Anda di halaman 1dari 12

Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

ANALISIS PEMASARAN DAN RANTAI NILAI KOPI DI INDONESIA

COFFEE MARKETING AND VALUE CHAIN IN INDONESIA

Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar


Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi 43357
dewi_listyati@yahoo.com

ABSTRAK

Komoditas kopi sangat penting perannya dalam perekonomian Indonesia baik sebagai sumber pendapatan
masyarakat maupun penghasil devisa. Sasaran utama produk kopi di Indonesia saat ini adalah untuk diekspor
sehingga harganya sangat dipengaruhi oleh harga kopi di pasar dunia. Konsumsi kopi perkapita masyarakat
dunia semakin meningkat demikian pula penduduk Indonesia sehingga peluang pasarnya masih terbuka. Namun
demikian tuntutan konsumen dalam mutu dan keamanan produk serta keberlanjutannya telah menjadi isu
penting dalam pemasaran kopi saat ini sehingga muncul persyaratan sertifikasi yang terkadang mengakibatkan
distorsi harga kopi. Kualitas kopi selain dipengaruhi penanganan pasca panennya juga dipengaruhi oleh lokasi
dan letak ketinggian tempat perkebunan kopi tersebut diusahakan. Informasi awal ini penting bagi buyer untuk
dijadikan acuan apakah berlanjut kepada masalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksinya. Komoditas
kopi di Indonesia mayoritas diusahakan oleh petani yang umumnya masih terbatas pengetahuan budidaya
maupun pemasarannya dan lokasinya jauh dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam
mendukung pengembangan usahanya. Untuk itu usaha perkebunan kopi perlu didukung oleh kelembagaan
petani, pembangunan infrastruktur, pendidikan dan sarana informasi agar kopi yang dihasilkan Indonesia
berdaya saing tinggi di pasar internasional.

Kata kunci : Kopi, pemasaran, rantai nilai, pendapatan petani

ABSTRACT

Coffee plays an important role in Indonesian economy, as source of income for community as well as foreign exchange
for the state. The main objectives of Indonesian coffee is for export, thus the price is greatly influenced by
international market. Coffee consumption per capita in the world increases, so does in Indonesia, which is a potential
market opportunity. However, consumers’ demand for a better quality, product safety and its sustainability has
raised an important issue in current coffee marketing, which generate certification requirements that are sometimes
distorting coffee price. Additionally, the quality of coffee is influenced by its post-harvest handling as well as the
location and altitude of where it is cultivated. This initial information is very important for buyers as a referrence in
proceeding into the issue of quality, quantity and its production sustainability. In Indonesia, coffee is mainly
cultivated by small scale plantations (farmers) who generally have limited knowledge of good cultivation techniques
and marketing. Furthermore, they have limited access to facilities and infrastructures which support their business
development. Thus, developing coffee cultivation has to be supported by farmers institutions, infrastructure
development, education and information tools so that Indonesian coffee is highly competitive in international market.

Keywords : Coffee, marketing, value chain, farmers income

PENDAHULUAN menyebabkan kopi telah menjadi salah satu


komoditas perdagangan yang sangat penting di
Kopi merupakan tanaman penyegar mana terjadi saling ketergantungan yang
yang paling populer di dunia dan dikonsumsi sangat tinggi antara negara-negara produsen
oleh jutaan orang setiap hari (Esquivel dan dengan konsumen.
Jimenez, 2012). Kopi telah menjadi gaya hidup Ibrahim and Zailani (2010)
yang penting bagi negara-negara konsumen menyebutkan bahwa masalah utama yang
utama khususnya di negara-negara maju. Di dihadapi oleh industri kopi Indonesia adalah
sisi lain, kopi juga telah menjadi komoditas rendahnya kualitas yang berdampak pada daya
andalan ekspor bagi negara–negara produsen saing di pasar internasional. Namun,
yang umumnya merupakan negara rendahnya kualitas kopi tersebut tidak dapat
berkembang (Langen, 2011). Kondisi tersebut dibebankan sepenuhnya pada petani. Slob

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 139
Analisis Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Indonesia

(2006) menyebutkan bahwa kualitas kopi yang pemasaran kopi di beberapa sentra kopi, pasar
dihasilkan ditentukan pada proses produksi. Di ekspor, masalah, tantangan dan peluang
sisi lain terdapat proses pembentukan nilai pengembangan kopi Indonesia, serta isu
tambah yang melibatkan berbagai pihak dari permasalahan sertifikasi. Sertifikasi masih
perantara sampai konsumen dalam sistem perlu dikaji ulang karena prosedur dan
pemasaran dan rantai nilai kopi. Setiap proses persyaratannya rumit sehingga terkadang
dalam sistem pemasaran tersebut, terdapat mengakibatkan tidak signifikan dengan harga
rantai nilai yang menggambarkan hubungan premiumnya. Informasi tersebut diperlukan
input-output dan peran setiap pelaku yang sebagai bahan pemikiran untuk menyikapi
terlibat dalam menentukan kualitas kopi. tuntutan konsumen dalam pemasaran kopi
Sistem pemasaran dan rantai nilai baik di dalam maupun luar negeri.
menjadi sangat penting dalam sistem
agribisnis kopi mengingat kopi merupakan
komoditas di mana peran konsumen sangat PEMASARAN KOPI DI INDONESIA
besar (consumer driven). Untuk itu, tuntutan
konsumen dan tren yang terjadi di pasar Tanaman kopi di Indonesia mayoritas
internasional tidak dapat diabaikan dalam diusahakan oleh petani di daerah yang
pengembangan agribisnis kopi. Gonzalez-Perez terpencil dengan sarana jalan yang belum
dan Gutierrez-Viana (2012) menyebutkan memadai sehingga menyebabkan rantai
bahwa ada beberapa trend penting yang pemasaran atau tataniaganya cukup panjang.
mempengaruhi perubahan-perubahan dalam Pemasaran hasil kopi petani umumnya dijual
konsumsi kopi dunia, yaitu (i) perubahan level ke pedagang pengumpul (pedagang
pendapatan pada negara-negara konsumen perantara). Sebaliknya, di perkebunan-
yang menentukan konsumsi jangka panjang, perkebunan besar, mereka memiliki unit-unit
(ii) munculnya pusat pertumbuhan dan kelas khusus untuk pemasaran lokal maupun
menengah baru di negara-negara berkembang, ekspor, serta memiliki hubungan baik dengan
(iii) teknologi baru terutama dalam prosesing pihak-pihak pembeli dari luar negeri.
kopi, (iv) ketertarikan perusahaan pengolahan Perkembangan pasar luar negeri diikuti secara
kopi untuk mencampur sehingga memperluas terus menerus, baik laju perkembangan harga
akses terhadap bahan baku dengan kisaran maupun perkembangan produksi kopi di
harga yang tinggi, dan (v) perang merek kopi beberapa negara.
dengan memperkenalkan inovasi-inovasi Turnip (2002) dalam Rosandi (2007)
untuk meningkatkan pangsa pasar. menyatakan bahwa secara umum terdapat
Tulisan ini memuat informasi/review lima saluran tataniaga kopi di Indonesia
usahatani kopi di Indonesia yang sebagian sebagaimana digambarkan pada Gambar 1.
besar merupakan perkebunan rakyat, pola

PETANI KOPI

PEDAG. PENGUMPUL DESA PEMILIK HULLER &


PENGUMPUL

PEDAG. PENGUMPUL KECAMATAN AGEN


TINGKAT
PROVINSI
PEDAG. PENGUMPUL KABUPATEN

PERUSAHAAN
EKSPORTIR
PASAR DALAM
NEGERI

INDUSTRI KOPI

PERKEBUNAN KOPI
EKSPOR
(PTPN dll)
Gambar 1. Bagan pemasaran kopi
(Sumber: Turnip, 2002)

140 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
K
Konsumen
R Impordti
Udara/Lau
Angkutan
supermar
warung kop
warung
Pasar
o
ko
P hH l t
LN,
Huller n
parcs
Unsor
Pasar lok
Unsorted g
Peu
K
da
Rm
PASAPRASLURADRLANMENGus
ogn
o s
an Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

Gambar 3: Rantai pasok kopi di Indonesia


(Sumber: Ibrahim dan Zailani, 2010)

Kopi yang dijual melalui pasar Pola rantai pasok untuk kopi yang
komoditi umumnya sampai ke perusahaan- dipasarkan ke luar negeri sebagai berikut:
perusahaan atau pabrik-pabrik pengolahan Petani  pedagang pengumpul 
kopi melalui para agen/broker. Agen-agen pedagang pengumpul kecamatan  eksportir
inilah yang berhubungan dengan pedagang  Importir  roaster  konsumen
perantara di negara pengimpor sehingga dapat Selain sebagai pengekspor kopi,
memperoleh kopi dalam jumlah dan mutu Indonesia juga mengimpor produk-produk
sesuai kebutuhannya (Gambar 2). Kopi kopi yang dihasilkan oleh roaster yang berada
Indonesia diekspor dalam beberapa bentuk, di luar negeri. Bahkan tidak sedikit kopi yang
terutama berupa kopi biji, kopi sangrai diimpor tersebut merupakan kopi yang berasal
(roasted coffee), dan kopi ekstrak. dari Indonesia setelah mengalami proses
Jika dilihat rantai pasok mulai dari pengolahan. Gambar 3 memperlihatkan kopi
produsen hingga konsumen, maka terdapat yang diolah diluar negeri dijual kembali ke
banyak yang terlibat dalam sistem rantai pasar Indonesia.
pasok kopi Indonesia (Gambar 3). Rantai
pasok yang terjadi dapat dipisahkan menjadi POLA PEMASARAN KOPI PADA BEBERAPA
beberapa pola karena proses aliran kopi SENTRA KOPI DI INDONESIA
sampai kepada konsumen cukup beragam.
Untuk kopi yang dikonsumsi di dalam negeri A) Pola Pemasaran Kopi di Lampung
terdapat beberapa pola sebagai berikut: Provinsi Lampung merupakan salah
- Petani  pedagang pengumpul  satu sentra utama kopi di Indonesia dengan
perusahaan perdagangan lokal  roaster Kabupaten Lampung Barat sebagai penghasil
 konsumen utamanya. Jenis kopi yang banyak diusahakan
- Petani  pedagang pengumpul  di wilayah ini adalah kopi Robusta (59.629 ha
pedagang pengumpul kecamatan  dengan produksi 61.215 ton), dan kopi
perusahaan perdagangan lokal  roaster Arabika hanya 95 ha dengan produksi 16 ton
 konsumen (Disbun Prop. Lampung, 2011).
- Petani  pedagang pengumpul  Pola pemasaran kopi di Kabupaten
perusahaan perdagangan lokal  pasar Lampung Barat berdasarkan hasil penelitian
lokal/retailer/coffee shop  konsumen Suhartana dan Sumino (2008) terdapat 4 pola,
yaitu:

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 141
Analisis Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Indonesia

1. Petani – Konsumen sedang berlaku di tingkat pengumpul.


2. Petani – Tengkulak – Pengumpul – Pengumpul tidak bisa langsung menjual
Pengumpul Besar/eksportir – Konsumen kopinya ke tauke karena biji yang dijual ke
3. Petani – Pengumpul – Pengumpul Besar – tauke umumnya berkualitas ekspor sehingga
Konsumen harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan
4. Petani – Pengumpul Besar – Konsumen oleh tauke. Persyaratan tersebut antara lain:
biji tidak berwarna hitam, biji harus dijemur di
Pola 1: Petani – Konsumen terpal atau di lantai, dan kadar air yang
Pada pola 1 ini petani langsung diminta adalah 13%. Biji kopi yang terlalu
menjual produknya ke konsumen. lama di penimbunan akan berwarna hitam.
Penjualannya hanya untuk memenuhi Untuk menjaga kualitas maka sebaiknya
kebutuhan masyarakat setempat/lokal, seperti penjemuran kopi beralaskan terpal atau di
yang dilakukan oleh petani kopi di Kecamatan lantai, karena jika dijemur di atas tanah
Sumberjaya yang menjual kopi Robusta di langsung selain aroma kopi akan hilang juga
warungnya sudah dalam bentuk bubuk. Kopi akan berasa tanah sehingga tidak akan disukai
bubuk tersebut dikemas dalam plastik konsumen luar negeri. Kadar air yang
sederhana yang sudah diberi merk tertentu. dipersyaratkan oleh tauke 13% dimaksudkan
Kopi bubuk tersebut tidak menggunakan untuk mengurangi biji terkena “kaptis” yaitu
bahan yang berasal dari biji kopi Robusta sejenis jamur atau cendawan yang menyerang
kualitas bagus, tetapi dibuat dari biji kopi biji dan bisa menurunkan kualitas kopi.
Robusta yang tidak memenuhi syarat ekspor.
Pola 4: Petani – Pengumpul Besar – Konsumen
Pola 2: Petani-Tengkulak- Pengumpul- Saluran pemasaran keempat bagi
Pengumpul Besar/eksportir- Konsumen petani lebih menguntungkan karena tauke
Pola pemasaran kedua ini merupakan langsung membeli biji kopi petani
saluran yang sangat tidak menguntungkan bagi dibandingkan saluran pemasaran lainnya,
petani karena petani memperoleh harga yang namun petani harus ikut dalam kelompok tani
sangat rendah. Pada saluran pemasaran kedua yang tergabung dalam Kelompok Usaha
yang berperan adalah tengkulak, pedagang Bersama (KUB). Seperti halnya dengan
pengumpul di kecamatan/kabupaten dan pengumpul, petani juga harus memenuhi
pengumpul besar. Pengumpul besar oleh syarat yang telah ditetapkan, seperti harus
masyarakat seringkali disebut dengan tauke, memenuhi kuota penjualan tertentu. Harga
yang umumnya adalah perusahaan besar beli berdasarkan harga yang sedang terjadi di
eksportir kopi yang berada di Teluk Betung tingkat tauke sehingga harga beli setiap hari
Panjang. Tengkulak menggunakan sistem ijon bisa berubah. Selain itu, ada juga perusahaan
dalam transaksinya, misalnya untuk tanaman pengolahan kopi yang menerapkan kontrak
kopi yang masih berbunga dibeli tengkulak harga selama 1 minggu sehingga harga beli
dengan harga sekitar Rp. 3–4 juta. Setelah akan tetap selama 1 minggu.
memasuki musim panen baru kemudian Selain pola di atas, Neilson et al.
tengkulak menjualnya ke pengumpul. Petani (2010) menyebutkan bahwa di Provinsi
biasanya menggunakan jasa tengkulak pada Lampung, kopi yang telah diproses kering oleh
saat memerlukan uang tunai untuk kebutuhan petani dijual kepada pedagang pengumpul
yang mendesak. desa. Pedagang pengumpul desa kemudian
menjualnya kepada pedagang lokal dan
Pola 3: Petani – Pengumpul – Pengumpul selanjutnya dijual kepada pedagang regional di
Besar – Konsumen tingkat kabupaten. Pedagang regional
Pola pemasaran ketiga dipilih petani kemudian menjual kopi kepada eksportir yang
yang tidak dalam kondisi terdesak kebutuhkan memiliki gudang di Bandar Lampung.
uang tunai, sehingga mereka tidak memakai Eksportir tersebut banyak yang dimiliki oleh
jasa tengkulak. Oleh karena petani umumnya perusahaan pengolahan kopi dan perusahaan
memerlukan pupuk, maka kebanyakan internasional.
pengumpul menawarkan jasa peminjaman
pupuk. Peminjaman pupuk kepada petani B) Pola Pemasaran Kopi di Provinsi Bali
dengan kesepakatan syarat yang ditetapkan Berdasarkan cara petik dalam
yaitu jika musim panen petani harus menjual memanen kopi, rantai pemasaran kopi di Bali
biji kopi ke pengumpul yang memberikan dibedakan menjadi dua yaitu kopi petik hijau
pinjaman pupuk. dan kopi petik merah. Produk kopi dari Bali
Berbeda dengan tengkulak, harga beli terkenal memiliki kualitas bagus karena
pengumpul disesuaikan dengan harga yang adanya kampanye petik merah di sentra

142 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

penghasil kopi di Bali. Namun demikian, masih lebih luas. PT. Indocafco dan Indocom serta
banyak juga petani yang melakukan petik pembeli insidentil hanya menerima produk
campur (merah dan yang segera masak) untuk dari kelompok tani dalam bentuk kopi tanduk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan (WP) sedangkan PT Tri Agung Mulia dan UD.
untuk segera mendapatkan uang tunai menjadi Merta Buana bisa menerima dalam bentuk
penghambat usaha petik merah yang gelondong maupun basah. Untuk menjamin
sebetulnya lebih menguntungkan bagi petani. kualitas dan kuantitas PT. Indocafco
Petik merah biasanya untuk kebutuhan ekspor memberikan talangan modal 80% dan
yang dipasarkan oleh petani melalui koperasi investasi alat prosesing. Sementara
dan pengepul, sementara untuk buah kopi perusahaan lain melakukan prosesing sendiri.
campuran dijual ke pasar bebas.
Rantai pemasaran kopi di Bali Pihak dan peran pelaku pemasaran kopi di
berdasarkan cara petik dalam memanen kopi Bali
sebagai berikut: Pemasaran atau distribusi komoditas
kopi di Provinsi Bali melibatkan beberapa
Kopi petik hijau pihak yang memiliki tugas dan peran masing-
Untuk jenis kopi petik hijau ini masing yaitu petani, kelompok tani, pengepul,
dipasarkan dalam bentuk gelondongan basah buyer dan Dinas Perkebunan/instansi terkait.
dan kering. Penentuan harga produk yang
dijual dalam bentuk gelondong hijau ini 1. Petani
dilakukan oleh pengepul. Pembelian Petani dalam mata rantai pemasaran
gelondongan hijau dilakukan di lahan oleh kopi berperan sebagai produsen yang
pengepul di desa dan kopi kering dijual ke menghasilkan produk yang berupa biji kopi
berbagai pengepul maupun ke pasar umum. petik merah dan petik hijau. Produk yang
Hasil proses kering dari pengepul dijual ke dihasilkan petani sangat tergantung pada
pengepul kecamatan dan pengrajin kopi lokal. permintaan pasar atau konsumen.
Akan tetapi petani sebagian besar masih
menjual produk dalam bentuk gelondong hijau 2. Kelompok tani
karena membutuhkan dana tunai dalam waktu Petani tergabung dalam kelompok tani
singkat, disamping itu daya tampung beberapa yang antara lain berdasarkan kesamaan jenis
perusahaan yang mau menerima produk usaha, tujuan dan tempat. Kelompok tani ini
gelondong merah terbatas. berperan untuk mengorganisir petani yang
tergabung sebagai anggota kelompok dalam
Kopi petik merah melakukan produksi kopi. Untuk wilayah
Pemerintah daerah setempat (instansi Kintamani ada 4 kelompok tani yang memiliki
terkait) melakukan pembinaan mengenai unit usaha koperasi yang memproses
proses petik merah. Pemasaran produk dari gelondong merah menjadi kering tanduk (WP).
petani sebagian ditampung oleh koperasi yang Untuk menjaga kualitas kopi yang dihasilkan
sudah dilengkapi dengan peralatan prosesing, maka proses pengolahan kopi dilakukan
yang dibina oleh UP3HP (Unit Pengembangan secara terpusat di koperasi tersebut dan sudah
Pengolahan dan Pemasaran Hasil dilengkapi dengan peralatan untuk prosesing
Perkebunan). Unit tersebut di bawah Dinas menjadi WP. Peralatan tersebut berasal dari
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang bantuan Dinas Pertanian, Perkebunan dan
menangani pengolahan dan pemasaran kopi. Kehutanan Kabupaten Bangli maupun Provinsi
Kelebihan petik merah menghasilkan bobot Bali, serta bantuan dari beberapa perusahaan
kopi lebih berat dibandingkan kopi petik hijau. yang langsung menjalin kerjasama dengan
Namun kelemahannya adalah tidak tahan petani. Koperasi memiliki SOP untuk proses
disimpan lama karena setelah dipetik harus pengolahan kopi. Selain itu koperasi juga
diproses untuk mendapatkan kualitas yang memiliki divisi Satuan Pengawas Mutu yang
baik sehingga membutuhkan tenaga panen melakukan kontrol mulai dari panen sampai
banyak dan tidak semua pengepul mau dengan “cup tester” untuk menjaga kualitas
menerima gelondong merah. Produksi kopi kopi yang dihasilkan. Uji cita rasa ini dilakukan
gelondong basah yang dihasilkan ada setahun tiga kali (Juni-September).
1.209.725 kg. Produk kopi tersebut 14, 37 %
dipasarkan ke PT. Tri Agung Mulia ( TAM)
3.33%, PT. Indocafco dan Indecom 5.50%, 3. Pengepul
CV.Tri Merta Buana, dan Pembelian Insidentil Pengepul mempunyai peran dalam
5.5%, sedangkan yang 83.63% masih belum mengumpulkan bahan baku/biji kopi secara
tertampung dan dipasarkan ke pasaran yang berkeliling. Ada beberapa tingkatan pengepul

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 143
Analisis Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Indonesia

di wilayah ini, yaitu pengepul tingkat desa, Pengiriman dilakukan minimal sebulan sekali
tingkat kecamatan, tingkat kabupaten dan rata–rata 18 ton. Dalam pengiriman biasanya
tingkat provinsi. Mereka saling membangun tidak hanya satu produk tetapi digabung
ikatan dengan pengepul di bawahnya. Di desa dengan produk lain.
Belantih kecamatan Kintamani Kabupaten
Bangli, Bali terdapat kurang lebih 4–10 5. Dinas/Instansi Terkait
pengepul yang biasanya berkeliling sampai ke Dinas Pertanian dan Perkebunan di
desa lain untuk mendapatkan bahan baku. provinsi maupun kabupaten antara lain
Pengepul pada tingkat kecamatan berperan meningkatkan kemampuan teknis
mengorganisir atau menerima bahan baku/ budidaya dan pengelolaan pasca panen, serta
produk dari pengepul tingkat desa. Tidak ada membangun kerjasama dengan berbagai
aturan pembagian wilayah secara detail untuk perusahaan eksportir dan lembaga penelitian
masing–masing pengepul, namun pengepul untuk memecahkan permasalahan teknis.
tingkat kecamatan mempunyai jaringan yang Selain itu juga berperan memfasilitasi/
kuat sampai ke desa-desa di kecamatan melibatkan petani kopi dalam melakukan
maupun dari luar kecamatan. Pengepul tingkat pameran setiap ada kesempatan serta
kecamatan membuat ikatan dengan pengepul mengkampanyekan produk kopi melalui media
di bawahnya dalam bentuk investasi modal ke publikasi.
pengepul desa. Produk yang dikumpulkan
pengepul kecamatan, selanjutnya dapat Dinas memiliki peran dalam menjalin
didistribusikan ke pengepul kabupaten atau kerja sama pemasaran seperti:
langsung dijual ke eksportir atau perusahaan, 1. Penyediaan rakitan teknologi dan
dalam jumlah yang masih terbatas. Mereka pembinaan khususnya melalui penerapan
memiliki anak buah di masing–masing wilayah teknologi panen dan peningkatan kualitas
untuk menampung produk dari pengepul dan produk,
petani langsung. Produknya didistribusikan ke 2. Peningkatan kemampuan SDM anggota
berbagai perusahaan di luar pulau Bali atau ke Subak Abian dalam manajemen kopi
eksportir di Bali. Pusat pengepul kopi dari Arabika,
wilayah Kabupaten Bangli adalah di Kabupaten 3. Peningkatan pemasaran kopi Arabika
Buleleng (letaknya berdekatan), disini ada 10 berkualitas dan hasil olahannya,
pengepul tingkat kabupaten. Sebagian besar 4. Peningkatan konsumsi kopi Arabika olahan
merupakan anak buah perusahaan eksportir. berkualitas di dalam negeri melalui
Mereka menyebar anak buahnya untuk kegiatan promosi.
mengumpulkan produk dari berbagai wilayah. Ruang lingkup dalam pembinaan dan
Pengepul tingkat kabupaten memiliki pengembangan agribisnis kopi Arabika
beberapa peralatan untuk prosesing, bentuk Kintamani, meliputi :
produk yang diterima adalah semua produk 1. Penyediaan rakitan teknologi dalam bentuk
dari petani. Di samping menerima produk, penyediaan bahan tanaman unggul, panen
mereka juga menjual produk dalam bentuk dan pasca panen serta kegiatan lain yang
kering ke pengrajin tingkat desa. mendukung,
2. Pembinaan teknis dalam penerapan
4. Buyer teknologi, khususnya dalam pengembangan
Peran buyer ini antara lain agribisnis kopi specialty organik melalui
menampung dan memproses produk untuk perolehan sertifikat organik dan
diekspor yang dikumpulkan dari pengepul perlindungan hak atas indikasi geografis,
tingkat kabupaten/provinsi dan lainnya. Buyer 3. Peningkatan kemampuan SDM anggota
adalah perusahaan yang bergerak dalam subak abian dalam manajemen usaha kopi
bidang pemasaran ekspor hasil tanaman Arabika.
perkebunan. Perusahaan besar (PT. Tri Agung Realisasi kerjasama pemasaran ini
Mulia) bekerjasama dengan pemerintah berupa pemasaran kopi bubuk melalui
Kabupaten Bangli untuk pengelolaan pabrik Koperasi Pegawai PPKKI yang ditindaklanjuti
prosesing di Mangi Kecamatan Kintamani. dengan pemasaran. Selain melalui PPKKI juga
Daya tampungnya 100 ton/hari. Area kerjanya melalui KSPPI dengan perbaikan packingnya,
meliputi seluruh wilayah Provinsi Bali, untuk sedangkan realisasi kerjasama pembinaan
menjaga kontinyuitas produk perusahaan ini teknis berupa bimbingan teknologi perbaikan
juga menampung produk dari luar pulau Bali, produktivitas dan kualitas kopi Arabika di
seperti dari Nusa Tenggara. Negara tujuan Kabupaten Bangli yang akan ditindaklanjuti
ekspor adalah Singapura, Jepang, Uni Emirat dengan penetapan karakteristik kopi arabika
Arab, Australia, Amerika, dan Australia. Bangli untuk memenuhi konsumen dalam dan

144 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

luar negeri. Perkembangan penting dari model Perkebunan juga meminta petani untuk
Kintamani adalah tengkulak sudah menjual memenuhi standar produksi sesuai dengan
kopinya kepada koperasi petani kopi standar perkebunan untuk meningkatkan
(Suhartana dan Sumino dalam kualitas dan kuantitas panen. Hal penting bagi
http://www.scribd.com/). buyer atau konsumen ketika akan melakukan
. transaksi kopi adalah informasi awal yang
C. Pola Pemasaran Kopi di Kabupaten perlu mereka ketahui yakni di mana dan
Manggarai (NTT) berapa ketinggian letak perkebunan kopi
Hasil kopi petani dijual ke pengepul di berada karena hal ini sangat berpengaruh pada
tingkat desa. Pengepul yang berperan sebagai kualitas kopi yang dihasilkan. Hal tersebut
pengumpul kopi dari petani diberikan menjadi acuan untuk meneruskan kepada
pinjaman modal dari pengusaha untuk masalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas
membeli kopi petani dan kekurangan produksi.
modalnya mengusahakan sendiri. Pengepul di Beberapa buyer telah berusaha untuk
tingkat desa melakukan penyortiran, kopi yang mengembangkan bisnis kopi bukan hanya
berkualitas akan di kirim ke pedagang di kota mengambil biji kopi, tetapi telah membangun
sementara kopi yang kurang baik kualitasnya roaster di tingkat lokal, sehingga harapan ke
dipakai untuk konsumsi lokal. Kopi yang depan diversifikasi produk kopi akan semakin
berhasil dikumpulkan pengepul desa dari para beragam dari produk lokal yang
petani langsung dibawa ke pedagang antar dikembangkan. Selama ini proses roaster
pulau atau pengepul tingkat kabupaten masih dilakukan dalam skala industri rumah
(pengepul tingkat kecamatan tidak ada sebab tangga yang memproduksi kopi bubuk. Akhir-
wilayahnya berdekatan). Selanjutnya dijual akhir ini konsumsi perkapita penduduk
kepada pedagang antar pulau lainnya atau Indonesia untuk meminum kopi semakin besar
kepada perusahaan yang kebanyakan berada dan cakupan wilayah semakin luas.
di Surabaya. Selain sebagai pengepul di Kesempatan untuk memproduksi kopi dengan
tingkat kabupaten, beberapa di antaranya juga diversifikasi yang ada akan membantu dalam
memproduksi kopi bubuk lokal. Kopi bubuk usaha untuk mengembangkan usaha tani dari
ini dihasilkan dari sortir kopi yang akan di kelompok tani di masing-masing daerah
kirim ke luar pulau. Pengusaha tidak pernah (Sumber: Suhartana dan Sumino dalam
langsung membeli dari petani karena http://www.scribd.com/doc/).
kebanyakan penjualan petani masih
bercampur antara kopi merah dan hijau. PASAR EKSPOR KOPI INDONESIA
Dengan adanya pengepul desa, hal ini
membantu pengusaha untuk mendapatkan biji Menurut Kustiari (2007) pada periode
kopi yang berkualitas. tahun 1986 hingga 2004 peran kopi Indonesia
Dinas Perkebunan Manggarai di negara pengimpor utama (Amerika, Jerman
berperan penting dalam pemasaran kopi di dan Jepang) cenderung menurun (Tabel 2).
Kabupaten Manggarai dengan merintis Penurunan tersebut diduga karena pangsa
pembentukan tiga unit pengolahan hasil kopi pasar Indonesia direbut oleh Vietnam yang
(UPH). Usaha ini dimulai tahun 2006 dengan terindikasi dari meningkatnya pangsa pasar
mengolah biji kopi untuk di ekspor ke Amerika Vietnam ke Jerman dan Jepang. Rata-rata
Serikat. Dinas Perkebunan melalui UPH pangsa kopi dari Indonesia ke Amerika Serikat
membeli kopi petani dengan harga yang lebih dari 3,7% pada periode tahun 1986-1989
tinggi dibanding tengkulak. Kerjasama ini turun menjadi 3,5% pada periode tahun 2000-
dilakukan dengan sistem kontrak sehingga 2004 , ke Jerman turun dari 6,0% menjadi
pihak UPH bisa membantu petani. Apabila nilai 4,9% dan yang ke Jepang dari 16,9% turun
rupiah turun (karena dollar naik) maka selisih menjadi 12,8%. Hal sebaliknya terjadi pada
keuntungan akan diberikan kepada petani, Vietnam yang justru mengalami peningkatan
sementara apabila nilai rupiah menguat (dollar pangsa pasar ke jerman dari 0,22% menjadi
turun), maka harga petani dibayar sesuai 12,03% dan ke Jepang dari 0,04% menjadi
dengan kesepakatan dalam kontrak. Selain 5,87%.
masalah harga, melalui UPH pihak Dinas

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 145
Analisis Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Indonesia

Tabel 1. Perkembangan rata-rata pangsa pasar beberapa negara pengekspor kopi ke pasar tujuan
Pengimpor Periode Indonesia Brazil Vietnam Colombia Meksiko India
tahun
Amerika Serikat 1986-1989 3,73 19,96 0.00 10,78 13,33 1,00
1990-1999 3,16 18,58 3,18 14,07 15,35 1,22
2000-2004 3,46 19,22 10,53 14,66 10,45 0,63

Jerman 1986-1989 6,04 14,75 0,22 32,13 3,77 1,14


1990-1999 7,58 15,17 3,62 26,20 0,86 2,96
2000-2004 4,91 27,26 12,03 10,20 0,37 2,57

Jepang 1986-1989 16,96 29,28 0.04 14,83 2,22 1,08


1990-1999 15,17 27,00 2,88 17,27 1,07 1,44
2000-2004 12,81 26,85 5,87 18,21 0,95 1,06
Sumber: United Nations (2005) dalam Kustiari (2007)

Indonesia merupakan penghasil kopi Negara produsen utama kopi tidak


terbesar ketiga setelah Brazil dan selalu berperan sebagai pemain pasar kopi
Vietnam sedangkan yang keempat Columbia. dunia. Hal ini ditunjukkan oleh posisi negara
Total ekspor kopi (biji dan olahannya) tahun pengekspor kopi terbesar dunia tahun 2010
2010 sebesar 433,595 ribu ton dengan nilai bila ditinjau berdasarkan nilai ekspornya
US$ 814,311 juta yang dipasarkan ke-65 adalah Brazil, dengan nilai ekspor USD 5.203,3
negara tujuan ekspor (Ditjenbun, 2011). juta dengan volume 1.795,2 ribu ton diikuti
Sepuluh negara tujuan ekspor utama adalah oleh Jerman, Columbia, Swiss dan Belgia. Dari
Jerman, Amerika Serikat (AS), Jepang, Italia, posisi tersebut dapat dilihat bahwa selain
Malaysia, Inggris, Belgia, Mesir, Algeria dan Brazil dan Columbia yang merupakan
Rusia. Korea Utara, Laos, Kiribati merupakan produsen kopi dunia, meskipun Jerman, Swiss
merupakan pasar baru bagi kopi Indonesia dan Belgia bukan produsen kopi dunia, namun
pada tahun 2010. Pangsa pasar kopi Indonesia memanfaatkan nilai tambah dari kopi.
atas dasar volume di negara tujuan utama, Indonesia sebagai produsen kopi
sebagai berikut: beberapa tahun ini sedang berupaya untuk
1. Untuk pasar Jerman, Indonesia merupakan memanfaatkan nilai tambah dari kopi, dengan
pemasok terbesar ke lima atau 5,70 % dari mengembangkan kopi organik, kopi specialty
total impor Jerman dari dunia sebesar termasuk mengembangkan kopi besertifikat
1.150,5 ribu ton. Pemasok yang Indikasi Geografis, seperti Kopi Kintamani
mengungguli Indonesia untuk pasar (Bali), Kopi Gayo (Aceh) dan Kopi Arabikan
Jerman adalah Brazil, Vietnam, Peru dan Flores Bajawa (NTT). Pengembangan kopi
Honduras specialty dan kopi organik dan produk kopi
2. Untuk pasar Amerika Serikat, Indonesia lainnya diharapkan dapat meningkatkan nilai
menempati urutan terbesar keempat tambah sehingga pada masa mendatang
setelah Brazil, Vietnam, Columbia dengan Indonesia bisa lebih berperan di pasar
pangsa pasar 6,03 % dari total impor AS internasional. Indonesia sebagai salah satu
3. Untuk pasar Jepang pemasok utama negara penghasil kopi terbesar, ternyata masih
terbesar adalah Brazil dengan pangsa pasar perlu mengimpor antara 40.000-50.000 ton
29,76%, sedangkan Indonesia menempati kopi dari Vietnam pada 2010. Pada tahun
posisi ke tiga setelah Brazil dan Columbia 2011, produksi kopi diperkirakan 600.000 ton,
dengan pangsa pasar 14,22 % dari total untuk pasar domestik 200.000 ton dan sisanya
impor Jepang diekspor. Volume ekspor tidak bisa dikurangi
4. Untuk Pasar Italia, kopi Brazil dan Vietnam karena tingginya permintaan dunia terhadap
mendapat pangsa pasar masing masing kopi Indonesia (Hindarko et al., 2012).
sebesar 33,15% dan 18,87% dari total
impor Italia dan Indonesia tidak ternasuk MASALAH, TANTANGAN DAN PELUANG
lima besar PENGEMBANGAN KOPI I INDONESIA
5. Untuk pasar Malaysia, Indonesia memasok
44,68 % dari total impor Malaysia, Perkebunan kopi di Indonesia
sekaligus menempati posisi kedua setelah sebagian besar diusahakan oleh petani yang
Vietnam, sedangkan untuk pasar Inggris, pada umumnya dalam kondisi kurang terawat
Indonesia menempati posisi kedua setelah karena keterbatasan petani dalam
Vietnam dengan pangsa pasar 13,93 % permodalan, pengetahuan budidaya maupun
pengolahan hasil dan rendah dalam akses

146 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

mendapatkan informasi. Dalam penentuan Gutierrez-Viana (2012) menyebutkan bahwa


harga, posisi tawar petani lemah, harga kopi setidaknya ada 5 trend yang menunjukkan
seringkali fluktuatif dan terkadang sangat peningkatan permintaan kopi, yaitu: (i)
rendah sehingga merugikan petani. Secara perubahan level pendapatan pada negara-
ringkas Ditjenbun (2012) mengungkapkan negara konsumen yang menentukan konsumsi
beberapa permasalahan dan tantangan yang jangka panjang, (ii) munculnya pusat
dihadapi Indonesia dalam pengembangan kopi. pertumbuhan dan kelas menengah baru di
Permasalahan tersebut antara lain (i) areal negara-negara berkembang, (iii) teknologi
tanaman kopi di Indonesia 96% merupakan baru terutama dalam prosesing kopi, (iv)
perkebunan rakyat yang sebagian besar belum ketertarikan perusahaan pengolahan kopi
menerapkan teknik budidaya sesuai anjuran untuk mencampur (blending) sehingga dapat
(GAP), (ii) produktivitas tanaman masih memperluas akses terhadap bahan baku
rendah baru 60% dari potensi produksi karena dengan range harga yang tinggi, dan (v) perang
menggunakan benih asalan dan kesadaran merek kopi dengan memperkenalkan inovasi-
menggunakan benih unggul bermutu masih inovasi untuk meningkatkan pangsa pasar.
rendah di samping itu sebagian tanaman kopi Selain itu, banyak peluang yang dapat
sudah tua dan rusak, (iii) peningkatan dilakukan dalam pengembangan kopi di
serangan hama/penyakit tanaman (OPT) yang Indonesia untuk menghadapi tantangan dan
dapat menurunkan hasil 40-60% khususnya mengatasi masalah secara bertahap. Beberapa
PBKo, penggerek cabang, kutu dompolan, peluang yang dapat dimanfaatkan yaitu
penyakit karat daun dan nematoda. Masalah perluasan areal tanaman kopi arabika,
lain adalah kelembagaan petani masih lemah, khususnya di wilayah yang secara agroklimat
akses permodalan terbatas, penguasaan sesuai; penerapan sistem budidaya
teknologi pasca panen petani masih rendah perkebunan yang baik (GAP) dan
sehingga mutu produk rendah, sebagian besar berkelanjutan (sustainable coffee production);
produk yang dihasilkan dan diekspor berupa perkembangan teknologi pengolahan kopi
kopi biji (green bean), dan tingkat konsumsi seperti instant dan liquid coffee; adanya upaya
kopi per kapita di dalam negeri masih rendah peningkatan konsumsi kopi per kapita di
(0,86kg/kapita/tahun), serta specialty coffee dalam negeri kopi Robusta dari 0,86
belum dikelola secara optimal. Sementara itu kg/kapita/th menjadi 1 kg/kapita/th;
tuntutan selera dan persyaratan dari Peningkatan mutu khususnya kopi Arabika
konsumen semakin banyak merupakan yang dapat diarahkan menjadi kopi specialty;
tantangan yang harus dihadapi. tersedianya teknologi budidaya dan
Beberapa tantangan yang harus tersedianya peneliti/tenaga ahli di bidang
dihadapi Indonesia sebagai produsen kopi saat kopi.
ini antara lain berkaitan dengan kesadaran Harapan yang ingin dicapai dari
akan lingkungan, telah mengubah preferensi kemajuan teknologi dan kebijakan untuk
konsumen yang tidak hanya mendasarkan pengembangan kopi saat ini adalah (1) sistem
pada kualitas dan batas maksimal residu, budidaya kopi yang sesuai GAP yang mengarah
namun juga teknologi produksi yang ramah pada indikasi geografis dan sistem perkebunan
lingkungan penerapan standar ISO 9000, berkelanjutan, (2) upaya mempertahankan cita
14000; penerapan kopi berkelanjutan; tingkat rasa kopi sehingga mampu meningkatkan
pendidikan yang lebih baik telah mengubah bargaining position kopi Indonesia di pasar
pola hidup dan kesadaran pada aspek nasional maupun internasional, (3) kopi
kesehatan sehingga semakin ketat toleransi specialty Indonesia agar dapat diarahkan
terhadap komponen bahan kimia yang untuk melakukan sertifikasi sehingga dapat
berbahaya bagi tubuh seperti Ochratoxin dan meningkatkan daya saing kopi Indonesia
residu pestisida; serta adanya kesepakatan terutama memberikan nilai tambah bagi
dari anggota ICO bahwa tidak akan petani, dan (4) peningkatan mutu kopi
mengekspor kopi dengan kualitas rendah. khususnya untuk konsumsi dalam negeri.
Meskipun masalah dan tantangan tersebut
masih belum terselesaikan namun secara SERTIFIKASI PADA PEMASARAN KOPI
bertahap terus diupayakan solusinya, dan
selain itu masih ada peluang dan harapan. Perkembangan pasar pada era
Peluang pengembangan kopi di globalisasi saat ini, sertifikasi menjadi alat
Indonesia pada masa yang akan datang masih yang penting untuk memacu pertumbuhan
cukup propektif. Hal ini dapat dilihat dari yang positif. Sertifikasi menawarkan bagi
beberapa trend penting yang mempengaruhi produsen dan pelaku bisnis petunjuk dalam
konsumsi kopi dunia. Gonzalez-Perez dan memproduksi dan pelayanan praktek yang

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 147
Analisis Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Indonesia

efisien yang tidak akan merugikan lingkungan pendapatannya lebih baik. Namun dalam
dan masyarakat setempat. Sertifikasi kenyataannya harga premium kopi
memberikan jaminan kepada konsumen untuk bersertifikasi tidak seperti yang diharapkan
mendapatkan produk yang sehat dan oleh produsen. Bahkan produk yang
memberikan komitmen mereka untuk bersertifikasi tidak selalu memiliki harga yang
mendukung pertanian yang berkelanjutan. lebih tinggi dibandingkan produk yang tidak
Mendez et al. (2010) menyebutkan bahwa bersertifikasi.
sertifikasi akan memberikan tingkat harga Harga premium pada saat awal dirasa
yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak cukup untuk menutup biaya produksi dan lain-
tersertifikasi. Namun, harga premium tersebut lain, tetapi pada akhirnya premium yang
merupakan konsekuensi langsung dari atribut- diterima semakin berkurang. Hal ini terjadi
atribut kopi yang disediakan melalui proses karena biaya yang berkaitan dengan rumitnya
sertifikasi sehingga membuat konsumen prosedur sertifikasi. Jumlah konsumen yang
bersedia untuk membayar harga yang lebih tertarik pada kopi bersertifikat (misalnya
tinggi (de Ferran dan Grunert, 2007; organik) dan ingin membayar dengan harga
Schollenberg, 2010). lebih tinggi juga sangat terbatas. Sekarang ini
Sertifikasi kopi saat ini banyak kecenderungan harga premium yang diterima
dilakukan dengan sertifikasi organik, seperti produsen kopi menurun. Selain harga
Fair Trade, Rainforest Alliance, Utz Certified premium yang terus menurun, proses
dan Starbuck C.A.F.É Practices telah mencapai sertifikasi itu sendiri bisa merugikan bagi
sekitar 4% dari keseluruhan ekspor kopi produsen (Bacon, 2005; Giovannucci dan
(green coffee ), atau sekitar 220.000 metrik Ponte, 2005). Sebagaimana yang diungkapkan
ton, jumlah ini cukup besar apabila dilihat dari oleh Muradian dan Pelupessy (2005), bahwa
jumlah tonase, tetapi masih kecil dibanding standar organik yang harus diikuti produsen
dengan jumlah sertifikasi yang dilakukan di sangat ketat, meliputi daur ulang sampah,
Indonesia. Sertifikasi kopi saat ini banyak mengurangi polusi air dan kandungan kimia,
dilakukan di Negara Amerika Selatan dan erosi, serta meningkatkan kualitas tanah. Bagi
Afrika. Di Indonesia ada beberapa lembaga petani selaku produsen pelaksanaan
sertifikasi baik yang bersifat lokal maupun perubahan ini menjadi mahal, khususnya
merupakan afiliasi dari lembaga sertifikasi dalam hal tenaga kerja. Selain itu, biaya
asing. Peran lembaga sertifikasi Indonesia membayar lembaga sertifikasi bisa menjadi
kebanyakan masih bergantung kepada nama mahal. Hal ini sesuai juga dengan hasil
lembaga sertifikasi terkenal di luar negeri, penelitian Mendez et al. (2010) dan Valkila
karena memang susah untuk bisa (2009) yang menyebutkan bahwa sertifikasi
mengenalkan, membuat brand tersendiri bagi kopi bagi petani kecil tidak memberikan
kebanyakan industri di Indonesia. Beberapa di dampak signifikan bagi peningkatan
antaranya: Sucofindo, BioCERT, Lesos dan kesejahteraan petani.
lainnya (http://www.scribd.com/). Beberapa program sertifikasi kopi
Pada pemasaran kopi, konsumen yang saat ini berlaku secara internasional
biasanya memunculkan tuntutannya dalam dengan beberapa “Critical Point” sebagai
berbagai isu “standard” atau “sertifikasi”. persyaratan sertifikasi, antara lain sebagai
Konsumen kopi, retailers, dan roasters di berikut :
Eropa, USA, Canada dan Jepang menghendaki • Sosial: Upah minimum, usia gaji pekerja,
agar kopi diproduksi secara berkelanjutan konflik, pendidikan, pekerja kecil,
(“sustainability”). Tuntutan tersebut telah lingkungan kerja, fasilitas, diskriminasi,
dimanfaatkan baik oleh pemerintah, donor kerja paksa
maupun LSM antara lain mempromosikan • Lingkungan: Perlindungan (hutan), erosi
berbagai “skema sertifikasi” untuk merespon (permukaan, daerah curam),
permintaan negara konsumen. Bagi sebagian keanekaragaman, perlindungan, kualitas
besar eksportir kopi mulai dipersyaratkan air, pestisida, manajemen limbah
sertifikasi bahkan kemudian menjadi standar • Produk/Ekonomi: transparansi dan
wajib yang dipersyaratkan pembeli untuk ekuitas, lacak, kualitas, keselamatan dan
produk kopi yang akan dibelinya. Pada GMO, pengolahan, konsistensi
awalnya, tingginya permintaan terhadap Beberapa isu lainnya yang muncul
produk bersertifikasi telah menumbuhkan adalah:
harapan bagi produsen kopi apabila dengan • Bagi negara penghasil kopi dituntut
penerapan sertifikasi tersebut membantu ketersediaan statistik yang baik mengenai
meningkatkan penjualan dan menawarkan pendataan/pemetaan luasan tanaman kopi
harga premium sehingga tingkat

148 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat
Dewi Listyati dan Abdul Muis Hasibuan

dan juga area pengembangannya terutama Perlu program penggunaan sertifikasi


untuk kopi Robusta kopi oleh masing-masing negara, agar dapat
• Skema sertifikasi kopi harus mudah membuat sertifikasi lokal sebagai sertifikasi
digunakan, terjangkau, dan mudah dasar yang dilakukan oleh Lembaga Indonesia
diadaptasi oleh pedagang, eksportir bahkan dan disyahkan oleh Pemerintah sehingga dapat
petani, akan tetapi pada saat yang sama menjadi standard nasional dan internasional
tidak membebani harga produk kopi (Summary Report ASEAN International
• Penggunaan sertifikasi kopi di masing- Seminar Coffee, 2012)
masing negara dapat membuat sertifikasi
lokal PENUTUP
• Program sertifikasi dasar yang dilakukan
oleh Lembaga Indonesia disahkan oleh Komoditas kopi berperan sangat
Pemerintah telah menjadi standard penting dalam perekonomian Indonesia dan
nasional dan internasional peluang pasarnya masih terbuka baik di dalam
• Perlu ada definisi yang jelas tentang maupun luar negeri, namun sasaran utama
sustainability dapat diterima oleh industri produk kopi Indonesia adalah untuk diekspor
dan konsumen pada umumnya ke berbagai negara. Setiap negara konsumen
• Kopi merupakan tanaman yang memiliki memiliki selera cita rasa tidak sama dan
peran penting selama ratusan tahun. menentukan persyaratan sertifikasi yang ketat
Manfaatnya sebagai tanaman yang jelas menyangkut keamanan produk kopi dan
dalam hal sustainability keberlanjutannya. Persyaratan yang ketat dari
• Saat ini pengembangan sertifikasi untuk lembaga sertifikasi yang didominasi lembaga
kopi yang berkelanjutan dan bernilai asing, terkadang dirasakan tidak adil bagi
ekonomi belum mapan petani selaku produsen karena lebih
• ICA telah ada selama 50 tahun, dan pada memperhatikan kepentingan konsumen.
edisi 2007 ICA untuk pertama kalinya Seharusnya disamping memperhatikan
sustainability diidentifikasi menjadi salah kepentingan konsumen yang menuntut produk
satu tujuan berkualitas dan aman tentunya produsen
• Terdapat sejumlah program sustainability (petani kopi) juga diberikan harga yang layak
yang aktif dipromosikan. Dimulai dari untuk keberlangsungan usaha kopi maupun
organik dirancang untuk mengurangi kesejahteraannya. Komoditas kopi di
kerusakan lingkungan yang merugikan dari Indonesia mayoritas diusahakan oleh petani
penggunaan bahan kimia yang berlebihan yang memerlukan dukungan dari berbagai
menuju pada lingkungan lestari pihak baik menyangkut penyediaan sarana dan
(sustainable). Akan tetapi, penafsiran hal ini prasarana, peningkatan pengetahuan dan
di berbagai negara tidak sama teknologi serta pemasarannya untuk
Terdapat kesamaan pandangan di menjawab tuntutan konsumen masalah
antara negara produsen kopi ASEAN dalam kualitas, kuantitas dan kontinyuitas.
menghadapi permasalahan sertifikasi, antara
lain sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
• Biaya (cost) sertifikasi sangat
memberatkan, sementara keuntungan Bacon, C. 2005. Confronting the coffee crisis: Can fair
(benefit) belum sepenuhnya dapat trade, organic, and specialty coffees reduce small-
dirasakan manfaatnya. Jika harga kopi scale farmer vulnerability in northern Nicaragua?.
rendah, kopi sertifikat terjual dengan harga World Development. 33 (3): 497-511.
premium, sedangkan pada saat harga kopi de Ferran, F. and K.G. Grunert. 2007. French fair trade
tinggi pengaruh sertifikasi tidak nampak coffee buyers’ purchasing motives: An exploratory
karena kopi non sertifikat juga terjual study using means-end chains analysis. Food
Quality and Preference 18: 218–229.
dengan harga cukup baik
• Otoritas sertifikasi dikuasai oleh lembaga Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2011. Statistik
Perkebunan Tahun 2010. Pemerintah Provinsi
asing yang mengutamakan kepentingan Lampung. Dinas Perkebunan. Bandar Lampung.
konsumen
Ditjenbun. 2012. Kebijakan perkebunan dalam
• Skema sertifikasi kopi harus mudah
pengelolaan perkebunan yang lestari, berpotensi
digunakan, terjangkau, dan mudah ekonomi dan berkontribusi pada REDD+(komoditi
diadaptasi oleh pedagang, eksportir bahkan non kelapa sawit). Workshop keanekaragaman
petani, akan tetapi pada saat yang sama hayati, pertumbuhan yang berkelanjutan dan
mitigasi emisi gas rumah kaca-penguatan sektor
tidak membebani harga produk kopi
ekonomi perkebunan aneka tanaman.
Kementerian Pertanian. Jakarta.

Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat 149
Analisis Pemasaran dan Rantai Nilai Kopi di Indonesia

Esquivel, P. and V. M. Jimenez. 2012. Functional properties Muradian, R., and W. Pelupessy. 2005. Governing the
of coffee and coffee by-products. Food Research Coffee Chain: The Role of Voluntary Regulatory
International 46: 488–495. Systems. World Development 33 (12): 2029-2044.
Giovannucci, D., and S. Ponte. 2005. Sustainability as a new Neilson, J., B. Arifin, C.P. Gracy, T. N. Kham, B. Pritchard,
form of social contract? Sustainability initiatives in and L. Soutar. 2010. Challenges of global
the coffee industry. Food Policy 30 (3): 284-301. environmental governance by non-state actors in
the coffee industry: Insights from India, Indonesia
Gonzalez-Perez, A. and S. Gutierrez-Viana. 2012. and Vietnam. In Agriculture, Biodiversity and
Cooperation in coffee markets: the case of Vietnam Markets: Livelihoods and Agroecology in
and Colombia. Journal of Agribusiness in Comparative Perspective. Ed. Stewart Lockie and
Developing and Emerging Economies 2 (1): 57-73. David Carpenter: 175–200.
Hindarko, R., J. Elok, S. E. Prasetyo, R. Kurniasih dan Rosandi, A. W. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Ernawati. 2012. Permintaan dan Penawaran Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia
Komoditas Tanaman Industri “Kopi”. Program Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB.
Studi Agroteknologi. Fak. Pertanian Universitas Bogor.
Brawijaya. 17 hlm.
Schollenberg, L. 2010. Estimating the hedonic price for
http://bisnis.liputan6.com/read/508855/indonesia- Fair Trade coffee in Sweden. British Food Journal
urutan-ketiga-eksportir-kopi-terbesar-dunia-di- 114 (3): 428-446.
2012 ). [11 September 2012]
Slob, B. 2006. A Fair Share for Smallholders: A Vlue Chain
http://www.scribd.com/doc/32601267/Rantai- Analysis of Coffee Sector. SOMO–Centre for
Distribusi-Pemasaran-Kopi-Di-4-Sentra-Kopi-di- Reserach on Multinational Corporations,
Indonesia. [10 Oktober 2012] Amsterdam.
http://blog.ub.ac.id/karinamagdani/2010/05/24/masala Spillane, J. J. 1990. Komoditi Kopi Peranannya dalam
h-tantangan-dan-peluang-pengembangan- Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.
komoditas-kopi-di-indonesia/ [10 Oktober 2012]
Suhartana, N. dan Sumino. 2008. Menuju Pemasaran Kopi
Ibrahim, H. W. and S. Zailani. 2010. A review on the Spesial. Sebuah studi kasus pemasaran di 4 sentra
competitiveness of global supply chain in a coffee produksi kopi. Kerjasama Jaker PO dan VECO
industry in Indonesia. Int. Business Manage 4 (3): Indonesia. Cetakan 1. 82 hlm.
105–115.
Summary Report ASEAN International Seminar On Coffee,
Kustiari, Reni. 2007. Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan http://www.gaeki.or.id/en/ringkasan-laporan-
Implikasinya Bagi Indonesia. Forum Penelitian asean-international-seminar-on-kopi/ Bali, 12-13
Agro Ekonomi 25 (1): 43-55. Juni 2012.
Langen, N. 2011. Are ethical consumption and charitable Turnip, C. E. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang
giving substitutes or not? Insights into consumers’ Mempengaruhi Penawaran Ekspor dan Aliran
coffee choice. Food Quality and Preference 22: Perdagangan Kopi Indonesia. Skripsi Fakultas
412–421. Pertanian. IPB. Bogor.
Mendez, V. E., C. M. Bacon, M. Olson, S. Petchers, D. Valkila, J. 2009. Fair Trade organic coffee production in
Herrador, C. Carranza, L. Trujillo, C. Guadarrama- Nicaragua: Sustainable development or a poverty
Zugasti, A. Cordon, and A. Mendoza. 2010. Effects trap?. Ecological Economics 68: 3018–3025.
of fair trade and organic certifications on small-
scale coffee farmer households in Central America
and Mexico. Renewable Agriculture and Food
Systems 25 (3): 236–251.

150 Bunga Rampai Inovasi Teknologi Tanaman Kopi untuk Perkebunan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai