SKRIPSI
Oleh
Syaiful Bahri
6661092945
Composting for waste management is only found in five areas, which consists of
Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Housing Panca Wiratma Sakti (PWS) and
Panongan. But there are problems Operation Final Disposal in Tangerang
district, Banten Province is still constrained by land. So the stage is not yet fully
completed the landfill revitalization, infrastructure and facilities owned by the
Department of Health, Parks and Cemeteries (DHPC) Tangerang Regency is still
lacking support for the operation of the implementation of waste management, the
absence of waste management development in an effort to utilize waste landfill
reduces Jatiwaringin burden. Purpose of this study was to determine the waste
management strategy in Tangerang district, and to know what efforts were made
by the Department of Health Parks and Cemeteries in Tangerang district. This
study used a qualitative method. Data was obtained through interviews,
observation, and documentation as well as the use of data analysis techniques
according to Miles and Hubesman. Test the validity of the data used triangulation
and member checklth Sector in Waste Management in Tangerang district. This
study examines the strategy the researchers used a SWOT analysis approach.
Based on the results of research on waste management strategy by the
Department of Health Parks and Cemeteries Tangerang Regency, the researchers
concluded that the waste management strategy undertaken by the Department of
Health Parks and Cemeteries Tangerang regency still lack, especially in
minimizing waste in the final disposal.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
kiranya dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu
i
5. Bapak Gandung Ismanto, S,sos.,M.M., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
pembuatan skripsi
7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
ini
ini
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
11. Ibu Titi Stiawati S.Sos., M.Si., Dosen Penguji yang telah banyak
12. Ibu Rina Yulianti, M.Si., Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
ii
13. Drs. H. Achmad Taufik, M.Si sebagai Kepala Dinas Kebersihan,
Sampah
Kebersihan
20. Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dorongan
dan bantuan serta motivasi yang tinggi baik moril maupun materil dan
21. Eka Tiara Wirahayu Pertiwi dan Lucky Akbar yang sudah memberikan
24. Teman-teman ANE F 2009, terima kasih atas solidaritas dan kenangan
iii
Penulis berdoa semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa serta amal
budi luhur tersebut berupa pahala yang melimpah. Penulis juga menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
dikarenakan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun
demi usaha perbaikan skripsi ini dan nantinya akan penulis terima dengan
hati yang tulus demi pengembangan penulisan dan karya ilmiah selanjutnya.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi almamater beserta para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT
Amin…
Syaiful Bahri
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL……………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
v
2.1.3 Asas Manajemen……….……………………….…….…. 24
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
5. Member chek
x
BAB I
PENDAHULUAN
dampak global, sehingga dewasa ini menjadi perhatian semua negara di dunia.
memiliki manfaat apapun dan dianggap sebagai sumber bencana alam seperti
seluruh dunia tidak hanya terletak pada segi teknis atau ekonomis. Persepsi
tindakannya. Imaji yang merupakan citra manusia tentang alam, akan langsung
kehidupan pribadi manusia. Maka, cara kita hidup sebenarnya merupakan cara
1
2
pandang kita terhadap dunia (worid view). Pendapat R.D.Laing, seperti yang
dikutip oleh Frijof Cafra dalam The Web and Life (London, 1996), menyatakan
bahwa. “kita telah menghancurkan dunia ini secara teori sebelum kita
pandang, sikap dan perilaku semua manusia terhadap lingkungan, bumi kita,
dan alam.
memahami pula etika lingkungan yang tidak superior terhadap alam dan tidak
kehidupan kita dalam lingkungan hidup yang rumit seperti sekarang ini. Bila
hal ini terwujud akan tercipta keharmonisan atau keserasian hubungan dengan
kelestarian sumber daya yaitu kerusakan yang timbul akibat ulah manusia itu.
rusaknya lingkungan. Ruang lingkup lingkungan sangat luas, dari langit atau
udara, dari kutub utara sampai kutub selatan, puncak gunung, kota, desa
lembah, sungai, lautan, air laut, dasar laut. Karena itu kesadaran lingkungan
setiap orang baik nasional maupun internasional, justru menjadi mutlak karena
3
manusia dan lingkungan itu merupakan dua unsur pokok yang saling
menentukan, dalam arti manusia hidup dari lingkungan dan jika rusak maka
sampah yang kerap menggunung dikawasan Pasar Curug. Sampah pasar kerap
jika dibiarkan persoalan sampah akan terus menumpuk. Pantauan Banten Hits,
serakan sampah di kawasan Pasar Curug ini bukan hanya disatu titik saja di
yang bersih tertata, hijau, indah dan terang benderang. Adapun misi misi
manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi
tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatannya
penanganan sampah. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komitmen yang kuat
yang sudah hampir lima belas tahun ternyata semakin memperparah keadaan
adalah:
Km, dengan jumlah timbulan sampah semakin tinggi serta terbatasnya lahan
tanpa upaya dilakukan pemadatan atau penutupan dengan tanah, jadi sampah
mencapai 4.258 m³/hari dengan Luas 12 Ha, maka kondisi TPA (Tempat
dumping. Hal ini dapat menyebabkan warga dengan tegas warga yang
desa lainnya, yaitu Desa Buaranjati, Desa Gintung, dan Desa Rajeg Mulya
hampir tiga kecamatan karena berada tidak jauh dari kawasan Tempat
saja, kemudian hanya ditumpuk saja (open dumping), tanpa ada pengelolaan
yang baik dan benar dengan pengelolaan lebih ramah lingkungan. Akibatnya,
bau busuk sampah yang menyengat dan juga kerumunan lalat, sudah masuk
kerumah warga yang ada di sekitar lingkungan TPA tersebut, hal ini sangat
rembesan air sampah (Lindi) yang mencemari bagian dalam tanah sehingga
sudah berjalan yaitu terdiri dari daerah Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek,
yang timbul akan sangat merugikan bagi kehidupan warga untuk sekarang dan
tumpuk saja tidak ada pengelolaan sama sekali, sehingga menyebabkan udara
di sekitar TPA sangat bau busuk dan mengganggu pernapasan, tanpa ada
(TPST) sisa sampah yang tidak bisa diolah di tempat Pengelolaan Sampah
Pembuangan Akhir Sampah (TPA) setelah itu sisa sampah dari TPST diolah
Tabel 1.1
Perhitungan Asumsi Volume Sampah Tahun 2014
Volume
Volume Produksi
Jumlah Timbulan
No Kecamatan Sampah
Penduduk (jiwa) Sampah
(Liter/Orang/Hari)
(m3/Hari)
1 Solear 73.753 1,5 111
2 Jambe 40.094 1,5 60
3 Tigaraksa 118.674 1,5 178
4 Cisoka 78.567 1,5 118
5 Cikupa 225.246 1,5 338
6 Panongan 96.454 1,5 145
7 Curug 166.353 1,5 250
8 Kelapa Dua 182.611 1,5 274
9 Legok 97.655 1,5 146
10 Pagedangan 95.464 1,5 143
11 Cisauk 64.128 1,5 96
12 PasarKemis 236.754 1,5 355
13 Sindang jaya 76.872 1,5 115
8
sampah di wilayah Kabupaten Tangerang belum bisa berjalan dengan baik. Hal
tahun 2013 adalah 141 unit (Tahun pembuatan mulai Tahun 2001-2013),
Tabel I.2
Sarana dan Prasaran Tahun 2014
Sampah Akhir (TPA) pun semakin menumpuk seperti bukit, sistem yang
TPA jatiwaringin. Karena bau busuk sampah dan kerumunan lalat yang masuk
target kinerja tahun 2014. Hal ini dapat di lihat pada tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3
Grand Design Kabupaten Tangerang Tahun 2014
pemisahan sampah anorganik untuk dijual kembali, dan sisanya berupa residu
dengan teknologi yang tepat, maka sampah dapat dijadikan aset daerah yang
lingkungan. Oleh karena itu seharusnya pihak DKKP selaku dinas yang
dan melihat dari visi Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKKP)
hijau, indah dan terang benderang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
Tangerang”.
13
Jatiwaringin.
1.4.Tujuan Penelitian
Tangerang.
1.5.Manfaat penelitian
bersih.
Tangerang.
1.6.Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
permasalah yang akan di teliti dalam bentuk uraiian secara deduktif, dari
ruang lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang lebih
tepat atas aspek yang akan diteliti seperti terdapat dalam latar belakang
dirumuskan sebelumnya.
Sitematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat
dan jelas.
17
peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik
Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan
minimal 2 jurnal.
Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari
deskripsi teori.
Dalam sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana akan
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalitas yang sesuai dengan sifat data
yang diteliti.
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian
ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang
kondisi di lapangan.
19
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
4.4. Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
2.1.Deskripsi Teori
Semua penelitian bersifat ilmiah. Oleh karena itu semua peneliti harus
berbekal teori. Siti Rahayu Haditono (1999) dalam sugiyono (2009: 41),
menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Oleh
sebab itu, pada bab ini meneliti akan memamaparkan teori yang akan di pakai
Latin organum yang berarti alat, bagian, anggota atau badan. Dalam literatur
20
21
dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana ahli
sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih.
negara. Oleh karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang absah
Perubahan paradigma dalam organisasi ini dapat dilihat dari kacamata yang
lain, yaitu yang diwarnai oleh paradigma organisasi dan oleh post birokrasi.
Jadi, organisasi publik sering kita lihat pada bentuk organisasi instansi
pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi pemerintah. Istilah birokrasi ini
yang ideal (yang disebut birokrasi dan orang-orang yang disebut birokrat ini)
merupakan bentuk yang sebagian besar diterima dan diterapkan oleh instansi
pemerintah.
22
atau tempat untuk saling bekerja secara team untuk mencapai tujuan yang
mengatur sumber daya yang ada agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan
4. Bagaimana mengaturnya
“alat” dan ”wadah” (tempata) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses
hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang
manajemen dan organisasi hanya merupakan “alat dan wadah” saja, tetapi
harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen dan organisasi ini
baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindar, dan semua
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. G.R. Terry berpendapat :
Istilah manajemen diartikan oleh secara oleh para ahli, tergantung latar
muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen,
tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak. Artinya, penerapan asas
berubah-ubah.
Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesa yang
dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Manajer secara
Asas ini sangat penting karena adanya limit faktor, artinya adanya
yaitu:
a. Keterbatasan waktu.
b. Keterbatasan pengetahuan
c. Keterbatasan kemampuan
d. Keterbatasan perhatian
teknis maupun pada bidang kepemimpinan. Asas pembagian kerja ini mutlak
harus diadakan pada setiap oirganisasi karena tanpa pembagian kerja berarti
kerja maka daya guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi
tercapainya tujuan.
26
3. Disciplane
sepenuhnya.
4. Unity of command
dari seorang atasan dan bertanggung jawab kepada atasan pula. Tetapi
Asas kesatuan perintah ini perlu, karena jika seseorang bawahan di perintah
5. Unity of direction
satu tujuan,satu perintah dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah,
kesatuan gerak dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama. Unity of
7. Remuneration of Personnel
8. Centralization
harus merupakan mata rantai vertical yang jelas, tidak terputus dan dengan
jarak terpendek. Maksud nya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi
10. Order
Asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya
Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau
bidang spesialisnya.
11. Equity
memberikan gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang
kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas dan cenderung menyepelekan
12. Initiative
tugas-tugasnya.
rusia, Robert Owen (1771-1858) dari skotlandia yang di juluki sebagai Bapak
lain.
kemukakan oleh Hanry Fayol maka secara resmi manajemen di akui sebagai
suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, yang dapat di sejajarkan dengan
perbedaan yang gradual saja. Tujuan makna nya hasil yang umum (generalis),
sedangkan sasaran berarti hasil khusus (spesialis). Tujuan adalah suatu hasil
Tujuan adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang jelas, serta
3.Kepastian, 4.Arah.
ingin menang (sasaran = goals) ini akan dapat di capai seperti main kasar,
tidak sportif, dan menghalalkan segala cara. Tetapi jika tujuan (objectives)
menang yang ingin di capai, kenangan ini di peroleh dengan bermain sportif
dan cantik sehingga memuaskan para penonton. Jadi tujuan tercapai, dan para
karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas, realistis, dan cukup
alternatif yang ada. Tujuan organisasi dapat di ketahui dalam anggaran dasar
(AD) dan anggaran rumah tangga (ART) nya. Menurut Hasibuan (2009:17)
tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari beberapa sudut dan di bedakan sebagai
berikut :
a. Tujuan primer
b. Tujuan sekunder
c. Tujuan individual
d. Tujuan social
32
oleh manager.
memerlukan administrasi.
jawab moral.
detail karya.
setiap seksi.
kelompok urusan.
dan administrasinya.
dan aktivitas kerja, tujuan beraneka ragam macam, tetapi harus ditetapkan
ini, strategi tidak saja diadopsi oleh organisasi swasta saja tetapi dalam
menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2001: 31) memberikan pengertian:
serangkaian cara-cara yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan organisasi. Strategi tidak saja menunjukan cara tetapi strategi pun
perusahaan. Selain itu definisi manajemen strategi yang sama pun diungkapkan
atau organisasi publik pada dekade terakhir ini dihadapkan pada berbagai
perubahan, gejolak dan kemajuan yang sering kali sulit diprediksi, baik karena
antisipasi dini, yang sebelumnya belum pernah terjadi, sehingga institusi atau
1. Institusi atau organisasi publik harus berpikir strategis, yang tidak pernah
dilakukan sebelumnya.
jangka panjang.
(2003: 9-18). Proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar: (1)
dan (4) evaluasi dan pengendalian. Adapun keempat elemen dasar tersebut
Gambar 2.1
Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis
Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003
38
1. Pengamatan Lingkungan
a. Analisis Eksternal
b. Analisis internal
2. Perumusan Strategi
penyelesaian misi.
masing.
dimulai kembali.
ampuh apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa
alat untuk minimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan
lebih kuat dari para pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar. Weaknesses
Tabel 2.2
Matriks SWOT
sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan
dibuang.
(2010: 63-64) sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari
1. Pemukiman penduduk.
atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu atau sisa
tumbuhan.
berbahaya.
kering.
kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang
5. Pertanian.
sebagainya.
atau manusia.
sebagainya.
12. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang
limbah cair.
William Dunn. Batasan dan Rumusan Masalah yaitu, upaya apa yang
kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitar, disamping itu juga merusak
udara, tanah. Dan akibat dari pencemaran tersebut warga sekitar mudah
sistem dimana dalam sistem tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk
sampah.
48
tempatnya, itu terjadi selain pegawai yang kurang terampil, jumlah dan
Fisip Untirta.
49
1. Strengths (Kekuatan)
2. Weaknes (Kelemahan)
3. Opurtunities (Peluang)
4. Threats (Tantangan)
ironisnya masyarakat seperti tidak menyadari bahwa apa yang telah mereka
merupakan bagian dari propinsi Banten Daerah Tingkat II yang kini berusia 71
Tangerang, seperti polusi udara yang ditimbulkan dari bau tumpukan sampah
Gambar 2.3
Alur Kerangka Berfikir
Identifikasi Masalah
Analisis SWOT
(David Hunger, 2003: 16)
1. Strengths (Kekuatan)
2. Weakness (Kelemahan)
3. Opportunities (Peluang)
4. Threats (Tantangan)
output
Meningkatkan kebersihan yang maksimal
52
METODOLOGI PENELITIAN
yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini mengarah kepada latar
dan individu tersebut secara utuh.Jadi, tidak boleh mengisolasi individu atau
53
54
yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif ini adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
makna.Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan
suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian
makna.
industri dan memiliki wilayah yang cukup luas, maka dari itu peneliti meneliti
1. Strengths (Kekuatan)
2. Weaknes (Kelemahan)
3. Opurtunities (Peluang)
4. Threats (Tantangan)
Sampah ini.
56
rincian dari dimensi dan indikator yang digunakan pada Tabel 3.1 di
bawah ini:
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Bagaimana mengelola
sampah menjadi nilai
ekonomi bagi masyarakat
sekitar Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Jatiwaringin ?
Adakah proses 3R disetiap
TPST (Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu)?
primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Loflang dalam Moleong
(2006: 157) sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder
seperti dokumen, gambar dan lain-lain, sedangkan alat bantu tambahan yang
1. Observasi
dari objek yang akan diteliti tersebut. Menurut Alwasilah (2006: 154).,
atau survai.
sampah-sampah tersebut.
2. Wawancara
masa mendatang.
3. Studi Dokumentasi
tertentu yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Penelitian key
informan menurut Morse dalam Denzin (2009: 290) bahwa disebut pemilihan
memberi peluang bagi peneliti untuk menentukan sampel dari sekian informan
kedua).
62
sebagai berikut:
Tabel 3.2
Data Informan
berikut:
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara
Kode
No Indikator Pertanyaan
Informan
1 Stengths 1. Bagaimana cara melaksanakan strategi I1.2, I1.4, I1.5,
(Kekuatan) pengelolaan sampah? I2, I3
2. Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang I1.1,I1.2, I1.4,
ada di Dinas Kebersihan Pertamanan I1.5, I2, I3
dan Pemakaman dalam bidang
kebersihan untuk pengelolaan sampah?
3 Bagaimana proses evaluasi strategi I1.2, I1.4, I1.5,
dalam meminimalisir sampah yang ada I2, I3
di TPA Jatiwaringin?
2 Weakness 1. Bagaimana Sarana dan Prasarana I1.2, I1.3, I1.4,
(Kelemhan) dalam pengelolaan sampah? I1.5, I2, I3
2. Kelemahan apakah yang menjadi I1.1, I1.2, I1.3,
kendala dalam pengelolaan sampah? I.1.4, I1.5, I2,
I3
3. Adakah evaluasi dalam mengatasi I1.2, I1.3, I.1.4,
kelemahan yang menjadi kendala I1.5, I2, I3
dalam pengelolaan sampah?
3 Opurtinitis 1. Bagaimana mengelola sampah menjadi I1.1, I1.2, I1.3,
(Peluang) nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar I1.4, I1.5, I2,
Tempat Pembuangan Akhir I3
(TPA)Jatiwaringin?
2. Adakah proses 3R disetiap TPST I1.3, I2, I5
(Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu)?
3. Adakah pengaruh Tempat I1.1, I1.3, I1.4
Pembuangan Akhit (TPA) dan Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu
Terhadap PAD?
4. Bagaimana proses sosialisasi Dinas I1.3, I1.4, I2
Kebersihan Pertamanan dan
Pertamanan dalam mengelola sampah
menjadi nilai jual untuk mencukupi
64
kebutuhan masyarakat?
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
analisa data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan
dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan
datanya jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data meliputi tiga tahapan
penting, yaitu: reduksi data (Data Reduction), penyajian data (data Display)
Pengumpulan
data
Penyajian
data
Reduksi
data
Kesimpulan-kesimpulan
penarikan verifikasi
Gambar 3.1
Dari gambar 3.1 dapat dilihat pada prosesnya peneliti akan melakukan
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
66
kembali bila diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-
adalah penyajian data dalam Huberman (2009; 17) secara sederhana penyajian
kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada beberapa
bagan.Begitu pula halnya dengan penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam
bentuk teks naratif.Hal ini seperti yang dikatakan oleh Miles & Huberman. “the
most frequent form display data for qualitative research data in the past has
been narative text” (yang paling sering digunakan untuk penyajian data
kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif). Dengan mendisplay
data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal tahap, didukung oleh bukti-
tidak. Terdapat dua macam validitas, yaitu validitas internal dan validitas
yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan
berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Peneliti
kualitatif lebih menekankan pada aspek validitas karena suatu realitas itu
bersifat majemuk, dinamis sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang
sumber.
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber sumber yang sama
kepercayaan data.
dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan
penelitian.
dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju.
sumber dengan waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
berkaitan.
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan memberchek adalah
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
70
diberikan oleh pemberi data. Selain itu, tujuan membercheck adalah agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai
dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah itu memberchek
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Tahun 2013-2015
Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mart Mei Jun Jul
1 Pengajuan judul
Proses Bimbingn
2
Proposal
3 Observasi awal
Penyusunan
4
Proposal Bab I-III
5 Pengajuan proposal
6 Seminar proposal
7 Revisi proposal
Penyususan Bab
8
IV-V
Bimbingan dan
9
revisi Bab IV-V
10 Sidang skripsi
11 Revisi skripsi
12 Skripsi
(Sumber : Peneliti 2013)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
dari wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis.
Di sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah Timur dengan Jakarta
Selatan dan Kabupaten Bogor, dan di bagian Barat berbatasan langsung dengan
12.68 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten pada koordinat
dataran yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah
wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-
rata0-3 persen menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 meter di atas
permukaan air laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 milimeter dan
72
73
temperatur udara berkisar antara 23 C-33 C. Iklim ini dipengaruhi oleh
A. Tugas
B. Fungsi
terdiri dari:
77
a. Kepala Dinas
1. Seksi Reklame
2. Seksi Pertamanan
1. Seksi Penataan
Kebersihan
ini:
79
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bidang Kebersihan di Dinas Kebersihan Pertamanan
dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang
Kepala Dinas
Jabatan Sekretaris
Fungsional
Tabel 4.1
yang paling mendominasi adalah golongan III/b yang berjumlah delapan (8)
pegawai termasuk yang berhasil peneliti temui dan wawancara yaitu Pelaksana
pada Sarpras Bidang Kebersihan, Kasi Pengolahan dan pemusnahan. Selain itu,
peneliti juga berhasil mewancarai Kepala UPT TPA Jatiwaringin (III/d), Kasi
dan TPA;
program;
retribusi sampah;
retribusi sampah;
kegiatan;
sampah;
sampah;
pemanfaatan sampah;
85
sampah;
kegiatan;
bidang tugasnya.
fungsi :
kebersihan;
kegiatan;
Kabupaten Tangerang. TPA ini berdiri sejak tahun 1992 dan berlokasi di
wilayah seluas 12 hektar. Jarak TPA dari pusat kota adalah 10 km.
TPA Jatwaringin dan TPA Pasir Muncang, namun TPA tersebut sudah
dengan Desa Tanjakan Mekar dan Kecmatan Rajeg, dan Sebelah Selatan
sama yang baik agar lebih fokus dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu
Gambar 4.2
Struktur Organisasi kantor UPT TPA Jatiwaringin
Kasubag TU UPT
TPA Jatiwaringin
yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal
Masyarakat/Masyarakat.
1. Drs. Jan Piter Situmorang, M.Si (I1.1), beliau adalah Kabid Kebersihan
Tangerang.
Tangerang.
89
terpadu (TPST).
faktor berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan (ekstern dan intern)
kata-kata yang diungkapkan oleh para informan. Data lainnya yaitu berupa
penelitian ini. Adapun kedua sumber data utama tersebut peneliti catat dalam
buku catatan dan sebagian besar didokumentasikan melalui alat perekam yang
Seperti yang sudah dibahas pada bab tiga, bahwa penelitian mengenai
Miles & Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga
kegiatan yang penting. Ketiga kegiatan tersebut meliputi: reduksi data (data
(conclusions drawing/verifying).
melakukan penyajian data dalam bentuk teks narasi, tabel dan gambar.
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
bahwa strategi dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif
a. Strengths (Kekuatan)
atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Untuk
kebersihan memiliki Kekuatan atau strengths yang dimiliki dapat dilihat dari
pernyataan dari Kepala Bidang Kebersihan Bapak Drs. Jan Peter Situmorang,
Sampah dan Lumpur Tinja, Armada pengangkut sampah, dan adanya TPA
“Kita memiliki armada 120 lebih sih sebenarnya datanya ada dibeda
bidang, yang kita tiap hari ajah yang masuk kesini 120 truck perhari,
alat berat kita punya 5. Dozer 2, exsapator 3 sementara yang yang
sedang berjalan eksapator 1, dozer 1 yang lain rusak”. (Senin. 02-03-
2015. Pukul. 13.00. WIB).
memiliki kekuatan dari armada pengangkut sampah yang ada di TPS (Tempat
dan tong sampah gantung. Adapun hasil wawancara dengan Kasi Pengumpulan
Tabel 4.2
Data Kendaraan Bidang Kebersihan Januari 2014
perlu ditentukan cara-cara yang efektif untuk mengelola sampah yang akan
“Sementara ini yang kita dikelola hanya open dumping, jadi sampah
yang ada hanya ditumpuk disini tidak diolah, menurut uu no 6 tahun
2012 mah seharusnya sanitary lanfill yang udah lama ditutup dengan
97
saja yang menggunakan sanitary lanfill yaitu di zona satu dan zona dua.
Gambar 4.3
Hasilsanitary lanfill
Gambar 4.4
Sistem Open Dumping
namun hanya skala kecil yang berada di setiap TPST (Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu) berikut ini hasil wawancara peneliti dengan Kasi Pengolahan
sebagai berikut:
“Harus tau dasarnya artinya harus bisa memilah sampah organik dan
organik. Strategi untuk mengelola sampah ini sebenarnya lebih
banyak peran serta masyarakat daripada Dinas karena selagi masih
ada orang di dunia ini pasti akan ada sampah. Sampah tidak akan
pernah nol tidak akan pernah habis yang namnya sampah selama
masih ada manusia hidup pasti ada sampah. Strategi kita memilah
sampah, mengumpulkan dan membuang ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)”.(Senin. 02-03-2015. Pukul. 15.00. WIB).
100
sampah harus tahu dasarnya yang mana organik dan non organik. Harus ada
Graha Mitra Citra memiliki proses pengelolaan sampah yang terpadu untuk
Gambar 4.5
Proses Pemilahan Sampah
Gambar 4.6
Proses Penggilingan Sampah
Gambar 4.7
Proses Fermentasi
organik, sampah non organik yang bernilai jual serta sampah non
cacah.
pematangan kompos.
Ketua KSM TPST Mustika khlas Bapak Suparno (I3) sebagai berikut:
103
dan sampah yang tidak berguna atau residu diangkut ke TPA setiap hari.
pengelolaan sampah yang semakin hari semakin menumpuk hal ini disebabkan
adanya jumlah penduduk yang semakin banyak yang membuang sedikit yang
mengelola TPST hanya dapat mengolah sampah dengan interval 200-500 KK.
berikut:
adanya upaya kerja sama dengan pihak swasta agar kondisi persampahan bisa
di proses lebih lanjut agar bisa berdaya guna, hal ini berdasarkan hasil
“Nah ini kita yang belum bisa, walaupun kita evaluasi, karena kita
belum punya dalam artialat yah untuk memusnahkan sampah secara
periodik yah tentunya akan terjadi seperti itu, nah sekarang ini kan
kabupaten Tangerang lagi menjajakin dengan pihak swasta,
bagaimana nanti akan meberdayakan sampah yang ada sehingga bisa
berdaya guna untuk masyarakat, contoh mungkin pihak ke tiga kita
kerja sama, dia akan bikin semacam untuk tenanga pembangkit listrik
paling itu yang akan mengurangi volume sampah selama itu tiidak
berjalan Saya rasa tidak akan bisa, kita akan mengevaluasi secara
keseluruhan kenapa karena masyarakat kita ini kan apalagi kita ini
setiap hari itu dikatakan volume sampah rutin setiap itu kan kita
buang kesana tapi kembali lagi kita belum punya alat untuk
memusnahkan sampah di TPA itu sampai sekarang hanya kita itu
mengumpulkan, membuang taro ke TPA sementara ini”.(Senin. 16-
03-2015. Pukul 13.00. WIB).
yang sama juga diungkapkan oleh Kepala UPT TPA Jatiwaringin. Adapun
“Kita masih pake sistem open dumping atau saya bilang pribadi
bukan Dinas pake sistem primitif jadi sampah ditaro diangkat ke
tengah diurug diangkat ke tengah diurug, sebenarnya wacana
kedepan itu yang lebih bagus itu sampah diolah menjadi kompos, tapi
pengolahan kompos di TPA itu ostnya besar nah itu kita bandingkan
kita compare dengan APBD memang tidak cukup dananyakarena
membutukan dana yang besar mangkanya mungkin akan
lebihbaguslagi kalau misalnya ada pihak-pihakswasta akan bekerja
sama dengan dinas kebersihan membuat satu TPA yang besar lah jadi
kita kerja sama dengan pihak swasta tapi itu baru wacana”. (Senin.
02-03-2015. Pukul. 15.00. WIB).
dumping yaitu sampah hanya ditumpuk tanpa ada proses pengelolaan sampah
hanya ada proses pembakaran secara manual. Adapun proses evaluasi di TPST
yang diungkapkan oleh pelaksana harian Bapak Sutatmo (I2) sebagai berikut:
mengelola sampah. Adapun hal serupa yang diungkapkan oleh Ketua KSM
b. Weakness (Kelemahan)
atau konsep yang ada. Kelemahan yang dinamis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi atau konsep bisnis itu sendiri. Mengenai
oleh Kepala Bidang Kebersihan Bapak Drs. Jan Peter Situmorang, M.Si (I1.1)
sebagai berikut:
Akhir yang jauh sehingga pada saat pembuangan terkendala macet. Adapun
memadai
kerena sarana dan prasarana hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah
Akhir (TPA) di Jatiwaringin mengenai sarana dan prasarana masih kurang atau
belum memadai mesti ada penambahan alat- alat berat dan alat yang dimiliki
kondisinya sudah tua. Adapun hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Sudarman
(I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah terkait sarana dan
“Kalau sarana dan prasaran saya rasa sudah cukup yah, kita sudah
ada namannya gerobak sampah, kita punya motor gerobak, kita
punya mobil dumtruck amroll, bahkan kemaren kita tambah lagi
beberapa mobil walaupun tidak semua tentunya dengan mobil yang
ada ini yah sudah memadai untuk angkutan sampah
sebetutnya”.(Senin. 16.03.2015. Pukul 13.00. WIB).
sebagai berikut:
harus adanya peran serta berbagai elemen-elemen masyarakat yang harus ikut
bekerja sama dalam pengelolaan sampah. Berikut ini hasil wawancara denga
sebagai berikut:
bak countainer di jalan tapi terkadang masyarakat tidak peka dengan perilaku
sebagai berikut:
oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan terutama di TPA yaitu akses jalan yang
serta sarana dan prasaranadi TPA terutama alat berat untuk memindahkan
wawancara dengan bapak Drs. Sudarman (I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan
Akhir (TPA).
111
Gambar 4.8
Tempat Pembuangan Sementara
(sumber: Peneliti)
hal ini diungkapkan oleh Ibu Sukriyah (I7) Ketua RT 01 RW 03 . Adapun hasil
“Udah lama gak tau lapangan, setahu ibu sih hanya ditumpuk terus
dibakar”.(Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 15.30. WIB).
dibakar. Hal serupapun diungkapkan oleh Bapak Saepudin (I4) sebagai Ketua
Hal yang sama diungkapkan dengan Bapak sudarman sebagai ketua RT 03/07.
Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada hanya dibakar dan di tumpuk
kelemahan dalam pengelolaan sampah maka perlu adanya proses evaluasi yang
kebersihan agar pelaksanaan strategi berjalan dengan baik seperti selalu terima
laporan dari pegawai yang ada di lapangan. Berikut ini hasil wawancara
“Setiap hari kita selalu terima laporan dari baik supir maupun
petugas dari TPA itu selalu kita evaluasi apa kekurangan kita, apa
kekurangan kita kalu kelebihan pasti nggak namanya kekurangan
pasti ada. Apa kekurangn kita apa kekurangan kita, itu bahan
evaluasi baik rapat Dinas maupun rapat regional yang ada di
PEMDA kita utarakan misalnya salah satu nya kendaraan yah salah
satu TPA itu yang selalu kita bahas yang paling krusial permasalahan
itu ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena TPA saya bilang
masih pake sistem primitif lahtapi kalau sudah pake sistem yang
bagus banyak lah contoh-contoh itu mungkin masalah tidak terlalu
banyak”.(Senin. 02-03-2015. Pukul. 15.00. WIB).
adalah rapat di Dinas yang ada di Pemda yang, sebenarnya permasalahan yang
sampah hanya ditumpuk anpa adanya proses daur ulang atau pemusnahan
sebagai berkut:
“Evaluasi itu kita ada team ceklis, jadi ada truck yang masuk berapa
kita ketahuan perhari kita berapa truck. Jadi sampah yang di buang
ke TPA ada berapa kubik, yah kita paling ada di dalam rapat ajah
kita sampaikan keluhan-keluhan kita hanya berupa evaluasi rapat
koordinasi ajah dengan Kepala Dinas. Kalau kita sih sebenernya
pengennya, pemda sendiri sama Bupati memang sampah ini ada yang
mengelola kalau bisa di swastakan kalau Pemdakan udah gak
mungkin dari anggarannya memang mengolah sampah ini besar, kita
juga udah banyak lah dari jepang yang mau kerja sama, korea cuman
kan dari segi kerja samanya ini kayaknya terlalu banyak
menguntungkan dari pihak swasta, contohnya aja yang dari jepang ini
yang akan mengelola Kita yang punya lahan Kita yang punya sarana
kita buang ke sini kita yang harus bayar ke Dia, mungkin keberatan
juga kali pengennya pemda ini ada yang mengelola swasta udah
keuntungannya buat Dia Kita hanya begini ajah ini menyediakan
sampah kesini, dikelola maksudnya kita hanya melayani sampah aja,
Dia yang ngurus. Maunya PEMDA mungkin seperti itu kali yah.
Soalnya udah ada beberapa kali yang investor yang datangini begitu
sih, kayaknya keberatan PEMDA. (Senin. 02-03-2015. Pukul. 13.00.
WIB).
114
Gambar 4.9
Pengecekan Kendaraan yang masuk ke TPA
ceklis jadi ada berapa yang angkutan yang masuk ke TPA perharinya dapat
diketahui, dan ada rapat koordinasi kepada Kepala Dinas berupa penyampaian
sebagai berikut:
115
eksternal dan internal, mengenai sarana dan prasarana yaitu koordinasi dengan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah lainnya seperti DKI jakarta dan
supir supaya pengangkutan sampah lebih diawal dan ditingkatkan, agar sampah
c. Opurtunities (Peluang)
terjadi datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi
manfaat yang menghasilkan suatu hasil yang akan diperoleh dari sebuah
“Kita sudah bikin sih gedung komposting ini yah untuk mungkin nanti
tinggal alat barang kali yah tinggal mesin kompostingnya yah kita buat
pupuk, memang kalau dari swasta banyak sih yah yang akan
menjadikan listrik juga ada, terus oksigen juga ini ada yah itu tadi itu
kerja sama nya yang belum pas, kalau kajian-kajian udah pada ini sih
dari jepang dari cina juga udah melakukan kajian”. (Senin. 02-03-
2015. Pukul. 13.00. WIB).
menjadi nilai ekonomi perlu adanya mesin komposting, sampah menjadi daya
guna menjadi listrik dan gas oksigen perlu kajian-kajian dalam memilih pihak
swasta yang mau bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Pertamanan dan
117
berikut:
memilah sampah yang mana organik dan non organik, dan adanya lima TPST
sampah yang dapat dijual untuk mencukupi kebutuhan masyarakat hal tersebut
Gambar 4.10
Kegiatan memilah sampah
Adapun hasil wawancara dengan Bapak Muhamad Mumu Mukhlis, S.TP (I1.4),
yang kumpulkan hanya sampah yang menjadi nilai ekonomi saja seperti plastik
barang elektronik yang masih bisa digunakan mereka perbaiki lagi. Berikut
hasil wawancara dengan Bapak Drs. Tjeptjep. MM (I1.6) sebagai Kasi Sarpras
hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yaitu Ibu Sukriyah (I7)
“Ada yang mengumpulkan plastik bekas sampo, botol apa saja. Ada
permen kaleng, yah namanya orang kampung di dalamnya bersih ya
dimakan aja. Tapi jarang kalau orang jatiwaringin mah”. (Sabtu. 28-
03-2015).
(TPA). Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Saepudin (I4) Ketua RT
lainya.
Terpadu)
masih menggunakan sistem manual belum modern. Hal ini di ungkapkan oleh
Hal yang serupa diungkapkan oleh A. Rohman (I5) sebagai Korlap KSM
sampah masih manual dengan sistem pemilihan sampah organik dan non
Gambar. 4.11
Proses Pemilihan Sampah
Daerah (PAD).
“Kalau TPST itu tidak ada pengaruh terhadap PAD, karena kalau
PAD itu retribusi, pembuatan TPS itu kita mengeluarkan biaya TPS
itu kita siapkan supaya lebih nyaman lebih bersih, kita hanya pelayan
masyarakat aagar sampah lebih rapih, kalau TPA merupakan pilahan
sampah yang tidak didaur ulang selama ini belum ada PAD yang
besar kecuali kita bekerja sama dengan pihak swasta”.(Selasa. 14-04-
2015. Pukul. 15.00. WIB).
122
Bapak Muhammad Mummu muklis, S. STP (I1.4) sebagai Kasi Pengolahan dan
sebagai berikut:
123
Tabel 4.3
Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2014
masyarakat untuk memahami bahwa sampah menjadi nilai jual yang dapat
mengelola sampah menjadi nilai jual dan proses pengomposan. Adapun hasil
dengan memberikan sosialiasi kepada siswa SMA atau SMK sebagai generasi
muda yang berpotensi untuk mengelola sampah menjadi sampah yang berdaya
berikut:
buruk.
luar. Ancaman atau tantangan ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau
nyatakan oleh Kepala Bidang Kebersihan Bapak Drs. Jan Peter Situmorang,
sampah yaitu pada saat musim hujan yang sering terjadinya banjir, banyaknya
pungutan liar, dan masyarakat yang terendam sawahnya akibat banjir. Adapun
pelaksanaan suatu program agar dapat berjalan dengan baik serta dapat
ancaman atau tantangan yang timbul berikut ini hasil wawancara dengan Kasi
berikut:
dapat menimbulkan sampah solusi dari bidang kebersihan adalah bekerja sama
(TPA).
sampah
menampung sampah, sebenarnya lahan yang luas tanpa diolah dengan baik
berikut:
“Belum memadai lahan, kalau kita lihat beberapa wilayah yang kita
udah datangi study banding kita itu kecil baru 14 hektare sama kota
ajah kita kalah, kota itu 40 hektare, diatas hampir 20 ada yang 30 ada
yang 50 hektare apalagi kan TPA ini mah memang volume sampahnya
yah. Surabaya sudah 40 hektare, kalau Kabupaten Tangerang belum
memadai, 14 hektare aja ini udah terpakai 9 hektare lebih lah, kita
juga tahun ini ada pelebaran lagi peluasan tanah juga tahun ini
sekitar sepuluh hektare lah nambah”. (Senin. 02-03-2015. Pukul.
13.00. WIB).
wilayah-wilayah lain yang ada di Banten ini. Adapun hasil wawancara dengan
128
sebagai berikut:
“Kalau dari awal itu sudah memada, tapi dengan pesatnya volume
sampah tentunya itu akan lebih berkurang untuk pembuangannya
sehinggap waktu itu kalau DKP sendiri bukan meminta lahan tapi itu
akan tapi itu dari pertanahan memperluas tanah sehingga akan di
perluas TPA itu karena kalau dilihat dari jumlah luas kabupaten
Tangerang sepuluh Tahun kedepan kalau tidak tambah luas Tanah itu
nggak akan bisa nampung, sehingga waktu itu kalau gak salah kita
minta perluasan dari dinas pertanahan ±12 hektare, tentunya ada
perluasan lahan dari 12 hektare itu, nah itu sendiri Provinsi sendiri
akan membantu dalam hal ini pembangunan TPA sendiri”. (Senin.
16-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).
penduduk di Kabupaten Tangerang ini harus adanya perluasan lahan TPA jika
tidak adaya perluasan lahan TPA lima tahun ke depan tidak bisa untuk
sebagi berikut:
“Untuk saat ini masih memadai kita kan punya lahan ±12hektare dan
rencananya memang ada perluasan tapi yang saya tahu lahan yang
sekarang juga masih bisa dipakai masih banyak space lah untuk
menampung sampah, jadi beberapa petak itu memang sudah
menggunung tapi kan masih ada ni yang di belakang-belakang itu
masih bisa dipake, yah memang TPA gak ada yang gak menggunung
semua menggunung di kota kondisinya seperti itu kemudian di bekasi
yah sama seperti itu”. (Senin. 16-03-2015. Pukul. 14.00. WIB).
untuk sementara ini masih ada space untuk menampung sampah, namun proses
keluar masuk mobil di TPA belum memiliki jalur yang baik antara mobil
masuk dan mobil keluar. Adapun hasil wawancra mengenai dana kompensasi
129
mengenai dampak yang di timbulkan TPA itu tidak ada hal tersebut
“Gak ngasih apa-apa. Paling yah posayndu itu juga udah lama tidak
berjalan lagi”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul 15.30. WIB).
RW 03 Jatiwaringin.
warga hal ini di ungkaplan oleh Ibu Sukriyah (I7) sebagai ketua RT 01/03
“Dari dulu mah gak, tapi sekarang mah pada pinter-pinter jadi sering
keributan”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 15.30. WIB).
itu sendiri
TPA ada pihak yang bisa kebantu perekonomiannya dengan memungut sampah
yang menjadi nilai ekonomi. Adapun hasil wawancara dengan Bapak Drs.
Tabel 4.4
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2008-2012
INDEKS PEMBANGUNAN
NO TAHUN
MANUSIA
1 2008 71.14
2 2009 71.45
3 2010 71.76
4 2011 72.05
5 2012 72.36
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang
sebagai berikut:
tentunya itu dari cipta karya atau bina marga kita hanya pemakai
saja”. (Senin. 16-03-2015. Pukul 13.00. WIB).
bau busuk dan asap hasil pembakaran sampah hal ini diungkapkan olehIbu
“Yah mengganggu banyak lalat dan bau udara kurang sehat tetapi
kalau yang biasa memilih sampah mah biasa ajah makan apa-apa
juga biasa yang penting dimakannya bersih”. (Sabtu. 28-03-2015.
Pukul. 16.30. WIB).
Hal serupa di ungkapkan oleh Bapak Saepudin (I4) sebagai ketua RT 02/03
Dan hasil wawancara dengan Bapak Sudarman (I6) sebagai ketua RT 03. RW
Sampah (TPA) sangat mengganggu terutama polusi udara yaitu berupa asap
yaitu terdiri dari daerah Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Perumahan Panca
Tabel 4.5
Matriks SWOT Analisis
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
memadai.
135
136
menjadi kompos dan residu (sampah non organik yang tidak bernilai
5.2. Saran
mengelola sampah menjadi nilai yang berdaya guna untuk menjadi nilai
ekonomi bahkan menjadi sumber tenaga listrik atau sumber gas untuk
memasak.
d. Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerja sama dengan pihak swasta atau
Akhir (TPA).
(TPA).
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Dokumen :
Sumber Lain :
http://Repository.FISIP-Untirta.ac.id
http://Repository.uinjkt.ac.id
1
d. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan
kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah,
serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga
pengelolaan sampah dapat berjalan secara
proporsional, efektif, dan efisien;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan
Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Definisi
Pasal 1
3
9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang
terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau
badan hukum.
11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah
yang tidak benar.
12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di
bidang pemerintahan lain yang terkait.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
4
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang lingkungan hidup.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
5
Pasal 4
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN
Bagian Kesatu
Tugas
Pasal 5
Pasal 6
6
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani
sampah; dan
g. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Bagian Kedua
Wewenang Pemerintah
Pasal 7
Bagian Ketiga
Wewenang Pemerintah Provinsi
Pasal 8
7
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah
sesuai dengan kebijakan Pemerintah;
b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi,
kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan
kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah; dan
d. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah
antarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.
Bagian Keempat
Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 9
8
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat
pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem
tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
diatur dengan peraturan menteri.
Bagian Kelima
Pembagian Kewenangan
Pasal 10
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 11
9
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan
sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu
mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak
negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan
sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 12
Pasal 13
10
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
BAB V
PERIZINAN
Pasal 17
11
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 18
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Pasal 19
12
Paragraf Kesatu
Pengurangan sampah
Pasal 20
13
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 21
Paragraf Kedua
Penanganan Sampah
Pasal 22
14
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,
dan jumlah sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan peraturan pemerintah atau dengan peraturan
daerah sesuai dengan kewenangannya.
Bagian Kedua
Pengelolaan Sampah Spesifik
Pasal 23
BAB VII
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI
Bagian Kesatu
Pembiayaan
Pasal 24
15
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah dan/atau peraturan daerah.
Bagian Kedua
Kompensasi
Pasal 25
16
BAB VIII
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu
Kerja Sama antardaerah
Pasal 26
Bagian Kedua
Kemitraan
Pasal 27
17
BAB IX
PERAN MASYARAKAT
Pasal 28
BAB X
LARANGAN
Pasal 29
18
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan
dan disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka
di tempat pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan
teknis pengelolaan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan
peraturan pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur
dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda
terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.
BAB XI
PENGAWASAN
Pasal 30
Pasal 31
19
daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama.
(2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur oleh
Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pengelolaan
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan daerah.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 32
20
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 33
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Pasal 34
21
kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat
mengajukannya ke pengadilan.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa di dalam Pengadilan
Pasal 35
Bagian Keempat
Gugatan Perwakilan Kelompok
Pasal 36
22
Bagian Kelima
Hak Gugat Organisasi Persampahan
Pasal 37
BAB XIV
PENYIDIKAN
Pasal 38
23
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan
sampah;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga
terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang
hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; dan
f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang pengelolaan sampah.
(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil
penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia.
(4) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
24
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 39
Pasal 40
(1) Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja
melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak
memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan
keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah
25
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
Pasal 41
Pasal 42
(1) Tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana korporasi
apabila tindak pidana dimaksud dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan korporasi dan dilakukan oleh pengurus yang
berwenang mengambil keputusan atas nama korporasi atau
mewakili korporasi untuk melakukan perbuatan hukum atau
memiliki kewenangan guna mengendalikan dan/atau
mengawasi korporasi tersebut.
26
tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada mereka
yang bertindak sebagai pemimpin atau yang memberi perintah,
tanpa mengingat apakah orang dimaksud, baik berdasarkan
hubungan kerja maupun hubungan lain, melakukan tindak
pidana secara sendiri atau bersama-sama.
(3) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan ditujukan kepada
pengurus pada alamat korporasi atau di tempat pengurus
melakukan pekerjaan yang tetap.
(4) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi yang pada saat
penuntutan diwakili oleh bukan pengurus, hakim dapat
memerintahkan pengurus agar menghadap sendiri ke
pengadilan.
Pasal 43
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44
27
Pasal 45
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 46
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
28
Pasal 48
Pasal 49
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
29
DEWA PERWAKILA RAKYAT
REPUBLIK IDOESIA
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
I. UMUM
30
memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan
sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu
yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
31
dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan
dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.
Pasal 1
Cukup jelas
32
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah
tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah
tangga.
33
udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,
jalan, dan trotoar.
Pasal 3
Yang dimaksud dengan asas “tanggung jawab” adalah bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung
jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat
terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
34
menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
35
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos,
pupuk, biogas, potensi energi, dan hasil daur ulang lainnya.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
36
Cukup jelas.
Huruf b
Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain,
berupa penyediaan tempat penampungan sampah,
alat angkut sampah, tempat penampungan
sementara, tempat pengolahan sampah terpadu,
dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
37
Pasal 13
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam
bentuk klaster, apartemen, kondominium, asrama, dan
sejenisnya.
Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau oleh masyarakat.
Pasal 14
Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak
memungkinkan mencantumkan label atau tanda, penempatan
label atau tanda dapat dicantumkan pada kemasan induknya.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan
kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Lingkup perizinan yang diatur oleh Pemerintah, antara
lain, memuat persyaratan untuk memperoleh izin,
jangka waktu izin, dan berakhirnya izin.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
38
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Pemerintah menetapkan kebijakan agar para
produsen mengurangi sampah dengan cara
menggunakan bahan yang dapat atau mudah diurai
oleh proses alam. Kebijakan tersebut berupa
penetapan jumlah dan persentase pengurangan
pemakaian bahan yang tidak dapat atau sulit terurai
oleh proses alam dalam jangka waktu tertentu.
Huruf b
Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi
yang dapat mengurangi timbulan sampah sejak awal
proses produksi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud bahan produksi dalam ketentuan ini
berupa bahan baku, bahan penolong, bahan tambahan,
atau kemasan produk.
Ayat (4)
Cukup jelas.
39
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Insentif dapat diberikan misalnya kepada produsen
yang menggunakan bahan produksi yang dapat atau
mudah diurai oleh proses alam dan ramah
lingkungan.
Huruf b
Disinsentif dikenakan misalnya kepada produsen yang
menggunakan bahan produksi yang sulit diurai oleh
proses alam, diguna ulang, dan/atau didaur ulang,
serta tidak ramah lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Pemilahan sampah dilakukan dengan metode yang
memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan,
lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah dimaksudkan agar
40
sampah dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan,
atau dikembalikan ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Kompensasi merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemerintah terhadap pengelolaan sampah di tempat
pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap
orang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
41
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Hal-hal yang diatur dalam peraturan pemerintah memuat
antara lain jenis, volume, dan/atau karakteristik
sampah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan
hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah
untuk memulihkan kualitas lingkungan dalam
42
keadaan semula dengan beban biaya yang ditanggung
oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan
dalam jumlah tertentu oleh pengelola sampah yang
melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Sengketa persampahan merupakan perselisihan antara
dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau
diduga adanya gangguan dan/atau kerugian terhadap
kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan akibat
kegiatan pengelolaan sampah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai
43
tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya
atau terulangnya dampak negatif dari kegiatan
pengelolaan sampah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam ayat ini,
antara lain, perintah memasang atau memperbaiki
prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Pasal 36
Gugatan perwakilan kelompok dilakukan melalui pengajuan
gugatan oleh satu orang atau lebih yang mewakili diri sendiri atau
mewakili kelompok.
Pasal 37
Ayat (1)
Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang
terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang
pengelolaan sampah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan biaya atau pengeluaran riil
adalah biaya yang secara nyata dapat dibuktikan telah
dikeluarkan oleh organisasi persampahan.
44
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
45
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
46
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
TENTANG
BUPATI TANGERANG,
2. Undang-Undang……
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3459);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
15. Sampah….
15. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang tidak berasal
dari rumah tangga meliputi kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas
sosial, fasilitas umum dan /atau fasilitas lainnya.
16. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
17. Kawasan permukiman adalah kawasan hunian dalam bentuk klaster,
apartemen, kondominium, asrama, dan sejenisnya.
18. Kawasan komersial adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang.
19. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industry yang
dilengkapi sarana dan sarana penunjang.
20. Kawasan khusus adalah wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk
kepentingan nasional/bersakala nasional.
21. Pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
22. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat sebelum sampah diangkat ke tempat pendaur ulangan, pengelolaan
dan/atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu.
23. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu selanjutnya disebut TPST adalah tempat
dilaksankannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penyusunan ulang,
pendaur ulangan, pengolahan dan pemprosesan akhir sampah.
24. Tempat Pemprosesan Akhir Sampah yang selanjutnya disebut TPAS adalah
tempat memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
25. Pengurangan sampah adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembatasan
timbunan sampah, pendaur ulangan sampah dan/atau pemanfaatan sampah.
26. Pembatasan timbunan sampah adalah upaya meminimalisasi timbunan
sampah yang dilakukan sejak sebelum dihasilkannya suatu produk dan/atau
kemasan produk sampai dengan saat berakhirnya kegunanaan produk
dan/atau pemanfaatan kembali sampah.
27. Pendaur ulangan sampah adalah upaya memanfaatkan sampah menjadi
barang yang berguna setelah melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
28. Pemanfaatan kembali sampah adalah upaya untuk mengguna ulang sampah
sesuai dengan fungsi yang sama atau fungsi yang berbeda dan/atau
mengguna ulang bagian dari sampah yang masih bermanfaat tanpa melalui
suatu proses pengolahan terlebih dahulu.
29. Penanganan sampah adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
30. Pemilahan adalah kegiatan mengelompokan dan memisahkan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah.
31. Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari
sumber sampah ketempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
32. Pengakutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau ke
tempat perosesan akhir.
33. Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik,komposisi dan/atau
jumlah sampah.
34. Pemrosesan.....
34. Pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman bagia
manusia dan lingkungan.
35. Pengolahan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan adalah pengolahan
sampah dengan menggunakan terknologi tepat guna, aman, ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
36. Incenerator adalah Pengolahan sampah dengan metode pembakaran.
37. Sampah bahan berbahaya dan beracun yang bersumber dari rumah tangga
yang selanjutnya disingkat sampah B3 rumah tangga adalah sisa suatu
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karna
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik secara langung
mapun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakan lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
38. Ijin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau Badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
39. Rekomendasi adalah surat yang diberikan oleh pihak berwenang kepada
seseorang atau lembaga sesuai yang dianggap pantas dan mampu sesuai
dengan Kriteria dan peraturan yang berlaku.
40. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbunan sampah.
41. Pelayanan umum adalah penyediaan jasa pelayanan pengelolaan sampah di
jalan umum, tempat atau fasilitas umum untuk kepentingan dan kemanfaatan
umum.
42. Tempat umum adalah tempat yang meliputi taman, lapangan, halaman,
bangunan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk fasilitas umum.
43. Orang adalah orang-perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
44. Masyarakat adalah semua orang yang secara alami dan hukum memiliki hak
dan kewajiban atau menjadi subyek hukum
45. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar
46. Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukan bagi pengelolaan
sampah.
47. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di Tempat
Pembuangan Akhir ( TPA ).
48. Insentif adalah upaya untuk memotivasi masyarakat secara positif agar
masyarakat tersebut mentaati ketentuan dibidang pengelolaan sampah guna
lebih meningkatkan pemeliharaan lingkungan.
49. Disinsentif adalah upaya memberikan penghukuman bagi masyarakat yang
melanggar di bidang pengelolaan sampah untuk mencegah dan menanggulangi
kerusakan dan pencemaran lingkungan
50. Biaya paksa ketentuan adalah biaya yang dibebankan kepada pelanggar
keharusan dan larangan dalam Peraturan Daerah ini.
51. Badan.....
51. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseoraan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi
yang sejenis lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha
lainnya.
52. Lumpur tinja adalah benda atau zat yang tidak bisa di daur ulang yang
merupakan hasil dari sisa pencernaan manusia yang didalamnya mengandung
microba yang mati,feses dan kotoran.
53. Kakus adalah jamban atau suatu bangunan yang berfungsi menampung tinja
manusia
54. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disebut IPLT adalah
suatu prasarana yang berfungsi untuk mengelola lumpur tinja dan membuang
hasil olahan yang memenuhi syarat ke badan air.
55. Kendaraan tinja adalah kendaraan milik Pemerintah Deerah yang berfungsi
untuk menyedot mengangkut dan membuang tinja.
56. Penyedotan kakus adalah pekerjaan pengambilan tinja manusia,
penampungan tinja manusia kedalam kendaraan tinja dan selanjutnya
diangkut ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.
57. Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta.
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Azas
Pasal 2
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Pasal 4
(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri dari :
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga;
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi ;
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3);
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan V;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Tugas
Pasal 5
Pemerintah Daerah mempunyai tugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 3 Peraturan Daerah ini.
Pasal 6
(1) Tugas Pemerintah Daerah sebagimana dimaksud dalam pasal 5 terdiri atas :
Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 7
(2) Penetapan lokasi TPS, TPST, dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak Dalam Pengelolaan Sampah
Pasal 8
(1) Dalam pengelolaan sampah, sertiap orang berhak:
a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan;
b. Berfartisipasi.....
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan, dan
pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai penyelenggaraan
pengelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi akibat dampak negatif dari
TPA;
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah
secara baik dan berwawasan lingkungan, berupa pendidikan lingkungan
serta sosialisasi;
f. memanfaatkan dan mengolah sampah untuk kegiatan ekonomi;
g. melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan sampah, termasuk
melalui proses pengaduan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Kewajiban
Paragraf 1
Pemerintah Daerah
Pasal 9
Pemerintah Daerah Wajib:
a. Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap;
b. Menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala Kabuparen yang berupa :
1. TPS;
2. TPS 3R atau TPST;
3. Stasiun Peralihan Antara (SPA);
4. TPA.
c. Melakukan pengolahan sampah skala Kawasan dan atau skala Kabupaten
secara aman bagi kesehatan dan lingkungan.
d. Memiliki data dan informasi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga, yang memuat
1. sumber sampah;
2. timbulan sampah;
3. komposisi sampah;
4. karakteristik sampah;
5. fasilitas pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga; dan
6. data informasi lain terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga.
e. Mendanai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
f. Menyediakan fasilitas pemilahan sampah yang terdiri dari 3(tiga) jenis sampah
yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3 Rumah Tangga;
dan
g. Memfasilitasi masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan
guna ulang sampah.
Paragraf 2 …………….
Paragraf 2
Masyarakat
Pasal 10
(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga harus melaksanakan pengurangan sampah dan penanganan
sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. Pengurangan sampah sejak dari sumbernya; dan/atau
b. Pemanfaatan sampah sebagai sumberdaya dan sumber energi.
(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan;
b. membuang sampah pada tempatnya;
c. pewadahan sampah yang dapat memudahkan proses pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan sampah;
d. pengumpulan sampah dari sumber ke TPS;
e. pemilahan sampah berdasarkan sifatnya; dan
f. penyediaan dan pemeliharaan sarana persampahan dilingkungannya.
Paragraf 3
Pengelola Kawasan
Pasal 11
(2) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah, lokasi dan fasilitas TPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b wajib mendapatkan rekomendasi
dari SKPD.
Paragraf 4
Pelaku Usaha
Pasal 12
(2) Pengurangan sampah dari kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan melalui :
a. penerapan teknologi bersih dan nirlimbah;
b. penerapan teknologi daur ulang yang aman bagi kesehatan dan lingkungan;
dan
c. membantu upaya pengurangan dan pemanfaatan yang dilakukan
pemerintah daerah dan masyarakat.
3. Penanganan …….
(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
dengan cara:
a. memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan;
b. pengolahan lingkungan dalam satu kesatuan proses produksi;
c. pemilahan sampah;
d. pembayaran biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat
didaur ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, melalui
tanggung jawab sosial dan lingkungan;
e. penerapan mekanisme pengolahan sampah yang timbul akibat kegiatan
produksi yang dilakukannya;
f. pemanfaatan sampah untuk menghasilkan produk dan energi;
g. optimalisasi penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan baku produk;
dan
h. Menampung kemasan produk yang telah dimanfaatkan oleh konsumen
BAB V
SUMBER SAMPAH
Pasal 13
BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Pasal 14
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri dari:
1. Pengurangan sampah; dan
2. Penanganan sampah.
Paragraf 1
Pengurangan Sampah
Pasal 15
2. Pengurangan ……………..
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan :
a. Menggunakan bahan yang dapat diguna ulang; bahan yang dapat didaur
ulang; dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam; dan
Pasal 16
Paragraf 2
Pendaur Ulang
Pasal 17
(1) Produsen melakukan pendaur ulang sampah yang dihasilkannya dengan cara
yang berwawasan lingkungan.
(2) Dalam kegiatan pendaur ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
produsen:
a. Menarik kembali sampah dari produk dan/atau kemasan yang
dihasilkannya untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang; dan.
b. Menyusun rencana dan/atau program pendaur ulang sampah sebagai
bagian dari usaha dan/atau kegiatan yang sesuai dengan kebijakan dan
strategi pengolahan sampah.
(3) Kegiatan pendaur ulang sebagaiman dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
diserahkan kepada Badan Usaha yang memiliki ijin.
Paragraf 3
Pemanfaatan Kembali Sampah
Pasal 18
2. Dalam ………….
(2) Dalam kegiatan pemanfaatan kembali sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) produsen wajib:
a. menarik kembali sampah dari produk dan/atau kemasan yang
dihasilkannya; dan
b. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali sampah
sebagai bagian dari usaha kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan strategi
pengurangan sampah.
Paragraf 4
Target Pengurangan Sampah
Pasal 19
Bagian Ketiga
Penanganan Sampah
Paragraf 1
Cara Penanganan Sampah
Pasal 20
Paragraf 2 ………….
Paragraf 2
Pemilahan
Pasal 21
Pasal 22
(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyediakan fasilitas tempat sampah organik,anorganik dan sampah B3
rumah tangga disetiap kawasan pemukiman, kawasan komersil, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
pendidikan dan kesehatan dan lainnya.
Pasal 23
(1) Jenis sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 pada ayat (1) dipilah
dan ditempatkan kedalam wadah yang di beri simbol, label dan warna yang
berbeda.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis dan standarisasi pemilahan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 24
(2) Peraturan Bupati lebih lanjut mengenai simbol dan label sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Paragraf 3
Pengumpulan Sampah
Pasal 25
Pasal 26
2. TPS/TPST ……………..
(2) TPS/TPST sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 wajib memenuhi kriteria :
a. terpilah yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis sampah yaitu organik,
anorganik, dan b3 rumah tangga;
b. luas lokasi dan kapasitas yang mencukupi;
c. mudah diakses;
d. tertutup;
e. memiliki jadwal pengumpulan;
Pasal 27
Paragraf 4
Pengangkutan
Pasal 28
3. Pelaksanaan ………….
(3) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.
Paragraf 5
Pengolahan Sampah
Pasal 29
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan pada
sumber, TPS, TPST dan/atau TPA.
(3) Kegiatan pengolahan sampah sebagiamana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan dan sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Paragraf 6
Pemrosesan Akhir Sampah
Pasal 30
Pasal 31
(2) Sampah yang sudah diproses melalui cara pemrosesan akhir sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
(4) Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun
sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 32 ………….
Pasal 32
(2) Penyediaan TPS/TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan
ramah lingkungan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(3) Penyediaan TPS/TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan RTRW.
Pasal 33
(1) TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 32 ayat 2 harus dilengkapi:
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi;
d. fasilitas penunjang.
(2) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.
Pasal 34
(3) Penyediaan TPS/TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
RTRW.
Bagian Keempat
Penanganan Sampah Spesifik
Pasal 35
(1) Penanganan sampah spesifik akan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.
Pasal 36
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan badan
usaha yang melakukan :
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan timbulan sampah;dan/atau
d. tertib penanganan sampah.
Pasal 37
Pasal 38
(2). Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat
(1) dapat berupa:
a. pemberian penghargaan;
b. pemberian kemudahan perijinan dalam pengelolaan sampah;
c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu
tertentu;
d. penyertaan modal daerah; dan/atau
e. pemberian subsidi.
Pasal 39
(2) Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dapat
berupa :
a. Penghentian subsidi;
b. Penghentian pengurangan pajak Daerah dan retribusi Daerah; dan/atau
c. Denda dalam bentuk uang/barang/jasa.
Pasal 40 ………….
Pasal 40
(1) Bupati melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan usaha
terhadap:
a. inovasi pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan tibulan sampah;
d. tertib penanganan sampah;
e. pelanggaran terhadap larangan;dan/atau
f. pelanggaran tertib penanganan sampah.
(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
Tim Penilai dengan keputusan Bupati
Pasal 41
Pemberian insentif dan disinsentif sebagai mana dalam Pasal 37 dan Pasal 38
disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kearifan local.
Bagian Keenam
Lembaga Pengelola
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
BAB VII
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI
Bagian Kesatu
Sumber Pembiayaan
Pasal 45
Pasal 46
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya jasa pengelolaan sampah pelayanan
umum diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 47
(1) Setiap orang yang menggunakan atau menerima manfaat jasa pelayanan
pengelolaan sampah wajib membayar jasa pengelolaan sampah.
(3) Besaran tarif yang dikenakan kepada setiap wajib bayar dihitung berdasarkan
kebutuhan biaya penyediaan jasa pengelolaan sampah yang diberikan
menurut kaidah manajemen usaha dan mempertimbangkan kemampuan
secara ekonomi dan aspek keadilan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran tarif jasa pengelolaan smpah diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 48 ………….
Pasal 48
Besaran tarif jasa pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 ayat
(3) dan ayat (4) ditetapkan secara progresif berdasarkan pada :
a. volume atau berat sampah yang ditimbulkan;
b. jenis penghasil sampah; dan
c. jenis pelayanan yang diberikan.
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 52
Bagian Kedua
Kompensasi
Pasal 53
(2) Dampak negative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan oleh :
a. pencemaran air;
b. pencemaran udara;
c. pencemaran tanah;
d.longsor ………….
d. longsor;
e. kebakaran;
f. ledakan gas methan; dan/atau.
g. hal lain yang menimbulkan dampak negatif.
Pasal 54
BAB VIII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 55
Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah yang
diselenggarakan oleh pemerintah Daerah.
Pasal 56
Pasal 57
BAB IX
PERIJINAN
Pasal 58
(2) Persyaratan dan tatacara pengajuan perijinan diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB X
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu
Kerja Sama Antar Daerah
Pasal 59
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah
lain dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah dengan pihak Ketiga.
(2) Kerja sama antara Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
melibatkan 2 (dua) atau lebih Daerah Kabupaten/Kota pada suatu Provinsi
atau antar Provinsi.
Bagian Kedua
Kerja Sama Dengan Badan Usaha
Pasal 60
(1) Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan
sampah.
e.Pemberdayaan …………
e. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang berbasis
Reduce,Reuse, Dan Recycle;
f. rekayasa sampah menjadi sumber energy;
g. pengelolaan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.
Pasal 61
Pelaksanaan kerja sama antar Daerah dan kemitraan dengan badan usaha
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB XI
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN
Pasal 62
BAB XII
PENGELOLAAN LUMPUR TINJA
Bagian Kesatu
Pengelolaan
Pasal 63
Bagian Kedua
Perijinan Lumpur Tinja
Pasal 64
(1) Setiap kegiatan usaha yang bersifat pengelolaan lumpur tinja baik pengambilan
pengangkutan maupun pembuangan lumpur tinja secara
perorangan/kelompok/badan usaha baik pengambilan, pengangkutan,
maupun pembuangan lumpur tinja harus mendapat ijin dari Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
(2) Persyaratan dan tata cara pengajuan perijinan diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 65
(1) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari rumah tinggal ke IPLT
menjadi tanggung jawab SKPD.
(2) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari pasar dan terminal ke IPLT
dapat dilaksanakan oleh pengelola pasar/terminal, masyarakat/ swasta
setelah mendapat ijin dan/atau dapat bekerjasama dengan SKPD.
(3) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari obyek wisata, tempat hiburan
umum dan tempat hiburan lainnya termasuk kegiatan-kegiatan urusan
kepariwisataan ke IPLT dapat dilaksanakan oleh
pemilik/pengelola/penanggung jawab tempat tersebut setelah mendapat ijin
dan/atau dapat bekerja sama dengan SKPD.
Bagian Keempat
Penyedotan Lumpur Tinja
Pasal 66
(2) Setiap orang atau pribadi dan atau badan yang menghendaki pelayanan
penyedotan lumpur tinja dapat mengajukan permohonan kepada SKPD.
Bagian Kelima
Sarana Lumpur Tinja
Pasal 67
(2) Penetapan lokasi pembuangan akhir sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu
pada RTRW Kabupaten Tangerang.
Bagian Keenam
Retribusi Penyedotan Lumpur Tinja
Pasal 68
(1) Pengguna jasa pelayanan penyedotan lumpur Tinja di kakus atau istilah lain
sebagai mana dimaksud Pasal 66 ayat (1) dikenakan biaya retribusi.
(2) Pengaturan biaya retribusi jasa pelayanan penyedotan lumpur tinja ditetapkan
melalui Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.
Pasal 69
(3) Pengelola pengangkutan dan pembuangan lumpur tinja dari pihak swasta
diwajibkan melaporkan hasil pengelolaannya pada SKPD setiap bulan serta
melaksanakan pembayaran retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 70
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 71
BAB XIV
LARANGAN
Pasal 72
b.Mencampur ………….
b. mencampur sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dengan
sampah B3 rumah tangga;
c. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
d. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir;
e. membuang sampah, kotoran, atau barang lainnya di saluran air atau selokan,
jalan, berm (bahu jalan), trotoar, tempat umum, tempat pelayanan umum, dan
tempat-tempat lainnya;
f. mengotori, merusak, membakar,atau menghilangkan tempat sampah yang
telah disediakan;
g. Membakar sampah pada tempat-tempat yang membahayakan.
h. membakar sampah atau benda-benda lainnya dibawah pohon yang
menyebabkan matinya pohon; dan.
i. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah
j. membuang lumpur tinja di luar IPLT.
BAB XV
KETENTUAN SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
Pasal 73
(1) Setiap orang/kelompok/badan usaha yang melanggar ketetentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (1) dan Pasal 65 ayat (1)
dikenakan sanksi administratif dan atau biaya paksa penegakan hukum.
Pasal 74
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (1) dan (2)
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. paksaan pemerintah;
h. uang paksa;
Bagian Kedua
Pembebanan Biaya Paksa Penegakan Hukum
Pasal 75
(1) Biaya Paksa Penegakan Hukum dibayarkan kepada Kas Daerah paling lambat
dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak ditetapkan.
(2).Apabila ……………
(2) Apabila pembayaran tidak dilaksankan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau
proses hukum sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
BAB XVI
PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 79
(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah dan lumpur tinja terdiri
atas:
a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; dan
b. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui penyelesaian diluar pengadilan atau melalui pengadilan.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 80
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan
Pasal 81
Bagian Keempat
Gugatan Perwakilan Kelompok
Pasal 82
Bagian Kelima
Hak Gugat Organisasi Persampahan
Pasal 83
(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada
tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu, kecuali biaya atau pengeluaran
nyata.
c.Telah …………….
c. telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun sesuai dengan
anggaran dasarnya.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 84
(1) Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya dibidang pengelolaan persampahan diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang pengelolaan sampah;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang pengelolaan sampah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan
peristiwa tindak pidana dibidang pengelolaan sampah;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti, pembukuan,pencatatan terhadap bahan dan barang hasil kejahatan
yang dapat dijadikan bukti dalam kejahatan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah; dan
f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang pengelolaan sampah.
(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada
penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 85
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
72, dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.
Pasal …
-32-
Pasal 86
Pada saat Peratura Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Kebersihan di Kabupaten
Tangerang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 87
Ditetapkan di Tangerang
pada tanggal 30 - 10 - 2012
BUPATI TANGERANG,
ttd.
H. ISMET ISKANDAR
Diundangkan di Tangerang
pada tanggal 30 - 10 - 2012
ttd.
H. ISKANDAR MIRSAD
TENTANG
BUPATI TANGERANG,
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah yang bukan berasal dari rumah tangga.
Kawasan komersial merupakan antara lain pusat
perdagangan,pasar,pertokoan,hotel, perkantoran,restoran dan tempat
hiburan.
Kawasan Industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industry yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri
yang telah memiliki ijin kawasan industri.
Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang
digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional,misalnya
kawasan cagar budaya, taman nasional,pengembangan industry
strategis, dan pengembangan teknologi tinggi.
Fasilitas sosial, antara lain rumah ibadah, panti asuhan dan panti
social.
Fasilitas umum antara lain,terminal angkutan umum ,stasiun,
taman,jalan ,trotoar
Fasilitas yang termasuk fasilitas lain adalah, antara lainyang tidak
termasuk kawasan fasilitas umum,sosial,khusus antara lain rumah
tahanan, lembaga pemasyarakatan,rumah sakit, klinik kawasan
pendidikan, pariwisata,berikat dan pusat kegiatan olah raga.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Huruf e
Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos,pupuk,biogas potensi
energi dan hasil daur ulang lainnya
Cukup jelas
Pasal 7
Huruf b.
Penyelenggaraan pengolahan sampah,antara lain berupa penyediaan tempat
penampungan sampah ,alat angkut sampah, tempat penampungan
sementara, tempat pengelolaan sampag terpadu, dan/atau pemproesan
akhir sampah
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Kawasan Pemukiman meliputi kawasan pemukiman dalam bentuk
klaster,apartemen,kondominium,asrama,dan sejenisnya.
Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakan pada tempat yang mudah
dijangkau oleh masyarakat>Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat ( 1 )
Huruf a
Intensif dapat diberikan misalnya kepada produsen yang menggunakan
bahan baku produksi yang dapat dan mudah diurai oleh proses alam dan
ramah lingkungan.
Huruf b
Dis intensif dikenakan misalnya kepada produsen yang menggunakan
bahan froduksi yang sulit diurai oleh proses alam,diguna ulang /atau daur
ulang serta tidak ramah lingklungan.
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang berbentuk atas
kehendak dan keinginan sendiri ditengah masyarakat yang tujuan dan
kegiatannyameliputi bidang pengelolaan sampah.
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Ayat (1)
Kompensasi merupakan bentuk pertanggung jawaban pemerintah terhadap
pengelolaan sampah ditempat pemprosesan akhir yang berdampak negative
terhadap orang.
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Poin (e)
- Reuse adalah kegiatan penggunaan kemabali sampah Sscara
langsung baik dengan fungsi yang sama atau yang lainnya
- Reduce adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
sampah
- Recycle adalah Pemanfatan kembali sampah setelah mengalami
prses pengoleh
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja dimaksud adalah Instalasi Pengelolaan
Lumpur Tinja (IPLT) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Tangerang
berlokasi di Kecamatan Sepatan Timur
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Data Pribadi
Nama : SyaifulBahri
JenisKelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Email : Syaifuluntirta@gmail.com
BalarajaTangerang
Pendidikan