Anda di halaman 1dari 22

FILSAFAT ILMU AKUNTANSI

RESUME BUKU SCHROEDER BAB 4&5

ACHMAD ANTA R. PERDANA (7774230006)

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
BAB 4
METODOLOGI RISET DAN TEORI TENTANG PENGGUNAAN INFORMASI

4.1 Metodologi Riset


Akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metodologi penelitian.
Di antara metodologi yang lebih umum diidentifikasi adalah pendekatan deduktif, pendekatan
induktif, pendekatan pragmatis, pendekatan etika, dan pendekatan perilaku. Pada bagian ini kami
menjelaskan secara singkat masing-masing pendekatan penelitian ini. Selain itu, kami
menyajikan metode penyelidikan ilmiah yang pada hakikatnya merupakan gabungan antara
penalaran deduktif dan induktif, sebagai pedoman penelitian dalam pengembangan teori
akuntansi.

A. Pendekatan deduktif dalam pengembangan teori diawali dengan mengidentifikasi tujuan.


Setelah tujuan diidentifikasi, definisi dan asumsi utama tertentu harus dinyatakan.
Peneliti kemudian harus mengembangkan struktur logis untuk mencapai tujuan,
berdasarkan definisi dan asumsi. Metodologi ini sering digambarkan sebagai “beralih dari
yang umum ke yang khusus.” Jika teori akuntansi ingin dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan deduktif, peneliti harus mengembangkan struktur yang
mencakup tujuan akuntansi, lingkungan di mana akuntansi beroperasi, definisi dan
asumsi sistem, serta prosedur dan praktik. semuanya mengikuti pola logis. Pendekatan
deduktif pada dasarnya adalah jenis penelitian mental atau “kursi”. Validitas teori
akuntansi apa pun yang dikembangkan melalui proses ini sangat bergantung pada
kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi dengan benar dan menghubungkan berbagai
komponen proses akuntansi dengan cara yang logis. Sejauh peneliti salah dalam
menentukan tujuan, lingkungan, atau kemampuan prosedur untuk mencapai tujuan,
kesimpulan yang diambil juga akan salah.
B. Pendekatan induktif dalam penelitian menekankan pada melakukan observasi dan
menarik kesimpulan dari observasi tersebut. Dengan demikian metode ini digambarkan
sebagai “beralih dari yang khusus ke yang umum” karena peneliti menggeneralisasikan
alam semesta berdasarkan pengamatan terbatas terhadap situasi yang spesifik.
C. Pendekatan pragmatis dalam pengembangan teori didasarkan pada konsep kegunaan atau
kegunaan. Setelah masalah teridentifikasi, peneliti berupaya menemukan solusi yang
bermanfaat, yaitu solusi yang akan menyelesaikan masalah. Hal ini tidak berarti bahwa
solusi optimal telah ditemukan atau bahwa solusi tersebut akan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Banyak pengembangan teori selanjutnya juga menggunakan pendekatan ini. Akibatnya,


profesi akuntansi harus sering mengakui bahwa praktik tertentu diikuti hanya karena “itu adalah
cara yang selalu kami lakukan,” yang merupakan alasan yang paling tidak memuaskan, terutama
ketika pertanyaan seperti itu muncul dalam tuntutan hukum.

Metode inkuiri ilmiah, seperti namanya, dikembangkan untuk ilmu-ilmu alam dan fisika
dan tidak khusus untuk ilmu-ilmu sosial seperti akuntansi. Terdapat beberapa batasan yang jelas
dalam penerapan metodologi penelitian ini pada akuntansi; misalnya, pengaruh manusia dan
lingkungan ekonomi membuat variabel-variabel tersebut tidak mungkin dipertahankan secara
konstan. Meskipun demikian, pemahaman tentang metode ilmiah dapat memberikan wawasan
yang berguna tentang bagaimana penelitian harus dilakukan.

Pergerakan bolak-balik yang terlibat dalam metode ilmiah juga menunjukkan mengapa
sulit melakukan penelitian yang murni deduktif atau induktif. Setelah masalah teridentifikasi,
pernyataan hipotesis pada dasarnya merupakan proses deduktif, namun peneliti sebelumnya
harus melakukan beberapa pengamatan untuk merumuskan harapan. Pengumpulan data pada
dasarnya merupakan proses induktif, namun menentukan apa yang diamati dan data mana yang
dikumpulkan akan dipengaruhi oleh hipotesis. Dengan demikian peneliti dapat, pada saat
tertentu, menekankan induksi atau deduksi, namun masing-masing dipengaruhi oleh yang lain,
dan penekanannya terus-menerus bergeser sehingga kedua pendekatan tersebut merupakan aspek
yang terkoordinasi dari satu metode.

4.2 Hasil Penyediaan Informasi Akuntansi

Perkembangan teori akuntansi tidak akan menyelesaikan semua kebutuhan pengguna


informasi akuntansi. Teori juga harus dikembangkan untuk memprediksi reaksi pasar terhadap
informasi akuntansi dan bagaimana pengguna bereaksi terhadap data akuntansi. Bagian berikut
menjelaskan penggunaan akuntansi dan informasi lainnya oleh individu dan menyajikan
beberapa teori tentang bagaimana pengguna bereaksi terhadap data akuntansi.

Investor individu menggunakan semua informasi keuangan yang tersedia untuk


membantu memperoleh atau melepaskan sekuritas yang terkandung dalam portofolio investasi
mereka yang konsisten dengan preferensi risiko mereka dan ekspektasi keuntungan yang
ditawarkan oleh investasi mereka. Salah satu metode yang tersedia bagi investor untuk
mengambil keputusan adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan upaya
untuk mengidentifikasi sekuritas individual yang mengalami mispricing dengan meninjau
seluruh informasi keuangan yang tersedia. Data ini kemudian digunakan untuk memperkirakan
jumlah dan waktu arus kas masa depan yang ditawarkan oleh peluang investasi dan untuk
memasukkan tingkat risiko yang terkait untuk menghasilkan harga saham yang diharapkan untuk
suatu sekuritas. Harga saham yang didiskon ini kemudian dibandingkan dengan harga pasar
sekuritas saat ini, sehingga memungkinkan investor untuk membuat keputusan beli-tahan-jual.

Analisis investasi dapat dilakukan oleh investor sendiri atau oleh analis sekuritas. Karena
pelatihan dan pengalaman mereka, analis sekuritas mampu memproses dan menyebarkan
informasi keuangan dengan lebih akurat dan ekonomis dibandingkan investor individu. Analis
sekuritas dan investor individu menggunakan laporan keuangan yang dipublikasikan, laporan
pendapatan triwulanan, dan informasi yang terkandung dalam bagian Analisis dan Pembahasan
Manajemen pada laporan tahunan, khususnya bagian yang berisi informasi berwawasan ke depan
dan rencana perusahaan. Setelah meninjau sumber-sumber informasi ini, analis sekuritas sering
kali membuat perkiraan pendapatan triwulanan mereka sendiri untuk perusahaan-perusahaan
yang paling banyak dimilikinya. Selanjutnya, ketika informasi triwulanan perusahaan dirilis,
analis sekuritas mengomentari kinerja perusahaan dan dapat membuat rekomendasi beli-tahan-
jual.

Perkiraan dan rekomendasi analis keamanan dapat mempengaruhi harga pasar saham
perusahaan. Misalnya, pada tanggal 17 April 2000, IBM merilis laporan pendapatan
triwulanannya setelah pasar saham tutup. Laporan tersebut menunjukkan bahwa kinerja kuartal
pertama IBM lebih baik dari yang diperkirakan. Namun demikian, saham perusahaan turun $6,50
dari $111,50 menjadi $105 karena beberapa analis sekuritas telah menurunkan peringkat saham
mereka berdasarkan ekspektasi pendapatan IBM yang lebih rendah untuk kuartal kedua tahun
2000. Penurunan nilai saham IBM mungkin dipengaruhi oleh fakta bahwa pasar saham secara
keseluruhan juga mengalami penurunan pada tanggal 18 April 2000, namun contoh ini
menggambarkan bagaimana persepsi investor terhadap ekspektasi masa depan dapat
mempengaruhi harga saham.

Para pendukung teori ini mengklaim bahwa pasar keuangan memberi harga pada aset
sesuai dengan nilai intrinsiknya, berdasarkan semua informasi yang tersedia secara publik. Oleh
karena itu harga saham suatu perusahaan secara akurat mencerminkan nilai perusahaan setelah
memasukkan informasi yang tersedia mengenai pendapatan perusahaan, prospek usaha, dan
informasi relevan lainnya. Diskusi EMH dalam literatur akademis telah mendefinisikan semua
informasi yang tersedia dalam tiga cara berbeda, sehingga menghasilkan tiga bentuk EMH yang
terpisah: bentuk lemah , bentuk setengah kuat, dan bentuk kuat. EMH berpendapat bahwa
investor tidak dapat memperoleh keuntungan berlebih (pengembalian di atas yang diharapkan
untuk sekelompok sekuritas, mengingat kondisi pasar dan risiko yang terkait dengan sekuritas
tersebut) dengan mengetahui informasi tertentu. Ketiga bentuk EMH berbeda dalam hal definisi
informasi yang tersedia.

4.3 Tantangan Penelitian Hipotesis Pasar Efisien

EMH menghadirkan tantangan penelitian yang menarik bagi akuntan. Krisis keuangan
pada tahun 2007–2009 menunjukkan bahwa pasar gagal memasukkan beberapa informasi seperti
gelembung perumahan atau tingkat risiko tidak berkelanjutan yang ditawarkan oleh sekuritas
berbasis hipotek dan telah menimbulkan kritik tambahan. Salah satu ahli strategi pasar bahkan
menyatakan bahwa EMH bertanggung jawab atas krisis keuangan, dan menyatakan bahwa
kepercayaan terhadap hipotesis tersebut menyebabkan komunitas investasi meremehkan bahaya
pecahnya gelembung aset. Jurnalis resmi Roger Lowenstein menyerang teori tersebut.

Teori akuntansi. Beberapa kritikus akuntansi berpendapat bahwa kurangnya keseragaman


dalam prinsip akuntansi telah memungkinkan manajer perusahaan untuk memanipulasi
pendapatan dan menyesatkan investor. Argumen ini didasarkan pada asumsi bahwa laporan
akuntansi merupakan sumber informasi utama suatu organisasi bisnis. Hasil penelitian EMH
menunjukkan bahwa harga saham tidak ditentukan hanya oleh laporan akuntansi. Kesimpulan ini
mengarahkan para peneliti untuk menyelidiki bagaimana laba akuntansi berhubungan dengan
harga saham.

Hasil investigasi ini menyiratkan bahwa laba akuntansi berkorelasi dengan return
sekuritas. Penelitian akuntansi lainnya bergantung pada temuan penelitian yang mendukung
EMH untuk menguji persepsi pasar terhadap angka akuntansi dan pengungkapan keuangan.
Penelitian ini didasarkan pada premis bahwa pasar yang efisien mengandung arti bahwa harga
pasar saham suatu perusahaan mencerminkan konsensus investor mengenai nilai perusahaan.
Jadi, jika informasi akuntansi atau pengungkapan keuangan lainnya memasukkan item-item yang
mempengaruhi nilai perusahaan, maka hal tersebut harus tercermin dalam harga sekuritas
perusahaan.

4.4 Keuangan Prilaku

Hipotesis pasar efisien menjadi lebih dari sekedar teori keuangan pada periode setelah
diperkenalkan oleh Eugene Fama pada tahun 1970. EMH menjadi landasan bagi apa yang
kemudian dikenal sebagai teori pasar rasional. Teori ini menyatakan bahwa semakin banyak
instrumen keuangan yang dikembangkan dan diperdagangkan, maka semakin banyak pula
rasionalitas dalam aktivitas perekonomian. Teori ini menyatakan bahwa pasar keuangan
memiliki pengetahuan yang unggul dan mengatur aktivitas ekonomi dengan cara yang tidak
dapat ditandingi oleh pemerintah. Teori pasar rasional menjadi landasan kebijakan ekonomi
nasional selama masa jabatan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan, yang memimpin badan ini
dari tahun 1986 hingga 2009. Pendekatannya, yang menentang intervensi pemerintah di pasar,
membantu membentuk kembali tahun 1980an dan 1990an dengan mendorong para pembuat
kebijakan untuk membuka perekonomian mereka terhadap kekuatan pasar, dan menghasilkan era
deregulasi. Namun, semuanya berubah pada tahun 2007.

Pada tahun-tahun sebelum tahun 2007, ketersediaan kredit yang mudah di Amerika
Serikat menyebabkan ledakan pembangunan perumahan dan memfasilitasi belanja konsumen
yang dibiayai utang. dan konsisten dengan langkah 3 dan 4 pendekatan Kuhnian terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan yang dibahas oleh SATTA dan diulas di Bab 2. Jika demikian,
paradigma yang ada ditemukan kurang dan pencarian paradigma baru pun dimulai. Standar
pinjaman yang longgar dan kenaikan harga real estat juga berkontribusi terhadap gelembung real
estat, dan berbagai jenis pinjaman mudah diperoleh. Akibatnya, konsumen menanggung beban
utang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai bagian dari booming perumahan dan
kredit, jumlah perjanjian keuangan seperti sekuritas berbasis hipotek (MBS), yang nilainya
berasal dari pembayaran hipotek dan harga rumah, meningkat pesat. Perjanjian ini
memungkinkan institusi dan investor di seluruh dunia untuk berinvestasi di pasar perumahan AS.
Seperti yang ditunjukkan sebelumnya dalam bab ini, investor sering kali ingin menggunakan
informasi akuntansi dalam upaya meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan. Secara
umum diasumsikan bahwa investor individu yang rasional menghindari risiko. Konsekuensinya,
investasi yang lebih berisiko harus menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi untuk
menarik investor. Dari sudut pandang akuntansi, ini berarti investor memerlukan informasi
mengenai risiko dan keuntungan yang diharapkan. Model penetapan harga aset modal (CAPM)
adalah upaya untuk menghadapinya.

4.5 Jenis-jenis Resiko

Beberapa risiko bersifat khusus pada saham biasa suatu perusahaan tertentu. Misalnya,
nilai saham suatu perusahaan mungkin turun ketika perusahaan tersebut kehilangan pelanggan
utama, seperti ketika Ford Motor Company kehilangan Hertz sebagai pembeli mobil sewaan. Di
sisi lain, kekuatan lingkungan secara keseluruhan menyebabkan fluktuasi di pasar saham yang
mempengaruhi seluruh harga saham, seperti krisis minyak pada tahun 1974.

Kedua jenis risiko ini disebut risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko tidak
sistematis adalah bagian dari risiko tertentu perusahaan yang dapat didiversifikasi. Risiko
sistematis adalah bagian yang tidak dapat didiversifikasi yang terkait dengan pergerakan pasar
saham secara keseluruhan dan akibatnya tidak dapat dihindari. Sebelumnya pada bab ini, kami
menunjukkan bahwa EMH menyarankan agar investor tidak dapat menemukan sekuritas yang
dinilai terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena konsensus pasar akan dengan cepat memasukkan
semua informasi yang tersedia ke dalam harga saham suatu perusahaan. Namun, informasi
keuangan tentang suatu perusahaan dapat membantu menentukan jumlah risiko sistematis yang
terkait dengan suatu saham tertentu.

Teori akuntansi keuangan berupaya menentukan peristiwa mana yang harus dicatat,
bagaimana data yang dicatat harus diringkas, dan bagaimana data harus disajikan. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, teori akuntansi telah berkembang secara pragmatis. Jika suatu praktik
atau metode telah digunakan di masa lalu oleh sejumlah besar akuntan untuk memuaskan
kebutuhan pelaporan tertentu, penggunaannya yang berkelanjutan dapat diterima. Selain itu,
sebagaimana disebutkan dalam Bab 2, hanya sedikit upaya untuk mengembangkan teori
akuntansi komprehensif yang dilakukan sebelum Perang Dunia II. Sejak saat itu, permintaan
akan teori akuntansi semakin meningkat. Dalam beberapa dekade terakhir, upaya untuk
memenuhi permintaan ini telah meresap ke dalam literatur akuntansi. Upaya ini sangat
bergantung pada teori yang dikembangkan di bidang matematika, ekonomi, dan keuangan.

4.6 Teori Agensi

Upaya untuk mendeskripsikan laporan keuangan dan teori akuntansi yang menjadi asal
muasalnya, serta menjelaskan perkembangannya berdasarkan teori ekonomi harga, agensi,
pilihan publik, dan regulasi ekonomi, telah dikategorikan sebagai teori keagenan. Teori keagenan
adalah teori akuntansi positif yang mencoba menjelaskan praktik dan standar akuntansi.
Penelitian ini mengambil EMH begitu saja dan memandang akuntansi sebagai pemasok
informasi ke pasar modal. Asumsi dasar teori keagenan adalah bahwa individu memaksimalkan
utilitas yang diharapkan dan memiliki banyak akal serta inovatif dalam melakukannya. Oleh
karena itu permasalahan yang diangkat oleh teori agensi adalah sebagai berikut: Apa manfaat
yang diharapkan individu dari suatu tindakan tertentu? Dengan kata lain, apa manfaat yang
diperoleh manajer atau pemegang saham dari keputusan perusahaan? Perlu juga dicatat bahwa
kepentingan manajer dan pemegang saham seringkali tidak sama.

Keagenan didefinisikan sebagai hubungan suka sama suka antara dua pihak, dimana salah satu
pihak (agen) setuju untuk bertindak atas nama pihak lainnya (prinsipal) . Misalnya, hubungan
antara pemegang saham dan manajer suatu perusahaan merupakan hubungan keagenan, begitu
pula hubungan antara manajer dan auditor, dan pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil,
hubungan antara auditor dan pemegang saham.

4.7 Penelitian Perspektif Kritis

Pembahasan kami sebelumnya tentang EMH, keuangan perilaku, CAPM, teori keagenan, dan
HIP mencakup referensi ke studi penelitian yang mencoba menguji hipotesis yang mendasari
teori-teori ini dibangun. Pengujian tersebut membawa asumsi bahwa pengetahuan tentang fakta
dapat diperoleh melalui observasi dan bahwa penelitian akuntansi sepenuhnya objektif.
Penelitian perspektif kritis menolak pandangan bahwa pengetahuan akuntansi didasarkan pada
prinsipprinsip objektif. Sebaliknya, para peneliti yang mengadopsi sudut pandang ini memiliki
keyakinan yang sama terhadap ketidakpastian klaim pengetahuan. Pandangan mereka tentang
ketidakpastian menolak anggapan bahwa pengetahuan secara eksternal hanya didasarkan pada
sistem aturan yang lebih unggul dibandingkan cara lain dalam memahami fenomena. Peneliti
perspektif kritis berupaya menafsirkan sejarah akuntansi sebagai jaringan kompleks peristiwa
ekonomi, politik, dan kejadian yang tidak disengaja.

BAB 5
KONSEP LABA PENGAKUAN DAN PENANDINGAN PENDAPATAN

PENDAHULUAN

Penentuan laba juga penting karena nilai perusahaan dikaitkan dengan labanya saat ini dan
di masa depan, dan walaupun konsep laba telah digunakan secara luas di dalam perekonomian
kita, terdapat ketidaksepakatan umum terkait definisi-definisi yang sesuai atas laba (income).
Mereka yang mengadopsi pendekatan laporan posisi keuangan, memandang laba sebagai
peningkatan dalam kekayaan neto-net worth (peningkatan neto dalam nilai aset) yang telah
terjadi selama satu periode; ini adalah pendekatan ekonomi. Mereka yang condong pada
pendekatan laba rugi memandang laba sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas tertentu yang telah
terjadi selama satu periode. Mereka juga memandang laporan posisi keuangan sebagai daftar
komponen-komponen yang tersisa setelah laba ditentukan dengan menandingkan biaya dan
pendapatan; ini adalah pendekatan transaksi.

SIFAT LABA
Laba dapat memiliki berbagai bentuk; misalnya, Bedford mencatat bahwa sejumlah
literatur biasanya membahas tiga konsep dasar untuk laba, yaitu:

1. Laba psikis (psychic income) mengacu pada pemenuhan keinginan-keinginan manusia.


2. Laba uang (money income) mengacu pada peningkatan valuasi sumber daya moneter.
3. Laba riil (real income) mengacu pada peningkatan kekayaan ekonomi.

Ketiga konsep ini semuanya penting, namun masing-masing memiliki satu atau beberapa
masalah implementasi. Pengukuran laba psikis sulit dilakukan karena keinginan manusia
tidak bisa dikuantifikasi dan dipenuhi pada berbagai tingkatan saat seseorang mendapatkan
laba riil. Laba uang mudah diukur, tetapi tidak mempertimbangkan perubahan dalam nilai
unit moneter. Para ekonom umumnya sepakat bahwa tujuan mengukur laba adalah
menentukan seberapa baikkah suatu entitas selama periode waktu tertentu. Konsekuensinya,
para ekonom telah memusatkan perhatiannya pada penentuan laba ril. Definisi konsep laba
ekonomi biasanya mengacu pada definisi yang diberikan oleh ekonom JR. Hicks, yang
mengatakan bahwa tujuan perhitungan laba dalam urusan praktis adalah memberikan orang-
orang suatu indikasi mengenai jumlah yang dapat mereka konsumsi tanpa memiskinkan diri
sendiri.

KONSEP-KONSEP PENGELOLAAN MODAL


Terdapat dua konsep pengelolaan modal yang utama, yaitu: pengelolaan modal keuangan
(financial capital maintenance) dan pengelolaan modal fisik (physical capital maintenance).
Pengelolaan modal keuangan terjadi ketika jumlah finansial (uang) atas aset neto suatu
perusahaan pada akhir periode melebihi jumlah finansial atas aset neto di awal periode, tidak
termasuk transaksi-transaksi dengan pemilik. Pandangan ini berbasis transaksi. Pandangan ini
merupakan pandangan konvensional terhadap pengelolaan modal yang digunakan oleh para
akuntan keuangan.
Pengelolaan modal fisik menyiratkan bahwa imbal hasil atas modal (laba) terjadi ketika
kapasitas produktif fisik suatu perusahaan di akhir periode melebihi kapasitas produktif fisiknya
di awal periode, tidak termasuk transaksi-transaksi dengan pemilik. Konsep ini menyiratkan
bahwa laba hanya diakui setelah memberikan penggantian fisik atas aset-aset operasi. Kapasitas
produktif fisik pada saat tertentu setara dengan nilai kini dari aset-aset neto yang digunakan
untuk memperoleh laba. Nilai kini (current value) berisi ekspektasi-ekspektasi terkait kekuatan
laba atas aset-aset neto di masa depan.
Perbedaan utama di antara pengelolaan modal fisik dan pengelolaan modal keuangan terletak
pada perlakuan terhadap kenaikan nilai dari aset yang dimiliki (holding gain) dan penurunan
nilai dari aset yang dimiliki (holding loss). Holding gain atau holding loss terjadi ketika nilai
komponen laporan posisi keuangan berubah selama periode akuntansi.

AKUNTANSI NILAI KINI


Konsep pengelolaan modal fisik meminta semua aset dan liabilitas dinyatakan pada nilai
kininya. Pendekatan paling umum untuk pengukuran nilai kini adalah harga masuk (entry price)
atau biaya penggantian (replacement cost), nilai keluaran (exit value) atau harga jual (selling
price), dan nilai sekarang yang terdiskonto (discounted present value) atas ekspektasi arus kas di
masa depan.

Harga Masuk atau Biaya Penggantian


Ketika kapasitas produktif diukur menggunakan biaya penggantian, sejumlah asset
dinyatakan sesuai biaya yang dikeluarkan untuk meggantinya dengan aset yang serupa dalam
kondisi yang sama. Dalam rangka mempertahankan kapasitas produktif fisik suatu entitas, entitas
tersebut harus menghasilkan kecukupan arus kas untuk memberikan penggantian fisik atas aset-
aset operasi. Untuk menentukan besarnya laba dengan pendekatan ini, pendaatan ditandingkan
(matched) dengan biaya kini untuk mengganti asset-aset tersebut. Konsekuensinya, laba dapat
didistribusikan ke para pemilik tanpa menurunkan nilai kapasitas fisik untuk melanjutkan operasi
di masa depan. Hasilnya, ketepatan penggunaan pendekatan nilai masukan (entry-value
approach) tergantung pada asumsi akuntansi mengenai kontinuitas bisnis.

Menurut Edwards dan Bell, harga masuk saat ini (current entry price) memungkinkan
adanya penilaian atas keputusan manajerial untuk menahan sejumlah aset dengan cara
memisahkan laba nilai kiní-current-value income (holding gain dan holding loss) dari laba
operasi saat ini (current operating income). Dengan asumsi bahwa seluruh operasi akan
berlanjut, dikotomi ini memungkinkan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang untuk
dinilai. Keuntungan yang sifatnya berulang dan relatif bisa dikendalikan dapat dievaluasi
sehubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhi operasi dari waktu ke waktu, tetapi berada
di luar kendali pihak manajemen. Biaya penggantian memberikan ukuran biaya untuk mengganti
kapasitas operasi kini, dan dengan demikian menjadi sarana untuk mengevaluasi seberapa
banyak perusahaan dapat mendistribusikannya ke para pemegang saham dengan masih
mempertahankan kapasitas produktifnya.

Nilai Keluaran atau Harga Jual


Pendekatan lain untuk menentukan nilai kini adalah nilai keluaran (exit value) atau harga
jual (selling price). Pendekatan penilaian ini menuntut adanya penilaian terhadap masing-masing
aset dari sudut pandang pelepasan (disposal). Setiap aset-persediaan, bangunan, peralatan, dan
lain sebagainya-akan dinilai berdasarkan harga jual yang akan direalisasi jika perusanaan
memilih untuk melepaskannya. Dalam menentukan harga keluaran yang setara dengan kas, aset
tersebut dianggap akan dijual dalam kondisi biasa, bukan karena desakan likuidasi.
Permasalahan ini memperoleh perhatian khusus dengan dikeluarkannya SFAS No. 157,
"Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value Measurements)".

Nilai keluaran adalah jenis biaya peluang (opportunity cost). Nilai ini mengukur
pengorbanan atas kepemilikan aset bukan ekspektasi biaya untuk menggantinya. Selain itu,
pengelolaan modal fisik didasarkan pada konsep kontinuitas, bukan likuidasi.

Nilai Sekarang yang Terdiskonto


Nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima dari suatu asset (atau
dicairkan untuk liabilitas) adalah nilai yang relevan atas asset (atau liabilitas) yang harus
diungkapkan dalam laporan posisi keuangan. Dengan metode ini, laba adalah selisih di antara
nila sekarang atas aset neto pada akhir periode dengan nilai sekarang atas asset tersebut di awal
periode, tidak termasuk pengaruh investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Proses
pengukuran ini mirip dengan konsep laba ekonomi karena nilai sekarang yang terdiskonto
mungkin adalah perkiraan yang paling dekat dengan nilai aktual atas aset-aset yang digunakan
dan dengan demikian dapat dipandang sebagai ukuran pengganti yang paling sesuai untuk
mengukur kondisi yang lebih baik.

Penggunaan pengukuran nilai sekarang dalam akuntansi memperoleh momentum tambahan


dengan dikeluarkannya SFAC No. 7, "Penggunaan Pengukuran Arus Kas dan Pengukuran Nilai
Sekarang dalam Akuntansi (Using Cash Flow Measurements and Present Value Measurements
in Accounting)" dan SFAS No. 157 oleh FASB. Meskipun demikian, tiga masalah pengukuran
yang utama terkait dengan konsep arus kas terdiskonto. Pertama, konsep ini tergantung pada
estimasi arus kas di masa depan berdasarkan periode waktu. Hasilnya, jumlah arus kas yang
perlu dihasilkan di mas depan dan waktu arus kas tersebut perlu dihasilkan harus ditentukan.
Masalah kedua adalah penentuan tingkat diskonto yang sesuai. Masalah ketiga muncul karena
aset-aset suatu perusahaan saling berkaitan.

Nilai Kini dan Model Akuntansi Historis


Walaupun model akuntansi saat ini sangat tergantung pada biaya historis, pernyataan-
pernyataan dan memorandum diskusi terbaru yang dikeluarkan oleh FASB menunjukkan
pergerakan ke arah penyediaan informasi nilai yang lebih kekinian. Salah satu contoh pertama
dari pengungkapan informasi biaya kini adalah SFAS No. 33 yang menetapkan pedoman bagi
pelaporan informasi biaya kini tambahan untuk aset-aset tertentu oleh perusahaan berskala besar
yang sahamnya diperdagangkan ke publik. Selain itu, SFAS No. 115 mewajibkan investasi-
investasi dalam instrumen keuangan tertentu untuk dilaporkan dengan nilai wajar, dan SFAS No.
157, "Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value Measurements)".

A. LABA EKONOMI VERSUS LABA AKUNTANSI


Dalam upaya mengatasi masalah pengukuran yang dikaitkan dengan penggunaan konsep laba
ekonomi, para akuntan awalnya berpendapat bahwa pendekatan transaksi (transaction approach)
harus digunakan untuk menghitung aset, liabilitas, pendapatan, dan beban. Pendekatan ini
mengandalkan asumsi bahwa elemen-elemen laporan keuangan harus dilaporkan ketika terdapat
bukti adanya pertukaran dengan pihak di luar perusahaan-outside exchange (atau transaksi wajar
- arm's length transaction). Akuntansi berbasis transaksi umumnya meminta laba yang
dilaporkan merupakan hasil dari kesepakatan dengan entitas di luar unit pelaporan dan
mendukung adanya prinsip realisasi. Prinsip realisasi (realization principle) berpendapat bahwa
laba harus diakui ketika proses perolehan laba telah selesai atau dianggap telah selesai, dan
transaksi pertukaran telah terjadi. Transaksi pertukaran adalah dasar akuntabilitas dan penentuan
waktu terjadinya pengakuan pendapatan beserta jumlah pendapatan yang harus dicatat. Hasil
laporan keuangan dinyatakan dalam bentuk modal finansial (uang) yang diinvestasikan dalam
aset neto dan imbal hasil atas investasi tersebut bagi para pemegang saham. Dengan demikian,
akuntansi berbasis transaksi konvensional dianggap konsisten dengan konsep pengelolaan modal
keuangan.

Akuntansi berbasis transaksi kontras dengan konsep laba ekonomi dalam hal penentuannya,
yang mana laba akuntansi ditentukan hanya dengan mengukur nilai aset neto yang tercatat saja,
tidak termasuk transaksi modal dan dividen selama periode tersebut. Konsep laba akuntansi
umumnya tidak berupaya untuk menempatkan nilai yang diharapkan pada perusahaan atau
melaporkan perubahan dalam ekspektasi nilai aset atau liabilitas.
Edwards dan Bell beranggapan bahwa hanya dengan sedikit perubahan dalam prosedur-
prosedur akuntansi saat ini, empat jenis laba dapat dipisahkan, yaitu:

1. Keuntungan operasi saat ini (current operating profit): kelebihan pendapatan penjualan atas
biaya kini dari input yang digunakan dalam produksi dan kemudian dijual.
2. Penghematan biaya yang bisa direalisasi (realizable cost savings): kenaikan harga atas aset-aset
yang dimiliki selama periode tersebut.
3. Penghematan biaya yang direalisasi (realized cost savings): selisih antara biaya historis dan
harga beli kini atas barang yang dijual.
4. Keuntungan modal yang direalisasi (realized capital gains): kelebihan hasil penjualan atas biaya
historis dari pelepasan aset-aset jangka panjang.

Edwards dan Bell berpendapat bahwa ukuran-ukuran tersebut merupakan indikasi adanya
kondisi yang lebih baik dan memberikan lebih banyak informasi bagi para pengguna yang bisa
digunakan untuk menganalisis hasil-hasil perusahaan.

FASB mengeluarkan SFAS No. 130, "Laba Komprehensif (Comprehensive Income)”. Laba
komprehensif (comprehensive income) diartikan sebagai seluruh perubahan dalam aset neto
selain transaksi-transaksi dengan pemilik. Tujuan utama pernyataan ini adalah menjadikan
komponen-komponen laba komprehensif lainnya (perubahan dalam aset dan liabilitas yang tidak
diungkapkan pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain) sama pentingnya
dengan nilai laba neto dalam laporan keuangan.

B. PENGAKUAN PENDAPATAN
Pengakuan adalah proses formal dari pelaporan suatu transaksi atau peristiwa dalam laporan
keuangan perusahaan, sedangkan realisasi adalah proses konversi aset nonkas menjadi kas atau
klaim atas kas. Secara historis, dengan akuntansi berbasis transaksi, pendapatan diakui ketika
pendapatan tersebut terealisasi atau bisa direalisasi. Oleh karena itu, pengakuan akuntansi
mengandalkan penentuan terkait kapan realisasi akan terjadi. Sebagaimana yang disebutkan
sebelumnya, kritik terhadap proses akuntansi lebih menyukai konsep laba ekonomi riil, yang
mana pendapatan terus-menerus diterima sepanjang waktu, tetapi akuntan berpendapat alangkah
tidak praktisnya mencatat pendapatan secara terus-menerus. Oleh karenanya, perlu kiranya
memilih waktu yang tepat untuk mencatat terjadinya pendapatan.

Pada tahun 1964, American Accounting Association Committee on Realization membahas


permasalahan ini dan merekomendasikan bahwa konsep realisasi dapat diperbaiki jika kriteria-
kriteria berikut diterapkan: Pendapatan harus dapat diukur, pengukurannya harus diverifikasi
oleh transaksi pasar eksternal, dan peristiwa krusialnya harus sudah terjadi.
Sebelum pengadopsian FASB ASC 606, perusahaan biasanya mengakui pendapatan pada
saat mereka menjual produk atau jasanya (titik penjualan). Namun, suatu perusahaan dapat
mempercepat atau menunda pengakuan pendapatannya dalam siklus aktivitas produksi-labanya
karena keadaan-keadaan yang dikaitkan dengan penjualan.

Sampai FASB ASC 606 diadopsi, perusahaan-perusahaan mengakui pendapatannya ketika


kedua kondisi berikut ini terpenuhi:

1. Pendapatan tersebut telah direalisasi" atau "bisa direalisasi". Realisasi berarti produk atau jasa
telah dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas.
2. Pendapatan telah diterima. Pendapatan dianggap diterima ketika suatu perhak telah melakukan
semua yang harus dilakukannya agar dapat dianggap memperoleh manfaat yang
direpresentasikan oleh pendapatan tersebut.

Secara umum dapat dikatakan jika orang-orang mulai meninggalkan pencatatan pendapatan
pada titik penjualan karena perubahan dalam tingkat kepastian seputar penerimaan kas atas
penjualan tersebut. Jika pengumpulan kas untuk transaksi tertentu memiliki tingkat kepastian
yang tinggi, maka perusahaan akan mempercepat pengakuan pendapatan. Di sisi lain, ketika
tingkat ketidakpastian pengumpulan kas yang ada sangat tinggi-ketika seorang pelanggan
penting mengumumkan kebangkrutan, misalnyanya-pengakuan pendapatan dapat ditunda.

ALTERNATIF TITIK-TITIK PENGAKUAN PENDAPATAN


Pendapatan Diakui selama Proses Produksi
Ketika produksi produk perusahaan berlangsung selama dua periode atau lebih, alokasi
pendapatan ke berbagai periode akuntansi dianggap penting untuk pelaporan yang tepat. Dalam
kasus seperti ini, metode pengakuan pendapatan yang disebut sebagai persentase penyelesaian
(percentage of completion) dapat digunakan jika perusahaan dapat mengestimasi progres
pemenuhan kewajibannya secara wajar. Hal ini berarti perusahaan mengakui pendapatan dan
laba bruto di setiap periodenya berdasarkan progres konstruksi. Metode ini digunakan dalam
akuntansi untuk kontrak konstruksi jangka panjang, seperti jalan, kapal, dan bendungan. Oleh
karena metode persentase penyelesaian mengakui pendapatan setelah diterima bukan menunggu
sampai transaksi telah diselesaikan, konsep pengakuan pendapatan memberikan pengukuran laba
yang lebih dekat dengan konsep laba ekonomi yang dikemukakan oleh Hicks.

Pendapatan Diakui saat Penyelesaian Produksi


Ketika produk perusahaan dapat dijual dengan harga yang bisa ditentukan di pasar yang
terorganisasi, pendapatan dapat direalisasi ketika barang tersebut siap untuk dijual. Artinya
pemenuhan kewajiban dipandang selesai ketika barang yang selesai diproduksi disisihkan untuk
pelanggan.
Pendapatan Diakui saat Jasa telah Diberikan
Tiga langkah yang terkait dalam kontrak jasa/layanan adalah penerimaan pesanan,
pelaksanaan jasa/layanan, dan pengumpulan kas. Langkah-langkah ini semuanya dapat dilakukan
dalam satu periode akuntansi atau dibagi ke dalam beberapa periode. Dalam kontrak
jasa/layanan, realisasi umumnya harus dikaitkan dengan pelaksanaan jasa/layanan dan
pendapatan umumnya harus diakui dari waktu ke waktu. Penandatanganan kontrak berakibat
pada pelaksanaan kontrak, sementara pengumpulan kas dapat dilakukan sebelum atau sesudah
pelaksanaan jasa/layanan.

Pendapatan Diakui saat Kas Diterima


Dalam situasi-situasi tertentu, yang mana penerimaan pendapatan secara penuh diragukan,
pengakuan ditunda sampai pembayaran kas diterima. Sebelumnya, metode angsuran dan metode
pemulihan kas (cash recovery) merupakan contoh-contoh penundaan pengakuan pendapatan
sampai diterimanya kas. Namun, Accounting Principles Board (APB) menyatakan bahwa
pengakuan pendapatan seharusnya tidak ditunda kecuali jika penerimaan secara penuh benar-
benar sangat diragukan, yang mana penyisihan piutang tak tertagih yang sesuai tidak bisa
diestimasi.

Pendapatan Diakui saat Terjadinya Beberapa Peristiwa


Dalam beberapa kasus, yang mana tidak ada kontrak yang mengikat atau hak untuk
membatalkan adalah bukti bahwa tingkat ketidakpastian akan menunjukkan kalau pengakuan
pendapatan dapat ditunda sampai tercapainya titik ratifikasi atau berlalunya waktu. Dalam kasus
seperti ini, perusahaan dapat memutuskan bahwa pelanggan yang bersangkutan tidak
memperoleh kendali atau hak atas produk sampai periode ratifikasi telah dilalui.

PEDOMAN PENGAKUAN PENDAPATAN


FASB mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai "aliran masuk atau peningkatan asset
lainnya dari suatu entitas atau penyelesaian atas liabilitasnya (atau kombinasi keduanya) selama
satu periode dimulai dari pengiriman atau produksi barang, pemberian layanan atau aktivitas lain
yang menjadi bagian dari operasi entitas yang sedang berlangsung," dan FASB ASC 605.
Pengakuan pendapatan (revenue recognition) memberikan pedoman yang berlaku bagi
pengakuan pendapatan dan hal-hal lain yang terkait dengan aktivitas-aktivitas untuk
menghasilkan pendapatan yang tidak dibahas secara spesifik di topik-topik lainnya. Baik SEC
maupun FASB telah berupaya untuk mengembangkan kriteria pengakuan pendapatan yang lebih
konsisten dengan mengeluarkan sejumlah pernyataan, termasuk SEC Staff Bulletin No. 101,
FASB EITF Issues No. 00-21 dan 09-1, serta FASB ASU 2014-09.

Staff Accounting Bulletin (SAB) No.101


Selama tahun 1990-an, pasar saham mendorong pelaporan keuangan yang kurang konservatif
dari sejumlah perusahaan. Pada saat itu, sebagian besar pasar saham menjadikan pendapatan
sebagai dasar harga yang kemudian membuat perusahaan-perusahaan menunjukkan harga saham
dan kapitalisasi pasar yang kuat tanpa memiliki laba yang besar. Ketika pasar menempatkan
begitu banyak penekanan pada salah satu line item, perusahaan menjadi tergiur untuk
menggelembungkan pendapatan melalui akuntansi kreatif-creative accounting.

Selain itu, laporan pada bulan Maret 1999 yang berjudul Fraudulent Financial Reporting:
1987-1997 An Analysis of U.S. Public Companies, yang disponsori oleh Committee of
Sponsoring Organizations (COSO) dari Treadway Commission, menunjukkan bahwa lebih dari
separuh kecurangan pelaporan keuangan yang didokumentasikan dalam kajian tersebut
berhubungan dengan penggelembungan pendapatan.

Oleh karena itu, SEC membahas masalah-masalah pengakuan pendapatan ini dalam Staff
Accounting Bulletin (SAB) No. 101, "Pengakuan Pendapatan dalam Laporan Keuangan
(Revenue Recognition in Financial Statements),” dan dalam dokumen pendamping. SAB No.
101 menyatakan bahwa jika suatu transaksi berada di antara cakupan literatur otoritatif tertentu
terkait pengakuan pendapatan, maka pedoman tersebut harus diikuti. Namun, jika pedoman
semacam itu tidak ada, maka kriteria pengakuan pendapatan dalam SFAC No. 5 (pendapatan
tidak seharusnya diakui sampai pendapatan tersebut direalisasi atau bisa direalisasi dan diterima)
harus diikuti.

Multiple-Deliverable Arrangement
Salah satu masalah paling sulit terkait pengakuan pendapatan melibatkan Mutiple-
Deliverable Arrangement (MDA). Pemasok sering kali memberikan banyak produk atau jasa ke
para pelanggannya sebagai bagian dari satu perjanjian atau serangkaian perjanjian yang
berkaitan. Deliverable tersebut dapat diberikan pada waktu yang berbeda atau selama periode
waktu yang berbeda.

Sebelum tahun 2003, pedoman pengakuan pendapatan dalam GAAP AS umumnya terbatas
pada satu deliverable saja. Oleh karena itu, sulit, bahkan tidak mungkin mencari metode
pengakuan pendapatan yang bisa diterapkan terhadap gabungan deliverable tersebut.

Pada tahun 2000, Emerging Issues Task Force (EITF) menambahkan permasalahan ke
agendanya dan setelah pembahasan selama tiga tahun, mereka mengeluarkan EITF issue No. 00-
21, Revenue Arrangements with Multiple Deliverables. Perusahaan dan banyak investor
mengaku bahwa pengakuan pendapatan untuk MDA dengan pedoman yang ada mendistorsi
dasar ekonomi dari transaksi dalam berbagai perjanjian.
Dalam usaha mengurangi permasalahan-permasalahan, FASB mengeluarkan EITF 09-13,
Revenue Arrangements with Multiple Deliverables, pada bulan Oktober 2009. Berdasarkan
ketentuan tersebut, persyaratan nilai wajar dari EITF 00-8 dikesampingkan dengan
memperkenalkan konsep harga jual relatif (Relative Selling Price-RSP) yang memungkinkan
perusahaan menggunakan estimasi harga jual terbaik untuk menentukan harga jual suatu bagian
MDA.

EITF 09-13 menetapkan hierarki baru untuk bukti harga jual sebagai berikut:

 VSOE-Vendor specific Objective Evidence. VSOE adalah harga suatu bagian MDA ketika
perusahaan menjualnya di pasar terbuka secara terpisah dari transaksi yang digabungkan.
 TPE-Third Party Evidence. Ukuran untuk menetapkan harga pada kriteria ini adalah harga yang
digunakan oleh perusahaan pesaing atau pihak ketiga lainnya untuk menjual bagian MDA yang
serupa dalam transaksi atau situasi yang sama.
 RSP-Relative Selling Price adalah harga yang akan digunakan manajemen untuk bagian MDA
jika bagian tersebut dijual secara terpisah dalam kondisi biasa yang konsisten dengan praktik
penjualan perusahaan.

Situasi-Situasi Pengakuan Pendapatan secara Khusus


FASB ASC 606 memberikan pedoman implementasi untuk membantu beberapa perusahaan
menerapkan ketentuan-ketentuannya pada sejumlah situasi yang kompleks saat menentukan
kapan pelanggan memperoleh kendali atas barang atau jasa yang dijanjikan. Beberapa situasi
tersebut sebelumnya telah mendapatkan tindak lanjut dari SEC, yang mana termasuk penjualan
dengan hak untuk mengembalikan, garansi, konsinyasi, fee dibayar dimuka yang tidak bisa
dikembalikan, perjanjian bill and hold, dan hak untuk membeli kembali.

Penjualan dengan hak untuk mengembalikan-Perusahaan dapat menawarkan hak bagi para
pelanggannya untuk mengembalikan produk-produk yang telah dibeli. Penawaran ini dapat
dipicu oleh faktor-faktor pemicu, seperti: keinginan pembeli untuk memitigasi risiko
ketidakpuasan, risiko teknis, risiko bahwa perantara tidak akan bisa menjual produk tersebut, dan
keinginan penjual untuk menjamin kepuasan pelanggan. Hak untuk mengembalikan (right to
return) bukan merupakan kewajiban pelaksanaan yang terpisah, tetapi hal tersebut memengaruhi
estimasi harga transaksi atas barang-barang yang transfer.

Garansi- Sebagaimana yang dibahas sebelumnya, perusahaan dapat memberikan dua jenis
garansi kepada para pelanggan:

1. Garansi bahwa produk yang dijual memenuhi spesifikasi yang telah disepakati. Jenis garansi ini
disertakan dalam harga jual produk perusahaan dan disebut dengan istilah garansi keyakinan
(assurance warranty).
2. Garansi yang memberikan tambahan layanan di luar garansi keyakinan. Jenis garansi ini tidak
termasuk dalam harga jual produk dan biasanya disebut sebagai garansi layanan (service-type
warranty).

Konsinyasi-Konsinyasi (consignment) adalah perjanjian yang mana perusahaan mengirimkan


produk ke agen, tetapi tetap memiliki kendali atas produk tersebut sampai terjadinya peristiwa
yang ditentukan sebelumnya terjadi (umumnya berupa penjualan produk). Pendapatan dalam
perjanjian konsinyasi tidak diakui pada saat pengiriman produk ke agen. Pendapatan harus diakui
ketika produk telah dijual oleh agen kepada pelanggan.

Fee dibayar dimuka yang tidak bisa dikembalikan-Pada beberapa industri, perusahaan biasanya
membebankan biaya kepada para pelanggan pada saat atau mendekati dimulainya suatu kontrak.
Fee dibayar dimuka (upfront fee) tersebut sering kali tidak bisa dikembalikan (nonrefundable).
Untuk mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan dalam kontrak semacam itu, FASB ASC 606
menunjukkan bahwa perusahaan harus menilai apakah biaya-biaya tersebut terkait dengan
transfer barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan. Jika tidak terkait, biaya dibayar
dimuka tersebut merupakan pembayaran di muka untuk barang atau jasa di masa depan dan akan
diakui sebagai pendapatan ketika barang atau jasa yang dijanjikan telah diberikan di masa depan.

Perjanjian bill and hold-Perjanjian bill and hold muncul ketika pelanggan ditagih atas barang-
barang yang siap untuk dikirimkan, tetapi perusahaan tidak mengirimkan barang tersebut ke
konsumen sampai tanggal setelahnya. Dalam situasi seperti ini, perusahaan harus menilai apakah
kendali atas barang telah ditransfer ke pelanggan, meskipun pelanggan belum memiliki barang
tersebut secara fisik.

Hak untuk membeli kembali-Dalam beberapa kasus, perusahaan-perusahaan ikut serta dalam
perjanjian dengan hak untuk membeli kembali (repurchase rights) yang memungkinkan mereka
mentransfer aset kepada pelanggan, tetapi memiliki kewajiban atau hak untuk membeli kembali
aset tersebut di kemudian hari. Dalam menentukan bagaimana memperhitungkan transaksi ini,
penjual harus menentukan apakah pembeli akan memiliki dorongan ekonomi untuk melakukan
opsi jual tersebut. Jika jawabannya adalah ya, perjanjian ini dilaporkan sebagai transaksi
pendanaan. Jika jawabannya adalah tidak, perjanjian ini dicatat sebagai penjualan dengan hak
untuk mengembalikan. Dalam situasi-situasi, yang mana harga beli kembali lebih rendah
daripada harga jual awal, kontrak tersebut akan diperhitungkan sebagai sewa dengan ketentuan
dari FASB ASC 840.

Joint Transition Resource Group


Untuk membantu menangani masalah-masalah yang diidentifikasi oleh entitas-entitas pada
saat mereka mengimplenmentasikan pedoman pengakuan pendapatan yang baru, FASB dan
IASB membentuk Joint Transition Resource Group (TRG). Tujuan TRG adalah:

 Untuk mengumpulkan, menganalisis, dan membahas masalah-masalah pemangku kepentingan


yang timbul dari pengimplementasian pedoman baru.
 Untuk memberikan informasi kepada FASB dan IASB terkait masalah-masalah implementasi
tersebut, yang mana hal ini akan membantu kedua dewan dalam menentukan tindakan-tindakan
yang akan diperlukan untuk menangani masalah-masalah tersebut, jika ada.
 Untuk menyediakan forum bagi para pemangku kepentingan dalam mempelajari pedoman baru
dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengimplementasian.

Perjanjian Lisensi-Dalam FASB ASC Topic 606, FASB memberikan pedoman untuk
mengidentifikasi apakah perjanjian lisensi harus diakui sebagai pendapatan dari waktu ke waktu.
Pedoman ini juga memberikan pengecualian terhadap pedoman lisensi umum untuk perjanjian
royalti berbasis penjualan atau perjanjian royalti berbasis penggunaan.

FASB menerbitkan draf eksposur berjudul “Mengidentifikasi Kewajiban Pelaksanaan dan


Lisensi (ldentifying Performance Obligations and Licensing)" dalam upaya membantu
mengklarifikasi pedoman yang terkait degan situasi-situasi lisensi.

Pengungkapan
FASB ASC 606 mengharuskan sejumlah perusahaan untuk memberikan berbagai
pengungkapan mengenai pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak-kontrak dengan
pelanggan. Tujuan dari pengungkapan-pengungkapan tersebut adalah memberikan kecukupan
informasi bagi para pengguna laporan keuangan agar dapat memahami sifat, jumlah, waktu, dan
ketidakpastian terkait jumlah pendapatan dan kas tersebut. Informasi yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif yang diperlukan harus diungkapkan, termasuk:

1. Kontrak-kontrak dengan para pelanggan-pendapatan dan penurunan nilai diakui, pemilahan


pendapatan, serta informasi mengenai saldo kontrak dan kewajiban pelaksanaan (termasuk harga
transaksi yang dialokasikan ke kewajiban pelaksanaanyang ada).
2. Penilaian penting dan perubahan dalam penilaian tersebut, seperti menentukan waktu pemenuhan
kewajiban pelaksanaan (sepanjang waktu atau pada waktu tertentu), dan menentukan harga
transaksi, serta jumlah yang dialokasikan ke kewajiban pelaksanaan.
3. Aset-aset yang diakui dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau memenuhi
kontrak.

C. PENANDINGAN
Setelah perusahaan memenuhi kriteria FASB ASC 606 dan mengakui pendapatan,
perusahaan selanjutnya harus mengidentifikasi semua beban yang dikaitkan dengan upaya
menghasilkan pendapatan tersebut. Proses mengaitkan pendapatan dengan beban ini disebut
sebagai konsep penandingan (matching concept). Dari sudut pandang konseptual, menandingkan
pendapatan dengan beban yang terkait berhubungan dengan usaha yang dilakukan dan hasil yang
dicapai. Walaupun ini merupakan konsep yang cukup mudah untuk dipahami, menandingkan
pendapatan dan beban menuntut pertimbangan yang seksama dalam praktiknya. Penentuan
kapan biaya-biaya tidak lagi menghasilkan manfaat di masa depan dan kemudian harus
membebankannya ke pendapatan tergantung pada definisi-definisi dari istilah biaya (cost), aset
(asset), beban (expense), dan kerugian (loss).

Biaya produk (product cost) adalah kedaluwarsanya biaya yang dapat langsung dikaitkan
dengan produk perusahaan, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik langsung. Selain itu, telah menjadi praktik umum untuk langsung membebankan beberapa
biaya ke produk, seperti overhead tidak langsung, meskipun tidak ada cara yang langsung
mengaitkan biaya dengan produk tertentu. Terakhir, biaya produk diperlakukan sebagai beban
berdasarkan jumlah produk yang terjual.

Sebaliknya, biaya periodik (period cost) adalah kedaluwarsanya biaya yang lebih erat
kaitannya dengan periode waktu daripada produk, misalnya, gaji bagian administrasi atau biaya
iklan. Biaya periodik diperlakukan sebagai beban berdasarkan periode manfaatnya.

Terakhir, harus dicatat bahwa kemampuan perusahaan untuk mengakui laba sangat
tergantung pada kemampuannya mengukur arus masuk (pendapatan) dan arus keluar yang terkait
(beban).

D. KETERBATASAN PENGAKUAN LABA


Dua keterbatasan, yakni konservatisme dan materialitas telah berdampak pada proses
pengakuan laba.

KONSERVATISME
Sterling menyebut konservatisme (conservatism) sebagai prinsip penilaian yang paling
berpengaruh dalam akuntansi. Singkatnya, konservatisme berpendapat bahwa ketika Anda ragu,
lebih baik memilih alternatif akuntansi yang setidaknya mungkin akan melebihsajikan aset atau
laba.

Prinsip konservatisme awalnya memperoleh perhatian sebagai keseimbangan parsial terhadap


optimisme kekal pihak manajemen dan kecenderungan untuk melebihsajikan laporan keuangan
yang merupakan karakteristik umum dari abad ke duapuluh. Konservatisme juga dipandang
mengesampingkan argumen holding gain karena banyak akuntan yang meyakini bahwa praktik
penggunaan alternatif penilaian yang kurang disukai pada perusahaan mungkin akan
menyesatkan para pengguna informasi akuntansi keuangan. Dalam beberapa tahun terakhir,
tekanan-tekanan untuk dihasilkann informasi yang lebih relevan dan reliabel telah memperkecil
pengaruh konsep ini. Laporan keuangan yang konservatif biasanya bersifat tidak wajar bagi
pemegang saham saat ini dan bersifat bias yang lebih menguntungkan bagi calon pemegang
saham karena penilaian neto yang dilakukan perusahaan tidak menyertakan ekspektasi masa
depan.

MATERIALITAS
Konsep materialitas (materiality) memiliki pengaruh yang pervasif terhadap semua aktivitas
akuntansi, meskipun tidak ada satu pun definisi yang bisa menjelaskan konsep tersebut
sepenuhnya. Walaupun materialitas memengaruhi pengukuran dan pengungkapan semua
informasi yang disajikan pada laporan keuangan, materialitas memiliki dampak yang paling
besar terhadap komponen-komponen pendapatan dan beban.

Dalam amendemen yang diusulkan terhadap SFAC No. 8, FASB menyatakan bahwa
informasi bersifat material jika terdapat kemungkinan besar bahwa hal-hal yang dihilangkan atau
disalahsajikan dapat dipandang oleh pihak penyedia sumber daya yang memadai sebagai sesuatu
yang benar-benar mengubah total bauran informasi. Oleh karena itu, Dewan menunjukkan
bahwa pihaknya tidak dapat menentukan batasan kuantitatif yang seragam untuk materialitas
dalam situasi tertentu.

Selanjutnya, FASB menangani masalah materialitas ini dalam konteks pengungkapan catatan
kaki pada draf eksposur yang berjudul, "Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial
Statement)." Dokumen ini mencatat bahwa pengungkapan semacam ini dimaksudkan untuk
mendorong penggunaan diskresi yang tepat oleh organisasi pelaporan saat menilai apakah
pengungkapan catatannya bersifat material atau tidak.

E. KUALITAS LABA, MANAJEMEN LABA, DAN PELAPORAN KEUANGAN YANG


MENGANDUNG KECURANGAN

KUALITAS LABA
a) Para analis dan pengguna laporan keuangan lainnya sangat tertarik dengan laba yang
dilaporkan perusahaan karena memungkinkan mereka untuk tidak hanya menilai kinerja
masa lalu tetapi juga memprediksi arus kas masa depan yang pada gilirannya akan
memengaruhi harga sekuritas. Laba akuntansi dipengaruhi oleh kebijakan dan metode
pengakuan pendapatan, kebutuhan untuk menandingkan pendapatan dengan beban pada
periode waktu tertentu, dan penilaian manajemen yang kesemuanya dapat mengurangi
manfaat dari informasi laba tersebut. Jumlah laba yang diperoleh suatu perusahaan
didapatkan dari perubahan dalam ekuitas atau aset netonya, tidak termasuk setiap
transaksi dengan pemilik. Untuk menghadapi kelemahan atas laba akuntansi yang
dilaporkan, dan untuk membantu menyejajarkan laba akuntansi perusahaan dengan laba
ekonominya, para pengguna laporan keuangan harus menilai kualitas laba suatu
perusahaan. Kualitas laba (earnings quality) didefinisikan sebagai tingkat korelasi di
antara laba akuntansi perusahaan dengan laba ekonominya. Beberapa teknik dapat
digunakan untuk menilai kualitas laba, termasuk yang dirincikan berikut:

b) Membandingkan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dengan


prinsip-prinsip akuntansi yang secara umum digunakan dalam industri tertentu dan oleh
perusahaan pesaingnya.
c) Meninjau perubahan terbaru dalam prinsip-prinsip akuntansi dan perubahan dalam
estimasi untuk menentukan apakah pihaknya menggelembungkan laba.
d) Menentukan apakah pengeluaran diskresioner, seperti iklan telah ditangguhkan dengan
membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya.
e) Berupaya menilai apakah beberapa beban, seperti beban garansi, tidak tercermin dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
f) Menentukan biaya penggantian untuk persediaan dan aset-aset lainnya. Menilai apakah
perusahaan menghasilkan arus kas yang memadai untuk mengganti aset-aset yang
dimilikinya.
g) Mempelajari catatan atas laporan keuangan untuk menentukan apakah ada kontingensi
kerugian yang dapat menurunkan laba dan arus kas di masa depan.
h) Mempelajari hubungan di antara penjualan dan piutang untuk menentukan apakah
piutang meningkat lebih cepat daripada penjualan.
i) Mempelajari bagian diskusi dan analisis manajemen dari laporan tahunan dan opini
auditor untuk menentukan opini manajemen mengenai masa depan perusahaan dan
mengidentifikasi adanya masalah-masalah akuntansi yang cukup besar.

MANAJEMEN LABA
Manajemen laba adalah aspek lain dari masalah kualitas laba. Manajemen laba (earnings
management) didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pejabat korporat untuk
memengaruhi laba jangka pendek yang dilaporkan. Suatu kajian menemukan bahwa manajemen
laba terjadi karena berbagai alasan, termasuk memengaruhi pasar saham, meningkatkan
kompensasi manajemen, mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian pinjaman, dan
menghindari intervensi dari para regulator pemerintah. Manajer mungkin berusaha mengelola
laba karena mereka meyakini bahwa laba yang dilaporkan memengaruhi keputusan investor dan
kreditur. Dalam banyak kasus, teknik-teknik manajemen laba dirancang untuk memperbaiki
pengaruh laba yang dilaporkan dan menurunkan biaya modal perusahaan.

Menilai ketepatan teknik manajemen laba tergantung pada tujuannya. Jenis-jenis teknik
manajemen laba seperti ini dianggap sah; praktik manajemen laba yang dianggap menyalahi
hukum dan kesalahan penyajian laba menjadi perhatian SEC dan lembaga investasi. Pada tahun
1998, Arthur Levitt, mantan ketua SEC, menguraikan lima teknik manajemen laba yang
disebutnya mengancam integritas pelaporan keuangan, yaitu:

a) Taking a bath. Pada satu waktu, melebihsajikan beban restrukturisasi untuk mengurangi
besarnya aset, yang mana hal ini akan mengurangi besarnya beban di masa depan.
Ekspektasinya adalah bahwa kerugian yang terjadi pada satu waktu tersebut
didiskontokan di pasar oleh para analis dan investor yang akan lebih focus pada laba
masa depan.
b) Creative acquisition accounting. Menghindari beban di masa depan dengan
membebankan biaya riset dan pengembangan dalam proses pada satu waktu.
c) “Cookie jar” reserves. Melebihsajikan retur penjualan atau biaya garansi di masa kinerja
perusahaan sedang bagus dan menggunakan nilai lebih saji tersebut di masa kinerja
perusahaan sedang buruk untuk mengurangi beban yang serupa.
d) Penyalahgunaan konsep materialitas. Dengan sengaja mencatat sejumlah kesalahan atau
mengabaikan kesalahan dalam laporan keuangan berdasarkan asumsi bahwa dampaknya
tersebut tidak signifikan.
e) Pengakuan pendapatan yang tidak tepat. Mencatat pendapatan sebelum diterima.
Tercatat bahwa lebih dari separuh kasus penindakan yang dilakukan SEC pada tahun
1999 dan 2000 melibatkan masalah-masalah pengakuan pendapatan yang tidak tepat.

Pelaporan Keuangan yang mengandung kecurangan


Banyak aktivitas manajemen laba, walaupun agresif, menyertakan penilaian dan estimasi
yang sesuai dengan GAAP AS. Namun, manipulasi laba yang bertujuan untuk menipu para
investor dan kreditur merupakan bentuk kecurangan laporan keuangan.

a) Beberapa kajian riset telah mengembangkan tanda-tanda yang bisa menunjukkan adanya
kecurangan dalam laporan keuangan. Kebanyakan tanda tersebut hanya dapat
diungkapkan oleh auditor eksternal atau auditor internal, tetapi ada yang bisa dikenali
oleh pihak lain dengan mempelajari laporan keuangan yang dipublikasikan, laporan 10-K
perusahaan yang diajukan ke SEC, serta pernyataan pers mengenai keuangan. Berikut
daftar yang mengidentifikasi beberapa hal yang menandakan adanya potensi kecurangan:
b) Dewan direksi yang sebagian besar merupakan orang dalam perusahaan.
c) Kompensasi manajemen yang dikaitkan dengan harga sahamnya.
d) Seringnya terjadi penggantian auditor.
e) Perputaran personel inti yang cepat.
f) Memburuknya laba.
g) Pertumbuhan cepat yang tidak biasa.
h) Kurangnya modal kerja.
i) Kebutuhan untuk meningkatkan harga saham agar dapat memenuhi proyeksi laba yang
dibuat oleh analis.
j) Tingkat utang yang sangat tinggi.
k) Kekurangan kas.
l) Perjanjian-perjanjian pendanaan di luar laporan posisi keuangan yang penting.
m) Keraguan terkait kemampuan perusahaan untuk tetap melanjutkan usaha.
n) Adanya investigasi oleh SEC atau badan regulasi lainnya.
o) Kondisi perekonomian industri yang tidak diinginkan.
p) Kondisi perusahaan yang ditangguhkan (suspension) atau dikeluarkan (delisting) dari
bursa saham.

Tanda-tanda ini tidak selalu mengindikasikan adanya kecurangan yang sesungguhnya


karena beberapa kondisi dalam daftar tersebut dapat terjadi dalam lingkungan bisnis yang
normal. Namun penting untuk dicatat bahwa para penyelidik sering kali menemukan bahwa
kondisi-kondisi tersebut terjadi dalam situasi pelaporan yang mengandung kecurangan.

F. INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS


IFRS NO.15
Pada tanggal 28 Mei 2014, IASB mengeluarkan IFRS No. 15, "Revenue from Contracts with
Customers." Pernyataan tersebut sepenuhnya dikonvergensi dengan ASU 2014-09, "Revenue
from Contracts with Customers" (Topic 606) dan berlaku untuk semua periode pelaporan
tahunan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2018. Pernyataan ini menggantikan
IAS No. 18, "Revenue;" IAS No. 11, "Construction Contracts;" dan sejumlah interpretasi yang
berkaitan dengan pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai