Anda di halaman 1dari 3

A.

RISET AKUNTANSI MULTIPARADIGMA


Awalnya, akuntansi hanyalah sebatas ilmu pengetahuan lainnya yang belum
tersentuh oleh akademisi, peneliti, dan scientist lainnya. Karena adanya
perkembangan zaman, kini akuntansi telah menjadi bahan riset dan penelitian para
akademisi, universitas, organisasi profesi, dan lainnya. Oleh karena itu, lahirlah
paradigma (pandangan) yang disederhanakan sebagai pola atau model yang sudah
diterima umum.
Multiparadigma dalam akuntansi adalah gabungan paradigma (pandangan)
akuntansi yang menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori akuntansi. George
Ritzer mendefinisikan paradigma sebagai ciri mendasar dari suatu hal yang menjadi
perbincangan (subject matter) dalam wilayah ilmu pengetahuan. Di sini dibahas apa
yang akan dipelajari, apa permasalahannya, bagaimana ia harus ditanya, dan aturan
apa yang harus diikuti dalam menerjemahkannya untuk mendapat jawaban. Paradigma
menyajikan pedoman untuk membedakan suatu komunitas ilmiah dari komunitas
lainnya. Paradigma akan menggolongkan, mendefinisikan, dan mengkaitkan berbagai
contoh, teori, metode, dan instrumen yang muncul dalam bidang tersebut.
Pada tahun 1977, sebenarnya SOATATA (Statement on Accounting Theory
and Theory acceptance) yang dikeluarkan American Acounting Association (AAA)
telah mengidentifikasikan tiga bidang untuk membahas teori akutansi : (1)
pendekatan klasik atau true income/inductive approach. (2) decision usefulness
approach; (3) information/economics approach. George Ritzer kemudian memperluas
pandangan ini sehingga didapatkan 6 paradigma berikut:

1. The Anthropological/inductive paradigm. Dalam paradigma ini disebutkan


(dianggap, difokuskan) bahwa akuntansi (berfungsi memfokuskan)
mengutamakan hubungan akuntabilitas di antara berbagai pihak yang
berkepentingan. Akuntansi dianggap sebagai media untuk memberikan
pertanggungjawaban ke pihak lain. Tujuan penelitian akuntansi yang dikaitkan
dengan paradigma antropologis/induktif adalah untuk memahami, menjelaskan,
dan meramalkan praktik-praktik akuntansi yang sudah ada. Dalam riset, yang
menjadi perhatian adalah praktik akuntansi yang berlaku (sudah ada) serta sikap
manajemen terhadap praktik itu sebagai alat pertanggungjawaban.
2. The True income / deductive paradigm. Menurut paradigma ini akuntansi
dianggap sebagai salah satu alat ukur yang tepat untuk menilai laba. Maka,
idealnya laba harus diukur dengan menggunakan satu dasar penelitian tunggal,
karena dengan pendekatan ini akan memenuhi kepentingan semua pihak. Para
peneliti juga sepenuhnya menyetujui pendapat bahwa informasi harga saat ini
lebih berguna daripada informasi biaya historis yang konvensional bagi para
pengguna dalam membuat pengambilan keputusan ekonomi.. Dalam riset, yang
menjadi perhatian adalah penyusunan suatu teori akuntansi berdasarkan pada
pemikiran yang logis dan normatif dan ketegasan konseptual dan suatu konsep
laba yang ideal berdasarkan pada metode lain di samping metode biaya historis..
3. The Decision usefulness/decision model paradigm. Menurut konsep ini 
akuntansi adalah media atau alat dalam proses pengambilan keputusan sehingga
teori akuntansi harus menggunakan konsep yang mendukung proses
pengambilan keputusan. Yang menjadi perhatian bagi yang menggunakan
paradigma ini adalah bagaimana agar informasi akuntansi berguna dalam
membuat model pengambilan keputusan.
4. The Decision usefulness/aggregate market behavior paradigm. Dalam
paradigma ini disebut bahwa yang menjadi sorotan akutansi adalah tentang
reaksi pasar terhadap data dan angka-angka akutansi. Akuntansi mempengaruhi
kelompok perilaku (aggregate behavior), sehingga yang menjadi sorotan dalam
penilaian isi informasi dan data akuntansi serta prosedur yang dipakai dalam
menghasilkan angka dan data itu adalah kaitan antara informasi dengan reaksi
pasar. Yang menjadi perhatian adalah respon dari pasar secara keseluruhan
(aggregate market) terhadap variabel akuntansi. Teori atau hipotesa yang
dipakai dalam paradigma ini adalah Capital Market Efficiency atau Efficient
Market Hypothesis. Teori atau hipotesis ini menyebutkan bahwa informasi
akuntansi mempengaruhi harga pasar saham di bursa. Dengan kata lain, harga
saham di bursa digambarkan oleh semua informasi yang tersedia bagi publik.
5. The Decision usefulness/decision maker/individual user paradigm. Dalam
paradigma ini disebut bahwa akutansi itu dianggap mempuyai pengaruh pada
perilaku individu (individual behavior) bukan reaksi pasar (aggregate behavior)
seperti diatas. Di sini, dianggap bahwa ada hubungan antara informasi atau data
akuntansi lainnya dengan pemakai informasi individual pada pengambilan
keputusan, konsepsi pengambilan yang dilakukannya. Fokus perhatian dalam
konsep ini adalah respon dari pengguna individu terhadap variabel akuntansi.
Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat
variabel akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut
perilaku manusia. Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses
keperilakuan. Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk
memahami, menguraikan, dan memprediksi perilaku manusia dalam
hubungannya dengan akuntansi.
6. The Information/economics paradigm. Dalam paradigma ini disebutkan bahwa
kerangka dalam menentukan nilai suatu perubahan dalam sistem informasi
untuk mengambil keputusan-keputusan individu harus melihat nilai ekonomis
atau cost benefit-nya. Dalam kerangka ini diyakini bahwa individu perlu
menghitung kegunaan yang diharapkannya dari suatu sistem informasi khusus.
Sementara itu, yang menjadi fokus adalah informasi merupakan suatu
komoditas ekonomis, dan perolehan sejumlah informasi dalam masalah
pemilihan ekonomis. Artinya, dalam memilih suatu informasi harus
menggunakan kriteria cost benefit dalam struktur teori pembuatan keputusan
dan teori ekonomi.
Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut:
“… argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar
pemikiran bahwa (1) pelaporan income berbasis accrual accounting
menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang
berorientasi cash-flow, (2) accrual accounting merupakan cara yang paling
efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya, (3) nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi
cost untuk memproduksinya.”

Anda mungkin juga menyukai