0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan3 halaman
Ada enam paradigma riset akuntansi yang diidentifikasi, yaitu paradigma antropologis/induktif, paradigma laba sejati/deduktif, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/model keputusan, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/perilaku pasar agregat, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/pengguna keputusan individu, dan paradigma informasi/ekonomi. Paradigma-paradigma tersebut memberikan pandangan berbeda terhadap
Ada enam paradigma riset akuntansi yang diidentifikasi, yaitu paradigma antropologis/induktif, paradigma laba sejati/deduktif, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/model keputusan, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/perilaku pasar agregat, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/pengguna keputusan individu, dan paradigma informasi/ekonomi. Paradigma-paradigma tersebut memberikan pandangan berbeda terhadap
Ada enam paradigma riset akuntansi yang diidentifikasi, yaitu paradigma antropologis/induktif, paradigma laba sejati/deduktif, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/model keputusan, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/perilaku pasar agregat, paradigma kegunaan pengambilan keputusan/pengguna keputusan individu, dan paradigma informasi/ekonomi. Paradigma-paradigma tersebut memberikan pandangan berbeda terhadap
Awalnya, akuntansi hanyalah sebatas ilmu pengetahuan lainnya yang belum tersentuh oleh akademisi, peneliti, dan scientist lainnya. Karena adanya perkembangan zaman, kini akuntansi telah menjadi bahan riset dan penelitian para akademisi, universitas, organisasi profesi, dan lainnya. Oleh karena itu, lahirlah paradigma (pandangan) yang disederhanakan sebagai pola atau model yang sudah diterima umum. Multiparadigma dalam akuntansi adalah gabungan paradigma (pandangan) akuntansi yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori akuntansi. George Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai ciri mendasar dari suatu hal yang menjadi perbincangan (subject matter) dalam wilayah ilmu pengetahuan. Di sini dibahas apa yang akan dipelajari, apa permasalahannya, bagaimana ia harus ditanya, dan aturan apa yang harus diikuti dalam menerjemahkannya untuk mendapat jawaban. Paradigma menyajikan pedoman untuk membedakan suatu komunitas ilmiah dari komunitas lainnya. Paradigma akan menggolongkan, mendefinisikan, dan mengkaitkan berbagai contoh, teori, metode, dan instrumen yang muncul dalam bidang tersebut. Pada tahun 1977, sebenarnya SOATATA (Statement on Accounting Theory and Theory acceptance) yang dikeluarkan American Acounting Association (AAA) telah mengidentifikasikan tiga bidang untuk membahas teori akutansi : (1) pendekatan klasik atau true income/inductive approach. (2) decision usefulness approach; (3) information/economics approach. George Ritzer kemudian memperluas pandangan ini sehingga didapatkan 6 paradigma berikut:
1. The Anthropological/inductive paradigm. Dalam paradigma ini disebutkan
(dianggap, difokuskan) bahwa akuntansi (berfungsi memfokuskan) mengutamakan hubungan akuntabilitas di antara berbagai pihak yang berkepentingan. Akuntansi dianggap sebagai media untuk memberikan pertanggungjawaban ke pihak lain. Tujuan penelitian akuntansi yang dikaitkan dengan paradigma antropologis/induktif adalah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan praktik-praktik akuntansi yang sudah ada. Dalam riset, yang menjadi perhatian adalah praktik akuntansi yang berlaku (sudah ada) serta sikap manajemen terhadap praktik itu sebagai alat pertanggungjawaban. 2. The True income / deductive paradigm. Menurut paradigma ini akuntansi dianggap sebagai salah satu alat ukur yang tepat untuk menilai laba. Maka, idealnya laba harus diukur dengan menggunakan satu dasar penelitian tunggal, karena dengan pendekatan ini akan memenuhi kepentingan semua pihak. Para peneliti juga sepenuhnya menyetujui pendapat bahwa informasi harga saat ini lebih berguna daripada informasi biaya historis yang konvensional bagi para pengguna dalam membuat pengambilan keputusan ekonomi.. Dalam riset, yang menjadi perhatian adalah penyusunan suatu teori akuntansi berdasarkan pada pemikiran yang logis dan normatif dan ketegasan konseptual dan suatu konsep laba yang ideal berdasarkan pada metode lain di samping metode biaya historis.. 3. The Decision usefulness/decision model paradigm. Menurut konsep ini akuntansi adalah media atau alat dalam proses pengambilan keputusan sehingga teori akuntansi harus menggunakan konsep yang mendukung proses pengambilan keputusan. Yang menjadi perhatian bagi yang menggunakan paradigma ini adalah bagaimana agar informasi akuntansi berguna dalam membuat model pengambilan keputusan. 4. The Decision usefulness/aggregate market behavior paradigm. Dalam paradigma ini disebut bahwa yang menjadi sorotan akutansi adalah tentang reaksi pasar terhadap data dan angka-angka akutansi. Akuntansi mempengaruhi kelompok perilaku (aggregate behavior), sehingga yang menjadi sorotan dalam penilaian isi informasi dan data akuntansi serta prosedur yang dipakai dalam menghasilkan angka dan data itu adalah kaitan antara informasi dengan reaksi pasar. Yang menjadi perhatian adalah respon dari pasar secara keseluruhan (aggregate market) terhadap variabel akuntansi. Teori atau hipotesa yang dipakai dalam paradigma ini adalah Capital Market Efficiency atau Efficient Market Hypothesis. Teori atau hipotesis ini menyebutkan bahwa informasi akuntansi mempengaruhi harga pasar saham di bursa. Dengan kata lain, harga saham di bursa digambarkan oleh semua informasi yang tersedia bagi publik. 5. The Decision usefulness/decision maker/individual user paradigm. Dalam paradigma ini disebut bahwa akutansi itu dianggap mempuyai pengaruh pada perilaku individu (individual behavior) bukan reaksi pasar (aggregate behavior) seperti diatas. Di sini, dianggap bahwa ada hubungan antara informasi atau data akuntansi lainnya dengan pemakai informasi individual pada pengambilan keputusan, konsepsi pengambilan yang dilakukannya. Fokus perhatian dalam konsep ini adalah respon dari pengguna individu terhadap variabel akuntansi. Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat variabel akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut perilaku manusia. Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses keperilakuan. Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk memahami, menguraikan, dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. 6. The Information/economics paradigm. Dalam paradigma ini disebutkan bahwa kerangka dalam menentukan nilai suatu perubahan dalam sistem informasi untuk mengambil keputusan-keputusan individu harus melihat nilai ekonomis atau cost benefit-nya. Dalam kerangka ini diyakini bahwa individu perlu menghitung kegunaan yang diharapkannya dari suatu sistem informasi khusus. Sementara itu, yang menjadi fokus adalah informasi merupakan suatu komoditas ekonomis, dan perolehan sejumlah informasi dalam masalah pemilihan ekonomis. Artinya, dalam memilih suatu informasi harus menggunakan kriteria cost benefit dalam struktur teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut: “… argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa (1) pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow, (2) accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, (3) nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya.”
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda
OPTIMAL UNTUK RESUME BAB 15 TEORI AKUNTANSI]Teori-Akuntansi-Penelitian-Metode-Ilmiah-Penalaran-Induktif-Deduktif-Teori-Normatif-Deskriptif-Akuntansi-Seni-atau-Sains-Tujuan-Penelitian