TUGAS RESUME
BUKU TEORI AKUNTANSI KEUANGAN SCHROEDER
METODOLOGI RISET DAN TEORI-TEORI
MENGENAI PENGGUNAAN INFORMASI
AKUNTANSI (BAB IV)
KONSEP LABA, PENGAKUAN DAN
PENANDINGAN PENDAPATAN (BAB V)
DISUSUN OLEH
IRAWATI – NIM 7774230008
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TA 2023/2024
BAB IV
METODOLOGI RISET DAN TEORI-TEORI
MENGENAI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI
METODOLOGI RISET
Teori akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metodologi Riset.
Metodologi-Metodologi yang telah diketahui secara umum adalah pendekatan deduktif,
pendekatan induktif, pendekatan pragmatis, pendekatan etis, dan pendekatan perilaku.
PENDEKATAN DEDUKTIF
Pendekatan deduktif (deductive approach) untuk pengembangan teori diawali dengan
menentukan tujuan. Setelah tujuan ditentukan, sejumlah definisi dan asumsi penting harus
dinyatakan. Peneliti Kemudian harus mengembangkan struktur logis agar dapat mencapai
tujuan-tujuan tersebut berdasarkan denifisi asumsi yang telah dinyatakan. Metodologi ini
sering kali dijelaskan “bergerak dari umum ke khusus”. Jika teori akuntansi akan
dikembangkan dengan pendekatan deduktif, maka peneliti harus mengembangkan struktur
yang mencakup tujuan akuntansi, lingkungan tempat akuntansi diterapkan, definisi dan
asumsi atas system, serta prosedur dan praktik, yang mana kesemuanya mengikuti pola yang
logis.
Pendekatan deduktif pada dasarnya merupakan jenis riset mental ataupun “armchair”.
validitas dari setiap teori akutansi yang dikembangkan melalui proses ini sangat bergantung
pada kemampuan penelitian untuk menentukan dan menghubungkan berbagai komponen
proses akuntansi secara tepat dengan cara yang logis.
PENDEKATAN INDUKTIF
Pendekatan induktif (inductive approach) pada riset melakukan penekanan pada
pengamatan dan penarikan kesimpulan berdasarkan pengamatan- pengamatan tersebut.
Dengan demikian, pendekatan ini dijelaskan sebagai “bergerak dari khusus ke umum” karena
peneliti mengeneralisasi seluruh bidang berdasarkan pengamatan-pengamatan yang terbatas
pada situasi tertentu.
Accounting Principles Board (APB) Statement No 4. Adalah contoh dari riset induktif.
Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum- PABU (Generally Accepted Accounting
Principles-GAAP AS) yang dijelaskan didalam peryantaan tersebut terutama didasarkan pada
pengamatan terhadap praktik-praktik yang berlaku pada saat itu.
PENDEKATAN PRAGMATIS
Pendekatan pragmatis (Pragmatic approach) pengembangan teori didasarkan pada
konsep utilitas ataupun kegunaan. Setelah permasalahan berhasil diindentifikasi, peneliti
berupaya mencari penyelesaian praktis yaitu, solusi yang akan menyelesaikan permasalahan.
Namun bukan berarti bahwa penyelesaian yang optimal telah ditemukan atau bahwa solusi
tersebut akan mencapai tujuan-tujuan yang telah disebutkan. Oleh karena itu, setiap jawaban
yang didapatkan melalui pendekatan pragmatis harus dianggap sebagai solusi tentative atas
suatu permasalahan.
ANALISIS DASAR
Bab 2 mencatat bahwa FASB telah menyatakan tujuan utama informasi akuntansi
adalah menyediakan informasi yang relevan dan menyajikan secara jujur Fenomena-
Fenomenan ekonomi, kepada para investor agar mereka bisa mengambil keputusan investasi
yang tepat. Setiap investor mengambil keputusan-keputusan investasi sebagai berikut ini :
• Beli (Buy) calon investor untuk memutuskan untuk membeli sekuritas tertentu
berdasarkan informasi yang tersedia.
• Tahan (Hold) investor memutuskan untuk mempertahankan sekuritas tertentu
berdasarkan informasi yang tersedia.
• Jual (Sell) investor memutuskan melepaskan sekuritas tertentu berdasarkan informasi
yang tersedia.
Setiap investor menggunakan semua informasi keuangan yang tersedia untuk
membantu memperoleh atau melepaskan sekuritas-sekuritas yang terdapat didalam portofolio
investasinya yang sesuai dengan preferensi risiko dan ekspektasi imbal hasil yang ditawarkan
oleh investasinya. Salah satu metode yang tersedia bagi para investor untuk mengambilan
keputusan semacam ini adalah analisis dasar, Analisis dasar (Fundamental analysis)
merupakan upaya untuk menentukan sekuritas- sekuritas tertentu yang memiliki kesalahan
harga dan mengulas semua informasi keuangan yang tersedia.
Analisis investasi ini dapat dilakukan sendiri oleh investor atau analisis sekuritas.
Berbekal pelatihan dan pengalamannya analis sekuritas mampu memproses dan
menyebarluaskan informasi keuangan secara lebih akurat dan ekonomis dibandingkan para
investor.
Selama ini para ekonom berpendapat bahwa dalam perekonomian pasar bebas dengan
persaingan sempurna, harga ditentukan oleh ketersediaan produk (penawaran – Supply) dan
keinginan untuk memiliki produk tersebut (permintaan – demand). Dengan demikian, harga
suatu produk ditentukan oleh konsesus di pasar (marketplace).
Para ekonomi juga berpendapat bahwa model ini tidak sepenuhnya berlaku dipasar
karena asumsi-asumsi berikut terkait pasar persaingan sempurna biasanya dilanggar oleh sifat
dasar dari System perekonomian kita.
1. Seluruh Unit ekonomi memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai perekonomian.
2. Seluruh barang dan jasa dalam Perekonomian sepenuhnya bergerak dan dapat dengan
mudah berpindah dalam perekonomian.
3. Setiap pembeli dan penjual harusnya sangat kecil hubungannya dengan total penawaran
dan permintaan, sehingga tidak ada yang mempergaruhi harga ataupun permintaan secara
keseluruhan.
4. Tidak ada batasan artificial yang ditempatkan pada permintaan, penawaran ataupun
harga barang dan jasa.
Contoh-contoh sumber informasi tersebut antara lain :
Laporan keuangan perusahaan dipublikasikan.
Laporan laba kuartalan yang dirilis oleh korporasi melalui media pemberitaan.
Laporan Perubahan manajemen yang dirilis melalui Media pemberitaan.
Pemberian kontrak yang diumumkan oleh pemerintah ataupun erusahaan swasta.
Penyebarluasan informasi kepada pemegang saham dalam rapat tahunan pemegang
saham.
Berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran, harga ditentukan oleh
pengetahuan konsumen atas produk yang dibelinya. Mekanisme ini di pasar saham
kemudian disebut sebagai mekanisme pasar efisien (EMH). Masalah yang dikeluarkan
oleh EMH antara lain: (1) informasi apa tentang perusahaan yang berguna bagi investor,
(2) apakah pengungkapan tentang berbagai tipe informasi perusahaan mempunyai
dampak terhadap pemahaman informasi?
Pasar saham dapat dikatakan efisien jika menggambarkan semua informasi yang
tersedia dan bereaksi secara instant terhadap informasi baru. Pembahasan EMH dalam
literatur akademik memiliki bermacam definisi terhadap informasi yang tersedia dan
terbagi menjadi tiga bentuk EMH, yakni bentuk lemah, bentuk semi kuat, dan bentuk
kuat.
representative dari pada berberis and Thaler berpendapat bahwa telah dicapai kemajuan
yang cukup baik.
Mereka menegaskan bahwa titik- titik kemajuan yang telah dicapai antara lain sebagai
berikut :
Investigasi Empiris : terhadap fakta-fakta yang tampak menyimpang : Ketika tulisan,
De Bondt and thaler yang menyelidiki hipotesis ini dipublikasikan, banyak yang
beranggapan bahwa penjelasan terbaik untuk pertemuan mereka adalah kesalahan
pemrograman.
Batasan terhadap arbitrase : pada tahun 1990-an, banyak ekonomi keuangan mengira
bahawa EMH pasti benar karena kekuatan arbitrase.
Pemahaman rasionalitas yang terbatas : berkat karya psikologi kognitif seperti
Kahneman and Tversky , sekarang kita memiliki kelompok temuan empiris dalam jumlah
yang sangat besar untuk mengumpulkan beberapa cara yang sebenarnya dilakukannya
manusia untuk membentuk ekspektasi dan membuat pilihan.
Pembentukan teori keuangan: Terdapat perkembangan dalam karya teoritis yang
memodelkan pasar keuangan dengan agen-agen yang tidak sepenuhnya rasional.
Namun, tidak semua ekonomi yakin dengan nilai dari teori prospek dan teori perilaku
keuangan.
Pada Kritikus terus mendukung EMH , mereka menyatakan bahwa perilaku keuangan
lebih merupakan kumpulan Anomali-Anomali tersebut dikeluarkan dengan cepat dari pasar
atau dijelaskan dengan menyepakati argument-argumen struktur mikro pasar (market
microstructure). Eugene Fama misalnya, hanya menganggap perilaku keuangan sebagai
bercerita yang sangat baik saat menjelaskan perilaku individual.
Menariknya pada tahun 2013, baik Fama maupun Schuller mendapatkan Nobel Prize
dalam bidang ekonomi. Untuk menghargai karya Farma and Shiller, Nobel Committee
mungkin juga tidak menyadari bahwa mereka telah menggaris bawahi sebeberapa jauh kita
dari kesepakatan terhadap jawaban atas pertanyaan yang mendasar dan memiliki konsekuensi
: Bagaimana cara kerja pasar ?
Tingkat imbal hasil (Return) yang actual bagi seorang investor dari pembelian saham
biasa dan memiliki selama periode waktu tertentu, diperhitungkan dengan menambahkan
divinden ke kenaikan (atau penurunan) nilai sekuritas selama waktu kepemilikan dan
membagi jumlah ini dengan harga beli sekuritas tersebut atau .
Dividen + Kenaikan ( atau penurunan ) Nilai sekuritas
Harga beli
Asumsi dasar dari CAPM adalah bahwa saham-saham yang berisiko dapat
digabungkan kedalam portofolio yang kurang berisiko dari pada masing-masing saham biasa
yang membentu portofolio tersebut.
JENIS-JENIS RESIKO
Beberapa risiko secara khusus dikaitkan dengan saham biasa perusahaan tertentu.
Sebagai contoh, Nilai saham perusahaan mungkin menurun ketika perusahaan kehilangan
pelanggan penting, sama seperti Ford motor Company kehilangan Hertz sebagai pembeli
mobil sewa.
Kedua jenis risiko tersebut dikenal dengan istilah risiko tidak sistematis ( Unsystematic
risk ). Dan risiko sistematis ( systematic risk ). Risiko tidak sistematis adalah bangian dari
risiko yang tidak bias didiversifikasi terkait seluruh pergerakan pasar saham, yang mana hal
ini tidak bisa di hindari.
Ketika sekuritas ditambahkan kedalam portofolio , risiko tidak sistematis akan
berkurang Riset empiris telah menunjukkan bahwa risiko tidak sistematis sebenarnya
dihapuskan dari portofolio yang memiliki tiga puluh sampai empat puluh tahun saham yang
dipilih secara acak.
Persamaan serdehana ini dapat diformulasikan untuk menunjukkan hubungan diantara
risiko dan imbal hasil.Persamaan ini menggunakan imbal hasil bebas risiko (T-Bill rate ).
Oleh Karena investor dapat menghilangkan risiko yang terkait dengan perolehan saham
biasa perusahaan tertentu dengan cara membeli portofolio yang terdiversifikasi. (diversified
portfolio), mereka tidak memperoleh kompensasi untuk menanggung risiko yag tidak
sistematis.
Meemperhitungkan β, dengan mengganti premi risiko, Rp, dengan nilai ekuivalennya,
βs, ( Rm-Rf ) sebagai berikut :
Persamaan imbal hasil-risiko : R s = Rf + Rp Dinyatakan kembali untuk
memperhitungkan β : Rs = Rf + βs ( Rm - Rf )
Dengan :
Rs = Ekspektasi imbal hasil atas saham
Rf = Tingkat Imbal hasil bebas risiko
Rm = Ekspektasi imbal hasil pada pasar saham secar keseluruhan
Β = β saham yang dihitung selama beberapa periode Historis.
CAPM membuat harga saham tidak dipengaruhi oleh risiko tidak sestematis, dan
saham yang menawarkan risiko yang lebih tinggi (lebih tinggi) akan berharga lebih
rendah dari saham yang berisiko lebih rendah. Penelitian empiris telah mendukung
bahwa lampau merupakan peramal yang baik bagi harga saham masa depan.
Terdapat 2 jenis teori dasar yaitu teori positif dan normatif. Teori normatif didasarkan
pada serangkaian tujuan yang diyakini para pendukung teori tersebutmenentukan hal-hal
yang seharusnya. Teori Positif berupa menjelaskan fenomena yang diamati. Teori seperti ini
menjelaskan hal-hal yang ada tanpa menunjukan bagimana seharusnya. Banyaknya
keragaman dalam praktik dan penerapan akuntansi yang Komprehensif menjadi sulit.
TEORI KEAGENAN
Teori keagenan (agency theory) adalah teori akuntansi positif yang berupaya
menjelaskan sejumlah praktik dan standar akuntansi. Riset ini menganggap EMH sebagai
sesuatu yang sudah semestinya dan memandang akuntansi sebagai pemasok informasi bagi
pasar modal.
Keagenan (agency) diartikan hubungan konsensual diantara dua pihak, yang mana
satu pihak (agen) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain (principal). sebagai contohnya
hubungan diantara pemegang saham dan manajer suatu perusahaan adalah hubungan
keagenan, begitu pula hubungan diantara manajer dan auditor, dan pada tingkatan yang
lebih tinggi atau lebih rendah, hubungan diantara auditor dan Pemegang saham.
Kesimpulan yang dapat diambil dari teori keagenan adalah bahwa banyak metode
akuntansi untuk kondisi serupa yang telah dikembangkan karena keinginan berbagai pihak,
seperti manajer, pemegang saham, dan pemilik obligasi untuk meminimalkan biaya
keagenan.
Teori keagenan dapat membantu menjelaskan kurangnya teori akuntansi yang
komprehensif, teori ini menyiratkan bahwa karena beragamanya kepentingan yang berkaitan
dengan pelaporan keuangannya, kerangka teori akuntansi tidak dapat dikembangkan.
Teori keagenan adalah teori deskriptif karena teori ini membantu menjelaskan
senjumlah alasan dibalik beragamnya praktik-praktik akuntansi yang ada. Oleh karena itu,
walaupun pengujian selanjutnya mendukung teori ini, pengujian tersebut tidak akan
menentukan prosedur akuntansi yang tepat untuk digunakan dalam berbagai situasi
akibatnya, praktik akuntansi tidak akan dirubah.
PENDAHULUAN
Tujuan utama akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi
para investor saat membuat sejumlah prediksi mengenai kinerja perusahaan. Munculnya
pelaporan laba sebagai sumber utama bagi pengambilan keputusan investor telah
didokumentasikan dengan baik, dan pelaporan laba membantu para pelaku ekonomi dalam
berbagai cara. Alexander membahas kegunaan laba berikut dalam karyanya:
1. Sebagai dasar dari salah satu bentuk perpajakan yang utama.
2. Dalam laporan publik sebagai ukuran keberhasilan operasi suatu korporasi.
3. Sebagai kriteria untuk menentukan ketersediaan dividen.
4. Oleh otoritas yang mengatur tarif untuk menyelidiki apakah tarif tersebut wajar dan
sesuai.
5. Sebagai pedoman bagi pengelola yang ditugaskan untuk mendistribusikan laba kepada
pemilik properti sambil menjaga yang utama untuk pewaris properti.
6. Sebagai pedoman bagi manajemen suatu perusahaan dalam melakukan urusan-
urusannya.
Penentuan laba juga penting karena nilai perusahaan dikaitkan dengan labanya saat ini
dan di masa depan, dan walaupun konsep laba telah digunakan secara luas di dalam
perekonomian kita, terdapat ketidaksepakatan umum terkait definisi-definisi yang sesuai atas
laba (income). Mereka yang mengadopsi pendekatan laporan posisi keuangan, memandang
laba sebagai peningkatan dalam kekayaan neto-net worth (peningkatan neto dalam nilai aset)
yang telah terjadi selama satu periode; ini adalah pendekatan ekonomi. Mereka yang condong
pada pendekatan laba rugi memandang laba sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas tertentu yang
telah terjadi selama satu periode. Mereka juga memandang laporan posisi keuangan sebagai
daftar komponen-komponen yang tersisa setelah laba ditentukan dengan menandingkan biaya
dan pendapatan; ini adalah pendekatan transaksi.
SIFAT LABA
Laba dapat memiliki berbagai bentuk; misalnya, Bedford mencatat bahwa sejumlah
literatur biasanya membahas tiga konsep dasar untuk laba, yaitu:
1. Laba psikis (psychic income) mengacu pada pemenuhan keinginan-keinginan manusia.
2. Laba uang (money income) mengacu pada peningkatan valuasi sumber daya moneter.
3. Laba riil (real income) mengacu pada peningkatan kekayaan ekonomi.
Ketiga konsep ini semuanya penting, namun masing-masing memiliki satu atau
beberapa masalah implementasi. Pengukuran laba psikis sulit dilakukan karena keinginan
manusia tidak bisa dikuantifikasi dan dipenuhi pada berbagai tingkatan saat seseorang
mendapatkan laba riil. Laba uang mudah diukur, tetapi tidak mempertimbangkan perubahan
dalam nilai unit moneter. Para ekonom umumnya sepakat bahwa tujuan mengukur laba
adalah menentukan seberapa baikkah suatu entitas selama periode waktu tertentu.
Konsekuensinya, para ekonom telah memusatkan perhatiannya pada penentuan laba ril.
Definisi konsep laba ekonomi biasanya mengacu pada definisi yang diberikan oleh ekonom
JR. Hicks, yang mengatakan bahwa tujuan perhitungan laba dalam urusan praktis adalah
memberikan orang-orang suatu indikasi mengenai jumlah yang dapat mereka konsumsi tanpa
memiskinkan diri sendiri.
Definisi Hicksian menekankan pada laba individual; namun, konsep ini dapat juga
digunakan sebagai dasar untuk menentukan laba usaha dengan mengubah kata konsumsi
(consume) menjadi distribusi (distribute). Kondisi yang lebih baik (well offness) di awal dan
di akhir setiap periode akuntansi adalah jumlah aset neto (asset dikurangi liabilitas) yang
tersedia untuk menjalankan semua urusan entitas bisnis. Laba usaha adalah perubahan aset
neto yang dihasilkan dari aktivitas bisnis selama periode akuntansi. Oleh karena itu, laba
usaha adalah perubahan aset neto selama periode akuntansi, tidak termasuk investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik. Konsep penentuan laba ini disebut sebagai konsep
pengelolaan modal (capital maintenance) oleh para akuntan yang menyatakan tidak adanya
laba yang harus diakui sampai modal (ekuitas atau aset neto) telah dipertahankan atau biaya
yang dikeluarkan telah diperoleh manfaatnya. Namun demikian, dari sudut pandang praktis,
terdapat perbedaan pendapat mengenai pengukuran yang sesuai untuk kondisi yang lebih
baik-well-offness (nilai aset neto).
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pengakuan adalah proses formal dari pelaporan suatu transaksi atau peristiwa dalam
laporan keuangan perusahaan, sedangkan realisasi adalah proses konversi aset nonkas
menjadi kas atau klaim atas kas. Secara historis, dengan akuntansi berbasis transaksi,
pendapatan diakui ketika pendapatan tersebut terealisasi atau bisa direalisasi. Oleh karena itu,
pengakuan akuntansi mengandalkan penentuan terkait kapan realisasi akan terjadi.
Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, kritik terhadap proses akuntansi lebih menyukai
konsep laba ekonomi riil, yang mana pendapatan terus-menerus diterima sepanjang waktu,
tetapi akuntan berpendapat alangkah tidak praktisnya mencatat pendapatan secara terus-
menerus. Oleh karenanya, perlu kiranya memilih waktu yang tepat untuk mencatat terjadinya
pendapatan.
Pada tahun 1964, American Accounting Association Committee on Realization
membahas permasalahan ini dan merekomendasikan bahwa konsep realisasi dapat diperbaiki
jika kriteria-kriteria berikut diterapkan: Pendapatan harus dapat diukur, pengukurannya harus
diverifikasi oleh transaksi pasar eksternal, dan peristiwa krusialnya harus sudah terjadi.
Sebelum pengadopsian FASB ASC 606, perusahaan biasanya mengakui pendapatan
pada saat mereka menjual produk atau jasanya (titik penjualan). Namun, suatu perusahaan
dapat mempercepat atau menunda pengakuan pendapatannya dalam siklus aktivitas produksi-
labanya karena keadaan-keadaan yang dikaitkan dengan penjualan.
Sampai FASB ASC 606 diadopsi, perusahaan-perusahaan mengakui pendapatannya
ketika kedua kondisi berikut ini terpenuhi:
1. Pendapatan tersebut telah direalisasi" atau "bisa direalisasi". Realisasi berarti produk
atau jasa telah dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas.
2. Pendapatan telah diterima. Pendapatan dianggap diterima ketika suatu perhak telah
melakukan semua yang harus dilakukannya agar dapat dianggap memperoleh manfaat
yang direpresentasikan oleh pendapatan tersebut.
2. Multiple-Deliverable Arrangement
Salah satu masalah paling sulit terkait pengakuan pendapatan melibatkan Mutiple-
Deliverable Arrangement (MDA). Pemasok sering kali memberikan banyak produk atau
jasa ke para pelanggannya sebagai bagian dari satu perjanjian atau serangkaian perjanjian
yang berkaitan. Deliverable tersebut dapat diberikan pada waktu yang berbeda atau
selama periode waktu yang berbeda.
Sebelum tahun 2003, pedoman pengakuan pendapatan dalam GAAP AS umumnya
terbatas pada satu deliverable saja. Oleh karena itu, sulit, bahkan tidak mungkin mencari
metode pengakuan pendapatan yang bisa diterapkan terhadap gabungan deliverable
tersebut.
Pada tahun 2000, Emerging Issues Task Force (EITF) menambahkan permasalahan
ke agendanya dan setelah pembahasan selama tiga tahun, mereka mengeluarkan EITF
issue No. 00-21, Revenue Arrangements with Multiple Deliverables. Perusahaan dan
banyak investor mengaku bahwa pengakuan pendapatan untuk MDA dengan pedoman
yang ada mendistorsi dasar ekonomi dari transaksi dalam berbagai perjanjian.
Dalam usaha mengurangi permasalahan-permasalahan, FASB mengeluarkan EITF
09-13, Revenue Arrangements with Multiple Deliverables, pada bulan Oktober 2009.
Berdasarkan ketentuan tersebut, persyaratan nilai wajar dari EITF 00-8 dikesampingkan
dengan memperkenalkan konsep harga jual relatif (Relative Selling Price-RSP) yang
memungkinkan perusahaan menggunakan estimasi harga jual terbaik untuk menentukan
harga jual suatu bagian MDA.
EITF 09-13 menetapkan hierarki baru untuk bukti harga jual sebagai berikut:
VSOE-Vendor specific Objective Evidence. VSOE adalah harga suatu bagian MDA
ketika perusahaan menjualnya di pasar terbuka secara terpisah dari transaksi yang
digabungkan.
TPE-Third Party Evidence. Ukuran untuk menetapkan harga pada kriteria ini adalah
harga yang digunakan oleh perusahaan pesaing atau pihak ketiga lainnya untuk
menjual bagian MDA yang serupa dalam transaksi atau situasi yang sama.
RSP-Relative Selling Price adalah harga yang akan digunakan manajemen untuk
bagian MDA jika bagian tersebut dijual secara terpisah dalam kondisi biasa yang
konsisten dengan praktik penjualan perusahaan.
Perjanjian Lisensi-Dalam FASB ASC Topic 606, FASB memberikan pedoman untuk
mengidentifikasi apakah perjanjian lisensi harus diakui sebagai pendapatan dari waktu ke
waktu. Pedoman ini juga memberikan pengecualian terhadap pedoman lisensi umum
untuk perjanjian royalti berbasis penjualan atau perjanjian royalti berbasis penggunaan.
FASB menerbitkan draf eksposur berjudul “Mengidentifikasi Kewajiban Pelaksanaan dan
Lisensi (ldentifying Performance Obligations and Licensing)" dalam upaya membantu
mengklarifikasi pedoman yang terkait degan situasi-situasi lisensi.
Pengungkapan
FASB ASC 606 mengharuskan sejumlah perusahaan untuk memberikan berbagai
pengungkapan mengenai pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak-kontrak
dengan pelanggan. Tujuan dari pengungkapan-pengungkapan tersebut adalah
memberikan kecukupan informasi bagi para pengguna laporan keuangan agar dapat
memahami sifat, jumlah, waktu, dan ketidakpastian terkait jumlah pendapatan dan kas
tersebut. Informasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang diperlukan harus
diungkapkan, termasuk:
1. Kontrak-kontrak dengan para pelanggan-pendapatan dan penurunan nilai diakui,
pemilahan pendapatan, serta informasi mengenai saldo kontrak dan kewajiban
pelaksanaan (termasuk harga transaksi yang dialokasikan ke kewajiban
pelaksanaanyang ada).
2. Penilaian penting dan perubahan dalam penilaian tersebut, seperti menentukan waktu
pemenuhan kewajiban pelaksanaan (sepanjang waktu atau pada waktu tertentu), dan
menentukan harga transaksi, serta jumlah yang dialokasikan ke kewajiban
pelaksanaan.
3. Aset-aset yang diakui dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau
memenuhi kontrak.
PENANDINGAN
Setelah perusahaan memenuhi kriteria FASB ASC 606 dan mengakui pendapatan,
perusahaan selanjutnya harus mengidentifikasi semua beban yang dikaitkan dengan upaya
menghasilkan pendapatan tersebut. Proses mengaitkan pendapatan dengan beban ini disebut
sebagai konsep penandingan (matching concept). Dari sudut pandang konseptual,
menandingkan pendapatan dengan beban yang terkait berhubungan dengan usaha yang
dilakukan dan hasil yang dicapai. Walaupun ini merupakan konsep yang cukup mudah untuk
dipahami, menandingkan pendapatan dan beban menuntut pertimbangan yang seksama dalam
praktiknya. Penentuan kapan biaya-biaya tidak lagi menghasilkan manfaat di masa depan dan
kemudian harus membebankannya ke pendapatan tergantung pada definisi-definisi dari
istilah biaya (cost), aset (asset), beban (expense), dan kerugian (loss). Definisi biaya dalam
konteks ini terdapat di dalam Accounting Terminology Bulletin No.1, sementara beban, aset,
dan kerugian didefinisikan di dalam SFAC No. 6.
Biaya produk (product cost) adalah kedaluwarsanya biaya yang dapat langsung
dikaitkan dengan produk perusahaan, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dan overhead pabrik langsung. Selain itu, telah menjadi praktik umum untuk langsung
membebankan beberapa biaya ke produk, seperti overhead tidak langsung, meskipun tidak
ada cara yang langsung mengaitkan biaya dengan produk tertentu. Terakhir, biaya produk
diperlakukan sebagai beban berdasarkan jumlah produk yang terjual.
Sebaliknya, biaya periodik (period cost) adalah kedaluwarsanya biaya yang lebih erat
kaitannya dengan periode waktu daripada produk, misalnya, gaji bagian administrasi atau
biaya iklan. Biaya periodik diperlakukan sebagai beban berdasarkan periode manfaatnya.
Terakhir, harus dicatat bahwa kemampuan perusahaan untuk mengakui laba sangat
tergantung pada kemampuannya mengukur arus masuk (pendapatan) dan arus keluar yang
terkait (beban).
MANAJEMEN LABA
Manajemen laba adalah aspek lain dari masalah kualitas laba. Manajemen laba
(earnings management) didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pejabat korporat
untuk memengaruhi laba jangka pendek yang dilaporkan. Suatu kajian menemukan bahwa
manajemen laba terjadi karena berbagai alasan, termasuk memengaruhi pasar saham,
meningkatkan kompensasi manajemen, mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian
pinjaman, dan menghindari intervensi dari para regulator pemerintah. Manajer mungkin
berusaha mengelola laba karena mereka meyakini bahwa laba yang dilaporkan memengaruhi
keputusan investor dan kreditur. Dalam banyak kasus, teknik-teknik manajemen laba
dirancang untuk memperbaiki pengaruh laba yang dilaporkan dan menurunkan biaya modal
perusahaan.
Menilai ketepatan teknik manajemen laba tergantung pada tujuannya. Jenis-jenis
teknik manajemen laba seperti ini dianggap sah; praktik manajemen laba yang dianggap
menyalahi hukum dan kesalahan penyajian laba menjadi perhatian SEC dan lembaga
investasi. Pada tahun 1998, Arthur Levitt, mantan ketua SEC, menguraikan lima teknik
manajemen laba yang disebutnya mengancam integritas pelaporan keuangan, yaitu:
1. Taking a bath. Pada satu waktu, melebihsajikan beban restrukturisasi untuk mengurangi
besarnya aset, yang mana hal ini akan mengurangi besarnya beban di masa depan.
Ekspektasinya adalah bahwa kerugian yang terjadi pada satu waktu tersebut didiskontokan
di pasar oleh para analis dan investor yang akan lebih focus pada laba masa depan.
2. Creative acquisition accounting. Menghindari beban di masa depan dengan membebankan
biaya riset dan pengembangan dalam proses pada satu waktu.
3. “Cookie jar” reserves. Melebihsajikan retur penjualan atau biaya garansi di masa kinerja
perusahaan sedang bagus dan menggunakan nilai lebih saji tersebut di masa kinerja
perusahaan sedang buruk untuk mengurangi beban yang serupa.
4. Penyalahgunaan konsep materialitas. Dengan sengaja mencatat sejumlah kesalahan atau
mengabaikan kesalahan dalam laporan keuangan berdasarkan asumsi bahwa dampaknya
tersebut tidak signifikan.
5. Pengakuan pendapatan yang tidak tepat. Mencatat pendapatan sebelum diterima. Tercatat
bahwa lebih dari separuh kasus penindakan yang dilakukan SEC pada tahun 1999 dan
2000 melibatkan masalah-masalah pengakuan pendapatan yang tidak tepat.
Pada tanggal 28 Mei 2014, IASB mengeluarkan IFRS No. 15, "Revenue from Contracts
with Customers." Pernyataan tersebut sepenuhnya dikonvergensi dengan ASU 2014-09,
"Revenue from Contracts with Customers" (Topic 606) dan berlaku untuk semua periode
pelaporan tahunan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2018. Pernyataan ini
menggantikan IAS No. 18, "Revenue;" IAS No. 11, "Construction Contracts;" dan sejumlah
interpretasi yang berkaitan dengan pendapatan