka
panjang dari program ini adalah pembuatan hunian permanen dan
pengadaan jaringan listrik,
Permasalahan kualitas lingkungan merupakan masalah yang
sangat serius karena akan berdampak pada keberlangsungan
kehidupan masyarakat yang menempati daerah tersebut.
Berdasarkan informasi yang diterima dari masyarakat bahwa
kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada kualitas kehidupan
mereka. Seperti tidak adanya fasilitas kesehatan, pendidikan,
ekonomi, sosial, dan lingkungan itu sendiri.
Pada bab dua telah dijelaskan mengenai kriteria kualitas
lingkungan yang baik yaitu terdiri dari rumah-rumah yang ada di
dalamnya, prasarana dasar, dan sanitasi lingkungannya sedangkan
dari segi sosial ekonomi dapat dilihat dari pendidikan, pendapatan,
jumlah anggota keluarga dan sebagainya. Selain dilatarbelakangi
oleh kondisi sosial ekonomi, kualitas lingkungan permukiman juga
akan dipengaruhi oleh fasilitas elementer seperti air minum, tempat
mandi, dan kakus, listrik, saluran dan pembuangan air tinja, dan
sampah.
Evaluasi Proses Program CAP di Kampung Akuarium Jakarta
Utara
Evaluasi proses secara umum sering digunakan sebagai
pengontrolan sejauh mana program sudah terlaksana dengan
pengukuran kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program.
Jika terdapat ketidaksesuaian dari rencana awal, maka harus
diambil langkah tegas untuk mengembalikan pelaksanaan program
95

kepada rencana yang telah ditetapkan sebelumnya (Wirawan 2012,


21)
Evaluasi atau pengukuran yang dilakukan berdasarkan empat
kriteria dalam evaluasi proses yaitu standar praktik terbaik,
kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan klien pada
pembahasan berikut ini:
1. Standar praktik terbaik
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa peneliti
menggunakan dua indikator pada kriteria standar praktik terbaik
yaitu:
a) Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pada indikator SOP yang dibahas pada penelitian ini
adalah tentang standar pembagian pelaksanaan tugas
program. Dalam standar SOP ini dijelaskan juga tentang
standar aspek fisik lingkungan. Pada pelaksanaannya,
standar SOP ini mengacu pada Peraturan Gubernur DKI
Jakarta nomor 90 Tahun 2018 tentang meningkatkan kualitas
permukiman dalam rangka penataan kawasan permukiman
terpadu yang kemudian ditetapkan dalam Keputusan Kepala
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman nomor
205 Tahun 2019 yang telah dijelaskan pada bab dua. Berikut
adalah pembahasannya:
Berdasarkan SK Kepala Dinas PRKP Provinsi DKI
Jakarta nomor 205 Tahun 2019 disebutkan mengenai gugus
tugas pelaksanaan program Community Action Plan telah
sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan karena dalam
pelaksanaan gugus tugas Dinas Permukiman Rakyat dan
96

Kawasan Permukiman DKI Jakarta sudah sesuai dengan time


table yang telah disetujui oleh Kepala Dinas PRKP Provinsi
DKI Jakarta namun dalam pelaksanannya tidak semua tujuan
yang berfokus pada aspek fisik lingkungan telah terpenuhi
sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Program Community
Action Plan di Kampung Akuarium.
Disebutkan dalam Peraturan Gubernur nomor 90
Tahun 2018 Bab III Pasal 5 Ayat 2 dan Petunjuk Pelaksanaan
Program CAP terdapat standar aspek fisik lingkungan yang
harus dicapai dalam program CAP ini seperti yang telah
dijelaskan pada bab dua namun pada pelaksanaan tujuan pada
standar aspek fisik lingkungan ini terdapat beberapa aspek
yang tidak dapat dicapai dalam waktu dekat karena melihat
kondisi Kampung Akuarium yang baru saja mengalami
penggusuran sehingga rata dengan tanah dan membutuhkan
yang waktu lebih lama daripada kampung lain di Jakarta
karena pembangunan yang dilakukan harus dari awal lagi.
Berikut adalah aspek fisik lingkungan yang belum
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 90
Tahun 2018 dan Petunjuk Pelaksanaan Program CAP di
Kampung Akuarium:
Petama adalah belum dapat dilaksanakannya
pembangunan hunian secara permanen karena petugas dari
pihak Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi DKI Jakarta pun menyadari bahwa penyesuaian
antara keinginan warga dengan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta itu tidak mudah. Tetapi masyarakat Kampung
97

Akuarium telah diberikan kepastian terkait pembangunan


hunian permanen yang saat ini sedang tahap Detail
Engineering Design (DED).
Kedua adalah tidak adanya drainase berupa parit atau
gorong-gorong di Kampung Akuarium. Pihak konsultan
melalui pemaparan program CAP di Gedung Pelelangan Ikan
dalam acara International Field School menyadari bahwa
lokasi Kampung Akuarium itu seperti spons yang sudah tidak
dapat lagi menyerap air secara langsung sehingga air harus
menunggu beberapa menit bahkan jam untuk menyerap ke
dalam tanah..
Ketiga adalah belum dapat dilakukannya pembuatan
jalan lingkungan beraspal karena berdasarkan informasi yang
didapat dari narasumber, pembangunan jalan aspal ini baru
dapat dilakukan setelah pembangunan hunian permanen
terlaksana sehingga untuk sementara waktu masyarakat
Kampung Akuarium harus merasakan jalan campuran tanah
dan batuan kecil.
Keempat adalah tidak adanya teknologi ramah
lingkungan. Teknologi ramah lingkungan yang dimaksudkan
adalah untuk pengolahan limbah baik itu organik maupun
non organic karena berdasarkan pemaparan Bapak Walikota
Jakarta Utara dan tim lingkungan pada acara International
Field School, teknologi ini masih dalam percobaan untuk
kelurahan lain yaitu Kelurahan Sunter dan Cilincing Jakarta
utara. Namun jika program ini dinyatakan berhasil pada dua
kelurahan tersebut maka Kampung Akuarium akan
98

merasakan teknologi yang sama juga untuk pengolahan


limbah sehingga dapat menjadi kampung yang mandiri.
Walaupun tidak semua aspek lingkungan ini yang
mengacu Peraturan Gubernur Nomor 90 Tahun 2018 telah
tercapai. Akan tetapi pembangunan aspek fisik lingkungan
sudah terlaksana sebanyak 9 dari 12. Pada proses pengerjaan
program Community Action Plan yang pelaksanaannya
dilaksanakan di Kampung Akuarium Jakarta Utara dilakukan
secara kolaborasi baik itu antar instansi pemerintah ataupun
dengan masyarakat karena pada dasarnya program ini
menggunakan pendekatan secara bottom-up yang melibatkan
masyarakat sebagai peran utamanya. Program ini
dilaksanakan dengan ketepatan waktu selama tiga tahun yang
mana pada pelaksanaan programnya dilaksanakan selama
enam bulan pertama sedangkan enam bulan selanjutnya
dilakukan proses monitoring program.
b) Standar Sosialisasi Program
Standar sosialisasi yang dimaksud oleh peneliti adalah
strategi pengenalan program Community Action Plan
terhadap masyarakat Kampung Akuarium. Pada proses
sosialisasi menggunakan metode sosialisasi secara langsung
dengan seluruh masyarakat Kampung Akuarium sebagai
partisipan yang kemudian dibuatkan tim kerja beranggotakan
10 orang sebagai narasumber dan alat yang digunakan dalam
proses sosialisasi program ini adalah FGD.
Pembagian kelompok tersebut terdiri dari satu sampai
dua orang fasilitator yang bertugas untuk membantu para
99

narasumber dalam mempresentasikan rumusan kebutuhan


dan solusinya baik itu dari aspek sosial, aspek ekonomi,
maupun aspek lingkungan kepada partisipan diskusi yaitu
masyarakat Kampung Akuarium. Hasil dari FGD akan
menjadi sub program yang kemudian dibahas oleh
pemerintah terkait pelaksanannya.
Berdasarkan informasi yang telah diterima baik itu
dari Dinas PRKP Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas PRKP
Jakarta Utara, dan Tim Koordinator CAP di Kampung
Akuarium telah sesuai karena menunjukan hasil yang sama
dengan Dokumen Petunjuk Pelaksanaan Program
Community Action Plan yaitu pada proses sosialisasi ini
memang membutuhkan kerjasama atau kolaborasi antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan warga di lokasi
sasaran Penataan Kampung. Kolaborasi dimulai sejak
kegiatan awal (identifikasi), perencanaan sampai
pemeliharaan hasil Penataan Kampung.
2. Kebijakan Lembaga
Berdasarkan yang telah peneliti jelaskan pada bab dua
kebijakan adalah sebuah keputusan yang dapat mengatur
pengelolaan dan penyebaran sumber daya alam, keuangan dan
manusia demi kepentingan yang menyangkut masyarakat
(Suharto 2013, 3).
a) Klien atau penerima manfaat program
Pada bagian latar belakang masalah, peneliti telah
menjelaskan mengenai penerima manfaat dari program
Community Action Plan ini adalah seluruh masyarakat
100

perkampungan kumuh di DKI Jakarta yang memiliki kontrak


politik dengan Gubernur Anies Baswedan. Namun peneliti
mengerucutkan lagi menjadi hanya satu kampung yaitu
Kampung Akuarium Jakarta Utara.
Kriteria penerima manfaat yang tertera pada Petunjuk
Pelaksanaan program Community Action Plan merujuk pada
11 kriteria perkampungan kumuh yang dilakukan oleh BPS.
Sedangkan menurut informasi wawancara yang peneliti
dapatkan dari Dinas PRKP Provinsi DKI Jakarta terkait
kriteria penerima manfaat program hanyalah kampung-
kampung yang memiliki kontrak politik dengan Bapak
Gubernur Anies Baswedan tanpa batasan usia. Itu
menunjukan kriteria tersebut telah sesuai dengan Kampung
Akuarium karena Kampung Akuarium merupakan salah satu
kampung yang mendapatkan predikat perkampungan kumuh
dari BPS serta kampung yang memiliki kontrak politik
dengan Bapak Gubernur Anies Baswedan.
Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari
ketua RT 012 bahwa semua masyarakat Kampung Akuarium
merasakan manfaat dari program Community Action Plan
karena kriteria penerima bantuan program yang ditetapkan
oleh ketua RT setempat hanyalah masyarakat yang memiliki
identitas (KTP) Kampung Akuarium yang berarti tidak ada
pengecualian jika seseorang memiliki KTP Kampung
Akuarium.
101

b) Sumber Daya Manusia


Untuk sumber daya manusia yang bekerja pada
program Community Action Plan dapat dikatakan telah
sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Program Community
Action Plan karena berdasarkan petunjuk tersebut
pelaksanaan program membutuhkan sumber daya manusia
dengan latar belakang yang berbeda sehingga akan
menciptakan sistem kolaborasi yang baik antara masyarakat
dengan pemerintah maupun antar instansi pemerintah.
Namun berdasarkan pengakuan masyarakat terdapat kendala
pada pihak konsultan yang mana pihak konsultan hanya
datang beberapa kali ke lokasi Kampung Akuarium tetapi
berdasarkan pengakuan pihak konsultan, mereka memang
hanya akan datang beberapa kali ke lokasi tersebut
dikarenakan SOP mereka seperti itu.
Jika dilihat pada bab sebelumnya terkait kualifikasi
sumber daya manusia dapat dikatakan relevan karena telah
melibatkan berbagai latar belakang berbeda baik itu dari
instansi pemerintah maupun masyarakat tetapi terjadi
permasalahan miss komunikasi antara konsultan dengan
masyarakat. Masyarakat berharap pihak konsultan dapat
menambah waktu kunjungan ke lokasi Kampung Akuarium
sehingga dapat mengetahui secara langsung gambaran di
lapangan bukan hanya masyarakat yang datang ke kantor
konsultan untuk memberikan laporan.
102

3. Tujuan proses
Seperti yang telah peneliti jelaskan pada bab dua
mengenai tujuan proses dengan melihat keberlangsungan
perencanaan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada latar belakang telah dijelaskan tujuan dari program
Community Action Plan adalah meningkatkan kualitas
lingkungan yang kemudian peneliti mengkhususkan kepada
Kampung Akuarium Jakarta Utara, untuk mendukung
mendukung aspek fisik lingkungan tersebut Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman menggunakan metode
pastisipatif masyarakat dengan pendekatan bottom-up yang
melibatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dari
masyarakat itu sendiri.
Pada bab sebelumnya peneliti telah menjabarkan bahwa
program Community Action Plan memiliki tujuan berjangka
yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Melihat aspek tujuan
berjangka program, berdasarkan observasi peneliti melihat
bahwa beberapa telah selesai namun tujuan jangka panjang dari
program ini belum menghasilkan sesuatu karena masih dalam
tahap pendesainan dan kesepakatan dengan masyarakat
Kampung Akuarium sehingga terkait tujuan dari program belum
dapat dikatakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program.
Namun terkait kegiatan monitoring setelah program
selesai dijalankan untuk memastikan kesesuaian proses dapat
dikatakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program, yang
mana berdasarkan penjelasan dari narasumber juga menjelaskan
bahwa petugas dari dinas sering datang untuk mengontrol
103

apakah programnya berjalan atau tidak dan juga saat kegiatan


tersebut dilakukan oleh dinas terkait. Pada saat observasi
peneliti melihat petugas pemerintahan mengenakan pakaian dan
kendaraan dinas yang terdiri dari beberapa orang untuk
melakukan monitoring atau pengontrolan secara berkala agar
program yang telah selesai dapat terus berjalan hingga akhirnya
dapat ditinggal secara mandiri.
4. Kepuasan klien
Kepuasan klien berarti tanggapan baik itu positif ataupun
negative tergantung pada kesesuaian dari harapan penerima
manfaat. Menurut Parasuraman dalam Jurnal Mirai
Management dari (Hasnih, Gunawan, dan Hasmin 2016, 432)
terdapat lima dimensi pada indikator kepuasan klien yaitu
ketanggapan (responsiveness), bukti fisik (tangible), jaminan
(assurance), kehandalan (reliability), dan empati (emphaty).
Peneliti telah menjelaskan di bab 2 bahwa hanya menggunakan
3 dimensi dalam pengukuran yaitu responsiveness, tangibles,
dan emphaty.
a) Ketanggapan / responsiveness
Ketanggapan dapat dikatakan sebagai kemampuan
petugas dalam membantu klien atau penerima manfaat
secara cepat, tepat dan jelas. Pada bab sebelumnya beberapa
informan berpendapat mengenai kecepatan petugas dalam
memberikan pelayanan atau bantuan kepada masyarakat di
Kampung Akuarium. Berdasarkan pengakuan Ibu Yani
terkait Ketanggapan dari petugas program Community Action
Plan di Kampung Akuarium dapat dikatakan cepat tanggap
104

tetapi berdasarkan pengakuan informan untuk kecepatan


petugas dalam memberikan bantuan masih harus terus
didampingi oleh tim coordinator wilayah program
Communtiy Action plan di Kampung Akuarium agar
prosesnya cepat dilaksanakan.
Pendapat lain disampaikan oleh Bapak Rohman terkait
ketanggapan dari petugas program di Kampung Akuarium
yang mengatakan bahwa beliau cukup puas dengan
ketanggapan dari petugas namun yang menjadi permasalahan
yaitu pada proses alur pengajuan yang cukup memakan
waktu karena setiap pengajuan program harus dimasukan ke
dalam dokumen RAB.
b) Bukti fisik / Tangible
Sesuai dengan yang telah peneliti jelaskan mengenai
bukti fisik pada bab 2 yaitu upaya sebuah organisasi atau
lembaga dalam menunjukan keberhasilannya melalui
pembuktian pembangunan sarana dan prasarana kepada
pihak eksternal. Berdasarkan pengakuan masyarakat terkait
fasilitas umum yang dihasilkan dari program sampai saat ini
dapat dikatakan cukup memuaskan karena fasilitas-fasilitas
umum yang telah dihasilkan sudah mencakup untuk seluruh
masyarakat Kampung Akuarium seperti:
Pertama, shelter atau hunian sementara. Meskipun
dengan material yang dapat dikatakan kurang layak karena
hanya berdinding kayu triplek namun masyarakat bersyukur
karena paling tidak mereka tidak kepanasan dan kehujanan.
Meskipun dari pengakuan masyarakat dikatakan cukup puas
105

namun masyarakat akan terus mendesak pemerintah untuk


salah satu bukti fisik yang penting yaitu mempercepat
pembangunan hunian permanen kembali karena berdasarkan
pengakuan beberapa informan mengatakan bahwa
masyarakat membutuhkan hunian yang benar-benar layak
yang berbahan tembok bukan seperti kayu yang disusun
menyerupai rumah.
Kedua, kamar mandi komunal. Meskipun digunakan
secara beramai-ramai yang kebersihannya dapat dikatakan
cukup bersih namun tetap banyak sampah plastik bekas
sabun cuci yang berserakan karena menurut pengakuan
masyarakat bahwa kebersihan orang berbeda-beda jadi akan
percuma kalau hanya satu sampai dua orang yang menjaga
kebersihan kamar mandi komunal tersebut sehingga
masyarakat lebih menginginkan untuk memiliki kamar
mandi sendiri agar kebersihannya dapat dijaga sendiri.
Namun untuk sementara waktu masyarakat tidak
mempermasalahkan hal tersebut selagi masih bisa
membersihkan diri.
c) Empati / Emphaty
Sesuai penjelasan terkait empati pada bab dua yaitu
upaya sebuah organisasi atau lembaga dalam memahami
segala keinginan pelanggan atau penerima manfaat secara
tulus dan bersifat individual.
Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
beberapa informan menunjukan hasil yang sama bahwa
mereka merasakan kepedulian yang diberikan oleh petugas.
106

Terlihat dari program ditujukan agar masyarakat


mendapatkan penghidupan yang layak sebagai warga DKI
Jakarta karena berdasarkan latar belakang yang telah peneliti
tuliskan bahwa Gubernur Anies Baswedan membuat
program ini dimaksudkan untuk memanusiakan manusia
dengan cara memberikan hak mendapatkan penghidupan
yang layak.
107

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyaknya kasus penggusuran terhadap perkampungan
kumuh yang terjadi di Indonesia khususnya di DKI Jakarta yang
mengemban tugas sebagai Ibukota sering kali membuat
permasalahan penurunan kesejahteraan masyarakat yang
disebabkan oleh penurunan kualitas lingkungan mengandung nilai
historis, sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Melihat keadaan
itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Gubernur Anies
Baswedan membuat program Community Action Plan.
Program Community Action Plan adalah salah satu metode
perencanaan partisipatif masyarakat yang menempatkan partisipasi
masyarakat sebagai tujuan pembangunan dan bukan hanya sebagai
salah satu pendekatan pembangunan. Program ini memiliki tiga
aspek utama dalam pembangunan yaitu aspek sosial, aspek
ekonomi, dan aspek lingkungan. Namun untuk memfokuskan
penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada evaluasi proses aspek
lingkungan di Kampung Akuarium. Evaluasi proses yang peneliti
gunakan adalah evaluasi proses yang dikemukakan oleh Pietrzak,
Ramler, Renner, Ford dan Gillbert.
Kampung Akuarium berlokasi di Kelurahan Penjaringan,
Jakarta Utara yang sekaligus menjadi salah satu kampung yang
menjadi prioritas sasaran program karena perkampungan ini
memiliki nilai historis yang panjang. Sebagai kampung prioritas,
maka Kampung Akuarium perlu mendapatkan perlakuan khusus
terlebih lagi kampung ini sudah tergusur dan ingin dimunculkan
108

kembali suasanya perkampungannya sehingga peneliti melakukan


sebuah evaluasi proses terhadap keberlangsungan proses
pelaksanaan program Community Action Plan dalam membantu
masyarakat untuk melihat segala kekurangan yang harus diperbaiki
pada proses pelaksanaan program ini.
Hasil pada evaluasi proses ini menunjukan kolaborasi antara
pemerintah dan masyarakat di Kampung Akuarium dinilai telah
berjalan cukup baik untuk melaksanakan program ke arah yang
lebih besar lagi yaitu realisasi tujuan jangka panjang program
berupa pembangunan hunian permanen. Hanya saja sedikit
perbedaan pendapat sering kali terjadi pada saat perumusan
program antara masyarakat dan pemerintah. Maka dari itu
diperlukannya diskusi FGD antara pemerintah dan masyarakat.
Selanjutnya fasilitas umum yang menjadi tujuan berjangka
dari program Community Action Plan telah direalisasikan di
Kampung Akuarium adalah sebanyak 9 dari 12. Tujuan dari
program Community Action Plan yang telah tercapai yang sesuai
dengan SK Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Nomor 781 tahun 2018 adalah air bersih, jalan
lingkungan, ruang terbuka hijau, taman bermain anak, pengelolaan
sampah, hydran kebakaran, penerangan jalan umum, fasilitas
kegiatan ekonomi, dan fasilitas kegiatan sosial. Sedangkan untuk
tujuan yang belum tercapai adalah pembangunan hunian permanen,
drainase dan teknologi ramah lingkungan.
109

B. Saran
Berdasarkan bahasan dan kesimpulan dari penelitian yang
telah peneliti lakukan mengenai “Program Community Action Plan
di Kampung Akuarium Jakarta Utara, sehingga peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Saran untuk program Community Action Plan di Kampung
Akuarium yaitu harus mempertahankan tujuan yang telah
diwujudkan dan mewujudkan semua tujuan yang menjadi aspek
lingkungan sehingga semua yang menjadi tujuan dalam
program dapat dengan fokus diselesaikan tepat pada waktunya.
2. Saran untuk pemerintah yaitu harus lebih bijak lagi dalam
melakukan penggusuran, sebelum penggusuran sebaiknya
pemerintah menyiapkan aspek-aspek pendukung
keberlangsungan kehidupan seperti tempat relokasi yang harus
lebih baik daripada lokasi sebelumnya dengan memenuhi aspek
fasilitas kegiatan sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan
jangan sampai masyarakat yang menjadi korban gusuran
mengalami kesenjangan kesejahteraan setelah direlokasi.
3. Saran untuk pembaca yaitu dikarenakan adanya sedikit
keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti berharap agar
penelitian lain yang berfokus pada program sejenis dapat
meneliti dengan ruang lingkup yang lebih luas dan lebih
mendalam mengenai program sejenis yang sedang diteliti
dengan mendapatkan informan yang lebih banyak lagi serta
menggunakan rancangan penelitian yang lebih detail sehingga
hasil yang tercipta dapat lebih maksimal.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal
Lampiran 2
Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 3
Surat izin penelitian untuk Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta
Lampiran 4
Surat izin penelitian untuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Jakarta Utara
Lampiran 5
Surat izin penelitian dari Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta
Lampiran 6
Surat izin penelian dari PTSP
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI DKI
JAKARTA

Data Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Masa Jabatan :
Alamat :
Telp. Rumah/HP :
Waktu pelaksanaan :

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
2. Apakah pelaksanaan program Community Action Plan di
Kampung Akuarium sudah sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ditentukan?
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang dibutuhkan
sebagai penunjang keberhasilan program Community
Action Plan?
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk
pelaksanaan program?
Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan?
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program yang
telah dicapai?
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat terkait
layanan program yang diberikan?
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK TIM KOORDINATOR PROGRAM

Data Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Masa Jabatan :
Alamat :
Telp. Rumah/HP :
Waktu pelaksanaan :

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
2. Apakah pelaksanaan program Community Action Plan di
Kampung Akuarium sudah sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ditentukan?
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang dibutuhkan
sebagai penunjang keberhasilan program Community
Action Plan?
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk
pelaksanaan program?
Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan?
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program yang
telah dicapai?
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat terkait
layanan program yang diberikan?

Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
2. Bagaimanakah tanggapan anda mengenai hasil dari
program yang diberikan betugas?
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas terhadap
Anda?
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK MASYARAKAT

Data Informan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Masa Jabatan :
Alamat :
Telp. Rumah/HP :
Waktu pelaksanaan :

Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
2. Bagaimanakah tanggapan anda mengenai hasil dari
program yang diberikan betugas?
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas terhadap
Anda?
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI DKI
JAKARTA

Data Informan
Nama : Ilman Bastian
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Seksi Perencanaan Kawasan
Permukiman Bidang Perencanaan Teknis
Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman Provinsi DKI Jakarta.
Masa Jabatan :-
Alamat : Jl. Taman Jatibaru No.1 RT.13/RW.1,
Cideng, Kecamatan Tanah Abang, Kota
Jakarta Pusat, DKI Jakarta 10150
Telp. Rumah/HP : (021) 34833788
Waktu pelaksanaan : 27 Juli 2019

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Menurut saya sarana dan prasarana di Kampung
Akuarium sudah sesuai petunjuk pelaksanaan CAP yang
mana memiliki tujuan pencapaian jangka pendek dan
jangka panjang sedangkan untuk di Kampung Akuarium
saya rasa untuk realiasi tujuan jangka pendeknya sudah
tercapai semua seperti penghijauan, penerangan,
pembuatan hunian sementara atau shelter, MCK dan
sebagainya. Tujuan jangka panjangnya pun sedang
paham pendesainan rusun yang akan dibangun di daerah
tersebut.
2. Apakah pelaksanaan program Community Action
Plan di Kampung Akuarium sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditentukan?
Tanggapan:
Kami tidak memiliki SOP pelaksanaan program secara
rinci, tetapi pada pelaksaan CAP ini mengacu pada
Pergub no.90 Tahun 2018 yang mana pembagian tugas
dilakukan oleh berbagai instansi terkait berdasarkan time
table atau jadwal waktu pelaksanaan. Sebelum adanya
time table, setiap instansi diwajibkan membuat rincian
anggaran terlebih dahulu untuk diajukan ke pihak
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta satu tahun
sebelumnya agar anggaran dapat dimasukan ke dalam
dokumen penganggaran.
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Dalam hal ini sebenarnya wilayah yang menjalankan
program CAP adalah kampung yang sudah memiliki
kontrak politik dengan Pemprov DKI Jakarta yaitu
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, contohnya
adalah Kampung Akuarium. Wilayah ini sebelumnya
sudah mendapatkan pengetahuan tentang CAP dari
lembaga LSM non-provit yang membuat kami menjadi
tidak sulit untuk melakukan sosialisasi mengenai
program ini di kampung tersebut.

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang
dibutuhkan sebagai penunjang keberhasilan program
Community Action Plan?
Tanggapan:
Kalau untuk sistem perekrutan petugas program CAP itu
kita mengacu pada Pergub no.90 Tahun 2018 itu juga.
Karena program ini tidak hanya dari Dinas PRKP
melainkan melibatkan instansi, LSM, dan berbagai
kelompok masyarakat yang memiliki perannya masing-
masing. Jadi untuk perektrutan petugas program itu
tergantung dari instansi, LSM dan kelompok masyarakat
itu sendiri dalam menentukan kriterianya masing-
masing.
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Berdasarkan SK Pergub no.878 yang memiliki konsep
kolaborasi antar instansi, jadi untuk pemberian
layanannya itu sesuai dengan intervensi instansi-instansi
terkait pada dokumen anggaran dan programnya apakah
benar-benar dibutuhkan atau tidak. Misalnya seperti
dinas PJU kan salah satu programnya itu penerangan
jalan nah nanti dilihat apakah kampung akuarium benar-
benar membutuhkan penerangan atau tidak, jika
dibutuhkan maka akan dilihat dokumen anggarannya
apakah mencukupi atau tidak, kalau kita kan dinas
perumahan jadi program kita ya pembangunan kembali
perumahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
Kampung Akuarium tetapi sebelumnya kita juga harus
melihat dokumen anggaran yang tersedia agar program
yang sudah dijalankan bisa benar-benar selesai.
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan
untuk pelaksanaan program?
Tanggapan:
Untuk anggaran Kampung Akuarium sepertinya tidak ada
anggaran khusus soalnya penganggaran dana program
dilakukan dalam lingkup satu kelurahan, dalam hal ini
kan Kampung Akuarium masuk ke dalam kelurahan
Penjaringan Jakarta Utara dan dana yang tersedia itu
untuk tepatnya saya kurang tau berapa karena itu di luar
tanggung jawab dinas PRKP provinsi.

Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
Tanggapan:
Secara keseluruhan belum bisa dikatakan tercapai karena
kan dalam program ini terdapat tujuan jangka panjang
dan jangka pendek, kalau tujuan jangka pendeknya sudah
semua tercapai namun untuk tujuan jangka panjangnya
belum karena masih dalam proses desain perumahan
yang akan dibangun.
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan?
Tanggapan:
Salah satu penghambatnya adalah legalitas tanah dan
keinginan warga, karena wilayah Kampung Akuarium itu
kan masuk ke dalam kawasan cagar budaya. Kita nggak
bisa mendirikan bangunan disembarang tempat tanpa izin
sedangkan di Kampung Akuarium masuk ke dalam
kawasan tersebut. Maka dari itu, kawasan Kampung
Akuarium terkendala surat izin menggunakan bangunan
dan yang kedua adalah keinginan warga disana, yang
mana warga disana menginginkan diakui hak miliknya
sedangkan biasanya Pemprov itu membangun properti
untuk disewakan bukan untuk dimiliki perorangan hal
tersebut bukan berarti pemerintah tidak mau memberikan
rumah milik tetapi ada prosedurnya setiap asset yang
dibangun oleh pemda itu harus sewa karena itu diatas
tanah asset kecuali bangunan yang dibangun oleh pemda
itu di atas tanah warga atau tanah di luar kepemilikan
pemerintah nanti bisa di konsolidasikan dengan
mudahnya akan menjadi milik warga.
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program
yang telah dicapai?
Tanggapan:
Sebenarnya sudah ada mekanisme monitoring dan
evaluasi tapi namun belum terlalu terkoordinir.
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat
terkait layanan program yang diberikan?
Tanggapan:
Kalau keluhan pasti ada tapi yang paling sering
dikeluhkan warga adalah warga meminta agar
pembangunan rumah tinggal tetap dapat segera
dilaksanakan tetapi tidak bisa semudah itu kami
realisasikan karena semua ada prosesnya dan saat ini
proses itu masih dalam tahap desain.
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK SUKU DINAS PERUMAHAN
RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN JAKARTA
UTARA

Data Informan
Nama : Ir. Chairul Lantip, MSE
Usia : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Kelaka Suku Dinas Perumahan Rakyat
dan Kawasan Permukiman Jakarta Utara.
Masa Jabatan :-
Alamat : Jl. Laksda Yos Sudarso No. 27, Kebon
Bawang, Tanjung Priok, Kota Jakarta
Utara, DKI Jakarta.
Telp. Rumah/HP : (021) 4357502
Waktu pelaksanaan : 22 Juli 2019

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Pembangunan Sarana dan Prasarana di Kampung
Akuarium dalam jangka pendek telah terlaksana, seperti ;
hunian sementara (temporary shelter), MCK, musholla,
dapur umum, penghijauan dan penerangan jalan.
Sedangkan rencana pembangunan hunian permanen /
rumah lapis di Kampung Akuarium masih dalam tahap
proses pembuatan DED (Detail Engineering Design).
2. Apakah pelaksanaan program Community Action
Plan di Kampung Akuarium sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditentukan?
Tanggapan:
Pelaksanaan program CAP di Kp. Akuarium sudah sesuai
SOP untuk jangka pendek tabel terlampir.
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Program CAP dimulai dari Sosialisasi Pendahuluan mulai
dari tingkat Kelurahan, dan dilanjutkan dengan rembug
serta FGD di tingkat RW serta RT. Untuk Kampung
Akuarium sendiri, dilaksanakan beberapa kali
rembug/pertemuan antara team konsultan, perwakilan
Sudin PRKP JU dan warga Kampung Akuarium di lokasi
Kampung Akuarium.

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang
dibutuhkan sebagai penunjang keberhasilan program
Community Action Plan?
Tanggapan:
Pelaksana kegiatan Penyusunan CAP Peningkatan
Kualitas Kawasan Permukiman di Kelurahan Penjaringan
(dimana Kampung Akuarium termasuk di dalamnya),
adalah Team Konsultan, sistem perekrutran tenaga ahli
yang dibutuhkan merupakan proses yang mekanismenya
dilaksanakan oleh Manajemen Konsultan.
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Proses penyusunan CAP di Kampung Akuarium
dilakukan oleh Team Konsultan dengan melibatkan
Warga Kampung Akuarium secara aktif melalui rembug /
FGD, baik secara perorangan maupun secara kelompok.
Hasil rembug kemudian dibahas di tingkat Kota
Administrasi bersama Sudin PRKP JU dengan
melibatkan UKPD terkait. Hasil pembahasan tersebut
kemudian kembali disampaikan oleh Team Konsultan
kepada Warga Kampung Akuarium untuk pada akhirnya
di finalisasi dengan Berita Acara Kesepakatan.
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan
untuk pelaksanaan program?
Tanggapan:
Walaupun Kampung Akuarium merupakan salah satu
kampung prioritas, namun Tidak ada anggaran khusus
melainkan anggaran yang dikeluarkan yaitu untuk 1
kelurahan penjaringan. Anggaran Kegiatan Penyusunan
Community Action Plan Peningkatan Kualitas Kawasan
Permukiman di Kel. Penjaringan Kec. Penjaringan Tahun
Anggaran 2018 adalah Rp. 1,052,242,290,-. Ruang
lingkup kegiatan meliputi 12 RW di Kelurahan
Penjaringan, dimana Kampung Akuarium termasuk di
dalam ruang lingkup pembahasan RW 04.

Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
Tanggapan:
Secara keseluruhan belum, karena untuk tujuan jangka
panjang program CAP di Kampung Akuarium masih
dalam proses. Namun untuk tujuan jangka pendeknya
saya rasa sudah seperti penghijauan, penerangan, huntara
atau shelter, dan PDAM.
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan?
Tanggapan:
Faktor Pendukung :
• Perhatian Gubernur Provinsi DKI Jakarta kepada
Kampung Akuarium, salah satunya dengan menerbitkan
SK Gub. Prov. DKI Jakarta No. 878/Tahun 2018 tentang
Gugus Tugas Pelaksanaan Penataan Kampung dan
Masyarakat.
• Koordinasi dan sinergi yang terjalin dengan baik antara
SKPD, Unsur Aparat Kewilayahan, Team Konsultan dan
Warga Kampung Akuarium.
Kendala :
Lokasi Kampung Akuarium berada di Kawasan Cagar
Budaya, sehingga membutuhkan koordinasi lebih lanjut
dari seluruh pihak/stakeholder yang terkait agar
pelaksanaan program CAP tetap berada sesuai dengan
aturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program
yang telah dicapai?
Tanggapan:
Melalui monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap
program hasil CAP yang telah dirumuskan secara
bersama dan menjaga keterkaitan program antar SKPD
agar selaras dengan tujuan hasil CAP
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat
terkait layanan program yang diberikan?
Tanggapan:
Masyarakat Kampung Akuarium mengharapkan agar
proses pembangunan Rumah Lapis secara permanen
dapat segera dilaksanakan.
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK TIM KOORDINATOR PROGRAM

Data Informan
Nama : Dharma Diani
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ketua Koordinator CAP Wilayah
Kampung Akuarium / Ibu Rumah Tangga
Masa Jabatan :-
Alamat : Kampung Akuarium blok A no.9 RT 12
RW 04
Telp. Rumah/HP :081293955511
Waktu pelaksanaan : 9 Juli 2019

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Sarana dan prasarana di kampung akuarium sangat baik
bahkan jauh lebih baik saat sebelum digusur. Masyarakat
juga sangat terpenuhi kebutuhannya. Apapun yang
diminta oleh masyarakat perlahan-lahan dapat dipenuhi
oleh Pemprov DKI Jakarta seperti pembangunan shelter,
penghijauan, penerangan, kebersihan, saluran pipa air
bersih. Namun ada satu program yang masih ditunggu
oleh masyarakat KampungAkuarium adalah
pembangunan kembali.
2. Apakah pelaksanaan program Community Action
Plan di Kampung Akuarium sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditentukan?
Tanggapan:
Kalo untuk SOP seperti itu yang memegangnya dinas,
kami hanya diberitahukan melalui sosialiasi program
pada saat pertama kali program tersebut diberikan untuk
kampung akuarium. Jadi kami tidak mengetahui SOP
yang lebih jelasnya seperti apa.
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Dalam pengenalan program Community Action Plan
masyarakat diberikan simulasi terlebih dahulu mengenai
program dari hal yang gampang dipahami oleh
masyarakat, kami juga memberikan simulasi dengan cara
yang memasyarakatkan contohnya dari pintu ke pintu
yang dimana team kerja kami yang menghimbau
masyarakat agar mengerti tentang program tersebut.

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang
dibutuhkan sebagai penunjang keberhasilan program
Community Action Plan?
Tanggapan:
Dalam perekrutan petugas itu saya memilih warga yang
dapat berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat
tentunya yaitu warga kampung akuariumnya. Perekrutan
ini tidak hanya untuk ibu-ibu atau bapak-bapak dilibatkan
juga remaja sehingga saat penyampaian kaum remaja
juga ikut serta dalam program.
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Cara memberi proses layanan kepada masyarakat yaitu
pertama tama kami membutuhkan sebuah organisasi yang
bernama JRMK (Jaringan Rakyat Miskin Kota) yang
kemudian diberikan ke kelurahan lalu setelah ke
kelurahan kami berikan ke kecamatan setelah itu
diserahkan ke dinas yang kami tuju.
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan
untuk pelaksanaan program?
Tanggapan:
Membahas tentang anggaran kami tidak diberitahu oleh
dinas yang diberikan kepada kami hanya sebuah program
yang akan dijalankan.
Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
Tanggapan:
Saat ini belum tercapai karena pembangunan
perkampungan kembalinya kan belum terpenuhi. Tapi
jika yang ditanyakan tentang tujuan jangka pendek, saya
kira sudah tercapai seperti adanya shelter, PDAM,
jaringan listrik, penghijauan, pengadaan bak sampah,
MCK, dan yang terpenting adalah kembalinya identitas
kami yang sebelumnya dibekukan oleh pemerintah.
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan?
Tanggapan:
Faktor pendukung dan penghambat pasti ada disebuah
penjalan program. Dalam faktor pendukung, masyarakat
sangat mendukung program ini karena program ini sangat
membantu masyarakat yaitu memiliki hunian permanen
dan saat ini faktor penghambat program ini yaitu
konsultan karena pihak konsultan selama kegiatan 6
bulan kegiatan CAP, mereka hanya datang 1 kali.
Sehingga ketika masyarakat memiliki usulan tentang
penataan kampungnya sendiri, konsultan pun memiliki
konsepnya sendiri. Yang pada akhirnya terjadi penolakan
desain oleh masyarakat sehingga lambat laun pihak
konsultan mau bekerja sama dengan tim kerja di
Kampung Akuarium.
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program
yang telah dicapai?
Tanggapan:
Menurut saya, mempertahankan tujuan program ini sudah
menjadi tanggung jawab masyarakat karena jika
masyarakat tidak menjaga kampung akuarium akan
dinilai jelek dan itukan akan berpengaruh terhadap kami.
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat
terkait layanan program yang diberikan?
Tanggapan:
Keluhan masyarakat saat ini adalah mereka menantikan
sebuah hunian yang permanen bukan hanya mereka
sayapun juga ingin hunian permanen. Sejauh ini tidak ada
lagi keluhan masyarakat selain itu.

Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
Tanggapan:
Menurut saya ya petugasnya cukup cepat tanggap dalam
melihat kebutuhan disini karena kan saya akan terus
mendesak petugas apabila permohonan yang kami
inginkan lambat untuk dilaksanakan.
2. Bagaimana sikap petugas kepada Anda?
Tanggapan:
Petugas program di kampung akuarium sangat sopan
selain itu petugas juga dapat memahami apa yang
masyarakat inginkan sehingga komunikasi antar petugas
dan masyarakat terjalin dengan baik.
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas
terhadap Anda?
Tanggapan:
Tergantung, jika petugas yang sering berada di kampung
akuarium mereka terbuka pada kami dikarenakan sudah
sering ke kampung akuarium dibanding yang hanya satu
atau dua kali ke kampung akuarium.
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK TIM KOORDINATOR PROGRAM

Data Informan
Nama : Rohman Muslim
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tim kerja program / Freelance
Masa Jabatan :-
Alamat : Kampung Akuarium blok B no.9 RT 12
RW 04
Telp. Rumah/HP :087887182440
Waktu pelaksanaan : 27 Juli 2019

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Jika dibandingkan dengan setelah kejadian penggusuran
pada 2016 lalu, keadaan saat ini sudah jauh lebih baik.
Apapun yang diminta oleh masyarakat perlahan-lahan
dapat dipenuhi oleh Pemprov DKI Jakarta seperti
pembangunan shelter, penghijauan, penerangan,
kebersihan, saluran pipa air bersih. Namun ada satu
program yang masih ditunggu oleh masyarakat Kampung
Akuarium adalah pembangunan kembali.
2. Apakah pelaksanaan program Community Action
Plan di Kampung Akuarium sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditentukan?
Tanggapan:
Untuk SOP seperti itu kita tidak diberi tahu karena kan
memang di luar tanggung jawab kita sebagai masyarakat.
Yang penting tujuan yang kita rencanakan itu tercapai
yaitu pembangunan hunian permanen.
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Melihat keadaan kampung dengan masyarakat yang
sudah seperti keluarga satu sama lain, car acara yang
digunakan adalah dengan melalui door to door yaitu
memberitahukan secara personal dengan mendatangi
setiap pintu di shelter atau huntara (hunian semementara)
dan juga dengan musyawarah yang dilakukan pada
forum-forum seperti pengajian, majelis ta’lim dan
sebagainya yang mencakup seluruh masyarakat.

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang
dibutuhkan sebagai penunjang keberhasilan program
Community Action Plan?
Tanggapan:
Kalau untuk sistem seperti itu, kami tidak diberitahukan
apakah ada kriteria khusus atau tidak tetapi untuk tim
kerja di Kampung Akuarium, yang penting itu memiliki
keinginan yang kuat untuk memperbaiki keadaan
kampung menjadi lebih baik lagi.
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Caranya yaitu dengan membuat surat pernyataan bahwa
kita membutuhkan sesuatu di organisasi JRMK (Jaringan
Rakyat Miskin Kota) yang kemudian diberikan ke
keluraran lalu setelah dari kelurahan, diberikan ke
kecamatan lalu dari kecamatan nanti akan diserahkan ke
dinas terkait.
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan
untuk pelaksanaan program?
Tanggapan:
Untuk spesifik anggaran yang dikeluarkan, kami pun
tidak ada pemberitahuan dari pemerintah, soalnya jika
berbicara tentang uang semua orang menjadi sensitif.
Yang kami tau jika kami membutuhkan sesuatu yaa
tinggal membuat surat permohonan dari JRMK lalu
diserahkan ke kelurahan lalu ke kecamatan seperti itu.
Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
Tanggapan:
Kalau menurut saya belum, soalnya pembangunan
perkampungan kembalinya kan belum terpenuhi. Tapi
jika yang ditanyakan tentang tujuan jangka pendek, saya
kira sudah tercapai seperti adanya shelter, PDAM,
jaringan listrik, penghijauan, pengadaan bak sampah,
MCK, dan yang terpenting adalah kembalinya identitas
kami yang sebelumnya dibekukan oleh pemerintah.
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan?
Tanggapan:
Sebenarnya masyarakat bisa menjadi faktor pendukung
karena kan program ini dibuat untuk mereka dan pada
akhirnya masyarakat memahami tentang pentingnya
program ini. Namun kalau menurut saya yang menjadi
faktor penghambat justru dari konsultan karena pihak
konsultan selama kegiatan 6 bulan kegiatan CAP, mereka
hanya datang 1 kali. Sehingga ketika masyarakat
memiliki usulan tentang penataan kampungnya sendiri,
konsultan pun memiliki konsepnya sendiri. Yang pada
akhirnya terjadi penolakan desain oleh masyarakat
sehingga lambat laun pihak konsultan mau bekerja sama
dengan tim kerja di Kampung Akuarium.
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program
yang telah dicapai?
Tanggapan:
Cara kami sebagai tim kerja dengan menghimbau kepada
masyarakat agar terus menjaga lingkungannya seperti
teguran agar tidak membuang sampah sembarangan,
melakukan kegiatan kerja bakti, ya seperti itu contohnya.
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat
terkait layanan program yang diberikan?
Tanggapan:
Sebenarnya yang sangat dibutuhkan masyarakat
Kampung Akuarium adalah pembangunan hunian
permanen. Jadi selama pembangunan hunian permanen
itu belum dilaksanakan, akan selalu ada keluhan yang
dikeluhkan masyarakat. Karena kan kita selalu menunggu
janji pembangunan hunian permanen yang dilaksanakan
disini.

Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
Tanggapan:
Kalo untuk sikap cepat tanggap, saya sebagai warga sini
ya cukup puas hanya saja alur pengajuannya itu yang
cukup memakan waktu tapi setelah surat dari JRMK itu
turun biasanya petugas langsung mengerjakan apa yang
masyarakat minta.
2. Bagaimana sikap petugas kepada Anda?
Tanggapan:
Petugasnya ramah-ramah dan mau berinteraksi dengan
masyarakat lokal. Karena yang dibutuhkan masyarakat
dari petugas adalah menjalin kerja sama antara pihak
pemerintah maupun masyarakat.
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas
terhadap Anda?
Tanggapan:
Yang saya rasakan ya mereka peduli kan ini programnya
mereka yang ditujukan kepada masyarakat. Peduli yang
saya maksud itu mereka sering menghubungi dan
mengundang kami selaku tim kerja mengenai progress
program sudah sampai mana ke dinas untuk pemaparan
tapi seharusnya mereka harus lebih sering melihat secara
langsung keadaan di lapangan itu seperti apa.
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK TIM KOORDINATOR PROGRAM

Data Informan
Nama : Musdalifah
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masa Jabatan :-
Alamat : Kampung Akuarium blok B6 no.9 RT 12
RW 04
Telp. Rumah/HP :082132236339
Waktu pelaksanaan : 9 Juli 2019

Evaluasi Proses
Standar Praktik Terbaik
1. Bagaimana tanggapan anda mengenai sarana dan
prasarana yang telah dilaksanakan terkait program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Menurut pendapat saya, sarana dan prasarana yang
dilaksanakan sudah sebagian memenuhi kebutuhan warga
kami dikarenakan sesudah digusur saya dan warga
lainnya tinggal ditenda dan tidak ada fasilitas yang baik
tapi sekarang kami bisa tinggal dirumah walaupun hunian
sementara akan tetapi sarana prasarananya sangat
memadai untuk kebutuhan kami.
2. Apakah pelaksanaan program Community Action
Plan di Kampung Akuarium sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditentukan?
Tanggapan:
Sepengetahuan saya, SOP ini tidak diberi tahu oleh ibu
yani selaku koordinator program. Sehingga saya dan
teman-teman tim kerja tidak mengetahuinya begitupun
juga dengan masyarakat
3. Bagaimana strategi pengenalan program Community
Action Plan kepada masyarakat perkampungan
khususnya masyarakat Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Saat diberi tahu adanya program CAP masyarakat malah
mengiranya nahkoda laut karena kan disini dekat dengan
laut tapi lama kelamaan masyarakat mengetahui apa itu
program Community Action Plan . Kami memberikan
stimulasi untuk masyarakat mengenai program dengan
dibuatkannya sebuah team yang masing-masing tersebut
memberikan arahan kepada masyarakat sehingga
masyarakat mengetahui apa itu program Community
Action Plan

Kebijakan Lembaga
1. Bagaimana sistem perekrutan petugas yang
dibutuhkan sebagai penunjang keberhasilan program
Community Action Plan?
Tanggapan:
Menurut saya, tidak ada kriteria khusus untuk mejadi tim
kerja di Kampung Akurium.
2. Bagaimana proses pemberian layanan program
Community Action Plan di Kampung Akuarium?
Tanggapan:
Pendapat saya, proses pemberian layanan program
Community Action Plan itu diberikan dengan bertahap
tapi saya kurang tau gimana alurnya karena biasanya bu
yani yang mengurus.
3. Berapakah besar anggaran yang harus dikeluarkan
untuk pelaksanaan program?
Tanggapan:
Mengenai besar anggaran saya tidak terlalu mengerti
jumlahnya berapa akan tetapi pemerintah sudah
memberikan yang terbaik untuk Kampung Akuarium.

Tujuan Proses
1. Apakah tujuan dari program Community Action Plan
telah sepenuhnya tercapai?
Tanggapan:
Menurut saya, tujuan dari program Community Action
Plan yang belum tercapai atau terlaksana itu hunian
pemanen atau dapat disebut dengan rumah permanen
dikarenakan sekarang kita menempati hunian sementara
sehingga warga ingin secepatnya memiliki hunian
permanen. Warga menginginkan pembangunan kembali
tetapi tidak berbentuk rumah susun dikarenakan
kurangnya sosialisasi antar warga
2. Apakah ada faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan?
Tanggapan:
Menurut saya, faktor pendukung dalam program ini
sangat banyak dikarenakan masyarakat sangat
menginginkan rumah mereka kembali sehingga jika ada
himbauan dari kami tim kerja masyarakat sangat antusias
dan mendukung jalannya program. Faktor penghambat
dalam terjalannya program sepertinya hampir tidak ada
dikarenakan masyarakat sangat mengingkan program ini
kembali mungkin ada hanya satu dua orang saja yang
tidak mengerti program ini.
3. Bagaimana cara mempertahankan tujuan program
yang telah dicapai?
Tanggapan:
Menurut saya, mempertahankan tujuan program itu
sangat mudah dilakukan di kampung akuarium
dikarenakan program ini untuk masyarakat sehingga jika
masyarakat merusaknya yang akan rugi juga masyarakat.
Sehingga untuk mempertahankannya sangat mudah.
4. Apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat
terkait layanan program yang diberikan?
Tanggapan:
Pendapat saya, keluhan masyarakat dalam program ini
tercapainya program yaitu tempat tinggal permanen
untuk masyarakat. Banyak warga yang ingin sekali
hunian mereka dijadikan hunian yang permanen dan itu
yang menjadi tujuan dari program ini.

Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
Tanggapan:
Cukup puas karena kan sebelum kita mengajukan
sesuatu itu kita musyawarah dulu sama warga sama
dinasnya juga trus respon dinasnya juga baik kok
mereka mau langsung menampung apa yang dibutuhin
sama warga sini tapi paling nunggu beberapa minggu
setelah pengajuan baru dilaksanain itu apa yang
diminta warga.
2. Bagaimana sikap petugas kepada Anda?
Tanggapan:
Mengenai petugas, petugas yang datang ke kampung
akuarium sopan dan berbaur dengan masyarakat.
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas
terhadap Anda?
Tanggapan:
Saat petugas datang untuk memeriksa program
kebetulan saya sedang tidak ada ditempat tapi menurut
rekan-rekan saya yang lainnya petugas di kampung
akuarium sangat peduli untuk mengubah
pembangunan di indonesia yang lebih baik.
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK MASYARAKAT

Data Informan
Nama : Rini Hernawati
Usia : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masa Jabatan :-
Alamat : Kampung Akuarium blok A no.35 RT 12
RW 04
Telp. Rumah/HP :-
Waktu pelaksanaan : 27 Juli 2019

Evaluasi Proses
Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
Tanggapan:
Saya sebagai masyarakat Kampung Akuarium yang
menerima bantuan seperti ini ya merasa cukup puas
dengan apa yang dikerjakan sama orang-orang dinas
yang suka datang ke sini tapi ngga langsung dikerjain
gitu biasanya nunggu sampe beberapa minggu baru deh
apa yang kita minta langsung dikerjain. Sebenernya ngga
lama sih tapi kalo kita ngga terus nagih ya bakal lama
kerjainnya nanti.
2. Bagaimana sikap petugas kepada Anda?
Tanggapan:
Petugasnya baik, mereka mau berinteraksi sama warga
sini, biasanya kan orang-orang dinas gitu tidak mau
berinteraksi dengan warga tapi kalo ini mah mau, warga
jadi kenal secara personal gitu.
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas
terhadap Anda?
Tanggapan:
Iya peduli, kalo ngga peduli mah kita ngga akan diberi
bantuan seperti ini, mulai dari kita tidak punya apa-apa
sampai seperti ini kan kita punya rumah ya meskipun
masih bersifat sementara tapi saya seneng ngga seperti
dulu yang tinggal di tenda gitu yang kalau panas ya kita
kepanasan, kalau hujan kita kehujanan. Intinya ya dengan
adanya program ini kita jadi merasa diperdulikan sama
pemerintah.
PEDOMAN WAWANCARA PROGRAM COMMUNITY
ACTION PLAN UNTUK MASYARAKAT

Data Informan
Nama : Asri Ayu
Usia : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masa Jabatan :-
Alamat : Kampung Akuarium blok A no.33 RT 12
RW 04
Telp. Rumah/HP :-
Waktu pelaksanaan : 27 Juli 2019

Evaluasi Proses
Kepuasan Klien
1 Apakah anda puas dengan sikap cepat tanggap yang
dimiliki petugas dalam memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat?
Tanggapan:
Kalua untuk petugas yang cepat tanggap atau tidak saya
rasa petugas dari dinas itu lumayan cepat tanggap, kalua
menurut saya yang membuat sedikit lama itu proses
pengajuannya soalnya harus nunggu beberapa minggu
gitu kan ya ada si yang sekitar satu minggu sudah
dikerjakan tapi rata-rata harus nunggu beberapa minggu.
Saya sebagai masyarakat kan hanya bisa mengusulkan
kepada tim kerja disini ya nanti mereka yang urus ke
dinas gitu.
2. Bagaimana sikap petugas kepada Anda?
Tanggapan:
Petugasnya ramah kalau menurut saya, kan kita juga lihat
mereka mau berinteraksi sama warga sini atau tidak dan
ternyata mereka mau, itu kan berarti mereka mau ikut
melihat secara langsung keadaan di lapangan seperti apa
bukan yang hanya memerintah, itu yang dibutuhkan sama
masyarakat sini petugasnya bisa melihat langsung
keadaan kita.
3. Apakah Anda merasakan kepedulian petugas
terhadap Anda?
Tanggapan:
Yang saya rasakan itu yaa bantuan yang diminta pasti
datang meskipun butuh waktu karena kana da prosesnya
juga, kalau mereka tidak peduli sama kami, saya rasa
kami tidak ada punya rumah seperti ini, kami bisa-bisa
hidup di jalanan padahal seharusnya kan ya seperti ini
kami dulu tinggal disini tidak ada masalah kok tapi
setelah penggusuran ini jadi bermasalah. Jadi saya senang
sama kepedulian petugasnya jadi masyarakat percaya
kalo pemerintah itu benar-benar memperhatikan kami.
Catatan Observasi Penelitian

Hari dan Tanggal : 15 Februari 2019


Waktu : Pukul 11.04 WIB
Tempat : Kampung Akuarium Jakarta Utara

Hasil observasi peneliti

Hari ini pertama kalinya peneliti melakukan observasi


setelah sebelumnya telah diizinkan oleh Dinas Perumahan Rakyat
dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta. Pada kali
pertama observasi ini, peneliti meminta izin kepada ketua RT
setempat sekaligus menceritakan mengenai latar belakang
dilaksanakannya program CAP di Kampung Akuarium.

Hari dan Tanggal : 1 Maret 2019


Waktu : Pukul 11.25 WIB
Tempat : Kampung Akuarium Jakarta Utara

Hasil observasi peneliti

Hari ini adalah kali kedua peneliti melakukan observasi


namun observasi yang dilakukan pada hari ini memiliki fokus
pada daftar penerima manfaat program yang sudah dilakukan
sebelumnya berdasarkan sensus kepemilikan identitas Kampung
Akuarium terdapat 300 jiwa karena seluruh masyarakat menerima
manfaatnya

.
Hari dan Tanggal : 7 Mei 2019
Waktu : Pukul 11.25 WIB
Tempat : Kampung Akuarium Jakarta Utara

Hasil observasi peneliti

Hari ini adalah kali kedua peneliti melakukan observasi


namun observasi yang dilakukan pada hari ini memiliki fokus
padaaspek lingkungan yang sudah tercapai yaitu dengan melihat
kondisi shelter di beberapa blok, taman bermain yang terletak di
samping musholla, kamar mandi komunal pada blok a dan b, dan
ruang terbuka hijau yang tersebar hampir diseluruh halaman
shelter.
Hari dan Tanggal : 9 Juli 2019
Waktu : Pukul 13.47 WIB
Tempat : Kampung Akuarium Jakarta Utara

Hasil observasi peneliti

Pada observasi peneliti hari ini, peneliti memfokuskan pada


ketercapaian aspek lingkungan sesuai dengan pentunjuk
pelaksanaan program yang pada kenyataannya masih terdapat
beberapa aspek lingkungan yang telah dilaksanakan justru
membuat permasalahan baru seperti pada pembuatan shelter yang
mengharuskan masyarakat untuk meninggalkan kampung dan
mengurangi pendapatan ekonomi mereka karena ketika mereka
dipindahkan ke rusun-rusun yang disediakan namun pemerintah
tidak menyediakan lapangan pekerjaan untuk mereka sehingga
sebagian masyarakat tetap untuk menjadi kuli angkut namun
dengan jarak tempuh antara rusun dan pelabuhan yang cukup
jauh sehingga penggunaan waktu dan biaya transportasi mereka
menjadi jauh lebih besar dibandingkan jika mereka tinggal di
Kampung Akuarium dan juga meskipun halaman shelter sudah
ditanami dengan tanaman namun tanaman yang ditanaman bukan
tanaman peneduh melainkan tanaman musiman.
Hari dan Tanggal : 27 Juli 2019
Waktu : Pukul 13.47 WIB
Tempat : Museum Fatahillah Jakarta

Hasil observasi peneliti

Pada observasi peneliti hari ini, peneliti memfokuskan pada


pencarian informasi mengenai sejarah dari Kampung Akuarium
karena berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan bahwa di
museum tersebut terdapat informasi mengenai sejarah Kampung
Akuarium.

Anda mungkin juga menyukai