Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN


PENGELUARAN KAS GUNA MENINGKATKAN
PENGENDALIAN INTERN PADA
PT. CITRA SEDAYUH

OLEH:

NAMA : KADEK WANDA PANGESTI


NPM : 1733122001
JURUSAN : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2020
ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN
KAS GUNA MENINGKATKAN PENGENDALIAN INTERN
PADA PT. CITRA SEDAYUH

A. Latar Belakang Masalah


Perusahaan adalah sebuah instansi yang didirikan untuk mencari laba
yang sebesar-besarnya agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaannya. Secara umum, perusahaan bisa berkelanjutan dan terus
berkembang dengan menyediakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumen agar mendapatkan keuntungan dari penjualan barang
atau jasa yang disediakan. Dengan pesatnya perkembangan teknologi
informasi di era saat ini mendorong perusahaan semakin memperluas ruang
lingkup informasi perusahaannya untuk meraih pangsa pasar. Hal tersebut
mendorong terjadinya persaingan ketat antar perusahaan.
Dalam keberlangsungan kegiatan operasi perusahaan dapat dikatakan
efektif dan efisien bergantung pada kebijakan manajemen. Dengan adanya
pengendalian intern dari pihak manajemen, maka bagian dalam struktur
organisasi akan mematuhi pengendalian intern, sebab pengendalian intern
menampakan unsur yang penting dalam menerapkan sistem akuntansi
penerimaan dan pengeluaran kas. Agar tujuan pengendalian dapat terpenuhi,
maka perlu adanya sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas guna
meningkatkan pengendalian intern diperusahaan.
Berdasarkan penelusuran sebelumnya banyak penelitian tentang sistem
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang akan digunakan sebagai
acuan dalam penelitian ini. Dimana penelitian ini dilakukan oleh Muhhamad
Ivan Fahmi, Kertahadi, dan Devi Farah Azizah, (2015) dengan judul Analisa
Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Guna Mendukung

1
Pengendalian Intern Perusahaan (Studi pada PT. Mulyorejo Malang Jawa
Timur) kemudian

2
3

penelitian dilakukan oleh Saifudin dan Firda Pri Ardani, (2017) dengan judul
Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam
Meningkatkan Pengendalian Internal atas Pendapatan pada RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Dan penelitian yang sama dilakukan oleh Ayu Tutik Wulandari,
(2019) dengan judul Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran
Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Amerta Abadi Group
di Badung, analisis sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang
selanjutnya akan diterapkan di perusahaan PT. Citra Sedayuh.
Informasi keuangan dalam perusahaan sangat dibutuhkan, terutama
oleh pihak intern yaitu manajemen. Pihak manajemen berkewajiban untuk
mengetahui, mengawasi dan mengambil keputusan dalam menjalankan
perusahaan agar dapat memenuhi informasi keuangan. Disamping itu, ada
pihak-pihak diluar perusahaan, seperti debitur, kreditur, calon investor, kantor
pajak dan lain-lainya. Maka perlu disusun suatu sistem akuntansi.
Setiap perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem akuntansi yang
sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan salah satu sistem yang
digunakan oleh perusahaan adalah sistem akuntansi penerimaan dan
pengeluaran kas. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan,dan
laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa sehingga untuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2016).
Salah satu sistem yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam sistem penerimaan dan
pengeluaran kas diperlukan adanya prosedur yang baik yang nantinya akan
sesuai dengan kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Penerimaan dan
pengeluaran kas yang dilakukan diluar prosedur yang telah ditentukan, akan
menimbulkan terjadinya penyelewengan, pencurian, dan penggelapan kas
dapat disimpulkan bahwa semakin baik prosedur penerimaan dan pengeluaran
4

kas yang dilakukan perusahaan, maka akan semakin dapat dipercaya besarnya
akun kas yang dilaporkan pada laporan keuangan perusahaan tersebut
disamping itu, tingkat penyelewengan dan penggelapan kas akan mudah
ditelusuri. Apalagi masalah pengeluaran kas, dimana telah diketahui kas
adalah masalah yang paling rawan dan resiko hilangnya paling tinggi (Sari,
2014).
Sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu prosedur catatan yang
dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang yang berasal dari
berbagai macam sumber. Sedangkan sistem akuntansi pengeluaran kas
merupakan sistem yang membahas keluarnya uang yang digunakan untuk
pembelian tunai maupun kredit dan untuk pembayaran (V. Wiratna Sujarweni,
2015:121).
PT. Citra Sedayuh merupakan pedagang besar farmasi dan alat-alat
kesehatan seperti obat-obatan, termometer, tensimeter, glukometer (alat cek
gula darah), tabung oksigen dan alat-alat lain yang terdapat di klinik, apotek,
puskesmas, rumah sakit dan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lainnya.
Banyaknya kegiatan penjualan yang dilakukan PT. Citra Sedayuh terbukti
dengan tingkat penjualan barang dan laba yang diperoleh setiap tahunnya.
Dimana mengharuskan perusahaan ini untuk mempunyai suatu sistem
akuntansi yang baik karena banyaknya transaksi penjualan yang menimbulkan
adanya penerimaan dan pengeluaran kas untuk mendukung operasional
didalam perusahaan.
Kas merupakan suatu hal yang memerlukan penanganan khusus
terutama dalam administrasinya, baik untuk perusahaan besar, menengah,
maupun kecil. Pada prinsipnya kas merupakan aktiva lancar yang mempunya
sifat paling liquid dan mudah dipindahtangankan (Jusuf, 2014:1). Jadi perlu
adanya pengawasan dalam mengontrol akun kas pada suatu perusahaan. Dari
uraian diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan
5

judul “Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Guna


Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Citra Sedayuh”. Dimana yang
menjadi obyek pengambilan data dalam penelitian ini adalah perusahaan PT.
Citra Sedayuh dengan melakukan wawancara langsung pada pihak-pihak
terkait.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik
perumusan masalah pada penelitian ini yaitu apakah penerapan sistem
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas dilihat dari pengendalian intern
pada PT. Citra Sedayuh sudah memadai atau belum?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas yang menjadi tujuan
penelitian ini yaitu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
keberlangsungan kegiatan operasi perusahaan dalam mengetahui
informasi keuangan secara detail dan transparan, dengan menganalisis
sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas guna meningkatkan
pengendalian intern pada perusahaan PT. Citra Sedayuh.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini untuk dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan
ilmu pengetahuan mengenai sistem pengendalian intern penerimaan
dan pengeluaran kas. Selain itu, diharapkan dapat dikembangkan dan
menjadi refrensi serta bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
b. Bagi PT. Citra Sedayuh
6

Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi perusahaan mengenai


sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas guna meningkatkan
pengendalian intern, agar dapat mengetahui informasi keuangan secara
detail, transparansi dan dapat menjadi bahan evaluasi. Sehingga
terhindar dari penyelewengan dan penggelapan kas.
D. Tinjauan Pustaka
1. Sistem Akuntansi
a. Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2017:3) Sistem Akuntansi adalah organisasi
formulir, pencatatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian
rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
b. Unsur-unsur Sistem Akuntansi
Unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan
yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan
yang dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi, 2017:3-4):
1) Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk
merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan
istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi
dalam organisasi direkam (didokumentasikan) di atas secarik
kertas. Formulir sering pula disebut dengan istilah media, karena
formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi
dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir ini, data yang
terkait dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar
pencatatan dalam catatan. Contoh formulir adalah: faktur
penjualan, bukti kas keluar, dan cek. Dengan faktur penjualan
misalnya, direkam data mengenai nama pembeli, alamat pembeli,
7

jenis dan kuantitas barang yang dijual, harga barang, tanda tangan
otorisasi, dan sebagainya. Dengan demikian faktur penjualan
digunakan untuk mendokumentasikan transaksi penjualan.
Informasi yang tercantum dalam faktur penjualan tersebut
kemudian dicatat dalam jurnal penjualan dan buku pembantu
piutang. Dengan demikian faktur penjualan tersebut merupakan
media pencatatan ke dalam jurnal media posting ke dalam buku
pembantu piutang.
2) Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang
digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas
data keuangan dan data lainnya. Seperti telah disebutkan diatas,
sumber informasi pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir.
Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya
diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan
informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam
jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil
peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu)
kemudian di-posting ke akun yang terkait dalam buku besar.
Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian,
jurnal penjualan, dan jurnal umum.
3) Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari akun-akun yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal. Akun-akun dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Akun buku besar ini di satu pihak dapat
dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di
8

pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi


keuangan untuk penyajian laporan keuangan.

4) Buku Pembantu
Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar
diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu
(subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari akun-akun
pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam akun
tertentu dalam buku besar. Sebagai contoh, jika akun piutang
dagang yang tercantum dalam Laporan Posisi Keuangan perlu
dirinci lebih lanjut menurut nama debitur yang jumlahnya 60
orang, dapat dibentuk buku pembantu piutang yang berisi akun-
akun pembantu piutang kepada tiap-tiap debitur tersebut. Buku
besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir
(books of final entry), yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain
lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam akun
buku besar dan buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu
disebut sebagai catatan akuntansi akhir juga karena setelah data
akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses
akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan
pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.
5) Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang
dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba
yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya
pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang,
daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang
9

lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang merupakan


keluaran (output) sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil
cetak komputer dan tayangan pada layar monitor komputer.

c. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi


Menurut Mulyadi (2017:15) tujuan penyusunan sistem
akuntansi adalah sebagai berikut:
1) Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha
baru.
2) Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang
sudah ada baik mengenai mutu, kecepatan penyajian maupun
struktur informasinya.
3) Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern
yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi akuntansi
dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai
pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
4) Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.
2. Sistem Pengendalian Intern
a. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2017:129) sistem pengendalian internal
adalah meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
b. Tujuan Pengendalian Intern
Menurut tujuannya, Mulyadi (2017:129) membagi sistem
pengendalian internal menjadi dua macam, yaitu:
10

1) Pengendalian Internal Akuntansi (internal accounting control)


Merupakan bagian dari sistem pengendalian internal, meliputi
struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian
internal akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan
para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan
akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
2) Pengendalian Internal Administratif (internal administrative
control)
Meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan terutama mendorong efisiensi dan dipatuhinya
kebijakan manajemen.
c. Pengendalian Internal Akuntansi dalam Lingkungan Pengolahan Data
Elektronik
Sistem pengendalian internal dalam perusahaan yang
menggunakan manual system dalam akuntansinya lebih dititikberatkan
pada orang yang melaksanakan sistem tersebut, atau dengan kata lain
lebih berorientasi pada orang (people-oriented system). Misal, dalam
sistem pembelian, pengendalian dititikberatkan pada orang yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan prosedur dan teknik
pengendalian terhadap penjagaan aset dan pengecekan penelitian dan
keandalan data akuntansi. Jika komputer digunakan sebagai alat bantu
pengolahan data, akan terjadi pergeseran dari sistem yang berorientasi
pada orang ke sistem yang berorientasi pada komputer (computer-
oriented system). Perbedaan karakteristik pengendalian akuntansi
dalam manual system dengan sistem pengolahan data elektronik dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut:
11

Tabel 1
Perbedaan Karakteristik Pengendalian Internal Akuntansi dalam manual system
dengan Sistem Pengolahan Data Elektronik

Pengendalian Internal Akuntansi Pengendalian Internal Akuntansi


No. dalam Manual System dalam Sistem Pengolahan Data
Elektronik (Komputer)
1. Pembagian tanggung jawab Karena ketelitian dan kecepatan
pelaksanaan suatu transaksi ke tangan pengolahan data dengan komputer,
beberapa orang atau departemen agar lebih sedikit diperlukan cek silang
tercipta adanya cek silang (cross- dalam pengolahan, terutama yang
check) dan spesialisasi data. menyangkut perhitungan dalam
pengolahan data akuntansi.
2. Dilakukan pemeriksaan secara visual Komputer dapat melakukan
terhadap transaksi penting dan berbagai pemeriksaan (edit) yang
dokumen yang diproses melalui semula dilakukan oleh manusia
sistem melalui program komputer,
sehingga mengurangi pekerjaan
editing dokumen secara visual.
3. Manual sistem menitikberatkan Sistem komputer menitikberatkan
pengendalian ditangan manusia, yang pengendalian melalui program
dicapai dengan pembagian tanggung komputer, sehingga pembagian
jawab pelaksanaan transaksi ke tanggung jawab fungsional dalam
beberapa orang atau bagian. pelaksanaan transaksi dapat
dikurangi.
Sumber: Mulyadi (2017:142)
12

Sistem pengendalian internal dalam perusahaan yang mengolah


data akuntansinya dengan komputer tidak berbeda, baik tujuan pokok
maupun unsur pokoknya, dengan sistem pengendalian internal dalam
perusahaan yang menggunakan manual system. Unsur-unsur pokok
sistem pengendalian internal dalam sistem pengolahan data elektronik
sedikit mengalami perubahan bila dibandingkan dengan manual
system, karena adanya perbedaan karakteristik pengendalian dalam
sistem computer dengan manual system seperti tersebut di atas.
d. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2017:130) untuk menciptakan sistem
pengendalian internal yang baik dalam perusahaan maka ada empat
unsur pokok yang harus dipenuhi:
1) Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggung Jawab
Fungsional Secara Tegas.
Struktur organisasi merupakan rerangka (framework)
pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok
perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur misalnya, kegiatan
pokoknya adalah memproduksi da menjual produk. Untuk
melaksanakan kegiatan produk tersebut dibentuk departemen
produksi, departemen pemasaran, dan departemen keuangan dan
umum. Departemen-departemen ini kemudian dibagi-bagi lebih
lanjut menjadi unit-unit organisasi yang lebih kecil untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan. Pembagian tanggung
jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-
prinsip berikut ini:
13

a) Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari


fungsi akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan (misalnya
pembelian). Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan
otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan adalah
fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aset
perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
b) Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi.
Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam pelaksanaan
transaksi pembelian tersebut dilakukan untuk membagi berbagai
tahap transaksi tersebut ke tangan manajer berbagai unit organisasi
yang dibentuk, sehingga semua tahap transaksi pembelian tersebut
tidak diselesaikan oleh satu unit organisasi saja. Dengan demikian
dalam pelaksanaan suatu transaksi terdapat internal check di antara
unit organisasi pelaksana, dengan pemisahan fungsi-fungsi operasi
dan fungsi penyimpanan, catatan akuntansi yang diselenggarakan
dapat mencerminkan transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan
oleh unit organisasi yang memegang fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan. Jika misalnya fungsi penyimpanan disatukan
dengan fungsi akuntansi, perangkapan fungsi ini akan membuka
kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya
tidak terjadi, sehingga data yang dihasilkan tidak dapat dipercaya
kebenarannya, dan sebagai akibatnya, kekayaan organisasi tidak
terjamin keamanannya.
14

2) Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan


Perlindungan yang Cukup Terhadap Kekayaan, Utang,
Pendapatan, dan Biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi
harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Seperti telah diuraikan
bahwa formulir merupakan media yang digunakan untuk merekam
penggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi terlaksananya
transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu, penggunaan formulir
harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan
otorisasi. Di lain pihak formulir merupakan dokumen yang dipakai
sebagai dasar untuk pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi.
Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam
dalam formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat
ketelitian dan keandalannya (reability) yang tinggi. Dengan
demikian sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen
pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan
yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur
pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan
dapat dipercaya mengenai aset, utang, pendapatan, dan beban
suatu organisasi.
3) Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap
Unit Organisasi.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem
wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak
akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk
15

menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun cara-


cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan
praktik yang sehat adalah:
a) Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang
pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang
berwenang. Formulir merupakan alat untuk memberikan
otorisasi terlaksananya transaksi sehingga pengendalian
pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan
dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya
transaksi.
b) Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan
mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu
kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak
teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan pemeriksaan
mendadak terhadap kegiatan-kegiatan pokoknya, hal ini
mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.
c) Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai
akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada
campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. Karena
setiap transaksi dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain,
sehingga terjadi internal check terhadap pelaksanaan tugas
setiap unit organisasi yang terkait, maka setiap unit organisasi
akan melaksanakan praktik sehat dalam pelaksanaan tugasnya.
d) Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang
diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan di
antara mereka dapat dihindari.
16

e) Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.


Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang
menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang
bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain,
sehingga seandainya terjadinya kecurangan dalam departemen
yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat
yang menggantikan untuk sementara tersebut.
f) Secara periodik diadakan pencocokan fisik aset dengan
catatannya. Untuk menjaga aset organisasi dan mengecek
ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik
harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara aset secara
fisik dengan catatan akuntansi atas aset tersebut. Sebagai
contoh, secara periodik diadakan penghitungan kas (cash
count), penghitungan fisik persediaan (inventory taking), dan
penghitungan aset tetap. Hasil penghitungan ini digunakan
untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yang
dicatat dalam jurnal kas, buku pembantu persediaan, dan buku
pembantu aset tetap.
g) Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian internal yang lain.
Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf
pemeriksa intern (SPI). Agar efektif dalam menjalankan
tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak melaksanakan
fungsi operasi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi, serta
harus bertanggung jawab langsung kepada manajemen puncak
(direktur utama). Adanya satuan pengawas intern dalam
perusahaan akan menjamin efektivitas unsur-unsur sistem
pengendalian internal, sehingga aset perusahaan akan terjamin
17

keamanannya dan data akuntansi akan terjamin ketelitian dan


keandalannya.

4) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawab


Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem
otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang
diciptakan mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat
tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Diantara
empat unsur pokok pengendalian internal tersebut di atas, unsur
mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang
paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang
kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi
sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu
menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat
diandalkan. Karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang
menjadi tanggung jawabnya akan dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan efisien dan efektif, meskipun hanya sedikit
unsur sistem pengendalian internal yang mendukungnya. Di lain
pihak meskipun tiga unsur sistem pengendalian internal yang lain
cukup kuat, namun jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak
kompeten dan tidak jujur, empat tujuan sistem pengendalian
internal seperti yang telah diuraikan di atas tidak akan tercapai.
Namun karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya
tidak cukup menjadi satu-satunya unsur sistem pengendalian
internal untuk menjamin tercapainya tujuan sistem pengendalian
internal. Manusia mempunyai kelemahan yang bersifat manusiawi,
seperti misalnya bosan, tidak puas, memiliki masalah pribadi yang
18

mengganggu pelaksanaan tugasnya, atau tujuan pribadinya


berubah sehingga bertentangan dengan tujuan perusahaan. Dalam
pengembangan sistem, analisis sistem memandang manusia yang
jujur dan tidak selamanya jujur. Banyak godaan yang selalu datang
kepada setiap orang. Untuk mengatasi kelemahan yang bersifat
manusiawi inilah tiga unsur sistem pengendalian internal yang lain
diperlukan dalam suatu organisasi, agar setiap karyawan yang
melaksanakan sistem terhindar dari godaan, sehingga tujuan sistem
pengendalian internal dapat terwujud. Untuk mendapatkan
karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, berbagai cara
berikut ini dapat ditempuh:
a) Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut
oleh pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang
mempunyai kecakapan yang sesuai dengan tuntutan tanggung
jawab yang akan dipikulnya, manajemen harus mengadakan
analisis jabatan yang ada dalam perusahaan dan menentukan
syarat-syarat yang dipenuhi oleh calon karyawan yang akan
menduduki jabatan tersebut. Program yang baik dalam seleksi
calon karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang
memiliki kompetensi seperti yang dituntut oleh jabatan yang
akan didudukinya.
b) Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi
karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan
pekerjaannya.
3. Penerimaan Kas
a. Pengertian Penerimaan Kas
Penerimaan kas adalah kas yang diterima perusahaan baik yang
berupa uang tunai maupun surat-surat berharga yang mempunyai sifat
19

dapat segera digunakan, yang berasal dari transaksi perusahaan


maupun penjualan tunai, pelunasan piutang atau transaksi lainnya
yang dapat menambah kas perusahaan (Esteria dkk, 2016).

b. Sumber Penerimaan Kas


Menurut Mulyadi (2017:379) bahwa penerimaan kas
perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu penerimaan kas dari
penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang yang dijelaskan
sebagai berikut:
1) Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara
mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih
dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada
pembeli. Setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian
diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai
kemudian dicatat oleh perusahaan.
a) Prosedur Penerimaan Kas Penjualan Tunai
Sistem penerimaan kas dari penjualan tunai dibagi menjadi tiga
prosedur berikut ini (Mulyadi, 2017:380):
(1) Prosedur penerimaan kas over-the-counter sales.
Dalam penjualan tunai ini, pembeli datang ke perusahaan,
melakukan pemilihan barang atau produk yang akan dibeli,
melakukan pembayaran ke kasir, dan kemudian menerima
barang yang dibeli. Dalam over-the-conter sale ini,
perusahaan menerima uang tunai, cek pribadi (personal
check), atau pembayaran langsung dari pembeli dengan
kartu kredit atau kartu debit, sebelum barang diserahkan
20

kepada pembeli. Penerimaan kas dari over-the counter


sales dilaksanakan melalui prosedur berikut ini:
(a) Pembeli memesan barang langsung kepada wiraniaga
(sales person) di Bagian Penjualan.
(b) Bagian Kasa menerima pembayaran dari pembeli, yang
dapat berupa uang tunai, cek pribadi (personal check),
kartu kredit, atau kartu debit.
(c) Bagian Penjualan memerintahkan Bagian Pengiriman
untuk menyerahkan barang kepada pembeli.
(d) Bagian Pengiriman menyerahkan barang kepada
pembeli.
(e) Bagian Kasa menyetorkan kas yang diterima ke bank.
(f) Bagian Akuntansi mencatat pendapatan penjualan
dalam jurnal penjualan.
(g) Bagian Akuntansi mencatat penerimaan kas dari
penjualan tunai dalam jurnal penerimaan kas.
(2) Prosedur Penerimaan Kas dari cash-on-delivery sales
(COD sales)
Cash-on-delivery sales (CODsales) adalah transaksi
penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan
angkutan umum, atau angkutan sendiri dalam penyerahan
dan penerimaan kas dari hasil penjualan. COD sales
merupakan sarana untuk memperluas daerah pemasaran
dan untuk memberikan jaminan penyerahan barang bagi
pembeli dan jaminan penerimaan kas bagi perusahaan
penjual COD sales melalui pos belum merupakan sistem
penjualan yang umum berlaku di Indonesia. COD sales
melalui pos dilaksanakan dengan prosedur berikut ini:
21

(a) Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim


melalui kantor pos.
(b) Penjual mengirimkan barang melalui kantor pos
pengirim dengan cara mengisi formulir COD sales di
kantor pos.
(c) Kantor pos pengirim mengirim barang dan formulir
COD sales sesuai dengan instruksi penjual kepada
kantor pos penerima.
(d) Kantor pos penerima, pada saat diterimanya barang dan
formulir COD sales, memberitahukan kepada pembeli
tentang diterimanya kiriman barang COD sales.
(e) Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos
penerima dan melakukan pembayaran sejumlah yang
tercantum dalam formulir COD sales. Kantor pos
penerima menyerahkan barang kepada pembeli, dengan
diterimanya kas dari pembeli.
(f) Kantor pos penerima memberi tahu kantor pos
pengirim bahwa COD sales dilaksanakan.
(g) Kantor pos pengirim memberi tahu penjual bahwa
COD sales telah selesai dilaksanakan, sehingga penjual
dapat mengambil kas yang diterima dari pembeli.
Jika lokasi pembeli berada di kota yang sama dengan lokasi
perusahaan penyerahan barang biasanya dilaksanakan
sendiri oleh fungsi pengiriman perusahaan. Jika COD sale
dilakukan oleh perusahaan kepada pembeli luar kota atau
luar pulau, pengiriman dan penagihan harga barang dapat
dilakukan lewat kantor pos atau perusahaan angkutan
umum.
22

(3) Prosedur Penerimaan Kas dari credit card sales


Sebenarnya kartu kredit bukan merupakan suatu tipe
penjualan namun merupakan salah satu cara pembayaran
bagi pembeli dan sarana penagihan bagi penjual, yang
memberikan kemudahan baik bagi pembeli maupun bagi
penjual. Kartu kredit dapat merupakan sarana pembayaran
bagi pembeli baik dalam over-the-counter sale maupun
dalam penjualan yang pengiriman barangnya dilaksanakan
melalui jasa pos atau angkutan umum. Dalam over-the-
counter sale, pembeli datang ke perusahaan, melakukan
pemilihan barang atau produk yang akan dibeli, melakukan
pembayaran ke kasir dengan menggunakan kartu kredit.
Dalam penjualan tunai yang melibatkan pos atau
perusahaan angkutan umum, pembeli tidak perlu datang ke
perusahaan penjual. Pembeli memberikan persetujuan
tertulis penggunaan kartu kredit dalam pembayaran harga
barang, sehingga memungkinkan perusahaan penjual
melakukan penagihan kepada bank atau perusahaan
penerbit kartu kredit. Kartu kredit dapat digolongkan,
menjadi tiga kelompok:
(a) Kartu kredit bank (bank cards)
(b) Kartu kredit perusahaan (company cards)
(c) Kartu kredit bepergian dan hiburan (travel and
entertainment cards)
b) Fungsi yang Terkait
23

Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari


penjualan tunai adalah:

(1) Fungsi Penjualan


Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari
pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan
faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan
pembayaran harga barang ke fungsi kas. Dalam Struktur
organisasi, fungsi ini berada di tangan Bagian Order
Penjualan.
(2) Fungsi Kas
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan kas dari
pembeli. Dalam struktur organisasi, fungsi ini berada di
tangan Bagian Kasa.
(3) Fungsi Gudang
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang
yang dipesan Oleh pembeli, serta menyerahkan barang
tersebut ke fungsi pengiriman. Dalam struktur organisasi,
fungsi ini berada di tangan Bagian Gudang.
(4) Fungsi Pengiriman
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang
dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya
kepada pembeli. Dalam struktur organisasi, fungsi ini
berada di tangan Bagian Pengiriman.
24

(5) Fungsi Akuntansi


Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai,
fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi
penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan
penjualan. Dalam struktur organisasi, fungsi ini berada di
tangan Bagian Jurnal.
c) Informasi yang diperlukan oleh Manajemen
Informasi yang umumnya diperlukan oleh manajemen dari
penerimaan kas dari penjualan tunai adalah:
(1) Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau
kelompok produk selama jangka waktu tertentu.
(2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai.
(3) Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka
waktu tertentu.
(4) Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam
penjualan produk tertentu, namun pada umumnya
informasi nama dan alamat pembeli ini tidak diperlukan
oleh manajemen dari kegiatan penjualan tunai.
(5) Kuantitas produk yang dijual.
(6) Nama wiraniaga yang melakukan penjualan.
(7) Otorisasi pejabat yang berwenang.
d) Dokumen yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah:
(1) Faktur penjualan tunai.
(2) Pita register kas (cash register tape).
(3) Credit card sales slip.
(4) Bill of lading.
25

(5) Faktur penjualan COD.


(6) Bukti setor bank.
(7) Rekapitulasi beban pokok penjualan.

e) Catatan Akuntansi yang Digunakan


Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan
kas dari penjualan tunai adalah:
(1) Jurnal penjualan.
(2) Jurnal penerimaan kas.
(3) Jurnal umum
(4) Kartu persediaan.
(5) Kartu gudang.
f) Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas dari
penjualan tunai adalah sebagai berikut:
(1) Prosedur order penjualan.
(2) Prosedur penerimaan kas.
(3) Prosedur penyerahan barang.
(4) Prosedur pencatatan penjualan tunai.
(5) Prosedur penyetoran kas ke bank.
(6) Prosedur pencatatan penerimaan kas.
(7) Prosedur pencatatan beban pokok penjualan.
2) Penerimaan Kas dari Piutang
a) Deskripsi Kegiatan
Pada perusahaan dagang, seperti toko pengecer, sumber
penerimaan kas terbesar berasal dari transaksi penjualan tunai.
Berdasarkan Sistem pengendalian internal yang baik, sistem
penerimaan kas dari piutang harus menjamin diterimanya kas
26

dari debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan yang tidak


berhak menerimanya. Untuk menjamin penerimaan kas oleh
perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang
mengharuskan: (1) Debitur melakukan pembayaran dengan cek
atau dengan cara pemindahbukuan melalui rekening bank (giro
bilyet). Jika perusahaan hanya menerima kas dalam bentuk cek
dari debitur, yang ceknya atas nama perusahaan (bukan atas
unjuk), akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan
masuk ke rekening giro bank perusahaan. Pemindahbukuan
juga akan memberikan jaminan penerimaan kas masuk ke
rekening giro bank perusahaan. (2) Kas yang diterima dalam
bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke bank dalam
jumlah penuh.
Penerimaan kas dari piutang dapat dilakukan melalui
berbagai cara: (1) melalui penagih perusahaan, (2) melalui pos,
dan (3) melalui lock-box collection plan. Di antara berbagai
cara penagihan utang tersebut, penerimaan kas dari piutang
seharusnya mewajibkan debitur pembayaran dengan
menggunakan cek atas nama, yang secara jelas mencantumkan
nama perusahaan yang berhak menerima pembayaran di atas
cek. Dengan cek atas nama ini, perusahaan akan terjamin
menerima kas dari debitur, sehingga kecil kemungkinan orang
yang tidak berhak dapat menguangkan cek yang diterima dari
debitur untuk kepentingan pribadinya.
b) Cancelled Check
Perlakuan terhadap cancelled check mempunyai
dampak besar terhadap arus perpindahan kas dalam
masyarakat. Dalam Sistem perbankan di Amerika Serikat,
27

cancelled check dikembalikan kepada nasabah yang


mengeluarkan cek dan digunakan oleh nasabah sebagai bukti
telah diterimanya pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak
yang namanya tercantum pada cek. Sistem perbankan di
Indonesia tidak mengembalikan cancelled check kepada
nasabah yang mengeluarkan cek. Karena sistem perbankan
tidak menyediakan bukti pembayaran berupa cancelled check,
pihak yang menerima pembayaran berkewajiban untuk
membuat bukti dokumenter yang menunjukkan telah
diterimanya kas dari pembayar. Oleh karena itu, sering kali
dalam menagih piutang, kreditur diwajibkan untuk
menyerahkan kuitansi lebih dulu sebelum cek diserahkan atau
dikirimkan oleh debitur kepada kreditur. Hal ini dilakukan
karena dalam transaksi pembayaran dengan cek, pihak
pembayar tidak memperoleh jaminan akan menerima tanda
terima pembayaran dari pihak yang menerima cek.
c) Fungsi yang Terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari
piutang adalah:
(1) Fungsi Sekretariat
Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi
sekretariat bertanggung jawab dalam penerimaan cek surat
pemberitahuan (remittance advice) melalui pos dari para
debitur perusahaan. Fungsi sekretariat bertugas untuk
membuat daftar surat pemberitahuan atas dasar surat
pemberitahuan yang diterima bersama cek dari para
debitur. Dalam struktur organisasi, fungsi sekretariat
berada di tangan Bagian Sekretariat.
28

(2) Fungsi Penagihan


Jika perusahaan melakukan penagihan piutang langsung
kepada debitur melalui penagih perusahaan, fungsi
penagihan bertanggung jawab untuk melakukan penagihan
kepada para debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang
yang ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. Dalam
struktur organisasi, fungsi sekretariat berada di tangan
Bagian Penagihan.
(3) Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari
fungsi sekretariat (jika penerimaan kas dari piutang
dilaksanakan melalui pos) atau dari fungsi penagihan (jika
penerimaan kas dari Piutang dilaksanakan melalui penagih
perusahaan). Fungsi kas bertanggung jawab untuk
menyetorkan kas yang diterima dari berbagai fungsi
tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh. Dalam
struktur organisasi, fungsi kas berada di tangan Bagian
Kasa.
(4) Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan
penerimaan kas dari piutang ke dalam jurnal penerimaan
kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu piutang.
Dalam struktur organisasi, fungsi akuntansi berada di
tangan Bagian Jurnal dan bagian Piutang.
(5) Fungsi Pemeriksa Intern
Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, fungsi
pemeriksa intern bertanggung jawab dalam melaksanakan
penghitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara
29

periodik. Di samping itu, fungsi pemeriksa intern


bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank,
untuk mengecek ketelitian catatan kas yang
diselenggarakan oleh fungsi akuntansi. Dalam struktur
organisasi, fungsi pemeriksa intern berada di tangan Bagian
Pemeriksa Intern.

d) Dokumen yang Digunakan


Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan
kas dari piutang adalah:
(1) Surat pemberitahuan
(2) Daftar surat pemberitahuan
(3) Bukti setor bank
(4) Kuitansi
3) Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penerimaan Kas
Unsur pengendalian internal yang seharusnya ada dalam sistem
penerimaan kas yaitu:
a) Organisasi
(1) Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
(2) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
(3) Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi
penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi
akuntansi.
b) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
(1) Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi
penjualan dengan menggunakan faktur penjualan tunai.
(2) Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara
membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan
penempelan pita register kas pada faktur tersebut.
30

(3) Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan


permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
(4) Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman
dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada
faktur penjualan tunai.
(5) Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi
akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur
penjualan tunai.
(6) Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus dilakukan
oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu.
c) Praktik yang Sehat
(1) Faktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan
pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi
penjualan.
(2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor
seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi
penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
(3) Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas
secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi
pemeriksa intern.
d) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawab
(1) Manajemen telah melakukan analisis jabatan yang ada dan
terpenuhinya syarat-syarat untuk jabatan tersebut.
(2) Manajemen telah melakukan pengembangan pendidikan
karyawan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.
4. Pengeluaran Kas
a. Pengertian Sistem Pengeluaran Kas
31

Sistem akuntansi pengeluaran kas adalah kesatuan yang


melibatkan bagian-bagian, formulir-formulir, catatan-catatan,
prosedur-prosedur dan alat-alat yang saling berkaitan satu sama lain
yang digunakan perusahaan untuk menangani pengeluaran kas (Esteria
dkk, 2016).

b. Pelaksanaan Pengeluaran Kas


Menurut Mulyadi (2017:425) bahwa sistem akuntansi pokok
yang digunakan untuk melaksanakan pengeluaran kas adalah sistem
akuntansi pengeluaran kas dengan cek dan sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan uang tunai melalui sistem dana kas kecil yang
dijelaskan sebagai berikut:
1) Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan Cek
Pengeluaran kas dengan cek memiliki kebaikan ditinjau dari
pengendalian intern yaitu: a) Dengan digunakannya cek atas nama,
pengeluaran cek akan dapat diterima oleh pihak yang namanya
sesuai dengan yang ditulis pada formulir cek. Dengan demikian,
pengeluaran kas dengan cek menjamin diterimanya cek tersebut
oleh pihak yang dimaksud oleh pihak pembayar; b) Dilibatkannya
pihak luar, dalam hal ini bank, dalam pencatatan transaksi
pengeluaran kas perusahaan. Dengan digunakannya cek dalam
setiap pengeluaran kas perusahaan, transaksi pengeluaran kas
direkam juga oleh bank, yang secara periodik mengirimkan
rekening koran bank (bank statements) kepada perusahaan
nasabahnya; c) Jika sistem perbankan mengembalikan cancelled
check kepada check issuer, pengeluaran dengan cek memberikan
manfaat tambahan bagi perusahaan yang mengeluarkan cek
32

dengan dapat digunakannya cancelled check sebagai tanda terima


kas dari pihak yang menerima pembayaran.
a) Dokumen yang Digunakan
Sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek adalah bukti kas
keluar, cek, dan permintaan cek (check request).

(1) Bukti Kas Keluar


Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas
kepada Bagian Kasa sebesar yang tercantum dalam
dokumen tersebut. Di samping itu, dokumen ini berfungsi
sebagai surat pemberitahuan (remittance advice) yang
dikirim kepada kreditur dan berfungsi pula sebagai
dokumen sumber bagi pencatatan berkurangnya utang.
(2) Cek
Dari sudut sistem informasi akuntansi, cek merupakan
dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau
organisasi yang namanya tercantum pada cek.
(3) Permintaan Cek (check request)
Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dari fungsi
yang memerlukan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi
untuk membuat bukti kas keluar. Dalam transaksi
pengeluaran kas yang tidak berupa pembayaran utang yang
timbul dari transaksi pembelian, fungsi yang memerlukan
kas menulis permintaan cek kepada fungsi akuntansi
(Bagian Utang) untuk kepentingan pembuatan bukti kas
keluar. Bukti kas keluar ini dibuat sebagai perintah kepada
33

fungsi keuangan untuk membuat cek sebesar jumlah yang


tercantum di dalam dokumen tersebut.
b) Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan cek adalah:
(1) Jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal).
(2) Register cek (check register)
c) Fungsi yang Terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran kas
dengan cek adalah:
(1) Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas
(2) Fungsi kas
(3) Fungsi akuntansi
(4) Fungsi pemeriksa intern
2) Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas dengan Uang Tunai melalui
Sistem Dana Kas Kecil.
Penyelenggaraan dana kas kecil untuk memungkinkan pengeluaran
kas dengan uang tunai dapat diselenggarakan dengan dua cara
yaitu sistem saldo berfluktuasi (fluctuating fund-balanced system)
dan imprest system yang dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi,
2017:529):
a) Fluctuating fund-balanced system
Dalam sistem saldo berfluktuasi, penyelenggaraan dana kas
kecil dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebit
rekening dana kas kecil.
34

(2) Pengeluaran dana kas kecil dicatat dengan mengkredit


rekening dana kas kecil, sehingga setiap saat saldo
rekening ini berfluktuasi.
(3) Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan dengan jumlah
sesuai dengan keperluan dan dicatat dengan mendebit
rekening dana kas kecil. Dalam sistem ini saldo rekening
dana kas kecil berfluktuasi dari waktu ke waktu.

b) Imprest system
(1) Deskripsi Kegiatan
Dalam sistem imprest, penyelenggaraan dana kas kecil
dilakukan sebagai berikut:
(a) Pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cek dan
dicatat dengan mendebit rekening dana kas kecil
(b) Pengeluaran dana kas kecil tidak dicatat dalam jurnal
(c) Pengisian kembali dana kas kecil dilakukan sejumlah
rupiah yang tercantum dalam kumpulan bukti
pengeluaran kas kecil.
(2) Dokumen yang Digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan dana kas kecil yaitu:
(a) Bukti Kas Keluar
Dokumen ini berfungsi sebagai perintah pengeluaran
kas dari fungsi akuntansi kepada fungsi kas sebesar
yang tercantum dalam dokumen tersebut. Dalam sistem
dana kas kecil, dokumen ini diperlukan pada saat
35

pembentukan dana kas kecil dan pada saat pengisian


kembali dana kas kecil.
(b) Cek
Dari sudut sistem informasi akuntansi, cek merupakan
dokumen yang digunakan untuk memerintahkan bank
melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang
atau organisasi yang namanya tercantum pada cek.
(c) Permintaan Pengeluaran Kas Kecil
Dokumen ini digunakan oleh pemakai dana kas kecil
untuk meminta uang ke pemegang dana kas kecil. Bagi
pemegang dana kas kecil, dokumen ini berfungsi
sebagai bukti telah dikeluarkannya kas kecil olehnya.
Dokumen ini diarsipkan oleh pemegang dana kas kecil
menurut nama pemakai dana kas kecil.
(d) Bukti Pengeluaran Kas Kecil
Dokumen ini dibuat oleh pemakai dana kas kecil untuk
mempertanggungjawabkan pemakaian dana kas kecil.
Dokumen ini dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran
kas kecil dan diserahkan oleh pemakai dana kas kecil
kepada pemegang dana kas kecil. Dalam sistem dana
kas kecil dengan imprest system, bukti pengeluaran kas
kecil dilampiri dengan dokumen pendukungnya
disimpan dalam arsip sementara oleh pemegang dana
kas kecil untuk keperluan pengisian kembali dana kas
kecil. Dalam imprest system tidak dilakukan pencatatan
bukti pengeluaran kas kecil dalam catatan akuntansi.
Dalam fluctuating-fund-balance system, bukti
pengeluaran kas kecil dilampiri dengan dokumen
36

pendukungnya diserahkan oleh pemegang dana kas


kecil kepada fungsi akuntansi untuk dicatat dalam
jurnal pengeluaran dana kas kecil.
(e) Permintaan Pengisian Kembali Kas Kecil
Dokumen ini dibuat oleh pemegang dana kas kecil
untuk meminta kepada Bagian Utang agar dibuatkan
bukti kas keluar untuk pengisian Kembali dana kas
kecil. Dalam sistem dana kas kecil dengan imprest
system, jumlah yang diminta untuk pengisian kembali
dana kas kecil adalah sebesar jumlah uang tunai yang
telah dikeluarkan sesuai yang tercantum dalam bukti
pengeluaran kas kecil yang dikumpulkan dalam arsip
pemegang dana kas kecil. Dalam sistem dana kas kecil
dengan fluctuating-fund-balance system, pengisian
kembali dana kas kecil tidak didasarkan pada jumlah
uang tunai yang telah dikeluarkan sesuai dengan bukti
pengeluaran kas kecil, namun sesuai dengan kebutuhan
pengeluaran uang tunai yang diperkirakan oleh
pemegang dana kas kecil. Dengan demikian, jumlah
pengisian kembali dana kas kecil dalam fluctuating-
fund-balance system dapat lebih besar atau lebih kecil
daripada jumlah dana kas kecil yang telah dikeluarkan
sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam bukti
pengeluaran kas kecil.
(3) Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem dana kas
kecil adalah:
(a) Jurnal Pengeluaran Kas (cash disbursement journal)
37

Dalam sistem dana kas kecil, jurnal pengeluaran kas


digunakan untuk mencatat kas dalam pembentukan
dana kecil dan dalam pengisian kembali dana kas kecil,
Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar
pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas adalah bukti
kas keluar yang telah dicap “lunas” oleh fungsi kas.
(b) Register Cek (check register)
Dalam sistem dana kas kecil, catatan akuntansi ini
digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang
dikeluarkan untuk pembentukan dan pengisian kembali
dana kas kecil.
(c) Jurnal Pengeluaran Dana Kas Kecil
Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil
diperlukan jurnal khusus. Jurnal ini sekaligus berfungsi
sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai
akibat pengeluaran dana kas kecil.
(4) Fungsi yang Terkait
Fungsi yang terkait dalam sistem dana kas kecil adalah:
(a) Fungsi Kas
Dalam sistem dana kas kecil, fungsi kas bertanggung
jawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas
cek, dan menyerahkan cek kepada pemegang dana kas
kecil pada saat pembentukan dana kas kecil dan pada
saat pengisian kembali dana kas kecil.
(b) Fungsi Akuntansi
Dalam sistem dana kas kecil, fungsi akuntansi
bertanggung jawab atas: pencatatan pengeluaran kas
kecil yang menyangkut beban dan persediaan,
38

pencatatan transaksi pembentukan dana kas kecil,


pencatatan pengisian kembali dana kas kecil dalam
jurnal pengeluaran kas atau register cek, pencatatan
pengeluaran dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran
dana kas kecil (dalam fluctuating-fund-balance system),
pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi
kepada fungsi kas dalam mengeluarkan cek sebesar
yang tercantum dalam dokumen tersebut. Fungsi ini
juga bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi
kelengkapan dan kesahihan dokumen pendukung yang
dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas keluar.
(c) Fungsi Pemegang Dana Kas Kecil
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyimpanan dan
kas kecil, pengeluaran dana kas kecil sesuai dengan
otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk, dan
permintaan pengisian kembali dana kas kecil.
(d) Fungsi yang Memerlukan Pembayaran Tunai
(e) Fungsi Pemeriksa Intern
Dalam sistem kas fungsi ini bertanggung jawab atas
penghitungan dana kas kecil (cash count) secara
periodik dan pencocokan hasil perhitungannya dengan
catatan kas, Fungsi ini juga bertanggung jawab atas
pemeriksaan secara mendadak (surprised audit)
terhadap saldo dana kas kecil yang ada di pemegang
dana kas kecil.
3) Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Pengeluaran Kas
Unsur pengendalian internal dalam sistem pengeluaran kas adalah
sebagai berikut (Mulyadi, 2017:471-474):
39

a) Organisasi
(1) Fungsi penyimpanan kas terpisah dari fungsi akuntansi
(2) Transaksi pengeluaran kas tidak dilaksanakan sendiri oleh
bagian kasir dari awal sampai akhir.
b) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
(1) Pengeluaran kas mendapat otorisasi dari pejabat yang
berwenang.
(2) Penginputan dalam sistem didasarkan pada bukti
pengeluaran kas yang telah mendapat otorisasi dari masing-
masing kepala bagian.
(3) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas (atau dalam
metode pencatatan tertentu dalam register cek) harus
didasarkan bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi
dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan
dokumen pendukung yang lengkap.
c) Praktik yang Sehat
(1) Saldo kas yang disimpan di perusahaan harus dilindungi
dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak
semestinya.
(2) Dokumen dasar dan dokumen pendukung transaksi
pengeluaran kas harus dibubuhi Cap “lunas” oleh Bagian
Kasa setelah transaksi pengeluaran kas.
(3) Penggunaan rekening koran bank (bank statement), yang
merupakan informasi dari pihak ketiga, untuk mengecek
ketelitian catatan kas oleh fungsi pemeriksa intern (internal
audit function) yang merupakan fungsi yang tidak terlibat
dalam pencatatan dan penyimpanan kas.
40

(4) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas


nama perusahaan penerima pembayaran atau dengan
pemindahbukuan.
(5) Jika pengeluaran kas hanya menyangkut jumlah yang kecil,
pengeluaran ini dilakukan sistem akuntansi pengeluaran
kas melalui dana kas kecil, yang pencatatan akuntansinya
diselenggarakan dengan imprest system.
(6) Secara periodik diadakan pencocokan jumlah fisik kas
yang ada di perusahaan dengan jumlah kas menurut catatan
akuntansi.
(7) Kas yang ada di perusahaan (cash in safe) dan kas yang ada
di perjalanan (cash in transit) diasuransikan dari kerugian.
(8) Kasir diasuransikan (fidelity bond insurance).
(9) Kasir dilengkapi dengan alat-alat yang mencegah
terjadinya pencurian terhadap kas yang disimpan di
perusahaan (misalnya mesin register kas, lemari besi, dan
strong room).
(10) Semua nomor cek harus dipertanggungjawabkan oleh
Bagian Kasa.
d) Karyawan yang Mutunya sesuai dengan Tanggung Jawab
(1) Manajemen telah melakukan analisis jabatan yang ada dan
terpenuhinya syarat-syarat untuk jabatan tersebut.
(2) Manajemen telah melakukan pengembangan pendidikan
karyawan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.
5. Publikasi Penelitian Sebelumnya
Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian yang berkaitan
dengan Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam
meningkatkan Pengendalian Intern:
41

Tabel 2
Publikasi Penelitian Sebelumnya
Keterangan Penelitian I Penelitian II Penelitian III Penelitian Sekarang
Nama Muhammad Ivan Saifudin dan Firda Pri Ayu Tutik Wulandari, Kadek Wanda
Fahmi, Kertahadi, dan Ardani, (2017) (2019) Pangesti, (2020)
Devi Farah Azizah,
(2015)
Judul Analisa Sistem Sistem Informasi Analisis Sistem Analisis Sistem
Akuntansi Penerimaan Akuntansi Penerimaan Akuntansi Akuntansi
dan Pengeluaran Kas dan Pengeluaran Kas Penerimaan dan Penerimaan dan
Guna Mendukung dalam Meningkatkan Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas
Pengendalian Intern Pengendalian Internal dalam Meningkatkan Guna Meningkatkan
Perusahaan (Studi pada atas Pendapatan pada Pengendalian Intern Pengendalian Intern
PT. Tambora RSUP Dr. Kariadi pada PT. Amerta pada PT. Citra
Mulyorejo Malang Semarang Abadi Group di Sedayuh
Jawa Timur) Badung
Tujuan Penelitian Untuk menganalisis Untuk mengetahui Untuk menganalisis Untuk meningkatkan
sistem akuntansi peranan sistem sistem akuntansi efektifitas dan
penerimaan dan akuntansi pada penerimaan dan efisiensi dalam
pengeluaran kas guna pelayanan publik, yang pengeluaran kas keberlangsungan
mendukung berperan dalam dalam meningkatkan kegiatan operasi
42

pengendalian intern menunjang pengendalian intern perusahaan dalam


perusahaan PT. pengendalian internal pada PT. Amerta mengetahui informasi
Tambora Mulyorejo pendapatan rumah sakit, Abadi Group di keuangan secara
Malang Jawa Timur mengetahui seberapa Badung detail dan transparan,
besar efektifnya dengan menganalisis
pengendalian internal sistem akuntansi
pendapatan, mengetahui penerimaan dan
sistem informasi pengeluaran kas guna
akuntansi penerimaan meningkatkan
dan pengeluaran kas pc pengendalian intern
pada perusahaan PT.
Citra Sedayuh
Teknik Analisis Teknik Analisis Teknik Analisis Teknik Analisis Teknik Analisi
Data Deskriptif Deskriptif Deskriptif Kualitatif
Variabel Sistem pengendalian Sistem pengendalian Sistem pengendalian Sistem pengendalian
internal, sistem internal, sistem internal, sistem intern, sistem
penerimaan kas, dan penerimaan kas, dan penerimaan kas, dan akuntansi penerimaan
sistem pengeluaran kas sistem pengeluaran kas sistem pengeluaran dan pengeluaran kas
kas
Hasil Penelitian PT. Tambora Sistem Informasi Unsur-unsur Sedang diteliti
Mulyorejo menerapkan Akuntansi Penerimaan pengendalian intern
43

sistem akuntansi dan Pengeluaran Kas dalam sistem


penerimaan dan sudah dilaksanakan akuntansi penerimaan
pengeluaran kas, dalam secara sistematis, dan pengeluaran kas
struktur organisasi masing-masing bagian pada PT. Amerta
terjadi (double job) dalam bagian keuangan Group di Badung
atau perangkapan tugas ini mempunyai yaitu organisasi,
dan wewenang serta Pengendalian Internal sistem otoritas, dan
tidak ada pemisahan pendapatan sudah efektif prosedur pencatatan,
fungsional yang kurang dan efisien sesuai praktik yang sehat,
jelas, dokumen- dengan unsur-unsur dan mutu karyawan
dokumen yang sistem pengendalian belum memadai
digunakan masih intern
terdapat kelemahan-
kelemahan
Sumber: Publikasi penelitian sebelumnya (data diolah, 2020)
44

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Analisis Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas Guna Meningkatkan Pengendalian
Intern pada PT. Citra Sedayuh

Sistem Akuntansi Penerimaan


dan Pengeluaran Kas

Unsur Pengendalian Unsur Pengendalian


Intern dalam Sistem Intern dalam Sistem
Akuntansi Penerimaan Akuntansi Penerimaan
dan Pengeluaran Kas dan Pengeluaran Kas
PT. Citra Sedayuh secara Teori

Dibandingkan

Belum Memadai Memadai

Direvisi Dilanjutkan
45

F. Metode Penelitian
1. Tempat dan Obyek Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Citra Sedayuh yang beralamat di Jl.
Belimbing No. 59, Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara,
Kota Denpasar, Bali 80231.
b. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah sistem
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Citra Sedayuh.
2. Identifikasi Variabel
Menurut Sugiyono (2017:38), variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari sehingga diperoleh informasi dengan hasil tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah
sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan unsur-
unsur pengendalian intern.
3. Definisi Operasional Variabel
Sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu prosedur catatan
yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang yang berasal
dari berbagai macam sumber. Dengan cara membuat surat pesanan,
melakukan rekapitulasi, pemesanan, pengiriman pesanan, penerimaan kas
dari pembayaran tunai, pencairan Cek dan Bilyet Giro (BG).
Sedangkan sistem akuntansi pengeluaran kas adalah sistem yang
membahas keluarnya uang yang digunakan untuk pembelian dan
pembayaran tunai atau kredit. Dengan cara membuat surat pesanan,
melakukan rekapitulasi, penerimaan pesanan, pengeluaran kas melalui
pembayaran tunai, Cek dan Bilyet Giro (BG).
46

Dalam penerimaan dan pengeluaran kas yang dilaksanakan akan


direkapitulasi dan diinputkan kedalam sistem informasi pada Microsoft
Excel untuk menghasilkan informasi keuangan baik penerimaan maupun
pengeluaran kas. Rekapitulasi dan penginputan yang dimaksud, yaitu
invoice pembelian dan penjualan.
G. Jenis Data
1. Jenis data yang digunakan menurut sifatnya adalah:
a. Data Kuantitatif
Data yang berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung seperti
data penerimaan dan pengeluaran kas pada PT. Citra Sedayuh.
b. Data Kualitatif
Data yang berupa uraian seperti sejarah perusahaan dan struktur
organisasi perusahaan pada PT. Citra Sedayuh.
2. Jenis data yang digunakan menurut sumbernya adalah:
a. Data Primer
Data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya,
contohnya data jawaban hasil wawancara kepada narasumber atau
pihak-pihak terkait mengenai sistem akuntansi penerimaan dan
pengeluaran kas.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dalam bentuk dokumen jadi, seperti laporan
keuangan, bukti kuitansi penerimaan dan pengeluaran kas, sejarah dan
struktur organisasi perusahaan PT. Citra Sedayuh.
H. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan akan digunakan sebagai
hipotesis yang dirumuskan. Adapun metode yang digunakan dalam
pengumpulan data sebagai berikut:
47

1. Observasi
Tahap observasi pada penelitian ini penulis melakukan
pengamatan langsung ke PT. Citra Sedayuh untuk menganalisis langsung
mengenai sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas untuk
pengumpulan data-data.
2. Wawancara
Dalam tahap ini, penulis melakukan wawancara dengan tatap
muka dan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam
penerimaan dan pengeluaran kas untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan penelitian. Pihak yang dimaksud yaitu: Direktur
Utama, Direktur, Staf Keuangan dan Staf Pembelian/Penjualan.
I. Teknik Analisis Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif
dengan mengumpulkan data-data berupa kalimat, kata dan gambar. Dimana
data yang didapat dilakukan dengan cara menyusun, mengklasifikasi data dan
melaporkan. Selanjutnya membandingkan sistem akuntansi penerimaan dan
pengeluaran kas pada perusahaan dengan teori sistem akuntansi penerimaan
dan pengeluaran kas yang seharusnya.
J. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar isi secara keseluruhan. Pada bab
ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas mengenai landasan teori yang berupa
pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku yang
berkaitan dengan penelitian dan penyusunan laporan. Selain
48

itu, bab ini membahas mengenai publikasi penelitian


sebelumnya, kerangka pemikiran dan model penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan tentang tempat penelitian dan
obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional
variabel, jenis data, metode pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Pada bab ini menyajikan gambaran umum tempat penelitian
yang menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi serta deskripsi jabatan dan tugas serta fungsi
masing-masing.
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang deskripsi data, analisis dan
pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil
pembahasan dibuat secara terstruktur sesuai dengan metode
penelitian.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini menjelaskan tentang simpulan dari hasil
penelitian yang dibahas serta saran yang berhubungan dangan
tujuan penelitian.
49

Daftar Pustaka

Muhammad Ivan Fahmi, Kertahadi, dan Devi Farah Azizah, (2015). Analisa Sistem
Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Guna Mendukung Pengendalian
Intern Perusahaan (Studi Pada PT. Tambora Mulyorejo Malang Jawa Timur),
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol.26, No.2, hal.1-9.
Saifudin dan Firda Pri Ardani, (2017). Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Internal atas Pendapatan
pada RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, Vol.2,
No.2, hal.123-137.
Esteria, Ni Wayan, Harijanto Sabijono, dan Linda Lambey, (2016). Analisis Sistem
Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada PT. Hasjrat Abadi Manado,
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol.16, No.04, hal.1087-1097.
Ayu Tutik Wulandari, (2019). Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Intern pada PT. Amerta
Abadi Group di Badung. Skripsi. Universitas Warmadewa.
Sari, Parlina Iin, 2014. Analisa Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan
Pengeluaran Kas pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sriwijawa. Skripsi. Universitas Palembang.
Mulyadi, 2016. Sistem Akuntansi. Edisi Keempat. Salemba Empat. Jakarta.
Sujarweni, Wiratna, (2015), Sistem Akuntansi, Penerbit Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.
Jusuf, A.Harjono, (2014). Auditing, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi, (2017). Sistem Akuntansi. Edisi Keempat, Cetakan Ketiga, Penerbit
Salemba Empat: Jakarta.
50

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


Kombinasi, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai