Anda di halaman 1dari 8

TEORI AKUNTANSI

KONSEP TEORI, PERUMUSAN TEORI, DAN PENGUJIAN TEORI

Dosen Pengampu :

Edy Septian Sentosa, SE., M.Si.

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. Putu Cahya Putri (2202622010001 / 01)


2. Ni Nyoman Ayulestari (2202622010006 / 05)
3. Ni Putu Erika Intan Cahyani Putri (2202622010016 / 15)
4. Ni Made Pitri Agustini (2202622010032 / 31)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2024
PEMBAHASAN

SUB-CPMK 2

1.1 Berbagai Pandangan Tentang Teori

Akuntan sering dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi yang
memerlukan interpretasi atau analisis khusus seperti analisis ekonomi, sosial, hukum, statistik
dan politik. Oleh karena itu, banyak terdapat interpretasi yang berbeda terhadap teori dan praktik
akuntansi, yaitu sebagai berikut :

a) Akuntansi sebagai catatan historis : Teori ini menganggap akuntansi sebagai kegiatan
pencatatan transaksi suatu perusahaan. Hal ini didasarkan pada anggapan konservatisme,
obyektivitas, konsistensi dan observasi tindakan akuntan di masa lampau.
b) Akuntansi sebagai bahasa : Secara teoritis, akuntansi sering dianggap sebagai bahasa
karena manajemen harus mengkomunikasikan informasi yang diolahnya kepada pihak
lain, seperti pemegang saham.
c) Akuntansi sebagai politik antar perusahaan : Teori ini menyatakan bahwa sistem
akuntansi merefleksikan dan mendukung nilai-nilai dan kebutuhan kelompok tertentu,
dan informasi akuntansi dirancang dan digunakan sebagai sumber untuk membuat
kebijakan perusahaan, khususnya dalam proses pengambilan keputusan.
d) Penentuan standar akuntansi adalah proses politik : Atas dasar teori ini, manajer
seringkali melobi pembuat standar akuntansi dengan maksud agar standar akuntansi yang
dihasilkan dapat melayani dan menguntungkan kebutuhan mereka. Manajemen umumnya
akan melobi agar standar yang dihasilkan dapat meningkatkan kompensasi manajemen,
mengurangi beban pajak, dan mengurangi biaya pembukuan.

e) Akuntansi sebagai mitologi : Teori ini menganggap sistem akuntansi sebagai sumber-
sumber yang bersifat sosial untuk mempertahankan mitos rasionalisasi. Dengan
demikian, akuntansi akan digunakan sebagai alat untuk kepentingan justifikasi,
rasionalisasi dan legitimasi keputusan yang akhirnya melayani kepentingan individu
lainnya.
f) Akuntansi sebagai informasi komunikasi dan keputusan : Teori ini memandang
akuntansi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan, seperti mengkomunikasikan

1
pengaruh inflasi terhadap kebutuhan para pemakai, dan pengaruh inflasi terhadap
perilaku manajer dan investor dalam mengambil keputusan ekonomi.
g) Akuntansi sebagai barang ekonomi : Teori ini menganggap akuntansi sebagai
seperangkat informasi yang memiliki unsur biaya dan manfaat. Dikeluarkannya Standar
akuntansi akan menimbulkan biaya tertentu dalam perusahaan, regulasi menentukan siapa
yang menanggung biaya tersebut dan menikmati manfaatnya.
h) Akuntansi sebagai komoditi sosial : Atas dasar teori ini akuntansi dipandang
mempengaruhi kesejahteraan atau kemakmuran kelompok tertentu dalam masyarakat.
Angka-angka yang dihasilkan akuntansi akan mempengaruhi investor dalam
menginvestasikan dananya dalam masyarakat.
i) Akuntansi sebagai ideologi dan eksploitasi : Akuntansi merupakan ideologi dari
masyarakat kapitalis yang menjembatani pemakaian teknik-teknik tertentu untuk
mengeksploitasi kekayaan demi kepentingan kelompok elit tertentu atas beban kerugian
pada masyarakat luas dan karyawan.
j) Akuntansi sebagai klub sosial : Teori ini menganggap prinsip-prinsip, standar, dan
masyarakat akuntansi muncul untuk mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan
tujuan-tujuan akuntan. Kelompok tersebut menciptakan budaya profesional dan
meningkatkan monopoli terhadap pengetahuan profesional.
1.2 Definisi Teori

Teori mempunyai pengertian yang bermacam-macam tergantung konteksnya. Dalam


istilah metode ilmiah (scientific method) teori berisi sekumpulan premis yang juga disebut
assumptions atau postulates. Seringkali premis terbukti dengan sendirinya atau mungkin bisa
dibuktikan dengan alat analisis statistik. Dalam kasus yang disebut terakhir ini premis dinamakan
hipotesis atau proposisi. Proposisi menunjukkan tahap pertama mengenai bagaimana ide-ide
disampaikan untuk merumuskan suatu teori. Sebagai tambahan wawasan Suwardjono (1989),
mengemukakan lima macam pengertian teori sebagai berikut :

1. Teori Sebagai Lawan Praktik : Dalam pengertian yang paling sederhana teori adalah
sesuatu yang tidak operasional atau sesuatu yang bersifat abstrak. Jadi teori adalah
sesuatu yang ideal sebagai lawan dari sesuatu yang nyata yang dikerjakan dalam dunia
yang nyata. Jadi teori bersifat normative dan diperlawankan dengan praktik.

2
2. Teori Sebagai Pembenaran (Justification) : Dalam konteks ini teori ini diartikan
sebagai suatu penjelasan atau penalaran tentang fakta atau tindakan atau perbuatan yang
merupakan praktik dalam kehidupan nyata. Teori berusaha untuk memberikan
pembenaran (justifikasi) terhadap praktik.
3. Teori Sebagai Penjelasan Ilmiah (Scientific Explanations) : Dalam konteks ini teori
merupakan pernyataan tentang hubungan antara perilaku variabel alam atau variabel
sosial yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam atau
sosial.
4. Teori Sebagai Model : Pengertian teori sebagai model artinya bahwa teori merupakan
reprentasi atau abstraksi sesuatu yang terdapat dalam dunia nyata. Faktor penting yang
diperlukan dalam merancang model adalah tujuan spesifik yang ingin dicapai dalam
dunia nyata sehingga model yang dibuat akan memprediksi apa yang akan terjadi
seandainya model tersebut diwujudkan dalam praktik.
5. Teori Sebagai Penalaran Yang Logis : Dalam konteks ini berarti suatu proses
pemikiran atau penalaran dengan menggunakan konsep-konsep yang relevan sebagai
landasan untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik tertentu yang sudah berjalan
untuk mendukung serta mengembangkan prinsip dan praktik yang baru atau yang
diharapkan dengan pemikiran logis hasil penelaahan yang mendalam.
1.3 Proses Perumusan Teori dan Tahap Pengujian Teori
Metode Perumusan (Konstruktif)
Merumuskan teori akuntansi harus memiliki metode. Dari berbagai pendapat dan praktek,
Belkaoui dan Godfrey mengemukakan dalam literatur dikenal beberapa metode, yaitu :
1. Metode Deskriptif (pragmatic), yaitu teori akuntansi mencoba menjawab pertanyaan
”Apa”. Dalam metode ini akuntansi dianggap sebagai seni yang tidak dapat dirumuskan
dan karenanya metode perumusan teori akuntansi harus bersifat menjelaskan.
2. Psychological pragmatic, di sini diamati reaksi dari pemakai laporan keuangan terhadap
output akuntansi (laporan keuangan) yang disusun dari berbagi aturan, standar, prinsip
atau pedoman.
3. Metode Normatif (1950-1960), yaitu teori akuntansi mencoba menjawab pertanyaan
”Apa Yang Semestinya”. Di sini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus
diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak.

3
4. Metode Positive (1970an), yaitu suatu metode yang diawali dari suatu teori atau model
ilmiah yang sedang berlaku atau diterima umum.
Pendekatan dalam Perumusan Teori
Teori adalah rumusan yang direduksi dari kenyataan atau praktek. Menurut Godfrey dkk
(1992) dalam mengaitkan antara teori (dunia abstrak) dan kenyataan (dunia pengalaman) dikenal
3 hubungan dalam struktur teoritis, yaitu :
1. Syntactis : Teori dirumuskan dalam bentuk hubungan logis, hubungan itu dirumuskan
dalam bentuk aturan seperti aturan bahasa (grammar), aturan matematik dan sebagainya.
2. Semantic : Teori menghubungkan konsep dasar dari suatu teori ke obyek nyata.
Semantic menyangkut hubungan kata, tanda atau simbol dari kenyataan. Misalnya
kesamaan akuntansi Aktiva = Utang + Modal.
3. Pragmatic : Tidak semua teori memiliki aspek pragmatis. Hubungan pragmatis itu
berkaitan dengan pengaruh kata-kata, simbol terhadap manusia. Teori harus mampu
merumuskan kebenaran sehingga teori ini harus terus-menerus diuji dan diverifikasi. Ada
tiga kriteria atau pihak atau sumber yang memiliki wewenang menentukan kebenaran,
yaitu dogmatic, self evident, dan scientific.
Perumusan Teori Akuntansi
Dalam literatur dikenal beberapa pendekatan dalam merumuskan teori akuntansi. Masing-
masing penulis memberikan metode yang diikutinya.
1. Pendekatan informal yang dibagi dalam :
 Pendekatan non teoritis : dalam metode ini perumusan teori akuntansi didasarkan pada
keadaan praktek di lapangan. Prinsip akuntansi yang dipakai adalah berdasarkan pada
kegunaannya dengan proses pengambilan keputusan.
 Pendekatan otoriter : dalam metode ini yang merumuskan teori akuntansi adalah
organisasi profesi yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek
akuntansi.
2. Pendekatan Teoritis yang dibaginya dalam :
 Deduktif : dalam metode ini perumusan teori dimulai dari perumusan dalil dasar
akuntansi (postulat dan prinsif akuntansi) dan selanjutnya dari rumusan dasar ini diambil
kesimpulan logis tentang teori akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan.

4
 Induktif : dalam metode ini penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa
observasi dan pengukuran khusus dan akhirnya dari berbagi sample dirumuskan
fenomena yang seragam atau berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan
umum (postulat dan prinsip akuntansi).
 Etik : dalam pendekatan ini digunakan konsep kewajaran, keadilan, pemilikan, dan
kebenaran. Patillo menyebutkan dalam metode ini standar dasarnya adalah etika,
metodenya logis dan ”coherent” dan penerapannya di lapangan.
 Sosiologis : dalam pendekatan ini yang menjadi perhatian utama dalam perumusan teori
akuntansi adalah dampak sosial dari teknik akuntansi.
 Makro Ekonomi : pendekatan ekonomi dalam perumusan teori akuntansi menekankan
pada kontrol pada perilaku indikator makro ekonomi atau generar economic welfare yang
menghasilkan perumusan teknik akuntansi.

Tahap Pengujian Teori

Dalam menguji suatu teori, perlu dibedakan antara definisi kebenaran dengan kriteria
kebenaran. Definisi kebenaran berkaitan atas dengan pertanyaan : "apakah yang dimaksud
dengan pernyataan yang benar". Sementara kriteria kebenaran berkaitan dengan pertanyaan :
"bagaimana kita mengakui bahwa suatu pernyataan itu benar". Dalam konteks epistemologi,
istilah kebenaran mengacu pada suatu kualitas yang dapat dikaitkan dengan suatu pernyataan
atau keyakinan (belief) sehingga sering ditemui frase "pernyataan yang benar" atau "keyakinan
yang benar". Tiga kriteria dasar yang sering digunakan adalah :

1) Dasar Dogmatis : Kita seringkali membenarkan suatu pernyataan yang dibuat oleh orang
lain karena pernyataan tersebut dibuat berdasarkan suatu otoritas tertentu. Untuk menilai

5
2) kebenaran, faktor penting yang harus diperhatikan adalah pendapat pribadi seseorang
terhadap orang atau grup yang membuat pernyataan tersebut.
3) Terbukti Sendiri (Self-Evident) : Justifikasi terhadap kebenaran yang terbukti sendiri
adalah kelogisan (reasonableness), perasaan (sensibility), kejelasan (obviousness) dari
pernyataan yang didasarkan pada pengetahuan umum, pengalaman dan pengamatan.
Untuk membuktikan kebenaran ini tidak perlu melakukan studi empiris.
4) Dasar Ilmiah : Setiap unsur menghasilkan metode ilmiah yang berbeda dalam
merumuskan atau mengembangkan suatu teori. Meskipun demikian, cara-cara yang
digunakan untuk mengembangkan dan menguji teori ilmiah merupakan sesuatu yang
sering menimbulkan perdebatan dalam fllsafat ilmu pengetahuan. Berikut ini akan
dibahas perdebatan tersebut :
 Sintaktik dan Induksi (Syntactics dan Inductions) : Agar bermanfaat dalam ilmu
pengetahuan, suatu teori atau pernyataan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk diuji kebenarannya. Dengan demikian, pernyataan tersebut harus
dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat dikelompokkan dalam kategori sintaktik dan
induksi.
 Falsifikasi : Pendekatan falsifikasi dikembangkan oleh Karl Popper (1959), yang tidak
puas dengan pendekatan induktif. Teori menurut pendekatan ini adalah hipotesis yang
belum dibuktikan kesalahannya.
 Paradigma dan Revolusi : Thomas Kuhn (1962), mengatakan bahwa kemajuan
pengetahuan bukan merupakan hasil kesempatan evolusi (seperti yang ada pada
induktivisme dan falsifikasionisme). Kemajuan pengetahuan merupakan hasil revolusi.
Proses ini dimulai dari pre-science, diikuti normal science, krisis, revolusi, new normal
science, krisis baru dan seterusnya.
 Research Programmes : Imre Lakatos (1974), mengajukan interprestasi yang didasarkan
pada program penelitian ilmiah. Teori ilmiah merupakan suatu struktur yang terdiri dari
beberapa asumsi dasar yang dinamakan “hard core” dan seperangkat hipotesis yang
dinamakan “hard core” dan seperangkat hipotesis yang dinamakan “protective belt of
auxiliary hypotheses”. Hard core dari suatu teori tidak akan diuji oleh peneliti, karena hal
tersebut dapat dibuktikan kesalahannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hamanongan, Siallagan. 2020. TEORI AKUNTANSI. Medan.


Ghozali, Imam, & Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2008. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai