Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu: Wirmie Eka Putra SE.,M.Si.

Disusun Oleh :

Revina Zahara C1C018185

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan
makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada
Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga
makalah “FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keperilakuan.
Penulis berharap makalah tentang pencegahan virus corona dapat menjadi referensi bagi
masyarakat agar tetap waspada di tengah suasana tidak kondusif.

Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis
memohon maaf.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jambi, 4 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………...

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………....
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………
C. TUJUAN MASALAH………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

A. PERGESERAN ARAH RISET…………………………………………………………


B. FILOSOFI PARADIGMA METODE RISET………………………………………….
C. PELUANG RISET AKUNTANSI PADA LINGKUNGAN AKUNTANSI.…………
D. METODE RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN………………..……………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………….....

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan praktik akuntansi mulai mengalami kemajuan yang besar sejak era Luca Pacioli,
yaitu sejak digunakannya sistem double entry. Namun sayangnya kemajuan praktik akuntansi
tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan riset akuntansi. Riset akuntansi baru mulai banyak
dilakukan sejak awal abad ke-20. Oleh karena itu, pemakalah akan membahas masalah
“Perkembangan Riset Akuntansi Diberbagai Berbagai Bidang Akuntansi Secara Umum”.
Fenomena saat ini yang dapat dirasakan adalah semakin banyaknya topik-topik penelitian baru di
setiap akuntansi. Salah satu bidang akuntansi yang sedang berkembang adalah akuntansi
keperilakuan. Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi
manajemen di Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi (SNA). Rahman
dkk. (2007) meneliti pengaruh sistem pengukuran kinerja terhadap kejelasan peran,
pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial dengan pendekatan partial least square.
Cahyono dkk. (2007) meneliti pengaruh moderasi sistem pengendalian manajemen dan inovasi
terhadap kinerja. Wijayantoro dkk. (2007) meneliti hubungan antara sistem pengendalian
manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai variabel moderating
(penelitian para manajer perusahaan manufaktur di Jawa Tengah). Yufaningrum dkk. (2005)
menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan
anggaran dan job relevant information (JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005)
meneliti pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara
partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Tulisan ini akan mendiskripsikan beberapa riset di
bidang akuntansi secara umum serta perkembangan yang terjadi pada riset tersebut. Dalam
disiplin ilmu akuntansi, riset akuntansi memiliki peran yang sangat penting. Pertama, riset
akuntansi berperan untuk memberikan pengaruh terhadap praktik akuntansi, sehingga praktik
akuntansi tidak sekedar asal jalan akan tetapi didasarkan atas riset yang kemudian dilaborasikan
dalam teori. Teori yang ada kemudian akan menjadi subyek untuk dilakukan pengujian empiris
secara berkelanjutan. Dengan demikian riset akuntansi bukanlah tujuan akhir akan tetapi adalah
proses untuk membangun teori dan praktik. Peran riset akuntansi yang kedua adalah untuk
memperbaiki pemahaman terhadap lingkungan akuntansi agar praktik akuntansi tidak dipahami
sebagai sesuatu yang diterima begitu saja (taken for granted).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pergeseran arah riset?


2. Bagaimana filosofi paradigma metodologi riset?
3. Bagaimana peluang riset akuntansi pada lingkungan akuntansi?
4. Bagaimana metode riset akuntansi keperilakuan?
C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pergeseran arah riset


2. Untuk mengetahui filosofi paradigma metologi riset
3. Untuk mengetahui peluang riset akuntansi pada lingkungan akuntansi
4. Untuk mengetahui metode riset akuntansi keperilakuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pergeseran Arah Riset

Pada tahun 1970-an terjadi pergeseraan pendekatan riset dalam akuntansi. Pergesaran ini terjadi
karena pendekatan normative tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap digunakan
dalam praktek sehari-hari. Sehingga muncul anjuran untuk memahami berfungsinya suatu
system akuntansi secara deskriptif dalam praktek nyata. Selain itu yang mendasari usaha
pemahaman akuntansi secara empiris dan mendalam adalah gerakan dari masyarakat penliti
akuntansi yang menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.

Rochester dan Chicago mengembangkan teori akutansi positif yang menjelaskan mengapa
akutansi itu ada, apa yang dimaksud dengan akutansi, mengapa akutan melakukan apa yang
mereka lakukan, serta apa pengaruh fenomena ini terhadap manusia dan penggunaan sumber
daya. Pendekatan normatif maupun positif masih mendominasi riset akutansi hingga saat ini.
Hampir semua artikel yang terbit di jurnal The Accounting Review maupun Journal of
Accounting Research dan Journal of Business Research menggunakan pendekatan utama degan
ciri khas model matematis dan penggunjian hipotesis.

B. Filosofi Paradigma Metodologi Riset

Pendekatan subjektivisme memberikan penekanan bahwa pengetahuan bersifat


sangat subjektif dan spiritual atau transendental yang didasarkan pada pengalamandan
pandangan manusia. Sedangkan pandangan objektivisme menyatakan bahwa pengetahuan
itu berada dalam bentuk yang tidak berwujud. Asumsi mengenai sifat manusia merujuk pada
hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Pendekatan subjektivisme memberikan penekanan bahwa pengetahuan bersifat sangat
subjektif dan spiritual atau transendental yang didasarkan pada pengalamandan
pandangan manusia. Sedangkan pandangan objektivisme menyatakan bahwa pengetahuan itu
berada dalam bentuk yang tidak berwujud. Asumsi mengenai sifat manusia merujuk pada
hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu melihat keterkaitan antara
kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan voluntarisme (voluntarism) memberikan
penekanan pada esensi bahwa manusia berada di dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial
sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan pilihan bebas (free will and choice). Manusia
pada sisi ini dilihat sebagai pencipta dan mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena
sosial dengan daya kreativitasnya. Sebaliknya, pendekatan determinisme memandang bahwa
manusia dan aktivitasnya ditentukan oleh situasi atau lingkungan tempat dia berada. Asumsi-
asumsi tersebut berpengaruh terhadap metodologi yang akan digunakan. Metodologi dipahami
sebagai suatu cara menentukan teknik yang tepat untuk memperoleh pengetahuan. Pendekatan
ideografik yang mempunyai unsur utama subjektivisme menjadi landasan pandangan bahwa
seseorang akan dapat memahami dunia sosial (social world) dan fenomena yang diinvestigasi,
apabila ia dapat memperolehnya atas dasar pengetahuan pihak pertama (first hand knowledge).
Sebaliknya, pendekatan nomotetik (nomotethic) mempunyai sistem baku dalam melakukan
penyelidikan yang biasanya disebit sistem protokol dan teknik.

C. Paradigma Metodologi Riset

1. Paradigma Fungsional

Paradigma ini merupakan paradigma umum dan sangat dominan dalam riset
akuntansi. Secara ontologi pardigma ini sangat dipengaruhi oleh realitas fisik yang
mengaanggap bahwa relaitas objektif berada secara bebas dan terpisah diluar diri manusia.
Secara epistemologi, akuntansi utama melihat realitas sebagai realitas materi yang
mempunyai seuatu keyakinan bahwa ilmu pengetahuan akuntansi dapat dibangun dengan
Paradigma ini merupakan paradigma umum dan sangat dominan dalam riset
akuntansi. Secara ontologi pardigma ini sangat dipengaruhi oleh realitas fisik yang
mengaanggap bahwa relaitas objektif berada secara bebas dan terpisah diluar diri manusia.
Secara epistemologi, akuntansi utama melihat realitas sebagai realitas materi yang
mempunyai seuatu keyakinan bahwa ilmu pengetahuan akuntansi dapat dibangun dengan
paradigma ini merupakan paradigma umum dan sangat dominan dalam riset akuntansi. Secara
ontology paradigma ini sangat dipengaruhi oleh realitas fisik yang menganggap bahwa realitas
objektif berada secara bebas dan terpisah sebagai realitas materi yang mempunyai suatu
keyakinan bahwa ilmu pengetahuan akuntanasi dapat dibangun dengan rasio dan dunia empiris.
Peneliti akuntansi meyakini bahwa metode yang dapat membangun ilmu akuntansi adalah metoe
ilmiah. Penjelasan dikatakan ilmiah jika :

1. Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hokum umum


2. Mengandung prokondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan hasil
observasi
3. Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan
Pengujian empiris dalam filsafat dinyatakan dengan dua cara:
1. Dalam aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi indpenden
yan digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran teori.
2. Karena hasil observasi merupakan teori yang dependen dan dapat dipalsukan, maka teori
ilmiah tidak dapat dipalsukan, maka teori ilmiah tidakdapat dibuktikan kebenarannya,
tetapi memungkinkan untuk ditolak.

2. Paradigma Interpretif

Pendekatan ini menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman dalam ilmu
social. Menurut Burrel dan Morgan, paradigma ini menggunakan cara pandang nomalis yang
melihat realitas social sebagai sesuatu ynag merupakan hal, nama, atau konsep yang digunakan
untuk membangun realitas. Dengan demikian realitas social merupakan sesuatu yang berada
dalam diri manusia itu sendiri sehingga bersifat subjektif, bukan objektif sebagaimana yang
dipahami oleh paradigma fungsionalis.

Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi dan interaksionisme simbiosis


fenomolpgis yang didassarkan pada aliran sosiologis, hermentis, dan fenomenolgis. Tujuan
pendekatan ini adalah menganalisis realitas social dan cara realistis social tersebut terbentuk.
Dua aliran pendekatan interpretif:

1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan, dan
analisis historis.
2. Metode focauldian, yang menganut teori social dari focault sebagai pengganti konsep
tradisional historis yang disebut “ahistorical” atau “antiquarian”

3. Paradigma Strukturalisme Radikal

Paradima strukturalisme radikal  mempunyai kesamaan dengan fungsionalis, yang


mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan ontologis yang konkret dan nyata.
Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan
struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial sebagai objek eksternal dan memiliki
hubungan terpisah dari manusia tertentu (Lubis, 2014:132).

Riset-riset yang diklasifikasikan dalam paradigma strukturalisme radikal (radical structuralism)


adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional. Argumnetasi teori yang
dikemukakan oleh Coper (1983) menelaah dan mengkritik karya-karya yang didasakan pada
teori agensi. Dia mengusulkan adanya penggunaan perspektif radikal dalam riset akuntansi
manajemen. Cooper dan Sherer (1984) mengusulkan suatu ekonomi politik akuntansi untuk
pemahaman lingkungan ekonomi, sosial dan politik dalam lingkungan dimana akuntansi
digunakan (Lubis, 2014:133).

4. Paradigma Humanis Radikal

Jika didasakan pada teori kritis dari Frankurt Schools dan Habermas, riset-riset akan
dikasifikasikan dalam paradigma humanis radikal (radical humanist). Pendekatan kritis
Habermas melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut “dunia kehidupan” (life
world), yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri
manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial dalam dunia
kehidupan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a.       Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan sistem
informasi manajemen.

b.      Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanismen sistem, misalnya pemilihan sistem yang akan
dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sisitem bukan merupakan interaksi sosial
yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan.
Macintosh menyatakan humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi manajemen dan sistem
pengendalian yang berorientasi pada orang (people-oriented), yang mengutamakan idealisme
humanistik dan nilai-nilai dibandingkan dengan tujuan organisasi. Argumentasi teoritis dalam
paradigma humanis radikal dikemukakan oleh Laughin (1987), yang menyajikan suatu diskusi
dari aplikasi teori kritis  Habermas dalam riset akuntansi.  Laughin menunjukan teori kritis
Habernas akan sangat berguna dalam meneliti “saling keterkaitan” (interrelationship) antara
teknologi akuntansi dengan asal mula sosialnya. Roset akuntansi yang mengguankanpendekatan
ini antara lain, Broadbentet al (1991) yang mneunjukan kerangka Hibermasian dalam
menganalisis aplikasi akuntansi pada industri pelayanan kesehatan di AS. Mereka menemukan
bahwa walaupun akuntansi tidak diterima secara penuh sebagai teknologi manajemen dalam
sektor pelayanan kesehatan, tetapi akuntansi mempengaruhi tindakan dengan cara memberikan
arti atau makna dalam suatu dilema moral di sekitar alokasi sumber daya pelayanan kesehatan.
(Lubis, 2014:133).

5.      Paradigma Posmodernisme

Posmodernisme menyajikan suatu wacana yang sedang muncul yang meletakan dirinya diluar
paradigma modern, bahkan dapat dikatakan bahwa paradigma posmodernisme merupakan opsisi
dari paradigma modern. Beberapa pemikir posmodernisme meliputi Baudrillad, Jacues Derrida,
Latorur dan Michael Foucault. Namun karya yang paling banyak digunakan sebagai dasar aliran
posmodernisme adalah karya Derrida dan Foucalut. Foucoult terkenal dengan metode arkeologis
(archeological) dan geonalogis (genealogical). Menurut Foucault, istilah arkeologis dimaksudkan
untuk mencari asal-usul pengetahuan dan digunakan untuk menunjukan suatu usaha arkeologis,
yaitu ciri khas pemikiran yang menyangkut tujuan, metode dan bidang penerapan. Foucault
melakukan studi tentang periode-periode sejarah pemikiran untuk menemukan epistemologi
yang mendasari disiplin ilmu tertentu dan ciri pengetahuan yang menentukan di setiap periode
(Lubis, 2014:134).

Tujuan metode arkeologis adalah menetapkan serangkaian diskusi yaitu sistem wacana, serta
menentukan suatu rangkaian dari awal sampai akhir bagi pemikiran Foucault. Wacana global dan
universal yang dibentuk oleh paradigma modern merupakan bentuk logosentrisme yang memiliki
kuasa yang dapat menciptakan kegagalan dalam kehidupan manusia, serta menyebabkan
timbulnya rasisme, diskriminasi, pengangguran dan stagnasi. Dengan metode genealogis,
Foucoult melakukan kritik terhadap pengetahuan yang tertindas oleh pengetahuan yang
berkuasa. Kegagalan ini merupakan konsekuensi logis dari ketidakmampuan modernisme untuk
melihat manusia secara utuh. Hal itu tercermin dalam pandangan keilmuan yang cenderung
logosentrisme. Berikut ciri utama logosentrisme.

a.       Pola pikir oposisi biner (dualistik dikotomis) yang hierarkis, seperti esensi-eksistensi,
bahasa lisan-tulisan, konsep metafora, jiwa-badan, makna-bentuk.
b.      Aspek keilmuan. Ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada aspek
praktis dan fungsi, dan sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini terlihat dari pernyataan
ilmu0ilmu positif yang mengklim bahwa ilmu pengetahuan harus netral dan bebas darri nilai.

c.       Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa praktik
akuntansi harus berlaku secara univerrsal atau internasional. Klaim ini diwujudkan dalam
gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi (harmonization of accounting). Bagi pemikiran
Foucoult, wacana global dan universal tersebut memiliki hubungan timbal-balik antara kuasa dan
pengetahuan.

Foucault beranggapan bahwa kuasa tidak hanya terpusat dan terkonsentrasi pada para penguasa
yang sedang berkuasa dalam organisai-organisasi formal, tetapi juga pada semua aspek
kehidupan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan (knowledge). Postmodernisme versi Foucault
diartikulasikan dalam bentuk kekuasaan pengetahuan yang secara jelas mengatakan bahwa
terdapat hubungan timbal balik antara kuasa dan pengetahuan (Lubis, 2014:135).

Dillard dan Becker membahas mengenai beberapa argumentasi teoritis dan beberapa riset
akuntansi yang didasarkan pada teori Foucault, diantaranya Hopwood (1987) yang
megembangkan suatu arkeologi sistem akuntansi dengan pemahaman yang lebih baik dengan
proses perubahan akuntansi, yaitu arkeologi foucaldian dapat menghasilkan berbagai macam
faktor sosial yang direplikasikan dalam perubahan akuntansi. Analisis Loft (1986)
mengindikasikan bahwa akuntansi merupakan suatu aktivitas sosial yang secara fundamental dan
tidak dapat digambarkan maknanya hanya dari perspektif teknis. Miller dan Oarley (1987) dalam
makalah seminarnya menggunakan metode arkeologi penganggaran dan sistem penentuan harga
pokok standar.

6.      Paradigma Akuntansi Kritis

Paradigma akuntansi kritis dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial kritis. Paradigma ini
dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui sebuah derivatif filosofi fungsionalis
dalam sistem ekonomi kapitalis. Karena itu, teori ini tidak berkaitan dengan penyelesaian
masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis penilaian, dimana penilaian didefinisikan
sebagai nilai objektif yang didasarkan pada konsep ekonomi margin alis (Lubis, 2014:135).

Berdasarkan perspektif akuntansi tradisional tidak ada kesadaran tentang kesalahan, krisis, atau
aksi transformatif; tidak ada pengakuan terhadap kebaikan sosial, kecuali dalam keyakinan yang
samar dan terdistorsi. Semuanya bisa dipenuhi dengan baik oleh perulangan sistem kapitalis.
Matessich menghendaki akuntansi dipadukan dalam bidang ilmu manajemen, yang meliputi
metode ekonomi dan analitis dari adminstrasi dan manajemen entitas (Lubis, 2014:135).

Transaksi ekonomi merupakan fenomena empiris dalam lingkup positif da merepresentasikan


komponen mendasar dari akuntansi. Karakteristik pertimbangan ini terkait dengan perubahan
objek ekonomi. “Asumsi dasar” didefinisikan sebagai hipotesis yang memiliki kemungkinan
untuk mengambil banyak nilai, didasarkan pada situasi spesifik yang dipertimbangkan. “Asumsi”
ini adalah “aturan” teknis untuk menjalankan sistem dengan sepuluh asumsi dasar pertama.
Penilaian disini berkaitan dengan nilai yang diberikan pada sebuah transaksi akuntansi. Realisasi
disini menunjukan kapan nilai bisa ditetapkan. Klasifikasi ini berkaitan dengan transaksi yang
bisa ditetapkan dalam sistem. Durasi berkaitan dengan panjang “periode akuntansi”. Eksistensi
merupakan kemampuan mengonsolidasikan sistem. Materaialitas berkaitan dengan “jika dan
kapan” suatu transaksi dijalankan. Sementara alokasi berhubungan dengan dekomposisi entitas
menjadi subentitas (Lubis, 2014:136).

Kerangka Mattesich berfokus pada penilaian dan tidak mengandung dasar untuk mengkritik
tatanan ekonomi, sosial, atau politik. Sistem ekonomi dipandang berdaulat dan peran akuntansi
dalam hal ini adalah untuk memahami dan mengakomodasi sistem yang ada. Secara implisit, hal
ini mengasumsikan bahwateknologi bebas darri konteks yang berkaitan dengan masalah moral
atau erika. Teknologi mencerminkan sebuah realita, selain dari pengaruh politik dan budaya
(Lubis, 2014:137).

Namun, Mattesich mempunyai pandangan yang agak sempit terhadap dogma dan tidak kreatif
dalam menspesifikasikan skala nilai. Solusi ini didasarkan pada teknologi dengan asumsi filosifi
dasar yang sama. Kesempitan ontologi dan epistemologi ini tidak menghilang begitu saja (Lubis,
2014:137).

Teori Mattesich mencerminkan sosioekonomi yang ada sehingga menjadi sarana untuk
mengulangi kesadaran yang salah dalam menyatakan bahwa tidak ada perspektif lain selain yang
didominasi oleh kapitalis. Krisis, pendidikan dan tindakan transformatif bukanlah bagian dari
perspektif fungsionalis. Fakta menunjukan bahwa ketiganya masih terhambat oleh teori
aksiomatis dari akuntasi. Dengan mengetahui ladasan fungsionalis dan asumsi filosofi yang
mengikutinya, suatu teori dapat ditempatkan berkaitan dengan potensi emansipasi atau
kurangnya potensi tersebut.

Akuntansi kritis merupakan bagian dari teori akuntansi yang memandang bahwa akuntansi
memiliki peran yang sangat penting dalam mempertimbangkan dan memutuskan konflik antara
perusahaan dan konstituen sosial, seperti tenaga kerja, para pelanggan dan publik. Hal ini
berkaitan langsung dengan peran kegiatan sosial dari akuntan. Akuntansi kritis merupakan
penggabungan dua atau lebih area akuntasi yang berkembang pada tahun 1960-an dan meliputi
akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial.

Akuntansi kepentingan publik berkaitan dengan pekerjaan bebas pajakdan penasihat keuangan
bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan perusahaan kecil yang tidak mampu membayar
untuk jasa ini. Akuntansi sosial yang disinggung  berusaha mengukur laporan laba rugi
perusahaan dengan memperhitungkan biaya eksternal seperti biaya polusi yang merupaka
kerugian bagi masyarakat, tetapi tanpa pembebanan kepada pihak yang menghasut.
Akuntansi kritis lebih luas dibandingkan dengan akuntansi kepentingan publik dan akuntansi
sosial. Niat para peneliti akuntansi kritis adalah untuk bergerak dari akuntansi kepentingan
publik dan akuntansi sosial ke kepentingan riset akuntansi utama dengan mengadopsi “...suatu
konflik berdasarkan perspektif...”

Akuntansi kritis berbeda dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area riset lainnya sebagaimana
didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya diasumsikan sebagai sesuatu yang jelas bagi
para peneliti dan bidang investigasinya. Sebagai contoh, para peneliti akuntansi positif dan para
ilmuan keperilakuan percaya bahwa mereka mealporkan secara sederhana berdasarkan perilaku
dan subjek yang mereak uji. Walaupun diungkapkan secara terus terang oleh para peneliti
normatif, sebagaimana dalam aliran model keputusan, penelitian melibatkan suatu realitas yang
independen dari peneliti itu sendiri. Dengan demikian, penemuan mereka dilibatkan dengan
berbagai cara untuk dilaporkan berdasarkan operasi dan keseharian dari bisnis dan entitas
lainnya. Para peneliti akuantansi kritis meskipun yakin pada realitas dalam pandangan dan
penyelidikan, mereka juga membantu membentuk
realitas.                                                                      

D. Peluang Riset Akuntansi Keperilakuan Pada Lingkungan Akuntansi

Dengan menelaah riset akuntansi keperilakuan sebelumnya secara khusus, dapat


diperoleh suatu kerangka analisis dan diskusi yang dibatasi pada peluang, terutama pada
hasil potensi subbidang dan implikasinya untuk subbidang akuntansi yang lain.
Audit
Riset akuntansi keperilakuan pada tahun 1990-1991 menunjukkan penekanan pada
kekuatan pembuatan keputusan. Penjelasan daru bagian ini berorientasi pada pembuatan
keputusan dalam audit, dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan pembuatan
keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya
perkembangan berorientasi kognitif. Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang
merupakan fokus terhadap:
1. Karakteristik pengethuan yang dihubungkan dengan pengalaman
2. Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan variabel organisasional
atau lingkungan
3. Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.
Pengalamn berperan dalam orientasi kognitif riset akuntansi keperilakuan. Ada dua
alasan:
1.      Audit

Penjelasan dari ini berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit, dan telah memfokuskan
riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan
laporan audit dan meningkatkan perkembangan yang berorientasi kognitif. Secara persuasif,
Libby dan Federick (1990) menjelaskan pentingnya pemahaman mengenai bagaimana variabel-
variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan faktual dan persedual, serta pengaruh
memori dalam pembuatan keputusan. Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang fokus
terhadap:
a. Karakteristik pengetahuan yag dihubungkan dengan pengalaman (yang meliputi b
agaimana pengetahuan itu diperoleh)
b. Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi degan variabel organisasional atau
lingkungan.
c.  Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.

Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akutansi keperilakuan. Ada dua
alasan untuk hal ini, yaitu:

a. Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kerja.


b.  Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menajadi efektif dalam
mengidentifikasikan domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.

Riset audit menyarankan suatu hubungan yang kompleks antara pengelaman dan kinerja yang
belum dpahami dengan baik. Riset ini menyarankan bahwa terhadap suatu peluag yang
berhubungan degan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan audit. Salah satu kesulitasn dengan
riset yang berorientasi pada keputusan dalam audit adalah kurangnya kriteria variabel yang dapat
diamati terhadap penilaian kinerja auditor sehingga peneliti sering melakukan studi atas
konsensus penilaian dan konsistensi. Variabel kriteria tersebut anatara lain, generally accepted
accounting prinsiples (GAAP) dan generally accepted accounting standards (GAAS).

2.      Akutansi Keuangan

Pentingnya riset akutansi keuangan yang berbasis pasar modal dibandingkan dengan audit
menunjukkan kurang kuatnya permintaan ekternal terhadap riset akutansi keperilakuan dalam
bidang keuangan. Hal itu dijadikan alasan untuk tidak melakukan diskusi yang lebih lanjut oleh
sebagian besar kantor akutan publik. Karena pemakai informasi keuangan membuat keputusan
individuan dan dalam kelompok-kelompok kecil, riset akutansi keperilakuan dapat membuat
suatu kontribusi penting pada bidang ini.

Alasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi
yang lebih besar di masa mendatang.

a. Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal
dengan ekspektasi naif.
b. Alasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan berpotensi memberikan
kontribusi yang besar berhubungan dengan keuntungan dari riset akutansi keperilakuan
dalam bidang audit.

Dua alasan dari riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuanga di atas telah mampu
memberikan kontribusi yang lebih besar karena keunggulannya yang melebihi riset akutansi
keperilakuan dalam audit.
a. Terdapat jumlah tugas dari informasi akutansi keuangan yang merupakan input langsung
untuk keputusan pinjaman bank, negosiasi kontrak tenaga kerja, prediksi laba, dan
rekomendasi saham. Konsekuensinya, akutansi keuangan mempertimbangkan lingkup
pengujian kemampuan generalisasi dari pengaruh variebel perilaku, seperti variabel
psikologi sebagai struktur kognitif dan kemampuan “pemecahan masalah” dengan
variabel lingkungan, seperti insentif dan ketidakpastian melalui konteks keputusan
berdasarkan pengetahuan.
b.  Keuntungan riset akutansi keperilakuan dalam bidang keuangan meliputi beberapa tugas
seperti prediksi laba yang telah definisikan dengan baik dan mempunyai sifat berulang.
Hal ini merupakan kerugian yang relatif dalam audit, di mana tugas-tugas audit yang
jarang dilakukan auditor dapat menimbulkan kesulitan untuk mempelajari hubungan
antara pengalaman audit dan kinerja.

3. Akautansi Manajemen

Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akutansi keperilakuan dalam bidang
akutansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset yang
sama dalam akutansi keuangan dan memungkinkan pencerminan tradisi lama yang berbeda dari
riset akutansi keperilakuan dalam bidnag audit. Riset akutansi keperilakuan dalam akutansi
manajemen melakukan investigasi atas seluruh variabel lingkungan dan organisasional yang
telah diidentivikasi sebelumnya dan riset mendatang diharapkan akan meningkatkan perluasan
pengetahuan yang mendasari hubungan dan pengujian dalam konteks yang baru.

Riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen cenderung fokus pada variabel
lingkungan dan organisasional yang mengandalkan teori agensi, seperti insentif dan variabel
asimetri informasi. Domain pengetahuan khusus merupakan karakteristik akutansi manajemen
dan si pembuat keputusan yang menggunakan akutansi manajemen. Dengan variabel lingkungan
organisasional yang menyarankan perluasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi
manajemen dengan variabel-variabel tersebut yang meliputi interaksi dengan variabel kognitif.
Riset akutansi keperilakuan dalam bidang akutansi manajemen hanya merupakan subbidang
akutansi yang telah memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akutansi terhadap perilaku.

4.      Sistem Informansi Akutansi

Keterbatasan riset akutansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akutansi adalah
kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akutansi yang lebih
awal sekalipun. Informasi akan mendorong penggunaan keunggulan teknologi saat ini,
pencitraan data, jaringan, dan akses data dinamis melalui sistem pengoperasian menyarankan
pertimbangan atas peluang riset akutansi keperilakuan dalam bidang sistem akutansi.
Dengan semakin luasnya penggunaan jaringan komputer untuk komunikasi interpersonal,
interaksi kelompok dan pengiriman informasi mengusulkan bahwa terdapat dua bidang riset
akutansi keperilakuan dalam sistem akutansi yang relevan terdapat subbidang akutansi yang lain.
analisis alternatif dari betuk-bentuk presentasi informasi adalah untuk komunikasi yang efektif
dan efisien. Pemakai terhadap format sistem informasi yang lebih umum menunjukkan hasil
bidang ini untuk akutansi keperilakuan.

Potensi riset lainnya adalah peran dari sistem pendukung kelompok dalam memfasilitasi proses
kelompok. Sebagai contoh, kemungkinan yang paling signifikan dari perubahan teknologi untuk
kantor akutan pada beberapa tahun mendatang akan menguntungkan kecanggihan komunikasi
jaringan.

5.      Perpajakan

Riset akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada kepatuhan
dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan lingkungan. Variabel-variabel yang sering
diuji dengan hasil campuran menyarankan bahwa pelaku kepatuhan pajak adalah hasil yang
kompleks. Riset akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk
bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akutansi keperilakuan dalam bidang audit.

Pada teori agensi, riset menemukan bahwa subjek memilih sendiri kontrak pekerjaan menurut
faktor yang sesuai dengan konpensasi yang diharapkan. Wajib pajak dapat mempengaruhi
kemungkinan audit secara efektif melalui keputusan pelaporannya. Potensi lain untuk riset
akutansi keperilakuan dalam bidang perpajakan dan audit merupakan studi perilaku yang jarang
dilakukan. Audit oleh kantor pajak jarang dilakukan untuk wajib pajak, tidak seperti audit atas
kesalahan laporan keuangan oleh auditor. Terdapat pengecualian bahwa berbagai literatur
psikologi tersebut tidak ditujukan untuk riset khusu pada bidang perpajakan atau audit.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam riset akutansi. Dikarenakan pendekatan
normatif tidak dapat menghasilkan teori akutansi yang digunakan sehari-hari. Terdapat beberapa
paradigma metodologi riset akutansi keperilakuan diantaranya paradigma fungsionalis,
paradigma interpretif, paradigma strukturalisme radikal, paradigma humanis radikal, paradigma
posmodernisme, dan paardigma akutansi kritis. Peluang riset akutansi keperilakuan pada
lingkungan akutansi yaitu audit, akutansi keuangan, akutansi manajemen, sistem informasi
akutansi, dan perpajakan. Wawasan dalam riset akutansi keperilakuan bisa diperoleh dengan dua
cara yaitu survai publikasi utama dari riset akutansi keperilakuan dan klasifikasi topik artikel
yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model perilaku individu.

DAFTAR PUSTAKA

Hudayati, Ataina. 2002. Perkembangan Penelitian Akutansi Keperilakuan: Berbagai Teori


Pendekatan dan Pendekatan yang Melandasi. Jurnal Akutansi dan Auditing Indonesia.Vol.6.
No.2: 81-96.

Kuang, Tan Ming dan Se Tin. 2010. Analisis Perkembangan Riset Akutansi Keperilakuan Studi
Pada Jurnal Behavioral Research In Accounting (1998-2003). Jurnal Akutansi. Vol.2, No.2: 122-
133.

Lubis, Arfan Ikhsan. 2014. Akutansi Keperilakuan. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai