Anda di halaman 1dari 65

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, GAYA


KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KUALITAS AUDIT DI
INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyusun skripsi S1 Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :
NI MADE AYU NIRMALASARI PUTRI ERAWAN
NIM : 1415351193

PROGRAM NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawasan intern dalam suatu organisasi melalui audit internal

mutlak dilaksanakan guna membantu pimpinan daerah. Dalam hal ini

Bupati/Walikota/Gubernur/Menteri/Presiden meyakinkan pencapaian tujuan

organisasinya. Audit intern dilaksanakan oleh pihak intern organisasi yang

bersangkutan. Audit intern untuk pemerintah daerah dilaksanakan oleh

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) pada inspektorat daerah yang

bersangkutan, sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) melakukan pengawasan internal untuk organisasi kementerian

negara. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah mempunyai tugas

menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas

lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama

dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit

pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo,

2005).

Peran dan fungsi inspektorat provinsi, kabupaten/ kota secara umum

diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 64 tahun 2007.

Pasal tersebut menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan

pemerintahan, inspektorat provinsi, kabupaten/ kota mempunyai fungsi sebagai

berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan

1
kebijakan dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan,

pengujian, dan penilaian tugas pemeriksaan. Berkaitan dengan peran dan fungsi

tersebut, inspektorat Kabupaten Tabanan sebagai salah satu Satuan kerja

Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Kabupaten Tabanan secara yuridis

sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Tabanan Nomor 23 Tahun

2010 Pasal 33 maka tugas pokok inspektorat daerah adalah “ membantu Bupati

Tabanan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pembinaan dan

pengawasan internal” diantaranya menyelenggarakan pemeriksaan terhadap

aparatur pemerintahan Kabupaten Tabanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

agar pelaksanaan tugas tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku.

Kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat inspektorat Kabupaten

Tabanan saat ini masih menjadi sorotan, karena masih banyaknya temuan audit

yang tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi

ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pada

tahun 2013 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer

atas hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah Kabupaten Tabanan tahun

anggaran 2012. Temuan Pemeriksaan BPK RI terdiri dari Sistem Pengendalian

Intern 10 temuan dan Kepatuhan 14 temuan senilai Rp2.140.418.029,00. Temuan

pemeriksaan Inspektorat Daerah Kabupaten Tabanan pada tahun yang sama

sejumlah 100 Temuan senilai Rp 97.932.845,00 . Berdasarkan perbandingan

temuan pemeriksaan BPK RI dan Inspektorat Kabupaten Tabanan terhadap

LKPD T.A 2012 dapat disimpulkan secara kuantitas jumlah temuan Inspektorat

Kabupaten Tabanan tinggi namun nilai temuan kerugian negara/daerah yang

2
ditemukan oleh Inspektorat Kabupaten Tabanan masih rendah (jayapos.com).

Hal itu menunjukan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh auditor internal

dalam hal ini Inspektorat Kabupaten Tabanan masih sangat rendah akibat dari

banyaknya temuan audit dari auditor eksternal yang tidak terdeteksi oleh aparat

Inspektorat Kabupaten Tabanan. Suatu sistem yang sebaik apapun akan sia-sia

begitu saja, apabila tidak ditunjang oleh kualitas SDM dalam hal ini seorang

auditor yang memadai khususnya kualitas pribadinya yang terdiri dari potensi

pendidikan, pengalaman, dan pelatihan (Indriasih, 2014) dan diukur dari

pengetahuan, keterampilan dan perilaku (Wyatt dalam Ruki, 2003:106;

Judisuseno, 2008 dan Irwan, 2011). Granof (2001), Boynton et al (2001), Bastian

(2006), Roviyanti (2011) dan Zeyn (2011) juga menegaskan penerapan SAP

melalui pengendalian internal yang efektif oleh aparatur yang memiliki

kompetensi akan menciptakan laporan keuangan yang andal.

Opini disclaimer yang di berikan oleh BPK merupakan tugas

tambahan bagi pihak Inspektorat Tabanan untuk berbenah. Pemerintah

Kabupaten Tabanan berhasil memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) pada laporan keuangan pemerintah daerah tahun anggaran 2016 untuk

ketiga kalinya dari perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Provinsi

Bali. Pemkab Tabanan serta Inspektorat Kabupaten Tabanan selalu berusaha

untuk lebih baik lagi dalam mengelola laporan keuangan dan menghasilkan

kualitas audit (Baliberkarya.com).

Seorang akuntan harus memperhatikan kualitas auditnya, dengan

kualitas audit yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan

3
yang dapat dipercaya oleh pengguna informasi keuangan. Berdasarkan

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor

tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing.

Kualitas audit merupakan keadaan dimana seorang auditor akan menemukan

dan melaporkan ketidaksesuaian terhadap prinsip yang terjadi pada laporan

akuntansi kliennya. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan yang beriorentasi hasil (outcome oriented) dan pendekatan yang

beriorentasi proses (process oriented) (Greg and Graham, 2013).

Rendahnya kualitas audit diduga berhubungan dengan lemahnya

kompetensi dan pengalaman kerja auditor itu sendiri karena terbukti

berdasarkan data karyawan Inspektorat Kabupaten Tabanan sampai dengan

saat ini. Auditor yang berkompetensi memiliki keahlian dan keterampilan yang

cukup dalam melaksanakan audit serta secara hukum memiliki kewenangan

dan hak untuk melaksanakan audit berdasarkan penugasan atau dasar hukum

pendirian organisasi masih kurang. Lemahnya kompetensi auditor dalam

menerapkan SPIP serta SAP diduga sebagai faktor penyebab tidak tercapainya

opini WTP seperti yang ditargetkan pemerintah pusat. Malan (1984)

menyatakan auditor harus kompeten karena untuk mencapai kualitas audit

yang baik, pada pelaksanaannya mendasarkan pada GAO standard yang

membagi Govermental audit menjadi 3 elemen dasar. GAO standard (Malan,

1984) menyatakan bahwa:

1. Financial and compliance yang bertujuan untuk menentukan

apakah operasi keuangan dijalankan dengan baik, apakah

4
pelaporan keuangan dari suatu audit entity disajikan secara wajar

dan apakah entity tersebut telah mentaati hukum dan peraturan

yang ada.

2. Economy dan efficiency, untuk menentukan apakah entity

tersebut telah mengelola sumber-sumber (personnel, property,

space and so forth) secara ekonomis, efisien dan efektif

termasuk sistem informasi manajemen, prosedur administrasi

atau struktur organisasi yang cukup.

3. Program results, menentukan apakah hasil yang diinginkan

atau keuntungan telah dicapai pada kos yang rendah.

Ketiga hal tersebut dijalankan auditor dalam melakukan

pemeriksaan untuk mencapai kualitas audit yang baik. Dan berdasarkan

beberapa pendapat dapat dianggap bahwa kualitas audit yang baik itu

adalah pelaksanaan audit yang mendasarkan pada pelaksanaan Value

For Money (VFM) audit yang dilakukan secara independen, keahlian

yang memadai, judgment dan pengalaman. Maka dari itu, auditor harus

memiliki tanggungjawab dan kompetensi.

Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor

untuk melaksanakan audit dengan benar yang juga bermanfaat untuk

menjaga objektivitas dan integritas auditor. Kompetensi adalah keseluruhan

pengetahuan, kemampuan atau keterampilan dan sikap kerja ditambah atribut

kepribadian yang dimiliki seseorang. Kemampuan auditor untuk menemukan

kesalahan tergantung dari kompetensi auditor (Rosnidah, 2010). Undang-

5
Undang Republik Indonesia No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan

menyebutkan bahwa kompetensi kerja adalah kemampuan setiap individu

yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Hal itu menunjukan bahwa kompetensi

mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh

karyawan dan pimpinan untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran

sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Organisasi akan berkembang dan

mampu bertahan dalam lingkungan persaingan yang kompetitif apabila

didukung oleh karyawan-karyawan yang berkompetensi di bidangnya.

Kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja, siapa yang

berkinerja baik dan kurang baik tergantung kompetensi yang dimilikinya,

diukur dari kriteria atau standar yang digunakan (Linawati dan Suhaji, 2012).

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh

auditor untuk melaksanakan audit dengan benar (Ayuningtyas dkk, 2012).

Menurut Saputra (2016) auditor akan dapat menyelesaikan auditnya secara

efektif jika didukung kemampuan, karena dengan kemampuan maka auditor

dapat mendeteksi kesalahan yang akan berimbas pada kinerja yang semakin

membaik. Sehingga dapat dikatakan ketika auditor memiliki kompetensi dan

kualifikasi yang baik, maka pemahaman yang dimiliki atas suatu laporan

keuangan juga akan lebih baik sehingga auditor dengan cepat akan dapat

menganalisis kesalahan yang terjadi. Alim dkk (2007) melakukan penelitian

dan berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas

audit. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Castellani (2008) yang

6
menemukan bahwa kompetensi berpengaruh secara parsial maupun simultan

terhadap kualitas audit.

Faktor lain yang berpengaruh pada kualitas audit adalah

pengalaman auditor serta fakta yang ada seringnya mutasi di Inspektorat

Kabupaten Tabanan sehingga aparat yang berpengalaman tergantikan oleh

yang kurang berpengalaman. Pengalaman seorang auditor memberikan

pengaruh besar terhadap kualitas audit (Mulyadi, 2002 : 56). Seseorang yang

berpengalaman diartikan sebagai seseorang yang mempunyai pengalaman

dalam melakukan audit atas laporan keuangan yang dilihat dari lama waktu

bekerja, banyaknya penugasan yang dilakukan auditor atau jenis-jenis

perusahaan yang pernah ditangani dan reward yang didapatkan. Triyanto

(2014) menyatakan bahwa seorang auditor harus mempunyai pengalaman

dalam kegiatan auditnya, pendidikan formal dan pengalaman kerja dalam

profesi akuntan merupakan hal penting yang akan saling melengkapi agar

tercapainya hasil kualitas audit yang baik. Pemerintah mensyaratkan untuk

auditor memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai

akuntan dengan reputasi baik di bidang audit, khususnya yang ingin

memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (Triyanto, 2014).

Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam

meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah

diperoleh auditor. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal

auditor yang kemudian diperluas melalui pengalaman-pengalaman dan

selanjutnya dalam praktik audit (Sari, 2011). Pengalaman dapat diperoleh


7
melalui proses bertahap, seperti pelaksanaan tugas-tugas pemeriksaan,

pelatihan ataupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pengembangan

keahlian auditor. Pengalaman juga memberikan dampak pada keputusan yang

diambil merupakan keputusan yang tepat.

Penelitian yang dilakukan Asih (2006), menemukan bahwa

pengalaman auditor baik dari sisi lama bekerja, banyaknya tugas maupun

banyaknya jenis perusahaan yang diaudit berpengaruh positif terhadap

keahlian auditor dalam bidang auditing. Penelitian yang dilakukan oleh

Hanjani (2014) menunjukan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan dan

positif terhadap kualitas audit. Perbedaan hasil penelitian ditemukan Singgih

dan Bawono (2010) yang mengungkapkan bahwa pengalaman kerja auditor

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Kusharyanti (2003) menyebutkan

bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik

atas laporan keuangan. Mereka juga mampu memberi penjelasan yang masuk

akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat

mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari

sistem akuntansi.

Untuk mencapai tujuan organisasi dan karyawan yaitu kualitas

audit yang baik bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, karena

efektivitas seorang pemimpin diukur dari kinerja dan pertumbuhan organisasi

yang dipimpinnya serta kepuasan karyawan terhadap pimpinannya, sehingga

seorang pimpinan harus dapat mempengaruhi bawahannya untuk

melaksanakan tugas yang diperintahkan tanpa paksaan sehingga bawahan


8
secara sukarela akan berperilaku dan berkinerja sesuai tuntunan organisasi

melalui arahan pimpinannya. Gaya kepemimpinan pada dasarnya

menekankan pada pentingnya seorang pemimpin menciptakan visi dan

lingkungan yang dapat memotivasi para bawahan untuk berprestasi

melampaui harapannya (Sina, 2013).

Tintami (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah

proses dimana para pemimpin dan pengikut saling meningkatkan diri ke

moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Gaya kepemimpinan merupakan

norma perilaku yang digunakan seorang manajer pada saat ia mempengaruhi

perilaku bawahannya. Seseorang yang menjalankan fungsi manajemen

berkewajiban mengarahkan karyawan yang dibawahinya agar mereka tetap

melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan

tetap merasa berkewajiban untuk mencapai tujuan organisasi. Secara relatif

ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis,

demokratis dan laissez-faire. Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi sangat

ditentukan oleh kepemimpinan, karena pemimpin bertanggungjawab atas

kegagalan pelaksanaan pekerjaan, sebaliknya kesuksesan dalam memimpin

sebuah organisasi merupakan keberhasilan seseorang memengaruhi orang

lain untuk menggerakkan atau menjalankan visinya, selain itu adanya

koordinasi atau kerjasama yang baik antara pimpinan dan bawahannya.

Fenomena lainnya yang mampu mempengaruhi kualitas audit yaitu

lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan

fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam


9
melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai

keadaaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat

hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha

untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya. Demikian

pula halnya ketika melakukan pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak

dapat dipisahkan dari berbagai keadaan sekitar tempat mereka bekerja, yaitu

lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan, setiap karyawan akan

berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam lingkungan kerja.

Lingkungan kerja sangat berperan penting dalam pengaruh kualitas audit.

Hubungan harmonis dengan sesama auditor dilingkungan kerja dapat

menghasilkan laporan audit yang baik, sehingga dibutuhkan kondisi

lingkungan yang aman dan nyaman. Terciptanya hubungan baik dengan rekan

kerja dapat menimbulkan suasana kerja yang kondusif, serta hubungan kepada

lingkungan dapat menciptakan tata ruang yang nyaman sehingga auditor dapat

bekerja dengan lebih baik. Terdapat tiga indikator yang berpengaruh terhadap

lingkungan kerja menurut Septianto (2010) yaitu suasana kerja, hubungan

dengan rekan kerja, dan tersedianya fasilitas kerja. Setiap karyawan selalu

menginginkan suasana kerja yang menyenangkan, suasana kerja yang nyaman

meliputi cahaya atau penerangan yang jelas, suara yang tidak bising dan tenang,

serta keamanan di dalam bekerja. Karena berawal dari kenyamanan karyawan

tersebut maka dapat meningkatkan semangat kerja dan menghasilkan kualitas

audit yang baik.

10
Fenomena inilah yang telah memotivasi peneliti untuk melakukan

penelitian yang terkait dengan variabel kompetensi, pengalaman kerja, gaya

kepemimpinan dan lingkungan kerja pada kualitas audit di Inspektorat

Kabupaten Tabanan. Penelitian ini merupakan adopsi dari penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2012) yang di mana peneliti mengadopsi dua

variabel independen yaitu, pengalaman kerja dan kompetensi serta variabel

dependen yaitu, kualitas audit. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis

ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Pengaruh Kompetensi,

Pengalaman Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja pada Kualitas

Audit di Inspektorat Kabupaten Tabanan”.

11
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :


1) Apakah kompetensi berpengaruh pada kualitas audit?
2) Apakah pengalaman kerja berpengaruh pada kualitas audit?
3) Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh pada kualitas audit?
4) Apakah lingkungan kerja berpengaruh pada kualitas audit?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :


1) Untuk menguji secara empiris pengaruh kompetensi pada kualitas audit.
2) Untuk menguji secara empiris pengaruh pengalaman kerja pada kualitas

audit.
3) Untuk menguji secara empiris pengaruh gaya kepemimpinan pada

kualitas audit.
4) Untuk menguji secara empiris pengaruh lingkungan kerja pada kualitas

audit

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

mengenai pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, gaya kepemimpinan

dan lingkungan kerja pada kualitas audit. Hal ini didukung dengan

adanya teori keagenan, teori motivasi dan teori atribusi yang menjelaskan

bagaimana hubungan kualitas audit dengan keempat variabel yang ada.

2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi auditor mengenai

pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, gaya kepemimpinan dan

12
lingkungan kerja sehingga auditor menjadi lebih professional dalam

menjalankan tugasnya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Keagenan
Hubungan kontraktual antara principal dan agent merupakan konsep dari

teori agensi. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada

pihak lain yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal

dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).

Contacting theory (Watt dan Zimmerman, 1983) menyatakan bahwa hubungan

antar pihak-pihak dalam perusahaan, pengelola, pemegang saham, kreditur,

pemerintah dan masyarakat akan sulit tercipta dikarenakan oleh kepentingan

yang saling bertentangan. Timbulnya konflik antara manajemen dengan pemilik

disebabkan karena pihak manajemen bertindak memaksimumkan kesejahteraan

mereka dan mengamankan posisi mereka tanpa memperhatikan risiko yang akan

13
terjadi pada stakeholder lainnya. Kepentingan yang berbeda dan saling

bertentangan akan mengarahkan kepada penipuan dan rekayasa sehingga hasil

dari pekerja ataupun kinerja yang dihasilkan dari agent dan principal tidak dapat

dipercaya, sehingga penyatuan visi dan misi sangat diperlukan (Jensen dan

Meckling, 1976).
Jadi teori keagenan dalam kaitannya dengan auditor sebagai pihak ketiga

yang akan membantu mengatasi konflik kepentingan yang akan terjadi antara

principal dan agent, untuk melakukan pengujian maupun pemeriksaan

diharapkan dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan yang

dibuat oleh manajemen. Hal tersebut terjadi pada suatu situasi dimana auditor

yang dapat dipercaya memiliki kepentingan profesional melakukan auditing

sesuai dengan aturan dan kode etik yang telah ditetapkan serta memiliki

kepentingan pribadi dimana auditor bergantung pada manajemen yang membayar

jasa auditnya.
Auditor mempunyai tanggungjawab utama dalam melaksanakan fungsi

pengauditannya terhadap laporan keuangan yang diterbitkan oleh klien agar

memiliki karakteristik reliable dan relevance. Pengguna informasi keuangan

akan mempertimbangkan pendapat auditor sebelum menggunakan informasi

tersebut sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomis. Keputusan

ekonomis pengguna laporan auditor diantaranya adalah memberi kredit atau

pinjaman, investasi, merger, akuisisi, dan lain sebagainya. Pengguna informasi

laporan keuangan akan mempercayai informasi yang disediakan oleh auditor

yang kredibel. Aditor yang kredibel dapat memberikan informasi yang lebih baik

14
kepada pengguna informasi, karena dapat mengurangi asimetris informasi antara

pihak manajemen dengan pihak pemilik.


2.1.2 Teori Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi pula dapat diartikan

sebagai kekuatan seorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan

entuisiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari

dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu

(motivasi ekstrinsik).
Motivasi tiap-tiap individu berbeda karena situasi dan kondisi dari masing-

masing individu pun berbeda. Menurut Widiatami (2013) motivasi merupakan

salah satu faktor yang menentukan kemampuan akademis seseorang. Motivasi

muncul secara internal maupun eksternal tergantung pada kebutuhan dan tujuan.

Semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan

sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kuputusan yang

terjadi pada diri seseorang.


Jadi motivasi membangkitkan tingkah laku dan mengarahkannya pada

tujuan yang sesuai. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ditentukan oleh motivasi

setiap pemimpin terhadap gaya kepemimpinannya kepada karyawannya.

Semakin baik motivasi yang dimiliki, maka semakin baik pula gaya

kepemimpinan yang akan dilakukan oleh setiap pemimpin, karena pemimpin

adalah pemain utama yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi.

2.1.3 Teori Atribusi

15
Teori Atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang

menginterprestasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana,

2010). Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab

perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal

misalnya sifat, karakter, sikap dan lain-lain ataupun faktor eksternal misalnya

tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap

perilaku individu (Ayuningtyas, 2012). Situasi disekitarnya yang menyebabkan

perilaku seseorang dalam persepsi sosial yang disebut dengan dispositional

attributions dan situasional attributions (Gordon and Graham, 2006).

Dispositional attributions atau penyebab internal auditor yang mengacu pada

aspek perilaku individu yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian,

persepsi diri, kemampuan, motivasi sedangkan situasional attributions atau

penyebab eksternal yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat

mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai-nilai sosial dan pandangan

masyarakat.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori atribusi karena peneliti

ingin mengetahui dampak lingkungan kerja terhadap kualitas audit. Lingkungan

kerja auditor merupakan penentu terhadap kualitas audit yang dilakukan karena

suatu faktor eksternal yang dapat mendorong seorang auditor untuk melakukan

suatu aktivitas.

2.1.4 Pengertian Auditing

16
Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk

menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria

yang telah ditetapkan (Meylinda dan Budiartha, 2015).Tujuan akhir dari proses

auditing ini adalah menghasilkan laporan audit, laporan audit inilah yang

digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya

kepada pemakai laporan keuangan . Menurut Mulyadi (2014:9), mendefinisikan

auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan

untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan.

Mulyadi (2014:30) menyatakan pada umumnya pengauditan

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :

1) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor

independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya

untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

tersebut.

2) Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah

yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit

kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang

membuat kriteria.

17
3) Audit Operasional

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan

organisasi atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan

untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk

peningkatan dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan

lebih lanjut.

2.1.5 Tipe Auditor

Mulyadi (2014:28) menyatakan tipe auditor dikelompokkan menjadi tiga

golongan yaitu :

1) Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan

jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas

laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi

keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan

instansi pemerintah.

2) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi

atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang

ditunjukan kepada pemerintah.

18
3) Auditor Intern

Audit intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan dalam

perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan

dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,

menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan

organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan

organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh

berbagai bagian organisasi.

2.1.6 Kualitas Audit

Menurut Enofe, et al., (2013), audit merupakan pemeriksaan audit

independen atas laporan keuangan suatu perusahaan yang telah dipersiapkan oleh

manajemen perusahaan. Simanjuntak (2008) mendefinisikan kualitas audit

sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan

melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien.

Kemampuan untuk menemukan salah saji material dalam laporan keuangan

perusahaan tergantung dari keahlian auditor sedangkan kemauan untuk

melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya.

Deis dan Giroux (1992) meneliti empat hal yang dianggap memiliki

hubungan dengan kualitas audit yaitu :

1) Lama waktu auditor melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan.

Semakin lama auditor melakukan audit pada klien yang sama maka

kualitas audit yang dihasilkan semakin rendah.

19
2) Jumlah klien. Semakin banyak klien maka kualitas audit yang

dihasilkan semakin baik karena dengan jumlah klien yang banyak maka

auditor akan berusaha menjaga reputasinya.

3) Kondisi keuangan klien. Semakin baik kondisi keuangan klien maka

klien cenderung akan menekan auditor agar tidak mengikuti standar

dan prosedur.

4) Review oleh pihak ketiga. Apabila auditor mengetahui hasil auditnya

akan diperiksa oleh pihak ketiga maka kualitas audit yang dihasilkan

akan meningkat.

Kane (2005) mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor

eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk

penyimpangan lainnya. Parasuraman, et al., (1985), menyatakan bahwa terdapat

dua atribut utama yang mempengaruhi kualitas, yaitu expected service dan

perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah memenuhi

dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan,

begitu juga dengan jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka

kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.

Kualitas audit dapat dilihat dari kualitas keputusan-keputusan yang

diambil. Menurut Bedard dan Michelene (1993) ada dua pendekatan yang

digunakan yaitu outcome oriented dan process oriented. Pendekatan outcome

oriented digunakan jika solusi sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah

pekerjaan sudah dapat dipastikan. Untuk menilai kualitas keputusan yang akan

diambil dapat dilakukan dengan cara membandingkan solusi atau hasil yang

20
dicapai dengan standar hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan

pendekatan process oriented digunakan jika solusi sebuah permasalahn atau hasil

yang digunakan dari sebuah pekerjaan sulit untuk dipastikan. Maka untuk

menilai kualitas keputusan yang akan diambil auditor dapat dilihat dari kualitas

tahapan atau proses yang telah ditempuh auditor selama menyelesaikan

pekerjaan dari awal hingga menghasilkan sebuah keputusan.

Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika

memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Laporan audit yang

baik dan menghasilkan kualitas audit yang memuaskan apabila seorang akuntan

publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya dengan memegang

prinsip-prinsip profesi. Menurut Mulyadi (2014:54) ada delapan prinsip yang

harus dipatuhi akuntan publik adalah :

1) Tanggungjawab profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional , setiap

anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam segala kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam

kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik

dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3) Integritas

21
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap

anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan

integritas setinggi mungkin.

4) Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan kewajiban jasa profesionalnya

dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai

kewajiban untuk memperhatikan pengetahuan dan keterampilan

profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa

klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional

yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik

yang mutakhir.

6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperoleh selama melakukan jasa profesionalnya dan tidak boleh

memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan

berdasarkan hukum untuk mengungkapkannya.

7) Perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi

profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang mendiskreditkan profesi.

22
8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar

teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya

dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut

sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Kemampuan menemukan penyelewengan yang ada pada sistem akuntansi

klien berdasarkan atas keahlian (kompetensi) auditor. Hal tersebut berpengaruh

langsung terhadap kualitas audit. Agar laporan audit yang dihasilkan auditor

berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional

(Josoprijonggo, 2005). Berdasarkan pengertian kualitas audit diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kualitas audit adalah segala kemungkinan auditor pada saat

mengaudit menemukan pelanggaran dan ketidaksesuaian dalam sistem akuntansi

klien dan melaporkannya pada laporan keuangan auditan, dimana dalam

melaksanakan audit, auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik

akuntan publik yang relevan.

2.1.7 Kompetensi

Dalam melaksanakan proses audit, seorang auditor harus memiliki mutu

personal yang baik, memiliki pengetahuan yang memadai, serta memiliki

keahlian khusus dalam bidangnya sehingga informasi yang disampaikan auditor

tidak bersifat menyimpang dari kenyataan. Kompetensi yang dibutuhkan dalam

melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan. Auditor harus memiliki

23
pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, selain itu kemampuan

teamwork juga harus dimiliki auditor dalam menganalisis suatu permasalahan.

Ardani (2010) mengatakan auditor sebagai ujung tombak fungsi

pemeriksaan harus memiliki tingkat kemampuan, keahlian pengalaman yang

dicerminkan dari kompetensi. Saputra (2016) mengatakan seorang auditor akan

dapat menyelesaikan auditnya secara efektif jika didukung kemampuannya,

karena dengan kemampuannya maka seorang auditor akan dapat mendeteksi

kesalahan yang terjadi. Adapun secara umum ada lima pengetahuan yang harus

dimiliki oleh seorang audior. Kusharyanti (2003) menjelaskan bahwa

pengetahuan terbagi menjadi :

1) Pengetahuan pengauditan umum

2) Pengetahuan area fungsional

3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru

4) Pengetahuan mengenai industri khusus

5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah

Auditor mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan

pengguna jasa. Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh

auditor untuk melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Kompetensi

berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil

dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,

seminar dan simposium (Suraida, 2005).

24
Peraturan pemerintah No. Kep/005/aaipudpn/2014 tentang pemberlakuan

kode etik auditor intern pemerintah Indonesia, standar audit intern pemerintah

Indonesia dan pedoman telah sejawat auditor intern pemerintah Indonesia Dewan

Pengurus Nasional (DPN) Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)

menyebutkan, Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) harus memiliki

kriteria tertentu dari kualifikasi pendidikan formal auditor, kriteria tersebut harus

dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi kondisi auditee,

auditor harus memiliki kompetensi umum, kompetensi teknis audit intern dan

kompetensi kumulatif, auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional

auditor (JFA) dan/atau sertifikasi lain dibidang pengawasan intern pemerintah,

auditor mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan, pimpinan

APIP dapat menggunakan tenaga ahli apabila auditor tidak mempunyai keahlian

yang diharapkan untuk melaksanakan penugasan audit intern, dalam hal tenaga

ahli tanggung jawab auditor terbatas kepada simpulan dan fakta atas hasil audit

intern.

Pernyataan standar umum pertama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

(SKPN) adalah pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional

yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Dengan pernyataan

standar pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggungjawab untuk

memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa harus

memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan

evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam

mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai.

25
2.1.8 Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu cara pembelajaran formal dan non

formal yang baik bagi auditor untuk menjadikan auditor kaya akan teknik audit.

Menurut Horngren (2001) Pengalaman auditor merupakan ukuran tentang lama

waktu dan masa kerjanya yang telah dilalui seseorang dalam memahami tugas-

tugas pekerjaannya dengan baik. Sesuai dengan standar umum dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyebutkan bahwa seorang auditor

diisyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang

ditekuninya serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman

dalam industri-industri yang mereka audit (Alvin, et al., 2011)

Pengalaman juga terkait dengan masa kerja seorang akuntan publik,

semakin lama rentan waktu masa kerja akuntan publik juga berpengaruh terhadap

setiap keputusan yang diambil oleh akuntan publik terhadap temuan-temuan

kesalahan atau penyimpangan laporan keuangan. Hal itu mengindikasikan

semakin lama masa kerja seorang akuntan publik, maka akan semakin baik pula

kualitas audit yang dihasilkan.

Pengalaman dalam praktik audit juga merupakan salah satu indikator untuk

membuktikan keahlian atau profesionalisme seorang akuntan publik, karena

apabila tidak berpengalaman maka berpeluang melakukan atribusi kesalahan

lebih besar dibandingkan dengan akuntan publik yang lebih berpengalaman.

Akan tetapi masa kerja yang belum lama tidak juga menjamin kualitas audit yang

dihasilkan tidak berkualitas terutama pada akuntan junior, hal ini dapat terjadi

jika pelaksanaan tugasnya disupervisi oleh seniornya. Namun pada intinya secara

26
umum masa kerja atau pengalaman kerja yang cukup sangat berpengaruh pada

kualitas audit yang dihasilkan.

2.1.9 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan

menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, ketrampilan, sifat dan

sikap yang mendasari perilaku seseorang. Gaya kepemimpinan menunjukkan

secara langsung maupun tidak langsung tentang keyakinan seorang pemimpin

terhadap kemampuan bawahannya. Artinya, gaya kepemimpinan adalah perilaku

dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, sikap yang

sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja

bawahannya. Penerapan gaya kepemimpinan antara satu organisasi dengan

organisasi yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi organisasi dan pola

kerja anggota organisasi, sehingga dalam penerapnnya gaya kepemimpinan ini

akan meningkatkan kualitas audit para auditor.

Ada beberapa pengertian gaya kepemimpinan menurut para ahli. Gaya

kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi

orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau

melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi meskipun

secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Trisnaningsih, 2007).

Sedangkan gaya kepemimpinan menurut pendapat Kartini (2005) mendefinisikan

bahwa gaya kepemimpinan adalah pola-pola perilaku yang diterapkan seorang

pemimpin dalam bekerja dengan melalui orang lain seperti dipersepsikan orang-

27
orang. Pola perilaku kosisten yang dimaksud adalah pola-pola yang timbul pada

diri orang-orang pada waktu mereka mulai memberikan tanggapan dengan cara

yang sama dalam kondisi yang serupa dan pola itu membentuk kebiasaan

tindakan yang setidaknya dapat diperkirakan bagi mereka yang bekerja. Umam

(2010) dalam matriknya, ia menggambarkan lima gaya kepemimpinan, yaitu:

gaya autokratis, gaya birokratis, gaya diplomatis, gaya partisipatif dan gaya free

rein leader. Gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin dapat

memberikan pengaruh dalam menanamkan kedisiplinan bekerja kepada para

auditor sehingga dapat mempengaruhi kreatifitas kinerja auditor dalam

melaksanakan tugasnya sebagai anggota organisasi.

2.1.10 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik secara

fisik maupun non fisik yang dapat memberikan kesan menyenangkan,

mengamankan dan menentramkan. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan

membuat karyawan merasa nyaman dalam bekerja. Kesan yang nyaman akan

lingkungan kerja di mana karyawan tersebut bekerja akan mengurangi kejenuhan

dan kebosanan dalam bekerja. Kenyamanan tersebut tentunya akan berdampak

pada peningkatan kualitas audit. Sebaliknya, ketidaknyamanan dari lingkungan

kerja yang dialami oleh karyawan bisa berdampak menurunnya hasil kinerja

karyawan dalam menghasilkan kualitas audit yang baik.

Lingkungan kerja secara umum merupakan lingkungan dimana pekerja

melaksanakan tugas pekerjaannya, dan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik.

Lingkungan kerja fisik meliputi: pengelolaan gedung atu tata ruang kerja,

28
penerangan, temperatur, kebersihan, kebisingan suara, kerindangan halaman,

warna dinding, kelengkapan kerja atau fasilitas kerja, keamanan dan

kenyamanan, dan lain sebagainya yang dapat dilihat secara fisik. Sedangkan

lingkungan kerja non fisik adalah meliputi: suasana kerja, hubungan dengan

sesama karyawan, hubungan dengan pemimpin, organisasi karyawan dan klien.

Menurut Robbins (2008) bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu

yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja merupakan sesuatu

yang ada disekitar para pekerja/karyawan yang dapat mempengaruhi kepuasan

kerja karyawan dalam melaksankan pekerjaannya sehingga akan diperoleh hasil

kerja yang maksimal, dimana dalam lingkungan kerja tersebut terdapat fasilitas

kerja yang mendukung karyawan dalam penyelesaian tugas yang dibebankan

kepada karyawan guna meningkatkan kerja karyawan dalam suatu perusahaan.

Setiap karyawan selalu menginginkan suasana kerja yang menyenangkan,

suasana kerja yang nyaman meliputi cahaya atau penerangan yang jelas, suara

yang tidak bising dan tenang, serta keamanan di dalam bekerja. Karena berawal

dari kenyamanan karyawan tersebut maka dapat meningkatkan semangat kerja.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam suatu

organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis di antara rekan kerja.

Hubungan rekan kerja yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Selain itu juga tersedianya

fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu

penunjang proses kelancaran dalam bekerja. Dengan lingkungan kerja yang

29
menyenangkan diharapkan karyawan cenderung akan bekerja dengan sikap

disiplin yang tinggi dari kemungkinan terjadi pelanggaran peraturan yang dapat

terjadi, semangat kerja yang meningkat pula, serta memiliki rasa tanggung jawab

terhadap tugas pekerjaannya dan merasa tidak ada yang mengganggu dalam

pelaksanaan tugas tersebut (Suprayitno, 2007)

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif. Sugiyono (2016) menyatakan

bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji kemampuan

kompetensi, pengalaman kerja, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja pada

kualitas. Gambar 2.1 menjelaskan tentang hubungan variabel independen dengan

variabel dependennya.

Kompetensi (X1)
(+)

(+)
Pengalaman Kerja (X2)

(+) Kualitas Audit (Y)

Gaya Kepemimpinan (X3) (+)

30
Lingkungan Kerja (X4)

Sumber : Data diolah, 2018

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Kompetensi pada Kualitas Audit

Teori yang digunakan untuk variabel kompetensi yaitu teori keagenan yang

menjelaskan bahwa adanya hubungan kontraktual antara principal atau klien

dengan agent atau auditor sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang baik.

Semakin baik kompetensi yang dimiliki oleh auditor maka semakin rendah biaya

yang akan digunakan dan semakin rendah pula biaya yang akan dikeluarkan oleh

klien untuk memperoleh kualitas audit yang baik. Jadi teori keagenan dalam

kaitannya dengan kompetensi pada kualitas audit dapat menghasilkan sesuatu

yang efisien. Teori ini mendukung penelitian tentang kompetensi yang dilakukan

oleh Ramadhanis (2012). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditnya. Penelitian

Efendy (2010) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap

kualitas audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Penelitian

yang dilakukan Anugerah dan Akbar (2014) menunjukkan bahwa kompetensi

31
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Seorang auditor mempunyai

kompetensi baik dari segi pengetahuan audit dan akuntansi, karena auditor yang

memiliki pengetahuan tinggi akan mempunyai pandangan lebih luas mengenai

berbagai hal serta melakukan tugasnya secara efisien, sehingga akan

meningkatkan kualitas auditnya. Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas,

maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H1 : Kompetensi berpengaruh positif pada kualitas audit

2.3.2 Pengaruh Pengalaman Kerja pada Kualitas Audit

Teori yang digunakan untuk variabel pengalaman kerja yaitu teori

keagenan yang menjelaskan bahwa adanya hubungan kontraktual antara

principal atau klien dengan agent atau auditor sehingga dapat menghasilkan

kualitas audit yang baik. Semakin lama pengalaman kerja yang dimiliki oleh

auditor maka semakin luas pengetahuannya tentang kualitas audit, sehingga

dapat bekerja secara efisien. Jadi teori keagenan dalam kaitannya dengan

pengalaman kerja pada kualitas audit dapat menghasilkan sesuatu yang efisien.

Penelitian Alim dkk (2007) menyatakan bahwa semakin lama masa kerja dan

pengalaman yang dimiliki auditor akan semakin baik dan meningkat pula

kualitas audit yang dihasilkan. Hasil penelitian Sukriah, dkk (2009)

menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas

hasil pemeriksaan. Didukung pula dengan penelitian Indah (2010) menyatakan

bahwa pengalaman dalam melakukan audit mempunyai dampak signifikan

terhadap kualitas audit. Pengalaman kerja merupakan lama kerja pengawas intern

32
pada perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja

seorang auditor maka semakin meningkat kualitas auditnya. Berdasarkan teori

dan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :

H2 : Pengalaman Kerja berpengaruh positif pada kualitas audit

2.3.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan pada Kualitas Audit

Teori yang digunakan untuk variabel gaya kepemimpinan yaitu teori

motivasi yang menjelaskan bahwa kekuatan seorang yang dapat menimbulkan

tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik

dari dalam diri maupun dari luar individu. Teori motivasi dapat membangkitkan

tingkah laku dan mengarahkannya pada tujuan yang sesuai oleh seorang

pimpinan dengan gaya kepemimpinan transformasional di Inspektorat kepada

auditor atau bawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan yang telah diberikan.

Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan terlibat langsung dalam proses

termasuk dalam hal membantu auditor untuk berhasil menyelesaikan tugas

mereka menghasilkan kualitas audit yang baik. Pemimpin cenderung memiliki

semangat yang positif untuk para bawahannya sehingga semangatnya tersebut

berpengaruh pada anggotanya untuk lebih energik. Jadi teori motivasi dalam

kaitannya dengan gaya kepemimpinan pada kualitas audit adalah dapat

menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang diinginkan. Hasil penelitian

Utami (2010), Sina (2013) dan Surbakti (2013) menyatakan bahwa kualitas

kinerja karyawan semakin meningkat jika seorang pemimpin memiliki gaya

kepemimpinan yang baik. Kemudia Adeyeme dan Fagbemi (2010)

kepemimpinan memiliki dampak positif pada kinerja auditor. Dapat disimpulkan

33
adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kualitas audit, bahwa

seorang auditor yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki cara

memimpin dengan baik dan disukai oleh bawahannya maka dia akan merasa

senang dalam bekerja sehingga kinerja akan meningkat dan menghasilkan

kualitas audit yang baik. Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas, maka

dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H3: Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif pada kualitas audit

2.3.4 Pengaruh Lingkungan Kerja pada Kualitas Audit

Teori yang digunakan untuk variabel lingkungan kerja yaitu teori atribusi

yang menjelaskan bahwa seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain

atau dirinya sendiri yang akan ditentukan dari internal ataupun eksternal. Pada

lingkungan kerja digunakan faktor eksternal dari teori atribusi, karena membahas

mengenai pengaruh lingkungan kerja seperti tekanan situasi atau keadaan,

lingkungan sekitar, kondisi kebersihan kantor dan lainnya. Semakin baik

lingkungan kerja yang dimiliki maka semakin baik pula pelaksanaan kerja

auditor untuk menghasikan kualitas audit. Jadi teori atribusi dalam kaitannya

dengan lingkungan kerja pada kualitas audit dapat menghasilkan suatu pekerjaan

yang efisien dari seorang auditor. Menurut Sedarmayanti (2011) menyatakan

bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang

dihadapi lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya,

serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Sedangkan menurut Nitisemito (2012) lingkungan kerja adalah segala sesuatu

34
yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat memengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, pencahayaan

dan sebagainya. Septianto (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terbentuknya lingkungan kerja adalah cahaya atau penerangan,

suhu udara, suara bising, keamanan kerja, serta hubungan karyawan. Lingkungan

kerja yang menyenangkan bagi karyawan melalui pengikatan hubungan yang

harmonis dengan atasan, rekan kerja, maupun bawahan, serta didukung oleh

sarana dan prasarana yang memadai yang ada di tempat bekerja akan membawa

dampak yang positif bagi karyawan, sehingga kinerja karyawan dapat

meningakat. Dalam menjalankan prosedur ini tentunya lingkungan kerja sangat

berpengaruh dalam kualitas audit. Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas,

maka dapat ditarik hipotesis sebagi berikut:

H4: Lingkungan Kerja berpengaruh positif pada kualitas audit

35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk

melaksanakan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kompetensi,

pengalaman kerja, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja pada kualitas audit.

Penelitian ini menggunakan jumlah auditor yang terdapat di Inspektorat

Kabupaten Tabanan sebagai populasi dalam penelitian ini. Lokasi penelitian ini

dilakukan di Inspektorat Kabupaten Tabanan. Waktu Penelitian ini yaitu tahun

2018. Populasi penelitian ini yaitu auditor, tidak dibatasi oleh jabatannya sebagai

auditor yaitu senior auditor, junior auditor, dan lain-lain.

Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Purposive

sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria

tertentu. Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari kuisioner

36
yang akan dibagikan kepada responden dan data sekunder yang diperoleh secara

tidak langsung seperti daftar nama-nama auditor di Inspektorat Kabupaten

Tabanan. Data yang diperoleh kemudian akan diolah menggunakan alat statistik

SPSS untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. Variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan menjadi beberapa item pertanyaan

dalam instrumen penelitian. Data yang terkumpul dari kuisioner akan dilanjutkan

dengan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis yang dilakukan adalah

regresi linear berganda. Berdasarkan uraian tersebut, akan terlihat bagaimana

kompetensi, pengalaman kerja, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja pada

kualitas audit yang kemudian akan diambil kesimpulan berdasarkan data yang

telah diperoleh. Skema desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti merumuskan desain penelitian

sebagai berikut :
Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja, Gaya Kepemimpinan dan
Lingkungan Kerja pada Kualitas Audit di Inspektorat Kabupaten Tabanan

Tujuan Penelitian:
Untuk menguji secara empiris pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, gaya
kepemimpinan dan lingkungan kerja pada kualitas audit

Kajian Teoritis: Kajian Empiris:

1. Teori Keagenan 1. Alim dkk (2007)


2. Pengertian Auditing 2. Nila (2014)
3. Tipe Auditor 3. Mulyadi (2014)
4. Kualitas Audit 4. Aprianti (2010)
5. Kompetensi 5. Irawati (2011)
6. Pengalaman Kerja 6. Ayuningtyas (2012)
7. Gaya Kepemimpinan 7. Utami (2010)
8. Lingkungan Kerja 8. Sedarmayanti (2011)

Variabel Penelitian :
Kualitas Audit (Y), Kompetensi (X1), Pengalaman Kerja (X2),
Gaya Kepemimpinan (X3) , Lingkungan Kerja (X4)

37
Hipotesis Penelitian

Pengujian Statistik

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran

Sumber : Data diolah, 2018

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Kabupaten Tabanan. Inspektorat

Tabanan terletak di Jalan Pahlawan Nomor 19, Tabanan.

3.3 Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah suatu sifat dari obyek yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian memperoleh kesimpulan (Sugiyono,

2016). Obyek pada penelitian ini adalah kualitas audit di Inspektorat Kabupaten

Tabanan.

3.4 Identifikasi Variabel

3.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2016:63) variabel dependen adalah tipe

variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel

dependen adalah variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variabel).

Variabel dependen juga dapat disebut sebagai variabel yang mendahului

38
(consequent variable). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas

Audit (Y).

3.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2016:63) variabel independen adalah

tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel

independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab

(presumed cause variabel) dari variabel dependen. Variabel independen juga dapat

disebut sebagai variabel yang mendahului (antecedent variable). Variabel bebas

(X) dalam penelitian ini adalah kompetensi (X1), pengalaman kerja (X2), gaya

kepemimpinan (X3), dan lingkungan kerja (X4).

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel penelitian merupakan penentuan construct

dengan berbagai nilai untuk memberikan gambaran mengenai fenomena sehingga

dapat diukur. Berdasarkan pokok permasalahan yang diteliti, terdapat beberapa

variabel yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu :

1) Kompetensi (X1)

Kompetensi auditor merupakan kemampuan auditor untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit

sehingga auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat, intuitif,

dan objektif. Kompetensi merupakan salah satu faktor utama yang harus

dimiliki sebagai auditor, karena dengan kompetensi yang dimiliki

seorang auditor memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat

diselesaikan dengan baik dan maksimal. Indikator dalam variabel

39
kompetensi adalah mutu personal dan pengetahuan umum dengan 6 item

pernyataan (Efendy, 2010).

2) Pengalaman Kerja (X2)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1997) pengalaman adalah

yang pernah dialami (dijalani, dirasakan, ditanggung dan sebagainya).

Syarat untuk menjadi seorang auditor adalah harus memiliki latar

belakang pendidikan formal akuntansi dan auditing serta berpengalaman

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang auditing

(Meidawati, 2001). Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel

pengalaman audit adalah lamanya bekerja dan banyaknya tugas

pemeriksaan dengan total 6 item pernyataan.

3) Gaya Kepemimpinan (X3)

Gaya Kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk

mempengaruhi di dalam mengatur dan mengkoordinasikan bawahan

dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang efektif. Variabel gaya

kepemimpinan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

instrumen yang dikembangkan oleh Gibson (1996). Indikator yang

digunakan adalah konsiderasi dan inisiatif dengan total 6 item

pernyataan.

4) Lingkungan Kerja (X4)

Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu di sekitar karyawan yang

dapat mempengaruhi dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembankan

padanya (Logahan, 2009). Penciptaan lingkungan kerja yang

40
menyenangkan dan dapat memenuhi kebutuhan karyawan akan

memberikan rasa puas dan mendorong semangat kerja mereka. Karena

berawal dari kenyamanan karyawan dalam bekerja, hubungan yang baik

dengan rekan kerja, serta tersedianya fasilitas kerja maka dapat

meningkatkan semangat kerja (Septianto, 2010). Indikator lingkungan

kerja dalam penelitian ini adalah suasana kerja dan hubungan dengan

rekan kerja dengan total 6 item pernyataan.

5) Kualitas Audit (Y)

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai

kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan

pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian

auditor. Penelitian ini menggunakan kuisioner pada penelitian Junanta

(2015) untuk mengukur kualitas audit yang terdiri dari 6 item

pernyataan. Indikator yang digunakan pada variabel ini antara lain

kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit dan kualitas laporan hasil

audit.

3.6 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi

41
dalam penelitian ini adalah jumlah staf auditor dan staf jabatan fungsional auditor

sebanyak 53 orang yang ada di Kantor Inspektorat Kabupaten Tabanan

Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan

sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud adalah:

1) Auditor yang memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun sebagai seorang

auditor

2) Auditor yang mempunyai sertifikat jabatan fungsional auditor (JFA)

dan/atau sertifikat lain dibidang pengawasan intern pemerintah di

Inspektorat Kabupaten Tabanan

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Skala Pengukuran

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan

instrumen kuesioner, yaitu dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2016). Kuesioner

yang disebarkan berupa daftar pernyataan tertulis kepada responden mengenai

kompetensi, pengalaman kerja, gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan kualitas

audit.

Masing-masing variabel tersebut disiapkan dengan jumlah pernyataan

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini diukur dengan skala likert 5 poin. Adapun kriteria penentuan skor

untuk masing–masing pernyataan adalah sebagai berikut :

42
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Netral (N)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

3.8 Jenis dan Sumber Data

3.8.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka (Sugiyono, 2016). Data

kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah angka-angka dalam

kuisioner yang akan di sebar untuk auditor di Inspektorat Kabupaten Tabanan.

Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan

gambar (Sugiyono, 2016). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah jumlah

auditor di Inspektorat Kabupaten Tabanan.

3.8.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer

merupakan data yang diperoleh langsung memberikan data kepada pengumpul

data (Sugiyono, 2016). Data primer dalam penelitian ini yaitu berupa pernyataan

responden dalam menjawab kuesioner. Data sekunder yaitu data yang diperoleh

secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalkan lewat

43
orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2016). Data sekunder dalam penelitian

ini berupa jumlah auditor di Inspektorat Kabupaten Tabanan.

3.9 Uji Instrumen Penelitian

Data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian

karena menggambarkan variabel yang diteliti, sehingga benar atau tidaknya data

sangat menentukan kualitas hasil suatu penelitian. Benar atau tidaknya data

tergantung dari instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen

yang baik harus memenuhi persyaratan yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2016).

Uji instrumen dalam penelitian ini dilakukan kepada 30 orang mahasiswa

akuntansi yang telah menempuh mata kuliah audit dan telah lulus mata kuliah

tersebut.

3.9.1 Uji Validitas

Pengujian validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2016). Suatu

data instrumen dikatakan valid jika nilai r pearson correlation terhadap skor total

diatas 0,30 (Sugiyono, 2016).

3.9.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas atau keandalan instrumen adalah sejauh mana suatu

pengukuran dapat memberikan hasil yang konsisten bila dilakukan pengukuran

kembali terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama (Sugiyono, 2016).

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan cronbach’s alpha lebih besar

dari 0,70 maka instrumen yang digunakan dikatakan reliabel (Ghozali, 2013:48).

44
3.10 Teknik Analisis Data

.Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linear berganda yang pada dasarnya merupakan ekstensi dari metode

regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan

skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear (Indriantoro

dan Supomo, 2016:211).

3.10.1 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk keperluan analisis agar variabel yang

dioperasikan memenuhi persyaratan sehingga tidak menimbulkan hasil yang bias

dalam pengujian. Pada penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji

normalitas dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini

dilakukan dengan bantuan program Stastistival Product and Service Solutions

(SPSS)
1) Uji Normalitas

Ghozali (2016: 157) mengatakan uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel terikat (dependent) dan variabel bebas

(independent) memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah

jika distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah

data terdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan uji statistik non-

parametrik Kolmogrof-Smirnov (K-S). Pada uji statistik one sample

Kolmogrof-Smirnov dapat dilihat probabilitas signifikan terhadap variabel.

45
Jika probabilitas signifikan di atas 0,05 maka variabel tersebut terdistribusi

secara normal.
2) Uji Multikolinearitas
Ghozali (2016: 144) mengatakan uji multikolinearitas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi menunjukkan korelasi antara variabel

independen. Korelasi negatif antar variabel independen menunjukkan bahwa

model regresi baik. Uji multikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan

Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Cut off atau batasan

yang digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas yaitu sebagai

berikut:
1) Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.


2) Jika nilai tolerance < 10 persen, dan nilai VIF > 10, maka dapat

disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel

independen dalam model regresi.

3) Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2016: 134) mengatakan uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi linear terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari

residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas

dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedasitas atau yang tidak terjadi heteroskedasitas. Uji Glejser

adalah uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam model

regresi yaitu dengan cara meregresi nilai absolute residual dari model yang

diestimasi terhadap variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap

46
absolute residual atau nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka tidak

terjadi gejala heteroskedastisitas.

3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda


Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linear berganda yang pada dasarnya merupakan ekstensi dari metode

regresi dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan

skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear (Indriantoro

dan Supomo, 2016:211). Model regresi linear berganda dengan persamaan sebagai

berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ɛ........................(1)
Keterangan :

Y = Kualitas Audit
X1 = Kompetensi
X2 = Pengalaman Kerja
X
3.10.3 3Uji Kelayakan= Gaya
ModelKepemimpinan
(Uji F)
X4 = Lingkungan Kerja
β1Uji
, β2keterandalan
, β3, β4 = Koefisien regresi
model atau uji variabel
kelayakanX1model
, X2, X3,atau
X4 yang lebih populer
ɛ = Eror
disebut sebagai uji F (ada juga yang menyebutnya sebagai uji simultan model)

merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak

atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang diestimasi layak

digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel

terikat. Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti distribusi F yang

kriteria pengujiannya seperti One Way Anova.

Pengunaan software SPSS memudahkan penarikan kesimpulan dalam uji

ini. Apabila nilai prob. F lebih kecil dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05

47
(yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang

diestimasi layak.

3.10.4 Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa besar

variabel bebas mampu menjelaskan perubahan variabel terikatnya. Dalam

penelitian ini koefisien determinasi dilihat melalui nilai adjusted R2. Adjusted

R2digunakan ketika variabel independen dalam penelitian berjumlah lebih dari

satu. Alasan digunakannya nilai Adjusted R2 dibandingkan nilai R Square karena

penggunaan R Square memiliki kelemahan mendasar dimana sering terjadi bias

terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah

variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen,

sedangkan nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013:97).

3.10.5 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat melalui bantuan program SPSS.

Adapun kriteria pengujiannya adalah dengan membandingkan tingkat signifikansi

variabel bebas dengan taraf signifikansinya sebesar 0,05. Dasar pengambilan

keputusan digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut.

48
1) Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka H 0 diterima (koefisien regresi tidak

signifikan). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut

tidak berpengaruh pada variabel dependen


2) Jika nilai signifikansi t ≤ 0,05 maka H0 ditolak (koefisien regresi signifikan).

Hal ini berarti secara parsial variabel independen tersebut berpengaruh pada

variabel dependen.

DAFTAR RUJUKAN

49
Alim, M.N., T. Hapsari., L. Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
variabel moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli.
Makasar.
Alvin. A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Amir Abadi Jusuf. (2011).
Audit dan Jasa Assurance:Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia).
Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Anugerah, Rita dan Sony Harsono Akbar. 2014. Pengaruh Kompetensi,


Kompleksitas Tugas dan Skeptisme Profesional Terhadap Kualitas Audit.
Jurnal Akuntansi. Volume 2 Nomor 2 April 2014: 139-148 ISSN 2337-
4314.

Ardani, Mutia Jati. 2010. Pengaruh Independensi, Kompetensi, Dan Sensitivitas


Etika Profesi Terhadap Produktivitas Kerja Auditor Eksternal. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Akuntansi, Vol.5 No.2, Hal: 23-55.

Asih. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dibidang Auditing di


Kantor Akuntan Publik (KAP) Propinsi Jawa Barat. Tesis S2 Program
Pascasarjana UI, Jakarta.

Ayuningtyas. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,


Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Audit.Universitas
Diponegoro Semarang

Bawono, I.R. dan Elisha Muliani Singgih. 2010. Faktor-faktor dalam Diri Auditor
dan Kualitas Audit: Studi pada KAP ‘Big Four’ di Indonesia.

Bb. Tim Audit BPK Selesai Periksa LKPD Kabupaten Tabanan.


https://baliberkarya.com/index.php/read/2017/05/16/201705160013/TIM
-Audit-BPK-Selesai-Periksa-LKPD-Kabupaten-Tabanan.html. Diakses
23 Januari 2018

Bedard, Jean dan Michelene Chi T. H. 1993. Expertise in Auditing. Journal of


Accounting Practice & Theory 12: 21-45.

Bodie.Z, Kane.A and Marcus A.Z. 2005. Investment. Sixth Edition, McGraw
Hill, New York

Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi Dan Indepedensi Auditor Pada


Kualitas Audit. Trikonomika Vol. 7, No.2 Desember

De Angelo, L. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and
Economics, halaman 113-127.

Desyani dan Ratnadi. 2006. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Dan


Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan
Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat Di

50
Kabupaten Badung.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana, Denpasar.

Deis, D.R. & Giroux, G.A. 1992. Determinants of Audit Quality in the Public
Sector. The Accounting Review, 67, 3, 462-479

Efendy, M. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi,dan Motivasi


Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah. Tesis. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro,
Semarang.

Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory : An. 1: 57 -74

Elfarini, Cristina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor


Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi UNNES.

Enofe, et al, 2013, Audit Quality and Auditors Assesment and Review,
Academy of Management Review. Vol. 14, No Independence in
Nigeria: An Emprical Evaluation. Research Journal of Finance and
Accounting, University of Benin.

Falah, S, 2005. Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika terhadap
Sensitivitas Etika. Tesis S2 Program Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
21. Edisi 7. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Greg Jones and Graham Bowrey. 2013. Local Council Governance and Audit
Committees – the Missing Link. Journal of New Business Ideas and
Trends. 11 (2): h: 58-66

Hanjani, Andreani. 2014. Pengaruh Etika auditor, pengalaman auditor, fee audit,
dan motivasi auditor, terhadap kualitas audit (studi empiris pada auditor
KAP di Semarang). Vol. 3, No. 2

Horngren, Foster, datar, 2001,Cost Accounting A Managerial Emphasis, tenth


Edition, Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall Inc.

Indah, Siti Nur Mawar. 2010. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP Di
Semarang). Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.2016.Metodologi Penelitian Bisnis untuk


Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama.Yogyakarta : BPFE-
Yogyakarta.

51
Jay. 2013. Terkait Disclaimer: Eksekutif Tidak Diam.
https://jayapos.com/index.php/read/253/Terkait-Disclaimer--Eksekutif-
Tidak-Diam.html. Diakses 23 Januari 2018

Jensen, M, C dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm : Managerial


Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Fiancial
Economics. Oktober 1976. Vol. 3, No. 4 pp. 305-306

James, A. Hall. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Josoprijonggo, Maya D. 2005. Pengaruh Batasan Waktu Audit Terhadap Kualitas


Audit dan Kepuasan Kerja Auditor. Disertasi. Salatiga : Fakultas
Ekonomi Satya Wacana.

Kane, G., & U. Velury. 2005. The Impact Of Managerial Ownership On The
Likelihood Of Provision Of High Quality Auditing Services, Review Of
Accounting & Finance.

Kartini, Kartono. 2005. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kenneth D’Silva and Jeffrey Ridley. 2007. Auditing’s International Contribution


to Governence. Journal Business Governance and Ethics. 3 (2): h: 113 –
126
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan
Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, hal.25-60.

Linawati, Suhaji. 2012. Perilaku Keorganisasian. Edisi Kedua. Yogyakarta:


Universitas Atmajaya

Listya Yuniastuti dan Sukrisno Agoes. 2014. Influence of Auditor Independence,


Audit Tenure and Audit Fee On Audit Quality of Members of Capital
Market Accountant Forum in Indonesia. Journal Procedia – Social and
Behavioral Science. 16 (4): h: 324 - 331

Luthans, Fred. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh. Diterjemahkan oleh :


Vivin Andhika Yuwono; Shekar Purwanti; Th.Arie Prabawati; dan
Winong Rosari. Yogyakarta: Andi.

Malan, R.M., Fountain, J.R., dan Lockridge, R.L. (1984). Performance auditing:

in local government, government financial officer assosiation. USA.

Mardiasmo, 2005. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta. Andi Yogyakarta.

52
Meidawati, Neni. 2001. Meningkatkan Akuntabilitas Auditor Independen Melalui
Standar Profesional. Jurnal. Media Akuntansi.

Meylinda, Triyanthi, dan Ketut Budiartha (2015). Pengaruh Profesionalisme,


Etika Profesi, Independensi, dan Motivasi Kerja pada Kinerja Internal
Auditor. E-jurnal Akuntansi. ISSN: 2302 - 8556. Universitas Udayana
Bali

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6. Jakarta : Salemba Empat

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Salemba Empat

Parasuraman, A., Berry, L.L., and Zeithaml, A.V., (1985), “ A Conceptual Model
of Service Quality and Its Service Quality and Its Implication for Future
Research, “ in B.M. Enis, K.K. Cox, and M.P. Mokwa (Eds), Marketing
Classics: A Selections of Influential Articles, 8th Ed., Engewood, Cliffs,
NJ: Prentice Hall International, Inc.

Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Tabanan Nomor 23 Tahun 2010 Pasal 33


tentang Tugas Pokok Inspektorat Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 64 tahun 2007 tentang Peran dan Fungsi
Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota

Peraturan Pemerintah No. Kep/005/aaipudpn/2014 tentang Pemberlakuan Kode


Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia dan Pedoman Telah Sejawat Auditor Intern
Pemerintah Indonesia Dewan Pengurus Nasional (DPN) Asosiasi
Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)

Ramadhanis, Sari. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Motivasi


terhadap Kualitas Audit Pada Inspektorat. e-Jurnal BINAR AKUNTANSI
Vol. 1 No. 1, September 2012

Rai, I Gusti Agung. 2008. Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep Praktik
Studi Kasus. Penerbit: Salemba Empat.

Robbins, P.Stephen. 2008. Organizational Behavior. Edisi Kedua Belas. Jakarta:


Salemba Empat.

Rosnidah, Ida. Rawi dan Kamarudin. 2010. Analisis Dampak Motivasi Dan
Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah
Kabupaten Cirebon). Jurnal Akuntansi. Bandung.
Sari, Nungky Nurmalita. 2011. Pengaruh Pengalaman Kerja Independensi,
Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Terhadap Kualitas Audit.
Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.

53
Septianto, Dwi. 2010. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Pada PT Pataya Raya Semarang). Skripsi.
Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Simanjuntak, Piter. 2008. Pengaruh Time Budget Pressure Dan Resiko Kesalahan
Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Reduced Audit Qaulity) (Studi
Empiris Pada Auditor Kap Di Jakarta). Tesis. Universitas Diponegoro :
Semarang.

Sina, Muhammad Ibnu. 2013. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan


Transformasional terhdap Kinerja Karyawan dengan Komitmen
Organisasi sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Sarjana Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Undip, Semarang.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kedelapan Belas. Bandung


CV.Alfabeta.

Saputra, Adi. 2016. Pengaruh Kompetensi dan Pengalaman Kerja pada Kualitas
Audit dengan Motivasi Sebagai Variabel Pemoderasi pada Inspektorat
Kabupaten Tabanan. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol, No. 7.

Sedarmayanti. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi


dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Cetakan Kelima. PT Refika
Aditama: Bandung.

Suprayitno, Sukir. 2007. Pengaruh Disiplin kerja,lingkungan kerja dan motivasi


kerja terhadap kinerja karyawan pada Sub Dinas kebersihan dan tata kota
DPULLAJ. Jurnal Manajemen Sumber daya Manusia Vol.2 No.1: 23-34.

Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko
Audit Terhadap Skeptisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan publik. Jurnal Sosiohumaniora,Vol. 7, No. 3.

Surbakti, Marwan Petra. 2013. Analisis Pengaruh Kepemimpinan


Tranformasional dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan. Skripsi.
Sarjana fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip, Semarang.

Tintami, Lila. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan


Transformasional terhdap Kinerja Karyawan. Journal of Social and
Politic.

Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi


Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.
Unhas Makassar. Jurnal Akuntansi. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran”, Jawa Timur.

54
Triyanto, Agus. 2014. Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor, Situasi Audit,
Independensi, Etika, Keahlian dan Pengalaman terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Auditor di Kantor Akuntan Publik di Wilayah
Yogyakarta. Jurnal Akuntansi Muhamadiyah. 1 (3): h: 1-17.

Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan

Utami, I.T. 2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Tranformasional terhadap


Motiivasi Kerja Karyawan. Jurnal Akuntansi.

Wardana, Aris. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Objektivitas, Integritas dan


Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana, Denpasar.

Watts, Ross L and Zimmerman, Jerold J. 1983. Agency Problem, Auditing and
Theory of The Firm, Some Evidence. Journal of Law and Economics,
October.

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

55
Yth
Bapak/ Ibu/ Saudara/i Responden
di – Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan
NIM : 1415351193
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Adapun topik dari penelitian yang diangkat adalah Pengaruh Kompetensi,


Pengalaman Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja pada Kualitas
Audit di Inspektorat Kabupaten Tabanan.
Peneliti sangat memerlukan bantuan dari pihak yang menjadi responden
yaitu auditor pada Inspektorat Kabupaten Tabanan, untuk dapat menyelesaikan
tugas penelitian tersebut. Saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i berkenan
mengisi kuesioner yang semata-mata untuk kepentingan ilmiah, bukan untuk hal
diluar kepentingan akademis, dimana kerahasiaan identitas responden dan isi
kuesioner akan dijamin sepenuhnya.

Peneliti,

Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan


1415351193

KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja, Gaya Kepemimpinan dan
Lingkungan Kerja pada Kualitas Audit di Inspektorat Kabupaten Tabanan

56
Nomor : ................(diisi oleh peneliti)

Identitas Responden
Nama Responden : ……………..…………………………………(wajib diisi)
Mohon diisi berdasarkan data diri Bapak/Ibu/Saudara dengan memberikan tanda
(√) pada jawaban yang telah disediakan.
Jenis Kelamin (L/P) : Laki-Laki Perempuan
Pendidikan Terakhir :
D3 S1 S2 S3
Jabatan :Senior Auditor Junior Auditor

Umur : .............................tahun
Pengalaman audit : .............................tahun

Cara Pengisian Kuesioner


Bapak/ Ibu/ Saudara/i cukup memberi tanda checklist (√) pada pilihan
jawaban yang telah tersedia sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Setiap
pernyataan hanya ada satu jawaban. Setiap angka akan mewakili tingkat
kesesuaian dengan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Adapun kriteria skor/nilai
jawaban adalah sebagai berikut.

Keterangan Nilai
STS : Sangat Tidak Setuju 1
TS : Tidak Setuju 2
N : Netral 3
S : Setuju 4
SS : Sangat Setuju 5

KUESIONER PENELITIAN

57
Yth
Bapak/ Ibu/ Saudara/i Responden
di – Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan
NIM : 1415351193
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Adapun topik dari penelitian yang diangkat adalah Pengaruh Kompetensi,


Pengalaman Kerja, Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja pada Kualitas
Audit di Inspektorat Kabupaten Tabanan.
Peneliti sangat memerlukan bantuan dari pihak yang menjadi responden
yaitu auditor pada Inspektorat Kabupaten Tabanan, untuk dapat menyelesaikan
tugas penelitian tersebut. Saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/i berkenan
mengisi kuesioner yang semata-mata untuk kepentingan ilmiah, bukan untuk hal
diluar kepentingan akademis, dimana kerahasiaan identitas responden dan isi
kuesioner akan dijamin sepenuhnya.

Peneliti,

Ni Made Ayu Nirmalasari Putri Erawan


1415351193

KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Kompetensi, Pengalaman Kerja, Gaya Kepemimpinan dan
Lingkungan Kerja pada Kualitas Audit di Inspektorat Kabupaten Tabanan

58
Nomor : ................(diisi oleh peneliti)

Identitas Responden
Nama Responden : ……………..…………………………………(wajib diisi)
Mohon diisi berdasarkan data diri Bapak/Ibu/Saudara dengan memberikan tanda
(√) pada jawaban yang telah disediakan.
Jenis Kelamin (L/P) : Laki-Laki Perempuan
Pendidikan Terakhir :
D3 S1 S2 S3
Jabatan :Senior Auditor Junior Auditor

Umur : .............................tahun
Pengalaman audit : .............................tahun

Cara Pengisian Kuesioner


Bapak/ Ibu/ Saudara/i cukup memberi tanda checklist (√) pada pilihan
jawaban yang telah tersedia sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Setiap
pernyataan hanya ada satu jawaban. Setiap angka akan mewakili tingkat
kesesuaian dengan pendapat Bapak/ Ibu/ Saudara/i. Adapun kriteria skor/nilai
jawaban adalah sebagai berikut.

Keterangan Nilai
STS : Sangat Tidak Setuju 1
TS : Tidak Setuju 2
N : Netral 3
S : Setuju 4
SS : Sangat Setuju 5

A. Kompetensi
No Pertanyaan/ Pernyataan STS TS N S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan berikut :
I. Indikator : Pengetahuan Umum

59
Auditor harus memahami Standar
1 Akuntansi Pemerintah (SAP) dan
Standar Pemeriksaan.
Auditor harus memiliki
2 kemampuan untuk melakukan
review analitis.
Untuk melakukan audit yang baik,
auditor membutuhkan pengetahuan
3 yang diperoleh dari tingkat
Pendidikan Strata (D3, S1, S2, S3)
dan dari kursus serta pelatihan.
II. Indikator : Mutu Personal
Auditor harus memiliki rasa ingin
4 tahu yang besar, berfikiran luas dan
mampu menangani ketidakpastian.
Sebagai auditor, saya mampu dan
telah memenuhi kualifikasi
5
personel (indeks prestasi, asal
perguruan, dan lain-lain).
6 Auditor mampu menganalisis
dengan cepat dalam mengaudit.
Sumber: Efendy, 2010

B. Pengalaman Kerja
No Pertanyaan/ Pernyataan STS TS N S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan berikut :
I. Indikator: Lamanya bekerja

60
Auditor telah melakukan audit
minimal 2 tahun, sehingga
1
menghasilkan kualitas audit yang
baik.
Semakin lama pengalaman menjadi
seorang auditor, maka semakin
2
cepat dapat mendeteksi kesalahan
yang ada.
Semakin lama pengalaman menjadi
seorang auditor, maka semakin
3
besar pengetahuan yang dimiliki
dalam bidang pemeriksaan.
II. Indikator: Banyaknya Tugas Pemeriksaan
Auditor yang sudah memiliki
pengalaman kerja adalah auditor
4 yang sudah banyak melakukan
proses audit sehingga hasil auditnya
lebih baik.
Auditor yang berpengalaman
berpeluang melakukan kesalahan
5 atau penyimpangan dalam proses
audit lebih kecil dibandingkan yang
tidak berpengalaman.
Auditor yang berpengalaman lebih
banyak memiliki wawasan atas
laporan yang di audit berdasarkan
6
pelatihan ataupun kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan
pengembangan keahlian auditor.
Sumber: Meidawati, 2001

C. Gaya Kepemimpinan
No Pertanyaan/ Pernyataan STS TS N S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan berikut:
I. Indikator: Konsiderasi

61
Terjalinnya hubungan baik antara
1. atasan dengan bawahan di tempat
auditor bekerja.
Adanya saling percaya dan
2. sosiabilitas antara atasan, bawahan
dan rekan seprofesi.
Pimpinan di tempat auditor bekerja
3 dapat menerima dan menghargai
gagasan bawahannya.
II. Indikator: Inisiatif
Pimpinan di tempat auditor bekerja
4. mampu berkomunikasi dengan
bawahan secara jelas dan efektif.
Pimpinan di tempat auditor bekerja
5. selalu menekankan pekerjaan
dengan memfokuskan pada tujuan
dan hasil.
Pimpinan di tempat auditor bekerja
6. memiliki kepercayaan diri yang
kuat.
Sumber: Wardana, 2016

D. Lingkungan Kerja
No Pertanyaan/ Pernyataan STS TS N S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan berikut:

62
I. Indikator: Suasana Kerja
Suasana kerja dalam kantor nyaman
1 dengan kondisi kebersihan yang
ada.
Penerangan dan sirkulasi udara
2 dalam ruang kerja sudah baik.
Auditor sudah merasa aman dalam
3
bekerja.
II. Indikator: Hubungan dengan Rekan Kerja
Kerjasama antar karyawan sudah
4 terjalin sangat baik.
Terjalin komunikasi yang baik antar
5 karyawan maupun atasan.
Hubungan kekeluargaan yang baik
6 sangat berpengaruh terhadap
kinerja auditor.
Sumber: Septianto, 2010

E. Kualitas Audit
No Pertanyaan/ Pernyataan STS TS N S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan berikut:

63
I. Indikator: Kesesuaian Pemeriksaan dengan Standar Audit
Proses pengumpulan dan pengujian
bukti harus dilakukan dengan
1 maksimal untuk mendukung
kesimpulan, temuan audit serta
rekomendasi yang terkait.
Auditor harus menatausahakan
dokumen audit dalam bentuk kertas
2 kerja audit dan disimpan dengan
baik agar dapat secara efektif
diambil, dirujuk, dan dianalisis.
Dalam melaksanakan audit, auditor
3 harus mematuhi kode etik yang
ditetapkan.
II. Indikator: Kualitas Laporan Hasil Audit
Laporan hasil audit memuat temuan
dan simpulan hasil audit secara
4
objektif serta rekomendasi yang
konstruktif.
Laporan yang dihasilkan harus
akurat, lengkap, objektif,
meyakinkan, jelas, ringkas, serta
5
tepat waktu agar informasi yang
diberikan bermanfaat secara
maksimal.
Auditor selalu melaporkan tentang
6 adanya pelanggaran kepada
kliennya.
Sumber: Junanta, 2015

64

Anda mungkin juga menyukai