PEMDA
Pengawasan adalah suatu proses kegiatan seorang pimpinan untuk menjamin agar pelaksanaan
kegiatan organisasi sesuai dengan rencana kebijaksanaan & ketentuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan
kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultansi terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang
baik
SIFAT PENGAWASAN
PREVENTIF
REPRESIF
EDUKATIF
PROTEKTIF
REKOMENDATIF
IMPRATIF
Auditor adalah PNS yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan atau pihak lain yang
diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintahan untuk tugas dan atas nama APIP.
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah Instansi Pemerintah yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan, yang meliputi :
BPKP
Inspektorat Jenderal pada masing-masing Kementerian/Lembaga
Inspektorat Propinsi
Inspektorat Kabupaten / Kota
Auditi adalah Pihak yang melaksanakan dan bertanggung jawab atas hal yang dinilai oleh
Auditor / Apip
Pengawasan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit,
reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa asistensi, sosialisasi dan
konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan
kepemerintahan yang baik.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk
dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah, terdiri atas Badan Pengawasn Keungan dan Pembangunan (BPKP),
Inspektorat Jenderal Kementerian, Inspektorat/Unit pengawasan intern pada Kementerian
Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non Kementerian, inspektorat/unit
pengawasan intern pada kesekretariatan lembaga tinggi negara dan lembaga negara, inspektorat
provinsi/kabupaten/kota, dan unit pengawasan intern pada badan hukum pemerintah lainnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagi manajemen, APIP adalah kebutuhan. Semakin kompleksnya tugas dan fungsi yang
diemban oleh instansi pemerintah, sulit bagi pimpinan umit (manajemen) untuk melaksanakan
pengawasan secara langsung terhadap seluruh aktivitas organisasi, sehingga diperlukan unit
pengawasan intern yang diperankan oleh APIP. Peran dan kontribusi APIP terhadap manajemen
tersurat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008, di mana unsur-unsur SPIP
meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian
Agar tujuan organisasi tercapai, para pimpinan instansi harus menciptakan dan memelihara
lingkungan dalam organisasi yang menetapkan perilaku positip dan dukungan terhadap
pengendalian manajemen dan kesadaran para pimpinan instansi. Lingkungan pengendalian
menentukan mutu pengendalian intern, karena merupakan cerminan sikap semua pihak yang
terkait dengan organisasi terhadap pentingnya pengendalian
2. Penilaian Risiko
Untuk memberikan jaminan memadai akan tercapainya tujuan organisasi, para pimpinan instansi
harus melaksanakan penilaian resiko manajemen. Penilaian resiko ini merupakan upaya untuk
meminimalkan kekeliruan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan kegiatan dan fungsi organisasi.
Ketika para pimpinan instansi dapat menilai resiko-resiko yang dihadapi, maka perancangan dan
implementasi prosedur pengendalian dan pengelolaan risiko dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Kegiatan Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan, prosedur, teknik, dan mekanisme yang memberi arah
pada para pimpinan dan membantu mereka meyakini bahwa tindakan-tindakan yang perlu telah
dilakukan untuk mengantisipasi risiko.
Pengelolaan instansi akan lebih baik, jika pihak-pihak yang terkait dengan organisasi dapat
berkomunikasi dan saling berbagi informasi melalui sistem komunikasi dan informasi akuntansi
yang memadai. Para pimpinan instansi dan pihak-pihak ekstern juga dapat memperoleh
informasi yang relevan dan handal bagi kebutuhan pengambilan keputusan, sehingga instansi
dapat dikelola dengan baik.
Sistem pengendalian intern memiliki sifat dinamis, karena itu efektivitas dan efisiensinya harus
dipantau. APIP bertanggung jawab atas pelaksanaan pemantauan ini.
Untuk mewujudkan lingkungan pengendalian yang positip dan kondusif, salah satu caranya
adalah dengan mewujudkan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif. Dalam PP
60 Tahun 2008 pasal 11 disebutkan bahwa peran APIP yang efektif sekurang-kurangnya adalah :
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;
3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah.
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara.
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern di atas dilaksanakan oleh aparatur pengawasan intern pemerintah dengan cara
:
Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secra
independen, objektif, dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, efetivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah.
i. Audit keuangan merupakan audit atas laporan keuangan untuk memberikan opini secara
independen. Dalam penugasannya auditor wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) dan /atau Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
ii. Audit terhadap aspek keuangan tertentu (audit atas laporan keuangan bukan untuk
memberikan opini), adalah audit atas aspek tertentu pengelolaan keuangan yang diselenggarakan
oleh instansi pemerintah atas dana yang dibiayai oleh APBN/APBD dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa pengelolaan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan sebagaimana ketentuan yang berlaku. Contohnya antara lain:
b. Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah yang terdiri
atas audit aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta ketaatan pada peraturan. Contoh :
Audit dengan sasaran ekonomis, efisiensi, dan efektivitas, serta ketaatan pada peraturan;
Post audit dengan sasaran ekonomis, efisensi, dan efektivitas, serta ketaatan pada
peraturan;
Audit kinerja atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran;
Audit kinerja atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana;
Audit kinerja atas pengelolaan asset dan kewajiban;
Audit operasional;
Audit akuntabilitas.
c. Audit dengan tujuan tertentu merupakan audit selain audit keuangan dan selain audit terhadap
aspek keuangan tertentu, contohnya antara lain:
Audit ketaatan (compliance audit);
Audit investagatif;
Audit atas tindak kecurangan/fraud audit;
Audit atas kegiatan melawan hukum/illegal act audit;
Mengumpulkan data dan/atau informasi intelijen;
Fraud audit/illegal act audit/audit atas tindak kecurangan/KKN/audit forensik audit
investigatif (sebagai kelanjutan sebelumnya);
Memproses penyelesaian TP/TGR;
Melakukan audit atas berbagai indikasi pemborosan;
Audit khusus terhadap adanya pengaduan masyarakat terkait dugaan penyimpangan
pemeriksaan terhadap kasus kehilangan asset;
Membantu aparat penegak hukum (APH) dengan memberikan keterangan
ahli/pendampingan pemberian keterangan ahli dalam peradilan kasus hasil pengawasan;
Membantu APH melakukan penghitungan kerugian keuangan Negara (audit PPKN);
Pemeriksaan dan pengecekan atas pengaduan kasus dugaan penyimpangan;
Audit atas pengelolaan asset;
Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan;
Audit atas kepegawaian;
Mengkaji sistem pengendalian manajemen objek pengawasan;
Pengendalian intern terhadap ketaatan hukum dan peraturan atas proses tender, akuntansi,
hibah, bantuan, dan kontrak;
Audit ketaatan atas hokum dan peraturan;
Audit komprehensif atas aspek pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan asset;
Audit penyesuaian harga;
Audit klaim;
Pemeriksaan serentak;
Audit lingkungan;
Audit sosial: audit bantuan kegiatan (seperti, bantuan langsung tunai/BLT);
Audit khusus dalam rangka serah terima jabatan (sertijab)/alih jabatan;
Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah;
Audit atas catatan-catatan akuntansi intern (internal accaounting records)
Audit buril, seperti: melaksanakan verifikasi, pengujian, dan penilaian dokumen;
Pemeriksaan berkala, pemeriksaan sewaktu-waktu, maupun pemeriksaan terpadu;
Audit teknologi informasi;
Audit dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan instansi tertentu;
Audit yang bertujuan untuk memberikan pendapat atas pengendalian intern organisasi
auditi
Audit atas pinjaman/hibah luar negeri (PHLN)
Pemeriksaan pelaksanaan kebijakan;
Pemeriksaan dokumen legalisasi data;
Pemeriksaan penerimaan Negara bukan pajak (PNBP), seperti visa on arrival;
Audit untuk tujuan tertentu lainnya, seperti : telaah staf atas penelaahan usulan hukuman
disiplin, pelarian napi, keberatan hukuman disiplin, dugaan KKN, penyalahgunaan
wewenang.
2. Reviu
Reviu adalah penelaahan ulang bukti bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
telah ditetapkan. Contoh kegiatan reviu yang dilaksanakan oleh APIP anatara lain :
3. Evaluasi
4. Pemantauan
Kegiatan pengawasan lainnya dan kegiatan yang tidak memberikan penjaminan kualitas,
antara lain konsultasi, sosialisasi dan asistensi. Contoh :
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah merupakan bagian dari
siklus APBD sebelum disahkannya pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah menjadi
peraturan daerah. Melalui pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK, pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan daerah yang diasersi oleh pemerintah daerah melalui laporan keuangan
pemerintah daerah akan dinilai kewajarannya.
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Ketentuan tentang pemeriksaan oleh BPK diatur dalam Undang-UndangNomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Sedangkan
ketentuan tentang Badan Pemeriksa Keuangan sebagai institusi pemeriksa diatur dalam undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD RI Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas
BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan dan pemeriksaan atas tanggung jawab
keuangan daerah. Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur keuangan daerah. Oleh karena
itu, kepada BPK diberikan kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan yaitu :
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
1. Pemeriksaan Keuangan
Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) diberikan jika pos-pos laporan keuangan tidak
mengandung salah siji material dan laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar.
Opini WTP dengan paragraf penjelas diberikan apabila terdapat permasalahan yang belum dapat
dituntaskan, tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kewajaran laporan keuangan.
Opini wajar dengan pengecualian jika terdapat pos-pos tertentu dalam laporan keuangan
mengandung salah saji secara material, namun secara keseluruhan tidak mengganggu kewajaran
laporan keuangan. Opini tidak wajar diberikan jika pos-pos laporan keuangan mengandung salah
saji material sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak wajar. Opini disclaimer
diberikan jika pemeriksa tidak dapat memperoleh keyakinan atas kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan.
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja sering juga disebut value money audit. Pemeriksaan kinerja adalah
pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, serta efektivitas. Pemeriksaan ini lazim dilakukan
oleh aparat pengawasan intern untuk kepentingan jajaran manajemen. Namun demikian UUD RI
Tahun 1945 juga mengamanatkan kepada BPK untuk melakukan pemeriksaan kinerja, terutama
untuk mengidentifikasi area-area yang potensial untuk peningkatan kinerja yang menjadi
perhatian lembaga perwakilan.
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan
ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang bersifat keuangan, pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern, dan pemeriksaan investigatif.
Hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah kesimpulan. Dalam hal pemeriksaan
investigative, apabila diketemukan adanya indikasi tindak pidana atau tindakan yang membawa
dampak pada kerugian Negara, BPK segera melaporkannya kepada instansi yang berwenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.