Anda di halaman 1dari 18

RISET AKUNTANSI KEUANGAN DAN PENGAUDITAN

RISET TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKUNTANSI

Dosen : Dr. Made Gede Wirakusuma, S.E.,M.Si.,Ak.,CA.

OLEH :

Kelompok : 2

Ni Wayan Sri Mulyani 2181611033

Ni Made Cesya Pratiwi 2181611035

Ika Putri Adnyani 2181611047

Ni Luh Wiwik Novianti 2181611050

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022

1
1. METODE SAINTIFIK DAN RISET AKUNTANSI

Teori sangat bermanfaat karena teori dapat menjelaskan hubungan atau


meramalkan kejadian-kejadian yang terjadi. Penelitian secara terus menerus
merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk perkembangan teori akuntansi.
Dalam istilah metode ilmiah teori harus mengandung sekumpulan pemikiran dasar
yang biasa disebut dengan premis (asumsi). Pemikiran dasar ini harus jelas dapat
berdiri sendiri atau dapat dibuat sehingga dapat diuji dengan kesimpulan statistik atau
biasa disebut dengan pengujian hipotesis. Jadi, sebuah teori merupakan serangkaian
kesimpulan yang dihasilkan dari Pemikiran dasar atau premis yang dapat diuji
kebenarannya. Kesimpulan yang dihasilkan oleh premis tersebut dapat ditetapkan baik
secara deduktif maupun induktif.

1.1 Penalaran deduktif dan induktif

Deduktif adalah suatu pemikiran logis yang digunakan untuk memperoleh


kesimpulan dari sejumlah dasar pemikiran yang ada. Penalaran deduktif adalah
proses penyimpulan yang dimulai dari suatu pernyataan yang bersifat umum yang
disepakati (disebut premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi).
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Hal ini disebabkan karena
pemahaman yang terbatas dari teknik simbolis serta kurangnya pemahaman dari
konsep dasar premis dalam akuntansi keuangan. Tetapi secara umum penalaran
deduktif tetap sering dipakai dalam teori akuntansi dan pembuatan
kebijakan.Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi.

Induktif adalah kesimpulan yang dibuat dengan cara melakukan serangkaian


pengamatan, melakukan pengumpulan data (mengambil sampel dari sebuah
populasi), kemudian melakukan pengukuran untuk memperoleh suatu kesimpulan
yang mendukung atau menyangkal hipotesis yang telah dibuat. Penalaran induktif
merupakan proses penyimpulan dari pernyataan yang bersifat umum yang
merupakan suatu generalisasi yang lebih bersifat umum yang merupakan proses
penyimpulan dari pernyataan yang bersifat khusus ke suatu pernyataan yang lebih
bersifat umum yang merupakan suatu generalisasi. Kesimpulannya menjelaskan
fakta, dan faktanya akan mendukung kesimpulan. Data dalam penelitian akuntansi
dapat dikelompokan dari berbagai metode dan sumber,termasuk pengiriman
kuisioner, kuisioner kepada praktisi atau yang lainnya.

2
Penalaran induktif dalam akuntansi pada umumnya digunakan untuk
menghasilakn pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala
akuntansi tertentu. Pernyataan-pernyataan umum tersebut biasanya berasal dari
hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Teori induktif
yang baik adalah harus spesifik dan teliti terhadap masalah yang diuji. Riset harus
didasarakan pada hipotesis yang layak untuk diuji, pemilihan sampel yang tepat
dari populasi yang sedang diteliti, mengumpulkan dan memeriksa dengan cermat
data yang diperlukan dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
alat statistik.

1.2 Teori normatif dan deskriptif

Selain klasifikasi deduktif atau induktif, teori-teori juga dapat dikategorikan


sebagai normatif (preskriptif) dan deskriptif. Teori normatif mempekerjakan
pertimbangan nilai: Terkandung dalam teorinya keduanya setidaknya satu premis
mengatakan bahwa ini adalah cara hal-hal yang seharusnya. Sebagai contoh,
premis yang menyatakan bahwa laporan akuntansi harus didasarkan pada
pengukuran nilai realisasi bersih dari aset mengindikasikan sistem normatif.
Sebaliknya, teori deskriptif berusaha untuk menemukan hubungan yang benar-
benar ada.

Sistem deduktif seringkali bersifat normatif meskipun matematika dan logika


simbolik adalah sistem deduktif yang bebas nilai. Pendekatan induktif biasanya
berusaha untuk menjadi deskriptif. Karakteristik ini berasal dari sifat metode
deduktif dan induktif. Metode deduktif pada dasarnya adalah tertutup, sistem
non empiris; kesimpulan didasarkan ketat pada premis-premis. Pendekatan
induktif, karena mencoba untuk menemukan dan menjelaskan hubungan dunia
nyata, pada sebaliknya, sifatnya pada ranah deskriptif. Namun, ada pertanyaan
apakah penelitian empiris bisa, pada kenyataannya, menjadi netral bebas nilai
dalam temuannya karena penilaian implisit mendasari bentuk dan isi dari
penelitian itu sendiri.

Riset empiris menempatkan hubungan untuk menjawab pertanyaan mengapa


sebagian standar dipilih oleh pembuat kebijakan atau mengapa manajemen
memilih sebagian alternatif akuntansi, yang biasa disebut riset akuntansi posistif.

3
1.3 Teori global dan partikularistik

Definisi yang lebih tajam anatara sistem deduktif dan induktif adalah bahwa
yang pertama terkadang bersifat global (makro) dan partikularistik (mikro).
Pendekatan global adalah teori menganjurkan satu tipe penilaian terhadap semua
perkiraan. Sedangkan sistem induktif karena didasarkan pada fenomena real dapat
realistik dan terfokus pada bagian kecil pada lingkungan yang relevan, dengan
kata lain riset induktif cenderung untuk menguji lebih seksama defenisi
pertanyaan dan masalah yang didefinisikan secara sempit.

1.4 Sifat pelengkap metode deduktif dan induktif

Pendekatan deduktif dan induktif sebenarnya mempunyai sifat yang


komplementer sehingga sering digunakan secara bersamaan. Pendekatan induktif
dalam akuntansi dapat membantu menerangkan hubungan dan fenomena yang
sedang terjadi pada lingkungan bisnis. Sedangkan pendekatan deduktif dapat
membantu memutuskan aturan yang telah digunakan yang nantinya akan
bermanfaat pada pengambilan keputusan. Hal ini menjelaskan bahwa pendekatan
deduktif dan induktif dapat digunakan secara bersama dan bukan metode yang
saling eksklusif.

2. ARAH RISET AKUNTANSI

2.1 The decision model approach

Pendekatan ini menanyakan informasi apa yang dibutuhkan untuk


membuat keputusan. Dari sudut pandang ini, informasi yang dibutuhkan
dalam laporan keuangan berdasarkan pada entry values, exit values, dan
discounted cash flows. Pendekatan ini tidak berdasarkan informasi apa yang
diinginkan pengguna, tetapi lebih berkonsentrasi pada informasi apa yang
berguna untuk keputusan tertentu. Dengan demikian, orientasinya bersifat
normatif dan deduktif. Premis yang mendasari penelitian ini adalah bahwa
pengambil keputusan mungkin perlu diajarkan bagaimana menggunakan
informasi jika mereka tidak terbiasa dengannya. Dua keputusan utama yang
dianut oleh the decision-model approach adalah:

4
a. Memungkinkan pengguna untuk memprediksi arus kas masa depan dengan
lebih baik

b. Menganalisis efisiensi dan efektivitas manajemen

2.2 Capital market research (riset pasar modal)

Sejumlah besar penelitian empiris (induktif) menunjukkan bahwa


harga sekuritas yang diperdagangkan secara publik bereaksi dengan cepat dan
tidak bias terhadap informasi baru. Oleh karena itu, harga pasar diasumsikan
mencerminkan sepenuhnya semua informasi yang tersedia untuk umum.
Karena informasi dengan cepat tercermin dalam harga sekuritas, dorongan
untuk meningkatkan pengungkapan dengan lebih sedikit perhatian untuk
pilihan di antara alternatif akuntansi tumbuh lebih kuat. Namun, meskipun
pengungkapan sangat penting, memasukkan angka ke dalam laporan keuangan
dianggap lebih baik daripada pengungkapan catatan kaki.

2.3 Behavioral research (riset perilaku)

Fokus utama penelitian perilaku adalah bagaimana pengguna informasi


akuntansi membuat keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan.
Perhatikan bahwa pendekatan ini bersifat deskriptif, sedangkan pendekatan
model keputusan bersifat normatif. Sebagian besar penelitian ini
menggunakan subjek laboratorium dalam situasi eksperimental yang dikontrol
dengan hati-hati. Pendekatan ini berusahan memahami informasi apa yang
dipilih dan bagaimana informasi itu diproses.

2.4 Agency theory (teori keagenan)

Teori keagenan (juga disebut teori kontrak) sekarang merupakan jenis


penelitian akuntansi yang sangat penting. Ini muncul sebagai akibat dari
pemisahan kepentingan yang dirasakan dalam korporasi modern antara
kepentingan manajemen dan kepemilikan yang berada di luar korporasi dan
tidak terlibat dalam keputusan manajemen. Studi mengenai teori keagenan
dapat berupa deduktif atau induktif dan merupakan contoh khusus dari
penelitian perilaku, meskipun akar teori keagenan terletak pada keuangan dan
ekonomi daripada psikologi dan sosiologi. Asumsi yang mendasarinya, seperti

5
yang telah kita diskusikan, adalah bahwa individu bertindak demi kepentingan
terbaik mereka sendiri, yang terkadang bertentangan dengan kepentingan
terbaik perusahaan. Asumsi penting lainnya dari teori keagenan adalah bahwa
perusahaan adalah lokus atau titik persimpangan bagi banyak jenis hubungan
kontraktual yang ada di antara manajemen, pemilik, kreditur, dan pemerintah.
Salah satu hipotesis teori keagenan adalah bahwa manajemen berusaha untuk
memaksimalkan keuntungannya sendiri dengan meminimalkan berbagai biaya
keagenan yang timbul dari pemantauan dan kontrak. Perhatikan bahwa ini
tidak sama dengan mengatakan bahwa manajemen berusaha untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Ketika manajemen berusaha untuk
memaksimalkan kompensasinya, ia juga harus meningkatkan laba bersih, laba
atas investasi, atau sejenisnya.

2.5 Informasi ekonomi

Akuntan menjadi semakin sadar akan biaya (dan manfaat) dari


menghasilkan informasi akuntansi. Hal ini menyebabkan munculnya
penelitian baru di bidang penelitian akuntansi: ekonomi informasi. Penelitian
ekonomi informasi biasanya bersifat analisis/deduktif. Informasi ekonomi
baru-baru ini termasuk asumsi teori keagenan. Hal ini karena pembagian risiko
antara prinsipal dan agen terkait erat dengan masalah apakah kedua belah
pihak telah memiliki informasi yang sama atau apakah ada asimetri informasi
di salah satu pihak (biasanya sekutu agen) memiliki lebih banyak informasi
daripada pihak lain. Penelitian ini menunjukkan pentingnya fungsi
penatagunaan akuntansi (mengevaluasi kinerja manajemen adalah hubungan
yang sangat penting untuk menentukan insentif dan penghargaan manajerial).

2.6 Critical accounting

Critical accounting adalah cabang dari teori akuntansi yang


memandang bahwa akuntansi memiliki peran dalam memutuskan konflik
antara perusahaan dan konstituen sosial seperti buruh, konsumen dan
masyarakat umum. Critical accounting merupakan penggabungan dua bidang
akuntansi yang berkembang pada 1960-an yaitu akuntansi sektor publik dan
akuntansi sosial. Akuntansi sektor publik berkaitan dengan melakukan
pekerjaan jasa "pro bono" (gratis) di bidang pajak dan penasihat keuangan

6
bagi individu, kelompok, dan usaha kecil yang tidak mampu membayar jasa
tersebut. Akuntansi sosial berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan ke
laporan laba rugi perusahaan mengenai biaya eksternalitas, seperti polusi,
yang merugikan masyarakat tetapi tidak merugikan pihak yang
menimbulkannya (setidaknya sampai diberlakukannya standar pencemaran
udara dan air). Critical accounting jauh lebih luas daripada akuntansi sektor
publik dan akuntansi sosial.

7
RINGKASAN DAN REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL

Judul : Large Return to Cash Aquisitions: Signalling Effect or Laverage Effect?


Penulis : Ken. C. Yook
Penerbit : The Journal of Business, Vol. 76, No. 3 (July 2003), pp. 477-498

1. RINGKASAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengembalian abnormal kepada
pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi bervariasi secara sistematis menurut
metode pembayaran. salah satu argumen tentang hal ini didasarkan pada premis bahwa
efek harga saham dari perubahan struktur modal bervariasi secara positif dengan
perubahan leverage. Pengurangan biaya agensi ekuitas yang disebabkan oleh peran
disiplin hutang paling sering dikutip untuk menjelaskan hubungan ini. Meskipun manfaat
potensial lain dari pembiayaan utang, seperti manfaat pajak dan efek transfer kekayaan,
telah diperiksa sebelumnya, mereka belum menerima banyak dukungan empiris. Tanpa
mampu menawarkan verifikasi empiris yang meyakinkan, penelitian sebelumnya
menegaskan bahwa kedua efek ini, sinyal dan perubahan leverage, bekerja dalam reaksi
pasar saham (Yook, 2003).
1.2 Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini adalah teori sinyal dan manfaat teori utang.
Artikel ini menyelidiki teori sinyal dan manfaat teori utang untuk menjelaskan
pengembalian yang lebih tinggi bagi penawar yang menawarkan cash daripada saham.
Salah satunya adalah peran teori sinyal dari metode pembayaran. Metode pembayaran
dalam akuisisi menyampaikan penilaian penawar tentang nilai sebenarnya dari aset
entitas gabungan, ditambah dengan keyakinannya tentang nilai sebenarnya dari aset yang
ada. Penawar akan membiayai akuisisi dalam bentuk cash jika mereka menilai aset
tersebut dinilai terlalu rendah. Argumen lainnya adalah manfaat dari teori utang.
Peningkatan utang yang disebabkan oleh pembayaran tunai mengurangi biaya keagenan
arus kas bebas dengan mengurangi arus kas yang tersedia untuk pengeluaran pada
kebijaksanaan manajer. Manfaat ini terutama lebih kuat untuk perusahaan dengan
peluang pertumbuhan yang rendah, kekuatan pinjaman yang tidak digunakan, dan arus
kas bebas yang besar karena mereka lebih mungkin mengeluarkan biaya agensi dengan
melakukan akuisisi dengan manfaat rendah, atau bahkan menghancurkan nilai.

8
1.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan adalah uji statistik yaitu uji Wilcoxon
Signed-Rank dan uji analisis multivariat. Sampel dipilih dengan memeriksa File
Penelitian Industri Compustat untuk semua delisting yang disebabkan oleh akuisisi
selama periode 1985–96. Semua delisting dikonfirmasi diIndeks Jurnal Wall Street.
Dalam kasus di mana beberapa akuisisi dilakukan oleh penawar yang sama, penawar
dihitung secara terpisah untuk setiap akuisisi yang dilakukan. Tetapi sampel hanya
mencakup kasus-kasus di mana tidak ada akuisisi lain yang terjadi pada tahun
sebelumnya. Penerapan persyaratan data menghasilkan sampel akhir sebanyak 311
akuisisi, 199 akuisisi tunai, dan 112 akuisisi saham.
1.4 Hasil Penelitian
Teori manfaat utang menjelaskan bahwa pengembalian bagi penawar tunai lebih besar
daripada penawar saham. Ketika penawar diklasifikasikan menurut metode pembayaran
dan peringkat utang berubah, penawar tunai yang diturunkan peringkatnya memperoleh,
rata-rata, pengembalian yang lebih besar daripada penawar yang peringkat utangnya
tidak diubah. Hal ini sesuai dengan prediksi manfaat teori utang tetapi bertentangan
dengan teori sinyal. Selain itu, pengembalian yang lebih besar untuk penawar yang
diturunkan peringkatnya dengan arus kas bebas yang besar memperkuat kesimpulan ini.
Namun, gambaran yang sangat berbeda terungkap untuk akuisisi saham. Pengembalian
abnormal positif yang tinggi untuk penawar saham yang ditingkatkan menunjukkan
bahwa pembayaran saham digunakan untuk akuisisi strategis. Fakta bahwa pengembalian
keseluruhan untuk akuisisi saham secara signifikan negatif hanya menunjukkan bahwa
ada lebih banyak akuisisi saham penghancur nilai yang gagal daripada akuisisi saham
sinergis yang berhasil.
1.5 Simpulan Hasil Penelitian
Hasil menyiratkan bahwa akuisisi tunai dan akuisisi saham adalah dua jenis
pengambilalihan yang berbeda dan sumber penciptaan nilai yang berbeda. Akuisisi tunai
digunakan dalam pengambilalihan keuangan, sedangkan akuisisi saham digunakan dalam
pengambilalihan strategis. Secara keseluruhan, penelitian ini tidak menemukan bukti
yang meyakinkan bahwa uang tunai kemungkinan akan digunakan untuk akuisisi yang
baik. Sementara beberapa penawar menggunakan saham untuk mengejar akuisisi
strategis yang benar-benar menguntungkan, perusahaan yang menawarkan saham untuk
akuisisi akan mengalami penurunan harga saham pada saat pengumuman.

9
2. REVIEW JURNAL

2.1 Motivasi Penelitian

Artikel ini menginvestigasi signaling theory dan the benefit of debt theory untuk
menjelaskan return/pengembalian yang lebih tinggi bagi penawar yang menawarkan
cash/tunai daripada saham, dengan menggunakan Standard and Poor’s debt rating
changes dan leverage change effects.

Penelitian sebelumnya memeriksa peranan dari metode pembayaran dalam


menjelaskan pengembalian yang diumumkan kepada perusahaan penawar dalam akuisisi
dan ditemukan perbedaan yang signifikan antara transaksi tunai dan saham.

“This article investigates the signaling theory and the benefit of debt theory to explain
higher returns for bidders offering cash rather than stock, using Standard and Poor’s
debt rating reviews and changes” (Page 477)

2.2 Masalah Penelitian

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah signaling effect dan
leverage changes berpengaruh terhadap reaksi pasar yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah perusahaan mendapat hasil return yang lebih tinggi ketika akuisisi dibiayai
dengan metode tunai?

2. Apakah perusahaan mendapat hasil return yang lebih tinggi ketika akuisisi dibiayai
dengan uang tunai daripada saham?

2.3 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

1. Signaling Theory, merupakan grand theory yang digunakan. Teori sinyal memandang
pasar uang tidak sepenuhnya efisien karena ketika terdapat suatu asimetris informasi
antara manajemen dan pasar, memungkinkan bagi seorang manajer untuk memilih
kebijakan keuangan untuk mengumpulkan informasi positif yang ada di pasar.

Dengan asumsi bahwa pasar keuangan tidak sepenuhnya efisien, dan terutama ketika
ada asimetri informasi antara manajemen dan pasar, adalah mungkin bahwa manajer
dapat memilih untuk menggunakan keputusan kebiajkan keuangan untuk

10
menyampaikan informasi positif ke pasar. Sementara manajer perusahaan lebih
cenderung mengeluarkan sekuritas ketika harga pasar aset perusahaan di tempat lebih
tinggi daripada penilaian manajemen terhadap nilainya, manajer akan lebih
memilikih untuk menggunakan dana yang dihasilkan secara internal untuk mendanai
investasi jika mereka menganggap aset ini undervalued. Masalah saham, yang kurang
menguntungkan bagi pemegang saham yang ada daripada utang, memberi sinyal ke
pasar bahwa aset perusahaan di tempat itu dinilai terlalu tinggi, dan pada gilirannya
sinyal ini menurunkan harga saham.

2. The Benefit of Debt Theory, dimana perbedaan yang paling mendasar antaraakuisisi
saham dan cash adalah dalam akuisisi cash pada saat penawar membayarkan uang,
oleh karena itu ia mengikatkan dirinya sendiri untuk membayar aliran uang dimasa
depan, atau menggunakan simpanan yang memiliki likuiditas tinggi.
Peningkatan leverage (pembayaran dana) digunakan untuk menjelaskan return yang
lebih tinggi terhadap akuisisi tunai. Leverage yang tinggi tidak hanya membuat
manajer bekerja lebih keras karena ancaman kebangkrutan tetapi juga mengurangi
biaya agensi dari arus kas bebas dengan mengurangi arus kas yang tersedia untuk
pengeluaran pada diskresi manajer, Maloney, McCormick, dan Mitchell menemukan
bahwa return pengakuisisi bervariasi secara positif dan signifikan dengan tingkat
leverage yang sudah ada sebelumnya dan juga perubahan dalam leverage, sehingga
disimpulkan bahwa utang meningkatkan pengambilan keputusan manajerial.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kajian empiris yang telah diuraikan maka dirumuskandua
hipotesis yaitu :
H1: Efek signaling menyatakan bahwa urutan dari abnormal return yang tinggi akan
menjadi kelompok yang mengalami peningkatan peringkat(terbesar), kelompok
yang tidak mengalami perubahan dan kelompok yang mengalami penurunan
peringkat (terkecil).
H2: Efek keuntungan hutang memprediksi abnormal return dalam urutan yang
sebaliknya: Kelompok yang mengalami penurunan peringkat, kelompok yang tidak
mengalami perubahan, dan kelompok yang mengalami peningkatan peringkat.
2.5 Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian

11
Penelitian ini mengusulkan pendekatan empiris baru yang diarahkan secara bersama-
sama untuk menilai dua hipotesis tentang sumber wealth effect dengan menggunakan
perubahan rating utang Standard and Poop untuk mengukur efek sinyal dan
perubahan leverage.
“To overcome this challenge, this study proposes a new empirical approach directed
at jointly assessing the two hypotheses on sources of wealth effect by using Standard
and Poor’s debt rating changes to measure signaling and leverage change effects.”
(page 478)
2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang


dipilih dengan memeriksa Compustat Industrial Research File untuk semua delisting
yang disebabkan oleh akuisisi selama periode 1985-1996. Date event diambil sebagai
pengumuman sebelumnya dari akuisisi di wall Street Journal, Mergerstat Review,
atau laporan kawat layanan berita dalam basis data Lexis Nexis Academic.

“ Sample firms are selected by examining the Compustat Industrial Research File for
all delistings caused by acquisitions during the period 1985–96. The event date is
taken as the earlier announcement of the acquisition in the Wall Street Journal,
Mergerstat Review, or the news service wire report in the LexisNexis Academic
database. (485)”

3. Uji Statistik dan Analisis Data

a. Uji Wilcoxon Sign-Ranked Test

Uji wilcoxon sign-ranked test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan selama periode penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan 2 hari
periode penelitian yaitu periode sehari sebelum (-1) dan periode 0. Data yang
diuji yaitu hasil olahan data Abnormal return saham dan statistik lainnya dihitung
dengan menggunakan standar metodelogi event study yang dikembangkan oleh
Brown dan Warner (1985). Dalam penerapan metode ini, parameter market
model dihitung menggunakan analisis cumulative median abnormal return
(CAR) dari masing-masing return perusahaan pada indeks nilai tertimbang CRSP
yang diukur dari hari -1 sampai 0.

12
“Abnormal stock returns and other statistics were calculated using standard
event study methodology. The 7-day cumulative median abnormal returns (CAR)
are measured from day -1 to 0. The event date is taken as the earliest
announcement of the acquisition in the Wall Street Journal, Mergerstat Review,
or the news service wire report in the LexisNexis Academic database. The
Wilcoxon sign-ranked test is used for the percent positive. The downgraded group
includes bidding firms whose debts were downgraded due to the acquisition. The
unchanged group includes bidding firms that were not listed in Credit Watch. The
bidding firms that were listed on Credit Watch with either positive implications
or negative implications that were later affirmed are excluded in this analysis.
Standard and Poor’s Stock and Bond Guide and Credit Week are used for the
rating change data. The Wilcoxon sign-ranked test is used for the percent
positive.(487)”

b. Uji Analisis Multivariat

Untuk mengendalikan faktor-faktor lain yang diketahui mempengaruhi hasil


pengumuman untuk penawaran, digunakan analisis multivariate berupa
crosssectional ordinary least-squares regression.

“Abnormal stock returns and other statistics are calculated using standard event
study methodology developed by Brown and Warner (1985). In applying this
method, market model parameters are calculated using an ordinary leastsquares
regression of each firm’s returns on the CRSP value-weighted index over the
225-day interval beginning on day -301 and ending 46 trading days prior to the
event date. Two-day (t = -1 to 0) cumulative abnormal returns are used to
measure the announcement effect.(486-487)”

4. Konsistensi Antara Masalah Penelitian, Hipotesis dan analisis data

Konsistensi Antara Masalah Penelitian, Hipotesis dan analisis data dalam penelitan
memberikan hasil sebagai berikut :

a. Pengembalian abnormal untuk penawaran yang diturunkan peringkatnya dengan


yang memiliki arus kas bebas adalah 1,14%, yang signifikan pada tingkat 0,10
(z=1,67). Pengembalian yang sesui untuk penawaran yang diturunkan peringkat
lainnya tanpa arus kas bebas adalah -0,78% (z=-1,09), yang tidak signifikan.

13
Terbukti bahwa pemegang saham perusahaan arus kas bebas tinggi mengalami
keuntungan yang signifikan ketika utang mereka diturunkan. Pengembalian
positif dan signifikan yang lebih besar untuk penawaran yang diturunkan dengan
arus kas bebas memberikan bukti tambahan untuk mendukung manfaat teori
hutang.

“The abnormal return for downgraded bidders having free cash flow is 1.14%,
which is significant at the .10 level (Z = 1.67 ). The corresponding returns for
other downgraded bidders without free cash flow is -.78% (Z = -1.09 ), which is
not significant. It is evident that stockholders of high free cash flow firms
experience significant gains when their debt is downgraded. The larger positive
and significant returns for the downgraded bidders with free cash flow provides
additional evidence to support the benefit of debt theory. (489)”

b. Terdapat 2 hasil dalam penelitian ini, pertama teori manfaat hutang menjelaskan
bahwa return bagi penawaran tunai lebih besar daripada bagi penawaran saham.
Ketika penawaran diklasifikasikan menurut metode pembayaran dan perubahan
peringkat utang, penawaran tunai yang diturunkan peringkat memperoleh, rata-
rata, pengembalian yang lebih besar dari pada penawaran yang peringkat
utangnya tidak berubah. Hal ini sesuai dengan prediksi manfaat teori nilai hutang
tetapi bertentangan dengan signal theory. Selain itu, keuntungan yang lebih besar
untuk penawaran yang diturunkan peringkatnya dengan harus kas bebas yang
besar (didefinisikan sebagai arus kas yang besar dan q Tobin yang rendah )
memperkuat kesimpulan ini. Namun gambaran yang sangat berbeda terungkap
untuk akuisisi saham. Pengembalian abnormal positif tinggi untuk penawaran
saham yang ditingkatkan menunjukan bahwa pembayaran saham digunakan
untuk akuisisi strategis. Fakta bahwa pengambilan keseluruhan untuk akuisisi
saham secara signifikan negatif hanya menunjukkan bahwa ada akuisisi saham
secara signifikan negatif dan hanya menunjukan bahwa ada akuisisi saham yang
merusak nilai lebih tidak berhasil daripada akuisisi saham sinergis yang sukses.
“In summary, these analyses lead us to two conclusions. First, the benefit of debt
theory explains that the return for cash bidders is larger than for stock bidders.
When bidders are classified according to payment method and debt rating
changes, downgraded cash bidders earn, on average, larger returns than bidders
whose debt ratings were not changed. This is consistent with the prediction of the

14
benefit of debt theory but contradicts the signaling theory. In addition, larger
returns for the downgraded bidders with large free cash flow (defined as large
cash flow and low Tobin’s q) reinforce this conclusion. However, a quite different
picture unfolds for stock acquisitions. High positive abnormal returns for
upgraded stock bidders suggest that stock payment is used for strategic
acquisitions. The fact that overall returns for stock acquisitions are significantly
negative simply indicates that there are more unsuccessful value-destroying stock
acquisitions than successful synergistic stock acquisitions (491)”
5. Konsistensi Hasil Pengujian dengan Simpulan
Konsistensi Hasil Pengujian dengan Simpulan memberikan hasil sebagai berikut :
a) Ketika penawaran tunai dibagi menjadi 2 kelompok tergantung pada apakah utang
perusahaan diturunkan atau tetap tidak berubah, kelompok yang diturunkan
peringkat mengalami pengembalian abnormal 2 hari (t=-1 ke 0) yang jauh lebih
besar daripada kelompok yang tidak berubah. Pengembalian yang lebih besar
kepada penawaran yang diturunkan peringkatnya mendukung manfaat teori
hutang. Selain itu hasil ini bertentangan dengan prediksi signal theory karena
peringkat bidder akan tetap tidak berubah atau ditingkatkan jika efek sinergi dari
akuisisi tersebut mengimbangi peningkatan risiko keuangan. Untuk memberikan
bukti tambahan yang mendukung teori manfaat hutang, penelitian ini mengkaji
prediksi bahwa manfaat hutang lebih kuat bagi penawaran dengan arus kas bebas.
Penelitian menemukan keuntungan yang jauh lebih besar untuk kelompok
penawaran tunai dengan arus kas bebas (didefinisikan dengan arus kas tinggi dan
rasio q di bawah 1) dari pada kelompok penawaran tunai tanpa arus kas bebas.
“When cash bidders are divided into two groups depending on whether the firm’s
debt is downgraded or remains unchanged, the downgraded group experiences a
significantly larger 2-day (t = -1 to 0) abnormal return than the unchanged
group. The larger returns to the downgraded bidders support the benefit of debt
theory. Also, this result runs counter to the signaling theory’s prediction because
the bidder’s rating would remain unchanged or be upgraded if the synergy effect
of the acquisition offset increased financial risk. To provide additional evidence
supporting the benefit of debt theory, this study investigates the prediction that the
benefit of debt is stronger for bidders with free cash flow. I find a significantly
larger return for the cash bidder group with free cash flow (defined as high cash

15
flow and q ratio below one) than for the cash bidder group without free cash
flow.(496)”
b) Ketika pengembalian kepada penawaran yang dibiayai saham diperiksa dan
dikelompokkan menurut perubahan peringkat utang (kelompok yang ditingkatkan,
kelompok yang tidak diubah, dan kelompok yang diturunkan peringkat), hasilnya
sangat kontras dengan hasil penawaran yang dibiayai tunai. Sebuah abnormal
return positif signifikan terjadi untuk grup yang ditingkatkan, sedangakan
abnormal return yang sesui untuk grup yang diturunkan adalah yang paling negatif
dan signifikan. Hasil positif untuk grup yang ditingkatkan dan pengembalian
negatif untuk grup yang diturunkan hanya dapat dijelaskan oleh efek sinergi
seperti yang diungkapkan oleh komentar Standard dan Poor.
“When returns to stock-financed bidders is examined and grouped according to
debt rating change (upgraded group, unchanged group, and downgraded group),
the results contrast sharply with the ones of cash-financed bidders. A significantly
positive abnormal return occurs for the upgraded group, whereas the
corresponding abnormal return for the downgraded group is the most negative
and significant. The positive returns for the upgraded group and the negative
returns for the downgraded group can only be explained by the synergy effect as
the Standard and Poor’s comments reveal. (496)”
c) Hasil ini sangat menyiratkan bahwa akuisisi kas dan akuisisi saham adalah dua
jenis pengambilalihan yang berbeda dan sumber penciptaan nilai mereka.
Pembayaran tuani digunakan dalam pengambilalihan keuangan yang tidak
bersahabat, sedangkan pembayaran saham digunakan dalam pengambilalihan
strategis yang bersahabat. Secara keseluruhan, penelitian ini tidak menemukan
bukti yang meyakinkan bahwa uang tunai kemungkinan besar akan digunakan
untuk akuisisi yang baik. Sementara beberapa penawaran menggunakan saham
untuk mengejar akuisisi strategis yang benar-benar menguntungkan, karena ada
lebih banyak penawaran yang mengejar akuisisi yang tidak menguntungkan,
perusahaan yang menawarkan saham untuk akuisisi akan mengalami penurunan
harga saham pada saat pengumuman.
“These results strongly imply that cash acquisitions and stock acquisitions are
two distinct types of takeovers and their sources of value creation are different.
Cash payment is used in hostile financial takeovers, whereas stock payment is
used in friendly strategic takeovers. Overall, this study does not find convincing
16
evidence that cash is likely to be used for good acquisitions. While some bidders
use stock to pursue a genuinely profitable strategic acquisition, because there are
more bidders who pursue unprofitable acquisitions, firms that offer stock for an
acquisition will suffer a stock price decrease at announcement.(496)”
6. Implikasi Penelitian

Peneliti merekomendasikan pendekatan empiris baru untuk menguji kedua hipotesis


ini menggunakan tinjauan/perubahan peringkat utang standard dan Poor’s sebagai
proxy untuk mengukur efek pensinyalan dan efek perubahan leverage. Ketika
akuisisi dianggap menyebabkan perubahan signifikan dalam arus kas masa depan
atau leverage keuangan entitas gabungan, lembaga pemeringkat mengubah peringkat
utang perusahaan beserta akuisisi dan mengeluarkan komentar singkat untuk
membenarkan keputusan mereka. Komentar tersebut secara khusus mengungkapkan
apakah perubahan peringkat disebabkan oleh perubahan leverage keuangan atau oleh
perusahaan kinerja operasi yang diharapkan yang disebabkan oleh akuisisi

“I propose a new empirical approach to test these two hypotheses using Standard
and Poor’s debt rating reviews/changes as a proxy to measure the signaling effect
and the leverage change effect. When an acquisition is deemed to cause a significant
change in the combined entity’s future cash flows and/ or financial leverage, rating
agencies alter the acquisition participating firms’ debt rating and release a short
comment to justify their decision. The comment reveals specifically whether the
rating change is caused by a change in financial leverage or by a change in expected
operating performance caused by the acquisition.(495)”

7. Pengembangan Research

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya menjelaskan hubungan antara


ukuran target dan return penawaran.

“But further research is needed to fully explain the relationship between the size of
target and the bidder’s return.(494)”

17
DAFTAR PUSTAKA

Wolk, Harry I, James L. Dodd, Michael G. Tearney. 2004. Accounting Theory: Conceptual
Issues in a Political and Economic Environment. USA: South Western Collage
Publishing

Yook, K. C. (2003). Larger Return to Cash Acquisitions: Signaling Effect or Leverage


Effect? Journal of Business, 76(3), 477–498. https://doi.org/10.1086/375255

18

Anda mungkin juga menyukai