Anda di halaman 1dari 114

TEORI AKUNTANSI 2008

Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)


1
BAB I
PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI
PENDAHULUAN
Teori adalah sekumpulan konsep (hipotesis) yang dihasilkan dari kegiatan atau
penelitian baik secara terstruktur maupun insidentil. Karena itu teori tersebut bersiIat
umum dan berlaku sama di setiap waktu dan tempat. Teori umumnya berkenaan dengan
suatu ketentuan yang telah teruji namun bersiIat dinamis. Sehingga kebenaran teori
adakalanya tidak kekal karena setelah adanya teori hasil penemuan yang baru dengan
sendirinya teori dengan konsep lama akan gugur. Demikan pula halnya dalam praktik
akuntansi, bahwa Iungsi dan peran teori sangat penting terutama dalam merumuskan
konsep, dalil, dan postulat maupun hipotesis lainnya agar tercipta konsistensi internal.
Yang dimaksudkan adalah adanya konsep yang mendasari suatu praktik akuntansi. Sebab
teori tanpa adanya praktik maka akan cenderung tidak konsisten. Demikian pula praktik
(akuntansi) tanpa didasari konsep teori yang jelas maka akan menyulitkan dalam
penerapannya. Oleh karena itu, pada pembahasan awal ini, Iokus uraian adalah bagaimana
kita mampu memahami konsep teori yang jelas dan sesuai dengan praktik yang ada. Yang
merupakan hasil kajian dari pakar di bidangnya, khususnya dalam dunia bisnis.
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN TEORI?
Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering kali dinamakan dengan
hipotesis atau proposisi. Proposisi adalah kalimat indikatiI (pernyataan tentang
konsep) yang memiliki nilai kebenaran jika dikaitkan dengan Ienomena (misalnya,
benar, salah, dan mungkin benar). Jika proposisi dikaitkan dengan pengujian empiris,
maka proposisi tersebut disebut hipotesis. Proposisi merurut jenisnya terdiri dari dua
macam yaitu proposisi a priori dan proposisi a posteriori. Proposisi a priori adalah
pernyataan yang nilai kebenarannya dapat ditentukan dengan penalaran murni atau
dengan mengalisis dari kata-kata yang digunakan (misalnya 224; segitiga memiliki
3 sisi ). Proposisi a posteriori adalah pernyataan yang nilai kebenarannya hanya dapat
ditentukan setelah diketahui adanya realitas di dunia nyata. Misalnya: lampu lalu lintas
menyala merah berarti berhenti. Bentuk yang paling sederhana dari teori adalah
pernyataan terhadap suatu keyakinan dalam bahasa. Dalam buku KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), teori adalah pendapat yang didasarkan penelitian dan penemuan
yang didukung oleh data dan argumentasi atau peneyelidikan eksprimental yang
m,ampu mengahsilkan Iakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi dan
argumentasi. Sehinggga rumusan teori itu, hendaknya berlaku umum dan bersiIat
dinamis, karena didasarkan pada hasil penelitian atau temuan. Bila secara khusus
makna atau pengertian teori tersebut, dapat kita perhatikan pernyataan beberapa pakar
tentang teori tersebut antara lain sebagai berikut:
Braithwaite (1968, 22) menyatakan: 'Teori ilmiah merupakan sistem deduktiI
dimana konsekuensi yang diobservasi secara logis mengikuti hubungan antara Iakta
yang diobservasi dengan seperangkat hipotesis dari sistem tersebut. Oleh karena itu,
studi mengenai scientiIic theory merupakan studi tentang sistem deduktiI yang
digunakan dalam teori tersebut.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)














2
Popper (1968) yang lebih menekankan pada siIat empiris dari teori, yaitu teori
merupakan area yang digunakan untuk menangkap apa yang kita namakan 'dunia,
untuk merasionalkan, dan menjelaskan. Atas dasar deIinisi tersebut, teori dapat
dikatakan sebagai argumen logis, sedang pernyataan terhadap keyakinan baik berupa
penjelasan, prediksi atau preskripsi, merupakan suatu hipotesis. Teori semacam itu
terdiri dari seperangkat premis atau pernyataan yang dihubungkan secara logis untuk
menghasilkan suatu hipotesis.
B. PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI
Dalam praktik akuntansi sangat diperlukan sebagai media untuk penyedia
inIormasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun dalam
konsep teoritis terkadang masih banyak pihak yang belum memahami apa akuntansi
itu? Bagaimana kedudukannya dalam teori akuntansi? Apakah akuntansi tersebut
memang didukung oleh dasar atau konsep teoritis yang ilmiah. Namun secara umum
para peneliti, praktisi dan akademisi telah sepakat bahwa akuntansi tersebut cukup
kuat bukti dan didukung oleh berbagai hasil penelitian dan kajian yang dapat
digunakan sebagai dasar ilmu yang ilmiah. Selain itu akuntansi tersebut sebenarnya
berkaitan erat dengan apa yang dilakukan oleh para akuntan, dunia usaha maupun
dunia pendidikan, karena pada pengertian mula-mula dinyatakan bahwa akuntansi
adalah seni (art) mencatat, mengklasiIikasikan dan meringkas atas peristiwa atau
kejadian yang dilakukan sedemikian rupa dalam bentuk uang, atau paling tidak siIat
keuangan dan menginterpretasikan hasilnya dalam laporan keuangan. Dalam
pendekatan lain untuk dapat mengidentiIikasikan akuntansi sebagai pendekatan
komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh American Accounting Association (AAA,
1960), menyatakan bahwa akuntansi adalah proses mengidentiIikasi, mengukur, dan
mengkomunikasikan inIormasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan
atau pertimbangan yang benar. Sementara itu, menurut APB No. 4 tahun 1970,
akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan inIormasi
kuantitatiI, terutama yang bersiIat keuangan, tentang entitas ekonomi yang
diharapkan bermanIaat bagi pengambilan keputusan ekonomi.
Hendriksen, (1999) merumuskan pengertian teori adalah sebagai seperangkat
prinsip-prinsip yang saling terkait (coherent), bersiIat hipotetis, konseptual dan
pragmatis, dan membentuk rerangka reIerensi umum untuk bidang pengetahuan
tertentu (a Iield oI inquiry). Sehingga atas dasar tersebut Hendriksen (1999),
mendeIinisikan teori akuntansi adalah sebagai penalaran logis dalam bentuk
seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set oI broad principles) yang memberikan
rerangka reIerensi umum untuk mengevaluasi praktik akuntansi dan memberikan
pedoman dalam mengembangkan praktik dan prosedur akuntansi yang baru. Sehingga
dengan demikian teori akuntansi tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Memiliki bentuk (body oI knowledge);
b) Konsisten secara internal;
c) Menjelaskan dan atau memprediksi Ienomena;
d) Menyajikan hal-hal yang ideal;
e) Sebagai reIerensi yang ideal untuk mengarahkan praktik akuntansi; dan
I) Membahas masalah-masalah dan dapat memberikan solusi.
Praktisi dan akuntan sering juga dihadapkan pada berbagai masalah yang
menyangkut transaksi dan memerlukan interpretasi atau analisis khusus seperti
analisis ekonomi, sosial, hukum, statistika dan politik. Misalnya dalam akuntansi
terdapat karakteristik kualitatiI dari inIormasi yang disajikan dalam laporan keuangan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)












3
secara obyektiI. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas
tersebut, karena akuntansi bukan bersiIat matematis yang memiliki siIat mutlak benar.
Ditambah lagi dalam akuntansi banyak ditemukan konsep yang diajukan oleh para
pakar secara teoritis yang bersiIat kontradiktiI bahkan tidak saling menguntungkan.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila sampai sekarang banyak terdapat
interpretasi (penaIsiran) yang berbeda terhadap teori dan praktik akuntansi. Godzali
dan Chariri (2003), beberapa interpretasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akuntansi sebagai catatan historis
Teori ini menganggap akuntansi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu
perusahaan. Hal ini didasarkan pada anggapan konservatisme, obyektivitas,
konsistensi dan observasi tindakan akuntan masa lalu.
2. Akuntansi sebagai bahasa
Akuntansi sering dianggap sebagai media atau sarana bahasa untuk menyampaikan
karena manajemen harus mengkomunikasikan inIormasi yang diperoleh dan
diolahnya kepada pihak lain, seperti pemegang saham, investor, masyarakat,
pemasok, pelanggan maupun pemerintah.
3. Akuntansi sebagai politik antar perusahaan
Teori menyatakan bahwa sistem akuntansi mereIleksikan dan mendukung nilai-nilai
dan kebutuhan kelompok tertentu. Dan inIormasi akuntansi dirancang dan
digunakan sebagai sumber untuk membuat kebijakan perusahaan, khususnya dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi. Misalnya perusahaan menggunakan
estimasi dan realisasi anggaran yang dicanmtumkan dalam laporan eksternal sebagai
dasar kebijakan perusahaan.
4. Penentuan standar akuntansi adalah proses politik
Atas dasar teori ini seringkali pemerintah melobi pembuat standar (standard setting
body) dengan maksud agar standar akuntansi yang dirancang dan dihasilkan dapat
melayani dan menguntungkan kebutuhan pemerintah. Sehingga kadangkala untuk
merumuskan dan menetapkan suatu standar akuntansi memerlukan waktu yang
cukup panjang.
5. Akuntansi sebagai mitologi
Teori ini menganggap sistem akuntansi sebagai sumber-sumber yang bersiIat sosial
untuk mempertahankan mitos rasionalisasi. Dengan demikian akuntansi akan
digunakan sebagai alat untuk kepentingan justiIikasi, rasionalisasi dan legitimasi
keputusan yang akhirnya melayani kepentingan individu lainnya.
6. Akuntansi sebagai inIormasi komunikasi dan keputusan
Teori ini memandang akuntansi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan seperti
mengkomunikasikan pengaruh inIlasi terhadap kebutuhan para pemakai, dan
pengaruh inIlasi terhadap perilaku manajer dan investor dalam mengambil
keputusan ekonomi.
7. Akuntansi sebagai barang ekonomi
Teori ini menganggap akuntansi sebagai seperangkat inIormasi yang memiliki unsur
biaya dan maIaat.
8. Akuntansi sebagai komoditas sosial
Atas dasar teori ini akuntansi dipandang mempengaruhi kesejahteraan atau
kemakmuran kelompok tertentu dalam masyarakat. Melalui lembaga/badan yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah secara musyawarah dan muIakat.
9. Akuntansi sebagai ideologi dan eksploitasi
Akuntansi merupakan ideologi dari masyarakat kapitalis yang menjembatani
pemakaian teknik-teknik tertentu untuk mengeksploitasi kekayaan demi kepentingan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)










4
kelompok elit tertentu. Bila terjadi beban/kerugian menjdi beban masyarakat luas
dan karyawan. Namun sebaliknya, bila terjadi laba/untung, sebagian besar menjadi
milik investor, dan atau manajemen perusahaan.
10. Akuntansi sebagai klub sosial.
Teori ini menganggap bahwa prinsip-prinsip, standar, dan teknik akuntansi muncul
untuk mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan sesuai dengan tujuantujuan
akuntansi tersebut.
11. Akuntansi sebagai kebutuhan.
Bahwa akuntansi merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi entitas bisnis,
dalam rangka mendukung kegiatannya. Jadi, Iungsi dan peran akuntansi sangat
dominan untuk kelancaran operasional perusahaan.
Di sisi lain, dalam praktik akuntansi umumnya bersiIat dinamis dan berkaitan
dengan masalah praktis proIesional. Maka dalam perkembangannya kita perlu
memperhatikan Ienomena baru yang terjadi. Misalnya selisih (rugi) kurs valuta asing,
apakah dapat dijadikan biaya ataukah dikapitalisasi? Ataukah kalau selisih itu
mengunutungkan dapat diperlakukan sebagai pendapatan operasional? Bagaimanakah
kriteria kapitalisasi sewaguna usaha yang seharusnya di Indonesia? Bagaimana pula
perlakuan terhadap virtual market, intellectual capital dan masalah lainnya sehubungan
dengan Ienomena baru dan perkembangan teknologi inIormasi. Dalam aspek
kebahasaan, apakah isitilah yang tepat untuk expenses: beban, biaya ataukah kos?
Income: penghasilan atau kah pendapatan? Karena semua istilah tersebut mempunyai
makna yang berbeda.
Untuk menjawab permasalahan di atas dan berbagai masalah lainnya dalam praktik
akuntansi maka hendaknya tidak hanya didasarkan pada penalaran yang makul (sound
theory) tetapi juga harus didasarkan taktik cerdik (shrew tact). Dengan demikian,
penalaran yang makul dalam teori akuntansi dapat dijadikan sebagai landasan untuk
memecahkan masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar secara ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sementara taktik cerdik sangat memadai untuk menangani
masalah yang lukap dan berimplikasi luas, yang tergantung pada keariIan (wisdoms)
dan tilikan (insights). Sebab pemecahan masalah akuntansi dengan taktik yang cerdik
berdasarkan pengalaman saja dapat menghambat kemajuan proIesi akuntansi. Apalagi
kalau praktisi tersebut mempunyai kekuasaan untuk memutuskan sesuatu (misalnya:
standar akuntansi). Oleh karena itu, praktik akuntansi yang baik dan maju hanya dapat
dilandasi oleh adanya landasan teori akuntansi yang baik pula disertai dengan penalaran
yang makul. Penalaran ini harus didasakan pada sains yang telah dirumuskan secara
jelas dan ilmiah. Sehingga jelas domain akuntansi, apakah ilmu ini sebagai sains atau
teknologi. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Suwardjono, 2005, 93):
Gambar 1
AKUNTANSI DAN SAINS
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)




















5
Akuntansi dan Teori Akuntansi: Sains atau Teknologi?
Akuntansi
Sains Teknologi
Pengertian
Akuntansi
Ilmu sosial: mempelajari
gejala sosial/manusia
Penjelasan ilmiah
dengan metoda ilmiah
induktiI/empiris
Teori atau penjelasan ilmiah
sebagai generalisasi
Perekayasaan suatu sistem
Pelaporan
Penalaran logis dengan
pertimbangan
nilai/lingkungan
Rerangka konsep
sebagai justiIikasi dan
kebijakan
Pengertian
TeoriAkuntansi
Hasil
Taksonomi
Selanjutnya dalam pengembangan dan perumusan teori akuntansi yang
berhubungan dengan praktiknya, tidak dapat lepas dari teknologi. Sebab teknologi
tersebut diperlukan dalam penentuan cara yang terbaik (tool oI the best) untuk
mengerjakan atau mencapai suatu tujuan. Untuk itulah diperlukan perekayasaan
(engineering), yaitu proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran,
penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan,
konsep, metoda, dan pendekatan. Yaitu untuk menghasilkan suatu produk secara
konkrit. Sehingga dalam menentukan dan memilih teori, metoda ataupun teknik mana
yang dipakai harus memperhatikan pada kondisi dan kebutuhan masing-masing entitas.
Sebab dalam membuat suatu pelaporan tidak terlepas dari perekayasaan, khususnya
teknik yang tepat dan wajar. Untuk itu, diperlukan suatu kebijakan akuntansi yang
relevan. Perekayasaan dalam akuntansi adalah berkaitan dengan sistem pelaporan
keuangan umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi. Hal ini tidak terlepas
dari berbagai disiplin ilmu lainnya, sebagaimana dilihat pada gambar berikut:
GAMBAR 2
STRUKTUR PEREKAYASAAN AKUNTANSI
Ilmu Murni
Ilmu Terapan
Nilai dan
Tata Sosial
Teori Ekonomi
Sosiologi
Psikologi
Matematika
Manajemen
Akuntansi
Matematika
Komputer
Komunikasi
Ekonomi, lainlain
Nilai sosial
Tujuan sosial
Sistem politik
Sistem hukum
Sistem ekonomi,
lain-lain

PEREKAYASAAN AKUNTANSI
Sumber: Sudibyo, 1987, 13
Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi akan memanIaatkan
pengetahuan dan ilmu berbagai disiplin. Karena akuntansi dapat menjadi sebagai salah
satu pengarah untuk merekayasa pelaporan agar mempunyai kebermanIaatan (utility)
dan keeIektiIan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro produk perekayasaan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
6
tersebut berupa konstitusi akuntansi` yang disebut rerangka konseptual (conceptual
Iramework).
Bagaimana proses perekayasaan akuntansi tersebut dapat dilakukan berkaitan
dengan praktik akuntansi? Proses ini dimulai dari adanya konsep pemikiran makul dan
obyektiI dalam membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam
suatu entitas (perusahaan dan wilayah/negara) untuk menunjang tercapainya tujuan
suatu entitas atau negara tersebut. Kemudian berdasarkan kebijakan yang diambil maka
ditentukan sistem dan media penyampaian tentang segala kondisi dan kinerja keuangan
perusahaan. Dalam lingkup makro, perekayasaan akuntansi ditemukan dalam sistem
pelaporan keuangan nasional. Misalnya dalam sistem akuntansi dan keuangan
pemerintah pusat. Secara garis besar, hal ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
7
GAMBAR 3
PROSES PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN
Tujuan ekonomik dan sosial negara (entitas bisnis)

Tujuan pelaporan keuangan:
Menyediakan inIormasi keuangan untuk dasar
Pengambilan keputusan ekonomik dan sosial

Konsep-konsep dasar apa yang relevan?
Siapa subyek pelaporan (entitas pelapor)?
Siapa yang dituju oleh inIormasi?
InIormasi apa yang dilaporkan?
Simbol atau elemen apa yang digunakan untuk melaporkan?
Dasar pengukuran apa untuk mengkuantiIikasi?
Apa saja kriteria pengakuan hasil pengukuran?
Media apa yang digunakan untuk melaporkan?
Bagaimana inIormasi disajikan dalam media tersebut?

Rerangka konseptual
Dijabarkan standar akuntansi dan acuan lainnya sehingga membentuk PABU

Media pelaporan (bentuk, isi, dan jenis) dalam bentuk inIormasi akuntansi
Sumber: didaptasi dari Suwarjono, 2005, 102
Sehingga dalam membuat suatu pelaporan tidak terlepas dari perekayasaan dan
konsep maupun teknik yang dipakai. Konsep dan teknik ini dapat ditemukan dalam
suatu teoritis yang jelas, ilmiah namun tetap dinamis. Artinya kebenaran suatu teori
hanya bersiIat sementara, sebelum adanya temuan konsep atau ilmu baru. Maka
berdasarkan pembahasan tersebut, teori akuntansi dapat disimpulkan sebagai
seperangkat konsep yang makul dan dinamis sebagai acuan dalam menjelaskan dan
menyajikan hal ideal berkaitan perumusan rerangka konseptual (standar akuntansi)
yang berhubungan dengan praktik akuntansi bagi suatu entitas.
C. SIFAT DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Teori akuntansi bersiIat umum, komprehensiI, terbuka, dan dinamis terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Oleh karena itu, teori akuntansi
digunakan sebagai dasar dalam pertimbangan nilai untuk praktik akuntansi. Sebagai
dasar pertimbangan nilai dalam praktik maka teori akuntansi dapat digunakan sebagai
acuan atau pedoman bila dalam praktik belum dirumuskan dalam pernyataan standar
akuntansi-nya.
Sedangkan elemen hirarkis teori akuntansi terdiri dari empat tingkatan sebagai
berikut:
1. Tujuan Laporan Keuangan; sebagai struktur paling atas dan memrupakan tujuan
akhir yang akan dicapai dalam praktik akuntansi. Secara umum dan secara khusus
dalam laporan keuangan untuk kepentingan pemakai.
2. Pernyataan Dalil dan Konsep Teoritis Akuntansi; hal ini berkaitan dengan
anggapan-anggapan lingkungan dan siIat satuan akuntansi. Dalil dan konsep ini
teoritir ini diperolah dari tujuan yang telah dinyatakan dalam laporan keuangan di
atas.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
8
3. Prinsip Akuntansi; menjelaskan tentang prinsip dasar akuntansi sebagai pedoman
umum yang didasarkan pada dalil dan konsep teoritis.
4. Teknik Akuntansi: merupakan kumpulan pelaksanaan dan kegiatan yang
merupakan aturan khusus dan berasal dari prinsip akuntansi untuk mengakui
transaksi dan kejadian khusus yang dihadapi dalam kesatuan akuntansi.
Elemen hirarkis teori akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4
HIRARKIS TEORI AKUNTANSI
Dari gambar tersebut, jelas terlihat bahwa teori akuntansi mempunyai struktur yang baku
dan berIokus pada penyediaan inIormasi. Terutama bagi pemakai yang berkepentingan
laporan keuangan. Sedangkan dalil akuntansi, konsep teoritis, dan prinsip akuntansi pada
hirarkis yang kedua dan ketiga masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1
DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP AKUNTANSI
DALIL AKUNTANSI KONSEP TEORITIS
AKUNTANSI
PRINSIP
AKUNTANSI
Kesatuan (entity)
Teori Kepemilikan (proprietory theory):
assets liabilities Modal pemilik
Harga Pokok
Penghasilan
Mempertemukan
Going Concern atau Continuity
Teori Kesatuan (entity theory):
assets equity
Obyektivitas
Konsistensi
Satuan Moneter (unity oI measure)
Teori Dana (Iund theory)
assets Pembatasan Aset
Pengungkapan
Konservatisme
Periodik Akuntansi
(accounting periodic)
Materialitas
Keseragaman dan
dapat diperbandingkan
Dalil Akuntansi:
Apakah dalil tersebut? Menurut Webster Third International Dictionary, dalil adalah
suatu alasan awal yang diakui kebenarannya atau dijadikan aksiomatis berupa hipotesis
atau asumsi pokok dalam lingkupan praktik akuntansi. Sedangkan menurut KBBI, 2005;
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
DALIL AKUNTANSI
PRINSIP AKUNTANSI
TEKNIK AKUNTNASI
KONSEP TEORITIS AKUNTANSI
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
9
dalil adalah keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran atau pendapat
yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, dalil
disebut pula sebagai pernyataan atau aksioma yang terbukti dengan sendirinya dan
berterima umum sesuai dengan laporan keuangan yang menggambarkan lingkungan
ekonomi, sosial, dan hukum. Dalil tersebut meliputi:
1) Kesatuan usaha, dalil ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu
kesatuan usaha atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, kedudukannya terpisah
dari pemilik dan pihak lainnya yang menanamkan modalnya dalam perusahaan.
2) Keajekan, bahwa perusahaan akan berlangsung terus sampai batas waktu yang tidak
terbatas. Dalil ini menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan laporan
keuangan.
3) Satuan moneter, adalah merupakan pengukuran yang tepat (paling obyektiI) dalam
mengakui, mencatat, mengukur, dan melaporkan setiap transaksi, berupa kegiatan
pertukaran, terhadap pendapatan maupun biaya atau beban. Karena Iungsi akuntansi
adalah menyediakan inIormasi yang umumnya bersiIat kuantitatiI berdasarkan realitas
perusahaan.
4) Periodik akuntansi, berkaitan dengan periodik (jangka waktu) dalam pembuatan
laporan. Umumnya periodik (siklus) akuntansi berlangsung dalam satu tahun, dengan
perbandingan inIormasi tahun sebelumnya. Kadangkala untuk menilai kinerja internal
dibuat laporan keuangan interim (bulanan, triwulan, caturwulan maupun semesteran).
Konsep Teori Akuntansi
Konsep merupakan idea atau pengertian yang yang diabstrakkan dari peristiwa nyata.
Sehingga konsep teori akuntansi merupakan pengertian yang dirumuskan dalam suatu
susunan kalimat dan berlaku umum dalam suatu perekonomian yang bebas dengan
bercirikan pada kepemilikan swasta atau pihak lainnya.
1) Teori Kepemilikan, terdapat pemisahan kepemilikan antara pemilik dengan pemegang
saham atau investor. Dengan tujuan untuk memberikan inIormasi seberapa besar
kekayaan bersih yang dimiliki pemilik. Dikenal dengan persamaan: Aset-Utang Hak
Pemilik. Berdasarkan persamaan ini maka pendapatan bersih adalah kenaikan kekayaan
pemilik yang ditambahkan pada modal. Konsep teori ini, paling cocok digunakan untuk
perusahaan dengan kepemilikan terbatas, seperti kemitraan. Ada dua bentuk teori ini,
yaitu:
a) pemegang saham biasa merupakan bagian dari kelompok pemilik (pemegang saham
preIeren bukan bagian dari pemilik); dan
b) pemilik adalah pemegang saham biasa dan preIeren.
2) Teori Kesatuan, sebagai suatu yang terpisah dan berbeda investor dan hak pemilik
maupun kreditur. Teori ini lebih tepat diterapkan pada perusahaan yang berbentuk
perseroan. Dan berbeda dari pemiliknya. Persamaan akuntansi yang dipakai dalam teori
ini adalah: Aset Hak Milik atau Aset Utang Hak Pemegang Saham (Modal).
Konsep teori ini sangat tepat diterapkan untuk perusahaan bisnis yang berorientasi pada
keuntungan. Memilik relevansi yang tinggi dalam praktik akuntansi, terutama terhadap
pengakuan beban/biaya dan pendapatan. Sehingga pajak dan bunga pinjaman dianggap
sebagai distribusi pendapatan bukan sebagai beban/biaya. Meskipun secara umum
ditaIsirkan bahwa pajak dan bunga pinjaman dikategorikan sebagai beban/biaya.
Namun dalam pelaporannnya akun tersebut cenderung tidak dimasukkan sebagai
bagian beban/biaya operasional, tetapi langsung mengurangi laba bersih (income).
3) Teori Dana, ini bermanIaat bagi organisasi yang bertujuan tidak mencari laba. Dasar
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
10
akuntansinya adalah adalah sekelompok aset atau pun kewajiban yang bersangkutan
berdasarkan batasan-batasan tertentu, yang disebut Dana. Teori ini memandang satuan
usaha sebagai satuan yang terdiri dari sumber ekonomi dan kewajiban yang disertai
batasan. Teori ini berorientasi pada aset. Fokus utamanya pada administrasi dan
penggunaan dana secara memadai. Sebab setiap dana harus disertai dengan laporan
sumber dan penggunaan dana yang dikelola secara terpisah dengan menggunakan
sistem akuntansi yang telah disusun. Dimana jumlah dana dalam pengelolaan ini
tergantung pada aktivitas atau kegiatannya sesuai dengan restriksi hukum aturan yang
menyertainya. Ada delapan jenis dana yang dikenal dalam teori ini, yaitu:
a) The general Iund (dana umum), digunakan untuk mencatat semua transaksi
keuangan yang tidak dapat di kelompokkan dalam dana lainnya.
b) Special revenue Iund (dana penerimaan khusus), digunakan untuk mencatat hasil
atas penerimaan yang bersiIat khusus atau untuk aktivitas dana tertentu yang
didasarkan pada hukum dan aturan tertentu.
c) Debt service Iund (dan jasa pinjaman), dana yang disediakan untuk membayar
pokok pinjaman dan bunganya dalam jangka panjang selaian dari dana khusus dan
dana utang obligasi.
d) Capital project Iund (dana proyek modal), untuk mencatat penerimaan maupun
pengeluaran uang dan untuk memperoleh Iasilitas modal selain yang dibiayai oleh
iuran khusus perusahaan.
e) Enterprises Iund (dana perusahaan), untuk mencatat pendanaan jasa bagi masyarakat
umum, untuk semua biaya yang dikeluarkan.
I) Trust and agency Iunds (dana perwalian dan agen), digunakan untuk mencatat asset
atau harta kekayaan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat dan daerah) sebagai
bendahara maupun individual, oragnisasi swasta, dan unit instansi pemerintahan
lainnya (misalnya; kantor, biro, dinas, BUMN/BUMD).
g)Intragovermental service Iunds (dana jasa antar pemerintah), digunakan untuk
mencatat aktivitas pendanaan khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi
yang ditunjuk seusai dengan kewenangannya, dan
h) Special assessment Iunds (dana iuran khusus), untuk mencatat iuran khusus yang
dipungut guna mendanai perbaikan Iasilitas bagi masyarakat dan jasa yang
bermanIaat bagi kekayaan sebagai dasar pemungutan iuran tersebut, (Belkaoui,
1985, 143-144).
Prinsip Akuntansi
Prinsip merupakan aturan dasar (kebenaran yang dijadikan pokok dasar bertindak atau
berIikir). Jadi prinsip akuntansi merupakan aturan dasar yang bersiIat umum, diperoleh
dari tujuan dan konsep teori akuntansi. Dan berdasarkan teknik dan praktik akuntansi yang
diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
1) Prinsip harga pokok, menggambarkan inIormasi biaya yang dikeluarkan dan dapat
diveriIikasi berdasarkan nilai tukar barang atau jasa pada saat diperoleh oleh
perusahaan. Sehingga inIormasi yang disajikan mempunyai daya banding yang lebih
baik. Namun dalam prinsip ini seringkali tidak memberikan inIormasi yang relevan
bagi pemakai eksternal laporan keuangan, karena pada dasarnya biaya atau kos diukur
dengan nilai sekarang untuk pelaporan keuangan. Apalagi dalam kondisi tertentu,
misalnya inIlasi, deIlasi, likuidasi ataupun hal lainnya yang memerlukan penilaian.
2) Prinsip penghasilan, meliputi pengakuan dan pengukran seluruh hasil kegiatan usaha
baik bersiIat utama maupun sampingan. Penghasilan ini diukur dengan nilai barang
atau jasa yang dipertukarkan dalam suatu perdagangan yang bebas. Pengakuan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
11
penghasilan dilaporkan berdasarkan prinsip realisasi dari kejadian kritis yang telah
dilakukan, melalui kegiatan transaksi yang sah. Kejadian kritis ini berdasarkan siklus
operasional perusahaan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu: 1) saat
penjualan, 2) saat selesainya produksi, bila harga dan kondisi stabil, dan 3) penerimaan
pembayaran setelah penjualan (dasar tunai).
3) Prinsip mempertemukan, adalah proses penandingan antara pendapatan dan
beban/biaya dalam periodik yang sama, agar dapat ditentukan besarnya laba/rugi. Ada
tiga dasar penandingan yang sering digunakan dalam praktik akuntansi, yaitu, 1)
Hubungan sebab akibat, adalah proses penandingan antara pendapatan dan beban/biaya
secara langsung berdasarkan hubungan Iisik. 2) Alokasi sistematis dan rasional, adalah
proses penandingan tidak langsung antara pendapatan dengan beban/biaya berdasarkan
ukuran periodik, dan 3) Pembebanan segera, dasar ini dipakai bila dasar yang pertama
dan kedua tidak dapat dipakai. Kas/pengeluaran berupa beban atau biaya, langsung
dibebankan pada periodik tahun yang bersangkutan.
4) Prinsip obyektivitas, berkaitan dengan penyajian inIormasi yang dapat dipercaya dan
relevan bagi pemakai laporan keuangan. Artinya pengukuran tersebut didasarkan pada
bukti-bukti yang dapat dipercaya (dapat diuji kebenarannya), verIiabel dan sesuai
system dan prosedur yang dijalankan perusahaan tersebut.
5) Prinsip keajekan, adalah berhubungan dengan penerapan prinsip yang sama
(konsisten) dari satu periodik ke periodik berikutnya. Penyimpangan dari prinsip ini
dapat dibenarkan, bila terdapat dua atau lebih prosedur atau metoda yang serupa dan
sah untuk diterapkan. Dan bila terjadi perubahan tersebut maka harus diungkapkan
dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan perubahan tersebut.
6) Prinsip pengungkapan sepenuhnya, menghenmdaki pengungkapan yang wajar (Iair),
lengkap (Iull) dan cukup atau mermadai (adequate). Wajar berarti adanya batas yang
etis yang mengatur perlaksanaan secara layak. Lengkap berarti pernyajian inIormasi
yang menyeluruh dan komplit. Sedangkan pengertian memadai adalah inIormasi
minimal yang harus dilaporkan. Pengungkapan ini menghendaki konsep yang lukap
sehingga tidak mernimbulkan pernaIsiran yang kaprah.
7) Prinsip konservatisme, merupakan konsep yang baik dipakai namun juga sangat
lemah terutama dalam memperlakukan eksistensi ketidakpastian dalam penilaian
pendapatan. Oleh karena itu, inIormasi yang disajikan dengan menggunakan konsep ini
tidak dapat dijadikan pokok interpretasi yang tepat. Karena konsep ini cenderung ke
arah mengurangi daya banding sebab tidak ada standar yang seragam dalam
pelaksanaannnya.
8) Prinsip materialitas, adalah berhubungan dengan penyajian inIormasi tertentu yang
harus disajikan dalam laporan keuangan. Karena berkaitan dengan signiIikansi terhadap
pengambilan keputusan yang akan dipilih. Namun permasalahanya adalah, bagaimana
suatu inIormasi dapat dikatakan materialitas dan tidak. Oleh karena itu, untuk
menyajikan inIormasi dalam laporan keuangan akhirnya hanya didasarkan pada
pertimbangan proIesional (judgment proIessional)
9) Prinsip keseragaman dan dapat diperbandingkan, sebagai bentuk keseragaman
dalam penyajian laporan keuangan, meliputi; konsep pengukuran, klasiIikasi, metoda
dan bentuk laporan. Sehingga memudahkan bagi pemakai dalam melakukan estimasi
dan pengambilan keputusan yang tepat dalam melakukan perbandingan terhadap
kinerja manajemen.
D. KLASIFIKASI PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
12
Pembentukan suatu teori umumnya berawal dari Ienomena yang terjadi dalam
kehidupan manusia. Fenomena tersebut menimbulkan suatu pernyataan yang
membutuhkan jawaban. Jawaban tersebut terletak pada bidang tertentu, sering disebut
dengan epistemology, atau studi tentang penciptaan suatu pengetahuan.
Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai 'social science', karena memerlukan
proses pengukuran, interpretasi, masalah praktik dan teknik akuntansi. Oleh karena itu,
dalam merevieu suatu teori ilmiah (scientiIic theory), maka perlu menguji asumsi yang
dibuat dengan menggunakan metoda ilmiah dan sudut pandang ilmu yang lain.
Namun, masalah utamanya terletak pada metoda yang digunakan apakah metoda
ilmiah (scientiIic) atau metoda alamiah (naturalistic/interactive)? Karena pendekatan
ilmiah lebih bersiIat terstruktur dan terencana dalam hal perancangan risetnya, dimana
masalah, hipotesis dan teknik penelitiannya dapat dinyatakan secara jelas.
Sebaliknya metoda alamiah menolak penggunaan prosedur yang terstruktur.
Karena hanya didasarkan pada keadaan atau hukum alam yang berlaku. Baik metoda
ilmiah maupun metoda alamiah, keduanya sangat diperlukan dalam pengembangan
suatu teori, khususnya teori akuntansi. Berdasarkan kedua metoda tersebut, secara
garis besar rumusan teori akuntasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu:
berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem bahasa yang digunakan, dan
tujuan perumusan, sebagai berikut:
1. KlasiIikasi menurut Metoda Penalaran.
Atas dasar metoda ini maka teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai
pendekatan yang berbeda yaitu:
a. Pendekatan DeduktiI (deduktive approach)
Pendekatan ini dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip
akuntansi yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan
teknik-teknik akuntansi. Secara umum langkah yang digunakan dalam
merumuskan teori akuntansi adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan laporan keuangan;
2. Memilih postulat akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik,
dan sosiologi;
3. Menentukan prinsip akuntansi; dan
4. Mengembangkan teknik akuntansi, (Belkoui, 1993).
Keuntungan lain dari pendekatan ini adalah kemampuan untuk merumuskan
struktur teori akuntansi yang konsisten, terkoordinasi, lengkap, dan setiap
tahapan dapat berjalan secara logis.
b. Pendekatan InduktiI (induktive approach)
Bahwa dalam akuntansi, proses induktiIg melibatkan kegiatan observasi
mengenai data keuangan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi
tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan dalam prinsipprinsip
akuntansi sesuai dengan hubungan yang ada. Pendekatan ini
menggunakan pola dari khusus ke umum.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah:
1. Mencatat semua observasi;
2. Menganalisis dan mengklasiIikasikan hasil observasi, sehingga dapat
dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan;
3. Hasil observasi kemudian digeneralisasi; dan
4. Pengujian terhadap generalisasi, (Belkoui, 1993).
Tujuan yang melandasi pendekatan ini adalah untuk merumuskan
konklusi teoritis dan bersiIat abstrak dan rasionalisasi dalam praktik akuntansi.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
13
Keuntungan yang dapat diperoleh bila menggunakan pendekatan ini adalah
dalam penggunaaannya pendekatan ini berdasarkan pada kebebasan dimana
dalam perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang
telah diyakini atau disiapkan sebelumnya. Namun pendekatan ini paling tidak
memiliki dua kelemahan, yaitu:
1. Seringkali pengamat (observer) dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak
disadari tentang jenis hubungan yang diamati dan jenis data yang
dikumpulkan.
2. Data yang digunakan dalam pengamatan cenderung berbeda antara satu
perusahan dengan perusahaan yang lain.
c. Pendekatan Etika (ethics approach)
Dalam pendekatan ini sebagai dasar utama adalah pada konsep kebenaran
(truth), keadilan (justice), kewajaran atau kejujuran (Iairness). Hal ini lebih
pada penekanan moral karena dalam merumuskan teori akuntansi harus benarbenar
memperhatikan unsur tersebut bukan semata-mata pad kepentingan
praktik akuntansi (bisnis) semata.
d. Pendekatan Sosiologi (sosiology approach)
Pendekatan ini menekankan pada pengaruh sosial yang timbul akibat dari
teknik-teknik akuntansi terhadap kesejahteraan sosial di lingkngan tempat
akuntansi digunakan. Akuntansi sosial yang dilandasi oleh kepentingan
ekonomi yang dikembangkan, bertujuan untuk mendorong perusahaan agar
dapar mempertanggungjawabkan kegiatan usahanya pada lingkungan sosial
yang dinamis. Melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dampak
sosial dari kegiatan perusahaan dalam laporan keuangan tersebut.
e. Pendekatan Ekonomi (economic approach)
Pemilihan terhadap teknik akuntansi tergantung pada pengaruhnya terhadap
ekonomi nasional secara umum, dan lokal secara khusus. Dalam pendekatan
ini kriteria yang digunakan adalah:
1. Kebijakan dan teknik akuntansi hendaknya dapat mereIleksikan pada
realitas ekonomi yang terjadi.
2. Pemilihan teknik akuntansi sangat tergantumg pada konsekuensi ekonomi
yang timbul dari penerapan teknik akuntansi tersebut.
I. Pendekatan Eklektik (eclectical Approach)
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan akuntansi dengan cara
menggabungkan berbagai pendekatan yang selama ini digunakan.
2. KlasiIikasi menurut Sistem Bahasa
Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa, baik yang bersiIat verbal atau
matematis. Pengembangan teori itu sendiri biasanya berasal dari abstraksi dunia
tidak nyata (imaginative), yaitu yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Agar
abstraksi itu bermanIaat, teori akhirnya harus dihubungkan atau diwujudkan dalam
dunia nyata.
Selain itu, teori dapat pula dinyatakan dalam bentuk kata atau tanda (simbol).
Studi tentang simbol, dalam IilsaIat pengetahuan dikenal dengan istilah semiology.
Secara garis besar semiologi terdiri dari tiga bagian, yang dapat dikatakan sebagai
unsur teori, yaitu: Pendekatan Sintaktik, Semantik, dan Pragmatik.
a. Pendekatan Sintaktik.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
14
Sintaktik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol dengan
simbol. Pertanyaan utama dalam unsur ini ada apakah kata-kata atau simbol
digunakan sacara konsisten dan logis? Sintaktik atau hubungan logis
menghubungkan konsep-konsep dasar (diwujudkan dengan simbol
lingkungan). Hubungan kelogisan dalam sintaktik berkaitan dengan aturan
bahasa yang digunakan. Unsur sintaktik dapat dianalisis dengan menggunakan
metodologi analitik yang didasarkan pada silogisme, yang memiliki
seperangkat pernyataan dan konklusi. Misalnya:
Penyataan 1 : Semua anak laki-laki adalah berjenis kelamin pria
Pernyataan 2 : Boy adalah berjenis kelamin pria
Konklusi : Susi bukan berjenis kelamin pria.
Silogisme tersebut membentuk proposisi analitik. Dalam hubungan ini
untuk membuktikan kebenaran proposisi tersebut, arti sebenarnya dari 'jenis
kelamin tidak perlu diketahui. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
sintaktik berhubungan dengan aliran logika, bukan keakuratan proporsisi
argumen dari dunia nyata. Oleh sebab itu, evaluasi sintaktik terhadap suatu
teori melibatkan evaluasi validitas (logika) suatu argumen yang membentuk
teori tersebut. Jika suatu argumen adalah valid, maka pernyataannya adalah
benar, dan konklusinya pasti benar. Sebaliknya logika akan tetap valid
meskipun pernyataannya atau konklusinya tidak benar. Misalnya:
Pernyataan 1 : Semua rekening pasiva adalah bersaldo kredit.
Pernyataan 2 : Akumulasi depresiasi berkaitan dengan aset.
Konklusi : Akumulasi depresiasi memiliki saldo kredit.
Dari contoh di atas logikanya (hubungan sintaktik) adalah valid karena jika
kedua pernyataan tersebut benar, otomatis konklusinya juga akan benar.
b. Pendekatan Semantik
Semantik menunjukkan makna atau hubungan antara kata, tanda atau
simbol dengan obyek yang ada di dunia nyata. Pernyataan yang berkaitan
dengan unsur semantik adalah, apakah arti dari setiap kata atau simbol yang
digunakan dalam teori? Persamaan akuntansi Aset Utang Modal pada
awalnya abstrak. Namun demikian apabila kita mengkaitkannya dengan obyek
dunia nyata, persamaan tersebut menjadi realistis. Kebenaran nilai atau
keakuratan semantik suatu pernyataan ditentukan oleh keakuratan deskriptiI
yang ada di dunia nyata. Kebenaran tersebut didasarkan pada pernyataan atau
konklusi individual, bukan pada aliran logika (argument). Misalnya:
Pernyataan 1 : Semua pasiva dan rekening kontranya bersaldo kredit.
Pernyataan 2 : Utang bukan rekening aset.
Konklusi : Utang dagang bersaldo kredit.
Pernyataan pertama adalah salah dan aliran logika yang berawal dari
pernyataan ke konklusinya adalah tidak valid. Oleh karena itu, tidak ada
pernyataan yang jelas apakah rekening non aset bersaldo debit atau kredit,
maka secara sintaktik konklusi juga akan akan mengikuti pernyataan
sebelumnya. Meskipun demikian dari hubungan semantik (dunia nyata),
konklusinya adalah benar bahwa utang dagang bersaldo kredit. Atas dasar
hubungan semantik hipotesis atau teori mengandung dua unsur empiris dan
sintaktis.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
15
c. Pendekatan Pragmatik
Hubungan pragmatis menunjukkan pengaruh kata-kata atau simbol
terhadap seseorang. Aspek pragmatis berkaitan dengan bagaimana konsep dan
praktik akuntansi mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini beralasan karena
salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah menyediakan inIormasi yang
bermanIaat bagi pihak yang berkepentingan untuk membantu pengambilan
keputusan ekonomi. Pendekatan populer yang digunakan untuk merumuskan
teori adalah model keputusan (decision model). Dasar pemikiran utama dari
model keputusan adalah akuntansi harus memenuhi kebutuhan inIormasi para
pemakai. Pendekatan pragmatis yang lain adalah dengan cara mengamati
reaksi seseorang terhadap pesan yang sama dengan menggunakan cara yang
berbeda.
3. KlasiIikasi Perumusan menurut Tujuan
Atas dasar tujuannya, teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
Teori Akuntansi NormatiI (TAN) yang memberikan rumusan terhadap praktik
akuntansi, dan Teori Akuntansi PositiI (TAP) yang berusaha menjelaskan dan
memprediksi Ienomena yang berkaitan dengan akuntansi.
a. Teori Akuntansi NormatiI (normative accounting theory).
Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana seharusnya akuntansi dipraktikkan,
dan berusaha membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktikkan. Teori
Akuntansi NormatiI bukan dihasilkan dari penelitian empiris tetapi dihasilkan
dari kegiatan 'semi penelitian. Teori ini hanya menyebutkan hipotesis
bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikkan tanpa harus menguji hipotesis
tersebut. Beberapa teori akuntansi normatiI ini antara lain: True Income dan
Decision-UseIulness.
True income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik
dan benar untuk aset dan laba. Sedangkan decision-useIulness mempunyai
tujuan dasar agar dalam praktik akuntansi mampu untuk membantu proses
pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan
dan bermanIaat. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran
akuntansi. Terori tersebut bersiIat normatiI karena didasarkan pada anggapan
berikut:
1) Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran;
2) Laba dan nilai dapat diukur secara tepat;
3) Akuntansi keuangan bermanIaat untuk pengambilan keputusan ekonomi;
4) Pasar tidak eIisien (dalam pengertian ekonomi); dan
5) Ada beberapa pengukuran laba yang unik.
b. Teori Akuntansi PositiI (positive accounting theory)
Aliran ini pada awalnya dikenalkan oleh akademisi di University oI Chicago
USA dan meluas ke berbagai universitas seperti Rochester, CaliIornia, Barkley,
StanIord, dan New York. Aliran positiI didasarkan pada anggapan bahwa
kekuasaan dan politik merupakan sesuatu yang tetap dan sistem sosial dalam
organisasi merupakan Ienomena empiris konkrit dan bebas nilai atau tidak
tergantung pada manajer dan karyawan yang bekerja dalam entitas tersebut.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
16
Watts dan Zimmerman (1986) berpendapat bahwa perumusan teori harus
betul-betul pertimbangan nilai dan menekankan pada kebutuhan akan
pendekatan baru. Diungkapkan bahwa: tujuan dari PAT adalah untuk
menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik akuntansi.
Menjelaskan berarti memberikan alasan terhadap praktik akuntansi yang
diamati. Misalnya teori akuntansi nilai historis dan mengapa perusahaan
tertentu mengubah teknik akuntansinya. Prediksi berarti teori akuntansi dapat
memberikan prakiraan atau prediksi terhadap Ienomena yang diamati.
Dalam PAT ada tiga hipotesis yang dapat digunakan untuk memperkirakan
atau memprediksi suatu kejadian atau Ienomena, sebagai berikut:
1) Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypotehsis), dimana manajer
perusahaan dengan rencana bonus tertentu cenderung lebih menyukai
metoda meningkatkan laba periodik berjalan;
2) Hipotesis utang (debt/equty hypothesis), bahwa makin tinggi rasio utang
ekuitas perusahaan maka makin besar kemungkinan bagi manajer untuk
menggunakan metoda akuntansi yang dapat menaikkan laba; dan
3) Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis), bahwa perusahaan besar
cenderung menggunakan metoda akuntansi yang dapat mengurangi laba
periodik dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Ketiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga
hubungan keagenan yaitu:
a. antara manajer dengan pemilik;
b. antara manajemen dengan kreditur; dan
c. antara manajemen dengan pemerintah.
Selanjutnya dalam PAT yang dikembangkan melalui penelitian dan dapat
dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu:
1) Penelitian akuntansi dan perilaku dalam pasar modal. Tahap ini
menjelaskan hubungan antara pengumuman antara laba dengan reaksi
harga saham. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan hipotesis pasar
eIisien dan Capital Aset Pricing Model (CAPM).
2) Penelitian dalam tahap ini dilakukan dengan maksud menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi antar perusahaan yang diIokuskan pada dua
alasan. Alasan pertama adalah alasan oportunistik yang digunakan
perusahaan dalam meilih metoda akuntansi tertentu. Alasan ini disebut juga
ex-post yaitu pemilihan metoda akuntansi dilakukan sesudah diketahui
adanya Iakta. Alasan kedua alasan eIisiensi berkaitan dengan metoda
akuntansi yang dipilih guna mengurangi biaya kontrak antara perusahaan
dengan pemiliknya (stakeholder). Alasan eIisiensi disebut juga dengan exante
karena dalam pemilihan metoda akuntansi dilakukan sebelum Iakta
diketahui. Secara teoritis maka PAT telah memberikan kontribusi dalam
pengembangan akuntansi misalnya:
a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan
penjelasan spesiIik terhadap pola tersebut;
b. Memberikan rerangka yang jelas dalam memahami akuntansi;
c. Menunjukkan peran utama biaya kontrak dalam teori akuntansi;
d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan rerangka
dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi; dan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
17
e. Mendorong penelitian yang relevan dengan akuntansi dan menekankan
pada prediksi dan penjelasan terhadap Ienomena akuntansi.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
18
PERLATIHAN
1. Apa yang dimaksud teori, jelaskan!
2. Apa yang dimaksud teori akuntansi, jelaskan!
3. Jelaskan beberapa interpretasi tentang akuntansi! Termasuk dalam interpretasi
manakah bila akuntansi dipandang sebagai alat penyedia inIormasi?
4. Bagaimana sebenarnya konsep akuntansi (konvensional) jika dipandang dari prinsip
syariah, jelaskan.
5. Dalam merumuskan teori akuntansi, ada tiga klasiIikasi perumusan, yaitu metoda
penalaran, sistem bahasa, dan tujuan, jelaskan!
6. Mengapa struktur dalam teori akuntasi dibagi dalam empat tingkatan, jelaskan disertai
dengan contohnya masing-masing!
7. Apakah yang dimaksud dengan PAT? Jelaskan!
8. Seberapa besar PAT mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan akuntansi,
jelaskan!
9. Bila dalam suatu perusahaan terjadi transaksi penjualan barang dagangan secara kredit,
kepada pelanggan tetap. Sedangkan pembayaran dilakukan secara bertahap selama tiga
kali angsuran, maka bagaimana seharusnya pencatatan yang dibuat atas transaksi
tersebut. Apakah dalam praktik seperti ini termasuk dalam interpretasi akuntansi
sebagai catatan historis? Jelaskan jawaban Saudara.
10. Jelaskan struktur perekayasaan akuntansi.
11. Jelaskan perbedaan antara pelaporan keuangan dengan laporan keuangan.
12. Mengapa untuk merumuskan suatu teori diperlukan pendekatan yang bersiIat ilmiah
maupun non ilmiah/alamiah, jelaskan!
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
19
BAB II
RERANGKA KONSEPTUAL
A. PENGERTIAN RERANGKA KONSEPTUAL
Pada tingkatan teori yang tinggi, rerangka konseptual menyatakan ruang lingkup
dan tujuan pelaporan keuangan. Pada tingkatan selanjutnya, rerangka konseptual
mengidentiIikasikan dan mendeIinisikan karakteristik dari inIormasi keuangan dan
elemen laporan keuangan. Pada tingkatan operasional yang lebih rendah, rerangka
konseptual berkaitan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan (rules) tentang
pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan dan tipe inIormasi yang perlu
disajikan. Sering dikatakan bahwa agar dapat dijadikan legitimasi, rerangka konseptual
harus didukung oleh metodologi 'ilmiah (scientiIic). Hal ini berarti bahwa prinsipprinsip
dan aturan-aturan pengukuran tersebut harus dihasilkan dari tujuan dan
konsep-konsep yang telah dideIinisikan sebelumnya. FASB (1978) mendeIinisikan
rerangka konseptual sebagai suatu sistem yang saling berkaitan sebagai berikut:
'Suatu sistem yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling
berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan
memberi pedoman tentang jenis, Iungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan
pelaporan keuangan.
Dari deIinisi di atas dapat dilihat bahwa kata-kata seperti 'sistem yang koheren
(coherent system) dan 'konsisten (consistent) menunjukkan bahwa FASB
menggunakan rerangka teoritis dan non-arbiter. Sedang kata 'memberi pedoman'
(precribes) mendukung pemakaian pendekatan normatiI.
Ada beberapa pihak yang memandang rerangka konseptual sebagai 'konstitusi
(undang-undang), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar
akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang berwenang
dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan standar tertentu
sesuai dengan rerangka konseptual. Namun demikian tidak ada cara yang dapat
digunakan untuk membuktikan bahwa pertimbangan nilai yang dibuat oleh individu
atau kelompok yang lain. Dengan demikian keberadaan teori yang berkaitan secara
logis (koheren) untuk menyusun standar akuntansi merupakan argumen yang bersiIat
konseptual.
Lebih lanjut Solomon (1983, 115) menyatakan, 'Jika badan pembuat standar tidak
dapat menunjukkan bahwa standar yang dibuat dapat menghasilkan inIormasi yang
memiliki kualitas atau karakteristik yang diperlukan untuk mencapai tujuan akuntansi
yang ada, badan tersebut tidak akan mampu mempertahankan diri dari unsur
kepentingan tertentu yang dilihat standar sebagai sesuatu yang merugikan
kemakmuran. Jika suatu standar tidak dihasilkan dari rerangka konseptual, bagaimana
mungkin kita menunjukkan bahwa standar tertentu dipandang lebih baik dari pada
yang lainnya.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
20
B. PERANAN RERANGKA KONSEPTUAL DALAM PERUMUSAN STANDAR
AKUNTANSI
Dalam membahas rerangka konseptual, ada beberapa masalah berikut yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a) Mengapa mempersoalkan perumusan 'teori akuntansi umum melalui pendekatan
rerangka konseptual?
b) Oleh karena pada masa lalu belum memiliki standar akuntansi, maka mengapa
teori tersebut diperlukan pada masa sekarang?
Ada argumen yang menyatakan bahwa munculnya berbagai masalah dalam praktik
akuntansi sering disebabkan oleh tidak adanya teori umum. Sekalipun badan
penyusunan standar akuntansi (standard setting body) di negara maju seperti Amerika,
Australia, Inggris, dan Selandia Baru maupun di negara lainnya telah mengeluarkan
berbagai standar dan melakukan pembatasan terhadap pemilihan metoda akuntansi dan
praktik akuntansi yang masih dilakukan terlalu terlalu premisiI. Namun hal tersebut,
hanya dapat memberikan solusi sementara berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Hal ini disebabkan adanya kelonggaran terhadap pemakai prosedur akuntansi yang
sesuai dengan keinginan penyusun laporan keuangan. Kenyataan ini dapat dilihat dari
laporan khusus yang dibuat oleh salah satu komite dari New York Stock Exchange
(AICPA, 1934) menyatakan, 'Semakin banyak alternatiI praktik akuntansi, akan
menyebabkan perusahaan memiliki kebebasan untuk memilih metoda akuntansi
mereka sendiri dalam batas yang sangat luas sesuai dengan reIerensi yang dibuat.
Ada kebebasan yang mengijinkan setiap perusahaan untuk memilih metoda
akuntansi yang disukai dalam lingkup generally accepted accounting principles
(GAAP), dan tetap dipandang sebagai doktrin yang dianut banyak pihak terutama
perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986). Meskipun demikian, kebebasan tersebut
pada akhirnya akan mengarah pada sesuatu yang membingungkan. Atas dasar hal itu,
Badan Akuntansi Amerika Serikat (FASB) telah berupaya mengatasi hal tersebut
dengan mengeluarkan berbagai resolusi dan standar akuntansi yang didasarkan pada
praktik berjalan dengan didukung oleh alasan tertentu yang bersiIat khusus (ad hoc).
Namun demikian, pada kenyataannya badan tersebut tidak mengeluarkan kesepakatan
prinsip yang konsisten. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa masih banyak
praktik yang dipengaruhi oleh hukum, peraturan pemerintah, tekanan dari manajer dan
kepentingan politik tertentu. Accounting Principles Board (APB), badan yang
dibentuk sebelum diganti oleh Financial Accounting Standard Board (FASB),
mengakui hal tersebut. Yaitu ketika badan ini mendeIinisikan makna GAAP. APB
(1970) menyatakan bahwa GAAP merupakan 'Konvensi yaitu prinsip-prinsip
tersebut diterima secara umum berdasarkan kesepakatan (aggrement), bukannya
dihasilkan secara Iormal dari seperangkat postulat atau konsep dasar. Prinsip-prinsip
tersebut berkembang berdasarkan pengalaman, alasan, kebiasaan, pemakaian dan juga
kebutuhan praktik.
Sumber-sumber kekuatan yang berwenang dalam akuntansi sangat banyak
jumlahnya. Contohnya, di Amerika, Internal Revenue Service (badan yang mengurusi
pajak) menerima pemakaian Metoda Last In First Out (LIFO) untuk menilai
persediaan, dan metoda penyusutan dipercepat untuk menentukan besarnya
penyusutan aset tetap. Sikap untuk menerima metoda tersebut pada akhirnya diterima
oleh proIesi akuntansi. Di samping itu, manajer perusahaan seringkali mempengaruhi
akuntan untuk merancang metoda akuntansi yang dapat diterima (acceptable) untuk
tujuan memperkecil beban pajak atau menaikkan laba yang dilaporkan.
Ketidakkonsistenan dalam praktik tersebut menimbulkan suatu masalah. Gellein,
(1980) mantan anggota APB dan FASB, berkomentar bahwa tidak adanya rerangka
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
21
konseptual yang jelas, telah menyebabkan berlakunya Hukum Gresham dalam
akuntansi: praktik yang jelek akan memikirkan atau mengganti praktik yang baik
(Gellein, 1980).
Perdebatan mengenai rerangka konseptual muncul, baik FASB maupun Australian
Accounting Research Foundation (AARF) termasuk di Indonesia mengikuti cara-cara
yang digunakan badan proIesional sebelumnya untuk mengatasi masalah akuntansi
tertentu. Sebab tidak ada teori akuntansi yang dapat diterima secara umum,
rekomendasi dari badan berwenang hanya dipandang sebagai solusi ad hoc (khusus)
untuk menekan masalah-masalah yang muncul pada waktu itu. Dan bersiIat sementara.
Padahal masalah yang muncul semakin banyak dan beragam. Sehingga perlu keariIan
akademis dan kehati-hatian dalam menyelesaikan masalah ini. Untuk itu, perlu juga
diperhatikan reviu sejarah untuk perumusan teori akuntansi. Menurut Storey (1964,
52) menyimpulkan bahwa 'Penyelesaian yang bersiIat ad hoc (khusus) yang
dihasilkan dari pendekatan play-it-by-ear jarang menghasilkan penyelesaian akhir
yang memuaskan (sekalipun mempertimbangkan dinamika akuntansi). Pendekatan
'play-it-by-ear adalah pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang
berubah-ubah, bukannya pendekatan yang dilakukan dengan membuat rencana yang
tetap, yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan Solomon, (1983, 109) berpendapat bahwa seseorang harus membuat
pertimbangan tertentu tentang jenis akuntansi yang diinginkan. Salomon menolak
pemakaian standar akuntansi yang ditetapkan dari pengamatan induktiI karena hasil
proses tersebut menunjukkan kondisi 'benar, sebagai berikut: 'Suatu prinsip atau
praktik akan dinyatakan sebagai sesuatu yang 'benar karena hal tersebut diterima
secara umum, prinsip atau praktik tersebut tidak akan diterima secara umum karena
prinsip tersebut dikatakan 'benar.
Selanjutnya dinyatakan pula, bahwa rerangka konseptual dapat digunakan untuk
mengatasi campur tangan politik pemerintah dalam menyusun laporan keuangan yang
obyektiI, netral dan independen. Hal ini tidak mengherankan sebab kebijakan
akuntansi hanya dapat diimplementasikan dengan melakukan impelemntasi
pertimbangan nilai (value judgment). Terutama berkaitan dengan masalah yang
dihadapi.
C. PERUMUSAN RERANGKA KONSEPTUAL
Proses perumusan rerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evaluasi
yang dihasilkan dari pekerjaan atau proyek sebelumnya. Ada berbagai publikasi dari
kegiatan dalam perumusan rerangka konseptual, misalnya di USA nampak pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2
PUBLIKASI PERUMUSAN RERANGKA KONSEPTUAL
TAHUN 1966 S.D. 1977
JUDUL PENERBIT TAHUN
A Statement oI Basic Accounting Theory (ASOBAT) AAA 1966
Basic Concept and Accounting Princiles Underlying Financial
Statement oI Business Enterprises (APB Opinion No. 4)
APB 1970
Objectives oI Financial Statement (Trueblood Committee Report) AICPA 1973
Statement oI Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA) AAA 1977
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
22
Adanya publikasi rerangka konseptual di atas, akhirnya membuat FASB
melakukan evaluasi dan mempelajari kembali berbagai hasil publikasi tersebut. Sehingga
pada tahun 1976 FASB mengeluarkan 'Conceptual Framework Ior Financial Accounting
and Reporting: Element oI Financial Statement and Their Measurement yang dituangkan
dalam 'Discussion Memorandum Kemudian setelah itu, dalam periodik 1978-1985
FASB dengan 'DM nya telah mengeluarkan 6 (enam) komponen rerangka konseptual
yang diberi nama Statement oI Financial Accounting Concept (SFAC) sebagai berikut:
Tabel 3
KOMPONEN RERANGKA KONSEPTUAL
SFAC JUDUL ISI TAHUN
1
Objectives oI Financial Reporting by Business
Enterprises.
Tujuan yang akan dicapai dalam
pelaporan keuangan
1978
2
Qualitative characteristcs oI Accounting
InIormation
Kualitas inIormasi yang harus
dipenuhi dalam pelaporan
keuangan agar bermanIaat
1980
3
Elements oI Financial Statement oI Busiiness
Enterprises
DeIinisi dan karakteristik elemen
laporan keuangan
1980
4
Objectives oI Financial Reporting by
Nonbusiness Oranizations
Tujuan yang akan dicapai dalam
pelaporan keuangan organisasi non
laba
1980
5
Recognition and Measurement in Financial
Statement oI Business Enterprises
Kriteria pengakuan dan atribut
pengukuran elemen laporan
keuangan
1984
6
Element oI Financial Statement a Replecement
oI FASB Concepts Statement No. 3
Pengganti SFAC No. 3 dan berlaku
juga bagi organisasi non laba
1985
Ruang lingkup dan komponen rerangka konseptual menurut FASB:
1. Tujuan rerangka konseptual mengindentiIikasikan pelaporan keuangan;
2. Konsep dasar (basic concept) mencakup karakteristik kualitatiI dari inIormasi yang
dihasilkan dan deIinisi elemen laporan keuangan; dan
3. Rerangka konseptual berisi pedoman operasional yang akan digunakan akuntan dalam
menentukan dan menerapkan standar akuntansi. Secara graIis dapat dilihat pada
gambar lima berikut:
Gambar 5
HIRARKI INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
FIRST HIRARKI
SECOND HIRARKI
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik
KualitatiI
Elemen
(Akun)
provide
inIormation
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
23
Pada hirarki pertama berisi tujuan laporan keuangan yang menjelaskan tujuan dan
dimensi laporan untuk menyediakan inIormasi. Hendaknya pada hirarki ini tidak hanya
menjelaskan isi laporan keuangan saja tetapi juga berisi: useIul in investment and credit
decisions, useIul in assesing Iuture cash Ilows, and about enterprise resources, and
change in them. (SFAC No, 1). Sementara itu dalam PSAK No. 1 (2007), dijelaskan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah 'menyediakan inIormasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanIaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (par. 12).
Terutama inIormasi bagi pemakai laporan keuangan yaitu: investor, karyawan, pemberi
pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
(par. 09). InIormasi yang disajikan meliputi semua komponen laporan keuangan, yaitu:
a) neraca;
b) laporan laba rugi;
c) laporan perubahan ekuitas;
d) laporan arus kas; dan
e) catatan atas laporan keuangan. (par. 07)
Selain itu, dapat pula perusahaan menyajikan laporan tambahan lainnya, seperti
laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah (value added), analisis telaah
keuangan. Semua laporan ini sebagai pelengkap untuk memberikan inIormasi tambahan
bagi pemakai laporan keuangan, sehingga seluruh inIormasi dapat disajikan secara
lengkap dan obyektiI.
Pada hirarki kedua berisi karakteristik kualitatiI dan elemen laporan keuangan
(akun), dimana rerangkan konseptual pada hirarki ini terdiri dari conceptual building
block yang menjelaskan karakteristik inIormasi laporan keuangan tersebut dan
mendeIinisikan elemen pelaporan keuangan. Building block ini membentuk jembatan yang
menghubungkan mengapa akuntansi diperlukan? Dalam karakteristik kualitatiI ini
dijelaskan sebagai berikut:
a. Primary Qualitaties terdiri dari:
Relevansi (predictive value, dan timeliness), Reliabilitas (veriIiability,
representational IaithIulness, dan neutrallity). Selanjutnya InIormasi dikatakan,
Relevan bila inIormasi tersebut memiliki manIaat, sesuai dengan tindakan yang
akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Selain itu relevansi memilik
tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut akan berbeda diantara para pemakai dan
sangat tergantung pada kebutuhan akan inIormasi dan kondisi tertentu yang
dihadapi para pengambil keputusan.
Keandalan, merupakan kualitas inIormasi yang menyebabkan pemakai
inIormasi akuntansi sangat tergantung pada kelayakan inIormasi yang diperoleh
atau disajikan. Selain itu keandalan inIormasi sangat tergantung pada kemampuan
suatu inIormasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa yang
sebenarnya secara obyektiI.
Dalam konsep Cost and BeneIit Ratio, inIormasi dikatakan mempunyai
kendala bila dikaitkan dengan pertimbangan kos dan manIaat, karena dalam
THIRD
ASSUMPTIONS PRINCIPLES CONSRAINTS
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
24
penyajian laporan keuangan sangatlah sulit untuk dapat melakukan penilaian dan
pengukuran secara wajar terhadap manIaat dari inIormasi tersebut. Sedangkan
dalam konsep lain, Materialitas, adalah penyajian inIormasi tertentu akankah
mempunyai pengaruh secara signiIikan terhadap keputusan inIormasi, bila
inIormasi itu diasajikan atau ditiadakan sama sekali.
b. Secondary Qualitlities terdiri dari: Comparability; (daya banding), inIormasi
mempunyai manIaat kalau inIormasi tersebut mempunyai daya banding baik antar
periodik maupun antar perusahaan sedangkan Consistency (konsistensi) atau
keajegan, adalah berkaitan denganpenggunakan suatu metoda taukebijakan
akuntansi secara konsisten dan tidak dapat dilakukan perubahan tertentu setiap
periodik, kecuali hal lain yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan
perubahan atau penggantian metoda akuntansi yang digunakan.
Sedangkan elemen (akun) pelaporan terdiri dari; Assets, Liabilities, Equity,
Investment by Owners, Distribution to Owners, Comprehensive Income, Revenues,
Expenses, Gains, and Losses.
SFAC dalam pernyataan No. 5 menyebutkan bahwa kriteria pengakuan
umumnya konsisten dengan praktik akuntansi berjalan dan tidak ada perubahan
yang mendasar. Selanjutnya SFAC tersebut melalui discussion memorandum,
mengakui ada lima dasar pengukuran yang dapat digunakan untuk menetukan nilai
aset dan utang sebagai berikut:
1. Biaya historis (historical cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai aset tersebut siap dipakai.
2. Biaya pengganti (replacement cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang
harus dibayar jika aset sejenis atau sama diperoleh pada saat sekarang (harga
wajar).
3. Biaya terkini (current cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang diperoleh
dengan menjual aset pada saat kegiatan normal perusahaan (harga pasar).
4. Nilai bersih yang dapat direalisasi (net reliazible cost), yaitu jumlah kas atau
setara kas yang diperoleh jika aset diharapkan akan dijual setelah dikurangi
dengan biaya langsung (harga bersih realisasi).
5. Nilai sekarang aliran kas mendatang (present value Iuture cost), yaitu nilai
sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aset
dijual pada masa yang akan datang.
Pada hirarki ketiga berisi postulat (dalil), prinsip, dan keterbatasan. Hirarki
ini merupakan pedoman operasional yang harus digunakan dalam mengukur dan
mengakui elemen laporan keuangan dan menyajikan inIormasi tersebut secara
wajar (Iair), lengkap (Iull), dan cukup (adequate), sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum (PABU).
D. EVALUASI RERANGKA KONSEPTUAL
Di Amerika Serikat, berbagai kritik banyak ditujukan pada proyek konseptual.
Karena banyak proyek ini yang gagal, meskipun tidak semua, tetapi sebagian dapat
dikatakan berhasil dalam proyek rerangka konseptual ini, namun keberhasilan
proyek rerangka konseptual tersebut berjalan agak lambat. Analisis terhadap kritik
tersebut akan memungkinkan dalam membantu memahami alasan mengapa rerangka
konseptual tersebut berkembang lambat. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian
dan membantu pengembangannya di Indonesia atau memperbaiki bagian-bagian yang
masih memiliki kelemahan tersebut secara terencana dan kontinyu.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
25
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis tersebut. Pertama
adalah dengan menganggap bahwa rerangka konseptual seharusnya merupakan
Pendekatan 'Ilmiah (scientiIic), yang didasarkan pada metoda-metoda yang
umumnya digunakan dalam penelitian ilmiah dan kedua Pendekatan ProIesional
(Godzali, 2001,147). Kedua pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Pendekatan Ilmiah
a) DeskriptiI dan Non-Operasional
Apabila kita memperhatikan berbagai isu dan perdebatan dalam akuntansi, kita
sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar seperti: apakah yang dimaksud
dengan nilai (value)? Bagaimana kita menilai elemen laporan keungan seperti
aset dan utang? Salah satu tujuan dari rerangka konseptual adalah untuk
mejawab pertanyaan tersebut sehingga dapat menghindari argumen repetative
terhadap arti dari istilah elemen laporan keuangan. Seringkali yang menjadi
masalah adalah apakah kesepakatan yang dicapai dalam mendeIinisikan elemen
laporan keuangan merupakan hal yang penting, seperti halnya dalam ilmu
pengetahuan murni? Gerboth (1987) berpendapat bahwa pengetahuan substantiI
berasal bukan dari investigasi bukannya didasarkan pada kesepakatan terhadap
deIinisi.
b) Asumsi Ontologis dan Epistemologi
Beberapa IilusoIis pengetahuan, antara lain Feyerabend (1987) berpendapat
bahwa kebenaran ilmiah tidak bersiIat absolut. Suatu pernyataan atau keyakinan
dapat diterima setelah terbukti kebenarannya sesuai dengan aturan yang
disepakati dalam metodologi ilmiah. Hines (1988) berpendapat bahwa masalah
dalam realisme ekonomi atau pendekatan pengukuran yang diadopsi oleh
rerangka konseptual di USA adalah masalah yang sering dijumpai dalam
masyarakat ilmiah.
Tujuan utama pendekatan tersebut dalam ilmu pengetahuan adalah untuk
mendapatkan pemahaman tentang lingkungan sehingga memungkinkan untuk
beroperasi lebih eIektiI dalam lingkungan tersebut. Asumsi juga dibuat terhadap
karakteristik perilaku (maksimasi kemakmuran, kebutuhan inIormasi pemakai
seperti aliran kas masa mendatang dan nilai terkini, dan cara-cara bagaimana
orang berhubungan dengan orang lain dan masyarakat).
c) Perputaran Logika
Salah satu jujuan dari rerangka konseptual adalah memberikan pedoman
bagi praktik akuntansi setiap hari. Apabila diperhatikan, rerangka konseptual
FASB kelihatan seperti mengikuti alur ilmiah, yaitu menghasilkan prinsipprinsip
dan praktik akuntansi dari suatu teori yang digeneralisasikan. Namun
kenyataannya, rerangka konseptual tersebut gagal memenuhi kriteria pengujian.
Rerangka konseptual tersebut lebih didasarkan pada 'perputaran logika
(circularity oI reasoning) yang tidak berujung pangkal dalam rerangka itu
sendiri. Rerangka konseptual berusaha untuk memecahkan perputaran logika
tersebut dengan mengacu pada pernyataan bahwa pemakai laporan keuangan
memiliki pengetahuan yang cukup dan sesuai untuk menentukan dan
menginterprestasikan laporan keuangan. Akan tetapi, rerangka konseptual tidak
memberikan pedoman khusus tentang bagaimana hal tersebut dapat dicapai.
d) Disiplin yang Tidak Ilmiah
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
26
Apakah akuntansi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure
science)? Rerangka konseptual mungkin mengadopsi pendekatan ilmiah.
Elemen-elemen empiris dan teoritis, dalam akuntansi dideIinisikan secara bebas
(loossely). Namun kenyataannya tidak semua ilmu pengetahuan dihasilkan dari
pendekatan secara ilmiah, khususnya akuntansi harus menggunakan pendekatan
atau metoda lainnya, yaitu non ilmiah. Sebab akuntansi tersebut berkaitan pula
dengan perilaku, sehingga selain pure science harus dilengkapi pula non pure
science. Misalnya berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti, bahasa, jiwa,
lingkungan dan sosial.
2) Nilai ProIesional
a. Rerangka Konseptual sebagai Dokumen Kebijakan
Sebagai seperangkat pengetahuan yang digeneralisasikan, rerangka
konseptual gagal memenuhi pengujian ilmialh. Sekalipun kita beragumen bahwa
realitas hanya merupakan hasil dari konstruksi sosial, namun tidak ada proses
deduktiI yang melekat dalam rerangka konseptual. Tidak dapat dipungkiri proses
tersebut sebenarnya diperlukan untuk menerapkan rerangka konseptual pada
Ienomena empiris yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah realitas ke arah
tatanan yang lebih disukai sesuai dengan tujuan yang diasumsikan. Kenyataan
yang menunjukan apakah rerangka konseptual dapat dipandang sebagai model
normatiI untuk praktik akuntansi, juga merupakan masalah.
AlternatiI untuk memandang rerangka konseptual sebagai model normatiI
yang diturunkan dari pendekatan deduktiI atau ilmiah adalah dengan melihatnya
sebagai model kebijakan. Perbedaan antara teori dan kebijakan merupakan hal
yang penting karena isu kebijakan dapat dipecahkan dengan alat politik. Rerangka
konseptual FASB dapat dipandang sebagai pendekatan konstitusional yang
sebagian besar mendukung prinsip-prinsip yang telah ada.
b. Nilai ProIesional dan Perlindungan Diri (selI-preservation)
Perlindungan diri memiliki arti pencarian terhadap kepentingan sendiri,
sementara nilai proIesional mengarah pada idealisme dan ketidakegoisan
(altruism). Greenwood (1978) mengatakan bahwa organisasi proIesional muncul
sebagai perwujudannn dari kesadaran terhadap pentingnya proIesi dan
mempromosikan kepentingan dan tujuan kelompok tertentu.
Gerboth (1973) menegaskan bahwa keberadaan tanggung jawab
proIesional menyebabkan keputusan yang diambil oleh akuntan dianggap obyektiI.
Gerboth menambahkan bahwa segala sesuatu yang menyangkut pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh akuntan didasarkan pada pertimbangan proIesional
yang dilandasi tanggung jawab proIesional, dan bukan didasarkan pada keputusan
yang bersiIat arbiter.
Agrawal (1987) menemukan bahwa berbagai isu yang menyangkut daya
banding (comparability) dan eIektivitas biaya tidak dapat dipecahkan dengan
rerangka konseptual. Isu tersebut hanya dapat dipecahkan dengan menggunakan
pertimbangan (judgment) yang bersiIat subyektiI. Sementara, pertimbangan
sebagian besar juga didasarkan pada nilai-nilai proIesional. Adanya
ketidaksepakatan terhadap standar akuntansi normatiI juga didukung oleh Demski
(1973). Dia mengatakan bahwa atas dasar bukti yang ada, secara umum tidak ada
standar yang mampu mengindentiIikasikan alternatiI akuntansi yang paling disukai
tanpa mengaitkannya dengan keyakinan dan preIerensi pribadi (individu)
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
27
keyakinan dan preIerensi semacam itu merupakan campuran antara nilai pribadi
dan nilai proIesional. Oleh karena itu, Bromwich (1980) yakin bahwa pendekatan
yang optimal dalam menentukan standar akuntansi adalah dengan mengeluarkan
seperangkat standar sepotong-potong (parsial) yang membahas masalah akuntansi
secara terpisah.
Konsep yang kurang idealis dari nilai-nilai proIesional adalah konsep
otoritas dan monopoli proIesional. Konsep ini sesuai dengan pendekatan konstitusi
(constitusional approach ) yang diajukan oleh Buckley ( 1980 ) dan argumen yang
dilakukan oleh proIesi akuntan. Sedangkan Hines (1989) berpendapat bahwa
kemampuan proIesi akuntansin untuk mempertahankan legitimasi sebagai suatu
proIesi pada akhirnya akan dinilai oleh masyarakat. Hal inilah yang mendorong
munculnya kebutuhan akan rerangka konseptual. Hines juga berpendapat bahwa
apabila masyarakat memandang praktik akuntansi tidak lebih dari sekumpul
metoda akuntansi yang tidak berkaitan dan bersiIat arbiter, maka legitimasi sosial
terhadap proIesi akuntansi akan berkurang atau bahkan bisa hilang.
E. PERUMUSAN RERANGKA KONSEPTUAL DI INDONESIA
Secara umum dapat dikatakan bahwa proyek rerangka konseptual FASB
merupakan proyek yang dianggap paling maju dalam menciptakan 'konstitusi
akuntansi. Agar eIektiI, rerangka tersebut harus mampu diterima secara umum,
menggambarkan perilaku kolektiI, dan melindungi kepentingan publik di bidang
kegiatan yang dipengaruhi oleh pelapor keuangan. Rerangka konseptual harus dapat
dipraktikkan dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. Salah satu
cara yang dapat digunakan untuk menentukan keberterimaan rerangka konseptual
adalah dengan memastikan kelayakan (soundness) penalaran yang melandasi rerangka
konseptual (Belkaoui, 1993, 213). Sementara itu, Hongren (1981) mengatakan bahwa,
'Peranan utama rerangka konseptual pada akhirnya ditujukan pada usaha untuk
meningkatkan kemungkinan keberterimaan dari pernyataan tertentu yang diusulkan
atau telah ada. Semakin baik asumsi yang digunakan akan semakin lengkap analisis
yang dilakukan terhadap Iakta, maka semakin besar kesempatan untuk mendapatkan
dukungan dari pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda dan mempertahankan
serta meningkatkan kekuatan FASB.
Pengujian akhir terhadap rerangka konseptual, terletak pada implementasi dan
kelangsungan hidupnya. Kasus di Amerika yang dikemukakan oleh Dopuch dan
Sunder (1980). Menunjukkan bahwa rerangkan konseptual kelihatannya tidak mampu
memcahkan isu akuntansi utama atau dalam menentukan suatu standar akuntansi.
Apalagi yang berkaitan dengan perkembangan baru (Ienomena) yang terjadi dalam
praktik akuntansi, sehingga harus dikaitkan pula dengan dunia usaha yang selalu
berkembang dan dinamis. Fenomena baru tersebut tentu akan memerlukan rerangka
konseptual dan akhirnya merumuskan standar akuntansi sebagai landasan untuk dapat
digunakan dan diimplementasikan apakah sebagai judgment oI accounting atau acuan
(standar akuntansi) dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Sejalan dengan
perkembangan dan Ienomena yang terjadi, bagaimana dengan virtual market,
intellectual capital, dan masalah lainnya? Sejalan dengan semakin derasnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hal ini harus segera dicarikan
jalan keluarnya agar tidak terjadi kerancuan, terutama dalam praktik akuntansi.
Sehingga ada kepastian acuan atau pedoman bagi kalangan dunia usaha (bisnis) untuk
kondisi di USA (dunia internasional) dalam konteks praktik dunia usaha internasional.
Secara khusus berkaitan dengan praktik bisnis di Indonesia, perumusan rerangka
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
28
konseptual ini sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam upaya untuk
mewujudkan perumusan teori akuntansi yang betul-betul sesuai dengan kondisi dan
lingkungan bisnis di Indonesia.
Di Indonesia rerangka konseptual (standar akuntansi) mulai dikenalkan sejak
bulan September 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang telah mengambil
kebijakan untuk mengadopsi rerangka konseptual yang disusun oleh International
Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar dalam rerangka dan dasar
penyusunan dan penyajian laporan. Kebijakan ini telah disetujui oleh Komite Prinsip
Akuntansi Indonesai (PAI) Pusat pada tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan oleh
Pengurus Pusat IAI tanggal 7 September 1994. Kemudian IAI memberikan nama
rerangka konseptual Indonesia dengan istilah: 'Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Selanjutnya rerangka ini dapat digunakan oleh semua
pihak sebagai acuan dalam menjalankan berbagai kegiatan (perusahaan) antara lain:
a) Komite penyusun standar dalam pelaksanaan tugasnya;
b) Penyusunan laporan keuangan, untuk mengurangi masalah-masalah akuntansi
yang belum diatur dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK);
c) Dasar auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun telah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU); dan
d) Para pemakai laporan keuangan, dalam menaIsirkan inIormasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.
Secara garis besar rerangka konseptual ini berisi hal-hal berikut:
1) Tujuan laporan keuangan;
2) Karakteristik kualitatiI yang menetukan manIaat inIorasi yang disajikan dalam
laporan keuangan;
3) DeIinisi, pengakuan dan pengukuran elemen-elemen yang membentuk laporan
keuangan; dan
4) Kosep modal dan pemeliharaannya.
PERLATIHAN
1. Apa yang disebut rerangka konseptual, jelaskan!
2. Mengapa rerangka konseptual diperlukan dalam perumusan teori akuntansi, jelaskan!
3. Bagaimana perumusan rerangka konseptual di USA, sebut dan jelaskan beberapa
publikasi berkaitan dengan perumusan rerangka konseptual tersebut.
4. Jelaskan peranan rerangka konseptual dalam proses perumusan dan penetapan standar
akuntansi.
5. Mengapa dalam pelaporan keuangan diperlukan perekayasaan akuntansi, jelaskan.
6. Apa yang Saudara ketahui tentang rerangka konseptual, dan bagaimana hubungannnya
dengan parktik akuntansi, jelaskan!
7. Bagaimana perumusan rerangka konseptual di Indonesia, dapatkah menyelesaikan
masalah yang dihadapi berkaitan dengan penentuan standar akuntansi, jelaskan.
8. Secara umum rerangka konseptual tidak dapat menyelesaikan semua masalah.
Setujukah Saudara dengan pernyataan ini? Jelaskan
9. Bilamana suatu rerangka konseptual dinyatakan mampu menyelesaikan suatu
masalah? Apakah perbedaan yang mendasar antara rerangka konseptual dengan
konstitusi` dalam akuntansi.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
29
10. Sebut dan jelaskan beberapa lembaga penyusun standar akuntansi baik untuk di USA
maupun di Indonesia.
11. Dapatkah suatu konsep virtual market dan intellectual capital dikategorikan sebagai
rerangka konseptual, jelaskan!
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
30
BAB III
STANDAR AKUNTANSI BERTERIMA UMUM
PENDAHULUAN
Dalam praktik bisnis sering dijumpai bahwa laporan keuangan harus disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di Indonesia atau Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) di USA. Prinsip tersebut pada dasarnya akan menentukan
kualitas inIormasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Meskipun GAAP sering
dipakai dalam praktik akuntansi, namun istilah GAAP atau PABU ini hendaknya dapat
dideIinisikan secara jelas.
Ketidakjelasan deIinisi tersebut dapat dilihat dari berbagai pendapat. Misalnya, Grady
(1965) dalam Godzali dan Chariri (2003, 82) menunjukkan bahwa berbagai metoda
akuntansi banyak digunakan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan bebas menggunakan metoda akuntansi selama metoda
tersebut dapat diterima dalam praktik bisnis. Namun demikian, melihat substansi dari
perdebatan yang selama ini muncul, GAAP mungkin dapat dideIinisikan sebagai
sekumpulan konsep, standar, prosedur, metoda, konvensi, kebiasaan dan praktik yang
dipilih dan dianggap dapat diterima secara umum dalam menyusun, menyajikan dan
mengiterpretasikan laporan keuangan dalam lingkungan tertentu.
Sumber-sumber GAAP tersebut dipandang sebagai suatu hirarki yang sering
dinamakan The House oI GAAP. Otoritas dari pedoman akuntansi terletak pada berbagai
posisi resmi dari proIesi dan komisi pasar modal. Tingkat pertama merupakan sumber
utama acuan sebagai dasar dalam memecahkan berbagai masalah dalam praktik akuntansi.
Apabila pada tingkat pertama tidak ditemui dan atau belum mampu digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi maka dapat dicapai pada tingkat kedua dan
seterusnya.
A. PENGERTIAN STANDAR AKUNTANSI
Menurut Paul Grady (1965), menyatakan bahwa berbagai metoda akuntansi banyak
digunakan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan bebas menggunakan metoda akuntansi selama metoda tersebut dapat diterima
dan disahkan dalam praktik bisnis. Namun demikian, sebagai acuan GAAP telah
merumuskan bahwa standar akuntansi merupakan sekumpulan konsep, standar, prosedur,
metoda, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap dapat berterima umum
dalam menyusun, menyajikan dan menginterpretasikan laporan keuangan dalam
lingkungan tertentu, (Godzali, 2003, 120).
Untuk dapat mendeIiniskan istilah berterima umum adalah dengan menggambarkan
kondisi yang mendasari praktik akuntansi keuangan sehingga dapat berterima umum
(generally accepted). Misalnya suatu standar tidak lagi dipermasalahkan bila, pengguna
telah mengimplementasikan standar tersebut dalam penyajian laporan keuangannya.
Kecuali standar tersebut dinilai tidak mampu untuk mengakomodasi perkembangan dan
kemajuan teknologi inIormasi dan bisnis, maka perlu evaluasi dan penyesuaian sesuai
dengan perkembangan tersesebut. Menurut Skinner (1972), bahwa untuk memilih dan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
31
menentukan metoda akuntansi mana yang harus dipakai atau dipilih maka sebaiknya harus
memenuhi kondisi berikut:
1) Metoda tersebut dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan;
2) Metoda tersebut dibuat dalam bentuk pengumuman (pronouncement) dari komunitas
akuntansi proIesional; dan
3) Metoda tersebut didukung oleh para pemikir dan akademisi di bidang akuntansi dalam
bentuk tertulis.
Sejarah perkembangan akuntansi menunjukkan bahwa berbagai reIerensi yang berkaitan
dengan GAAP makin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan,
opini, dan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang. Misalnya FASB
mengeluarkan Statement oI Financial Accounting Concept (SFAC) dan interpretasinya.
Selain itu terdapat juga opini dari APB Opinion dan penelitian akuntansi yang dikeluarkan
AICPA (American Institute CertiIied Public Accountant). Sedangkan sumber lainnya dari
GAAP seperti:
1) Pedoman akuntansi dan audit industri serta interpretasi akuntansi yang dikeluarkan
oleh AICPA;
2) Publikasi FASB lainnya seperti buletin teknis dan pernyataan yang dikeluarkan
(misalnya: APB Opinion No. 4);
3) Publikasi-publikasi komisi pasar modal seperti Accounting Series Release (ASR);
4) Praktik-praktik yang diakui seperti yang ditunjukkan dalam publikasi AICPA
tahunan yang dinamakan Accounting Trends and Techniques (ATT); dan
5) Makalah atau tulisan yang membahas isu-isu tertentu yang dikeluarkan oleh
AICPA, pernyataan konsep-konsep FASB, buku ajar (text book) atau artikel ilmiah
lainnya.
Jadi, standar akuntansi adalah sebagai pedoman umum dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan secara wajar, yang merupakan pernyataan resmi berkaitan
dengan masalah akuntansi tertentu. Standar ini dikeluarkan oleh badan berwenang
pembuat standar (standard setting body) dan berlaku mengikat untuk lingkungan entitas
tertentu. Standar akuntansi umumnya berisi tentang, deIinisi, pengukuran atau penilaian,
pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Oleh karena itu, standar
akuntansi merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang yang
mengikat maka ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip akuntansi
berterima umum. Sebab standar akuntansi akan memberikan aturan-aturan umum dan
sebagai pedoman yang bersiIat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan dan
manajemen perusahaan dalam merumuskan dan melaporkan kinerjanya dan sebagai
bagian dari:
1. Pemerian tentang masalah yang dihadapi;
2. Diskusi makul (kemungkinan menghasilkan teori mendasar) atau cara-cara
memecahkan masalah; dan
3. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atau teori maka diajukan suatu
simpulan.
Edey (1977), mernyatakan berkaitan dengan subyek standar membagi standar ke dalam
empat tipe utama: Tipe 1 menyatakan bahwa akuntan harus memberitahukan kepada
pemakai (users) tentang apa yang mereka kerjakan, dengan cara apa mengungkapkan
metoda dan asumsi yang dipakai. Tipe 2 membantu pencapaian beberapa keseragaman
penyajian tentang pernyataan akuntansi tertentu. Tipe 3 menghendaki pengungkapan halhal
khusus yang mungkin akan dapat berpengaruh pada pertimbangan (judgment)
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
32
pemakai. dan Tipe 4 menghendaki keputusan implisit atau eksplisit yang harus dibuat
tentang penilaian aset dan penentuan laba yang disetujui.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah atau
konsep penting yang sangat berbeda maknanya, yaitu prinsip akuntansi (accounting
principles), standar akuntansi (accounting standard), dan PABU (GAAP). Prinsip
akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur,
metoda, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis maupun praktis yang
berIungsi sebagai pengetahuan. Prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan yang
mungkin belum dipraktikkan, (Suwarjono, 2005, 121-122).
Standar akuntansi merupakan prinsip, metoda dan teknik akuntansi yang diapaki
sebagai acuan atas dasar bingkai konsep dan disusun oleh badan penyusun standar, yang
dituangkan dalam dokumen resmi di dalam suatu negara atau lingkungan tertentu. Standar
akuntansi ini dipakai sebagai pdemon utama dalam memperlakukan laporan keuangan
secara wajar. Misalnya: PSAK No.1-59 di Indonesia untuk sektor bisnis
konvensional/syariah, SAP No. 1-11 untuk organsasi pemerintahan. Sedangkan PABU
adalah sebagai bingkai pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber lain yang
berlaku secara resmi. PABU tidak sama dengan standar akutansi dan berbeda pula pula
dengan prinsip akuntansi. Namun ketiga hal tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat
yang membentuk bingkai PABU sebagai suatu acuan. Hubungan ketiga hal itu
digambarkan sebagai berikut:
GAMBAR 6
HUBUNGAN ANTAR PRINSIP AKUNTANSI, STANDAR AKUNTANSI, DAN PABU
Sumber: diadaptasi dari Suwarjono, 2005, 123
Prinsip Akuntansi,
(semua konsep, ketentuan,
prosedur, metoda, dan
teknik yang tersedia secara
teoritis dan praktis)
Ketentuan yang diatur
dalam standar akuntansi,
termasuk peraturan badan
otoratiI, dan konvensi
Standar Akuntansi Praktik Sehat
(sound practices)
PABU
(GAAP)
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
33
B. STANDAR AKUNTANSI
Standar akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai pedoman umum dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Karena standar akuntansi merupakan pernyatan resmi
berkaitan dengan masalah akuntansi tertentu, yang dikeluarkan oleh badan berwenang
(standard setting body) dan berlaku mengikat untuk lingkungan entitas tertentu. Standar
akuntansi umumnya berisi tentang, deIinisi, pengukuran atau penilaian, pengakuan, dan
pengungkapan elemen laporan keuangan. Olerh karena itu, standar akuntansi merupakan
pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang yang mengikat dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip akuntansi berterima umum. Karena dalam
pernyataan standar akuntansi tersebut berisi aturan-aturan umum dan mendasar sebagai
pedoman yang bersiIat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan dan manajemen
perusahaan dalam merumuskan dan melaporkan kinerjanya melalui laporan keuangan
yang dibuat dan sebagai bagian dari:
1. Deskripsi tentang masalah yang dihadapi;
2. Diskusi logis (kemungkinan menghasilkan teori mendasar) atau cara-cara
memcehakan masalah; dan
3. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atau teori maka diajukan suatu
solusi.
Menurut Edey (1977), berdasarkan subyeknya standar dibagi ke dalam empat tipe
utama, yaitu:
1. Tipe 1 menyatakan bahwa akuntan harus memberitahukan kepada pemakai (users)
tentang apa yang mereka kerjakan dengan cara mengungkapkan metoda dan asumsi
(kebjiakan akuntansi) yang dipakai.
2. Tipe 2 membantu pencapaian bebrapa keseragaman penyajian tentang pernyataan
akauntansi tertentu.
3. Tipe 3 menghendaki pengungkapan hal-hal khusus yang mungkin akan dapat
berpengaruh pada pertimbangan (judgment) permakai.
4. Tipe 4 menghendaki keputusan implisit atau eksplisit yang harus dibuat tentang
penilaian aset dan penentuan laba yang disetujui.
C. PERANAN STANDAR AKUNTANSI
Ada beberapa alasan yang menyebabkan penentuan standar akuntansi memiliki
peranan yang penting dalam penyajian laporan keuangan. Alasan tersebut ialah:
1. Memberi inIormasi akuntansi kepada pemakai tentang posis keuangan, hasil usaha
(laba), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. InIormasi
tersebut diasumsikan jelas, konsisten, dan dapat dipercaya (andal), dan mempunyai
daya banding (comparability);
2. Memberi pedoman dan aturan bagi akuntan publik (khususnya) untuk
melaksanakan kegiatan audit dan menguji validitas laporan keuangan;
3. Memberi data dasar bagi pemerintah tentang berbagai variabel yang dipandang
penting untuk mendukung pengenaan pajak, pembuatan regulasi (aturan),
perencanaan ekonomi, dan peningkatan eIisiensi dan tujuan sosial lainnya; dan
4. Menghasilkan prinsip-prinsip dan teori bagi mereka yang tertarik dengan disiplin
akuntansi.
Jadi, standar akuntansi diharapkan dapat menjadi pedoman bagi entitas bisnis atau
pihak lain dalam penyusunan laporan keuangan (bagi manajer), pemakai laporan keuangan
dan auditor dalam memahami dan meveriIikasi inIormasi yang tersaji dalam laporan
keuangan tersebut. Dengan mengunakan standar akuntansi yang seragam dan konsisten,
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
34
diharapkan berbagai phak yang berkepentingan tersebut dapat memahami dan
menginterptretasikan laporan keuangan dari sudut pandang yang sama. Sehingga tujuan
laporan keuangan dapat tercapai dan sesuai dengan keinginan para pemakai. Terutama
untuk pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum pemakai laporan keuangan dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Pemakai langsung: pemilik perusahaan (stackholder), kreditur atau pemasok,
manajemen (pengelola), pemerintah (kantor pajak), karyawan perusahaan, dan pelanggan
(customer).
Pemakai tidak langsung: analisis dan konsultan keuangan, pasar modal, pengacara,
badan pembuat peraturan/undang-undang, agen pelaporan, asosiasi perdagangan dan
proIesi, serikat pekerja, pesaing, masyarakat umum, departemen dalam pemerintahan
terkait, dan organisasi non pemerintahan (LSM, organisasi keagamaan, yayasan, maupun
organisasi sektor publik lainnya).
Para pemakai laporan keuangan memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda-beda
dan bahkan bertentangan. Sehingga sebagai konsekunesinya, kedua kelompok pemakia
laporan keuangan tersebut layaknya memerlukan inIormasi yang berbeda pula sesuai
dengan tujuan dan kebutuhan inIormasi relevan yang dibutuhkannya. Namun demikian,
standar akuntansi yang selama ini dibuat umumnya ditujukan untuk menyusun laporan
keuangan yang bertujuan umum (general purpose Iinancial statement). Oleh karena
adanya perbedaan kebutuhan inIormasi. Belkoui (1998), menyebutkan bahwa
kemungkinan ada tiga jenis laporan keuangan, yaitu:
1. Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose Iinancial statement) yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan umum pamakai laporan keuangan;
2. Laporan keuangan bertujuan khusus (speciIic purpose Iinancial statement), untuk
memenuhi pemakai laporan keuangan tertentu;
3. Pengungkapan berbeda untuk tujuan yang berbeda pula dalam menyajikan angkaangka
atau gambaran yang berbeda agar menungkinkan pemakai memiliki
inIormasi yang relevan.
Apapun bentuk laporan keuangan yang digunakan, beberapa pemakai laporan keuangan
bertindak sebagai kelompok yang dominan. Para pemakai berusaha untuk mempengaruhi
badan penyusun standar agar mengembangkan standar akuntansi yang memenuhi tujuan
atau kepentingan mereka. Kondisi ini dipandang logis karena penentuan standar akuntansi
merupakan proses politik yang melibatkan arena, pelaku, dan bargaining power. Seperti
halnya dalam penetapan standar akuntansi sektor publik (SAKSP) menjalani proses yang
cukup panjang, dan terjadi 'perebutan standard setting body misalnya, antara organisasi
proIesi (IAI) dan pemerintah (BAKUN, BPK). Sehingga konsensus akhirnya menjadi
pilihan dalam menentukan standar akuntansi yang akan dipublikasikan. Misalnya dalam
merumuskan standar akuntansi pemerintahan (SAP), pemerintah telah membentuk Tim
Pokja Evaluasi Pembiayaan dan InIormasi Keuangan Daerah (Depkeu, BPKP dan
Depdagri) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK. No. 355/KMK.07/2001).
Tim ini telah berhasil dalam menyusun 11 SAP yang berlaku untuk seluruh instansi
pemerintahan dari pusat dan daerah dan berlaku eIektiI sejak tahun 2003, khusus untuk
DKI Jakarta. Sedangkan untuk seluruh Indonesia (Pemerintah Propinsi dan Kabupaten)
diberlakukan mulai tahun 2004 (melalui INPRES dan Kepmendagri No. 13 tahun 2006
diganti dengan No. 59 tahun 2007), sehingga dalam laporan pertanggungjawaban
pemerintahan daerah harus membuat dan melampirkan:
1. Laporan Perhitungan APBD (propinsi/kabupaten/kota/instansi/SKPD)
2. Laporan Neraca
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
35
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan
D. PROSES PENENTUAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Penentuan standar akuntansi biasanya dilakukan melalui proses yang bersiIat terbuka
(due process). FASB, misalnya, dalam menentukan standar akuntansi mengikuti prosedur
sebagai berikut:
1. IdentiIikasi masalah dan masalah yang muncul dicatat dalam agenda FASB.
2. Penunjukkan grup yang anggotanya terdiri dari masyarakat akuntansi dan bisnis.
StaI FASB bersama-sama dengan grup tersebut menyiapkan 'Discussion
Memorandum (DM) sesuai dengan masalah yang dihadapi. DM menyosoti
masalah utama dan alternatiI yang diajukan badan.
3. DM disebarkan ke publik untuk dievakuasi selama satu periodik paling lambat 60
hari
4. Dengan pendapat dilakukan untuk membahas keunggulan dan kelemahan berbagai
alternatiI/pendapat yang diajukan ke FASB.
5. Atas dasar berbagai komentar yang diterima, FASB mengeluarkan 'Exposure
DraIt (ED) tentang standar akuntansi yang diajukan ke FASB. Tidak seperti DM,
ED menentukan posisi yang pasti dari FASB tentang masalah yang dibahas.
6. ED disebarluaskan ke masyarakat untuk dievaluasi paling lambat 30 hari.
7. Dengar pendapat dilakukan untuk membahas kebaikan dan kelemahan berbagai
alternatiI/pendapat yang diajukan ke FASB.
8. Atas dasar berbagai komentar yang diterima, setelah pengeluaran Exposure DraIt,
FASB mengambil langkah sebagai berikut:
a) Mengadopsi standar tersebut sebagai pernyataan resmi.
b) Mengajukan revisi terhadap standar yang yang diusulkan melalui prosedur
due-process. Menunda pengeluaran standar dan menyimpan masalah dalam
agenda.
c) Tidak mengeluarkan standar dan menghapus isu dari agenda. Biaya akan
dikeluarkan dari adanya kegiatan
Proses penentuan standar akuntansi di USA di atas didasarkan pada Misi dan Fungsi
FASB berikut ini:
Misi FASB, ialah membuat dan memperbaiki standar akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Fungsi FASB:
1. Meningkatkan manIaat pelaporan keuangan dengan Iokus pada karakteristik;
kualitatiI inIormasi, seperti: relevansi, reliabilitas, daya banding dan konsistensi;
2. Menyesuaikan standar sesuai dengan dinamika perubahan lingkungan keuangan;
3. Mengevaluasi kelemahan berkaitan dengan pelaporan keuangan;
4. Mempromosikan daya banding standar akuntansi internasional sejalan dengan
perbaikan kualitas pelaporan keuangan; dan
5. Memperbaiki pemahaman tentang siIat dan tujuan inIormasi yang terdapat dalam
laporan keuangan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
36
E. PENDEKATAN DALAM PENENTUAN STANDAR AKUNTANSI
Isu tentang pendekatan yang harus dianut dalam penentuan standar telah menjadi
Iokus penelitian dan perdebatan selama ini. Kebutuhan terhadap standar akuntansi itu
sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang bersiIat kontroversial. Misalnya, beberapa
peneliti berpendapat bahwa dalam mekanisme pasar, telah terdapat media yang eIisien
dalam menyediakan inIormasi keuangan yang diperlukan pemakai. Akibatnya, standar
akuntansi tidak diperlukan lagi guna memperbaiki kualitas inIormasi dalam proses
pengambilan keputusan. Pendukung regulasi menggunakan argumen kepentingan publik
(public interest). Pada dasarnya, kegagalan pasar atau kebutuhan untuk mencapai tujuan
sosial, akan memaksa dilakukannya regulasi akuntansi. Kegagalan pasar dapat terjadi
karena Iaktor berikut ini:
1. Keengganan perusahaan untuk mengungkapkan inIormasi karena perusahaan
tersebut merupakan supplier yang memonopoli inIormasi;
2. Adanya kesalahan/kecurangan yang disengaja (Iraud); dan
3. InIormasi akuntansi tidak dihasilkan dengan jumlah yang cukup sebagai barang
milik publik.
Adanya kegagalan pasar tersebut pada akhirnya menimbulkan asimetri inIormasi,
dimana ada pihak yang banyak memiliki inIormasi, sementara pihak laintidak memiliki
inIormasi tertentu. Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial juga mendukung perlunya
regulasi akuntansi. Tujuan tersebut mencakup kewajaran pelaporan, simetri inIormasi dan
perlindungan terhadap investor.
Sementara perdebatan mengenai manIaat dan keterbatasan regulasi terus berlangsung,
penentuan standar merupakan kenyataan dalam lingkungan akuntansi yang tidak dapat
dihindari. Kebaikan dan kelemahan berbagai bentuk penentuanstandar, baik pendekatan
pasar bebas maupun regulasi, mungkin dapat dipandang sebagai cara untuk memperbaiki
proses penentuan standar. Berikut ini dibahas dua perdekatan yang dapat digunakan dalam
proses penentuan standar akuntansi keuangan, sebagi berikut:
1. Pendekatan Pasar Bebas.
Pendekatan pasar bebas dilandasi asumsi dasar bahwa inIormasi akuntansi
merupakan komoditas ekonomi serupa dengan barang atau jasa yang lain. Atas
dasar asumsi tersebut, jumlah inIormasi akuntansi yang disajikan akan dipengaruhi
oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan muncul dari pemakai yang
berkepentingan dengan inIormasi, sedang penawaran dilakukan oleh perusahaan
dalam bentuk laporan keuangan. Melalui interaksi antara kekuatan pasar tersebut,
akan dicapai suatu keseimbangan (equilibrium) dimana jumlah inIormasi yang
optimal diungkapkan pada harga yang optimal. Pada saat inIormasi tertentu
diminta, pasar akan menghasilkan inIormasi tersebut apabila harga yang
ditawarkan tepat. Konsekuensinya, pasar dipandang sebagai mekanisme yang
ideal untuk menentukan jenis inIormasi yang harus diungkapkan dan kelompok
penerima inIormasi. Dengan demikian standar akuntansi akan menentukan
inIormasi yang dihasilkan dan siapa yang akan menerima inIormasi tersebut (Kam,
1990, 549-550). Pendukung pendapat ini juga berpendapat bahwa standar
'mandatory merupakan sesuatu yang tidak diinginkan karena standar tersebut
cenderung menghasilkan inIormasi yang berlebihan, sementara biaya untuk
menghasilkan inIormasi tersebut tidak tergantung oleh pemakai.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
37
2. Pendekatan Regulasi.
Pendukung pendekatan regulasi berpendapat bahwa kegagalan pasar atau asimetri
inIormasi berkaitan dengan penyajian inIormasi keuangan bagi pihak
berkepentingan, dapat menurunkan kepercayaan investor. Masalah ini
kemungkinan dapat diatasi melalui regulasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa
regulasi khususnya melalui standar akuntansi, bermanIaat bagi penyaji, auditor,
dan agen regulasi. Hal ini disebabkan regulasi memberikan pedoman yang jelas
tentang model pelaporan, veriIikasi dan evaluasi tujuan (Rahman, dalam Perera
and Tower, 1992). Para pendukung regulasi beranggapan bahwa kegagalan pasar
dapat terjadi karena berbagai Iaktor. Faktor tersebut antara lain:
a. Pengendalian monopoli terhadap inIormasi oleh manajemen;
Hipotesis ini menyatakan bahwa akuntan memiliki pengaruh monopoli terhadap
data yang disajikan dan digunakan oleh pasar. Akibatnya, pasar tidak dapat
membedakan antara pengaruh riil dengan pengaruh akuntansi, dan mungkin akan
disesuaikan oleh perubahan-perubahan akuntansi yang ada (Ball, 1972, 4).
b. Hipotesis Investor NaiI. Hipotesis ini menyatakan bahwa investor yang tidak
mengetahui beberapa teknik dan transIormasi akuntansi yang komplek, mungkin
akan 'dibodohi oleh pemakai teknik tertentu yang digunakan perusahaan.
Akibatnya mereka tidak mampu menyesuaikan proses pengambilan keputusan
sesuai dengan berbagai prosedur akuntansi yang berbeda.
c. Fiksasi Fungsional (Iunctional Iixation). Pada kondisi tertentu, investor mungkin
tidak mampu mengubah keputusan mereka dalam merespon perubahan proses
akuntansi, sesuai dengan data baru yang ada. Kegagalan tersebut sering dinamakan
Iunctional Iixation.
d. Angka-angka yang menyesatkan. Karena akuntansi didasarkan sepenuhnya pada
penilaian aset dan berbagai prosedur alokasi yang arbitrer dan incorrigible (tidak
dapat diperbaiki), autput akuntansi mungkin tidak bermakna dan menyesatkan
dalam proses pengambilan keputusan.
e. Keragaman Prosedur. Adanya Ileksibilitas dalam pemilikan teknik akuntansi dan
keinginan manajemen untuk menyajikan gambaran 'yang diinginkan,
menyebabkan aoutput akuntansi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang
lain kurang dapat dibandingkan dan kurang bermanIaat.
I. Kurangnya Obyektivitas. Tidak ada kreteria obyektiI yang dapat digunakan
manajemen dalam memilih teknik akuntansi menyebabkan keluaran akuntansi
tidak dapat diperbandingkan (LeItwich, 1980 :p.200).
Atas dasar berbagai Iaktor tersebut, terlihat bahwa mekanisme pasar cenderung gagal
menyajikan inIormasi yang akurat, tepat waktu, dan relevan. Oleh karena itu, beberapa
pihak mendukung perlunya regulasi dalam akuntansi.
Teori Regulasi.
Atas dasar kelemahan yang melekat pada pendekatan pasar bebas (teori agensi),
perhatian dalam penentuan standar akuntansi diarahkan pada alternatiI lain. Adanya
berbagai krisis dalam penentuan standar mendorong munculnya kebijakan regulasi
akuntansi. Oleh karena permintaan terhadap kebijakan atau standar macam itu didorong
oleh krisis yang muncul, pihak penentu standar akuntansi menanggapi dengan cara
menyediakan kejakan tersebut. Hubungan antara permintaan dan penawaran tersebut
mengarah pada terciptanya suatu keseimbangan. Dalam proses regulasi yang dinamis,
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
38
terdapat proses penyesuaian yang berlangsung terus-menerus terhadap kebijakan atau
standar sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran.
1. Bentuk Teori Regulasi
Belkaoui (1985, 48) mengatakan bahwa regulasi umumnya diasumsikan untuk
dirancang dan dioperasikan demi kepentingan industri yang ada. Menurut Stiger
(1971) dan Posner (1974), ada dua kategori teori regulasi dalam industri tersebut ,
yaitu teori kepentingan publik (public interest theories) dan teori kepentingan
kelompok (interest group atau capture theories).
Teori kepentingan publik berpandangan bahwa regulasi diperlukan sebagai tanggapan
atas permintaan publik terhadap perbaikan praktik pasar yang tidak eIisien dan tidak
adil. Teori tersebut pada dasarnya dibentuk untuk melindungi dan memberi manIaat
kepada publik. Sebaiknya, menurut teori kepentingan kelompok, regulasi disediakan
sebagai tanggapan atas permintaan kelompok tertentu untuk memeksimumkan
kemakmuran mereka. Teori ini memiliki dua versi yaitu teori elit politik (politicalruling
elite theory oI regulation) yang diajukan oleh Posne (1974) dan teori ekonomi
regulasi (the economic theory oI regulation) yang diajukan oleh Peltman (1976). Versi
pertama menggunakan kekuatan politik untuk mendapatkan kendali terhadap regulasi.
Sementara versi kedua didasarkan pada kekuatan ekonomi.
Meskipun teori regulasi banyak dibicarakan, teori ini masih dalam tahap
pengembangan. Masalah mendasar tentang mengapa perlu melakukan regulasi, apakah
regulasi eIisien dan apakah regulasi memang betul-betul diinginkan merupakan isu
yang masih diperdebatkan. Isi regulasi untuk kompetisi makin memainkan peranan
yang penting pada saat sekarang ini. Isu lain yang relevan adalah: Apa yng dimaksud
dengan alokasi sumber ekonomi yang eIisien? Apakah yang dimaksud dengan
kepentingan publik? Pemecahan terhadap isu tersebut akan memberikan kontribusi
yang besar dalam mengembangkan teori regulasi.
2. Siapa Yang Harus Mengatur?
Pertanyaan tenteng siapa yang harus menentukan standar akuntansi menjadi topik
diskusi di berbagai Negara. Beberapa pendapat tentang siapa yang
mengatur/menentukan standar akuntansi dapat dilihat pada bagian berikut ini:
Argumen yang mendukung regulasi sektor swasta sebagai berikut:
a) Regulasi sektor swasta berkaitan erat dengan proIesi akuntansi. Kondisi ini
secara otomatis akan mendorong ketertipan pihak-pihak yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman luas dalam proses penentuan standar.
b) Suatu badan yang dibentuk oleh sektor swasta memiliki 'prestise/kebanggaan
tersendiri dan dapat diterima oleh masyarakat bisnis. Jika badan tersebut
dibentuk oleh pemerintah, ada kecenderunganm akan mendapat tekanan dari
pemerintah untuk mencapai tujuan sosial ekonomi pemerintah.
c) Oleh karena badan pemerintah beranggotakan biokrat, ada kecenderungan
eIektiIitas persyaratan pengungkapan tambahan menjadi tidak sensitiI. Biaya
untuk memenuhi regulasi pemerintah cenderung lebih tinggi dari pada regulasi
swasta.
d) Ada kecenderungan bahwa pihak pemerintah yang terlibat dalam badan tersebut
bertindak untuk melindungi kepentingan atau melakukan tindakan yang
merugikan proIesi akuntansi.
e) Proses legislatiI dan otoritas pemerintah mudah dipengaruhi oleh lobi dan
tekanan politik dari pihak tertentu.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
39
I) Standar yang dihasilkan pemerintah kemungkinan saling tumpang tindih, dan
dapat menimbulkan kebijakan atau pertimbangan (judgment) yang beragam dari
para pemakainya.
Sedangkan argumen yang mendukung regulasi sektor publik:
a) Badan regulasi sektor publik memiliki legitimasi dan kekuatan yang lebih kuat
dalam hal pemaksaan standar.
b) Badan pemerintah cenderung susah untuk dipengaruhi oleh manajemen
perusahaan dan kantor akuntan publik besar sehingga dapat bekerja untuk
menghasilkan pengungkapan yang lebih baik bagi konsumen.
c) Badan pemerintah dapat menjadi katalisator bagi perubahan.
d) Regulasi sektor publik muncul karena adanya motivasi untuk melindungi
kepentingan publik. Regulasi tersebut memberikan mekanisme untuk mengatasi
kemungkinan munculnya bias dari penyaji dan keterbatasan ekonomi investor
yang membutuhkan inIormasi cukup.
e) Sektor swasta harus selalu diawasi dan dikendalikan karena tujuannya
seringkali bertentangan dengan kepentingan publik.
I) Standar akuntansi memiliki pengaruh hukum dan melibatkan konIlik
kepentingan dari berbagai pihak, sehingga harus ditetapkan sesuai dengan
aturan dan prosedur umum. Hal ini kelihatannya sulit untuk dilakukan oleh
pihak swasta.
Atas dasar argumen yang saling bertentangan tersebut, Willmott, Puxty, Cooper
dan Lowe (1987) mengajukan model regulasi yang berbeda. Mereka
mengidentiIikasikan tiga kasus yang ideal: regulasi melalui pasar, pemerintah dan
masyarakat. Atas dasar tiga pihak tersebut, empat model regulasi diajukan yaitu
Liberalism, Legalism, Corporatism dan Associationism.
Pada model Liberalism, regulasi dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. Pada
model Legalism, regulasi didasarkan pada pendekatan pemerintah (negara).
Associationism dan Corporatism terletak diantara ketiga pendekatan (masyarakat,
negara dan pasar). Praktik legalism dan associationism dan ditemui dalam
penyusunan standar akuntansi terutama di Amerika (USA), Australia, Kanada, dan
Indonesia. Sementara New Zealand menggunakan pendekatan atau model
Associationism.
F. MASALAH BERTINDIH (OVERLOAD) STANDAR AKUNTANSI
Standar akuntansi pada dasarnya merupakan standar yang mengatur penyajian
inIormasi, pengukuran transaksi dalam laporan keuangan dan pengungkapan laporan
keuangan. Perkembangan dunia usaha sangat berpengaruh terhadap perkembangan
standar akuntansi. Semakin komplek kegiatan usaha menjadikan standar akuntansi
yang dikeluarkan menjadi lebih kompleks, yang mencerminkan kompleksitas transaksi
dan peristiwa yang berkaitan dengan akuntansi. Akibatnya timbul keluhan bahwa
standar akuntansi mendorong bertambahnya beban dalam penyajian laporan keuangan,
terutama bagi perusahaan kecil. Kondisi inilah yang mendorong munculnya overload
standar akuntansi. Kondisi ysng mencerminkan adanya overload antara lain sebagai
berikut (Belkaoui, 1993):
1. Telalu banyak standar
2. Standar yang terlalu rinci
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
40
3. Tidak ada standar yang berjenjang (rigid) sehingga pilihan sulit dilakukan.
4. Standar akuntansi bertujuan umum gagal membedakan kebutuhan penyusunan,
pemakai dan akuntan publik (pemeriksa)
5. Standar akuntansi berterima umum gagal membedakan antara:
Entitas publik dan non publik
Laporan keuangan tahunan dan interim
Perusahaan besar dan kecil
Laporan keuangan auditan dan non auditan
6. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang rumit, atau keduanya.
Ada berbagai Iaktor yang menyebabkan timbulnya overload standar akuntansi,
yaitu: Pertama, dengan munculnya berbagai pertanyaan tentang apa yang harus
diungkapkan. Bahkan akuntan mulai mengeluarkan begitu banyak standar yang
cenderung mengabaikan kebijakan (judgment) dan mengurangi permasalahan yang
melibatkan prinsip akuntansi. Kedua, alasan untuk melindungi kepentingan publik
dan membantu investor menghasilkan berbagai regulasi dan pengungkapan proIesional
bagi pemerintah. Ketiga, keinginan untuk memuaskan kebutuhan pamakai yang
memerlukan standar yang lebih terinci.
Makin banyaknya standar menyebabkan situasi yang tidak praktis dan komplek.
Standar-standar yang ada mendorong makin meningkatnya kompleksitas sehingga
mempengaruhi biaya penyusunan dan penyajian laporan keuangan baik bagi
perusahaan besar maupun kecil. Di satu sisi ada pendapat yang mengatakan bahwa
GAAP menjadi tidak dapat ditoleransi bagi perusahaan, pemakai dan auditor. Pihak
lain mengatakan bahwa persyaratan standar yang baru dan terinci dimaksudkan untuk
melanyani kebutuhan inIormasi yang diinginkan investor dan kreditor dengan biaya
yang ditanggung oleh pemakai laporan keuangan dari perusahaan kecil atau
perusahaan tertutup.
1) Pengaruh 'OverloadStandar Akuntansi
Standar akuntansi yang begitu banyak, sempit dan rigid dapat mempengaruhi
pekerjaan yang dilakukan akuntan, nilai inIormasi keuangan bagi pemakai dan
keputusan bisnis yang dibuat oleh manajemen. Akuntan mungkin kehilangan
pandangan tentang pekerjaan riilnya karena data yang begitu banyak diperlukan
untuk menyesuaikan dengan standar akuntansi yang ada. Kegagalan audit mungkin
disebabkan kondisi dimana akuntan kehilangan Iokus audit dan melupakan
prosedur audit yang baku. Kondisi ini menyebabkan ketidakpuasan klien
perusahaan-perusahaan kecil yang terbebani dengan standar tersebut. Akibatnya,
kemungkinan terjadi erosi etika proIesi, hilangnya kepercayaan publik dan
ketidakcocokan dalam proIesi akuntansi. Dari sini, pemakai mungkin juga bingung
menghadapi jumlah dan kompleksitas catatan (note) yang diperlukan untuk
menjelaskan persyaratan seperti yang dikehendaki oleh standar yang berlaku.
Di Amerika Serikat, pemakai laporan keuangan perusahaan kecil umumnya
dihadapkan pada kompleksitas ketentuan/pengumuman resmi (pronouncements) yang
dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Istilah-istilah tertentu
(jargon) dalam catatan atas laporan keuangan hanya dapat dipahami oleh akuntan dan
analis keuangan.
Di samping itu manajer mungkin juga mengalami masalah berkaitan dengan
jumlah dan kompleksitas standar yang ada. Manajer mungkin tergoda untuk meninjau
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
41
kembali kontrak dan mengubah praktik bisnis sedemikian rupa sehingga menyimpang
dari beberapa pernyataan standar akuntansi. Misalnya, dalam kasus standar akuntansi
untuk sewa beli (leasing) di Amerika (SFAS No. 13), ada kemungkinan bagi manajer
untuk merancang kembali terminologi teknik dari kontrak sewa beli (leasing) dengan
tujuan untuk menghindari kapitalisasi dan persyaratan standar yang berbelit-belit.
Alasan utama manajer melakukan hal tersebut tidak hanya untuk menghindari
persyaratan standar yang terlalu rinci, tetapi juga untuk menghindari biaya penyajian
dan veriIikasi inIormasi yang disajikan. Di samping manIaat penyajian yang tidak
sepadan dengan biaya penyajiannya, pemakai laporan keuangan perusahaan kecil
mungkin lebih tertarik pada proyeksi aliran kas dari pada inIormasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan.
2) Solusi terhadap masalah 'Overload Standar
Berbagai pihak telah berusaha membahasa overload srandar akuntansi dan
mencari pemecahannya. Komite khusus yang dibentuk oleh the American Institute
oI CertiIied Public Accountants (AICPA) melakukan evaluasi terhadap berbagai
pendekatan berikut ini berkaitan dengan overload standar:
a. Tidak ada perubahan (mempertahankan status quo)
b. Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP khusus untuk perusahaan
besar.
c. Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi
semua perusahaan.
d. Menentukan pengungkapan (disclosure) dan pengukuran yang berbeda.
e. Melakukan perubahan terhadap standar akuntan publik untuk pelaporan
inIormasi keuangan.
I. Melakukan alternatiI bagi GAAP sebagai basis pilihan (optimal) dalam
penyajian laporan keuangan.
Dari berbagai alternatiI tersebut komite menyarankan pemecahan overload
standar dengan menggunakan pendekatan ke empat atau ke enam. Artinya aspek
pengungkapan dan pengukuran diserahkan kepada penyaji laporan keuangan
sesuai dengan kebijakan (judgment) masing-masing pihak berdasarkan kondisi
perusahaan.
E. PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
Penyusunan standar akuntansi di Indonesia pada dasarnya mengacu pada model
Amerika (Anglo Saxon) dengan melakukan proses adaptasi (modiIikasi). Sejak
didirikan pada tanggal 23 Desember 1957, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah
menyelenggarakan sebanyak 8 kali kongres. Kongres ini merupakan pemegang
kadaulatan tertinggi, karena kongres memiliki kewenangan sebagai berikut:
a) Menetapkan anggaran dasar/rumah tangga, pedoman pokok garis besar haluan dan
program kerja IAI;
b) Memberikan penilaian atas setuju tidaknya pertanggungjawaban pengurus pusat,
dewan pertimbangan proIesi, dan dewan penasehat tentang amanat yang diberikan
oleh kongres sebelumnya; dan
c) Menetapkan kebijakan maupun metoda akuntansi yang dipakai.
Secara umum dapat dipahami bahwa standar akuntansi selama ini mendominasi
pekerjaan akuntan. Standar tersebut akan terus berkembang secara dinamis, terus
berubah, dihapus (write oII), maupun ditambah atau disempurnakan. Dalam praktik
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
42
standar akuntansi dapat diterima secara umum sebagai aturan pokok perusahaan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang bersiIat mengikat dan didukung
oleh adanya sanksi bagi mereka yang tidak mematuhi atau melaksanakan pernyataan
standar akuntansi keuangan tersebut.
Baxter (1979), standar akuntansi umumnya terdiri dari tiga proses, yaitu:
a. Memilih dan mengangkat ketua umum pengurus pusat;
b. Menggangkat seluruh anggota dewan pertimbangan proIesi dan dewan penasehat;
dan
c. Menetapkan auditor independen untuk mengaudit laporan keuangan kepengurusan
periodik berikutnya.
IAI selama ini sudah menjalin hubungan kejasama dengan organisasi dunia,
misalnya menjadi anggota Asean Federation oI Accountants (AFA), ConIederation
Asian PasiIic oI Accountants (CAPA), International Federation oI Accountant (IFA)
dan International Accountants Standard Committee (IASC). Namun kerjasama ini
hanya terbatas untuk masalah tertentu saja, bersiIat insidentil, sehingga tidak dapat
memberikan kontribusi optimal terhadap pengembangan standar akuntansi di
Indonesia.
Penyusunan standar akuntansi keuangan di Indonesia dapat dikategorikan ke
dalam dua periodik yaitu sebelum kongres VIII IAI (September 1998) dan setelah
kongres diputuskan perubahan mendasar dalam proses penyusunan standar akuntansi
sebagai berikut:
1. Periodik Sebelum Kongres VIII IAI
a) Organisasi dan Dana
Anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari 17 orang
yang dipimpin oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris. Komite SAK
bertanggungjawab kepada pengurus pusat IAI. Dalam proses penyusunan SAK
diperoleh masukan dari berbagai sumber dan proses, meliputi sumbangan,
kerjasama dengan instansi pemerintah, perusahaan, dan proyek bantuan luar
negeri (Wolrd Bank), maupun proyek dari Departemen Keuangan. Sebagian
besar dana digunakan untuk akomodasi, tempat rapat dan biaya pertemuan,
seminar, lokakarya, serta public hearing dalam upaya sosilisasi draIt standar
akuntansi yang telah dibuat.
b) Due Procedures Process
Penyusunan SAK dimulai dari penyusunan agenda dan topik bahasan SAK.
Beberapa topik berasal dari usaha anggota, biasanya berkaitan dengan
kebutuhan pelaporan keuangan karena transaksi tertentu. Namun secara lebih
luas topik yang didiskusikan bisa juga berasal dari hasil kerjasama atau
masukan dari organisasi atau instansi pemerintahan (Departemen Keuangan)
maupun pihak sponsor (misalnya bank dunia). Selanjutnya topik yang telah
disepakati dimasukkan ke dalam agenda dan dibahas untuk menjadi exposure
draIt. Dalam pembahasan ini akan melibatkan para pakar yang berasal dari luar
komite (dari perguruan tinggi, organisasi proIesi, dan pemerintahan terkait).
Kemudian 'ED yang telah disetujui oleh qorum anggota diperbanyak untuk
disebarkan ke masyarakat minimal sebulan sebelum diadakannya public
hearing. Public hearing diselenggarakan dengan maksud untuk memperoleh
masukan atau tanggapan baik secara lisan maupun tertulis, untuk
penyempurnaan 'ED tersebut. Setelah itu diadakan beberapa kali
pembahasan dan penyempurnaan. Dalam pembahasan kadang-kadang
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
43
melakukan limited hearing untuk mendengarkan pendapat atau konstituen
tertentu. DraIt yang sudah disempurnakan dan dilakukan Iinalisasi maka
dikirim ke IAI pusat untuk disahkan. Pengurus IAI pusat kemudian
mengadakan rapat pengesahan SAK. Hasil komite SAK periodik 1994-1998
adalah dengan diterbitkannya 22 PSAK baru, 3 PSAK revisi, dan 4 interpretasi
PSAK dan melakukan reviu terhadap 35 SAK IAI dalam Bahasa Inggris.
2. Periodik Sesudah Kongres VIII
a) Organisasi dan Dana
Hasil kongres lainnya adalah dibentuknya Cosultative Body atau Advisory
Council yang mewakili konstituen dengan anggota sebanyak 25 s.d. 30 orang.
Adviosry Council merupakan perwakilan konstituan yang mempunyai Iungsi
untuk memberikan arahan dan prioritas penyusunan standar. Fungsi lain adalah
memberikan pendapat pada posisi yang diambil oleh komite untuk masalah
penting dalam standar akuntansi. Dewan ini juga mempunyai Iungsi membantu
pengurus pusat IAI dalam pendanaan. Selanjutnya Komite SAK tidak lagi
dipilih atau diganti setiap kali kongres, tetapi sesuai dengan masa jabatan yang
telah ditetapkan (4 tahun). Ketua dan anggota Komite SAK harus dibebaskan
dari mencari dan penyusunan standar akuntansi keuangan. Oleh karena tim
teknis-lah yang membuat anggaran biaya komite setiap tahun. Pengurs pusat
dibantu oleh Dewan Pensehat (Adviosry Council) secara bersama telah
menetapkan anggaran dan menyediakan dana berdasarkan kesepakatan antara
pengurus pusat, dewan penasehat dan komite SAK.
Di samping itu juga dibentuk tim teknis yang bekerja penuh waktu dengan
konpensasi memadai, dipimpin oleh direktur penelitian dengan jumlah tim
yang disesuaikan dengan jumlah alokasi dana yang tersedia dari IAI.
Konpensasi anggota harus mencerminkan konstituien, yaitu pembuat laporan,
auditor, pemakai laporan, pemerintah dan akademisi. Untuk dapat menjadi
anggota Komite SAK maka harus memnuhi kriteria sebagai berikut:
1) Pengetahuan memadai mengenai akuntansi dan pelaporan
2) Tingkat intelektual, integritas, dan disiplin yang tinggi.
3) Temperamen judicial.
4) Kemampuan untuk bekerjsama dalam suasana kolegial (keakraban)
5) Kemampuan komunikasi yang baik.
6) Pemahaman lingkungan bisnis dan pelaporan keuangan.
7) Komitmen pada Komite SAK Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
8) Komitmen untuk mencurahkan waktu pada pekerjaan Komite SAK secara
sukarela (voluntary).
b) Due Procedures Process
Meskipun dipilh dan bertanmggungjawab kepada pengurus Pusat IAI, Komite
SAK merupakan lembaga otonomi yang mempunyai kewenangan tertinggi
dalam menentukan standar akuntansi keuangan. Akhir-akhir ini ada beberapa
perubahan yang telah dilakukan IAI, seperti SAK dikembangkan dan disahkan
oleh komite dan perlunya perbaikan dalam due procedures process. Masa
komentar terhadap 'ED diperpanjang dari minimal satu bulan menjadi paling
tidak enam (6) bulan.Publik harus diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
membrikan tanggapan atau komentar secara tertulis.
Kesempatan untuk memberikan testimoni pada public hearing secara
bertahap harus diubah menjadi hanya untuk publ;ik yang telah memberikan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
44
komentar tertulis. Selanjutnya kualitas bahas 'ED harus ditingkatkan sehingga
publik akan memberikan komentar tertulis lebih banyak sesuai dengan isu
pokok standar akuntansi keuangan. Rapat Komite SAK harus dpat dirancang
menjadi terbuka untuk public dan bagi pengamat. Penyebaran hasil tertulis baik
hasil antara maupun Iinal diperbanyak dan diperluas dengan menggunakan
media yang tersedia dan lebih aneka ragam.
Secara kronologis sejarah PSAK yang telah dihasilkan oleh IAI adalah
sebagai berikut:
Tahun 1984 telah dikeluarkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) berisi
konsep dasap laporan keuangan dan karakteristik kualitatiI inIormasi.
September 1994 telah ditetapkan disahkan 35 PSAK yang berlaku untuk
seluruh perusahaan yang berorientasi laba (swasta)
Oktober 1996, telah ditetapkan 37 PSAK.
April 1999, telah ditetapkan 55 jenis PSAK dan 4 ISAK
April 2002 telah ditetapkan dan disahkan sejumlah 58 PSAK/2002.
Maret 2003 telah disahkan PSAK No. 59/2003 tentang Akuntansi Bank
Syariah, yang dilengkapi dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia) dan Fatwa MUI dalam bentuk 25 Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN). Sedangkan khusus untuk Organisasi Sektor Publik (OSP)
telah ditetapkan dan disahkan pula 3 PSAK (berlaku untuk organisasi
pemerintah, yayasan, rumah sakit, LSM, lembaga pendidikan, maupun
lembaga non proIit lainnya).
Juli 2002 telah ditetapkan dan diterbitkan 11 Pernyataan 'ED untuk
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berlaku eIektiI mulai tahun 2004.
Tanggal 01 September 2007 telah ditetapkan dan diterbitkan kembali
PSAK, terdiri dari 59 PSAK. Yaitu 58 PSAK untuk entitas bisnis
konvensional dan satu PSAK (No. 59) tentang Bank Syariah; dilengkapi
dengan 8 (delapan) pernyataan khusus:
1. Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
2. PSAK No. 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. PSAK No. 102 Akuntansi Murabahah
4. PSAK No. 103 Akuntansi Salam
5. PSAK No. 104 Akuntansi Istishna`
6. PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah
7. PSAK No. 106 Akuntansi Musyarakah
Selain itu, dalam edisi September 2007 ini dilengkapi pula dengan
tujuh Interpretasi atas Standar Akuntansi (ISAK), yaitu:
ISAK No. 01 Interpretasi atas paragraI 23 Nomor 21 tentang
Penentuan Harga Pasar Dividen Pasar
ISAK No. 02 Interpretasi atas PSAK No. 21; Pasal 25 tentang
Penyajian modal dalam Neraca dan Pasal 31
tentang Piutang pada Pemesan Saham tentang Penentuan
Harga Pasar Dividen Pasar.
ISAK No. 03 Interpretasi tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian
Sumbangan atau Bantuan (reIormat 2007).
ISAK No. 04 Interpretasi atas paragraI 20 PSAK 10 (reIormat 2007)
tentang AlternatiI Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
45
Kurs (reIormat 2007).
ISAK No. 05 Interpretasi atas paragraI 14 PSAK 50 (1998) tentang
Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi EIek dalam
Kelompok Tersedia untuk Dijual.
ISAK No. 06 Interpetasi tentang Instrumen DerivatiI Melekat pada
Kontrak Dalam Mata Uang Asing
ISAK No. 07 Interpretasi atas paragraI 5 dan 19 PSAK 4 (reIormat
2007) tentang Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus.
Jadi secara keseluruhan sekarang terdapat 2 rerangka dasar
penyajian dan penyusunan laporan keuangan (konvensional dan syariah) 65
PSAK (58 PSAK untuk entitas bisnis konvensional dan 7 PSAK untuk
entitas bisnis syariah) dan 7 ISAK.
PERLATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan GAAP dan PABU, jelaskan! Apa perbedaannya.
2. Mengapa diperlukan standar akuntansi keuangan, jelaskan!
3. Bagaimana makna yang terkandung dalam pernyataan rerangka dasar penmyajian dan
penyusunan laporan keuangan di Indonesia?
4. PABU merupakan prinsip akuntansi berterima umum, samakah dengan prisip
akuntansi yang lazim. Jelaskan dan berikan contohnya. Mengapa dalam pelaporan
keuangan.
5. Jelaskan proses perumusan dan penyusunan standar akuntansi di Amerika Serikat dan
Indonesia.
6. Apa yang Saudara ketahui tentang FASB dan Dewan SAK, bagaimana perbedaanya,
jelaskan.
7. Mengapa dalam menyajikan dan menyusun laporan keuangan harus menerapkan
pernyataan yang ada dalam SAK tersebut? Bisakah suatu laporan keuangan (untuk
perusahaan yang go publik) tidak mengikuti pernyaataan yang ada dalam PSAK,
jelaskan jawaban Saudara.
8. Dari sekian banyak PSAK yang ada, jelaskan PSAK yang mengatur tentang praktik
bisnis yang berbasis syariah. Lembaga apa saja sekarang yang sudah menerapkan
prinsip bisnis berbasis syariah tersebut.
9. Mengapa diperlukan PSAK khusus, misalnya untuk praktiik bisnis syariah, Jelaskan!
10. Apakah yang disebut ISAK? Bagaimana Iungsinya, jelaskan!
11. Apa yang saudara ketahui tentang SAP, jelaskan! Apakah setiap entitas di pemerintah
(pusat dan daerah) wajib menyusun laporan keuangan, jelaskan! Elemen laporan
keuangan apa saja minimal yang harus dibuat dan disajikan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
46
BAB IV
KONSEP ASET
PENDAHULUAN
Bahwa aset tersebut berbeda dengan asset. Mengapa? Sebab aset adalah harta kekayaan
perusahaan yang dapat saja berslado minus. Karena aset tersebut menjadi jaminan untuk
utang atau kegiatan tertentu. Sedangkan asset seyogyanya tidak boleh bersaldo minus
karena asset merupakan harta kekayaan perusahaan yang bebas dan secara murni memang
milik perusahaan yang bebas dari penjaminan tertentu. Oleh karena itu, hendaknya kita
memahami secara benar makna dari kedua kata tersebut. Meskipun secara karakteristik
bahwa antara aktiva dan aset mempunyai siIat yang sama, yaitu aktiva dan aset berkaitan
dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu diakui
sebagai elemen aset dalam laporan keuangan. Dalam pembahasan selanjutnya istilah yang
digunakan adalah aset yang identik dengan aktiva.
Karakteristik tersebut adalah:
1. Adanya karakteristik manIaat di masa mendatang (pemakaian dapat berbeda-beda
seperti potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi);
2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset;
3. Berkaitan dengan entitas tertentu;
4. Menunjukan proses akuntansi;
5. Berkaitan dengan dimensi waktu; dan
6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran.
A. PENGERTIAN ASET
APB (1970) dalam pernyataan No. 4 mendeIinisikan aset adalah sumber-sumber
ekonomi perusahan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum, termasuk beban tangguhan tertentu yang tidak berbentuk sumber ekonomi.
Sedangkan FASB (1980), aset adalah manIaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat
transaksi atau peristiwa masa lalu.
Dari deIinisi di atas dapat diketahui bahwa aset memiliki tiga karakteristik utama
sebagai berikut:
1. Memiliki manIaat ekonomi dimasa mendatang.
2. Diakui oleh suatu unit usaha.
3. Hasil dari transaksi masa lalu.
Memiliki ManIaat Ekonomi Masa Mendatang
Sesuatu dikategorikan sebagai aset bila memiliki manIaat atau potensi jasa yang
cukup pasti dimasa mendatang. Artinya sesuatu (aset) tersebut memiliki kemampuan baik
secara individu atau bersama-sama dengan aset lain untuk menghasilkan aliran kas masuk
dimasa mendatang, secara langsung maupun tidak langsung.
SFAC No. 6 menyebutkan bahwa manIaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari
aset. Artinya aset harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar dengan
sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
47
bernilai atau digunakan untuk melunasi utang. Praktisnya, manIaat ekonomi tersebut dapat
mengalir keperusahaan dengan berbagai cara, seperti (IAI, 1994):
a. Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan
jasa yang dijual oleh unit usaha;
b. Dapat diperputarkan dengan aset lain;
c. Dapat digunakan untuk melunasi utang; dan
d. Dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Menurut Paton (1962), aset merupakan kekayaan (property) berbentuk Iisik atau
bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu unit usaha. Sedangkan menurut Spague
(1970), aset adalah persediaan atau potensi yang akan diterima atau dimiliki oleh suatu
unit usaha. Vatter (1947), mendeIinisikan aset sebagai manIaat ekonomi masa yang akan
datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah, diukur, atau disimpan. APB (1970)
dalam pernyataan nomor 4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai
berikut:
1. Sumber-sumber ekonomi yang produktiI.
a. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang
digunakan dalam produksi.
b. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha
lain seperti hak guna bangunan dan sebagainya.
2. Produk, yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih dalam
proses produksi.
3. Uang.
4. Klaim untuk menerima uang.
5. Hak kepemilikan pada perusahaan lain.
a. Diperoleh dan Dikuasai oleh Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aset bila unit usaha tertentu dapat menggunakan
manIaat aset tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak
lain terhadap aset tersebut. Jadi pengasaan terhadap suatu manIaat merupakan Iaktor
yang penting agar suatu unit usaha dapat menghadapi akses pihak lain terhadap
pemakaian suatu aset.
b. Hasil Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aset apabila telah terjadi transaksi atau
peristiwa lain yang mnyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian
terhadap manIaat dari aset tersebut. Jadi aset tersebut muncul karena transaksi masa
lalu. Dengan kata lain, aset tersebut dapat diakui apabila terdapat transaksi yang benarbenar
terjadi bukan berasal dari transaksi yang bersiIat hipotetis.
B. KONSEP PENILAIAN
Penilaian aset dalam akuntansi adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk
menentukan makna ekonomi dari suatu aset yang akan disajikan dalam Neraca.
Konsep penilaian berkaitan dengan masalah penentuanmakna yang ingin disampaikan
pada pemakai laporan terhadap aset yang bersangkutan. Makna ekonomi yang akan
disampaikan tersebut harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu,
konsep penilaian harus didasarkan pada nilai pertukaran atau konversi.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
48
a) Tujuan Penilaian
Tujuan pengukuran/penilaian aset adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba;
2. Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan;
3. Memenuhi kebutuhan inIormasi yang ingin dicapai dalam pelaporan
keuangan; dan
4. Memenuhi kebutuhan inIormasi khusus yang memerlukan penilaian untuk
kepentingan manajemen.
b) Dasar Penilaian
Penilaian aset berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aset tersebut.
Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat
digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan (input values).
Nilai Keluran menunjukan aliran dana (kas) yang diperkirakan akan diterima
perusahaan dimasa mendatang sesuai dengan harga pertukaran output/produk yang
dihasilkan perusahaan. Sedang nilai masukan menunjukan jumlah rupiah yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aset (input) yang akan digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan, sebagai berikut:
1. Nilai Keluaran
Nilai keluaran didasarkan pada jumlah kas atau penghargaan lain (non kas) yang
diterima suatu unit usaha bila suatu aset/potensi jasa akhirnya keluar dari unit usah
tersebut karena suatu pertukaran. Dasar lain yang dapat digunakan yaitu:
a. Discounted Future Cash Receipts or Service Potential.
Nilai sekarang kas masa mendatang yang akan diterima perusahaan
seandainya aset dijual. Konsep penilaian tersebut adanya taksiran terhadap jumlah
yang diterima, Iaktor diskonto, dan periodik waktu penerimaan. Hubungan ketiga
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
U
P -----------------
(1i)n
P Nilai sekarang (present value) dari aset
U Kas/setaranya yang akan diterima
i Faktor diskonto
n Periodik penerimaan kas (waktu)
Meskipun dasar penilaian ini memiliki validitas dalam penilaian bagi
investor, namun penerapannya memiliki beberapa kelemahan, terutama bila
diterapkan untuk aset individual.
Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Penerimaaan kas yang diharapkan umumnya tergantung pada distribusi
probabilitas yang bersiIat subyektiI dan tidak dapat diuji kebenarannya;
2. Meskipun tingkat diskonto dapat diperoleh, tetapi penyesuaian terhadap
preIerensi risiko, memerlukan evaluasi khusus bagi manajemen dan mungkin
sulit diterima oleh pihak-pihak yang berkepentingan;
3. Apabila dua Iaktor atau lebih termasuk sumber daya manusia (yang dianggap
sebagai aset Iisik) memberikan kontribusi pada produk perusahaan yang pada
akhirnya menghasilkan aliran kas, namun alokasi yang logis untuk
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
49
memisahkan Iactor potensi jasa secara individu sulit dilakukan. Penerimaan
netto marginal yang dihubungkan terhadap aset mungkin dapat digunakan
tetapi jumlah penerimaan netto dari produksi yang bersangkutan; dan
4. Nilai diskontoan dari aliran kas yang berbeda untuk masing-masing aset tidak
dapat ditambahkan bersam untuk memperoleh nilai perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan kontribusi yang ada merupakan hasil
kontribusi bersama masing-masing aset dan kenyataan menunjukan bahwa
beberapa aset seperti aset tak berwujud (intangible assets) tidak dapat
diindentiIikasikan secara terpisah.
b. Harga Keluaran Sekarang (current output price)
Dasar penilaian ini dapat digunakan untuk menilai surat berharga, dan
beberapa jenis persediaan. Apabila tambahan biaya untuk penjualan tersebut, maka
harga jual sekarang harus dikurangi dengan biaya tersebut sehingga dihasilkan
nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value)
Kelemahan yang melekat pada dasar penilaian ini:
Pertama, dasar penilaian tersebut hanya dapat diterapkan untuk aset yang
pemiliknya dimaksudkan untuk dijual seperti persediaan, surat berharga, peralatan
dan tanah yang tidak memiliki manIaat lagi untuk kegiatan operasi perusahaan.
Kedua, dasar penilaian ini merupakan pengganti harga jual masa mendatang
sehingga relevansi pemakaian menimbulkan masalah.
Ketiga, semua aset tidak dapat dinilai atas dasar harga jual sekarang, sehingga
metoda penilaian yang berada harus digunakan untuk menilai aset yang berbeda
pula.
2. Nilai Setara Kas Sekarang (current cash equivalent)
Nilai ini dapat diukur dari kutipan harga pasar barang sejenis yang kondisinya
sama. Nilai setara kas sekarang dianggap relevan karena menunjukan kondisi
perusahaan dalam hubungannya dengan penyusuaian keadaan lingkungan.
Kesulitan utama dari konsepini adalah perlunya penyesuaian untuk memisahkan
pos yang tidak memiliki harga pasar sekarang. Kelemahan kedua adalah nilai
setara kas sekarang tidak memiliki siIat yang dapat ditambahkan.
3. Nilai Likuidasi (liquidation value)
Nilai likuidasi hanya digunakan dalam kondisi berut ini :
a. Bila produk/aset lainnya kehilangan maIaat normal sehingga menjadi usang
atau tidak laku dijual.
b. Bila unit usaha merencanakan untuk membubarkan usahanya dalam waktu
dekat sehingga tidak dapat menjual seluruh aset dipasar yang normal
2. Nilai Masukan
Dalam menilai aset, nilai masukan sering dianggap lebih tepat dari pada nilai
keluaran karena nilai tersebut lebih dapat diuji kebenarannya untuk nilai tersebut tidak
memungkinkan dilakukannya pelaporan pendapatan sebelum pendapatan benar-benar
terealisir. Dalam penilaian yang dapat digunakan untuk menilai masukan adalah
sebagai berikut:
a. Biaya Historis (cost historis)
b. Biaya Masukan Terkini (current input cost)
c. Biaya Penilaian Mendatang (discounted Iuture cost)
d. Biaya Standar (standard cost)
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
50
C. KONSEP PENGUKURAN DAN PENGAKUAN ASET
Dalam praktik bisnis, pengukuran terhadap aset seringkali jadi masalah. Hal ini
disebabkan adanya berbagai konsep atau prosedur yang ditawarkan, sehingga
memungkinkan memakai lebih dari satu konsep. Terutama penyajian dalam laporan
keuangan, misalnya untuk menghitung laba atau menyajikan inIormasi lainnya bagi
kreditur, investor, maupun pemakai lainnya.
Di sisi lain, dalam pengukuran aset tidak ada satu konsep pun yang ideal dapat
dipakai, misalnya pengukuran dengan harga perolehan historis, sementara dianggap
sebagai dasar pengukuran yang ideal karena memenuhi asas daya banding dan keajekan.
Namun dalam kondisi lain, bisa jadi dasar pengukuran kini (current) yang lebih baik
karena dapat menujukkan inIormasi yang wajar (terutama untuk nilai aset yang disajikan)
berkaitan dengan tingkat inIlasi yang terjadi.
Bila ditinjau dari sudut pandang interpretasional, pengukuran aset dimaksudkan untuk
menghasilkan sumber daya penerimaan kas atau aset lainnya untuk masa yang akan
datang. Sebab nilai bersih yang direalisasi atau setara kas akan dapat menjadi satu-satu
ukuran yang tepat dalam menilai masukan atau keluaran dari suatu arus sumber daya.
Namun, jika ditinjau dari sudut pandang normatiI, bahwa tujuan pengukuran aset adalah
untuk menyediakan inIormasi yang memungkinkan terjadinya estimasi kas yang akan
diterima pada periodik yang akan datang. Dalam konteks ini maka konsep keluaran-lah
yang paling tepat digunakan karena lebih unggul daripada konsep masukan. Jadi nilai
bersih yang dapat direalisasikan dan nilai setara kas berlaku relevan untuk berbagai
estimasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
TABEL 4
KONSEP PENGUKURAN DAN KONDISI PENERAPAN
NO. KONSEP PENGUKURAN KONDISI PENERAPAN
NILAI KELUARAN
Bukti transaksi akurat tersedia
1 Diskonto penerimaan kas atau potensi jasa masa
yang akan datang
Penerimaan kas atau setranya ditandai
dengan tingkat kepastian yang tinggi.
2 Harga Keluaran Sekarang Bila harga jual sekarang menggambarkan
harga keluaran yang akan datang
3 Nilai Setara Kas Sekarang AlternatiI terbaik adalah likuidasi teratur.
4 Nilai Likuidasi Bila perusahaan tidak mampu menerapkan
harga dalam kondisi normal
NILAI MASUKAN
Bukti Transaksi akurat tersedia sebagai
indikasi kebuthan kas
1 Biaya Historis (ccst historis) Nilai masukan tanggal transaksi
2 Biaya Masukan Sekarang (current input cost) Nilai masukan berlaku sekarang
3 Biaya Penilaian Mendatang (discounted Iuture cost) Nilai masukan perdiksi sekarang
4 Biaya Standar (standard cost) Nilai masukan kondisi normal pada
kapasitas eIisien.
Sumber: diadaptasi dari Hendriksen, 1982: 258
Sedangkan pengakuan pos (akun) aset didasarkan pada beberapa kriteria berikut:
a. Pengertian, pos aset akan masuk dalam struktur akuntansi dan pelaporan bila telah
memenuhi dalam elemen deIinisi laporan keuangan, dan memenuh azas
kebermanIaat (utility).
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
51
b. Keterukuran (measurability), diakui sebagai pos aset bila memiliki makna yang
relevan, bermanIaat, dan dapat diukur jumlahnya dengan sumber reliabilitas yang
akurat dan dapat ditelusuri.
c. Relevansi, bila pos tersebut dapat dilaporkan dan berimplikasi pada kemungkinan
perbedaan terhadap keputusan yang diambil.
d. Reliabilitas, pos yang disajikan harus dapat dipresentasikan dan dapt diuji
kebenarannya, netral, dan mememnuhi aturan tertentu, (menurut SFAC No. 5
dalam FASB).
D. MASALAH KHUSUS DALAM ASET
Ada beberapa masalah khusus yang berkaitan dengan aset ini, yaitu: beban
tangguhan (deIerred charges), kapitalisasi bunga, pengeluaran kapital (capital
expenditure), modal donasi (aset sumbangan), dan transaksi aset non-moneter,
(Godzali dan Chariri, 207, 2001).
PERLATIHAN
1. Apa yang disebut aset, jelaskan!
2. Mengapa konsep aset diperlukan dalam proses penyajian dan penyusunan suatu
laporan keuangan, jelaskan!
3. Bagaimana konsep pengukuran aset yang Saudara ketahui? jelaskan sertakan contoh
penerapannya.
4. Kapankah suatu konsep atau prosedur pengakuan aset dapat dikatakan sebagai hal
yang ideal? Mengapa dalam konsep tersebut harus memperhatikan kondisi ekonomi
yang terjadi, jelaskan.
5. Jelaskan masalah khusus yang terjadi dalam konsep aset, dan berikan contohnya
masing-masing untuk masalah tersebut.
6. Bilakah suatu aset harus dicatat dan diakui dalam laporan keuangan? Konsep atau
prosedur apa yang harus dipilih, sehingga pelaporan inIormasi yang relevan dan
obyektiI bagi pemakai laporan keuangan dapat dicapai. Namun, kondisi yang terjadi
kadangkala berkaitan dengan kebijakan akuntansi yang diambil oleh entitas bisnis.
Mengapa demikian, jelaskan!
7. Aset adalah aset milik entitas bisnis dan mempunyai manIaat ekonomis yang terbatas,
jelaskan maksud pernyataan tersebut.
8. Bilamana suatu aset dinyatakan milik entitas bisnis maka dasar atau dokumen apa
yang dapat dipakai agar aset tersebut dapat dicatat dan dilaporkan sebagai aset yang
telah dicatat dan diakui secara obyektiI. Jelaskan! Apakah dokumen tersebut dapat
dikategorikan sebagai data akuntansi.
9. Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang modal kekayaan intelektual (intellectual
capital) dan bagaimana cara untuk mengakui dan melaporkannya dalam laporan
keuangan.
10. Suatu entitas bisnis (perusahaan) menerima aset donasi dari lembaga/instansi
pemerintah, yaitu sebidang tanah seluas 2 hektar. Tanah tersebut ditaksir mempunyai
nilai wajar sebesar Rp. 2.015.000.000,-, biaya administrasi dan sertiIikasi yang harus
dikeluarkan untuk kepemilikan tanah tersebut sebesar Rp.16.500.000,-. Sedangkan
biaya lainnya sejumlah Rp.12.530.000,-. Sebagai tindak lanjut perusahaan akan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
52
memanIaatkan tanah tersebut untuk kepentingan bisnis dan sosial.
Pertanyaan:
a) Bagaimana pengakuan terhadap tanah tersebut.
b) Uraikan pengungkapannnya dalam laporan keuangan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
53
BAB V
KONSEP PENDAPATAN
Banyak pendekatan yang digunakan dalam menjelaskan konsep pendapatan. Ada
yang memandang dari sisi aliran aset, produk perusahaan, pemasaran produk, dan lainlain.
Secara lebih jelas berikut ini akan diuraikan beberapa konsep pendapatan.
A. PENGERTIAN PENDAPATAN
Pendapatan dapat dianggap sebagai produk perusahaan, artinya sesuatu yang
dihasilkan oleh potensi jasa (cost) yang dimilik oleh perusahaan. Menurut Paton dan
Littleton (1940), pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek moneter. Dilihat dari
aspek Iisik, pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu aliran Iisik dalam proses
menghasilkan laba.
Dari aspek moneter, Paton dan Littleton (1976) menghubungkan aliran pendapatan
dengan aliran masuk aset yang berasal dari seluruh kegiatan operasi perusahaan. Atas
dasar ini konsep pendapatan, seperti yang diungkapkan Belkaoui (1993) dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 7
ALIRAN PENDAPATAN
Sumber: Godzali, 2001, 254 (diolah kembali)
Aliran Fisik melibatkan kegiatan berikut:
a) Kegiatan menghasilkan dan menjual produk (ouput)
b) Obyek kegiatan yang berupa produk yang dihasilkan/dijual.
Aliran Moneter melibatkan kegiatan:
a) Peristiwa naikknya nilai perusahaan karena kegiatan produksi atau penjualan
produk
b) Obyek yang berupa jumlah rupiah aset yang dihasilkan atau dijual.
Dalam APB (1970) pernyataan No. 4 diejlaskan bahwa, pendapatan adalah kenaikan
kotor aset atau penurunan kotor utang yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum yang berasal dari kegiatan perusahaan berorientasi laba yang
PENDAPATAN
Konserp Aliran Masuk
(in Ilow)
Konsep Aliran Keluar
(out Ilow)
Aliran masuk aset
Kenaikan aset
Aliran keluar barang
dan jasa
Penjualan barang dan
pemnyerahan jasa
Pendekatan Aset-Utang
Pendekatan Biaya-Pendapatan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
54
dapat mengubah ekuitas pemilik. Sementara itu, FASB (1980) dalam SFAC No. 6
mendeIinisikan bahwa, pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aset suatu entitas
atau penurunan utang (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi barang,
penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama yang berlangsung
terus menerus dari entitas tersebut. Sedangkan IAI sendiri memiliki pengertian
pendapatan yang tidak jauh berbeda. Seperti termaktub dalam PSAK No. 23/1999 tentang
pendapatan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah:
'Arus masuk bruto dari manIaat ekonomi yang timbul dari aset normal perusahaan
selama suatu periodik bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman moda.
B. PENDAPATAN DAN UNTUNG (GAINS)
Kenaikan jumlah rupiah aset dapat berasal dari (Suwardjono, 1989, 147):
1. Transaksi modal atau pendanaan (Iinancing) yang mengakibatkan adanya
tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham dan kreditur (pemegang
obligasi).
2. Untung dari penjualan aset yang bukan berupa dari produk perusahaan seperti aset
tetap, surat berharga, atau penjualan anak perusahaan.
3. Hadiah (donasi), sumbangan, dan temuan.
4. Penyerahan produk perusahaan berupa hasil penjualan produk atau penyerahan jasa
(sumber utama pendapatan).
FASB (1980) mendeIinisikan untung (gains) sebagai kenaikan aset yang sekaligus
menaikkan modal yang berasal dari transaksi sampingan atau insidentil atau
transaksi/peristiwa lain yang bukan berasal dari pendapatan atau investasi oleh
pemilik. Dalam pengertian tersebut bahwa FASB memisahkan untung dari
pendapatan. Meskipun demikian, dalam penyajian laporan keuangan, untung tersebut
tetap dilaporkan dalam laporan rugi laba dalam kelompok tersendiri (extra ordinairy
item) yaitu dalam pos laba diluar usaha, sebagai bagian dari laba secara keseluruhan
(comprehensive income).
Sementara IAI, mengartikan untung sebagai bagian yang terpisah dari pendapatan.
Hal ini dapat dilihat dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
23/1999 yang menyebutkan bahwa penghasilan (income) meliputi pendapatan
(revenue) maupun keuntungan (gains). Secara singkat diurumuskan, sebagai berikut:
I RG
Sehingga dengan cara ini, para pemakai laporan keuangan akan dapat mengetahui
dengan jelas kenaikan nilai aset perusahaan, apakah yang berasal dari kegiatan utama
perusahaan atau kegiatan sampingan (insidentil)?
C. PENGUKURAN PENDAPATAN
Pendapatan diukur dalam satuan nilai tukar produk atau jasa dalam suatu transaksi
yang bebas (arm`s length transaction). Nilkai tukar tersebut menunjukkan ekuivalen
kas atau nilai diskonto tunai dari uang yang diterima atau akan diterima dari transaksi
penjualan. IAI juga menganut prinsip yang sama yaitu mengukur pendapatn
berdasarkan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Apabila periodik pengumpulan kas relatiI pendek maka potongan tersebut dapat
dihiraukan. Ada tiga alasan yang mendukung perlakuan ini, yaitu:
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
55
1) Pada tingkat potongan yang rendah, jumlah yang relatiI kecil tidak akan
mempengaruhi pengukuran pendapatan. Contohnya bila terjadi transaksi penjualan
secara kredit, dengan potongan 15 dan masa jatuh tempo selama 60 hari, maka
akan menghasilkan potongan kurang dari 3 dari total pendapatan (3/12x15).
2) Karena potongan dapat diklasiIikasikan sebagai bagain dari total pendapatan, maka
pengaruh utama ada pada masalah pengakuan pendapatan tersebut. Potongan harus
segera dicatat setelah pendapatan diakui. Akan tetapi bila jumlah potongan tidak
material (jumlahnya cukup besar) maka pengaruhnya terhadap lapa periodik juga
tidak akan besar.
3) Penggolongan pendapatan yang timbul dari penjualan yang disertai potongan dapat
diakui dan dicatat sebagai rugi dan hal ini akan mengurangi jumlah pendapatan
(revenue). (Godzali dan Chariri, 2001, 259).
Dalam pengukuran, pendapat di atas menunjukkan bahwa nilai uang sekarang atau
setara kas akhirnya kan diterima sebagai hasil dari proses produksi dan transaksi
penjualan. Sehingga jumlah jumlah rupiah bersih dapat diakui sebagai dasar yang
paling tepat dan layak dibandingkan dengan jumlah pendapatan kotor (belum
dikurangkan potongan). Dengan demikian potongan penjualan, retur penjualan dan
biaya lainnya akan diperlakukan sebagai kontra rekening pendapatan secara langsung.
Misalnya penjualan kredit senilai Rp.10.000.000,00 potongan tunai 1 dari nilai
penjualan kredit dan biaya angkut penjualan Rp.100.000,00 maka pendapatan yang
diakui dan dicatat adalah sebesar Rp.9.800.000,00.
D. PEMBENTUKAN DAN REALISASI PENDAPATAN
Pembentukan pendapatan disebut pula earning process, sedangkan realisasi
pendapatan adalah konsep lain yang berbeda namun saling berkaitan erat dan dapat
digunakan untuk menjelaskan dan mengakui pendapatan. Kedua konsep ini dalam
masuk struktur teori akuntansi sehingga akan dapat mempengaruhi dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan secara wajar dan konsisten.
Pembentukan Pendapatan (earning process).
Eaning process adalah konsep yang menjelaskan bagaimana proses terjadinya
pendapatan secara kronologis sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang diambil
oleh perusahaan. Dalam konsep ini, pendapatan diakui dan terbentuk secara bersamaan
dari seluruh proses berlangsungnya kegiatan perusahaan. Sehingga proses
pembentukan pendapatan ini terjadi dari sejak dimulainya kegiatan produksi,
pemasaran, penjualan hingga saat pengumpulan piutang usaha, yang memerlukan
waktu tertentu (siklus waktu) dengan didahului pengorbanan ekonomis berupa
pengeluaran biaya atau pun beban. Jadi pada dasarnya pendapatan tidak akan terjadi
bila perusahaan belum atau tidak melakukan kegiatan produksi (industri) dan
penjualan produk atau jasa (dagang dan jasa). Secara lebih jelas proses pembentukan
pendapatan dapat dijelaskan pada gambar berikut:
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
56
Gambar 8
PROSES PEMBENTUKAN PENDAPATAN
Cash in Ilow oI revenue
Cash out Ilow o I expenses
Gambar 7 Earning Process
REALISASI PENDAPATAN.
Realisasi pendapatan merupakan teknik akuntansi yang dapat dijadikan sebagai
dasar untuk menandai adanya proses pengukuran dan pengakuan pendapatan secara
wajar. Ada dua hal pokok dalam proses realisasi pendapatan yaitu:
Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aset lain (potensi jasa)
melalui kejualan penjualan yang sah. Diperolehnya aset lain (bentuk aset lancar)
sebagai bentuk pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut. (Godzali dan Chariri,
2001, 262).
Berdasarkan peristiwa atau kejadian kedua hal pokok di atas maka dalam proses
realisasi pada dasarnya merupakan penegasan dari proses pembentukan pendapatan.
Sehingga pendapatan tersebut dapat diakui sesuai dengan waktu kejadiannya dan akan
diakui secara proporsional sesuai dengan waktu untuk mewujudkan pendapatan
tersebut.
E. KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN
Secara umum dalam pengakuan pendapatan, perusahaan dan para akuntan
menggunakan konsep realisasi dengan menentukan peristiwa kritis (critical event)
yang akan dijadikan sebagai dasar dalam penentuan waktu pengukuran dan pengakuan
pendapatan tersebut.
Kriteria Pengakuan Pendapatan
Menurut FASB (1980) yang dimuat dalam pernyataan SFAC No. 5, ada dua
kriteria yang dapat dijadikan dasar untk mengakui pendapatan, yaitu:
Telah terealisasi (realized), yaitu bila terjadi transaksi pertukaran antara barang yang
dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Syarat agar barang
mudah dikonversi adalah:
Memiliki harga per unit yang pasti dan barang tersebut tidak boleh perubahan
bentuk dan ukuran barang (interchangeable). Misalnya logam mulia, perak
atau perhiasan lainnya.
Mudah dijual tanpa memerlkan yang yang relatiI besar.
Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang
dan jasa telah berjalan dan secara substansial telah selesai.
Awal
kegiatan/produk
Produksi selesai
dan penyimpanan
Penagihan
(collection periods)
Pemasaran Penjualan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
57
Kam (1990) ada tiga (3) kriteria yang dapat digunakan untuk mengakui
pendapatan, yaitu:
a) Keterukuran Nilai Aset
Oleh karena pendapatan menyebabkan kenaikan total aset perusahaan yang
sekaligus akan meningkatkan modal perusahaan, criteria ini merupakan salah satu
criteria yang dapat diterima secara umum. Kriteria yang umum digunakan, bahwa
aset dianggap sebagai penukar dapat segera dikonversi menjadi kas atau setaranya
(tidak mesti kas dan piutang saja). Diterimanya aset penukar baik likuid maupun
tidak sebagai kriteria pengakuan pendapatan masih tergantung pada kondisi yang
mendasari pertukarana tersebut. Paton dan Littleton (1940, 49) mengemukakan,
'Ditinjau dari pandangan yang dominan bahwa pendapatan dapat direalisasi bila
terbukti ada penerimaan kasa atau piutang atau aset lainnya yang likuid.
Cara lain untuk mencerminkan keterukuran nilai aset adalah adanya
kepastian pengumpulan kas. Masalah pengumpulan kas berkaitan erat dengan
perimbangan (judgment) yang umumnya didasarkan pada pengalaman perusahaan
sebelumnya. Makin lama periodik pengumpulan makin besar tingkat
ketidakpastian pengumpulan kas. Hal ini berakibat pendapatan tidak dapat segera
untuk diakui.
b) Terjadinya transaksi
Pendapatan diakui apabila terjadi pertukaran antara barang yang dihasilkan
perusahaan dengan aset baru yang diterima perusahaan. Adanya keterlibatan pihak
luar dalam transaksi menunjukkan adanya bukti yang obyektiI yang berimplikasi
pada naiknya nilai perusahaan. Transaksi pertukaran merupakan nilai dasar yang
dapat dipertanggungjawabkan dalam menentukan waktu pengakuan pendapatan
dan jumlah pendapatan yang harus dicatat dan diakui. (Godzali dan Chariri, 2001,
265).
c) Proses pembentukan pendapatan telah selesai
Pendapatan terbentuk apabila ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan
telah berjalan serta secara substansial telah selesai. Kegiatan menghasilkan
pendapatan secara konseptual terdiri dari tahap produksi, pemasaran, penjualan,
dan pengumpulan kas. Oleh karena itu, setiap kali biaya yang dikeluarkan pada
tahap-tahap tersebut, berarti sejumlah pendapatan telah terbentuk, meskipun
terkadang belum dapat diakui pada periodik yang bersangkutan.
PSAK No. 23/1999 telah menentukan kriteria untuk mengakui pendapatan yang
lebih bersiIat teknis. Penpatan diakui apabila besar kemungkinan manIaat
ekonnomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manIaat tersebut dapat
diukur dengan andal (reliabel). Selanjutnya dalam PSAK tersebut dinyatakan
bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui apabila seluruh kondisi
berikut terpenuhi:
Perusahaan telah memindahkan risiko secara signiIikan dan telah
memindahkan manIaat kepemilikan barang kepada pembeli. Perusahaan tidak lagi
mengelola atau melakukan pengendalian eIektiI atas barang yang dijual. Jumlah
pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. Besar kemungkinan manIaat
ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan
tersebut. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
58
Saat Pengakuan Pendapatan
1. Pendapatan diakui selama kegiatan produksi
Pendapatan diakui selama kegiatan produksi, meskipun produk yang dihasikan
perusahaan masih dalam proses produksi. Prosedur yang digunakan adlah
persentase penyelesaian. Cara ini umumnya dijumpai pada peusahaan kontraktor
yang mengerjakan proyek-proyek dan memerlukan waktu lebih dari satu periodik
akuntansi. Seperti perusahaan pembuatan kapal, lokomotiI, pembuatan gedung,
jalan raya, dan sebagainya. Pengakuan pendapatan dengan cara ini dapat dilakukan
bila harga kontrak sudah pasti dan taksiran biaya untuk menyelesaikan proyek serta
tingkat penyelesaian kontrak dapat ditaksir dan dipertanggungjawabkan secara
wajar. Taksiran tersebut umumnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
Berdasarkan persentase biaya, di mana tahap penyelesaian ditentukan dengan
membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan taksiran total biaya untuk
menyelesaikan proyek.
Berdasarkan persentase penyelesaian Iisik, dimana tingkat persentase penyelesaian
Iisik didasarkan pada tahap kemajuan proyek (penyelesain pekerjaan di lapangan).
2. Pendapatan diakui pada saat produik selesai.
Pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai biasanya dianggap tepat untuk
industri pertambangan dan pertanian, seperti; emas, timah, gandum, dan
sebagainya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan
saat produksi selesai, yaitu:
o Harga jual dapat ditentukan dengan cukup tepat.
o Tidak diperlukan kegiatan pemasaran yang cukup material untuk
menjual produk tersebut.
o Biaya produk sulit untuk ditentukan.
o Satuan-satuan persediaan dapatsaling dipertukarkan (barang tidak
terpengaruh oleh perubahan bentuk dan ukuran).
3. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan.
Pada banyak perusahaan cara ini merupakan dasar yang paling jelas dan obyektiI.
Paton dan Littleton (1940) mengemukakan sebagai berikut:
Pendapatan merupakan jumlah nominal yang merupakan hasil akhir dari operasi
perusahaan. Oleh kartena itu, harus diakui dan diukur pada tingkat atau titik
kegiatan yang menentukan dalam kegiatan aliran operasi perusahaan. Pendapatan
harus benar-benar terjadi dan didukung oleh adanya aset baru yang sah (sebaiknya
berupa kas dan piutang).
Namun timbul masalah yang terjadi apabila pendapatan diakui pada saat
penjualan adalah yang berkaitan dengan biaya yang terjadi setelah penjualan (aIter
sales costs) misalnya biaya penagihan piutang dagang, biaya klaim, dan lain-lain.
Ada dua hal penting yang pelu diperhatikan untuk mnengantisipasi hal ini adalah:
Biaya setelah penjualan, dalam praktik biaya ini terjadi seringkali muncul
setelah terjadinya penjualan, mka sebagai solusinya bila biaya ini muncul adalah
dengan melakukan pendebitan pada jumlah rupiah taksiran biaya dan mengkredit
jumlah rupiah yang sama ke rekening cadangan biaya.
Hak pengembalian barang, khusus kasus ini FASB (1981) yang termuat
dalam SFAS No. 48 menyatakan bahwa apabila pembeli berhak untuk
mengembalikan barang, maka pendapatan baru dapat diakui bila beberapa syarat
berikut dapat terpenuhi:
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
59
Harga jual pasti dan dapat ditentukan pada saat pejualan. Pembeli sudah
membayar kepada penjual atau pembeli diwajibkan untuk membayar penjualan.
Kewajiban untuk membayar tersebut tidak tergantung pada kondisi apakah produk
yang dibeli laku dijual atu tidak.Kewajiban membayar kepada penjual tidak
berubah apabila produk dicuri, nilai produk berkurang atau produk mengalami
kerusakan (aus atau susut).
Pembeli benar-benar ada atau dengan kata lain pembeli merupakan suatu
badan yang secara ekonomi disebut perusahaan Penjual secara signiIikan tidak
memiliki kewajiban atau bertanggungjawab terhadap hasil penjualan kembali
produk yang dilakukan pembeli.
Jumlah nominal pengambilan dapat ditaksir secara cukup pasti. Penjualan jasa, ada
beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk mengakui pendapatan jasa sebagai
berikut:
Apabila kinerja (perIormance) jasa terdiri dari pengerjaan satu macam tindakan,
pendapatan diakui pada saat pekerjkaan tersebut terlaksana. Misalnya, biro jual
beli rumah, biro jasa, maka pendapat akan diakui pada komisi dari kegiatan
tersebut telah terjadi transaksi.
Bila pelaksaan jasa terdiri dari pengerjaan lebih dari satu macam kegiatan atau
tahapan, maka pendapatan diakui selama periodik pelaksaan pekerjaan atau secara
proporsional sesuai dengan jangka waktu penyelesaian jasa tersebut.
Bila jasa dilaksanakan lebih dari satu macam kegiatan, maka pendapatan harus
diakui pada saat pelaksanaan pekerjaan seluruhnya selelsai bedasarkan kondisi
berikut:
a) Proporsi jasa yang dihasilkan sebagai pekerjaan akhir merupakan tindakan
yang sangat penting dari keseluruhan jasa yang dikerjakan.
b) Bila jasa yang diberikan terdiri dari pekerjaan yang tidak dapat ditentukan dan
dilaksanakan pada periodik waktu yang tidak dapat ditentukan maka tidak ada
cara untuk menetukan tingkat penyelesaian pekerjaan. Oleh karena itu,
pendapatan harus diakui pada saat waktu pekerjaan selesai.
c) Bila terdapat tingkat ketidakpastiaan yang cukup tinggi (signiIicant) dalam
pengumpulan pendapatan jasa (kas) maka pendapatan harus diakui pada saat
kas trelah diterima.
4. Pendapatan pada saat kas diterima
Dalam hal terdapt ketidakpastian yang besar mengenai pengumpulan piutang yang
timbul dari penjualan barang atau jasa, maka pengakuan pendapatan dapat ditunda
sampai saat kas betul-betul telah diterima. Alasan yang mendukung penggunaan dasar
penerimaan kas untuk pengakuan pendapatan yang berasal dari penjualan angsuran
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
a) Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang
mempunyai daya beli murni.
b) Semakin lama jangka waktu angsuran akan semakin besar kemungkinan piutang
tindakan tertagih.
c) Biasanya sesudah penjualan, terutama biaya penagihan dan pengumpulan piutang
lebih tinggi dibandingkan dengan biaya sesudah penjualan untuk jenis penjualan
kredit.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
60
Dari beberapa pendekatan dalam pengakuan pendapatan di atas maka dapat diringkas
pelaporan pendapatan harus memenuhi kriteria berikut:
1. Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan perusahaan pada produksinya,
2. Jumlah pendapatan harus dapat diukur,
3. Pengukuran harus dilakukan dan secara relatiI bebas dari bias, dan
4. Adanya penandingan beban dengan pendapatan dengan dasar yang layak.
Tabel berikut ini mengikhtisarkan beberapa periodik dan kondisi pelaporan pendapatan
dalam laporan keuangan:
TABEL 5
IKHTISAR PELAPORAN PENDAPATAN
SAAT PELAPORAN KRITERIA KETERANGAN
Selama kegiatan produksi Penetapan harga berdasarkan
kontrak atau persyaratan
tertentu menggunakan harga
pasar yang ada pada tingkatan
produksi tertentu.
Akrual: kontrak jangka panjang
dilihat dari tingkat pertumbuhan
(accretion)
Saat penyelesaiaan produk Harga jual didasarkan pada
harga pasar atau nilai wajar
Logam mulia, produk pertanian
dan jasa tertentu.
Pada saat penjualan Harga yang telah ditetapkan
pada produk itu.
Misalnya; barang dagangan
Saat penerimaan kas Harga wajar pada saat transaksi
atau akad ditambah beban
tambahan (bunga maupun
marjin) yang disepakati.
Misalnya: penjualan angsuran,
pertukaran aset, dll
PERLATIHAN
1. Apa yang disebut pendapatan, jelaskan!
2. Mengapa konsep pendapatan diperlukan dalam proses penyajian dan penyusunan
laporan keuangan, jelaskan!
3. Bagaimana konsep pengukuran pendapatan yang Saudara ketahui? Jelaskan sertakan
contoh penerapannya.
4. Kapan suatu pendapatan harus diakui dan diukur?
5. Kapankah suatu konsep atau prosedur pengakuan pendapatan sebagai hal yang ideal?
Mengapa dalam pengakuan pendapatan tersebut harus memperhatikan kondisi
ekonomi yang terjadi, jelaskan.
6. Jelaskan bagaimana mengakui dan mengukur pendapatan di luar usaha, media apa
untuk mengungkapkannya? Jelaskan.
7. Pendapatan atau penghasilan dalam suatu kegiatan usaha diakui untuk tujuan tertentu
pada waktu transaksi dicatat (critical event). Dalam beberapa kondisi tertentu
pendapatan diakui bersamaan pada waktu penghasilan tersebut diperoleh. Tetapi pada
kondisi lainnya penghasilan bisa juga diakui pada saat terjadinya penjualan.
a) Jelaskan dan berikan alasan mengapa pendapatan pada saat penjualan.
b) Pada saat kondisi apa yang tepat untuk mengakui pendapatan untuk kegiatan yang
bersiIat produktiI.
c) Kapan suatu pendapatan diakui secara umum, tentukan titik kritisnya (kejadian
penting).
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
61
8. Untuk dapat digolongkan sebagai akun luar biasa dalam laporan laba rugi, suatu
kejadian atau transaksi harus bersiIat tidak biasa atau tidak kerap terjadi. Jelaskan
bagaimana suatu kejadian tersebut bersiIat tidak biasa dan bagaimana harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
9. Mengapa pendapatan perlu diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan, jelaskan!
10. Jika perusahaan memperoleh laba pada tahun buku tahun ini sebesar
Rp.1.000.000.000,- dan penghasilan laba di luar usaha sebesar Rp.250.000.000,-
sedangkan pembagian dividen berjumlah Rp.250.000.000,- (250.000 lbr saham).
Jelaskan bagaimana menyajikan dan mengungkapkan hal ini dalam laporan keuangan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
62
BAB VI
KONSEP BIAYA
PENDAHULUAN
Konsep dasar yang melandasi pembebanan dan pelaporan biaya menurut Paton dan
Littleton (1970) adalah Konsep Upaya dan Hasil (eIIorts and accomplishment concepts)
yang terbagi dalam dua bagian, yaitu:
a) Expenses yang masih melekat diakui dan dicatat sebagai biaya.
b) Expenses yang sudah habis dipakai diakui dan dicatat sebagai beban.
A. PENGERTIAN
Ada beberapa pengertian biaya dilihat dari sudut pandang peristiwa moneter dan Iisik,
yaitu: Menurut FASB (1980), 'biaya adalah aliran kas keluar (cash out Ilows) atau
pemakaian aset atau timbulnya utang atau kombinasi keduanya selama satu periodik yang
berasal dari penjualan atau produksi keduanya selama satu periodik yang berasal dari
penjualan atau produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya
yang merupakan kegiatan utama perusahaan (entitas).
Sedangkan IAI (2007) dalam paragraI 70 menyatakan, 'Biaya (beban) adalah
penurunan manIaat ekonomis selama satu periodik akuntansi dalam bentuk arus kas
keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Pengertian ini
menunjukkan bahwa, dividen tersebut bukan merupakan beban/biaya. Sebab yang menjadi
beban/biaya tersebut adalah beban/biaya operasional dan non operasional. Distribusi
pembagian dividen (laba) diambil dari laba bersih.
Menurut Kam (1990), biaya sebagai penurunan nilai aset atau kenaikan utang atau
kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholder`s equity) sebagai akibat pemakaian barang
atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan periodik berjalan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Biaya dapat dipandang dari sudut peristiwa Iisik dan moneter;
2. Biaya menunujukkan adanya perubahan nilai, yang menunujukkan pengorbanan
ekonomis yang telah dan akan dilakukan; dan
3. Biaya akan dikeluarkan dari adanya kegiatan pemakaian aset untuk tujuan
menghasilkan pendapatan.
Sehingga beban tersebut merupakan pengeluaran kas dimana manIaat ekonomisnya
telah dinikmati oleh perusahaan (habis). Sedangkan biaya mengandung dua dimensi, yaitu
yang telah menjadi beban dan masih melekat untuk masa yang akan datang. Disamping itu
beban tidak memerlukan aloksi atau distribusi sistematis, karena didasarkan Iungsi
pengeluaran. Sebaliknya biaya harus dilokasikan secara sistematis sesuai dengan manIaat
ekonomis dan metoda alokasi yang dipakai. Secara lebih jelas perbedaan antara biaya dan
beban dapat dilihat pada tabel berikut:
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
63
Tabel 6
PERBEDAAN BIAYA DAN BEBAN
FOKUS BIAYA BEBAN
Tujuan Pengeluaran
Biaya tidak habis pakai
untuk menghasilkan
pendapatan
Habis pakai dalam periodik
bersangkutan untuk
menghasilkan pendapatan
Masa (periodik) manIaat
ekonomi
Lebih dari satu periodik
akuntansi
Maksimal satu periodik akuntansi
Pencatatan dan pelaporan
Dicatat dalam rekening
Biaya (sebagai aset lancar)
dan dilaporkan di Neraca
Dicatat sebagai beban (beban
operasional) dan dilaporkan
dalam Laporan Rugi/Laba
Alokasi /pembebanan Secara sistematis Tidak ada alokasi (segera)
B. PENGUKURAN DAN PENGAKUAN BIAYA
Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan
laporan keuangan. Kecermatan mengukur besarnya biaya akan mempengaruhi
keakuratan inIormasi laporan keuangan yang dihasilkan. Ketepatan saat mengakui
biaya juga akan berpengaruh dalam penentuan besarnya tingkat laba/rugi perusahaan.
Sejalan dengan hal tersebut maka ada tiga konsep dasar dalam pengukuran biaya yang
dapat digunakan sebagai berikut:
1. Konsep Biaya Historis (historical cost), yaitu jumlah rupiah atau setara kas yang
dikorbankan untuk memperoleh aset berdasarkan periodik pengeluarannya, seperti
gedung, peralatan, dan asuransi dibayar dimuka.
2. Konsep Biaya Pengganti (replacement cost), yaitu jumlah atau harga aset
pertukaran sekarang sebagai dasar pencatatan. Misalnya, penilaian untuk sediaan,
aset, gedung, dan tanah.
3. Konsep Biaya Setara Kas (cash equivalent), yaitu jumlah rupiah atau kas yang
dapat direalisasi dalam kondisi perusahaan normal.
Untuk mengakui biaya ada dua konsep yang mempunyai kedudukan penting yaitu:
a) sebagai aset (potensi jasa) dan b) sebagai beban pendapatan (biaya). Namun bila
didasarkan atas konsep kontinyuitas usaha (going concern), biaya pertamakali dapat
diperlakukan sebagai pengurang pendapatan, hal ini berakibat munculnya dua masalah
yaitu:
1) Kriteria yang digunakan untuk menentukan biaya tertentu yang harus dibebankan
pada pendapatan periodik berjalan.
2) Kriiteria yang digunakan untuk menentukan bahwa biaya tertentu ditangguhkan
pembebanannya.
Berdasarkan hal tersebut maka biaya dapat ditangguhkan pembebanannya bila:
a) Memenuhi deIinisi aset (memiliki manIaat ekonomis masa mendatang, dapat
dikendalikan perusahaan, atau berasal dari transaksi masa lalu);
b) Ada kemungkinan bahwa manIaat ekonomis masa mendatang yang melekat pada
aset tersebut masih dapat dinikmati oleh entitas yang menguasainya;
c) Besarnya manIaat eknonomis dapat diukur secara andal (reliable).
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
64
Di lain pihak beban dalam laporan rugi laba dapat diakui bila terdapat penurunan
manIaat ekonomis masa mendatang, yang berkaitan dengan penurunan aset atau
kenaikan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban juga akan
dapat diakui, dicatat dan dilaporkan dalam laporan rugi laba pada saat timbulnya
kewajiban meskipun tanpa harus adanya pengakuan aset, misalnya saat timbulnya utang
garansi.
C. PRINSIP PENANDINGAN (MATCHING PRINCIPLES)
Konsep ini dimaksudkan adalah untuk mencari dan menemukan dasar hubungan
yang tepat dan rasional anatara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil
yang akan dicapai oleh perusahaan, sementara biaya yang dikeluarkan adalah untuk
memperoleh pendapatan tersebut sesuai dengan konsep upaya dan hasil. Namun,
terkadang muncul masalah berkaitan dengan upaya penandingan ini. Masalah utama
dalam menandingkan antara pendapatan dan biaya adalah untuk menentukan dasar
penndingan yang paling tepat. Hubungan Iisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat
digunakan sebagai sarana untuk dapat melacak dan dasar pembebanannya. Meskipun
demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, seharusnya dasar
penandingan yang paling relevan adalah didasrkan atas alasan kelayakan
(reasonableness) bukan pada alasan hubungan Iisiknya. Gambar konsep penandingan
hubungan biaya dengan pendapatan sebagai berikut:
GAMBAR 9
KONSEP PENANDINGAN
Ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan sebagai dasar untuk mencari
hubungan antara biaya dan pendapatan dalam satu periodik tertentu, (Kam, 1990)
mengemukakan sebagai berikut:
1. Hubungan Sebab Akibat (association oI causes and eIIects)
2. Alokasi Sistematik dan Rasional (systematic and rational allocation)
3. Pembebanan Segera (immediate recognition)
Tiga konsep dasar penandingan tersebut diuraikan sebagai berikut:
Cost oI Assets Basic oI matching:
-Hubungan sabab akibat
-Alokasi sistematis
-Pembebanan segera
GOODS
BUSSINES UNIT
UNITUNITS INCOME
BTU EXPENSES
D
CGM/COS
Revenue & Gains
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
65
1. Hubungan sebab akibat, dalam dasar ini biaya akan ditandingkan secara langsung
(direct matching principles) seperti beban komisi penjualan, gaji dan upah, dan
beban barang yang terjual (cost oI goods sold). Oleh karena itu, biaya harus
dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periodik tertentu atas
dasar korelai rasional yang dapat dilihat secara langsung. Sehingga dalam
mengalokasikasikan secara rasional biaya tersebut dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a) biaya yang melekat pada produk yang terjual yang akan diakui sebagai beban.
b) biaya yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebadai elemen
persediaan) dan akan dicatat sebagai aset sampai produk atau jasa tersebut
terjual.
Dalam perusahaan industri biaya dikelompokkan dalam biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung adalah biaya
yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa tertentu yang secara
langsung dapat diidentiIikasi atau ditelususri ke produk yang dihasilkan tersebut.
Seperti biaya bahan baku dan tanaga kerja, karena terjadinya pengeluaran biaya
tersebut terjadi atau manIaat ekonomisnya dapat diidentiIikasi langsung pada
produk yang dihasilkan itu lebih tepat menggunakan beban bahan baku dan beban
gaji dan upah). Sedangkan biaya produksi tidak langusng adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa dan digunakan dalam proses
produksi, sehingga dalam pembebanannya perlu dilakukan identiIikasi atau
penelusuran secara sistematis, proporsional, dan akurat. Biaya tersebut adalah
biaya overhead pabrik (lebih tepat digunakan beban overhead pabrik).
Untuk biaya langsung yang berhubungan dengan pendapatan masa
mendatang, tetapi tidak masuk dalam biaya produksi, maka pembebanan biaya
harus dilakukan pada saat terjadinya atau dikeluarkannya biaya tersebut. Oleh
karena itu, biaya tersebut diakui dan dilaporkan pada periodik terjadinya, kecuali
masa manIaat yang akan diperoleh dari pengorbanan biaya tersebut dapat diukur
secara andal maka biaya tersebut harus dialokasikan pada periodik berikutnya
secara proporsional, yaitu dengan melakukan penandingan antara pendapatan dan
biaya yang telah dikeluarkan.
Bila biaya yang berhubungan dengan pendapatan yang terjadi setelah
pendapatan diakui, maka hal ini akan berkaitan dengan penentuan besarnya biaya
yang akan timbul, misalnya setelah transaksi, atau setelah penjualan. Apabila biaya
tersebut dapat ditaksir dan diukur secara layak dan andal maka biaya ini dapat
diakui sebagai biaya pada periodik pengakuan pendapatan tersebut. Jadai
hubungan sebab akibat dapat digunakan bila dapat didentiIikasi untuk menentukan
bahwa pendapatan tersebut terjadi akibat adanya biaya yang dikeluarkan atau
sebaliknya. Misalnya untuk biaya penagihan piutang dagang, yang timbul akibat
keterlambatan pembayaran atau karena pelanggan yang pindah ke lokasi lain.
Untuk biaya garansi, yang timbul sebagai biaya pada saat pemasaran produk
atau penjualan dan harus dicatat dan diakui sebagai utang garansi. Meskipun
sebenarnya biaya ini belum terjadi tetapi pembenannya harus dilakukan sebagai
wujud tanggungjawab dan penjaminan kepercayaan masyarakat. Hal ini sejalan
dengan prinsip dalam pengakuan pendapatan bahwa biaya tidak akan terjadi bila
tidak ada pendapatan. Seperti dalam kontrak jangka panjang yang menggunakan
metoda kontrak selesai, maka biaya tidak akan diakui atau dibebankan selama
belum adanya pendapatan yang diakui. Pada penjualan angsuran (installment
sales), total penjualan angusuran dan beban pokok barang terjual (cost oI goods
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
66
sold) dicatat secara bersamaan. Selisih penjualan dan beban pokok barang terjual
dicatat dalam rekening utang dengan nama 'Laba Kotor yang Belum Direalisasi
(LKBD). Laba ini akan dialokasikasikan secara proporsional sesuai dengan aliran
kas masuk atau angsuran yang telah diterima. Dengan demikian, beban barang
yang terjual dianggap memiliki hubungan dengan pendapatan atas dasar kas yang
diterima.
2. Alokasi sistematis dan rasional, atau dikenal dengan dasar penandingan periodik
(period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching principles).
Alokasi dapat digunakan sebagai dasar penandingan bila dasar penandingan sebab
akibat tidak dapat digunakan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian
alokasi ini, yaitu:
1. Banyak biaya periodik yang berhubungan secara tidak langsung dengan
periodik berjalan
2. Sulitnya mencari dasar hubungan langsung yang layak dan rasional.
3. ManIaat ekonomis masa mendatang yang sulit diukur dengan layak dan andal.
4. Biaya yang terjadi bersiIat rutin dan terjadi berulang-ulang.
5. Bila biaya tersebut merupakan biaya bersama.
3. Pembebanan segera (immediate recognition), pembebanan dengan cara ini
dilakukan bila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan biaya atau beban
atas dasar hubungan sebab akibat dan alokasi sistematis dan rasional, maka biaya
harus dibebankan segera pada periodik terjadinya. Alasan yang melandasi
pemebebanan dengan cara ini adalah kepraktisan. Seperti biaya yang dikeluarkan
untuk advertensi sangat sulit dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan
sebab akibat, karena biaya tersebut kemungkinan memiliki masa manIaat
ekonomis lebih dari satu periodik akuntansi. Demikian juga manIaat ekonomis
tersebut sulit untuk diukur secara andal dalam cara pembebanan atas dasar alokasi
sistematis dan rasional sehingga sebagian besar entitas menggunakan cara
pembebanan segera. Dengan asumsi bahwa biaya tersebut tidak sangat besar dan
terjadi secara rutin.
D. KELEMAHAN KONSEP PENANDINGAN
Konsep penandingan merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam
rerangka akuntansi konvesional. Menandingkan biaya dengan pendapatan (Paton dan
Littleton, 1970) sama halnya dengan menandingkan upaya dan hasil (eIIorts and
accomplishment). Beberapa kelemahan konsep ini adalah:
1. Bukti yang obyektiI.
Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektiI merupakan syarat utama yang harus
dipenuhi. Namun demikian bukti obyektiI tersebut kurang begitu diperhatikan dalam
pengakuan biaya. Pengakuan biaya lebih didasarkan pada masalah rasional dan
kelayakan dari pada bukti obyektiI. Salah satu alasan tidak diperhatikannya bukti
obyektiI dalam pengakuan biaya adalah adanya penerapan konsep konservatisme.
Konsep ini menyatakan bahwa biaya, rugi dan utang harus segera diakui meskipun
tidak ada bukti yang andal dan obyektiI. Sementara pendapatan, untung (gains) dan
aset tidak dapat diakui apabila tidak ada bukti yang obyektiI.
2. Suatu kondisi atau situasi yang melibatkan ketidakpastian (uncertainty).
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
67
Hal ini memungkinkan timbulnya suatu kerugian (losses) bagi entitas dimana
timbulnya rugi tersebut sangat tergantung pada terjadinya atau tidaknya suatu
peristiwa sekarang atau masa yang akan datang. Dalam rugi kontijensi hendaknya
dimasukkan sebagai unsur biaya. Seperti kemungkinan tidak terkumpulnya piutang
dagang, gugatan terhadap aset, sengketa di pengadilan, dan lain-lain. Terhadap hal
tersebut maka taksiran kerugian harus diakui berdasarkan kondisi berikut:
a. Sebelum laporan keuangan disajikan maka terhadap inIormasi yang menunjukkan
kemungkinan timbulnya rugi yang cukup pasti, harus diungkapkan.
b. Bila jumlah kerugian dapat ditaksir dengan layak dan andal (akurat), maka dpat
ditentukan besarnya kerugian berdasarkan tingkat persentase tertentu.
E. EVALUASI TERHADAP KONSEP PENANDINGAN
Hubungan sebab akibat merupakan konsep paling ideal untuk menandingan antara
biaya dengan pendapatan. Namun hubungan ini sebenarnya akan sulit untuk diterapkan
karena terkait dengan konsep biaya melekat (cost attach) dan tidak memiliki alasan
atau argumentasi yang kuat. Oleh karena itu, dalam menetapkan konsep penandingan
yang dipakai harus memperhatikan beberapa kriteria beriktu:
1. Kejelasan (additivity)
Aloklasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagianbagiannya
sama dengan jumlah keseluruhannya dan tidak kurang atau tidak lebih.
Dengan kata lain, jika jumlah yang dilokasikan ditambahkan bersama-sama maka
totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi.
2. Ketegasan (unambiguity)
Metoda alokasi harus menhasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu
dasar alokasi yang jelas (scarcity) dan tepat, dan sistematis.
3. DeIensibilitas (deIensibility)
Metoda alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding dengan metoda alokasi
lainnya. Dan metoda tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar dapat
dipertahankan dari kemungkinan pemakaian metoda lainnya. (Godzali dan Chariri,
2003).
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
68
BAB VII
KONSEP LABA
PENDAHULUAN
Laba adalah sisa lebih yang diperoleh oleh entitas bisnis, yaitu sisa lebih antara
pendapatan dan biaya atau beban. Jadi laba merupakan kenaikan harga aset yang dimiliki
selama satu periodik akuntansi, atau kenaikan daya beli yang diinvestasikan. Sehingga
konsep laba ini harus dipahami secara baik agar kenaikan ekuitas tersebut dapat digunakan
sebagai inIormasi yang optimal bagi semua pihak dalam mengambil keputusan ekonomi.
Dalam praktik, kita harus dapat memisahkan konsep laba menurut pandangan barbagai
pihak. Tergantung pada tujuan terhadap penyajian laba tersebut. Sebab laba tersebut
merupakan akumulasi dari seluruh kegiatan baik yang bersiIat rutin maupun non rutin.
A. PENGERTIAN LABA (INCOME)
Pengertian laba yang dianut dalam struktur akuntansi sekarang adalah laba
akuntansi yang merupakan selisih dari pengukuran pendapatan dan biaya. Dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI, 2007)
menyatakan, Penghasilan (income) adalah kenaikan manIaat ekonomi selama suatu
periodik akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. (tujuan). Dalam paragraI lain (07) selanjutnya disebutkan bahwa: penghasilan
(income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Jadi pendapatan
merupakan kenaikan aset, yang dihasilkan dari pendapatan setelah dikurangi dengan
beban atau biaya.
Menurut Fisher (1912) dan BedIord (1965) menyatakan bahwa pada dasarnya ada
tiga konsep laba yang umum digunakan sebagai berikut:
1. Phsycal income, yang menunjukan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi
kepuasan dan keinginan individu.
2. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang
ditunjukkan oleh adanya kenaikan cost oI living.
3. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber
ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost oI
living).
Menurut Mitchel dalam BedIord (1965), perbedaan antara laba ekonomi
dan laba akuntansi disebabkan oleh perbedaan konsep yang melandasinya. Hick
(1946) secara spesiIik menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income)
adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus
mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periodik. Laba akuntansi memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari
penjualan barang/jasa.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja
perusahaan selama satu periodik.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pedapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang deIinisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
69
4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam
bentuk biaya historis.
5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara
pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan
tersebut.
B. LABA AKUNTANSI.
Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkauoi, 1995):
1) Laba akuntansi teruji dalam sejarah di mana pemakai laporan keuangan masih
mempercayai bahwa laba akuntansi masih brmanIaat untuk membantu
pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektiI dan dapat diuji
kebenarannya (veriIiable).
3) Laba akuntansi dipandang bermanIaat untuk tujuan pengendalian terutama
pertanggungjawaban manajemen.
Sedangkan kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan (Belkauoi, 1995) sebagai
berikut:
1) Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aset yang belum direalisasi dalam
satu periodik karena prinsip biaya historis dan realisasi.
2) Laba akuntansi yang didasarkan pada prinsip biaya historis mempersulit
perbandingan laporan keuangan karena kemungkinan terjadinya perbedaan
metoda perhitungan biaya dan metoda alokasi.
3) Laba akuntansi yang didasarkan pada prinsip realisasi, biaya historis, dan
koservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan.
Di pihak lain kelemahan laba akuntansi tersebut di atas menurut Hendriksen
(1989) menyebutkan beberapa kelemahan laba akuntansi yang diukur dengan
rerangka akuntansi konvensional. Oleh karena itu, secara lebih jelas Hendriksen
mengungkapkan pula beberapa kelemahan sebagai berikut:
a. Konsep laba belum dirumuskan secara jelas.
b. Belum ada dasar pengukuran dan penyajian yang secara teroritis mantap.
c. Praktik akuntansi yang berterima umum memungkinkan timbulnya
ketidakkonsistenan dalam pengukuran laba periodik dari perusahaan yang
berbeda atau periodik akuntansi yang sama.
d. Perubahan tingkat harga (daya beli uang) belum tercermin dalam laba akuntansi
yang dihitung atas dasar nilai nominal uang.
e. InIormasi lain mungkin terbukti lebih bermanIaat bagi investor dan pemegang
saham dalam pengambilan keputusan investasi.
C. TUJUAN PELAPORAN LABA
Tujuan pelaporan laba adalah memberikan inIormasi keuangan yang dapat
menunjukkan prestasi perusahaan (earning management) dalam menghasilkan laba
(earning per share). Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan inIormasi yang
bermanIaat bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh
karena itu, inIormasi tentang laba perusahaan sangat penting bagi investor dan pembuat
keputusan (decision maker) yang dapat digunakan sebagai:
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
70
1. Indikator eIesiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang
diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate oI return on invested capital);
2. Pengukur prestasi manajemen;
3. Alat pengendalian alokasi suber daya ekonomi suatu negara;
4. Dasar kompensasi dan pembagian bonus;
5. Alat motivasi manejemen dalam pengendalian perusahaan;
6. Dasar untuk kenaikkan kemakmuran; dan
7. Dasar pembagian dividen.
D. KONSEP PENGUKURAN DAN PENGAKUAN LABA
Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada besarnya pendapatan dan biaya.
Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep penghimpunan dan realisasi
pendapatan juga berlaku untuk laba. Sehingga dalam pengukuran dan pengakuan laba
tersebut akan serupa dan konsisten dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan Hal ini
menunjukkan bahwa adanya basic concept yang sama.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (2007)
menyatakan bahwa, 'Penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikan manIaat
ekonomis di masa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban yang telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal (paragraI 06)
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan
diterima (paragraI 08). Imbalan tersebut umumnya berupa kas atau nilai setara kas yang
diterima atau yang akan diterima.
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengakui dan mengukur laba:
1. Pendekatan Transaksi (transaction concept)
Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aset atau utang (laba) terjadi
hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi
eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aset maupun
utang dengan pihak luar perusahaan. Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai
pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan.
Bahwa pendapatan dari hasil transaksi harus diakui bila seluruh kondisi di bawah
ini terpenuhi, yaitu:
a. perusahaan telah memindahkan risiko secara signiIikan dan memindahkan
manIaat kepemilikan barang atau jasa kepada pembeli.
b. perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian eIektiI atas
barang atau jasa yang dijual
c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal
d. besar kemungkinan manIaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan
mengalir kepada perusahaan tersebut.
e. biaya yang terjadi atau akan terus terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat
diukur secara andal, (PSAK 23/2007, 13).
2. Pendekatan Kegiatan (event concept)
Pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan
pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.
Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses
pelaporan yang mengukur transaksi dengan pihak luar sedangkan pendekatan
kagiatan didasarkan pada kejadiannya.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
71
3. Pendekatan Pemeliharaan Modal (capital maintenance concept)
Dalam konsep pemeliharaan modal, kapital disini dimaksudkan sebagai kapital
atau modal dalam arti kekayaan bersih dalam artian luas dan dalam berbagai
bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai kelompok kekayaan tanpa
memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut.
Pegukuran terhadap sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis
kapital dan skala pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga Iaktor tersebut akan
mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang akan diperoleh.
1) Nilai atau satuan unit pengukur
Nilai menunjukan preIerensi seseorang terhadap barang tertentu karena
adanya manIaat yang diharapkan dari barang tersebut. Nilai bersiIat subyektiI
dan sulit diukur, maka harga pasar dianggap sebagai nilai yang obyektiI
untuk mengukur suatu barang (obyek) tersebut. Secara umum nilai kapital
dapat diukur dengan menggunakan biaya historis, current cost maupun
replacement cost.
2) Jenis kapital
Kapital secara umum diartikan sebagai aset bersih (netto) yaitu selisih antara
jumlah utang. Laba dapat dihitung dari selisih antara kapital awal dan kapital
akhir. Pada dasarnya pengertian kapital dapat ditinjau dari dua sudut pandang
yaitu Iinansial dan Iisik.
3) Skala pengukuran
Skala menunjukan seberapa besar inIormasi yang dihasilkan oleh sejumlah
angka tertentu. Skala pengukuran dalam akuntansi dapat dibagi menjadi dua
yaitu skala nominal dan skala daya beli konstan:
a. Skala Nominal
Skala pengukuran nominal adalah sejumlah rupiah (nominal) yang telah
terjadi dan dicatat dalam akuntansi tanpa memperhatikan perubahan daya
beli.
b. Skala Daya Beli Konstan
Untuk memperoleh nilai atas dasar skala daya beli konstan, unit moneter
diubah dengan menggunakan indeks tertentu (misalnya indeks harga
konsumen). Metoda yang dapat digunakan untuk menilai aset bersih
(Hendriksen, 1989):
1. Kapitalisasi aliran kas harapan (capital oI expected cash Ilows);
2. Penilaian harga pasar perusahaan (market valuation oI the Iirm);
3. Jumlah setara kas (market cash equivalent);
4. Harga input historis (historical input prices);
5. Harga input terkini (current input prices); dan
6. Daya beli konstan (constant purchasing power).
E. UNSUR LABA
Ada dua konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu entitas atau
perusahaan. Dua konsep tersebut, yaitu current operating concept (earnings) dan all
inclusive concept oI income (laba komprehensiI).
a. Konsep Laba Periodik (earning periodic)
Konsep laba periodik dimaksudkan untuk mengukur eIisiensi suatu perusahaan.
Ukuran eIisiensi umumnya dilakukan dengan membandingkan laba periodik
berjalan dengan laba periodik sebelumnya atau dengan laba perusahaan lain pada
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
72
industri yang sama. Yang termasuk unsur laba adalah peristiwa atau perubahan
nilai yang dapat dikendalikan manajemen dan berasal dari keputusan-keputusan
periodik berjalan.
b. Laba KomprehensiI
FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba
komprehensiI adalah, 'Total perubahan aset bersih (ekuitas) perusahaan selama
satu periodik berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain
sumber yang berasal dari pemilik. Jadi pengertian laba komperhensiI adalah
hampir sama dengan pengertian laba bersih (net income) yang penyusunannya
menggunakan konsep atau pendekatan all inclusive. Laba periodik dan laba
komprehensiI mempunyai komponen utama yang sama yaitu pendapatan, biaya,
untung/laba dan rugi.
F. UNSUR NON OPERASIONAL
Unsur non-operasional adalah pos luar biasa (extraordinary item), kegiatan yang
dihentikan (discontinued operation), dan perubahan akuntansi (accounting changes).
a. Pos Luar Biasa (extraordinairy items)
Extraordinary items adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh
material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari Iaktor yang siIatnya
berulang-ulang dalam kegiatan usaha normal perusahaan (APB Opinion No. 9,
1966, : 21). DeIinisi tersebut banyak dikritik karena bersiIat ambiguous. Akhirnya
dikeluarkan APB Opinion No. 30 'Reporting the Results oI Operation pada tahun
1973 yang menyebutkan bahwa unsur laporan keuangan dikatakan sebagai
extraordinary items jika memenuhi dua syarat berikut:
1. Tidak umum (unusual)
2. Jarang terjadi (inIrequency oI occurrence)
b. Penghentian Segmen Bisnis
Segmen bisnis merupakan komponen dari entitas yang kegiatannya menunjukkan
bisnis yang terpisah atau berdasarkan kelas konsumen. Penghentian segmen bisnis
berarti kegiatan operasional bisnis tersebut dihentikan atau dijual. Apabila
penghentian segmen bisnis dilakukan maka harus ada pengakuan untung atau rugi
terhadap penghentian tersebut sesuai pada tanggal pengukuran.
Laba atau rugi yang akan diakui termasuk yang terjadi akibat dua Iaktor berikut:
4) Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal
penghentian.
5) Untung/laba atau rugi penghentian segmen.
APB No. 30 menyebutkan bahwa hasil penghentian segmen dilaporkan
bersih setelah pajak dan disajikan dalam laporan laba-rugi setelah pos laba usaha
(laba dari kegiatan normal) tetapi sebelum pos luar biasa.
c. Perubahan Kebijakan Akuntansi (judgment oI accounting)
Perubahan akuntansi dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis:
1. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan
memilih metoda akuntansi yang berbeda dengan metoda yang digunakan
sebelumnya. Metoda akuntansi yang dipilih tersebut masih berada dalam
lingkup generally accepted accounting principles, (misalnya dari FIFO ke
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
73
LIFO untuk persediaan, atau dari metoda depresiasi garis lurus ke metoda
depresiasi dipercepat)
2. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas
jumlah taksiran yang telah ditentukan pada periodik sebelumnya (misalnya
taksiran umur ekonomi aset tetap atau taksiran piutang tidak tertagih).
3. Perubahan entitas pelapor, yaitu perubahan yang berkaitan dengan status
entitas pelapor sebagai akibat konsolidasi, perubahan anak perusahaan tertentu
atau jumlah perusahaan yang dikonsolidasikan.
d. Penyesuaian Periodik Sebelumnya.
Jumlah akuntansi untuk penyesuaian periodik sebelumnya dibebankan atau
dikredit ke saldo laba ditahan awal periodik. Jumlah tersebut adalah jumlah bersih
setelah diperhitungkan aspek pajak sehingga jumlah tersebut tidak diperhitungkan
dalam penentuan laba bersih tahun berjalan.
G. PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING)
Ada beberapa pendapat yang mencoba membahas teknik perataan laba tersebut
sebagai berikut:
a. Beidelman (1973), perataan laba yang dilaporkan dapat dideIinisikan sebagai
usaha yang disengaja untuk meratakan laba atau memIluktuasikan tingkat laba
sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal
ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik
akuntansi dan manajemen yang wajar. Selanjutnya dia mengungkapkan ada dua
alasan yang unik untuk melakukan alasan perataan laba, yaitu:
Alasan pertama didasarkan pada pola laba periodik yang stabil dan dapat
mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan pola laba
berIluktuasi.
Alasan kedua berkaitan dengan upaya meratakan kemampuan untuk
mengantisipasi pola Iluktuasi laba periodik dan kemungkinan mengurangi
korelasi kembalian yang diharapkan perusahaan (Iirm`s expected return)
dengan kembalian porto Iolio pasar (return oI market portIolio).
b. Heyworth (1953), menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya
peraturan laba adalah untuk memperbaiki kinerja hubungan dengan kreditur,
investor dan karyawan, serta meratakan siklus usaha melalui proses psikologis.
c. Barnes, et. Al (1976) yang membedakan tiga dimensi perataan laba, yaitu:
1) Perataan laba melalui terjadinya peristiwa dan akan pengakuan peristiwa.
Artinya manajemen dapat menetukan waktu terjadinya transaksi aktual
sehingga pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung
rata sepanjang waktu. Teknik ini disebut pula dengan istilah real income.
2) Perataan melalui alokasi (classiIication smoothing). Jika angka-angka dalam
laporan rugi laba selain laba bersih merupakan obyek laba, maka manajemen
dapat dengan mudah mengklasiIikasikan unsur-unsur dalam laporan laba rugi
sehingga mengurangi variasi laba setiap periodiknya.
3) Perataan melalui alokasi sepanjang periodik. Atas dasar terjadi dan diakuinya
peristiwa tertentu, oleh manajemen yang memiliki media pengendalian
tertentu dalam penentuan laba periodik yang dapat terpengaruh oleh adanya
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
74
kualiIikasi peristiwa tertentu. Teknik ini disebut pula dengan istilah articial
smoothing.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
75
BAB VIII
KONSEP UTANG
A. PENGERTIAN UTANG
Konsep utang ini, biasanya berkaitan dengan waktu dan kondisi yang mendasari
timbulnya utang tersebut. Dari dimensi waktu, utang dikategorikan dalam jangka
pendek dan jangka panjang, sedangkan dari kondisi dapat timbul karena adanya
transaksi rutin atau pun yang khusus (misalnya kewajiban kontinjensi). Ada berbagai
pengertian yang dirumuskan dalam utang ini, antara lain:
SFAC No. 6, mendeIinisikan utang adalah pengorbanan manIaat ekonomi
masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas
untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa
mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.
IAI (2007), mendeIinisikan utang adalah kewajiban yang merupakan utang
perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya
diharapkan mengakibatkan arus kas ke luar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manIaat ekonomi.
Berdasarkan kedua pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa, utang
adalah kewajiban perusahaan (entitas) sekarang yang berimplikasi terhadap
pengorbanan sumber daya ekonomi masa sekarang, dan berasal dari transaksi atau
peristiwa masa lalu.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ada tiga makna pokok dalam utang
tersebut, yaitu:
1. Adanya kewajiban sekarang;
2. Implikasi pengorbanan sumber daya ekonomi; dan
3. Berasal dari transaksi masa lalu.
Kewajiban sekarang, timbul akibat adanya tanggungjawab dari perusahaan untuk
segera menunaikan kewajibannya dalam bentuk penyerahan aset atau jasa. Utang ini
muncul karena adnya tuntutan dari dari pihak lain yang menghendaki penyelesaian
terhadap kewajiban tersebut sesuai dengan perjanjian, atau karena telah jatuh tempo.
Kewajiban ini pada umumnya dapat dikelompokan dalam dua jenis yaitu:
1) Kewajiban pada pihak eksternal (investor, kreditur), dan
2) Kewajiban pada pihak internal (karyawan atau pemilik).
Kewajiban pada pihak eksternal dapat berupa kewajiban rutin atau kewajiban khusus.
Kewajiban rutin adalah berkaitan dengan utang kepada supplier, bank atau pihak
lainnya yang terjadi secara berulang-ulang. Sedangkan kewajiban khusus adalah
kewajiban pada pihak internal maupun eksternal. Misalnya kewajiban pembayaran
tunjangan dan kesejahteraan karyawan, dan bonus, sedangkan kewajiban khusus dapat
berupa utang dividen atau utang bersyarat lainnya.
Implikasi pengorbanan sumber daya, hal ini akibat timbulnya kewajiban yang
harus segera diselesaikan atau telah jatuh tempo. Sehingga untuk memenuhi adanya
kewajiban atau tuntutan (klaim) tersebut maka perusahaan harus mengalokasikan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
76
sejumlah dana. Yaitu berupa mengalirnya aset (sumber daya) atau jasa kepada pihak
lain yang akan menerima, sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati.
Transaksi masa lalu, berkaitan dengan obyektivitas dan kesahihan transaksi
tersebut. Sehingga untuk mengakui adanya transaksi harus dapat didukung dengan
bukti yang obyektiI dan sah sesuai dengan prosedur yang berlaku pada perusahaan
atau entitas tersebut. Misalnya untuk kasus pembelian barang dagangan secara kredit,
maka syarat pengakuan terjadinya utang harus dikaitkan pula dengan syarat
penyerahan barang. Apakah menggunakan FOB destination atau apakah menggunakan
FOB shipping point? Untuk mengakui pencatatan dan pelaporan persediaan sekaligus
mengakui timbulnya utang, harus memperhatikan Iaktor tersebut.
B. PROSES TERJADINYA UTANG
Utang dapat terjadi karena adanya proses kontrak (contractual process) dan Iaktor
lain yang memenuhi kriteria untuk mengakui adanya utang. Proses kontrak terjadi
karena adanya kesepakatan dengan pihak lain untuk melakukan transaksi (pembelian
atau penyerahan jasa) secara obyektiI dan sah, sesuai dengan prosedur atau
kesepakatan yang telah ditetapkan oleh masing-masing pihak. Sedangkan Iaktor lain,
terjadi karena adanya kejadian khusus pada perusahaan atau entitas dan hal ini
berakibat perusahaan atau entitas tersebut harus menunaikan kewajibannya. Hal ini
dapat terjadi karena peristiwa hukum atau sosial (dapat berupa transaksi keuangan atau
non keuangan). Misalnya, akibat adanya tuntutan masyarakat pengguna barang atau
jasa terhadap kualitas barang (garansi), atau karena Iaktor kelalaian sehingga terjadi
kecelakaan. Hal ini berimplikasi pada timbulnya kewajiban untuk melakukan
perbaikan atau penggantian terhadap kerusakan tersebut.
Kohler (1970), menyatakan bahwa utang adalah suatu jumlah yang harus dibayar
dalam bentuk uang, barang atau jasa. Utang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Telah terjadi, seperti beban gaji, beban asuransi, dan beban iklan.
2) Akan terjadi, misalnya utang biaya, utang pajak, dan utang bank.
3) Terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa mendatang, misalnya
utang bersyarat, atau beban tangguhan. (Godzali dan Chariri, 232, 2001).
Selanjutnya atas dasar rumusan di atas, maka utang dapat terjadi karena beberapa
Iaktor berikut:
1. Kewajiban Legal (contractual liabilities), adalah utang yang timbul karena
adanya ketentuan Iormal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau
menyerahkan barang (jasa) kepada entitas tertentu. Misalnya, utang dagang dan
utang bank.
2. Kewajiban KonstruktiI (constructive liabilities), timbul karena kewajiban
tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan atau kondisi tertentu, meskipun secara
Iormal dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah tertentu di
masa mendatang. Misalnya, rencana bonus yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
pada awal tahun anggaran, hal ini dipandang sebagai utang bonus.
3. Kewajiban Equitabel (moral liabilities), kewajiban yang timbul karena adanya
kebijakan yang diambil oleh perusahaan karenalasan moral atau etika dan
perlakuannya dapat diterima oleh praktik secara umum. Misalnya utang garansi,
kewajiban ini timbul karena adanya kebijakan perusahaan terhadap pemberian
garansi kepada konsumen, agar tidak merugikan konsumen. Meskipun tidak
berimplikasi hukum, tetapi lebih pada kewajiban moral (hazad moral). Kewajiban
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
77
ini timbul karena adnya sanski moral, sosial atau kebiasaan. Oleh karena
kewajiban equitabel tidak didasarkan pada ketentuan hukum, maka ada
kecenderungan ketidakkonsistenan dalam praktik. Untuk mengatasi masalah ini,
sebaiknya kewajiban equitabel ini harus disertai pula dengan ketentuan hukum,
agar dapat mengikat perusahaan untuk selalu menepati kebijakan yang telah
diambilnya.
Secara umum utang harus diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan
(neraca) bila memenuhi persyaratan berikut:
1) Pengorbanan ekonomis barang atau jasa untuk masa mendatang;
2) Jumlah utang dapat diukur secara andal; dan
3) Secara substansi transaksi utang telah terjadi.
C. PENGUKURAN DAN PENGKLASIFIKASIAN UTANG DALAM LAPORAN
KEUANGAN
Dasar pengukuran utang adalah jumlah rupiah yang telah atau akan dikorbankan
pada saat pelunasan atau jatuh tempo. Sebagai dasar penilaian dapat digunakan nilai
sekarang (current value) atau berdasarkan nilai diskonto yang akan terjadi. Misalnya
menggunakan nilai kas masa mendatang. Nilai kas sekarang adalah nilai kas masa
mendatang pada periodik tertentu ditambah dengan tingkat bunga yang telah
disepakati.
Dalam pendiskontoan, umumnya tidak dilakukan karena adanya selisih antara nilai
sekarang dengan nilai jatuh tempo (maturity value), tetapi perlu memperhatikan pula
Iaktor ketidakpastian (contingencies) nilai pembayarannya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap nilai kewajiban tersebut. Secara umum dalam pelaporan keuangan, utang
atau kewajiban ini diklasiIikasikan dalam dua kelompok, yaitu pada bagian utang
jangka pendek (short term liabilities) dan utang jangka panjang (long term liabilities).
Utang jangka pendek, biasanya didasarkan pada tanggal pembayaran (periodik) yang
kurang dari satu tahun atau telah jatuh tempo pada tahun yang bersangkutan, meskipun
berasal dari utang jangka panjang, misalnya utang dagang, utang gaji utang bonus, dan
utang dividen. Sedangkan utang jangka panjang masa pembayaran (jatuh tempo), lebih
dari satu periodik akuntansi, misalnya utang bank, dan utang modal.
Khusus untuk utang yang bersyarat, maka harus diungkapkan secara khusus dalam
neraca, meskipun kemungkinan pembayarannya belum dapat ditentukan secara andal.
Misalnya utang garansi, dan utang pelayanan (servis) purna jual. Sedangkan utang
tangguhan (deIIered liabilities), dapat pula disajikan sebagi kewajiban, meskipun
utang tangghan ini bukan merupakan kewjiaban ekonomi, tetapi dapat diakui dan
diukur sesuai dengan prisni pakuntansi berterima umum. Misalnya: dana pensiun,
utang pajak, laba kotor belum direalisasi (dalam kasus penjualan angsuran).
D. PELUNASAN UTANG
Kewajiban dapat dikatakan lunas bila perusahaan telah melakukan penyerahan
barangatau jasa kepada pihak lain. IAI (2007), dalam PSAK menyatakan bahwa
penyelesaian kewajiban masa kini biasanya berkaitan dengan kepentingan perusahaan
untuk mengorbankan sumber daya yang dimiliki, untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Dalam proses penyelesaian utang ini dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:
a. Pembayaran kas;
b. Penyerahan aset (misalnya, penyerahan persediaan);
c. Penyerahan jasa;
d. Konversi kewajiban dengan kewajiban lain;
e. Konversi kewajiban menjadi modal;
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
78
I. Pembebasan atau pembatalan kewajiban; dan
g. In-Substance deIeseance, yaitu pelunasan utang dengan cara melakukan perjanjian
antara debitur dengan badan perwalian (trust) untuk menempatkan sejumlah dana
dan bebas risiko sebagai dana pembayaran utang untuk masa sekarang dan
mendatang. Namun, pada kondisi tertentu, bila ternyata aset atau dana yang
diserahkan tersebut tidak memenuhi syarat (adanya tuntutan dari pihak lain) maka
utang tersebut harus segera diselesaikan atau kalau tidak harus diungkapkan secara
lengkap dalam laporan keuangan (neraca dan atau catatan atas laporan keuangan).
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
79
BAB IX
PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
A. PENGERTIAN DAN JENIS PENGUNGKAPAN
Secara umum dalam menerbitkan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
inIormasi keuangan yang bermanIaat untuk pengambilan keputusan ekonomi,
terutama pihak yang berkepentingan dengan inIormasi tersebut. Sehingga dalam
laporan keuangan diperlukan pengungkapan yang komprehensiI dan memadai, agar
para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan inIormasi tersebut secara optimal,
relevan dan akurat. Hal ini berarti, dalam laporan keuangan memerlukan
pengungkapan (disclosure); artinya tidak menutupi atau tidak menyembunyikan.
Berkaitan dengan penerbitan laporan keuangan, disclosure yang mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus mampu memberikan inIormasi dan penjelasan yang
cukup, lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian
ekonomi yang terjadi dan berpengaruh terhadap hasil usaha pada periodik tertentu
secara konsisten dan wajar.
Tiga konsep pengungkapan yang sering diusulkan untuk digunakan dalam
penerbitan laporan keuangan adalah:
1. Pengungkapan yang cukup (adequate), yaitu pengungkapan inIormasi minimal
yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.
2. Wajar (Iair), merupakan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama
dan bersiIat umum bagi semua pemakai laporan keuangan.
3. Lengkap (Iull), yaitu penyajian semua inIormasi yang relevan, signiIikan, dan
relevan, dan mudah dipahami (inIormatiI).
B. KEPADA SIAPA INFORMASI HARUS DIUNGKAPKAN
FASB (1980) dalam SFAC No. 1 menyatakan, 'Pelaporan keuangan harus
memberikan inIormasi yang berguna bagi investor potensial dan kreditur dan
pengguna lainnya dalam rangka pengambilan keputusan investasi rasional, kredit dan
keputusan sejenis lainnya.
Disamping ketiga pihak di atas hendaknya inIormasi juga diungkapkan kepada
pegawai, pelanggan/konsumen, pemerintah, dan masyarakat umum. Tetapi penekanan
pengungkapan adalah pada investor, karena keputusan investor adalah dapat diketahui
dengan jelas dan terdeIinisikan dengan baik. Agar keputusan yang diambil berkaitan
dengan kegiatan membeli, menjual, dan mempertahankan saham (modal) dalam hal
pemberian kredit, investasi, perpanjangan kredit, ataupun penarikan kredit (investasi).
C. INFORMASI APA YANG HARUS DIUNGKAPKAN
Tujuan dasar pembuatan laporan keuangan menekankan yang penting dalam
pengungkapan laporan keuangan bagi investor. Agar inIormasi dapat disajikan secara
memadai dan dapat diperbandingkan. Oleh karena itu, menurut prinsip akuntansi yang
berterima umum (PABU) hendaknya inIormasi tersebut disajikan minimal dalam dua
periodik akuntansi. Mengapa harus dua periodic akuntansi? Hal ini dimaksudkan akan
memberikan inIormasi yang lebih inIormatiI dan perbandingan adalah untuk
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
80
memberikan pengungkapan yang cukup mengenai bagaimana angka-angka akuntansi
itu diukur dan dihitung.
SFAC No. 1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan tidak terbatas pada isi
dari laporan keuangan saja, tetapi lebih luas. Bahwa, pelaporan keuangan mencakup
tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan inIormasi lainnya yang
berkaitan langsung atau tidak langsung dengan inIormasi yang disediakan oleh sistem
akuntansi. InIormasi tersebut berisi tentang sumber-sumber ekonomi, utang, laba
periodik, dan hal lainnya.
Tujuan pelaporan keuangan menurut SFAC No. 1 dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pelaporan keuangan memberikan inIormasi yang bermanIaat bagi investor dan
kreditur, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan
yang serupa secara rasional. InIormasi tersebut harus bersiIat komprehensiI bagi
mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan
ekonomi dana memiliki kemauan untuk mempelajari inIormasi dengan cara
rasional (paragraI 34).
2. Pelaporan keuangan memberikan inIormasi untuk membantu investor, kreditur dan
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan, dan ketidakpastian tentang
penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan (paragraI 37).
3. Pelaporan keuangan memberikan inIormasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu
perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu perusahaan
untuk menyerahkan sunber-sumber pada entitas lain atau pemilik modal), dan
pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah sum,ber-sumber
ekkonomi dan klaim terhadap sumber tersebut (paragraI 40).
4. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi tentang hasil usaha (kinerja
keuangan) suatu perusahaan selama satu periodik (paragraI 42).
5. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi tentang bagaimana perusahaan
memperoleh dan membelanjakan kas, tentang pinjasman dan pembayaran kembali
pinjaman, tentang transaksi modal, termasuk dividen kas dan distribusi lainnya
terhadap sumber ekonomi perusahaan kepada pemilik, serta Iaktor-Iaktor lainnya
yang mempengaruhi likuiditas dan sovabilitas perusahaan (paragraI 49).
6. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi tentang bagaimana manajemen
perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik (pemegang
saham) atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya (paragraI
50).
7. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi yang bermanIaat bagi manajer dan
direktur sesuai kepentingan pemilik (paragraI 52).
Untuk selanjutnya laporan keuangan harus disajikan secara lengkap sesuai dengan
elemen laporan keuangan yang ada, seperti Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Rugi
Laba, Laporan Laba Ditahan, Laporan Perubahan Ekuitas, Catatan atas Laporan
Keuangan dan laporan pendukung laiannya. Oleh karena itu, untuk mengakui dan
mengungkapkan serta menyajikan transaksi atau suatu peristiwa tertentu dalam
laporan keuangan harus memperhatikan beberapa Iaktor berikut:
a. DeIinisi (deIinition); suatu akun/pos akan masuk dalam struktur
akuntansi bila memenuhi deIinisi elemen laporan keuangan.
b. Keterukuran (measurability); suatu akun/pos harus memiliki makna
tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas
yang tinggi.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
81
c. Relevansi (relevance); inIormasi yang terdapat dalam akun/pos tersebut
memiliki kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan
yang diambil pemakai laporan keuangan.
d. Reliabilitas (reliability); inIormasi yang disajikan harus sesauai dengan
keadaan yang sebenarnya dan digambarkan atau mampu
mempresentasikan secara obyektiI, dapat diuji kebenarnnya
(veriIiablity), konsisten dan netral terhadap data/inIormasi yang
disajikan, (Godzali, 2001, 338).
D. JENIS DATA YANG HARUS DIUNGKAPKAN
Ada dua jenis data yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan, yaitu: 1)
Pengungkapan data kuantitatiI dan 2) Pengungkapan data kualitatiI.
Dalam menyajikan inIormasi kepada investor dan kreditur tekanannya lebih ditujukan
pada inIormasi keuangan berupa dalam satuan moneter (data kuantitatiI) dan
hendaknya dilengkapi dengan data pendukung lainnya agar dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu akan dilengkapi pula inIormasi
lainnya secara rinci seperti segmen report (misalnya diversiIikasi produk, keadaan
geograIis dan pertumbuhan normal), estimasi atau peramalan yang relevan bagi para
pemegang saham (data kualitatiI). InIormasi kualitatiI ini akan dapat bermanIaat bagi
investor dan pengguna lainnya bila disajikan inIormasi yang relevan dengan proses
pengambilan keputusan ekonomi. InIormasi dikatakan relevan bila inIormasi tersebut
dapat memberikan nilai tambah (value added inIormation) bagi pemakainya.
Secara umum ada lima macam inIormasi kualitatiI yang perlu diungkapkan
berkaitan dengan akun dan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, yaitu:
1. Ketidakpastian (uncertainty), yaitu peristiwa yang kemungkinan akan terjadi masa
mendatang dan akan berpengaruh secara material terhadap keadaan keuangan
perusahaan.
2. Dasar penilaian dan kebijakan akuntansi, pengungkapan tentang dasar atau metoda
penilaian yang digunakan perusahaan seperti: metoda penilaian persediaan perlu
diungkapkan dalam laporan keuangan.
3. Perubahan akuntansi, yaitu pengungkapan terhadap perubahan atas kebijakan yang
digunakan perusahaan, seperti perubahan metoda penilaian persediaan dan FIFO
menjadi LIFO.
4. Keterikatan dengan suatu perjanjian atau kontrak, pengungkapan tentang adanya
pembatasan-pembatasan atau keterikatan dari satu atau lebih aset, utang maupun
kontrak.
5. Peristiwa kemudian setelah tanggal neraca (subsequent event), penjelasannya
tentang peristiwa atau kejadian yang telah terjadi sesudah tanggal neraca tetapi
sebelum laporan keuangan dipublikasikan merupakan inIormasi penting yang perlu
diungkapkan, (Godzali, 2001, 341-342).
E. PENGUNGKAPAN WAJIB (MANDATORY DISCLOSURE) DAN PENGUNGKAPAN
SUKARELA
(VOLUNTARY DISCLOSURE)
Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan inIormasi (data) baik bersiIat
kuantitatiI maupun kualitatiI dengan memperhatikan unsur adequate, Iair, dan Iull. Di
USA lembaga yang mewajibkan pengungkapan adalah Security and Exchange
Commission (SEC), sedangkan di Indonesia tugas ini identik yang dilakukan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yang menjadi lembaga otoritas
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
82
pengungkapan wajib bagi perusahaan. Pengungkapan sukarela, merupakan
pengungkapan melalui inIormasi keuangan berupa supplementary inIormation, sesuai
dengan kebijakan perusahaan (entitas).
Metoda pengungkapan digunakan dalam laporan keuangan harus memperhatikan
siIat inIormasi yang disajikan dan kepentingan relatiI pengguna. Ada beberapa metoda
pengungkan yang sering digunakan yaitu: 1) Bentuk dan susunan laporan Iormal, 2)
terminologi dan penyajian yang rinci, 3) InIormasi sisipan, 4) Catat kaki (Iootnotes), 5)
Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul, 6) Komentar dalam laporan auditor, dan
Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komisaris, dan 7) Bentuk lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan pengungkapan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
83
BAB X
TINJAUAN UMUM TEORI AKUNTANSI SYARIAH
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kamu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim" (Al Maidah: 51)
PENDAHULUAN
Mayoritas ahli sejarah akuntansi, seperti Sieveking, mengira bahwa akuntansi tumbuh
karena tumbuhnya serikat-serikat dagang (partnerships) (Littleton, 1933 hal. 9). Padahal
sebenarnya tumbuhnya serikat-serikat itu sebagai salah satu Ienomena luasnya
perdagangan tidaklah menjadi asas dalam perkembangan akuntansi. Sebab, tumbuhnya
serikat-serikat itu termasuk yang paling baru apabila dibandingkan dengan tumbuhnya
negara itu sendiri. Sepanjang sejarah, berbagai negara seperti negeri Babil, Fir`aun, dan
Cina, telah menciptakan, menggunakan dan mengembangkan salah satu bentuk pencatatan
transaksi keuangan. Penggunaan tersebut menyerupai apa yang sekarang dikenal dengan
nama "Maskud DaIatir" (bookkeeping), dan bertujuan mencatat pendapatan dan
pengeluaran negara.
Sejarah Islam menunjukkan bahwa Negara-negara Islam telah mendahului Republik Italia
lebih kurang sekitar 800 tahun dalam menggunakan sistem pembukuan. Selanjutnya salah
satu sistem pembukuan moderen yang dikenal dengan nama sistem Al Qaidul Muzdawaj
yang sesuai dengan kebutuhan negara, dan kebutuhan para pedagang muslim.
Sesungguhnya pengertian "muhasabah" (akuntansi) di negara Islam hingga
pengklasiIikasiannya senantiasa ada di dalam masyarakat Islam meskipun pada saat negara
Islam tidak ada lagi. Berbeda dengan apa yang ada di masyarakat lain di luar Islam. Bahwa
pengertian "muhasabah" di dalam masyarakat Islam tidak sekedar masalah pencatatan
data-data keuangan, tetapi lebih sempurna dari itu Yaitu bagaimana cara mencatat,
menghitung, mengklasiIikasikan dan melaporkannya dalam bentuk laporan tertentu.
Di antaranya, yang patut disebutkan bahwa memang dalam Al Qur'an tidak menunjukkan
kata "muhasabah" dengan istilah yang kita kenal sekarang, tetapi menunjukkan
kandungannya lebih dari 48 kali (Athiyyah, 1982, 44). Sesungguhnya hajat dan
pengunaan negara Islam, dengan kekuasaannya yang ada di pusat maupun di daerah, serta
hajat dan pengggunaan kaum muslimin terhadap "muhasabah" menunjukkan bahwa
perkembangan muhasabah tidak lain adalah hasil sistem masyarakat dan aktivitas manusia
secara bersama-sama. Selanjutnya perkembangan muhasabah tidak terbatas pada aktivitas
manusia dalam bidang perdagangan saja sebagaimana yang dikatakan para ahli sejarah
akuntansi Barat. Sistem masyarakat dan aktivitas manusia ini telah tumbuh, berkembang,
dan menjadi sempurna di dalam lingkup syariat Islam. Apabila kita perhatikan
perkembangan sekarang ini terutama pada masyarakat non-Islam dan pada pertengahan
terakhir abad ke-20, secara khusus, maka kita temui bahwa perkembangan itu mengikuti
sistem yang sama dengan sistem yang dilalui oleh perkembangan muhasabah pada masa
negara Islam dulu dengan sedikit perbedaan sistem dan prosedur saja. Sebab,
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
84
perkembangan akuntansi pada saat sekarang ini di negera-negara non-Islam terpengaruh
dengan perkembangan baru di dalam undang-undang umum (cammon law) dan
berpengaruh terhadap kebutuhan-kebutuhan pribadi dalam bidang perdagangan. Hal ini
berbeda dan tidak sesuai dengan kemampuannya dan sarana pekerjaan yang digunakannya.
Semuanya ini dipengaruhi oleh sistem suatu negara dan kebutuhan-kebutuhannya baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga berpengaruh pula pada model
pencatatan dan pelaporannya..
Sementara itu orang-orang Barat membedakan antara akuntansi dan bookkeeping,
sedangkan negara dan masyarakat Islam menggunakan kata akuntansi dalam bentuk yang
lebih sempurna, di dalamnya meliputi pengertian bookkeeping dan juga pengertian
akuntansi dan musa'alah (pertanggungjawaban).
Syariat Islam dan tuntutan-tuntutannya termasuk Iaktor yang mengantarkan kepada
perkembangan akuntansi di negara Islam. Sebenarnya, sebagian ahli sejarah non
muslim menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan akuntansi terjadi di Repbulik Italia pada abad XV. Namun mereka
tidak menentukan di mana tempat pertumbuhan dan perkembangan akuntansi yang
sebenarnya. Barangkali hal ini dapat dimaklumi, karena mereka tidak mengetahui hakikat
Islam dan tuntutan-tuntutannya dari satu segi, dan dari segi lain mereka tidak memiliki
data dan bukti-bukti serta kurang melakukan penelitian di dalam masyarakat Islam. Di
antara para ahli sejarah yang menyangkal pendapat tersebut adalah Have, dia berkata:
"Perkembangan akuntansi tidaklah terjadi di Republik Italia kuno, tetapi yang terjadi
adalah Itali mengetahui tentang akuntansi dan ilmu itu sampai kepada mereka dari bangsa
lain". (1976, 13).
Apabila kita perhatikan sejarah akuntansi dan yang ditulis oleh non muslim sampai
sekarang, dan diikuti oleh mayoritas kaum muslimin tanpa meneliti lagi, kita lihat bahwa
di sana ada penekanan pada dua masa; Pertama, masa sebelum berdirinya negara Islam.
Kedua, masa yang awalnya bersamaan dengan berakhirnya abad XV dengan munculnya
buku Pacioli yang di dalamnya terdapat satu bab khusus tentang akuntansi. Dengan
demikian, mereka mengabaikan masa sejak munculnya Islam dan hingga tahun 1494 M.
yaitu tahun munculnya buku Pacioli. Masa ini merupakan mata rantai yang hilang, karena
masa ini nampaknya telah dilalaikan secara sengaja, tetapi, "Barangkali, masa ini telah
dilalaikan karena mereka tidak memiliki ilmu dan jahil tentang Islam serta tuntutantuntutannya
dari satu sisi, dan dari sisi lain mereka jahil pula terhadap bahasa Arab". Oleh
karena itu, sudah seharusnya kita sebagai komunitas muslim (terutama) di negara-negara
Islam mulai memberikan dan menyampaikan inIormasi (ilmu) ini khususnya tentang
akuntansi secara benar kepada semua lapisan masyarakat. Agar persepsi yang sudah
kaprah tidak terjadi lagi untuk masa sekarang dan mendatang.
B. SEJARAH AKUNTANSI DI KALANGAN ORANG-ORANG ARAB SEBELUM ISLAM
Ketika berbicara tentang sejarah akuntansi di kalangan orang-orang Arab, maka yang
dimaksudkan adalah masa yang berakhir dengan hijrahnya Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam, dari Makkah ke Madinah tahun 622 M, yang setelah itu dimulailah sejarah
Islam. Pada masa sebelum berdirinya negara Islam, bangsa Arab terpecah-pecah, tidak
disatukan oleh satu sistem politik, kecuali tradisi kekabilahan yang dominan. Sekalipun
demikian, mereka memiliki pasar-pasar dan tempat-tempat aktivitas perdagangan di dalam
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
85
negeri maupun di luar negeri, yang tercermin dalam dua perjalanan di musim dingin dan di
musim panas, yaitu ke negeri Syam dan ke negeri Yaman.
Nubuwwah Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam berawal pada tahun 609 M.,
dan beliau selama tiga belas tahun tinggal di Makkah sampai berhijrah ke Madinah pada
tahun 622 M. Dengan hijrahnya Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam dari
Makkah ke Madinah, mulailah tahun Hijriyah menjadi kalender Islam yang didasarkan
pada peredaran bulan, sedangkan kalender Masehi berdasarkan pada peredaran matahari.
Kehidupan bangsa Arab di negeri antara dua sungai pada masa lampau telah mencapai
tingkat kehidupan yang makmur. Hal ini berpengaruh terhadap akuntansi yang ada di
kalangan orang-orang Arab, yaitu konstruksi kehidupan sosial di negeri RaIidin atau yang
dikenal dengan nama negeri antara dua sungai (Mathews dan Perera, 1991, 11) mulai
berbuat untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka dalam bidang perdagangan dan
industri yang maju pada saat itu. Ensiklopedi Britanian menunjukkan bahwa negeri RaIidin
juga dikenal dengan nama Jaziratul Arabiyah. Antara tahun 4500 SM sampai tahun 500
SM. Kehidupan di negeri antara dua sungai mencapai tingkat kehidupan yang tinggi
karena tanahnya subur di satu sisi, dan di sisi yang lain karena kemajuan dalam bidang
pekerjaan dan industri, seperti industri batu bata, pewarnaan pakaian, pertukangan, dan
penukaran uang (ChatIield. 1968, 12). Negeri antara dua sungai atau negeri RaIidin
meliputi wilayah Akkad di Utara dan Sumar di Selatan. Wilayah-wilayah tersebut
memiliki berbagai peradaban seperti peradaban Sumariyah kuno milik orang-orang Sami,
kemudian peradaban Asyuriyah Babiliyah, dan Kildaniyah. Sebagian besar negeri antara
dua sungai itu menjadi wilayah Iraq, sebagian kecil menjadi wilayah Iran, dan sebagian
lagi menjadi wilayah Suriah (ChatIield, 1968, 12). Peradaban di negeri antara dua sungai
ini telah sampai pada tingkat memaksakan bahasanya ke dunia, sehingga bahasa mereka
menjadi bahasa populer dalam perdagangan dan politik di dunia, dan Babilonia menjadi
pusat jalinan perdagangan di timur (Brown, 1968, 16-17).
Kemajuan dalam bidang perdagangan, industri, keuangan, dan jasa sebagaimana yang
dikenal pada waktu itu di belahan dunia Arab menjadikan keberadaan sarana untuk
mencatat apa yang terjadi sebagai sesuatu yang urgen. Sarana tersebut adalah berupa
tulisan. Ustadz Mahmud Syakir menerangkan bahwa orang-orang Arab-lah yang
menemukan tulisan pada tahun 3200 SM, (1991, 6). Penemuan tulisan ini berimplikasi
pada terjadinya perubahan mendasar dalam kehidupan manusia untuk suatu masa karena
telah membantu untuk mencatat dan menukil pengetahuan serta pemikiran-pemikiran.
Salah seorang peneliti Barat berkata bahwa manusia ini berutang budi kepada penduduk
antara dua sungai karena mereka telah menemukan tulisan. (ChatIield, 1968, 16). Ustadz
Mahmud Syakir tidak menentukan di negeri Arab bagian mana tulisan itu ditemukan,
tetapi ChatIield menyebutkan bahwa tempat itu di negeri RaIidin.
Tetapi, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa tulisan telah berpindah dari Yaman ke Iraq,
karena di sana terdapat tulisan yang bernama Al Khaththul Himyari, lalu dari Iraq
berpindah ke Hirah" (hal. 463). Ibnu Khaldun menambahkan, "Orang-orang Himyar
memiliki tulisan yang dinamakan Al Musnad, huruI terpisah dan mereka melarang untuk
mempelajari tulisan itu kecuali atas izin mereka. Dari Himyar, Mesir mempelajari tulisan
Arab" (Hal. 464).
Kemajuan dalam bidang perdagangan dan sosial serta keterkaitannya dengan penemuan
tulisan dalam kapasitasnya sebagai sesuatu yang urgen yang sangat dibutuhkan oleh
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
86
keadaan pada saat itu, mendorong salah seorang peneliti untuk mengatakan bahwa orangorang
Finiqiya pernah menggunakan huruI paku yang pernah digunakan di negeri RaIidin,
namun setelah itu mereka menemukan huruI-huruI khas mereka yang kemudian digunakan
oleh orang-orang Yunani. HuruI-huruI Finiqiya ini memiliki karakter tersendiri, menarik,
ditulis dari arah kanan ke kiri. (Britanica, vol. 9; 392). Pada hakikatnya, tulisan sejak
ditemukan dan untuk masa yang cukup lama hanya digunakan untuk mencatat pemasukan
dan pengeluaran gudang. Hal ini membuat timbulnya suatu ungkapan bahwa tulisan
ditemukan "not to write book but to keep books" (American Institute oI CeritiIield Public
Accountants, 1970, 1). Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perkembangan dan kemajuan
dalam bidang perdagangan dan sosial berimplikasi pada penemuan tulisan, dan tulisan
dengan perannya berimplikasi pada peletakan batu Iondasi bagi akuntansi. Semuanya ini
terjadi di wilayah tersebut yang merupakan bagian dari dunia Arab. Dan tidak mustahil hal
seperti itu terjadi pula di wilayah-wilayah yang lain dari dunia Arab, di samping negeri
antara dua sungai. Namun sampai sekarang, berbagai ekskavasi tidak menunjukkan hal itu,
atau dalam bentuk yang lebih rinci lagi tidak ada seorang pun yang mempelajari
ekskavasiekskavasi
itu dari segi perdagangan dan akuntansi, khususnya dalam hal yang berkaitan
dengan Yaman dan masa-masa keemasan yang dialaminya.
Tulisan Sumariyah termasuk bentuk tulisan yang terdahulu secara umum, karena tulisan
Mishriyah (Mesir) muncul setelah itu. Kedua bentuk tulisan itu, yaitu Sumariyah dan
Mishriyah terbentuk dari rumus-rumus sesuatu dan dikenal dengan nama pictographic
yaitu tulisan dalam bentuk gambar (ChatIield, 1968, 16). Demikian pula buku-buku
akuntansi yang digunakan di Sumar dan Babilonia, yang siIatnya mengandung hitunganhitungan
berimbang (neraca), menurut pemikiran James dan Snyder mungkin
dikategorikan sebagai sistem Sumariyah untuk sistem Al Qaidul Muzdawaj (Double Entry
Bookkeeping), (Snell, 1982, 53).
Penduduk negeri antara dua sungai telah menggunakan papan tulis tembikar yang
bertuliskan dengan huruI paku untuk mencatat hitungan-hitungan mereka. Meskipun
sederhana, itu sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka dalam bidang
perdagangan dan sosial. Babilonia telah dikenal dengan pekerjaan-pekerjaan penukaran
uang sejak masa yang tidak dikenal sampai abad V SM, (Brown, 968, 18).
Sudah tentu orang-orang Babilonia dan Asyuria tidak mengatur dan memelihara
hitunganhitungan
mereka dengan cara yang digunakan pada masa kita sekarang ini atau cara yang
mendekati hal itu. Tetapi, sistem yang mereka gunakan dalam mengatur urusan keuangan
serta mencatat dan memelihara hitungan-hitungan mereka telah memberikan andil dalam
perkembangan yang terjadi pada masa berikutnya di tempat lain di dunia Arab, kemudian
di dunia Islam. Di antara yang patut disebutkan adalah papan tulis tembikar Sumariyah dan
Babiliyah yang diungkap oleh berbagai ekskavasi telah menjelaskan tujuan gudang-gudang
umum dan tempat-tempat ibadah, di samping menjelaskan tentang adanya sistem akuntansi
dalam penggajian dan pengupahan tentara Romawi, dan berbagai tingkatan gaji dan upah
tersebut.
Apabila diperhatikan tempat lain di dunia, maka akan ditemukan peradaban Mesir yang
termasuk paling baru dibandingkan dengan peradaban-peradaban yang dikenal di negeri
antara dua sungai, karena peradaban Mesir dimulai sekitar tahun 500 SM. Sudah pasti
bahwa orang Arab baik yang ada di negeri antara dua sungai di Mesir telah menemukan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
87
sistem akuntansi yang sesuai dengan lingkungan mereka pada saat itu, dan berbeda dengan
penduduk-penduduk lain. Di samping itu, orang-orang Arab baik yang ada di negeri
RaIidin atau Mesir, atau negeri Syam, di celah-celah perdagangan mereka, telah
memberikan pengaruh terhadap tetangga mereka di bagian utara. Orang-orang Romawi
dan Yunani telah mengambil manIaat dari sistem akuntansi yang terkenal di kalangan
orang-orang Arab yang ada di negeri antara dua sungai dan Mesir. Sebab, orang-orang
Romawi dan Yunani memperhatikan pembukuan pedagang, tempat-tempat ibadah, dan
negara sebagaimana halnya orang-orang Babilonia.
Meskipun orang-orang Yunani telah mengambil manIaat dari sistem akuntansi yang
terdahulu yang dikenal di kalangan tetangga mereka orang-orang Arab pada saat itu,
mereka pun secara bertahap memulai mengembangkan sistem akuntansi yang khusus bagi
mereka. Yang mendukung mereka dalam hal ini adalah penemuan mata uang sekitar tahun
630 SM. Namun, pengembangan mereka terhadap sistem akuntansi khusus mereka ini
memiliki karakter umum, karena perhatian mereka didasarkan pada pengungkapan
kesalahan-kesalahan tanpa adanya eIektiIitas dan mereka memperhatikan akuntansi
sebagai sarana untuk membantu pengambilan keputusan atau mengukur eIektiIitas, atau
mengukur keuntungan yang dipastikan. Pada waktu selanjutnya, orang-orang Romawi
mengambil sistem akuntansi ini dari orang-orang Yunani.
Tujuan dari penggunaan akuntansi di kalangan orang-orang Arab adalah untuk mengukur
keuntungan. Keadaan seperti ini terus berlangsung sampai munculnya negara Islam pada
tahun 1 H/622 M. Adapun akuntansi sebagai sarana pembantu dalam pengambilan
keputusan belumlah diIungsikan sampai munculnya negara Islam. Bagi orang-orang Arab
pra Islam, perhitungan keuntungan dilakukan dengan cara mengetahui kelebihan pada
modal murni antara awal dan akhir (saldo akhir) masa perdagangan. Bagi orang-orang
Arab Hijaz, keuntungan dihitung dua kali: pertama, setelah perjalanan dagang ke Yaman
pada musim dingin, dan kedua setelah perjalanan dagang ke Syam pada musim panas.
Tampaknya, karena minimnya bukti-bukti yang ada yang menjelaskan tentang sejarah
akuntansi di dunia Arab seperti Babilonia, orang-orang Arab pra Islam tidak memberikan
perhatian terhadap pencatatan penemuan-penemuan mereka dan perkembangan kehidupan
mereka. Tidak adanya perhatian terhadap pencatatan perkara-perkara tersebut kembali
kepada tabiat orang-orang Arab dalam mentransIer pengetahuan. Mereka menyebarkan
pengetahuan kepada para generasi secara lisan, dari orang ke orang. Orang-orang Arab
memiliki keistimewaan dalam hal kekuatan haIalan dan daya tangkapnya. Hal seperti ini
terus berlangsung sampai pada awal masa Islam. Namun, dengan tumbuhnya negara Islam,
hal ini mengalami perubahan yang cepat, karena pencatatan penemuan-penemuan dan ilmu
mulai mengambil perannya, yaitu berawal dari pencatatan hadits-hadits Rasulullah
Muhammad shallallahu `alaihi wasallam.
Tahun 1202 M adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan aritmetika yang
keduanya ditemukan oleh kaum muslimin kemudian dibawa ke Eropa, yaitu melalui buku
yang ditulis oleh Leonardo oI Pisa Putra Bonnaci (Fibonnaci) yang banyak melakukan
perjalanan ke dunia Arab. (Brown, 1968, 11). Tentu saja, hal ini bukan berarti akuntansi
tidak sampai ke Itali melalui para pedagang muslim, sebelum tahun 1202 M. Sebab, sangat
memungkinkan, hubungan dagang dan akibat yang ditimbulkannya seperti adanya
hubungan cinta kasih antara kaum muslimin dan orang-orang orang Itali telah membuka
jalan bagi penggunaan angka-angka Arab dalam skala yang terbatas, sehingga buku
Leonardo oI Pisa mendapatkan sambutan yang baik ketika terbit.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
88
Dalam buku Leonardo oI Pisa ini memuat bab-bab tentang aritmetika yang menjelaskan
cara penjumlahan, pengurangan, menentukan harga, barter dan persekutuan-persekutuan
terutama yang serupa dengan Syirkah Tadlamun. Buku ini mendapatkan perhatian besar
dari para pedagang, karena menyajikan cara baru penomoran dari satu sampai sepuluh.
Cara ini tidak akan disajikan kepada orang-orang Eropa di Itali kecuali setelah nyata
berhasil penerapannya di negara Islam di sisi penemunya, kaum muslimin. Dengan sistem
ini, masalah-masalah akuntansi yang dihadapi oleh para pedagang pada saat itu berhasil
diselesaikan. Secara umum, bahasa Arab adalah bahasa yang populer di dunia Islam.
Sebagian wilayah Islam bahasanya bukan bahasa Arab, namun bahasa mereka ditulis
dengan huruI-huruI Arab. Sebagian studi menunjukkan bahwa huruI-huruI Arab digunakan
dalam 39 bahasa selain bahasa Arab, Asia, AIrika, dan Eropa.
Di antara bahasa-bahasa Asia yang menggunakan hurup Arab adalah bahasa Turki, Parsi,
Azerbaijan, Kurdi, AIganistan, Hindustan, Kashmir, Punjab, Urdu, Tamil, India, Usbek,
Jawa, Sunda, Melayu, Sulawesi dan Indonesia. Adapun bahasa-bahasa AIrika yang ditulis
dengan huruI-huruI Arab antara lain: Qubataliyah, Syalhaniyah, Sawahiliyah, Bumbariyah,
Fulaqiyah, Susatiyah, Ghambiyah, dan Fayarijiyah. Sedangkan di Eropa, bahasa yang
menggunakan huruI Arab antara lain: Sanukan, Qazan, dan Qumnuk, (Hawaditus Sa`ah,
1995, 52). Sebagaimana telah diketahui, bahwa orang-orang Eropa dan orang-orang
Amerika mengkaitkan peradaban Islam dengan orang-orang Arab, hal ini karena orangorang
Arab-lah menjadi pelopor dalam penyebaran agama Allah, Islam. Di samping
menyebarkan agama Allah, mereka juga menyajikan peradaban mereka yang tumbuh dan
berkembang dari celah-celah Islam. Di antaranya adalah perdagangan, peperangan,
ketatanegaraan, dan ilmu-ilmu yang lain.
Hal ini ditegaskan oleh salah seorang peneliti bahwa orang-orang Arab yang datang dari
timur ke Eropa telah membawa dagangan mereka yang bermacam-macam, berbagai
penemuan mereka dalam ilmu pengetahuan, dan matematika, (Woolk, 1912, 54).
Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-tuntutan syari`at
Islam yang berasaskan pada Al Qur`an dan As Sunnah. As Sunnah mengandung seluruh
ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad bin Abdillah shallahu `alaihi
wasallam, sebagaimana yang dihaIal oleh para sahabat ridlwanullah alaihim. Namun
sangat disayangkan, kita temukan sebagian penulis dari kalangan non Islam tidak berusaha
memahami Islam secara benar, dan mengulang-ulang pendapat yang tidak sesuai dengan
kedudukan ilmiah mereka tanpa memikirkan hasil dari apa yang mereka tulis. Di antaranya
adalah deIinisi yang mereka kemukakan tentang Rasul Muhammad shallallahu `alaihi
wasallam, yaitu seorang pemimpin yang di dalam tulisan-tulisan sastranya memberikan
banyak pengetahuan dan hikmah kepada para pengikutnya, (Haskins, 1900, 11).
Dengan deIinisi tersebut, mereka mempunyai maksud bahwa Al Qur'an bukan dari sisi
Allah. Salah satu penelitian modern yang dilakukan oleh salah seorang peneliti Muslim
bersama para peneliti Barat menunjukkan bahwa manIaat yang mungkin dipetik dari Islam
dalam pengembangan akuntansi dan kerangka perdagangan tidak dapat diambil
manIaatnya, setelah dilakukan penelitian yang mendalam, (Hamid et al, 1993, 132).
Hal ini menunjukkan bahwasanya sangat mendesak, kebutuhan untuk memberikan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
89
pemahaman kepada orang-orang non muslim, terutama para pemikir mereka, tentang
hakikat Islam dan apa saja yang dapat dipersembahkan kepada manusia, di samping apa
yang telah dipersembahkan kepada mereka melalui berbagai ilmu pengetahuan yang
dijadikan asas oleh orang-orang Barat dalam meraih kemajuan ilmu pengetahuan mereka.
C. KILAS SEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA-NEGARA ISLAM
Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan
pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah adanya
manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang
penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi
judul 'Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756,
dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. HuruI yang
digunakan dalam tulisan ini adalah huruI Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang
bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di
Daulat Utsmaniyah. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya
buku Pacioli. Meskipun, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang
sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih dalam
bentuk manuskrip, belum di cetak dan belum diterbitkan.
Katakankanlah,Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan
langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?` katakanlah,
Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertamakali menyerah
diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.
(Al An`am: 14).
Sesungguhnya sejarah akuntansi, sebagaimana yang ditulis oleh para ahli sejarah Barat dan
menurut apa yang dikemukakan sebelumnya, menunjukkan bahwa akuntansi secara umum
atau apa yang dinamakan dengan sistem double entry secara khusus tumbuh dan
berkembang di Eropa, yaitu di Republik Itali. Di antara reIerensi yang dapat dilihat, baik
yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa Inggris, tidak didapati penyebutan apa pun
tentang apa yang terjadi di negara Islam. Boleh jadi, pengabaian peran negera Islam dalam
pengembangan akuntansi karena disengaja atau karena ketidaktahuannya. Padahal peran
yang dimainkan oleh negara Islam dalam pengembangan berbagai ilmu dan seni adalah
cukup besar, seperti dalam akuntansi keuangan.
D. PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI DUNIA ISLAM
Vangermeersch memandang bahwa tempat tumbuhnya sistem pencatatan sisi-sisi transaksi
(double entry) masih diperdebatkan. (Berton, 1933, 1). Hal ini berarti bahwa dia tidak
menerima bahwa tempat tumbuhnya sistem tersebut di Republik Itali. Dia beralasan bahwa
sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam buku-buku akuntansi, yang merupakan suatu
metoda untuk memilah-milah data sesuai dengan kaidah-kaidah khusus yang telah dikenal
secara umum (Have, 1976, 5-6). Berdasarkan hal tersebut, sebagian peneliti memandang
bahwa masih diragukan, sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam bentuk yang kita kenal
sekarang ini atau yang mendekati hal itu telah dipraktikan secara meluas pada abad XIV
(Weis and Tinuis, 1991, 54), yakni mereka meragukan adanya praktik tersebut secara
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
90
meluas di Itali pada abad XIV, terutama Pacioli hanya menyebutkan adanya praktik secara
meluas tanpa menentukan tempatnya. Keraguan ini pada kenyataannya beralasan, yaitu:
ALASAN PERTAMA, yaitu kosongnya masa sejarah dari sejarah akuntansi, yaitu masa yang
terjadi antara lenyapnya negeri antara dua sungai dan negeri Mesir di dunia Arab sampai
abad XV secara umum. Secara khusus, ketika Pacioli menyebarkan bukunya yang
mengandung satu bab tentang akuntansi, yaitu pada tanggal 10 Nopember 1494 M.
Kekosongan ini hampir mendekati dua ribu tahun.
ALASAN KEDUA, yaitu penggunaan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi secara luas tidak
diragukan lagi mengharuskan adanya suatu praktik kerja dan pusat-pusat pelatihan yang
mampu mencetak pribadi-pribadi yang ahli dan mampu menggunakan sistem ini secara
luas. Pada kenyataannya, pusat-pusat pelatihan semacam itu tidak ada di Itali,
kecuali pada akhir abad XVI, yaitu setelah kurang lebih dua abad dari munculnya
buku Pacioli.
Pusat pelatihan para akuntan yang pertama di Itali didirikan di kota Venice pada tahun
1581 M, dan dikenal dengan nama Colege oI Accountans. Setelah para peserta studi
menerima ilmu dari lembaga tersebut, mereka diharuskan untuk berlatih (praktik kerja) di
kantor-kantor akuntan yang telah teruji selama enam tahun, setelah itu, mereka diuji
sebelum dapat mempraktikkan proIesi akuntansi secara mandiri, (American Institute oI
CertiIied Accountants, 1970, 3). Demikian pula praktik kerja belum memiliki wujud yang
diperhatikan sebelum munculnya buku Pacioli. Hal ini kembali pada keterbelakangan ilmu
yang dialami Eropa pada saat itu, yang dikenal dengan masa kegelapan.
Di antara yang patut diperhatikan adalah Pacioli menyebutkan di dalam bukunya bahwa
sistem pencatatan sisi-sisi transaksi telah ada sejak masa yang lama (Murray, 1930, 16),
tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana sistem ini telah ada sejak lama.
Apakah hal itu di dalam Republik Italia pada saat itu, ataukah di tempat lain. Demikian
juga salah seorang peneliti, De Rover, berpendapat bahwa bab yang terdapat di dalam
buku Pacioli tentang akuntansi hanyalah suatu bentuk nukilan dari apa yang ada pada saat
itu beredar di antara para murid dan guru di sekolah aritmetika dan perdagangan (Venetian
Schole) atau dalam bahasa Inggris, Schools oI Commerce and Arithmetic. Dengan
demikian, Pacioli hanyalah penukil (transcriber) atau pencatat terhadap apa yang beredar
pada saat itu, (ChatIield, 1968, 45).
Sesungguhnya ucapan ini tampak diterima oleh akalnya, namun terganjal oleh adanya
hubungan antara para pedagang muslim dan para pedagang Itali. Tetapi, pertanyaan yang
muncul adalah: Siapakah yang menemukan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi? Di mana
hal itu? Dan bagaimana sistem ini bisa beralih ke tangan orang-orang Itali?
Mungkin dapat dikatakan bahwa pada saat itu Eropa hidup pada masa kegelapan, kaum
muslimin telah menggunakan akuntansi dan ikut andil dalam mengembangkannya.
Sementara itu, peradaban Islam, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, berdiri di atas
asas kebahagiaan manusia melalui hal-hal yang sesuai dengan syari`at Islam dan hal-hal
yang dapat merealisasikan bagi manusia integrasi antara tuntutan-tuntutan spiritual dan
tuntutan-tuntutaan material. Hal ini dalam rangka mengamalkan Iirman Allah Ta`ala:
'Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
91
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash: 77).
Orang-orang Arab, terutama di Makah, kemudian kaum muslimin setelah itu,
menggunakan akuntansi untuk menentukan keuntungan dengan mengukur kelebihan yang
ada pada aset mereka. Peradaban Islam selamanya telah disiIati sebagai peradaban Arab.
Tampaknya, hal ini dikarenakan kaum muslimin menggunakan bahasa Arab, yang
merupakan bahasa AlQur`an. Di samping itu, karena orang-orang Arab adalah para
pedagang yang tangguh di Eropa, AIrika, dan Asia. Pada hakikatnya, peradaban yang
dikenal oleh masa Islam adalah bersumber dari Islam, dan pembangunnya adalah kaum
muslimin.
Peradaban Islam ini, dengan segala karakter, arah pandang, dan sumbernya, berbeda
dengan seluruh peradaban sebelumnya dan yang sesudahnya. Oleh karena itu, merupakan
suatu kesalahan, mengatakan bahwa ia adalah peradaban Arab. Ia adalah peradaban Islam
yang belum pernah ada bandingannya di dunia ini, sebelum dan sesudahnya. Di samping
itu, Islam menolak Ianatisme golongan, maka orang-orang yang ikut andil dalam
membangun peradaban Islam bukan saja orang-rang Arab. Bahkan, banyak dari ilmu yang
ditemukan dan dikembangkan oleh kaum Muslimin non-Arab. Dengan demikian tidak
boleh menyandarkan peradaban Islam kepada orang-orang Arab saja atau kepada
kelompok tertentu selain mereka. Kaum muslimin memiliki pengaruh yang besar terhadap
orang-orang yang dijumpainya dari berbagai macam bangsa, melalui perjalanan dagang
mereka. Sebagai contoh pengaruh para pedagang Yaman terhadap orang Indonesia dan
Malaysia, yakni mereka itu berpindah agama, dari Budha dan Hindu ke agama Islam.
Demikian pula, banyak orang-orang Eropa yang mengunjungi dunia Islam terpengaruh
dengan apa yang mereka rasakan di negeri Islam. Banyak di antara mereka yang masuk
Islam ketika mereka merasakan kekuatan pendorong yang merubah orang-orang badui
yang memeluk Islam menjadi ulama` dan pemimpin. Sebagian peneliti telah merasakan
pengaruh peradaban Islam dan kaum muslimin terhadap dunia, yakni salah seorang dari
mereka mengatakan bahwa para pedagang Itali telah menggunakan huruI-huruI Arab
(Have, 1976, 33), di samping angka-angka Arab juga.
Di samping itu, sebagian penulis memandang bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi
yang dikenal dengan sistem pembukuan ganda (double entry) telah dikenal oleh penduduk
dahulu, dan sistem ini tersebar di Itali melalui perdagangan. Demikian pula bahwa di sana
terdapat beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa orang-orang terdahulu telah
mencatat pemasukan dan pengeluaran tunai pada lembaran-lembaran yang berhadapan
dengan sistem debet dan kredit. (Heaps, 1985, hal. 19-20). Tidak diragukan lagi, mereka
itu adalah orang-orang Arab terdahulu sebelum Islam, di Babilonia, Mesir, lalu di Hijaz,
setelah itu diikuti oleh kaum muslimin. Demikian pula perkataan peneliti ini bahwa sistem
pencatatan sisi-sisi transaksi telah tersebar di Itali melalui perdagangan, yang dimaksudkan
adalah melalui kaum muslimin. Sebab, kaum muslimin pernah menjalin hubungan dagang
yang kuat dengan orang-orang Itali; dan tidak ada seorang pun yang mendahului mereka
dalam melakukan hal itu, sejak Eropa keluar dari masa kegelapan.
Di antara bahasa-bahasa Asia yang menggunakan hurup Arab adalah bahasa Turki, Parsi,
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
92
Azerbaijan, Kurdi, AIganistan, Hindustan, Kashmir, Punjab, Urdu, Tamil, India, Usbek,
Jawa, Sunda, Melayu, Sulawesi dan Indonesia. Adapun bahasa-bahasa AIrika yang ditulis
dengan huruI-huruI Arab antara lain: Qubataliyah, Syalhaniyah, Sawahiliyah, Bumbariyah,
Fulaqiyah, Susatiyah, Ghambiyah, dan Fayarijiyah. Sedangkan di Eropa, bahasa yang
menggunakan huruI Arab antara lain: Sanukan, Qazan, dan Qumnuk (Hawaditus Sa`ah,
1995, No. 52). Sebagaimana telah dikatakan, orang-orang Eropa dan orang-orang Amerika
mengkaitkan peradaban Islam dengan orang-orang Arab boleh jadi dikarenakan orangorang
Arab menjadi pelopor dalam penyebaran agama Allah, Islam. Di samping
menyebarkan agama Allah, mereka juga menyajikan peradaban mereka yang tumbuh dan
berkembang dari celah-celah Islam. Di antaranya adalah perdagangan, dan ilmu-ilmu yang
lain.
Hal ini ditegaskan oleh salah seorang peneliti bahwa orang-orang Arab yang datang dari
timur ke Eropa telah membawa dagangan mereka yang bermacam-macam, berbagai
penemuan mereka dalam ilmu pengetahuan, dan matematika, (Woolk, 1912, 54).
Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-tuntutan syari`at
Islam yang berasaskan pada Al Qur`an dan As Sunnah. As Sunnah mengandung seluruh
ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad bin Abdillah shallahu `alaihi
wasallam, sebagaimana yang dihaIal oleh para sahabat ridlwanullah alaihim. Sangat
disayangkan, kita dapati sebagian penulis dari kalangan non Islam tidak berusaha
memahami Islam secara benar, dan mengulang-ulang pendapat yang tidak sesuai dengan
kedudukan ilmiah mereka tanpa memikirkan hasil dari apa yang mereka tulis. Di antaranya
adalah deIinisi yang mereka kemukakan tentang Rasul Muhammad shallallahu `alaihi
wasallam, yaitu seorang pemimpin yang di dalam tulisan-tulisan sastranya memberikan
banyak pengetahuan dan hikmah kepada para pengikutnya, (Haskins, 1900, 11).
Dengan deIinisi tersebut, mereka mempunyai maksud bahwa Al Qur'an bukan dari sisi
Allah. Salah satu penelitian modern yang dilakukan oleh salah seorang peneliti Muslim
bersama para peneliti Barat menunjukkan bahwa manIaat yang mungkin dipetik dari Islam
dalam pengembangan akuntansi dan kerangka perdagangan tidak dapat diambil
manIaatnya, setelah dilakukan penelitian yang mendalam, (Hamid et al, 1993, 132).
Hal ini menunjukkan bahwasanya sangat mendesak, kebutuhan untuk memberikan
pemahaman kepada orang-orang non muslim, terutama para pemikir mereka, tentang
hakikat Islam dan apa saja yang dapat dipersembahkan kepada manusia, di samping apa
yang telah dipersembahkan kepada mereka melalui berbagai ilmu pengetahuan yang
dijadikan asas oleh orang-orang Barat dalam meraih kemajuan ilmu pengetahuan mereka.
Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan
pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah adanya
manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang
penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi
judul 'Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756,
dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. HuruI yang
digunakan dalam tulisan ini adalah huruI Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang
bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di
Daulat Utsmaniyah,. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya
buku Pacioli. Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
93
sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih dalam
bentuk manuskrip, belum di cetak dan belum diterbitkan.
Al Mazindarani berkata bahwa ada buku-buku yang dimaksudkan adalah manuskripmanuskrip
yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang populer pada saat itu,
sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul "Risalah Falakiyah Kitab As
Sayaqat". Dia juga mengatakan bahwa secara pribadi, dia telah mengambil manIaat dari
buku-buku itu dan kemudian dalam menulis buku "Risalah Falakiyah" tersebut.
Dalam bukunya yang masih dalam bentuk manuskrip itu, Al Mazindarani menjelaskan halhal
beriktu ini:
1) Sistem akuntansi yang populer pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus
bagi setiap sistem akuntansi.
2) Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi
keuangan, dan
3) Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan.
Menurut Al Mazindarani, sistem-sistem akuntasni yang populer pada saat itu, yaitu pada
tahun 765 H./1363 M. antara lain:
Akuntansi Bangunan.
Akuntansi Pertanian.
Akuntansi Pergudangan
Akuntansi Pembuatan Uang.
Akuntansi Pemeliharaan Binatang.
Al Mazindarani juga menjelaskan pelaksanaan pembukuan yang populer pada saat itu dan
kewajiban-kewajiban yang harus diikuti. Di antara contoh pelaksanaan pembukuan yang
disebutkan oleh Al-Mazindarani adalah sebagai berikut:" Ketika menyiapkan laporan atau
mencatat di buku-buku akuntansi harus dimulai dengan basmalah, "Bismillahir Rahmanir
Rahim". Jika hal ini yang dicatat oleh Al Mazindarani pada tahun 765 H/1363 M, maka hal
ini pula yang disebut oleh penulis Itali, Pacioli 131 tahun kemudian. Pacioli berkata,
"harus dimulai dengan ungkapan "Bismillah'." (Brown and Johnson, 1963, 28).
Salah seorang penulis muslim juga menambahkan pelaksanaan pembukuan yang pernah
digunakan di negara Islam, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun, maka harus
diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan.
Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.
2) Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.
3) Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.
4) Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar, dan hati-hati dalam
menggunakan kata-kata.
5) Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau
menghapusnya. Apabila seorang akuntan (bendaharawan) kelebihan mencatat jumlah
suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari kantongnya pribadi
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
94
kepada kantor.
Demikian pula seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran, maka dia harus
membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat melacak terjadinya transaksi
tersebut. Pada negara Islam, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi
pengeluaran sebesar 1300 dinar, sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut.
Pada akhir tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan
antara saldo buku bandingan dengan saldo buku-buku yang lain, dan saldo-saldo
bandingannya yang ada di kantor.
1) Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci
tentang jumlah (keuangan) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara
pengaturannya terhadap jumlah (keuangan) tersebut.
2) Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan
membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi yang
lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.
3) Harus mengelompokkan transaksi-transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai dengan
karakternya dalam kelompok-kelompok yang sejenis, seperti mengelompokkan dan
mencatat pajak-pajak yang memiliki satu karakter dan sejenis dalam satu kelompok.
4) Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumbersumber
pemasukan-pemasukan tersebut.
5) Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaranpengeluaran
tersebut.
6) Ketika menutup saldo, harus meletakkan suatu tanda khusus baginya.
7) Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksitransaksi
sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi-transaksi
yang sejenis itu saja.
8) Harus memindahkan transaksi-transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang berdiri
sendiri, tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan di buku harian dan
buku-buku yang lain.
9) Setelah mencatat dan memindahkan transaksi-transaksi keuangan di dalam buku-buku,
maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau tahunan sesuai dengan
kebutuhan.
10) Pembuatan laporan itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan sumber-sumbernya
serta pengalokasiannya. (Lasyin, 1973, 163-165).
Kalau diperhatikan pelaksanaan pembukuan tersebut, seluruhnya atau secara umum serupa
dengan apa yang digunakan sekarang, terutama poin 9 dan 10. Sebelumnya telah
disinggung, salah seorang penulis menyatakan bahwa orang-orang terdahulu mencatat
pemasukan dan pengeluaran pada dua halaman yang berhadap-hadapan, dengan sistem
debet dan kredit. (Heaps, 1985, hal. 19-20). Sesungguhnya pelaksanaan pembukuan yang
telah disebutkan di sini secara umum, khususnya poin 9 dan 10, menggambarkan bentuk
tertentu yang memberikan andil dengan suatu sistem atau dengan yang lain dalam
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
95
pengembangan sistem pencatatan sisi-sisi debet di sebelah kiri dan sisi-sisi kredit di
sebelah kanan, baik dalam satu halaman maupun dua halaman yang berhadap-hadapan.
Di samping apa yang telah disebutkan di atas, perkembangan akuntansi mencakup
penyiapan laporan keuangan, karena negara Islam telah mengenal laporan keuangan
tingkat tinggi. Laporan keuangan ini pernah dibuat berdasarkan Iakta buku-buku akuntansi
yang digunakan. Di antara laporan keuangan yang terkenal di negara Islam adalah Al-
Khitamah dan Al Khitamatul Jami'ah. Al Khitamah adalah laporan keuangan bulanan
yang dibuat pada setiap akhir bulan. Laporan ini memuat pemasukan dan pengeluaran
yang sudah dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, di samping memuat saldo bulanan.
Sedangkan Al-Khitamatul Jami'ah adalah laporan keuangan yang dibuat oleh seorang
akuntansi untuk diberikan kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Apabila Al-
Khitamatul Jami'ah disetujui oleh orang yang menerima laporan tersebut, maka laporan itu
dinamakan Al MuwaIaqah. Dan apabila Al Khitamatul Jami'ah tidak disetujui karena
adanya perbedaan pada data-data yang dimuat oleh Al Khitamatul Jami'ah, maka ia
dinamakan Muhasabah (akuntansi) saja, (Lasyin, 1973, 138).
E. FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM
Salah seorang penulis mengatakan bahwa setiap ilmu tumbuh dari suatu kemahiran yang
diupayakan. Sebelum menjadi ilmu, harus ada praktik dan pengalaman, berdasarkan hal
ini, maka ilmu itu merupakan hasil dari pengalaman yang menentukan tanda-tanda ilmu
tersebut. (Heaps, 1985, 21).
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Heaps, maka munculnya sistem pencatatan sisi-sisi
transaksi atau yang dikenal dengan nama sistem pembukaan ganda (double entry), baik
sebagai ilmu maupun sebagai seni, atau sebagai yang lain, harus tumbuh dari suatu
kemahiran yang diupayakan. Kemahiran yang diupayakan ini harus tegak di atas adanya
suatu praktik kerja. Demikian pula, praktik kerja ini bukan lahir dengan sendirinya, namun
tegak di atas suatu bangunan yang tinggi dan kokoh. Bangunan yang tinggi nan kokoh ini
adalah pengetahuan yang turun menurun dari generasi ke generasi. Jadi, hal ini
mempertegas bahwa pengetahuan yang dapat menumbuhkan adanya praktik kerja dan
kemahiran untuk sistem pencatatan sisi-sisi transaksi asasnya telah ada di negara Islam,
yang timbul karena adanya berbagai Iaktor. Sementara itu, kami tidak melihat adanya
Iaktor apa pun yang membantu perkembangan ini di dalam Republik Itali. Di antara yang
patut disebutkan bahwa akuntansi yang kami lihat praktiknya di dunia Arab, kemudian
perkembangannya di dunia Islam, telah dijelaskan oleh Al Mazindarani bahwa itu
merupakan suatu ilmu.
Baik sebagai ilmu atau seni, atau yang lain, terdapat berbagai Iaktor yang ikut andil, atau
pada hakikatnya mengundang pekerjaan akuntansi di negara Islam. Faktor-Iaktor ini
berkaitan erat dengan kebutuhan-kebutuhan negara Islam dari satu sisi, dan dari sisi yang
lain dengan kebutuhan-kebutuhan kaum muslimin secara pribadi. Di antara Iaktor-Iaktor
tersebut adalah pendirian kantor-kantor pemerintahan, speisialisasi kemampuan, dan
kebutuhan terhadap adanya pegawai yang kapabel. Di samping Iaktor-Iaktor tersebut yang
erat kaitannya dengan kebutuhan negara Islam, di sana terdapat Iaktor lain yang ikut andil
dalam peletakan dasar-dasar akuntansi dan mendorong pengembangan akuntasi di dalam
negara Islam, dari sisi kebutuhan pribadi muslim, yaitu Iaktor zakat. Sebab, seorang
muslim senantiasa membutuhkan suatu cara yang membantu dirinya untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim dari segi perhitungan zakat yang harus
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
96
dikeluarkan sesuai dengan syari'at Islam, yang merupakan salah satu rukun Islam.
Pendirian kantor-kantor pemerintahan berakitan erat dengan sistem administrasi, sejak
pendirian awal negara Islam di Madinah Al Munawwarah pada tahun 622 M., yaitu pada
tahun pertama Hijriyah. Pada saat itu, kantor-kantor pemerintahan dikenal dengan nama
Dawawin, dan bentuk tunggalnya adalah diwan. Kata diwan berasal dari kata Parsi, tetapi
deIinisi dan penggunaanya telah berjalan di negara Islam. Kata diwan artinya adalah
tempat bekerja para pegawai, yaitu tempat pencatatan dan penyimpanan buku-buku
akuntansi (Lasyin, 1973, 26). Ibnu Khaldun berkata, "Asal penamaan ini adalah, pada
suatu hari Kisra melihat para pegawai di kantornya sedang menghitung sendiri, seolaholah
mereka berbicara (sendiri). Lalu, Kisra berkata, "Diwanah". Arti kata tersebut adalah
"gila", lalu tempat mereka itu dikatakan "Diwanah". Karena kata tersebut sering
diucapkan, huruI ha'nya dibuang untuk mempermudah pengucapan, dan menjadi kata
"diwan". (Lasyin, 173, 268).
Tampaknya, kata diwan telah digunakan bersamaan awal reIormasi sistem kantor-kantor
pemerintahan dalam bentuk yang lebih baik dari yang sebelumnya. Salah satu ensiklopedi
ilmiah menyebutkan bahwa sistem resmi pertama untuk diwan-diwan telah dibuat sekitar
tahun 14 H/634 M. (Britanica, Vol. 22, 109) yakni pada masa KhaliIah Umar Ibnul
Khaththab Radliyallahhu'anhu.
Adapun spesialisasi kemampuan memepunyai signiIikansi, karena adanya pembagian
Iungsi dan pekerjaan di negara Islam. Hal ini telah dimulai pada masa kehidupan
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam (Lasin, 1973, 5). Demikian pula hak dan kewajiban
para pegawai di semua hirarki dari sistem administrasi telah dikenal sejak pendirian negara
Islam di Madinah pada tahun 622 M. Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi wasallam
memiliki 42 penulis yang memiliki spesialisasi di dalam pemerintahannya yang didirikan
di Madinah. Setiap pegawai memiliki peran tertentu, demikian pula kewajiban dan gaji
mereka juga tertentu dan jelas. (Hawari, 1989, 5).
Adapun para pegawai yang kompeten telah mendapatkan perhatian dari negara Islam.
Sejak awal, negara Islam telah menaruh perhatian pada pemilihan pegawai yang
berspesialisasi. Demikian pula kebijakan Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi
wasallam dalam memilih pegawai, yaitu dari orang-orang yang beliau pandang memiliki
kapabilitas dan kapasitas untuk menduduki jabatan. Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam memilih para pegawai itu dari para sahabatnya yang memiliki kapabilitas serta
kemampuan dan kelayakan untuk menerima jabatan, (Hawari, 1989, 16).
Di negara Islam, para akuntan terbagi dalam tujuh Iungsi, enam Iungsi berkaitan
dengan pekerjaan akuntansi, dan satu Iungsi khusus untuk mengoreksi pembukuan.
Fungsi pengoreksian pembukuan memiliki kepentingan khusus, hal ini serupa
dengan yang kita namakan muraja'atul hisabat (pengoreksian pembukuan/auditing),
atau tadqiqul hisabat (pengakurasian pembukuan), atau ar riqabatul kharijiyyah
(pengawasan ekstern). Namun, penamaan yang pertama sebagai ungkapan yang paling
tepat untuk watak pekerjaan tersebut. Adapun penamaan kedua dan ketiga, dipandang
tidak sesuai dengan watak pekerjaan tersebut dan tugas yang diberikan kepada auditor.
Tugas auditor adalah memeriksa apa yang telah dibukukan, (Al Qalqasyandi, 1989, 130-
139).
Al Qalqasyandi telah menggambarkan tugas seorang auditor dan kebutuhan terhadapnya.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
97
Dia berkata, "Enam yang lain tidaklah terpelihara dari siIat lupa dan kesalahan dalam
menghitung atau mencatat, sebagaimana yang sudah terkenal bahwa manusia itu tidak
melihat kesalahan-kesalahannya sendiri tetapi melihat kesalahan-kesalahan orang lain,
maka pimpinan kantor harus memilih seseorang untuk mengoreksi pembukuan. Orang
yang dipilih tersebut harus menguasai bahasa Arab, haIal Al Qur'anul Karim, cerdas,
berakal, jujur, tidak menyakiti orang lain. Ketika seorang auditor merasa puas terhadap isi
buku yang dikoreksinya, dia harus memaraI buku tersebut sebagai tanda bahwa dia telah
puas dan menerima isi buku tersebut.
Adapun zakat juga termasuk bagian dari unsur-unsur yang ikut andil dalam pengembangan
akuntansi di negara Islam. Ini jika tidak termasuk unsur asasi. Zakat adalah salah satu
rukun Islam yang lima, dan di negara Islam, dibayarkan kepada Baitul Mal. Baitul Mal ini
sekarang dinamakan Perbendaharaan Umum atau Perbendaharaan Negara. Al Qur'anul
Karim telah menentukan sumber-sumber yang wajib dikeluarkan zakatnya, dan obyekobyek
penyalurannya sebagaimana Iirman Allah Subhanahu Wa Ta`ala:
"Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang Iakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaI yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah." (At Taubah: 60)
Seorang muslim wajib membayar zakat, maka seorang muslim senantiasa membutuhkan
suatu cara yang dapat membantunya dalam menentukan jumlah zakat yang harus
dibayarnya. Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa masalah penentuan jumlah zakat
merupakan Iaktor asasi yang mengantarkan kepada pengembangan akuntansi di negara
Islam. Hal itu agar seorang muslim dapat mengetahui perubahan-perubahan pada hartanya,
dan selanjutnya adalah perhitungan zakat yang harus dikeluarkan karena bertambahnya
harta seorang muslim selama satu tahun penuh, di samping dari laba yang diperoleh dari
modal kerja yang berputar.
Perkembangan akuntansi di negara Islam mencapai puncaknya dalam membangun
pengertian akuntansi sebagai suatu sarana untuk pengambilan keputusan sebagai tujuan
asasi bagi penggunaan akuntansi. Anehnya, hal inilah yang menjadi tujuan penggunaan
akuntasi pada masa kita sekarang ini. Para penulis sekarang ini mengaku bahwa
merekalah yang mengembangkan pengertian ini pada abad sekarang. Barangkali,
pengakuan mereka ini disebabkan oleh kejahilan mereka terhadap sejarah dan peran
akuntansi di negara Islam. Demikian pula, boleh jadi mereka membangun tujuan ini
pada abad XX M., sementara tujuan ini telah populer di negara Islam sejak abad I H. atau
abad VII M. Di antara yang menjelaskan tujuan ini dan realisasinya di negara Islam adalah
perkataan Imam SyaIi'i Rahimahullah: "Barang siapa mempelajari hisab (akuntansi)
pikirannya bagus." (Syahatah, 1993, 45).
Perlu diketahaui bahwa Imam SaIi'i hidup pada tahun 150-204 H/767-820 M. Hal ini tidak
saja menjelaskan peran yang dimainkan akuntansi dan signiIikansinya pada waktu itu,
tetapi juga menjelaskan pengetahuan masyarakat pada saat itu terhadap peran dan
signiIikansi tersebut. Hal ini tampak dalam bentuk khusus, ketika ucapan ini datang dari
seorang yang Iaqih, bukan datang dari spesialis akuntansi. Setelah itu, Imam SyaIi'Ii
menjelaskan ucapannya itu, yaitu sesungguhnya seorang pedagang atau yang lain tidak
dapat mengambil keputusan secara benar atau mengeluarkan pemikiran yang tepat tanpa
bantuan data-data yang tercatat dalam buku. Para Iuqaha' berkata bahwa di antara
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
98
kewajiban seorang muslim adalah mempelajari hukum-hukum ibadah yang menjadikan
shalat, shaum, dan zakatnya sah, serta hal-hal yang harus diketahui untuk menunaikan
manasik hajinya. Demikian pula dia harus mengetahui hukum-hukum jual beli jika ingin
berproIesi sebagai seorang pedagang; dan mempelajari akuntansi, sehingga ia tiadak
berbuat zhalim dan tidak dizhalimi. Hal inilah yang disebut ilmu Dlaruri. (Ghazali, 1400
H., Vol. 1, juz 1-3, 42-30) juga (Sabiq, 1403 H./1983 M., Vol. III, juz 11-14, 125-126).
Pengertian akuntansi dan tujuan penggunaannya telah berkembang dari sekedar sebagai
sarana untuk menentukan modal di akhir periodik V dan untuk mengukur keuntungan
melalui selisih modal pada dua priode, hal ini terjadi pada masa sebelum Islam, menjadi
sebagai sarana untuk memperoleh inIormasi yang bermanIaat dalam pengambilan
keputusan dan penentuan tanggung jawab, hal ini terjadi pada berbagai masa negara Islam.
Al Qalqasyandi berkata, "Seorang akuntan harus berpegang pada aturan-aturan atau
Iormat-Iormat yang telah disiapkan sebelumnya, dan tidak boleh melanggar selamanya",
(hal. 54). Hal ini menunjukkan perkembangan akuntansi dan adanya sistem pengawasan
intern yang berkaitan erat dengannya. Semuanya itu diprogram, diinterpretasikan, dan
diaplikasikan menurut syariat Islam.
Demikian pula perkembangan dalam pengertian akuntansi dan tujuan penggunaannya ini
terlihat dalam perkataan Al Qalqasyandi yang lain. Dia berkata, "Sesungguhnya pekerjaan
akuntansi dibangun atas dasar kenyakinan", (hal. 154). Perkataan ini, secara khusus,
memantulkan dalam pemikiran kami akan pentingnya sistem dokumentasi. Sebab,
hitungan-hitungan yang dicatat dalam buku harus diyakini kebenarannya; dan keyakinan
ini tidak akan terwujud kecuali dengan adanya bukti-bukti yang memadai yang dapat
menetapkan terjadinya transaksi dari satu sisi, dan kebenaran pencatatan di dalam buku
dari sisi yang lain.
Perkembangan akuntasi di negara Islam tampak jelas pula bahwa seorang akuntan yang
bertanggung jawab atas pembukuan pengeluaran-pengeluaran harus meneliti
pengeluaranpengeluaran
yang dilakukan oleh perangkat negara itu, untuk membuat ketetapan apabila
terdapat perbedaan-perbedaan di antara tahun-tahun keuangan. (Lasyin, 1973, 37).
Ini merupakan bukti lain tentang pengembangan pengertian akuntansi sebagai sarana
inIormasi yang bertujuan mengambil keputusan sekitar jalannya pengeluaran-pengeluaran
itu. Hal ini mengandung pembatasan perbedaan apa pun atau keraguan-keraguan dari
tahun ke tahun. Selanjutnya adalah pembatasan penanggungjawab perbedaan-perbedaan
tersebut, lalu pengambilan tindakan-tindakan yang pasti ketika perbedaan-perbedaan itu
tidak dapat di tolerir.
Imam Ghazali menyebutkan bahwa Iaktor yang mendukung perkembangan pengertian
akuntansi, dan selanjutnya adalah perkembangan tujuan penggunaan adalah perhatian
terhadap pengawasan diri, (juz XV, hal. 6-7). Sesunguhnya asas dalam pengawasan diri
adalah takut kepada Allah. Ini adalah ciri seorang muslim penganut aqidah yang
mengetahui bahwa Allah melihatnya. Selanjutnya, dia akan mengawasi dirinya karena dia
mengetahui di sana ada pengawas yang dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh
manusia, dan dapat mendengar apa yang tidak dapat didengar oleh selain-Nya di antara
makhluq-makhluq-Nya. Hal ini tampak jelas di dalam Iirman Allah Tabaraka Wa Ta`ala:
'Dan jika kamu melihatkan apa yang ada di hatimu atau kamu menyembunyikannya,
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
99
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. (Al
Baqarah: 284)
Pengawasan diri inilah yang menjadikan seorang muslim menghisab dirinya sebelum
dihisab, khususnya mereka yang memiliki naIsu lawwamah. Dalam hal ini, KhaliIah Umar
Ibnul Khaththab Radliyallahu `anhu berkata, 'Hisablah diri kalian sebelum dihisab;
timbanglah amal kalian sebelum amal kalian ditimbangkan; dan bersiap-siaplah kalian
untuk menghadapi penampakan amal.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perkembangan buku-buku akuntansi dan kantorkantor
pemerintahan terjadi pada masa khaliIah Al Faruq Amirul Mu`minin Umar bin
Khaththab Radliyallahu `anhu , maka patut dikaitkan perkataannya ini dan perkembangan
tersebut, dan bagaimana beliau menerjemahkan jiwa lawwamah ke dalam realitas secara
umum, dan barangkali dari segi keuangan secara khusus. Wallahu A`lam. Sebab,
pengawasan diri dan muhasabah terhadap diri merupakan tuntutan asasi dari ajaran syari`at
Islam sebagaimana terdapat di dalam Al Qur`an dan As Sunah. Diantaranya Iirman Allah
Subhanahu Wa Ta`ala:
'Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadap
dirimu. (Al Isra': 14)
Dari As Sunnah An Nabawiyyah, sesungguhnya pengawasan tersebut dari hasil
muhasabah terhadap diri sendiri. Muhasabah yang dimaksud dalam hal ini adalah
pertanggungjawaban. Hal ini tampak jelas di dalam perkataan Rasulullah shallallahu
`alaihi wasallam:
'Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum ditanya
tentang empat perkara, yaitu: tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa
mudanya, dihabiskan untuk apa; tentang hartanya, dari mana diproleh dan dibelanjakan
untuk apa; dan tentang ilmunya, apa yang telah diperbuat dengan ilmu tersebut. (H.R.
Tirmidzi, dan menurut beliau hadits ini hasan shahih).
Hadits lain adalah dari Miqdam bin Ma`di Yakrib bahwa sayyidul basyar, Muhammad
shallallahu `alaihi wasallam menepuk pundaknya, kemudian berkata:
'Wahai Qadim (Miqdam) beruntunglah kamu, jika kamu meninggal tidak dalam keadaan
menjadi amir, tidak menjadi pencatat (katib), dan tidak menjadi pemimpin. (H.R. Abu
Dawud)
Makna kata 'katib di sini adalah pencatat pekerjaan dan penghitungnya, (Al Mundziri,
1986, juz 3, 159).
Sebelumnya telah dikatakan bahwa awal pencatatan transaksi di dalam buku bersamaan
dengan berawalnya negara Islam pada masa Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasallam
sebagai akibat bertambahnya pemasukan negara dari berbagai penaklukan dan zakat,
terutama setelah pemasukan tersebut semakin banyak dan tidak seluruhnya dapat
dibagikan pada saat itu. Tidak diragukan lagi bahwa pencatatan di dalam buku pada awal
masa tersebut berjalan sesuai dengan cara yang diikuti sebelum Islam. Tetapi, pelaksanaan
pencatatan tersebut berkembang pada masa khaliIah kedua, yaitu khaliIah Al Faruq Umar
Ibnul Khaththab Radliyallahu `anhu pada tahun 14--24 H. /636--646 M.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
100
Beliaulah yang memerintahkan mencatat harta umum diklasiIikasikan sesuai dengan
sumber pendapatannya. Perkembangan pada masa khaliIah Umar Ibnul Khaththab ini
meliputi penentuan hakikat buku yang harus digunakannya dan cara mengaplikasikannya,
serta dokumen-dokumen yang harus dimilikinya sebagai asas pencatatan dan harus
disimpan setelah dicatat untuk memperkuat apa yang telah dicatat.
Pada awal kehidupan negara Islam, buku-buku akuntansi masih berupa kertas-kertas
terpisah, tidak berbentuk buku yang berjilid. Orang pertama yang memasukkan buku-buku
dan catatan yang terjilid sebagaimana yang kita kenal pada masa tersebut adalah KhaliIah
Al Walid bin Abdul Malik, pada tahun 86-96 H/706-715 M. (Muhammad Al Marisi
Lasyin, 1973, hal. 36). Ini berarti bahwa hal ini terjadi kurang lebih tujuh ratus
sembilan puluh tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Sementara itu, sistem buku
akuntansi ini telah mencapai puncaknya pada masa Daulat Abasiyyah pada tahun 132-232
H/750-847 M. Yakni, pada tahun 132 H/750 M. Khalid bin Burmuk terpilih menjadi
kepala Diwan Kharaj (Diwan pemasukan hasil-hasil pertanian) dan Diwan tentara. Khalid
bin Burmuk melakukan reIormasi sistem kedua Diwan tersebut dan mengembangkan
buku-buku akuntansi serta memberi nama khusus terhadapnya.
Pada masa negara Islam, buku catatan pertama dikenal dengan nama 'Jaridah. Dari sini
tampak garis hubungan antara buku Pacioli yang terbit pada tahun 1494 M. dan sumber
rujukan buku tersebut, karena pada sebagian yang disebutkannya terdapat banyak
kesamaan dengan apa yang digunakan pada masa negara Islam. Di dalam bukunya, Pacioli
telah menjelaskan bahwa buku catatan pertama yang harus digunakan dikenal dengan
nama 'Journal dalam bahasa Ingris (Brown dan Johnson, 1963, hal. 43) atau 'Zornal
dalam bahasa Itali sebagaimana dikenal di kota Venice, (Martinelli, 1977, hal. 25). Dua
kata ini, yaitu Journal dan Zornal merupakan terjemahan secara harIiah dari bahasa Arab,
yaitu dari kata 'Jaridah. Jaridah adalah nama untuk buku catatan pertama pada
masa negara Islam, yaitu pada masa Daulat Abbasiyyah, sekitar tahun 132 H/749 M,
yaitu tujuh ratus empat puluh lima tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Dari hal
ini dapat kita simpulkan bahwa asas atau sumber rujukan bagi apa yang dipraktikkan di
Republik Itali sebagaimana tersebut dalam buku Pacioli adalah apa yang telah
dipraktikkan di negara Islam.
Di antara yang harus dipraktikkan di negara Islam adalah pencatatan 'Jaridah sebelum
memakainya. Pencatatan ini, sebagaimana yang telah kami sebutkan, berlangsung ketika
distempel dengan stempel Sulthan. Praktik ini adalah bagi instansi-instansi pemerintahan
Islam. Barangkali juga bagi pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga khusus. Demikian pula
Ibnu Khaldun yang hidup pada masa Daulat Abbasiyyah dan menulis bukunya tahun 167
H/784 M. Mengatakan bahwa seorang akuntan harus memakai buku-buku akuntansi yang
sesuai, dan mencatat namanya di akhir buku, serta menstempelnya dengan stempel
Sulthan. Stempel tersebut memuat nama Sulthan atau simbol khusus bagi Sulthan. Stempel
tersebut dibubuhkan di salah satu sisi buku,(hal. 205). Sesungguhnya penggunaan kata
'buku-buku akuntansi yang sesuai oleh Ibnu Khaldun menunjukkan semenjak abad ke-
2 Hijriyah dan barangkali sebelum itu, kaum muslimin menggunakan buku-buku akuntansi
yang beragam sesuai dengan perbedaan karakter kegiatan, baik tingkat negara maupun
pribadi.
Dahulu, 'Jaridah digunakan untuk mencatat pemasukan-pemasukan dan
pengeluaranpengeluaran,
tetapi secara terpisah. Yakni, ada jaridah untuk pemasukan dan ada jaridah
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
101
untuk pengeluaran. Hal ini termasuk serupa dengan apa yang sekarang dikenal dengan
nama Specialised Journals. Adapun transaksi-transaksi lain dicatat dalam buku yang
dikenal dengan nama DaItarul Yaumiyyah (Daily Book/Buku Harian).
Buku harian yang dikenal di negara Islam tujuh ratus empat puluh lima tahun sebelum
munculnya buku Pacioli adalah buku harian yang digunakan sekarang di dunia, dan
dikenal dengan nama General Journal. Buku harian ini dikenal di seluruh diwan di
samping specialised journals. Dahulu, buku harian ini digunakan untuk mencatat seluruh
transaksi keuangan khusus bagi diwan dan transaksinya dengan orang lain. Buku ini
serupa dengan apa yang sekarang dikenal di negara-negara Arab dengan nama DaItarul
Yaumiyyatil `Ammah (Buku Harian Umum).
Menurut An Nuwairi, yang meninggal pada tahun 734 H/1336 M atau kurang lebih tiga
puluh satu tahun sebelum munculnya buku Al Mazindani, pekerjaan pembukuan tunduk
pada praktik-praktik tertentu dan jelas. Sebab, seluruh harta yang masuk atau keluar harus
dicatat sesuai urutan waktu terjadinya, juga harus dicatat tanggal terjadinya setiap
transaksi. Demikian pula, keharusan mencatat transaksi menurut urutan waktu terjadinya
tidaklah terbatas pada transaksi-transaksi keuangan saja atau yang memiliki nilai
keuangan, tetapi mencakup juga seluruh transaksi yang berhubungan dengan diwan dan
yang lain. (An Nuwairi, 273-275). Pencatatan di buku harian berlangsung dari realitas
syahid yaitu yang sekarang dikenal dengan nama journal voucher, yang disiapkan oleh
akuntan, yang melakukan pencatatan di buku, (Lasyin, 1973, 131-132). Hal ini
menunjukkan kesinambungan pengembangan di dalam pekerjaan akuntansi yang awalnya
bersamaan dengan munculnya negara Islam tahun 622 M., dan menjadi kokoh pada masa
KhaliIah Umar Ibnul Khaththab, serta semakin kokoh pada masa Daulat Abbasiyyah.
Kemudian bertambah berkembang setelah itu sebagaimana yang dirasakan dari apa yang
disebutkan oleh An Nuwairi.
Daulat Abbasiyyah, 132-232 H/750-847 M. memiliki banyak kelebihan dibandingkan
yang lain dalam pengembangan akuntasi secara umum dan buku-buku akuntansi secara
khusus. Sebab pada saat itu, masyarakat Islam menggunakan dua belas buku akuntansi
khusus (Specialized Accounting Books).
Buku-buku ini memiliki karakter dan Iungsi dan berkaitan erat dengan Iungsi dan tugas
yang diterapkan pada saat itu. Di antara contoh buku-buku khusus yang dikenal pada masa
kehidupan negara Islam itu adalah sebagai berikut:
1) DaItarun NaIaqat (Buku Pengeluaran). Buku ini disimpan di Diwan NaIaqat, dan
diwan ini bertanggung jawab atas pengeluaran KhaliIah, yang mencerminkan
pengeluaran negara.
2) DaItarun NaIaqat Wal Iradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan). Buku ini disimpan
di Diwanil Mal, dan Diwan ini bertanggung jawab atas pembukuan seluruh harta yang
masuk ke Baitul Mal dan yang dikeluarkannya.
3) DaItar Amwalil Mushadarah (Buku Harta Sitaan). Buku ini digunakan di Diwanul
Mushadarin. Diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para menteri dan pejabatpejabat
senior negara pada saat itu, (Lasyin, 1973, 41).
Umat Islam juga mengenal buku khusus yang lain, yang dikenal dengan nama Al Auraj,
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
102
yaitu serupa dengan apa yang sekarang dinamakan DaItar Ustadzil Madinin (Debtors or
Accounts Receivable Subsidiary Ledger). Kata Auraj adalah dari bahasa Parsi, kemudian
digunakan dalam bahasa Arab. Auraj digunakan untuk mencatat jumlah pajak atas hasil
tanah pertanian, yaitu setiap halaman dikhususkan untuk setiap orang yang dibebani untuk
membayar pajak, di dalamnya dicatat jumlah pajak yang harus dibayar, juga jumlah yang
telah dibayar dari pokok jumlah yang harus dilunasi. Penentuan jumlah pajak yang harus
dilunasi didasarkan pada apa yang dinamakan Qanunul Kharaj (Undang-Undang
Perpajakan), (Al Mazindarani 765 H/1363 M.).
Di samping apa yang telah disebutkan, kaum muslimin di negara Islam mengenal
pembagian piutang menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Ar Ra`ij minal mal, yang dimaksudkan ialah piutang yang memungkinkan untuk
didapatkan, yaitu apa yang sekarang ini dikenal dengan nama Ad Duyunul Jayyidah, dan
dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Collectable Debts.
2) Al Munkasir minal mal, yang dimaksudkan adalah piutang yang mustahil untuk
didapatkan, yaitu apa yang sekarang dinamakan Ad Duyunul Ma`dumah, dan dalam
bahasa inggris dikenal dengan nama Bad Debts atau Uncollectable Debts.
3) Al Muta`adzir wal mutahayyir wal muta`aqqid minal mal, yang dimaksudkan
adalah piutang yang diragukan untuk didapatkan, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan
nama DoubtIul Debts, (Lasyin, 1973, 141).
Dari pembagian piutang tersebut ada dua hal penting yang patut didapatkan, yaitu:
pertama, pengaruh kehidupan perdagangan terhadap pekerjaan akuntansi, sebagaimana
yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya dan
kedua adalah pembagian ini hanya berpengaruh terhadap penggambaran kondisi keuangan
baik bagi negara maupun pribadi, khususnya untuk tujuan zakat.
Sebab, penggambaran kondisi keuangan menuntut ketelitian dalam penggambaran hak dan
kewajiban. Karena itu tidak diragukan lagi bahwa mereka mengetahui pentingnya
inventarisasi para debitur untuk mengetahui apa yang mungkin diperoleh pada masa-masa
mendatang. Jika tidak, tentu mereka tidak segera mengelompokkan piutang dalam tiga
kelompok tersebut.
Pengelompokan ini adalah pengelompokan yang digunakan pada masa kita sekarang tanpa
menyebutkan bahwa sumbernya adalah di negara Islam. Hal ini mempertegas sekali lagi
pentingnya zakat sebagai Iaktor asasi yang membantu pengembangan akuntansi. Hal ini
jika tidak ada Iaktor lain, maka zakat adalah Iaktor yang pertama. Sebab, perhitungan
zakat menuntut pentingnya inventarisasi para debitur dan kreditur untuk mengetahui
pengaruh para debitur dan kreditur terhadap jumlah zakat.
Di sisi lain dari segi harta-harta yang diinvestasikan pada syirkah musahamah bahwa baik
yang bersiIat umum maupun khusus, dan sebagai akibat dari ketidakterlibatan para pemilik
saham di dalam manajemen pada sebagian besar syirkah-syirkah, khususnya pada syirkah
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
103
musahamah yang bersiIat umum, dan sekalipun sebagian para pemilik saham menjadi
angota dewan manajemen perusahaan atau anggota eksekutiI perusahaan, baik yang
bersiIat khusus maupun umum, maka harta-harta syirkah musahamah tersebut harus selalu
jauh dari jangkauan para pemilik sahamnya, bagaimanapun keadaannya. Yakni, tidak
diperkenankan bagi setiap pemilik saham, bagaimanapun juga tingkat kepemilikan
sahamnya atau Iungsi manajerialnya pada syirkah musahamah tersebut, mengambil
manIaat dari harta-harta syirkah musahamah itu untuk tujuan-tujuan khusus pribadinya.
Adapun dalam hal yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemilik
saham tersebut, dilihat dari sisi hubungan mereka dengan syirkah musahamah itu, baik
yang bersiIat umum maupun khusus, dan hubungan mereka dengan hasil-hasil kegiatan
syirkah, yakni hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai suatu syakhshiyyah
i`tibariyyah (entitas spiritual), maka kita dapati bahwa persoalannya di sini lebih jelas
darpada keadaan yang terdapat pada perusahaan-perusahaan individual dan perusahaanperusahan
lainnya yang bukan syirkah musahamah, yang telah kita perbincangkan
sebelumnya. Sesungguhnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban syirkah musahamah itu
selalu khusus dan tersendiri baginya, tidak sama dengan hak dan kewajiban para pemilik
sahamnya. Dari segi hak-hak syirkah musahamah tersebut, kita dapati bahwa perusahaan
itulah yang menuntut akan hak-haknya melalui manajemennya, atau melalui orang-orang
yang melakukan penyelesaian di saat melakukan penyelesaian, yang hal itu tidak ada
hubungannya dengan para pemilik saham. Lain halnya jika kita lihat pada perusahaanperusahaan
individu dan perusahaan-perusahaan yang bukan syirkah musahamah.
Sebagaimana juga bahwa kewajiban-kewajiban syirkah musahamah tersebut terhadap
pihak lain selalu menjadi tangung jawab syirkah musahamah itu sendiri, bukan tanggung
jawab para pemilik sahamnya. Para pemilik saham tersebut tidaklah diminta untuk
menutupi kewajiban-kewajiban perusahaan tempat mereka menanam saham, kecuali
sebatas modal yang masih masih belum disetorkan. Adapun apabila pemilik saham itu
ternyata telah melunasi seluruh modal yang tercatat baginya, maka dia tidaklah
bertanggung jawab sama sekali mengenai utang-utang perusahaan, bagaimanapun juga
karakternya dan bagaimanapun juga besarnya.
Masih ada persoalan lain yang menuntut kejelasan, yaitu yang khusus berkaitan dengan
keuntungan-keuntungan perusahaan yang telah terealisasikan. Sebagai akibat dari dapat
diterapkannya prinsip syakhshiyyah i`tibariyyah secara mutlak terhadap syirkah
musahamah, baik yang bersiIat khusus maupun umum, maka keuntungan-kentungan yang
telah dapat direalisasikan oleh perusahaan itu selama satu tahun keuangan, sebagaimana
yang digambarkan oleh daItar keuangan pada akhir tahun keuangan, menjadi milik khusus
syirkah musahamah tersebut. Hal ini berarti bahwa tidak ada hak bagi para pemilik
sahamnya terhadap keuntungan-keuntungan yang telah terealisasikan itu, kecuali sebatas
yang telah ditetapkan oleh dewan manajemen syirkah musahamah tersebut untuk
dibagikan kepada para pemilik sahamnya.
Apabila dewan manajemen tidak menetapkan adanya pembagian dari keuntungankeuntungan
yang terealisasikan tersebut, karena adanya kebutuhan-kebutuhan perusahaan
terhadap keuntungan-keuntungan itu, dan karena keterkaitan keuntungan-kentungan itu
dengan aset-aset yang tidak tunai, yang selanjutnya menimbulkan adanya kesulitan atau
kemustahilan untuk merubah aset-aset tersebut menjadi uang tunai, maka para pemilik
saham tersebut tidak dapat menuntut perusahaan agar membagikan bagian tertentu dari
keuntungan-keuntungan tersebut kepada mereka. Adapun jika dewan manajemen telah
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
104
menetapkan bagian tertentu dari keuntungan-kentungan itu untuk dibagikan dan telah
mengumumkan hal itu dengan sarana apa pun yang bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan, seperti melalui daItar keuangan, atau surat menyurat secara
langsung kepada para pemilik saham, maka para pemilik saham berhak untuk
menuntutnya, dan syirkah musahamah tersebut mempunyai kewajiban terhadap para
pemilik sahamnya. Keuntungan-keuntungan yang telah diputuskan pembagiannya tersebut
akan tampak pada sisi kewajiban-kewajiban perusahaan dalam buku-buku catatan dan
daItar-daItar keuangannya, sampai selesai penyerahannya kepada para pemilik sahamnya.
Syakhshiyyah qanuniyyah dan wihdah muhasabiyyah yang kadangkala dinamakan dengan
nama syakhshiyyah muhasabiyyah. Namum sebenarnya bahwa yang lebih utama adalah
penggunaan istilah wahdah muhasabiyyah, agar tidak rancu, maka konsep keduanya dan
hubungan keduanya dengan syakhshiyyah i`ibariyyah, setiap kali mereka menemukan
istilah-istilah ini diuraikan sebagai berikut:
1. Syakhshiyyah Qanuniyyah
Syakhshiyyah Qanuniyyah (legal entity) itu adalah suatu ungkapan mengenai entitas yang
terpisah, yang memungkinkannya untuk menuntut pihak lain secara langsung dalam
siIatnya sebagai suatu pribadi, sebagaimana dimungkinkan pula bagi pihak lain untuk
menuntutnya secara langsung pula, dalam siIatnya sebagai suatu pribadi. Apabila kita
perhatikan keempat bentuk sistem investasi terdahulu, untuk mengetahui sejauh mana
kesesuaian syakhshiyyah qanuniyyah tersebut terhadap setiap sistem tersebut berdasarkan
deIinisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka kita dapati beberapa perbedaan yang
mendasar di antara bentuk-bentuk sistem tersebut.
Dengan memperhatikan muassasat Iardiyyah (sole proprietorship/lembaga-lembaga
individual), telah kami katakan sebelumnya bahwasanya tidak ada perbedaan apa pun
antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban pribadi pemilik perusahaan dari satu sisi, dan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban perusahaan itu sendiri dari sisi yang lainnya. Yakni,
kedua pihak membentuk satu pribadi atau satu badan dilihat dari segi hak dan
kewajibannya. Sebab, jika harta perusahaan itu tidak mencukupi untuk menutupi hak-hak
pihak lain, maka dimungkinkan bagi pihak yang lain itu untuk menuntut haknya kepada
pemilik perusahaan, yang hal itu pada dasarnya merupakan kewajiban-kewajiban
perusahaan. Demikian juga, apabila pemilik perusahaan secara lahiriyah tersebut ternyata
tidak sanggup menutupi utang-utang pribadinya, maka dimungkinkan bagi pihak
pengadilan untuk menghentikan kegiatan lembaga investasinya, guna menutupi hak-hak
pihak lain. Sebaliknya, apabila ada piutang perusahaan pada pihak lain, dan pihak itu tidak
melunasi utang-utangnya yang telah jatuh tempo itu kepada perusahaan tersebut, maka
pemilik perusahaan tersebut, dalam siIatnya sebagai pribadi, berhak menuntut pihak
tersebut agar menunaikan apa yang menjadi tangung jawabnya terhadap perusahaan.
Bahwa syakhshiyyah qanuniyyah perusahaan yang bersiIat individu ini larut atau menyatu
dengan pemiliknya, dan tidak terpisah dengannya. Demikian pula, syakhshiyyah
qanuniyyah pemilik perusahaan individual tersebut mencakup perusahaannya dan tidak
terpisah darinya. Ketercakupan perusahaan individual dan pemiliknya tersebut hanyalah
terbatas pada lingkup hak dan kewajiban masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka
bagi perusahan-perusahaan yang bersiIat individual tersebut hanya terdapat satu
syakhshiyyah qanuniyyah saja, yakni lembaga individu dan pemiliknya secara lahiriyah
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
105
tersebut, keduanya mewakili satu badan ditinjau dari segi undang-undang. Keduanya tidak
mungkin dipisahkan untuk mendapatkan hak-hak dan menunaikan kewajiban-kewajiban.
Adapun pada bentuk yang kedua dari bentuk-bentuk sistem investasi, yaitu syirkah
asykhash yang dikenal oleh sistem Islam yaitu syirkah `inan, syirkah muIawadlah,
syirkah wujuh, syirkah abdan atau a`mal, dan terakhir syirkah mudlarabah, dan yang
serupa dengannya yang terdapat di dalam sistem non Islam, yang dikenal dengan nama
syirkah tadlamun maka permasalahan ini menurut adalah serupa dengan apa yang
terdapat pada lembaga-lembaga individual. Sebab, syirkah-syirkah ini (partnership) berdiri
atas dasar perkenalan pribadi, dan inti hubungan di antara para sekutu adalah adannya
saling kepercayaan. Yakni, setiap individu dari pihak-pihak yang berada di dalam syirkah
investasi ini sudah barang tentu tidak akan mau menanggung risiko kerugian harta atau
usaha, kecuali jika didasarkan pada kepercayaan terhadap kebenaran tindak-tanduk pihakpihak
syirkah yang lain. Karena aktivitas atau kegiatan pada syirkah asykhash di sini
berdiri atas dasar tindak-tanduk pribadi, para investor dan orang-orang yang mengatur
lembaga mereka tersebut, apakah secara bersama-sama ataukah secara individu, wajib
bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban
lembaga mereka itu. Berdasarkan itu semua, dapatlah kita simpulkan suatu pernyataan
bahwa para pemilik lembaga dan lembaga mereka, pada syirkah asykhash, membentuk
satu syakhshiyyah qanuniyyah, dan tidak diperkenankan memisahkan antara keduanya.
Akan tetapi, di sana terdapat satu kondisi yang harus diperhatikan secara sungguhsungguh,
yaitu apabila salah seorang di antara para sekutu tersebut ada yang memberikan
saham hanya modalnya saja, tanpa ikut serta dalam manajemennya, dan akad syirkah
tersebut telah menetapkan bahwa individu yang seperti ini tanggung jawabnya hanya
sebatas apa telah dia serahkan dari modal pokoknya. Pada kondisi yang seperti ini, maka
individu atau pribadi yang seperti ini tidaklah dianggap bertanggung jawab terhadap
kewajiban-kewajiban perusahaan, kecuali sebatas apa yang telah dia sahamkan dari modal
pokoknya. Namun, pada keadaan seperti ini, dipersyaratkan harus ada keterbukaan
mengenai batasan-batasan tangung jawab ini di dalam publikasi, korespondensi, dan
dokumentasi perusahaan. Ini di samping pentingnya keterbukaan mengenai karakter
tanggung jawab atas nama perusahaan atau lembaga tersebut. Penyebab dari pentingnya
keterbukaan itu adalah memberikan terlebih dahulu kepada pihak lain bentuk tanggung
jawab yang dipikul oleh para penyandang dana lembaga tersebut. Sesungguhnya
keterbukaan yang menyeluruh ini akan mendorong pihak lain untuk berkerja sama dengan
lembaga ini, sementara dia telah mengetahui tanggung jawab lembaga dan tanggung jawab
para pemilik lembaga tersebut didalamnya. Selanjutnya, dia akan mengetahui terlebih
dahulu antisipasinya, di saat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan.
Berdasarkan uraian paragraI sebelumnya, tampak berbeda dengan apa yang terdapat di
dalam keterangan yang menyatakan bahwa syirkah-syirkah syakhshiyah adalah "akad-akad
yang akan menumbuhkan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan investasi yang terus
menerus atau hampir terus menerus, yang di dalamnya beberapa pihak saling bersekutu di
dalam modalnya. Akad-akad tersebut mendirikan suatu kegiatan perdagangan yang
mempunyai syakhshiyyah i`tibariyyah dan tanggung jawab yang tidak terbatas". (Lembaga
Fatwa dan Pengkajian, Jumadil Ula 1406 H/Januari 1986 M, 9).
Sesungguhnya sebab dari perbedaan itu terletak pada bahwa keterangan dari Lembaga
Fatwa dan Pengkajian tersebut menjelaskan bahwa di sana terdapat syakhshiyyah
i`tibariyyah, dan pada saat itu juga syakhshiyyah i`tibariyyah ini menghadapi tanggung
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
106
jawab yang tidak terbatas. Sesungguhnya, tidak mungkin tergambarkan adanya
syakhshiyyah i`tibariyyah yang tidak terpisah dari para penyandang dananya, secara
undang-undang. Sebab, Iungsi syakhshiyyah i`tibariyyah adalah menuntut terhadap
lembaga atau perusahaan, dalam siIatnya sebagai suatu pribadi, agar supaya terpisah dari
para pemilik lahiriyahnya. Di samping itu, sesungguhnya tidak diperkenankan bagi para
pemilik lahiriyah lembaga atau perusahaan tersebut menuntut pihak lain dalam siIatnya
sebagai pribadi. Sebagai tambahan dari itu semua, para pemilik lembaga atau perusahaan
tersebut tidak memiliki kekuasaan terhadap modal pokok lembaga atau perusahaan
tersebut, mereka tidak dapat mengambil darinya untuk penarikan-penarikan pribadi, dan
mereka tidak dapat melakukan suatu tindakan terhadap modal pokoknya secara pribadi.
Berdasarkan sebab-sebab ini, maka tidaklah mungkin tanggung jawab para pemilik
lahiriyah tersebut tidak terbatas. Hal itu dikarenakan bahwa tanggung jawab itu haruslah
setara dengan hak-hak yang diberikan, sebagai imbalan atas tanggung jawab itu. Demikian
juga, tanggung jawab itu haruslah diikuti oleh adanya suatu kekuasaan. Karena kekuasaan
individu bagi para pemilik lahiriyah tersebut tidak ada di dalam syirkah-syirkah
i`tibariyyah, maka hak-hak individu itu juga tidak ada, sebagai akibat dari tidak adanya
kekuasaan untuk menghasilkan hak-hak tersebut. Selama keduanya itu tidak ada, maka di
sana tidaklah diperkenankan adanya kewajiban yang tidak terbatas.
Sesungguhnya kewajiban-kewajiban itu, baik yang bersiIat individu maupun kolektiI,
haruslah diiringi dengan hak-hak yang disepakati. Di atas itu semua, tanggung jawab itu
haruslah sebanding dengan hak-haknya. Sebagai kaidah yang umum, harus tidak ada
pemaksaan kewajiban tanpa diiringi dengan hak yang sebanding dengannya, apakah hal itu
dalam bentuk keuangan, atau adab, atau yang serupa dengan itu. Hanya saja, pandangan
kami yang berbeda dengan pandangan yang kami isyaratkan pada paragraI sebelumnya
tidaklah mutlak, akan tetapi terbatas.
Sebab dari pembatasan kami terhadap pemikiran kami itu adalah mungkin saja terdapat
syakhshiyyah i`tibariyyah yang terpisah dari para pemilik lahiriyah tersebut disertai tidak
terbatasnya tanggung jawab para pemilik lahiriyah itu, apabila terwujud beberapa
persyaratan tertentu, yang di antaranya adalah:
Pertama, apabila karakter kegiatan syakhshiyyah i`tibariyyah itu menuntut tanggung
jawab.
Kedua, hendaknya terdapat kemaslahatan umum karena tidak adanya pembatasan tangung
jawab.
Ketiga, hendaknya ketiadaan pembatasan tanggung jawab itu bukannya bersiIat mutlak
tanpa adanya batasan, tetapi harus tertentu dan teratur.
Keempat, haruslah ada pengetahuan terlebih dahulu, yang tegas dan jelas pada diri orangorang
yang ingin menanamkan sahamnya pada proyek-proyek seperti ini, mengenai
tanggung jawab yang tidak terbatas bagi syakhshiyyah i`tibariyyah tersebut. Apabila
persyaratan-persyaratan tersebut dapat diterapkan, kami memandang tidak ada halangan
bagi tidak adanya pembatasan tanggung jawab tersebut.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
107
Di seputar bentuk sistem investasi yang ketiga, yang dikenal dengan istilah syirkah
musahamah, sesungguhnya hal ini tampak lebih jelas, karena undang-undang positip pun
telah menetapkan permasalahan ini. Hal itu karena syirkah musahamah dianggap telah
mempunyai syakhshiyah i`tibariyyah yang terpisah dari para pemiliknya. Dengan
demikian, syirkah tersebut telah mempunyai syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah pula
dari pribadi-pribadi para pemilik syirkah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka syirkah
musahamah, baik yang umum (public company) maupun yang khusus (private or
proprietory company), benar-benar mempunyai syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah
dari pribadi-pribadi yang memegang saham-saham modalnya. Sebagai akibat dari bentuk
syirkah ini, maka syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah milik syirkah itu membolehkan
kepada pihak lainnya, dan ini mencakup juga para pemilik sahamnya, untuk menuntutnya.
Demikian juga, diperkenankan bagi syirkah itu untuk menuntut mereka, tanpa
mempengaruhi kondisi hukum pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan perjanjian
atau bukan perjanjian dengan syirkah.
Adapun bentuk yang keempat dari bentuk-bentuk sistem investasi itu, seperti waqaIwaqaI,
lembaga-lembaga pendidikan dan yang serupa dengan itu, baik yang bertujuan
mencari keuntungan maupun tidak, hal itu termasuk syakhshiyyah qanuniyyah yang
terpisah, sebagai akibat dari pandangan yang sebelumnya, yakni berdasarkan Iiqh,
bahwasanya bentuk ini mempunyai syakhshiyyah i`tibariyyah, terpisah dari para
pendirinya. Bentuk ini termasuk lebih jelas dilihat dari segi penerapan konsep
syakhshiyyah qanuniyyah.
2. Wahdah Muhasabiyyah
Wahdah muhasabiyyah (kesatuan akuntansi), sebagaimana konsep syakhshiyyah
i`tibariyyah, kemudian syakhshiyyah qanuniyyah, bahwa ternyata di sana ada interIerensi
di antara konsep-konsep ini, maka pembahasan tentang wahdah muhasabiyyah ini juga
tidak terlepas dari interIerensi tersebut. Kalau diperhatikan, banyak kalangan yang
mempergunakan istilah syakhshiyyah muhasabiyyah, namun yang mereka maksudkan
adalah wahdah muhasabiyyah (kesatuan akuntansi). Sesungguhnya istilah syakhshiyyah
muhasabiyyah itu tidaklah tepat, karena istilah itu mengandung beberapa kerancuan yang
di antaranya kadang-kadang berkaitan dengan penaIsirannya, ini dari satu sisi, dan dari sisi
yang lain hubungannya dengan tempat-tempat yang lainnya. Berdasarkan gambaran
tersebut, maka kami lebih menyukai penggunaan istilah wahdah muhasabiyyah
sebagaimana yang akan dibahas selanjutnya.
Sesungguhnya konsep mengenai wahdah muhasabiyyah itu adalah kerangka dasar yang
menentukan ruang lingkup kegiatan akuntansi, ditinjau dari sisi apa yang harus dimuat
oleh buku-buku akuntansi, dan apa yang harus diangkat oleh laporan keuangan, baik
berbentuk data keuangan yang sudah dikenal, ataupun yang lain. Oleh karena itu,
permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan wahdah muhasabiyyah itu adalah
masalah kebutuhan terhadap inIormasi keuangan. Selama telah tertentu kebutuhan
tersebut, akan menjadi mudahlah penentuan kerangka dasarnya. Kebutuhan terhadap
inIormasi keuangan itulah yang akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam
laporan keuangan.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka apabila wahdah muhasabiyyah itu telah tertentu
ruang lingkupnya, maka ruang lingkup tersebut tersebut akan ditetapkan oleh
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
108
kebutuhannya. Dari gambaran yang sebelumnya itu, maka wahdah muhasabiyyah itu akan
menjadi tertentu sebagai akibat dari kebutuhannya. Kebutuhan ini terbagi dua, yaitu yang
mempunyai karakter umum, dan yang mempunyai karakter khusus. Di samping itu semua,
adalah suatu hal yang mungkin bahwa di sana terdapat wahdah muhasabiyyah yang lebih
dari satu bagi suatu perusahaan itu sendiri, di samping juga merupakan sesuatu yang
mungkin adanya satu wahdah muhasabiyyah saja bagi beberapa macam perusahaan. Kami
akan menjelaskan permasalahan ini secara ringkas pada lembaran-lembaran mendatang.
Wahdah muhasabiyyah ini pada perusahaan-perusahaan, baik yang mempunyai karakter
individual, atau yang bukan individual seperti syirkah-syirkah yang ada di dalam sistem
Islam, syirkah-syirkah yang ada di dalam sistem non-Islam, dan syirkah musahamah
dalam segala bentuknya, atau yang berkaitan dengan dengan hibah-hibah, waqaI-waqaI,
dan kemaslahatan umum. Berkaitan dengan perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga
yang seperti ini, apakah yang bersiIat mencari keuntungan maupun tidak, maka kita dapati
bahwa setiap perusahaan, atau lembaga, atau syirkah, atau kemaslahatan, atau masjid, pada
dasarnya merupakan suatu wahdah muhasabiyyah yang sempurna dan integral. Adapun
yang dimaksud dengan kesempurnaan dan keintegralan wahdah muhasabiyyah bagi setiap
perusahaan dan lembaga yang telah kami sebutkan itu adalah adanya keharusan
memegang buku-buku akuntansi khusus bagi setiap perusahaan atau lembaga secara
tersendiri, dan buku-buku akuntansi ini mencerminkan hasil dari kegiatan wahdah
muhasabiyyah itu selama periodik waktu tertentu, serta posisi keuangan bagi wahdah
muhasabiyyah itu sendiri pada akhir periodik.
Dalam keadaan demikian, maka masjid, atau organisasi sosial, lembaga pribadi, atau
syirkah tadlamuniyyah', atau syirkah musahamah, atau kemaslahatan pemerintahan,
kesemuanya itu dikategorikan sebagai suatu wahdah muhasabiyyah yang berdiri sendiri.
Kadangkala, dia pun dinyatakan mempunyai siIat sempurna dan integral, karena seluruh
transaksi yang khusus tentang wahdah muhasabiyyah ini telah dicakup oleh buku-buku
wahdah muhasabiyyah. Demikian juga buku-buku wahdah muhasabiyyah ini dinyatakan
integral karena mengungkapkan tentang seluruh perusahaan, atau lembaga, atau syirkah,
atau kemaslahatan, atau waqaI. Kesempurnaan dan keintegralan ini, harus sejalan, karena
pada akhirnya, keduanya akan mengungkapkan tentang kegiatan dan posisi wahdah itu
dengan cara yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperkirakan dari penggunaan
inIormasi keuangan yang dihasilkan oleh wahdah muhasabiyyah, yang sebelumnya telah
ditentukan kerangka dasarnya, untuk dapat memenuhi tujuan ini, yaitu memenuhi
kebutuhan tertentu. Sampai sekarang, kalau diperhatikan bahwa kebutuhan yang teralisir
itu adalah yang mempunyai karakter umum, bukan yang khusus. Hal ini adalah yang telah
kami isyaratkan sebelumnya dengan inIormasi keuangan yang mempunyai tujuan umum,
yaitu ketika membahas tentang para pengguna inIormasi keuangan.
Di samping kebutuhan yang mempunyai karakter umum ini, seringkali timbul kebutuhan
terhadap inIormasi keuangan yang bersiIat khusus. Sesungguhnya kebutuhan terhadap
inIormasi yang bersiIat khusus itu akan mengantarkan kepada penentuan kerangka dasar
lain yang khusus, yang akan terlaksana dengan adanya penentuan dan pendeIinisian
mengenai wahdah muhasabiyyah. InIormasi khusus ini kadang-kadang berimplikasi pada
penyempitan atau perluasan ruang lingkup wahdah muhasabiyyah berdasarkan kebutuhan
terhadap inIormasi keuangan. Ruang lingkup wahdah muhasabiyyah akan menjadi sempit
apabila kebutuhan terhadap inIormasi itu terbatas pada ruang lingkup yang lebih kecil dari
keadaan yang sesungguhnya dari ruang lingkup wahdah muhasabiyyah yang berdiri
sendiri, bersiIat sempurna dan integral, dan mewakili syakhshiyyah i`tibariyyah yang
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
109
berdiri sendiri. Misalnya, adalah apabila wahdah muhasabiyyah itu menjadi suatu bagian
saja dari syakhshiyyah i`tibariyyah. Ruang lingkup wahdah muhasabiyyah ini akan
menjadi luas apabila kebutuhan terhadap inIormasi keuangan itu melampaui ruang lingkup
wahdah muhasabiyyah yang berdiri sendiri itu, bersiIat sempurna dan integral, dan
mewakili syakhshiyyah i`tibariyyah yang berdiri sendiri, misalnya adalah apabila wahdah
muhasabiyyah dalam keadaan ini menjadi beberapa syirkah
Dari pembahasan yang telah lalu, dapatlah dilihat bahwa wahdah muhasabiyyah itu
kadangkala bisa menjadi syakhshiyyah i`tibariyyah secara keseluruhannya. Ini khusus
terhadap inIormasi keuangan yang bertujuan umum. Hasil dari wahdah muhasabiyyah ini
menjadi laporan keuangan yang sempurna dan integral, yang mencerminkan hasil kegiatan
selama periodik waktu tertentu, dan posisi keuangan pada akhir periodik waktu itu.
Laporan keuangan ini tergambar di dalam perhitungan laba rugi yang menggambarkan
hasil kegiatan selama periodik waktu tertentu yang biasanya satu tahun keuangan.
Demikian juga, tergambar di dalam neraca umum, atau sebagaimana juga dinamakan
dengan Qa`imatul Markazil Mali (daItar posisi keuangan) yang akan mencerminkan
kondisi keuangan wahdah muhasabiyyah pada saat tertentu, yaitu pada akhir periodik yang
dicerminkan dalam perhitungan laba rugi.
Wahdah muhasabiyyah ini kadangkala juga bisa menjadi bagian tertentu atau bagianbagian
tertentu dari syakhshiyyah i`tibariyyah, dan ini khusus terhadap inIormasi
keuangan yang bertujuan khusus. Jadi inIormasi keuangan yang khusus bagi wahdah
muhasabiyyah yang parsial ini tidak bersiIat sempurna dan integral, karena hanya
mengungkapkan sebagian atau beberapa bagian saja dari syakhshiyyah i`tibariyyah yang
sempurna dan integralitu. Pada keadaan yang seperti ini, kadangkala wahdah
muhasabiyyah itu merupakan manajemen produksi atau manajemen penjualan, atau
manajemen pergudangan.
Bahkan, wahdah muhasabiyyah ini kadangkala sedikit demi sedikit menjadi sempit.
Misalnya, yang tadinya adalah manajemen produksi secara keseluruhannya, lalu mulai
dibatasi menjadi manajemen bagi produksi tertentu saja dari hasil-hasil produksi
keseluruhannya. InIormasi keuangan yang seperti ini memang membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, namun mempunyai signiIikansi yang besar untuk pengambilan keputusan
manajemen. Biaya ini dibenarkan oleh kebutuhan manajemen dalam membuat kebijakan
yang didasarkan pada inIormasi keuangan yang rinci dan detail tersebut.
Seringkali, laporan yang rinci ini selalu bersiIat internal dan rahasia, dan tidak
diperkenankan bagi pihak lain yang berada di luar syakhshiyyah i`tibariyyah tersebut
untuk mendapatkannya. Akan tetapi, kerahasiaan ini kadangkala luntur sedikit demi
sedikit apabila inIormasi keuangan ini diminta oleh pihak pemerintah atau pribadi-pribadi
tertentu, apakah mereka itu dari kalangan biasa, ataukah orang-orang yang memang
berpengaruh, yang mempunyai signiIikansi khusus dan pengaruh yang besar terhadap
syakhshiyyah i`tibariyyah.
Di samping kedua jenis wahdah muhasabiyyah yang telah lalu, masih ada lagi jenis yang
ketiga, yang mempunyai siIat khusus dan umum secara bersamaan. Juga mempunyai siIat
kesempurnaan, tetapi tidak objektiI. Wahdah muhasabiyyah inilah yang digambarkan
dengan masuknya sejumlah syakhshiyyah i`tibariyyah dalam ruang lingkupnya. Sebagai
contoh, ada lima buah syirkah atau perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang yang
berbeda-beda, atau bidang-bidang yang integral, yang keseluruhannya didanai oleh satu
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
110
syirkah atau perusahaan, atau bagian yang tidak bisa diremehkan dari modal
perusahaanperusahaan
individu ini berasal dari satu perusahaan. Pada keadaan yang seperti ini, dan
pada keadaan-keadaan yang serupa dengannya, maka perusahaan yang memegang atau
menguasai modal perusahaan-perusahaan tersebutlah yang akan menyiapkan qowa`im
maliyyah (daItar keuangan/neraca umum) yang terpadu bagi seluruh perusahaan-perusahan
itu, termasuk di dalamnya perusahaan pemegang modal tersebut, atau yang kadangkala
dinamakan sebagai perusahaan induk.
Wahdah muhasabiyyah itu, dalam rangka menutupi kebutuhan perusahaan induk tersebut
terhadap keuangan yang bersiIat khusus, mengungkapkan hak-hak dan kewajibannya
kepada perusahaan tersebut. Apabila diperhatikan dari segi bentuk lahirnya, makawahdah
muhasabiyyah ini lebih sempurna dan integral daripada wahdah muhasabiyyah yang
khusus bagi satu syakhshiyyah i`tibariyah. Pada hakikatnya, permasalahannya tidaklah
demikian. Sebab, laporan keuangan wahdah muhasabiyyah ini, yang mencerminkan
seluruh syakhshiyyah i`tibariyyah yang ada di dalam ruang lingkupnya, hanyalah laporan
kumpulan yang bersandar pada laporan pribadi tiap syakhshiyah i`tibariyyah. Laporan
keuangan wahdah muhasabiyyah seperti ini, mencakup beberapa syakhshiyyah
i`tibariyyah, memberi manIaat di dalam pembuatan kebijakan umum dan dapat
mengeluarkan perkiraan keuangan umum.
F. Karakteristik Akuntansi Syariah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep akuntansi syariah
telah diimplementasikan lebih dulu oleh para pendahulu (dari negara Islam), bahwa
akuntansi yang ada sekarang hanya berasal dari nukilan (transcriber) sejarah yang
bersumber dari Al Qur`an dan Sunah Rasulullah SAW. Dengan demikian Akuntansi
Syariah yang menjelaskan tentang konsep pencatatan, perhitungan, pengukuran,
pengklasiIikasian, penilaian, dan pelaporan terhadap kegiatan entitas ekonomi secara
periodik dan upaya untuk menandingkan antara biaya (upaya) dan hasil (prestasi), dengan
menggunakan prinsip bagi hasil berdasarkan prinsip syariah melalui kegiatan jual beli (Al
Muhasabah), ternyata telah menjadi kebutuhan sejak zaman dulu dan hingga sekarang.
Akuntansi yang diterapkan sekarang merupakan hasil rekayasa para orientalis setelah
menggali dan mengembangkan dari praktik yang sudah ada (terutama dari dunia Islam).
Selain itu, al muhasabah ini juga meliputi kegiatan-kegiatan jasa. Praktik tersebut
hendaknya didasarkan atas dalil atau nilai-nilai (nash) terkandung dalam Al Qur`anul
Karim (khususnya al.: Surah Al-Baqarah: 282: 2) dan hadits Rasulullah SAW. Hal ini
merupakan praktik Al Muhasabah, sebagai dasar untuk mengambil keputusan ekonomi
berdasarkan prinsip-prinsip dan tuntunan syariah dalam upaya mencapai laba yang diridhai
oleh Allah SWT. Dalam praktik bisnis konsep akuntansi syariah sekarang telah
diimplementasikan dalam kegiatan ekonomi (bisnis) seperti; Lembaga Keuangan Syariah
(LKS); Perbankan (Bank Syariah, BPRS), Asuransi (Ta`min, TakaIul atau Tadhamun),
Koperasi (kopyah/BMT), Jasa (Hotel Syariah, Bengkel Syariah, Rahn, Obligasi Syariah,
Letter oI Credit Syariah, SIMA, Al SharI) dan kegiatan lainnya, meskipun PSAK yang
mengatur secara khusus baru PSAK No. 59/2003 dan diperberharaui dengan PSAK
59/2007 tentang Perbankan Syariah, Fatwa MUI (Dewan Syariah Nasional) dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI/2003) saja. Namun kita berkeyakinan bahwa konsep
dan praktik bisnis berbasis syariah ini pada masa mendatang akan mengalami
perkembangan yang cukup pesat dan menjadi sistem ekonomi pilihan yang tepat sebagai
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
111
alternatiI dan dapat diandalkan.
1) Tujuan Akuntansi Syariah
Dalam Al Qur`an dan Sunnah Rasulllah SAW menempatkan keadilan sebagai tujuan
utama dalam syariah Islam. Al Qur`an Surah 57 ayat 25, menciptakan keadilan merupakan
tujuan utama mengapa Allah SWT mengirimkan Rasul-Nya ke muka bumi sebagai
khaliIatullah. Di mana posisi keadilan hampir menduduki posisi yang sama dengan kadar
taqwa (Al Qur`an, 5:8). Dalam sejarah Islam bahwa unsur keadilan merupakan Iaktor
utama yang tidak dapat dipishakan dalam muhasabah dan muamallah. Abu YusuI dalam
salah satu riwayat meletakkan penekanan yang kuat mengenai keadilan dalam suratnya
kepada KhlaliIah Harun al-Rasyid; dengan menyatakan, 'Berikanlah keadilan bagi mereka
yang teraniaya dan hapuskanlah ketidakadilan, tingkatkanlah penerimaan pajak,
selaraskan pembangunan dalam negara dan terimalah rahmat Allah sebagai ganjarannya
di hari akhir nanti.
Dalam konteks yang luas, Islam memamdang hubungan atau interaksi antar makhluk
hidup, baik manusia, hewan ataupun keluarga tidak terlepas dari hubungan sosial ekonomi
ataupun politik. Hal ini merupakan perwujudan dari konsep hubungan sesama manusia.
Dalam bidang ekonomi bahwa keadilan merupakan tuntutan terhadap pengelolaan sumber
daya baik alam maupun manusia dengan cara yang baik dan berpegang pada prinsip
kemanusiaan. Karena dengan keadilan akan dapat dicapai tingkat pertumbuhan optimum,
pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan serta terwujudnya stabilitas ekonomi
yang mantap. Sehingga diperlukan strategi tertentu untuk mewujudkannya, salah satu
satunya adalah dengan memasukkan dimensi moral yang mengganntikan orientasi yang
bersiIat materialitas dan hedonis dalam kapitalisme barat.
Oleh karena itu salah satu dimensi tersebut adalah perwujudan rasa kebersamaan dan
pengelolaan maal yang menuju pada keridlaan Allah SWT. Hal tersebut tercermin dalam
penetapan terhadap harta yang dimilikii maupun keuntungan bisnis yang hendaknya dapat
dikelola dan dihitung secara baik, agar dapat menentukan besarnya kewajiban yang harus
ditunaikan melalui zakat atau pun pajak kepada negara.
Sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas maka pada dasarnya tujuan akuntansi syariah
adalah sebagai berikut:
Dasar dalam perhitungan besarnya zakat.
Dasar pembagian keuntungan, (berdasarkan revenue sharing dan atau proIit and
loss sharing), dan distribusi kesejahteraan dan pengungkapan secara memadai.
Agar usaha (bisnis) berjalan secara islam sesuai dengan prinsip syariah.
2) Ciri-ciri Akuntansi Syariah
Dalam ekonomi yang berbasis syariah maka kegiatan bisnis merupakan bagian dari
muamallah yang berkaitan erat dengan aqidah dan akhlak. Al Qur`an (Ibrahim: 24-26),
yang artinya:
'Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
112
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya selalu ingat. Dan perumpamaan
kalimat buruk seperti pohon yang buruk, yang telh dicabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi, tidak dapat tegak sedikitpun.
Sehingga dalam akuntansi syariah hanya dapat dipakai secara lebih sempurna bila
berjalannya ekonomi islam yang berbasis syariah. Hal ini dapat dilihat dari
karakteristiknya yang berbeda dengan individualisme dan kapitalisme, dan berbeda pula
dengan sosialisme-komunisme. Karena akuntansi syariah dibangunan berdasarkan konsep
ekonomi islam dengan menggunakan empat landasan IilosoIis pokok yaitu: 1) Tauhid
(ilahiyah), 2) Keadilan, 3) Kebebasan, dan 4) Pertanggungjawaban. Empat hal tersebut bila
dijabarkan secara lebih luas adalah:
Tauhid; berarti mengesakan Allah SWT. Tauhid dijadikan sebagai Iondasi yang
kokoh bagi muslim, bahwa semua yang ada adalah ciptaan dan milik-Nya dan hanya Dia
yang mengatur segalanya. Oleh karena itu dalam praktik bisnis yang berbasis syariah
tujuan utama hendaknya mencapai keridlaan Allah semata menuju taqwallah. Sebagai
penunjang tercapainya taqwallah tersebut adalah melalui kegiatan ekonomi yang tidak
bertentangan dengan syariat-Nya. Sehingga prisnisp etika dan nilai-nilai islam adalah
sebuah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan sudah menjadi kebutuhan yang
mendesak agar manusia (khususnya kaum muslim) dapat kembali ke jalan yang benar`
atau hijrah untuk mengelola sumber daya dalam upaya memenuhi kebvutuhan hidupnya
secara berkeadilan dan bertanggunjawab sesuai dengan tuntunan Ilaihiyah dan Sunah
Rasulullahi Shallallahu alaihiwasalam.
Keadilan; adalah kunci dan dasar dari kesejahteraan hidup masyarakat. Keadilan
merupakan srana yang tepat dan terdekat untuk mencapai taqwallah yang merupakan
cerminan dari ketinggian akhlak seseorang (Al Maidah: 8). Kemudian Surah Luqman: 13,
bahwa tauhid sebagai Iondasi ajaran islam merupakan makna dari keadilan sebagaimana
kemusyrikan adalah suatu bentuk kedzaliman. Nilai keadilan dalam Al Qura`an dan hadits
nabibahkan bukan menjadi salah satu tujuan pokok syariah (An-Nahl: 90). Kedailan dalam
kegiatan ekonomi, oleh para ulama telah ditetapkan dalam kaidah Iiqih, yang bertujuan
untuk membentu merealisasikan kesejahteraan dan kemaslahatan umat. Salah satu kaidah
yang dirumuskan adalah, bahwa pengorbanan atau kerugian probadi mungkin harus
dilakukan untuk mengamankan pengorbanan atau kerugian masyarakat dan manIaat yang
lebih kecil mungkin harus dikorbankan untuk merealisasikan manIaat yang lebih besar
(Ibnu Khaldun).
Kebebasan; bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktivtas ekonomi sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dan hukum Allah. Karena itu inovasi dan
kreativitas merupakan suatu keharusan. Pilar terpenting dalam keyakinan seorang muslim
adalah kepercayaan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allahu Rabbul Alamin. Ia tidak
tunduk kepada siapapun kecuali semata-mata karena Allah (Ar Ra`ad: 36). Bahwa
kebebasan individu dibatasi oleh kebebasan individu lainnya. Oleh karena itu, masalah
hak individu dalam kaitannya dengan masyarakat, para sarjana muslim sepakat bahwa:
- Kepentingan masyarakat lebih luas dan harus didahulukan di atas kepentingan pribadi.
- Melepas kesulitan harus diprioritaskan dibanding memberi manIaat, meskipun
keduanya sama-sama merupakan tujuan dalam syariah.
- Kerugian lebih kecil dibolehkan untuk menciptakan keuntungan lebih besar sepanjang
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
113
sesuai dengan prinsip syariah.
Pertanggunjawaban; bahwa manusia sebagai pemegang amanah memikul
tanggungjawab atas segala keputusan dan perbuatannya, meskipun hanya sekecil
biji jarah. Karena itu dalam akuntansi syariah hal ini menjadi salah stau prinsip yang
harus dilaksanakan, tanpa memandang tingkatan dan derajat manusianya. Bahwa manusia
yang terpuji dan mulia di sisi Allah adalah manusia yang bertaqwa kepada-Nya. Nilai-nilai
taqwa tersebut hanya dapat dimiliki oleh manusia yang mempunyai nilai etika moral dan
memandang semua ini hanya bersiIat sementara sebagai titipan atau amanah dari Allah
SWT. Sehingga dalam ekonomi islam antara ekonomi dan islam merupakan dua hal yang
menyatu dan tidak dapat dipisahkan, sebagaimana ibadah juga merupakan hal yang tidak
dapat dihindari dan harus dilakukan oleh manusia. Ibadah dapat diwujudkan dalam bentuk
ritual keagamaan maupun dalam kegiatan atau kehidupan sehari-hari (muamallah), asalkan
mengikuti tuntutan-Nya dan Sunah Rasulullah SAW. Selain itu akhlak merupakan daging
dan urat nadi kehidupan islam, karena risalah akhlaq sehingga Rasulullah SAW bersabda,
'Sesungguhnnya tiadalah aku diutus, melainkan hanya untuk menyempurnakan akhlak.
Secara lebih tegas Yuwono, (1997, 35) dan Akram (1992); berpendapat bahwa ciri-ciri
akuntansi syariah dalam praktik bisnis (maumallah al muhasabah) adalah:
a) Menggunakan nilai etika sebagai dasar akuntansi
b) Memberikan arah dan stimulasi perilaku etis
c) Adil dalam implementasinya
d) Keseimbangan antara nilai eqoistik dan altruistik.
e) Peduli atau ramah lingkungan
I) Penentuan bagi hasil (sharing) yang tepat.
g) Pelaporan dan pertanggujawaban secara transparan, akuntabel, dan jujur.
3) Prinsip Akuntansi Syariah
Ada tiga prinsip a dalam akuntansi syariah (merupakan landasan utama) sebagai
berikut:
a. Prinsip Pertanggungjawaban (responsibility principles)
Berkaitan secara langsung dengan amanah, yaitu wujud pertanggungjawaban terhadap
dana yang dikelola (mudharib) untuk dilaporkan kepada pemilik dana (shahibul maal)
dan stakeholder lainya. Laporan ini diwujudkan dalam bentuk hubungan antar manusia
dengan manusia lainnya dan antar manusia dengan Sang Pencipta Al Khaliq
(hablumminallah) sebagai perwujudan khaliIah di muka bumi. Secara lebih spesiIik
dalam bidang muamallah (khususnya bisnis/pencatatan/akuntansi) hal ini dapat
diwujudkan dalam bentuk pencatatan, pengklasiIikasian dan pembuatan laporan
keuangan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada sesama manusia
(hablumminannas).
b. Prinsip Keadilan (equity principles)
Dasarnya adalah keadilan dalam bertransaksi; yang mengandung unsur etika sosial yang
melekat pada diri manusia sebagai manusia yang suci dan kaIIah.
Pada dasarnya manusia mempunyai kapasitas dan kekuatan untuk berlaku adil, terutama
dalam bisnis untuk menuju bisnis yang berbasis syariah, sesuai dengan 3 landasan
berikut:
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
114
1. Landasan moral adalah integritas dan kejujuran (al amin)
2. Landasan Iundamental adalah nilai-nilai etika dan syariah sedanngkan
3. Landasan operasional adalah muamallah (muhasabah)
c. Prinsip Kebenaran (truth principles)
Berkaitan erat dengan prinsip keadilan, terutama dalam hal pengakuan, pengukuran, dan
pelaporan, yang obyektiI dan relevan. Tidak didasarkan pada hawa naIsu. Berorientasi
tidak mencari keuntungan (oriented proIit) semata, tetapi mengakui, mengukur, dan
melaporkan sebagai wujud muamallah untuk mewujudkan taqwallah dalam setiap
langkah dan bidang kehidupan.
HISAB MUAMALLAH (AL MUHASABAH)
Dalam bidang akuntansi, adalah diwujudkan dalam proses menghitung (to compute),
mengukur (to measure), dan melaporkan (to report), sehingga memerlukan seorang atau
lebih juru tulis/sekretaris (muhtasib). Hal ini diwujudkan dalam kegiatan berupa hasaba;
yahsaba (mencatat, menghitung, mengukur, dan melaporkan melalui persaksian).
Sehingga akan didapatkan pelaporan (akuntansi) yang sesuai dengan nash-nash dalam Al
Qur`anul Karim. Oleh karena itu, ciri-ciri pelaporan akuntansi tersebut hendaknya memuat
inIormasi sebagai berikut:
Tabel 7
CIRI-CIRI PELAPORAN
MAKNA LAPORAN SURAH/AYAT AL QURAN
1 Dilaporkan secara benar QS: 10:5
2 Cepat dan tepat pelaporannya QS: 2:202; 24:39; 3:19; 38:16; 5:4; 13:41;
40:17; dan 14:51
3 Dibuat oleh ahlinya (akuntan) QS:13:21; 13:40; 23:117: dan 88:26
4 Terang, jelas, tegas, dan inIormatiI QS: 17:21; 14:41; dan 84:48
5 Memuat inIormasi menyeluruh (Iull disclousure) QS: 6:52; dan 39:10
6 InIormasi disampaikan secara vertikal dan horizontal QS: 2:212: 3:27; 3:37; 13:18; 13:40;
24:38;
38:39, dan 69:26
7 Terperinci dan teliti QS: 65:8
8 Tidak terjadi manipulasi QS: 69:20; dan 78:27
9 Dilakukan secara kontinyu (tidak lalai) QS: 21:1; dan 38:26
G. Akuntansi Syariah dalam PerspektiI Ontologis
Dasar munculnya muamallah (Al Muhasabah) diterangkan dalam Al Qur`anul Karim;
khususnya dalam Surah Al Baqarah ayat 282; 2, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamallah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan hendaklah seorang penulis diantara kamu menulisnya dengan
benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan hendaklah ia bertaqwa kepada Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang
yang lemah akal atau keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan dengan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
115
jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki diantara kamu. Jika
tak ada dua orang laki-laki maka bolehlah seorang laki-laki dan dua orang perempuan
dari saksi yang kamu ridhoi, supaya jika sseorang lupa maka seorang lagi
mengingatkannya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan
persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguan. (tulislah muamallahmu
itu) kecuali jika muamallahmu itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu,
maka tak ada dosa bagi kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling
menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian itu, sesungguhnya hal itu adalah suatu
keIasikan pada dirimu. Dan bertaqwallah kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas maka muammallah di sini dapat diartikan sebagai kegiatan jual
beli (market), utang piutang (agency relationship), dan sewa menyewa (leasing). Secara
lebih luas dalam kerangka bisnis muamallah ini dalam upaya mencari ridha Allah (ar
ridhain), melalui kegiatan dalam bentuk hablumminannas (hubungan antar manusia secara
horizontal) sebagai wujud penerapan time is opportunity (waktu adalah kesempatan),
terutama dalam kesempatan kegiatan bisnis (usaha). Salah satu bentuk bisnis yang
berkembang cukup pesat sekarang adalah praktik perbankan syariah, BPRS, BMT
(koperasi syariah), dan jasa keuangan lainnya, seperti: asuransi dan jasa.
Secara khusus menurut Harahap (1992, 4) dan Meidawati (1998, 201), mengemukakan
bahwa pencatatan dalam konteks agama (Islam) adalah:
1. Sebagai dasar untuk menjadi bukti dilakukannya transaksi.
2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi (rekayasa) dalam transaksi maupun penyusunan
pertanggungjawaban (keuntungan/bagi hasil).
Sedangkan dalam konsep Islam bahwa pada hakekatnya akuntansi (pencatatan) telah ada
sejak manusia ini ada dan mempunyai andil cukup besar dalam perkembangannya,
terutama dalam hal yang berkaitan dengan:
1. Muamallah/Muhasabah (transaksi)
2. Sebagai dasar pencatatannya adalah bukti (evidence).
3. Evidence diklasiIikasikan secara teratur dan sistematis (sekarang diatur dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 59/2007, tentang Perbankan Syariah
kemudian diatur lebih lanjut dalam PAPSI 2003/Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah dan DSN (Dewan Syariah Nasional) melalui Iatwanya tahun 2000/2001).
4. Bahwa untuk mendapatkan obyektivitas dan keandalan data akuntansi, maka laporan
keuangan harus diperiksa atau diaudit oleh ahlinya, yaitu pihak independen (akuntan
publik), khususnya untuk perbankan harus ada rekomendasi dari Dewan Syariah
Nasional (DSN), serta pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Bank
Indonesia.
H. Zakat dalam PerspektiI Akuntansi Syariah
Dalam Islam telah ditegaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosisal yang diciptakan
oleh Allah SWT (Robbul Alamin), adalah semata-mata untuk mengabdi pada-Nya. Oleh
karena itu, setiap insan (muslim) selain mempunyai kewajiban individu (Iardhu ain) juga
mempunyai kewajiban bersama (Iardhu kiIayah). Zakat merupakan perwujudan kewajiban
untuk kepetingan bersama dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan semua orang yang
tidak mampu (sesuai ashnaI-nya) dalam memenuhi kepentingan diri keluarga, dan
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
116
masyarakatnya. Perwujudan kepentingan bersama ini secara umum, antara lain
mengunjungi saudaranya bila tertimpa musibah, bertakziah, dan penunaian ibadah zakat.
Dalam hal ini menunaikan zakat, telah tertuang dalam Al Qur`an Surah At Taubah ayat
103 yang merupakan perpaduan dan perwujudan dari kepentingan individu dengan
kepentingan bersama sesuai konsep Islam. Dan hal ini hanya dapat terlaksana bila telah
dilakukan pencatatan, perhitungan, dan pembagian terhadap aset (harta) yang dimiliki,
baik oleh individu maupun entitas ekonomi (perusahaan), sesuai dengan kesepakatan
(akad) yang telah dibuat dan hokum yang berlaku.
Hal ini sejalan dengan beberapa pengertian (simpulan) tentang zakat oleh para peneliti atau
penulis di bawah ini:
o Saud (1976): zakat secara linguistik mempunyai makna ganda, yaitu pertumbuhan
(growth) dan pembersihan (puriIication).
o Siregar (1999, 58) dan Chapra (2000, 270): zakat mempunyai makna literal, yaitu
penyucian (thaharah), pertumbuhan (nama`), keberkatan (barokah), dan pujian (madh).
o Dalam Al Qur`an:
(Surat At-Taubat, 103); dasar pengenaan zakat adalah kekayaan: 'Sesungguhnya bumi
ini kepunyaan Allah dipusakai-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-
Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa (QS; 7, 128).
QS; 2, 29-30 menyatakan: bahwa sesungguhnya Allah akan menjadikan manusia
sebagai khaliIah di muka bumi agar berlaku amanah dan mampu mengelola sumber
daya alam secara benar dan adil sebab Manusia itu sebagai khaliIatullah (god`s
vicengerent).
Zakat dan Pajak
Zakat merupakan ibadah penyucian harta yang bersiIat wajib dalam Rukun Islam ke-4
setelah mengucap syahadat, mendirikan shalat, dan menunaikan ibadah puasa. Tidak ada
sangsi atau hukuman, hanya sangsi moral dan di akhirat kelak akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah. Zakat tidak tunduk pada prinsip perpajakan, ciri
dan tujuannya berbeda. Sedangkan pajak adalah kewajiban individu atau badan untuk
menyetorkan uang ke kas negara berdasarkan peraturan perundangan, dan siIatnya
memaksa disertai sangsi administratiI dan atau kurungan badan.
EMPAT AZAS PEMUNGUTAN ZAKAT
Dalam pemungutan zakat harus sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam Al
Qur`an atau pun Sunah Rasulullah SAW, yakni telah sampai haul dan nisabnya. Besarnya
persentase pengenaan zakatnya disesuaikan dengan jenis harta yang dimiliki, (misalnya
harta perdagangan 2,5 dari nilainya, hasil pertanian tanpa pengairan 20 dari hasil
panen yang diperoleh, harta temuan/qarun adalah 20 dari nilai temuannya). Dalam
distribusinya, zakat ini telah ditentukan pula pihak yang berhak menerimanya (8 pihak),
dalam konteks bernegara atau bermasyarakat dibentuk amil zakat (BAZIS) yang telah
diakui dan disahkan oleh masyarakat atau negara. Oleh karena itu, dalam pemungutan
zakat berbeda dengan pemungutan terhadap pajak dan hendaknya memperhatikan empat
azas berikut; Adam Smith dalam (Rahman, 1966, 333, dan Mannan, 1997, 275):
Tabel 8
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
117
PERBEDAAN ASAS ZAKAT DAN PAJAK
ASAS ZAKAT PAJAK
1. KESAMAAN Kewajiban setiap warga
berdasarkan harta kekayaan yang
dimiliki, untuk orang yang berhak
menerimanya sesuai dengan
tuntunan syariah.
Kewajian setiap warga berdasarkan
pendapatannya dengan sistem
perpajakan, untuk pembiayaan dan
pembangunan negara
2. KEPASTIAN Ditetapkan secara pasti dan tidak
dapat diubah berdasarkan ketentuan
syariah.
Ditetapkan secara pasti berdasarkan
ketentuan yang berlaku (UU
perpajakan aturan lainnya) namun
dapat diubah oleh negara.
3. KESELARASAN
dan KETEPATAN
Dipungut pada saat terbaik sesuai
situasi dan kondisi atau telah
memenuhi batas nisabnya.
Dipungut pada saat tertentu sesuai
dengan kondisi si wajib pajak.
4. EKONOMI Tidak memerlukan sistem
organisasi yang lengkap dan tidak
memerlukan biaya yang besar.
Memerlukan sistem organisasi yang
lengkap dengan menggunakan prinsip
Cost BeneIit Rratio
Apakah Standar Akuntansi Zakat diperlukan? Menurut hemat penulis, seyogyagyanya
standar ini perlu dibuat dan diterbirtkan oleh lembagapembuat standar/standard setting
body (Misalnya IAI dengan MUI, dan pihak terkait lainnya). Agar terdapat kepastian
hukum dan mempunyai standar yang pasti maka selayaknya ketentuan atau standar khusus
mengenai zakat ini mulai dipikirkan dan diterbitkan untuk kepentingan umat, terutama
dalam konteks pengelolaan negara berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat
(public money) untuk pembangunan dan program pengentasan kemiskinan. Dibandingkan
pajak yang cenderung memaksa dan mungkin sumbernya non halal, maka pajak dipungut
atau dikeluarkan atas kesadaran individu bahwa dibalik harta yang kita miliki terdapat hak
orang lain yang harus dikeluarkan yakni dalam bentuk zakat. Sedangkan pajak yang
terindikasi adanya kezaliman dalam proses pengumpulan dan distribusinya cenderung
tidak merata dan tidak sesuai dengan konsep keadilan, kebenaran, dan
pertanggungjawaban sesuai dengan prinsip muamallah dalam akuntansi syariah, sehingga
sulit untuk dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan.
Oleh karena itu, kalau pajak sudah ada peraturan maupun ketentuan yang mengaturnya
maka seyogyanya zakat juga demikian (terutama aturan dari pemerintah dan organisasi
proIesi) misalnya: kewajiban untuk melaporkan pungutan zakatnya dan standar akuntansi
Zakat. Menurut Harahap (1997, 285), bahwa dalam penyusunan standar zakat hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Dasar penilaian adalah nilai tukar sekarang (current exchange value), berdasarkan harga
pasar yang berlaku.
2. Aturan periodik satu tahun, kecuali untuk zakat pertanian disesuaikan dengan musim
panen (masa produksinya)
3. Independensi aturan, zakat dihitung berdasarkan kekayaan akhir tahun, setelah sampai
nisabnya.
4. Menggunakan standar realisasi.
5. Menggunakan net total dan memerlukan net income.
6. Dasar pengenaan adalah kekayaan aset (maal).
I. Perbedaan dan Persamaan Antara Zakat dan Pajak
Zakat adalah prose penyucian harta dan merupakan kewajiban setiap individu muslim
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
118
sebagai sarana untuk mencapai taqwallah sedangkan Pajak adalah Iuran wajib (pungutan)
setiap warga negara (badan) yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya
sangsi (denda) atau kurungan badan. Selanjutnya dalam konteks kewajiban pada negara
maka pajak merupakan iuran wajib yang dapat diapaksakan dan dapat dikenakan sanksi
denda atau kurungan apabila warga negara tidak menunaikan kewajibannya. Pajak diatur
dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah dan undang-undang (ketentuan lainnya) yang
berIungsi sebagai pemasukan pada kas negara untuk membiayai pembangunan dan
pembiayaan negara lainnya. Sedangkan zakat adalah kewajiban individu yang bersiIat
amaliah. Penunaian kewajiban diserahkan kepada kesadaran insan yang bersangkutan.
Oleh karena itu, tidak ada sanski denda atau kurungan tetapi semata-mata didasari atas
kesadaran karena Allah SWT. Zakat ini ditarik dan dikumpulkan oleh Amil untuk
disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya (dalam Al Qur`an, ada 8 pihak).
Secara lebih jelas unsure persamaan dan perbedaan antara Zakat dan Pajak sebagai berikut:
Tabel 9
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK
No.
PERBEDAAN
Persamaan Perbedaan Zakat Pajak
1 Adanya unsur
kewajiban
Pengentian/
deIinisi
Penyucian harta dan
merupakan kewajiban setiap
individu muslim sebagai sarana
untuk mencapai taqwallah
Iuran wajib (pungutan) setiap
warga negara (badan) yang
pemungutannya dapat
dipaksakan dan disertai
adanya sangsi (denda) atau
kuruangan badan.
2 Harus
disetorkan ke
pihak yang
berwenang
menerimanya
Sasaran
orang/lembaga
yang
menerimanya
Ditentukan ada delapan
(ashnaI) kelompok masyarakat
(amilin, muallaI, Iakir dan
miskin, gharim, jihad Ii
sabilillah, dll.
Badan/lembaga yang telah
ditunjuk dan atau dibentuk
menurut ketentuan/peraturan
atau perundangan negara.
3 Memperoleh
imbalan/pahal
a baik secara
langsung
ataupun tidak
Pengelolaan/
manajemen
Dikelola secara sederhana oleh
individu dan atau badan yang
dibentuk oleh masyarakat atau
negara (BAZIS)
Dikelola secara terstruktur
dan sistematis oleh lembaga
yang ditunjuk. (misalnya:
Departemen Keuangan,
Dirjen Anggaran Pajak,
KPP,)
4 BerIungsi
untuk
kepentingan
sosial
(kemasyarakat
an), ekonomi,
dan keuangan.
Sisi
Iungsi/manIaat
/kegunaan
Semata-mata untuk
kesejehteraan umat sebagai
wujud pelaksaanaan rukun
Islam yang ke-4
Untuk membiayai negara,
baik untuk kepentingan
sosial, ekonomi, politik,
agama maupun pertahanan
keamanan.
5 Adanya masa
manIaat atau
masa
penggunaan
Orientasi atau
tujuan
Menunaikan kewajiban dan
mensucikan harta dari hak
orang lain
Salah sumber pemasukan
yang potensial untuk
berjalannya program
pemerintahan.
6 Dibayar
setahun sekali
atau setiap
kejadian
(event) obyek
Besarnya tariI
(nisab)
Ditentukan sesuai dengan jenis
zakatnya (dalam Al Qur`an dan
Sunah Rasul) dan telah
mencapai haulnya
Ditentukan berdasarkan
ketentuan undang-undang
dengan menggunakan tariI
progresiI secara proporsional
sesuai dengan jumlah
pendapatan.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
119
7 BerIungsi
sebagai sarana
pengumpulan
dana
masyarakat
Dari asas atau
prinsip yang
digunakan
Persamaan (equalitas) untuk
semua individu
Ada batasan tertentu (sesuai
PKP/ penghasilan kena
pajak)
8 Asas/Dasar
yang pasti
4 asas Kepastian, keselarasan,
ketepatan, dan ekonomi
Kepastian, keselarasan,
ketepatan, dan ekonomi
9 Berdasarkan
ketentuan
yang pasti
Ketentuan
(Nash/Aturan):
QS. At Taubah: 5, 11, 18, 58,
60, 103; QS. Al Baqarah: 43,
110, 177, 254, 277; QS. As
Saba: 39; QS. An Nissa: 77;
QS. Maryam: 31; QS. Al
Mu`minum: 4; QS. Annur: 37,
56; QS. An Naml: 5; QS.
Luqman: 4; QS. Al Ahzab: 33
QS. Al Bayinah: 5, dll.
UU No. 1 Tahun 1983
diubah menjadi UU No. 17
tahun 2002: Pasal 23 Ayat 2
(khususnya)
UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2
Surat Edaran dari Menteri
Keuangan dan aturan
lainnya.
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
120
BAB XI
SISTEM TANPA BUNGA (INTEREST FREE SYSTEM)
A. PENDAHULUAN
Dalam Sistem Ekonomi Islam, dijelaskan mengenai konsep dana, bahwa dana hanya
akan tersedia karena ada biaya, dan biaya terdapat dalam bagi hasil. Tingkat keuntungan
menjadi kriteria untuk pengalokasian sumber daya sekaligus untuk membuat
keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Seluruh risiko bisnis diserahkan kepada
pengusaha dan memastikan keuntungan bagi dirinya terlepas berapapun laba yang akan
diperoleh. Sedangkan dalam ekonomi islam, didasarkan pada akad (kesepakatan) antar
kedua belah pihak secara adil dan transparan, serta saling ridha (ar ridhain).
Sesungguhnya, sistem bagi hasil yang islam tidak hanya membuahkan eIisiensi yang lebih
besar dalam pengalokasian sumber daya, melainkan sekaligus mengurangi pemusatan
kesejahteraan dan kekuasaan serta mendorong keadilan sosial.
Oleh karena itu, bahwa Islam mendorong praktik bagi hasil dan mengharamkan riba
(bunga). Hal ini sejalan dengan Iatwa yang dikeluarkan MUI pada tahun tanggal 16
Desember 2003, yang menyatakan bahwa bunga bank tersebut identik dengan riba
dan hukumnya adalah haram. Di sisi lain Syariah Islam menghendaki sharing risk and
proIit secara bersama-sama, dengan mengakui modal serta peranannya dalam proses
produksi atau jasa. Dengan demikian diharapkan akan dapat memberikan beban risiko
secara merata dan adil sesuai dengan akad dan kesepakatan yang telah ditetapkan pada
saat awal transaksi. Antara kedua sistem tersebut mepunyai perbedaan yang mendasar
dimana sistem bunga (interest) didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku an dipengaruhi
oleh kebijakan moneter dan kurs (mata uang asing) dalam sistem ekonomi pasar bebas
(Iree liberalism economic) sedangkan sistem bagi hasil (proIit and loss sharing)
didasarkan pada prinsip ekononi syariah dimana besarnya bagi hasil ataupun rugi
didasarkan pada kesepakatan pada saat akad dan tidak terpengaruh oleh berapapun tingkat
suku bunga yang berlaku. Sehingga dalam praktik bisnisnya akan selalu berpegang pada
prinsip-prinsip syariah (prinsip-prinsip muamalat), yang selalu mengutamakan kebenaran,
keadilan dan pertanggungjawaban dalam mencapai ridha Allah menuju taqwallah.
B. PERBEDAAN RIBA, BUNGA, DAN SISTEM BAGI HASIL
1) Riba dan Bunga
Secara konseptual antara dua hal, yaitu antara riba dan bunga seringkali tidak jelas.
Namun secara bahasa sebenarnya cukup jelas, bahwa riba adalah bermakna ziyadah
(tambahan). Dari sisi linguistik, riba berarti juga tumbuh dan membesar. Namun secara
teknis dalam praktik bisnis riba ini berarti pengambilan tambahan dari harga pokok atau
modal secara bathil atau bertentangan dengan prinsip syariah. Antonio, (2001),
Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
121
mengungkapkan bahwa terdapat benang merah yang jelas bahwa riba adalah pengambilan
tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam, secara bathil atau
bertentangan dengan prinsip muamallah dalam Islam.
Dalam Al Qur`an Surah An-Nissa: 29, Allah SWT. berIirman yang artinya; al. ' Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamu dengan jalan bathil.
Dalam kaitannya dengan pengertian bathil tersebut, Ibnu Al-Arabia al Maliki, dalam
kitabnya Ahkam Al-Qur`an berpendapat: 'Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan,
namun yang dimaksud riba dalam ayat tersebut yaitu setiap penambahan yang diambil
tanpa adanya satu transaksi pengganti penyeimbang yang dibenarkan syariat.
Transaksi pengganti atau penyeimbang adalah transaksi bisnis atau komersial yang
melegitimasi adanya penambahan tersebut secara tidak adil dan cenderung merugikan
pihak yang lemah. Seperti dalam transaksi jual beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek.
Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manIaat sewa yang
dinikmati termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena pengunaan si
penyewa (lesse). Dalam transaksi jual beli pembeli membayar di atas harga atau imbalan
barang yang diterimanya. Demikian pula dalam proyek bagi hasil, para pihak berhak
mendapatkan keuntungan karena penyertaan modal dan turut menanggung risiko bisnis
yang mungkin terjadi setiap saat. Demikan pula dana, tidak akan berkembang dengan
sendirinya hanya karena Iaktor orang yang menjalankan dan mengusahakannya. Bahkan
ketika orang tersebut mengusahakan, hasil untung dapat pula tidak diperoleh, hal ini
tergantung kehendak Allah SWT. Pengertian senada juga disampaikan oleh mayoritas
ulama sepanjang sejarah Islam dari berbagai Mazhab Fiqhiyyah. Badr ad-Dii al-Ayni
pengarang Kitab Umdatu Qari Syarah Shahih Bukhari mengatakan, ' Prinsip utama
dalam riba adalah penambahan. Menurut syariah, riba berarti penambahan atas harga
pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil. Imam Sarakhsi dari Mazhab HanaIi berpendapat
bahwa, 'Riba adalah tambahan yang diisyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya
lwadh aLau padanan yang dlbenarkan oleh syarlah aLas penambahan LersebuL"
Secara garls besar rlba sebagalmana Lelah dluralkan sebelumnya Lerbagl dalam dua
kelompok besar yalLu 8lba uLangluLang (8lba uuyun) dan 8lba !ual8ell (8lba
8uyu') 8lba uLang pluLang Lerbagl dua yalLu 8lba Cardh dan 8lba !ahlllyah sedangkan
8lba [ual bell Lerbagl dalam dua baglan pula yalLu 8lba ladhl dan 8lba nasl'ah
2) 8unga dan SlsLem 8agl Pasll
8unga LersebuL sebenarnya Lelah se[ak lama dlnyaLakan Lldak obyekLlf dan ada unsur
eksplolLasl golongan kaya Lerhadap golongan mlskln laLo (427347 SM) 8unga
menyebabkan perpecahan dan perasaan Lldak puas dalam masyarakaL 8unga merupakan
alaL golongan kaya unLuk mengeksplolLasl golongan mlskln Pal lnl menun[ukan bahwa
bunga LersebuL hanya mendasarkan pada prlnslp keunLungan semaLa yang cenderung
mengabalkan keadllan Selaln lLu ArlsLoLeles (384322 SM) bahwa fungsl uang adalah
sebagal alaL Lukar (medlum of exchange) bukan merupakan alaL unLuk menghasllkan
Lambahan kekayaan melalul bunga
8ahkan 8angsa ?ahudl (lsrael) Lelah pula menyaLakan dalam beberapa klLab Sucl mereka
sebagal berlkuL
klLab Lksodus (keluaran) 22 23 !lka engkau memln[amkan uang kepada salah
seorang umaLku orang yang mlskln dlanLaramu maka [anganlah engkau berlaku
sebagal penaglh uLang Lerhadap dla dan [anganlah engkau bebankan bunga
Lerhadapnya
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
122
klLab ueuLeronomy (ulangan) 23 19 !anganlah engkau membungkan uang
kepada saudaramu balk uang maupun bahan makanan aLau apapun yang dapaL
dlbungakan
klLab LevlclLus (lmamaL) 33 7 bahwa [anganlah kamu mengambll bunga uang
aLau rlba darlnya melalnkan engkau harus LakuL akan Allahmu supaya Saudaramu
blsa hldup dlanLaramu !anganlah engkau memberl uangmu kepadanya dengan
memlnLa bunga [uga makananmu [anganlah kau berlkan dengan memlnLa rlba
umaL krlsLlanl pada dasarnya dalam memandang bunga Lerbagl 3 baglan yalLu
andangan endeLa Awal (Abad lxll) bahwa larangan mengambll nuga meru[uk
kepada Cld 1esLamenL yang [uga dllmanl oleh umaL krlsLlanl (SL 8asll 329379 M SL
Cregory dary nyssa 333393 M SL !ohn ChrysosLom 344407 M SL Ambrose dll
10331109 M) Sedangkan dalam benLuk undangundang (Canon) mlsalnya dalam
Councll of Llvlra dl Spanyol Lahun 306 M dan Councll of vlenne Lahun 1311 Sehlngga
mereka berkeslmpulan bahwa
1) 8unga adalah semua benLuk yang dlmlnLa sebagal lmbalan yang meleblhl [umlah
barang yang dlpln[amkan dlawal
2) Mengambll bunga adalah suaLu dosa yang dllarang balk dalam klLab er[an[lan Lama
maupun er[an[lan 8aru
3) kelnglnan aLau nlaL unLuk mendapaL lmbalan meleblhl apa yang dlpln[amkan adalah
suaLu dosa
4) 8unga harus dlkemballkan kepada pemlllknya
3) Parga barang yang Llnggl unLuk pen[ualan secara kredlL [uga merupakan bunga yang
Lerselubung
andangan ara Sar[ana krlsLen (Abad xllxv) anLara laln 8oberL of Courcon
(11321218 M) Wllllam Auxxerre (11601220 M) SL 8aymond of ennafore (1180
1278 M) SL 8onavenLure (12211274 M) dan SL 1homas Aqulnas (12231274 M)
mereka menyaLakan bahwa
1) 8unga dlbedakan men[adl lnLeresL dan usury
2) nlaL aLau perbuaLan unLuk mendapaLkan keunLungan dengan memberlkan pln[aman
adalah suaLu dosa yang berLenLangan dengan konsep keadllan
3) Mengambll bunga darl pln[aman dlperbolehkan namun haram aLau Lldaknya
LerganLung nlaL sl pemberl uLang
andangan ara 8eformls krlsLen (Abad xvlAbad xlx) anLara laln !ohn Calvln
(13091364 M) Charles du Moulln (13001366 M) Claude Saummalse (13881633 M)
MarLln LuLher (14831346 M) MelancLhon (14971360 M) dan Zwlngll (14841331 M)
mereka berpendapaL bahwa
1) uosa apablla bunga memberaLkan pemln[am
2) uang dapaL memblak (konLra dengan pendapaL ArlsLoLeles)
3) 1ldak men[adlkan bunga sebagal sebagal dasar profesl
4) !angan mengambll bunga darl orang mlskln
8erdasarkan hal LersebuL dl aLas secara [elas bahwa sebaglan besar keLenLuan dan pendapaL
mereka Lldak membolehkan prakLlk bunga yang berleblhleblhan apalagl dengan orang
mlskln dl dalam masyarakaL Pal lnl se[alan [uga dengan ayaL dl bawah lnl dlambll darl
klLab ln[ll Lukas 6 3433 sebagal berlkuL
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
123
uan [lkalau kamu memln[amkan sesuaLu kepada orang karena kamu berharap akan
menerlma sesuaLu darlpadanya apakah [asamu? Crangorang berdosapun memln[amkan
kepada orang berdosa supaya mereka menerlma kemball sama banyak 1eLapl kaslhllah
musuhmu dan berbuaLlah balk kepada mereka dan pln[amkan dengan Lldak
mengharapkan balasan maka upahmu akan besar dan hakmu akan men[adl anakanak
1uhan ?ang Maha 1lnggl sebab la balk Lerhadap orangorang yang Lldak Lahu berLerlma
kaslh dan Lerhadap orangorang [ahaL"
8agalmana dengan pandangan Agama lslam? ualam lslam sangaL [elas hukum dan
keLenLuannya berkalLang dengan bunga (rlba) LersebuL anLara laln sebagal berlkuL
1) andangan uunla lslam
uewan SLudl lslam Al Azhar Calro (Meslr) berpandangan bahwa 8unga dalam
segala benLuk pln[aman adalah rlba yang dlharamkan (konferensl uSl Al Azhar
Muharrom 1383 P/Mel 1963 M)
8ablLhah Alam lslamy 8unga bank yang berlaku dalam perbankan konvenslonal
adalah rlba yang dlharamkan (kepuLusan no 6 Sldang ke9 Mekkah 1219 8a[ab
1406 P)
Ma[ma' llqlh lslamy (Ckl) Seluruh Lambahan dan bunga aLas pln[aman yang [aLuh
Lempo dan nasabah Lldak mampu membayarnya demlklan pula Lambahan (aLau bunga)
aLas pln[aman darl permulaan per[an[lan adalah dua gambaran darl rlba yang
dlharamkan secara syarlah (kep no 10 MMll konferensl Ckl ke2 Langgal 2228
uesember 1983 dl Calro Meslr)
2) andangan ulama lndonesla
nahdhaLul ulama sebaglan ulama mengaLakan bunga sama dengan rlba sebaglan laln
mengaLakan Lldak sama dan sebaglan laln mengaLakan hukumnya syubhaL 1eLapl
dalam salah saLu kepuLusannya nu memberlkan rekomendasl agar 8 nu
mendlrlkan bank lslam nu dengan slsLem Lanpa bunga (8ahLsul Masall) (Munas
8andar Lampung 1992)
Muhammadlyah bunga yang dlberlkan oleh bankbank mlllk negara kepada
nasabahnya aLau seballknya yang selama lnl berlaku Lermasuk perkara
musLasyablhaL" kemudlan menyarankan kepada Muhamadlyah unLuk
mengusahakan Lerwu[udnya konsepsl slsLem perekonomlan khususnya lembaga
perbankan yang sesual dengan qaldah lslam (La[nah 1ar[lh Sldoar[o 1968)
Ma[ells ulama lndonesla berpendapaL 1) 8unga bank sama dengan rlba 2) 8unga
bank Lldak sama dengan rlba dan 3) 8unga bank humumnya sama dengan SyubhaL
LeLapl Mul harus berupaya unLuk mendlrlkan bank syarlah sebagal alLernaLlf
ul slsl laln menuruL hukum flqlh bahwa para ulama bersepakaL bahwa hukum rlba
adalah haram namun persoalannya adalah apakah bunga bank sama dengan rlba?
karen 8lba lLu sebenarnya Lerbagl dalam empaL baglan yalLu 8lba Card 8lba
!ahlllyah 8lba lardl dan 8lba naslah !adl blla dlllhaL darl keLenLuan flqlhnya
bahwa bunga bank LersebuL Lermasuk dalam kaLegorl 8lba naslah (karena perLukaran
yang se[enls dan [umlahnya dlleblhkan karena mellbaLkan [angka wakLu)
3) ualam Alqur'an dan PadlLs 8asulullah
keLenLuan LenLang rlba LermakLub dalam Al Cur'an anLara laln dalam Surah All
lmran 130 yang arLlnya Pal orangorang yang berlman [anganlah kamu memakan
rlba dengan berllpaL ganda dan berLaqwallah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapaL keunLungan" ualam surah laln (Al 8aqarah 278279) arLlnya Pal
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
124
orangorang yang berlman berLaqwallah kepada Allah dan Llnggalkan slsa rlba
(yang belum dlpunguL) [lka kamu orangorang yang berlman Maka [lka kamu Lldak
menger[akan (menlnggalkan slsa rlba) maka keLahullah bahwa Allah dan 8asulnya
akan memeranglmu uan [lka kamu berLaubaL (darl pengambllan rlba) maka baglmu
pokok harLamu kamu Lldak menganlaya dan Lldak pula dlanlaya"
ualam rlwayaL laln 8asulullah SAW bersabda dalam beberapa hadlLs bellau LenLang
rlba anLara laln yang dlrlwayaLkan oleh Abu Puralrah bahwa SAW bersabda 8lba lLu
memlllkl Lu[uh puluh LlngkaLan adapun LlngkaL yang pallng rendah (dosanya) sama
dengan seseorang yang melakukan zlna dengan lbunya sendlrl" Selan[uLnya ayaL laln
dalam Al Cur'an dan PadlLs 8asululaah SAW berkalLan dengan rlba lnl akan dluralkan
leblh [auh pada sub bab Lersendlrl
8erdasarkan beberapa pandangan dan dalll naqll maupun aqll yang dluralkan dl aLas maka
seyogyanya pengambllan bunga perlu dlperLlmbangkan leblh [auh LeruLama dalam prakLlk
perbankan konvenslonal Pal lnl agar LerclpLa rasa keadllan dan eksplolLasl golongan kaya
Lerhadap mlskln Lldak Ler[adl seperLl kondlsl sekarang ualam ekonoml yang berprlnslp
berdasarkan syarlah maka bunga harus dlhlndarkan dan dlganLl dengan slsLem bagl hasll
Mengapa demlklan? Cleh karena hanya LerdapaL alasanalasan lemah unLuk membolehkan
bunga bank (pembenaran bunga) dan pada dasarnya dapaL dlLolak seperLl anggapananggapan
berlkuL bahwa
8unga unLuk konsumLlf dllarang Lapl unLuk keglaLan produkLlf dlbolehkan
CppurLunlLy cosL yang hllang dlsebabkan penggunaan uang oleh plhak laln (Llme valeu
of money)
8oleh mengambll buga karena alasan daruraL
ada LlngkaL wa[ar Lldak masalah bunga dlbebankan (adh'afan mudha'afah/usury)
uang sebagal komodoLl dapaL dlsewakan karena lLu ada harganya (hasll sewa uang)
adalah bunga
uang dapaL dlanggap sebagal komodlLas bunga sebagal upah menunggu (absLlnence
concepL)
nllal uang sekarang (neL presenL value) leblh besar darlpada nllal uang pada masa
depan (fuLure value) karena adanya penurunan nllal uang aklbaL lnflasl dan bunga
sebagal penyelmbang la[u lnflasl
ul zaman 8asulullah SAW belum/Lldak ada bank dan bank bukan syakhslyyah
mukallafah
Cleh karena alasanalasan lemah LersebuL maka pembolehan bunga dalam prakLlk blsnls
(perbankan) dapaL dlLolak aLau dlbanLah Sebab kalau klLa mempela[arl leblh [auh lagl
keLenLuan aLau ayaLayaL LenLang rlba maka akan semakln nyaLa dampak (keruglan) blla
rlba yang ldenLlk dengan bunga LersebuL dlbolehkan Apalagl blla dlkalLkan dengan konsep
oppurLunlLy cosL slapakah yang dapaL men[amln bahwa masa yang akan daLang lLu pasLl
unLung (dalam konsep CppurLunlLy CosL) kemudlan apakah selama lnl kondlsl ekonoml
aLau perbankan dalam keadaan daruraL Lerus? ALaukah Ler[adlnya penurunan nllal uang aLau
lnflasl yang Lldak muLlak Ler[adlnya karena dapaL pula aklbaL adanya deflasl 8lsa [adl
bunga merupakan penyebab uLama Ler[adlnya lnflasl uemlkan pula pembolehan bunga
dapaL beraklbaL merusak moral sebab bagl sl berpluLang (kredlLur) dapaL menlmbulkan
slfaL egols zhallm bakhll (leblh menclnLal harLa) sedangkan bagl sl beruLang melahlrkan
benlh kebenclan beban yang besar serLa rasa permusuhan Sehlngga [auh rasa persudaraan
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
123
dan prlsnlp sallng Lolong menolong hubungan blsnls semaLamaLa dldasarkan pada prlnslp
ekonoml (orlenLed proflL) yang dlpakal para kaum orlenLalls hal lnl sangaL Lldak sesual
dengan prlsnlp ekonoml lslam yang mendasarkan pada prlnslp sallng Lolong menolong
(La'awun) dalam men[alankan amanah (LlLlpan) darl Allah SW1 menu[u Laqwallah
sehlngga selamaL dl dunla dan akhlraL uengan demlklan konsep aLau prlnslp SlsLem 8agl
Pasll men[adl saLusaLunya plllhan LeruLama dalam pengelolan perekonomlan berbasls
syarlah khususnya dalam prakLlk blsnls (al muhasabah wal muamallah)
Selan[uLnya dalam menclpLakan slsLem bagl hasll LersebuL sebagalmana yang dlgunakan
dalam konsep akunLansl konvenslonal maka dalam akunLansl syarlah pun khususnya unLuk
LkS dapaL pula menggunakan 2 (dua) slsLem pencaLaLan (akunLansl/keuangan) seperLl
Cash 8asls dan Accrual 8asls Cash 8asls yaknl prlnslp akunLansl yang mengharuskan
pengakuan blaya dan pendapaLan pada saaL Ler[adlnya sedangkan Accrual 8asls yaknl
prlnslp akunLansl yang membolehkan pengakuan blaya dan pendapaLan dldlsLrlbuslkan
pada beberapa perlodlk dan maslngmaslng memlllkl keleblhan dan kekurangan (laLwa
Mul nomor 14/uSnMul/lx/2000 LenLang SlsLem ulsLrlbusl 8agl Pasll usaha dalam
Lembaga keuangan Syarlah) Selan[uLnya kedua slsLem lLu dapaL dlgunakan dalam LkS
LeLapl deml unLuk kemaslahaLn (alashlah) umaL Mul menyarankan dalam pencaLaLan
sebalknya dlgunakan slsLem basls akrual akan LeLapl dalam dlsLrlbusl hasll usaha (proflL
sharlng revenue) hendaknya dlLenLukan aLas dasar penerlmaan yang benarbenar Ler[adl
(cash basls) uemlklan pula dalam akad aLau pemufakaLan blsnls harus dlLenLukan dan
dlsepakaLl slsLem mana yang dlplllh
Secara leblh [elas perbedaan bunga dan bagl hasll dapaL dlllhaL pada Label dl bawah lnl
1abel 10
L88LuAAn 8unCA uAn 8ACl PASlL
8unCA (ln1L8LS1) 8ACl PASlL (8Cll1 Anu LCSS
SPA8lnC)
LnLn1uAn 8unCA ul8uA1 AuA WAk1u AkAu
uLnCAn ASuMSl SLLALu un1unC (Cu81unl1?
CCS1)
LnLn1uAn 8LSA8n?A nlS8AP 8ACl PASlL ul8uA1
AuA SAA1 AkAu uLnCAn MLML8PA1lkAn
kLMunCklnAn un1unC A1Au 8uCl
8LSA8n?A L8SLn1ASL 8L8uASA8kAn AuA
!uMLAP uAnC (MCuAL) ?AnC ulln!AMkAn
8LSA8n?A nlS8AP 8ACl PASlL ulSLSuAlkAn AuA
kLun1unCAn/kL8uClAn ?AnC MunCkln AkAn
ulL8CLLP 8L81uASA8kAn L8SLn1ASL 1L81Ln1u
LM8A?A8An 8unCA 1L1A SLL81l ?AnC
ul!An!l!kAn CLLP lPAk nASA8AP (8Alk
un1unC A1Au 8uCl)
8lSlkC un1unC A1Au 8uCl AkAn ul1AnCCunC
CLLP kLuuA 8LLAP lPAk
!uMLAP LM8A?A8An 8unCA 1L1A SLkALlun
nASA8AP un1unC (8CCMlnC)
!uMLAP LM8AClAn A1Au LM8A?A8An SLCA8A
8CC8SlCnAL
kL8L8AuAAn 8unCA ul8ACukAn
kLPALALAnn?A CLLP S?A8lAP 1L8MASuk
lSLAM
1luAk AuA kLA8SAPAn MLnCLnAl 8ACl PASlL
nAMun uAA1 ullMLLLM1ASlkAn uALAM 8Ak1lk
8lSnlS
CLnuL8unC LkSLCl1A1ll uAn 1luAk AulL uluASA8kAn AkAu uAn kLSLAkA1An kLuuA
8LLAP lPAk
1L8!Aul nLCA1lvL S8LAu 1luAk AuA nLCA1lvL S8LAu
Sumber dladapLasl darl 1rlyuwono 2001 43
C konsep kepemlllkan dan enllalan AseL
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
126
Clrl uLama dalam konsep kepemlllkan menuruL syarlah adalah leglLlmasl kepemlllkan
LerganLung pada unsur morallLas ualam kepemlllkan aseL (asseL) umumnya dldasarkan
pada konsep hlsLorls dan dlcaLaL sebesar harga perolehannya sesual dengan harga pada saaL
pembellan aLau perplndahan hak anLara pen[ual dengan pembell dengan menguLamakan
pada prlnslp amanahnya Cleh karena Allah SW1lah semaLamaLa merupakan pemlllk
muLlak Lerhadap aseL aLau harLa yang klLa mlllkl Manusla hanya sebagal penerlma LlLlpan
Lerhadap aseL unLuk dlpergunakan sebagalmana mesLlnya sesual dengan LunLunan syarlah
Sebab Allah SW1 akan memlnLa perLanggung[awaban Lerhadap pengelolaan dan
penggunaan aseL LersebuL secara adll dan benar Sekecll apapun aseL yang dlmlllkl Lldak
akan lepas darl perLanggung[awaban dl hadapan pengadllan Allah SW1 yang Maha Adll
LersebuL (kelak dl harl akhlr) ualam Al Cur'an dan hadlLs 8asulullah dl[elaskan sebagal
berlkuL
o Surah All lmran 189 arLlnya kepunyaan Allah lah kera[aan langlL dan buml
Allah Maha erkasa aLas segala sesuaLu"
o Surah Al 8aqarah 29 arLlnya ulalah Allah yang men[adlkan segala yang ada
dlbuml unLuk kamu dan ula berkehendak (menclpLakan) langlL lalu dl[adlkannya
Lu[uh langlL uan ula Maha mengeLahul segala sesuaLu"
o ualam PadlLs 8asulullah SAW Crang yang menguasal Lanah yang Lldak berLuan
Lldak lagl berhak aLas Lanah lLu [lka seLelah Llga Lahun menguasalnya la Lldak
menggarapnya dengan balk"
Pal lnl menun[ukkan bahwa pemanfaaLan sumber daya yang Lldak eflslen dan Lldak
produkLlf harus dlhlndarkan agar mampu menclpLakan LlngkaL produkLlvlLas dan eflslensl
dalam upaya unLuk menclpLakan kemaslahaLan dan kese[ahLeraan umaL berdasarkan
konsep dan prlsnlp syarlah Sehlngga dalam pemanfaaLan dan pengelolaan sumber daya
aLau asseL LersebuL hendaknya selalu memperhaLlkan halhal (prlnslp) berlkuL
1 kekayaan aLau kepemlllkan harus LeLap Lersebar (CS Al Pasyr 7) secara Lerus
menerus dlanLara semua laplsan masyarakaL
2 embayaran zakaL harus sebandlng dengan kekayaan yang dlmlllklnya
3 enggunaan yang berfaedah penekanan penggunaan 'dl[alan Allah SW1'
4 engunaan yang Lldak meruglkan menghlndarl kepemlllkan muLlak
3 kepemlllkan yang sah (CS Annlsa 29)
6 Adanya keselmbangan pemanfaaLan (CS Allsra 29 dan An nlsa 3637)
7 enggunaan yang sesual hak unLuk kemaslahaLan umaL
8 emanfaaLan unLuk kehldupan manusla dalam mencapal rldha Allah mengedepankan
hukum warls blla yang bersangkuLan Lelah menlnggal dunla
u uASA8 LnlLAlAn PA81A (ASL1)
ualam penllalan harLa (aseL) adalah masa aLau perlodlk saLu Lahun (Lelah sampal
haulnya) LeruLama unLuk dasar penllalan dan pengenaan zakaL dan pa[ak Sebagal dasar
uLama adalah dlLekankan dengan mekanlsme perhlLungan zakaL yalLu mencapal nlsab dan
haulnya ualam CS AdzuzaarlyaaL 19 arLlnya uan pada harLaharLa mereka unLuk
orang mlskln yang memlnLa dan orang mlskln yang Lldak bahaglan uemlklan pula dalam
hadlLs 8asulullah SAW 1ldak ada zakaL yang dlkenakan Lerhadap harLa benda yang
dlmlllkl kurang darl saLu Lahun" 8erdasarkan hal LersebuL maka dasar penllalan harLa
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
127
dalam prakLlk blsnls (muhasabah) berdasarkan syarlah adalah Lelah sampal haulnya
(perlodlk saLu Lahun) dan seLlap akhlr perlodlk dllakukan penllalan berdasarkan prlnslp
akunLansl unLuk menenLukan besarnya zakaL maupun pa[aknya
Pameed (2000 20) value aL currenL (markeL prlce) and Lhen pay zakah (on lL) Pal lnl
menunu[ukkan bahwa currenL value akan leblh sesual dlbandlngkan dengan hlsLorlcal cosL
dalam pembayaran zakaL karena dalam konsep currenL value Lelah memperhlLungkan aLau
menyesualkan dengan kondlsl (lnflasl maupun deflasl) ekonoml pada masa LersebuL
!adl dasar penllalan uLama yang dlgunakan dalam lslam adalah hlsLorlcal cosL namun
dengan LeLap memperhaLlkan unsur currenL value dan hal berlkuL
SlsLem lnl dldasarkan aLas dasar Lransaksl perolehan aseL
Menggunakan konsep kehaLlhaLlan (prudenL concepL) aLau konservaLlsme dan
perLanggung[awaban (responslblllLy) sebagal wu[ud pengelolaan LeruLama kepada
Allah SW1 dan pemlllk modal (lnvesLor)
ualam reallsaslnya dlkalLkan dengan konsep penandlngan (maLchlng prlnclples)
Menggunakan dasar perlodlcally sebagal dasar penllalan dan alokasl aseL secara wa[ar
dan obyekLlf (falr)
L Laba ualam konLeks SlsLem Lkonoml 1anpa 8unga
8lba adalah salah saLu hal yang dllarang dalam lslam Larangan rlba Lelah [elas dlmuaL
dalam Al Cu'ran dan PadlLs 8asulullah SAW sebagal berlkuL
(CS 3 130) Pal orangorang yang berlman [anganlah kamu memakan rlba
dengan berllpaL ganda dan berLaqwallah kepada Allah supaya kamu mendapaL
keberunLungan"
(CS 2 273279) Crangorang yang makan (mengambll) rlba Lldak dapaL berdlrl
melalnkan seperLl berdlrlnya orang kemasukan syeLan lanLaran (Lekanan) penyaklL
[lwa keadaan mereka yang demlklan lLu adalah dlsebabkan mereka berkaLa
(berpendapaL) sesungguhnya [ual bell lLu sama dengan rlba padahal Allah Lelah
menghalalkan [ual bell dan mengharamkan rlba Crangorang yang Lelah sampal
kepadanya larangan darl 1uhannya lalu Lerus berhenLl darl mengambll rlba maka
baglnya apa yang Lelah dlambllnya dahulu (sebelum daLang larangan) dan urusan
Lerserah kepada Allah Crangorang yang mengulangl (mengambll rlba) maka orang
lLu adalah penghunl neraka mereka kekal dl dalamnya Allah memusnahkan rlba dan
menyuburkan sedekah dan Allah Lldak menyukal seLlap orang kekaflran dan selalu
berbuaL dosa Sesungguhnya orangorang yang berlman menger[akan amal shaleh
mendlrlkan sembayang dan menunalkan zakaL mereka mendapaLkan pahala pada slsl
1uhannya 1ldak ada kekhawaLlran padanya dan Lldak pula mereka bersedlh haLl Pal
orangorang yang berlman berLaqwallah kepada Allah dan Llnggalkan slsa rlba
(yang belum dlpunguL) [lka kamu orangorang yang berlman maka [lka kamu Lldak
menger[akannya (menlnggalkan slsa rlba) maka keLahullah bahwa Allah dan 8asul
nya akan memeranglmu uan [lka kamu berLaubaL (darl pengambllan rlba) maka
baglmu pokok harLamu kamu Lldak menganlaya dan Lldak pula dlanlaya"
(CS 4 161) kaml Lelah menyedlakan unLuk orangorang kaflr dlanLara mereka lLu
slksa yang pedlh"
(CS 30 39) uan sesudah rlba (Lambahan) yang kamu berlkan agar dla berLambah
pada harLa manusla maka rlba lLu Lldak akan menambah pada slsl Allah uan [lka
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
128
apa yang kamu berlkan berupa zakaL yang kamu maksudkan unLuk mendapaLkan
kerldhaan Allah maka (yang berbuaL demlklan) lLulah orangorang yang
mellpLakangandakan pahalanya"
CS An nlssa 160161 Maka dlsebabkan kezhallman orangorang yahudl kaml
haramkan aLas mereka yang (memakan makanan) yang balkbalk (yang dahulunya)
dlhalalkan bagl mereka dan karena mereka banyak menghalangl (manusla) darl
[alan Allah dan dlsebabkan mereka memakan rlba padahal sesungguhnya mereka
Lelah dllarang darlpadanya dan karena mereka memakan harLa orangorang yang
kaflr dlanLara mereka lLu slksa yang pedlh"
CS Al 8aqarah 278279 Pal orangorang yang berlman berLaqwalah kepada
Allah dan Llnggalkan slsa rlba (yang belum dlpunguL) [lka kamu orangorang yang
berlman Maka [lka kamu Lldak menger[akan (menlnggalkan slsa rlba) maka
keLahullah bahwa Allah dan 8asulnya akan memeranglmu uan [lka kamu berLaubaL
(darl pengambllan rlba) maka baglmu pokok harLamu kamu Lldak menganlaya dan
Lldak pula dlanlaya"
Selan[uLnya dalam hadlLs 8asulullah SAW dl[elaskan anLara laln sebagal berlkuL
uarl usamah bln Zald 8asulullah SAW bersabda Sesungguhnya rlba lLu blsa
Ler[adl pada [ual bell secara uLang (kredlL) (P8 8ukharl Musllm dan Ahmad)
uarl Abu Sald Al khudrl 8asulullah SAW bersabda !angan meleblhleblhkan saLu
dengan yang lalnnya [angan men[ual perak unLuk perak kecuall keduanya seLara
dan [angan meleblhleblhkan saLu dengan yang lalnnya dan [angan men[ual sesuaLu
yang Lldak Lampak" (P8 8ukharl Musllm 1armldzl Masa'l dan Ahmad)
uarl ubada bln Saml 8asulullah SAW bersabda Lmas unLu emas perak unLuk
perak gandum unLuk gandum 8arang slapa membayar leblh aLau menerlma leblh dla
Lelah berbuaL rlba emberl dan penerlma sama sa[a (dalam dosa)"
!ablr berkaLa bahwa 8asullah SAW MenguLuk orang yang menerlma rlba orangh
yang membayarnya dan orang yang mencaLaLnya dan dua orang sakslnya kemudlan
bellau bersabda Mereka semuanya sama" (P8 Musllm)
ulrlwayaLkan oleh Abu Puralrah bahwa 8asullah SAW berkaLa ada malam
per[alananku Ml'ra[ aku mellhaL orangorang yang peruLnya seperLl rumah
dldalamnya dlpenuhl oleh ularular yang kellhaLan darl luar Aku berLanya kepada
!lbrll slapakah mereka lLu !lbrll men[awab bahwa mereka adalah orangorang yang
memakan rlba"
ulrlwayaLkan oleh Abu Puralrah bahwa SAW bersabda 8lba lLu memlllkl Lu[uh
puluh LlngkaLan adapun LlngkaL yang pallng rendah (dosanya) sama dengan
seseorang yang melakukan zlna dengan lbunya sendlrl"
ul slsl laln Al Cur'an [uga memberlkan an[uran bagl pemberl pln[aman (kredlLur) unLuk
memberlkan kerlnganan [lka pemln[am (deblLur) mengalaml kesullLan dalam membayar
Pal lnl dlLegaskan dalam CS SuraL Al 8aqarah ayaL 280 !lka orang beruLang lLu dalam
kesukaran maka berl Langguh sampal dla berkelapangan uan menyedekahkan sebaglan
aLau seluruh uLang lLu leblh balk baglmu [lka kamu mengeLahu" (CS 2 280)
Sebagal mana dluralkan sebelumnya rlba dlkelompokkan men[adl dua baglan yalLu 8lba
uLang luLang (rlba duyun) dan 8lba !ual 8ell (rlba buyu') ualam llmu llqlh bahwa rlba
adalah ldenLlk dengan bunga Lermasuk rlba uLang pluLang lnl yang dlkelompokkan
men[adl 8lba nasl'ah adalah rlba karena perLukaran yang se[enls dan [umlahnya
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
129
dlleblhkan karena adanya Lenggang wakLu/[angka wakLu sedangkan 8lba ladhl yalLu blla
perLukaran barang yang se[enls Lapl [umlahnya Lldak selmbang (mlsLlan bl mlLslln) aLau
suaLu manfaaL aLau LlngkaL keleblhan LerLenLu yang dlsyaraLkan Lerhadap yang beruLang
Ma[ells ulama lndonesla (Mul) melalul faLwa yang dlkeluarkan Langgal 16 uesember
2003 Lelah menyaLakan bahwa bunga bank LersebuL ldenLlk dengan rlba dan rlba lLu
hukumnya haram Sehlngga dalam perekonomlan khususnya dl bldang perbankan dan
sekLor rlel lalnnya unLuk mewu[udkan konsepsl slsLem perekomlan lslam aLau sesual
dengan aqldah lslam LersebuL Lelah dldlrlkan beberapa perbankan syarlah dan beberapa
unlL usaha syarlah lalnnya seperLl asuransl syarlah pemblayaan syarlah pegadalan
syralah reksadana syarlah dan koperasl syarlah Pal lnl sesual dengan rekomendasl
Munas nu dl 8andar Lampung dan 8ogor agar 8nu mendlrlkan bank lslam dengan
slsLem Lanpa bunga (8aLsul Masall Munas 8andar Lampung 1992)
l konsep 1lme value of Money (1vM) dalam lslam
konsep 1vM (poslLlve preference) menyebuLkan bahwa nllal komodlLas saaL lnl leblh
Llnggl dlbandlng masa depan (Achslen 2000 43) karena konsep lnl merupakan pola
ekonoml yang normal slsLemaLls dan raslonal ulskonLo dalam masalah lnl berkalLan
dengan LlngkaL bunga adahal dalam lslam slsLem bunga dllarang LeruLama dalam
penllalan lnvesLasl dlskonLo dan sebagal cosL of caplLal
Selan[uLnya dalam lslam uang dan kekayaan harus dlgunakan unLuk keblasaan
balk bukan unLuk eksplolLasl dalam pemanfaaLannya Lldak boleh berleblhleblhan dan
Lldak boleh dlblarkan slasla menganggur Sehlngga caplLal budgeLlng yang dldasarkan
pada dlskonLo unLuk menllal proyek aLau lnvesLasl berLenLangan dan Lldak dlbenarkan
menuruL syarlaL lslam Selaln lLu slsLem bunga (lnLeresL) sebagal salah saLu fakLor dlskonLo
yang dllarang merupakan benLuk prakLlk rlba Sehlngga sebagal alLernaLlf pengganLlnya
adalah menggunakn LlngkaL pengemballan (rank of reLurn) bukan raLe of reLurn Sebagal
conLoh unLuk saham (lnvesLasl) dengan memperhaLlkan LS (earnlng per share) dengan
LeLap memperhaLlkan konsep proflL and loss sharlng
C 8LLLvAnSl kCnSL LA8A 8L88ASlS PlS1C8lS uLnCAn 8uSlnLSS lnCCML
8ahwa konsep buslness lncome leblh relevan darl pada konsep laba berbasls hlsLorls
karena nllal hlsLorls yang dl[adlkan dasar penllalan dan pengukuran aLas aseL aLau
Lranskasl yang akan dlkenakan zakaL Lldak blsa mengakul Lransaksl pada nllal wa[arnya
yang dlLun[ukkan dengan nllal saaL lnl PlsLorlcal cosL [uga gagal mengaLasl prlnslp
reallsasl karena hlsLorlcal cosL Lldak blsa mengakul kenalkan nllal yang belum dlreallsasl
aLas aseL yang dlmlllkl perusahaan pada perlodlk LerLenLu
Sedangkan konsep laba buslness lncome leblh relevan karena kesesualannnya dengan
mekanlsme zakaL yang mengakul dan menlall aseL (harLa) berdasarkan nllal sekarang
(currenL value) dan slsLem Lanpa bunga yang ada dalam lslam CurrenL value dalam prakLlk
akunLansl dapaL dlgunakan sebagal dasar penllalan dan pengukuran dengan menggunakan
neL reallzable value (replacemenL cosL) CurrenL value lnl dldasarkan pada nllal masukan
dan nllal keluaran 8lla nllal masukan dlnyaLakan dalam saLuan klnl maka perhlLungan laba
sama dengan hlsLorlcal cosL LeLapl laba yang dlhasllkan mencakup penahanan keunLungan
dan keruglan lnl dlreallsasl aLau Lldak melalul pen[ualan aLau perLukaran
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
130
Leblh lan[uL Pendrlksen dan van 8reda (2000 306) memberlkan rumusan secara al[abar
LenLang laba dengan dasar currenL cash equlvalenL sebagal berlkuL
Laba nSuM + nSu*)
*) nSuM nllal saLuan usaha dalam saLuan harga masukan klnl
nSu nllal saLuan usaha dalam saLuan nllal pasar darl maslngmaslng aseL
namun perlu dllngaL bahwa unLuk memperolah laba LersebuL harus memperhaLlkan prlnslp
ekonoml (berkorban seeflsen mungkln unLuk mencapa laba yang proporslonal) sesual
dengan prlnslp syarlah (prlnslp muamalah) dalam lslam sebagal berlkuL
1 Sallng rldha ('an Laradhln)
2 Palal1haylb (halalan Lhaylban)
3 8ebas rlba dan eksplolLasl (dzulm)
4 8ebas manlpulasl (ghoror)
3 Sallng mengunLungkan (La'awun)
6 1ldak membahayakan (mudharaL)
7 AnLl monopoll dan spekulasl (masylr)
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
131
8A8 xll
LnlLAlAn uAn LnCuku8An
uALAM Akun1AnSl S?A8lAP
A endahuluan
ualam pembahasan baglan lnl akan dlgunakan akunakun laporan keuangan syarlah yang
sesual dengan Lu[uan zakaL LeruLama adalah aseL Sedangkan akunakun LersebuL mellpuLl
aseL yang dlgunakan sebagal modal ker[a dlmana aseL LeLap bukan merupakan sub[ek
zakaL sebagalmana yang dlnyaLakan oleh AAClll (1998) dalam pen[elasan aLas
SLaLemenL of llnanclal AccounLlng no 9 LenLang zakaL
Sedangkan SA Slddlqul (1962 31) seperLl yang dlkuLlp oleh 8ahman (1996 26463)
mengungkapkan [enls[enls harLa yang bebas zakaL yalLu rumah kedlaman pakalan yang
dlkenakan perkakas rumah blnaLang Lunggangan sen[aLa yang dlgunakan makanan
barang perhlasan emas dan perak uang selaln yang LerbuaL darl emas dan perak yang
dlgunakan unLuk berbelan[a prlbadl bukubuku alaLalaL dan mesln yang dlgunakan unLuk
proses produksl dan blnaLangblnaLang unLuk mengolah perLanlan ualam uu 8l no 38
Lahun 1999 LenLang engelolaan ZakaL pada pasal 11 ayaL (2) menyaLakan bahwa harLa
yang dlkenal zakaL adalah
a Lmas perak dan uang
b erdagangan dan perusahaan
c Pasll perLanlan hasll perkebunan dan hasll perlkanan
d Pasll perLambangan
e Pasll peLernakan
f Pasll pendapaLan dan [asa
g 8lkaz (barang Lerpendam/Lemuan)
AseL LeLap yang dlgunakan unLuk proses produksl selan[uLnya pada sebuah perusahaan
Lldak men[adl baglan aseL yang dlkenakan pa[ak Adapun krlLerla harLa (aseL) yang
memenuhl kewa[lban zakaL adalah
1) kepemlllkan aLas aseL LersebuL Lldak sedang dlcadangkan (unencumbered
possesslon) 1ldak ada kewa[lban zakaL bagl pemlllk aseL aLas aseL yang dlcadangkan
aLau dl[amlnkan
2) Mengalaml perLumbuhan aLau dengan esLlmasl erLumbuhan dalam benLuk rlll Llmbul
aklbaL adanya reproduksl aLau dlmaksudkan unLuk dlperdagangkan erLumbuhan
dengan esLlmasl Llmbul [lka sebuah aseL memlllkl poLensl unLuk menghasllkan
keunLungan dan Lermasuk kas dan seLara kas [uga Lermasuk emas dan perak
walaupun Lldak dllnvesLaslkan
3) Mencapal nlsab nlsab adalah baLas mlnlmum Lldak dlkenal kewa[lban zakaL Pal lnl
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
132
dlmaksudkan unLuk membebaskan kepemlllkan harLa darl keLenLuan mlnlmum
dlkenakannya zakaL
4) 1elah melewaLl haul (Lahun) kewa[lban zakaL aLas aseL harus sudah melewaLl Lahun
kalender bulan (hl[rlyah) yang dlmulal pada saaL nlsab dlLenLukan
Adapun yang Lermasuk dalam aseL yang dlkenal kewa[lban zakaL (selaln aseL LeLap)
adalah
1 kas dan seLara kas adalah
kas Lerdlrl darl saldo kas (cash on hand) dan rekenlng glro sedangkan seLara kas
(cash equlvalenL) adalah lnvesLasl yang slfaLnya sangaL llquld ber[angka pendek dan
yang dengan cepaL dapaL dl[adlkan kas dalam [umlah LerLenLu Lanpa menghadapl
rlslko perubahan nllal yang slgnlflkan
2 luLang
luLang adalah klalm Lerhadap plhak laln aLas penyerahan barang aLau [asa dalam
rangka keglaLan usaha perusahaan luLang dl slnl adalah pluLang neLLo seLelah
dlkurangl provlsl unLuk pluLang raguragu
3 AseL yang dlperoleh unLuk dlperdagangkan (mlsalnya persedlaan suraLsuraL
berharga real esLaLe dan lalnlaln)
AseL yang dlperoleh unLuk unLuk dlperdagangkan harus dlukur pada nllal ekulvalen
Lunalnya pada saaL zakaL sampal haul dan nlsabnya
4 AseL pemblayaan (mlsalnya Mudharabah Musyarakah Salam dan lsLlsna' dan
lalnlaln)
AseL pemblayaan haruslah neLLo merupakan aseL berslh (neLLo) darl semua provlsl
unLuk semua nllal aLau noncollecLlblllLynya uanadana yang dlgunakan unLuk
mendapaLkan aseL LeLap yang berhubungan dengan aseL pemblayaan harus
dlkurangkan
8 kCnSL LnlLAlAn uAn LnCuku8An AkunAkun (CS)
enllalan dan pengukuran akunakun laporan keuangan syarlah berkalLan eraL dengan
meLoda pengukuran zakaL Adapun meLoda pengukuran zakaL ada dua meLoda yalLu
meLoda aseL berslh (neL asseLs) dan dana yang dllnvesLaslkan berslh (neL lnvesLed fund)
uasar pengukuran zakaL dengan meLoda aseL neLo adalah aseL yang blsa dlkenakan zakaL
dlkurangl kewa[lban yang [aLuh Lempo yang harus dlbayar pada akhlr Lahun laporan
keuangan dlkurangl ekulLas rekenlng lnvesLasl Lldak LerbaLas saham mlnorlLas ekulLas
yang dlmlllkl oleh pemerlnLah dan dlkurangl ekulLas yang dlmlllkl oleh dana hlbah
kemudlan dlkurangl ekulLas yang dlmlllkl badan soslal dan ekulLas yang Lermasuk pada
organlsasl nlrlaba Lldak Lermasuk yang dlmlllkl lndlvldu
Sedangkan dasar pengenaan zakaL menggunakan meLoda dana yang dllnvesLaslkan neLLo
adalah modal dlseLor dlLambah cadangan dlLambah provlsl dlLambah provlsl yang Lldak
dlkurangkan yang [aLuh Lempo unLuk dlbayarkan selama Lahun yang berakhlr pada Langgal
laporan poslsl keuangan dlkurangl aseL LeLap neLo dlkurangl lnvesLasl yang Lldak dlbell
unLuk dlperdagangkan mlsalnya real esLaLe unLuk dlsewakan dan akumulasl keruglan
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
133
1abel 11
uASA8 LnlLAlAn Akun Akun LAC8An kLuAnCAn S?A8lAP
uASA8 ZAkA1 uLnCAn ML1CuA 8L8SlP (nL1 ASSL1S ML1PCuS)
nama Akun uasar enllalan
AseL
kas dan seLara kas
luLang
emblayaan Mudharabah
emblayaan musyarakah
Salam
lsLlsna'a
AseL perdagangan
ersedlaan
SuraL berharga
8eal esLaLe
Laln laln
kewa[lban
kewa[lban lancar
kewa[lban [angka pan[ang
kewa[lban laln
LkulLas rekenlng lnvesLasl yang Lldak LerbaLas
LkulLas yang dlmlllkl oleh pemerlnLah ekulLas yang
dlmlllkl oleh dana hlbah ekulLas yang dlmlllkl lembaga
soslal ekulLas yang dlmlllkl oleh organlsasl nlrlaba
Lldak Lermasuk yang dlmlllkl lndlvldu
Saham mlnorlLas (mlnorlLy lnLeresL)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal seLara kas (cash equlvalenL value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
Sumber Aao lll (1998 288)
uasar enllalan ALas akunakun Laporan keuangan Syarlah sebagal dasar pengenaan
ZakaL dengan meLoda neL lnvesLed lunds MeLhod sebagal berlkuL
1abel 12
ML1CuA uAnA ?AnC ullnvLS1ASlkAn 8L8SlP
(nL1 lnvLS1Lu lunuS ML1PCu)
nama akun uasar enllalan
AseL Lldak unLuk dlperdagangkan
8eal esLaLe unLuk dlsewakan
Lalnlaln
AseL LeLapl (neLLo)
Cadangan yang Lldak dlcadangkan darl aseL
kewa[lban yang belum [aLuh Lempo yang harus
dlbayarkan pada perlodlk laporan keuangan yang akan
daLang
LkulLas pemlllk
1ambahan modal dlseLor
Cadangan
Laba dlLahan
Laba berslh perlodlk ber[alan
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
nllal buku (book value)
Sumber AAClll (1998 288)
ualam meLoda aseL berslh perusahaan nampak bahwa aseL aLau aseL yang dlnllal adalah
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
134
aseL lancar ulmana sesual pada pembahasan sebelumnya bahwa aseL yang wa[lb dlkenal
zakaL adalah aseL lancar yang akan dlolah (dlproses) unLuk menghasllkan pendapaLan
!adl [elaslah bahwa aseL yang dlkenal kewa[lban zakaL bagl perusahaan adalah aseL dalam
kaLegorl aseL lancar (kas seLara kas pluLang barang perdagangan dan aseL pemblayaan)
yang dlnllal berdasarkan prlnslpprlnslp currenL value dengan menggunakan meLoda cash
equlvalenL value
C kCnSL LA8A Akun1AnSl S?A8lAP
embahasan konsep laba akunLansl syarlah akan dllakukan dengan Llga pendekaLan dalam
Leorl akunLansl yalLu pendekaLan slnLaksls semanLls dan pragmaLls Laba secara slnLaksls
yalLu melalul aLuranaLuran yang mendeflnlslkannya secara semanLls yalLu melalul hubungan
pada reallLas ekonoml yang mendasarl dan secara pragmaLls merupakan penggunaan laba
oleh para pemakalnya Lanpa memperhaLlkan bagalmana hal lLu dlukur aLau apakah lLu arLlnya
(Pendrlksen dan van 8reda 2000 329)
1) LA8A Akun1AnSl S?A8lAP AuA 1lnCkA1An Sln1AkSlS
konsep laba dalam LlngkaLan memberlkan aLuranaLuran yang merupakan lnLerpreLasl
dunla nyaLa aLau dampak perlakuan laba yang dldasarkan pada prlnslp dan premls yang
Ler[adl keLenLuan dan aLuran lLu dlbuaL logls dan konslsLen dengan mendasarkan pada
premls dan konsep yang Lelah dlkembangkan darl prakLlk yang Lelah ada
AkunLansl konvenslonal cenderung unLuk menerlma dan menggunakan konsepkonsep
LersebuL sebagal suaLu lnLerpreLasl dalam dunla nyaLa ara pemakal konsep laba pada
LlngkaLan slnLaksls harus memahaml bahwa arLl laba akunLansl hanya dapaL dlmengerLl
dengan mengeLahul bagalmana laba dlukur yalLu bagalmana operaslonallsme aLas laba
yang bersangkuLan dl mana pemakal harus memahaml operasl yang dlgunakan akunLansl
unLuk menghasllkan [umlah laba
endekaLan Lransaksl pada pengukuran laba adalah pendekaLan leblh konvenslonal yang
dlgunakan oleh akunLansl saaL lnl ualam pendekaLan lnl mellbaLkan caLaLan penllalan
aseL dan kewa[lban hanya blla lnl merupakan hasll darl Lransaksl lsLllah Lransaksl
dlgunakan dalam pengerLlan luas unLuk mencakup balk Lransaksl lnLernal maupun
eksLernal 1ransaksl eksLernal berasal darl melakukan blsnls dengan plhak luar dan Lransfer
aseL aLau kewa[lban ke aLau darl perusahaan lLu Sedangkan Lransaksl lnLernal berasal darl
penggunaan aLau konversl aseL dl dalam perusahaan
Sedangkan pendekaLan akLlvlLas dalam pengukuran laba berbeda dengan pendekaLan
Lransaksl dl mana pendekaLan akLlvlLas leblh memuaskan pada deskrlpsl akLlvlLas sebuah
perusahaan dan bukan pada pelaporan Lransaksl Laba dlasumslkan Llmbul blla akLlvlLasakLlvlLas
aLau ke[adlanke[adlan LerLenLu Ler[adl Lldak hanya sebagal hasll darl Lransaksl
speslflk erbedaan uLama adalah bahwa pendekaLan Lransaksl dldasarkan pada proses
pelaporan yang mengukur suaLu ke[adlan eksLernal yalLu Lransaksl sedangkan pendekaLan
akLlvlLas dldasarkan pada konsep akLlvlLas aLau dunla nyaLa dalam pengerLlan yang leblh
luas
unLuk leblh memahaml konsep laba dalam akunLansl syarlah dalam LlngkaLan slnLaksls
maka [uga harus dlpahaml dengan mengeLahul bagalmana operaslonallsme unLuk
mengukur laba yalLu bagalmana proses yang dllakukan unLuk menghasllkan laba SeperLl
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
133
halnya konsep laba dalam akunLansl konvenslonal konsep laba akunLansl syarlah [uga
mengenal dua pendekaLan dalam pengukuran laba yalLu pendekaLan Lransaksl dan
pendekaLan akLlvlLas dalam proses pengukuran laba
kedua pendekaLan dlgunakan dalam akunLansl syarlah karena maslngmaslng sebenarnya
mempunyal poslsl yang sallng melengkapl dan berada dalam proses yang beruruLan
sehlngga fakLor wakLu pencaLaLan (Llmlng) dan penllalan (valuaLlon) memegang peranan
penLlng uengan penggunaan kedua pendekaLan dalam LlngkaLan slnLakLls dalam konsep
akunLansl syarlah maka komponen laba dapaL dlklaslflkaslkan ke dalam beberapa cara
mlsalnya berdasarkan produk golongan pelanggan suppller aLau dlkelompokkan menuruL
segmen laln keunLungan yang dlperoleh dengan mekanlsme seperLl lLu adalah laba yang
berasal darl berbagal sumber seperLl darl operasl dan penyebab eksLernal dapaL
dllaporkan secara Lerplsah sehlngga lnformasl yang dlhasllkan akan sangaL bermanfaaL
bagl para pemakalnya
kedua pendekaLan dalam LlngkaLan slnLaksls akunLansl syarlah LersebuL dapaL dlLurunkan
dalam reallLas dunla nyaLa dalam memenuhl salah saLu rukun lslam yalLu pelaksanaan
kewa[lban zakaL ZakaL merupakan reallLas amanah yang dlLransformaslkan pada skala
yang leblh kecll dalam lnLernal sebuah organlsasl
2) LA8A Akun1AnSl S?A8lAP AuA 1lnCkA1An SLMAn1lk
Laba akunLansl pada LlngkaLan semanLlk memusaLkan perhaLlan kepada hubungan
hubungan anLara fenomena (ob[ek aLau perlsLlwa) dengan slmbol yang mewaklll fenomena
LersebuL (Pendrlksen dan van 8reda 2000 329) unLuk memberlkan makna lnLerpreLaLlf
pada laba akunLansl konvenslonal menggunakan konsep ekonoml sebagal LlLlk Lolak yalLu
konsep perubahan kese[ahLeraan dan makslmallsasl laba
Laba dalam akunLansl syarlah dalam LlngkaLan semanLlk sangaL berkalLan eraL dengan
Lu[uan akunLansl syarlah lLu sendlrl Adnan (1999 4) menyaLakan bahwa Lu[uan akunLansl
syarlah [lka dlllhaL darl ldeallsme syarlah dapaL dlbagl men[adl dua LlngkaLan yalLu
LlngkaLan ldeal dan LlngkaLan prakLls
Secara umum dapaL dlkeLahul bahwa Lu[uan laba dalam akunLansl syarlah adalah unLuk
memenuhl salah saLu rukun lslam yalLu kewa[lban menunalkan zakaL Cleh karena lLulah
laba dalam akunLansl syarlah dlperlukan unLuk menllal [alannya operaslonal usaha
apakah sudah dllakukan secara eflslen aLau belum unLuk melakukan perLanggung[awaban
balk perLanggung[awaban kepada pemlllk (pemegang saham) maupun
perLanggung[awaban kepada sang maha pemlllk Allah SW1
Cleh karena lLu laba dalam akunLansl syarlah [uga harus blsa dlgunakan unLuk menllal
eflslensl aLas keglaLan lnvesLasl perusahaan Lflslensl LersebuL akan Lercermln dalam
LlngkaL pengemballan aLas lnvesLasl yang dlhlLung dengan laba berslh dlbagl [umlah
modal yang dllnvesLaslkan
3) LA8A Akun1AnSl S?A8lAP AuA 1lnCkA1An 8ACMA1lS
konsep pragmaLlk darl laba berkalLan dengan proses kepuLusan yang dllakukan oleh
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
136
plhakplhak yang menggunakan lnformasl laba LersebuL aLau perlsLlwaperlsLlwa yang
dlpengaruhl oleh lnformasl aLas laba LersebuL Secara slngkaL laba pragmaLlk merupakan
pengka[lan mengenal hubungan anLara slmbol (1uanakoLLa 1984 4) Slmbolslmbol yang
berbeda akan merangsang LanggapanLanggapan yang berbeda darl pemakal LerLenLu
sekallpun slmbolslmbol lLu mempunyal makna yang sama emakal yang berbeda [uga
mungkln menafslrkan slmbol yang sama dalam pengerLlan yang berbedabeda
konsep laba pragmaLlk dalam akunLansl syarlah memusaLkan perhaLlan pada relevansl
lnformasl yang dlkomunlkaskan kepada pembuaL kepuLusan dan prllaku darl prlbadl
prlbadl aLau kelompokkelompok prlbadl sebagal aklbaL dlsa[lkannya lnformasl akunLansl
konsep laba pragmaLlk dalam akunLansl syarlah harus mencermlnkan nllalnllal eLlka
lslam dl mana plhakplhak pemakal laporan laba harus berperllaku secara lslam Cleh
karena lLu konsep laba pada LlngkaLan lnl dapaL dlbahas dengan pendekaLan eLls
endekaLan eLls dalam Leorl akunLansl memberlkan penekanan kepada konsep keadllan
kebenaran dan kelayakan (1uanakoLLa 1984 13) Cleh karena lLu lnformasl aLas laba
seharusnya memperhaLlkan halhal berlkuL
1 Menggunakan prosedurprosedur akunLansl yang dapaL memberlkan perlakuan yang
sama kepada semua plhak
2 Laporan labarugl harus menya[lkan pernyaLaan yang benar dan akuraL
3 uaLa akunLansl harus layak Lldak blas dan Lldak memlhak pada kepenLlngan
kepenLlngan LerLenLu
kelayakan keadllan dan Lldak memlhak sebenarnya merupakan pandangan bahwa
laporan keuangan syarlah Lldak boleh Ler[angklL oleh pengaruh aLau blas yang Lldak
seharusnya Ler[adl konsep laba pragmaLls dalam akunLansl syarlah dapaL dlbagl dalam
beberapa Lu[uan yalLu laba sebagal penenLu besarnya kewa[lban zakaL sebagal dasar
pengambllan kepuLusan dan konLrakLual dan laba sebagal alaL peramal
u LA8A SL8ACAl SA8AnA LnCPl1unCAn ZAkA1
ZakaL merupakan hal yang sangaL asasl dalam lslam dlmana zakaL merupakan salah
saLu rukun lslam Lldak hanya wa[lb bagl 8asulullah LeLapl [uga bagl seluruh umaL dan
dlwa[lbkannya penunalan zakaL lLu dlLegaskan oleh ayaLayaL Cur'an yang Legas dan [elas
dan oleh sunnah 8asulullah yang dlsakslkan semua orang muLawaLlr dan oleh konsensus
(l[ma') seluruh umaL semen[ak dulu sampal sekarang (Cardawl 1991 86)
Laba yang dlperoleh dengan menggunakan akunLansl syarlah sebagal dasar penyusunan
laporan keuangannya harus dapaL dlpakal sebagal dasar unLuk memenuhl rukun lslam
LersebuL Sehlngga Lu[uan akunLansl syarlah salah saLunya adalah sebagal dasar
penghlLungan zakaL (Pameed 2000 17 1rlyuwono 1997a 14)
ZakaL dlmaksudkan sebagal upaya unLuk mengakLuallsaslkan kelslaman [aLl dlrl
manusla pada dlmensl eLls dan morallLasnya yang LerkalL dengan reallLas soslal sebagal
khallfah Allah dl muka buml (Mas'ud 1991 33) kalLannya dengan konsep laba
akunLansl syarlah secara pragmaLls adalah lnformasl laba harus dapaL dl[adlkan dasar
penghlLungan zakaL ZakaL aLas pendapaLan harus Lerleblh dahulu dlkurangkan blaya dan
ongkosongkos unLuk memperoleh pedapaLan LersebuL berdasarkan pengqlasan
Lerhadap hasll buml dan se[enlsnya bahwa blaya harus dlkeluarkan Lerleblh dahulu baru
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
137
zakaL dlkeluarkan darl slsa (Cardawl 1991 486)
lnformasl laba secara pragmaLls dalam akunLansl syarlah harus blsa dl[adlkan dasar
penghlLungan zakaL Sebab zakaL merupakan sarana aLau lnsLlLusl yang akan membedakan
anLara seorang mu'mln darl seorang munaflk yang dl[elaskan oleh Allah dalam AlCur'an
(9 67)
L LA8A SL8ACAl uASA8 LnCAM8lLAn kLu1uSAn uAn kCn18Ak
keluaran (ouLpuL) laporan keuangan berdasrkan prlnslp syarlah dlLu[ukan unLuk semua
pemakal laporan keuangan Lanpa membedakan laLar belakang para pemakalnya lnformasl
laba blasanya dlgunakan sebagal dasar pengambllan kepuLusan Sama seperLl lnvesLor
yang akan menggunakan lnformasl aLas laba LersebuL unLuk mempredlkslkan LlngkaL
pengendallan aLas modal yang akan dlLanamkan plhak mana[emen [uga berkepenLlngan
dengan rencana dl masa depan kepuLusankepuLusan yang dlambll LersebuL berlmpllkasl
aLau mempengaruhl ke[adlan masa mendaLang
engambllan kepuLusan aLas dasar lnformasl laba [uga men[adl dasar darl banyak
hubungan hukum dan konLrakLual dalam masyarakaL kekuaLan darl pendekaLan
konLrakLual adalah bahwa hal lLu Lldak menunLuL lnLepreLasl semanLlk aLas perubahan
akunLansl (Pendrlksen dan van 8reda 2000 343) ualam slsLem ekonoml lslam Lldak
dlkenal adanya slsLem bunga slsLem ekonoml lslam dllaksanakan dengan slsLem bagl
hasll (proflL loss sharlng) Cleh karena lLu kalLannya dengan konsep laba akunLansl
syarlah adalah bahwa laba akunLansl syarlah dapaL dl[adlkan dasar dalam melaksanakan
Lransaksl secara lslam mlsalnya laba aLau esLlmasl darl laba (keunLungan) dl[adlkan dasar
dalam beberapa produk pemblayaan syarlah
l LA8A SL8ACAl ALA1 L8AMAL
Laba sebagal alaL peramal blasanya dlgunakan sebagal dasar kepuLusan lnvesLasl
mlsalnya laba dlgunakan unLuk mempredlksl harga per lembar saham nllal sebuah
perusahaan dan nllal saham dalam perusaahaan lLu LerganLung pada allran dlsLrlbusl masa
depan yang dlharapkan kepada pemegang saham 8erdasarkan pengharapan lnl pemegang
saham saaL lnl dapaL memuLuskan unLuk men[ual saham lLu aLau Lerus menahannya
lnformasl laba yang dlpredlkslkan harus mempunyal slgnlflkasl dunla nyaLa aLau konsep
laba akunLansl syarlah yang dlproyekslkan relevan dengan proses kepuLusan lnvesLor
Sebaglan besar lnvesLor menghendakl agar predlksl masa depan yang dllaporkan relevan
bagl evaluasl saham suaLu perusahaan dalam kepuLusan [ual bell Cleh karena lLu predlksl
aLas laba harus dldasarkan pada penllalan dan pengukuran secara LepaL
Zald dan 1lbblLs (1999 16) leblh [auh menyaLakan bahwa salah saLu prlnslp sebagal dasar
perLlmbangan dalam akunLansl syarlah adalah kebenaran dan keLerbukaan laporan
kepengurusan rlnslp keLerbukaan lnl berasal darl prlnslp al mu'amalaL dl mana seLlap
Lransaksl perlsLlwaperlsLlwa ekonoml aLau kepuLusan yang dlbuaL harus halal
(dlperbolehkan) dalam lslam
Laba akunLansl syarlah sebagal alaL peramal banyak dlgunakan dalam pembuaLan konLrak
ker[asama pemblayaan lslam Mannan (1997 168) menyaLakan bahwa Lransaksl
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
138
pemblayaan mudharabah dan musyarakah memerlukan predlksl aLas keunLungan sebagal
dasar pembaglan hasll aLas lnvesLasl yang yang dllaksanakan uarl pembahasan dl aLas
dapaL dlslmpulkan bahwa konsep laba akunLansl syarlah dapaL dlLln[au darl Llga LlngkaLan
yalLu konsep lana akunLansl syarlah pada LlngkaLan slnLaksls slmanLlk dan pragmaLls
ada LlngkaLan lnl konsep laba akunLansl syarlah menggunakan pendekaLan akLlvlLas dan
pendekaLan Lransaksl secara beruruLan endekaLan akLlvlLas dan Lransaksl mempunyal
poslsl yang sallng melengkapl dan berada pada proses yang beruruLan sehlngga fakLor
wakLu (Llmlng) dan penllalan (valuaLlon) memegang peranan penLlng
ada LlngkaLan semanLls laba akunLansl syarlah men[elaskan bagalmana hubungan anLara
fenomena (obyek aLau perlsLlwa) dengan slmbol yang mewaklll fenomena LersebuL
konsep laba akunLansl syarlah pada LlngkaLan semanLls lnl berkalLan eraL dengan Lu[uan
akunLansl syarlah lLu sendlrl Sedangkan pada LlngkaLan pragmaLls konsep laba akunLansl
syarlah dapaL dlgunakan unLuk men[elaskan relevansl lnformasl yang dlkomunlkaslkan
kepada pembuaL kepuLusan dan perllaku darl prlbadl aLau kelompok sebagal aklbaL
dlsa[lkannya lnformasl aLas laba
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
139
LAMl8An LAC8An kLuAnCAn L88AnkAn S?A8lAP
1u[uan Laporan keuangan menyedlakan lnformasl mengenal poslsl keuangan klner[a
dan perubahan poslsl keuangan unLuk pengambllan kepuLusan ekonoml yang raslonal dan
sesual dengan prlnslp syarlah
Llemen laporan keuangan
1 neraca
2 Laporan Laba 8ugl
3 Laporan erubahan LkulLas
4 Laporan Arus kas
3 Laporan erubahan lnvesLasl 1erlkaL (Mudharabah Muqayyadah)
6 Laporan Sumber dan enggunaan uana ZlS
7 Laporan Sumber dan enggunaan uana Cardh (Cardhul Pasan)
8 CaLaLan ALas Laporan keuangan
emakal yang berkepenLlngan aLas laporan keuangan
1 emlllk dana (shahlbul maal)
2 kredlLur
3 embayar zakaL (muzakl) lnfaq dan sadaqah
4 emegang saham (lnvesLor)
3 CLorlLas pengawasan (uewan engawas Syarlah)
6 8ank lndonesla
7 emerlnLah
8 Lembaga pen[amln pln[aman (LrusLee) dan
9 MasyarakaL (ASl 2003 12)
edoman enyusunan engungkapan Laporan keuangan erbankan Syarlah
1 eraLuran yang dlkeluarkan oleh 8ank lndonesla
2 kerangka uasar enyusunan dan enya[lan Laporan keuangan umum kerangka
uasar enyusunan dan enya[lan Laporan keuangan erbankan Syarlah SAk
umum SAk erbankan Syarlah no39/2003 dan lnLerpreLasl ernyaLaan SLandar
AkunLansl keuangan (lSAk)
3 AccounLlng AudlLlng and Covernance SLandards for lslamc llnanclal lnsLlLuLlons
yang dlLerblLkan oleh AAClll 8ahraln Lahun 2001
4 lnLernaLlonal AccounLlng SLandard (lAS) SlAS yang Lldak berLenLangan dengan
prlnslp syarlah
3 eraLuran perundangundangan yang relevan dan prakLlk akunLansl yang berLerlma
umum sepan[ang Lldak berLenLangan dengan prlnslp syarlah
(ASl 2003 13)
rlnslp uasar enya[lan Laporan keuangan
1 konslsLensl penya[lan
2 maLerlallLas dan agregasl
3 sallng hapus (offseLLlng)
4 perlodlk pelaporan
3 lnformasl komparaLlf
6 relevansl
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
140
keLerbaLasan Laporan keuangan (ASl 2003 1117)
1 berslfaL hlsLorls
2 berslfaL umum
3 berslfaL konservaLlf
4 benLuk formallLas
3 menggunakan lsLllah bahasa Leknls
6 menggunakan perLlmbangan dan esLlmasl
7 melaporkan lnformasl maLerlal sa[a
8 beragammnya meLode akunLansl hlngga menlmbulkan varlasl pengukuran sumber
daya ekonomls dan
9 lnformasl berslfaL kuallLaLlf dan fakLa Lldak dapaL dlkuanLlflkaslkan umumnya
dlabalkan
8Ank S?A8lAP MLMlLlkl lunCSl SL8ACAl 8L8lku1
1 Mana[er lnvesLasl dapaL mengelola lnvesLasl aLas dana nasabah
menggunakan akad mudharabah aLau sebagal agen lnvesLasl
2 lnvesLor melakukan lnvesLasl dana bank syarlah aLau dana nasabah
berdasarkan prlnslp bagl hasll
3 enyedla [asa keuangan dan lalullnLas pembayaran
4 engemban fungsl soslal dalam benLuk pengelolaan dana ZlS dan pln[aman
keba[lkan (qardhul hasan) sesual dengan peraLuran dan keLenLuan yang
berlaku
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
141
nL8ACA
8Ank S?A8lAP
er 31 uesember 20072008
2007
(8p)
2008
(8p)
2007
(8p)
2008
(8p)
ASL1
1 kas
2 enempaLan pada 8ank lndonesla
3 Clro pada bank laln
4 enempaLan pada bank laln
3 lnvesLasl pada efek/suraL berharga
6 luLang
a Murabahah
b Salam
c lsLlshna
7 emblayaan Mudharabah
8 emblayaan Musyarakah
9 ln[aman Card
10 enyaluran uana lnvesLasl 1erlkaL
(LxecuLlng)
11 enylslhan keuglan
penghapusbukuan aseL produkLlf
12 Sedlaan
13 1aglhan aLas kewa[lban aksepLasl
14 l[arah
13 AseL lsLlshan dalam penyelesalan
16 enyerLaan pada enLlLas laln
17 AseL 1eLap dan Akumulasl
enyusuLan
18 luLang pendapaLan bagl hasll
19 luLang pendapaLan l[arah
20 AseL lalnnya
kLWA!l8An lnvLS1ASl
1L8lkA1 uAn Lkul1AS
1 kewa[labn segera
2 8agl hasll yang belum
dlbaglkan
3 Slmpanan
a Clro Wadlah
b 1abungan Wadlah
4 Slmpanan darl bank laln
a Clro Wadlah
b 1abungan Wadlah
3 uLang
a Salam
b lsLlshna
c kewa[lban laln
6 kewa[lban dana lnvesLasl LerlkaL
(LxecuLlng)
7 uLang a[ak
8 LsLlmasl keruglan komlLmen
dan konLl[ensl
9 ln[aman yang dlLerlma
10 l[aman Subordlnasl
lnvLS1ASl 1luAk 1L8lkA1
1 lnvesLasl Lldak LerlkaL darl
bukan bank
a 1abungan Mudharabah
b ueposlLo Mudaharabah
2 lnvesLasl Lldak LerlkaL darl bank
a 1abungan Mudharabah
b ueposlLo Mudaharabah
Lkul1AS
1 Modal dlseLor
2 1ambahan modal dlseLor
3 Saldo laba/rugl
1C1AL ASL1 xxx xxx
1C1AL kLWA!l8An lnvLS1ASl
1luAk 1L8lkA1 uAn Lkul1AS xxx xxx
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
142
LAC8An LA8A 8uCl
8Ank S?A8lAP
unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2008
endapaLan Cperasl uLama
1) endapaLan darl [ual bell
a endapaLan margln murabahah
b endapaLan salam paralel
c endapaLan lsLlshna paralel
l) pendapaLan lsLlshna
ll) harga pokok lsLlshna
endapaLan berslh lsLlshna paralel
xxx
(xx)
xxx
xxx
xxxxx
2) endapaLan darl sewa
a pendapaLan sewa
b keunLungan pelepsan aseL l[arah
c keunLungan lalnnya
1C1AL LnuAA1An SLWA
d 8eban penyusuLan aseL l[arah
e 8eban pemellharaan aseL l[arah
f 8eban sewa aseL l[arah
g 8ugl pelepasan aseL l[arah
1C1AL 8L8An SLWA
endapaLan berslh sewa
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxx
xxxx
xxxx
3) endapaLan darl bagl hasll
a endapaLan bagl hasll murabahah
b endapaLan bagl hasll musyarakah
1oLal pendapaLan darl bagl hasll
xxxx
xxxx
xxxx
4) endapaLan operasl uLama lalnnya
a endapaLan bonus SW8l
b 8agl hasll SerLlflkaL lMA
c SuraL berharga syarlah lalnnya
1oLal pendapaLan operasl uLama
1oLal pendapaLan operasl uLama
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxx
3) Pak plhak keLlga aLas bagl hasll lnvesLasl Lldak LerlkaL
endapaLan bank sebagal mudharlb
(xxx)
xxxx
6) endapaLan operasl lalnnya
a endapaLan fee hlwalah
b endapaLan fee rahn
c endapaLan fee kafalah
d endapaLan fee wakalah
e endapaLan fee lnvesLasl LerlkaL
f enerlmaan keleblhan qard
g endapaLan admlnslLarsl
1oLal pendapaLan operasl lalnnya
xxx
xxx
xxx xxx
xxx
xxx
xxx
xxxx
7) 8eban operasl lalnnya
a 8eban bonus wadlah
b 8eban bagl hasll serLlflkaL lMA
c keruglan penurunan aseL
d 8eben penylslhan keruglan aseL produkLlf
e 8eban penyusuLan aseL LeLap
f 8eban Lransaksl valuLa aslng
g 8eban preml dalam rangka pen[ualan
h 8eban sewa
l 8eban promosl
[ 8eban admlnlsLrasl dan umum
1oLal beban operasl lalnnya
xxx
xxx
xxx xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
8) endapaLan nonoperasl xxxx
9) 8eban nonoperasl (xxx)
10) ZakaL (xxx)
11) a[ak (xxx)
Laba berslh seLelah zakaL dan pa[ak xxxxx
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
143
LAC8An A8uS kAS
8Ank S?A8lAP
unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2007 dan 2008
2007 2008
Arus kas darl AkLlvlLas Cperasl xxxx xxxx
Laba/rugl berslh
enyesualan unLuk merekonslllasl laba/rugl berslh men[adl kas berslh darl
keglaLan operasl
enyusuLan aseL LeLap
enylslhan keruglan (pemballkan aLas penylslhan) unLuk
Clro pada bank laln
enempaLan pada bank laln
Lfekefek
emblayaan
Sedlaan
AseL
enyerLaan
AseL laln
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
enylslhan aLas penurunan nllal pasar suraLsuraL berharga
Laba pen[ualan aseL LeLap
endapaLan dlvlden
AmorLlsasl blaya emlsl saham
AmorLlsasl akLlv Lldak berwu[ud
Sellslh kurs karena pen[abaran laporan keuangan
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
erubahan aseL dan kewa[lban operasl
enempaLan pada bank laln
SuraL berharga
emblayaan
AseL lalnlaln
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
Slmpanan
Clro
1abungan deposlLo ber[angka
SerLlflkaL deposlLo
kewa[lban segera lalnnya
uLang pa[ak
kewa[lban laln
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
kas berslh dlperoleh (dlgunakan unLuk) keglaLan operasl xxxx xxxx
Arus kas darl AkLlvlLas lnvesLasl
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
enyerLaan saham
erolehan aseL LeLap
Sellslh kurs pen[abaran lap keuangan unLuk aseL LeLap
Pasll pen[ualan aseL LeLap
enerlmaan dlvlden
kas berslh dlperoleh (dlgunakan unLuk) keglaLan lnvesLasl xxxx xxxx
Arus kas darl AkLlvlLas endanaan
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
kenalkan (penurunan) pln[aman yang dlLerlma
Pasll penerblLan saham
embayaran dlvlden
kas berslh dlperoleh (dugunakan unLuk) keglaLan pendanaan xxxx xxxx
kenalkan berslh kas dan seLara kas xxxx xxxx
kas dan seLara kas awal Lahun xxxx xxxx
kas dan seLara kas akhlr Lahun xxxx xxxx
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
144
LAC8An L8u8APAn Lkul1AS
8Ank S?A8lAP
unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2007 dan 2008
uralan
CaL Modal
Saham
dlLemp
aLkan
dan
dlseLor
(8p)
1amba
han
modal
dlseLor
(8p)
Sells
lh
penll
alan
kem
ball
aseL
LeLap
(8p)
Sellslh
penllal
an
wa[ar
efek yg
Lersedl
a unLuk
dl[ual
(8p)
endap
aLan
kompre
henslf
laln
(8p)
Sells
kurs
karena
pen[ab
aran
laporan
keuang
n
(8p)
Saldo laba
yang Lelah
dlLenLukan
pengunaanny
a
Saldo
laba yg
belum
dlLenLu
kan
penggu
nannya
(8p)
1oLal
mod
al
bersl
h
(8p)
Cad
1u[u
an
(8p)
Cad
umu
m
(8p)
Saldo pada Langgal
31 !anuarl 2007
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
enyesualan
sehubungan dengan
penerapan kebl[akan
akunLansl baru aLas h
xxx
xxx
Saldo pada Langgal 1
!anurl 2007 dlsa[lkan
kemball
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
engunaan selama
Lahun ber[alan
(xxx) (xxx)
ulLenLukan unLuk
cadangan Lu[uan
xxx xxx (xxx)
ulLenLukan unLuk
cadangan umum
(xxx)
embaglan dlvlden (xxx) (xxx)
8ugl berslh selama
Lahun ber[alan
(xxx) (xxx)
Saldo pada Langgal 31
uesember 2007 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
Pasll penerblLan saham
darl penawaran umum
LerbaLas kepada para
pemegang saham
xxx
xxx
enambahan selama
Lahun ber[alan
xxx
ulLenLukan unLuk
cadangan Lu[uan
xxx xxx (xxx)
8ugl berslh selama
Lahun ber[alan
(xxx) (xxx)
Saldo pada Langgal 31
uesember 2008
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
143
LAC8An L8u8APAn uAnA lnvLS1ASl 1L8lkA1
8Ank S?A8lAP
unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2007 dan 2008
uralan
orLofollo A orLofollo 8 1oLal
2008 2007 2008 2007 2008 2007
Saldo awal xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
!umlah unlL lnvesLasl awal perlodlk unlL unlL unlL unlL unlL unlL
nllal per unlL lnvesLasl xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL
enerlmaan dana xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
enarlkan dana (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx)
keunLungan (rugl) lnvesLasl xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
8laya admlnlsLrasl (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx)
lee bank sebagal agen/mana[er lnvesLasl (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx)
Saldo lnvesLasl pada akhlr perlodlk xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
!umlah unlL lnvesLasl akhlr perlodlk unlL unlL unlL unlL unlL unlL
nllal unlL lnvesLasl akhlr perlodlk xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL
LAC8An SuM8L8 uAn LnCCunAAn uAnA ZlS
8Ank S?A8lAP
unLuk 1ahun 2007 dan 2008
uralan CaLaLan 2008
(8p)
2007
(8p)
Sumber dana ZlS
ZakaL darl bank
ZakaL darl luar bank
lnfaq dan shadaqah
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
1oLal sumber dana xxxx xxxx
engunaan dana ZlS
laklr
Mlskln
Amll
Crang yang baru masuk lslam (muallaf)
Crang yang LerllllL uLang (gharlm)
Pamba sahaya (rlqab)
Crang yanmg ber[lhad (flsabllllllah)
Crang yang dalam per[alanan (lbnusabll)
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
1oLal penggunaan xxxx xxxx
kenalkan (penurunan) sumber aLas penggunaan
Sumber dana ZlS pada awal Lahun xxxx xxxx
Sumber dana ZlS pada akhlr Lahun xxxx xxxx
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
146
LAC8An SuM8L8 uAn LnCCunAAn uAnA CA8u
8Ank S?A8lAP
unLuk 1ahun 2007 dan 2008
uralan CaLaLan
2008
(8p)
2007
(8p)
Sumber dana Card
lnfaq dan shadaqah
uenda
Sumbangan/hlbah
endapaLan non halal
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
1oLal sumber dana xxxx xxxx
engunaan dana Card
ln[aman
Sumbangan
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
1oLal penggunaan dana Card xxxx xxxx
kenalkan (penurunan) sumber aLas penggunaan
Sumber dana Card pada awal Lahun xxxx xxxx
Sumber dana Card pada akhlr Lahun xxxx xxxx
CA1A1An A1AS LAC8An kLuAnCAn
unsur caLaLan aLas laporan keuangan perbankan syarlah Lerdlrl darl
1 Cambaran umum 8ank Syarlah
o pendlrlan bank syarlah
o rlwayaL rlngkas bank
o nomor dan Langgal akLe pendlrlan
o bldang usaha uLama sesual anggaran dasar dan rumah Langga
o LempaL kedudukan bank syarlah
o Langgal mulalnya operasl
o karyawan dlreksl dan dewan komlsarls
o uewan engawas Syarlah (uS)
o sLrukLur kepemlllkan bank syarlah
o hubungan kepemlllkan anak perusahaan dengan bank syarlah
2 lkhLlsar keb[akan akunLansl
o uasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan
o kebl[akan akunLansl ([udgmenL of accounLlng)
o erubahan kebl[akan akunLansl esLlmasl dan kesalahan mendasar
3 en[elasan aLas akun (pospos) laporan keuangan
4 lnformasl penLlng lalnnya (lnformasl maLerlal)
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
147
uAl1A8 uS1AkA
A8 1970 8aslc ConcepLs and AccounLlng rlnclples underlylng llnanclal
SLaLemenLs of 8uslness LnLerprlses A8 SLaLemenL no 4 new ?ork
AlCA
8ank lndonesla 2006 kamus lsLllah keuangan dan erbankan Syarlah uS !akarLa
8ank lndonesla 2003 8lro erbankan Syarlah edoman AkunLansl erbankan
Syarlah lndonesla (ASl) !akarLa
8ank lndonesla Sk ulreksl 8ank lndonesla no 32/34/kep/ulr 1anggal 12 Mel
1999 LenLang 8ank umum 8erdasarkan rlnslp Syarlah
8ank lndonesla Sk ulreksl 8ank lndonesla no 32/36/kep/ulr 1anggal 12 Mel
1999 LenLang 8ank erkredlLan 8akyaL 8erdasarkan rlnslp Syarlah
8elkaoul Ahmed 1999 AccounLlng 1heory 1er[emahan Lrwan uukaL Ak Croup
?ogyakarLa
uLAC 8epubllk lndonesla 2004 Al Cur'an nul Carlm 1oha uLra Semarang
uSnMul dan 8ank lndonesla 2003 Plmpunan laLwa uewan Syarlah naslonal
1 lnLermasa !akarLa
Lchols !ohn M dan Pasan Shadlly 1996 kamus lnggrlslndonesla enerblL 1
Cramedla usLaka uLama !akarLa
lAS8 1978 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 1 Cb[ecLlves of
llnanclal 8eporLlng by 8uslness LnLerprlses SLamford ConnecLlcuL
lAS8 1980 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 2 CuallLaLlve
CharacLerlsLlcs of AccounLlng lnformaLlon SLamford ConnecLlcuL
lAS8 1980 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 3 LlemenL of llnanclal
SLaLemenL of 8uslness LnLerprlses SLamford ConnecLlcuL
lAS8 1984 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 3 8ecognlLlon and
MeasuremenL ln llnanclal 8eporLlng of 8uslness LnLerprlses SLamford
ConnecLlcuL
lAS8 1983 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 6 LlemenL of llnanclal
SLaLemenL A 8eplacemenL of lAS8 ConcepLs SLaLemenL no 3 SLamford
ConnecLlcuL
Cade Muhammad 2002 AkunLansl Syarlah enerblL Salemba LmpaL !akarLa
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
148
llamholLz LC 1988 ueveloplng Puman 8esources AccounLlng as a Puman
resources ueclslon SupporL SysLem AccounLlng Porlzons SepLember pp
19
Codzall lmam dan Anls Charlrl 2003 1eorl AkunLansl enerblL 8 undlp
Semarang
Parahap Sofyan Syafrl 2007 1eorl AkunLansl (Ldlsl 8evlsl) 8a[a Craflndo ersada
!akarLa
Pendrlksen Lldon S 1997 1eorl AkunLansl 1er[emahan oleh Marlanus Slnaga Ldlsl
keempaL enerblL Lrlangga !akarLa
hLLp//wwwLazklaonllnecom/mallphp3/reclplenLredaksl[Lazklacom
lAl 2007 ernyaLaan SLandar AkunLansl keuangan Salemba LmpaL !akarLa
!umlrln Asylkln 2000 erubahan Parga dan engungkapannya dalam Laporan
keuangan menuruL endekaLan uolar konsLan dan AkunLansl 8laya
8er[alan ArLlkel (Lldak dlpubllkaslkan)
kam v 1990 AccounLlng 1heory 2nd Ld new ?ork !ohn Wlley and Sons
kusnadl kerLahadl dan Lukman Samsudln 1983 1eorl AkunLansl enerblL usaha
naslonal Surabaya lndonesla
usaL engembangan 8ahasa 2003 kamus 8esar 8ahasa lndonesla 8alal usLaka
!akarLa
aLon WA LlLLleLon AC 1970 An lnLroducLlon Lo CorporaLe AccounLlng
SLandards AAA Monograph no 3 Mlchlgan uSA
8epubllk lndonesla undangundang no 10 Lahun 1998 LenLang erbankan !akarLa
Saroso dan Pasbl 8amll 2003 8lro erbankan Syarlah !akarLa Modul elaLlhan dl
8an[armasln
Salomon u 1978 1he ollLlzaLlon of AccounLlng !ournal of AccounLancy
(novemper) Sprlng
ScoLL Wllllam 8 1997 llnanclal AccounLlng 1heory renLlce Pall lnc new !ersey
uSA
1uanakoLLa 1heodorus M 1986 1eorl AkunLansl enerblL lL unlverslLas lndonesla
!akarLa
Wolk Parry L dan 1earney Mlchael C 1998 AccounLlng 1heory A ConcepLual
and lnsLlLuLlonal Approach lourLh LdlLlon SouLh WesLern ubllshlng Co
Chlo
1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln)
149
?uwono lwan 1rl 2002 AkunLansl Syarlah enerblL Salemba LmpaL !akarLa
Zlmmerman eL all 1970 A SLaLemenL of 8aslc AccounLlng osLulaLes and rlnclples
unlverslLy of llllnols

Anda mungkin juga menyukai