Anda di halaman 1dari 92

PERSEPSI UMKM TERHADAP SERTIFIKASI HALAL

DI KABUPATEN PAMEKASAN

SKRIPSI

OLEH:
SHOHIBUL ANSHORI
20160703030146

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2020

i
PERSEPSI UMKM TERHADAP SERTIFIKASI HALAL
DI KABUPATEN PAMEKASAN

SKRIPSI

Dajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Madura


Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Sarjana Ekonomi Syariah

OLEH:

SHOHIBUL ANSHORI
20160703030146

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul “Persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal dikabupaten


pamekasan”, yang disusun oleh Shohohibul Anshori telah di periksa dan di
setujui untuk diuji.

Pamekasan, 09 November 2020


Pembimbing,

Dr. H. Zainal Abidin, MEI


NIP:198007012006041005

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal di kabupaten


pamekasan)”, yang disusun oleh Shohibul Anshori telah dipertahankan di depan
dewan penguji skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 10 Desember 2020

Dewan Penguji

1. Dr. H. Zainal Abidin, MEI (Ketua) ( )

2. Dr. Putri Alfia Halida, Lc, M. Th.I (Anggota) ( )

3. Dr. H. Abdul Mukti Thabrani, Lc., M. S.H.I (Anggota) ( )

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Madura

Dr. H. Zainal Abidin, M.E.I


NIP. 19800701 200604 1 005

iv
ABSTRAK
Shohibul Anshori, 2020, Persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal dikabupaten
Pamekasan, Skripsi, Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, IAIN Madura, Pembimbing: Dr. H. Zainal Abidin, MEI
Kata Kunci : Persepsi Umkm, Sertifikasi Halal

Usaha mikro kecil menengah (umkm) merupakan kegiatan usaha yang


bertujuan dan mampu untuk memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan
ekonomi secara luas kepada masyarakat serta berperan dalam proses pemerataan
dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan
berperan dalam mewujudkan stabilitas ekonomi nasional. Sertifikasi halal adalah
suatu bentuk kebutuhan masyarakat terhadap informasi serta kenyamanan demi
terjaganya produk-produk yang halal untuk dikonsumsi masyarakat sebagai
konsumen terutama konsumen yang beragama islam. Sertifikasi halal di Indonesia
memulai babak baru dengan disahkanya undang-undang nomor 33 tahun 2014
tentang jaminan produk halal. Undang-undang tersebut. Menuntut pemerintah
agar ikut berperan aktif dalam proses sertifikasi halal demi terwujudnya
kemaslahatan Bersama antara produsen dan konsumen.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dua persoalan pokok, sehingga
menghasilakan fokus penelitian. Pertama, bagaiman persepsi umkm terhadap
sertifikasi halal di kabupaten pamekasan ; Kedua, Sejauh mana tingkat
pemahaman UMKM terhadap prosedur sertifikasi halal di kab. Pamekasan
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan
mengambil objek penelitian yang ada di kabupaten Pamekasan, sehingga
penggalian data dalam penelitiaan ini menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yaitu memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi yang bertujuan untuk menganalisa dalam setiap aspek untuk
mendalami fokus penelitian dan untuk mengungkapkan secara terperinci dan jelas.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Pertama, Penerapan
sertifikasi halal di kabupaten Pamekasan untuk saat ini masih belum ada ada
umkm yang memiliki sertifikasi halal. Alasanya adalah pengetahuan para pamilik
umkm itu sendiri, serta kesadaran termasuk hal yang penting karena sekarang ini
penerapan sertifikasi halal oleh LPPOM MUI berdasarkan yang ingin mengajukan
secara sukarela. Selain itu pelaku usaha umkm terlalu sibuk dengan usahanya juga
menjadi factor karena tidak ingin melakukan pengurusan yang terlalu banyak
memakan waktu, uang dan tenaga. Kedua, Persepsi tentang sertifikasi halal pun
mereka lontarkan dalam bentuk pendapat yang berbeda-beda, kebutuhan
sertifikasi halal di kabupaten Pamekasan dianggap perlu karena penduduk yang
mayoritas islam sehingga perlunya legitimasi agar membuat tenang dan
kenyamanan dalam mengonsumsi seuatu produk. Ada pula yang menganggap
tidak perlu hal itu dikarena pemilik umkm adalah adalah agama Islam jadi tidak
mungkin membuat usaha atau produk yang tidak halal atau dilarang oleh agama.

v
KATA PENGANTAR

ِ ‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح‬


‫يم‬ ْ ‫ِب‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan karunianya

sehinnga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “persepsi umkm

terhadap sertifikasi halal di kabupaten pamekasan.

Sholawat dan beserta Salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan

Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya dari alam jahiliyah

menjadi insan yang berilmu dan berakhlak mulia.

Skripsi ini penulis buat tiada lain untuk memenuhi tugas akhir untuk

memperoleh gelar sarjana stara satu (S1) dalam Jurusan Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Madura.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang terlibat

dalam penulisan skripsi ini diantaranya:

1. Dr. H. Mohammad Kosim, M.Ag., selaku Rektor IAIN Madura.

2. Dr. H. Zainal Abidin, M.EI, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam dan selaku pembimbing skripsi, yang telah banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan sehinnga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

3. Sakinah, MEI, selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen program Studi Perbankan Syariah Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Madura yang telah mentransformasikan

ilmunya kepada penulis.

5. Ayah dan Ibu, tunangan tercinta serta semua saudara-saudara saya dan

taman-teman atas doa dan dukungannya.

vi
6. Semua teman-teman yang ikut membantu dalam penulisn skripsi ini,

beserta seluruh sahabat di IAIN Madura yang telah mengajarkan arti

penting dari sebuah persahabatan baik disaat susah ataupun senang.

Mudah-mudahan semua bentuk bantuan yang telah diberikan merupakan

amal sholeh dan mendapatkan balasan yang lebih baik dan sempurana dari Allah

SWT.Amin Ya Rabbal Alamin.

Penulis menyadari akan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena

itu saran dan kritik konstruktif dari berbagai pihak selalu penulis tunggu untuk

membantu kearah yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga hasil

skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umunya bagi pembaca.

Pamekasan,12 Juni 2020


Penyusun

Shohibul anshori
Nim.20160703030146

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................i
HALAMAN JUDUL..................................................................................ii

vii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................iii
ABSTRAK..................................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................vii
DAFTAR TABEL......................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Konteks Penelitian.....................................................................1
B. Fokus Penelitian.........................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................5
D. Kegunaan Penelitian...................................................................6
E. Definisi Istilah............................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................8
A. Kajian Teoretik...........................................................................8
1. Kajian tentang Persepsi........................................................8
2. Kajian tentang UMKM........................................................14
3. Kajian Tentang Sertifikasi Halal..........................................17
B. Kajian Penelitian Terdahulu.......................................................27
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................30
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..............................................30
B. Kehadiran Peneliti....................................................................30
C. Lokasi Penelitian......................................................................31
D. Sumber Data ...........................................................................31
E. Prosedur Pengumpulan Data....................................................31
F. Analisis Data............................................................................35
G. Pengecekan Keabsahan Data...................................................37
H. Tahap-Tahap Penelitian...........................................................37
BAB IV PA

viii
PARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN.....43
A. Paparan Data............................................................................43
B. Temuan Penelitian...................................................................55
C. Pembahasan.............................................................................56
BAB V PENUTUP......................................................................................61
A. Kesimpulan................................................................................61
B. Saran...........................................................................................63
DAFTAR RUJUKAN................................................................................65
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................66
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................59
RIWAYAT HIDUP....................................................................................76

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 3 Daftar Informan..........................................................................35

Tabel 2.3 Data Dokumentasi ..................................................................... 39

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Pada era globalisasi saat ini pertumbuhan ekonomi yang baik
merupakan penilaian keberhasilan pemerintah dalam melakukan
pembangunan, tidak terkecuali dalam aspek ekonomi, pemerintah membuat
dan mendukung program-program dengan konsep ekonomi kerakyatan.
Konsep ekonomi kerakyatan adalah gagasan tentang cara, sifat, dan tujuan
pembangunan dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat yang pada
umumnya bermukim dipedesaan. Konsep ini mengadakan perubahan penting
kearah kemajuan khususnya kearah pendobrakan halangan yang memblenggu
sebagian besar rakyat Indonesia dalam keadaan serba kekurangan dan
keterbelakangan. 1
Kegiatan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan daya dan
taraf hidup masyarakat, karena dengan semakin meningkatnya pertumbuhn
ekonomi maka kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat maka dibutuhkan lapangan pekerjaan yang mampu
menyerap setiap angkatan yang ada. Indonesia sebagai negara yang penuh
kekayaan alam, belum mampu memaksimalkan potensi yang ada. Masyarakat
dituntut untuk lebih mengembangakan kemampuan atau potensi yang ada
pada diri sendiri maupun yang berada wilayah masing sehingga kebutuhan
meraka masih bisa di penuhi.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup agar menjadi sejahtera,
masyarakat yang mempunyai kemampuan dan jeli melihat potensi diri serta
mampu mengidentifikasi lingkungan, dapat menemukan peluang dan
membuka peluang usaha bagi masyarakat. Dengan adanya peluang usaha
tersebut diharapkan dapat membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat
sekitar menjadi lebih baik sehingga mampu mengurangi tingkat urbanisasi

1
Nailah riskia, “Analisis Perkembangan Uaha Miro kecil dan Menengah (UMKM) sebelum dan
sesudah memperoleh Pembiayaan Bank Umum Syariah.” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah) hlm.
1.

1
yang tinggi. Selain itu, dengan adanya usaha yang menitik beratkan pada
peluang yang ada di daerah sekitar, diharapkan mampu menjadi ikon atau ciri
khas dari daerah tersebut.2
Usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup itu
diantaranya adalah melakukan usaha miro kecil menengah, usaha mikro kecil
dan menengah atau disingkat dengan UMKM merupakan basis ekonomi
kerakrayatan. Oleh karena itu sangat penting peranya dalam membangun
ekonomi nasional karena memperluas lapangan kerja dan membarikan
pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, mendorong
pertumbunhan ekonom, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas negara.
Pemberdayaan UMKM menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dalam rangka
mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan
kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha.
Data badan pusat statistik (BPS) jumlah UMKM di Indonesia terus
bertambah setiap tahunya. Kontribusi sektor UMKMterhadap produk
domestik bruto (PDB) mencapai 60,34%, dari sisi tenaga kerja, UMKM
mampu menyerap tenaga kerja hingga 57,9 juta yang berarti 97,2%
diberbagai daerah di Indonesia. Besarnya jumlah tersebut tentunya
berkorelasi terhadap penyerapan tenaga kerja. Mestinya disadari bahwa
dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor UMKM telah
menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, menekan angka pengangguran, dan
momentum bagi bangkitnya wirausaha baru3.
Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk produksi dan
distribusi barang-barang halal. Hal ini mengingat bahwa Indonesia adalah
jumlah umat muslim terbesar di dunia. Survey yang dilakukan oleh lembaga
pengakajian pangan, obat-obatan, dan komestika majelis ulama Indonesia
(LP POM MUI) pada tahun 2010 lalu menunjukan baha kepedulian
masyarakat terhadap produk halal meningkat. Tahun 2009 adalah sebesar

2
Ade Muhamad Alimul Basar, “Peranan Usaha Keil Menengah (UKM) Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Di Keamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan.” (Skripsi, IAIN Syeh
Nurjati Cirebon). hlm. 1.
3
Nailah Riskia, “Analisis Perkembangan Uaha Miro kecil dan Menengah (UMKM) sebelum dan
sesudah memperoleh Pembiayaan Bank Umum syariah, hlm. 1-2.

2
70%, lalu meningkat menjadi 92,2% di tahun 2010. Maka sertifikasi halal di
Indonesia adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi dan sebagai simbol
untuk memenuhi kepentingan mayoritas umat muslim. Kenyataanya,
dibeberapa usaha label halal sangat mudah untuk dipalsukan. Beberapa
produsen dan pengusaha diketahui tidak memiliki sertifikasi halal yang
melabelkan simbol halal pada produknya. MUI sebagai lembaga sertifikasi
halal merasa dirugika, sehingga MUI pun menetepkan label halal secara
resmi. Hal ini mulai diketahui publik sejak diterbikanya surat keputusan
lembaga pengkajian pangan, obat-obatan dan komestik. MUIIndonesia
tentang logo LP POM MUI bernomor surat SK10/Dir/LP POM MUI/XII/07
tahun 2007 (LP POM/MUI, 2007).
Dalam beberapa hal mengenai sertifikasi halal, masyarakat tentunya
memilah –milih terhadap barang atau produk yang akan dibeli. Namun semua
itu sebenarnya masyarakat tidak mengetahui bagaimana proses yang ada dan
cara pengolahan yang dilakukan. Kenyataanya untuk memproduksi suatu
produk halal tidak hanya berdasarkan bahan baku saja, tapi mulai dari
tatacara produksi, pengolahan, tambahan bahan lain ataupun dari segi lainya
yang mencakup produksi produk tersebut juga harus bersifat halal dari segi
apapun. Padahal islam mengajarkan bahwa tidak diperbolehkan bagi umat
musli untuk mengonsumsi dan memakan produk tertentu karena unsur yang
dikandungnya atau proses yang mengikutinya. Dalam undang-undang yang
menjelaskan tentang penetapan sertifikasi halal dinyatakan bahwa “sertifikasi
halal harus ada pada setiap produk”, hal ini sedikit banyaknya bertentangan
pada setiap produk yang belum memiliki label halal khususnya pada produk
yang terdapat di usaha mikro kecil menengah (UMKM). Bagi konsumen
muslim adanya label halal pada kemasan produk dapat memastikan produk
manasaja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan
mencantumkan label halal pada kemasanya. Konsumen muslim yang
memilih-milih dalam memutuskan untuk menkonsumsi atau tidak produk-
produk tampa label halal merupakan hak dari konsumen itu sendiri(UUD
nomor 33 tahun 2014).

3
Undang – undang MUI nomor 33 pasal 4 tahun 2014 tentang jaminan
produk halal (UUJPH) yang mengatur banyaknya peraturan sertifikasi halal
yang selama ini tersebar diberbagai peraturan perundang undangan, dilain sisi
undang-undang jaminan produk halal dapat disebut sebagai pusat hukum
(centre act) bagi regulasi produk halal. Jaminan produk halal (JPH) dalalm
undang-undang ini terdapat berbagai aspek tidak hanya obat, makanan dan
kosmetik akan tetapi lebih lagi terdapat produk kimiawi, produk biologi,
produk rekayasa genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau
dimanfaatkan oleh masyaraka (UUJPH, pasal 1 ayat 1 ) bahkan pengaturanya
meliputi halalnya suatu produk dari sabang hingga merauke. Proses produk
halal diartikan sebagai kegiatan untuk menjamin kehalalan produk yang
meliputi persediaan bahan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan,
pendistribusian, penjualan, dan penyejian produk ( UUJPH, pasal 1 ayat 3).4
Kewajiban sertifikasi halal ternyata belum sepenuhnya dipahami dan
diterapkan oleh beberapa pelaku usaha baik kecil maupun menengah, katidak
tahuan dan kurangnya sosialisasi merupakan salah satu faktor terjadinya hal
tersebut. Hal ini juga dirasakan oleh beberapa elemen pelaku usaha yang ada
di kab. Pamekasan provinsi jawa timur. Kota yang terletak di tengah –tengah
pulau madura yang dikelilingi pesantren – pesantren besar seperti ponpes
bata-bata dan banyuanyar. Pelaku usaha di kota pamekasan sendiri tidak
sedikit, menurut badan pusat statistik nasional pamekasan tercata ada
sebanyak 195.510 pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Badan pusat statistik (BPS) kabupaten pamekasan pada tahun 2016
menunjukan bahwa jumlah umkm yang ada dan terdaftar di dinas koperasi
dan umkm sebanyak 195.510 hal ini sangat luar biasa mengingat data yang
diambil pada tahun 2016, hal serupa juga disampaikan oleh kepala dinas
koperasi dan umkm mengenai data jumlah umkm yang terseber di kabupaten
pamekasan.
Pamekasan dengan julukan gerbang salam hal ini ditandai dengan
terbentuknya Lembaga Pengkajian dan Penerapan Syariat Islam (LP2SI )

4
Edi Hidayat, “Respon Pelaku Usaha Terhadap Keajiban Penetapan Kewajiban Sertifikasi Halal
Pada Ayam Penyet Suabaya Dan Super Geprek Sleman Yogyakarta.” (Skripsi, UII Yogyakarta).
hlm. 1-2.

4
dengan Keputusan Bupati Pamekasan Nomor 188/126/441.012/20025.
Gerbang salam sendiri merupakan kepanjangan dari gerakan pembangunan
masyarakat islam, yang artinya kabupaten pamekasan sudah menerapkan
beberapa perda yang yang lebih condong pada islam. Namun tak bisa
dipungkiri ternyata masih banyak masyarakat pamekasan yang masih belum
memahami secara luas dan benar terhadap syariat-syariat islam, salah satunya
dalam persoalan muamalat, banyak sekali pelaku usaha yang masih belum
melaksanakan kegiatan usaha perdangan atau perniagaan yang tidak sesuai
dengan islam, mulai dari bahan baku, proses produksi, hingga produk yang
dijual masih banyak yang belum bersetifikasi halal.Banyak anggapan dan
persepsi UMKM sendiri terhadap sertifikasi halal ini, mulai dari
ketidaktahuan para pelaku usahan sampai muncul anggapan-anggapan yang
menganggap sertifikasi halal itu hanya sukarela bahakan ada beberapa pelaku
usaha yang menganggap hal ini tidak penting. Hal inilah yang kemudian
menjadi salah satu perhatian khusus mengingat pamekasan sudah disebut-
sebut sebagai kota gerbang salam.
Berdasarkan permasalahan diatas maka dari itu penulis tertarik
meneliti UMKM yang ada di pamekasan dengan tujuan ingin mengetahui
bagaimana persepsi pelaku usaha dipamekasan terhadap pentingnya
sertifikasi halal. Maka dari itu penulis tertarik mengangkat judul penelitian
yang berjudul:“Persepsi UMKM Terhadap Sertifikasi Halal di kabupaten
pamekasan Pamekasan”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian yang telah diuraikan diatas, maka
secara khusus pembahasan peneliti yang menjadi fokus penelitian adalah :
1. Bagaimana persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal di kabupaten
Pamekasan?
2. Sejauh mana tingkat pemahaman UMKM terhadap prosedur sertifikasi
halal di kab. Pamekasan ?
C. Tujuan Penelitian
5
Ari wibowo, budaya masyarakat islam sebagai citra diri kota gerbang salam, Vol. 9, No. 2,
desember 2019, hlm. 4

5
Adapun tujuan dalam penelitian persepsi UMKM terhadap sertifikasi
halal pasca penerapan gerbang salam di pamekasan adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal di kab.
Pamekasan
2. Untuk meengetahui sjauh mana UMKM menerapkan sertifikasi halal di
kab. Pamekasan

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk berbagai kalangan
antara lain :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis kegunaan penelitian ini sebagai sebuah rujukan referensi
kepustakaan untuk peneliti berikutnya yang meneliti mengenai persepsi
UMKM terhadap sertifikasi halal di pamekasan.
2. Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis penelitian ini antara lain :
a. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini merupakan suatu proses untuk
mengetahui tentang persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal di
Pamekasan
b. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
tambahan referensi perpustakaan yang memberikan informasi dan
wawasan bagi mahasiswa serta menjadi avuan mahasiswa dan
mahasiswi lainya di dalam penelitian selanjutnya.
c. Sedangakan bagi masyarakat, hasil penelitian ini bisa memberikan
pemahaman mengenai persepsi UMKM terhadap sertifikasi halaldi
Pamekasan
E. Definisi Istilah
Peneliti berupaya memberikan batasan-batasan istilah untuk
menghindari kekaburan makna dan mendapatkan penafsiran yang sama,
yaitu:
1. Persepsi dapat dipahami sebagai pemikiran yang terstruktur dan ilmiah
serta bisa di pertanggung jawabkan dan dapat diterima oleh manusia baik

6
melalui pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan, penciuman
yang erat hubunganya dengan masalah falsafah sosial masyarakat.6
2. UMKM adalah wujud kehidupan ekonomisebagian besar rakyat
Indonesia dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada
umumnya. UMKM juga merupakan kepanjangan dari usaha mikro kecil
dan menengah.7
3. Halal adalah segala objek atau kegiatan yang diizinkan untuk digunakan
atau dilaksanakan, dalam agama Islam8
4. Sertifikasi halal adalah jaminan keamanan bagi seorang konsumen
muslim untuk dapat memilih makanan yang baik baginya dan sesuai
dengan aturan agama.
Jadi yang dimaksud judul diatas adalah bagaimana persepsi atau
tanggapan para pelaku usaha dalam menyikapi adanya kewajiban sertifikasi
halal yang harusnya diterapkan di kabupaten pamekasan dan sejauh UMKM
menerapkanya.

6
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 51.
7
Tulus t.h tambunan, umkm di Indonesia (bogor : ghalia Indonesia, 2009) hlm. 16.
8
Majelis Ulama Indonesia, sertifikasi halal, official website halal majelis ulama Indonesia.
www.halalMUI.org(diakses pada tanggal 25 januari 2020).

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritik
1. Kajian tentang Persepsi
a. Pengertian persepsi
Pada dasarnya persepsi merupakan proses bagaimana
rangsangan atau stimuli stimuli diseleksi, diorganisasikan dan
diinterprestasikan atau diberi nama/ arti. Menurut william J Stanton
persepsi dapat diartikan sebagai makna yang kita hubungkan
berdasarkan pengalaman masa lampau, dimana hal itu dirangsang
melalui 5 indera yang kita terima.9
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna
pada stimuli inderawi (sensory stimuli).10Persepsi merupakan isu
sentral dalam epistemologi (cabang ilmu filsafat tentang dasar dasar
dan batas batas pengetahuan), teori pengetahuan. Pada akar, semua
pengetahuan empiris kita didasarkan pada bagaimana kita melihat,
mendengar, menyentuh, bau dan rasa dunia disekitar kita.11
Persepsi (dari bahasa Latin perceptio, percipio) adalah
peristiwa menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi sensoris
guna sehingga dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang
lingkungan. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan
menginterprestasikan kesan kesan sensoris mereka guna memberikan
arti bagi lingkungan mereka.12

9
J. Supranto, Nandan Limaksirna, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2011) hlm. 165.
10
Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Komunikasi (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 51.
11
Alizamar, Nasbahry Couto, Psikolosi Persepsi dan Desain Informasi (Yogyakarta: Media
Akademi, 2016) hlm. 14-15.
12
Ibid. 14.

8
Menurut Stanton et al. Persepsi dapat didefinisikan sebagai
makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli
(rangsangan yang kita terima melalui lima indra). Sedangkan menurut
Deshpande, Farley dan Webster persepsi adalah proses bagaimana
stimuli stimuli diselesksi, diorganisasikan dan diinterprestasikan.13
Persepsi (perception) adalah proses dimana seseorang
memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran tentang dunia yang bermakna. Poin utamanya
adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik,
tetapi juga pada hubungan rangsangan terhadap bidang yang
mengelilinginya dan kondisi dalam setiap diri kita.14
Persepsi persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi
diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Schiff-
man dan Kanuk mendefinisikan persepsi sebagai proses psikologi
dimana individu memilih, mengorganisasikan dan
menginterprestasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna. 15
Persepsi merupakan tindakan manusia dalam menafsirkan apa
informasi yang diterima dengan menghubungkan pengalamannya
untuk memunculkan gambaran mengenai makna kehidupan.
Proses persepsi diawali dengan stimuli yang mengenai indera
konsumen. Stimuli yang merupakan segala sesuatu yang mengenai
indra dan menimbulkan persepsi bisa bermacam macam bentuknya,
misalnya segala sesuatu yang bisa dirasakan melalui beberpa panca
indra seperti penciuman, penglihatan, pendengaran dan segala sesuatu
yang bisa diraba. Stimuli ini akan mengenai organ yang disebut
sebagai seonsory receptor (organ manusia yang menerima stimuli
atau indra).16

13
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) hlm. 92.
14
Philip Kotler, Kevin Lane K, Manajemen Pemasaran (Erlangga, 2008, Edisi 13 jilit 1) hlm.
179-180.
15
Tatik Suryani, Perilaku Konsumen di Era Internet (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) Hlm. 75.
16
Ibid. 75.

9
Pengertian stimuli atau stimulus sendiri merupakan bentuk
fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat memengaruhi
individu. Stimuli terdiri dari dua bentuk, yaitu:
a) Stimuli pemasaran. Stimuli pemasaran adalah setiap
komunikasi atau bentuk fisik yang didesain
perusahaanuntuk memengaruhi konsumen. Produk dan
komponennya (seperti, kemasan, isi, ciri-ciri fisik, desain)
adalah stimuli utama ( primary / intrinsic stimuli).
Komunikasi yang didesain untuk memengaruhi kosumen
adalah stimuli tambahan (secondary stimuli) yang
merepresentasikan produk seperti kata kata, gambar dan
simbol atau melalui stimuli lain yang disosialisasikan
dengan produk seperti harga, toko tempat produk dijual dan
pengaruh sales.
b) Stimuli lingkungan ( sosial dan budaya). Stimuli
lingkungan adalah stimuli fisik yang didesain untuk
memengaruhi keadaan lingkungan.17
Ada dua faktor kunci yang menentukan stimuli akan
dirasakan dan bagaimana stimuli itu dipersepsi, yaitu:

a) KARAKTERISTIK STIMULUS YANG


MEMENGARUHI PERSEPSI, karakteristik ini dibagi
dalam dua kelompok, yaitu elemen inderawi (censory
element)sepertibau, rasa, penglihatan, pendengaran dan
elemen struktural (structural element)seperti ukuran dan
betuk.
b) KEMAMPUAN KONSUMEN UNTUK MENDETEKSI
PERBEDAAN dalam suara, cahaya, bau atau stimuli
lainnya, ditentukan oleh tingkat ambang batasnya
(threshold level).18

17
Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen (Jakarta: Prandamedia Group, 2015) hlm. 93.
18
Ibid. 94.

10
Persepsi Konsumen merupakan suatu proses dimana
konsumen memilih , menginterprestasikan (memaknai) dan
mengorganisasikan rangsangan atau informasi yang didapat menjadi
suatu gambaran yang memiliki arti tertentu. Singkatnya persepsi
konsumen adalah pandangan konsumen terhadap sesuatu yang
dilihatnya, didengarnya atau yang dirasanya.

b. Proses Persepsi
Persepsi pada hakikatnya merupakan proses psikologis yang
kompleks yang melibatkan aspek fisiologis. Proses psikologis penting
yang terlibat dimulai dari adanya aktifitas memilih, mengorganisasi,
dan menginterprestasi stimuli sehingga konsumen dapat memberikan
makna atas suatu obyek. Usaha apapun yang dilakukan oleh pemasar
tidak akan berarti jika konsumen memiliki persepsi yang berbeda
dengan yang dikehendaki pasar.19Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa persepsi merupakan proses yang terdiri dari
seleksi, organisasi dan interprestasi terhadap stsimulus. Proses persepsi
terdiri dari:
a) Seleksi Perseptual
Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan
memilih stimulus berdasarkan pada berbagai informasi yang ada
dalam memori konsumen. Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih
dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen. Oleh
karena itu, dua proses yang termasuk kedalam definisi selesksi
adalah, perhatian (attention) dan persepsi selektif (selectif
perseption).
b) Organisasi Persepsi.
Organisasi persepsi (perceptual organization) berarti bahwa
konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber
kedalam pengertian yang menyeluruh untuk memahami lebih baik
dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar dari organisasi

19
Tutik Suryani , Perilaku Konsumen di Era Internet ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) hlm. 78.

11
persepsi ialah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus
akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara
menyeluruh. Pengorganiasasian seperti itu memudahkan untuk
memproses informasi dan memberikan pengertian yang
terintegrasi terhadap stimulus.20Singkatnya konsumen akan
megelompokkan seluruh informasi yang diterimanya kemudian
dikelompokkan untuk mendalami pemahaman itu.
c) Intepretasi.
Setelah konsumen mengorganisir stimuli dan mengaitkannya
dengan informasi yang dimiliki, maka konsumenakan
menginterprestasikan atau memberi arti agar stimuli
tersebutmemilikimakna. Pada tahap intepretasi ini konsumen
secara sadar atau tidak sadar akan mengaitkan dengan semua
semua informasi yang dimilikinya agar mampu memberikan
makna yang tepat. Dalam proses ini pengalaman dan kondisi
psikologis konsumen seperti kebutuhan, harapan dan kepentingan
akan berperan penting dalam menginterpretasikan stimuli. Stimuli
yang tidak jelas atau yang ambigu seringkali sulit diintepretsikan
konsumen. Karena ketidakjelasan ini, konsumen mengalami
kesalahan dalam memberi makna.21
Proses persepsi ini bertahap, setelah Konsumen memiliki dan
mempunyai informasi, maka konsumen akan mengelompokkan dan
menyeleksi informasi tersebut untuk dikaitkan dengan apa yang sedang
diadapinya.

c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Manusia


Faktor faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:22
a) Biologis dan Neurologis, antara lain unsur biologis
manusia, neural/syaraf, usia, gender, kesehatannya,
20
Nugroho J. Setiadi, “ Perilaku konsumen”, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) Hlm: 102
21
Tutik Suryani, Perilaku Konsumen di Era Internet ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) hlm. 83-84.
22
Alizamar, Nasbahry Couto, Psikolosi Persepsi dan Desain Informasi (Yogyakarta: Media
Akademi, 2016) hlm. 82-83.

12
keletihan seseorang, sikulus biologis dan semacamnya.
Hal ini berlaku umum bagi semua manusia. Faktor
Neurologis yaitu faktor pemersepsi (perceiver), objek
yang dipersepsi, informasi yang ditangkap, ketersediaan
informasi sebelumnya, Impresi konteks atau situasi saat
persepsi dilakukan. Faktor biologis adalah dalam yang
memengaruhi secara biologis, yang mencakup beberapa
hal antara lain: usia, tenaga, perhatian (attention).
b) Faktor sosial, hal ini tidak berlaku umum bagi semua
manusia. Misalnya, perbedaan sosial (sosial difference),
aturan sosial (social roles dan konsep diri (self concept)
yang terakhir ini juga akibat pengaruh sosial.
2. Kajian Tentang UMKM
a. Pengertian UMKM
Di IndonesiaUMKM diatur dalam undang-undang republik
Indonesia no. 20 tahun 2008 tentan UMKM.23 Pasal satu dari uu
tersebut, dinyatakan bahwa usaha mikor adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam uu tersebut. 24
Sedangakn usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan perusahaan cabang yang
dimiliki, dikuasi, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung, dari usaha mikor, usaha kecil atau usaha besar yang
memenuhi usaha mikro sebamana dimaksud dalam uu tersebut.25
Usaha mikro, kecil dan menengah (selanjutnya disebut
UMKM) merupuakan wujud kehidupan ekonomi sebagin besar rakyat
Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai bagian integral dunia
usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan

23
Tulus t.h tambunan, umkm di Indonesia (bogor : ghalia Indonesia, 2009) hlm. 16.
24
Ibid. 17.
25
Ibid. 18

13
sangat penting dan strategis dalam meujudkan tujuan pembangunan
nasioanl pada umumnya, khususnya pembangunan ekonomi.
Dengan demikian, UMKM merupakan sektor yang paling
banyak berperan terhadap perkembangan perekonomian nasional dan
memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat serta
berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Salah satu pusat
kajiang yang menghususkan pada masalah umk ini, social ekonomic
research Indonesia(SERI) memapakan, baha usaha kecil memberikan
sumbangan besar dalam pendapatan domestik bruto (PDB) yang
mampu menggerakkan dan mamacu percepatan pertumbuhan
perekonomian dalam negeri.26
b. Tujuan UMKM
Tujuan pemberdayaan UMKM berdasarkan pasal 5 undang-
undang UMKM yang menyebutkan bahwa tjuan pemberdayaan
UMKM antara lain :
a) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang
seimbang, perkembangan, dan berkeadilan.
b) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha
mikro, keil, dan menengah menjadi usaha yang tangguh dan
mandiri.
c) Meningkatkan peran usaha mikro, kecil, dan menengah
dalam pembangunan dareah, penciptaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dari kemiskinan.27

c. Kriteria UMKM
Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah berdesarkan
kekayaan dan hasil penjualan, menurut undang-undang nomor 20
tahun 2008 pasal 6 ayat (1) undang-undang UMKM, kriteria usaha
mikro yaitu :

26
Etty Mulyati, kredit Perbangkan (Aspek Hukum Dan Pengembangan Usaha Mikro Keicil dalam
pembangunan perekonomian Indonesia) (jakarta : refika aditama, 2016), hlm.2.
27
Ibid. 124.

14
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak rp. 50.000.000,00
(lima puluh juata rupiah) tidak termasuk tanah dan
pembangunan.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Kriteria usaha
kecil menurut pasal 6 ayat (2) undang-undang UMKM,
tentang kriteria usaha kecil yaitu :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat
2. Mimiliki hasil penjualan tahunan lebih dari rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
Sedangkan menurut pasal 6 ayat (3) undang-undang
UMKM, tentang kriteria usaha menengah, yaitu : Memiliki
kekayaan bersih lebih dari rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak rp. 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuh tanah dan bangunan tempat
usaha.28

d. Jenis-Jenis UMKM
Jenis usaha kecil dikategorikan berdasarkan jenis produk
atau jasa yang dihasilkan maupun aktivitas yang dilakukan oleh
suatu usaha kecil yaitu :
a) Usaha perdagangan
Usaha perdangan terdiri dari keagenan, pengecer,
ekspor/impor, dan sekor informal
b) Usaha pertanian
Pertanian pangan maupun perkebunan : bibit dan peralatan
pertanian, buah-buahan, dan lain-lain

28
Ibid. 126.

15
c) Usaha indurstri
Usaha indurstri terdiri dari industri logam/kimia : perajin
logam, perajin kulit, keramik, fiber glass, marmer,
makanan/minuman, pertambangan dan konveksi.
d) Usaha jasa
Usaha jasa terdiri dari konsultan, perencanaan :
perencanaan tekhnis, perencanaan sistem, pembengkelan
dan transportasi
e) Usaha jasa kontruksi
Usaha jasa konturuksi terdiri dari kontraktor bangunan
seperti jalan, kelistrikan, jembatan, pengairan, dan usaha-
usaha lain yang berkaitan dengan teknis kontruksi
bengunan.29
3. Kajian Tentang Sertifikasi Halal
a. Konsep Halal
Pengertian halal menurut departemen agama yang dimuat
dalam kepmenag ri no 518 tahun 2001 tentang pemerikan dan
penetapan pangan, halal ialah tidak mengandung unsur atau bahan
haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat islam, dan pengolahanya
tidak bertentangan dengan syariat islam.30
Halal dalam bahasa kita berarti diijinkan. Semua jenis makanan
dan minuman adalah halal kecuali yang secara khusus disebutkan
(haram) dalam alquran dan hadits nabi muhammad saw manusia
dialarang mengganti atau membolak balikan hukum tersebut, yang
haram menjadi halal atau sebaliknya.31 Istilah halal dalam alquran juga
sering digunakn dalam konteks yang lain. Sebagian diantaranya
merujuk pada makanan, seperti yang terdapat dalam al Quran Qs al-
maidah/5 ayat 87-88 :

29
Harimurti subanar, manajemen usaha kecil (yogyakarta : BPFE, 2012) hlm. 4.
30
Afiq dwi cahyono, “urgensi penerapan sertifikasi hala majelis ulama Indonesia (MUI) terhadap
produk UMKM (studi di kota mataram)” jurnal ekonomi dan bisnis (JBE), (September,2016) hlm.
15.
31
Syafrida, “sertifikasi halal pada produk makanan dan minuman member perlindungan dan
kepastian humkum hak-hak komsumen muslim” Jurnal Ekonomi,(t.t, t.t., ?)

16
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan
apa-apa yang baik yang telah allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makan
yang halal lagi baik dari apa yang allah telah rezekikan kepadamu
dan bertaqwalah kepada allah yang kamu beriman kepada-nya.32

Hal lain juga dipertegas dalam RUU jaminan produk halal,


bahwa untuk memberikan kepastian hukum dan melindungi hak-hak
konsumen muslim, yang menjadi konsumen utam dan terbesar di
negeri ini (+- 200juta/87%dai penduduk Indonesia), beberapa materi
uu jaminan produk halal yang sudah disahkan menjadi uu diantaranya
adalah33:
a) Jaminan produk halal harus menjadi kewajian bagi
produsen bukan bersifa volunter (sukarela)
b) Kewenangan fatwa produk halal harus ditetapkan olehsatu
lembaga fatwa yang otoritatif dan legitimed, untuk itu,
ijtima’ ulama mengusulkan untuk menjadikan MUI sebagai
lembaga yang memiliki otoritas tunggal dalam penetapan
fatwa halal
c) Agar setiap produk hala dapatteruji dan dipertanggung
jawabkan kehalalanya maka sebaiknya tidak ada pemisahan
antara lembaga audit halal dan lembaga fatwa dibawah
MUI, seperti yang sudah berjalan selama 20 tahun ini
dengan sistem jaminan halal yang sudah teruji.
d) Harus ada pengaturan yang tegas, jelan dan efektif
mengenai pengawasan kehalaln poduk, baik produk dalam
negeri maupun produk luar negeri.
e) Ada sanksi, baik bersifat administrasi, ganti rugi dan atau
pidana terhadapa pelanggaran atas ketentuan undang-
undang jamina produk halal.

b. Sertifikasi Halal

32
Departemen Agama RI, Al-quran dan terjemahnya (semarang : karya toha putra, 2002), hal. 122.
33
Ma’ruf amin, Hiimpunan fatwa MUI sejak 1975 (jakarta : airlangga, 2011), hlm. 921.

17
Sertifikasi halal merupakan jaminan keamana bagi seorang
konsumen muslim untuk dapat memilih makanan yang baik
baginya dan seusai dengan aturan agama. Produk makanan yang
memilik sertifikasi halal adalah produk yang dalam proses
pengolahanya memenuhi standart dalam keamanan dan kebersihan.
Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh
sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa
baham, proses produksi dan SJH melalui standart LPPOM MUI.
Sertifikat halal merupakan suatu proses yang dilakukan dalam
beberapa tahap untuk membuktikan bahwa penerapan sistem
jaminan halal telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan secara
sistematis. Sertifakat halal juga fatwa tertulis mejelis ulama
Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu prodak yang
merupakan keputusan sidang komisi fatwa MUI berdasarkan
proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI sesuai dengan
syariat islam.34.

c. Manfaat sertifikasi halal

Chairman Indonesia Halal Center Lutfiel Hakim


mengatakan setidaknya ada delapan keuntungan yang bisa
didapatkan jika produsen memberikan jaminan halal pada
produknya35.

a) Meraih Keberkahan
Perintah mengonsumsi produk halal terdapat dalam kitab suci
dan merupakan perintah langsung dari Tuhan yang ditujukan
untuk kebaikan manusia sendiri. Perintah untuk memakan
makanan halal bahkan diperintahkan kepada seluruh manusia,
bukan hanya umat Islam. Memproduksi makanan yang halal
artinya bisa mengarahkan usaha menuju usaha yang
34
Majelis ulam Indonesia, sertifikasi halal, official website halal majelis ulama Indonesia.
www.halalMUI.org(diakses pada tanggal 25 januari 2020).
35
Edi hidayat, “Respon pelaku usaha terhadap Kewajiban penetapan sertifikasi halal pada ayam
penyet surabaya dan super geprek sleman Yogyakarta.” (Skripsi, UII), hlm. 36-37.

18
berkahatau bertambah kebaikan. Dalam konteks ini, bisa
dikatakan produk halal dapat memberikan keuntungan
spiritual kepada konsumennya.
b) Melindungi Konsumen
Di Indonesia, kebanyakan konsumen beragama Islam.
kebutuhan yang penting bagi umat Islam adalah
mengonsumsi produk halal. Dibutuhkan itikad baik dari
produsen untuk menyediakan produk yang sesuai dengan
standar konsumsi konsumen muslim yaitu kehalalan. Tak ada
yang lebih berharga bagi seorang penjual kecuali mampu
memberikan perlindungan terhadap pelanggannya, dengan itu
loyalitas pelanggan juga bisa terbangun.
c) Memperoleh citra yang positif
Saat ini produk halal berkembang bersamaan dengan
teknologi terutama teknologi pangan. Halal tidak hanya
dianggap sebatas standar agama tertentu tetapi bisa menjadi
standar keamanan konsumsi produk sebagaimana standar
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Alasannya,
setelah halal ada istilah thoyyib yang berarti baik untuk
dimakan. Menerapkan standar halal dan thoyyib membuat
produk memiliki standar kualitas yang jelas, serta
memberikan nilai fungsi yang lebih kepada pelanggan.
d) Produk otomatis memiliki sistem
Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa “produk halal
tidak hanya selembar sertifikat. Untuk mendapatkan
sertifikat, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan
Kosmetika MUI memiliki sebuah sistem produksi dan
distribusi produk yang dinamakan Sistem Jaminan Halal atau
SJH. Produk halal yang menerapkan sistem ini secara serius,
otomatis memiliki manual proses produksi dan distribusi
yang tertata rapi. Lebih dari itu, secara periodik dievaluasi
oleh LPPOM MUI.

19
e) Lebih siap menghadapi MEA
Produk lokal yang lebih mudah mendapatkan sertifikat halal
akan memiliki keunggulan, dan akan menjadi daya saing
untuk menghadapi persaingan saat Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) diberlakukan. Dengan khusus, logo halal yang
ada di Indonesia memiliki perbedaan dengan logo halal di
negara mana pun, dengan kekhasannya bisa menjadi nilai
emosional sendiri sehingga produk lokal tetap menjadi
pilihan utama bangsa sendiri.
Jaminan halal juga diharapkan menjadi benteng yang dapat
membendung produk-produk asing yang masuk ke Indonesia,
karena produk luar jika tidak mendapatkan label halal tidak
akan bisa dipasarkan di Indonesia.
Menurut Undang-undang MUI No. 33 Tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal pada 2019 seluruh produk konsumsi
berupa makanan, minuman, kosmetik, farmasi, biologi,
kimia, hingga produk modifikasi genetik yang beredar di
Indonesia harus memiliki sertifikasi halal. Bahkan
pemerintah juga mewajibkan produk-produk yang tidak halal
untuk menyatakan ketidakhalalan secara jelas pada
kemasannya.
f) Merebut hati pelanggan kelas menengah Indonesia
Konsumen yang memiliki kelas ekonomi menengah
cenderung lebih cerdas dalam memilih produk, termasuk
dalam memilah produk mana yang sudah memiliki jaminan
halal. Dengan itu, produk yang memiliki sertifikat halal bisa
memiliki potensi yang lebih besar untuk dipilih dan
dikonsumsi.
g) Dilirik pasar muslim dunia
Pasar muslim dunia sedang menjadi sorotan. Dengan alasan,
penduduk muslim di seluruh dunia tumbuh sangat pesat
sekitar 1,5% dari total jumlah penduduk juga potensi

20
ekonominya, yang konon lebih besar dari potensi China.
Sehingga, produk yang sudah memiliki jaminan halal di
Indonesia, bisa juga menjadi pilihan masyarakat muslim
global, karena muslim umumnya memiliki standar konsumsi
yang sama.

h) Memberikan ketenangan batin


Produk yang telah bersertifikat halal, secara langsung
memberikan ketenangan batin bagi konsumennya. Karena,
sudah tidak ada keragu-raguan lagi apakah bahan baku dan
proses produksi barang tersebut tidak dilakukan dengan
benar. Di sisi lain, Lutfiel menambahkan konsumen di
Indonesia juga belum sepenuhnya memahami konsep halal.
Banyak yang masih berpikir kalau makanan yang mereka
konsumsi asal yang buat orang Islam pasti halal. Padahal,
sangat penting tentang aspek ketelusurannya, seperti bahan
yang dipakai.
“Masyarakat juga langsung yakin kalau makanan yang dijual
Haji A misalnya, sudah pasti halal. Padahal apakah bahan
bakunya sudah ditelusuri dan dari sumber yang halal,”
ungkapnya.

d. Fatwa MUI tentang sertifikasi halal


a) Hakikat dan kedudukan fatwa
Indonesia, meskipun bukan negara islam namun mayoritas
penduduknya beragama isla, sehinga nilai luhur islami melekat
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di negeri ini, baik dalam
kegiatan sosial-kemasyarakatan maupun sosial-politik. karena itu
setiap aktivitas masyarakatnya diperlukan bimbingan dan tuntunan
keagamaan dari para ulama, seperti dalam bentuk pemberian fatwa,
fatwa ulama memang tidak menjadi bagian dalam sistem hukum
dan perundang-undangan di Indonesia, bahkan dalam struktur

21
kelembagaan juga tidak dikenal pa yang disebut dengan tmulti
atau lembaga fatwa. Selain iu hakikat dasar fatwa sesungguhnya
hanyalah sebuah legal opinion yang tidak mengikat, namun
kenyataanya yang terjadi fatwa bagi umat islam Indonesia tidak
hanya dipahami sebagai pendapat hukum yang tidak mengikat,
tetapi lebih jauh dari itu fatwa ulama sudah menjadi acuan dan
pedoman pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Fatwa tidak boleh dikerluarkan oleh sembangan pihak,
namun fatwa harus dikeluarkan oleh pihak atau lembaga yang
mempunyai kompetensi untuk itu, yang dalam hal ini MUI lah
yang ditunjuk sebagai lembaga yang berhak mengeluakan fatwa-
fatwa sesuai dengan aturan syariat islam. Fatwa yang ditetapkan
oleh majelis ulama Indonesia dapat dikelompokan dalam tiga
kategori utama, :
1. Pertama, fatwa tentang kehalalan poduk makanan, minuman,
obat-obatan dan kosmetika
2. Kedua, fatwa tentang masalah ibadah dan masalah-masalah
yang berkaitan dengan sistem keagamaan dan sistem
kemasyarakatan, seperti perkembangan pemikiran dan aliran
keagamaan, masalah kesehatan, masalah kenegaraan dan lain
sebagainya.
3. Ketiga, fatwa berkaitan dengan masalah ekonomi islam dan
aktifitas lembaga keuangan syariah.

Fatwa dalam bentuk pertama dan kedua ditetapkan oleh


komisi fatwa MUI,sementara fatwa dalam bentuk ketiga
ditetapkan oleh dewan syariah nasional (DSN-MUI). Pada fatwa
pertama berdasarkan undang-undang nomor 33 pasal 4 tahun 2014
tentang jaminan produk halal (UU-JPH) yang berbunyi produk
yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia
wajib bersertifikat halal. Fatwa tersebut memperkuat dan
mengatur berbagai regulasi halal yang selama ini tersebar
diberbagai peraturan perundang-undangan. Disisi lain UUJPH

22
dapat disebut sebagai payung hukum bagi pengaturan produk
halal. Pada persoalan-persolan krusial fatwa dilakukan melalui
forum ijtimak ulama dan musyarawah nasional (MUNAS) MUI
yang merupakan sidang fatwa tertinggi dan melibatkan ulama
secara nasional. Fatwa-fatwa tentang masalah ibadah dan masalah
tentang sistem keagamaan dan sistem kemasyarakatan, seperti
perkembangan pemikiran dan aliran agama, masalah kesehatan,
masalah kenegaraan dan lain sebagainya ditetapkan langsung oleh
komisi fatwa MUI. Namun pada pembahasan mengenai persoalan-
persoalan tertentu seperti masalah masalah kesehatan dan
kedokteran, komisi fatwa mengundang para ahli dibidangnya,
untuk memberikan penjelasan dan informasi.

Proses penetapan fatwa tentang produk makanan, minuman,


dan komestika hala pada prinsipnya sama dengan penetapan fatwa
pada umumnya. Perbedanya terletak pada rapat penetapan fatwa
dilakukan bersama antara komisi fatwa dengan lembaga pemeriksa
yang hal ini LP POM MUI. Lembaga pemeriksa terlebih dahulu
melakukan penelitian dan audit ke pabrik atau perusahaan yang
telah mengajukan permohonan sertifikat halal. Hasil audit setelah
dibahas di lembaga pemeriksa dituangkan dalam laporan hasil
auditing yang selanjutanya dibawa ke dalam rapat komisi fatwa36.

Prosedura dan mekanisme penetapan fatwa produk halal


secara singkat adalah sebagai berikut :

1. Pertama, MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada


auditorr lembaga pemeriksa tentang benda-benda haram
menurut syariat islam, artinya para auditor harus mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang benda-benda haram
tersebut.

36
Afiq dwi cahyono, urgensi penerapan halal . . ., hlm, 13.

23
2. Kedua, para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-
pabrik (perusahan) yang meminta sertifaksi halal, pemeriksaan
yang dilakukan meliputi :
a. Pemeriksaan secara seksama terhadap ingridient produk,
baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan
penolong.
b. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian produk
c. Cara pemotongan hewan untuk produk hewani atau
mengandung unsur hewani
3. Ketiga, bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa secara teliti
dan tidak jarang menggunakan laboratorium, terutama bahan-
bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau mengandung
benda haram(najis), terutama babi dan alcohol,untuk
mendapat kepastian.
4. Keempat, pemeriksaan terhadap suatu perusahan tidak jarang
dilakukan lebih dari satu kali dan tidak jarang pulabpara
auditor menyarankan bahkan mengharuskan agar mengganti
suatu bahan yang dicuriagai atau mengandung bahan yang
haram(najis) dengan bahan yang diyakini kehalalanya atu
sudah bersertifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain yang
dipandang berkompeten, jika perusahaan tersebut tetap
menginginkan mendapat halal dari MUI.
5. Kelima, hasil pemeriksaan dan audit lembaga pemeriksa
tersebut kemudian dituankan dalam sebuah laporan hasil
auditing : yang kemudian dibawa ke komisi fatwa MUI untuk
dibahas dalam rapat.
6. Keenam, dalam rapat komisi fatwa direktur lembaga
pemeriksa menyampaikan dan menjelaskan isi laporan hasil
auditing, dan kemudian dibahas secara teliiti mendalam oleh
peserta rapat komisi.
7. Ketujuh, suatu produk yang masih mengandung bahan yang
diragukan kehalalanya, atau terdapat bukti-bukti pembelian

24
bahan produk yang dipandang tidak transparan oleh rapat
komisi dikembalikan kepada lembaga pemeriksa untuk
dilakukan penelitian atau auditing ulang ke perusahaan yang
bersangkutan,
8. Kedelapan, produk yang telah diyakini kehalalanya oleh rapat
komisi, diputuskan fatwa kehalalanya oleh rapat komisi.
9. Kesembelian, hasil rapat komisi tersebut kemudian
dituangkan dalam surat keputusan fatwa produk halal yang
ditanda tangani oleh ketua dan skretaris komisi fatwa,
selanjutnya diterbitkan sertifikat halal yang ditandatangani
oleh ketua kojisi fatwa, direktur lembaga pemeriksa (LP POM
MUI), dan ketua umum MUI.
b) Sertifakasi produk halal di LP POM MUI pusat

Lembaga ihni didirikan atas keputusan MUI berdasarkan


surat keputusan nomor 018/MUI/1989, pada tanggal 6 januari
1989 M/26 jumadil awal 1409 H. Untuk kali pertama LP POM
MUI ini dipimpin oleh dr. Amin aziz sebagai direktur dan setelah
meletakkan dasar-dasar sertifakta halal. Alasan lembaga ini
didirikan adalah ajaran agama islam mengatur sedemikian rupa
tentang kehalalan dalam mengonsumsi sareta tuntutan situasi dan
kondisi umat.

Di latar belakani oleh banyak sambutan dan kepercayaan


masyarakat yang diterima LP POM-MUI , menyebabkan lembaga
ini berusaha berbenah dan menyempurnakan diri, baik kedalam
maupun keluar. Untuk memperlancar upaya ini dibuatlah
kerjasama seluas-luasnya dengan organisasi umat, lembaga-
lembaga pemerintah atau swasta serta pengembangan LP POM-
MUI didaerah, sehingga pada musyawarah yang dihadiri seluruh
MUI provinsi, tanggal 13 agustus 1994, telah diputuskan dan
ditetapkan keberadaan LP POM-MUI daerah dengan berbagai
ketentuan syarat dan cara kerja LP POM MUI daerah.

25
26
B. Kajian terdahulu

Dari penelitian dan pembahasan terdahulu yang telah ditelusuri


oleh penulis, ternyata tidak ditemukan hal-hal yang konkrit membahas
atau meneliti apa yang dibahas dan diteliti oleh penulis. Akan tetapi dari
penelitian terdahulu penulis menemukan hal-hal yang ada kaitanya dengan
objek yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut :

Di bawah ini akan di sajikan tabel perbedaan dan persamaan


penelitian terdahulu.
Tabel 1.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

N PENELITI JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN


O
1 Zainab Alqurba persepsi 1. Menggunakan 1. Fokus
pemilik warung metode penelitian
terhadap kualitatif 2. Tahun
sertifikasi halal deskriptif penelitian
di kota 2. Tenknik 3. Lokasi
parepare data,yaitu penelitian
obsevasi, 4. Objek
wawancara penlitian
dan lebih
dokumntasi spesifik
3. Sama-sama
membahas
tentang
sertifikasi halal
2 Edi Hidayat Respon pelaku 1. Menggunakan 1. Fokus
usaha terhadap metode penelitian
kewajiban kualitatif 2. Tahun
penetapan deskriptif penelitian
sertifikasi halal 2. Tenknik 3. Lokasi

27
pada ayam data,yaitu penelitian
penyet obsevasi,
Surabaya dan wawancara
ayam geprek dan
sleman dokumntasi
Yogyakarta
3 Candra Purnama Pemahaman 1. Menggunakan 1. Fokus
usaha mikro, metode penelitian
kecil dan kualitatif 2. Tahun
menengah deskriptif penelitian
(umkm) di 2. Tenknik 3. Lokasi
jatinangor data,yaitu penelitian
terhadap obsevasi, 4. Objek
kewajiban wawancara penlitian
sertifikasi halal dan lebih
pada produk dokumntasi spesifik
makanan
4 Taufiuqurrahman Tinjauan 1. Menggunakan 1. Fokus
yuridis metode penelitian
terhadap kualitatif 2. Tahun
penerapan deskriptif penelitian
sertifikasi halal 2. Tenknik 3. Lokasi
Pada UMKM data,yaitu penelitian
di yogyakarta obsevasi,
wawancara
dan
dokumntasi
3. Sama-sama
membahas
tentang
sertifikasi halal

28
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat diketahui posisi
penelitian yang diteliti oleh penulis, penelitian yang ditulis merupakan
penelitian baru, karena terdapat hasil dan tujuan yang berbeda antara
penelitian yang ditulis dengan penelitian sebelumnya. Dan persamaan dari
penelitian ini yaitu, sama-sama meneliti tentang UMKM dan sertifikasi
halal. Pentingya penelitian ini untuk mengetahui bagaimana persepsi serta
tanggapan pelaku usaha yang dalam hal ini adalah UMKM terhadap
sertifikasi halal pasca penerapan gerbang salam di pamekasan.

29
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

Metodelogi penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan


data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.37Metode merupakan aspek
yang sangat penting dalam melakukan sebuah penelitian, untuk itu
dalam bagian ini penulis akan menjelaskan metode yang digunakan.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (1998), penelitian
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tulisan
yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai
detail agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau
bendanya.38
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis
penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang peroleh dan
dikumpulkan berupa kata-kata, dokumentasi, dan gambar-gambar,
artinya data ini tidak berbentuk Angka-angka. Karena hal ini akan
lebih jelas bagian-bagian yang sedang diteliti bila diamati dengan
proses.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting, dengan
demikian peneliti berkedudukan sebagai instrumen peneliti yang
utama. Keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap
permasalahan dan subjek penelitian, dapat dikatakan bahwa peneliti
melekat erat dengan subjek penelitian.39
Dengan demikian, maka peneliti disini bertindak sebagai
instrument pengumpul data di lokasi yang diteliti, yaitu di Daerah
Veteran Pamekasan. Dengan melakukan observasi, peneliti dapat

37
Sugiono, Metode Logi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: ALVABETA,
2015), hlm. 2.
38
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 22.
39
Ibid. 24.

30
mengetahui dan memahami gambaran yang autentik dan utuh dari
subyek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Daerah Veteran Pamekasan.
Peneliti memilih lokasi ini melalui proses pertimbangan yang
dipikirkan secara maksimal, serta peneliti memilih lokasi ini karena
dekat dengan rumah peneliti dan juga sudah mengenal sebagian yang
ada di Daerah Veteran Pamekasan sehingga peneliti akan dapat
dengan mudah
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dalam bentuk kata-
kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau prilaku yang
dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya.40 Dalam hal ini, data
primer bersumber dari data lapangan yang dikumpulkan langsung
oleh peneliti dari para pelaku di Daerah Veteran Pamekasan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen yang dapat memperkaya data primer. 41 Dalam hal ini,
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
literatur-literatur dan berbagai sumber lainnya seperti; jurnal serta
sumber-sumber lain yang mendukung dan berhubungan dengan
penelitian ini.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknek pengumpulan
data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan.42 Untuk memperoleh data-data yang

40
Ibid. 22.
41
Ibid.
42
Sugiono, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, hlm.224.

31
diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-
metode sebagai berikut:

a. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode dengan menformat
pengamatan sebagai instrumen, format yang disusun berisi item-
item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi.43 Pengamatan langsung ini dilakukan terhadap keadaan dan
proses kegiatan yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan obsevasi dapat digunakan bila,
penelitian berkenan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation (obsevasi berperan
serta) dan non participant observation.44
1) Observasi berperan serta (participant observation)
Observasi berperan serta atau pengamatan berperan
langsung adalah teknik pengumpulan data ketika peneliti
memerankan peran sebagai informan dalam latar budaya objek
yang sedang diteliti. Dalam observasi ini, peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari dan kehidupan pelaku
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian sesuai dengan kebudayaan dari pelakunya sendiri.
Dengan penelitian observasi partisipan ini, maka data yang
didapatkan akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui
pada tingkat makna setiap perilaku yang nampak.
2) Observasi non partisipan
Observasi non partisipan merupakan teknik
pengumpulan data dimana peneliti tidak terlibat langsung
dalam kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang
diamatinya serta peneliti juga tidak melakukan suatu bentuk
43
Ibid. 272.
44
Sugiono, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, hlm. 145.

32
transaksi sosial dengan pelaku yang diamati. Keterlibatannya
dengan para pelaku terwujud dalam keberadaannya pada era
kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakan pelakunya.
Dalam hal ini peneliti mencatat, menganalis serta selanjutnya
dapat membuat kesimpulan tentang perilaku rang-orang yang
diteliti.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
observasi non partisipan dimana peneliti hanya meninjau,
memperhatikan dan meneliti fenomena yang terjadi di
lapangan, tidak ikut andil dalam pelaksanaan proses
produksinya. Observasi
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung
terhadap mahasiswa FEBI (calonpresiden). Pengamatan ini
dilakukan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi
di lapangan sehingga dengan pengamatan tersebut bisa
mengumpulkan data secara mekanis. Sedangkan aplikasai dari
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dari objek yang
sedang di teliti tentang fenomena yang terjadi dilapangan
seperti tempat dan lingkungannya.
b. Metode wawancara
Wawancara adalah pembicaraan dengan maksud tertentu,
percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan suatu pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) adalah yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu.45Wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambil bertatap muka antara si penanya dengan yang ditanya.
Dalam pengumpulan data dengan wawancara tersebut, informasi
yang didapatkan lebih jelas dan mendalam dalam penelitian.

45
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm.
186.

33
Wawancara dapat dibedakan menjadi tiga tipe sebagai
berikut:46

46
Sugiono, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, hlm. 138-140.

34
a. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan wawancara dimana
pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang
akan diajukan. Wawancara ini digunakan karena informasi yang
akan diperlukan penelitian sudah pasti. Proses wawancara
terstruktur dilakukan dengan menggunakan instrumen pedoman
wawancara tertulis yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
kepada informan.
b. Wawancara Semi Terstruktur
Bentuk wawancara ini adalah wawancara dimana
pewawancara membuat garis besar pokok pembicaraan, namun
dalam pelaksanaannya pewawancara mengajukan pertanyaan
secara bebas, pokok-pokok pertanyaan ditanyakan dengan tetap
mengikuti alur pembicaraan orang yang sedang diwawancara
karena tujuan dari wawancara ini adalah menemukan
permasalahan secara lebih terbuka. Pemilihan kata-kata dan
kalimatnya tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara
berdasarkan situasinya.
c. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang
bersifat luwes dan terbuka. Dalam pelaksanaannya wawancara
ini tidak terstruktur, lebih bebas dibandingkan dengan bentuka
wawancara sebelumnya. Wawancara ini dilakukan secara
alamiah dalam menggali ide dan gagasan informan secara
terbuka dan tidak menggunakan pedoman wawancara.47
Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan teknik
wawancara semi terstruktur dimana peneliti menyiapkan
beberapa daftar pertanyaan pokok terkait manajemen pemasaran
dan proses produksinya di Daerah Veteran Pamekasan, serta
menambahkan beberapa pertanyaan yang didapatkan dari

47
Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 274.

35
informasi yang dipaparkan oleh informan secara lebih terbuka.
Aplikasi dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses
produksinya, manajemen pemasarannya, dan pengolahan
bisnisnya.
c. Metode dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku,
dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Teknik ini digunakan oleh peneliti
bertujuan untuk mengetahui dan memahami mengai objek
penelitian. Aplikasi dari penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambar atau karya-karya yang telah di produksi oleh JN sticker ini,
dan juga bertujuan untuk memperoleh catatan-catatan penting
terkait objek yang sedang peneliti teliti.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat dirumuskan hipotesis seperti disarankan oleh data, dan
penelitian ini menggunakan metode analisis interaktif. Model analisis
interaktif menurut Miles dan Huberman yaitu dalam penelitian
kualitatif memungkinkan dilakukan analisis data ketika peneliti
berada di lapangan ataupun sudah kembali dari lapangan baru
diadakan analisis. Dalam penelitian ini analisis data telah dilakukan
48
bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dalam penelitian ini
proses analisis ini dilakukan melalui 4 tahap, antara lain:
a. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ini peneliti mengumpulkan data
yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
dicatat pada catatan lapangan yang terdiri atas 2 bagian yaitu
bagian deskriptif dan bagian reflektif.

https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556c450057937332048b456c/analisis-data-
48

kualitati-miles-dan-hubermen.Diakses tanggal 9 Desember 2019.

36
b. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum data, memilih hal-hal
yang pokok, dan menfokuskan pada hal-hal yang penting, mecari
tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah dirangkum
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.
Data yang diperoleh merupakan data yang terkait pada
objek penelitian tersebut, kemudian disederhakan dan disajikan
dengan memilih data yang relevan, selanjutnya mengarahkan data
pada pemecahan masalah dan memilih data yang dapat menjawab
permasalahan peneliti.
c. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk table,
grafik, pie chart, pictogram dan sejenisnya. Melalui data tersebut,
maka dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami. Selain itu juga,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
d. Terakhir adalah menarik kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi yaitu setelah
pemaparan data selesai maka langkah selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan dari hasil pemaparan data yang kemudian
data tersebut akan diverifikasi .
Dengan demikian, analisis pengolahan data yang peneliti
lakukan berawal dari observasi dan wawancara (interview), serta
pengolahan data yang berbentuk dokumen. Kemudian peneliti
mereduksi data atau merangkum data, praktik dalam hal ini
adalahdengan memilih dan memilah data mana yang dianggap
penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Selanjutnya,
peneliti menyajikan hasil penelitian, bagaimana temuan-temuan

37
baru itu dihubungkan atau dibandingkan dengan konsep atau teori
yang ada serta hasil dari penelitian terdahulu. Kemudian peneliti
menarik kesimpulan terhadap permasalahan yang menjadi fokus
penlitian berdasarkan hasil pengolahan data tersebut.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk
memperoleh keabsahan temuannya. Hal ini dilakukan Untuk
mengetahui keabsahan data, maka yang diperlukan peneliti adalah
pengecekan secara berkala agar supaya penelitian yang dilakukan
tidak ada kesalahan dan sia-sia. Adapun yang peneliti gunakan adalah
sebagai berikut :
a. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan ini dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam siatuasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci.49
b. Triangulasi
Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi data dapat
dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik/metode dan triangulasi waktu.50
8. Tahap-tahap Penelitian.
Sebagaimana banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti lainnya,
dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan tahap-tahap penelitian
umum yang sering digunakan dalam sebuah penelitian.Adapun
tahapan-tahapan penelitian yang peneliti lakukan sebagai berikut:51
a. Tahap pra lapangan.
Tahap pra lapangan merupakan tahap dimana ditetapkan
apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti terjun ke
49
Ibid. 329.
50
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, hlm. 273.
51
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 127.

38
lapangan objek studi. Pada tahap ini peneliti diharapkan memiliki
hal yang penting dalam melakukan tahap pra lapangan ini
diantaranya:
1) Menyusun rancangan penelitian (proposal penelitian).
2) Memilih lokasi penenelitian lapangan, dengan pertimbangan
CalonPresiden merupakan tempat yang sudah dijangkau
peneniliti untuk dapat melakukan penelitian secara maksimal
sesuai dengan data yang dibutuhkan.
3) Mengurus perizinan kepada pemilik calonpresiden untuk
melaksanakan penelitian.
4) Melakukakn penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian
dengan situasi lapangan.
5) Memilih dan memanfaatkan informasi untuk menggali
informasi tentang situasi dan kondisi latar pendidikan.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap kerja lapangan ini merupakan tahap inti dari
penelitian. Setelah mendapat izin dari pemilik calonpresiden,
peneliti kemudian mempersiapkan diri untuk memasuki lokasi
penelitian tersebut demi mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya dalam pengumpulan data. Sebelum peneliti memasuki
lapangan peneliti perlu memahami latar penelitian dan
mempersiapkan diri terlebih dahulu. Saat memasuki lapangan
keakraban antara peneliti dan informan harus di jaga agar data
yang diperlukan dari informan dapat diperoleh, berlangsung terus
menerus sampai batas waktu yang ditentukan sehingga tujuan dari
penelitian dapat tercapai.
Menjalin keakraban dengan informan sangat dibutuhkan,
karena hal tersebut dapat memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan data tentang motivasiberwirausaha. Kemudian
melakukan pengecekan data dengan tujuan agar tidak terjadi

39
penumpukan data yang berlebihan pada suatu fokus penelitian
tertentu saja atau bagian tertentu dari fokus penelitian tersebut.
c. Tahap Akhir
Tahap ini adalah tahap terakhir dari tahapan penelitian yang
penulis lakukan. Tahapan ini dilakukan dengan membuat laporan
tertulis dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Proposal ini akan
ditulis dalam bentuk skripsi. Dalam penulisan laporan peneliti
mengacu pada peraturan penulisan karya ilmiah yang berlaku di
Institut Agama Islam Negeri Madura. Dalam penulisan laporan ini
penulis didampingi oleh dosen pembimbing yang selalu
memberikan saran-saran dan membantu penulis dalam
penyempurnaan proposal ini yang kurang sesuai. Langkah
selanjutnya adalah melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan
untuk mengadakan ujian proposal dan revisi apabila terdapat kritik
dan saran dari penguji proposal, serta mendapatkan tanda
pengesahan proposal dari pihak terkait.

40
BAB IV
PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data
1. Umkm Soy Milk
a. Profil
1) Sejarah

Awal beridirnya usaha ini dilatar belakangi oleh si pemilik


usaha yang berprofesi sebagai seorang guru honorer di Pondok
Pesantren Darul Akhlak di desa toronan. pemilik yang bernama Anita
Wijaya ini mempunyai hobi dan keterampilan dalam berwiraswasta,
hobi dan keterampilan ini ditekuni olehnya dan turun temurun dari
orang tuanya.
Pada tahun 2012 Anita Wijaya memulai usahanya, mulai dari
Soy Milk, teh daun kelor, cilok, dll. Tentunya perjalanan usahanya
mempunyai beberapa permasalahan yang ia temui. Namun, semua
permasalahan tersebut bisa di hadapinya. Dan akhirnya produk yang
bertahan dari usahanya ialah Soy Milk, produk ini mempunyai
permintaan pasar yang sangat tinggi dan mampu menciptakan pasar
yang luas.
Pada tahun 2019 Anita Wijaya mempunyai inovasi dan
membuat satu produk lagi dalam usahanya yakni “Pudod Family”.
Kedua produk usahanya tersebut berkembang pesat di pasar dan
mempunyai permintaan yang tinggi.
Secara geografis Home Industri Soy Milk ini berada di jalan
Nyalaran Gang X Kecamatan Larangan, untuk mencapai Home
Industri ini hanya 20 meter ke timur dari jalan raya.

2) Visi dan misi Home Made Family/Home Industri Soy Milk


1) Visi
Membangun wiraswasta mandiri.
2) Misi

41
Mengembangkan hobi dan kreatifitas wiraswasta dan terus
menemukan inovasi untuk meningkatkan usaha mandiri.
Mengembangkan hobi dan keterampilan usaha.
Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Penghasilan tambahan.

3) Struktur
a. Nama dan alamat usaha
 Nama usaha: Home Made Family
 Alamat usaha: Jl. Nyalaran Gang X
 Telepon: +62 823 3167 2591
b. Nama dan pemilik usaha
 Nama pemilik usaha: Anita Wijaya
 Alamat pemilik usaha: Tangkel, Bangkalan.
 Telepon: +62 823 3167 2591
c. Pengelola usaha Home Industri Soy Milk

pemilik

Anita Wijaya

karyawan

Afkar jumiati

4) Perizinan
1) Rumah Kreatif Pamekasan (BUMN)
2) Pemerintah Kabupaten Pamekasan
3) Badan koordinasi penanaman modal
42
B. Data Lapangan
1. Persepsi Home Industri Soy Milk Terhadap Sertifikasi Halal
Dikabupaten Pamekasan

Soy milk merupakan sebuah home industri yang bergerak


dibidang minuman. Usaha ini sudah cukup lama berdiri yaitu dimulai
dari tahun 2017 dan menjadi salah satu minuman faforit di kabupaten
pamekasan. Berikut percikan wawancara peneliti

“Usaha saya ini baru berdiri sekitar empat tahun yang lalu,
ya kira-kira tahun 2017 dengan modal modal seadanya
namun saya memberanikan diri untuk memulai karena
sudah saya rancang. Dan Alhamdulillah sampai sekarang
masih berjalan52 ”
Produk soy milk ini telah empat tahun berdiri hingga sekarang
belum mengantongi sertifikasi halal namun sudah menembus pasar di
tingkat kabupaten dan dipasarkan melalui toko-toko kecil yang ada di
pamekasan. Setiap produk makanan dan minumam biasanya terdapat
lebel halal dalam kemasanya untuk agar mendapat kepercayaan dari
para konsumennya. Namun Keterbatasan pengetahuan mengenai cara
memproses sertifikasi halal ini sehingga produk minuman ini belum
juga mendapat sertifikasi halal. Berikut percikan wawancara peneliti:

“Belum ada sertifikasi halalnya karena saya tidak tau cara


mengurus sertifikasi ini bagaimana. Terlebih saya sendiri
hanya orang awam yang memiliki resep minuman yang
segar ini. Setau saya memang Biasanya kalau minuman itu
memang ada sertifikat halalnya tapi punya saya belum
karena saya tidak tau cara mengurusnya gimana53”
Pemilik home industri Soy Milk sudah mengakui bahwa
sertifikasi halal ini bagus untuk produknya agar menambah kepercayaan
dan produk menjadi semakin jelas halal dan haramnya, namun yang
menjadi kendala dari proses sertifikasi halal ini yang terlalu ribet

52
Anita wijaya, pemilik home insustri Soy Milk, wawancara langsung 9 November 2020
53
ibid

43
sehingga banyak umkm yang kesulitan untuk mendapatkan sertifikasi
halal tersebut. Berikut percikan wawancara peneliti:

“Menurut saya bagus, biar lebih jelas mana yang minuman


haram dan halal cuman kalua saya boleh saran
pengurusanya tolong dipermudah54.”
Menurut hasil data lapangan diatas dapat disimpulkan
bahwa persepsi Home Industri Soy Milk terhadap sertifikasi halal
bagus untuk dilakukan karena akan menambah kepercayaan
masyarakat terhadap suatu produk dan juga dapat meningkatkan
pasar penjualan.

2. Sejauh mana tingkat pemahaman UMKM terhadap prosedur


sertifikasi halal di kab. Pamekasan

Pemahaman pelaku umkm terhadap prosedur sertifikasi


halal sering kali menjadi kendala, ditambah juga persepsi yang
dibangun ketika ingin mengajukan sertifikasi yang sangat rumit
sehingga banyak umkm yang enggan untuk mengurus seritifikasi
produknya. Padahah pelaku umkm kebanyakan sudah menyadari
akan pentingnya sertifikasi ini untuk keberlangsungan usahanya.
Hal ini senada dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

Apakah anda mengetahui tentang prosedur


sertifikasi halal?
“Saya tidak begitu paham tentang sertivikasi halal
tetapi jika halal dan haramnya bahan-bahan yang
diperlukan saya tahu, karena saya seorang muslim yang
pernah belajar tentang halal dan haram”55
Pelaku usaha mikro di pamekasan membutuhkan sertifikasi
halal untuk menunjang penjualan hal itu berguna agar produk
memiliki produk yang bagus. Hal ini sesuai dengan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti:

Menurut anda apakah sertifikasi halal dibutuhkan oleh para pelaku


atau pemilik usaha di kota pamekasan ?
54
Anita wijaya, pemilik home insustri Soy Milk, wawancara langsung 9 November 2020
55
ibid

44
“Menurut saya sangat diperlukan biar minaman lebih bagus
dan lebih dipercaya kerena kalua sudah ada label halalnya
berarti kan produk itu sudah bagus”56
Setiap UMKM pasti berkeinginan untuk mendapatkan
sertifikasi halal namun kendala yang di hadapi ketidak tahuan
prosedur proses untuk mengajukan sertifikasi. Hal ini sesuai
dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, berikut
wawancaranya:

Apakah anda sudah atau akan melakukan proses sertifikasi


halal pada produk anda ?
“Saya ingin minuman saya juga ada label halalnya Cuma
saya gak tau gimana cara ngurusnya dan juga belum sempat
untuk ngurus itu”
Meskipun pelaku umkm di pamekasan masih banyak yang
belum memiliki sertifikasi halal namun kepercayaan masyarakat
terhadap produk lumayan besar karena dilatar belakangi oleh
lingkungan kabupaten pamekasan yang mayoritas beragama islam
sehingga para konsumen tidak pernah ragu untuk membeli
produknya. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, berikut wawancaranya:

Bagaimana tanggapan anda mengenai pelaku usaha yang


ada di kabupaten pameksan ! apakah anda merasa para
pelaku usaha yang ada dikota pamekasan memenuhi
standart kehalalan ?
“Saya kurag tau pastinya, tapi yang jelas kan masyarakat
pamekasan rata-rata orang islam jadi yang dijual pasti
barang yang halal cuman mungkin meraka belum tau saja
bagaimana caranya mendaftarkan produknya ke sertifikasi
halal karena rata-rata masih awam akan hal itu
Menurut anda apakah ada pelaku usaha di kota pamekasan
yang telah bersertifikasi halal ?
“Saya rasa kalau produk lokal disini masih banyak yang
belum punya label halal”57

56
Anita wijaya, pemilik home insustri Soy Milk, wawancara langsung 9 November 2020
57
anton, karyawan home insustri Soy Milk, wawancara langsung 9 November 2020

45
2. Umkm Batik Tulis Toket
a. Profil
1) sejarah

Batik Tulis Toket yang beralamatkan di Desa Toket


Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan, merupakan usaha milik
sendiri yang bergerak dalam industry pembuatan dan perdagangan
batik perusahaan ini didirikan di toket pada tanggal 09 juli 2009
oleh bapak hamim dan orang tuanya dan pada saat itu badan
hukum perusahaan adalah perorangan karna modal milik sendiri
mengelola bersama orang tuanya usaha batik dan perusahaan ini
meghasilkan batik tulis khas desa toket yang di awali oleh Bapak
Hamim
Ketika pertama kali didirikan Batik tulis toket ini tidak
langsung besar karna pasti membutuhkan waktu untuk
membesarkan sebuah perusahaan ini hambatan dan rintangan itu
pasti dalam hal membangun bisnis Cuma bapak hamim bersama
orang tuanya tidak putus asa dalam menghadapi rintanganbeliau
tetap semangat tetab bertawakal dan berdoa kepada allah Swt.
Supaya bisnisnya yang di bagun cepat besar sesuai apa yang di
rencanakan. pada tahun 2009, dengan modal sebesar 5 jt, namun
dalam berselang beberapa tahun Batik tulis toket menjadi
perusahaan besar yang dikenal oleh masyarakat toket dengan
memiliki kurang lebih 15 karyawan.58

2) visi misi
a) Visi :
a. Melestarikan dan menumbuhkan tradisi batik Indonesia
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pamekasan pada khususnya

58
Hamim, Ketua pengusaha batik tulis toket, Wawancara Langsung (10 November 2020).

46
dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk di kenal
di berbagai penjuru dunia.
b) Misi :
a. Batik Indonesia bisa lebih di kenal di kanca dunia batik
nasional dan inter nasional.
b. Meningkatkan kesejahteraan kariawan melalui
lingkungan tempat kerja dan tempat tinggal yang bersih
dan sehat ,pemberian upah yang wajar sesuai keahlianya
dan prestasi kerja yang di berikan kepada perusahaan.
c. Meningkatkan kualitas dan daya sain yang berpotensi
untuk memasuki pasar global.
d. Memperkaya desain motif untuk menambah perbedaan
motif-motif tradisional yang sudah ada dari nenek
moyang kita.
e. Melakukan inovasi pada bidang bahan dasar kain melalui
pengembangan desain yang di sukai oleh masyarakat.
f. Meningkatkan kualitas sumber daya manusianya di
bidang industry kerajinan batik dengan cara mendidik
tenaga kerja terampil dan produktif .
g. Memperluas jaringan kerja dengan pusat-pusat industry
kerajinan batik melelui pertukaran informasi desain dan
proses produksi maupun penjualan59.

3) Struktur

Struktur Organisasi adalah pembagian tugas, wewenang


dan tanggung jawab dengan menggunakan garis lini organisasi,
atau bisa disebut wilayah kerja. Struktur organisasi di buat dengan
tujuan, supaya setiap anggota dalam organisasi mampu
melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal, sehingga
tercipta komunikasi dan hubungan yang harmonis baik antar

59
Hamim, Ketua pengusaha batik tulis toket, Wawancara Langsung (10 November 2020).

47
anggota maupun dengan organisasi lain dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pentingnya struktur organisasi dalam hubungannya dengan
pemasaran adalah suatu organisasi diarahkan agar lebih mampu
untuk memproduksi barang dan jasa, organisasi harus mengetahui
bagaimana menyajikan tawaran yang lebih baik ke pasar sasaran.
Adapun struktur organisasi Batik Tulis Toket, sebagai berikut:.60
Ketua : Hamim
Sekertaris : Attak
Bendahara : Khoifah
Karyawan : Hadeli
: Mohammad Jamil
: Sunarmi
: Sutiah
:Santono
: Nikmah
: Maryamah
: Mardiyah
: Munji
: Nasua

b. Data Lapangan
a) Persepsi Umkm Batik Tulis Terhadap Sertifikasi Halal Di

Kabupaten Pamekasan

Batik tulis merupakan ciri khas yang dimiliki oleh

masyarakat Madura, khusunya di daerah Toket Proppo Pamekasan,

sehingga nama batik tulis disandingkan dengan nama desa, yakni

batik tulis toket. Awal mula usaha batik tulis ini dimulai, karena

60
Dokumen Pengusah Batik Tulis Toket

48
melihat batik merupakan produk asli Madura. Salah satu informasi

mengatakan bahwa Bapak Hamim Merupakan pemilik usaha Batik

Tulis dan cukup lama dan telah mengalami berbabagi peningkatan

dari segi kualitas dan produknya. Hal ini sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh Hamim. Berikut petikan wawancaranya:

“Umkm ini berdiri sudah sekitar 10 tahun yang lalu,


tepatnya pada tahun 2010, saya memulai usaha ini bersama
istri saya pada waktu itu saya menganggap kalau batik
madura khususnya pamekasan ini masih belum banyak ada
sehingga saya mendirikan tidak lain selain mencari nafkah
juga untuk menjaga tradisi dan ingin memperkenalkan
madura khususnya pamekasan melalu batik.”.61
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa batik tulis toket
merupakan umkm yang sudah cukup lama berdiri namun meskipun
usaha ini sudah agak lama berdiri dan berjalan usaha ini masih
belum memilik ijin resmi dari pemerintah yang secara tertulis dan
juga umkm ini masih belum memiliki label halal, kendati demikian
usaha batik tulis ini sudah diakui oleh masyarakat sekitar dan
bahkah dulu pada masih awal-awal berdiri umkm ini pernah
dikunjungi oleh salah satu dinas. Hal ini sesusai dengan apa yang
disampaikan oleh bapak hamim, berikut petkan wawancaranya :
” Kalau label halal gak punya, tapi usaha saya ini sudah
pernah dikunjungi oleh dinas pamekasan dulu, dan disuruh
untuk ngurus surat-surat izin ini itu tapi saya tidak urus
karena ribet kalau urursan sama pemerintah62.”
Dari uraian dan petikan wawancara diatas menjelaskan
bahwa meskipun usaha ini sudah agak lama berdiri namun tidak
sejalan dengan kelengkapan administrasi dan perizinanya. Hal
tersebut dikeranakan minimnya pengetahuan pemilik usaha dalam
persolan perizinan, dan pengetahuan tentang administrasi lainya,
alasan lain juga disampaikan oleh pemilik usaha karena akses
informasi yang masih sangat kurang sehingga pemilik usaha masih
61
Hamim, Pengusaha Batik Tulis Toket, Wawancara Langsung (10 November 2020)
62
ibid

49
menjalan usaha ini dengan masih sangat tradisional dan berjalan
seadanya, hal ini sesusai denga napa yang sudah diasampai oleh
bapak hamim, berikut petikanya wawancaranya :

“Saya tidak tahu apa itu sertifikasi halal, kalua halal tau,
maklum karena saya orang desa jadi kurang begitu tau, saya
menjalan usaha ini yang dengan seadanya membuat lalu
menjual sudah itu saja”
Dari hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa kurangnya
pengetahuin menjadi alasan utama bapak hamim untuk mengurus
izin sertifikat halal atau label halal tersebut. Namun meskipun
usahanya masih belum bersertifikat halal, bapak hamim sangat
setuju dan bahkan mendukung kewajiban dalam memiliki labih
halal ini, karena menurutnya dengan adanya sertifikat atau lebel
halal akan menambah kepercayaan konsumen atau masyarakat
secara luas terhadap produk yang dibuat, ia bahkan menambahkan
kalau kewajiban ini labih-labih diperuntukan untuk produk
makanan dan minuman. Hal ini senada yang beliau sampaikan
pada saat wawancara, berikut petikanya :

“Ya kalau menurut saya baik karena biar jelas mana yang
halal dan mana yang halal, tapi itu untuk makanan atau
minuman kalau pakaian seperti usaha saya ini saya rasa
kurang begitu penting karena kan pasti halal wong bahan-
bahanya saya beli semua63”

63
Sa’diyah , \Karyawan pengusaha batik tulis toket, Wawancara Langsung (10 November 2020).

50
b) Sejauh mana tingkat pemahaman UMKM terhadap
prosedur sertifikasi halal di kab. Pamekasan

Persepsi masyarakat umkm dibidang sandang produk batik


tulis ini tidak terlalu penting untuk memahami prosedur sertifikasi
halal, karena lebel halal ini untuk produk makanan dan minuman.
Hal ini senada yang beliau sampaikan pada saat wawancara,
berikut petikanya :

“Saya tidak tau, Taunya hanya label halal yang ada


biasanya ada di makanan dan minuman.64”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bawa
serifikasi halal untuk produk batik tulis itu tidak terlalu penting
untuk dipahami prosedurnya. Sertifikasi halal ini merupakan hal
yang penting untuk sebuah prodak namun tidak wajib setiap
produk ada lebel halalnya. Karena masyarakat khususya
dipamekasan yang notabenya adalah santri sudah banyak yang
paham dengan hukum haram dan halalnya suatu produk. Hal ini
sejalan dengan hasil wawancara peneliti, berikut petikannya:

“Ya perlu tapi gak wajib karena saya rasa orang pamekasan
sudah pada tau semua mana yang halal dan mana yang
haram, dan mayoritas masyarakat pamekasan adalah orang
dengan agama islam dan pembelinya pun orang islam.6566”
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa lebel halal
itu perlu namun tidak wajib. Pandangan pelaku umkm terhadap
prosedur sertifikasi halal ini sangat ribet. Hal ini sesuai dengan
percikan wawancara peneliti, berikut petikannya:

“Saya tidak tau caranya gimana, soalnya kalau ngurus-


ngurus seperti itu pasti ribet urusanya kayak ngurus ktp dan
sim pasti muter, dan untuk batik saya sepertinya gak
penting sertifikasi halal itu karen orang sudah pada tau
semua.”

64
Sa’diyah , \Karyawan pengusaha batik tulis toket, Wawancara Langsung (10 November 2020)
65
ibid
66

51
Produk batik tulis di Pamekasan sudah pasti halal karena
mayoritas pelaku umkm batik tulis ini merupakan masyarakat lokal
yang mayoritas beragama islam. Berikut percikan wawancara
peneliti:

“Kalau produknya rata-rata pasti halal karena mayoritas


penduduk pamekasan kan orang islam, dan gak mungkin
sebetulnya meraka menjual makanan tidak halal kepada
orang islam.”
Lebel halal untuk semua produk, dan perusahaan besar
maupun kecil seperti umkm. Namun di Pamekasan hanya
perusahaan besar yang mungkin sudah memiliki sertifikasi halal
sedangkan umkm sendiri masih sedikit. Hal ini sesuai dengan
percikan wawancara peneliti, berikut wawancaranya:

“Kalua itu saya kurang tau, mungkin kalau perusahaan


yang agak besar sudah, dan saya rasa masih banyak umkm
yang belum ngurus-ngurus kayak itu, mungkin alasanya
sama dengan saya.67”
Dari urayan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
umkm terhadap sertifikasi halal usaha batik tulis ini tidak terlalu
penting karena mayoritas masyarakat pamekasan sudah memahami
hukum halal dan haram suatu produk.

C. Temuan Penelitia
1. Umkm soy milk
a. Persepsi Home Industri Soy Milk Terhadap Sertifikasi Halal
Dikabupaten Pamekasan
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari lapangan,

peneliti dapat menemukan beberapa temuan penelitian yang sesuai

dengan fokus penelitian pertama, yaitu:

67
Sa’diyah , \Karyawan pengusaha batik tulis toket, Wawancara Langsung (10 November 2020).

52
1) Soy Milk merupakan produk minuman yang dikemas secara
modern menggunakan botol yang telah tersegel dari perusahaan
2) Produk minuman soy milk belum memiliki sertifikasi halal
namun konsumen sudah percaya terhadap ke halalan sehingga
tidak perlu sertifikasi halal.
3) Minimnya informasi dan pengetahuan pengusaha untuk
mengajukan sertifikasi halal
4) Pengusaha home industri soy milk menyadari bahwa sertifikasi
halal itu bagus untu menunjang suatu produk.
b. Sejauh mana tingkat pemahaman UMKM terhadap prosedur
sertifikasi halal di kab. Pamekasan

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari lapangan, peneliti


dapat menemukan beberapa temuan penelitian yang sesuai dengan
fokus penelitian ke dua, yaitu:
1) Pelaku usaha umkm soy milk tidak tahu prosedur pengajuan
sertifikasi halal karena belum pernah mencoba
2) Menurut pandangan pelaku usaha prosedur sertifikasi umkm
terlalu ribet dan kurang sederhana.
a) Batik tulis
a) Persepsi Umkm Batik Tulis Terhadap Sertifikasi Halal Di
Kabupaten Pamekasan

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari lapangan, peneliti


dapat menemukan beberapa temuan penelitian yang sesuai dengan
fokus penelitian pertama, yaitu:

1) Batik tulis toket merupakan budaya asli Madura yang mempunyai

ciri khas warna yang cerah dan motif yang berbeda dengan batik

lainnya, sehingga memberikan dampak baik bagi masyarakat

sekitar.

2) Sertifikasi halal batik tulis tidak perlu karena bukak makanan

53
3) Kurangnya pengetahuan pengusaha batik tulis terhadap sertifikasi

halal

54
b) Sejauh mana tingkat pemahaman UMKM terhadap prosedur
sertifikasi halal di kab. Pamekasan

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari lapangan, peneliti


dapat menemukan beberapa temuan penelitian yang sesuai dengan
fokus penelitian pertama, yaitu:

1) Pelaku usaha batik tulis kurang memahami prosedur


sertifikasi karena terlalu ribet
2) Meskipun belum mendapatkan sertifikasi halal namun
usaha batik tulis telah dikunjungi oleh pemerintah
kabupaten pamekasan
D. Pembahasan
1. Bagaimana persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal di kabupaten
Pamekasan

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau


hubungan-hubungan yang diperoleh dengan cara menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
inderawi (sensory stimuli).68 Dari pengertian tersebut peneliti melihat
bahwa persepsi UMKM terhadap sertifikasi halal dipandang perlu di
lakukan untuk menunjang usaha pelaku UMKM.

Sertifikasi halal merupakan jaminan keamana bagi seorang


konsumen muslim untuk dapat memilih makanan yang baik
baginya dan seusai dengan aturan agama. Produk makanan yang
memilik sertifikasi halal adalah produk yang dalam proses
pengolahanya memenuhi standart dalam keamanan dan kebersihan.
Sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh
sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa
baham, proses produksi dan SJH melalui standart LPPOM MUI.
Sertifikat halal merupakan suatu proses yang dilakukan dalam
beberapa tahap untuk membuktikan bahwa penerapan sistem

Jalaluddin Rakhmat, Pbahsikologi Komunikasi (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm.
68

51.

55
jaminan halal telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan secara
sistematis. Sertifakat halal juga fatwa tertulis mejelis ulama
Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu prodak yang
merupakan keputusan sidang komisi fatwa MUI berdasarkan
proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI sesuai dengan
syariat islam.69.

Dari dua umkm yang peneliti temukan mengemukakan persepsi


yang hampir sama mengenai sertifikasi halal pada produknya, diantaranya
sebagai berikut:

a) Sertifikasi halal terhadap umkm merupakan hal yang bagus


bagi usaha makanan dan minuman untuk menambah
kepercayaan terhadap konsumen
b) Bagi pengusaha batik tulis sertifikasi halal wajib namun tidak
perlu dilakukan karena bukan makanan atau minuman
c) Sertifikasi halal dapat meningkatkan kepercayaan terhadap
konsumen sehingga bisa meluasakan pemasaran produk.
d) Para konsumen yang merupakan notabenya masyarkat lokal
dan mayoritas beragama islam sangat percaya terhadap produk
yang di produksi oleh orang islam sehingga tidak mungkin
orang islam menjual produk haram.
2. Sejauh mana tingkat pemahaman UMKM terhadap prosedur
sertifikasi halal di kab. Pamekasan

Bagi masyarakat pelaku umkm proses untuk mendapatkan


sertifikasi halal dipandang sangat ribet dan kurang sederhana.
Kebanyakan umkm enggan untuk mengurus karena prosedurnya
yang sangat sulit untuk dilakukan para pelaku UMKM.

Prosedura dan mekanisme penetapan fatwa produk halal


secara singkat adalah sebagai berikut :

Majelis ulam Indonesia, sertifikasi halal, official website halal majelis ulama Indonesia.
69

www.halalMUI.org(diakses pada tanggal 25 januari 2020).

56
a) Pertama, MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada
auditorr lembaga pemeriksa tentang benda-benda haram
menurut syariat islam, artinya para auditor harus mempunyai
pengetahuan yang memadai tentang benda-benda haram
tersebut.
b) Kedua, para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-
pabrik (perusahan) yang meminta sertifaksi halal,
pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1) Pemeriksaan secara seksama terhadap ingridient
produk, baik bahan baku, bahan tambahan maupun
bahan penolong.
2) Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian produk
d. Cara pemotongan hewan untuk produk hewani atau
mengandung unsur hewani
c) Ketiga, bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa secara teliti
dan tidak jarang menggunakan laboratorium, terutama bahan-
bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau mengandung
benda haram (najis), terutama babi dan alcohol,untuk
mendapat kepastian.
d) Keempat, pemeriksaan terhadap suatu perusahan tidak jarang
dilakukan lebih dari satu kali dan tidak jarang pulabpara
auditor menyarankan bahkan mengharuskan agar mengganti
suatu bahan yang dicuriagai atau mengandung bahan yang
haram(najis) dengan bahan yang diyakini kehalalanya atu
sudah bersertifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain yang
dipandang berkompeten, jika perusahaan tersebut tetap
menginginkan mendapat halal dari MUI.
e) Kelima, hasil pemeriksaan dan audit lembaga pemeriksa
tersebut kemudian dituankan dalam sebuah laporan hasil
auditing : yang kemudian dibawa ke komisi fatwa MUI untuk
dibahas dalam rapat.

57
f) Keenam, dalam rapat komisi fatwa direktur lembaga
pemeriksa menyampaikan dan menjelaskan isi laporan hasil
auditing, dan kemudian dibahas secara teliiti mendalam oleh
peserta rapat komisi.
g) Ketujuh, suatu produk yang masih mengandung bahan yang
diragukan kehalalanya, atau terdapat bukti-bukti pembelian
bahan produk yang dipandang tidak transparan oleh rapat
komisi dikembalikan kepada lembaga pemeriksa untuk
dilakukan penelitian atau auditing ulang ke perusahaan yang
bersangkutan,
h) Kedelapan, produk yang telah diyakini kehalalanya oleh rapat
komisi, diputuskan fatwa kehalalanya oleh rapat komisi.
i) Kesembelian, hasil rapat komisi tersebut kemudian
dituangkan dalam surat keputusan fatwa produk halal yang
ditanda tangani oleh ketua dan skretaris komisi fatwa,
selanjutnya diterbitkan sertifikat halal yang ditandatangani
oleh ketua kojisi fatwa, direktur lembaga pemeriksa (LP POM
MUI), dan ketua umum MUI.

Persepsi umkm terhadap prosedur sertifikasi ini sangat ribet


sehingga menyulitkan para umkm untuk memproses sertifikasi
halal tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi hambatan bagi
umkm

a) Minimnya pengetahuan dan informasi terkait sertifiikasi


halal umkm
b) Persepsi masyarakat menganggap bahwa sertifikasi
umkm hanya untuk perusahaan yang sudah besar
c) Adanya kepercayaan konsumen terhap produk membuat
pelaku usaha umkm merasa tidak perlu untuk
memproses sertifikasi halal.

58
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data di simpulkan bahwa “Persepsi UMKM

terhadap sertifikasi halal di kabupaten pamekasan”.

1. Penerapan sertifikasi halal di kabupaten pamekasan untuk saat ini masih

belum ada ada umkm yang memiliki sertifikasi halal. Alasanya adalah

pengetahuan para pamilik umkm itu sendiri, serta kesadaran termasuk hal

yang penting karena sekrang ini penerapan sertifikasi halal oleh LPPOM

MUI berdasarkan yang ingin mengajukan secara sukarela. Selain itu

pelaku usaha umkm terlallu sibuk dengan usahanya juga menjadi factor

karena tidak ingin melakukan pengurusan yang terlalu banyak memakan

waktu, uang dan tenaga.

2. Persepsi tentang sertifikasi halal pun mereka lontarkan dalam bentuk

pendapat yang berbeda-beda, kebutuhan sertifikasi halal di kabupaten

pamekasan dianggap perlu karena penduduk yang mayoritas islam

sehingga perlunya legitimasi agar membuat tenang dan kenyamanan

dalam mengonsumsi seuatu produk. Ada pula yang merasa ini tidak perlu

hal itu dikarena pemilik umkm adalah adalah agama islam jadi tidak

mungkin membuat usaha atau produk yang tidak halal atau dilarang oleh

agama.

B. Saran

59
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti ingin memberikan saran yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak berikut:

1. Kepada pengusaha umkm diharapkan untuk mensertifikasi usaha yang

dijalankan agar dapat bersaing dan menembus pasar regional maupun

nasional

2. Kepada pemerintah setempat, diharapkan memberikan perhatian yang

lebih terhadap seluruh kegiatan usaha kecil, sebab mereka merintis usaha

tersebut dengan tidak mudah, sosialisasi sertifikasi halal harus lebih luas,

dan penyerderhanaan prosedur sertifiksi halal agar pengusaha umkm lebih

gampang, selain itu usaha tersebut juga telah membantu pemerintah

dalam mengurangi tingkat pengangguran.

60
DAFTAR RUJUKAN

Afifuddin. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: CV


PustakaSetia, 2012.
Aziz, A. Etika Bisnis perspektif islam. Bandung : Alfabeta, 2013.
Badruen D.F. Etika bisnis dalam islam, Jakarta : Kencana, 2006.

Etty Mulyati. kreditPerbangkan(Aspek Hukum Dan Pengembangan


Usaha Mikro Keicil dalam pembangunan perekonomian
Indonesia). jakarta : refika aditama, 2016.
Hasan, sofyan. sertifikasi halal dalam hukum positifi. Yogyakarta :
aswaja pressindo, 2014.
Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta,
2007.
Gunawan, imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Pt. Remaja


Rosdakarya, 2008.
Setiadi Nugroho, J. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenadamedia Group,
2015.
Kasiram, Moh. Metode Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. (Malang:
UIN-Malang Press, 2008.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan: New Cordova.

Lane K, Kevin. dan Kolter, Philip. Manajemen Pemasaran: Edisi 13


Jilid 1. Erlangga, 2008.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2012.

Limaksirna, Nandan. Dan Supranto. Perilaku Konsumen dan


StrategioPemasaran. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011.
Nasbahry, Couto. Dan Alizamar. Psikolosi Persepsi dan Desain
Informas. Yogyakarta: Media Akademi, 2016.

61
Suharsimi, arikonto. prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,,
Jakarta: PT RinekaCipta, 2010.

Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara,


2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2009.

Suryani, Tatik. Perilaku Konsumen di Era Internet. Yogyakarta: Graha


Ilmu, 2013.
Zaini, Moh. FiqihMuamalah. Surabaya: CV Pena Salsabila, 2014. Cet.
2.
Ade, Muhamad Alimul Basar. “Peranan Usaha Keil Menengah
(UMKM) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Di Keamatan Cibeureum Kabupaten Kuningan”, Skripsi.
Cirebon : IAIN Syeh Nurjati Cirebon
dwi cahyono, Afiq. “urgensi penerapan sertifikasi hala majelis ulama
Indonesia (MUI) terhadap produk UMKM (studi di kota
mataram)”, jurnal ekonomi dan bisnis (JBE), 2016.

Hidayat, Edi. “Respon Pelaku Usaha Terhadap Keajiban Penetapan


Kewajiban Sertifikasi Halal Pada Ayam Penyet Suabaya Dan
Super Geprek Sleman Yogyakarta”,Skripsi, Yogyakarta:UII
Yogyakarta,
Risikia, Nailah. “analisis Perkembangan Uaha Miro kecil dan
Menengah (UMKM) sebelum dan sesudah memperoleh
pembiayaan bank Umum syariah”,Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah,
Syafrida, “sertifikasi halal pada produk makanan dan minuman member
perlindungan dan kepastian humkum hak-hak komsumen
muslim” Jurnal Ekonomi, 2018

62
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Shohibul Anshori


Nim : 20160703030146

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program Studi : EkonomiSyariah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis benar-


benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihkan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagi tulisan atau pikiran saya
sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
merupakan hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas yang dituduh
kepada saya.

Pamekasan, 12 November 2020


Yang membuat pernyataan,

Shohibul Anshori
Nim. 20160703030146

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

63
1. Sejak kapan usaha/ umkm ini berdiri ?
2. Apakah usaha anda sudah memiliki sertifikat halal
3. Apakah anda pemilik usaha mengetahui tentang sertifikasi halal ?
4. Bagaimana pendapat anda mengenai sertifikasi halal yang dikeluarkan
oleh majelis ulama indonesia ?
5. Apakah anda mengetahui tentang prosedur sertifikasi halal
6. Menurut anda apakah sertifikasi halal dibutuhkan oleh para pelaku atau
pemilik usaha di kota pamekasan ?
7. Apakah anda sudah atau akan melakukan proses sertifikasi halal pada
produk anda ?
8. Bagaimana tanggapan anda mengenai pelaku usaha yang ada di kabupaten
pameksan ! apakah anda merasa para pelaku usaha yang ada dikota
pamekasan memenuhi standart kehalalan ?
9. Menurut anda apakah ada pelaku usaha di kota pamekasan yang telah
bersertifikasi halal ?

64
Lampiran 2. Transkrip Wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Wawancara dengan Anita Wijaya (Home Industri Soy Milk ini berada di

jalan Nyalaran Gang X Kecamatan Larangan)

a. Usaha saya ini masih baru berdiri sekitar tiga tahun yang lalu, ya kira-kira
tahun 2017 tapi untuk tanggal dan bulan pasnya saya lupa

b. Usaha saya ini Belum ada sertifikat halalnya karena saya tidak tau untuk
mengurusnya.

c. Iya tau, biasanya kalua minuman itu memang ada sertifikat halalnya tapi
punya saya belum karena saya tidak tau cara ngurusnya gimana

d. Menurut saya bagus, biar lebih jelas mana yang minuman haram dan halal
cuman kalua saya boleh saran pengurusanya tolong dipermudah

2. Wawancara dengan Bapak Anton (Home Industri Soy Milk ini berada di

jalan Nyalaran Gang X Kecamatan Larangan)

a. Belum tau karena memang belum pernah ngurus

b. Menurut saya sangat diperlukan biar minaman lebih bagus dan lebih
dipercaya kerena kalua sudah ada label halalnya berarti kan produk itu
sudah bagus

c. Saya ingin minuman saya juga ada label halalnya Cuma saya gak tau
gimana cara ngurusnya dan juga belum sempat untuk ngurus itu

d. Saya kurang tau pastinya, tapi yang jelas kan masyarakat pamekasan rata-
rata orng islam jadi yang dijual pasti barang yang halal cuman mungkin
meraka belum tau saja gimana cara ngurusnya

65
e. Saya rasa kalua produk local sini masih banyak yang belum punya label
halal

3. Wawancara Dengan Hamim (Pengusaha Batik Tulis Toket Proppo

Pamekasan)

a. Umkm ini berdiri sudah sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun
2010, saya memulai usaha ini bersama istri saya pada waktu itu saya
menganggap kalau batik madura khususnya pamekasan ini masih belum
banyak ada sehingga saya mendirikan tidak lain selain mencari nafkah
juga untuk menjaga tradisi dan ingin memperkenalkan madura khususnya
pamekasan melalu batik.

b. Kalau label halal gak punya, tapi usaha saya ini sudah pernah dikunjungi
oleh dinas pamekasan dulu, dan disuruh untuk ngurus surat-surat izin ini
itu tapi saya tidak urus karena ribet kalau urursan sama pemerintah.

c. Saya tidak tahu apa itu sertifikasi halal, kalua halal tau, maklum karena
saya orang desa jadi kurang begitu tau, saya menjalan usaha ini yang
dengan seadanya membuat lalu menjual sudah itu saja

d. Ya kalau menurut saya baik karena biar jelas mana yang halal dan mana
yang halal, tapi itu untuk makanan atau minuman kalau pakaian seperti
usaha saya ini saya rasa kurang begitu penting karena kan pasti halal wong
bahan-bahanya saya beli semua

4. Wawancara Dengan Sa’diah (Karyawan Batik Tulis Toket Proppo

Pamekasan)

a. Saya tidak tau, Taunya hanya label halal yang ada biasanya ada di
makanan dan minuman.

66
b. Ya perlu tapi gak wajib karena saya rasa orang pamekasan sudah pada tau
semua mana yang halal dan mana yang haram, dan mayoritas masyarakat
pamekasan adalah orang dengan agama islam dan pembelinya pun orang
islam

c. Saya tidak tau caranya gimana, soalnya kalau ngurus-ngurus seperti itu
pasti ribet urusanya kayak ngurus ktp dan sim pasti muter, dan untuk batik
saya sepertinya gak penting sertifikasi halal itu karen orang sudah pada tau
semua.

d. Kalau produknya rata-rata pasti halal karena mayoritas penduduk


pamekasan kan orang islam, dan gak mungkin sebetulnya meraka menjual
makanan tidak halal kepada orang islam

e. Kalua itu saya kurang tau, mungkin kalau perusahaan yang agak besar
sudah, dan saya rasa masih banyak umkm yang belum ngurus-ngurus
kayak itu, mungkin alasanya sama dengan saya

67
0Lampiran 3. Pedoman dokumentasi

PEDOMAN DOKUMENTASI

No Data dokumentasi Tersedia Tidak Tersedia

1 Foto Kegiatan Penelitian Ada

2 Lain-Lain Ada

Lampiran 4. Daftar Narasumber

68
DAFTAR NARASUMBER

No Nama Informen Jabatan


1 Anita Wijaya Home Industri Soy Milk ini berada di jalan
Nyalaran Gang X Kecamatan Larangan
2 Anton Home Industri Soy Milk ini berada di jalan
Nyalaran Gang X Kecamatan Larangan
3 Hamim Pengusaha Batik Tulis Toket Proppo Pamekasan
4 Sa’diyah karyawan Batik Tulis Toket Proppo Pamekasan

69
Lampiran 6. Dokumentasi

1. Batik Tulis Toket

Gambar 1

Gambar 2.

Gambar 3

70
Gambar 4.

71
72
1. proses produksi

2. Produk siap edar

3. Surat ijin usaha

73
74
75
76
77
78
79
80
81
RIWAYAT HIDUP

Nama shohibul anshori lahir dipamekasan pada


tanggal 10 november 1995, beliau adalah putra dari
pasangan bapak junaidi dan ibu fadilah dan
merupakan anak ke 2 dari tiga bersaudara.
Pendidikan ditempuh di Kabupaten Pamekasan.SD
di tempuh di SDN pakong IV kecamatan pakong,
Kabupaten Pamekasan, SMP ditempuh di MTS
negeri sumber bungur pakong Pamekasan, SMA di
tempuh di SMKN I pakong Pamekasan.Masuk di
IAIN Madura pada Tahun 2016.Selama di IAIN Madura pernah mengikuti
berbagai organisasi intra dan ektra kampus.Intra kampus pernah menjadi ketua
rayon pmii mandilaras IAIN Madura 2017, Pengurus KSEI JEBIS IAIN Madura
2018, dan Pengurus Forum mahasiswa ekonomi syariah 2019 Ektra kampus
pernah menjadi pengurus PMII Komisariat IAIN Madura 2019, , pengurus Forum
Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Islam se Indonesia 2019-2020.

82

Anda mungkin juga menyukai