Anda di halaman 1dari 297

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH OLEH

DINAS KEBERSIHAN PERTAMANAN DAN


PEMAKAMAN (DKPP)
DI KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh
Syaiful Bahri
6661092945

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG MEI 2015
ABSTRAK
Syaiful Bahri. 6661092945. Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Kebersihan
Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) di Kanupaten Tangerang. Program Study
Ilmu Administrasi Negara. Dosen Pembimbing I: H. Oman Supriadi, Drs. M.Si.
Dosen Pembimbing II: Juliannes Cadith, S.Sos.,M.Si.

Kata Kunci: Strategi, Pengelolaan Sampah di Kabupaten Tangerang

Pengomposan untuk Pengelolaan sampah hanya terdapat dilima daerah yaitu


terdiri dari Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Perumahan Panca Wiratma Sakti
(PWS) dan Panongan. Namun terdapat masalah Pengoperasian Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten masih
terkendala lahan. Sehingga tahap revitalisasi TPA belum sepenuhnya rampung,
sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang masih kurang mendukung untuk
pengoperasian pelaksanaan pengelolaan sampah, tidak adanya pengembangan
pengelolaan sampah untuk memanfaatkan sampah dalam upaya mengurangi
beban TPA Jatiwaringin. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui strategi
pengelolaan sampah di TPA Kabupaten Tangerang, dan untuk mengetahui upaya
apa yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman diBidang
Kebersihan dalam Pengelolaan Sampah di Kabupaten Tangerang. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif data diperoleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi serta menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan
Hubesman. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi dan member check.
Penelitian ini meneliti tentang strategi maka peneliti menggunakan pendekatan
Analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian yang mengenai strategi pengelolaan
sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten
Tangerang maka peneliti menyimpulkan bahwa strategi pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten
Tangerang masih banyak kekurangan terutama dalam meminimalisir sampah yang
ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
ABSTRACT

Saiful Bahri. 6661092945. Waste Management Strategy by the Department of


Health Parks and Cemeteries (DHPC) in Tangerang district. Study Program of
Public Administration. Supervisor I: H. Oman Supriya, Drs. M.Sc. Supervisor II:
Juliannes Cadith, S. Sos., M.Si.

Keywords: Strategy, Waste Management in Tangerang district

Composting for waste management is only found in five areas, which consists of
Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Housing Panca Wiratma Sakti (PWS) and
Panongan. But there are problems Operation Final Disposal in Tangerang
district, Banten Province is still constrained by land. So the stage is not yet fully
completed the landfill revitalization, infrastructure and facilities owned by the
Department of Health, Parks and Cemeteries (DHPC) Tangerang Regency is still
lacking support for the operation of the implementation of waste management, the
absence of waste management development in an effort to utilize waste landfill
reduces Jatiwaringin burden. Purpose of this study was to determine the waste
management strategy in Tangerang district, and to know what efforts were made
by the Department of Health Parks and Cemeteries in Tangerang district. This
study used a qualitative method. Data was obtained through interviews,
observation, and documentation as well as the use of data analysis techniques
according to Miles and Hubesman. Test the validity of the data used triangulation
and member checklth Sector in Waste Management in Tangerang district. This
study examines the strategy the researchers used a SWOT analysis approach.
Based on the results of research on waste management strategy by the
Department of Health Parks and Cemeteries Tangerang Regency, the researchers
concluded that the waste management strategy undertaken by the Department of
Health Parks and Cemeteries Tangerang regency still lack, especially in
minimizing waste in the final disposal.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala

Rahmat , Karunia dan Hidayah-Nya yang senantiasa tercurah, maka Penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Strategi

Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) di Kabupaten Tangerang ” yang merupakan syarat akhir untuk

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik dengan spesialisasi Ilmu Administrasi Negara pada Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, terutama

pembimbing skripsi yang memberikan pengarahan serta kerendahan hati

kiranya dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan terwujud. Untuk itu

perkenankan dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd, Rektor Universitas Sultan


Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S,sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Mia Dwiana, S.Sos., M.Ikom.,Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i
5. Bapak Gandung Ismanto, S,sos.,M.M., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Ibu Rahmawati, S.sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa. Dan juga merupakan dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses

pembuatan skripsi

7. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Bapak Oman Supriadi, Drs. M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi

ini

9. Bapak Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi

ini

10. Bapak Abdul Hamid, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

11. Ibu Titi Stiawati S.Sos., M.Si., Dosen Penguji yang telah banyak

memberikan masukan bagi peneliti untuk perbaikan penelitian

12. Ibu Rina Yulianti, M.Si., Dosen Penguji yang telah banyak memberikan

masukan bagi peneliti untuk perbaikan penelitian

ii
13. Drs. H. Achmad Taufik, M.Si sebagai Kepala Dinas Kebersihan,

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang

14. Fachrul Rozi,S.Sos, MM sebagai Bidang Kebersihan

15. Drs. Sudarman. Sebagai Bidang Pengumpulan dan Pengangkutan

Sampah

16. Humphrey R. Lewakabessy, SE sebagai Seksi Sarana dan Prasarana

Kebersihan

17. H. Agus Dwi Widodo, S.Kom, MM sebagai Bagian Perencanaan

18. Supiyani,Spd sebagai Kepala UPT TPA Jatiwaringin

19. Endang Setiawan,SP sebagai Kasubag TU UPT TPA Jatiwaringin

20. Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dorongan

dan bantuan serta motivasi yang tinggi baik moril maupun materil dan

nasehat yang sangat bermanfaat atas dukungan kalian semuanya

21. Eka Tiara Wirahayu Pertiwi dan Lucky Akbar yang sudah memberikan

dukungan dan semangat serta bantuan dalam mencari data

22. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi dan teman

Asep Hidayat, Iwan Hermawan, Ibnu Saputra, Septian E.P, Indri

Sutopo, Karyadi, Randi Apriandi Hasan, Ricky N.R.S, Syandi Negara,

teman yang tidak bisa di sebutkan satu persatu terima kasih

23. Teman-teman para Komunitas Pendaki Gunung yang tidak bisa di

sebutkan satu persatu, teman-teman para Akademisi Bundo

24. Teman-teman ANE F 2009, terima kasih atas solidaritas dan kenangan

selama di dalam perkuliahan.

iii
Penulis berdoa semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa serta amal

budi luhur tersebut berupa pahala yang melimpah. Penulis juga menyadari

bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini

dikarenakan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun

demi usaha perbaikan skripsi ini dan nantinya akan penulis terima dengan

hati yang tulus demi pengembangan penulisan dan karya ilmiah selanjutnya.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi almamater beserta para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

Amin…

Serang, Mei 2015

Syaiful Bahri

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL……………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1

1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………. 13

1.3 Batasan Masalah dan Rumusan Masalah………………………….. 13

1.4 Tujuan Penelitian…...…………………………………………….… 13

1.5 Manfaat Penelitian……,,,…...……………………………………... 14

1.6 Sistematik Penulisan……………………………………...…… 15

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori………………………………………………… .20

2.1.1 Konsep Organisasi dan Manajemen…………………….. 20

2.1.2 Pengertian Manajemen……………………….………….. 22

v
2.1.3 Asas Manajemen……….……………………….…….…. 24

2.1.4 Tujuan Manajemen……………………………..….......... 29

2.1.5 Pengertian Strategi………………...........……….….......... 34

2.1.6 Pengertian Manajemen Strategi……….....................……. 36

2.1.7 Model Manajemen Strategi…………...………….……… 37

2.1.8 Analisis SWOT………...……………………………….. 41

2.1.9 Pengertian Sampah Pada………………………………... 43

2.1.10 Pengolahan Sampah…………......................…………… 43

2.1.11 Jenis-Jenis Sampah.....................……………………….. 57

2.2 Penelitian Terdahulu…………………………………………….. 47

2.3 Kerangka Berfikir……………………………………………….. 49

2.4 Asumsi Dasar Penelitian………………………………………… 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian.………………………………………… 53

3.2 Fokus Penelitian.....…………………………………….…….... 54

3.3 Lokasi Penelitian……………………………………………….. 54

3.4 Variabel Penelitian…………………………………………….. 55

3.5 Instrumen Penelitian…………………………………………..... 57

3.6 Informan Penelitian....................................................................... 61

3.7 Teknik analisis data..................................................................... 64

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 71

vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian............................................................ 72

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang........................... 72

4.1.2 Gambaran Umum DKPP Kabupaten Tangerang................ 73

4.1.3 Gambaran Umum TPA Jatiwaringin.................................. 86

4.2 Informan Penelitian........................................................................ 88

4.3 Deskripsi Analisis Data................................................................ 90

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 92

4.5 Hasil Penelitian…………………………………......................... 133

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan................................................................................... 135

5.2 Saran.............................................................................................. 136

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Perhitungan Asumsi Volume Sampah Tahun 2014...............................7

Tabel 1.2 Sarana dan Prasaran Tahun 2013..........................................................9

Tabel 1.3 Grand Design Kabupaten Tangerang Tahun 2014...............................10

Tabel 3.1 Definisi Oprasional Penelitian……………………………………….56

Tabel 3.2 Data Informan......................................................................................62

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara………………………………………………....63

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian...................................................................71

Tabel 4.1 Susunan Kepegawaian DKPP Kabupaten Tangerang...........................80

Tabel 4.2 data kendaraan bidang kebersihan........................................................96

Tabel 4.3 Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2014.....................................................122

Tabel 4.4 Indek Pembangunan Manusia Tahun 2208-2012...............................131

Tabel 4.5 Matrik SWOT Analisis........................................................................133

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis ................... 37

Gambar 2.2 Matriks SWOT ................................................................................... 42

Gambar 2.7 Alur Kerangka Berfikir ...................................................................... 51

Gambar 3.2 Analisis Data menurut Miles dan Huberman............................ ......... 64

Gambar 4.1 Struktur Organisasi DKPP Kabupaen Tangerang....................... ....... 79

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kantor UPT TPA Jatiwaringin.............................87

Gambar 4.3 Hasil Sanitary Lanfill............................................................................97

Gambar 4.4 Sitem Open Dumping...........................................................................97

Gambar 4.5 Proses Pemilihan Sampah...................................................................100

Gambar 4.6 Proses Penggilingan Sampah..............................................................101

Gambar 4.7 Proses Fermentasi...............................................................................101

Gambar 4.8 Tempat Pembuangan Sementara........................................................111

Gambar 4.9 Pengecekan Kendaraan Yang Masuk ke TPA..................................114

Gambar 4.10 Kegiatan Memilah Sampah.............................................................118

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah

2. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 Tentang

Pengolahan Sampah dan Lumpur Tinja

3. Dokumentasi foto kondisi TPA

4. Dokumentasi foto Wawancara

5. Member chek

6. Catatan Bimbingan Skripsi.

7. Surat Penelitian Kesbangpol.

8. Daftar Riwayat Hidup

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan tekonologi yang sangat pesat menyebabkan kemajuan di

segala bidang, dan sekaligus menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

Dampak kemajuan kemajuan teknologi yang sangat menonjol ini menjadi

dampak global, sehingga dewasa ini menjadi perhatian semua negara di dunia.

Dampak lingkungan hidup yang sudah mengglobal ini tidak semata-mata

akibat kemajuan teknologi yang pesat, tetapi akibat ulah manusianya. Di

Indonesia sampah merupakan benda yang dipandang sebelah mata oleh

masyarakat, seiring bertambahnya penduduk yang berurbanisasi dari tahun ke

tahun, sehingga kebutuhan barang rumah tangga semakin besar, dan

menimbulkan dampak buruk seperti sampah. Sampah seolah-olah tidak

memiliki manfaat apapun dan dianggap sebagai sumber bencana alam seperti

banjir, wabah dan lain sebagainya.

Pemecahan terhadap persoalan krisis lingkungan yang kini melanda

seluruh dunia tidak hanya terletak pada segi teknis atau ekonomis. Persepsi

seorang individu terhadap alam sering kali memperngaruhi tindakan-

tindakannya. Imaji yang merupakan citra manusia tentang alam, akan langsung

berpengaruh pada perbuatan-perbuatan, kepercayaan tingkah laku sosial, dan

kehidupan pribadi manusia. Maka, cara kita hidup sebenarnya merupakan cara

1
2

pandang kita terhadap dunia (worid view). Pendapat R.D.Laing, seperti yang

dikutip oleh Frijof Cafra dalam The Web and Life (London, 1996), menyatakan

bahwa. “kita telah menghancurkan dunia ini secara teori sebelum kita

menghancurkannya dalam praktek”. Oleh sebab itu, diperlukan perubahan cara

pandang, sikap dan perilaku semua manusia terhadap lingkungan, bumi kita,

dan alam.

Dengan mengenal dan memahami benar lingkungan hidup serta

memahami pula etika lingkungan yang tidak superior terhadap alam dan tidak

bersifat antropocentrik, maka diharapkan kita akan mampu mengelola

kehidupan kita dalam lingkungan hidup yang rumit seperti sekarang ini. Bila

hal ini terwujud akan tercipta keharmonisan atau keserasian hubungan dengan

Tuhan Yang Maha Pencipta, dengan makhluk hidup/sesama manusia, dengan

lingkungan hidup yang makin indah, menyenangkan, aman dan nyaman.

Kegiatan manusia sadar lingkungan perlu ditingkatkan. Masalah utama

yang menonjol adalah hubungan antara manusia dalam mencari kehidupaan

maupun dalam meneruskan keturunannya, dapat menimbulkan masalah

kelestarian sumber daya yaitu kerusakan yang timbul akibat ulah manusia itu.

Penggunaan teknologi yang kurang terkendali justru akan lebih memperparah

rusaknya lingkungan. Ruang lingkup lingkungan sangat luas, dari langit atau

udara, dari kutub utara sampai kutub selatan, puncak gunung, kota, desa

lembah, sungai, lautan, air laut, dasar laut. Karena itu kesadaran lingkungan

menjadi makin penting dan pendidikan kependudukan dan lingkungan bagi

setiap orang baik nasional maupun internasional, justru menjadi mutlak karena
3

manusia dan lingkungan itu merupakan dua unsur pokok yang saling

menentukan, dalam arti manusia hidup dari lingkungan dan jika rusak maka

manusia yang celaka.

Pemerintah Kabupaten Tangerang terkesan lambat menangani masalah

sampah yang kerap menggunung dikawasan Pasar Curug. Sampah pasar kerap

dibiarkan hingga menggunung dan memakan bahu jalan serta mebusuk

sebelum diangkut (www.metropolitan.com. 16 April 2014). Hal senada

dikatakan oleh salah satu warga berharap Pemerintah Kabupaten Tangerang

dapat lebih sigap mengantisipasi permasalahan sampah di Pasar Curug sebab

jika dibiarkan persoalan sampah akan terus menumpuk. Pantauan Banten Hits,

serakan sampah di kawasan Pasar Curug ini bukan hanya disatu titik saja di

belakang pasar, akan tetapi menyebar disepanjang jalan. Gambaran umum

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (mengacu pada Perda Nomor 8

Tahun 2010). Dinas kebersihan, pertamanan dan pemakaman mempunyai tugas

pokok merencanakan, melaksanakan, mengarahkan mengawasi dan

mengendalikan dibidang kebersihan pertamanan dan pemakaman sesuai

kebijakan daerah. Dengan visi dan misi, mewujudkan Kabupaten Tangerang

yang bersih tertata, hijau, indah dan terang benderang. Adapun misi misi

Kabupaten Tangerang yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam penataan penanggulangan kebersihan, pertamanan, pemakaman serta

penerangan jalan umum (PJU), dan meningkatkan peran serta

masyarakat/swasta dalam pengelolaan persampahan, pertamanan, pemakaman,

serta penerangan jalan umum.


4

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Kebijakan

Pemerintah Mengatasi Permasalahan Penduduk Tentang Pengelolaan Sampah,

sudah menjadi tanggung jawab pemerintah termasuk masalah pembiayaanya.

Sedangkan manusia hidup di dunia menentukan lingkungannya atau ditentukan

oleh lingkungannya. Alam secara fisik dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia dalam mengupayakan kehidupan yang lebih baik dan sehat menjadi

tidak baik dan tidak sehat dan dapat pula sebaliknya, apabila pemanfaatannya

tidak sesuai dengan kemampuan situasinya.

Langkah-langkah mengatasi masalah yang dihadapi oleh pemerintah,

dan masyarakat dalam menangani sampah terkait penanganan sampah serta

pelaksanaan yang belum maksimal terhadap regulasi-regulasi mengenai

penanganan sampah. Dalam hal ini perlu adanya sebuah komitmen yang kuat

dan terobosan yang bersifat kreatif-inovatif dari semua pihak untuk

mengoptimalkan perangkat regulasi mengenai penanganan dan pembangunan

sampah yang berwawasan lingkungan serta merubah paradigma yang sudah

tidak mempunyai relevansi dalam konteks membangun kesadaran pemerintah

terkait, dan masyarakat dalam menghadapi problematika sampah di negeri ini.

Adapun hasil pengamatan (observation) peneliti di lapangan yang dapat

disimpulkan terkait dengan permasalahan sampah yang di fokuskan pada

pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatiwaringin berada

di Desa Jatiwaringin Kecamataan Mauk Kabupaten Tangerang. Keberadaanya

yang sudah hampir lima belas tahun ternyata semakin memperparah keadaan

lingkungan di sekitar. Adapun masalah-masalah yang peneliti temukan


5

dilapangan pada observasi awal terkait Stategi Pengolahan Sampah Dinas

Kebersihan, Pertamanan Dan Pemakaman Kabupaten Tangerang diantanya

adalah:

Pertama, Adapun kondisi umum Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Jatiwaringin Kabupaten Tangerang dengan Luas lahan Tempat pembuangan

Akhir (TPA) Jatiwaringin sebesar 12 Ha, jarak centroid sampah ke TPA 18

Km, dengan jumlah timbulan sampah semakin tinggi serta terbatasnya lahan

Tempat Pembuangan Sampah (TPA) dengan metode yang digunakan open

dumping, yaitu, pembuangan sampah dilakukan begitu saja di lahan terbuka

tanpa upaya dilakukan pemadatan atau penutupan dengan tanah, jadi sampah

hanya dibiarkan begitu saja menunggu secara otomatis dengan sendirinya,

tanpa adanya penanganan lebih lanjut.

Dengan semakin meningkatnya sampah yang dihasilkan perharinya

mencapai 4.258 m³/hari dengan Luas 12 Ha, maka kondisi TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) terlihat seperti bukit-bukit yang menghasilkan bau yang

sangat busuk. Teknik pengelolahannya pun hanya menggunakan teknik open

dumping. Hal ini dapat menyebabkan warga dengan tegas warga yang

ekonominya menengah keatas menolak keberadaan TPA Jatiwaringin untuk

terus berada dilingkungannya. Keberadaan TPA Jatiwaringin sangat

mengganggu ketentraman warga, khususnya Desa Jatiwaringin, juga beberapa

desa lainnya, yaitu Desa Buaranjati, Desa Gintung, dan Desa Rajeg Mulya

hampir tiga kecamatan karena berada tidak jauh dari kawasan Tempat

Pembuangan Sampah (TPA) tersebut.


6

Siteplan Tempat Pembuangan Akhir Jatiwaringin Kabupaten

Tangerang, kondisi penimbunan sampah yang semakin menumpuk, hal ini

disebabkan adanya indikasi pengelolaan sampah yang hanya diangkut kelokasi

saja, kemudian hanya ditumpuk saja (open dumping), tanpa ada pengelolaan

yang baik dan benar dengan pengelolaan lebih ramah lingkungan. Akibatnya,

bau busuk sampah yang menyengat dan juga kerumunan lalat, sudah masuk

kerumah warga yang ada di sekitar lingkungan TPA tersebut, hal ini sangat

berpengaruh bagi kesehatan warga disekitarnya. Yang lebih berbahaya,

rembesan air sampah (Lindi) yang mencemari bagian dalam tanah sehingga

mencemari sumur warga yang digunakan menjadi konsumsi warga sekitar.

Adapun pengomposan untuk pengelolaan sampah hanya terdapat di 5 daerah

terdapat dan 5 mesin bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang yang

sudah berjalan yaitu terdiri dari daerah Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek,

Perumahan Panca Wiratama Sakti (PWS), dan Panongan. Pencemaran

lingkungan baik pencemaran Udara, pencemaran Air, juga pencemaran Tanah

yang timbul akan sangat merugikan bagi kehidupan warga untuk sekarang dan

masa yang akan datang.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini di bangun sekitar tahun 90an,

sampah yang datang dari penjuru Kabupaten Tangerang hanya di tumpuk-

tumpuk saja tidak ada pengelolaan sama sekali, sehingga menyebabkan udara

di sekitar TPA sangat bau busuk dan mengganggu pernapasan, tanpa ada

konpensasi sama sekali untuk warga sekitar.


7

Alur penanganan sampah yang diharapkan pemerintah Kabupaten

Tangerang dalam mengimplentasikan pengelolaannya sampah dari rumah

tangga diangkut oleh motor gerobak sampah ke Tempat Pengelolaan Sampah

Terpadu (TPST) dan diolah kembali di Tempat Pengelolaan Sampah terpadu

(TPST) sisa sampah yang tidak bisa diolah di tempat Pengelolaan Sampah

Tepadu (TPST) bisa diolah di TPST diangkut Truk sampah ke Tempat

Pembuangan Akhir Sampah (TPA) setelah itu sisa sampah dari TPST diolah

kembali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alur penanganan sampah yang

diharapkanpun belum berjalan secara efektif.

Tabel 1.1
Perhitungan Asumsi Volume Sampah Tahun 2014

Volume
Volume Produksi
Jumlah Timbulan
No Kecamatan Sampah
Penduduk (jiwa) Sampah
(Liter/Orang/Hari)
(m3/Hari)
1 Solear 73.753 1,5 111
2 Jambe 40.094 1,5 60
3 Tigaraksa 118.674 1,5 178
4 Cisoka 78.567 1,5 118
5 Cikupa 225.246 1,5 338
6 Panongan 96.454 1,5 145
7 Curug 166.353 1,5 250
8 Kelapa Dua 182.611 1,5 274
9 Legok 97.655 1,5 146
10 Pagedangan 95.464 1,5 143
11 Cisauk 64.128 1,5 96
12 PasarKemis 236.754 1,5 355
13 Sindang jaya 76.872 1,5 115
8

14 Balaraja 111.288 1,5 167


15 Jayanti 63.333 1,5 95
16 Sukamulya 59.421 1,5 89
17 Kresek 60.509 1,5 91

18 Gunung Kaler 48.036 1,5 72


19 Kronjo 55.030 1,5 83
20 Mekar Baru 35.012 1,5 53
21 Mauk 77.306 1,5 116
22 Kemiri 40.384 1,5 61
23 Sukadiri 53.548 1,5 80
23 Rajeg 133.696 1,5 201
25 Sepatan 92.446 1,5 139
26 Sepatan Timur 82.451 1,5 124
27 Pakuhaji 103.321 1,5 155
27 Teluknaga 138.467 1,5 208
29 Kosambi 131.747 1,5 198
Total Keseluruhan 2.838.620 4.258
(Sumber : DKPP Kabupaten Tangerang)

Kedua, Permasalahan Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman

(DKPP) Kabupaten Tangerang masih kurang mendukung untuk pengoperasian

pelaksanaan pengelolaan sampah. Pada saat ini penanganan permasalahan

sampah di wilayah Kabupaten Tangerang belum bisa berjalan dengan baik. Hal

ini disebabkan luas wilayah pelayanan dengan semakin besarnya jumlah

timbulan sampah yang tinggi sertasarana dan prasarana pendukung kebersihan,

seperti alat berat dan kendaraan operasional dalam pengangkutan sampah.

Kurangnya jumlah armada pengangkut sampah dapat menyebabkan semakin

menumpuknya sampah di setiap TPST. Truk pengangkut yang jumlah maupun


9

kondisinya kurang memadai dan kendaraan pendukungnya dalam mengangkut

sampah, adapun jumlah kendaraaan pengangkutan sampah sampai dengan

tahun 2013 adalah 141 unit (Tahun pembuatan mulai Tahun 2001-2013),

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel I.2
Sarana dan Prasaran Tahun 2014

Bidang UPT UPT UPT


No Sarana dan Prasarana
kebersihan Curug Balaraja Sepatan
1 Dumtruck 17 unit 28 unit 7 unit 25 unit
2 Armroll 7 unit 14 unit 3 unit 2 unit
3 Compector 4 unit - - -
4 Pickup operasional 5 unit - - -
5 Kecamatan(Truk Angkut) 29 unit - - -
(Sumber : DKPP kabupaten Tangerang)

Luas daerah pelayanan sampah sebesar 66.623 Km2. Perhitungan

asumsi volume sampah yang ada di Kabupaten Tangerang dengan total 29

kecamatan dan jumlah penduduk mencapai 2.838.620 jiwa, hal ini

menyebabkan semakin tingginya volume sampah yang perharinya mencapai

4.258m³/hari dari seluruh kecamatan yang berada di Kabupaten Tangerang

(sumber: Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten

Tangerang). Dengan jumlah sampah semakin banyak Tempat Pembuangan

Sampah Akhir (TPA) pun semakin menumpuk seperti bukit, sistem yang

digunakan dalam pengelolaan sampah di TPA hanya dengan proses

pembakaran, hal ini dapat menyebabkan masyarakat yang tinggal di

Jatiwaringin, mereka sangat prihatin sekaligus kecewa dengan keberadaaan


10

TPA jatiwaringin. Karena bau busuk sampah dan kerumunan lalat yang masuk

kerumah dan menemani makanan siang warga desa tesebut.

Kabupaten Tangerang mempunyai program unggulan dalam

pengelolaan sampah yaitu program unggulan Gemah Ripah dengan

programnya yaitu, Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan adapun

kegiatannya adalah penyediaan sarana dan prasarana pengolaan persampahan,

indikatornya jumlah sampah yang ditangani sebelum penambahan armada

mencapai volume sampah 4.258m³/hari dengan lokus 6 kecamatan yaitu

Curug, Cikupa, Balaraja, Kelapa Dua, Kosambi, Mauk. Penambahan armada

(Truck,Armroll masing-masing 6 unit) terdapat perubahan yang signifikan

dalam mempengaruhi jumlah volume sampah yaitu menjadi 4.630m³/hari di

kecamatan tersebut. Dengan jumlah anggaran Rp. 5.000.000.000,00. Dengan

target kinerja tahun 2014. Hal ini dapat di lihat pada tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3
Grand Design Kabupaten Tangerang Tahun 2014

PROGRAM UNGGULAN : Gemah Ripah


PROGRAM : Pengembangan kinerja pengelolaan sampah
KEGIATAN : Penyediaan Prasarana dan Sarana
PengelolaanPersampahan
No Indikator Target Kinerja Tahun2014 Jumlah
Volume Lokus Anggaran
1 Jumlah sampah 4.258m3/hari 6 Rp.
yang ditangan Kecamata 5.000.000.000,00
sebelum n Curug,
2 penambahan armada 4.630m3/hari Cikupa,
Jumlah sampah Balaraja,
yang tertangani Kelapa
setelah penambahan Dua,
armada (Truck dan Kosambi,
Armroll masing- Mauk
masing 6 unit)
(Sumber : DKPP. 2014)
11

Ketiga, masalah dalam pengelolaan sampah tidak adanya

pengembangan pengelolaan sampah untuk memanfaatkan sampah dalam upaya

mengurangi beban TPA Jatiwaringin serta masih rendahnya kesadaran

masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Salah satu persoalan yang

dihadapi manusaia di kota-kota besar adalah masalah sampah. Pencemaran

timbul disebabkan oleh adanya peningkatan aktivitas/kegiatan manusia yang

beraneka ragam. Banyak masyarakat yang membuang sampah dan sedikit

masyarakat yang mengelola sampah menjadi nilai guna.Belum adanya Bank

sampah untuk mengurangi beban TPA, serta belum rampungnya program

program 3R (reduce, reuse, recycle) yang kurangnya sosialisasi dari Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Hal ini dapat menyebkan

sampah yang menumpuk di pinggir jalan serta pasar-pasar tradisional serta di

setiap TPST. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta kepadatan

penduduk yang semakin meningkat. Permasalahan sampah di Kabupaten

Tangerang belum mendapatkan pengelolaan maksimal. Hal ini dikarenakan

secara insfrastruktur dan manajemen, sampah belum ditangani sesuai dengan

konsep dari pembangunan yang berkelanjutan. Dimana proses penangannya

adalah dengan melakukan pemisahan sampah basah untuk makanan ternak,

pemisahan sampah anorganik untuk dijual kembali, dan sisanya berupa residu

dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Padahal, jika sampah dikelola

dengan teknologi yang tepat, maka sampah dapat dijadikan aset daerah yang

menguntungkan. Sampah dan banjir adalah permasalahan yang cukup sulit

diperbaiki dengan semakin meningkatnya Urbanisasi.


12

Permasalahan sampah yang difokuskan pada masalah pengelolaan

sampah oleh DKKP Kabupaten Tangerang. Pada pasal 3 Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa

pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas

berkelanjutan, asas, manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan,

asas keselamatan, asas keamanan, dan hak asasi nilai ekonomi.

Dalam Undang-undang tersebut sudah jelas memberi tugas dan

wewenang kepada pemerintah dan pemerintah daerah agar menjamin

terselenggaranya pelaksanaan pengeloaan sampah yang baik dan berwawasan

lingkungan. Oleh karena itu seharusnya pihak DKKP selaku dinas yang

bertanggung jawab, dalam mengimplementasikan pengelolaan sampah dinas

yang terkait dapat melakukan aturan secara sistematis dalam pengelolaan

sampah di Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas,

dan melihat dari visi Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKKP)

Kabupaten Tangerang, Mewujudkan Kabupaten Tangerang yang bersih, tertata,

hijau, indah dan terang benderang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengelolaan Sampah Oleh

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) di Kabupaten

Tangerang”.
13

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian dapat

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten masih terkendala masalah lahan.

Sehingga tahap revitalisasi TPA belum sepenuhnya rampung.

2. Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas kebersihan, Pertamanan,

dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang masih kurang

mendukung untuk pengoperasian pelaksanaan pengelolaan sampah.

3. Tidak adanya pengembangan pengelolaan sampah untuk

memanfaatkan sampah dalam upaya mengurangi beban TPA

Jatiwaringin.

1.3. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan dalam

bahasan sebelumnya, maka peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian

ini mengenai Strategi Pengelolaaan Sampah di Dinas Kebersihan, Pertamanan

dan Pemakaman Kabupaten Tangerang. Kemudian mengacu pada latar

belakang yang telah disampaikan diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana strategi pengelolaan sampah yang dilakukan

oleh Dinas di Bidang Kebersihan di Kabupaten Tangerang.


14

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan

yang ingin dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui strategi pengelolaan sampah di TPA Kabupaten

Tangerang.

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Dinas kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman dibidang kebersihan dalam pengelolaan

sampah di Kabupaten Tangerang.

1.5.Manfaat penelitian

1.5.1. Secara Teoritis

1. Menambah informasi tentang bagaimana upaya pihak Pemda

Tangerang dalam strategi pengelolaan pengelolaan sampah agar

tidak menimbulkan masalah kepada warganya.

2. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti untuk melakukan

penelitian-penelitian lebih dalam lagi mengenai penanggulangan

masalah sampah menuju Kabupaten Tangerang yang cerdas dan

bersih.

1.5.2. Secara Praktis

1. Bagi pemerintah daerah setempat, diharapkan nantinya dapat

dijadikan sebuah penilaiian yang logis dan bahan pertimbangan

bagi pemerintah daerah untuk mengeluarakan Perda pelanggaran


15

perda pelanggaran membuang sampah disembarang tempat menuju

Kabupaten Tangerang yang cerdas dan bersih.

2. Bagi masyarakat, diharapkan nantinya dapat membuka ruang

kesadaran mereka tentang pola hidup sehat, dengan membuang

sampah pada tempatnya demi menjaga keindahan, kebersihan dan

kenyamanan warga yang bermukim di daerah Kabupaten

Tangerang.

1.6.Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menggambarkan ruang ligkup dan kedudukan

permasalah yang akan di teliti dalam bentuk uraiian secara deduktif, dari

ruang lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang lebih

spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembatasan Maslah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah akan memperjelas aspek permaslahan yang

muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan di teliti. Identifikasi

masalah dapat diajukan dalam bentuk pernyataan atau pernyataan.


16

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah akan lebih mempersempit masalah yang akan diteliti,

sehingga objek penelitian, subjek penelitian, lokus penelitian, hingga

periode penelitian secara jelas termuat.

1.3 Perumusan Masalah

Bagian ini peneiti mengidentifikasi masalah secara implisit secara

tepat atas aspek yang akan diteliti seperti terdapat dalam latar belakang

masalah dan pembatasan masalah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian akan mengungkapkan tentang sasaran yang ingin

dicapai dengan dilaksanakannya penelitian terhadap permasalahan yang sudah

dirumuskan sebelumnya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian akan menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari

diadakannya penelitian ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan menjelaskan tentang isi bab per bab secara singkat

dan jelas.
17

BAB II DESKRIPSI TEORI

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori memuat kajian terhadap sejumlah teori yang relevan

dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh

konsep penelitian yang jelas.

2.2 Peneliti Terdahulu

Peneliti terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah, baik

Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal penelitian. Jumlah jurnal yang digunakan

minimal 2 jurnal.

2.3 Kerangka Berpikir

Sub bab ini menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari

deskripsi teori.

2.4 Asumsi Dasar penelitian

Asumsi Dasar Penelitian menjelaskan tentang pemikiran awal peneliti

terhadap sesuatu masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk

memperjelas maksud peneliti. Peneliti menggunakan persentase dalam asumsi

dasar. Dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Sub ini menjelaskan metode yang dipergunakan dalam penelitian.


18

3.2. Instrumen Penelitian

Sub bab instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan

jenis alat pengumpul data yang digunakan.

3.3. Informan penelitian

Dalam sub bab ini menjelaskan informan penelitian yang mana akan

memberikan berbagai macam informan yang dibutuhkan.

3.4. Teknik dan Pengelolaan dan Analisis Data

Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalitas yang sesuai dengan sifat data

yang diteliti.

3.5. Tempat dan Waktu

Menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian dilaksanakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Penjelasan mengenai objek penelitian yang meliputi alokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian

ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang

berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2. Dekripsi Data

Menjelaskan data penelitian dengan mengunakan teori yang sesuai dengan

kondisi di lapangan.
19

4.3. Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mengunakan teknis analisis data kualitatif.

4.4. Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dan lebih rinci terhadap hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat

dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan

permasalahan serta asumsi dasar penelitian.

5.2. Saran

Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhasap

bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis

biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah

pada pengembangan konsep atau teori.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi.

Lampiran

Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian.


BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1.Deskripsi Teori

Semua penelitian bersifat ilmiah. Oleh karena itu semua peneliti harus

berbekal teori. Siti Rahayu Haditono (1999) dalam sugiyono (2009: 41),

menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih

banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Oleh

sebab itu, pada bab ini meneliti akan memamaparkan teori yang akan di pakai

dalam penyelesaian masalah yang ada.

Dalam penelitan Strategi Pengelolaan Sampah di Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tangerang ini, kajian yang

relevan untuk digunakan adalah pendekatan mengenai manajemen strategis.

Dimana dalam mengelola sampah yang ada di Kabupaten Tangerang sangat

dibutuhkan strategi yang baik yang mampu di Implementasikan oleh pihak

yang bertanggungjawab untuk mengemban tugas-tugas tersebut dalam hal ini

yaitu Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten

Tangerang di Bidang Kebersihan Kabupaten Tangerang.

2.1.1 Konsep Organisai dan Manajemen Publik

Perkataan organisasi berasal dari istilah Yunani organon dan istilah

Latin organum yang berarti alat, bagian, anggota atau badan. Dalam literatur

20
21

dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana ahli

yang bersangkutan melihatnya.

Mooney dalam Manullang (2005:59) mengatakan, organisasi adalah

bentuk setiap perserikatan manusia untuk mrncapai suatu tujuan bersama.

Sedang Chester I. Barnard memberi pengertian bahwa organisai sebagai suatu

sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih.

Organisai yang terbesar dimana pun sudah barang tentu organisasi

publik yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup

negara. Oleh karena itu, organisasi publik mempunyai kewenangan yang absah

(terligitimasi) di bidang politik, administrasi, pemerintahan dan hukum secara

terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi warganya serta

melayani kebutuhan. Sebaliknya, berhak pula memungut pajak untuk

pendanaan dan menjatuhkan sebagai sanksi penegakan peraturan.

Seiring berjalannya waktu, organisasi mengalami perubahan paradigma.

Perubahan paradigma dalam organisasi ini dapat dilihat dari kacamata yang

lain, yaitu yang diwarnai oleh paradigma organisasi dan oleh post birokrasi.

Jadi, organisasi publik sering kita lihat pada bentuk organisasi instansi

pemerintah yang juga dikenal sebagai birokrasi pemerintah. Istilah birokrasi ini

di berikan kepada instansi pemerintah karena pada awalnya tipe organisasi

yang ideal (yang disebut birokrasi dan orang-orang yang disebut birokrat ini)

merupakan bentuk yang sebagian besar diterima dan diterapkan oleh instansi

pemerintah.
22

Dari pembahasan diatas mengenai konsep organisasi dan manajemen

publik peneliti dapat menyimpulkan bahwa organisasi merupakan suatu wadah

atau tempat untuk saling bekerja secara team untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Adapun manajemen publik merupakan organisasi pemerintah yang

mengatur sumber daya yang ada agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan

efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tidak didasarkan pada profit,

dalam hal ini pemerintah sebagai penyedia kebutuhan publik.

2.1.2 Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses

untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Karena manajemen diartikan

mengatur maka timbul beberapa pertanyaan bagi kita.

1. Apa yang diatur?

Yang diatur adalah semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari

men, money, methods, materials, machines, and markets, disingkat dengan

6M dan semua aktivitas yang ditimbulkan dalam proses manajemen itu.

2. Kenapa harus diatur?

Agar 6M berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi, dan terkoordinasi

dalam mencapai tujuan yang optimal.


23

3. Siapa yang mengatur

Yang mengatur adalah pemimpin dengan wewenang

kepemimpinannya melalui intruksi atau persuasi, sehingga 6M dan semua

proses manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang diinginkannya.

4. Bagaimana mengaturnya

Mengaturnya yaitu melaui proses dari urutan fungsi-fungsi

manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

penegendalian = planning, organizing, directing, and controlling).

5. Dimana harus diatur

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena organisasi merupakan

“alat” dan ”wadah” (tempata) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses

manajemen dalam mencapai tujuannya. (Sumber: Hasibuan, 2009;1).

Perlu dihayati bahwa manajemen dan organisasi bukan tujuan, tetapi

hanya alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena tujuan yang

diinginkan dicapai itu adalah pelayanan dan atau laba (profit).Walaupun

manajemen dan organisasi hanya merupakan “alat dan wadah” saja, tetapi

harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen dan organisasi ini

baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindar, dan semua

potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat.

Menurut Hasibuan (2009:2) mendefinisikan manajemen adalah ilmu

dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber-sumber lainnya secara efektif

dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. G.R. Terry berpendapat :

“Management is a distnct procces of planning, organizing, actuating


and controlling performed to determine and accomplish stated
24

objectives by the use of human being and others resources”


(manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber–sumber lainnya). (Hasibuan: 2009: 3)

Istilah manajemen diartikan oleh secara oleh para ahli, tergantung latar

belakang pendidikan, pengalaman , atau persfektif yang dianut. Manajemen

merupaka bagian yang sangat penting dalam sistem Administrasi Publik.

Manajemen merupakan penggerak administrasi publil dan hendaklah diartikan

sebagai integrasi dai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan/evaluasi. Manajemen adalah suatu sistem, kurang berperan dengan

baik, akan terjadi keliru kelola.

2.1.3 Asas-Asas Manjemen

Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau

kebenaran umum yang dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas

muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permanen,

umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan

“intisari” kebenaran-kebenaran dasar ilmu bidang tersebut.Asas adalah dasar

tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak. Artinya, penerapan asas

harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang

berubah-ubah.

Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesa yang

harus diterapkan secara fleksibel, praktis, relevan, dan konsisten. Dengan


25

menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat mengurangi atau

menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam menjalankan pekerjaannya,

dan kepercayaan pada diri sendiri pun akan semakin besar. Manajer secara

berasalan dapat meramalkan hasil-hasil usaha kegiatan-kegiatannya.

Menurut Henry Fayol dan Hasibuan (2009: 9) asas-asas umum

manajemen adalah sebagai berikut:

1. Division of work (asas pembagian kerja)

Asas ini sangat penting karena adanya limit faktor, artinya adanya

keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan,

yaitu:

a. Keterbatasan waktu.

b. Keterbatasan pengetahuan

c. Keterbatasan kemampuan

d. Keterbatasan perhatian

Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian

pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian

kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik pada bidang

teknis maupun pada bidang kepemimpinan. Asas pembagian kerja ini mutlak

harus diadakan pada setiap oirganisasi karena tanpa pembagian kerja berarti

tidak ada organisasi dan kerjasama antara anggotanya. Dengan pembagian

kerja maka daya guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi

tercapainya tujuan.
26

2. Authority and Responsibility

Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung

jawab antara atasan dan bawahan: wewenang harus seimbang dengan

tanggung jawab. Misalnya wewenang sebesar X maka tanggungjawab pun

sebesar X. Wewenang (Authority) menimbulkan “hak”, serta tanggungjawab

menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban adanya interaksi dan

komunikasi antara atasan dan bawahan.

3. Disciplane

Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian,peraturan yang telah di

tetepkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi serta dilaksanakan

sepenuhnya.

4. Unity of command

Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah

dari seorang atasan dan bertanggung jawab kepada atasan pula. Tetapi

seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa orang bawahan.

Asas kesatuan perintah ini perlu, karena jika seseorang bawahan di perintah

oleh beberapa orang atasan maka ia akan bingung.

5. Unity of direction

Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana,

satu tujuan,satu perintah dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah,

kesatuan gerak dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama. Unity of

command berhubungan dengan karyawan, sedangkan unity direction

bersangkutan dengan seluruh perusahaan.


27

6. Subordination of individual Interst into general Interst

Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan

bersama (organisasi), di atas kepentingan pribadi. Misal nya pekerjaan kantor

sehari-hari harus diutamakan daripada pekrjaan sendiri.

7. Remuneration of Personnel

Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus

adil,wajar dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan

yang maksimal bagi karyawan maupun majikan.

8. Centralization

Setiap organisasi harus memiliki pusat wewenang, artinya wewenang

itu dipusatkan atau di bagi-bagi tanpa mengabaikan situasi-situasi khas, yang

akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan, Centralization ini

sifatnya dalam arti relative, bukan absolute (mutlak).

9. Scalar of Chain (Hierarchy)

Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah

harus merupakan mata rantai vertical yang jelas, tidak terputus dan dengan

jarak terpendek. Maksud nya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi

ke jabatan terendah dengan cara yang berurutan.

10. Order

Asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya

keteraturan dan ketertiban barang-barang atau alat-alat organisasi perusahaan

harus di tempatkan pada tempat yang sebenarnya,jangan di simpan di rumah.


28

Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian atau

bidang spesialisnya.

11. Equity

Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam

memberikan gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuan yang

adil akan mendorong bawahan mematuhi perintah-perintah atasan dan gairah

kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas dan cenderung menyepelekan

tugas-tugas dan perintah-perintah atasan.

12. Initiative

Menurut asas ini, seorang pemimpin harus memberi dorongan

kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif, dengan memberikan

kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan menyelesaikan sendiri

tugas-tugasnya.

13. Esprit of Crops (Asas kesatuan)

Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus di kembangkan

terwujudnya kekompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk

mencapai hasil yang baik. Pemimpin perusahaan harus membina bawahannya

sedemikian rupa, supaya karyawan merasa memiliki perusahaan itu.

14. Stability of Turn-over Personnel (Kestabilan Jabatan Perusahaan).

Menurut asas ini, pemimpin perusahaan harus berusaha mutasi dan

keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering, karena akan mengakibatkan

ketidakstabilan organisasi, biaya-biaya makin besar, dan perusahaan tidak

mendapat karyawan yang berpengalaman. Pemimpin perusahaan harus


29

berusaha agar setiap karyawan beteh bekerja sampai pensiunnya. Jika

karyawan sering berhenti perlu manager menyelidiki penyebabnya. Apakah

gaji terlalu kecil, perlakuan yang kurang baik dan sebagainya?

Para perintis manajemen lainnya adalah: Alexei Stakhanov (1935) dari

rusia, Robert Owen (1771-1858) dari skotlandia yang di juluki sebagai Bapak

manajemen personalia, Charles babbage (1792-1871) dari inggris dan lain-

lain.

Sejak time motion study dari F.W.Taylor dan teori-teori yang di

kemukakan oleh Hanry Fayol maka secara resmi manajemen di akui sebagai

suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, yang dapat di sejajarkan dengan

ilmu-ilmu pengetahuan lainnya dan di kelompokkan kedalam ilmu

pengetahuan sosial. Hal ini disebabkan karena manajemen telah memenuhi

syarat-syarat ilmu pengetahuan (science).

Kesimpulannya bahwa asas (Prinsip) adalah kebenaran umum yang

memberikan dasar pemikiran,dan pedoman pemecahan, problem,

pelaksanaannya fleksibel serta disesuaikan dengan situasi, kebutuhan, dan

keadaan-keadaan khusus. Jadi tidak semua asas data tersebut berlaku.

2.1.4. Tujuan Manajemen

Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai

tujuan yang ingin dicapai.Tujuan individu adalah untuk dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan non materi dari hasil kerjanya.


30

Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba (business organization) atau

pelayanan/pengabdian (pubic organization) melalui proses manajemen itu.

Apakah pengertian tujuan (objectives) sama dengan sasaran (gools)

pengertian antara tujuan (objectives) dengan sasaran (goals) mempunyai

perbedaan yang gradual saja. Tujuan makna nya hasil yang umum (generalis),

sedangkan sasaran berarti hasil khusus (spesialis). Tujuan adalah suatu hasil

(generalis) yang ingin dicapai melalui satu proses manajemen (penulis).

Tujuan adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang jelas, serta

memnerikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer (G.R. Terry dalam

Hasibuan 2009:17), jadi mencakup empat pokok, yaitu : 1.Pokok, 2.Skop,

3.Kepastian, 4.Arah.

Sasaran (goals) adalah sesuatu hasil (khusus) yang ingin dicapai

melalui proses manajemen. Misalnya, pertandingan bola kaki, jika hanya

ingin menang (sasaran = goals) ini akan dapat di capai seperti main kasar,

tidak sportif, dan menghalalkan segala cara. Tetapi jika tujuan (objectives)

menang yang ingin di capai, kenangan ini di peroleh dengan bermain sportif

dan cantik sehingga memuaskan para penonton. Jadi tujuan tercapai, dan para

penonton (konsumen) merasa puas.

Tujuan yang ingin di capai selalu di tetapkan dalam satu rencana

(plan), karena itu hendaknya tujuan ditetapkan realistis, dan cukup

menantang” untuk di perjuangkan berdasarkan pada potensi yang di miliki.

Jika tujuan jelas, realistis, dancukup menantang maka usaha-usaha untuk

mencapainya cukup besar. Sebaliknya, jika ditetapkan terlalu mudah atau


31

terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi,semangat kerja

karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas, realistis, dan cukup

menantang untuk dicapainya.

Dalam menetapkan tujuan ini harus didasarkan pada analisis “data,

informasi, dan potensi” yang di miliki serta memilihnya dari alternatif-

alternatif yang ada. Tujuan organisasi dapat di ketahui dalam anggaran dasar

(AD) dan anggaran rumah tangga (ART) nya. Menurut Hasibuan (2009:17)

tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari beberapa sudut dan di bedakan sebagai

berikut :

1. Menurut tipe-tipenya, tujuan dibagi atas :

a. Profit objectives, bertujuan utuk mendapatkan laba kepada pemilik nya.

b. Service objectives, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik

bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa yang di

tawarkan pada konsumen.

c. Social objectives, bertujuan meningkatkan nilai guna yang diciptakan.

d. Personal objectives, bertujuan agar para karyawan secara individual

economic, sosial psychological mendapatkan kepuasan-kepuasan di

bidang pekerjaannya dalam perusahaan.

2. Menurut Prioritas nya, tujuan di bagi atas :

a. Tujuan primer

b. Tujuan sekunder

c. Tujuan individual

d. Tujuan social
32

3. Menurut jangka waktu, tujuan di bagi atas :

a. Tujuan jangka panjang

b. Tujuan jangka menengah dan

c. Tujuan jangka pendek

4. Menurut sifatnya, tujuan di bagi atas

a. Management objectives, tujuan dari segi efektif yang harus ditimbulkan

oleh manager.

b. Managerial objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya atau

krestivitas-kreativitas yang bersifat manajerial.

c. Administrative objectives, tujuan-tujuan yang pencapaiannya

memerlukan administrasi.

d. Economic objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efesiensi untuk pencapaian.

e. Social objectives, tujuan suatu tanggung jawab, terutama tanggung

jawab moral.

f. Technical objectives, tujuan beberapa details teknis, detail kerja, dan

detail karya.

g. Work objectives, yaitu tujuan-tujuan yang merupakan kondisi

kerampungan suatu pekerjaan.

5. Menurut tingkatnya, tujuan di bagi atas :

a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta (generalis) yang

harus di capai oleh badan usaha keseluruhan.

b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus oleh setiap devisi.


33

c. Departemental objectives, adalah tujua-tujuan yang harus di capai oleh

setiap masing-masing bagian.

d. Sectional objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus di capai oleh

setiap seksi.

e. Group objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus di capai oleh setiap

kelompok urusan.

6. Menurut bidangnya, tujuan di bagi atas :

a. Top level objectives, adalah tujuan-tujuan umum, menyeluruh, dan

menyangkut berbagai bidang sekaligus.

b. Finance objectives, adalah tujuan-tujuan tentang modal.

c. Production objectives, adalah tujuan-tujuan tentang produksi

d. Marketing objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang pemasaran

barang dan jasa-jasa.

e. Office objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang ketatausahaan

dan administrasinya.

7. Menurut motifnya, tujuan di bagi atas :

a. Public objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai berdasarkan

ketentuan-ketentuan undang-undang Negara.

b. Organizational objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai

berdasarkan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah

Tangga, dan status organisasi yang bersifat zakelijk dan impersonal

(tidak boleh berdasarkan pertimbangan perasaan atau selera pribadi)

dalam upaya pencapaiannya.


34

c. Personal objectives, adalah tujuan pribadi/individual (walaupun

mungkin berhubungan dengan organisasi) yang dalam usaha

pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh selera ataupun pandangan

pribadi. (Sumber: Hasibuan, 2009:17).

Kesimpulan bahwa tujuan merupakan hal terjadinya proses manajemen

dan aktivitas kerja, tujuan beraneka ragam macam, tetapi harus ditetapkan

secara jelas, realistis, dan cukup menentang berdasarkan analisis data,

informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Kecakapan

manajer dalam menetapkan tujuan dan kemampuannya memanfaatkan

peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.

2.1.5 Pengertian Strategi

Strategi tidak saja digunakan di dalam manajemen perusahaan hal ini

adalah manajemen swasta. Definisi strategi lainnya secara umum diungkapkan

oleh Mangkuprawira (2004: 14), ia mengemukan strategi di definisikan

sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.

Hal ini mengindikasikan adanya penggunaan strategi di dalam sebuah

organisasi, tidak saja organisasi swasta yang dalam penggunaan strateginya

untuk dapat memperoleh profit. Definisi Mangkuprawira memberikan

gambaran kepada kita, bahwa strategi merupakan upaya mengerjakan sesuatu

oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.

Penggunaan strategi di dalam organisasi publik pun sangat dibutuhkan,

tetapi di dalam organisasi publik strategi dilakukan dalam upaya pencapaian


35

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Artinya dalam perkembangan saat

ini, strategi tidak saja diadopsi oleh organisasi swasta saja tetapi dalam

organisasi publik pun strategi tetap digunakan.

Menurut Marus dalam Umar (2001: 31) menyatakan bahwa srategi

didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana pemimpin puncak yang

berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu

cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Pengertian tokoh di atas tersebut memberikan penjelasan strategi

merupakan sebuah rencana permanen untuk sebuah kegiatan di dalamnya

termasuk formulasi tujuan dan kumpulan rencana kegiatan. Definisi strategi

menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2001: 31) memberikan pengertian:

“strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa


meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
deoan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa
yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.”

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strstegi

merupakan perencanaan manajemen yang di dalamnya merupakan

serangkaian cara-cara yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan organisasi. Strategi tidak saja menunjukan cara tetapi strategi pun

dapat memberikan tehnik operasionalnya.


36

2.1.6 Pengertian Manajemen Strategi

Hunger dan Wheelen (2003: 4) menyatakan bahwa manajemen strategis

dapat didefinisikan sebagai serangkaian keputusan da tindakan manajerial yang

menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis

meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis

atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta

pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi

peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan

perusahaan. Selain itu definisi manajemen strategi yang sama pun diungkapkan

menurut Dees dan Miller dalam Saladin (2003: 4), yaitu:

“Strategi management is a process that combines tree major


interelated activities :strategic analisis, strategiy formulation and
strategi implentation (Manajemen strategi adalah suatu proses
kombinasi antara tiga aktivitas, yaitu analisis strategi, perumusan
strategi dan implementasi strategi)”

Menurut Bryson dalam Tangkilisan (2005: 254), lingkungan institusi

atau organisasi publik pada dekade terakhir ini dihadapkan pada berbagai

perubahan, gejolak dan kemajuan yang sering kali sulit diprediksi, baik karena

pergolakan maupun ketidakpastian yang dialami. Kondisi ini membutuhkan

antisipasi dini, yang sebelumnya belum pernah terjadi, sehingga institusi atau

organisaisi publik harus melakukan tiga hal sebagai berikut:

1. Institusi atau organisasi publik harus berpikir strategis, yang tidak pernah

dilakukan sebelumnya.

2. Institusi atau organisasi harus menerjemahkan inputnya untuk strategi

yang efektif guna menanggulangi lingkungannya yang telah berubah.


37

3. Institusi atau organisasi harus mengembangkan alasan yang diperlukan

untuk meletakkan landasan bagi pemakaian dan pelaksanaan strateginya.

Dari beberapa paparan mengenai definisi manajemen strategi di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi merupakan suatu proses

tindakan yang dilakukan oleh manajerial dalam merumusakan strategi,

mengimplementasikan strategi dan melakukan evaluasi strategi dengan

memperhatikan faktor lungkungan baik internal maupun eksternal dalam

jangka panjang.

2.1.7 Model Manajemen Strategi

Menurut Hunger dan Wheelen dalam bukunya Manajemen Strategis

(2003: 9-18). Proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar: (1)

pengamatan lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi,

dan (4) evaluasi dan pengendalian. Adapun keempat elemen dasar tersebut

digambarkan pada gambar berikut:

Pengamatan Perumusan Implementasi Evaluasi &

ligkungan strategi strategi Pengendali


an

Gambar 2.1
Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis
Sumber: Hunger dan Wheelen, 2003
38

1. Pengamatan Lingkungan

a. Analisis Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel

(kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan

tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari

manajemen puncak. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian

yaitu lingkungan kerja badan lingkungan sosial.

Lingkungan kerja terdiri dari elemen-elemen atau

kelompok yang secara langsung berpengaruh atau dipengaruhi

oleh operasi-operasi utama organisasi. Beberapa elemen tersebut

antara lain adalah pemegang saham, pemerintah, pemasok,

komunikasi sosial terdiri dari kekuatan umum. Kekuatan itu

tidak berhubungan langsung dengan aktivitas-aktivitas jangka

pendek organisasi tetapi dapat dan sering mempengaruhi

keputusan-keputusan ekonomi, sosiokultural, teknologi dan

politik-hukum dalam hubungannya dengan lingkungan

perusahaan secara keseluruhan.

b. Analisis internal

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel

(kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi

biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari

manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk


39

suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu

meliputi struktur, budaya dan sumber daya organisasi.

Struktur adalah cara bagaimana perusahaan

diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang

dan arus kerja. Struktur sering disebut rantai perintah dan

digambarkan secara grafis dengan menggunakan badan

organisasi.Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan

nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Sumber daya

adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang

dan jasa organisasi. Aset ini meliputi keahlian orang,

kemampuan dan bakat manajerial.

2. Perumusan Strategi

Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka

panjang untuk manajemen efektif dari kesiapan dan ancaman

lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan

perusahaan.Perumusan strategi meliputi menetukan misi perusahaan

dan penetapan kebijakan.

a. Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi

hidup. Pernyataan misi yang disusun dengan baik

mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan

suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Misi memberikan

siapa kita dan apa yang kita lakukan.


40

b. Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan.

Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan

akan diselesaikan dan sebaiknya diukur jika memungkinkan.

Pencapaian tujuan perusahaan merupakan hasil dari

penyelesaian misi.

c. Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan

komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai

misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan

kompetitif dan meminimalkan keterbatasan bersaing.

d. Kebijakan menyediakan pedoman luas untuk pengambilan

keputusan organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga

merupakan pedoman luas yang menghubungkan perumusan

strategi dan implementasi. Kebijakan perusahaan merupakan

pedoman luas untuk divisi guna mengikuti strategi perusahaan.

Kebijakan-kebijakan tersebut diinterprestasi dan

diimplementasi melalui strategi dan tujuan divisi masing-

masing.

3. Implementasi merupakan realisasi untuk mewujudkan strategi

melalui program, anggaran dan prosedur.

4. Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-

aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja

sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para

manajer di semua level menggunakan informasi hasil kerja untuk


41

melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan masalah.

Walaupun evaluasi dan pengendalian merupakan elemen akhir yang

utama dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukan

secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi

sebelumnya dan muntuk mendorong proses keseluruhan untuk

dimulai kembali.

2.1.8 Analisis SWOT

Teknik Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis yang

ampuh apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa

SWOT merupakan akronim untuk kata-kata Strengths (Kekuatan), Weaknesses

(Kelemahan), Threats (Tantangan), dan Oportunities (Peluang) sebagai faktor

external yang merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh

organisasi atau perusahaan satuan bisnis yang bersangkutan. Analisis SWOT

dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik,

kemampuan tersebut terdapat pada kemampuan para penentu strategi

perusahan, organisasi maupun perusahaan untuk memaksimalkan peranan

faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai

alat untuk minimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan

menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Strengths atau kekuatan merupakan faktor-faktor kekuatan yang

dimiliki oleh suatu perusahaan maupun organisasi, meliputi keterampilan,

produk, dan sebagainya yang membuat perusahaan atau organisasi tersebut


42

lebih kuat dari para pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar. Weaknesses

atau kelemahan merupakan kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu

organisasi, seperti keterbatasan dalam hal sumber, keterampilan dan

kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja

organisasi yang memuaskan. Threats atau tantangan merupakan faktor-faktor

lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan Opportanities atau peluang

merupakan berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan

bisnis. Berikut tabel matriks SWOT.

Tabel 2.2
Matriks SWOT

FAKTOR INTERNAL STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)


1. 1.
2. 2.
3. Tuliskan peluang 3. Tuliskan Kelemahan
4. 4.
FAKTOR 5. 5.
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES STRATEGI SO STRATEGI WO
(O)
1. 1. 1.
2. 2. Gunakan kekuatan 2. Atasi kelemahan
3. Tuliskan Peluang 3. untuk 3. dengan
4. 4. memanfaatkan 4. memanfaatkan
5. 5. peluang 5. peluang

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


1. 1. 1.
2. 2. Gunakan kekuatan 2. Minimalkan
3. Tuliskan ancaman 3. Untuk menghindari 3. kelemahan dan
4. 4. ancaman 4. hindari ancaman
5. 5. 5.
Sumber ( David 2004 : 186 )
43

2.1.9 Pengertian Sampah Padat

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan

sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya.

Ada beberapa batasan-batasan lain, tetapi pada umumnya mengandung

prinsip-prinsip yang sama, yaitu:

1. Adanya sesuatu benda atau zat padat atau bahan.

2. Adanya hubungan langsung/tak langsung dengan aktivitas manusia.

3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan

dibuang.

4. Dibuang dalam arti pembuangannya dengan cara-cara yang tak

diterima oleh umum (perlu pengelolaan yang baik).

2.1.10 Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya

Menurut Dr. H. Arif Sumantri dalam bukun Kesehatan Lingkungan

(2010: 63-64) sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari

beberapa sumber berikut.

1. Pemukiman penduduk.

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau

beberapak keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama

yang terdapat di desa atau kota. Jenis sampah yang dihasilkan

biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengelolaan makanan


44

atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu atau sisa

tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan.

Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang

berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat

perdagangan.Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu

dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa-

sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah

berbahaya.

3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah.

Sarana layanan masyarakat yang dimaksud di sini, antara lain,

tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat

layanan kesehatan (misal, rumah sakit dan puskesmas), kompleks

militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana

pemerintah yang lain. Tempat ini biasanya menghasilkan sampah

kering.

4. Industri berat dan ringan.

Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,

industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air

kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang

sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang

dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering,

sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.


45

5. Pertanian.

Sampah dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun,

ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan

makanan yang telah membusuk, sampah pertaniaan, pupuk, maupun

bahan pembasmi serangga tanaman.

2.1.11 Jenis Sampah Padat

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:

a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya.

1. Organik, misal; sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

2. Anorganik, misal; logam, pecah belah, abu, dan lain-lain.

b) Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

1. Mudah terbakar, misal; kertas plastik, daun kering, kayu.

2. Tidak mudah terbakar, misal; kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.

c) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

1. Mudah membusuk, misal; sisa makanan, potongan daging, dan

sebagainya.

2. Sulit membusuk, misal; plastic, karet, kaleng, dan sebagainya.

d) Berdasarkan ciri atau karekteristik sampah.

1. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat

terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses

pembusukan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini

dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit,

pasar dan sebagainya.


46

2. Rubbish, terbagi menjadi dua:

a. Rubbish mudah terbakar terdiri dari atas zat-zat organic, misal,

kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya.

b. Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik,

misal, kaca, kaleng, dan sebagainya.

5. Ashes, semua sisa pembakaran dari industry.

6. Street sweeping¸sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin

atau manusia.

7. Dead animal¸ bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan

sebagainya.

8. House hold refuse, atau sampah campuran )misal, garbage, ashes,

rubbish) yang berasal dari perumahan.

9. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

10. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.

11. Contructions waste, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industry.

12. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan

limbah cair.

13. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus

seperti keleng dan zat radioaktif.


47

2.2 Penelitian Terdahulu

Pertama, Ihwan Nudin dengan NIM 106033201177 Bagian Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013”.Dengan Judul “Kebijakan

Pemerintah Kabupaten Tangerang Tentang Pengelolaan Sampah di

TPA Jatiwaringin Tangerang. Menggunakan Teori Kebijakan Publik

William Dunn. Batasan dan Rumusan Masalah yaitu, upaya apa yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam penanganan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, kebijakan apakah yang

dtawarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang terhadap masyarakat

yang berada di lingkungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah?,

bagaimana peran Pemerintah dalam meminimalisir konflik yang terjadi di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Metode yang digunakan yaitu

Metode Kualitatif. Dengan hasil penelitian dengan adanya Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) disuatu daerah, biasanya akan mempengaruhi

kesehatan dan lingkungan bagi warga sekitar, disamping itu juga merusak

ekologi di sekitarnya yang diantaranya adalah terjadinya pencemaran air,

udara, tanah. Dan akibat dari pencemaran tersebut warga sekitar mudah

terserang penyakit, dan Sistem pengelolaan sampah yang digunakan ini

sudah ketinggalan zaman yang salah satunya menggunakan landfill yaitu

sistem dimana dalam sistem tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk

sampah.
48

Persamaan dari skripsi terdahulu yaitu mengkaji tentang

pengolahan sampah di TPA Jatiwaringin dan sama menggunakan

metode kualitatif, adapun perbedaannya penelitian terdahulu

menggunakan Teori Kebijakan Publik sedangkan pada skripsi Saya

menggunakan Teori Matrik SWOT. Dengan sumber penelitian

terdahulu didapat dari Repository UIN.

Kedua, Sendi Indrianty dengan Nim 6661072834 Bagian Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa Banten 2012”.Dengan judul “Kinerja

Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Jombang Kota

Cilegon”. Teori efektivitas Pollit and Bouckert, dengan menggunakan

metode penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan hasil penelitian kinerja

pengelolaan sampah domestik di Kecamatan Jombang belum berjalan

dengan baik karena hanya mencapai nilai 51 % dari nilai tertinggi 70 %.

Karena masih banyak sampah yang berceceran, menumpuk tidak pada

tempatnya, itu terjadi selain pegawai yang kurang terampil, jumlah dan

jarak tempat pembuangan sampah yang disediakan minim. Kurang

tegasnya sanksi hukum.

Persamaan dari skripsi terdahulu yaitu mengkaji tentang

pengelolaan sampah, dengan perbedaan pada Teori penelitian terdahulu

menggunakan teori efektifitas Pollit and Bouckert, Lokus penelitian

peneliti terdahulu, dan Metode.penelitian. Dengan sumber Repository

Fisip Untirta.
49

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan alur berfikir peneliti.Dala pelaksanaanya,

strategi pengelolaan sampah yang di lakukan oleh Dinas Kebersihan

Pertamanan dan pemakaman di Kabupaten Tangerang. Untuk itu di dalam

penelitian ini peneliti mencoba mendiskripsikan melalui teknik analisi SWOT

yang terdiri dari:

1. Strengths (Kekuatan)

2. Weaknes (Kelemahan)

3. Opurtunities (Peluang)

4. Threats (Tantangan)

Sampah telah menjadi isu penting di lingkungan perkotaan sejalan

dengan pesatnya pelaksanaan aktivitas pembangunan yang mengakibatkan

bertambahnya jumlah penduduk yang semakin besar di wilayah perkotaan.

Dengan adanya kepadatan jumlah penduduk, maka bertambah pula kebutuhan

dan kepentingan aktifitas masyarakat. Dari mulai urusan rumah tangga,

perkantoran, pasar hingga industri. Dari berbagai aktivitas tersebut, masyarakat

telah menumbang berbagai macam sampah yang berkaitan dengan aktifitas,

ironisnya masyarakat seperti tidak menyadari bahwa apa yang telah mereka

sumbangkan pada lingkungannya dapat merusak keindahan dan kelestarian

lingkungan tempat mereka tinggal. Hal ini membuktikan bahwa pesatnya

peningkatan pembangunan di wilayah perkotaan belum dibarengi dengan

peningkatan aktifitas pemeliharaan lingkungan.


50

Masalah lingkungan ini juga terjadi di kabupaten Tangerang yang

merupakan bagian dari propinsi Banten Daerah Tingkat II yang kini berusia 71

tahun.Seiring berjalannya waktu, Kabupaten Tangerang pun mengalami

pertambahan jumlah penduduk akibat adanya urbanisasi. Semakin tingginya

arus urbanisasi yang terjadi mengakibatkan pula bertambahnya berbagai

aktifitas/kepentingan masyarakat kabupaten Tangerang. Hal ini menyebabkan

semakin tingginya volume sampah yang harus dikelola setiap hari.Adapun

Pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang tersebut telah ditangani oleh

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang.

Untuk mengelola sampah tersebut, dibutuhkan suatu strategi

pengelolaan sampah agar masalah lingkungan yang terjadi di kabupaten

Tangerang, seperti polusi udara yang ditimbulkan dari bau tumpukan sampah

yang dapat merusak keindahan dan kebersihan kabupaten Tangerang. Sebagai

instansi yang mengemban tugas dalam pengelolaan sampah di kabupaten

Tangerang. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten

Tangerang harus mampu mengimplemtasikan strategi pengelolaan sampah

dengan baik meskipun banyak halangan yang dihadapi. Penelitian mengenai

Analislis Strategi Pengelolaan.


51

Gambar 2.3
Alur Kerangka Berfikir

Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas


Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman
Kabupaten Tangerang

Identifikasi Masalah

1. Masih terkendalanya masalah


lahan. Sehingga tahap revitilisasi
TPA belum sepenuhnya rampung.

2. Sarana dan prasarana yang


dimiliki Dinas Kebersihan,
Pertamanan, dan Pemakaman
(DKPP) Kabupaten Tangerang
masih kurang mendukung

3. Tidak adanya pengembangan


pengolahan sampah untuk
memanfaatkan dalam upaya
Feedback
mengurangi beban TPA
jatiwaringin

Analisis SWOT
(David Hunger, 2003: 16)

1. Strengths (Kekuatan)
2. Weakness (Kelemahan)
3. Opportunities (Peluang)
4. Threats (Tantangan)

output
Meningkatkan kebersihan yang maksimal
52

2.4 Asumsi Dasar penelitian

Dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan terhadap objek

penelitian ini, maka peneliti membuat suatu kerangka pemikiran sebagaimana

yang telah dipaparkan diatas dengan menggunakan Teori Analisis SWOT

dengan lebih mengukur adakah Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan),

Opportunities (peluang) serta Treats (tantangan) hal ini berasumsi menjadi

pedoman dalam menyelesaikan skripsi terutama pada hasil penelitian. Oleh

karena itu, peneliti berasumsi bahwa penelitian mengenai Strategi Pengelolaan

Sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di Kabupaten

Tangerang yaitu dalam pengelolaannya ternyata dapat dikatakan belum

berhasil karena belum dijalankan dengan baik sehingga pengelolaan sampah di

Kabupaten Tangerang belum berhasil efektif.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metedologi Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data guna mencapai tujuan

yang diharapkan perlu adanya suatu metode penelitian yang sesuai dan

tepat.Metodologi penelitian merupakan suatu usaha pembuktian terhadap suatu

objek penelitian untuk memperoleh kebenaran dari permasalahan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah untuk menghasilkan hasil yang objektif dan

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti mengenai Analisis Strategi Pengelolaan Sampah oleh

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di Kabupaten Tangerang

adalah metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan

kualitatif.Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui keadaan atau

status tertentu dan berusaha menggambarkan fenomena sosial tertentu.

Moleong dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif

(2005: 4) menerangkan bahwa metode penelitian dengan pendekatan

kualitatif.Istilah penelitian kualitatif tersebut dikemukakan oleh Bogdan dan

Taylor bahwa metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini mengarah kepada latar

dan individu tersebut secara utuh.Jadi, tidak boleh mengisolasi individu atau

53
54

organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai

bagian dari suatu keutuhan.

Menurut Sugiyono (2009: 3) penelitian kualitatif ini sering disebut

metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif ini adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Metode kualitatif digunakan

untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung

makna.Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan

suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif tidak menekannkan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada

makna.

3.2. Fokus Penelitian

Agar penelitian lebih terstruktur dan sistematis, maka ruang lingkup

penelitian difokuskan Pada Strategi Pengelolaan Sampah Oleh Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Di Kabupaten Tangerang.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berlokasi di Kabupaten Tangerang, khususnya

pertama di Dinas Kebersihan Kabupaten Tangerang, di Bagian Whorksop

Dinas DKPP Kabupaten Tangerang. Alasan mengapa peneliti memilih di

Kabupaten Tangerang, karena Kabupaten Tangerang merupakan kawasan


55

industri dan memiliki wilayah yang cukup luas, maka dari itu peneliti meneliti

tentang Strategi Pengelolaan Sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tangerang agar mengetahui bagaimana

strategi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Definisi Konsep

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang

berkaitan dengan Strategi Pengelolaan Sampah oleh Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) tentang bagaimana strategi

pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang. Adapun teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori Analisis SWOT David

Hunger, yang terdiri dari:

1. Strengths (Kekuatan)

2. Weaknes (Kelemahan)

3. Opurtunities (Peluang)

4. Threats (Tantangan)

Indikator Strategi Analisis SWOT yang disebutkan di atas,

dinilai dan dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab

permasalahan-permasalahan yang ada pada Strategi Pengelolaan

Sampah ini.
56

3.4.2. Definisi Operasional

Pada penelitian Strategi Pengelolaan Sampah oleh Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) di Kabupaten

Tangerang, teori yang digunakan adalah teori Analisis SWOT, berikut

rincian dari dimensi dan indikator yang digunakan pada Tabel 3.1 di

bawah ini:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

Dimensi Indikator Pertanyaan


Bagaimana cara
melaksanakan strategi
pengelolaan sampah ?
Kekuatan-kekuatan apa
sajakah yang ada di Dinas
Kebersihan Pertamanan dan
Strenghths
Strategi Pemakaman khususnya
(Kekuatan)
Pengelolaan bidang kebersihan untuk
Sampah pengelolaan sampah ?
oleh Dinas Bagaimana Proses evaluasi
Kebersihan strategi dalam meminimalisir
Pertamanan sampah yang ada di TPA
dan Jatiwaringin?
Pemakaman Bagaimana Sarana dan
(DKPP) di Prasarana dalam pengelolaan
Kabupaten sampah sudah memadai ?
Tangerang Kelemahan apakah yang
Weaknes menjadi kendala dalam
(Kelemahan) pengelolaan sampah ?
Adakah evaluasi dalam
mengatasi kelemahan yang
menjadi kendala dalam
pengelolaan sampah?
57

Bagaimana mengelola
sampah menjadi nilai
ekonomi bagi masyarakat
sekitar Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Jatiwaringin ?
Adakah proses 3R disetiap
TPST (Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu)?

Opurtunities Adakah pengaruh Tempat


(Peluang) Pembuangan Akhir (TPA)
dan Tempat Pembuangan
Sampah Terpadu (TPST)
terhadap PAD
Bagaimana proses sosialisasi
Dinas Kebersihan Pertamanan
dan Pemakaman kepada
masyarakat dalam
pengelolaan sampah menjadi
nilai jual untuk mencukupi
kebutuhan Masyarakat?
Strategi apa yang dilakukan
untuk mengatasi tantangan
dalam pengelolaan sampah ?
Apakah lahan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA)
Threats (Tantangan)
Jatiwaringin sudah memadai
dalam menampung sampah?
Apa yang menjadi ancaman
atau tantangan dalam
pengeloaan sampah?
Sumber: Peneliti, 2013

3.5. Instrumen Penelitian

Penelitian tentang Analisis Strategi Pengelolaan Sampah oleh Dinas

Pertamanan dan Pemakaman di Kabupaten Tangerang menggunakan metode

kualitatif.Dalam penelitian penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen

atau alat penelitiannya adalah peneliti sendiri.Menurut Moleong (2006: 168)


58

kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, dan pada hasilnya ia

menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian

di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data

seperti tes pada penelitian kuantitatif.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif adalah data

primer dan data sekunder. Menurut Lofland dan Loflang dalam Moleong

(2006: 157) sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder

seperti dokumen, gambar dan lain-lain, sedangkan alat bantu tambahan yang

dapat digunakan dalam hal pengumpulan data peneliti menggunakan alat

perekam/handphone, panduan wawancara, buku catatan dan kamera digital.

Adapun dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti adalah dengan memakai beberapa macam teknik yaitu: melakukan

observasi, wawancara dan studi dokementasi.

1. Observasi

Observasi merupakan hal dasar dalam semua ilmu pengetahuan.

Melalui observasi, peneliti dapat belajar tentang perilaku dan makna

dari objek yang akan diteliti tersebut. Menurut Alwasilah (2006: 154).,

teknik observasi ini memungkinkan peneliti menarik inferensi

(kesimpulan) ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian,

peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi, peneliti akan


59

melihat sendiri pemahaman yang tidak (lacit understanding),

bagaimana teori digunakan langsung (theory in-use), dan sudut

pandang responden yang mungkin tidak tercungkil lewat wawancara

atau survai.

Kaitannya dengan penelitian ini, penelitian melakukan observasi

non partisipan ke Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di

Kabupaten Tangerang untuk mendapatkan data lanngsung dari Dinas

terkait juga melakukan observasi dibeberapa titik TPST dan jalan-jalan

di wilyah Kabupaten Tangerang untuk mengetahui kondisi nyata

tentang tumpukan sampah yang ada disana dan melakukan pengamatan

ke TPA Jatiwaringin bagaimana pihak Dinas Kebersihan Pertamanan

dan Pemakaman di Kabupaten Tangerang berupaya mengelola

sampah-sampah tersebut.

2. Wawancara

Berbeda dengan survai yang lebih meminta waktu dan

kesungguhan dari subjek, wawancara meminta waktu dan

kesungguhan dari sang peneliti. Wawancara digunakan untuk

mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh dari

observasi. Alwasilah (2006: 154) menjelaskan bahwa melalui

wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-

dept information) karena peneliti dapat menjelaskan atau

memparafrase pertanyaan yang tidak dimengerti responden, peneliti

dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow up questions),


60

responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan, juga

responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan

masa mendatang.

Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara

mendalam.Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan melakukan wawancara terstruktur dan tidak

menutup kemungkinan juga untuk menggunakan wawancara tidak

terstruktur guna memperkaya data yang dibutuhkan

peneliti.Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan

dengan menggunakan instrument penelitian berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternatuve jawabannya pun telah peneliti

siapkan sebelumnya.Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah

wawancara yang dilakukan secara bebas dimana peneliti tidak

mengunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

3. Studi Dokumentasi

Dalam literatur paradigma kualitatif terdapat teknik

pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi. Menurut Guba

dan Linclon (1981) dalam Alwasilah (2006: 155) mengartikan

dokumen sebagai barang yang tertulis atau terfilmkan selain record

yang tidak disiapkan khusus atas permintaan peneliti. Yang termasuk

dokumen diantaranya, surat, memoar, otobiografi, diary, jurnal, buku


61

editoria, catatan medis, pamplet propaganda, publikasi pemerintah,

foto dan sebagainya.

3.6. Informan Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Strategi Pengeloaan Sampah oleh Dinas

Kebersihan Pertamanan dan pemakaman di Kabupaten Tangerang ini, penetuan

informanya menggunakan teknik puposive sampling (sampel

bertujuan).Menurut Patton dalam Denzin (2009: 290), menjelaskan bahwa

alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam penelitian kualitatif

merupakan prasyarat bahwa sampel yang dipilih sebaiknya memiliki informasi

rich information (informasi yang kaya).

Penentuan informan yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah

bagaimana menetukan key informan (informasi kunci) atau situasi sosial

tertentu yang syarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Penelitian key

informan menurut Morse dalam Denzin (2009: 290) bahwa disebut pemilihan

the primary selection (partisipan pertama), yaitu pemilihan secara langsung

memberi peluang bagi peneliti untuk menentukan sampel dari sekian informan

yang langsung ditemui. Sedangkan Bungin (2007: 53), menerangkan jika

peneliti tidak dapat menetukan partisipan secara langsung, sebagai cara

alternatif peneliti dapat melakukan pemeilihan secondary selection (informan

kedua).
62

Dalam penelitian Analisis Strategi Pengelolaan Sampah oleh Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di Kabupaten Tangerang ini peneliti

mencari dan mengumpulkna informasi yang dibutuhkan melalui informan yang

telah ditentukan, namun peneliti tidak menutup kemungkinan jika nantinya

dalam proses pengerjaan hasil penelitian dalam penelitian ini, peneliti

menemukan/mendapatkan informan lain yang mampu memberikan informasi

sesuai dengan apa yang dibutuhkan peneliti. Adapun tabel instrumennya

sebagai berikut:

Tabel 3.2
Data Informan

No Informan Kode Informan Keterangan

1 Kepala Bidang Kebersihan I1.1 Key Informan

1 Kepala UPT TPA Jatiwaringin I1.2 Key Informan

2 Kepegawaian Pengumpulan dan


I1.3 Key Informan
Pengangkutan Sampah

3 Kepegawaian Bidang Kebersihan I1.4 Key Informan

4 Kepegawaian Sarana dan Prasarana I1.5 Key Informan

5 Tokoh Masyarakat/Masyarakat Secondary


I2-I6
Informan

(Sumber: Peneliti, 2013)


63

Adapun pedoman wawancara dalam menyelesaikan penelitian ini sebagai

berikut:

Tabel 3.3
Pedoman Wawancara

Kode
No Indikator Pertanyaan
Informan
1 Stengths 1. Bagaimana cara melaksanakan strategi I1.2, I1.4, I1.5,
(Kekuatan) pengelolaan sampah? I2, I3
2. Kekuatan-kekuatan apa sajakah yang I1.1,I1.2, I1.4,
ada di Dinas Kebersihan Pertamanan I1.5, I2, I3
dan Pemakaman dalam bidang
kebersihan untuk pengelolaan sampah?
3 Bagaimana proses evaluasi strategi I1.2, I1.4, I1.5,
dalam meminimalisir sampah yang ada I2, I3
di TPA Jatiwaringin?
2 Weakness 1. Bagaimana Sarana dan Prasarana I1.2, I1.3, I1.4,
(Kelemhan) dalam pengelolaan sampah? I1.5, I2, I3
2. Kelemahan apakah yang menjadi I1.1, I1.2, I1.3,
kendala dalam pengelolaan sampah? I.1.4, I1.5, I2,
I3
3. Adakah evaluasi dalam mengatasi I1.2, I1.3, I.1.4,
kelemahan yang menjadi kendala I1.5, I2, I3
dalam pengelolaan sampah?
3 Opurtinitis 1. Bagaimana mengelola sampah menjadi I1.1, I1.2, I1.3,
(Peluang) nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar I1.4, I1.5, I2,
Tempat Pembuangan Akhir I3
(TPA)Jatiwaringin?
2. Adakah proses 3R disetiap TPST I1.3, I2, I5
(Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu)?
3. Adakah pengaruh Tempat I1.1, I1.3, I1.4
Pembuangan Akhit (TPA) dan Tempat
Pembuangan Sampah Terpadu
Terhadap PAD?
4. Bagaimana proses sosialisasi Dinas I1.3, I1.4, I2
Kebersihan Pertamanan dan
Pertamanan dalam mengelola sampah
menjadi nilai jual untuk mencukupi
64

kebutuhan masyarakat?

4 Threats 1. Strategi apa yang dilakukan untuk I1.3, I1.4


(Tantangan) mengatasi tantangan dalam
pengelolaan sampah?

2. Apakah lahan TPA Jatiwaringin sudah I1.2, I1.3


memadai dalam menampung sampah?
3. Apa yang menjadi tantangan atau I1.2, I1.3, I1.5,
ancaman dalam pengelolaan sampah?
(Sumber: Peneliti, 2013)

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data beralngsung dan setelah selesai di lapangan. Teknik analisa

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

analisa data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan oleh Miles dan

Hubersman (2009: 16-20). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa aktivitas

dalam analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan

datanya jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data meliputi tiga tahapan

penting, yaitu: reduksi data (Data Reduction), penyajian data (data Display)

dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusions drawing/verifikation).

Apabila digambarkan proses tersebut akan nampak seperti berikut ini:


65

Pengumpulan
data
Penyajian
data

Reduksi
data
Kesimpulan-kesimpulan
penarikan verifikasi

Gambar 3.1

Analisis Data menurut Miles dan Huberman


Sumber: Miles dan Hubesman, 2009

Dari gambar 3.1 dapat dilihat pada prosesnya peneliti akan melakukan

kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga kegiatan di atas dapat

duiuraikan sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyerdahanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagai mana kita ketahui,

reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi

kualitatif berlangsung. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dicatat secara rinci dan

teliti.Kemudian segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Reduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfouskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
66

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

kembali bila diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-

kode pada aspek tertentu.

2. Penyajian Data (Data Display)

Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif

adalah penyajian data dalam Huberman (2009; 17) secara sederhana penyajian

data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam

sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya.

Namun, penyajian data yang paling sering dilakukan pada data

kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif tetapi ada beberapa

bentuk penyajian data dengan menggunakan grafik, matriks, jaringan dan

bagan.Begitu pula halnya dengan penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam

bentuk teks naratif.Hal ini seperti yang dikatakan oleh Miles & Huberman. “the

most frequent form display data for qualitative research data in the past has

been narative text” (yang paling sering digunakan untuk penyajian data

kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif). Dengan mendisplay

data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi (Conclusions drawing/verification)


67

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan penelitian untuk

dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal tahap, didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Oleh karena itu kesimpulan harus diverifikasi

selama penelitian berlangsung.

3.8. Pengujian Keabsahan Data

Denzim (2009: 273) menyatakan bahwa validitas dalam penelitian

kualitatif memiliki keterkaitan dengan deskripsi dan eksplanasi, dan terlepas

apakah eksplanasi-eksplanasi tersebut sesuai dan cocok dengan deskripsi atau

tidak. Terdapat dua macam validitas, yaitu validitas internal dan validitas

eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut kredibilitas,

yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan

fakta di lapangan.Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif

disebut trenferabilitas. Bungin (2007: 58-61) menjelaskan bahwasanya berbeda

dengan validitas, reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat ukur atau

instrumen penelitian. Sedangkan hasil penelitian kualitatif memiliki standar

transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan

pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.


68

Stainback dalam Bungin (2007: 268) menyatakan bahwa reliabilitas

berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Peneliti

kualitatif lebih menekankan pada aspek validitas karena suatu realitas itu

bersifat majemuk, dinamis sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang

seperti semula. Denzim (Prastowo. 2011:269) membedakan Triangulasi

menjadi lima macam yaitu:

1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data yang

dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa

sumber.

2. Triangulasi teknik yaitu teknik pengecekan kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas data dengan

cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda.

4. Triangulasi penyidik yaitu cara pemeriksaan kredibilitas data yang

dilakukan dengan memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan derajat

kepercayaan data.

5. Triangulasi teori yaitu cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan

dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan

penelitian.

Kelima macam triangulasi di atas, peneliti dalam melakukan analisis

data peneliti menggunakan dua cara, yaitu triangulasi sumberdata dan


69

triangulasi teknik. Triangulasi sumber data dalam penelitian ini dilakukan

dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju.

Meolong (2005: 330-331) menjelaskan bahwa triangulasi dengan sumber

menurut Patton berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh di lapangan melalui beberapa

sumber dengan waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Adapun pengecekan

dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan

dokumentasi. Triangulasi sumber sendiri dapat dicapai denga cara:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Selain itu peneliti pun melakukan memberchek yaitu proses pengecekan

data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan memberchek adalah

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
70

diberikan oleh pemberi data. Selain itu, tujuan membercheck adalah agar

informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai

dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah itu memberchek

dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik

bahwa peneliti telah melakukan memberchek dalam Maelong (2005: 276).

3.9. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun dalam melakukan penelitian ini, peneliti memgambil lokasi di

Dinas. Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman di Kabupaten Tangerang.

Sedangkan waktu untuk melakukan penelitian ini di rencanakan dapat di

selesaikan 6 bulan, terhitung sejak April 2013-selesai. Untuk lebih jelasnya

jadwal penelitian ini di gambarkan dalam tabel 3.3 berikut ini:


71

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Tahun 2013-2015
Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mart Mei Jun Jul
1 Pengajuan judul
Proses Bimbingn
2
Proposal
3 Observasi awal
Penyusunan
4
Proposal Bab I-III
5 Pengajuan proposal
6 Seminar proposal
7 Revisi proposal
Penyususan Bab
8
IV-V
Bimbingan dan
9
revisi Bab IV-V
10 Sidang skripsi
11 Revisi skripsi
12 Skripsi
(Sumber : Peneliti 2013)
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Deskripsi wilayah Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu daerah yang menjadi bagian

dari wilayah Provinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis.

Di sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah Timur dengan Jakarta

dan Kota Tangerang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang

Selatan dan Kabupaten Bogor, dan di bagian Barat berbatasan langsung dengan

Kabupaten Serang. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km² atau

12.68 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten pada koordinat

10620-10643 bujur Timur dan 600-620 lintang Selatan.

Kabupaten Tangerang dibagi ke dalam 29 Kecamatan serta 316 Desa dan

Kelurahan. Secara topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah

dataran yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah

sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk,

Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Sedangkan dataran

tinggi berada di wilayah bagian Tengah ke arah Selatan.Keseluruhan kondisi

wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-

rata0-3 persen menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 meter di atas

permukaan air laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 milimeter dan

72
73

temperatur udara berkisar antara 23 C-33 C. Iklim ini dipengaruhi oleh

wilayah di bagian utara yang merupakam daerah pesisir pantai sepanjang

kurang lebih 50 kilometer.

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) Kabupaten Tangerang

4.1.2.1. Visi dan Misi

Visi merupakan pandangan jauh ke depan, bagaimana dan

kemana organisasi harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan

dapat tetap eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Dengan

mengacu pada visi dan misi Pemerintah Kabupaten Tangerang,

maka Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP)

Kabupaten Tangerang menetapkan visi yaitu:

“Terwujudnya Kabupaten Tangerang yang bersih, hijau,

indah, dan terang benderang”

Untuk memenuhi visi tersebut, Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang

menjabarkannya ke dalam misi. Misi merupakan pernyataan yang

menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai.

Adapun misi Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) Kabupaten Tangerang yaitu sebagai berikut:


74

b. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penataan

penanggulangan kebersihan, pertamanan, pemakaman serta

penerangan jalan umum.

c. Meningkatkan peran serta masyarakat/swasta dalam

pengelolaan persampahan, pertamanan, pemakaman serta

penerangan jalan umum.

4.1.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang.

Berdasarkan peraturan Bupati Tangerang Nomor 51 Tahun

2010 tentang Tugas pokok, Fungsi dan Tata kerja, Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten

Tangerang memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

A. Tugas

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP)

Kabupaten Tangerang mempunyai tugas pokok

melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas

otonomi dan tugas pembantuan di bidang kebersihan,

pertamanan, dan pemakaman sesuai dengan kewenangan dan

kebijakan pemerintah daerah.

B. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang

mempunyai fungsi yaitu:


75

a. Perumusan kebijakan teknis bidang kebersihan,

pertamanan dan pemakaman;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum bidang kebersihan, pertamanan, dan pemakaman;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kebersihan,

pertamanan dan pemakaman;

d. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian

bidang kebersihan, reklame dan pertamanan, pemakaman

dan penerangan jalan umum;

e. Perencanaan kebijkan bidang kebersihan, pertamanan,

pemakaman dan penerangan jalan umum;

f. Pelaksanaan penanggulangan sampah yang meliputi

kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pembuangan dan

pemusnahan atau pengolahan serta pemanfaatannya,

pengelolaan TPU dan pengelolaan PJU;

g. Pengerahan potensi masyarakat untuk mewujudkan

lingkungan dan taman yang bersih;

h. Pelaksanaan kerja sama dan koordinasi dengan instansi

terkait untuk menciptakan kebersihan, penghijauan jalan,

taman dan lingkungan pemukiman, pengelolaan

pemakaman dan pengelolaan PJU;


76

i. Pelaksanaan evaluasi dan pengawasan terhadap

pelaksanaan operasional kebersihan, pertamanan,

pemakaman dan PJU;

j. Penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi

ketatausahaan, keuangan dan kepegawaian dalam rangka

memperlancar pelaksanaan tugas dinas.

4.1.2.3. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan, Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang

Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP)

Kabupaten Tangerang adalah unsur pelaksana otonomi daerah

yang menyelenggarakan pelayanan di bidang kebersihan,

pertamanan dan pemakaman. Dinas kebersihan, pertamanan dan

pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang dipimpin oleh

seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati Tangerang Nomor 51 Tahun

2010 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas

Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman, struktur organisasi

terdiri dari:
77

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat terdiri dari:

1. Sub Bagian Perencanaan

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Sub Bagian Keuangan

c. Bidang Kebersihan terdiri dari:

1. Seksi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

2. Seksi Pengolahan Sampah

3. Seksi Sarana dan Prasarana Kebersihan

d. Bidang Reklame dan Pertamanan terdiri dari:

1. Seksi Reklame

2. Seksi Pertamanan

3. Seksi Sarana dan Prasarana Reklame dan Pertamanan

e. Bidang Pemakaman terdiri dari:

1. Seksi Penataan

2. Seksi Pemeliharaan dan Penertiban

3. Seksi Sarana dan Prasarana Pemakaman

f. Bidang Penerangan Jalan Umum terdiri dari:

1. Seksi Penerangan Jalan Umum Wilayah 1

2. Seksi Penerangan Jalan Umum Wilayah 2

3. Seksi Sarana dan Prasarana Jalan Umum

g. Unit Pelaksana Teknis

h. Kelompok Jabatan Fungsional


78

Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada

salah satu bidang yang ada di DKPP Kabupaten

Tangerang.Adapun bidang yang terkait dengan masalah

penelitian ini yaitu bidang kebersihan.

4.1.2.4. Struktur Organisasi dan Susunan Kepegawaian Bidang

Kebersihan

Struktur organisasi yang dimiliki bidang kebersihan pada

DKPP Kabupaten Tangerang dibuat dengan melihat acuan

Peraturan Bupati Tangerang Nomor 51 Tahun 2010 Tentang

Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan

Pertamanan (DKPP) Kabupaten Tangerang dapat dilihat di bawah

ini:
79

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bidang Kebersihan di Dinas Kebersihan Pertamanan
dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang

Kepala Dinas

Jabatan Sekretaris

Fungsional

Sub Bagian Sub Sub Bagian


Perencanaan Bagian Umum dan
Keuangan Kepegawaiian

Kepala Bidang kebersihan

Seksi pengumpulan Seksi Pengolahan Seksi Sarana


dan pengangkutan dan Pemusnahan dan Prasarana
Sampah Sampah Kebersihan

UPT UPT UPT UPT Intalasi


UPT TPA
Kebersihan Kebersihan Kebersihan Pengolahan
Jatiwaringin
Wilayah Wilayah Wilayah Limbah Tinja
Balaraja Sepatan Curug
(Sumber DKPP 2012)
80

Mengenai susuna kepegawaian yang susunan kepegawaian yang

terdapat di bidang kebersihan saat ini berjumlah 28 orang. Jumlah tersebut

terbagi atas beberapa bagian.

Adapun susunan kepegawaiannya sebagai berikut:

Tabel 4.1

Susunan Kepegawaian Bidang Kebersihan di Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang

No Jabatan Status Jumlah


1 Kepala Bidang kebersihan IV/a 1
2 Kepala UPT Kebersihan wilayah I IV/a 1
3 Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan III/d 1
4 Kepala UPT Kebersihan Wilayah II III/d 1
5 Kasi Sarpras kebersihan III/d 1
7 Kepala UPT TPA Jatiwaringin III/d 1
8 Kepala UPT Kebersihan Wilayah IV III/d 1
9 Kepala UPT Kebersihan Wilayah III III/d 1
10 Pelaksana Pada Bidang Kebersihan III/b 1
11 Kasubag TU. UPT Kebersihan Wilayah II III/b 1
12 Kasubag TU UPT Kebersihan Wilayah III III/b 1
13 Kasubag UPT TPA Jatiwaringin III/b 1
14 Kasubag TU UPT Kebersihan Wilayah I III/b 1
15 Kasubag TU UPT Kebersihan Wilayah IV III/b 1
16 Kasi Pengolahan dan Pemusnahan Sampah III/b 1
17 Pelaksana pada Sarpras Bidang Kebersihan III/b 1
18 Kasubag Keuangan III/c 1
19 Pelaksana pada Bidang kebersihan II/b 4
20 Pelaksana pada Subag Keuangan II/b 1
Pembantu Bendahara Penerima Subag
21 II/b 2
Keuangan Wilayah Curug
22 Pelaksana Keuangan pada Bidang Kebersihan III/b 1
Pelaksana pada Seksi Pengumpulan dan I/b/TK
23 2
Pengangkutan K
Total 28
(sumber : DKPP, 2013)
81

Data di atas menunjukan bahwa status pegawai di bidang Kebersihan

yang paling mendominasi adalah golongan III/b yang berjumlah delapan (8)

pegawai termasuk yang berhasil peneliti temui dan wawancara yaitu Pelaksana

pada Sarpras Bidang Kebersihan, Kasi Pengolahan dan pemusnahan. Selain itu,

peneliti juga berhasil mewancarai Kepala UPT TPA Jatiwaringin (III/d), Kasi

Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah (III/d), Kasi Sarpras Kebersihan

(III/d), serta Kepala Bidang Kebersihan (IV/a).

4.1.2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Kebersihan

Kedudukan bidang kebersihan merupakan unsur

pelaksana dalam hal kebersihan Kabupaten Tangerang. Bidang

kebersihan dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas. Adapun

bidang kebersihan itu sendiri mempuunyai tugas merencanakan,

melaksanakann pembinnaan dan koordinasi serta pengawasan

dan pengendalian program kebersihan dalam melaksanakan

tugas bidang ini menyelenggarakan fungsi:

1) Perencanaan pengumpulan data bahan program sistem

pengumpulan, pengangkutan, pemusnahan dan

penggunaan sampah, perumusan sarana prasarana

kebersihan, kebersihan jalan dan penertiban sampah dan

lokasi TPS dan TPA;

2) Pelaksanaan pengumpulan dan program sistem

pengumpulan, pengangkutan pemusnahan dan penggunaan


82

sampah, perumusan sarana dan prasarana kebersihan,

kebersihan jalan dan penertiban sampah dan lokasi TPS

dan TPA;

3) Pelaksanaan program sistem pengumpulan, pengangkutan,

pemusnahan dan penggunaan sampah, perumusan saran

prasarana, kebersihan jalan dan penertiban sampah dan

lokasi TPS dan TPA;

4) Pelaksanaa koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya

yang terkait program sistem, pengumpulan, pengangkutan,

pemusnahan dan penggunaan sampah. Perumusan sarana

prasarana kebersihan, kebersihan jalan dan penertiban

sampah, lokasi TPS dan TPA;

5) Pelaksanaan pengadaan, pemeliharaan dan operasional

sarana dan prasarana kebersihan;

6) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan

program;

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

denngan bidang tugasnya.

Dengan melaksanakan tugas dan fungsinya bidang

kebersihan dibantu oleh seksi-seksi yang terdiri dari :


83

2. Seksi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Seksi pengumpulan dan pengangkutan sampah

mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan

dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan

penanganan pengumpulan dan pengangkutan sampah. Dalam

melaksanakan tugas pokoknya seksi pengumpulan dan

pengangkutan sampah mempunyai fungsi :

1) Perencanaan kegiatan pengumpulan data bahan

perumusan lokasi pengumpulan, tenaga-tenaga sebagai

pengumpulan sampah dan menempatkan di pos-pos

pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pengelolaan

retribusi sampah;

2) Pelaksanaan pemgumpulan, pengelolaan, penganalisian

data lokasi pengumpulan, tenaga-tenaga sebagai

pengumpul sampah dan menempatkan di pos-pos

pengumpulan, pengangkutan, pembuangan,

penggelolaan retribusi sampah;

3) Pelaksanaan kegiatan lokasi pengumpulan, tenaga-

tenaga sebagai pengumpulan sampah dan menempatkan

di pos-pos pengumpulan, pengangkutan, pembuangan,

pengelolaan retribusi sampah;

4) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga

lainnya terkait lokasi pengumpulan tenaga-tenaga


84

sebagai pengumpul sampah dan menempatkan di po-pos

pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pengelolaan

retribusi sampah;

5) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan

kegiatan;

6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

dengan bidang tugasnya;

4 Seksi Pengolahan dan Pemusnahan Sampah

Seksi pengolahan dan pemusnahan sampah mempunyai

tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi

serta pengawasan dan pengendalian kegiatan pengolahan dan

pemusnahan sampah. Seksi pengolahan sampah dan

pemusnahan sampah mempunyai fungsi :

1) Perencanaan perumusan petunjuk teknis tempat-tempat

pembuangan sementara dan tempat pembuangan akhir

sampah pengolahan, pemusnahan dan pemanfaatan

sampah;

2) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan dan

kegiatan pengolahan, pemusnahan dan pemanfaatan

sampah;

3) Pelaksanaan kegiatan pengolahan pemusnahan dan

pemanfaatan sampah;
85

4) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya

terkait kegiatan pengolahan, pemusnahan dan pemanfaatan

sampah;

5) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan

kegiatan;

6) Pelaksanaan tugas lan yang diberikan atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

5 Seksi Sarana dan Prasarana

Seksi sarana dan prasarana kebersihan mempunyai

tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan

koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan

pengadaan, perawatan dan operasional sarana dan prasarana

kebersihan. Seksi sarana dan prasarana kebersihan memiliki

fungsi :

a. Perencanaan perumusan petunjuk teknis pengadaan,

pemeliharaan dan operasionalisasi sarana dan prasarana

kebersihan;

b. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisan

data, pengadaan pemeliharaan dan opersionalisasi

sarana dan prasarana kebersihan;

c. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga

lainnya terkait pengadaan, pemeliharaan dan

operasionalisasi sarana dan prasarana kebersihan;


86

d. Pelaksanaan kordinasi dengan instansi/lembaga lainnya

terkait pengadaan, pemeliharaan dan operasionalisasi

saran dan prasarana kebersihan;

e. Pelaksana monitoring dan evaluasi serta pelaporan

kegiatan;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

dengan bidang tugasnya;

4.1.3. Gambaran Umum TPA Jatiwaringin

TPA Jatiwaringin merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh

Kabupaten Tangerang. TPA ini berdiri sejak tahun 1992 dan berlokasi di

Desa Jatiwaringin, Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang dengan Luas

wilayah seluas 12 hektar. Jarak TPA dari pusat kota adalah 10 km.

Kabupaten Tangerang Tangerang pada awalnya memiliki dua TPA yaitu

TPA Jatwaringin dan TPA Pasir Muncang, namun TPA tersebut sudah

tidak beroperasi lagi. Adapun TPA Jatiwaringin sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Jatiwaringin, sebelah Timur berbatasan dengan sungai

Ciracap, Daerah Gintung dan Kecamatan Mauk, sebelah Barat berbatasan

dengan Desa Tanjakan Mekar dan Kecmatan Rajeg, dan Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Mauk. TPA Jatiwaringin ini melayani

masalah sampah di Kabupaten Tangerang. Sampah yang masuk ke TPA

Jatiwaringin ini langsung langsung diangkut dari berbagai sumber seperti

pasar, rumah tangga, perkantoran dan lain-lain. Ritasi pembuangan


87

sampah di TPA Jatiwaringin berasal dari wilayah Mauk, Balaraja,

Damdaman, Ciputat, Teluknaga, Operasional (OPS), dan Curug dengan

jumlah kendaraan pengangkut sampah sebanyak 72 unit. Masing-masing

kendaraan pengangkut sampah (truk) dapat mengangkut 6 m³ sampah

dengan jumlah sampah yang masuk ± 432 m³ setiap harinya. Dalam

mengelola sampah di TPA Jatiwaringin dibutuhkan konsentrasi dan kerja

sama yang baik agar lebih fokus dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu

dibuatlah sebuah struktur organisasi khusus di TPA Jatiwaringin agar lebih

mudah melakukan koordinasi dan pembagian tugas dalam pengeloaan

sampah. Adapun stuktur organisasinya sebagai berikut :

Gambar 4.2
Struktur Organisasi kantor UPT TPA Jatiwaringin

Kepala UPT TPA jatiwaringin

Kasubag TU UPT
TPA Jatiwaringin

Staff Staff Staff Staf Cleaning


administrasi pelaksana Pelaksana Pelaksana Service
keamanan Lapangan Operator

Sumber: UPT TPA Jatiwaringin


88

4.2. Informan Penelitian

Seperti yang peneliti paparkan pada bab 3 bahwa dalam penelitian

strategi pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tangerang. dalam menentukan informan

penelitian, peneliti memilih teknik Purposive Sampling (sampel bertujuan).

Adapun informan-informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang

yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal

ini dikarenakan para informan tersebut senantiasa berurusan dengan masalah

yang peneliti teliti bahkan informan yang menangani secara langsung

permasalahan tersebut.Untuk informan dalam penelitian ini, peneliti

memfokuskan dengan subjek yang akan dijadikan informan antara lain

Kepala bidang kebersihan, Kepala UPT TPA Jatiwaringin, kepegawaian

pengumpulan dan pengengkutan sampah, kepegawaian bidang kebersihan,

tenaga kerja di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan tokoh

Masyarakat/Masyarakat.

Adapun untuk lebih jelasnya informan-informan dalam penelitian ini

dapat dilihat pada uraian berikut ini.

1. Drs. Jan Piter Situmorang, M.Si (I1.1), beliau adalah Kabid Kebersihan

di Dinas Kebersihan Pertamana dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten

Tangerang.

2. Supiyani, Spd, MM (I1.2), beliau adalah Kepala UPT TPA Jatiwaringin

di Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kabupaten

Tangerang.
89

3. Drs. Sudarman (I1.3), beliau adalah Kasi Pengumpulan dan

Pengangkutan Sampah di Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) Kabupaten Tangerang.

4. Muhamad Mumu Mukhlis, S. STP (I1.4), beliau adalah Kasi Pengolahan

dan Pemusnahan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) Kabupaten Tangerang.

5. Drs. Tjetjep Hindaryanto.MM (I1.5), beliau adalah Kasi Sarana dan

Prasarana kebersihan di Dinas Kebersihan Pertamana dan Pemakaman

(DKPP) Kabupaten Tangerang.

6. Sutatmo (I2), beliau adalah Pelaksana Harian Mitra Marga Pengelolaan

Sampah Terpadu (TPST) di Desa Panongan.

7. Suparno (I3), beliau adalah Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM) Mustika Ikhlas Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)

di Perumahan Mustika Tigaraksa.

8. Saepudin (I4), beliau adalah Ketua RT 02 RW 03 Jatiwaringin.

9. A. Rohman (I5), beliau adalah Koordinator Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) Mustika Ikhlas Tempat Pembuangan Sampah

terpadu (TPST).

10. Sudarman (I6), beliau adalah ketua RT 03/ RW 07 Desa Rajeg.

11. Sukriyah (I7), beliau adalah Ketua RT 01/RW 03 Jatiwaringin.


90

4.3. Deskripsi Analisis Data

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang

telah didapatkan dari hasil observasi penelitian. Penelitian mengenai strategi

pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) di Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan teknik analisis

SWOT, teori tersebut memberikan visualisasi yang berguna atas komponen-

komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan untuk

menjamin bahwa strategi perusahaan dapat berjalan dalam kehidupan

organisasi. Strategi yang efektif mencangkup hubungan yang konsisten dari

satu faktor yaitu: strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), Opportunitie

(peluang), treats (tantangan atau ancaman). Peneliti mengelompokan faktor-

faktor berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan (ekstern dan intern)

serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan dan kelemahan)

serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan dan tantangan)

sebagai aparatur pelaksana.

Data yang peneliti dapatkan dalam penelitian mengenai strategi

pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) di Kabupaten Tangerang lebih banyak didapatkan dari hasil

wawancara yang peneliti lakukan selama mengerjakan penelitian, yaitu berupa

kata-kata yang diungkapkan oleh para informan. Data lainnya yaitu berupa

tindakan dari orang-orang yang peneliti amati sewaktu melakukan observasi

pengamatan. Kata-kata dari hasil wawancara dan tindakan dari orang-orang


91

yang peneliti amati di lapangan tersebut merupakan data utama dalam

penelitian ini. Adapun kedua sumber data utama tersebut peneliti catat dalam

buku catatan dan sebagian besar didokumentasikan melalui alat perekam yang

peneliti gunakan selama proses wawancara berlangsung. Data-data lainnya

yang menunjang penelitian ini peneliti peroleh dari berbagai macam

dokumentasi yang berada di Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

(DKPP) Kabupaten Tangerang tepatnya pada Bidang kebersihan.

Seperti yang sudah dibahas pada bab tiga, bahwa penelitian mengenai

strategi pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman (DKPP) di Kabupaten Tangerang ini merupakan penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang telah diketahui dalam

penelitian kualitatif untuk menganalisis data dilakukan secara bersama secara

proses pengumpulan data, oleh karenanya proses pengumpulan dalam

penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh

Miles & Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga

kegiatan yang penting. Ketiga kegiatan tersebut meliputi: reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan/verifikasi

(conclusions drawing/verifying).

Langkah yang pertama yang dilakukan sudah mereduksi data, yaitu

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang

penting, dicari tema serta polanya. Untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan kegiatan reduksi data, maka peneliti memberikan kode-kode pada

aspek-aspek tertentu. Kode-kode tersebut ditentukan berdasarkan jawaban-


92

jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan

penelitian. Adapun kode-kode tersebut yaitu:

1. Kode Q menunjukkan daftar urutan pertanyaan.

2. Kode A, B, C, dan seterusnya menunjukkan item pertanyaan.

3. I1, I2, I3, dan seterusnya menunjukkan daftar untuk informan.

Untuk penyajian data (data display) dalam penelitian ini, peneliti

melakukan penyajian data dalam bentuk teks narasi, tabel dan gambar.

Selanjutnya menarik kesimpulan atau mencari makna-makna baru dari hasil

yang sudah diperoleh.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.

Peneliti dalam penelitiannya ini menggunakan teori David Hunger dimana di

dalam teori ini memberikan visualisasi yang berguna atas komponen-

komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan untuk menjamin

bahwa strategi dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif

mencakup hubungan yang konsisten dari satu faktor yaitu: strengths,

weaknesses, opportunities, threats. Dalam hal ini peneliti menggabungkan

indikator dari analisis SWOT menjadi aparatur pelaksana, Adapun pembahasan

yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:


93

a. Strengths (Kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek

atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Untuk

memaksimalkan strategi yang dilaksanakan dalam pengelolaan sampah, bidang

kebersihan memiliki Kekuatan atau strengths yang dimiliki dapat dilihat dari

pernyataan dari Kepala Bidang Kebersihan Bapak Drs. Jan Peter Situmorang,

M.Si (I1.1) sebagai berikut:

“Kekuatan bidang kebersihan yang dimiliki yaitu Perda Pengolahan


Sampah Nomor 6 Tahun 2012, tersedianya sarana dan prasarana
pengangkutan pelayanan sampah, sekarang yang jalan 143 unit, dan
adanya Tempat Pembuangan akhir (TPA) tanpa TPA tidak ada
pembuangan sampah”. (Senin, 02-03-2015. Pukul. 13.00 WIB. Di
Kantor Bidang kebersihan. Legok).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas kekuatan

bidangkebersihan yang dimiliki adalah Perda Nomor 16 Tentang Pengelolaan

Sampah dan Lumpur Tinja, Armada pengangkut sampah, dan adanya TPA

(Tempat Pembuangan Akhir). Adapun yang diungkapkan oleh Kepala UPT

TPA Jatiwaringin Bapak Supiyani, Spd, MM (I1.2) sebagai berikut:

“Kita memiliki armada 120 lebih sih sebenarnya datanya ada dibeda
bidang, yang kita tiap hari ajah yang masuk kesini 120 truck perhari,
alat berat kita punya 5. Dozer 2, exsapator 3 sementara yang yang
sedang berjalan eksapator 1, dozer 1 yang lain rusak”. (Senin. 02-03-
2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas kekuatan yang dimiliki hanya

armada pengangkut sampah untuk diangkut dan dibuang ke TPA (Tempat


94

Pembuangan Akhir). Hal yangserupa diungkapkan oleh Kasi Sarpras Bapak

Tjeptjep Hindaryanto. MM (I1.5) sebagai berikut:

“Salah satunya armada kendaraan kita ± 143 armada itu yang


menjadi kekuatan kita, kemudian kita siapkan sarana dan prasarana
selain kendaraan ada gerobak motor, ada gerobak sampah ada tong
sampah gantung. Cara mempertahankan sarana dan prasarana itu
salah satunya dengan menyediakan servis kendaraan yang sudah kita
siapkan, jadi kita usahakan semaksimal mungkin kendaraan-
kendaraan itu. Namanya kendaraan dipake pasti ada yang rusak kita
sudah siapkan bengkelnya, suku cadangnya, maintainancenya, jadi
kekuatan itu sama dengan daerah lain cuman tinggal bagaimana kita
mengoptimalkan sarana dan prasarananya.”(Senin. 02-03-2015.
Pukul. 15.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas bahwa bidang kebersihan

memiliki kekuatan dari armada pengangkut sampah yang ada di TPS (Tempat

Pembuangan Sementara) serta menyediakan gerobak motor, gerobak sampah

dan tong sampah gantung. Adapun hasil wawancara dengan Kasi Pengumpulan

dan Pengangkutan sampah Bapak Drs. Sudarman (I1.3) sebagai berikut:

“Kekuatannya yah itu kita siapkan sumber daya manusianya untuk


peralatannya yah mobil truknya kayak ambrol yah kita tambah, untuk
menanggulangi kekuatan seperti itu tadi, yah tapi kembali lagi
walaupun kita siapkan sumber daya manusianya, supirnya, keneknya
termasuk pesaponnya, kalau masyarakatnya tidak peduli juga, untuk
menempatkan sampah sesuai dengan aturannya, yah tetap juga akan
ada lonjakan sampah yang tidak terkendali, kalau masyarakat sadar
dimana ada Tempat Pembuangan Sementara (TPS) harus buang
tempatnya, dimana ada ambrol bak yah itu kan harus dibuang disitu,
tapi yah kembali lagi kekuatan kita di DKPP sudah menyiapkan
sarana dan prasarana, tapi masyarakat sendiri tidak membantu
dalam hal ini membuang sampah yang benar itu akan menjadi
tindakan yang tidak bersih tidak kondusif sampahnya.”(Senin. 16-03-
2015. Pukul. 14.00. WIB).
95

Hal ini juga sesuai dengan kutipan wawancara yang dikemukakan

oleh Kasi Pengolahan dan Pemusnahan sampah Bapak Muhammad Mumu

Mukhlis (I1.4), sebagai berikut:

“Yah itu paling lebih mengendalikan sarana dan prasarannya untuk


pengangkutan sampahnya, kaya dumtruck, ambrol, ya kalo untuk
lingkungan-lingkungan yang kecil ya kita ginakan ambrol, grobak
motor.”(Senin. 16-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas kekuatan yang dimiliki Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman terutama dibidang kebersihan yaitu

armada pengangkut sampah yang sudah disediakan seperti ambrol sebagai

Tempat Pembuangan Sementara (TPS) namun banyak masyarakat yang tidak

peduli atau membuang sampah sembarangan.

Adapun jumlah kendaraan bidang kebersihan januari 2014 dapat

dilihat sebagai berikut:


96

Tabel 4.2
Data Kendaraan Bidang Kebersihan Januari 2014

No Kendaraan/Alat Jumlah Unit Keterangan

4 rusak berat, 1 dalam perbaikan,


1 Dump Truck 112
71 kondisi baik/layak pakai

1 rusak berat, 1 dalam perbaikan,


2 Truck Amroll 31
29 kondisi baik/layak pakai
3 Truck compector 5 5 kondisi baik/layak pakai
4 Pick Up Angkutan Sampah 7 5 kondisi baik/layak pakai
5 Eskavator 3 3 kondis baik/layak pakai
1 rusak berat, 2 kondisi baik/layak
6 Treckdozzer 3
pakai
1 rusak berat, 2 kondisi baik/layak
7 Skiedloader 3
pakai
8 Power suplai (penyemprot lalat) 2 Kondisi baik/layak pakai
9 Pompa Alkon 1 Kondisi baik/layak pakai
10 Motor gerobak 12 12 kondisi baik/layak pakai
(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2014)

1. Bagaimana cara melaksanakan strategi pengelolaan sampah

Untuk melaksanakan strategi pengelolaan yang akan dilakukan maka

perlu ditentukan cara-cara yang efektif untuk mengelola sampah yang akan

dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan pemakaman Kabupaten

Tangerang lebih tepatnya pada Bidang Kebersihan berjalan dengan baik.

Berikut merupakan cara-cara yang digunakan Bidang Kebersihan dalam

pengelolaan sampah. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Kepala TPA

Jatiwaringin yaitu Bapak Supiyani, Spd, MM (I1.2) sebagai berikut:

“Sementara ini yang kita dikelola hanya open dumping, jadi sampah
yang ada hanya ditumpuk disini tidak diolah, menurut uu no 6 tahun
2012 mah seharusnya sanitary lanfill yang udah lama ditutup dengan
97

tanah, terus diurug lagi pindah zona ke selanjutnya sementara hanya


zona satu dan zona dua yang menggunakan sistem sanitary lanfill.”
(Senin, 02-03-2015. Pukul. 13.00 WIB. Di Kantor TPA Jatiwaringin)

Berdasarkan wawancara di atas menunjukan bahwa strategi

pengeloaan sampah di TPA masih menggunakan open dumping hanya sebagian

saja yang menggunakan sanitary lanfill yaitu di zona satu dan zona dua.

Gambar 4.3
Hasilsanitary lanfill

(Sumber: Tempat Pembuangan Akhir)

Gambar 4.4
Sistem Open Dumping

(sumber: Tempat Pembuangan Akhir)

Dalam melaksanakan strategi pengelolaan sampah bidang kebersihan

dalam menanggulangi sampah-sampah liar bidang kebersihan menyiapkan


98

amrol disiapkan ditempat stategis dipinggir jalan-jalan protokol dan

menyediakan TPS disetiap wilayah masing-masing. Berikut ini hasil

wawancara peneliti dengan Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Bapak Drs. Sudarman (I1.3).

“Menurut Tupoksi saya yaitu Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan


Sampah, Tupoksi saya sampah dikumpulin, kita angkat saya kerahkan
personil dan kita buang ke TPA Jatiwaringin. Banyak sampah buang
sembarangan di jalan-jalan kalau buang sampah itu termasuk sampah
liar sampah rumah tangga, yang orang deket perumahan yang tidak
punya TPS sehingga mereka bawa pake motor ditaro, kadang-
kadangkan buang satu nanti dilihat sampah numpuk akhirnyakan
semua buang disitu. Secara program Bidang kebersihan sebenarnya
Kita siapkan disetiap wilayah masing-masing disediakan TPS Tempat
Pembuangan Sementara).Bukan dibuang sembarangan di got atau
dibuang di pinggir jalan sebetulnya itu sih hanya pola fikir
masyarakat, mangkanya di jalan Bitung kita siapkan bak counteiner
itu pun bak counteinernya sendiri itu di dalamnya kosong
disampingnya penuh. Secara ini kita siapkan sarana prasarana
contonya kita siapkan ambrol di tempat-tempat strategisgunanya
untuk supaya bersih jangan sampai sampah itu berantakan, cumankan
masyarakat sendiri kayaknya tidak memahami dalam arti ada sampah
buang lempar berarti mereka belum menjiwai secara kebersihan ini
sampah dimana sih harus letakkan, dari mana-mana perumahan
bawa kepasar dibuang sembarangan, padahalkan Dinas kebersihan
sudah mempunyai program sebelumnya sudah menyediakan TPS
(Tempat Pembuangan Sementara) menyediakan ambrol di pinggir
jalan, cuman tetep ajah sampah di pinggir jalan berantakan dimana-
mana pedahal di dalam bak ambrolnya kosong. Nah itu jadi pola
perilaku masyarakat itu sendiri belum memahami artikebersihan itu.
Bupatisendiri telah Mensosialisasikan supaya Tangerang sehat
bersih. Salah satunya saya ambiljalan protokol seperti Bitung, Legok,
Daerah Jayanti yang jalur-jalur yang saya tangani, secara untuk
menjangkau masyarakat dalam, harusnya di dalam perumahan ada
TPS itu kan ada motor gerobak untuk mengambil yang di perumahan-
perumahan di taro di deket TPS nanti mobil kita yang ambil di situ
sebetulnya, cuman apa yang terjadi kadang-kadangmasyarakat
diman-manabuang sampah sembarangan, yah kita sudah menyiapkan
sarana prasarana kadang-kadang masyarakat kurang peduli terhadap
lingkungan sendiri”. (Senin. 16-03-2015. Pukul 13.00. di Kantor
Bidang Kebersihan. Legok).
99

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa bidang

kebersihan sudah memiliki strategi pengelolaan sampahdengan memberikan

pelayanan kepada masyarakat dengan mengadakan TPS (Tempat Pembuangan

Sementara) dan membuat pengelolaan sampah terpadu melalui pengomposan

namun hanya skala kecil yang berada di setiap TPST (Tempat Pembuangan

Sampah Terpadu) berikut ini hasil wawancara peneliti dengan Kasi Pengolahan

dan Pemusnahan Sampah Bapak Muhamad Mumu Mukhlis, S.STP (I1.4)

sebagai berikut:

“Sementara di TPA (Tempat Pembuangan Sampah) Jatiwaringin itu


masih proses open dumping jadi memang untuk di pembuangan
akhirnya sendiri belum ada proses pengolahan hanya sekedar
pengangkutan kemudaian dibuang memang sampai hari ini belum ada
belum ada proses pengolahan tapi untuk beberapa wilayah
Kecamatan kebeutlanKabupaten Tangerang sudah punya program
unggulan melalui pebangunan hanggar komposting sejak Tahun 2012
sampai Tahun sekarangkita terbaru 6 hanggar komposting beserta
mesin pengolahannya”.(Senin. 16-03-2015. Pukul 14.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten tangerang tepatnya pada Bidang

Kebersihan strategi pengelolaan di TPA Jatiwaringin hanya menggunakan open

dumpingp engelolaan di TPST pun hanya skala kecil dalam sistem

pengomposan.Adapun wawancara dengan Drs. Tjetjep Hindaryanto. MM (I1.5)

sebagai Kasi Sarpras Kebersihan sebagai berikut:

“Harus tau dasarnya artinya harus bisa memilah sampah organik dan
organik. Strategi untuk mengelola sampah ini sebenarnya lebih
banyak peran serta masyarakat daripada Dinas karena selagi masih
ada orang di dunia ini pasti akan ada sampah. Sampah tidak akan
pernah nol tidak akan pernah habis yang namnya sampah selama
masih ada manusia hidup pasti ada sampah. Strategi kita memilah
sampah, mengumpulkan dan membuang ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA)”.(Senin. 02-03-2015. Pukul. 15.00. WIB).
100

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas dalam pengelolaan

sampah harus tahu dasarnya yang mana organik dan non organik. Harus ada

peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah karena semakin

bertambahnya penduduk sampah semakin. Adapun hasil wawancara dengan

Bapak Sutatmo (I2) sebagai Pelaksana Harian di Tempat Pembuangan sampah

Terpadu (TPST) yang menjadi KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang

berperan serta dalam pengolahan sampah sebagai berikut:

“Untuk pengolahan sampah berupa residu yang tidak bisa didaur


ulang kita buang ke TPA selama dua minggu satu kali, untuk yang
organik kita olah buat pupuk, prosesnya setelah dipilah nanti dicacah
di fermantasi sekitar 3-4 minggu”. (Senin. 16-03-2015. Pukul. 16.00.
WIB).

Berdasarkan hasil petikan di atas proses pengeloaan sampah KSM

Graha Mitra Citra memiliki proses pengelolaan sampah yang terpadu untuk

mengurangi beban TPA Jatiwaringin proses pengelolaannya sebagai berikut:

Gambar 4.5
Proses Pemilahan Sampah

(Sumber: Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu)


101

Gambar 4.6
Proses Penggilingan Sampah

(Sumber: Tempat PembuanganSampah Terpadu)

Gambar 4.7
Proses Fermentasi

(Sumber: Tempat Pemuangan Sampah Terpadu)

Adapun Alur Pengelolaan sampah di TPST sebagai berikut:

a. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas dari rumah

warga ke TPST menggunakan gerobak.

b. Proses pemilahan sampah di TPST yang terbagi 3 yaitu sampah

organik, sampah non organik yang bernilai jual serta sampah non

organik yang tidak bernilai (residu).


102

c. Proses pencacahan sampah organik dengan menggunakan mesin

cacah.

d. Proses komposting sampah organik hasil pencacahan dengan

media segitiga aerasi.

e. Proses pematangan kompos setengah jadi di tempat khusus

pematangan kompos.

f. Proses pencacahan kompos matang secara manual dengan

menggunakan alat yang sederhana.

g. Proses pengayakan kompos matang secara manual dengan

menggunakan alat pengayak kompos.

h. Proses pengemasan dan pelabelan kompos matang secara manual

sehingga siap untuk digunakan sesuai kebutuhan.

Sarana dan prasarana TPST ( Tempat Pembuangan Sampah

Terpadu) Graha Mitra-Panongan meliputi:

a. Satu unit mesin pencacah (mesin crusher)

b. Satu unit mesin ayak

c. Satu unit hanggar/workshop TPST

d. Satu unit gerobak sampah manual

Dalam strategi pengelolaan sampah di TPST (Tempat Pembuangan

Sampah Tepadu) mustika ikhlas memilliki strategi yang diungkapkan oleh

Ketua KSM TPST Mustika khlas Bapak Suparno (I3) sebagai berikut:
103

“Dari tempat kami TPST atau KSM Mustika Ikhlas melalukan


pemilihan sampah menjadi tiga kelompok yang terdiri dari sampah
sayur atau organik, sampah kerompong atau bisa didaur ulang, dan
sampah residu. Jadi dari tiga kelompoj tersebut hanya sampah residu
yang diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir)”. (Jum’at, 24
april 2015. Pukul. 09.30. WIB).

Beradasarkan hasil wawancara di atas KSM Mustika Ikhlas

mengelompokan sampah berdasarkan jenis sampah organik dan non organik

dan sampah yang tidak berguna atau residu diangkut ke TPA setiap hari.

2. Bagaimana proses evaluasi strategi dalam meminimalisir sampah yang

ada di TPA jatiwaringin.

Untuk memaksimalkan suatu strategi yang dilaksanakan dalam

pengelolaan sampah yang semakin hari semakin menumpuk hal ini disebabkan

adanya jumlah penduduk yang semakin banyak yang membuang sedikit yang

mengelola TPST hanya dapat mengolah sampah dengan interval 200-500 KK.

Hal ini berdasarkan wawancara peneliti dengan Kasi Pengolahan dan

Pemusnahan Sampah Bapak Muhamad Mumu Mukhlis, S.STP (I1.4), sebagai

berikut:

“Sementara sampah hanya dibuang dan ditumpuk saja paling ada


pemilahan sedikit itu pun lingkungan sekitar artinya pemulung-
pemulung gitu yah, sementara kalau dari Dinas sendiri belum ada.
TPS membantu hanya dalam skala kecil mereka kan dalam satu TPS
itu inteval penanganan sampahnya antara 200-500 KK lah kisaran
segitulah, gak lebih karena kalau lebih mereka kewalahan juga,
karena memang di bangunnya TPST juga kekuatannya hanya sekitar
segitu, kayaknya gak bisa mencakup satu desa atau satu kelurahan
kelurahan terlalu besar, cuman memang keinginan Pak Bupati dalam
setiap Kecamatan di Kabupaten Tangerang setidaknya ada satu
TPST”. (Senin. 16-03-2015. Pukul. 14.00. WIB).
104

Berdasarkan hasil wawancara di atas proses evaluasi yang dilakukan

oleh Bidang Kebersihan agar pelaksanaan strategi harus adanya penambahan

TPST di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang, serta harus

adanya upaya kerja sama dengan pihak swasta agar kondisi persampahan bisa

di proses lebih lanjut agar bisa berdaya guna, hal ini berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan Bapak Drs. Sudarman (I1.3), sebagai Kasi

Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah, sebagai berikut:

“Nah ini kita yang belum bisa, walaupun kita evaluasi, karena kita
belum punya dalam artialat yah untuk memusnahkan sampah secara
periodik yah tentunya akan terjadi seperti itu, nah sekarang ini kan
kabupaten Tangerang lagi menjajakin dengan pihak swasta,
bagaimana nanti akan meberdayakan sampah yang ada sehingga bisa
berdaya guna untuk masyarakat, contoh mungkin pihak ke tiga kita
kerja sama, dia akan bikin semacam untuk tenanga pembangkit listrik
paling itu yang akan mengurangi volume sampah selama itu tiidak
berjalan Saya rasa tidak akan bisa, kita akan mengevaluasi secara
keseluruhan kenapa karena masyarakat kita ini kan apalagi kita ini
setiap hari itu dikatakan volume sampah rutin setiap itu kan kita
buang kesana tapi kembali lagi kita belum punya alat untuk
memusnahkan sampah di TPA itu sampai sekarang hanya kita itu
mengumpulkan, membuang taro ke TPA sementara ini”.(Senin. 16-
03-2015. Pukul 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas volume sampah disetiap harinya

semakin bertambah dan Dinas Kebersihan belum memiliki alat untuk

memusnahkan sampah yang berada di TPA (Tempat Pembungan Sampah), hal

yang sama juga diungkapkan oleh Kepala UPT TPA Jatiwaringin. Adapun

hasil wawancara peneliti menurut Bapak Supiyani, Spd, MM (I1.2) sebagai

Kepala TPA Jatiwaringin.


105

“Kalau di kita hanya istilahnya hanya nerima doang ni, adapun


strategi untuk mengurangi timbulan sampah di masyarakat atau di
jalur-jalur adanya di ops Bidang Kebersihan. Kita hanya menerima
lah istilahnya Sampah se Kabupaten Tangerang kita terima di sini”.
(Senin. 02-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan Petikan hasil wawancara diatas TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) hanya menerima sampah yang ada di seluruh Kabupaten

Tangerang tanpa adanya proses pengelolaan sampah. Adapun hasil wawancara

Menurut bapak Drs. Tjetjep Hindaryanto. MM (I1.5) sebagai Kasi Sarpras

“Kita masih pake sistem open dumping atau saya bilang pribadi
bukan Dinas pake sistem primitif jadi sampah ditaro diangkat ke
tengah diurug diangkat ke tengah diurug, sebenarnya wacana
kedepan itu yang lebih bagus itu sampah diolah menjadi kompos, tapi
pengolahan kompos di TPA itu ostnya besar nah itu kita bandingkan
kita compare dengan APBD memang tidak cukup dananyakarena
membutukan dana yang besar mangkanya mungkin akan
lebihbaguslagi kalau misalnya ada pihak-pihakswasta akan bekerja
sama dengan dinas kebersihan membuat satu TPA yang besar lah jadi
kita kerja sama dengan pihak swasta tapi itu baru wacana”. (Senin.
02-03-2015. Pukul. 15.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas perlu adanya kerja sama

dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah, karena kabupaten Tangerang

masih menggunakan sistem yang tradisional dengan menggunakan sistem open

dumping yaitu sampah hanya ditumpuk tanpa ada proses pengelolaan sampah

hanya ada proses pembakaran secara manual. Adapun proses evaluasi di TPST

yang diungkapkan oleh pelaksana harian Bapak Sutatmo (I2) sebagai berikut:

“Dengan proses sosialisasi kepada masyarakat Graha Mitra Citra


karena sampah adalah masalah kita bersama, dan memberikan suatu
inovasi dengan membuat kerajina dari sampah yang tidak terpakai”.
(Senin. 16-03-2015. Pukul. 16.00. WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas evaluasi dalam meminimalisir

sampah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya


106

mengelola sampah. Adapun hal serupa yang diungkapkan oleh Ketua KSM

Mustika Ikhlas Bapak Suparno (I3) sebagai berikut:

“Mengumpulkan Para Ketua RT dan RW untuk sosialiasi dan minta


dukungannya untuk disampaikan ke tiap warganya masing-masing. Di
KSM Mustika Ikhlas ini yang kami layani sudah ± 3.200 rumah dan
masih terus dilakukan pembangunan, rencana akan di bangun ± 4.000
rumah nantinya”. (Jum’at. 24 April 2015. Pukul. 09.30. WIB).

Berdasrkan hasil wawancara di atas pihak KSM mengundang ketua

RT dan RW untuk bekerjasama bersosialisasi mkepada warganya supaya

mengelola sampah dengan baik dan membuang sampah pada tempatnya.

b. Weakness (Kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek

atau konsep yang ada. Kelemahan yang dinamis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi atau konsep bisnis itu sendiri. Mengenai

kelemahan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman melalui pernyataan

oleh Kepala Bidang Kebersihan Bapak Drs. Jan Peter Situmorang, M.Si (I1.1)

sebagai berikut:

“Luas wilayah kabupaten Tangerang yang belum terjangkau


semuanya, maraknya pembuangan sampah-sampah liar terutama
para penghuni kontrakan dan pengusaha catering, mereka membuang
sampah sembarang tempat, jarak TPA yang jauh sehingga terkendala
macet”. (Senin, 02-03-2015. Pukul. 13.00. di Kantor Bidang
Kebersihan).

Berdasarkan hasil wawancara di atas kelemahan yang ada di Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman kabupaten Tangerang yaitu luas

wilayah kabupaten yang belum terjangkau dalam pelayanan sampah,

banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan terutama


107

penghuni kontrakan serta pengusaha catering, dan jarak Tempat Pembuangan

Akhir yang jauh sehingga pada saat pembuangan terkendala macet. Adapun

mengenai kelemahan yang di miliki dapat di uraikan dengan indikator analisis

SWOT dengan dituangkan melalui beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah sudah

memadai

Keadaan sarana dan prasarana merupakan faktor yang harus diperhatikan

kerena sarana dan prasarana hal yang terpenting dalam pengelolaan sampah

dalam pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di

Jatiwaringin. Berikut hasil wawancara dengan Kepala UPT TPA Jatiwaringin

Bapak Supiyani, S.pd, MM (I1.2), sebagai berikut:

“Kalau sarana kurang/belum terutama di TPA ini belum dengan alat-


alat berat yang sudah tua juga, minimal kalau di kita ini yang harus
beroperasi itu alat berat exsapator minimal sekitar tiga lah, dozer
mungkin dua, ini juga yang kita punya sebenernya uda, cuman yah itu
lah yang beroperasi hanya satu”. (Senin. 02-03-2015. Pukul 13.00.
WIB).

Berdasarkan wawancara di atas bahwa pada Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) di Jatiwaringin mengenai sarana dan prasarana masih kurang atau

belum memadai mesti ada penambahan alat- alat berat dan alat yang dimiliki

kondisinya sudah tua. Adapun hasil Wawancara dengan Bapak Drs. Sudarman

(I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah terkait sarana dan

prasarana, sebagai berikut:


108

“Kalau sarana dan prasaran saya rasa sudah cukup yah, kita sudah
ada namannya gerobak sampah, kita punya motor gerobak, kita
punya mobil dumtruck amroll, bahkan kemaren kita tambah lagi
beberapa mobil walaupun tidak semua tentunya dengan mobil yang
ada ini yah sudah memadai untuk angkutan sampah
sebetutnya”.(Senin. 16.03.2015. Pukul 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa keberadaan sarana dan

prasarana dalam pengangkutan sampah sudah cukup namun hal yang

diungkapkan oleh Kasi Pengolahan Sampahdan Pemusnahan sampah adapun

hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Mumu Muklis, S. STP (I1.4),

sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana kita tentu banyak kekurangan yang terutama


di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pertama kenapa saya bilang
kekurangan, karena wilayah kita terlalu luas kemudian anggaran juga
terbatas, kita nggak bisa langsung beli sekaligus, yaitu pembelian
secara bertahap entah dua tahun sekali entah tiga tahun sekali
sementara kita pembelian misalkan seratus nah yang rusak jadi
sebetulnya dari pembelian seratus unit mungkin hanya menambahkan
tiga puluh atau dua puluh unit baru nah sisanya memang
menggantikan mobil yang memang sudah lama, sudah rusak,
kondisinya sudah rusak tidak layak pakai itu yang kita ganti jadi
istilahnya yah peremajaan kendaraan, kemudian yang pasti
masyarakatlah walaupun tidak sepenuhnya kita menyalahkan
masyarakat tapi tetep masyarakat punya peran penting dalam
pengolahan sampah yah artinya di Kabupaten Tangerang sendiri juga
memang masyarakatnya belum banyak yang peduli dengan sampah
akhirnya buang sampah kemana aja”. (Senin. 16-03-2015. Pukul.
14.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa sarana dan prasarana yang

terdapat pada Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman diBidang

Kebersihan masih banyak kekurangan terutama di Tempat Pembuangan Akhir

(TPA), tetapi bidang kebersihan akan berupaya menambah setiap unit

kendaraan secara berkala sesuai kebutuhan dalam pengelolaan sampah,

sebanyak apapun kendaraan yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan


109

Pertamanan terutama di Bidang Kebersihan, tanpa adanya peran serta

masyarakat pasti tidak akan berjalan.

2. Kelemahan apakah yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah.

Tolak ukur sebagai pengukuran kinerja dalam pengelolaan sampah

harus adanya peran serta berbagai elemen-elemen masyarakat yang harus ikut

bekerja sama dalam pengelolaan sampah. Berikut ini hasil wawancara denga

Bapak Drs. Tjeptjep Hindaryanto. MM (I1.5) sebagai Kasi Sarpras Kebersihan,

sebagai berikut:

“Kelemahan sebenarnya ada di masyarakat setempat itu pali-paling,


saya bukan menyalahkan masyarakatdan bukan menyalahkan Dinas
Kebersihan juga, saya bilang tadi selagi masih ada manusia di bumi
ini pasti ada sampahnah nah sekarang tinggal perilaku
masyarakatnya sendiri, masyarakatnya mau nggak membuang
sampah ke tempatnya kita sudah siapkan TPS (Tempat pembuangan
sementara) di jalan itu macam bak countainer bahwa masyarakat
harus buang situ tapi kanpada kenyataannya tidak. Masyarakat buang
sampah sembarangan jadi yang cape memang armada kita karyawan
kita ngambil clek-clek pedahal kalau sampah ditaro disatu titik yang
luas itu akan lebih mudah pengangkatannya”.(Senin. 02-03-2015.
Pukul. 15.00. WIB).

Berdasarkan petikan wawancara di atas bahwa keberadaan masyarakat

sangat lah penting karena perilaku masyarakat mempengaruhi dalam timbulan

sampah, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman sudah menyiapkan

bak countainer di jalan tapi terkadang masyarakat tidak peka dengan perilaku

membuang sampah tidak pada tempatnya. Adapun hasil wawancara dengan

Bapak Supiyani, Spd, MM (I1.2) sebagai Kepala UPT TPA Jatiwaringin,

sebagai berikut:

“Akses jalan kurang mendukung sarana dan prasarana alat kurang


mendukung”. (Senin. 02-03-2015. Pukul. 13.00.WIB).
110

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas kelemahan yang dimiliki

oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan terutama di TPA yaitu akses jalan yang

kurang mendukung dalam pengangkutan ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

serta sarana dan prasaranadi TPA terutama alat berat untuk memindahkan

sampah yang kurang mendukung dalam pengerukan sampah. Adapun hasil

wawancara dengan bapak Drs. Sudarman (I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan

Pengangkutan Sampah sebagai berikut:

“Kabupaten Tangerang luas terdiri dari 29 kecamatan, kendala tidak


ada yang terlalu berat dengan adanya penambahan mobil sekarang
sudah cukup tinggal kita memanage nya supaya sampah bisa diangkut
dari tempat asal ke Tempat Pembuanagan Akhir tinggal kita
koordinasi supir dan kenek”. (Senin. 16-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas kendala dalam proses pelayanan

sampah terlalu luasnya wilayah kabupaten Tangerang, tetapi bidang kebersihan

memiliki solusi dalam pengangkutan sampah yaitu bidang kebersihan

menyiapkan dumtruk atau Tempat Pembuangan Sementara (TPS) disetiap titik

rawan sampah dan mengatur pelayanan masyarakat dalam pengangkutan

sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).
111

Gambar 4.8
Tempat Pembuangan Sementara

(sumber: Peneliti)

Terkait pengelolaan sampah pihak masyarakat atau tokoh masyarakat

tidak tahu dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

hal ini diungkapkan oleh Ibu Sukriyah (I7) Ketua RT 01 RW 03 . Adapun hasil

wawancara dengan Ibu RT Jatiwaringin sebagai berikut:

“Udah lama gak tau lapangan, setahu ibu sih hanya ditumpuk terus
dibakar”.(Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 15.30. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas sampah hanya di angkut terus

dibakar. Hal serupapun diungkapkan oleh Bapak Saepudin (I4) sebagai Ketua

RT 02/03. Adapun hasil wawancara sebagai berikut:

“Yah paling sampah diangkut terus dibakar tanpa ada


pengelolaannya”.(Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 16.30. WIB).

Hal yang sama diungkapkan dengan Bapak sudarman sebagai ketua RT 03/07.

Kecamatan Rajeg sebagai berikut:


112

“Yah sampah cuman dibakar terus ditumpuk. (Senin. 13-04-2015”.


Pukul. 16.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas sampah yang ada di Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada hanya dibakar dan di tumpuk

tanpa ada pengelolaan menjadi kompos atau sumber energi lainnya

3. Adakah Evaluasi dalam Mengatasi kelemahan yang menjadi kendala

dalam pengolahan sampah

Untuk memaksimalkan strategi yang dilaksanakan dalam mengatasi

kelemahan dalam pengelolaan sampah maka perlu adanya proses evaluasi yang

dilakukan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman khususnya bidang

kebersihan agar pelaksanaan strategi berjalan dengan baik seperti selalu terima

laporan dari pegawai yang ada di lapangan. Berikut ini hasil wawancara

peneliti dengan Bapak Drs. Tjeptjep Hindaryanto. MM (I1.5) sebagai Kasi

Sarpras Kebersihan, sebagai berikut:

“Setiap hari kita selalu terima laporan dari baik supir maupun
petugas dari TPA itu selalu kita evaluasi apa kekurangan kita, apa
kekurangan kita kalu kelebihan pasti nggak namanya kekurangan
pasti ada. Apa kekurangn kita apa kekurangan kita, itu bahan
evaluasi baik rapat Dinas maupun rapat regional yang ada di
PEMDA kita utarakan misalnya salah satu nya kendaraan yah salah
satu TPA itu yang selalu kita bahas yang paling krusial permasalahan
itu ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena TPA saya bilang
masih pake sistem primitif lahtapi kalau sudah pake sistem yang
bagus banyak lah contoh-contoh itu mungkin masalah tidak terlalu
banyak”.(Senin. 02-03-2015. Pukul. 15.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas evaluasi yang di lakukan

adalah rapat di Dinas yang ada di Pemda yang, sebenarnya permasalahan yang

paling besar adalah sistem pengelolaan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir)


113

yang masih menggunakan sistem open dumpingyaitu sistem pengelolan

sampah hanya ditumpuk anpa adanya proses daur ulang atau pemusnahan

dengan menggunakan mesin pembakar. Adapaun hasil wawancara dengan

Bapak Supiyani, Spd, MM (I1.2) sebagai Kepala UPT TPA Jatiwaringin,

sebagai berkut:

“Evaluasi itu kita ada team ceklis, jadi ada truck yang masuk berapa
kita ketahuan perhari kita berapa truck. Jadi sampah yang di buang
ke TPA ada berapa kubik, yah kita paling ada di dalam rapat ajah
kita sampaikan keluhan-keluhan kita hanya berupa evaluasi rapat
koordinasi ajah dengan Kepala Dinas. Kalau kita sih sebenernya
pengennya, pemda sendiri sama Bupati memang sampah ini ada yang
mengelola kalau bisa di swastakan kalau Pemdakan udah gak
mungkin dari anggarannya memang mengolah sampah ini besar, kita
juga udah banyak lah dari jepang yang mau kerja sama, korea cuman
kan dari segi kerja samanya ini kayaknya terlalu banyak
menguntungkan dari pihak swasta, contohnya aja yang dari jepang ini
yang akan mengelola Kita yang punya lahan Kita yang punya sarana
kita buang ke sini kita yang harus bayar ke Dia, mungkin keberatan
juga kali pengennya pemda ini ada yang mengelola swasta udah
keuntungannya buat Dia Kita hanya begini ajah ini menyediakan
sampah kesini, dikelola maksudnya kita hanya melayani sampah aja,
Dia yang ngurus. Maunya PEMDA mungkin seperti itu kali yah.
Soalnya udah ada beberapa kali yang investor yang datangini begitu
sih, kayaknya keberatan PEMDA. (Senin. 02-03-2015. Pukul. 13.00.
WIB).
114

Gambar 4.9
Pengecekan Kendaraan yang masuk ke TPA

(Sumber: UPT TPA Jatiwaringin)

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas, evaluasi dalam

pengelolaan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah ada team

ceklis jadi ada berapa yang angkutan yang masuk ke TPA perharinya dapat

diketahui, dan ada rapat koordinasi kepada Kepala Dinas berupa penyampaian

Kepala UPT TPA mengenai keluhan-keluhan yang ada di TPA (Tempat

Pembuangan Akhir).Adapun hasil wawancara dengan Bapak Muhamad Mumu

Muklis, S.STP (I1.4) sebagai Kasi pengolahan dan Pemusnahan Sampah,

sebagai berikut:
115

“Selama ini pimpinan Kepala Dinas evaluasi internal daneksternal.


Internal artinya lingkup kita apa yang menjadi kekurangan misal
kendala supir itu di lapangan seperti apa kita penuhi kemudian,
kekurangan-kekurangan armada juga coba kita penuhi kita
koordinasi dengan pemerintah pusat atau pemerintah daerah lainnya
seperti DKI Jakarta maupun Provinsi Banten untuk ikut membantu
kekurangan-kekurangan yang ada di Kabupaten Tangerang dari
armada alat berat segala macem mereka juga ikut bantu kita, kalau
internal yah tentu bersentuhan dengan masyarakat kita sudah
canangkan program untuk sosialisasi kepada masyarakat dan itu juga
sudah berjalan sejak dari tahun 2012 sosialisasi kemasyarakat
kemudian ke KSM ke desa-desa tahun ini saya punya planing untuk
kita mengkampanyekan bukan lagi kepada masyarakat tetapi kepada
lingkungan sekolah-sekolah yang nantinya yang akan jadi bibit
penghasil sampah juga ketika mereka sudah masuk dalam lingkungan
keluarga paling tidak ketika kita menyentuh mereka setidaknya
mereka bisa mengingatkan yang lainnya gitu”. (Senin. 16-03-2015.
Pukul. 14.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas adanya evaluasi

eksternal dan internal, mengenai sarana dan prasarana yaitu koordinasi dengan

pemerintah pusat atau pemerintah daerah lainnya seperti DKI jakarta dan

Provinsi Banten untuk membantu kekurangan armada maupun alat berat

sekaligus. Adapun hasil wawancara dengan Bapak Drs. Sudarman (I1.3)

sebagai Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah sebagai berikut:

“Sering kita adakan semacam bertemu dengan supir kita undang


supaya mereka mereka itu lebih awal dari segi waktunya yaitu
ngambil jam 8 kita minta jam 7, nah kemungkinan tadi yang 1 rit kita
minta 2 rit terus kita adakan koordinasi supir dan kenek”.(Senin. 16-
03-2015. Pukul 13.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas dalam proses

pengangkutan sampah Bidang Kebersihan mengadakan koordinasi dengan

supir supaya pengangkutan sampah lebih diawal dan ditingkatkan, agar sampah

bisa diangkut ke TPA (tempat Pembuangan akhir).


116

c. Opurtunities (Peluang)

Merupakan kondisi peluang bagi perkembangan di masa yang akan

terjadi datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi

proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya kompetior, kebijakan

pemerintah, kondisi lingkungan sekitar, pertanyaannya sebagai berikut:

1. Bagaimana mengelola sampah menjadi nilai ekonomi bagi masyarakat

sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatiwaringin.

Dalam mengelola sampah menjadi nilai ekonomi merupakan suatu

manfaat yang menghasilkan suatu hasil yang akan diperoleh dari sebuah

program maupun kegiatan yang dilaksnakan dengan baik oleh sebuah

organisasi. Dalam melakukan strategi pengelolaan sampah dilakukan oleh

Dinas Kebershan Pertamanan dan Pemakaman menjadi nilai ekonomi

sehingga adanya kontribusi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,

berikut hasil wawancara dengan Kepala UPT TPA Jatiwaringin Bapak

Supiyani, Spd, MM, (I1.2) sebagai berikut:

“Kita sudah bikin sih gedung komposting ini yah untuk mungkin nanti
tinggal alat barang kali yah tinggal mesin kompostingnya yah kita buat
pupuk, memang kalau dari swasta banyak sih yah yang akan
menjadikan listrik juga ada, terus oksigen juga ini ada yah itu tadi itu
kerja sama nya yang belum pas, kalau kajian-kajian udah pada ini sih
dari jepang dari cina juga udah melakukan kajian”. (Senin. 02-03-
2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa mengelola sampah

menjadi nilai ekonomi perlu adanya mesin komposting, sampah menjadi daya

guna menjadi listrik dan gas oksigen perlu kajian-kajian dalam memilih pihak

swasta yang mau bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Pertamanan dan
117

Pemakaman harus memberikan kontribusi yang positif tidak merugikan pihak

Dinas DKPP sendri. Pemilihan sampah menjadi nilai ekonomi sudah

dianjurkan kepada masyarakat, bahkan pengemudi sendiri sudah memilah

sampah menjadi nilai ekonomi. Berikut hasil wawancara dengan Kasi

Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Bapak Drs. Sudarman (I1.3), sebagai

berikut:

“yah kitamasyarakat itu,setiap itu kita anjurkan harus bisa memilah


mana organik dan non organik nah yang kita dapati mungkin jadi
sampah yang kita angkat ke TPA yang bisa digunakan masyarakat
silahkan ambil mungkin contoh plastik aqua, seperti kardus itu
silahkan supir sendiri sudah memilah dari tempat ngambil itu sudah
memilah ini loh organik dan non organik, sudah mulai, Ade liat
mobil-mobil penuh itu sudah dimulai untuk sendiri cuman secara
pengolahan itu yah memang belum cukup kalau lihat untuk luas
wilayah TPST itu sendiri sendiri kan baru lima(5) ada nah
sedangkan kecamatan itu dua puluh sembilan Kecamatan biaya kan
paling tidak satu kecamatan minimal dua atau tiga baru bisa
menampung itu pengelolaan sampah secara periodik. (Senin. 16-03-
2015. Pukul 13.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas masyarakat harus bisa

memilah sampah yang mana organik dan non organik, dan adanya lima TPST

(Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) dan Masyarakat sekitar TPA memilah

sampah yang dapat dijual untuk mencukupi kebutuhan masyarakat hal tersebut

dapat di lihat gambar sebagai berikut:


118

Gambar 4.10
Kegiatan memilah sampah

(Sumber: Tempat Pembuangan Akhir)

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Muhamad Mumu Mukhlis, S.TP (I1.4),

Kasi Pengolahan dan Pemusnahan Sampah, sebagai berikut:

“karena di TPA belum ada sistem pengolahan, jadi sampah hanya


mereka pilh artinya sampah-sampah yang jadi nilai ekonomi itulah
yang mereka kumpulkan, jadi tidak seluruhnya mereka olah kembali
kebentuk kompos atau bentuk lainnya jadi selama ini yang saya tau di
TPA itu hanya memilah barang-barang punya nilai ekonomi seperti
plastik kemudian pecah belih, barang elektronik yang masih bisa
dipake lagi atau diperbaiki lagi paling gitu aja”. (Senin. 16-03-2015.
Pukul 14.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas sampah yang masyarakat

yang kumpulkan hanya sampah yang menjadi nilai ekonomi saja seperti plastik

barang elektronik yang masih bisa digunakan mereka perbaiki lagi. Berikut

hasil wawancara dengan Bapak Drs. Tjeptjep. MM (I1.6) sebagai Kasi Sarpras

Kebersihan, sebagai berikut:

“Karena di TPA belum ada sistem pengolahan jadi sampah hanya


mereka pilah yang menjadi nilai ekonomi itulah yang mereka
kumpulkan”. (Senin. 02-03-2015. Pukul 15.00).

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas sistem pengelolaan

sampah di TPA Jatiwaringin hanya proses pembakaran secara manual sampah


119

yang menjadi nilai ekonomi mereka kumpulkan ke pengepul untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar TPA Jatiwaringin. Berikut

hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yaitu Ibu Sukriyah (I7)

Ketua RT 01/03 Jatiwaringin sebagai berikut:

“Ada yang mengumpulkan plastik bekas sampo, botol apa saja. Ada
permen kaleng, yah namanya orang kampung di dalamnya bersih ya
dimakan aja. Tapi jarang kalau orang jatiwaringin mah”. (Sabtu. 28-
03-2015).

Berdasarkan hasil wawancara di atas masyarakat sekitar Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) hanya mengumpulkan sampah yang menjadi nilai

jual untuk membantu perekonomiannya, masyarakat yang memilih sampah

kebanyakan desa yang berada di luar wilayah Tempat Pembuangan Akhir

(TPA). Hal yang sama diungkapkan oleh Bapak Saepudin (I4) Ketua RT

02/RW 03 Jatiwaringin sebagai berikut:

“Kalau orang Jatiwaringin mah jarang yang mungutin sampah paling


juga orang luar jatiwaringin”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 17.00.
WIB).

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Sudarman (I6) sebagai Ketua

RT 03/07. Kecamatan Jatiwaringin sebagai berikut:

“Banyak yang mungutin sampah kaleng minuman, botol, yang dekat


mah udah jarang yang mungut sampah yah lumayan buat dijual.
Paling banyak itu desa kemiri”. (Senin. 13-04-2015. Pukul. 16.30.
WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas masyarakat luar yang

jatiwaringin yang paling banyak mengumpulkan sampah yang menjadi nilai


120

jual untuk meningkatkan perekonomiannya bahkan bisa mencukupi kebutuhan

lainya.

2. Adakah proses 3R disetiap TPST (Tempat Pembuangan Sampah

Terpadu)

Proses 3R merupakan proses reduce (mengurangi sampah), reuse

(menggunakan kembali), recycle (daur ulang). Adapun hasil wawancara

dengan Bapak Drs. Sudarman (I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan

Pengangkutan Sampah, sebagai berikut:

“Mereka punya pengurus sendiri ksm lah namanya disetiap TPST


cuman karena kembali lagi kan, karena di KSM sendir mungkin belum
ada yang begitu paham urus sendiri untuk gimana sebetulnya secara
pengolahansampahini yang secara maksimal itu gimana”. (Senin. 16-
03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas pengelolaan sampah melalui

proses 3R hanya ada di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) namun

masih menggunakan sistem manual belum modern. Hal ini di ungkapkan oleh

Bapak Sutatmo (I2) Pelaksana Harian KSM Panongan, sebagai berikut:

“Proes pengomposan hanya menggunkan proses manual mesin


pengayakpun menggunakan manual karena daya listrik yang lemah”.
(Senin. 16-03-2015. Pukul. 16.00. WIB).

Hal yang serupa diungkapkan oleh A. Rohman (I5) sebagai Korlap KSM

Mustika Ikhlas sebagai berikut:

“Strateginya dalam pengelolaan sampah masih manual belum


modern, dari sampah warga kita angkut Ke TPST kita pilih kalau
tidak bisa di gunakan buang ke TPA setiap harinya”. (Kamis. 16-04-
2015. Pukul. 16.00. WIB).
121

Berdasarkan hasil wawancara di atas srategi dalam pengelolaan

sampah masih manual dengan sistem pemilihan sampah organik dan non

organik. Hal ini dapat di lihat gambar sebagai berikut:

Gambar. 4.11
Proses Pemilihan Sampah

(sumber: TPST Mustika Ikhlas)

3. Adakah pengaruh Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat

Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Berdasarkan pertanyaan diatas tentang pengaruh Tempat Pembuangan

Akhir dan Tempat Pembangunan Sampah terpadu terhadap Pendapatan Asli

Daerah, Bapak Drs Sudarman (I1.3) Sebagai Kasi Pengumpulan Dan

Pengangkutan Sampah, sebagai berikut:

“Kalau TPST itu tidak ada pengaruh terhadap PAD, karena kalau
PAD itu retribusi, pembuatan TPS itu kita mengeluarkan biaya TPS
itu kita siapkan supaya lebih nyaman lebih bersih, kita hanya pelayan
masyarakat aagar sampah lebih rapih, kalau TPA merupakan pilahan
sampah yang tidak didaur ulang selama ini belum ada PAD yang
besar kecuali kita bekerja sama dengan pihak swasta”.(Selasa. 14-04-
2015. Pukul. 15.00. WIB).
122

Berdasarkan petikan hasil wawancara di atas PAD yang dimiliki

Dinas Kebersihan dan Pertamanan hanya retrebusi pelayanan sampah, bidang

kebersihan menyediakan TPS disetiap perumahan agar masyarakat perumahan

tidak membuang sampah sembarangan. Hal serupa yang diungkapkan oleh

Bapak Muhammad Mummu muklis, S. STP (I1.4) sebagai Kasi Pengolahan dan

Pemusnahan Sampah sebagai berikut:

“Yang ada kontribusinya atau PAD itu adalah proses


pengangkutannya dari pemukiman perumahan-perumahan mereka
kita tarik retribusi”.(Selasa. 14-04-2015. Pukul 15.30. WIB).

Senada dengan kutipan wawancara diatas Drs Jan Piter Situmorang

(I1.1) sebagai Kepala Bidang Kebersihan, menyatakan sebagai berikut:

“retribusi daerah yang dihasilkan yaitu pelayanan sampah dalam


pengangkutan sampah berupa iuran yang di berikan masyarakat
terutama di perumahan-perumahan dan tko-toko serta tempat rumah
makan”

Berdasarkan hasil wawancara di atas retribusi sebagai PAD yang

diperoleh dari pelayanan proses pengangkutan sampah yang ada di

pemukiman perumahan-perumahan masyarakat dan pusat pertokoan yang

menghasilkan sampah. Adapun pelaksanaan kegiatan Tahun 2014 dapat dilihat

sebagai berikut:
123

Tabel 4.3
Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2014

Uraian Urusan, Organisasi Program dan Kegiatan Anggaran

Pendapatan Asli Daerah Rp. 1,923,600,000

Hasil Retribusi Daerah Rp. 1,923,600,000

Retribusi Jasa Umum Rp. 1,923,600,000

Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan RP. 1,755,000,000

Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat RP. 30,000,000

Retribusi penyediaan dan Penyedotan Kakus Rp. 138,600,000

Jumlah Pendapatan Rp. 1,923,600,000

(Sumber: Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman 2014)

4. Bagaimana proses sosialisasi Dinas Kebersihan dan Pemakaman

kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi nilai jual

Proses sosialiasi perlu diadakan hal ini dapat menunjang kesadaran

masyarakat untuk memahami bahwa sampah menjadi nilai jual yang dapat

membantu perekonomian masyarakat sekitar yang ada di TPA (Tempat

Pembuangan Sampah) di TPA Jatiwaringin, berikut ini hasil wawancara

dengan Bapak Drs. Sudarman (I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan

Pengangkutan Sampah, sebagai berikut:

“Sebenernya akhir tahun kemaren sudah kita sudah mencoba,


sebetutlnya kita sudah sosialisasi dengan masyarakat kita kumpulkan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada dilima (5)TPST
(Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) dan kita kumpulkan, sehingga
kita berikan pengarahan kita undang narasumber-narasumber yang
akan memberikan penerangan-penerangan kepada mereka
masyarakat bisa mengolah sampahsupaya menjadi nilai ekonomis
124

tentunya dari rumah tangga sendiri sudah memilah”. (Senin. 16-03-


2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas proses sosialisasi dalam

pengelolaan sampah yaitu dengan mendatangkan narasumber kepada

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di setiap lima TPST (Tempat

Pengelolaan Sampah Terpadu) dan masyarakat untuk lebih mengerti tentang

mengelola sampah menjadi nilai jual dan proses pengomposan. Adapun hasil

wawancara dengan Bapak Muhamad Mumu Mukhlis, S. STP (I1.4), Kasi

Pengolahan dan Pemusnahan Sampah, sebagi berikut:

“Sebelumnya kita sudah sosialisasi ke desa-desa. Sebetulnya kita mau


rubah konsepnya kita mau menyentuh ke sekeloh SMA atau SMK”.
(Senin. 16-03-2015. Pukul. 14.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas Bidang Kebersihan merubah konsep

dengan memberikan sosialiasi kepada siswa SMA atau SMK sebagai generasi

muda yang berpotensi untuk mengelola sampah menjadi sampah yang berdaya

guna untuk meningkatkan perekonomian. Adapun hasil wawancara dengan

Bapak Sutatmo mengenai keberadaan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

(TPST) sebagai Pelaksana Harian KSM Mitra Warga Panongan sebagai

berikut:

“Keberadaan TPST konotasinya kumuh banyak lalat, dan bau. Tetapi


kita melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk mengikuti
proses pengelolaan sampah terpadu agar melihat secara langsung
dan melakukan kerja sama pengertian walaupun intensif sedikit”.
(Senin. 16-03-2015. Pukul 16.00. WIB).dengan pengurus untuk
memiliki rasa tanggung jawab dan saling

Berdasarkan hasil wawancara di atas keberadaan Tempat Pengelolaan

Sampah Terpadu (TPST) awalnya ditolak masyarakat terutama wilayah


125

terdekat TPST tetapi dengan pendekatan secara intensif serta mayarakat

diajak observasi ke TPST yang sudah berjalan di Serpong, akhirnya

masyarakatpun dapat merubah pola fikir tentang TPST yang konotasinya

buruk.

d. Threats (tantangan atau ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam atau menjadi tantangan dari

luar. Ancaman atau tantangan ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau

konsep bisnis sendiri. Mengenai tantangan atau ancaman dalam strategi

pengelolaan sampah di Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di

nyatakan oleh Kepala Bidang Kebersihan Bapak Drs. Jan Peter Situmorang,

M.Si (I1.1) sebagai berikut:

“Pengaruh cuaca dan bencana contohnya banjir dengan adanya


banjir sampah tidak bisa diangkut dan sampah menumpuk, akibat
hujan gede TPA tidak memuat sampah akhirnya banyak penumpukan
sampah dimana-man, kemaren pada saat musim hujan empat hari
nggak bisa buang di TPA, banyak alat-alat rusak karena banjir, jarak
lokasi TPA dari kantor bidang kebersihan 70 km² gak bisa dua rit
karena cuaca hujan gede, banyak jawara-jawara, banyak pak ogah,
retribusi yang tidak jelas, di tempat pembuangan sampah adanya
calo-calo yang tersinggung sedikit sawahnya kena rendam sampah
akhirnya jalan diblokir”. (Senin, 02-03-2015. Pukul. 13. 00 WIB. di
kantor Bidang Kebersihan Legok).

Berdasarkan hasil wawancara di atas tantangan yang di miliki Dinas

Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman mengenai strategi pengelolaan

sampah yaitu pada saat musim hujan yang sering terjadinya banjir, banyaknya

pungutan liar, dan masyarakat yang terendam sawahnya akibat banjir. Adapun

mengenai tantagan atau ancaman satrategi pengelolaan sampah dapat di

uraikan melalui Pertanyaannya sebagai berikut:


126

1. Strategi apa yang di lakukan untuk mengatasi pengelolaan sampah

Strategi sangat perlu dimiliki setiap organisasi menunjang dalam

pelaksanaan suatu program agar dapat berjalan dengan baik serta dapat

mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul seperti untuk mengatasi

ancaman atau tantangan yang timbul berikut ini hasil wawancara dengan Kasi

Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah, Bapak Drs. Sudarman (I1.3), sebagai

berikut:

“Dengan tumbuhnya pertumbuhan masyarakat itu akan menimbulkan


timbunan sampah juga, dengan tumbuhnya perumahan-perumahan itu
juga akan menambah sampah, nah sehingga kita dari DKPP itu akan
menyikapi bagaimana perumahan sudah mau bekerja sama dengan
kita, kalau memang mereka mau minta bantu mungkin tentunya
adakan kalau biasanya kan kita bikin TPAkan setiap awal
tahunsupaya kita bisa rencanakan gimana perumahan itu minta
bangun TPS nah kita akan fasilitasi itu mungkin mereka minta
gerobak sampah tong sampah kita siapkantapi tentunyya dalam haini
yang minta itu pengurus biasanya rt, rw ataupun camat dan lurah itu
biasanya desa itu diminta oleh lurah kita sudah diskusikan itu”.
(Senin. 16-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas tantangan atau ancaman yaitu

bertambahnya jumlah penduduk maka semakin meningkatnya perumahan yang

dapat menimbulkan sampah solusi dari bidang kebersihan adalah bekerja sama

dengan pihak rt atau jajaran aparatur desa membrikan fasilitas tempat

pembuangan sampah sementara. Adapun hasil wawancara dengan Bapak

Muhamad Mumu Mukhlis, S. STP (I1.4),Kasi Pengolahan dan Pemusnahan

Sampah, sebagai berikut:

“Sementara sih pemerintah daerah masih mengandalkan gemah ripah


artinya gerakan masyarakat peduli sampah bentuknya pembangunan
127

hanggar komposting kemudian sosialisasi tingkatan peran serta


masyarakat, penambahan-penambahan unit armada”. (Senin. 16-30-
2015. Pukul. 14.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas Pemerintah Kabupaten Tangerang

memiliki program Gemah Ripah (Gerakan Masyarakat Mandiri Sampah) untuk

mengurangi sampah perlu adanya peran serta masyarakat serta penambahan

unit armada untuk proses pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir

(TPA).

2. Apakah lahan TPA Jatiwaringin sudah memadai dalam menampung

sampah

Dalam pengelolaan sampah perlu adanya lahan yang luas untuk

menampung sampah, sebenarnya lahan yang luas tanpa diolah dengan baik

pasti menimbulkan banyaknya masalah, berikut ini hasil wawancara dengan

Kepala UPT TPA Jatiwaringin Bapak Supiyani, S.pd, MM (I1.2), sebagai

berikut:

“Belum memadai lahan, kalau kita lihat beberapa wilayah yang kita
udah datangi study banding kita itu kecil baru 14 hektare sama kota
ajah kita kalah, kota itu 40 hektare, diatas hampir 20 ada yang 30 ada
yang 50 hektare apalagi kan TPA ini mah memang volume sampahnya
yah. Surabaya sudah 40 hektare, kalau Kabupaten Tangerang belum
memadai, 14 hektare aja ini udah terpakai 9 hektare lebih lah, kita
juga tahun ini ada pelebaran lagi peluasan tanah juga tahun ini
sekitar sepuluh hektare lah nambah”. (Senin. 02-03-2015. Pukul.
13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas lahan TPA masih belum

memadai dibandingkan dengan Kota Tangerang yang mencapi 40 hektare dan

wilayah-wilayah lain yang ada di Banten ini. Adapun hasil wawancara dengan
128

Bapak Drs. Sudarman (I1.3), Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah,

sebagai berikut:

“Kalau dari awal itu sudah memada, tapi dengan pesatnya volume
sampah tentunya itu akan lebih berkurang untuk pembuangannya
sehinggap waktu itu kalau DKP sendiri bukan meminta lahan tapi itu
akan tapi itu dari pertanahan memperluas tanah sehingga akan di
perluas TPA itu karena kalau dilihat dari jumlah luas kabupaten
Tangerang sepuluh Tahun kedepan kalau tidak tambah luas Tanah itu
nggak akan bisa nampung, sehingga waktu itu kalau gak salah kita
minta perluasan dari dinas pertanahan ±12 hektare, tentunya ada
perluasan lahan dari 12 hektare itu, nah itu sendiri Provinsi sendiri
akan membantu dalam hal ini pembangunan TPA sendiri”. (Senin.
16-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan pesatnya jumlah

penduduk di Kabupaten Tangerang ini harus adanya perluasan lahan TPA jika

tidak adaya perluasan lahan TPA lima tahun ke depan tidak bisa untuk

menampug volume sampah. Adapun hasil wawancara dengan Bapak Muhamad

Mumu Mukhlis, S. STP (I1.4), Kasi Pengolahan dan Pemusnahan Sampah,

sebagi berikut:

“Untuk saat ini masih memadai kita kan punya lahan ±12hektare dan
rencananya memang ada perluasan tapi yang saya tahu lahan yang
sekarang juga masih bisa dipakai masih banyak space lah untuk
menampung sampah, jadi beberapa petak itu memang sudah
menggunung tapi kan masih ada ni yang di belakang-belakang itu
masih bisa dipake, yah memang TPA gak ada yang gak menggunung
semua menggunung di kota kondisinya seperti itu kemudian di bekasi
yah sama seperti itu”. (Senin. 16-03-2015. Pukul. 14.00. WIB).

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas lahan TPA Jatiwaringin

untuk sementara ini masih ada space untuk menampung sampah, namun proses

keluar masuk mobil di TPA belum memiliki jalur yang baik antara mobil

masuk dan mobil keluar. Adapun hasil wawancra mengenai dana kompensasi
129

mengenai dampak yang di timbulkan TPA itu tidak ada hal tersebut

diungkapkan oleh Ibu Sukriyah (I7) Ketua RT 02/03 sebagai berikut:

“Gak ngasih apa-apa. Paling yah posayndu itu juga udah lama tidak
berjalan lagi”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul 15.30. WIB).

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Saepudin (I4) sebagai Ketua RT 03

RW 03 Jatiwaringin.

“Gak ada ngasih apa-apa, permintaan motor gerobak pun belum


terealisasi”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 17.00. WIB).

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Sudarman (I6) sebagai ketua RT

03/07. Kecamatan Jatiwaringin.

“Gak ngasih apa-apa.”(Senin. 14-03-2015. Pukul. 16.30. WIB).

Dalam perizinan TPA masih terkendala banyaknya penolakan oleh

warga hal ini di ungkaplan oleh Ibu Sukriyah (I7) sebagai ketua RT 01/03

Jatiwaringin sebagai berikut:

“Dari dulu mah gak, tapi sekarang mah pada pinter-pinter jadi sering
keributan”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 15.30. WIB).

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Sudarman (I6) sebagai ketua RT

03/RW 07 Kecamatan Jatiwaringin sebagi berikut:

“Masyarakat gak bisa mendemo, kalau di tutup hilang mata


pencaharian yang memugut sampah, gak ada ijin ke masyarakat
paling ke Lurah”. (Senin. 13-03-2015. Pukul. 16.30. WIB).

Adapun hasil wawancara dengan Bapak Saepudin (I4) Ketua RT 02/03

Kecamatan Jatiwaringin, sebagai berikut:


130

“Pembebasan lahan bertahap kira-kira 5 hektar lagi nambah”.


(Sabtu. 28-03-2015. Pukul. 17. 00. WIB).

Berdasarkan wawancara di atas untuk perizinan dalam pembuatan TPA hanya

kepada Lurah dan untuk pembebasan lahannya bertahap skitar 5 hektar.

3. Apa yang menjadi tantangan atau ancaman dalam pengelolaan sampah

itu sendiri

Dalam pengelolaan sampah selalu ada tantangan atau ancaman apalagi

dengan bertambahnya jumlah penduduk yang semakin meningkat berikut hasil

wawancara dengan Bapak Supiyani, S.pd, MM (I1.2), sebagai berikut:

“Tantangannya mungkin kalau rata-rata tidak diterima masyarakat


yah adanya pencemaran udara, sering dengerlah TPA sering di
Demo, sekarang juga sama ajah, yah kita mengatasinya waktu itu kan
pendekatan kepada masyarakat memang di TPA ini ada yang
dirugikan, ada yang diuntungkan kan yah, kalau dirugikan mungkin
masyarakat yang tidak memungut sampah, yang diuntungkan yah
masyarakat yang di sini merasa terbantu yah memungut sampah
lumayan kebantu ekonominya kan gitu, jadi ada yang diuntungkan
dan dirugikan.” (Senin. 02-03-2015. Pukul. 13.00. WIB).

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas tantangan atau ancaman

yang mengenai keberadaan TPA yaitu adanya pencemaran udara. Keberadaan

TPA ada pihak yang bisa kebantu perekonomiannya dengan memungut sampah

yang menjadi nilai ekonomi. Adapun hasil wawancara dengan Bapak Drs.

Tjeptjep Hindaryanto (I1.5), Kasi Sarpras Kebersihan, sebagi berikut:

“Dengan bertambahnya jumlah manusia perumahan nambah


sehingga akan ada peningkatan volume sampah.” (Senin. 02-03-2015.
Pukul. 15.00. WIB).

Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas mengenai tantangan

dalam pengelolaan sampah yaitu bertambahnya jumlah manusia terutama di


131

Kabupaten Tangerang dan semakin bertambahnya perumahan maka semakin

banyaknya sampah yang ditimbulkan. Begitu juga hasil wawancara dengan

Bapak Drs. Sudarman (I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan

Sampah sebagai berikut:

“Memang dengan bertambahnya manusia perumahan nambah


sehingga akan meningkatkan sampah, menanggulanginya tantangan
itu tadi tentunya akan menyiapkann peralatan penambahan baik itu
mobil, tong sampah, pembangunan TPS dan Pembuatan
TPST”.(Senin. 16-03-2015. Pukul. 13. 00. WIB).

Berdasarkan hasil wawancara di atas penambahan jumlah penduduk

maka jumlah perumahan menjadi bertambah sehingga akan meningkatnya

sampah yang akan dihasilkan. Adapun indeks pembangunan manusia yang

pada tahun 2008-2012 dapat di lihat sebagai berikut:

Tabel 4.4
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2008-2012

INDEKS PEMBANGUNAN
NO TAHUN
MANUSIA
1 2008 71.14
2 2009 71.45
3 2010 71.76
4 2011 72.05
5 2012 72.36
Sumber: BPS Kabupaten Tangerang

Proses revitilisasi berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs.

Sudarman (I1.3) sebagai Kasi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah,

sebagai berikut:

“Proses revitilisasi pembangunan pengomposan di TPA menunggu


dari intruksi dari pak bupati, kalau itu bukan kita yang membangun
132

tentunya itu dari cipta karya atau bina marga kita hanya pemakai
saja”. (Senin. 16-03-2015. Pukul 13.00. WIB).

Berdasarkan petikan hasil wawancara proses revitilisasi pembangunan

pengomposan berada dibagian Cipta Karya tentunya dari intruksi Bapak

Bupati. Adapun hasil wawancara dengan Bapak Muhamad Mumu Mukhlis, S.

STP (I1.4), Kasi Pengolahan dan Pemusnahan Sampah, sebagai berikut:

“Tantangan terberat adalah gimana caranya membuka cara pandang


masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan”. (Senin. 16-
03-2015. Pukul. 14.00. WIB).

Keberadaan TPA Jatiwaringin sangat mengganggu dapat menimbulkan

bau busuk dan asap hasil pembakaran sampah hal ini diungkapkan olehIbu

Ketua RT Jatiwaringin sebagai berikut:

“Yah mengganggu banyak lalat dan bau udara kurang sehat tetapi
kalau yang biasa memilih sampah mah biasa ajah makan apa-apa
juga biasa yang penting dimakannya bersih”. (Sabtu. 28-03-2015.
Pukul. 16.30. WIB).

Hal serupa di ungkapkan oleh Bapak Saepudin (I4) sebagai ketua RT 02/03

Jatiwaringin sebagai berikut:

“Pencemaran udara bau busuk apalagi pas magrib terkadang kalau


banjir airnya sampai kerumah warga”. (Sabtu. 28-03-2015. Pukul.
17.00. WIB).

Dan hasil wawancara dengan Bapak Sudarman (I6) sebagai ketua RT 03. RW

07. Kecamatan Rajeg sebagai berikut:

“Sebenernya mengganggu yah baunya sampai rumah, mau gimana


lagi pencarian usaha disitu semua kalau ditutup akan hilang mata
pencaharian masyarakat yang memungut sampah”. (Senin. 14-04-
2015. Pukul. 16.30. WIB).
133

Berdasarkan hasil wawancara di atas keberadaan Tempat pembuangan

Sampah (TPA) sangat mengganggu terutama polusi udara yaitu berupa asap

sisa pembakaran dan bau busuk.

4.5. Hasil Penelitian

Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah Strategi Pengelolaan

Sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) di

Kabupaten Tangerang memiliki lima Tempat Pengelolaan Sampah terpadu

yaitu terdiri dari daerah Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Perumahan Panca

Wiratma Sakti (PWS), dan Panongan. Yang di kelola oleh Kelompok

Swadaya Masyarakat (KSM) dan Dinas Kebersihan Pertamanan dan

Pemakaman sebagai pengawas dalam strategi pengelolaan sampah di

kawasan perumahan tersebut. Keberadaan Tempat Pengelolan Sampah

Terpadu (TPST) awalnya ditolak masyarakat terutama wilayah terdekat

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) tetapi dengan pendekatan

secara intensif serta masyarakat diajak observasi ke Tempat Pengelolaan

Sampah Terpadu yang sudah berjalan di Serpong, akhirnya masyarakatpun

dapat berubah pola fikir tentang Tempat Pengelolan Sampah Terpadu

(TPST) yang konotasinya buruk, kumuh banyak lalat dan bau.


134

Tabel 4.5
Matriks SWOT Analisis

FAKTOR INTERNAL STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)


1. Perda Pengelolaan Sampah 1. Tidak adanya sanksi
Nomor 6 Tahun 2012 yang tegas kepada
2. Tersedianya kendaraan dalam masyarakat yang
pengangkut sampah membuang sampah
3. Adanya TPA sembarangan.
4. Adanya lima wilayah Tempat 2. Meningkatnya
Pengelolaan Sampah Terpadu pembuangan sampah-
(TPST) sampah liar dan sedikit
masyarakat yang
mengurus atau
mengelola sampah
3. Sarana dan prasarana
yang ada di Tempat
FAKTOR EKSTERNAL Pembuangan Akhir
(TPA) kurang memadai
OPPORTUNITIES (O) STATEGI SO STRATEGI WO
1. Peningkatan 1. Meremajakan kendaraan dan 1. Dengan proses sosialiasi
pendapatan Masyarakat Tempat Pembuangan Akhir kepada masyarakat
sekitar Tempat (TPA) yang sudah ada dikelola untuk mengelola
pembuangan Akhir dengan baik agar menjadi sampah menjadi nilai
(TPA) sumber energi. ekonomi
2. Retrebusi sampah 2. Menambah pelayanan sampah ke 2. Peninjauan serta survei
3. Proses 3R di TPST perusahaan dan mall untuk pemetaan ke mall dan
meningkatkan retribusi perusahaan untuk
3. Menambah TPST (Tempat meningkatkan retribusi
Pengelolaan Sampah Terpadu) 3. Mengajak masyarakat
menjual hasil kompos serta untuk melaksanakan
menjual barang-barang seperti Proses 3R sebelum
botol dan plastik. sampah dibuang TPST
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Jumlah penduduk 1. Membuat Kelompok Swadaya 1. Menambah TPS dan
semakin meningkat dan Masyarakat peduli sampah serta menempatkan TPS di
bertambahnya membuat bank sampah dan Perumahan dengan
perumahan. membuat pelatihan keterampilan memaksimalkan
2. Kondis jalan yang daur ulang sampah plastik pembangunannya
rusak menjadi bernilai ekonomi. menjadi TPST.
3. Luas wilayah 2. Membuat TPSTdan membuat TPS 2. Sosialisasi kepada
Kabupaten Tangerang di setiap perumahan dengan masyarakat agar tidak
meberikan sosialisasi berantai dan membuang sampah
memperbaiki infrastruktur jalan. sembarangan dan
3. Menyediakan pelayanan sampah mengajak seluruh lapisan
ke setiap perkampungan dengan masyarakat untuk
mengoptimalkan kendaraan memilah sampah organik
pengangkut sampah yang belum dan organik
tertangani. 3. Penambahan sarana dan
prasaran di Tempat
Pembuangan Akhir dan
menambah TPST
Sumber: Peneliti 2015
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengelolaan sampah

oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman di Kabupaten Tangerang,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Dalam melakukan strategi pengelolaan sampah Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman masih menggunakan sistem open

dumping yaitu sistem yang hanya membuang dan di tumpuk.

b. Kekuatan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman adanya

Perda Pengelolaan Sampah Nomor 6 Tahun 2012, tersedianya

kendaraan dalam pengangkut sampah, adanya Tempat Pembuangan

Akhir (TPA), adanya lima Tempat Pembuangan Sampah Terpadu

terdiri dari daerah Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Panca Wiratma

Sakti (PWS), dan Panongan

c. Kelemahan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman yaitu tidak

adanya sanksi yang tegas kepada masyarakkat yang membuang

sampah sembarangan, meningkatnya pembuangan sampah-sampah liar

dan sedikit yang mengurus atau mengelola sampah, sarana dan

prasarana yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kurang

memadai.

135
136

d. Peluang dalam pengelolaan sampah di Dinas Kebersihan Pertamanan

dan pemakaman adanya peningkatan masyarakat sekitar Tempat

Pembuangan Akhir, retribusi Sampah, Proses 3R di TPST.

e. Ancaman dalam pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemakaman yaitu jumlah penduduk semakin

meningkat dan bertambahnya perumahan, kondisi jalan yang rusak,

Luas wilayah Kabupaten Tangerang.

f. Strategi dalam pengeloaan sampah oleh Dinas Kebersihan Pertamanan

dan Pemakaman membuat kelompok Swadaya Masyarakat peduli

sampah dengan membuat Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

(TPST) diantaranya yaitu Balaraja, Cisoka, Puri Anggrek, Perumahan

Wiratama Sakti, dan Panongan yang mampu mengelola sampah

menjadi kompos dan residu (sampah non organik yang tidak bernilai

dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA)

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengelolaan sampah

oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang,

maka peneliti mencoba memberikan saran-saran mengenai hasil penelitiannya

agar dapat membantu pihak Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman

Kabupaten Tangerang dalam pelaksanan stategi pengelolaan sampah di

Kabupaten Tangerang sebagi berikut:


137

a. Dinas Kebersihan Petamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang

mengikuti perkembangan teknologi dalam pengelolaan sampah agar

sampah kabupaten bisa menjadi pusat percontohan dalam pengelolaannya.

b. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pertamanan mampu bekerja sama

dengan masyarakat dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat agar mau

mengelola sampah menjadi nilai yang berdaya guna untuk menjadi nilai

ekonomi bahkan menjadi sumber tenaga listrik atau sumber gas untuk

memasak.

c. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman lebih banyak lagi

mendirikan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di wilayah-

wilayah kecamatan dan perumahan.

d. Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerja sama dengan pihak swasta atau

pihak asing untuk mengelola sampah yang berada di Tempat Pembuangan

Akhir (TPA).

e. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman memberikan sanksi yang

tegas terhadap masyarakat yang membuang sampah sembarangan untuk

menghindarkan sampah-sampah liar.

f. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman memperbaiki infrastruktur

jalur masuk dan keluarnya kendaraan Tempat Pembuangan Sampah

(TPA).
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia.
Hasibuan, S.P Malayu. 2009. Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah,
Jakarta: Bumi Aksara.
Hunger, J. David dan Thomas. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta:
Andi.
Manullang, M. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
Universitas Perss.
Mangkuprawira, Sjafari. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.
Jakarta: PT. Graha Indonesia
Maleong, J. Lexy. 2006. Metode Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Manik, Sontang. 2009. Pengolahan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Saladin, Djaslim. 2003. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan.
Bandung : Linda Karya.
Sejati, Kuncor. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu: dengan Sistem Node, Sub
Point, Center Point. Yogyakarta: Kanisius.
Siagan, Sondang P. Manajemen Strategik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Memehami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Tangkilisan, Hessel. Nogis. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana.
Terry, George R. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Thoha, Miftah. 20011. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Umar, Husein. 2001. Strategic Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Winardi. J. 2007. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Irianta, Yosal. 2004. Manajemen Strategi Publik Relations. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Dokumen :

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah.

Peraturan Bupati Tangerang Nomor 44 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bupati Nomor 51 Tahun 2010.

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 Tentang

Pengolahan Sampah dan Lumpur Tinja.

Sumber Lain :

http://Repository.FISIP-Untirta.ac.id

http://Repository.uinjkt.ac.id

www.metropolitan.com. 16 April 2014.


LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
1. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah
2. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah dan Lumpur Tinja
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola


konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya
volume, jenis, dan karakteristik sampah yang
semakin beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai
dengan metode dan teknik pengelolaan sampah
yang berwawasan lingkungan sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan;

c. bahwa sampah telah menjadi permasalahan


nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan
secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir
agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat
bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat;

1
d. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan
kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah,
serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga
pengelolaan sampah dapat berjalan secara
proporsional, efektif, dan efisien;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang
Pengelolaan Sampah;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan
Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN


SAMPAH.

2
BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Definisi

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat.
2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses
alam yang menghasilkan timbulan sampah.
5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah.
6. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
7. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah.
8. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan.

3
9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang
terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.
10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau
badan hukum.
11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah
yang tidak benar.
12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di
bidang pemerintahan lain yang terkait.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup

Pasal 2

(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri


atas:
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.

4
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau
fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang lingkungan hidup.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab,


asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai
ekonomi.

5
Pasal 4

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan


masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya.

BAB III
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu
Tugas

Pasal 5

Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin


terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan
lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.

Pasal 6

Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 terdiri atas:
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil
pengolahan sampah;

6
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani
sampah; dan
g. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Bagian Kedua
Wewenang Pemerintah

Pasal 7

Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah


mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan
sampah;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan
sampah;
c. memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah,
kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
d. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan
kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardaerah
dalam pengelolaan sampah.

Bagian Ketiga
Wewenang Pemerintah Provinsi

Pasal 8

Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan


provinsi mempunyai kewenangan:

7
a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah
sesuai dengan kebijakan Pemerintah;
b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi,
kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah;
c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan
kinerja kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah; dan
d. memfasilitasi penyelesaian perselisihan pengelolaan sampah
antarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.

Bagian Keempat
Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota

Pasal 9

(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan


kabupaten/kota mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat
pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan
akhir sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6
(enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat
pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka
yang telah ditutup; dan

8
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat
pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem
tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
diatur dengan peraturan menteri.

Bagian Kelima
Pembagian Kewenangan

Pasal 10

Pembagian kewenangan pemerintahan di bidang pengelolaan sampah


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Hak

Pasal 11

(1) Setiap orang berhak:


a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara
baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk
itu;

9
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan
sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu
mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak
negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan
sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan
kewenangannya.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasal 12

(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan


sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan
menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
kewajiban pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan peraturan daerah.

Pasal 13

Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan


industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah.

10
Pasal 14

Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang


berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada
kemasan dan/atau produknya.

Pasal 15

Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang


diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.

Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas


pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, tata
cara pelabelan atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14, dan kewajiban produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 diatur dengan peraturan pemerintah.

BAB V
PERIZINAN

Pasal 17

(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan


sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan Pemerintah.

11
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
daerah sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 18

(1) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus


diumumkan kepada masyarakat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan
sampah yang mendapatkan izin dan tata cara pengumuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
daerah.

BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Pasal 19

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah


rumah tangga terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.

12
Paragraf Kesatu
Pengurangan sampah

Pasal 20

(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf a meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap
dalam jangka waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah
lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang;
dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan produksi yang
menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang,
dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang
dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.

13
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 21

(1) Pemerintah memberikan:


a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan
sampah; dan
b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan
pengurangan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara
pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Paragraf Kedua
Penanganan Sampah

Pasal 22

(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 19 huruf b meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan
sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau
dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat
pemrosesan akhir;

14
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,
dan jumlah sampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan peraturan pemerintah atau dengan peraturan
daerah sesuai dengan kewenangannya.

Bagian Kedua
Pengelolaan Sampah Spesifik

Pasal 23

(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.


(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.

BAB VII
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI

Bagian Kesatu
Pembiayaan

Pasal 24

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai


penyelenggaraan pengelolaan sampah.

15
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah dan/atau peraturan daerah.

Bagian Kedua
Kompensasi

Pasal 25

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau


bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang
sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
d. kompensasi dalam bentuk lain.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan pemerintah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh
pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.

16
BAB VIII
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN

Bagian Kesatu
Kerja Sama antardaerah

Pasal 26

(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama


antarpemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau pembuatan
usaha bersama pengelolaan sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk
usaha bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri.

Bagian Kedua
Kemitraan

Pasal 27

(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau


bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan
sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.
(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam bentuk perjanjian antara pemerintah daerah
kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan.
(3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

17
BAB IX
PERAN MASYARAKAT

Pasal 28

(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang


diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui:
a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa
persampahan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.

BAB X
LARANGAN

Pasal 29

(1) Setiap orang dilarang:


a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. mengimpor sampah;
c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan;

18
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan
dan disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka
di tempat pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan
teknis pengelolaan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan
peraturan pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur
dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda
terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.

BAB XI
PENGAWASAN

Pasal 30

(1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh


pemerintah daerah dilakukan oleh Pemerintah
(2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat
kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur.

Pasal 31

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang


dilakukan oleh pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah

19
daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-
sama.
(2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur oleh
Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pengelolaan
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan daerah.

BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 32

(1) Bupati/walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada


pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang
ditetapkan dalam perizinan.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. paksaan pemerintahan;
b. uang paksa; dan/atau
c. pencabutan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan daerah kabupaten/kota.

20
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 33

(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri


atas:
a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah;
dan
b. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan
ataupun melalui pengadilan.
(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 34

(1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan


mediasi, negosiasi, arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak
yang bersengketa.
(2) Apabila dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai

21
kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat
mengajukannya ke pengadilan.

Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa di dalam Pengadilan

Pasal 35

(1) Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan


dilakukan melalui gugatan perbuatan melawan hukum.
(2) Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-
unsur kesalahan, kerugian, dan hubungan sebab akibat antara
perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan.
(3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berwujud ganti
kerugian dan/atau tindakan tertentu.

Bagian Keempat
Gugatan Perwakilan Kelompok

Pasal 36

Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di


bidang pengelolaan sampah berhak mengajukan gugatan melalui
perwakilan kelompok.

22
Bagian Kelima
Hak Gugat Organisasi Persampahan

Pasal 37

(1) Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan untuk


kepentingan pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan
masyarakat dan lingkungan.

(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu,
kecuali biaya atau pengeluaran riil.
(3) Organisasi persampahan yang berhak mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. mempunyai anggaran dasar di bidang pengelolaan sampah;
dan
c. telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun
sesuai dengan anggaran dasarnya.

BAB XIV
PENYIDIKAN

Pasal 38

(1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat


pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengelolaan
persampahan diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.

23
(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan
dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan
sampah;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan
dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga
terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang
hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara
tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; dan
f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang pengelolaan sampah.
(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil
penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia.
(4) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

24
BAB XV
KETENTUAN PIDANA

Pasal 39

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau


mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis
sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah);
(2) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau
mengimpor sampah spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling
sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah);

Pasal 40

(1) Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja
melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak
memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan
keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah

25
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

Pasal 41

(1) Pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan kegiatan


pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar,
prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran
lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 42
(1) Tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana korporasi
apabila tindak pidana dimaksud dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan korporasi dan dilakukan oleh pengurus yang
berwenang mengambil keputusan atas nama korporasi atau
mewakili korporasi untuk melakukan perbuatan hukum atau
memiliki kewenangan guna mengendalikan dan/atau
mengawasi korporasi tersebut.

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh atau atas nama korporasi dan orang-orang,
baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain yang bertindak dalam lingkungan korporasi,

26
tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada mereka
yang bertindak sebagai pemimpin atau yang memberi perintah,
tanpa mengingat apakah orang dimaksud, baik berdasarkan
hubungan kerja maupun hubungan lain, melakukan tindak
pidana secara sendiri atau bersama-sama.
(3) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan ditujukan kepada
pengurus pada alamat korporasi atau di tempat pengurus
melakukan pekerjaan yang tetap.
(4) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi yang pada saat
penuntutan diwakili oleh bukan pengurus, hakim dapat
memerintahkan pengurus agar menghadap sendiri ke
pengadilan.

Pasal 43

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Pasal 40,


Pasal 41, dan Pasal 42 adalah kejahatan.

BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

(1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan


tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem
pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak
berlakunya Undang-Undang ini.
(2) Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir
sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling
lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang
ini.

27
Pasal 45

Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,


kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
yang belum memiliki fasilitas pemilahan sampah pada saat
diundangkannya Undang-Undang ini wajib membangun atau
menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun.

BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 46

Khusus untuk daerah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2),
Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 29 ayat (3) dan ayat (4), serta Pasal
32 merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47

(1) Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan


Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
(2) Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini
diselesaikan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.

28
Pasal 48

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan


perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah
yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 49

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR


69

29
DEWA PERWAKILA RAKYAT
REPUBLIK IDOESIA

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH

I. UMUM

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat


pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume
sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan
kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin
beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau
sulit diurai oleh proses alam.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah


sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya
yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah
masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah
dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir
sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di
lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas
metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan

30
memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan
sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu
yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan


akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma
baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah
sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun
untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan
pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan
suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir,
yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah,
yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan
dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan
kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar
tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib
memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu
membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak
yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat
bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan,

31
dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan
dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara


terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban
masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan
pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik,
diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang.
Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini
berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat,
asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan,
asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas,


pembentukan Undang-Undang ini diperlukan dalam rangka:
a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor
sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan
pemerintahan daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-
undang ini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

32
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah
tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah
tangga.

Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat perdagangan,


pasar, pertokoan, hotel, perkantoran, restoran, dan tempat
hiburan.

Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan


kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh
perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin
usaha kawasan industri.

Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus


yang digunakan untuk kepentingan nasional/berskala
nasional, misalnya, kawasan cagar budaya, taman nasional,
pengembangan industri strategis, dan pengembangan
teknologi tinggi.
Fasilitas sosial berupa, antara lain, rumah ibadah, panti
asuhan, dan panti sosial.

Fasilitas umum berupa, antara lain, terminal angkutan


umum, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan

33
udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman,
jalan, dan trotoar.

Yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan


komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum antara lain rumah tahanan, lembaga
pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat kesehatan
masyarakat, kawasan pendidikan, kawasan pariwisata,
kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 3
Yang dimaksud dengan asas “tanggung jawab” adalah bahwa
Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung
jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat
terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Yang dimaksud dengan asas “berkelanjutan” adalah bahwa


pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan metode
dan teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat
dan lingkungan, baik pada generasi masa kini maupun pada
generasi yang akan datang.

Yang dimaksud dengan asas “manfaat” adalah bahwa


pengelolaan sampah perlu menggunakan pendekatan yang

34
menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Yang dimaksud dengan asas “keadilan” adalah bahwa dalam


pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintahan daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan
dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan
sampah.

Yang dimaksud dengan asas “kesadaran” adalah bahwa dalam


pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintahan daerah
mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian, dan
kesadaran untuk mengurangi dan menangani sampah yang
dihasilkannya.

Yang dimaksud dengan asas “kebersamaan” adalah bahwa


pengelolaan sampah diselenggarakan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.

Yang dimaksud dengan asas “keselamatan” adalah bahwa


pengelolaan sampah harus menjamin keselamatan manusia.

Yang dimaksud dengan asas “keamanan” adalah bahwa


pengelolaan sampah harus menjamin dan melindungi masyarakat
dari berbagai dampak negatif.

Yang dimaksud dengan asas “nilai ekonomi” adalah bahwa


sampah merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi
yang dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah.

35
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos,
pupuk, biogas, potensi energi, dan hasil daur ulang lainnya.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a

36
Cukup jelas.
Huruf b
Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain,
berupa penyediaan tempat penampungan sampah,
alat angkut sampah, tempat penampungan
sementara, tempat pengolahan sampah terpadu,
dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.

37
Pasal 13
Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam
bentuk klaster, apartemen, kondominium, asrama, dan
sejenisnya.
Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau oleh masyarakat.

Pasal 14
Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak
memungkinkan mencantumkan label atau tanda, penempatan
label atau tanda dapat dicantumkan pada kemasan induknya.

Pasal 15
Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan
kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Lingkup perizinan yang diatur oleh Pemerintah, antara
lain, memuat persyaratan untuk memperoleh izin,
jangka waktu izin, dan berakhirnya izin.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

38
Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Pemerintah menetapkan kebijakan agar para
produsen mengurangi sampah dengan cara
menggunakan bahan yang dapat atau mudah diurai
oleh proses alam. Kebijakan tersebut berupa
penetapan jumlah dan persentase pengurangan
pemakaian bahan yang tidak dapat atau sulit terurai
oleh proses alam dalam jangka waktu tertentu.
Huruf b
Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi
yang dapat mengurangi timbulan sampah sejak awal
proses produksi.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud bahan produksi dalam ketentuan ini
berupa bahan baku, bahan penolong, bahan tambahan,
atau kemasan produk.
Ayat (4)
Cukup jelas.

39
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Huruf a
Insentif dapat diberikan misalnya kepada produsen
yang menggunakan bahan produksi yang dapat atau
mudah diurai oleh proses alam dan ramah
lingkungan.
Huruf b
Disinsentif dikenakan misalnya kepada produsen yang
menggunakan bahan produksi yang sulit diurai oleh
proses alam, diguna ulang, dan/atau didaur ulang,
serta tidak ramah lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 22
Ayat (1)
Huruf a
Pemilahan sampah dilakukan dengan metode yang
memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan,
lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah dimaksudkan agar

40
sampah dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan,
atau dikembalikan ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Ayat (1)
Kompensasi merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemerintah terhadap pengelolaan sampah di tempat
pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap
orang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

41
Pasal 27
Cukup jelas.

Pasal 28
Cukup jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Hal-hal yang diatur dalam peraturan pemerintah memuat
antara lain jenis, volume, dan/atau karakteristik
sampah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.

Pasal 31
Cukup jelas.

Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan
hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah
untuk memulihkan kualitas lingkungan dalam

42
keadaan semula dengan beban biaya yang ditanggung
oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Huruf b
Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan
dalam jumlah tertentu oleh pengelola sampah yang
melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi
paksaan pemerintahan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Sengketa persampahan merupakan perselisihan antara
dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau
diduga adanya gangguan dan/atau kerugian terhadap
kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan akibat
kegiatan pengelolaan sampah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 34
Ayat (1)
Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai

43
tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya
atau terulangnya dampak negatif dari kegiatan
pengelolaan sampah.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam ayat ini,
antara lain, perintah memasang atau memperbaiki
prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

Pasal 36
Gugatan perwakilan kelompok dilakukan melalui pengajuan
gugatan oleh satu orang atau lebih yang mewakili diri sendiri atau
mewakili kelompok.

Pasal 37
Ayat (1)
Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang
terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang
pengelolaan sampah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan biaya atau pengeluaran riil
adalah biaya yang secara nyata dapat dibuktikan telah
dikeluarkan oleh organisasi persampahan.

44
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Cukup jelas.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

45
Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69

46
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

NOMOR 06 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG


NOMOR 6 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DAN LUMPUR TINJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang


Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Sampah dan
Nomor 11 tahun 2004 tentang Retribusi Penyedotan
Kakus perlu disesuaikan dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah yang mengamanatkan bahwa penyelenggaraan
pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum,
bertanggung jawab dan dukungan Pemerintah Daerah
serta peran masyarakat umum sehingga dapat berjalan
secara proporsional, efektif dan efisien;

b. bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat dan


berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan pembangunan,
perumahan, perdagangan, pendidikan dan industri
menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan
karakteristik sampah dan lumpur tinja yang semakin
beragam yang menimbulkan dampak terhadap kesehatan
dan lingkungan;

c. bahwa untuk mewujudkan Kabupaten Tangerang yang


sehat dan bersih dari sampah sehingga penduduk merasa
nyaman dan bebas dari polusi sampah diperlukan
pengelolaan sampah secara terpadu oleh semua pihak
dengan cara dan mekanisme yang berorientasi pada upaya
untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a, huruf b dan huruf c diatas, maka dipandang
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Sampah dan Lumpur Tinja.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49);

2. Undang-Undang……
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3459);

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang


Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3469);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839)

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4473) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

7. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2009 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4752);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
1140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3838);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air;

12. Peraturan Pemerintah.....


12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010


tentang Pedoman Pengelolaan Sampah;

15. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 8 Tahun 2011


tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah
Tahun 2011 Nomor 36);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08


Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata kerja
(Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 08, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 0810);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 01


Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten
Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 01,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0108);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02 Tahun


2009 tentang Pokok dan pengelolaan keuangan Daerah
Kabupaten Tangerang. (Lembaran Daerah Tahun
2009 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
0209);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02


Tahun 2010 tentang Pengawasan dan pengendalian
lingkungan hidup (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor
02, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 0210);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 02


Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Nomor 2008,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 0208);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 04


Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran
Daerah Tahun 2011 Nomor 15);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13


Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2011
Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1311).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG
dan
BUPATI TANGERANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH


DAN LUMPUR TINJA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintah Daerah adalah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Tangerang.
3. Bupati adalah Bupati Tangerang.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang persampahan dan lumpur
tinja.
5. Kepala Dinas adalah Pejabat yang diangkat Bupati untuk memimpin SKPD.
6. Petugas SKPD yang berwenang adalah Petugas Dinas Kebersihan, Pertamanan
dan Pemakaman Kabupaten Tangerang yang ditunjuk oleh Bupati Tangerang
untuk melaksanakn tugas sehari-hari dibidang Kebersihan, Bidang
Pertamanan, dan Bidang Pemakaman.
7. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disebut UPT pada SKPD.
8. UPT Kebersihan adalah Unit Pelaksana Teknis yang ditunjuk oleh Bupati
Tangerang untuk melaksanakan tugas dalam bidang Kebersihan dan
Pengangutan sampah sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing.
9. UPT IPLT adalah Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
yang ditunjuk oleh Bupati Tangerang untuk melaksanakan tugas dalam
bidang instalasi pengelolaan lumpur tinja sesuai dengan wilayahnya masing-
masing.
10. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
11. Sampah Organik adalah sampah yang bahan asalnya adalah mahluk hidup
dan mudah terurai secara alami (mudah membusuk).
12. Sampah Anorganik adalah sejenis sampah yang bahan asalnya benda mati dan
sulit terurai secara alami (sukar membusuk).
13. Sumber sampah adalah asal timbulnya sampah dan/atau akibat proses alam
yang menghasilkan timbulan sampah.
14. Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam Rumah tangga tidak termasuk sampah tinja dan sampah spesifik.

15. Sampah….
15. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang tidak berasal
dari rumah tangga meliputi kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas
sosial, fasilitas umum dan /atau fasilitas lainnya.
16. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
17. Kawasan permukiman adalah kawasan hunian dalam bentuk klaster,
apartemen, kondominium, asrama, dan sejenisnya.
18. Kawasan komersial adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang.
19. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industry yang
dilengkapi sarana dan sarana penunjang.
20. Kawasan khusus adalah wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk
kepentingan nasional/bersakala nasional.
21. Pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
22. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah
tempat sebelum sampah diangkat ke tempat pendaur ulangan, pengelolaan
dan/atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu.
23. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu selanjutnya disebut TPST adalah tempat
dilaksankannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penyusunan ulang,
pendaur ulangan, pengolahan dan pemprosesan akhir sampah.
24. Tempat Pemprosesan Akhir Sampah yang selanjutnya disebut TPAS adalah
tempat memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan.
25. Pengurangan sampah adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembatasan
timbunan sampah, pendaur ulangan sampah dan/atau pemanfaatan sampah.
26. Pembatasan timbunan sampah adalah upaya meminimalisasi timbunan
sampah yang dilakukan sejak sebelum dihasilkannya suatu produk dan/atau
kemasan produk sampai dengan saat berakhirnya kegunanaan produk
dan/atau pemanfaatan kembali sampah.
27. Pendaur ulangan sampah adalah upaya memanfaatkan sampah menjadi
barang yang berguna setelah melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
28. Pemanfaatan kembali sampah adalah upaya untuk mengguna ulang sampah
sesuai dengan fungsi yang sama atau fungsi yang berbeda dan/atau
mengguna ulang bagian dari sampah yang masih bermanfaat tanpa melalui
suatu proses pengolahan terlebih dahulu.
29. Penanganan sampah adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
30. Pemilahan adalah kegiatan mengelompokan dan memisahkan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah dan/atau sifat sampah.
31. Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari
sumber sampah ketempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
32. Pengakutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau ke
tempat perosesan akhir.
33. Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik,komposisi dan/atau
jumlah sampah.

34. Pemrosesan.....
34. Pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman bagia
manusia dan lingkungan.
35. Pengolahan sampah berbasis teknologi ramah lingkungan adalah pengolahan
sampah dengan menggunakan terknologi tepat guna, aman, ramah lingkungan
dan berkelanjutan.
36. Incenerator adalah Pengolahan sampah dengan metode pembakaran.
37. Sampah bahan berbahaya dan beracun yang bersumber dari rumah tangga
yang selanjutnya disingkat sampah B3 rumah tangga adalah sisa suatu
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karna
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik secara langung
mapun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakan lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
38. Ijin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas,
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau Badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
39. Rekomendasi adalah surat yang diberikan oleh pihak berwenang kepada
seseorang atau lembaga sesuai yang dianggap pantas dan mampu sesuai
dengan Kriteria dan peraturan yang berlaku.
40. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbunan sampah.
41. Pelayanan umum adalah penyediaan jasa pelayanan pengelolaan sampah di
jalan umum, tempat atau fasilitas umum untuk kepentingan dan kemanfaatan
umum.
42. Tempat umum adalah tempat yang meliputi taman, lapangan, halaman,
bangunan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk fasilitas umum.
43. Orang adalah orang-perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.
44. Masyarakat adalah semua orang yang secara alami dan hukum memiliki hak
dan kewajiban atau menjadi subyek hukum
45. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar
46. Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukan bagi pengelolaan
sampah.
47. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak
negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di Tempat
Pembuangan Akhir ( TPA ).
48. Insentif adalah upaya untuk memotivasi masyarakat secara positif agar
masyarakat tersebut mentaati ketentuan dibidang pengelolaan sampah guna
lebih meningkatkan pemeliharaan lingkungan.
49. Disinsentif adalah upaya memberikan penghukuman bagi masyarakat yang
melanggar di bidang pengelolaan sampah untuk mencegah dan menanggulangi
kerusakan dan pencemaran lingkungan
50. Biaya paksa ketentuan adalah biaya yang dibebankan kepada pelanggar
keharusan dan larangan dalam Peraturan Daerah ini.

51. Badan.....
51. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseoraan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi
yang sejenis lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha
lainnya.
52. Lumpur tinja adalah benda atau zat yang tidak bisa di daur ulang yang
merupakan hasil dari sisa pencernaan manusia yang didalamnya mengandung
microba yang mati,feses dan kotoran.
53. Kakus adalah jamban atau suatu bangunan yang berfungsi menampung tinja
manusia
54. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang selanjutnya disebut IPLT adalah
suatu prasarana yang berfungsi untuk mengelola lumpur tinja dan membuang
hasil olahan yang memenuhi syarat ke badan air.
55. Kendaraan tinja adalah kendaraan milik Pemerintah Deerah yang berfungsi
untuk menyedot mengangkut dan membuang tinja.
56. Penyedotan kakus adalah pekerjaan pengambilan tinja manusia,
penampungan tinja manusia kedalam kendaraan tinja dan selanjutnya
diangkut ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja.
57. Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta.

BAB II
AZAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu
Azas

Pasal 2

Pengelolaan sampah dalam Peraturan Daerah diselenggarakan berdasarkan asas :

a. Tanggung jawab g. Keselamatan


b. Berkelanjutan h. Keamanan
c. Manfaat i. Nilai ekomoni dan
d. Keadilan j. Kwalitas Lingkungan Hidup
e. Kesadaran
f. Kebersamaan

Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 3

Pengelolaan sampah dalam peraturan daerah ini bertujuan untuk mewujudkan


Kabupaten Tangerang yang bersih dari sampah guna menunjang kelestarian
lingkungan hidup serta meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan
dan menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Bagian Ketiga …………….


Bagian Ketiga
Ruang Lingkup

Pasal 4

(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri dari :
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga;
c. sampah spesifik.

(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.

(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi ;
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3);
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan V;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah diluar ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB III
TUGAS DAN WEWENANG

Bagian Kesatu
Tugas

Pasal 5
Pemerintah Daerah mempunyai tugas menjamin terselenggaranya pengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan
sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 3 Peraturan Daerah ini.

Pasal 6
(1) Tugas Pemerintah Daerah sebagimana dimaksud dalam pasal 5 terdiri atas :

a. menumbuh kembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam


pengelolaan sampah;
b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan dan
penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan,
penanganan, dan pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan
sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada
masyarakat untuk mengurangi dan menangani sampah;
g Melakukan …………….
g. melakukan koordinasi antar SKPD, masyarakat, dan dunia usaha agar
tedapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah; dan
h. Menyediakan unit pelayanan pengaduan masyarakat.
1. dalam hal pelaksanaan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, dapat dilaksanakan oleh SKPD;
2. SKPD dalam melaksanakan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud
dapat didelegasikan kepada UPT;
3. ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedua
Wewenang

Pasal 7

(1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah


mempunyai kewenangan :
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan
kebijakan Nasional dan Provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kota sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang
dilaksanakan oleh pihak lain;
d. memberikan bantuan teknis kepada Kecamatan, Kelurahan/Desa, serta
kelompok masyarakat;
e. menetapkan lokasi TPS, TPST, dan/atau TPA;
f. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan
selama 20 (dua puluh) tahun terhadap TPAS dengan sistem pembuangan
terbuka yang telah ditutup dan
g. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan
sampah sesuai dengan kewenangannya.

(2) Penetapan lokasi TPS, TPST, dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap


darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan.

(4) Wewenang dalam melaksanakan pengolahan sampah :


a. Dalam hal pengangkutan sampah dapat dilaksanakan oleh SKPD.
b. SKPD dalam melaksanakan pengelolaan sampah sebagaimanan dimaksud
pada ayat (2) dapat di delegasikan kepada (UPT ).
c. UPT pengelolaan sampah sebagaimanan dimaksud ayat (4) huruf b diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak Dalam Pengelolaan Sampah

Pasal 8
(1) Dalam pengelolaan sampah, sertiap orang berhak:
a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan;
b. Berfartisipasi.....
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan, dan
pengawasan di bidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai penyelenggaraan
pengelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi akibat dampak negatif dari
TPA;
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah
secara baik dan berwawasan lingkungan, berupa pendidikan lingkungan
serta sosialisasi;
f. memanfaatkan dan mengolah sampah untuk kegiatan ekonomi;
g. melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan sampah, termasuk
melalui proses pengaduan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Kewajiban

Paragraf 1
Pemerintah Daerah
Pasal 9
Pemerintah Daerah Wajib:
a. Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap;
b. Menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala Kabuparen yang berupa :
1. TPS;
2. TPS 3R atau TPST;
3. Stasiun Peralihan Antara (SPA);
4. TPA.
c. Melakukan pengolahan sampah skala Kawasan dan atau skala Kabupaten
secara aman bagi kesehatan dan lingkungan.
d. Memiliki data dan informasi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga, yang memuat
1. sumber sampah;
2. timbulan sampah;
3. komposisi sampah;
4. karakteristik sampah;
5. fasilitas pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga; dan
6. data informasi lain terkait pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga.
e. Mendanai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
f. Menyediakan fasilitas pemilahan sampah yang terdiri dari 3(tiga) jenis sampah
yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3 Rumah Tangga;
dan
g. Memfasilitasi masyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan
guna ulang sampah.

Paragraf 2 …………….
Paragraf 2
Masyarakat

Pasal 10

(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga harus melaksanakan pengurangan sampah dan penanganan
sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. Pengurangan sampah sejak dari sumbernya; dan/atau
b. Pemanfaatan sampah sebagai sumberdaya dan sumber energi.

(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara:
a. menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan;
b. membuang sampah pada tempatnya;
c. pewadahan sampah yang dapat memudahkan proses pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan sampah;
d. pengumpulan sampah dari sumber ke TPS;
e. pemilahan sampah berdasarkan sifatnya; dan
f. penyediaan dan pemeliharaan sarana persampahan dilingkungannya.

Paragraf 3
Pengelola Kawasan
Pasal 11

(1) Pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri,


kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib
menyediakan:
a. fasilitas pemilahan sampah;
b. lokasi dan fasilitas TPS;
c. meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan; dan
d. bertanggung jawab terhadap sampah yang ditimbulkan dari aktivitas
kegiatannya.

(2) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah, lokasi dan fasilitas TPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b wajib mendapatkan rekomendasi
dari SKPD.

Paragraf 4
Pelaku Usaha
Pasal 12

(1) Pelaku usaha wajib melaksanakan :


a. pengurangan sampah dari kegiatan usaha; dan
b. penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

(2) Pengurangan sampah dari kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan melalui :
a. penerapan teknologi bersih dan nirlimbah;
b. penerapan teknologi daur ulang yang aman bagi kesehatan dan lingkungan;
dan
c. membantu upaya pengurangan dan pemanfaatan yang dilakukan
pemerintah daerah dan masyarakat.

3. Penanganan …….
(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
dengan cara:
a. memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan;
b. pengolahan lingkungan dalam satu kesatuan proses produksi;
c. pemilahan sampah;
d. pembayaran biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat
didaur ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, melalui
tanggung jawab sosial dan lingkungan;
e. penerapan mekanisme pengolahan sampah yang timbul akibat kegiatan
produksi yang dilakukannya;
f. pemanfaatan sampah untuk menghasilkan produk dan energi;
g. optimalisasi penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan baku produk;
dan
h. Menampung kemasan produk yang telah dimanfaatkan oleh konsumen

BAB V
SUMBER SAMPAH

Pasal 13

Sumber sampah terdiri dari


a. Hasil kegiatan kawasan pemukiman, kawasan komersial, Industri,
pendidikan, kesehatan ,perkantoran dan kawasan khusus.
b. Hasil kegiatan dari fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya;
c. Saluran terbuka berupa : drainase jalan, anak sungai dan sungai;
d. Jalan umum;
e. Hasil kegiatan lainnya.

BAB VI
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH

Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

Pasal 14

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri dari:
1. Pengurangan sampah; dan
2. Penanganan sampah.

Paragraf 1
Pengurangan Sampah

Pasal 15

(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, meliputi:


a. Pembatasan timbulan;
b. Pendaur ulang sampah; dan
c. Pemanfaatan kembali sampah;

2. Pengurangan ……………..
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan :
a. Menggunakan bahan yang dapat diguna ulang; bahan yang dapat didaur
ulang; dan/atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam; dan

b. Mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari produk dan/atau


kemasan yang dihasilkan produsen untuk didaur ulang dan/atau diguna
ulang;

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pengurangan sampah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 16

(1) Produsen wajib :


a. menggunakan bahan baku produksi yang menimbulkan sampah sesedikit
mungkin dapat diguna ulang didaur ulang dan atau mudah diurai oleh
proses alam;
b. menghasilkan produk dan/atau kemasan yang dapat diguna ulang, didaur
ulang dan atau mudah diurai oleh proses alam; dan
c. menyusun rencana dan atau program pembatasan timbulan sampah
sebagai bagian dari usaha dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan
strategi pengelolaan sampah.

(2) Ketentuan mengenai kriteria bahan produk yang menimbulkan sedikit


mungkin sampah serta produk dan/atau kemasan yang mudah diurai oleh
proses atau dan mudah didaur ulang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b diatur dengan Peraturan Bupati

Paragraf 2
Pendaur Ulang

Pasal 17

(1) Produsen melakukan pendaur ulang sampah yang dihasilkannya dengan cara
yang berwawasan lingkungan.
(2) Dalam kegiatan pendaur ulang sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
produsen:
a. Menarik kembali sampah dari produk dan/atau kemasan yang
dihasilkannya untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang; dan.
b. Menyusun rencana dan/atau program pendaur ulang sampah sebagai
bagian dari usaha dan/atau kegiatan yang sesuai dengan kebijakan dan
strategi pengolahan sampah.
(3) Kegiatan pendaur ulang sebagaiman dimaksud pada ayat (2) huruf a dapat
diserahkan kepada Badan Usaha yang memiliki ijin.

Paragraf 3
Pemanfaatan Kembali Sampah

Pasal 18

(1) Produsen wajib melakukan pemanfaatan kembali sampah yang dihasilkannya


dengan cara yang berwawasan lingkungan.

2. Dalam ………….
(2) Dalam kegiatan pemanfaatan kembali sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) produsen wajib:
a. menarik kembali sampah dari produk dan/atau kemasan yang
dihasilkannya; dan
b. menyusun rencana dan/atau program pemanfaatan kembali sampah
sebagai bagian dari usaha kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan strategi
pengurangan sampah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan pemanfaatan kembali sampah


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Perundang-
Undangan.

Paragraf 4
Target Pengurangan Sampah

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pengurangan dan Penanganan


sampah yang dituangkan dalam Rencana Strategis dan Rencana Kerja
Tahunan SKPD.
(2) Rencana pengurangan dan penanganan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. Target pengurangan sampah
b. Target penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan
sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA.
c. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi
masyarakat.
d. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh Pemerintah
Daerah dan masyarakat;
e. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan
dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang dan
penanganan akhir sampah
f. Target pengurangan sampah ditetapkan sebesar :
1. 20% (Dua Puluh Perseratus) pada tiga tahun pertama;
2. 30% (Tiga Puluh Perseratus) pada lima tahun berikutnya;
3. 5 % (Lima Persertus) kenaikannya setiap lima tahun sampai dengan
tahun 2025.

Bagian Ketiga
Penanganan Sampah

Paragraf 1
Cara Penanganan Sampah

Pasal 20

Pemerintah Daerah dalam menangani sampah dilakukan dengan cara :


a. Pemilahan;
b. Pengumpulan;
c. Pengangkutan
d. Pengolahan; dan
e. Pemrosesan akhir sampah.

Paragraf 2 ………….
Paragraf 2
Pemilahan

Pasal 21

Setiap orang wajib melakukan pemilahan sampah di sumber sampah.

Pasal 22

(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a dilakukan melalui


pemilahan sesuai dengan jenis sampah organik, anorganik dan sampah B3
rumah tangga.

(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyediakan fasilitas tempat sampah organik,anorganik dan sampah B3
rumah tangga disetiap kawasan pemukiman, kawasan komersil, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
pendidikan dan kesehatan dan lainnya.

Pasal 23

(1) Jenis sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 pada ayat (1) dipilah
dan ditempatkan kedalam wadah yang di beri simbol, label dan warna yang
berbeda.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis dan standarisasi pemilahan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 24

(1) Dalam rangka pemilahan sampah, produsen harus mencantumkan simbol


dan label pada produk dan/atau kemasan produk yang menunjukan bahwa
produk dan/atau kemasan produk:
a. dapat terurai oleh proses alam;
b. dapat diguna ulang ; dan/atau
c. dapat didaur ulang.

(2) Peraturan Bupati lebih lanjut mengenai simbol dan label sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Paragraf 3
Pengumpulan Sampah
Pasal 25

Pengumpulan sampah dimaksud dalam Pasal 20 huruf b dilakukan sejak


pemindahan sampah dari Tempat Pembuangan Sampah Rumah Tangga (TPSRT)
ke TPS/TPST sampai ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai
dengan jenis sampah.

Pasal 26

(1) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 tersebut diatas


menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh
pengurus RT/RW, pengelola kawasan pemukiman, kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan
fasilitas lainnya.

2. TPS/TPST ……………..
(2) TPS/TPST sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 wajib memenuhi kriteria :
a. terpilah yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis sampah yaitu organik,
anorganik, dan b3 rumah tangga;
b. luas lokasi dan kapasitas yang mencukupi;
c. mudah diakses;
d. tertutup;
e. memiliki jadwal pengumpulan;

(3) Penyediaan TPS/TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan


melalui penetapan lokasi musyawarah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan sampah dan penyediaan


TPS/TPST diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 27

SKPD/Lembaga pengelola tempat dan fasilitas umum, pasar, saluran terbuka,


sungai, taman kota, dilingkungan Pemerintah Daerah menyelenggarakan
pengelolaan sampah berupa kegiatan pengumpulan dan pemindahan sampah ke
TPS atau ke TPA.

Paragraf 4
Pengangkutan

Pasal 28

(1) Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 huruf c


dilaksanakan dengan cara:
a. sampah rumah tangga ke TPS/TPST menjadi tanggung jawab lembaga
pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW;
b. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA ;
c. pemerintah daerah menyediakan Alat Angkut Sampah yang aman bagi
kesehatan dan lingkungan sesuai dengan Ketentuan Peraturan dan
Peraturan Perundang-Undangan;
d. pelaksanaan pengangkutan sampah sebagimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan b tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis
sampah;
e. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ditetapkan berdasarkan jadwal
pengangkutan yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
wilayah kerja;
f. ketentuan lebih lanjut mengenai penjadwalan pengangkutan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf e diatur dengan Peraturan Bupati Sampah
kawasan pemukiman, kawasan komersil, kawasan industri, dan kawasan
khusus dari sumber sampah dan atau TPS/TPST sampai ke TPA menjadi
tanggung jawab pengelola kawasan.

(2) Pemerintah Daerah melakukan:


a. pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ke TPA menjadi
tanggung jawab Pemerintah Daerah;
b. penyediaan alat angkut sampah yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan;
c. penjadwalan pengangkutan.

3. Pelaksanaan ………….
(3) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjadwalan pengangkutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 5
Pengolahan Sampah

Pasal 29

(1) Pengolahan sampah sebagimanana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d


dilaksanakan dengan cara :
a. pemadatan;
b. pengomposan;
c. daur ulang; dan/atau
d. pengolahan sampah lainnya dengan teknologi ramah lingkungan.

(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dilakukan pada
sumber, TPS, TPST dan/atau TPA.

(3) Kegiatan pengolahan sampah sebagiamana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ramah lingkungan dan sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Paragraf 6
Pemrosesan Akhir Sampah

Pasal 30

Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf e


dilakukan dengan pengembalian sampah ke media lingkungan secara aman

Pasal 31

(1) Pemprosesan akhir sampah dilakukan mengunakan Teknologi Ramah


Lingkungan dengan cara :
a. Lahan Urug saniter;
b. Sanaitary landfill;
c. Composting.

(2) Sampah yang sudah diproses melalui cara pemrosesan akhir sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi.

(3) Rencana pemrosesan akhir sampah harus dilengkapi dengan dokumen


lingkungan hidup.

(4) Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun
sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 32 ………….
Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah menyediakan TPS/TPST dan TPA sesuai dengan


kebutuhan.

(2) Penyediaan TPS/TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan
ramah lingkungan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Penyediaan TPS/TPST dan TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan RTRW.

Pasal 33

(1) TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 32 ayat 2 harus dilengkapi:
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi;
d. fasilitas penunjang.

(2) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.

Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah memfasilitasi pengelola kawasan untuk menyediakan


TPS/TPST dikawasan pemukiman, kawasan komersil, kawasan industri, dan
kawasan khusus.

(2) Penyediaan TPS/TPST sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memenuhi


persyaratan teknis sistem pengolahan sampah yang aman dan ramah
lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan dan Perundang-undangan.

(3) Penyediaan TPS/TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
RTRW.

Bagian Keempat
Penanganan Sampah Spesifik

Pasal 35

(1) Penanganan sampah spesifik akan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan.

(2) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

Bagian Kelima ……….


Bagian Kelima
Insentif dan Disinsentif

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada lembaga dan badan
usaha yang melakukan :
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan timbulan sampah;dan/atau
d. tertib penanganan sampah.

(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada perseorangan yang


melakukan:
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah; dan/atau
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan

Pasal 37

Pemerintah Daerah memberikan disinsentif kepada lembaga, badan usaha, dan


perseorangan yang melakukan:
a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atas
b. pelanggaran tertib penanganan sampah.

Pasal 38

(1) Insentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam


pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa:
a. Pemberian penghargaan; dan/atau
b. Pemberian subsidi;

(2). Insentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat
(1) dapat berupa:
a. pemberian penghargaan;
b. pemberian kemudahan perijinan dalam pengelolaan sampah;
c. pengurangan pajak daerah dan retribusi daerah dalam kurun waktu
tertentu;
d. penyertaan modal daerah; dan/atau
e. pemberian subsidi.

Pasal 39

(1) Disinsentif kepada lembaga dan perseorangan sebagaimana dimaksud dalam


pasal 37 dapat berupa:
a. penghentian subsidi; dan/atau
b. denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

(2) Disinsentif kepada badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dapat
berupa :
a. Penghentian subsidi;
b. Penghentian pengurangan pajak Daerah dan retribusi Daerah; dan/atau
c. Denda dalam bentuk uang/barang/jasa.

Pasal 40 ………….
Pasal 40
(1) Bupati melakukan penilaian kepada perseorangan, lembaga, dan badan usaha
terhadap:
a. inovasi pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan tibulan sampah;
d. tertib penanganan sampah;
e. pelanggaran terhadap larangan;dan/atau
f. pelanggaran tertib penanganan sampah.

(2) Dalam melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
Tim Penilai dengan keputusan Bupati

Pasal 41

Pemberian insentif dan disinsentif sebagai mana dalam Pasal 37 dan Pasal 38
disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kearifan local.

Bagian Keenam
Lembaga Pengelola

Pasal 42

(1) Pemerintah Daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah


dapat membentuk Lembaga Pengelola Sampah.

(2) Pembentukan fasilitas Lembaga Pengelola Sampah dapat dilaksanakan di


Desa/Kelurahan, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 43

(1) Lembaga Pengelola Sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 tingkat


Rukun Tetangga (RT) mempunyai tugas :
a. Memfasilitasi tersedianya tempat sampah rumah tangga di masing-masing
rumah tangga dan alat angkut dari tempat sampah rumah tangga ke TPS;
dan
b. Menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah di masing-masing rumah
tangga.

(2) Lembaga Pengelola Sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 tingkat


Rukun Warga mempunyai tugas :
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat Rukun Tetangga (
RT ) ; dan
b. Mengusulkan kebutuhan TPS/TPST ke Pihak Kelurahan/Desa.

(3) Lembaga Pengelola Sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 tingkat


Kelurahan/Desa mempunyai tugas:
a. Mengkoordinasikan Lembaga Pengelola Sampah tingkat Rukun Warga (RW).
b. Mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari Tingkat
Rukun Tetangga (RT) sampai Rukun Warga (RW ) ; dan
c. Mengusulkan kebutuhan TPS/TPST ke pihak Kecamatan.

(4) Lembaga ....


(4) Lembaga Pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 tingkat
Kecamatan mempunyai tugas:
a. Mengkoordinasikan lembaga pengelolaan sampah tingkat Kelurahan/Desa
b. Mengawasi terselenggaranya tertib pengelolaan sampah mulai dari tingkat
Rukun Warga (RW) sampai tingkat Kelurahan/Desa dan lingkungan
kawasan;dan
c. Mengusulkan kebutuhan TPS/TPST ke SKPD yang membidangi
persampahan.

Pasal 44

Lembaga Pengelola sampah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 42 pada


kawasan komersial, kawasan Industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya mempunyai tugas:
a. menyediakan tempat sampah rumah tangga di masing-masing kawasan;
b. mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST atau ke TPA; dan
c. menjamin terwujudnya tertib pemilahan sampah.

BAB VII
PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI

Bagian Kesatu
Sumber Pembiayaan

Pasal 45

Sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pengelolaan sampah dari :


a. penerimaan jasa pelayanan pengelolaan sampah;
b. pelayanan umum;
c. subsidi; dan
d. penerimaan lain-lain yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 46

(1) Pemerintah Daerah membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya jasa pengelolaan sampah pelayanan
umum diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 47

(1) Setiap orang yang menggunakan atau menerima manfaat jasa pelayanan
pengelolaan sampah wajib membayar jasa pengelolaan sampah.

(2) Jasa pengelolaan sampah dihitung berdasarkan kebutuhan biaya satuan


pengelolaan sampah.

(3) Besaran tarif yang dikenakan kepada setiap wajib bayar dihitung berdasarkan
kebutuhan biaya penyediaan jasa pengelolaan sampah yang diberikan
menurut kaidah manajemen usaha dan mempertimbangkan kemampuan
secara ekonomi dan aspek keadilan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran tarif jasa pengelolaan smpah diatur
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 48 ………….
Pasal 48

Besaran tarif jasa pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 ayat
(3) dan ayat (4) ditetapkan secara progresif berdasarkan pada :
a. volume atau berat sampah yang ditimbulkan;
b. jenis penghasil sampah; dan
c. jenis pelayanan yang diberikan.

Pasal 49

Hasil penerimaan jasa pengelolaan sampah digunakan kembali untuk kegiatan


operasional pengelolaan sampah yang meliputi :
a. biaya penyediaan prasarana dan sarana TPS/TPST;
b. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
c. pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

Pasal 50

Komponen biaya perhitungan jasa pengelolaan sampah meliputi :


a. biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke TPS/TPST;
b. biaya pengangkutan dari TPS/TPST ke TPA
c. biaya pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.

Pasal 51

Wajib bayar jasa pengelolaan sampah meliputi kategori :


a. rumah tinggal;
b. sosial;
c. komersial/non komersial;dan
d. pedagang sektor informal;

Pasal 52

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan sampah dari sumber sampah ke


TPS melaui swakelola Rukun Warga (RW)/lembaga pengelola dapat memungut
iuran sebagai pembayaran atas pengumpulan sampah dari sumber ke TPS.

(2) Penentuan besaran iuran pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah melalui RW.

Bagian Kedua
Kompensasi

Pasal 53

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi sebagai akibat dampak


negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pengolahan dan/atau pemrosesan
akhir sampah.

(2) Dampak negative sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan oleh :
a. pencemaran air;
b. pencemaran udara;
c. pencemaran tanah;

d.longsor ………….
d. longsor;
e. kebakaran;
f. ledakan gas methan; dan/atau.
g. hal lain yang menimbulkan dampak negatif.

(3) pemberian kompensasi sebagaimana pada ayat (1) dapat berupa:


a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan;
d. ganti rugi; dan/atau
e. kompensasi dalam bentuk lain.

Pasal 54

Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53


dilaksanakan melalui :
a. Pengajuan surat pengaduan kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah melakukan investigasi atas kebenaran dan dampak negatif
pengelolaan sampah; dan
c. Menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil investigasi
dan hasil kajian.

BAB VIII
PERAN MASYARAKAT

Pasal 55
Masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah yang
diselenggarakan oleh pemerintah Daerah.

Pasal 56

Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:


a. menjaga kebersihan lingkungan;
b. aktif dalam kegiatan pengurangan,pengumpulan,pemilahan,pengangkutan dan
pengolahan sampah; dan
c. pemberian saran ,usul,pengaduan,pertimbangan,dan pendapat dalam upaya
peningkatan pengelolaan sampah di wilayahnya.

Pasal 57

(1) Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf


a dilaksanakan dengan cara;
a. sosialisasi;
b. mobilisasi;
c. kegiatan gotong-royong; dan/atau
d. pemberian insentif.

(2) Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf


b dilaksanakan dengan cara :
a. Mengembangkan informasi peluang usaha di bidang persampahan;
dan/atau
b. Pemberian insentif.

(3) Penjelasan …………..


(3) Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf c
dilaksanakan dengan cara :
a. penyediaan media komunikasi;
b. aktif dan secara cepat memberi tanggapan; dan/atau
c. melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.

BAB IX
PERIJINAN

Pasal 58

(1) Setiap kegiatan usaha yang bersifat pengelolaan sampah/penanganan sampah


baik secara perorangan/kelompok/badan usaha harus mendapat ijin dari
Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Persyaratan dan tatacara pengajuan perijinan diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB X
KERJA SAMA DAN KEMITRAAN

Bagian Kesatu
Kerja Sama Antar Daerah

Pasal 59

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah
lain dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah dengan pihak Ketiga.

(2) Kerja sama antara Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat
melibatkan 2 (dua) atau lebih Daerah Kabupaten/Kota pada suatu Provinsi
atau antar Provinsi.

(3) Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah mencakup:


a. penyediaan/pembangunan TPA;
b. sarana dan prasarana TPA;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA;
d. pengelolaan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.

Bagian Kedua
Kerja Sama Dengan Badan Usaha

Pasal 60

(1) Pemerintah Daerah dapat bermitra dengan badan usaha dalam pengelolaan
sampah.

(2) Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud ayat (1) antara lain:


a. penyediaan/pembangunan TPS/TPST dan TPA;
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung TPA;
c. pengangkutan sampah dari TPS / TPST dan TPA;
d. pengelolaan TPA;

e.Pemberdayaan …………
e. pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang berbasis
Reduce,Reuse, Dan Recycle;
f. rekayasa sampah menjadi sumber energy;
g. pengelolaan sampah menjadi produk lainnya yang ramah lingkungan.

Pasal 61

Pelaksanaan kerja sama antar Daerah dan kemitraan dengan badan usaha
dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XI
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN

Pasal 62

(1) Pemerintah Daerah dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan;

(2) Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


digolongkan pada Retribusi Jasa Umum;

(3) Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahan meliputi:


a. biaya pengumpulan dan pewadahan sampah dari sumber sampah ke
TPS/TPST;
b. biaya pengangkutan dari TPS/TPST ke TPA;
c. biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah; dan
d. biaya pengelolaan;

(4) Pengaturan retribusi sampah ditetapkan melalui Peraturan Daerah tentang


Retribusi Jasa Umum.

BAB XII
PENGELOLAAN LUMPUR TINJA

Bagian Kesatu
Pengelolaan

Pasal 63

Pengelolaan Lumpur Tinja meliputi pengambilan, pengangkutan dan pembuangan


Lumpur Tinja dari bak penampungan lumpur tinja rumah tangga, Kawasan
industri, perkantoran, pendidikan, Rumah Sakit sebagainya ke IPLT.

Bagian Kedua
Perijinan Lumpur Tinja

Pasal 64

(1) Setiap kegiatan usaha yang bersifat pengelolaan lumpur tinja baik pengambilan
pengangkutan maupun pembuangan lumpur tinja secara
perorangan/kelompok/badan usaha baik pengambilan, pengangkutan,
maupun pembuangan lumpur tinja harus mendapat ijin dari Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.

(2) Persyaratan dan tata cara pengajuan perijinan diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga …………


Bagian Ketiga
Pengambilan dan Pembuangan Lumpur Tinja

Pasal 65

(1) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari rumah tinggal ke IPLT
menjadi tanggung jawab SKPD.

(2) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari pasar dan terminal ke IPLT
dapat dilaksanakan oleh pengelola pasar/terminal, masyarakat/ swasta
setelah mendapat ijin dan/atau dapat bekerjasama dengan SKPD.

(3) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari obyek wisata, tempat hiburan
umum dan tempat hiburan lainnya termasuk kegiatan-kegiatan urusan
kepariwisataan ke IPLT dapat dilaksanakan oleh
pemilik/pengelola/penanggung jawab tempat tersebut setelah mendapat ijin
dan/atau dapat bekerja sama dengan SKPD.

(4) Pengambilan dan pembuangan lumpur tinja dari kawasan industri,


perdagangan, apartemen, hotel, perkantoran, dan jasa lainnya ke IPLT, dapat
dilaksanakan oleh pemilik/pengelola/penanggung jawab tempat tersebut
setelah mendapat ijin dan/atau dapat bekerjasama dengan SKPD.

Bagian Keempat
Penyedotan Lumpur Tinja

Pasal 66

(1) Pemerintah Daerah menyediakan pelayanan penyedotan lumpur tinja di kakus


bagi masyarakat di seluruh Wilayah Kabupaten Tangerang.

(2) Setiap orang atau pribadi dan atau badan yang menghendaki pelayanan
penyedotan lumpur tinja dapat mengajukan permohonan kepada SKPD.

Bagian Kelima
Sarana Lumpur Tinja

Pasal 67

(1) Pemerintah Daerah menetapkan dan menyediakan tempat atau lokasi


pembuangan akhir lumpur tinja di IPLT.

(2) Penetapan lokasi pembuangan akhir sebagaimana dimaksud ayat (1) mengacu
pada RTRW Kabupaten Tangerang.

Bagian Keenam
Retribusi Penyedotan Lumpur Tinja

Pasal 68

(1) Pengguna jasa pelayanan penyedotan lumpur Tinja di kakus atau istilah lain
sebagai mana dimaksud Pasal 66 ayat (1) dikenakan biaya retribusi.

(2) Pengaturan biaya retribusi jasa pelayanan penyedotan lumpur tinja ditetapkan
melalui Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.

Bagian Ketujuh …………..


Bagian Ketujuh
Kerjasama Pengelolaan Lumpur Tinja

Pasal 69

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama dengan Perorangan/ Badan


Usaha/Kelompok Masyarakat (Swasta) dalam pengambilan, pembuangan, dan
penyedotan lumpur tinja serta pemanfaatan lumpur tinja.

(2) Kerjasama dengan orang/badan usaha kelompok masyarakat dimaksud ayat


(1) berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(3) Pengelola pengangkutan dan pembuangan lumpur tinja dari pihak swasta
diwajibkan melaporkan hasil pengelolaannya pada SKPD setiap bulan serta
melaksanakan pembayaran retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 70

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan, pengendalian sampah dan lumpur


tinja kepada lembaga pengelola.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. peningkatan kapasitas kelembagaan;
b. peningkatan sumber daya manusia;
c. peningkatan pengelolaan keuangan; dan
d. peningkatan teknologi pengolahan dan pemprosesan akhir.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 71

(1) Pemerintah Daeerah melakukan pengawasan pengelolaan sampah dan lumpur


tinja kepada lembaga pengelola.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


a. penerapan standar pelyanan minimal;
b. penerapan standar operasional prosedur;
c. penerapan norma, standar, pedoman, dan kriteria;
d. pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup serta
pelaporan dan evaluasi secara periodik.

BAB XIV
LARANGAN

Pasal 72

Setiap orang/kelompok/badan usaha dilarang ;


a. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;

b.Mencampur ………….
b. mencampur sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dengan
sampah B3 rumah tangga;
c. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
d. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir;
e. membuang sampah, kotoran, atau barang lainnya di saluran air atau selokan,
jalan, berm (bahu jalan), trotoar, tempat umum, tempat pelayanan umum, dan
tempat-tempat lainnya;
f. mengotori, merusak, membakar,atau menghilangkan tempat sampah yang
telah disediakan;
g. Membakar sampah pada tempat-tempat yang membahayakan.
h. membakar sampah atau benda-benda lainnya dibawah pohon yang
menyebabkan matinya pohon; dan.
i. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan
sampah
j. membuang lumpur tinja di luar IPLT.

BAB XV
KETENTUAN SANKSI

Bagian Kesatu
Sanksi Administratif

Pasal 73
(1) Setiap orang/kelompok/badan usaha yang melanggar ketetentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 58 ayat (1) dan Pasal 65 ayat (1)
dikenakan sanksi administratif dan atau biaya paksa penegakan hukum.

(2) Pelaksanaan sanksi administratif dan atau pembebanan biaya paksa


penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk tindakan
hukum diluar peradilan

Pasal 74

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (1) dan (2)
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. paksaan pemerintah;
h. uang paksa;

Bagian Kedua
Pembebanan Biaya Paksa Penegakan Hukum

Pasal 75

(1) Biaya Paksa Penegakan Hukum dibayarkan kepada Kas Daerah paling lambat
dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak ditetapkan.

(2).Apabila ……………
(2) Apabila pembayaran tidak dilaksankan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau
proses hukum sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 76

(1) Pembayaran pembebanan biaya paksa penegakan hukum tidak


menghapuskan kewajiban pelanggar untuk tetap melakukan ketentuan
Peraturan Daerah ini.

(2) Pembayaran biaya paksa penegakan hukum tidak menghapuskan kewenangan


penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap pelaggaran Peraturan Daerah
ini.

Pasal 77

(1) Pelanggar yang dikenakan sanksi administrasi, dapat kembali memperoleh


haknya setelah pelanggar membayar biaya paksa penegakan hukum dan
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Peraturan Daerah ini.

(2) Penyidik berwenang untuk tidak melakukan penyidikan terhadap pelanggar


Peraturan Daerah ini apabila pelanggar telah membayar biaya penegakan
hukum dan telah memenuhi kewajiban, keharusan atau tidak melakukan
tindakan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 78

Tata cara pelaksanaan pembebanan biaya paksa penegakan hukum serta


pengenaan sanksi administratif diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati

BAB XVI
PENYELESAIAN SENGKETA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 79

(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah dan lumpur tinja terdiri
atas:
a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; dan
b. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat.

(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui penyelesaian diluar pengadilan atau melalui pengadilan.

(3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Kedua ……….


Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Pasal 80

(1) Penyelesaian sengketa diluar pengadilan dilakukan dengan mediasi, negosiasi,


arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak yang bersengketa.

(2) Apabila dalam penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, para pihak yang
bersengketa dapat mengajukannya ke pengadilan.

Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan

Pasal 81

(1) Penyelesaian sengketa persampahan dan lumpur tinja di dalam pengadilan


dilakukan melalui gugatan perbuatan melawan hukum.
(2) Gugatan melawan hukumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) mensyaratkan
penggugat membuktikan unsur-unsur kesalahan, kerugian, dan hubungan
sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan.

(3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau tindakan tertentu.

Bagian Keempat
Gugatan Perwakilan Kelompok

Pasal 82

Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum dibidang


pengelolaan sampah berhak mengajukan gugatan melalui perwakilan kelompok.

Bagian Kelima
Hak Gugat Organisasi Persampahan

Pasal 83

(1) Organisasi Persampahan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan


pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.

(2) Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada
tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu, kecuali biaya atau pengeluaran
nyata.

(3) Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan :
a. berbentuk badan hukum;
b. mempunyai anggaran dasar dibidang pengelolaan sampah; dan

c.Telah …………….

c. telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun sesuai dengan
anggaran dasarnya.
BAB XVII
PENYIDIKAN

Pasal 84

(1) Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi Pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya dibidang pengelolaan persampahan diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang pengelolaan sampah;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang pengelolaan sampah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan
peristiwa tindak pidana dibidang pengelolaan sampah;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti, pembukuan,pencatatan terhadap bahan dan barang hasil kejahatan
yang dapat dijadikan bukti dalam kejahatan tindak pidana di bidang
pengelolaan sampah; dan
f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang pengelolaan sampah.

(3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada
penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui penyidik
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 85

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
72, dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.

Pasal …
-32-

Pasal 86

Pada saat Peratura Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Kebersihan di Kabupaten
Tangerang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 87

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan


Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang.

Ditetapkan di Tangerang
pada tanggal 30 - 10 - 2012

BUPATI TANGERANG,

ttd.

H. ISMET ISKANDAR

Diundangkan di Tangerang
pada tanggal 30 - 10 - 2012

PLT. SEKRETARIS DAERAH


KABUPATEN TANGERANG,

ttd.

H. ISKANDAR MIRSAD

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2012 NOMOR 06


PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
NOMOR 6 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DAN LUMPUR TINJA

BUPATI TANGERANG,

I. UMUM

Kedudukan Kabupaten Tangerang sebagai wilayah yang berdekatan dengan


ibu kota Negara Republik Indonesia dan pesatnya pertumbuhan pemukiman,
perkotaan, industri, perdagangan dan jasa, telah mendorong adanya
pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan diikuti munculnya berbagai
permasalahan yang begitu kompleks
Sampah dan tinja merupakan salah satu permasalahan yang membutuhkan
pemecahan secara sistematis dan berkesinambungan agar dapat tercipta
kondisi lingkungan yang bersih dan sehat untuk masyarakat.
Volume timbulan sampah yang tidak terkendali akan menggangu
Keindahan dan Kesehatan lingkungan karena sebagian masyarakat masih
memandang sampah sebagai barang yang tidak berguna dan penanganan
sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan,
diangkat dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) padahal
timbunan sampah dengan volume yang besar dilokasi tempat pemrosesan akhir
sampah berpotensi melepaskan gas metan yang dapat mengakibatkan emisi gas
rumah kaca dan memberikan kontribusi terbentuknya pemanasan global.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir
perlu ditingkatkan dan diganti dengan paradigma baru dalam pengelolaan
sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang
mempunyai nilai ekonomi.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan
kegiatan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan
pengurangan sampah meliputi: pembatasan, pengurangan kembali dan pendaur
ulangan. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi : pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan
komperhensip tidak terlepas dari peran serta Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha
dan Masyarakat luas, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 tentang pengelolaan sampah. Tugas dan wewenang Pemerintah Daerah
dalam menyelenggarakan.

pengelolaan sampah dan lumpur tinja yaitu menetapkan kebijakan dan


strategi pengelolaan sampah dan lumpur tinja berdasarkan kebijakan nasional
dan provinsi. Pengaturan pengelolaan sampah dan lumpur tinja dalam
Peraturan Daerah ini berdasarkan azas tanggung jawab, azas berkelanjutan,
azas manfaat, azas kesadaran, azas kebersamaan, azas keselamatan, dan azas
nilai ekonomi.
Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan diatas, Peraturan Daerah ini
diperlukan dalam rangka:
1. Kepastian hukum bagi masyarakat Kabupaten Tangerang untuk
mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah dan lumpur tinja yang baik
dan berwawasan lingkungan.
2. Kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan sampah dan lumpur tinja.
3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah dan lumpur tinja.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
 Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah yang bukan berasal dari rumah tangga.
 Kawasan komersial merupakan antara lain pusat
perdagangan,pasar,pertokoan,hotel, perkantoran,restoran dan tempat
hiburan.
 Kawasan Industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industry yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri
yang telah memiliki ijin kawasan industri.
 Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang
digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional,misalnya
kawasan cagar budaya, taman nasional,pengembangan industry
strategis, dan pengembangan teknologi tinggi.
 Fasilitas sosial, antara lain rumah ibadah, panti asuhan dan panti
social.
 Fasilitas umum antara lain,terminal angkutan umum ,stasiun,
taman,jalan ,trotoar
 Fasilitas yang termasuk fasilitas lain adalah, antara lainyang tidak
termasuk kawasan fasilitas umum,sosial,khusus antara lain rumah
tahanan, lembaga pemasyarakatan,rumah sakit, klinik kawasan
pendidikan, pariwisata,berikat dan pusat kegiatan olah raga.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Huruf e
Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos,pupuk,biogas potensi
energi dan hasil daur ulang lainnya
Cukup jelas
Pasal 7
Huruf b.
Penyelenggaraan pengolahan sampah,antara lain berupa penyediaan tempat
penampungan sampah ,alat angkut sampah, tempat penampungan
sementara, tempat pengelolaan sampag terpadu, dan/atau pemproesan
akhir sampah
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Kawasan Pemukiman meliputi kawasan pemukiman dalam bentuk
klaster,apartemen,kondominium,asrama,dan sejenisnya.
Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakan pada tempat yang mudah
dijangkau oleh masyarakat>Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas

Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat ( 1 )
Huruf a
Intensif dapat diberikan misalnya kepada produsen yang menggunakan
bahan baku produksi yang dapat dan mudah diurai oleh proses alam dan
ramah lingkungan.
Huruf b
Dis intensif dikenakan misalnya kepada produsen yang menggunakan
bahan froduksi yang sulit diurai oleh proses alam,diguna ulang /atau daur
ulang serta tidak ramah lingklungan.
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang berbentuk atas
kehendak dan keinginan sendiri ditengah masyarakat yang tujuan dan
kegiatannyameliputi bidang pengelolaan sampah.
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Ayat (1)
Kompensasi merupakan bentuk pertanggung jawaban pemerintah terhadap
pengelolaan sampah ditempat pemprosesan akhir yang berdampak negative
terhadap orang.
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Poin (e)
- Reuse adalah kegiatan penggunaan kemabali sampah Sscara
langsung baik dengan fungsi yang sama atau yang lainnya
- Reduce adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
sampah
- Recycle adalah Pemanfatan kembali sampah setelah mengalami
prses pengoleh

Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja dimaksud adalah Instalasi Pengelolaan
Lumpur Tinja (IPLT) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Tangerang
berlokasi di Kecamatan Sepatan Timur
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Cukup jelas
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG 0612


LAMPIRAN 2
Gambar Wawancara dan Gambar Pendukung Penelitian
Wawancara dengan Bapak Supiyani, S.Pd.
Wawancara dengan Bapak Drs.Sudarman
Wawancara dengan Bapak Muhamad
Mumu Mukhlis
Wawancara dengan Bapak Peter
situmorang
Wawancara dengan bapak Tjeptjep sebagai
kasi sapras
Wawancara dengan Ibu RT Jatiwaringin
Wawancara dengan Ketua Rt
Wawancara dengan KSM Panongan
Wawancara dengan Ketua RT 03 RW 07
Jatiwaringin
Wawancara dengan Bapak Suparno sebagai
Ketua KSM Mustika Ikhlas
Wawancara Dengan Bapak A. Rohman
Sebagai Korlap KSM Mustika Ikhlas
Kondisi Alat berat rusak
Revitalisasi Gedung Pengomposan di TPA
Jatiwaringin
Kondisi TPA Jatiwaringin
Kondisi di TPA Jatiwaringin
Kondisi Sampah Yang Sudah Di bakar
Proses Pencacah Sampah Organik
Proses Pemilahan Sampah
Hasil Pemilahan Sampah yang organik
Proses Pengomposan di TPST Panongan
TPST Panongan
Sampah Residu di TPST Panongan
Pengangkutan Sampah di Perumahan
Mustika Ikhlas
Struktur Organsasi KSM Mustika Ikhlas
Gambar Alur Iuran Sampah
Struktur Organisasi KSM Mitra Warga
Kendaraan angkut sampah di TPST
Mustika Ikhlas
LAMPIRAN 3
Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN 5
Member chek
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : SyaifulBahri

TempatTanggalLahir : Tangerang, 18 Juni 1988

JenisKelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana (S1)

No. Telepon : 089638026096

Email : Syaifuluntirta@gmail.com

Alamat : Jl.rayaSerang Km. 24 Kosambi-

BalarajaTangerang

Pendidikan

SD Negeri 1 Balaraja, berijazahtahun 2000

SLTPN 1 Balaraja, Tangerang, berijazahtahun 2003

SMA Negeri 1 Kresek, Tangerang, berijazahtahun 2006

Untirta, (S1) IlmuAdministrasi Negara, Serang, Banten, berijazah 2015

Anda mungkin juga menyukai