Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
1 BAB I PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI PENDAHULUAN Teori adalah sekumpulan konsep (hipotesis) yang dihasilkan dari kegiatan atau penelitian baik secara terstruktur maupun insidentil. Karena itu teori tersebut bersiIat umum dan berlaku sama di setiap waktu dan tempat. Teori umumnya berkenaan dengan suatu ketentuan yang telah teruji namun bersiIat dinamis. Sehingga kebenaran teori adakalanya tidak kekal karena setelah adanya teori hasil penemuan yang baru dengan sendirinya teori dengan konsep lama akan gugur. Demikan pula halnya dalam praktik akuntansi, bahwa Iungsi dan peran teori sangat penting terutama dalam merumuskan konsep, dalil, dan postulat maupun hipotesis lainnya agar tercipta konsistensi internal. Yang dimaksudkan adalah adanya konsep yang mendasari suatu praktik akuntansi. Sebab teori tanpa adanya praktik maka akan cenderung tidak konsisten. Demikian pula praktik (akuntansi) tanpa didasari konsep teori yang jelas maka akan menyulitkan dalam penerapannya. Oleh karena itu, pada pembahasan awal ini, Iokus uraian adalah bagaimana kita mampu memahami konsep teori yang jelas dan sesuai dengan praktik yang ada. Yang merupakan hasil kajian dari pakar di bidangnya, khususnya dalam dunia bisnis. A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN TEORI? Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering kali dinamakan dengan hipotesis atau proposisi. Proposisi adalah kalimat indikatiI (pernyataan tentang konsep) yang memiliki nilai kebenaran jika dikaitkan dengan Ienomena (misalnya, benar, salah, dan mungkin benar). Jika proposisi dikaitkan dengan pengujian empiris, maka proposisi tersebut disebut hipotesis. Proposisi merurut jenisnya terdiri dari dua macam yaitu proposisi a priori dan proposisi a posteriori. Proposisi a priori adalah pernyataan yang nilai kebenarannya dapat ditentukan dengan penalaran murni atau dengan mengalisis dari kata-kata yang digunakan (misalnya 224; segitiga memiliki 3 sisi ). Proposisi a posteriori adalah pernyataan yang nilai kebenarannya hanya dapat ditentukan setelah diketahui adanya realitas di dunia nyata. Misalnya: lampu lalu lintas menyala merah berarti berhenti. Bentuk yang paling sederhana dari teori adalah pernyataan terhadap suatu keyakinan dalam bahasa. Dalam buku KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teori adalah pendapat yang didasarkan penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi atau peneyelidikan eksprimental yang m,ampu mengahsilkan Iakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi dan argumentasi. Sehinggga rumusan teori itu, hendaknya berlaku umum dan bersiIat dinamis, karena didasarkan pada hasil penelitian atau temuan. Bila secara khusus makna atau pengertian teori tersebut, dapat kita perhatikan pernyataan beberapa pakar tentang teori tersebut antara lain sebagai berikut: Braithwaite (1968, 22) menyatakan: 'Teori ilmiah merupakan sistem deduktiI dimana konsekuensi yang diobservasi secara logis mengikuti hubungan antara Iakta yang diobservasi dengan seperangkat hipotesis dari sistem tersebut. Oleh karena itu, studi mengenai scientiIic theory merupakan studi tentang sistem deduktiI yang digunakan dalam teori tersebut. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
2 Popper (1968) yang lebih menekankan pada siIat empiris dari teori, yaitu teori merupakan area yang digunakan untuk menangkap apa yang kita namakan 'dunia, untuk merasionalkan, dan menjelaskan. Atas dasar deIinisi tersebut, teori dapat dikatakan sebagai argumen logis, sedang pernyataan terhadap keyakinan baik berupa penjelasan, prediksi atau preskripsi, merupakan suatu hipotesis. Teori semacam itu terdiri dari seperangkat premis atau pernyataan yang dihubungkan secara logis untuk menghasilkan suatu hipotesis. B. PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI Dalam praktik akuntansi sangat diperlukan sebagai media untuk penyedia inIormasi bagi manajemen dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun dalam konsep teoritis terkadang masih banyak pihak yang belum memahami apa akuntansi itu? Bagaimana kedudukannya dalam teori akuntansi? Apakah akuntansi tersebut memang didukung oleh dasar atau konsep teoritis yang ilmiah. Namun secara umum para peneliti, praktisi dan akademisi telah sepakat bahwa akuntansi tersebut cukup kuat bukti dan didukung oleh berbagai hasil penelitian dan kajian yang dapat digunakan sebagai dasar ilmu yang ilmiah. Selain itu akuntansi tersebut sebenarnya berkaitan erat dengan apa yang dilakukan oleh para akuntan, dunia usaha maupun dunia pendidikan, karena pada pengertian mula-mula dinyatakan bahwa akuntansi adalah seni (art) mencatat, mengklasiIikasikan dan meringkas atas peristiwa atau kejadian yang dilakukan sedemikian rupa dalam bentuk uang, atau paling tidak siIat keuangan dan menginterpretasikan hasilnya dalam laporan keuangan. Dalam pendekatan lain untuk dapat mengidentiIikasikan akuntansi sebagai pendekatan komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh American Accounting Association (AAA, 1960), menyatakan bahwa akuntansi adalah proses mengidentiIikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan inIormasi untuk membantu pemakai dalam membuat keputusan atau pertimbangan yang benar. Sementara itu, menurut APB No. 4 tahun 1970, akuntansi adalah kegiatan jasa. Fungsinya adalah untuk memberikan inIormasi kuantitatiI, terutama yang bersiIat keuangan, tentang entitas ekonomi yang diharapkan bermanIaat bagi pengambilan keputusan ekonomi. Hendriksen, (1999) merumuskan pengertian teori adalah sebagai seperangkat prinsip-prinsip yang saling terkait (coherent), bersiIat hipotetis, konseptual dan pragmatis, dan membentuk rerangka reIerensi umum untuk bidang pengetahuan tertentu (a Iield oI inquiry). Sehingga atas dasar tersebut Hendriksen (1999), mendeIinisikan teori akuntansi adalah sebagai penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set oI broad principles) yang memberikan rerangka reIerensi umum untuk mengevaluasi praktik akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan praktik dan prosedur akuntansi yang baru. Sehingga dengan demikian teori akuntansi tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Memiliki bentuk (body oI knowledge); b) Konsisten secara internal; c) Menjelaskan dan atau memprediksi Ienomena; d) Menyajikan hal-hal yang ideal; e) Sebagai reIerensi yang ideal untuk mengarahkan praktik akuntansi; dan I) Membahas masalah-masalah dan dapat memberikan solusi. Praktisi dan akuntan sering juga dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi dan memerlukan interpretasi atau analisis khusus seperti analisis ekonomi, sosial, hukum, statistika dan politik. Misalnya dalam akuntansi terdapat karakteristik kualitatiI dari inIormasi yang disajikan dalam laporan keuangan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
3 secara obyektiI. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti terhadap kualitas tersebut, karena akuntansi bukan bersiIat matematis yang memiliki siIat mutlak benar. Ditambah lagi dalam akuntansi banyak ditemukan konsep yang diajukan oleh para pakar secara teoritis yang bersiIat kontradiktiI bahkan tidak saling menguntungkan. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila sampai sekarang banyak terdapat interpretasi (penaIsiran) yang berbeda terhadap teori dan praktik akuntansi. Godzali dan Chariri (2003), beberapa interpretasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Akuntansi sebagai catatan historis Teori ini menganggap akuntansi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu perusahaan. Hal ini didasarkan pada anggapan konservatisme, obyektivitas, konsistensi dan observasi tindakan akuntan masa lalu. 2. Akuntansi sebagai bahasa Akuntansi sering dianggap sebagai media atau sarana bahasa untuk menyampaikan karena manajemen harus mengkomunikasikan inIormasi yang diperoleh dan diolahnya kepada pihak lain, seperti pemegang saham, investor, masyarakat, pemasok, pelanggan maupun pemerintah. 3. Akuntansi sebagai politik antar perusahaan Teori menyatakan bahwa sistem akuntansi mereIleksikan dan mendukung nilai-nilai dan kebutuhan kelompok tertentu. Dan inIormasi akuntansi dirancang dan digunakan sebagai sumber untuk membuat kebijakan perusahaan, khususnya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Misalnya perusahaan menggunakan estimasi dan realisasi anggaran yang dicanmtumkan dalam laporan eksternal sebagai dasar kebijakan perusahaan. 4. Penentuan standar akuntansi adalah proses politik Atas dasar teori ini seringkali pemerintah melobi pembuat standar (standard setting body) dengan maksud agar standar akuntansi yang dirancang dan dihasilkan dapat melayani dan menguntungkan kebutuhan pemerintah. Sehingga kadangkala untuk merumuskan dan menetapkan suatu standar akuntansi memerlukan waktu yang cukup panjang. 5. Akuntansi sebagai mitologi Teori ini menganggap sistem akuntansi sebagai sumber-sumber yang bersiIat sosial untuk mempertahankan mitos rasionalisasi. Dengan demikian akuntansi akan digunakan sebagai alat untuk kepentingan justiIikasi, rasionalisasi dan legitimasi keputusan yang akhirnya melayani kepentingan individu lainnya. 6. Akuntansi sebagai inIormasi komunikasi dan keputusan Teori ini memandang akuntansi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan seperti mengkomunikasikan pengaruh inIlasi terhadap kebutuhan para pemakai, dan pengaruh inIlasi terhadap perilaku manajer dan investor dalam mengambil keputusan ekonomi. 7. Akuntansi sebagai barang ekonomi Teori ini menganggap akuntansi sebagai seperangkat inIormasi yang memiliki unsur biaya dan maIaat. 8. Akuntansi sebagai komoditas sosial Atas dasar teori ini akuntansi dipandang mempengaruhi kesejahteraan atau kemakmuran kelompok tertentu dalam masyarakat. Melalui lembaga/badan yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah secara musyawarah dan muIakat. 9. Akuntansi sebagai ideologi dan eksploitasi Akuntansi merupakan ideologi dari masyarakat kapitalis yang menjembatani pemakaian teknik-teknik tertentu untuk mengeksploitasi kekayaan demi kepentingan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
4 kelompok elit tertentu. Bila terjadi beban/kerugian menjdi beban masyarakat luas dan karyawan. Namun sebaliknya, bila terjadi laba/untung, sebagian besar menjadi milik investor, dan atau manajemen perusahaan. 10. Akuntansi sebagai klub sosial. Teori ini menganggap bahwa prinsip-prinsip, standar, dan teknik akuntansi muncul untuk mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan sesuai dengan tujuantujuan akuntansi tersebut. 11. Akuntansi sebagai kebutuhan. Bahwa akuntansi merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi entitas bisnis, dalam rangka mendukung kegiatannya. Jadi, Iungsi dan peran akuntansi sangat dominan untuk kelancaran operasional perusahaan. Di sisi lain, dalam praktik akuntansi umumnya bersiIat dinamis dan berkaitan dengan masalah praktis proIesional. Maka dalam perkembangannya kita perlu memperhatikan Ienomena baru yang terjadi. Misalnya selisih (rugi) kurs valuta asing, apakah dapat dijadikan biaya ataukah dikapitalisasi? Ataukah kalau selisih itu mengunutungkan dapat diperlakukan sebagai pendapatan operasional? Bagaimanakah kriteria kapitalisasi sewaguna usaha yang seharusnya di Indonesia? Bagaimana pula perlakuan terhadap virtual market, intellectual capital dan masalah lainnya sehubungan dengan Ienomena baru dan perkembangan teknologi inIormasi. Dalam aspek kebahasaan, apakah isitilah yang tepat untuk expenses: beban, biaya ataukah kos? Income: penghasilan atau kah pendapatan? Karena semua istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda. Untuk menjawab permasalahan di atas dan berbagai masalah lainnya dalam praktik akuntansi maka hendaknya tidak hanya didasarkan pada penalaran yang makul (sound theory) tetapi juga harus didasarkan taktik cerdik (shrew tact). Dengan demikian, penalaran yang makul dalam teori akuntansi dapat dijadikan sebagai landasan untuk memecahkan masalah akuntansi secara beralasan atau bernalar secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Sementara taktik cerdik sangat memadai untuk menangani masalah yang lukap dan berimplikasi luas, yang tergantung pada keariIan (wisdoms) dan tilikan (insights). Sebab pemecahan masalah akuntansi dengan taktik yang cerdik berdasarkan pengalaman saja dapat menghambat kemajuan proIesi akuntansi. Apalagi kalau praktisi tersebut mempunyai kekuasaan untuk memutuskan sesuatu (misalnya: standar akuntansi). Oleh karena itu, praktik akuntansi yang baik dan maju hanya dapat dilandasi oleh adanya landasan teori akuntansi yang baik pula disertai dengan penalaran yang makul. Penalaran ini harus didasakan pada sains yang telah dirumuskan secara jelas dan ilmiah. Sehingga jelas domain akuntansi, apakah ilmu ini sebagai sains atau teknologi. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Suwardjono, 2005, 93): Gambar 1 AKUNTANSI DAN SAINS Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin)
5 Akuntansi dan Teori Akuntansi: Sains atau Teknologi? Akuntansi Sains Teknologi Pengertian Akuntansi Ilmu sosial: mempelajari gejala sosial/manusia Penjelasan ilmiah dengan metoda ilmiah induktiI/empiris Teori atau penjelasan ilmiah sebagai generalisasi Perekayasaan suatu sistem Pelaporan Penalaran logis dengan pertimbangan nilai/lingkungan Rerangka konsep sebagai justiIikasi dan kebijakan Pengertian TeoriAkuntansi Hasil Taksonomi Selanjutnya dalam pengembangan dan perumusan teori akuntansi yang berhubungan dengan praktiknya, tidak dapat lepas dari teknologi. Sebab teknologi tersebut diperlukan dalam penentuan cara yang terbaik (tool oI the best) untuk mengerjakan atau mencapai suatu tujuan. Untuk itulah diperlukan perekayasaan (engineering), yaitu proses terencana dan sistematis yang melibatkan pemikiran, penalaran, dan pertimbangan untuk memilih dan menentukan teori, pengetahuan, konsep, metoda, dan pendekatan. Yaitu untuk menghasilkan suatu produk secara konkrit. Sehingga dalam menentukan dan memilih teori, metoda ataupun teknik mana yang dipakai harus memperhatikan pada kondisi dan kebutuhan masing-masing entitas. Sebab dalam membuat suatu pelaporan tidak terlepas dari perekayasaan, khususnya teknik yang tepat dan wajar. Untuk itu, diperlukan suatu kebijakan akuntansi yang relevan. Perekayasaan dalam akuntansi adalah berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan umum yang melibatkan kebijakan umum akuntansi. Hal ini tidak terlepas dari berbagai disiplin ilmu lainnya, sebagaimana dilihat pada gambar berikut: GAMBAR 2 STRUKTUR PEREKAYASAAN AKUNTANSI Ilmu Murni Ilmu Terapan Nilai dan Tata Sosial Teori Ekonomi Sosiologi Psikologi Matematika Manajemen Akuntansi Matematika Komputer Komunikasi Ekonomi, lainlain Nilai sosial Tujuan sosial Sistem politik Sistem hukum Sistem ekonomi, lain-lain
PEREKAYASAAN AKUNTANSI Sumber: Sudibyo, 1987, 13 Dalam perekayasaan pelaporan keuangan, akuntansi akan memanIaatkan pengetahuan dan ilmu berbagai disiplin. Karena akuntansi dapat menjadi sebagai salah satu pengarah untuk merekayasa pelaporan agar mempunyai kebermanIaatan (utility) dan keeIektiIan produk yang dihasilkan. Pada tingkat makro produk perekayasaan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 6 tersebut berupa konstitusi akuntansi` yang disebut rerangka konseptual (conceptual Iramework). Bagaimana proses perekayasaan akuntansi tersebut dapat dilakukan berkaitan dengan praktik akuntansi? Proses ini dimulai dari adanya konsep pemikiran makul dan obyektiI dalam membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam suatu entitas (perusahaan dan wilayah/negara) untuk menunjang tercapainya tujuan suatu entitas atau negara tersebut. Kemudian berdasarkan kebijakan yang diambil maka ditentukan sistem dan media penyampaian tentang segala kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Dalam lingkup makro, perekayasaan akuntansi ditemukan dalam sistem pelaporan keuangan nasional. Misalnya dalam sistem akuntansi dan keuangan pemerintah pusat. Secara garis besar, hal ini dapat dilihat dari gambar di bawah ini. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 7 GAMBAR 3 PROSES PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN Tujuan ekonomik dan sosial negara (entitas bisnis)
Tujuan pelaporan keuangan: Menyediakan inIormasi keuangan untuk dasar Pengambilan keputusan ekonomik dan sosial
Konsep-konsep dasar apa yang relevan? Siapa subyek pelaporan (entitas pelapor)? Siapa yang dituju oleh inIormasi? InIormasi apa yang dilaporkan? Simbol atau elemen apa yang digunakan untuk melaporkan? Dasar pengukuran apa untuk mengkuantiIikasi? Apa saja kriteria pengakuan hasil pengukuran? Media apa yang digunakan untuk melaporkan? Bagaimana inIormasi disajikan dalam media tersebut?
Rerangka konseptual Dijabarkan standar akuntansi dan acuan lainnya sehingga membentuk PABU
Media pelaporan (bentuk, isi, dan jenis) dalam bentuk inIormasi akuntansi Sumber: didaptasi dari Suwarjono, 2005, 102 Sehingga dalam membuat suatu pelaporan tidak terlepas dari perekayasaan dan konsep maupun teknik yang dipakai. Konsep dan teknik ini dapat ditemukan dalam suatu teoritis yang jelas, ilmiah namun tetap dinamis. Artinya kebenaran suatu teori hanya bersiIat sementara, sebelum adanya temuan konsep atau ilmu baru. Maka berdasarkan pembahasan tersebut, teori akuntansi dapat disimpulkan sebagai seperangkat konsep yang makul dan dinamis sebagai acuan dalam menjelaskan dan menyajikan hal ideal berkaitan perumusan rerangka konseptual (standar akuntansi) yang berhubungan dengan praktik akuntansi bagi suatu entitas. C. SIFAT DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI Teori akuntansi bersiIat umum, komprehensiI, terbuka, dan dinamis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Oleh karena itu, teori akuntansi digunakan sebagai dasar dalam pertimbangan nilai untuk praktik akuntansi. Sebagai dasar pertimbangan nilai dalam praktik maka teori akuntansi dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman bila dalam praktik belum dirumuskan dalam pernyataan standar akuntansi-nya. Sedangkan elemen hirarkis teori akuntansi terdiri dari empat tingkatan sebagai berikut: 1. Tujuan Laporan Keuangan; sebagai struktur paling atas dan memrupakan tujuan akhir yang akan dicapai dalam praktik akuntansi. Secara umum dan secara khusus dalam laporan keuangan untuk kepentingan pemakai. 2. Pernyataan Dalil dan Konsep Teoritis Akuntansi; hal ini berkaitan dengan anggapan-anggapan lingkungan dan siIat satuan akuntansi. Dalil dan konsep ini teoritir ini diperolah dari tujuan yang telah dinyatakan dalam laporan keuangan di atas. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 8 3. Prinsip Akuntansi; menjelaskan tentang prinsip dasar akuntansi sebagai pedoman umum yang didasarkan pada dalil dan konsep teoritis. 4. Teknik Akuntansi: merupakan kumpulan pelaksanaan dan kegiatan yang merupakan aturan khusus dan berasal dari prinsip akuntansi untuk mengakui transaksi dan kejadian khusus yang dihadapi dalam kesatuan akuntansi. Elemen hirarkis teori akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4 HIRARKIS TEORI AKUNTANSI Dari gambar tersebut, jelas terlihat bahwa teori akuntansi mempunyai struktur yang baku dan berIokus pada penyediaan inIormasi. Terutama bagi pemakai yang berkepentingan laporan keuangan. Sedangkan dalil akuntansi, konsep teoritis, dan prinsip akuntansi pada hirarkis yang kedua dan ketiga masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 1 DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP AKUNTANSI DALIL AKUNTANSI KONSEP TEORITIS AKUNTANSI PRINSIP AKUNTANSI Kesatuan (entity) Teori Kepemilikan (proprietory theory): assets liabilities Modal pemilik Harga Pokok Penghasilan Mempertemukan Going Concern atau Continuity Teori Kesatuan (entity theory): assets equity Obyektivitas Konsistensi Satuan Moneter (unity oI measure) Teori Dana (Iund theory) assets Pembatasan Aset Pengungkapan Konservatisme Periodik Akuntansi (accounting periodic) Materialitas Keseragaman dan dapat diperbandingkan Dalil Akuntansi: Apakah dalil tersebut? Menurut Webster Third International Dictionary, dalil adalah suatu alasan awal yang diakui kebenarannya atau dijadikan aksiomatis berupa hipotesis atau asumsi pokok dalam lingkupan praktik akuntansi. Sedangkan menurut KBBI, 2005; TUJUAN LAPORAN KEUANGAN DALIL AKUNTANSI PRINSIP AKUNTANSI TEKNIK AKUNTNASI KONSEP TEORITIS AKUNTANSI Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 9 dalil adalah keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran atau pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu kebenaran. Oleh karena itu, dalil disebut pula sebagai pernyataan atau aksioma yang terbukti dengan sendirinya dan berterima umum sesuai dengan laporan keuangan yang menggambarkan lingkungan ekonomi, sosial, dan hukum. Dalil tersebut meliputi: 1) Kesatuan usaha, dalil ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan usaha atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, kedudukannya terpisah dari pemilik dan pihak lainnya yang menanamkan modalnya dalam perusahaan. 2) Keajekan, bahwa perusahaan akan berlangsung terus sampai batas waktu yang tidak terbatas. Dalil ini menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan. 3) Satuan moneter, adalah merupakan pengukuran yang tepat (paling obyektiI) dalam mengakui, mencatat, mengukur, dan melaporkan setiap transaksi, berupa kegiatan pertukaran, terhadap pendapatan maupun biaya atau beban. Karena Iungsi akuntansi adalah menyediakan inIormasi yang umumnya bersiIat kuantitatiI berdasarkan realitas perusahaan. 4) Periodik akuntansi, berkaitan dengan periodik (jangka waktu) dalam pembuatan laporan. Umumnya periodik (siklus) akuntansi berlangsung dalam satu tahun, dengan perbandingan inIormasi tahun sebelumnya. Kadangkala untuk menilai kinerja internal dibuat laporan keuangan interim (bulanan, triwulan, caturwulan maupun semesteran). Konsep Teori Akuntansi Konsep merupakan idea atau pengertian yang yang diabstrakkan dari peristiwa nyata. Sehingga konsep teori akuntansi merupakan pengertian yang dirumuskan dalam suatu susunan kalimat dan berlaku umum dalam suatu perekonomian yang bebas dengan bercirikan pada kepemilikan swasta atau pihak lainnya. 1) Teori Kepemilikan, terdapat pemisahan kepemilikan antara pemilik dengan pemegang saham atau investor. Dengan tujuan untuk memberikan inIormasi seberapa besar kekayaan bersih yang dimiliki pemilik. Dikenal dengan persamaan: Aset-Utang Hak Pemilik. Berdasarkan persamaan ini maka pendapatan bersih adalah kenaikan kekayaan pemilik yang ditambahkan pada modal. Konsep teori ini, paling cocok digunakan untuk perusahaan dengan kepemilikan terbatas, seperti kemitraan. Ada dua bentuk teori ini, yaitu: a) pemegang saham biasa merupakan bagian dari kelompok pemilik (pemegang saham preIeren bukan bagian dari pemilik); dan b) pemilik adalah pemegang saham biasa dan preIeren. 2) Teori Kesatuan, sebagai suatu yang terpisah dan berbeda investor dan hak pemilik maupun kreditur. Teori ini lebih tepat diterapkan pada perusahaan yang berbentuk perseroan. Dan berbeda dari pemiliknya. Persamaan akuntansi yang dipakai dalam teori ini adalah: Aset Hak Milik atau Aset Utang Hak Pemegang Saham (Modal). Konsep teori ini sangat tepat diterapkan untuk perusahaan bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Memilik relevansi yang tinggi dalam praktik akuntansi, terutama terhadap pengakuan beban/biaya dan pendapatan. Sehingga pajak dan bunga pinjaman dianggap sebagai distribusi pendapatan bukan sebagai beban/biaya. Meskipun secara umum ditaIsirkan bahwa pajak dan bunga pinjaman dikategorikan sebagai beban/biaya. Namun dalam pelaporannnya akun tersebut cenderung tidak dimasukkan sebagai bagian beban/biaya operasional, tetapi langsung mengurangi laba bersih (income). 3) Teori Dana, ini bermanIaat bagi organisasi yang bertujuan tidak mencari laba. Dasar Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 10 akuntansinya adalah adalah sekelompok aset atau pun kewajiban yang bersangkutan berdasarkan batasan-batasan tertentu, yang disebut Dana. Teori ini memandang satuan usaha sebagai satuan yang terdiri dari sumber ekonomi dan kewajiban yang disertai batasan. Teori ini berorientasi pada aset. Fokus utamanya pada administrasi dan penggunaan dana secara memadai. Sebab setiap dana harus disertai dengan laporan sumber dan penggunaan dana yang dikelola secara terpisah dengan menggunakan sistem akuntansi yang telah disusun. Dimana jumlah dana dalam pengelolaan ini tergantung pada aktivitas atau kegiatannya sesuai dengan restriksi hukum aturan yang menyertainya. Ada delapan jenis dana yang dikenal dalam teori ini, yaitu: a) The general Iund (dana umum), digunakan untuk mencatat semua transaksi keuangan yang tidak dapat di kelompokkan dalam dana lainnya. b) Special revenue Iund (dana penerimaan khusus), digunakan untuk mencatat hasil atas penerimaan yang bersiIat khusus atau untuk aktivitas dana tertentu yang didasarkan pada hukum dan aturan tertentu. c) Debt service Iund (dan jasa pinjaman), dana yang disediakan untuk membayar pokok pinjaman dan bunganya dalam jangka panjang selaian dari dana khusus dan dana utang obligasi. d) Capital project Iund (dana proyek modal), untuk mencatat penerimaan maupun pengeluaran uang dan untuk memperoleh Iasilitas modal selain yang dibiayai oleh iuran khusus perusahaan. e) Enterprises Iund (dana perusahaan), untuk mencatat pendanaan jasa bagi masyarakat umum, untuk semua biaya yang dikeluarkan. I) Trust and agency Iunds (dana perwalian dan agen), digunakan untuk mencatat asset atau harta kekayaan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat dan daerah) sebagai bendahara maupun individual, oragnisasi swasta, dan unit instansi pemerintahan lainnya (misalnya; kantor, biro, dinas, BUMN/BUMD). g)Intragovermental service Iunds (dana jasa antar pemerintah), digunakan untuk mencatat aktivitas pendanaan khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi yang ditunjuk seusai dengan kewenangannya, dan h) Special assessment Iunds (dana iuran khusus), untuk mencatat iuran khusus yang dipungut guna mendanai perbaikan Iasilitas bagi masyarakat dan jasa yang bermanIaat bagi kekayaan sebagai dasar pemungutan iuran tersebut, (Belkaoui, 1985, 143-144). Prinsip Akuntansi Prinsip merupakan aturan dasar (kebenaran yang dijadikan pokok dasar bertindak atau berIikir). Jadi prinsip akuntansi merupakan aturan dasar yang bersiIat umum, diperoleh dari tujuan dan konsep teori akuntansi. Dan berdasarkan teknik dan praktik akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. 1) Prinsip harga pokok, menggambarkan inIormasi biaya yang dikeluarkan dan dapat diveriIikasi berdasarkan nilai tukar barang atau jasa pada saat diperoleh oleh perusahaan. Sehingga inIormasi yang disajikan mempunyai daya banding yang lebih baik. Namun dalam prinsip ini seringkali tidak memberikan inIormasi yang relevan bagi pemakai eksternal laporan keuangan, karena pada dasarnya biaya atau kos diukur dengan nilai sekarang untuk pelaporan keuangan. Apalagi dalam kondisi tertentu, misalnya inIlasi, deIlasi, likuidasi ataupun hal lainnya yang memerlukan penilaian. 2) Prinsip penghasilan, meliputi pengakuan dan pengukran seluruh hasil kegiatan usaha baik bersiIat utama maupun sampingan. Penghasilan ini diukur dengan nilai barang atau jasa yang dipertukarkan dalam suatu perdagangan yang bebas. Pengakuan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 11 penghasilan dilaporkan berdasarkan prinsip realisasi dari kejadian kritis yang telah dilakukan, melalui kegiatan transaksi yang sah. Kejadian kritis ini berdasarkan siklus operasional perusahaan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu: 1) saat penjualan, 2) saat selesainya produksi, bila harga dan kondisi stabil, dan 3) penerimaan pembayaran setelah penjualan (dasar tunai). 3) Prinsip mempertemukan, adalah proses penandingan antara pendapatan dan beban/biaya dalam periodik yang sama, agar dapat ditentukan besarnya laba/rugi. Ada tiga dasar penandingan yang sering digunakan dalam praktik akuntansi, yaitu, 1) Hubungan sebab akibat, adalah proses penandingan antara pendapatan dan beban/biaya secara langsung berdasarkan hubungan Iisik. 2) Alokasi sistematis dan rasional, adalah proses penandingan tidak langsung antara pendapatan dengan beban/biaya berdasarkan ukuran periodik, dan 3) Pembebanan segera, dasar ini dipakai bila dasar yang pertama dan kedua tidak dapat dipakai. Kas/pengeluaran berupa beban atau biaya, langsung dibebankan pada periodik tahun yang bersangkutan. 4) Prinsip obyektivitas, berkaitan dengan penyajian inIormasi yang dapat dipercaya dan relevan bagi pemakai laporan keuangan. Artinya pengukuran tersebut didasarkan pada bukti-bukti yang dapat dipercaya (dapat diuji kebenarannya), verIiabel dan sesuai system dan prosedur yang dijalankan perusahaan tersebut. 5) Prinsip keajekan, adalah berhubungan dengan penerapan prinsip yang sama (konsisten) dari satu periodik ke periodik berikutnya. Penyimpangan dari prinsip ini dapat dibenarkan, bila terdapat dua atau lebih prosedur atau metoda yang serupa dan sah untuk diterapkan. Dan bila terjadi perubahan tersebut maka harus diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan perubahan tersebut. 6) Prinsip pengungkapan sepenuhnya, menghenmdaki pengungkapan yang wajar (Iair), lengkap (Iull) dan cukup atau mermadai (adequate). Wajar berarti adanya batas yang etis yang mengatur perlaksanaan secara layak. Lengkap berarti pernyajian inIormasi yang menyeluruh dan komplit. Sedangkan pengertian memadai adalah inIormasi minimal yang harus dilaporkan. Pengungkapan ini menghendaki konsep yang lukap sehingga tidak mernimbulkan pernaIsiran yang kaprah. 7) Prinsip konservatisme, merupakan konsep yang baik dipakai namun juga sangat lemah terutama dalam memperlakukan eksistensi ketidakpastian dalam penilaian pendapatan. Oleh karena itu, inIormasi yang disajikan dengan menggunakan konsep ini tidak dapat dijadikan pokok interpretasi yang tepat. Karena konsep ini cenderung ke arah mengurangi daya banding sebab tidak ada standar yang seragam dalam pelaksanaannnya. 8) Prinsip materialitas, adalah berhubungan dengan penyajian inIormasi tertentu yang harus disajikan dalam laporan keuangan. Karena berkaitan dengan signiIikansi terhadap pengambilan keputusan yang akan dipilih. Namun permasalahanya adalah, bagaimana suatu inIormasi dapat dikatakan materialitas dan tidak. Oleh karena itu, untuk menyajikan inIormasi dalam laporan keuangan akhirnya hanya didasarkan pada pertimbangan proIesional (judgment proIessional) 9) Prinsip keseragaman dan dapat diperbandingkan, sebagai bentuk keseragaman dalam penyajian laporan keuangan, meliputi; konsep pengukuran, klasiIikasi, metoda dan bentuk laporan. Sehingga memudahkan bagi pemakai dalam melakukan estimasi dan pengambilan keputusan yang tepat dalam melakukan perbandingan terhadap kinerja manajemen. D. KLASIFIKASI PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 12 Pembentukan suatu teori umumnya berawal dari Ienomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Fenomena tersebut menimbulkan suatu pernyataan yang membutuhkan jawaban. Jawaban tersebut terletak pada bidang tertentu, sering disebut dengan epistemology, atau studi tentang penciptaan suatu pengetahuan. Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai 'social science', karena memerlukan proses pengukuran, interpretasi, masalah praktik dan teknik akuntansi. Oleh karena itu, dalam merevieu suatu teori ilmiah (scientiIic theory), maka perlu menguji asumsi yang dibuat dengan menggunakan metoda ilmiah dan sudut pandang ilmu yang lain. Namun, masalah utamanya terletak pada metoda yang digunakan apakah metoda ilmiah (scientiIic) atau metoda alamiah (naturalistic/interactive)? Karena pendekatan ilmiah lebih bersiIat terstruktur dan terencana dalam hal perancangan risetnya, dimana masalah, hipotesis dan teknik penelitiannya dapat dinyatakan secara jelas. Sebaliknya metoda alamiah menolak penggunaan prosedur yang terstruktur. Karena hanya didasarkan pada keadaan atau hukum alam yang berlaku. Baik metoda ilmiah maupun metoda alamiah, keduanya sangat diperlukan dalam pengembangan suatu teori, khususnya teori akuntansi. Berdasarkan kedua metoda tersebut, secara garis besar rumusan teori akuntasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian yaitu: berdasarkan metoda penalaran yang digunakan, sistem bahasa yang digunakan, dan tujuan perumusan, sebagai berikut: 1. KlasiIikasi menurut Metoda Penalaran. Atas dasar metoda ini maka teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai pendekatan yang berbeda yaitu: a. Pendekatan DeduktiI (deduktive approach) Pendekatan ini dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi. Secara umum langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan laporan keuangan; 2. Memilih postulat akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik, dan sosiologi; 3. Menentukan prinsip akuntansi; dan 4. Mengembangkan teknik akuntansi, (Belkoui, 1993). Keuntungan lain dari pendekatan ini adalah kemampuan untuk merumuskan struktur teori akuntansi yang konsisten, terkoordinasi, lengkap, dan setiap tahapan dapat berjalan secara logis. b. Pendekatan InduktiI (induktive approach) Bahwa dalam akuntansi, proses induktiIg melibatkan kegiatan observasi mengenai data keuangan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan dirumuskan dalam prinsipprinsip akuntansi sesuai dengan hubungan yang ada. Pendekatan ini menggunakan pola dari khusus ke umum. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah: 1. Mencatat semua observasi; 2. Menganalisis dan mengklasiIikasikan hasil observasi, sehingga dapat dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan; 3. Hasil observasi kemudian digeneralisasi; dan 4. Pengujian terhadap generalisasi, (Belkoui, 1993). Tujuan yang melandasi pendekatan ini adalah untuk merumuskan konklusi teoritis dan bersiIat abstrak dan rasionalisasi dalam praktik akuntansi. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 13 Keuntungan yang dapat diperoleh bila menggunakan pendekatan ini adalah dalam penggunaaannya pendekatan ini berdasarkan pada kebebasan dimana dalam perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang telah diyakini atau disiapkan sebelumnya. Namun pendekatan ini paling tidak memiliki dua kelemahan, yaitu: 1. Seringkali pengamat (observer) dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak disadari tentang jenis hubungan yang diamati dan jenis data yang dikumpulkan. 2. Data yang digunakan dalam pengamatan cenderung berbeda antara satu perusahan dengan perusahaan yang lain. c. Pendekatan Etika (ethics approach) Dalam pendekatan ini sebagai dasar utama adalah pada konsep kebenaran (truth), keadilan (justice), kewajaran atau kejujuran (Iairness). Hal ini lebih pada penekanan moral karena dalam merumuskan teori akuntansi harus benarbenar memperhatikan unsur tersebut bukan semata-mata pad kepentingan praktik akuntansi (bisnis) semata. d. Pendekatan Sosiologi (sosiology approach) Pendekatan ini menekankan pada pengaruh sosial yang timbul akibat dari teknik-teknik akuntansi terhadap kesejahteraan sosial di lingkngan tempat akuntansi digunakan. Akuntansi sosial yang dilandasi oleh kepentingan ekonomi yang dikembangkan, bertujuan untuk mendorong perusahaan agar dapar mempertanggungjawabkan kegiatan usahanya pada lingkungan sosial yang dinamis. Melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dampak sosial dari kegiatan perusahaan dalam laporan keuangan tersebut. e. Pendekatan Ekonomi (economic approach) Pemilihan terhadap teknik akuntansi tergantung pada pengaruhnya terhadap ekonomi nasional secara umum, dan lokal secara khusus. Dalam pendekatan ini kriteria yang digunakan adalah: 1. Kebijakan dan teknik akuntansi hendaknya dapat mereIleksikan pada realitas ekonomi yang terjadi. 2. Pemilihan teknik akuntansi sangat tergantumg pada konsekuensi ekonomi yang timbul dari penerapan teknik akuntansi tersebut. I. Pendekatan Eklektik (eclectical Approach) Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan akuntansi dengan cara menggabungkan berbagai pendekatan yang selama ini digunakan. 2. KlasiIikasi menurut Sistem Bahasa Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa, baik yang bersiIat verbal atau matematis. Pengembangan teori itu sendiri biasanya berasal dari abstraksi dunia tidak nyata (imaginative), yaitu yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Agar abstraksi itu bermanIaat, teori akhirnya harus dihubungkan atau diwujudkan dalam dunia nyata. Selain itu, teori dapat pula dinyatakan dalam bentuk kata atau tanda (simbol). Studi tentang simbol, dalam IilsaIat pengetahuan dikenal dengan istilah semiology. Secara garis besar semiologi terdiri dari tiga bagian, yang dapat dikatakan sebagai unsur teori, yaitu: Pendekatan Sintaktik, Semantik, dan Pragmatik. a. Pendekatan Sintaktik. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 14 Sintaktik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara simbol dengan simbol. Pertanyaan utama dalam unsur ini ada apakah kata-kata atau simbol digunakan sacara konsisten dan logis? Sintaktik atau hubungan logis menghubungkan konsep-konsep dasar (diwujudkan dengan simbol lingkungan). Hubungan kelogisan dalam sintaktik berkaitan dengan aturan bahasa yang digunakan. Unsur sintaktik dapat dianalisis dengan menggunakan metodologi analitik yang didasarkan pada silogisme, yang memiliki seperangkat pernyataan dan konklusi. Misalnya: Penyataan 1 : Semua anak laki-laki adalah berjenis kelamin pria Pernyataan 2 : Boy adalah berjenis kelamin pria Konklusi : Susi bukan berjenis kelamin pria. Silogisme tersebut membentuk proposisi analitik. Dalam hubungan ini untuk membuktikan kebenaran proposisi tersebut, arti sebenarnya dari 'jenis kelamin tidak perlu diketahui. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sintaktik berhubungan dengan aliran logika, bukan keakuratan proporsisi argumen dari dunia nyata. Oleh sebab itu, evaluasi sintaktik terhadap suatu teori melibatkan evaluasi validitas (logika) suatu argumen yang membentuk teori tersebut. Jika suatu argumen adalah valid, maka pernyataannya adalah benar, dan konklusinya pasti benar. Sebaliknya logika akan tetap valid meskipun pernyataannya atau konklusinya tidak benar. Misalnya: Pernyataan 1 : Semua rekening pasiva adalah bersaldo kredit. Pernyataan 2 : Akumulasi depresiasi berkaitan dengan aset. Konklusi : Akumulasi depresiasi memiliki saldo kredit. Dari contoh di atas logikanya (hubungan sintaktik) adalah valid karena jika kedua pernyataan tersebut benar, otomatis konklusinya juga akan benar. b. Pendekatan Semantik Semantik menunjukkan makna atau hubungan antara kata, tanda atau simbol dengan obyek yang ada di dunia nyata. Pernyataan yang berkaitan dengan unsur semantik adalah, apakah arti dari setiap kata atau simbol yang digunakan dalam teori? Persamaan akuntansi Aset Utang Modal pada awalnya abstrak. Namun demikian apabila kita mengkaitkannya dengan obyek dunia nyata, persamaan tersebut menjadi realistis. Kebenaran nilai atau keakuratan semantik suatu pernyataan ditentukan oleh keakuratan deskriptiI yang ada di dunia nyata. Kebenaran tersebut didasarkan pada pernyataan atau konklusi individual, bukan pada aliran logika (argument). Misalnya: Pernyataan 1 : Semua pasiva dan rekening kontranya bersaldo kredit. Pernyataan 2 : Utang bukan rekening aset. Konklusi : Utang dagang bersaldo kredit. Pernyataan pertama adalah salah dan aliran logika yang berawal dari pernyataan ke konklusinya adalah tidak valid. Oleh karena itu, tidak ada pernyataan yang jelas apakah rekening non aset bersaldo debit atau kredit, maka secara sintaktik konklusi juga akan akan mengikuti pernyataan sebelumnya. Meskipun demikian dari hubungan semantik (dunia nyata), konklusinya adalah benar bahwa utang dagang bersaldo kredit. Atas dasar hubungan semantik hipotesis atau teori mengandung dua unsur empiris dan sintaktis. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 15 c. Pendekatan Pragmatik Hubungan pragmatis menunjukkan pengaruh kata-kata atau simbol terhadap seseorang. Aspek pragmatis berkaitan dengan bagaimana konsep dan praktik akuntansi mempengaruhi perilaku seseorang. Hal ini beralasan karena salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah menyediakan inIormasi yang bermanIaat bagi pihak yang berkepentingan untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Pendekatan populer yang digunakan untuk merumuskan teori adalah model keputusan (decision model). Dasar pemikiran utama dari model keputusan adalah akuntansi harus memenuhi kebutuhan inIormasi para pemakai. Pendekatan pragmatis yang lain adalah dengan cara mengamati reaksi seseorang terhadap pesan yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. 3. KlasiIikasi Perumusan menurut Tujuan Atas dasar tujuannya, teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Teori Akuntansi NormatiI (TAN) yang memberikan rumusan terhadap praktik akuntansi, dan Teori Akuntansi PositiI (TAP) yang berusaha menjelaskan dan memprediksi Ienomena yang berkaitan dengan akuntansi. a. Teori Akuntansi NormatiI (normative accounting theory). Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana seharusnya akuntansi dipraktikkan, dan berusaha membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktikkan. Teori Akuntansi NormatiI bukan dihasilkan dari penelitian empiris tetapi dihasilkan dari kegiatan 'semi penelitian. Teori ini hanya menyebutkan hipotesis bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikkan tanpa harus menguji hipotesis tersebut. Beberapa teori akuntansi normatiI ini antara lain: True Income dan Decision-UseIulness. True income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aset dan laba. Sedangkan decision-useIulness mempunyai tujuan dasar agar dalam praktik akuntansi mampu untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan dan bermanIaat. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Terori tersebut bersiIat normatiI karena didasarkan pada anggapan berikut: 1) Akuntansi seharusnya merupakan sistem pengukuran; 2) Laba dan nilai dapat diukur secara tepat; 3) Akuntansi keuangan bermanIaat untuk pengambilan keputusan ekonomi; 4) Pasar tidak eIisien (dalam pengertian ekonomi); dan 5) Ada beberapa pengukuran laba yang unik. b. Teori Akuntansi PositiI (positive accounting theory) Aliran ini pada awalnya dikenalkan oleh akademisi di University oI Chicago USA dan meluas ke berbagai universitas seperti Rochester, CaliIornia, Barkley, StanIord, dan New York. Aliran positiI didasarkan pada anggapan bahwa kekuasaan dan politik merupakan sesuatu yang tetap dan sistem sosial dalam organisasi merupakan Ienomena empiris konkrit dan bebas nilai atau tidak tergantung pada manajer dan karyawan yang bekerja dalam entitas tersebut. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 16 Watts dan Zimmerman (1986) berpendapat bahwa perumusan teori harus betul-betul pertimbangan nilai dan menekankan pada kebutuhan akan pendekatan baru. Diungkapkan bahwa: tujuan dari PAT adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik akuntansi. Menjelaskan berarti memberikan alasan terhadap praktik akuntansi yang diamati. Misalnya teori akuntansi nilai historis dan mengapa perusahaan tertentu mengubah teknik akuntansinya. Prediksi berarti teori akuntansi dapat memberikan prakiraan atau prediksi terhadap Ienomena yang diamati. Dalam PAT ada tiga hipotesis yang dapat digunakan untuk memperkirakan atau memprediksi suatu kejadian atau Ienomena, sebagai berikut: 1) Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypotehsis), dimana manajer perusahaan dengan rencana bonus tertentu cenderung lebih menyukai metoda meningkatkan laba periodik berjalan; 2) Hipotesis utang (debt/equty hypothesis), bahwa makin tinggi rasio utang ekuitas perusahaan maka makin besar kemungkinan bagi manajer untuk menggunakan metoda akuntansi yang dapat menaikkan laba; dan 3) Hipotesis biaya politik (political cost hypothesis), bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan metoda akuntansi yang dapat mengurangi laba periodik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ketiga hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga hubungan keagenan yaitu: a. antara manajer dengan pemilik; b. antara manajemen dengan kreditur; dan c. antara manajemen dengan pemerintah. Selanjutnya dalam PAT yang dikembangkan melalui penelitian dan dapat dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu: 1) Penelitian akuntansi dan perilaku dalam pasar modal. Tahap ini menjelaskan hubungan antara pengumuman antara laba dengan reaksi harga saham. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan hipotesis pasar eIisien dan Capital Aset Pricing Model (CAPM). 2) Penelitian dalam tahap ini dilakukan dengan maksud menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi antar perusahaan yang diIokuskan pada dua alasan. Alasan pertama adalah alasan oportunistik yang digunakan perusahaan dalam meilih metoda akuntansi tertentu. Alasan ini disebut juga ex-post yaitu pemilihan metoda akuntansi dilakukan sesudah diketahui adanya Iakta. Alasan kedua alasan eIisiensi berkaitan dengan metoda akuntansi yang dipilih guna mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan pemiliknya (stakeholder). Alasan eIisiensi disebut juga dengan exante karena dalam pemilihan metoda akuntansi dilakukan sebelum Iakta diketahui. Secara teoritis maka PAT telah memberikan kontribusi dalam pengembangan akuntansi misalnya: a. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesiIik terhadap pola tersebut; b. Memberikan rerangka yang jelas dalam memahami akuntansi; c. Menunjukkan peran utama biaya kontrak dalam teori akuntansi; d. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan rerangka dalam memprediksi pilihan-pilihan akuntansi; dan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 17 e. Mendorong penelitian yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi dan penjelasan terhadap Ienomena akuntansi. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 18 PERLATIHAN 1. Apa yang dimaksud teori, jelaskan! 2. Apa yang dimaksud teori akuntansi, jelaskan! 3. Jelaskan beberapa interpretasi tentang akuntansi! Termasuk dalam interpretasi manakah bila akuntansi dipandang sebagai alat penyedia inIormasi? 4. Bagaimana sebenarnya konsep akuntansi (konvensional) jika dipandang dari prinsip syariah, jelaskan. 5. Dalam merumuskan teori akuntansi, ada tiga klasiIikasi perumusan, yaitu metoda penalaran, sistem bahasa, dan tujuan, jelaskan! 6. Mengapa struktur dalam teori akuntasi dibagi dalam empat tingkatan, jelaskan disertai dengan contohnya masing-masing! 7. Apakah yang dimaksud dengan PAT? Jelaskan! 8. Seberapa besar PAT mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan akuntansi, jelaskan! 9. Bila dalam suatu perusahaan terjadi transaksi penjualan barang dagangan secara kredit, kepada pelanggan tetap. Sedangkan pembayaran dilakukan secara bertahap selama tiga kali angsuran, maka bagaimana seharusnya pencatatan yang dibuat atas transaksi tersebut. Apakah dalam praktik seperti ini termasuk dalam interpretasi akuntansi sebagai catatan historis? Jelaskan jawaban Saudara. 10. Jelaskan struktur perekayasaan akuntansi. 11. Jelaskan perbedaan antara pelaporan keuangan dengan laporan keuangan. 12. Mengapa untuk merumuskan suatu teori diperlukan pendekatan yang bersiIat ilmiah maupun non ilmiah/alamiah, jelaskan! Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 19 BAB II RERANGKA KONSEPTUAL A. PENGERTIAN RERANGKA KONSEPTUAL Pada tingkatan teori yang tinggi, rerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan. Pada tingkatan selanjutnya, rerangka konseptual mengidentiIikasikan dan mendeIinisikan karakteristik dari inIormasi keuangan dan elemen laporan keuangan. Pada tingkatan operasional yang lebih rendah, rerangka konseptual berkaitan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan (rules) tentang pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan dan tipe inIormasi yang perlu disajikan. Sering dikatakan bahwa agar dapat dijadikan legitimasi, rerangka konseptual harus didukung oleh metodologi 'ilmiah (scientiIic). Hal ini berarti bahwa prinsipprinsip dan aturan-aturan pengukuran tersebut harus dihasilkan dari tujuan dan konsep-konsep yang telah dideIinisikan sebelumnya. FASB (1978) mendeIinisikan rerangka konseptual sebagai suatu sistem yang saling berkaitan sebagai berikut: 'Suatu sistem yang koheren tentang tujuan (objectives) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberi pedoman tentang jenis, Iungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Dari deIinisi di atas dapat dilihat bahwa kata-kata seperti 'sistem yang koheren (coherent system) dan 'konsisten (consistent) menunjukkan bahwa FASB menggunakan rerangka teoritis dan non-arbiter. Sedang kata 'memberi pedoman' (precribes) mendukung pemakaian pendekatan normatiI. Ada beberapa pihak yang memandang rerangka konseptual sebagai 'konstitusi (undang-undang), yang merupakan landasan dalam proses penentuan standar akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberi pedoman bagi badan yang berwenang dalam memecahkan masalah yang muncul selama proses penentuan standar tertentu sesuai dengan rerangka konseptual. Namun demikian tidak ada cara yang dapat digunakan untuk membuktikan bahwa pertimbangan nilai yang dibuat oleh individu atau kelompok yang lain. Dengan demikian keberadaan teori yang berkaitan secara logis (koheren) untuk menyusun standar akuntansi merupakan argumen yang bersiIat konseptual. Lebih lanjut Solomon (1983, 115) menyatakan, 'Jika badan pembuat standar tidak dapat menunjukkan bahwa standar yang dibuat dapat menghasilkan inIormasi yang memiliki kualitas atau karakteristik yang diperlukan untuk mencapai tujuan akuntansi yang ada, badan tersebut tidak akan mampu mempertahankan diri dari unsur kepentingan tertentu yang dilihat standar sebagai sesuatu yang merugikan kemakmuran. Jika suatu standar tidak dihasilkan dari rerangka konseptual, bagaimana mungkin kita menunjukkan bahwa standar tertentu dipandang lebih baik dari pada yang lainnya. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 20 B. PERANAN RERANGKA KONSEPTUAL DALAM PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI Dalam membahas rerangka konseptual, ada beberapa masalah berikut yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Mengapa mempersoalkan perumusan 'teori akuntansi umum melalui pendekatan rerangka konseptual? b) Oleh karena pada masa lalu belum memiliki standar akuntansi, maka mengapa teori tersebut diperlukan pada masa sekarang? Ada argumen yang menyatakan bahwa munculnya berbagai masalah dalam praktik akuntansi sering disebabkan oleh tidak adanya teori umum. Sekalipun badan penyusunan standar akuntansi (standard setting body) di negara maju seperti Amerika, Australia, Inggris, dan Selandia Baru maupun di negara lainnya telah mengeluarkan berbagai standar dan melakukan pembatasan terhadap pemilihan metoda akuntansi dan praktik akuntansi yang masih dilakukan terlalu terlalu premisiI. Namun hal tersebut, hanya dapat memberikan solusi sementara berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Hal ini disebabkan adanya kelonggaran terhadap pemakai prosedur akuntansi yang sesuai dengan keinginan penyusun laporan keuangan. Kenyataan ini dapat dilihat dari laporan khusus yang dibuat oleh salah satu komite dari New York Stock Exchange (AICPA, 1934) menyatakan, 'Semakin banyak alternatiI praktik akuntansi, akan menyebabkan perusahaan memiliki kebebasan untuk memilih metoda akuntansi mereka sendiri dalam batas yang sangat luas sesuai dengan reIerensi yang dibuat. Ada kebebasan yang mengijinkan setiap perusahaan untuk memilih metoda akuntansi yang disukai dalam lingkup generally accepted accounting principles (GAAP), dan tetap dipandang sebagai doktrin yang dianut banyak pihak terutama perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986). Meskipun demikian, kebebasan tersebut pada akhirnya akan mengarah pada sesuatu yang membingungkan. Atas dasar hal itu, Badan Akuntansi Amerika Serikat (FASB) telah berupaya mengatasi hal tersebut dengan mengeluarkan berbagai resolusi dan standar akuntansi yang didasarkan pada praktik berjalan dengan didukung oleh alasan tertentu yang bersiIat khusus (ad hoc). Namun demikian, pada kenyataannya badan tersebut tidak mengeluarkan kesepakatan prinsip yang konsisten. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa masih banyak praktik yang dipengaruhi oleh hukum, peraturan pemerintah, tekanan dari manajer dan kepentingan politik tertentu. Accounting Principles Board (APB), badan yang dibentuk sebelum diganti oleh Financial Accounting Standard Board (FASB), mengakui hal tersebut. Yaitu ketika badan ini mendeIinisikan makna GAAP. APB (1970) menyatakan bahwa GAAP merupakan 'Konvensi yaitu prinsip-prinsip tersebut diterima secara umum berdasarkan kesepakatan (aggrement), bukannya dihasilkan secara Iormal dari seperangkat postulat atau konsep dasar. Prinsip-prinsip tersebut berkembang berdasarkan pengalaman, alasan, kebiasaan, pemakaian dan juga kebutuhan praktik. Sumber-sumber kekuatan yang berwenang dalam akuntansi sangat banyak jumlahnya. Contohnya, di Amerika, Internal Revenue Service (badan yang mengurusi pajak) menerima pemakaian Metoda Last In First Out (LIFO) untuk menilai persediaan, dan metoda penyusutan dipercepat untuk menentukan besarnya penyusutan aset tetap. Sikap untuk menerima metoda tersebut pada akhirnya diterima oleh proIesi akuntansi. Di samping itu, manajer perusahaan seringkali mempengaruhi akuntan untuk merancang metoda akuntansi yang dapat diterima (acceptable) untuk tujuan memperkecil beban pajak atau menaikkan laba yang dilaporkan. Ketidakkonsistenan dalam praktik tersebut menimbulkan suatu masalah. Gellein, (1980) mantan anggota APB dan FASB, berkomentar bahwa tidak adanya rerangka Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 21 konseptual yang jelas, telah menyebabkan berlakunya Hukum Gresham dalam akuntansi: praktik yang jelek akan memikirkan atau mengganti praktik yang baik (Gellein, 1980). Perdebatan mengenai rerangka konseptual muncul, baik FASB maupun Australian Accounting Research Foundation (AARF) termasuk di Indonesia mengikuti cara-cara yang digunakan badan proIesional sebelumnya untuk mengatasi masalah akuntansi tertentu. Sebab tidak ada teori akuntansi yang dapat diterima secara umum, rekomendasi dari badan berwenang hanya dipandang sebagai solusi ad hoc (khusus) untuk menekan masalah-masalah yang muncul pada waktu itu. Dan bersiIat sementara. Padahal masalah yang muncul semakin banyak dan beragam. Sehingga perlu keariIan akademis dan kehati-hatian dalam menyelesaikan masalah ini. Untuk itu, perlu juga diperhatikan reviu sejarah untuk perumusan teori akuntansi. Menurut Storey (1964, 52) menyimpulkan bahwa 'Penyelesaian yang bersiIat ad hoc (khusus) yang dihasilkan dari pendekatan play-it-by-ear jarang menghasilkan penyelesaian akhir yang memuaskan (sekalipun mempertimbangkan dinamika akuntansi). Pendekatan 'play-it-by-ear adalah pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang berubah-ubah, bukannya pendekatan yang dilakukan dengan membuat rencana yang tetap, yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan Solomon, (1983, 109) berpendapat bahwa seseorang harus membuat pertimbangan tertentu tentang jenis akuntansi yang diinginkan. Salomon menolak pemakaian standar akuntansi yang ditetapkan dari pengamatan induktiI karena hasil proses tersebut menunjukkan kondisi 'benar, sebagai berikut: 'Suatu prinsip atau praktik akan dinyatakan sebagai sesuatu yang 'benar karena hal tersebut diterima secara umum, prinsip atau praktik tersebut tidak akan diterima secara umum karena prinsip tersebut dikatakan 'benar. Selanjutnya dinyatakan pula, bahwa rerangka konseptual dapat digunakan untuk mengatasi campur tangan politik pemerintah dalam menyusun laporan keuangan yang obyektiI, netral dan independen. Hal ini tidak mengherankan sebab kebijakan akuntansi hanya dapat diimplementasikan dengan melakukan impelemntasi pertimbangan nilai (value judgment). Terutama berkaitan dengan masalah yang dihadapi. C. PERUMUSAN RERANGKA KONSEPTUAL Proses perumusan rerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evaluasi yang dihasilkan dari pekerjaan atau proyek sebelumnya. Ada berbagai publikasi dari kegiatan dalam perumusan rerangka konseptual, misalnya di USA nampak pada tabel di bawah ini. Tabel 2 PUBLIKASI PERUMUSAN RERANGKA KONSEPTUAL TAHUN 1966 S.D. 1977 JUDUL PENERBIT TAHUN A Statement oI Basic Accounting Theory (ASOBAT) AAA 1966 Basic Concept and Accounting Princiles Underlying Financial Statement oI Business Enterprises (APB Opinion No. 4) APB 1970 Objectives oI Financial Statement (Trueblood Committee Report) AICPA 1973 Statement oI Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA) AAA 1977 Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 22 Adanya publikasi rerangka konseptual di atas, akhirnya membuat FASB melakukan evaluasi dan mempelajari kembali berbagai hasil publikasi tersebut. Sehingga pada tahun 1976 FASB mengeluarkan 'Conceptual Framework Ior Financial Accounting and Reporting: Element oI Financial Statement and Their Measurement yang dituangkan dalam 'Discussion Memorandum Kemudian setelah itu, dalam periodik 1978-1985 FASB dengan 'DM nya telah mengeluarkan 6 (enam) komponen rerangka konseptual yang diberi nama Statement oI Financial Accounting Concept (SFAC) sebagai berikut: Tabel 3 KOMPONEN RERANGKA KONSEPTUAL SFAC JUDUL ISI TAHUN 1 Objectives oI Financial Reporting by Business Enterprises. Tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan 1978 2 Qualitative characteristcs oI Accounting InIormation Kualitas inIormasi yang harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan agar bermanIaat 1980 3 Elements oI Financial Statement oI Busiiness Enterprises DeIinisi dan karakteristik elemen laporan keuangan 1980 4 Objectives oI Financial Reporting by Nonbusiness Oranizations Tujuan yang akan dicapai dalam pelaporan keuangan organisasi non laba 1980 5 Recognition and Measurement in Financial Statement oI Business Enterprises Kriteria pengakuan dan atribut pengukuran elemen laporan keuangan 1984 6 Element oI Financial Statement a Replecement oI FASB Concepts Statement No. 3 Pengganti SFAC No. 3 dan berlaku juga bagi organisasi non laba 1985 Ruang lingkup dan komponen rerangka konseptual menurut FASB: 1. Tujuan rerangka konseptual mengindentiIikasikan pelaporan keuangan; 2. Konsep dasar (basic concept) mencakup karakteristik kualitatiI dari inIormasi yang dihasilkan dan deIinisi elemen laporan keuangan; dan 3. Rerangka konseptual berisi pedoman operasional yang akan digunakan akuntan dalam menentukan dan menerapkan standar akuntansi. Secara graIis dapat dilihat pada gambar lima berikut: Gambar 5 HIRARKI INFORMASI LAPORAN KEUANGAN FIRST HIRARKI SECOND HIRARKI TUJUAN LAPORAN KEUANGAN Karakteristik KualitatiI Elemen (Akun) provide inIormation Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 23 Pada hirarki pertama berisi tujuan laporan keuangan yang menjelaskan tujuan dan dimensi laporan untuk menyediakan inIormasi. Hendaknya pada hirarki ini tidak hanya menjelaskan isi laporan keuangan saja tetapi juga berisi: useIul in investment and credit decisions, useIul in assesing Iuture cash Ilows, and about enterprise resources, and change in them. (SFAC No, 1). Sementara itu dalam PSAK No. 1 (2007), dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah 'menyediakan inIormasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanIaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (par. 12). Terutama inIormasi bagi pemakai laporan keuangan yaitu: investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. (par. 09). InIormasi yang disajikan meliputi semua komponen laporan keuangan, yaitu: a) neraca; b) laporan laba rugi; c) laporan perubahan ekuitas; d) laporan arus kas; dan e) catatan atas laporan keuangan. (par. 07) Selain itu, dapat pula perusahaan menyajikan laporan tambahan lainnya, seperti laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah (value added), analisis telaah keuangan. Semua laporan ini sebagai pelengkap untuk memberikan inIormasi tambahan bagi pemakai laporan keuangan, sehingga seluruh inIormasi dapat disajikan secara lengkap dan obyektiI. Pada hirarki kedua berisi karakteristik kualitatiI dan elemen laporan keuangan (akun), dimana rerangkan konseptual pada hirarki ini terdiri dari conceptual building block yang menjelaskan karakteristik inIormasi laporan keuangan tersebut dan mendeIinisikan elemen pelaporan keuangan. Building block ini membentuk jembatan yang menghubungkan mengapa akuntansi diperlukan? Dalam karakteristik kualitatiI ini dijelaskan sebagai berikut: a. Primary Qualitaties terdiri dari: Relevansi (predictive value, dan timeliness), Reliabilitas (veriIiability, representational IaithIulness, dan neutrallity). Selanjutnya InIormasi dikatakan, Relevan bila inIormasi tersebut memiliki manIaat, sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan. Selain itu relevansi memilik tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut akan berbeda diantara para pemakai dan sangat tergantung pada kebutuhan akan inIormasi dan kondisi tertentu yang dihadapi para pengambil keputusan. Keandalan, merupakan kualitas inIormasi yang menyebabkan pemakai inIormasi akuntansi sangat tergantung pada kelayakan inIormasi yang diperoleh atau disajikan. Selain itu keandalan inIormasi sangat tergantung pada kemampuan suatu inIormasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa yang sebenarnya secara obyektiI. Dalam konsep Cost and BeneIit Ratio, inIormasi dikatakan mempunyai kendala bila dikaitkan dengan pertimbangan kos dan manIaat, karena dalam THIRD ASSUMPTIONS PRINCIPLES CONSRAINTS Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 24 penyajian laporan keuangan sangatlah sulit untuk dapat melakukan penilaian dan pengukuran secara wajar terhadap manIaat dari inIormasi tersebut. Sedangkan dalam konsep lain, Materialitas, adalah penyajian inIormasi tertentu akankah mempunyai pengaruh secara signiIikan terhadap keputusan inIormasi, bila inIormasi itu diasajikan atau ditiadakan sama sekali. b. Secondary Qualitlities terdiri dari: Comparability; (daya banding), inIormasi mempunyai manIaat kalau inIormasi tersebut mempunyai daya banding baik antar periodik maupun antar perusahaan sedangkan Consistency (konsistensi) atau keajegan, adalah berkaitan denganpenggunakan suatu metoda taukebijakan akuntansi secara konsisten dan tidak dapat dilakukan perubahan tertentu setiap periodik, kecuali hal lain yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan perubahan atau penggantian metoda akuntansi yang digunakan. Sedangkan elemen (akun) pelaporan terdiri dari; Assets, Liabilities, Equity, Investment by Owners, Distribution to Owners, Comprehensive Income, Revenues, Expenses, Gains, and Losses. SFAC dalam pernyataan No. 5 menyebutkan bahwa kriteria pengakuan umumnya konsisten dengan praktik akuntansi berjalan dan tidak ada perubahan yang mendasar. Selanjutnya SFAC tersebut melalui discussion memorandum, mengakui ada lima dasar pengukuran yang dapat digunakan untuk menetukan nilai aset dan utang sebagai berikut: 1. Biaya historis (historical cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aset sampai aset tersebut siap dipakai. 2. Biaya pengganti (replacement cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang harus dibayar jika aset sejenis atau sama diperoleh pada saat sekarang (harga wajar). 3. Biaya terkini (current cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang diperoleh dengan menjual aset pada saat kegiatan normal perusahaan (harga pasar). 4. Nilai bersih yang dapat direalisasi (net reliazible cost), yaitu jumlah kas atau setara kas yang diperoleh jika aset diharapkan akan dijual setelah dikurangi dengan biaya langsung (harga bersih realisasi). 5. Nilai sekarang aliran kas mendatang (present value Iuture cost), yaitu nilai sekarang aliran kas masa mendatang yang akan diperoleh seandainya aset dijual pada masa yang akan datang. Pada hirarki ketiga berisi postulat (dalil), prinsip, dan keterbatasan. Hirarki ini merupakan pedoman operasional yang harus digunakan dalam mengukur dan mengakui elemen laporan keuangan dan menyajikan inIormasi tersebut secara wajar (Iair), lengkap (Iull), dan cukup (adequate), sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU). D. EVALUASI RERANGKA KONSEPTUAL Di Amerika Serikat, berbagai kritik banyak ditujukan pada proyek konseptual. Karena banyak proyek ini yang gagal, meskipun tidak semua, tetapi sebagian dapat dikatakan berhasil dalam proyek rerangka konseptual ini, namun keberhasilan proyek rerangka konseptual tersebut berjalan agak lambat. Analisis terhadap kritik tersebut akan memungkinkan dalam membantu memahami alasan mengapa rerangka konseptual tersebut berkembang lambat. Hal tersebut hendaknya menjadi perhatian dan membantu pengembangannya di Indonesia atau memperbaiki bagian-bagian yang masih memiliki kelemahan tersebut secara terencana dan kontinyu. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 25 Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam analisis tersebut. Pertama adalah dengan menganggap bahwa rerangka konseptual seharusnya merupakan Pendekatan 'Ilmiah (scientiIic), yang didasarkan pada metoda-metoda yang umumnya digunakan dalam penelitian ilmiah dan kedua Pendekatan ProIesional (Godzali, 2001,147). Kedua pendekatan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Pendekatan Ilmiah a) DeskriptiI dan Non-Operasional Apabila kita memperhatikan berbagai isu dan perdebatan dalam akuntansi, kita sering dihadapkan pada pertanyaan mendasar seperti: apakah yang dimaksud dengan nilai (value)? Bagaimana kita menilai elemen laporan keungan seperti aset dan utang? Salah satu tujuan dari rerangka konseptual adalah untuk mejawab pertanyaan tersebut sehingga dapat menghindari argumen repetative terhadap arti dari istilah elemen laporan keuangan. Seringkali yang menjadi masalah adalah apakah kesepakatan yang dicapai dalam mendeIinisikan elemen laporan keuangan merupakan hal yang penting, seperti halnya dalam ilmu pengetahuan murni? Gerboth (1987) berpendapat bahwa pengetahuan substantiI berasal bukan dari investigasi bukannya didasarkan pada kesepakatan terhadap deIinisi. b) Asumsi Ontologis dan Epistemologi Beberapa IilusoIis pengetahuan, antara lain Feyerabend (1987) berpendapat bahwa kebenaran ilmiah tidak bersiIat absolut. Suatu pernyataan atau keyakinan dapat diterima setelah terbukti kebenarannya sesuai dengan aturan yang disepakati dalam metodologi ilmiah. Hines (1988) berpendapat bahwa masalah dalam realisme ekonomi atau pendekatan pengukuran yang diadopsi oleh rerangka konseptual di USA adalah masalah yang sering dijumpai dalam masyarakat ilmiah. Tujuan utama pendekatan tersebut dalam ilmu pengetahuan adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang lingkungan sehingga memungkinkan untuk beroperasi lebih eIektiI dalam lingkungan tersebut. Asumsi juga dibuat terhadap karakteristik perilaku (maksimasi kemakmuran, kebutuhan inIormasi pemakai seperti aliran kas masa mendatang dan nilai terkini, dan cara-cara bagaimana orang berhubungan dengan orang lain dan masyarakat). c) Perputaran Logika Salah satu jujuan dari rerangka konseptual adalah memberikan pedoman bagi praktik akuntansi setiap hari. Apabila diperhatikan, rerangka konseptual FASB kelihatan seperti mengikuti alur ilmiah, yaitu menghasilkan prinsipprinsip dan praktik akuntansi dari suatu teori yang digeneralisasikan. Namun kenyataannya, rerangka konseptual tersebut gagal memenuhi kriteria pengujian. Rerangka konseptual tersebut lebih didasarkan pada 'perputaran logika (circularity oI reasoning) yang tidak berujung pangkal dalam rerangka itu sendiri. Rerangka konseptual berusaha untuk memecahkan perputaran logika tersebut dengan mengacu pada pernyataan bahwa pemakai laporan keuangan memiliki pengetahuan yang cukup dan sesuai untuk menentukan dan menginterprestasikan laporan keuangan. Akan tetapi, rerangka konseptual tidak memberikan pedoman khusus tentang bagaimana hal tersebut dapat dicapai. d) Disiplin yang Tidak Ilmiah Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 26 Apakah akuntansi dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni (pure science)? Rerangka konseptual mungkin mengadopsi pendekatan ilmiah. Elemen-elemen empiris dan teoritis, dalam akuntansi dideIinisikan secara bebas (loossely). Namun kenyataannya tidak semua ilmu pengetahuan dihasilkan dari pendekatan secara ilmiah, khususnya akuntansi harus menggunakan pendekatan atau metoda lainnya, yaitu non ilmiah. Sebab akuntansi tersebut berkaitan pula dengan perilaku, sehingga selain pure science harus dilengkapi pula non pure science. Misalnya berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti, bahasa, jiwa, lingkungan dan sosial. 2) Nilai ProIesional a. Rerangka Konseptual sebagai Dokumen Kebijakan Sebagai seperangkat pengetahuan yang digeneralisasikan, rerangka konseptual gagal memenuhi pengujian ilmialh. Sekalipun kita beragumen bahwa realitas hanya merupakan hasil dari konstruksi sosial, namun tidak ada proses deduktiI yang melekat dalam rerangka konseptual. Tidak dapat dipungkiri proses tersebut sebenarnya diperlukan untuk menerapkan rerangka konseptual pada Ienomena empiris yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah realitas ke arah tatanan yang lebih disukai sesuai dengan tujuan yang diasumsikan. Kenyataan yang menunjukan apakah rerangka konseptual dapat dipandang sebagai model normatiI untuk praktik akuntansi, juga merupakan masalah. AlternatiI untuk memandang rerangka konseptual sebagai model normatiI yang diturunkan dari pendekatan deduktiI atau ilmiah adalah dengan melihatnya sebagai model kebijakan. Perbedaan antara teori dan kebijakan merupakan hal yang penting karena isu kebijakan dapat dipecahkan dengan alat politik. Rerangka konseptual FASB dapat dipandang sebagai pendekatan konstitusional yang sebagian besar mendukung prinsip-prinsip yang telah ada. b. Nilai ProIesional dan Perlindungan Diri (selI-preservation) Perlindungan diri memiliki arti pencarian terhadap kepentingan sendiri, sementara nilai proIesional mengarah pada idealisme dan ketidakegoisan (altruism). Greenwood (1978) mengatakan bahwa organisasi proIesional muncul sebagai perwujudannn dari kesadaran terhadap pentingnya proIesi dan mempromosikan kepentingan dan tujuan kelompok tertentu. Gerboth (1973) menegaskan bahwa keberadaan tanggung jawab proIesional menyebabkan keputusan yang diambil oleh akuntan dianggap obyektiI. Gerboth menambahkan bahwa segala sesuatu yang menyangkut pengambilan keputusan yang dilakukan oleh akuntan didasarkan pada pertimbangan proIesional yang dilandasi tanggung jawab proIesional, dan bukan didasarkan pada keputusan yang bersiIat arbiter. Agrawal (1987) menemukan bahwa berbagai isu yang menyangkut daya banding (comparability) dan eIektivitas biaya tidak dapat dipecahkan dengan rerangka konseptual. Isu tersebut hanya dapat dipecahkan dengan menggunakan pertimbangan (judgment) yang bersiIat subyektiI. Sementara, pertimbangan sebagian besar juga didasarkan pada nilai-nilai proIesional. Adanya ketidaksepakatan terhadap standar akuntansi normatiI juga didukung oleh Demski (1973). Dia mengatakan bahwa atas dasar bukti yang ada, secara umum tidak ada standar yang mampu mengindentiIikasikan alternatiI akuntansi yang paling disukai tanpa mengaitkannya dengan keyakinan dan preIerensi pribadi (individu) Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 27 keyakinan dan preIerensi semacam itu merupakan campuran antara nilai pribadi dan nilai proIesional. Oleh karena itu, Bromwich (1980) yakin bahwa pendekatan yang optimal dalam menentukan standar akuntansi adalah dengan mengeluarkan seperangkat standar sepotong-potong (parsial) yang membahas masalah akuntansi secara terpisah. Konsep yang kurang idealis dari nilai-nilai proIesional adalah konsep otoritas dan monopoli proIesional. Konsep ini sesuai dengan pendekatan konstitusi (constitusional approach ) yang diajukan oleh Buckley ( 1980 ) dan argumen yang dilakukan oleh proIesi akuntan. Sedangkan Hines (1989) berpendapat bahwa kemampuan proIesi akuntansin untuk mempertahankan legitimasi sebagai suatu proIesi pada akhirnya akan dinilai oleh masyarakat. Hal inilah yang mendorong munculnya kebutuhan akan rerangka konseptual. Hines juga berpendapat bahwa apabila masyarakat memandang praktik akuntansi tidak lebih dari sekumpul metoda akuntansi yang tidak berkaitan dan bersiIat arbiter, maka legitimasi sosial terhadap proIesi akuntansi akan berkurang atau bahkan bisa hilang. E. PERUMUSAN RERANGKA KONSEPTUAL DI INDONESIA Secara umum dapat dikatakan bahwa proyek rerangka konseptual FASB merupakan proyek yang dianggap paling maju dalam menciptakan 'konstitusi akuntansi. Agar eIektiI, rerangka tersebut harus mampu diterima secara umum, menggambarkan perilaku kolektiI, dan melindungi kepentingan publik di bidang kegiatan yang dipengaruhi oleh pelapor keuangan. Rerangka konseptual harus dapat dipraktikkan dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan keberterimaan rerangka konseptual adalah dengan memastikan kelayakan (soundness) penalaran yang melandasi rerangka konseptual (Belkaoui, 1993, 213). Sementara itu, Hongren (1981) mengatakan bahwa, 'Peranan utama rerangka konseptual pada akhirnya ditujukan pada usaha untuk meningkatkan kemungkinan keberterimaan dari pernyataan tertentu yang diusulkan atau telah ada. Semakin baik asumsi yang digunakan akan semakin lengkap analisis yang dilakukan terhadap Iakta, maka semakin besar kesempatan untuk mendapatkan dukungan dari pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda dan mempertahankan serta meningkatkan kekuatan FASB. Pengujian akhir terhadap rerangka konseptual, terletak pada implementasi dan kelangsungan hidupnya. Kasus di Amerika yang dikemukakan oleh Dopuch dan Sunder (1980). Menunjukkan bahwa rerangkan konseptual kelihatannya tidak mampu memcahkan isu akuntansi utama atau dalam menentukan suatu standar akuntansi. Apalagi yang berkaitan dengan perkembangan baru (Ienomena) yang terjadi dalam praktik akuntansi, sehingga harus dikaitkan pula dengan dunia usaha yang selalu berkembang dan dinamis. Fenomena baru tersebut tentu akan memerlukan rerangka konseptual dan akhirnya merumuskan standar akuntansi sebagai landasan untuk dapat digunakan dan diimplementasikan apakah sebagai judgment oI accounting atau acuan (standar akuntansi) dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Sejalan dengan perkembangan dan Ienomena yang terjadi, bagaimana dengan virtual market, intellectual capital, dan masalah lainnya? Sejalan dengan semakin derasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka hal ini harus segera dicarikan jalan keluarnya agar tidak terjadi kerancuan, terutama dalam praktik akuntansi. Sehingga ada kepastian acuan atau pedoman bagi kalangan dunia usaha (bisnis) untuk kondisi di USA (dunia internasional) dalam konteks praktik dunia usaha internasional. Secara khusus berkaitan dengan praktik bisnis di Indonesia, perumusan rerangka Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 28 konseptual ini sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam upaya untuk mewujudkan perumusan teori akuntansi yang betul-betul sesuai dengan kondisi dan lingkungan bisnis di Indonesia. Di Indonesia rerangka konseptual (standar akuntansi) mulai dikenalkan sejak bulan September 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang telah mengambil kebijakan untuk mengadopsi rerangka konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar dalam rerangka dan dasar penyusunan dan penyajian laporan. Kebijakan ini telah disetujui oleh Komite Prinsip Akuntansi Indonesai (PAI) Pusat pada tanggal 24 Agustus 1994 dan disahkan oleh Pengurus Pusat IAI tanggal 7 September 1994. Kemudian IAI memberikan nama rerangka konseptual Indonesia dengan istilah: 'Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Selanjutnya rerangka ini dapat digunakan oleh semua pihak sebagai acuan dalam menjalankan berbagai kegiatan (perusahaan) antara lain: a) Komite penyusun standar dalam pelaksanaan tugasnya; b) Penyusunan laporan keuangan, untuk mengurangi masalah-masalah akuntansi yang belum diatur dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK); c) Dasar auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun telah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU); dan d) Para pemakai laporan keuangan, dalam menaIsirkan inIormasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Secara garis besar rerangka konseptual ini berisi hal-hal berikut: 1) Tujuan laporan keuangan; 2) Karakteristik kualitatiI yang menetukan manIaat inIorasi yang disajikan dalam laporan keuangan; 3) DeIinisi, pengakuan dan pengukuran elemen-elemen yang membentuk laporan keuangan; dan 4) Kosep modal dan pemeliharaannya. PERLATIHAN 1. Apa yang disebut rerangka konseptual, jelaskan! 2. Mengapa rerangka konseptual diperlukan dalam perumusan teori akuntansi, jelaskan! 3. Bagaimana perumusan rerangka konseptual di USA, sebut dan jelaskan beberapa publikasi berkaitan dengan perumusan rerangka konseptual tersebut. 4. Jelaskan peranan rerangka konseptual dalam proses perumusan dan penetapan standar akuntansi. 5. Mengapa dalam pelaporan keuangan diperlukan perekayasaan akuntansi, jelaskan. 6. Apa yang Saudara ketahui tentang rerangka konseptual, dan bagaimana hubungannnya dengan parktik akuntansi, jelaskan! 7. Bagaimana perumusan rerangka konseptual di Indonesia, dapatkah menyelesaikan masalah yang dihadapi berkaitan dengan penentuan standar akuntansi, jelaskan. 8. Secara umum rerangka konseptual tidak dapat menyelesaikan semua masalah. Setujukah Saudara dengan pernyataan ini? Jelaskan 9. Bilamana suatu rerangka konseptual dinyatakan mampu menyelesaikan suatu masalah? Apakah perbedaan yang mendasar antara rerangka konseptual dengan konstitusi` dalam akuntansi. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 29 10. Sebut dan jelaskan beberapa lembaga penyusun standar akuntansi baik untuk di USA maupun di Indonesia. 11. Dapatkah suatu konsep virtual market dan intellectual capital dikategorikan sebagai rerangka konseptual, jelaskan! Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 30 BAB III STANDAR AKUNTANSI BERTERIMA UMUM PENDAHULUAN Dalam praktik bisnis sering dijumpai bahwa laporan keuangan harus disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di Indonesia atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di USA. Prinsip tersebut pada dasarnya akan menentukan kualitas inIormasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Meskipun GAAP sering dipakai dalam praktik akuntansi, namun istilah GAAP atau PABU ini hendaknya dapat dideIinisikan secara jelas. Ketidakjelasan deIinisi tersebut dapat dilihat dari berbagai pendapat. Misalnya, Grady (1965) dalam Godzali dan Chariri (2003, 82) menunjukkan bahwa berbagai metoda akuntansi banyak digunakan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan bebas menggunakan metoda akuntansi selama metoda tersebut dapat diterima dalam praktik bisnis. Namun demikian, melihat substansi dari perdebatan yang selama ini muncul, GAAP mungkin dapat dideIinisikan sebagai sekumpulan konsep, standar, prosedur, metoda, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap dapat diterima secara umum dalam menyusun, menyajikan dan mengiterpretasikan laporan keuangan dalam lingkungan tertentu. Sumber-sumber GAAP tersebut dipandang sebagai suatu hirarki yang sering dinamakan The House oI GAAP. Otoritas dari pedoman akuntansi terletak pada berbagai posisi resmi dari proIesi dan komisi pasar modal. Tingkat pertama merupakan sumber utama acuan sebagai dasar dalam memecahkan berbagai masalah dalam praktik akuntansi. Apabila pada tingkat pertama tidak ditemui dan atau belum mampu digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi maka dapat dicapai pada tingkat kedua dan seterusnya. A. PENGERTIAN STANDAR AKUNTANSI Menurut Paul Grady (1965), menyatakan bahwa berbagai metoda akuntansi banyak digunakan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan bebas menggunakan metoda akuntansi selama metoda tersebut dapat diterima dan disahkan dalam praktik bisnis. Namun demikian, sebagai acuan GAAP telah merumuskan bahwa standar akuntansi merupakan sekumpulan konsep, standar, prosedur, metoda, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap dapat berterima umum dalam menyusun, menyajikan dan menginterpretasikan laporan keuangan dalam lingkungan tertentu, (Godzali, 2003, 120). Untuk dapat mendeIiniskan istilah berterima umum adalah dengan menggambarkan kondisi yang mendasari praktik akuntansi keuangan sehingga dapat berterima umum (generally accepted). Misalnya suatu standar tidak lagi dipermasalahkan bila, pengguna telah mengimplementasikan standar tersebut dalam penyajian laporan keuangannya. Kecuali standar tersebut dinilai tidak mampu untuk mengakomodasi perkembangan dan kemajuan teknologi inIormasi dan bisnis, maka perlu evaluasi dan penyesuaian sesuai dengan perkembangan tersesebut. Menurut Skinner (1972), bahwa untuk memilih dan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 31 menentukan metoda akuntansi mana yang harus dipakai atau dipilih maka sebaiknya harus memenuhi kondisi berikut: 1) Metoda tersebut dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan; 2) Metoda tersebut dibuat dalam bentuk pengumuman (pronouncement) dari komunitas akuntansi proIesional; dan 3) Metoda tersebut didukung oleh para pemikir dan akademisi di bidang akuntansi dalam bentuk tertulis. Sejarah perkembangan akuntansi menunjukkan bahwa berbagai reIerensi yang berkaitan dengan GAAP makin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai pernyataan, opini, dan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang. Misalnya FASB mengeluarkan Statement oI Financial Accounting Concept (SFAC) dan interpretasinya. Selain itu terdapat juga opini dari APB Opinion dan penelitian akuntansi yang dikeluarkan AICPA (American Institute CertiIied Public Accountant). Sedangkan sumber lainnya dari GAAP seperti: 1) Pedoman akuntansi dan audit industri serta interpretasi akuntansi yang dikeluarkan oleh AICPA; 2) Publikasi FASB lainnya seperti buletin teknis dan pernyataan yang dikeluarkan (misalnya: APB Opinion No. 4); 3) Publikasi-publikasi komisi pasar modal seperti Accounting Series Release (ASR); 4) Praktik-praktik yang diakui seperti yang ditunjukkan dalam publikasi AICPA tahunan yang dinamakan Accounting Trends and Techniques (ATT); dan 5) Makalah atau tulisan yang membahas isu-isu tertentu yang dikeluarkan oleh AICPA, pernyataan konsep-konsep FASB, buku ajar (text book) atau artikel ilmiah lainnya. Jadi, standar akuntansi adalah sebagai pedoman umum dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan secara wajar, yang merupakan pernyataan resmi berkaitan dengan masalah akuntansi tertentu. Standar ini dikeluarkan oleh badan berwenang pembuat standar (standard setting body) dan berlaku mengikat untuk lingkungan entitas tertentu. Standar akuntansi umumnya berisi tentang, deIinisi, pengukuran atau penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Oleh karena itu, standar akuntansi merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang yang mengikat maka ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip akuntansi berterima umum. Sebab standar akuntansi akan memberikan aturan-aturan umum dan sebagai pedoman yang bersiIat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan dan manajemen perusahaan dalam merumuskan dan melaporkan kinerjanya dan sebagai bagian dari: 1. Pemerian tentang masalah yang dihadapi; 2. Diskusi makul (kemungkinan menghasilkan teori mendasar) atau cara-cara memecahkan masalah; dan 3. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atau teori maka diajukan suatu simpulan. Edey (1977), mernyatakan berkaitan dengan subyek standar membagi standar ke dalam empat tipe utama: Tipe 1 menyatakan bahwa akuntan harus memberitahukan kepada pemakai (users) tentang apa yang mereka kerjakan, dengan cara apa mengungkapkan metoda dan asumsi yang dipakai. Tipe 2 membantu pencapaian beberapa keseragaman penyajian tentang pernyataan akuntansi tertentu. Tipe 3 menghendaki pengungkapan halhal khusus yang mungkin akan dapat berpengaruh pada pertimbangan (judgment) Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 32 pemakai. dan Tipe 4 menghendaki keputusan implisit atau eksplisit yang harus dibuat tentang penilaian aset dan penentuan laba yang disetujui. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah atau konsep penting yang sangat berbeda maknanya, yaitu prinsip akuntansi (accounting principles), standar akuntansi (accounting standard), dan PABU (GAAP). Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis maupun praktis yang berIungsi sebagai pengetahuan. Prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan yang mungkin belum dipraktikkan, (Suwarjono, 2005, 121-122). Standar akuntansi merupakan prinsip, metoda dan teknik akuntansi yang diapaki sebagai acuan atas dasar bingkai konsep dan disusun oleh badan penyusun standar, yang dituangkan dalam dokumen resmi di dalam suatu negara atau lingkungan tertentu. Standar akuntansi ini dipakai sebagai pdemon utama dalam memperlakukan laporan keuangan secara wajar. Misalnya: PSAK No.1-59 di Indonesia untuk sektor bisnis konvensional/syariah, SAP No. 1-11 untuk organsasi pemerintahan. Sedangkan PABU adalah sebagai bingkai pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber lain yang berlaku secara resmi. PABU tidak sama dengan standar akutansi dan berbeda pula pula dengan prinsip akuntansi. Namun ketiga hal tersebut mempunyai kaitan yang sangat erat yang membentuk bingkai PABU sebagai suatu acuan. Hubungan ketiga hal itu digambarkan sebagai berikut: GAMBAR 6 HUBUNGAN ANTAR PRINSIP AKUNTANSI, STANDAR AKUNTANSI, DAN PABU Sumber: diadaptasi dari Suwarjono, 2005, 123 Prinsip Akuntansi, (semua konsep, ketentuan, prosedur, metoda, dan teknik yang tersedia secara teoritis dan praktis) Ketentuan yang diatur dalam standar akuntansi, termasuk peraturan badan otoratiI, dan konvensi Standar Akuntansi Praktik Sehat (sound practices) PABU (GAAP) Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 33 B. STANDAR AKUNTANSI Standar akuntansi mungkin dapat dikatakan sebagai pedoman umum dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Karena standar akuntansi merupakan pernyatan resmi berkaitan dengan masalah akuntansi tertentu, yang dikeluarkan oleh badan berwenang (standard setting body) dan berlaku mengikat untuk lingkungan entitas tertentu. Standar akuntansi umumnya berisi tentang, deIinisi, pengukuran atau penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Olerh karena itu, standar akuntansi merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang yang mengikat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip akuntansi berterima umum. Karena dalam pernyataan standar akuntansi tersebut berisi aturan-aturan umum dan mendasar sebagai pedoman yang bersiIat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan dan manajemen perusahaan dalam merumuskan dan melaporkan kinerjanya melalui laporan keuangan yang dibuat dan sebagai bagian dari: 1. Deskripsi tentang masalah yang dihadapi; 2. Diskusi logis (kemungkinan menghasilkan teori mendasar) atau cara-cara memcehakan masalah; dan 3. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atau teori maka diajukan suatu solusi. Menurut Edey (1977), berdasarkan subyeknya standar dibagi ke dalam empat tipe utama, yaitu: 1. Tipe 1 menyatakan bahwa akuntan harus memberitahukan kepada pemakai (users) tentang apa yang mereka kerjakan dengan cara mengungkapkan metoda dan asumsi (kebjiakan akuntansi) yang dipakai. 2. Tipe 2 membantu pencapaian bebrapa keseragaman penyajian tentang pernyataan akauntansi tertentu. 3. Tipe 3 menghendaki pengungkapan hal-hal khusus yang mungkin akan dapat berpengaruh pada pertimbangan (judgment) permakai. 4. Tipe 4 menghendaki keputusan implisit atau eksplisit yang harus dibuat tentang penilaian aset dan penentuan laba yang disetujui. C. PERANAN STANDAR AKUNTANSI Ada beberapa alasan yang menyebabkan penentuan standar akuntansi memiliki peranan yang penting dalam penyajian laporan keuangan. Alasan tersebut ialah: 1. Memberi inIormasi akuntansi kepada pemakai tentang posis keuangan, hasil usaha (laba), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. InIormasi tersebut diasumsikan jelas, konsisten, dan dapat dipercaya (andal), dan mempunyai daya banding (comparability); 2. Memberi pedoman dan aturan bagi akuntan publik (khususnya) untuk melaksanakan kegiatan audit dan menguji validitas laporan keuangan; 3. Memberi data dasar bagi pemerintah tentang berbagai variabel yang dipandang penting untuk mendukung pengenaan pajak, pembuatan regulasi (aturan), perencanaan ekonomi, dan peningkatan eIisiensi dan tujuan sosial lainnya; dan 4. Menghasilkan prinsip-prinsip dan teori bagi mereka yang tertarik dengan disiplin akuntansi. Jadi, standar akuntansi diharapkan dapat menjadi pedoman bagi entitas bisnis atau pihak lain dalam penyusunan laporan keuangan (bagi manajer), pemakai laporan keuangan dan auditor dalam memahami dan meveriIikasi inIormasi yang tersaji dalam laporan keuangan tersebut. Dengan mengunakan standar akuntansi yang seragam dan konsisten, Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 34 diharapkan berbagai phak yang berkepentingan tersebut dapat memahami dan menginterptretasikan laporan keuangan dari sudut pandang yang sama. Sehingga tujuan laporan keuangan dapat tercapai dan sesuai dengan keinginan para pemakai. Terutama untuk pengambilan keputusan ekonomi. Secara umum pemakai laporan keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pemakai langsung: pemilik perusahaan (stackholder), kreditur atau pemasok, manajemen (pengelola), pemerintah (kantor pajak), karyawan perusahaan, dan pelanggan (customer). Pemakai tidak langsung: analisis dan konsultan keuangan, pasar modal, pengacara, badan pembuat peraturan/undang-undang, agen pelaporan, asosiasi perdagangan dan proIesi, serikat pekerja, pesaing, masyarakat umum, departemen dalam pemerintahan terkait, dan organisasi non pemerintahan (LSM, organisasi keagamaan, yayasan, maupun organisasi sektor publik lainnya). Para pemakai laporan keuangan memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan bertentangan. Sehingga sebagai konsekunesinya, kedua kelompok pemakia laporan keuangan tersebut layaknya memerlukan inIormasi yang berbeda pula sesuai dengan tujuan dan kebutuhan inIormasi relevan yang dibutuhkannya. Namun demikian, standar akuntansi yang selama ini dibuat umumnya ditujukan untuk menyusun laporan keuangan yang bertujuan umum (general purpose Iinancial statement). Oleh karena adanya perbedaan kebutuhan inIormasi. Belkoui (1998), menyebutkan bahwa kemungkinan ada tiga jenis laporan keuangan, yaitu: 1. Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose Iinancial statement) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan umum pamakai laporan keuangan; 2. Laporan keuangan bertujuan khusus (speciIic purpose Iinancial statement), untuk memenuhi pemakai laporan keuangan tertentu; 3. Pengungkapan berbeda untuk tujuan yang berbeda pula dalam menyajikan angkaangka atau gambaran yang berbeda agar menungkinkan pemakai memiliki inIormasi yang relevan. Apapun bentuk laporan keuangan yang digunakan, beberapa pemakai laporan keuangan bertindak sebagai kelompok yang dominan. Para pemakai berusaha untuk mempengaruhi badan penyusun standar agar mengembangkan standar akuntansi yang memenuhi tujuan atau kepentingan mereka. Kondisi ini dipandang logis karena penentuan standar akuntansi merupakan proses politik yang melibatkan arena, pelaku, dan bargaining power. Seperti halnya dalam penetapan standar akuntansi sektor publik (SAKSP) menjalani proses yang cukup panjang, dan terjadi 'perebutan standard setting body misalnya, antara organisasi proIesi (IAI) dan pemerintah (BAKUN, BPK). Sehingga konsensus akhirnya menjadi pilihan dalam menentukan standar akuntansi yang akan dipublikasikan. Misalnya dalam merumuskan standar akuntansi pemerintahan (SAP), pemerintah telah membentuk Tim Pokja Evaluasi Pembiayaan dan InIormasi Keuangan Daerah (Depkeu, BPKP dan Depdagri) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK. No. 355/KMK.07/2001). Tim ini telah berhasil dalam menyusun 11 SAP yang berlaku untuk seluruh instansi pemerintahan dari pusat dan daerah dan berlaku eIektiI sejak tahun 2003, khusus untuk DKI Jakarta. Sedangkan untuk seluruh Indonesia (Pemerintah Propinsi dan Kabupaten) diberlakukan mulai tahun 2004 (melalui INPRES dan Kepmendagri No. 13 tahun 2006 diganti dengan No. 59 tahun 2007), sehingga dalam laporan pertanggungjawaban pemerintahan daerah harus membuat dan melampirkan: 1. Laporan Perhitungan APBD (propinsi/kabupaten/kota/instansi/SKPD) 2. Laporan Neraca Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 35 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan atas Laporan Keuangan D. PROSES PENENTUAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Penentuan standar akuntansi biasanya dilakukan melalui proses yang bersiIat terbuka (due process). FASB, misalnya, dalam menentukan standar akuntansi mengikuti prosedur sebagai berikut: 1. IdentiIikasi masalah dan masalah yang muncul dicatat dalam agenda FASB. 2. Penunjukkan grup yang anggotanya terdiri dari masyarakat akuntansi dan bisnis. StaI FASB bersama-sama dengan grup tersebut menyiapkan 'Discussion Memorandum (DM) sesuai dengan masalah yang dihadapi. DM menyosoti masalah utama dan alternatiI yang diajukan badan. 3. DM disebarkan ke publik untuk dievakuasi selama satu periodik paling lambat 60 hari 4. Dengan pendapat dilakukan untuk membahas keunggulan dan kelemahan berbagai alternatiI/pendapat yang diajukan ke FASB. 5. Atas dasar berbagai komentar yang diterima, FASB mengeluarkan 'Exposure DraIt (ED) tentang standar akuntansi yang diajukan ke FASB. Tidak seperti DM, ED menentukan posisi yang pasti dari FASB tentang masalah yang dibahas. 6. ED disebarluaskan ke masyarakat untuk dievaluasi paling lambat 30 hari. 7. Dengar pendapat dilakukan untuk membahas kebaikan dan kelemahan berbagai alternatiI/pendapat yang diajukan ke FASB. 8. Atas dasar berbagai komentar yang diterima, setelah pengeluaran Exposure DraIt, FASB mengambil langkah sebagai berikut: a) Mengadopsi standar tersebut sebagai pernyataan resmi. b) Mengajukan revisi terhadap standar yang yang diusulkan melalui prosedur due-process. Menunda pengeluaran standar dan menyimpan masalah dalam agenda. c) Tidak mengeluarkan standar dan menghapus isu dari agenda. Biaya akan dikeluarkan dari adanya kegiatan Proses penentuan standar akuntansi di USA di atas didasarkan pada Misi dan Fungsi FASB berikut ini: Misi FASB, ialah membuat dan memperbaiki standar akuntansi dan pelaporan keuangan. Fungsi FASB: 1. Meningkatkan manIaat pelaporan keuangan dengan Iokus pada karakteristik; kualitatiI inIormasi, seperti: relevansi, reliabilitas, daya banding dan konsistensi; 2. Menyesuaikan standar sesuai dengan dinamika perubahan lingkungan keuangan; 3. Mengevaluasi kelemahan berkaitan dengan pelaporan keuangan; 4. Mempromosikan daya banding standar akuntansi internasional sejalan dengan perbaikan kualitas pelaporan keuangan; dan 5. Memperbaiki pemahaman tentang siIat dan tujuan inIormasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 36 E. PENDEKATAN DALAM PENENTUAN STANDAR AKUNTANSI Isu tentang pendekatan yang harus dianut dalam penentuan standar telah menjadi Iokus penelitian dan perdebatan selama ini. Kebutuhan terhadap standar akuntansi itu sendiri sebenarnya merupakan sesuatu yang bersiIat kontroversial. Misalnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa dalam mekanisme pasar, telah terdapat media yang eIisien dalam menyediakan inIormasi keuangan yang diperlukan pemakai. Akibatnya, standar akuntansi tidak diperlukan lagi guna memperbaiki kualitas inIormasi dalam proses pengambilan keputusan. Pendukung regulasi menggunakan argumen kepentingan publik (public interest). Pada dasarnya, kegagalan pasar atau kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial, akan memaksa dilakukannya regulasi akuntansi. Kegagalan pasar dapat terjadi karena Iaktor berikut ini: 1. Keengganan perusahaan untuk mengungkapkan inIormasi karena perusahaan tersebut merupakan supplier yang memonopoli inIormasi; 2. Adanya kesalahan/kecurangan yang disengaja (Iraud); dan 3. InIormasi akuntansi tidak dihasilkan dengan jumlah yang cukup sebagai barang milik publik. Adanya kegagalan pasar tersebut pada akhirnya menimbulkan asimetri inIormasi, dimana ada pihak yang banyak memiliki inIormasi, sementara pihak laintidak memiliki inIormasi tertentu. Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial juga mendukung perlunya regulasi akuntansi. Tujuan tersebut mencakup kewajaran pelaporan, simetri inIormasi dan perlindungan terhadap investor. Sementara perdebatan mengenai manIaat dan keterbatasan regulasi terus berlangsung, penentuan standar merupakan kenyataan dalam lingkungan akuntansi yang tidak dapat dihindari. Kebaikan dan kelemahan berbagai bentuk penentuanstandar, baik pendekatan pasar bebas maupun regulasi, mungkin dapat dipandang sebagai cara untuk memperbaiki proses penentuan standar. Berikut ini dibahas dua perdekatan yang dapat digunakan dalam proses penentuan standar akuntansi keuangan, sebagi berikut: 1. Pendekatan Pasar Bebas. Pendekatan pasar bebas dilandasi asumsi dasar bahwa inIormasi akuntansi merupakan komoditas ekonomi serupa dengan barang atau jasa yang lain. Atas dasar asumsi tersebut, jumlah inIormasi akuntansi yang disajikan akan dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Permintaan muncul dari pemakai yang berkepentingan dengan inIormasi, sedang penawaran dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Melalui interaksi antara kekuatan pasar tersebut, akan dicapai suatu keseimbangan (equilibrium) dimana jumlah inIormasi yang optimal diungkapkan pada harga yang optimal. Pada saat inIormasi tertentu diminta, pasar akan menghasilkan inIormasi tersebut apabila harga yang ditawarkan tepat. Konsekuensinya, pasar dipandang sebagai mekanisme yang ideal untuk menentukan jenis inIormasi yang harus diungkapkan dan kelompok penerima inIormasi. Dengan demikian standar akuntansi akan menentukan inIormasi yang dihasilkan dan siapa yang akan menerima inIormasi tersebut (Kam, 1990, 549-550). Pendukung pendapat ini juga berpendapat bahwa standar 'mandatory merupakan sesuatu yang tidak diinginkan karena standar tersebut cenderung menghasilkan inIormasi yang berlebihan, sementara biaya untuk menghasilkan inIormasi tersebut tidak tergantung oleh pemakai. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 37 2. Pendekatan Regulasi. Pendukung pendekatan regulasi berpendapat bahwa kegagalan pasar atau asimetri inIormasi berkaitan dengan penyajian inIormasi keuangan bagi pihak berkepentingan, dapat menurunkan kepercayaan investor. Masalah ini kemungkinan dapat diatasi melalui regulasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa regulasi khususnya melalui standar akuntansi, bermanIaat bagi penyaji, auditor, dan agen regulasi. Hal ini disebabkan regulasi memberikan pedoman yang jelas tentang model pelaporan, veriIikasi dan evaluasi tujuan (Rahman, dalam Perera and Tower, 1992). Para pendukung regulasi beranggapan bahwa kegagalan pasar dapat terjadi karena berbagai Iaktor. Faktor tersebut antara lain: a. Pengendalian monopoli terhadap inIormasi oleh manajemen; Hipotesis ini menyatakan bahwa akuntan memiliki pengaruh monopoli terhadap data yang disajikan dan digunakan oleh pasar. Akibatnya, pasar tidak dapat membedakan antara pengaruh riil dengan pengaruh akuntansi, dan mungkin akan disesuaikan oleh perubahan-perubahan akuntansi yang ada (Ball, 1972, 4). b. Hipotesis Investor NaiI. Hipotesis ini menyatakan bahwa investor yang tidak mengetahui beberapa teknik dan transIormasi akuntansi yang komplek, mungkin akan 'dibodohi oleh pemakai teknik tertentu yang digunakan perusahaan. Akibatnya mereka tidak mampu menyesuaikan proses pengambilan keputusan sesuai dengan berbagai prosedur akuntansi yang berbeda. c. Fiksasi Fungsional (Iunctional Iixation). Pada kondisi tertentu, investor mungkin tidak mampu mengubah keputusan mereka dalam merespon perubahan proses akuntansi, sesuai dengan data baru yang ada. Kegagalan tersebut sering dinamakan Iunctional Iixation. d. Angka-angka yang menyesatkan. Karena akuntansi didasarkan sepenuhnya pada penilaian aset dan berbagai prosedur alokasi yang arbitrer dan incorrigible (tidak dapat diperbaiki), autput akuntansi mungkin tidak bermakna dan menyesatkan dalam proses pengambilan keputusan. e. Keragaman Prosedur. Adanya Ileksibilitas dalam pemilikan teknik akuntansi dan keinginan manajemen untuk menyajikan gambaran 'yang diinginkan, menyebabkan aoutput akuntansi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain kurang dapat dibandingkan dan kurang bermanIaat. I. Kurangnya Obyektivitas. Tidak ada kreteria obyektiI yang dapat digunakan manajemen dalam memilih teknik akuntansi menyebabkan keluaran akuntansi tidak dapat diperbandingkan (LeItwich, 1980 :p.200). Atas dasar berbagai Iaktor tersebut, terlihat bahwa mekanisme pasar cenderung gagal menyajikan inIormasi yang akurat, tepat waktu, dan relevan. Oleh karena itu, beberapa pihak mendukung perlunya regulasi dalam akuntansi. Teori Regulasi. Atas dasar kelemahan yang melekat pada pendekatan pasar bebas (teori agensi), perhatian dalam penentuan standar akuntansi diarahkan pada alternatiI lain. Adanya berbagai krisis dalam penentuan standar mendorong munculnya kebijakan regulasi akuntansi. Oleh karena permintaan terhadap kebijakan atau standar macam itu didorong oleh krisis yang muncul, pihak penentu standar akuntansi menanggapi dengan cara menyediakan kejakan tersebut. Hubungan antara permintaan dan penawaran tersebut mengarah pada terciptanya suatu keseimbangan. Dalam proses regulasi yang dinamis, Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 38 terdapat proses penyesuaian yang berlangsung terus-menerus terhadap kebijakan atau standar sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. 1. Bentuk Teori Regulasi Belkaoui (1985, 48) mengatakan bahwa regulasi umumnya diasumsikan untuk dirancang dan dioperasikan demi kepentingan industri yang ada. Menurut Stiger (1971) dan Posner (1974), ada dua kategori teori regulasi dalam industri tersebut , yaitu teori kepentingan publik (public interest theories) dan teori kepentingan kelompok (interest group atau capture theories). Teori kepentingan publik berpandangan bahwa regulasi diperlukan sebagai tanggapan atas permintaan publik terhadap perbaikan praktik pasar yang tidak eIisien dan tidak adil. Teori tersebut pada dasarnya dibentuk untuk melindungi dan memberi manIaat kepada publik. Sebaiknya, menurut teori kepentingan kelompok, regulasi disediakan sebagai tanggapan atas permintaan kelompok tertentu untuk memeksimumkan kemakmuran mereka. Teori ini memiliki dua versi yaitu teori elit politik (politicalruling elite theory oI regulation) yang diajukan oleh Posne (1974) dan teori ekonomi regulasi (the economic theory oI regulation) yang diajukan oleh Peltman (1976). Versi pertama menggunakan kekuatan politik untuk mendapatkan kendali terhadap regulasi. Sementara versi kedua didasarkan pada kekuatan ekonomi. Meskipun teori regulasi banyak dibicarakan, teori ini masih dalam tahap pengembangan. Masalah mendasar tentang mengapa perlu melakukan regulasi, apakah regulasi eIisien dan apakah regulasi memang betul-betul diinginkan merupakan isu yang masih diperdebatkan. Isi regulasi untuk kompetisi makin memainkan peranan yang penting pada saat sekarang ini. Isu lain yang relevan adalah: Apa yng dimaksud dengan alokasi sumber ekonomi yang eIisien? Apakah yang dimaksud dengan kepentingan publik? Pemecahan terhadap isu tersebut akan memberikan kontribusi yang besar dalam mengembangkan teori regulasi. 2. Siapa Yang Harus Mengatur? Pertanyaan tenteng siapa yang harus menentukan standar akuntansi menjadi topik diskusi di berbagai Negara. Beberapa pendapat tentang siapa yang mengatur/menentukan standar akuntansi dapat dilihat pada bagian berikut ini: Argumen yang mendukung regulasi sektor swasta sebagai berikut: a) Regulasi sektor swasta berkaitan erat dengan proIesi akuntansi. Kondisi ini secara otomatis akan mendorong ketertipan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman luas dalam proses penentuan standar. b) Suatu badan yang dibentuk oleh sektor swasta memiliki 'prestise/kebanggaan tersendiri dan dapat diterima oleh masyarakat bisnis. Jika badan tersebut dibentuk oleh pemerintah, ada kecenderunganm akan mendapat tekanan dari pemerintah untuk mencapai tujuan sosial ekonomi pemerintah. c) Oleh karena badan pemerintah beranggotakan biokrat, ada kecenderungan eIektiIitas persyaratan pengungkapan tambahan menjadi tidak sensitiI. Biaya untuk memenuhi regulasi pemerintah cenderung lebih tinggi dari pada regulasi swasta. d) Ada kecenderungan bahwa pihak pemerintah yang terlibat dalam badan tersebut bertindak untuk melindungi kepentingan atau melakukan tindakan yang merugikan proIesi akuntansi. e) Proses legislatiI dan otoritas pemerintah mudah dipengaruhi oleh lobi dan tekanan politik dari pihak tertentu. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 39 I) Standar yang dihasilkan pemerintah kemungkinan saling tumpang tindih, dan dapat menimbulkan kebijakan atau pertimbangan (judgment) yang beragam dari para pemakainya. Sedangkan argumen yang mendukung regulasi sektor publik: a) Badan regulasi sektor publik memiliki legitimasi dan kekuatan yang lebih kuat dalam hal pemaksaan standar. b) Badan pemerintah cenderung susah untuk dipengaruhi oleh manajemen perusahaan dan kantor akuntan publik besar sehingga dapat bekerja untuk menghasilkan pengungkapan yang lebih baik bagi konsumen. c) Badan pemerintah dapat menjadi katalisator bagi perubahan. d) Regulasi sektor publik muncul karena adanya motivasi untuk melindungi kepentingan publik. Regulasi tersebut memberikan mekanisme untuk mengatasi kemungkinan munculnya bias dari penyaji dan keterbatasan ekonomi investor yang membutuhkan inIormasi cukup. e) Sektor swasta harus selalu diawasi dan dikendalikan karena tujuannya seringkali bertentangan dengan kepentingan publik. I) Standar akuntansi memiliki pengaruh hukum dan melibatkan konIlik kepentingan dari berbagai pihak, sehingga harus ditetapkan sesuai dengan aturan dan prosedur umum. Hal ini kelihatannya sulit untuk dilakukan oleh pihak swasta. Atas dasar argumen yang saling bertentangan tersebut, Willmott, Puxty, Cooper dan Lowe (1987) mengajukan model regulasi yang berbeda. Mereka mengidentiIikasikan tiga kasus yang ideal: regulasi melalui pasar, pemerintah dan masyarakat. Atas dasar tiga pihak tersebut, empat model regulasi diajukan yaitu Liberalism, Legalism, Corporatism dan Associationism. Pada model Liberalism, regulasi dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. Pada model Legalism, regulasi didasarkan pada pendekatan pemerintah (negara). Associationism dan Corporatism terletak diantara ketiga pendekatan (masyarakat, negara dan pasar). Praktik legalism dan associationism dan ditemui dalam penyusunan standar akuntansi terutama di Amerika (USA), Australia, Kanada, dan Indonesia. Sementara New Zealand menggunakan pendekatan atau model Associationism. F. MASALAH BERTINDIH (OVERLOAD) STANDAR AKUNTANSI Standar akuntansi pada dasarnya merupakan standar yang mengatur penyajian inIormasi, pengukuran transaksi dalam laporan keuangan dan pengungkapan laporan keuangan. Perkembangan dunia usaha sangat berpengaruh terhadap perkembangan standar akuntansi. Semakin komplek kegiatan usaha menjadikan standar akuntansi yang dikeluarkan menjadi lebih kompleks, yang mencerminkan kompleksitas transaksi dan peristiwa yang berkaitan dengan akuntansi. Akibatnya timbul keluhan bahwa standar akuntansi mendorong bertambahnya beban dalam penyajian laporan keuangan, terutama bagi perusahaan kecil. Kondisi inilah yang mendorong munculnya overload standar akuntansi. Kondisi ysng mencerminkan adanya overload antara lain sebagai berikut (Belkaoui, 1993): 1. Telalu banyak standar 2. Standar yang terlalu rinci Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 40 3. Tidak ada standar yang berjenjang (rigid) sehingga pilihan sulit dilakukan. 4. Standar akuntansi bertujuan umum gagal membedakan kebutuhan penyusunan, pemakai dan akuntan publik (pemeriksa) 5. Standar akuntansi berterima umum gagal membedakan antara: Entitas publik dan non publik Laporan keuangan tahunan dan interim Perusahaan besar dan kecil Laporan keuangan auditan dan non auditan 6. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang rumit, atau keduanya. Ada berbagai Iaktor yang menyebabkan timbulnya overload standar akuntansi, yaitu: Pertama, dengan munculnya berbagai pertanyaan tentang apa yang harus diungkapkan. Bahkan akuntan mulai mengeluarkan begitu banyak standar yang cenderung mengabaikan kebijakan (judgment) dan mengurangi permasalahan yang melibatkan prinsip akuntansi. Kedua, alasan untuk melindungi kepentingan publik dan membantu investor menghasilkan berbagai regulasi dan pengungkapan proIesional bagi pemerintah. Ketiga, keinginan untuk memuaskan kebutuhan pamakai yang memerlukan standar yang lebih terinci. Makin banyaknya standar menyebabkan situasi yang tidak praktis dan komplek. Standar-standar yang ada mendorong makin meningkatnya kompleksitas sehingga mempengaruhi biaya penyusunan dan penyajian laporan keuangan baik bagi perusahaan besar maupun kecil. Di satu sisi ada pendapat yang mengatakan bahwa GAAP menjadi tidak dapat ditoleransi bagi perusahaan, pemakai dan auditor. Pihak lain mengatakan bahwa persyaratan standar yang baru dan terinci dimaksudkan untuk melanyani kebutuhan inIormasi yang diinginkan investor dan kreditor dengan biaya yang ditanggung oleh pemakai laporan keuangan dari perusahaan kecil atau perusahaan tertutup. 1) Pengaruh 'OverloadStandar Akuntansi Standar akuntansi yang begitu banyak, sempit dan rigid dapat mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan akuntan, nilai inIormasi keuangan bagi pemakai dan keputusan bisnis yang dibuat oleh manajemen. Akuntan mungkin kehilangan pandangan tentang pekerjaan riilnya karena data yang begitu banyak diperlukan untuk menyesuaikan dengan standar akuntansi yang ada. Kegagalan audit mungkin disebabkan kondisi dimana akuntan kehilangan Iokus audit dan melupakan prosedur audit yang baku. Kondisi ini menyebabkan ketidakpuasan klien perusahaan-perusahaan kecil yang terbebani dengan standar tersebut. Akibatnya, kemungkinan terjadi erosi etika proIesi, hilangnya kepercayaan publik dan ketidakcocokan dalam proIesi akuntansi. Dari sini, pemakai mungkin juga bingung menghadapi jumlah dan kompleksitas catatan (note) yang diperlukan untuk menjelaskan persyaratan seperti yang dikehendaki oleh standar yang berlaku. Di Amerika Serikat, pemakai laporan keuangan perusahaan kecil umumnya dihadapkan pada kompleksitas ketentuan/pengumuman resmi (pronouncements) yang dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB). Istilah-istilah tertentu (jargon) dalam catatan atas laporan keuangan hanya dapat dipahami oleh akuntan dan analis keuangan. Di samping itu manajer mungkin juga mengalami masalah berkaitan dengan jumlah dan kompleksitas standar yang ada. Manajer mungkin tergoda untuk meninjau Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 41 kembali kontrak dan mengubah praktik bisnis sedemikian rupa sehingga menyimpang dari beberapa pernyataan standar akuntansi. Misalnya, dalam kasus standar akuntansi untuk sewa beli (leasing) di Amerika (SFAS No. 13), ada kemungkinan bagi manajer untuk merancang kembali terminologi teknik dari kontrak sewa beli (leasing) dengan tujuan untuk menghindari kapitalisasi dan persyaratan standar yang berbelit-belit. Alasan utama manajer melakukan hal tersebut tidak hanya untuk menghindari persyaratan standar yang terlalu rinci, tetapi juga untuk menghindari biaya penyajian dan veriIikasi inIormasi yang disajikan. Di samping manIaat penyajian yang tidak sepadan dengan biaya penyajiannya, pemakai laporan keuangan perusahaan kecil mungkin lebih tertarik pada proyeksi aliran kas dari pada inIormasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan. 2) Solusi terhadap masalah 'Overload Standar Berbagai pihak telah berusaha membahasa overload srandar akuntansi dan mencari pemecahannya. Komite khusus yang dibentuk oleh the American Institute oI CertiIied Public Accountants (AICPA) melakukan evaluasi terhadap berbagai pendekatan berikut ini berkaitan dengan overload standar: a. Tidak ada perubahan (mempertahankan status quo) b. Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP khusus untuk perusahaan besar. c. Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi semua perusahaan. d. Menentukan pengungkapan (disclosure) dan pengukuran yang berbeda. e. Melakukan perubahan terhadap standar akuntan publik untuk pelaporan inIormasi keuangan. I. Melakukan alternatiI bagi GAAP sebagai basis pilihan (optimal) dalam penyajian laporan keuangan. Dari berbagai alternatiI tersebut komite menyarankan pemecahan overload standar dengan menggunakan pendekatan ke empat atau ke enam. Artinya aspek pengungkapan dan pengukuran diserahkan kepada penyaji laporan keuangan sesuai dengan kebijakan (judgment) masing-masing pihak berdasarkan kondisi perusahaan. E. PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA Penyusunan standar akuntansi di Indonesia pada dasarnya mengacu pada model Amerika (Anglo Saxon) dengan melakukan proses adaptasi (modiIikasi). Sejak didirikan pada tanggal 23 Desember 1957, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menyelenggarakan sebanyak 8 kali kongres. Kongres ini merupakan pemegang kadaulatan tertinggi, karena kongres memiliki kewenangan sebagai berikut: a) Menetapkan anggaran dasar/rumah tangga, pedoman pokok garis besar haluan dan program kerja IAI; b) Memberikan penilaian atas setuju tidaknya pertanggungjawaban pengurus pusat, dewan pertimbangan proIesi, dan dewan penasehat tentang amanat yang diberikan oleh kongres sebelumnya; dan c) Menetapkan kebijakan maupun metoda akuntansi yang dipakai. Secara umum dapat dipahami bahwa standar akuntansi selama ini mendominasi pekerjaan akuntan. Standar tersebut akan terus berkembang secara dinamis, terus berubah, dihapus (write oII), maupun ditambah atau disempurnakan. Dalam praktik Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 42 standar akuntansi dapat diterima secara umum sebagai aturan pokok perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, yang bersiIat mengikat dan didukung oleh adanya sanksi bagi mereka yang tidak mematuhi atau melaksanakan pernyataan standar akuntansi keuangan tersebut. Baxter (1979), standar akuntansi umumnya terdiri dari tiga proses, yaitu: a. Memilih dan mengangkat ketua umum pengurus pusat; b. Menggangkat seluruh anggota dewan pertimbangan proIesi dan dewan penasehat; dan c. Menetapkan auditor independen untuk mengaudit laporan keuangan kepengurusan periodik berikutnya. IAI selama ini sudah menjalin hubungan kejasama dengan organisasi dunia, misalnya menjadi anggota Asean Federation oI Accountants (AFA), ConIederation Asian PasiIic oI Accountants (CAPA), International Federation oI Accountant (IFA) dan International Accountants Standard Committee (IASC). Namun kerjasama ini hanya terbatas untuk masalah tertentu saja, bersiIat insidentil, sehingga tidak dapat memberikan kontribusi optimal terhadap pengembangan standar akuntansi di Indonesia. Penyusunan standar akuntansi keuangan di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua periodik yaitu sebelum kongres VIII IAI (September 1998) dan setelah kongres diputuskan perubahan mendasar dalam proses penyusunan standar akuntansi sebagai berikut: 1. Periodik Sebelum Kongres VIII IAI a) Organisasi dan Dana Anggota Komite Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terdiri dari 17 orang yang dipimpin oleh Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris. Komite SAK bertanggungjawab kepada pengurus pusat IAI. Dalam proses penyusunan SAK diperoleh masukan dari berbagai sumber dan proses, meliputi sumbangan, kerjasama dengan instansi pemerintah, perusahaan, dan proyek bantuan luar negeri (Wolrd Bank), maupun proyek dari Departemen Keuangan. Sebagian besar dana digunakan untuk akomodasi, tempat rapat dan biaya pertemuan, seminar, lokakarya, serta public hearing dalam upaya sosilisasi draIt standar akuntansi yang telah dibuat. b) Due Procedures Process Penyusunan SAK dimulai dari penyusunan agenda dan topik bahasan SAK. Beberapa topik berasal dari usaha anggota, biasanya berkaitan dengan kebutuhan pelaporan keuangan karena transaksi tertentu. Namun secara lebih luas topik yang didiskusikan bisa juga berasal dari hasil kerjasama atau masukan dari organisasi atau instansi pemerintahan (Departemen Keuangan) maupun pihak sponsor (misalnya bank dunia). Selanjutnya topik yang telah disepakati dimasukkan ke dalam agenda dan dibahas untuk menjadi exposure draIt. Dalam pembahasan ini akan melibatkan para pakar yang berasal dari luar komite (dari perguruan tinggi, organisasi proIesi, dan pemerintahan terkait). Kemudian 'ED yang telah disetujui oleh qorum anggota diperbanyak untuk disebarkan ke masyarakat minimal sebulan sebelum diadakannya public hearing. Public hearing diselenggarakan dengan maksud untuk memperoleh masukan atau tanggapan baik secara lisan maupun tertulis, untuk penyempurnaan 'ED tersebut. Setelah itu diadakan beberapa kali pembahasan dan penyempurnaan. Dalam pembahasan kadang-kadang Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 43 melakukan limited hearing untuk mendengarkan pendapat atau konstituen tertentu. DraIt yang sudah disempurnakan dan dilakukan Iinalisasi maka dikirim ke IAI pusat untuk disahkan. Pengurus IAI pusat kemudian mengadakan rapat pengesahan SAK. Hasil komite SAK periodik 1994-1998 adalah dengan diterbitkannya 22 PSAK baru, 3 PSAK revisi, dan 4 interpretasi PSAK dan melakukan reviu terhadap 35 SAK IAI dalam Bahasa Inggris. 2. Periodik Sesudah Kongres VIII a) Organisasi dan Dana Hasil kongres lainnya adalah dibentuknya Cosultative Body atau Advisory Council yang mewakili konstituen dengan anggota sebanyak 25 s.d. 30 orang. Adviosry Council merupakan perwakilan konstituan yang mempunyai Iungsi untuk memberikan arahan dan prioritas penyusunan standar. Fungsi lain adalah memberikan pendapat pada posisi yang diambil oleh komite untuk masalah penting dalam standar akuntansi. Dewan ini juga mempunyai Iungsi membantu pengurus pusat IAI dalam pendanaan. Selanjutnya Komite SAK tidak lagi dipilih atau diganti setiap kali kongres, tetapi sesuai dengan masa jabatan yang telah ditetapkan (4 tahun). Ketua dan anggota Komite SAK harus dibebaskan dari mencari dan penyusunan standar akuntansi keuangan. Oleh karena tim teknis-lah yang membuat anggaran biaya komite setiap tahun. Pengurs pusat dibantu oleh Dewan Pensehat (Adviosry Council) secara bersama telah menetapkan anggaran dan menyediakan dana berdasarkan kesepakatan antara pengurus pusat, dewan penasehat dan komite SAK. Di samping itu juga dibentuk tim teknis yang bekerja penuh waktu dengan konpensasi memadai, dipimpin oleh direktur penelitian dengan jumlah tim yang disesuaikan dengan jumlah alokasi dana yang tersedia dari IAI. Konpensasi anggota harus mencerminkan konstituien, yaitu pembuat laporan, auditor, pemakai laporan, pemerintah dan akademisi. Untuk dapat menjadi anggota Komite SAK maka harus memnuhi kriteria sebagai berikut: 1) Pengetahuan memadai mengenai akuntansi dan pelaporan 2) Tingkat intelektual, integritas, dan disiplin yang tinggi. 3) Temperamen judicial. 4) Kemampuan untuk bekerjsama dalam suasana kolegial (keakraban) 5) Kemampuan komunikasi yang baik. 6) Pemahaman lingkungan bisnis dan pelaporan keuangan. 7) Komitmen pada Komite SAK Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 8) Komitmen untuk mencurahkan waktu pada pekerjaan Komite SAK secara sukarela (voluntary). b) Due Procedures Process Meskipun dipilh dan bertanmggungjawab kepada pengurus Pusat IAI, Komite SAK merupakan lembaga otonomi yang mempunyai kewenangan tertinggi dalam menentukan standar akuntansi keuangan. Akhir-akhir ini ada beberapa perubahan yang telah dilakukan IAI, seperti SAK dikembangkan dan disahkan oleh komite dan perlunya perbaikan dalam due procedures process. Masa komentar terhadap 'ED diperpanjang dari minimal satu bulan menjadi paling tidak enam (6) bulan.Publik harus diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk membrikan tanggapan atau komentar secara tertulis. Kesempatan untuk memberikan testimoni pada public hearing secara bertahap harus diubah menjadi hanya untuk publ;ik yang telah memberikan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 44 komentar tertulis. Selanjutnya kualitas bahas 'ED harus ditingkatkan sehingga publik akan memberikan komentar tertulis lebih banyak sesuai dengan isu pokok standar akuntansi keuangan. Rapat Komite SAK harus dpat dirancang menjadi terbuka untuk public dan bagi pengamat. Penyebaran hasil tertulis baik hasil antara maupun Iinal diperbanyak dan diperluas dengan menggunakan media yang tersedia dan lebih aneka ragam. Secara kronologis sejarah PSAK yang telah dihasilkan oleh IAI adalah sebagai berikut: Tahun 1984 telah dikeluarkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) berisi konsep dasap laporan keuangan dan karakteristik kualitatiI inIormasi. September 1994 telah ditetapkan disahkan 35 PSAK yang berlaku untuk seluruh perusahaan yang berorientasi laba (swasta) Oktober 1996, telah ditetapkan 37 PSAK. April 1999, telah ditetapkan 55 jenis PSAK dan 4 ISAK April 2002 telah ditetapkan dan disahkan sejumlah 58 PSAK/2002. Maret 2003 telah disahkan PSAK No. 59/2003 tentang Akuntansi Bank Syariah, yang dilengkapi dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) dan Fatwa MUI dalam bentuk 25 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Sedangkan khusus untuk Organisasi Sektor Publik (OSP) telah ditetapkan dan disahkan pula 3 PSAK (berlaku untuk organisasi pemerintah, yayasan, rumah sakit, LSM, lembaga pendidikan, maupun lembaga non proIit lainnya). Juli 2002 telah ditetapkan dan diterbitkan 11 Pernyataan 'ED untuk Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berlaku eIektiI mulai tahun 2004. Tanggal 01 September 2007 telah ditetapkan dan diterbitkan kembali PSAK, terdiri dari 59 PSAK. Yaitu 58 PSAK untuk entitas bisnis konvensional dan satu PSAK (No. 59) tentang Bank Syariah; dilengkapi dengan 8 (delapan) pernyataan khusus: 1. Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah 2. PSAK No. 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah 3. PSAK No. 102 Akuntansi Murabahah 4. PSAK No. 103 Akuntansi Salam 5. PSAK No. 104 Akuntansi Istishna` 6. PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah 7. PSAK No. 106 Akuntansi Musyarakah Selain itu, dalam edisi September 2007 ini dilengkapi pula dengan tujuh Interpretasi atas Standar Akuntansi (ISAK), yaitu: ISAK No. 01 Interpretasi atas paragraI 23 Nomor 21 tentang Penentuan Harga Pasar Dividen Pasar ISAK No. 02 Interpretasi atas PSAK No. 21; Pasal 25 tentang Penyajian modal dalam Neraca dan Pasal 31 tentang Piutang pada Pemesan Saham tentang Penentuan Harga Pasar Dividen Pasar. ISAK No. 03 Interpretasi tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan (reIormat 2007). ISAK No. 04 Interpretasi atas paragraI 20 PSAK 10 (reIormat 2007) tentang AlternatiI Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 45 Kurs (reIormat 2007). ISAK No. 05 Interpretasi atas paragraI 14 PSAK 50 (1998) tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi EIek dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual. ISAK No. 06 Interpetasi tentang Instrumen DerivatiI Melekat pada Kontrak Dalam Mata Uang Asing ISAK No. 07 Interpretasi atas paragraI 5 dan 19 PSAK 4 (reIormat 2007) tentang Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus. Jadi secara keseluruhan sekarang terdapat 2 rerangka dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan (konvensional dan syariah) 65 PSAK (58 PSAK untuk entitas bisnis konvensional dan 7 PSAK untuk entitas bisnis syariah) dan 7 ISAK. PERLATIHAN 1. Apa yang dimaksud dengan GAAP dan PABU, jelaskan! Apa perbedaannya. 2. Mengapa diperlukan standar akuntansi keuangan, jelaskan! 3. Bagaimana makna yang terkandung dalam pernyataan rerangka dasar penmyajian dan penyusunan laporan keuangan di Indonesia? 4. PABU merupakan prinsip akuntansi berterima umum, samakah dengan prisip akuntansi yang lazim. Jelaskan dan berikan contohnya. Mengapa dalam pelaporan keuangan. 5. Jelaskan proses perumusan dan penyusunan standar akuntansi di Amerika Serikat dan Indonesia. 6. Apa yang Saudara ketahui tentang FASB dan Dewan SAK, bagaimana perbedaanya, jelaskan. 7. Mengapa dalam menyajikan dan menyusun laporan keuangan harus menerapkan pernyataan yang ada dalam SAK tersebut? Bisakah suatu laporan keuangan (untuk perusahaan yang go publik) tidak mengikuti pernyaataan yang ada dalam PSAK, jelaskan jawaban Saudara. 8. Dari sekian banyak PSAK yang ada, jelaskan PSAK yang mengatur tentang praktik bisnis yang berbasis syariah. Lembaga apa saja sekarang yang sudah menerapkan prinsip bisnis berbasis syariah tersebut. 9. Mengapa diperlukan PSAK khusus, misalnya untuk praktiik bisnis syariah, Jelaskan! 10. Apakah yang disebut ISAK? Bagaimana Iungsinya, jelaskan! 11. Apa yang saudara ketahui tentang SAP, jelaskan! Apakah setiap entitas di pemerintah (pusat dan daerah) wajib menyusun laporan keuangan, jelaskan! Elemen laporan keuangan apa saja minimal yang harus dibuat dan disajikan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 46 BAB IV KONSEP ASET PENDAHULUAN Bahwa aset tersebut berbeda dengan asset. Mengapa? Sebab aset adalah harta kekayaan perusahaan yang dapat saja berslado minus. Karena aset tersebut menjadi jaminan untuk utang atau kegiatan tertentu. Sedangkan asset seyogyanya tidak boleh bersaldo minus karena asset merupakan harta kekayaan perusahaan yang bebas dan secara murni memang milik perusahaan yang bebas dari penjaminan tertentu. Oleh karena itu, hendaknya kita memahami secara benar makna dari kedua kata tersebut. Meskipun secara karakteristik bahwa antara aktiva dan aset mempunyai siIat yang sama, yaitu aktiva dan aset berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aset dalam laporan keuangan. Dalam pembahasan selanjutnya istilah yang digunakan adalah aset yang identik dengan aktiva. Karakteristik tersebut adalah: 1. Adanya karakteristik manIaat di masa mendatang (pemakaian dapat berbeda-beda seperti potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi); 2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset; 3. Berkaitan dengan entitas tertentu; 4. Menunjukan proses akuntansi; 5. Berkaitan dengan dimensi waktu; dan 6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran. A. PENGERTIAN ASET APB (1970) dalam pernyataan No. 4 mendeIinisikan aset adalah sumber-sumber ekonomi perusahan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, termasuk beban tangguhan tertentu yang tidak berbentuk sumber ekonomi. Sedangkan FASB (1980), aset adalah manIaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Dari deIinisi di atas dapat diketahui bahwa aset memiliki tiga karakteristik utama sebagai berikut: 1. Memiliki manIaat ekonomi dimasa mendatang. 2. Diakui oleh suatu unit usaha. 3. Hasil dari transaksi masa lalu. Memiliki ManIaat Ekonomi Masa Mendatang Sesuatu dikategorikan sebagai aset bila memiliki manIaat atau potensi jasa yang cukup pasti dimasa mendatang. Artinya sesuatu (aset) tersebut memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama-sama dengan aset lain untuk menghasilkan aliran kas masuk dimasa mendatang, secara langsung maupun tidak langsung. SFAC No. 6 menyebutkan bahwa manIaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari aset. Artinya aset harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 47 bernilai atau digunakan untuk melunasi utang. Praktisnya, manIaat ekonomi tersebut dapat mengalir keperusahaan dengan berbagai cara, seperti (IAI, 1994): a. Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh unit usaha; b. Dapat diperputarkan dengan aset lain; c. Dapat digunakan untuk melunasi utang; dan d. Dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan. Menurut Paton (1962), aset merupakan kekayaan (property) berbentuk Iisik atau bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu unit usaha. Sedangkan menurut Spague (1970), aset adalah persediaan atau potensi yang akan diterima atau dimiliki oleh suatu unit usaha. Vatter (1947), mendeIinisikan aset sebagai manIaat ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah, diukur, atau disimpan. APB (1970) dalam pernyataan nomor 4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber ekonomi yang produktiI. a. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan dalam produksi. b. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain seperti hak guna bangunan dan sebagainya. 2. Produk, yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih dalam proses produksi. 3. Uang. 4. Klaim untuk menerima uang. 5. Hak kepemilikan pada perusahaan lain. a. Diperoleh dan Dikuasai oleh Unit Usaha Sesuatu dapat dikatakan sebagai aset bila unit usaha tertentu dapat menggunakan manIaat aset tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aset tersebut. Jadi pengasaan terhadap suatu manIaat merupakan Iaktor yang penting agar suatu unit usaha dapat menghadapi akses pihak lain terhadap pemakaian suatu aset. b. Hasil Transaksi Masa Lalu Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aset apabila telah terjadi transaksi atau peristiwa lain yang mnyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manIaat dari aset tersebut. Jadi aset tersebut muncul karena transaksi masa lalu. Dengan kata lain, aset tersebut dapat diakui apabila terdapat transaksi yang benarbenar terjadi bukan berasal dari transaksi yang bersiIat hipotetis. B. KONSEP PENILAIAN Penilaian aset dalam akuntansi adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk menentukan makna ekonomi dari suatu aset yang akan disajikan dalam Neraca. Konsep penilaian berkaitan dengan masalah penentuanmakna yang ingin disampaikan pada pemakai laporan terhadap aset yang bersangkutan. Makna ekonomi yang akan disampaikan tersebut harus relevan dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, konsep penilaian harus didasarkan pada nilai pertukaran atau konversi. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 48 a) Tujuan Penilaian Tujuan pengukuran/penilaian aset adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba; 2. Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan; 3. Memenuhi kebutuhan inIormasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan; dan 4. Memenuhi kebutuhan inIormasi khusus yang memerlukan penilaian untuk kepentingan manajemen. b) Dasar Penilaian Penilaian aset berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aset tersebut. Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan (input values). Nilai Keluran menunjukan aliran dana (kas) yang diperkirakan akan diterima perusahaan dimasa mendatang sesuai dengan harga pertukaran output/produk yang dihasilkan perusahaan. Sedang nilai masukan menunjukan jumlah rupiah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aset (input) yang akan digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan, sebagai berikut: 1. Nilai Keluaran Nilai keluaran didasarkan pada jumlah kas atau penghargaan lain (non kas) yang diterima suatu unit usaha bila suatu aset/potensi jasa akhirnya keluar dari unit usah tersebut karena suatu pertukaran. Dasar lain yang dapat digunakan yaitu: a. Discounted Future Cash Receipts or Service Potential. Nilai sekarang kas masa mendatang yang akan diterima perusahaan seandainya aset dijual. Konsep penilaian tersebut adanya taksiran terhadap jumlah yang diterima, Iaktor diskonto, dan periodik waktu penerimaan. Hubungan ketiga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: U P ----------------- (1i)n P Nilai sekarang (present value) dari aset U Kas/setaranya yang akan diterima i Faktor diskonto n Periodik penerimaan kas (waktu) Meskipun dasar penilaian ini memiliki validitas dalam penilaian bagi investor, namun penerapannya memiliki beberapa kelemahan, terutama bila diterapkan untuk aset individual. Alasannya adalah sebagai berikut: 1. Penerimaaan kas yang diharapkan umumnya tergantung pada distribusi probabilitas yang bersiIat subyektiI dan tidak dapat diuji kebenarannya; 2. Meskipun tingkat diskonto dapat diperoleh, tetapi penyesuaian terhadap preIerensi risiko, memerlukan evaluasi khusus bagi manajemen dan mungkin sulit diterima oleh pihak-pihak yang berkepentingan; 3. Apabila dua Iaktor atau lebih termasuk sumber daya manusia (yang dianggap sebagai aset Iisik) memberikan kontribusi pada produk perusahaan yang pada akhirnya menghasilkan aliran kas, namun alokasi yang logis untuk Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 49 memisahkan Iactor potensi jasa secara individu sulit dilakukan. Penerimaan netto marginal yang dihubungkan terhadap aset mungkin dapat digunakan tetapi jumlah penerimaan netto dari produksi yang bersangkutan; dan 4. Nilai diskontoan dari aliran kas yang berbeda untuk masing-masing aset tidak dapat ditambahkan bersam untuk memperoleh nilai perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan kontribusi yang ada merupakan hasil kontribusi bersama masing-masing aset dan kenyataan menunjukan bahwa beberapa aset seperti aset tak berwujud (intangible assets) tidak dapat diindentiIikasikan secara terpisah. b. Harga Keluaran Sekarang (current output price) Dasar penilaian ini dapat digunakan untuk menilai surat berharga, dan beberapa jenis persediaan. Apabila tambahan biaya untuk penjualan tersebut, maka harga jual sekarang harus dikurangi dengan biaya tersebut sehingga dihasilkan nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value) Kelemahan yang melekat pada dasar penilaian ini: Pertama, dasar penilaian tersebut hanya dapat diterapkan untuk aset yang pemiliknya dimaksudkan untuk dijual seperti persediaan, surat berharga, peralatan dan tanah yang tidak memiliki manIaat lagi untuk kegiatan operasi perusahaan. Kedua, dasar penilaian ini merupakan pengganti harga jual masa mendatang sehingga relevansi pemakaian menimbulkan masalah. Ketiga, semua aset tidak dapat dinilai atas dasar harga jual sekarang, sehingga metoda penilaian yang berada harus digunakan untuk menilai aset yang berbeda pula. 2. Nilai Setara Kas Sekarang (current cash equivalent) Nilai ini dapat diukur dari kutipan harga pasar barang sejenis yang kondisinya sama. Nilai setara kas sekarang dianggap relevan karena menunjukan kondisi perusahaan dalam hubungannya dengan penyusuaian keadaan lingkungan. Kesulitan utama dari konsepini adalah perlunya penyesuaian untuk memisahkan pos yang tidak memiliki harga pasar sekarang. Kelemahan kedua adalah nilai setara kas sekarang tidak memiliki siIat yang dapat ditambahkan. 3. Nilai Likuidasi (liquidation value) Nilai likuidasi hanya digunakan dalam kondisi berut ini : a. Bila produk/aset lainnya kehilangan maIaat normal sehingga menjadi usang atau tidak laku dijual. b. Bila unit usaha merencanakan untuk membubarkan usahanya dalam waktu dekat sehingga tidak dapat menjual seluruh aset dipasar yang normal 2. Nilai Masukan Dalam menilai aset, nilai masukan sering dianggap lebih tepat dari pada nilai keluaran karena nilai tersebut lebih dapat diuji kebenarannya untuk nilai tersebut tidak memungkinkan dilakukannya pelaporan pendapatan sebelum pendapatan benar-benar terealisir. Dalam penilaian yang dapat digunakan untuk menilai masukan adalah sebagai berikut: a. Biaya Historis (cost historis) b. Biaya Masukan Terkini (current input cost) c. Biaya Penilaian Mendatang (discounted Iuture cost) d. Biaya Standar (standard cost) Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 50 C. KONSEP PENGUKURAN DAN PENGAKUAN ASET Dalam praktik bisnis, pengukuran terhadap aset seringkali jadi masalah. Hal ini disebabkan adanya berbagai konsep atau prosedur yang ditawarkan, sehingga memungkinkan memakai lebih dari satu konsep. Terutama penyajian dalam laporan keuangan, misalnya untuk menghitung laba atau menyajikan inIormasi lainnya bagi kreditur, investor, maupun pemakai lainnya. Di sisi lain, dalam pengukuran aset tidak ada satu konsep pun yang ideal dapat dipakai, misalnya pengukuran dengan harga perolehan historis, sementara dianggap sebagai dasar pengukuran yang ideal karena memenuhi asas daya banding dan keajekan. Namun dalam kondisi lain, bisa jadi dasar pengukuran kini (current) yang lebih baik karena dapat menujukkan inIormasi yang wajar (terutama untuk nilai aset yang disajikan) berkaitan dengan tingkat inIlasi yang terjadi. Bila ditinjau dari sudut pandang interpretasional, pengukuran aset dimaksudkan untuk menghasilkan sumber daya penerimaan kas atau aset lainnya untuk masa yang akan datang. Sebab nilai bersih yang direalisasi atau setara kas akan dapat menjadi satu-satu ukuran yang tepat dalam menilai masukan atau keluaran dari suatu arus sumber daya. Namun, jika ditinjau dari sudut pandang normatiI, bahwa tujuan pengukuran aset adalah untuk menyediakan inIormasi yang memungkinkan terjadinya estimasi kas yang akan diterima pada periodik yang akan datang. Dalam konteks ini maka konsep keluaran-lah yang paling tepat digunakan karena lebih unggul daripada konsep masukan. Jadi nilai bersih yang dapat direalisasikan dan nilai setara kas berlaku relevan untuk berbagai estimasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL 4 KONSEP PENGUKURAN DAN KONDISI PENERAPAN NO. KONSEP PENGUKURAN KONDISI PENERAPAN NILAI KELUARAN Bukti transaksi akurat tersedia 1 Diskonto penerimaan kas atau potensi jasa masa yang akan datang Penerimaan kas atau setranya ditandai dengan tingkat kepastian yang tinggi. 2 Harga Keluaran Sekarang Bila harga jual sekarang menggambarkan harga keluaran yang akan datang 3 Nilai Setara Kas Sekarang AlternatiI terbaik adalah likuidasi teratur. 4 Nilai Likuidasi Bila perusahaan tidak mampu menerapkan harga dalam kondisi normal NILAI MASUKAN Bukti Transaksi akurat tersedia sebagai indikasi kebuthan kas 1 Biaya Historis (ccst historis) Nilai masukan tanggal transaksi 2 Biaya Masukan Sekarang (current input cost) Nilai masukan berlaku sekarang 3 Biaya Penilaian Mendatang (discounted Iuture cost) Nilai masukan perdiksi sekarang 4 Biaya Standar (standard cost) Nilai masukan kondisi normal pada kapasitas eIisien. Sumber: diadaptasi dari Hendriksen, 1982: 258 Sedangkan pengakuan pos (akun) aset didasarkan pada beberapa kriteria berikut: a. Pengertian, pos aset akan masuk dalam struktur akuntansi dan pelaporan bila telah memenuhi dalam elemen deIinisi laporan keuangan, dan memenuh azas kebermanIaat (utility). Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 51 b. Keterukuran (measurability), diakui sebagai pos aset bila memiliki makna yang relevan, bermanIaat, dan dapat diukur jumlahnya dengan sumber reliabilitas yang akurat dan dapat ditelusuri. c. Relevansi, bila pos tersebut dapat dilaporkan dan berimplikasi pada kemungkinan perbedaan terhadap keputusan yang diambil. d. Reliabilitas, pos yang disajikan harus dapat dipresentasikan dan dapt diuji kebenarannya, netral, dan mememnuhi aturan tertentu, (menurut SFAC No. 5 dalam FASB). D. MASALAH KHUSUS DALAM ASET Ada beberapa masalah khusus yang berkaitan dengan aset ini, yaitu: beban tangguhan (deIerred charges), kapitalisasi bunga, pengeluaran kapital (capital expenditure), modal donasi (aset sumbangan), dan transaksi aset non-moneter, (Godzali dan Chariri, 207, 2001). PERLATIHAN 1. Apa yang disebut aset, jelaskan! 2. Mengapa konsep aset diperlukan dalam proses penyajian dan penyusunan suatu laporan keuangan, jelaskan! 3. Bagaimana konsep pengukuran aset yang Saudara ketahui? jelaskan sertakan contoh penerapannya. 4. Kapankah suatu konsep atau prosedur pengakuan aset dapat dikatakan sebagai hal yang ideal? Mengapa dalam konsep tersebut harus memperhatikan kondisi ekonomi yang terjadi, jelaskan. 5. Jelaskan masalah khusus yang terjadi dalam konsep aset, dan berikan contohnya masing-masing untuk masalah tersebut. 6. Bilakah suatu aset harus dicatat dan diakui dalam laporan keuangan? Konsep atau prosedur apa yang harus dipilih, sehingga pelaporan inIormasi yang relevan dan obyektiI bagi pemakai laporan keuangan dapat dicapai. Namun, kondisi yang terjadi kadangkala berkaitan dengan kebijakan akuntansi yang diambil oleh entitas bisnis. Mengapa demikian, jelaskan! 7. Aset adalah aset milik entitas bisnis dan mempunyai manIaat ekonomis yang terbatas, jelaskan maksud pernyataan tersebut. 8. Bilamana suatu aset dinyatakan milik entitas bisnis maka dasar atau dokumen apa yang dapat dipakai agar aset tersebut dapat dicatat dan dilaporkan sebagai aset yang telah dicatat dan diakui secara obyektiI. Jelaskan! Apakah dokumen tersebut dapat dikategorikan sebagai data akuntansi. 9. Jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang modal kekayaan intelektual (intellectual capital) dan bagaimana cara untuk mengakui dan melaporkannya dalam laporan keuangan. 10. Suatu entitas bisnis (perusahaan) menerima aset donasi dari lembaga/instansi pemerintah, yaitu sebidang tanah seluas 2 hektar. Tanah tersebut ditaksir mempunyai nilai wajar sebesar Rp. 2.015.000.000,-, biaya administrasi dan sertiIikasi yang harus dikeluarkan untuk kepemilikan tanah tersebut sebesar Rp.16.500.000,-. Sedangkan biaya lainnya sejumlah Rp.12.530.000,-. Sebagai tindak lanjut perusahaan akan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 52 memanIaatkan tanah tersebut untuk kepentingan bisnis dan sosial. Pertanyaan: a) Bagaimana pengakuan terhadap tanah tersebut. b) Uraikan pengungkapannnya dalam laporan keuangan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 53 BAB V KONSEP PENDAPATAN Banyak pendekatan yang digunakan dalam menjelaskan konsep pendapatan. Ada yang memandang dari sisi aliran aset, produk perusahaan, pemasaran produk, dan lainlain. Secara lebih jelas berikut ini akan diuraikan beberapa konsep pendapatan. A. PENGERTIAN PENDAPATAN Pendapatan dapat dianggap sebagai produk perusahaan, artinya sesuatu yang dihasilkan oleh potensi jasa (cost) yang dimilik oleh perusahaan. Menurut Paton dan Littleton (1940), pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek moneter. Dilihat dari aspek Iisik, pendapatan merupakan hasil akhir dari suatu aliran Iisik dalam proses menghasilkan laba. Dari aspek moneter, Paton dan Littleton (1976) menghubungkan aliran pendapatan dengan aliran masuk aset yang berasal dari seluruh kegiatan operasi perusahaan. Atas dasar ini konsep pendapatan, seperti yang diungkapkan Belkaoui (1993) dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 7 ALIRAN PENDAPATAN Sumber: Godzali, 2001, 254 (diolah kembali) Aliran Fisik melibatkan kegiatan berikut: a) Kegiatan menghasilkan dan menjual produk (ouput) b) Obyek kegiatan yang berupa produk yang dihasilkan/dijual. Aliran Moneter melibatkan kegiatan: a) Peristiwa naikknya nilai perusahaan karena kegiatan produksi atau penjualan produk b) Obyek yang berupa jumlah rupiah aset yang dihasilkan atau dijual. Dalam APB (1970) pernyataan No. 4 diejlaskan bahwa, pendapatan adalah kenaikan kotor aset atau penurunan kotor utang yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum yang berasal dari kegiatan perusahaan berorientasi laba yang PENDAPATAN Konserp Aliran Masuk (in Ilow) Konsep Aliran Keluar (out Ilow) Aliran masuk aset Kenaikan aset Aliran keluar barang dan jasa Penjualan barang dan pemnyerahan jasa Pendekatan Aset-Utang Pendekatan Biaya-Pendapatan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 54 dapat mengubah ekuitas pemilik. Sementara itu, FASB (1980) dalam SFAC No. 6 mendeIinisikan bahwa, pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aset suatu entitas atau penurunan utang (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama yang berlangsung terus menerus dari entitas tersebut. Sedangkan IAI sendiri memiliki pengertian pendapatan yang tidak jauh berbeda. Seperti termaktub dalam PSAK No. 23/1999 tentang pendapatan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah: 'Arus masuk bruto dari manIaat ekonomi yang timbul dari aset normal perusahaan selama suatu periodik bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman moda. B. PENDAPATAN DAN UNTUNG (GAINS) Kenaikan jumlah rupiah aset dapat berasal dari (Suwardjono, 1989, 147): 1. Transaksi modal atau pendanaan (Iinancing) yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham dan kreditur (pemegang obligasi). 2. Untung dari penjualan aset yang bukan berupa dari produk perusahaan seperti aset tetap, surat berharga, atau penjualan anak perusahaan. 3. Hadiah (donasi), sumbangan, dan temuan. 4. Penyerahan produk perusahaan berupa hasil penjualan produk atau penyerahan jasa (sumber utama pendapatan). FASB (1980) mendeIinisikan untung (gains) sebagai kenaikan aset yang sekaligus menaikkan modal yang berasal dari transaksi sampingan atau insidentil atau transaksi/peristiwa lain yang bukan berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. Dalam pengertian tersebut bahwa FASB memisahkan untung dari pendapatan. Meskipun demikian, dalam penyajian laporan keuangan, untung tersebut tetap dilaporkan dalam laporan rugi laba dalam kelompok tersendiri (extra ordinairy item) yaitu dalam pos laba diluar usaha, sebagai bagian dari laba secara keseluruhan (comprehensive income). Sementara IAI, mengartikan untung sebagai bagian yang terpisah dari pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23/1999 yang menyebutkan bahwa penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Secara singkat diurumuskan, sebagai berikut: I RG Sehingga dengan cara ini, para pemakai laporan keuangan akan dapat mengetahui dengan jelas kenaikan nilai aset perusahaan, apakah yang berasal dari kegiatan utama perusahaan atau kegiatan sampingan (insidentil)? C. PENGUKURAN PENDAPATAN Pendapatan diukur dalam satuan nilai tukar produk atau jasa dalam suatu transaksi yang bebas (arm`s length transaction). Nilkai tukar tersebut menunjukkan ekuivalen kas atau nilai diskonto tunai dari uang yang diterima atau akan diterima dari transaksi penjualan. IAI juga menganut prinsip yang sama yaitu mengukur pendapatn berdasarkan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Apabila periodik pengumpulan kas relatiI pendek maka potongan tersebut dapat dihiraukan. Ada tiga alasan yang mendukung perlakuan ini, yaitu: Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 55 1) Pada tingkat potongan yang rendah, jumlah yang relatiI kecil tidak akan mempengaruhi pengukuran pendapatan. Contohnya bila terjadi transaksi penjualan secara kredit, dengan potongan 15 dan masa jatuh tempo selama 60 hari, maka akan menghasilkan potongan kurang dari 3 dari total pendapatan (3/12x15). 2) Karena potongan dapat diklasiIikasikan sebagai bagain dari total pendapatan, maka pengaruh utama ada pada masalah pengakuan pendapatan tersebut. Potongan harus segera dicatat setelah pendapatan diakui. Akan tetapi bila jumlah potongan tidak material (jumlahnya cukup besar) maka pengaruhnya terhadap lapa periodik juga tidak akan besar. 3) Penggolongan pendapatan yang timbul dari penjualan yang disertai potongan dapat diakui dan dicatat sebagai rugi dan hal ini akan mengurangi jumlah pendapatan (revenue). (Godzali dan Chariri, 2001, 259). Dalam pengukuran, pendapat di atas menunjukkan bahwa nilai uang sekarang atau setara kas akhirnya kan diterima sebagai hasil dari proses produksi dan transaksi penjualan. Sehingga jumlah jumlah rupiah bersih dapat diakui sebagai dasar yang paling tepat dan layak dibandingkan dengan jumlah pendapatan kotor (belum dikurangkan potongan). Dengan demikian potongan penjualan, retur penjualan dan biaya lainnya akan diperlakukan sebagai kontra rekening pendapatan secara langsung. Misalnya penjualan kredit senilai Rp.10.000.000,00 potongan tunai 1 dari nilai penjualan kredit dan biaya angkut penjualan Rp.100.000,00 maka pendapatan yang diakui dan dicatat adalah sebesar Rp.9.800.000,00. D. PEMBENTUKAN DAN REALISASI PENDAPATAN Pembentukan pendapatan disebut pula earning process, sedangkan realisasi pendapatan adalah konsep lain yang berbeda namun saling berkaitan erat dan dapat digunakan untuk menjelaskan dan mengakui pendapatan. Kedua konsep ini dalam masuk struktur teori akuntansi sehingga akan dapat mempengaruhi dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan secara wajar dan konsisten. Pembentukan Pendapatan (earning process). Eaning process adalah konsep yang menjelaskan bagaimana proses terjadinya pendapatan secara kronologis sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang diambil oleh perusahaan. Dalam konsep ini, pendapatan diakui dan terbentuk secara bersamaan dari seluruh proses berlangsungnya kegiatan perusahaan. Sehingga proses pembentukan pendapatan ini terjadi dari sejak dimulainya kegiatan produksi, pemasaran, penjualan hingga saat pengumpulan piutang usaha, yang memerlukan waktu tertentu (siklus waktu) dengan didahului pengorbanan ekonomis berupa pengeluaran biaya atau pun beban. Jadi pada dasarnya pendapatan tidak akan terjadi bila perusahaan belum atau tidak melakukan kegiatan produksi (industri) dan penjualan produk atau jasa (dagang dan jasa). Secara lebih jelas proses pembentukan pendapatan dapat dijelaskan pada gambar berikut: Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 56 Gambar 8 PROSES PEMBENTUKAN PENDAPATAN Cash in Ilow oI revenue Cash out Ilow o I expenses Gambar 7 Earning Process REALISASI PENDAPATAN. Realisasi pendapatan merupakan teknik akuntansi yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menandai adanya proses pengukuran dan pengakuan pendapatan secara wajar. Ada dua hal pokok dalam proses realisasi pendapatan yaitu: Adanya kepastian perubahan produk menjadi bentuk aset lain (potensi jasa) melalui kejualan penjualan yang sah. Diperolehnya aset lain (bentuk aset lancar) sebagai bentuk pengesahan terhadap transaksi penjualan tersebut. (Godzali dan Chariri, 2001, 262). Berdasarkan peristiwa atau kejadian kedua hal pokok di atas maka dalam proses realisasi pada dasarnya merupakan penegasan dari proses pembentukan pendapatan. Sehingga pendapatan tersebut dapat diakui sesuai dengan waktu kejadiannya dan akan diakui secara proporsional sesuai dengan waktu untuk mewujudkan pendapatan tersebut. E. KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN Secara umum dalam pengakuan pendapatan, perusahaan dan para akuntan menggunakan konsep realisasi dengan menentukan peristiwa kritis (critical event) yang akan dijadikan sebagai dasar dalam penentuan waktu pengukuran dan pengakuan pendapatan tersebut. Kriteria Pengakuan Pendapatan Menurut FASB (1980) yang dimuat dalam pernyataan SFAC No. 5, ada dua kriteria yang dapat dijadikan dasar untk mengakui pendapatan, yaitu: Telah terealisasi (realized), yaitu bila terjadi transaksi pertukaran antara barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Syarat agar barang mudah dikonversi adalah: Memiliki harga per unit yang pasti dan barang tersebut tidak boleh perubahan bentuk dan ukuran barang (interchangeable). Misalnya logam mulia, perak atau perhiasan lainnya. Mudah dijual tanpa memerlkan yang yang relatiI besar. Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang dan jasa telah berjalan dan secara substansial telah selesai. Awal kegiatan/produk Produksi selesai dan penyimpanan Penagihan (collection periods) Pemasaran Penjualan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 57 Kam (1990) ada tiga (3) kriteria yang dapat digunakan untuk mengakui pendapatan, yaitu: a) Keterukuran Nilai Aset Oleh karena pendapatan menyebabkan kenaikan total aset perusahaan yang sekaligus akan meningkatkan modal perusahaan, criteria ini merupakan salah satu criteria yang dapat diterima secara umum. Kriteria yang umum digunakan, bahwa aset dianggap sebagai penukar dapat segera dikonversi menjadi kas atau setaranya (tidak mesti kas dan piutang saja). Diterimanya aset penukar baik likuid maupun tidak sebagai kriteria pengakuan pendapatan masih tergantung pada kondisi yang mendasari pertukarana tersebut. Paton dan Littleton (1940, 49) mengemukakan, 'Ditinjau dari pandangan yang dominan bahwa pendapatan dapat direalisasi bila terbukti ada penerimaan kasa atau piutang atau aset lainnya yang likuid. Cara lain untuk mencerminkan keterukuran nilai aset adalah adanya kepastian pengumpulan kas. Masalah pengumpulan kas berkaitan erat dengan perimbangan (judgment) yang umumnya didasarkan pada pengalaman perusahaan sebelumnya. Makin lama periodik pengumpulan makin besar tingkat ketidakpastian pengumpulan kas. Hal ini berakibat pendapatan tidak dapat segera untuk diakui. b) Terjadinya transaksi Pendapatan diakui apabila terjadi pertukaran antara barang yang dihasilkan perusahaan dengan aset baru yang diterima perusahaan. Adanya keterlibatan pihak luar dalam transaksi menunjukkan adanya bukti yang obyektiI yang berimplikasi pada naiknya nilai perusahaan. Transaksi pertukaran merupakan nilai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dalam menentukan waktu pengakuan pendapatan dan jumlah pendapatan yang harus dicatat dan diakui. (Godzali dan Chariri, 2001, 265). c) Proses pembentukan pendapatan telah selesai Pendapatan terbentuk apabila ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan telah berjalan serta secara substansial telah selesai. Kegiatan menghasilkan pendapatan secara konseptual terdiri dari tahap produksi, pemasaran, penjualan, dan pengumpulan kas. Oleh karena itu, setiap kali biaya yang dikeluarkan pada tahap-tahap tersebut, berarti sejumlah pendapatan telah terbentuk, meskipun terkadang belum dapat diakui pada periodik yang bersangkutan. PSAK No. 23/1999 telah menentukan kriteria untuk mengakui pendapatan yang lebih bersiIat teknis. Penpatan diakui apabila besar kemungkinan manIaat ekonnomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manIaat tersebut dapat diukur dengan andal (reliabel). Selanjutnya dalam PSAK tersebut dinyatakan bahwa pendapatan dari penjualan barang harus diakui apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi: Perusahaan telah memindahkan risiko secara signiIikan dan telah memindahkan manIaat kepemilikan barang kepada pembeli. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian eIektiI atas barang yang dijual. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal. Besar kemungkinan manIaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 58 Saat Pengakuan Pendapatan 1. Pendapatan diakui selama kegiatan produksi Pendapatan diakui selama kegiatan produksi, meskipun produk yang dihasikan perusahaan masih dalam proses produksi. Prosedur yang digunakan adlah persentase penyelesaian. Cara ini umumnya dijumpai pada peusahaan kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek dan memerlukan waktu lebih dari satu periodik akuntansi. Seperti perusahaan pembuatan kapal, lokomotiI, pembuatan gedung, jalan raya, dan sebagainya. Pengakuan pendapatan dengan cara ini dapat dilakukan bila harga kontrak sudah pasti dan taksiran biaya untuk menyelesaikan proyek serta tingkat penyelesaian kontrak dapat ditaksir dan dipertanggungjawabkan secara wajar. Taksiran tersebut umumnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: Berdasarkan persentase biaya, di mana tahap penyelesaian ditentukan dengan membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan taksiran total biaya untuk menyelesaikan proyek. Berdasarkan persentase penyelesaian Iisik, dimana tingkat persentase penyelesaian Iisik didasarkan pada tahap kemajuan proyek (penyelesain pekerjaan di lapangan). 2. Pendapatan diakui pada saat produik selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai biasanya dianggap tepat untuk industri pertambangan dan pertanian, seperti; emas, timah, gandum, dan sebagainya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan saat produksi selesai, yaitu: o Harga jual dapat ditentukan dengan cukup tepat. o Tidak diperlukan kegiatan pemasaran yang cukup material untuk menjual produk tersebut. o Biaya produk sulit untuk ditentukan. o Satuan-satuan persediaan dapatsaling dipertukarkan (barang tidak terpengaruh oleh perubahan bentuk dan ukuran). 3. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Pada banyak perusahaan cara ini merupakan dasar yang paling jelas dan obyektiI. Paton dan Littleton (1940) mengemukakan sebagai berikut: Pendapatan merupakan jumlah nominal yang merupakan hasil akhir dari operasi perusahaan. Oleh kartena itu, harus diakui dan diukur pada tingkat atau titik kegiatan yang menentukan dalam kegiatan aliran operasi perusahaan. Pendapatan harus benar-benar terjadi dan didukung oleh adanya aset baru yang sah (sebaiknya berupa kas dan piutang). Namun timbul masalah yang terjadi apabila pendapatan diakui pada saat penjualan adalah yang berkaitan dengan biaya yang terjadi setelah penjualan (aIter sales costs) misalnya biaya penagihan piutang dagang, biaya klaim, dan lain-lain. Ada dua hal penting yang pelu diperhatikan untuk mnengantisipasi hal ini adalah: Biaya setelah penjualan, dalam praktik biaya ini terjadi seringkali muncul setelah terjadinya penjualan, mka sebagai solusinya bila biaya ini muncul adalah dengan melakukan pendebitan pada jumlah rupiah taksiran biaya dan mengkredit jumlah rupiah yang sama ke rekening cadangan biaya. Hak pengembalian barang, khusus kasus ini FASB (1981) yang termuat dalam SFAS No. 48 menyatakan bahwa apabila pembeli berhak untuk mengembalikan barang, maka pendapatan baru dapat diakui bila beberapa syarat berikut dapat terpenuhi: Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 59 Harga jual pasti dan dapat ditentukan pada saat pejualan. Pembeli sudah membayar kepada penjual atau pembeli diwajibkan untuk membayar penjualan. Kewajiban untuk membayar tersebut tidak tergantung pada kondisi apakah produk yang dibeli laku dijual atu tidak.Kewajiban membayar kepada penjual tidak berubah apabila produk dicuri, nilai produk berkurang atau produk mengalami kerusakan (aus atau susut). Pembeli benar-benar ada atau dengan kata lain pembeli merupakan suatu badan yang secara ekonomi disebut perusahaan Penjual secara signiIikan tidak memiliki kewajiban atau bertanggungjawab terhadap hasil penjualan kembali produk yang dilakukan pembeli. Jumlah nominal pengambilan dapat ditaksir secara cukup pasti. Penjualan jasa, ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk mengakui pendapatan jasa sebagai berikut: Apabila kinerja (perIormance) jasa terdiri dari pengerjaan satu macam tindakan, pendapatan diakui pada saat pekerjkaan tersebut terlaksana. Misalnya, biro jual beli rumah, biro jasa, maka pendapat akan diakui pada komisi dari kegiatan tersebut telah terjadi transaksi. Bila pelaksaan jasa terdiri dari pengerjaan lebih dari satu macam kegiatan atau tahapan, maka pendapatan diakui selama periodik pelaksaan pekerjaan atau secara proporsional sesuai dengan jangka waktu penyelesaian jasa tersebut. Bila jasa dilaksanakan lebih dari satu macam kegiatan, maka pendapatan harus diakui pada saat pelaksanaan pekerjaan seluruhnya selelsai bedasarkan kondisi berikut: a) Proporsi jasa yang dihasilkan sebagai pekerjaan akhir merupakan tindakan yang sangat penting dari keseluruhan jasa yang dikerjakan. b) Bila jasa yang diberikan terdiri dari pekerjaan yang tidak dapat ditentukan dan dilaksanakan pada periodik waktu yang tidak dapat ditentukan maka tidak ada cara untuk menetukan tingkat penyelesaian pekerjaan. Oleh karena itu, pendapatan harus diakui pada saat waktu pekerjaan selesai. c) Bila terdapat tingkat ketidakpastiaan yang cukup tinggi (signiIicant) dalam pengumpulan pendapatan jasa (kas) maka pendapatan harus diakui pada saat kas trelah diterima. 4. Pendapatan pada saat kas diterima Dalam hal terdapt ketidakpastian yang besar mengenai pengumpulan piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa, maka pengakuan pendapatan dapat ditunda sampai saat kas betul-betul telah diterima. Alasan yang mendukung penggunaan dasar penerimaan kas untuk pengakuan pendapatan yang berasal dari penjualan angsuran didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: a) Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang mempunyai daya beli murni. b) Semakin lama jangka waktu angsuran akan semakin besar kemungkinan piutang tindakan tertagih. c) Biasanya sesudah penjualan, terutama biaya penagihan dan pengumpulan piutang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya sesudah penjualan untuk jenis penjualan kredit. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 60 Dari beberapa pendekatan dalam pengakuan pendapatan di atas maka dapat diringkas pelaporan pendapatan harus memenuhi kriteria berikut: 1. Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan perusahaan pada produksinya, 2. Jumlah pendapatan harus dapat diukur, 3. Pengukuran harus dilakukan dan secara relatiI bebas dari bias, dan 4. Adanya penandingan beban dengan pendapatan dengan dasar yang layak. Tabel berikut ini mengikhtisarkan beberapa periodik dan kondisi pelaporan pendapatan dalam laporan keuangan: TABEL 5 IKHTISAR PELAPORAN PENDAPATAN SAAT PELAPORAN KRITERIA KETERANGAN Selama kegiatan produksi Penetapan harga berdasarkan kontrak atau persyaratan tertentu menggunakan harga pasar yang ada pada tingkatan produksi tertentu. Akrual: kontrak jangka panjang dilihat dari tingkat pertumbuhan (accretion) Saat penyelesaiaan produk Harga jual didasarkan pada harga pasar atau nilai wajar Logam mulia, produk pertanian dan jasa tertentu. Pada saat penjualan Harga yang telah ditetapkan pada produk itu. Misalnya; barang dagangan Saat penerimaan kas Harga wajar pada saat transaksi atau akad ditambah beban tambahan (bunga maupun marjin) yang disepakati. Misalnya: penjualan angsuran, pertukaran aset, dll PERLATIHAN 1. Apa yang disebut pendapatan, jelaskan! 2. Mengapa konsep pendapatan diperlukan dalam proses penyajian dan penyusunan laporan keuangan, jelaskan! 3. Bagaimana konsep pengukuran pendapatan yang Saudara ketahui? Jelaskan sertakan contoh penerapannya. 4. Kapan suatu pendapatan harus diakui dan diukur? 5. Kapankah suatu konsep atau prosedur pengakuan pendapatan sebagai hal yang ideal? Mengapa dalam pengakuan pendapatan tersebut harus memperhatikan kondisi ekonomi yang terjadi, jelaskan. 6. Jelaskan bagaimana mengakui dan mengukur pendapatan di luar usaha, media apa untuk mengungkapkannya? Jelaskan. 7. Pendapatan atau penghasilan dalam suatu kegiatan usaha diakui untuk tujuan tertentu pada waktu transaksi dicatat (critical event). Dalam beberapa kondisi tertentu pendapatan diakui bersamaan pada waktu penghasilan tersebut diperoleh. Tetapi pada kondisi lainnya penghasilan bisa juga diakui pada saat terjadinya penjualan. a) Jelaskan dan berikan alasan mengapa pendapatan pada saat penjualan. b) Pada saat kondisi apa yang tepat untuk mengakui pendapatan untuk kegiatan yang bersiIat produktiI. c) Kapan suatu pendapatan diakui secara umum, tentukan titik kritisnya (kejadian penting). Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 61 8. Untuk dapat digolongkan sebagai akun luar biasa dalam laporan laba rugi, suatu kejadian atau transaksi harus bersiIat tidak biasa atau tidak kerap terjadi. Jelaskan bagaimana suatu kejadian tersebut bersiIat tidak biasa dan bagaimana harus diungkapkan dalam laporan keuangan. 9. Mengapa pendapatan perlu diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan, jelaskan! 10. Jika perusahaan memperoleh laba pada tahun buku tahun ini sebesar Rp.1.000.000.000,- dan penghasilan laba di luar usaha sebesar Rp.250.000.000,- sedangkan pembagian dividen berjumlah Rp.250.000.000,- (250.000 lbr saham). Jelaskan bagaimana menyajikan dan mengungkapkan hal ini dalam laporan keuangan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 62 BAB VI KONSEP BIAYA PENDAHULUAN Konsep dasar yang melandasi pembebanan dan pelaporan biaya menurut Paton dan Littleton (1970) adalah Konsep Upaya dan Hasil (eIIorts and accomplishment concepts) yang terbagi dalam dua bagian, yaitu: a) Expenses yang masih melekat diakui dan dicatat sebagai biaya. b) Expenses yang sudah habis dipakai diakui dan dicatat sebagai beban. A. PENGERTIAN Ada beberapa pengertian biaya dilihat dari sudut pandang peristiwa moneter dan Iisik, yaitu: Menurut FASB (1980), 'biaya adalah aliran kas keluar (cash out Ilows) atau pemakaian aset atau timbulnya utang atau kombinasi keduanya selama satu periodik yang berasal dari penjualan atau produksi keduanya selama satu periodik yang berasal dari penjualan atau produksi barang atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan (entitas). Sedangkan IAI (2007) dalam paragraI 70 menyatakan, 'Biaya (beban) adalah penurunan manIaat ekonomis selama satu periodik akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Pengertian ini menunjukkan bahwa, dividen tersebut bukan merupakan beban/biaya. Sebab yang menjadi beban/biaya tersebut adalah beban/biaya operasional dan non operasional. Distribusi pembagian dividen (laba) diambil dari laba bersih. Menurut Kam (1990), biaya sebagai penurunan nilai aset atau kenaikan utang atau kenaikan ekuitas pemegang saham (stockholder`s equity) sebagai akibat pemakaian barang atau jasa oleh suatu unit usaha untuk menghasilkan pendapatan periodik berjalan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Biaya dapat dipandang dari sudut peristiwa Iisik dan moneter; 2. Biaya menunujukkan adanya perubahan nilai, yang menunujukkan pengorbanan ekonomis yang telah dan akan dilakukan; dan 3. Biaya akan dikeluarkan dari adanya kegiatan pemakaian aset untuk tujuan menghasilkan pendapatan. Sehingga beban tersebut merupakan pengeluaran kas dimana manIaat ekonomisnya telah dinikmati oleh perusahaan (habis). Sedangkan biaya mengandung dua dimensi, yaitu yang telah menjadi beban dan masih melekat untuk masa yang akan datang. Disamping itu beban tidak memerlukan aloksi atau distribusi sistematis, karena didasarkan Iungsi pengeluaran. Sebaliknya biaya harus dilokasikan secara sistematis sesuai dengan manIaat ekonomis dan metoda alokasi yang dipakai. Secara lebih jelas perbedaan antara biaya dan beban dapat dilihat pada tabel berikut: Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 63 Tabel 6 PERBEDAAN BIAYA DAN BEBAN FOKUS BIAYA BEBAN Tujuan Pengeluaran Biaya tidak habis pakai untuk menghasilkan pendapatan Habis pakai dalam periodik bersangkutan untuk menghasilkan pendapatan Masa (periodik) manIaat ekonomi Lebih dari satu periodik akuntansi Maksimal satu periodik akuntansi Pencatatan dan pelaporan Dicatat dalam rekening Biaya (sebagai aset lancar) dan dilaporkan di Neraca Dicatat sebagai beban (beban operasional) dan dilaporkan dalam Laporan Rugi/Laba Alokasi /pembebanan Secara sistematis Tidak ada alokasi (segera) B. PENGUKURAN DAN PENGAKUAN BIAYA Pengukuran dan pengakuan biaya memainkan peranan penting dalam penyusunan laporan keuangan. Kecermatan mengukur besarnya biaya akan mempengaruhi keakuratan inIormasi laporan keuangan yang dihasilkan. Ketepatan saat mengakui biaya juga akan berpengaruh dalam penentuan besarnya tingkat laba/rugi perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut maka ada tiga konsep dasar dalam pengukuran biaya yang dapat digunakan sebagai berikut: 1. Konsep Biaya Historis (historical cost), yaitu jumlah rupiah atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh aset berdasarkan periodik pengeluarannya, seperti gedung, peralatan, dan asuransi dibayar dimuka. 2. Konsep Biaya Pengganti (replacement cost), yaitu jumlah atau harga aset pertukaran sekarang sebagai dasar pencatatan. Misalnya, penilaian untuk sediaan, aset, gedung, dan tanah. 3. Konsep Biaya Setara Kas (cash equivalent), yaitu jumlah rupiah atau kas yang dapat direalisasi dalam kondisi perusahaan normal. Untuk mengakui biaya ada dua konsep yang mempunyai kedudukan penting yaitu: a) sebagai aset (potensi jasa) dan b) sebagai beban pendapatan (biaya). Namun bila didasarkan atas konsep kontinyuitas usaha (going concern), biaya pertamakali dapat diperlakukan sebagai pengurang pendapatan, hal ini berakibat munculnya dua masalah yaitu: 1) Kriteria yang digunakan untuk menentukan biaya tertentu yang harus dibebankan pada pendapatan periodik berjalan. 2) Kriiteria yang digunakan untuk menentukan bahwa biaya tertentu ditangguhkan pembebanannya. Berdasarkan hal tersebut maka biaya dapat ditangguhkan pembebanannya bila: a) Memenuhi deIinisi aset (memiliki manIaat ekonomis masa mendatang, dapat dikendalikan perusahaan, atau berasal dari transaksi masa lalu); b) Ada kemungkinan bahwa manIaat ekonomis masa mendatang yang melekat pada aset tersebut masih dapat dinikmati oleh entitas yang menguasainya; c) Besarnya manIaat eknonomis dapat diukur secara andal (reliable). Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 64 Di lain pihak beban dalam laporan rugi laba dapat diakui bila terdapat penurunan manIaat ekonomis masa mendatang, yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban juga akan dapat diakui, dicatat dan dilaporkan dalam laporan rugi laba pada saat timbulnya kewajiban meskipun tanpa harus adanya pengakuan aset, misalnya saat timbulnya utang garansi. C. PRINSIP PENANDINGAN (MATCHING PRINCIPLES) Konsep ini dimaksudkan adalah untuk mencari dan menemukan dasar hubungan yang tepat dan rasional anatara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang akan dicapai oleh perusahaan, sementara biaya yang dikeluarkan adalah untuk memperoleh pendapatan tersebut sesuai dengan konsep upaya dan hasil. Namun, terkadang muncul masalah berkaitan dengan upaya penandingan ini. Masalah utama dalam menandingkan antara pendapatan dan biaya adalah untuk menentukan dasar penndingan yang paling tepat. Hubungan Iisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai sarana untuk dapat melacak dan dasar pembebanannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, seharusnya dasar penandingan yang paling relevan adalah didasrkan atas alasan kelayakan (reasonableness) bukan pada alasan hubungan Iisiknya. Gambar konsep penandingan hubungan biaya dengan pendapatan sebagai berikut: GAMBAR 9 KONSEP PENANDINGAN Ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan sebagai dasar untuk mencari hubungan antara biaya dan pendapatan dalam satu periodik tertentu, (Kam, 1990) mengemukakan sebagai berikut: 1. Hubungan Sebab Akibat (association oI causes and eIIects) 2. Alokasi Sistematik dan Rasional (systematic and rational allocation) 3. Pembebanan Segera (immediate recognition) Tiga konsep dasar penandingan tersebut diuraikan sebagai berikut: Cost oI Assets Basic oI matching: -Hubungan sabab akibat -Alokasi sistematis -Pembebanan segera GOODS BUSSINES UNIT UNITUNITS INCOME BTU EXPENSES D CGM/COS Revenue & Gains Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 65 1. Hubungan sebab akibat, dalam dasar ini biaya akan ditandingkan secara langsung (direct matching principles) seperti beban komisi penjualan, gaji dan upah, dan beban barang yang terjual (cost oI goods sold). Oleh karena itu, biaya harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periodik tertentu atas dasar korelai rasional yang dapat dilihat secara langsung. Sehingga dalam mengalokasikasikan secara rasional biaya tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a) biaya yang melekat pada produk yang terjual yang akan diakui sebagai beban. b) biaya yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebadai elemen persediaan) dan akan dicatat sebagai aset sampai produk atau jasa tersebut terjual. Dalam perusahaan industri biaya dikelompokkan dalam biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung adalah biaya yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa tertentu yang secara langsung dapat diidentiIikasi atau ditelususri ke produk yang dihasilkan tersebut. Seperti biaya bahan baku dan tanaga kerja, karena terjadinya pengeluaran biaya tersebut terjadi atau manIaat ekonomisnya dapat diidentiIikasi langsung pada produk yang dihasilkan itu lebih tepat menggunakan beban bahan baku dan beban gaji dan upah). Sedangkan biaya produksi tidak langusng adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang atau jasa dan digunakan dalam proses produksi, sehingga dalam pembebanannya perlu dilakukan identiIikasi atau penelusuran secara sistematis, proporsional, dan akurat. Biaya tersebut adalah biaya overhead pabrik (lebih tepat digunakan beban overhead pabrik). Untuk biaya langsung yang berhubungan dengan pendapatan masa mendatang, tetapi tidak masuk dalam biaya produksi, maka pembebanan biaya harus dilakukan pada saat terjadinya atau dikeluarkannya biaya tersebut. Oleh karena itu, biaya tersebut diakui dan dilaporkan pada periodik terjadinya, kecuali masa manIaat yang akan diperoleh dari pengorbanan biaya tersebut dapat diukur secara andal maka biaya tersebut harus dialokasikan pada periodik berikutnya secara proporsional, yaitu dengan melakukan penandingan antara pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan. Bila biaya yang berhubungan dengan pendapatan yang terjadi setelah pendapatan diakui, maka hal ini akan berkaitan dengan penentuan besarnya biaya yang akan timbul, misalnya setelah transaksi, atau setelah penjualan. Apabila biaya tersebut dapat ditaksir dan diukur secara layak dan andal maka biaya ini dapat diakui sebagai biaya pada periodik pengakuan pendapatan tersebut. Jadai hubungan sebab akibat dapat digunakan bila dapat didentiIikasi untuk menentukan bahwa pendapatan tersebut terjadi akibat adanya biaya yang dikeluarkan atau sebaliknya. Misalnya untuk biaya penagihan piutang dagang, yang timbul akibat keterlambatan pembayaran atau karena pelanggan yang pindah ke lokasi lain. Untuk biaya garansi, yang timbul sebagai biaya pada saat pemasaran produk atau penjualan dan harus dicatat dan diakui sebagai utang garansi. Meskipun sebenarnya biaya ini belum terjadi tetapi pembenannya harus dilakukan sebagai wujud tanggungjawab dan penjaminan kepercayaan masyarakat. Hal ini sejalan dengan prinsip dalam pengakuan pendapatan bahwa biaya tidak akan terjadi bila tidak ada pendapatan. Seperti dalam kontrak jangka panjang yang menggunakan metoda kontrak selesai, maka biaya tidak akan diakui atau dibebankan selama belum adanya pendapatan yang diakui. Pada penjualan angsuran (installment sales), total penjualan angusuran dan beban pokok barang terjual (cost oI goods Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 66 sold) dicatat secara bersamaan. Selisih penjualan dan beban pokok barang terjual dicatat dalam rekening utang dengan nama 'Laba Kotor yang Belum Direalisasi (LKBD). Laba ini akan dialokasikasikan secara proporsional sesuai dengan aliran kas masuk atau angsuran yang telah diterima. Dengan demikian, beban barang yang terjual dianggap memiliki hubungan dengan pendapatan atas dasar kas yang diterima. 2. Alokasi sistematis dan rasional, atau dikenal dengan dasar penandingan periodik (period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching principles). Alokasi dapat digunakan sebagai dasar penandingan bila dasar penandingan sebab akibat tidak dapat digunakan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi ini, yaitu: 1. Banyak biaya periodik yang berhubungan secara tidak langsung dengan periodik berjalan 2. Sulitnya mencari dasar hubungan langsung yang layak dan rasional. 3. ManIaat ekonomis masa mendatang yang sulit diukur dengan layak dan andal. 4. Biaya yang terjadi bersiIat rutin dan terjadi berulang-ulang. 5. Bila biaya tersebut merupakan biaya bersama. 3. Pembebanan segera (immediate recognition), pembebanan dengan cara ini dilakukan bila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan biaya atau beban atas dasar hubungan sebab akibat dan alokasi sistematis dan rasional, maka biaya harus dibebankan segera pada periodik terjadinya. Alasan yang melandasi pemebebanan dengan cara ini adalah kepraktisan. Seperti biaya yang dikeluarkan untuk advertensi sangat sulit dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan sebab akibat, karena biaya tersebut kemungkinan memiliki masa manIaat ekonomis lebih dari satu periodik akuntansi. Demikian juga manIaat ekonomis tersebut sulit untuk diukur secara andal dalam cara pembebanan atas dasar alokasi sistematis dan rasional sehingga sebagian besar entitas menggunakan cara pembebanan segera. Dengan asumsi bahwa biaya tersebut tidak sangat besar dan terjadi secara rutin. D. KELEMAHAN KONSEP PENANDINGAN Konsep penandingan merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam rerangka akuntansi konvesional. Menandingkan biaya dengan pendapatan (Paton dan Littleton, 1970) sama halnya dengan menandingkan upaya dan hasil (eIIorts and accomplishment). Beberapa kelemahan konsep ini adalah: 1. Bukti yang obyektiI. Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektiI merupakan syarat utama yang harus dipenuhi. Namun demikian bukti obyektiI tersebut kurang begitu diperhatikan dalam pengakuan biaya. Pengakuan biaya lebih didasarkan pada masalah rasional dan kelayakan dari pada bukti obyektiI. Salah satu alasan tidak diperhatikannya bukti obyektiI dalam pengakuan biaya adalah adanya penerapan konsep konservatisme. Konsep ini menyatakan bahwa biaya, rugi dan utang harus segera diakui meskipun tidak ada bukti yang andal dan obyektiI. Sementara pendapatan, untung (gains) dan aset tidak dapat diakui apabila tidak ada bukti yang obyektiI. 2. Suatu kondisi atau situasi yang melibatkan ketidakpastian (uncertainty). Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 67 Hal ini memungkinkan timbulnya suatu kerugian (losses) bagi entitas dimana timbulnya rugi tersebut sangat tergantung pada terjadinya atau tidaknya suatu peristiwa sekarang atau masa yang akan datang. Dalam rugi kontijensi hendaknya dimasukkan sebagai unsur biaya. Seperti kemungkinan tidak terkumpulnya piutang dagang, gugatan terhadap aset, sengketa di pengadilan, dan lain-lain. Terhadap hal tersebut maka taksiran kerugian harus diakui berdasarkan kondisi berikut: a. Sebelum laporan keuangan disajikan maka terhadap inIormasi yang menunjukkan kemungkinan timbulnya rugi yang cukup pasti, harus diungkapkan. b. Bila jumlah kerugian dapat ditaksir dengan layak dan andal (akurat), maka dpat ditentukan besarnya kerugian berdasarkan tingkat persentase tertentu. E. EVALUASI TERHADAP KONSEP PENANDINGAN Hubungan sebab akibat merupakan konsep paling ideal untuk menandingan antara biaya dengan pendapatan. Namun hubungan ini sebenarnya akan sulit untuk diterapkan karena terkait dengan konsep biaya melekat (cost attach) dan tidak memiliki alasan atau argumentasi yang kuat. Oleh karena itu, dalam menetapkan konsep penandingan yang dipakai harus memperhatikan beberapa kriteria beriktu: 1. Kejelasan (additivity) Aloklasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagianbagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya dan tidak kurang atau tidak lebih. Dengan kata lain, jika jumlah yang dilokasikan ditambahkan bersama-sama maka totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi. 2. Ketegasan (unambiguity) Metoda alokasi harus menhasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar alokasi yang jelas (scarcity) dan tepat, dan sistematis. 3. DeIensibilitas (deIensibility) Metoda alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding dengan metoda alokasi lainnya. Dan metoda tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar dapat dipertahankan dari kemungkinan pemakaian metoda lainnya. (Godzali dan Chariri, 2003). Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 68 BAB VII KONSEP LABA PENDAHULUAN Laba adalah sisa lebih yang diperoleh oleh entitas bisnis, yaitu sisa lebih antara pendapatan dan biaya atau beban. Jadi laba merupakan kenaikan harga aset yang dimiliki selama satu periodik akuntansi, atau kenaikan daya beli yang diinvestasikan. Sehingga konsep laba ini harus dipahami secara baik agar kenaikan ekuitas tersebut dapat digunakan sebagai inIormasi yang optimal bagi semua pihak dalam mengambil keputusan ekonomi. Dalam praktik, kita harus dapat memisahkan konsep laba menurut pandangan barbagai pihak. Tergantung pada tujuan terhadap penyajian laba tersebut. Sebab laba tersebut merupakan akumulasi dari seluruh kegiatan baik yang bersiIat rutin maupun non rutin. A. PENGERTIAN LABA (INCOME) Pengertian laba yang dianut dalam struktur akuntansi sekarang adalah laba akuntansi yang merupakan selisih dari pengukuran pendapatan dan biaya. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI, 2007) menyatakan, Penghasilan (income) adalah kenaikan manIaat ekonomi selama suatu periodik akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (tujuan). Dalam paragraI lain (07) selanjutnya disebutkan bahwa: penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Jadi pendapatan merupakan kenaikan aset, yang dihasilkan dari pendapatan setelah dikurangi dengan beban atau biaya. Menurut Fisher (1912) dan BedIord (1965) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep laba yang umum digunakan sebagai berikut: 1. Phsycal income, yang menunjukan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan individu. 2. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh adanya kenaikan cost oI living. 3. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup (cost oI living). Menurut Mitchel dalam BedIord (1965), perbedaan antara laba ekonomi dan laba akuntansi disebabkan oleh perbedaan konsep yang melandasinya. Hick (1946) secara spesiIik menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus mengurangi jumlah kemakmuran pada awal periodik. Laba akuntansi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang/jasa. 2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periodik. 3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pedapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang deIinisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 69 4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya (expenses) dalam bentuk biaya historis. 5. Laba akuntansi menghendaki adanya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. B. LABA AKUNTANSI. Keunggulan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkauoi, 1995): 1) Laba akuntansi teruji dalam sejarah di mana pemakai laporan keuangan masih mempercayai bahwa laba akuntansi masih brmanIaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. 2) Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektiI dan dapat diuji kebenarannya (veriIiable). 3) Laba akuntansi dipandang bermanIaat untuk tujuan pengendalian terutama pertanggungjawaban manajemen. Sedangkan kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan (Belkauoi, 1995) sebagai berikut: 1) Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aset yang belum direalisasi dalam satu periodik karena prinsip biaya historis dan realisasi. 2) Laba akuntansi yang didasarkan pada prinsip biaya historis mempersulit perbandingan laporan keuangan karena kemungkinan terjadinya perbedaan metoda perhitungan biaya dan metoda alokasi. 3) Laba akuntansi yang didasarkan pada prinsip realisasi, biaya historis, dan koservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak relevan. Di pihak lain kelemahan laba akuntansi tersebut di atas menurut Hendriksen (1989) menyebutkan beberapa kelemahan laba akuntansi yang diukur dengan rerangka akuntansi konvensional. Oleh karena itu, secara lebih jelas Hendriksen mengungkapkan pula beberapa kelemahan sebagai berikut: a. Konsep laba belum dirumuskan secara jelas. b. Belum ada dasar pengukuran dan penyajian yang secara teroritis mantap. c. Praktik akuntansi yang berterima umum memungkinkan timbulnya ketidakkonsistenan dalam pengukuran laba periodik dari perusahaan yang berbeda atau periodik akuntansi yang sama. d. Perubahan tingkat harga (daya beli uang) belum tercermin dalam laba akuntansi yang dihitung atas dasar nilai nominal uang. e. InIormasi lain mungkin terbukti lebih bermanIaat bagi investor dan pemegang saham dalam pengambilan keputusan investasi. C. TUJUAN PELAPORAN LABA Tujuan pelaporan laba adalah memberikan inIormasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan (earning management) dalam menghasilkan laba (earning per share). Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan inIormasi yang bermanIaat bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena itu, inIormasi tentang laba perusahaan sangat penting bagi investor dan pembuat keputusan (decision maker) yang dapat digunakan sebagai: Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 70 1. Indikator eIesiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate oI return on invested capital); 2. Pengukur prestasi manajemen; 3. Alat pengendalian alokasi suber daya ekonomi suatu negara; 4. Dasar kompensasi dan pembagian bonus; 5. Alat motivasi manejemen dalam pengendalian perusahaan; 6. Dasar untuk kenaikkan kemakmuran; dan 7. Dasar pembagian dividen. D. KONSEP PENGUKURAN DAN PENGAKUAN LABA Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep penghimpunan dan realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Sehingga dalam pengukuran dan pengakuan laba tersebut akan serupa dan konsisten dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan Hal ini menunjukkan bahwa adanya basic concept yang sama. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (2007) menyatakan bahwa, 'Penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikan manIaat ekonomis di masa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban yang telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal (paragraI 06) Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima (paragraI 08). Imbalan tersebut umumnya berupa kas atau nilai setara kas yang diterima atau yang akan diterima. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengakui dan mengukur laba: 1. Pendekatan Transaksi (transaction concept) Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aset atau utang (laba) terjadi hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aset maupun utang dengan pihak luar perusahaan. Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan. Bahwa pendapatan dari hasil transaksi harus diakui bila seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi, yaitu: a. perusahaan telah memindahkan risiko secara signiIikan dan memindahkan manIaat kepemilikan barang atau jasa kepada pembeli. b. perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian eIektiI atas barang atau jasa yang dijual c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara andal d. besar kemungkinan manIaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut. e. biaya yang terjadi atau akan terus terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur secara andal, (PSAK 23/2007, 13). 2. Pendekatan Kegiatan (event concept) Pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran. Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang mengukur transaksi dengan pihak luar sedangkan pendekatan kagiatan didasarkan pada kejadiannya. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 71 3. Pendekatan Pemeliharaan Modal (capital maintenance concept) Dalam konsep pemeliharaan modal, kapital disini dimaksudkan sebagai kapital atau modal dalam arti kekayaan bersih dalam artian luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai kelompok kekayaan tanpa memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Pegukuran terhadap sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis kapital dan skala pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga Iaktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang akan diperoleh. 1) Nilai atau satuan unit pengukur Nilai menunjukan preIerensi seseorang terhadap barang tertentu karena adanya manIaat yang diharapkan dari barang tersebut. Nilai bersiIat subyektiI dan sulit diukur, maka harga pasar dianggap sebagai nilai yang obyektiI untuk mengukur suatu barang (obyek) tersebut. Secara umum nilai kapital dapat diukur dengan menggunakan biaya historis, current cost maupun replacement cost. 2) Jenis kapital Kapital secara umum diartikan sebagai aset bersih (netto) yaitu selisih antara jumlah utang. Laba dapat dihitung dari selisih antara kapital awal dan kapital akhir. Pada dasarnya pengertian kapital dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu Iinansial dan Iisik. 3) Skala pengukuran Skala menunjukan seberapa besar inIormasi yang dihasilkan oleh sejumlah angka tertentu. Skala pengukuran dalam akuntansi dapat dibagi menjadi dua yaitu skala nominal dan skala daya beli konstan: a. Skala Nominal Skala pengukuran nominal adalah sejumlah rupiah (nominal) yang telah terjadi dan dicatat dalam akuntansi tanpa memperhatikan perubahan daya beli. b. Skala Daya Beli Konstan Untuk memperoleh nilai atas dasar skala daya beli konstan, unit moneter diubah dengan menggunakan indeks tertentu (misalnya indeks harga konsumen). Metoda yang dapat digunakan untuk menilai aset bersih (Hendriksen, 1989): 1. Kapitalisasi aliran kas harapan (capital oI expected cash Ilows); 2. Penilaian harga pasar perusahaan (market valuation oI the Iirm); 3. Jumlah setara kas (market cash equivalent); 4. Harga input historis (historical input prices); 5. Harga input terkini (current input prices); dan 6. Daya beli konstan (constant purchasing power). E. UNSUR LABA Ada dua konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu entitas atau perusahaan. Dua konsep tersebut, yaitu current operating concept (earnings) dan all inclusive concept oI income (laba komprehensiI). a. Konsep Laba Periodik (earning periodic) Konsep laba periodik dimaksudkan untuk mengukur eIisiensi suatu perusahaan. Ukuran eIisiensi umumnya dilakukan dengan membandingkan laba periodik berjalan dengan laba periodik sebelumnya atau dengan laba perusahaan lain pada Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 72 industri yang sama. Yang termasuk unsur laba adalah peristiwa atau perubahan nilai yang dapat dikendalikan manajemen dan berasal dari keputusan-keputusan periodik berjalan. b. Laba KomprehensiI FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba komprehensiI adalah, 'Total perubahan aset bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periodik berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari pemilik. Jadi pengertian laba komperhensiI adalah hampir sama dengan pengertian laba bersih (net income) yang penyusunannya menggunakan konsep atau pendekatan all inclusive. Laba periodik dan laba komprehensiI mempunyai komponen utama yang sama yaitu pendapatan, biaya, untung/laba dan rugi. F. UNSUR NON OPERASIONAL Unsur non-operasional adalah pos luar biasa (extraordinary item), kegiatan yang dihentikan (discontinued operation), dan perubahan akuntansi (accounting changes). a. Pos Luar Biasa (extraordinairy items) Extraordinary items adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari Iaktor yang siIatnya berulang-ulang dalam kegiatan usaha normal perusahaan (APB Opinion No. 9, 1966, : 21). DeIinisi tersebut banyak dikritik karena bersiIat ambiguous. Akhirnya dikeluarkan APB Opinion No. 30 'Reporting the Results oI Operation pada tahun 1973 yang menyebutkan bahwa unsur laporan keuangan dikatakan sebagai extraordinary items jika memenuhi dua syarat berikut: 1. Tidak umum (unusual) 2. Jarang terjadi (inIrequency oI occurrence) b. Penghentian Segmen Bisnis Segmen bisnis merupakan komponen dari entitas yang kegiatannya menunjukkan bisnis yang terpisah atau berdasarkan kelas konsumen. Penghentian segmen bisnis berarti kegiatan operasional bisnis tersebut dihentikan atau dijual. Apabila penghentian segmen bisnis dilakukan maka harus ada pengakuan untung atau rugi terhadap penghentian tersebut sesuai pada tanggal pengukuran. Laba atau rugi yang akan diakui termasuk yang terjadi akibat dua Iaktor berikut: 4) Laba atau rugi kegiatan segmen mulai tanggal pengukuran sampai tanggal penghentian. 5) Untung/laba atau rugi penghentian segmen. APB No. 30 menyebutkan bahwa hasil penghentian segmen dilaporkan bersih setelah pajak dan disajikan dalam laporan laba-rugi setelah pos laba usaha (laba dari kegiatan normal) tetapi sebelum pos luar biasa. c. Perubahan Kebijakan Akuntansi (judgment oI accounting) Perubahan akuntansi dapat dikelompokan ke dalam tiga jenis: 1. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana perusahaan memilih metoda akuntansi yang berbeda dengan metoda yang digunakan sebelumnya. Metoda akuntansi yang dipilih tersebut masih berada dalam lingkup generally accepted accounting principles, (misalnya dari FIFO ke Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 73 LIFO untuk persediaan, atau dari metoda depresiasi garis lurus ke metoda depresiasi dipercepat) 2. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas jumlah taksiran yang telah ditentukan pada periodik sebelumnya (misalnya taksiran umur ekonomi aset tetap atau taksiran piutang tidak tertagih). 3. Perubahan entitas pelapor, yaitu perubahan yang berkaitan dengan status entitas pelapor sebagai akibat konsolidasi, perubahan anak perusahaan tertentu atau jumlah perusahaan yang dikonsolidasikan. d. Penyesuaian Periodik Sebelumnya. Jumlah akuntansi untuk penyesuaian periodik sebelumnya dibebankan atau dikredit ke saldo laba ditahan awal periodik. Jumlah tersebut adalah jumlah bersih setelah diperhitungkan aspek pajak sehingga jumlah tersebut tidak diperhitungkan dalam penentuan laba bersih tahun berjalan. G. PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Ada beberapa pendapat yang mencoba membahas teknik perataan laba tersebut sebagai berikut: a. Beidelman (1973), perataan laba yang dilaporkan dapat dideIinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan laba atau memIluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan manajemen yang wajar. Selanjutnya dia mengungkapkan ada dua alasan yang unik untuk melakukan alasan perataan laba, yaitu: Alasan pertama didasarkan pada pola laba periodik yang stabil dan dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan pola laba berIluktuasi. Alasan kedua berkaitan dengan upaya meratakan kemampuan untuk mengantisipasi pola Iluktuasi laba periodik dan kemungkinan mengurangi korelasi kembalian yang diharapkan perusahaan (Iirm`s expected return) dengan kembalian porto Iolio pasar (return oI market portIolio). b. Heyworth (1953), menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya peraturan laba adalah untuk memperbaiki kinerja hubungan dengan kreditur, investor dan karyawan, serta meratakan siklus usaha melalui proses psikologis. c. Barnes, et. Al (1976) yang membedakan tiga dimensi perataan laba, yaitu: 1) Perataan laba melalui terjadinya peristiwa dan akan pengakuan peristiwa. Artinya manajemen dapat menetukan waktu terjadinya transaksi aktual sehingga pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu. Teknik ini disebut pula dengan istilah real income. 2) Perataan melalui alokasi (classiIication smoothing). Jika angka-angka dalam laporan rugi laba selain laba bersih merupakan obyek laba, maka manajemen dapat dengan mudah mengklasiIikasikan unsur-unsur dalam laporan laba rugi sehingga mengurangi variasi laba setiap periodiknya. 3) Perataan melalui alokasi sepanjang periodik. Atas dasar terjadi dan diakuinya peristiwa tertentu, oleh manajemen yang memiliki media pengendalian tertentu dalam penentuan laba periodik yang dapat terpengaruh oleh adanya Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 74 kualiIikasi peristiwa tertentu. Teknik ini disebut pula dengan istilah articial smoothing. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 75 BAB VIII KONSEP UTANG A. PENGERTIAN UTANG Konsep utang ini, biasanya berkaitan dengan waktu dan kondisi yang mendasari timbulnya utang tersebut. Dari dimensi waktu, utang dikategorikan dalam jangka pendek dan jangka panjang, sedangkan dari kondisi dapat timbul karena adanya transaksi rutin atau pun yang khusus (misalnya kewajiban kontinjensi). Ada berbagai pengertian yang dirumuskan dalam utang ini, antara lain: SFAC No. 6, mendeIinisikan utang adalah pengorbanan manIaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aset atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. IAI (2007), mendeIinisikan utang adalah kewajiban yang merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus kas ke luar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manIaat ekonomi. Berdasarkan kedua pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa, utang adalah kewajiban perusahaan (entitas) sekarang yang berimplikasi terhadap pengorbanan sumber daya ekonomi masa sekarang, dan berasal dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ada tiga makna pokok dalam utang tersebut, yaitu: 1. Adanya kewajiban sekarang; 2. Implikasi pengorbanan sumber daya ekonomi; dan 3. Berasal dari transaksi masa lalu. Kewajiban sekarang, timbul akibat adanya tanggungjawab dari perusahaan untuk segera menunaikan kewajibannya dalam bentuk penyerahan aset atau jasa. Utang ini muncul karena adnya tuntutan dari dari pihak lain yang menghendaki penyelesaian terhadap kewajiban tersebut sesuai dengan perjanjian, atau karena telah jatuh tempo. Kewajiban ini pada umumnya dapat dikelompokan dalam dua jenis yaitu: 1) Kewajiban pada pihak eksternal (investor, kreditur), dan 2) Kewajiban pada pihak internal (karyawan atau pemilik). Kewajiban pada pihak eksternal dapat berupa kewajiban rutin atau kewajiban khusus. Kewajiban rutin adalah berkaitan dengan utang kepada supplier, bank atau pihak lainnya yang terjadi secara berulang-ulang. Sedangkan kewajiban khusus adalah kewajiban pada pihak internal maupun eksternal. Misalnya kewajiban pembayaran tunjangan dan kesejahteraan karyawan, dan bonus, sedangkan kewajiban khusus dapat berupa utang dividen atau utang bersyarat lainnya. Implikasi pengorbanan sumber daya, hal ini akibat timbulnya kewajiban yang harus segera diselesaikan atau telah jatuh tempo. Sehingga untuk memenuhi adanya kewajiban atau tuntutan (klaim) tersebut maka perusahaan harus mengalokasikan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 76 sejumlah dana. Yaitu berupa mengalirnya aset (sumber daya) atau jasa kepada pihak lain yang akan menerima, sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati. Transaksi masa lalu, berkaitan dengan obyektivitas dan kesahihan transaksi tersebut. Sehingga untuk mengakui adanya transaksi harus dapat didukung dengan bukti yang obyektiI dan sah sesuai dengan prosedur yang berlaku pada perusahaan atau entitas tersebut. Misalnya untuk kasus pembelian barang dagangan secara kredit, maka syarat pengakuan terjadinya utang harus dikaitkan pula dengan syarat penyerahan barang. Apakah menggunakan FOB destination atau apakah menggunakan FOB shipping point? Untuk mengakui pencatatan dan pelaporan persediaan sekaligus mengakui timbulnya utang, harus memperhatikan Iaktor tersebut. B. PROSES TERJADINYA UTANG Utang dapat terjadi karena adanya proses kontrak (contractual process) dan Iaktor lain yang memenuhi kriteria untuk mengakui adanya utang. Proses kontrak terjadi karena adanya kesepakatan dengan pihak lain untuk melakukan transaksi (pembelian atau penyerahan jasa) secara obyektiI dan sah, sesuai dengan prosedur atau kesepakatan yang telah ditetapkan oleh masing-masing pihak. Sedangkan Iaktor lain, terjadi karena adanya kejadian khusus pada perusahaan atau entitas dan hal ini berakibat perusahaan atau entitas tersebut harus menunaikan kewajibannya. Hal ini dapat terjadi karena peristiwa hukum atau sosial (dapat berupa transaksi keuangan atau non keuangan). Misalnya, akibat adanya tuntutan masyarakat pengguna barang atau jasa terhadap kualitas barang (garansi), atau karena Iaktor kelalaian sehingga terjadi kecelakaan. Hal ini berimplikasi pada timbulnya kewajiban untuk melakukan perbaikan atau penggantian terhadap kerusakan tersebut. Kohler (1970), menyatakan bahwa utang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang atau jasa. Utang memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Telah terjadi, seperti beban gaji, beban asuransi, dan beban iklan. 2) Akan terjadi, misalnya utang biaya, utang pajak, dan utang bank. 3) Terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa mendatang, misalnya utang bersyarat, atau beban tangguhan. (Godzali dan Chariri, 232, 2001). Selanjutnya atas dasar rumusan di atas, maka utang dapat terjadi karena beberapa Iaktor berikut: 1. Kewajiban Legal (contractual liabilities), adalah utang yang timbul karena adanya ketentuan Iormal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang (jasa) kepada entitas tertentu. Misalnya, utang dagang dan utang bank. 2. Kewajiban KonstruktiI (constructive liabilities), timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan atau kondisi tertentu, meskipun secara Iormal dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah tertentu di masa mendatang. Misalnya, rencana bonus yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pada awal tahun anggaran, hal ini dipandang sebagai utang bonus. 3. Kewajiban Equitabel (moral liabilities), kewajiban yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan karenalasan moral atau etika dan perlakuannya dapat diterima oleh praktik secara umum. Misalnya utang garansi, kewajiban ini timbul karena adanya kebijakan perusahaan terhadap pemberian garansi kepada konsumen, agar tidak merugikan konsumen. Meskipun tidak berimplikasi hukum, tetapi lebih pada kewajiban moral (hazad moral). Kewajiban Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 77 ini timbul karena adnya sanski moral, sosial atau kebiasaan. Oleh karena kewajiban equitabel tidak didasarkan pada ketentuan hukum, maka ada kecenderungan ketidakkonsistenan dalam praktik. Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya kewajiban equitabel ini harus disertai pula dengan ketentuan hukum, agar dapat mengikat perusahaan untuk selalu menepati kebijakan yang telah diambilnya. Secara umum utang harus diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan (neraca) bila memenuhi persyaratan berikut: 1) Pengorbanan ekonomis barang atau jasa untuk masa mendatang; 2) Jumlah utang dapat diukur secara andal; dan 3) Secara substansi transaksi utang telah terjadi. C. PENGUKURAN DAN PENGKLASIFIKASIAN UTANG DALAM LAPORAN KEUANGAN Dasar pengukuran utang adalah jumlah rupiah yang telah atau akan dikorbankan pada saat pelunasan atau jatuh tempo. Sebagai dasar penilaian dapat digunakan nilai sekarang (current value) atau berdasarkan nilai diskonto yang akan terjadi. Misalnya menggunakan nilai kas masa mendatang. Nilai kas sekarang adalah nilai kas masa mendatang pada periodik tertentu ditambah dengan tingkat bunga yang telah disepakati. Dalam pendiskontoan, umumnya tidak dilakukan karena adanya selisih antara nilai sekarang dengan nilai jatuh tempo (maturity value), tetapi perlu memperhatikan pula Iaktor ketidakpastian (contingencies) nilai pembayarannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai kewajiban tersebut. Secara umum dalam pelaporan keuangan, utang atau kewajiban ini diklasiIikasikan dalam dua kelompok, yaitu pada bagian utang jangka pendek (short term liabilities) dan utang jangka panjang (long term liabilities). Utang jangka pendek, biasanya didasarkan pada tanggal pembayaran (periodik) yang kurang dari satu tahun atau telah jatuh tempo pada tahun yang bersangkutan, meskipun berasal dari utang jangka panjang, misalnya utang dagang, utang gaji utang bonus, dan utang dividen. Sedangkan utang jangka panjang masa pembayaran (jatuh tempo), lebih dari satu periodik akuntansi, misalnya utang bank, dan utang modal. Khusus untuk utang yang bersyarat, maka harus diungkapkan secara khusus dalam neraca, meskipun kemungkinan pembayarannya belum dapat ditentukan secara andal. Misalnya utang garansi, dan utang pelayanan (servis) purna jual. Sedangkan utang tangguhan (deIIered liabilities), dapat pula disajikan sebagi kewajiban, meskipun utang tangghan ini bukan merupakan kewjiaban ekonomi, tetapi dapat diakui dan diukur sesuai dengan prisni pakuntansi berterima umum. Misalnya: dana pensiun, utang pajak, laba kotor belum direalisasi (dalam kasus penjualan angsuran). D. PELUNASAN UTANG Kewajiban dapat dikatakan lunas bila perusahaan telah melakukan penyerahan barangatau jasa kepada pihak lain. IAI (2007), dalam PSAK menyatakan bahwa penyelesaian kewajiban masa kini biasanya berkaitan dengan kepentingan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang dimiliki, untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Dalam proses penyelesaian utang ini dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut: a. Pembayaran kas; b. Penyerahan aset (misalnya, penyerahan persediaan); c. Penyerahan jasa; d. Konversi kewajiban dengan kewajiban lain; e. Konversi kewajiban menjadi modal; Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 78 I. Pembebasan atau pembatalan kewajiban; dan g. In-Substance deIeseance, yaitu pelunasan utang dengan cara melakukan perjanjian antara debitur dengan badan perwalian (trust) untuk menempatkan sejumlah dana dan bebas risiko sebagai dana pembayaran utang untuk masa sekarang dan mendatang. Namun, pada kondisi tertentu, bila ternyata aset atau dana yang diserahkan tersebut tidak memenuhi syarat (adanya tuntutan dari pihak lain) maka utang tersebut harus segera diselesaikan atau kalau tidak harus diungkapkan secara lengkap dalam laporan keuangan (neraca dan atau catatan atas laporan keuangan). Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 79 BAB IX PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN KEUANGAN A. PENGERTIAN DAN JENIS PENGUNGKAPAN Secara umum dalam menerbitkan laporan keuangan adalah untuk menyediakan inIormasi keuangan yang bermanIaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, terutama pihak yang berkepentingan dengan inIormasi tersebut. Sehingga dalam laporan keuangan diperlukan pengungkapan yang komprehensiI dan memadai, agar para pemakai laporan keuangan dapat menggunakan inIormasi tersebut secara optimal, relevan dan akurat. Hal ini berarti, dalam laporan keuangan memerlukan pengungkapan (disclosure); artinya tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Berkaitan dengan penerbitan laporan keuangan, disclosure yang mengandung arti bahwa laporan keuangan harus mampu memberikan inIormasi dan penjelasan yang cukup, lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang terjadi dan berpengaruh terhadap hasil usaha pada periodik tertentu secara konsisten dan wajar. Tiga konsep pengungkapan yang sering diusulkan untuk digunakan dalam penerbitan laporan keuangan adalah: 1. Pengungkapan yang cukup (adequate), yaitu pengungkapan inIormasi minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. 2. Wajar (Iair), merupakan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersiIat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. 3. Lengkap (Iull), yaitu penyajian semua inIormasi yang relevan, signiIikan, dan relevan, dan mudah dipahami (inIormatiI). B. KEPADA SIAPA INFORMASI HARUS DIUNGKAPKAN FASB (1980) dalam SFAC No. 1 menyatakan, 'Pelaporan keuangan harus memberikan inIormasi yang berguna bagi investor potensial dan kreditur dan pengguna lainnya dalam rangka pengambilan keputusan investasi rasional, kredit dan keputusan sejenis lainnya. Disamping ketiga pihak di atas hendaknya inIormasi juga diungkapkan kepada pegawai, pelanggan/konsumen, pemerintah, dan masyarakat umum. Tetapi penekanan pengungkapan adalah pada investor, karena keputusan investor adalah dapat diketahui dengan jelas dan terdeIinisikan dengan baik. Agar keputusan yang diambil berkaitan dengan kegiatan membeli, menjual, dan mempertahankan saham (modal) dalam hal pemberian kredit, investasi, perpanjangan kredit, ataupun penarikan kredit (investasi). C. INFORMASI APA YANG HARUS DIUNGKAPKAN Tujuan dasar pembuatan laporan keuangan menekankan yang penting dalam pengungkapan laporan keuangan bagi investor. Agar inIormasi dapat disajikan secara memadai dan dapat diperbandingkan. Oleh karena itu, menurut prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU) hendaknya inIormasi tersebut disajikan minimal dalam dua periodik akuntansi. Mengapa harus dua periodic akuntansi? Hal ini dimaksudkan akan memberikan inIormasi yang lebih inIormatiI dan perbandingan adalah untuk Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 80 memberikan pengungkapan yang cukup mengenai bagaimana angka-angka akuntansi itu diukur dan dihitung. SFAC No. 1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan saja, tetapi lebih luas. Bahwa, pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan inIormasi lainnya yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan inIormasi yang disediakan oleh sistem akuntansi. InIormasi tersebut berisi tentang sumber-sumber ekonomi, utang, laba periodik, dan hal lainnya. Tujuan pelaporan keuangan menurut SFAC No. 1 dapat diringkas sebagai berikut: 1. Pelaporan keuangan memberikan inIormasi yang bermanIaat bagi investor dan kreditur, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara rasional. InIormasi tersebut harus bersiIat komprehensiI bagi mereka yang memiliki pemahaman yang rasional tentang kegiatan bisnis dan ekonomi dana memiliki kemauan untuk mempelajari inIormasi dengan cara rasional (paragraI 34). 2. Pelaporan keuangan memberikan inIormasi untuk membantu investor, kreditur dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, pengakuan, dan ketidakpastian tentang penerimaan kas bersih yang berkaitan dengan perusahaan (paragraI 37). 3. Pelaporan keuangan memberikan inIormasi tentang sumber-sumber ekonomi suatu perusahaan, klaim terhadap sumber-sumber tersebut (kewajiban suatu perusahaan untuk menyerahkan sunber-sumber pada entitas lain atau pemilik modal), dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mengubah sum,ber-sumber ekkonomi dan klaim terhadap sumber tersebut (paragraI 40). 4. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi tentang hasil usaha (kinerja keuangan) suatu perusahaan selama satu periodik (paragraI 42). 5. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi tentang bagaimana perusahaan memperoleh dan membelanjakan kas, tentang pinjasman dan pembayaran kembali pinjaman, tentang transaksi modal, termasuk dividen kas dan distribusi lainnya terhadap sumber ekonomi perusahaan kepada pemilik, serta Iaktor-Iaktor lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan sovabilitas perusahaan (paragraI 49). 6. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik (pemegang saham) atas pemakaian sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya (paragraI 50). 7. Pelaporan keuangan menyediakan inIormasi yang bermanIaat bagi manajer dan direktur sesuai kepentingan pemilik (paragraI 52). Untuk selanjutnya laporan keuangan harus disajikan secara lengkap sesuai dengan elemen laporan keuangan yang ada, seperti Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Rugi Laba, Laporan Laba Ditahan, Laporan Perubahan Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuangan dan laporan pendukung laiannya. Oleh karena itu, untuk mengakui dan mengungkapkan serta menyajikan transaksi atau suatu peristiwa tertentu dalam laporan keuangan harus memperhatikan beberapa Iaktor berikut: a. DeIinisi (deIinition); suatu akun/pos akan masuk dalam struktur akuntansi bila memenuhi deIinisi elemen laporan keuangan. b. Keterukuran (measurability); suatu akun/pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 81 c. Relevansi (relevance); inIormasi yang terdapat dalam akun/pos tersebut memiliki kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan keuangan. d. Reliabilitas (reliability); inIormasi yang disajikan harus sesauai dengan keadaan yang sebenarnya dan digambarkan atau mampu mempresentasikan secara obyektiI, dapat diuji kebenarnnya (veriIiablity), konsisten dan netral terhadap data/inIormasi yang disajikan, (Godzali, 2001, 338). D. JENIS DATA YANG HARUS DIUNGKAPKAN Ada dua jenis data yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan, yaitu: 1) Pengungkapan data kuantitatiI dan 2) Pengungkapan data kualitatiI. Dalam menyajikan inIormasi kepada investor dan kreditur tekanannya lebih ditujukan pada inIormasi keuangan berupa dalam satuan moneter (data kuantitatiI) dan hendaknya dilengkapi dengan data pendukung lainnya agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu akan dilengkapi pula inIormasi lainnya secara rinci seperti segmen report (misalnya diversiIikasi produk, keadaan geograIis dan pertumbuhan normal), estimasi atau peramalan yang relevan bagi para pemegang saham (data kualitatiI). InIormasi kualitatiI ini akan dapat bermanIaat bagi investor dan pengguna lainnya bila disajikan inIormasi yang relevan dengan proses pengambilan keputusan ekonomi. InIormasi dikatakan relevan bila inIormasi tersebut dapat memberikan nilai tambah (value added inIormation) bagi pemakainya. Secara umum ada lima macam inIormasi kualitatiI yang perlu diungkapkan berkaitan dengan akun dan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, yaitu: 1. Ketidakpastian (uncertainty), yaitu peristiwa yang kemungkinan akan terjadi masa mendatang dan akan berpengaruh secara material terhadap keadaan keuangan perusahaan. 2. Dasar penilaian dan kebijakan akuntansi, pengungkapan tentang dasar atau metoda penilaian yang digunakan perusahaan seperti: metoda penilaian persediaan perlu diungkapkan dalam laporan keuangan. 3. Perubahan akuntansi, yaitu pengungkapan terhadap perubahan atas kebijakan yang digunakan perusahaan, seperti perubahan metoda penilaian persediaan dan FIFO menjadi LIFO. 4. Keterikatan dengan suatu perjanjian atau kontrak, pengungkapan tentang adanya pembatasan-pembatasan atau keterikatan dari satu atau lebih aset, utang maupun kontrak. 5. Peristiwa kemudian setelah tanggal neraca (subsequent event), penjelasannya tentang peristiwa atau kejadian yang telah terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum laporan keuangan dipublikasikan merupakan inIormasi penting yang perlu diungkapkan, (Godzali, 2001, 341-342). E. PENGUNGKAPAN WAJIB (MANDATORY DISCLOSURE) DAN PENGUNGKAPAN SUKARELA (VOLUNTARY DISCLOSURE) Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan inIormasi (data) baik bersiIat kuantitatiI maupun kualitatiI dengan memperhatikan unsur adequate, Iair, dan Iull. Di USA lembaga yang mewajibkan pengungkapan adalah Security and Exchange Commission (SEC), sedangkan di Indonesia tugas ini identik yang dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), yang menjadi lembaga otoritas Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 82 pengungkapan wajib bagi perusahaan. Pengungkapan sukarela, merupakan pengungkapan melalui inIormasi keuangan berupa supplementary inIormation, sesuai dengan kebijakan perusahaan (entitas). Metoda pengungkapan digunakan dalam laporan keuangan harus memperhatikan siIat inIormasi yang disajikan dan kepentingan relatiI pengguna. Ada beberapa metoda pengungkan yang sering digunakan yaitu: 1) Bentuk dan susunan laporan Iormal, 2) terminologi dan penyajian yang rinci, 3) InIormasi sisipan, 4) Catat kaki (Iootnotes), 5) Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul, 6) Komentar dalam laporan auditor, dan Pernyataan Direktur Utama atau Ketua Dewan Komisaris, dan 7) Bentuk lainnya disesuaikan dengan kebutuhan pengungkapan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 83 BAB X TINJAUAN UMUM TEORI AKUNTANSI SYARIAH "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kamu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim" (Al Maidah: 51) PENDAHULUAN Mayoritas ahli sejarah akuntansi, seperti Sieveking, mengira bahwa akuntansi tumbuh karena tumbuhnya serikat-serikat dagang (partnerships) (Littleton, 1933 hal. 9). Padahal sebenarnya tumbuhnya serikat-serikat itu sebagai salah satu Ienomena luasnya perdagangan tidaklah menjadi asas dalam perkembangan akuntansi. Sebab, tumbuhnya serikat-serikat itu termasuk yang paling baru apabila dibandingkan dengan tumbuhnya negara itu sendiri. Sepanjang sejarah, berbagai negara seperti negeri Babil, Fir`aun, dan Cina, telah menciptakan, menggunakan dan mengembangkan salah satu bentuk pencatatan transaksi keuangan. Penggunaan tersebut menyerupai apa yang sekarang dikenal dengan nama "Maskud DaIatir" (bookkeeping), dan bertujuan mencatat pendapatan dan pengeluaran negara. Sejarah Islam menunjukkan bahwa Negara-negara Islam telah mendahului Republik Italia lebih kurang sekitar 800 tahun dalam menggunakan sistem pembukuan. Selanjutnya salah satu sistem pembukuan moderen yang dikenal dengan nama sistem Al Qaidul Muzdawaj yang sesuai dengan kebutuhan negara, dan kebutuhan para pedagang muslim. Sesungguhnya pengertian "muhasabah" (akuntansi) di negara Islam hingga pengklasiIikasiannya senantiasa ada di dalam masyarakat Islam meskipun pada saat negara Islam tidak ada lagi. Berbeda dengan apa yang ada di masyarakat lain di luar Islam. Bahwa pengertian "muhasabah" di dalam masyarakat Islam tidak sekedar masalah pencatatan data-data keuangan, tetapi lebih sempurna dari itu Yaitu bagaimana cara mencatat, menghitung, mengklasiIikasikan dan melaporkannya dalam bentuk laporan tertentu. Di antaranya, yang patut disebutkan bahwa memang dalam Al Qur'an tidak menunjukkan kata "muhasabah" dengan istilah yang kita kenal sekarang, tetapi menunjukkan kandungannya lebih dari 48 kali (Athiyyah, 1982, 44). Sesungguhnya hajat dan pengunaan negara Islam, dengan kekuasaannya yang ada di pusat maupun di daerah, serta hajat dan pengggunaan kaum muslimin terhadap "muhasabah" menunjukkan bahwa perkembangan muhasabah tidak lain adalah hasil sistem masyarakat dan aktivitas manusia secara bersama-sama. Selanjutnya perkembangan muhasabah tidak terbatas pada aktivitas manusia dalam bidang perdagangan saja sebagaimana yang dikatakan para ahli sejarah akuntansi Barat. Sistem masyarakat dan aktivitas manusia ini telah tumbuh, berkembang, dan menjadi sempurna di dalam lingkup syariat Islam. Apabila kita perhatikan perkembangan sekarang ini terutama pada masyarakat non-Islam dan pada pertengahan terakhir abad ke-20, secara khusus, maka kita temui bahwa perkembangan itu mengikuti sistem yang sama dengan sistem yang dilalui oleh perkembangan muhasabah pada masa negara Islam dulu dengan sedikit perbedaan sistem dan prosedur saja. Sebab, Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 84 perkembangan akuntansi pada saat sekarang ini di negera-negara non-Islam terpengaruh dengan perkembangan baru di dalam undang-undang umum (cammon law) dan berpengaruh terhadap kebutuhan-kebutuhan pribadi dalam bidang perdagangan. Hal ini berbeda dan tidak sesuai dengan kemampuannya dan sarana pekerjaan yang digunakannya. Semuanya ini dipengaruhi oleh sistem suatu negara dan kebutuhan-kebutuhannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga berpengaruh pula pada model pencatatan dan pelaporannya.. Sementara itu orang-orang Barat membedakan antara akuntansi dan bookkeeping, sedangkan negara dan masyarakat Islam menggunakan kata akuntansi dalam bentuk yang lebih sempurna, di dalamnya meliputi pengertian bookkeeping dan juga pengertian akuntansi dan musa'alah (pertanggungjawaban). Syariat Islam dan tuntutan-tuntutannya termasuk Iaktor yang mengantarkan kepada perkembangan akuntansi di negara Islam. Sebenarnya, sebagian ahli sejarah non muslim menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan akuntansi terjadi di Repbulik Italia pada abad XV. Namun mereka tidak menentukan di mana tempat pertumbuhan dan perkembangan akuntansi yang sebenarnya. Barangkali hal ini dapat dimaklumi, karena mereka tidak mengetahui hakikat Islam dan tuntutan-tuntutannya dari satu segi, dan dari segi lain mereka tidak memiliki data dan bukti-bukti serta kurang melakukan penelitian di dalam masyarakat Islam. Di antara para ahli sejarah yang menyangkal pendapat tersebut adalah Have, dia berkata: "Perkembangan akuntansi tidaklah terjadi di Republik Italia kuno, tetapi yang terjadi adalah Itali mengetahui tentang akuntansi dan ilmu itu sampai kepada mereka dari bangsa lain". (1976, 13). Apabila kita perhatikan sejarah akuntansi dan yang ditulis oleh non muslim sampai sekarang, dan diikuti oleh mayoritas kaum muslimin tanpa meneliti lagi, kita lihat bahwa di sana ada penekanan pada dua masa; Pertama, masa sebelum berdirinya negara Islam. Kedua, masa yang awalnya bersamaan dengan berakhirnya abad XV dengan munculnya buku Pacioli yang di dalamnya terdapat satu bab khusus tentang akuntansi. Dengan demikian, mereka mengabaikan masa sejak munculnya Islam dan hingga tahun 1494 M. yaitu tahun munculnya buku Pacioli. Masa ini merupakan mata rantai yang hilang, karena masa ini nampaknya telah dilalaikan secara sengaja, tetapi, "Barangkali, masa ini telah dilalaikan karena mereka tidak memiliki ilmu dan jahil tentang Islam serta tuntutantuntutannya dari satu sisi, dan dari sisi lain mereka jahil pula terhadap bahasa Arab". Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai komunitas muslim (terutama) di negara-negara Islam mulai memberikan dan menyampaikan inIormasi (ilmu) ini khususnya tentang akuntansi secara benar kepada semua lapisan masyarakat. Agar persepsi yang sudah kaprah tidak terjadi lagi untuk masa sekarang dan mendatang. B. SEJARAH AKUNTANSI DI KALANGAN ORANG-ORANG ARAB SEBELUM ISLAM Ketika berbicara tentang sejarah akuntansi di kalangan orang-orang Arab, maka yang dimaksudkan adalah masa yang berakhir dengan hijrahnya Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam, dari Makkah ke Madinah tahun 622 M, yang setelah itu dimulailah sejarah Islam. Pada masa sebelum berdirinya negara Islam, bangsa Arab terpecah-pecah, tidak disatukan oleh satu sistem politik, kecuali tradisi kekabilahan yang dominan. Sekalipun demikian, mereka memiliki pasar-pasar dan tempat-tempat aktivitas perdagangan di dalam Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 85 negeri maupun di luar negeri, yang tercermin dalam dua perjalanan di musim dingin dan di musim panas, yaitu ke negeri Syam dan ke negeri Yaman. Nubuwwah Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam berawal pada tahun 609 M., dan beliau selama tiga belas tahun tinggal di Makkah sampai berhijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Dengan hijrahnya Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam dari Makkah ke Madinah, mulailah tahun Hijriyah menjadi kalender Islam yang didasarkan pada peredaran bulan, sedangkan kalender Masehi berdasarkan pada peredaran matahari. Kehidupan bangsa Arab di negeri antara dua sungai pada masa lampau telah mencapai tingkat kehidupan yang makmur. Hal ini berpengaruh terhadap akuntansi yang ada di kalangan orang-orang Arab, yaitu konstruksi kehidupan sosial di negeri RaIidin atau yang dikenal dengan nama negeri antara dua sungai (Mathews dan Perera, 1991, 11) mulai berbuat untuk melayani kebutuhan-kebutuhan mereka dalam bidang perdagangan dan industri yang maju pada saat itu. Ensiklopedi Britanian menunjukkan bahwa negeri RaIidin juga dikenal dengan nama Jaziratul Arabiyah. Antara tahun 4500 SM sampai tahun 500 SM. Kehidupan di negeri antara dua sungai mencapai tingkat kehidupan yang tinggi karena tanahnya subur di satu sisi, dan di sisi yang lain karena kemajuan dalam bidang pekerjaan dan industri, seperti industri batu bata, pewarnaan pakaian, pertukangan, dan penukaran uang (ChatIield. 1968, 12). Negeri antara dua sungai atau negeri RaIidin meliputi wilayah Akkad di Utara dan Sumar di Selatan. Wilayah-wilayah tersebut memiliki berbagai peradaban seperti peradaban Sumariyah kuno milik orang-orang Sami, kemudian peradaban Asyuriyah Babiliyah, dan Kildaniyah. Sebagian besar negeri antara dua sungai itu menjadi wilayah Iraq, sebagian kecil menjadi wilayah Iran, dan sebagian lagi menjadi wilayah Suriah (ChatIield, 1968, 12). Peradaban di negeri antara dua sungai ini telah sampai pada tingkat memaksakan bahasanya ke dunia, sehingga bahasa mereka menjadi bahasa populer dalam perdagangan dan politik di dunia, dan Babilonia menjadi pusat jalinan perdagangan di timur (Brown, 1968, 16-17). Kemajuan dalam bidang perdagangan, industri, keuangan, dan jasa sebagaimana yang dikenal pada waktu itu di belahan dunia Arab menjadikan keberadaan sarana untuk mencatat apa yang terjadi sebagai sesuatu yang urgen. Sarana tersebut adalah berupa tulisan. Ustadz Mahmud Syakir menerangkan bahwa orang-orang Arab-lah yang menemukan tulisan pada tahun 3200 SM, (1991, 6). Penemuan tulisan ini berimplikasi pada terjadinya perubahan mendasar dalam kehidupan manusia untuk suatu masa karena telah membantu untuk mencatat dan menukil pengetahuan serta pemikiran-pemikiran. Salah seorang peneliti Barat berkata bahwa manusia ini berutang budi kepada penduduk antara dua sungai karena mereka telah menemukan tulisan. (ChatIield, 1968, 16). Ustadz Mahmud Syakir tidak menentukan di negeri Arab bagian mana tulisan itu ditemukan, tetapi ChatIield menyebutkan bahwa tempat itu di negeri RaIidin. Tetapi, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa tulisan telah berpindah dari Yaman ke Iraq, karena di sana terdapat tulisan yang bernama Al Khaththul Himyari, lalu dari Iraq berpindah ke Hirah" (hal. 463). Ibnu Khaldun menambahkan, "Orang-orang Himyar memiliki tulisan yang dinamakan Al Musnad, huruI terpisah dan mereka melarang untuk mempelajari tulisan itu kecuali atas izin mereka. Dari Himyar, Mesir mempelajari tulisan Arab" (Hal. 464). Kemajuan dalam bidang perdagangan dan sosial serta keterkaitannya dengan penemuan tulisan dalam kapasitasnya sebagai sesuatu yang urgen yang sangat dibutuhkan oleh Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 86 keadaan pada saat itu, mendorong salah seorang peneliti untuk mengatakan bahwa orangorang Finiqiya pernah menggunakan huruI paku yang pernah digunakan di negeri RaIidin, namun setelah itu mereka menemukan huruI-huruI khas mereka yang kemudian digunakan oleh orang-orang Yunani. HuruI-huruI Finiqiya ini memiliki karakter tersendiri, menarik, ditulis dari arah kanan ke kiri. (Britanica, vol. 9; 392). Pada hakikatnya, tulisan sejak ditemukan dan untuk masa yang cukup lama hanya digunakan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran gudang. Hal ini membuat timbulnya suatu ungkapan bahwa tulisan ditemukan "not to write book but to keep books" (American Institute oI CeritiIield Public Accountants, 1970, 1). Selanjutnya dapat dikatakan bahwa perkembangan dan kemajuan dalam bidang perdagangan dan sosial berimplikasi pada penemuan tulisan, dan tulisan dengan perannya berimplikasi pada peletakan batu Iondasi bagi akuntansi. Semuanya ini terjadi di wilayah tersebut yang merupakan bagian dari dunia Arab. Dan tidak mustahil hal seperti itu terjadi pula di wilayah-wilayah yang lain dari dunia Arab, di samping negeri antara dua sungai. Namun sampai sekarang, berbagai ekskavasi tidak menunjukkan hal itu, atau dalam bentuk yang lebih rinci lagi tidak ada seorang pun yang mempelajari ekskavasiekskavasi itu dari segi perdagangan dan akuntansi, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan Yaman dan masa-masa keemasan yang dialaminya. Tulisan Sumariyah termasuk bentuk tulisan yang terdahulu secara umum, karena tulisan Mishriyah (Mesir) muncul setelah itu. Kedua bentuk tulisan itu, yaitu Sumariyah dan Mishriyah terbentuk dari rumus-rumus sesuatu dan dikenal dengan nama pictographic yaitu tulisan dalam bentuk gambar (ChatIield, 1968, 16). Demikian pula buku-buku akuntansi yang digunakan di Sumar dan Babilonia, yang siIatnya mengandung hitunganhitungan berimbang (neraca), menurut pemikiran James dan Snyder mungkin dikategorikan sebagai sistem Sumariyah untuk sistem Al Qaidul Muzdawaj (Double Entry Bookkeeping), (Snell, 1982, 53). Penduduk negeri antara dua sungai telah menggunakan papan tulis tembikar yang bertuliskan dengan huruI paku untuk mencatat hitungan-hitungan mereka. Meskipun sederhana, itu sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka dalam bidang perdagangan dan sosial. Babilonia telah dikenal dengan pekerjaan-pekerjaan penukaran uang sejak masa yang tidak dikenal sampai abad V SM, (Brown, 968, 18). Sudah tentu orang-orang Babilonia dan Asyuria tidak mengatur dan memelihara hitunganhitungan mereka dengan cara yang digunakan pada masa kita sekarang ini atau cara yang mendekati hal itu. Tetapi, sistem yang mereka gunakan dalam mengatur urusan keuangan serta mencatat dan memelihara hitungan-hitungan mereka telah memberikan andil dalam perkembangan yang terjadi pada masa berikutnya di tempat lain di dunia Arab, kemudian di dunia Islam. Di antara yang patut disebutkan adalah papan tulis tembikar Sumariyah dan Babiliyah yang diungkap oleh berbagai ekskavasi telah menjelaskan tujuan gudang-gudang umum dan tempat-tempat ibadah, di samping menjelaskan tentang adanya sistem akuntansi dalam penggajian dan pengupahan tentara Romawi, dan berbagai tingkatan gaji dan upah tersebut. Apabila diperhatikan tempat lain di dunia, maka akan ditemukan peradaban Mesir yang termasuk paling baru dibandingkan dengan peradaban-peradaban yang dikenal di negeri antara dua sungai, karena peradaban Mesir dimulai sekitar tahun 500 SM. Sudah pasti bahwa orang Arab baik yang ada di negeri antara dua sungai di Mesir telah menemukan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 87 sistem akuntansi yang sesuai dengan lingkungan mereka pada saat itu, dan berbeda dengan penduduk-penduduk lain. Di samping itu, orang-orang Arab baik yang ada di negeri RaIidin atau Mesir, atau negeri Syam, di celah-celah perdagangan mereka, telah memberikan pengaruh terhadap tetangga mereka di bagian utara. Orang-orang Romawi dan Yunani telah mengambil manIaat dari sistem akuntansi yang terkenal di kalangan orang-orang Arab yang ada di negeri antara dua sungai dan Mesir. Sebab, orang-orang Romawi dan Yunani memperhatikan pembukuan pedagang, tempat-tempat ibadah, dan negara sebagaimana halnya orang-orang Babilonia. Meskipun orang-orang Yunani telah mengambil manIaat dari sistem akuntansi yang terdahulu yang dikenal di kalangan tetangga mereka orang-orang Arab pada saat itu, mereka pun secara bertahap memulai mengembangkan sistem akuntansi yang khusus bagi mereka. Yang mendukung mereka dalam hal ini adalah penemuan mata uang sekitar tahun 630 SM. Namun, pengembangan mereka terhadap sistem akuntansi khusus mereka ini memiliki karakter umum, karena perhatian mereka didasarkan pada pengungkapan kesalahan-kesalahan tanpa adanya eIektiIitas dan mereka memperhatikan akuntansi sebagai sarana untuk membantu pengambilan keputusan atau mengukur eIektiIitas, atau mengukur keuntungan yang dipastikan. Pada waktu selanjutnya, orang-orang Romawi mengambil sistem akuntansi ini dari orang-orang Yunani. Tujuan dari penggunaan akuntansi di kalangan orang-orang Arab adalah untuk mengukur keuntungan. Keadaan seperti ini terus berlangsung sampai munculnya negara Islam pada tahun 1 H/622 M. Adapun akuntansi sebagai sarana pembantu dalam pengambilan keputusan belumlah diIungsikan sampai munculnya negara Islam. Bagi orang-orang Arab pra Islam, perhitungan keuntungan dilakukan dengan cara mengetahui kelebihan pada modal murni antara awal dan akhir (saldo akhir) masa perdagangan. Bagi orang-orang Arab Hijaz, keuntungan dihitung dua kali: pertama, setelah perjalanan dagang ke Yaman pada musim dingin, dan kedua setelah perjalanan dagang ke Syam pada musim panas. Tampaknya, karena minimnya bukti-bukti yang ada yang menjelaskan tentang sejarah akuntansi di dunia Arab seperti Babilonia, orang-orang Arab pra Islam tidak memberikan perhatian terhadap pencatatan penemuan-penemuan mereka dan perkembangan kehidupan mereka. Tidak adanya perhatian terhadap pencatatan perkara-perkara tersebut kembali kepada tabiat orang-orang Arab dalam mentransIer pengetahuan. Mereka menyebarkan pengetahuan kepada para generasi secara lisan, dari orang ke orang. Orang-orang Arab memiliki keistimewaan dalam hal kekuatan haIalan dan daya tangkapnya. Hal seperti ini terus berlangsung sampai pada awal masa Islam. Namun, dengan tumbuhnya negara Islam, hal ini mengalami perubahan yang cepat, karena pencatatan penemuan-penemuan dan ilmu mulai mengambil perannya, yaitu berawal dari pencatatan hadits-hadits Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi wasallam. Tahun 1202 M adalah tahun dimasukkannya angka-angka Arab dan aritmetika yang keduanya ditemukan oleh kaum muslimin kemudian dibawa ke Eropa, yaitu melalui buku yang ditulis oleh Leonardo oI Pisa Putra Bonnaci (Fibonnaci) yang banyak melakukan perjalanan ke dunia Arab. (Brown, 1968, 11). Tentu saja, hal ini bukan berarti akuntansi tidak sampai ke Itali melalui para pedagang muslim, sebelum tahun 1202 M. Sebab, sangat memungkinkan, hubungan dagang dan akibat yang ditimbulkannya seperti adanya hubungan cinta kasih antara kaum muslimin dan orang-orang orang Itali telah membuka jalan bagi penggunaan angka-angka Arab dalam skala yang terbatas, sehingga buku Leonardo oI Pisa mendapatkan sambutan yang baik ketika terbit. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 88 Dalam buku Leonardo oI Pisa ini memuat bab-bab tentang aritmetika yang menjelaskan cara penjumlahan, pengurangan, menentukan harga, barter dan persekutuan-persekutuan terutama yang serupa dengan Syirkah Tadlamun. Buku ini mendapatkan perhatian besar dari para pedagang, karena menyajikan cara baru penomoran dari satu sampai sepuluh. Cara ini tidak akan disajikan kepada orang-orang Eropa di Itali kecuali setelah nyata berhasil penerapannya di negara Islam di sisi penemunya, kaum muslimin. Dengan sistem ini, masalah-masalah akuntansi yang dihadapi oleh para pedagang pada saat itu berhasil diselesaikan. Secara umum, bahasa Arab adalah bahasa yang populer di dunia Islam. Sebagian wilayah Islam bahasanya bukan bahasa Arab, namun bahasa mereka ditulis dengan huruI-huruI Arab. Sebagian studi menunjukkan bahwa huruI-huruI Arab digunakan dalam 39 bahasa selain bahasa Arab, Asia, AIrika, dan Eropa. Di antara bahasa-bahasa Asia yang menggunakan hurup Arab adalah bahasa Turki, Parsi, Azerbaijan, Kurdi, AIganistan, Hindustan, Kashmir, Punjab, Urdu, Tamil, India, Usbek, Jawa, Sunda, Melayu, Sulawesi dan Indonesia. Adapun bahasa-bahasa AIrika yang ditulis dengan huruI-huruI Arab antara lain: Qubataliyah, Syalhaniyah, Sawahiliyah, Bumbariyah, Fulaqiyah, Susatiyah, Ghambiyah, dan Fayarijiyah. Sedangkan di Eropa, bahasa yang menggunakan huruI Arab antara lain: Sanukan, Qazan, dan Qumnuk, (Hawaditus Sa`ah, 1995, 52). Sebagaimana telah diketahui, bahwa orang-orang Eropa dan orang-orang Amerika mengkaitkan peradaban Islam dengan orang-orang Arab, hal ini karena orangorang Arab-lah menjadi pelopor dalam penyebaran agama Allah, Islam. Di samping menyebarkan agama Allah, mereka juga menyajikan peradaban mereka yang tumbuh dan berkembang dari celah-celah Islam. Di antaranya adalah perdagangan, peperangan, ketatanegaraan, dan ilmu-ilmu yang lain. Hal ini ditegaskan oleh salah seorang peneliti bahwa orang-orang Arab yang datang dari timur ke Eropa telah membawa dagangan mereka yang bermacam-macam, berbagai penemuan mereka dalam ilmu pengetahuan, dan matematika, (Woolk, 1912, 54). Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-tuntutan syari`at Islam yang berasaskan pada Al Qur`an dan As Sunnah. As Sunnah mengandung seluruh ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad bin Abdillah shallahu `alaihi wasallam, sebagaimana yang dihaIal oleh para sahabat ridlwanullah alaihim. Namun sangat disayangkan, kita temukan sebagian penulis dari kalangan non Islam tidak berusaha memahami Islam secara benar, dan mengulang-ulang pendapat yang tidak sesuai dengan kedudukan ilmiah mereka tanpa memikirkan hasil dari apa yang mereka tulis. Di antaranya adalah deIinisi yang mereka kemukakan tentang Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, yaitu seorang pemimpin yang di dalam tulisan-tulisan sastranya memberikan banyak pengetahuan dan hikmah kepada para pengikutnya, (Haskins, 1900, 11). Dengan deIinisi tersebut, mereka mempunyai maksud bahwa Al Qur'an bukan dari sisi Allah. Salah satu penelitian modern yang dilakukan oleh salah seorang peneliti Muslim bersama para peneliti Barat menunjukkan bahwa manIaat yang mungkin dipetik dari Islam dalam pengembangan akuntansi dan kerangka perdagangan tidak dapat diambil manIaatnya, setelah dilakukan penelitian yang mendalam, (Hamid et al, 1993, 132). Hal ini menunjukkan bahwasanya sangat mendesak, kebutuhan untuk memberikan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 89 pemahaman kepada orang-orang non muslim, terutama para pemikir mereka, tentang hakikat Islam dan apa saja yang dapat dipersembahkan kepada manusia, di samping apa yang telah dipersembahkan kepada mereka melalui berbagai ilmu pengetahuan yang dijadikan asas oleh orang-orang Barat dalam meraih kemajuan ilmu pengetahuan mereka. C. KILAS SEJARAH AKUNTANSI DI NEGARA-NEGARA ISLAM Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi judul 'Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. HuruI yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruI Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di Daulat Utsmaniyah. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Meskipun, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih dalam bentuk manuskrip, belum di cetak dan belum diterbitkan. Katakankanlah,Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?` katakanlah, Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menjadi orang yang pertamakali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik. (Al An`am: 14). Sesungguhnya sejarah akuntansi, sebagaimana yang ditulis oleh para ahli sejarah Barat dan menurut apa yang dikemukakan sebelumnya, menunjukkan bahwa akuntansi secara umum atau apa yang dinamakan dengan sistem double entry secara khusus tumbuh dan berkembang di Eropa, yaitu di Republik Itali. Di antara reIerensi yang dapat dilihat, baik yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa Inggris, tidak didapati penyebutan apa pun tentang apa yang terjadi di negara Islam. Boleh jadi, pengabaian peran negera Islam dalam pengembangan akuntansi karena disengaja atau karena ketidaktahuannya. Padahal peran yang dimainkan oleh negara Islam dalam pengembangan berbagai ilmu dan seni adalah cukup besar, seperti dalam akuntansi keuangan. D. PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI DUNIA ISLAM Vangermeersch memandang bahwa tempat tumbuhnya sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry) masih diperdebatkan. (Berton, 1933, 1). Hal ini berarti bahwa dia tidak menerima bahwa tempat tumbuhnya sistem tersebut di Republik Itali. Dia beralasan bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam buku-buku akuntansi, yang merupakan suatu metoda untuk memilah-milah data sesuai dengan kaidah-kaidah khusus yang telah dikenal secara umum (Have, 1976, 5-6). Berdasarkan hal tersebut, sebagian peneliti memandang bahwa masih diragukan, sistem pencatatan sisi-sisi transaksi dalam bentuk yang kita kenal sekarang ini atau yang mendekati hal itu telah dipraktikan secara meluas pada abad XIV (Weis and Tinuis, 1991, 54), yakni mereka meragukan adanya praktik tersebut secara Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 90 meluas di Itali pada abad XIV, terutama Pacioli hanya menyebutkan adanya praktik secara meluas tanpa menentukan tempatnya. Keraguan ini pada kenyataannya beralasan, yaitu: ALASAN PERTAMA, yaitu kosongnya masa sejarah dari sejarah akuntansi, yaitu masa yang terjadi antara lenyapnya negeri antara dua sungai dan negeri Mesir di dunia Arab sampai abad XV secara umum. Secara khusus, ketika Pacioli menyebarkan bukunya yang mengandung satu bab tentang akuntansi, yaitu pada tanggal 10 Nopember 1494 M. Kekosongan ini hampir mendekati dua ribu tahun. ALASAN KEDUA, yaitu penggunaan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi secara luas tidak diragukan lagi mengharuskan adanya suatu praktik kerja dan pusat-pusat pelatihan yang mampu mencetak pribadi-pribadi yang ahli dan mampu menggunakan sistem ini secara luas. Pada kenyataannya, pusat-pusat pelatihan semacam itu tidak ada di Itali, kecuali pada akhir abad XVI, yaitu setelah kurang lebih dua abad dari munculnya buku Pacioli. Pusat pelatihan para akuntan yang pertama di Itali didirikan di kota Venice pada tahun 1581 M, dan dikenal dengan nama Colege oI Accountans. Setelah para peserta studi menerima ilmu dari lembaga tersebut, mereka diharuskan untuk berlatih (praktik kerja) di kantor-kantor akuntan yang telah teruji selama enam tahun, setelah itu, mereka diuji sebelum dapat mempraktikkan proIesi akuntansi secara mandiri, (American Institute oI CertiIied Accountants, 1970, 3). Demikian pula praktik kerja belum memiliki wujud yang diperhatikan sebelum munculnya buku Pacioli. Hal ini kembali pada keterbelakangan ilmu yang dialami Eropa pada saat itu, yang dikenal dengan masa kegelapan. Di antara yang patut diperhatikan adalah Pacioli menyebutkan di dalam bukunya bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi telah ada sejak masa yang lama (Murray, 1930, 16), tetapi ia tidak menyebutkan sejak kapan dan di mana sistem ini telah ada sejak lama. Apakah hal itu di dalam Republik Italia pada saat itu, ataukah di tempat lain. Demikian juga salah seorang peneliti, De Rover, berpendapat bahwa bab yang terdapat di dalam buku Pacioli tentang akuntansi hanyalah suatu bentuk nukilan dari apa yang ada pada saat itu beredar di antara para murid dan guru di sekolah aritmetika dan perdagangan (Venetian Schole) atau dalam bahasa Inggris, Schools oI Commerce and Arithmetic. Dengan demikian, Pacioli hanyalah penukil (transcriber) atau pencatat terhadap apa yang beredar pada saat itu, (ChatIield, 1968, 45). Sesungguhnya ucapan ini tampak diterima oleh akalnya, namun terganjal oleh adanya hubungan antara para pedagang muslim dan para pedagang Itali. Tetapi, pertanyaan yang muncul adalah: Siapakah yang menemukan sistem pencatatan sisi-sisi transaksi? Di mana hal itu? Dan bagaimana sistem ini bisa beralih ke tangan orang-orang Itali? Mungkin dapat dikatakan bahwa pada saat itu Eropa hidup pada masa kegelapan, kaum muslimin telah menggunakan akuntansi dan ikut andil dalam mengembangkannya. Sementara itu, peradaban Islam, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, berdiri di atas asas kebahagiaan manusia melalui hal-hal yang sesuai dengan syari`at Islam dan hal-hal yang dapat merealisasikan bagi manusia integrasi antara tuntutan-tuntutan spiritual dan tuntutan-tuntutaan material. Hal ini dalam rangka mengamalkan Iirman Allah Ta`ala: 'Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 91 akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash: 77). Orang-orang Arab, terutama di Makah, kemudian kaum muslimin setelah itu, menggunakan akuntansi untuk menentukan keuntungan dengan mengukur kelebihan yang ada pada aset mereka. Peradaban Islam selamanya telah disiIati sebagai peradaban Arab. Tampaknya, hal ini dikarenakan kaum muslimin menggunakan bahasa Arab, yang merupakan bahasa AlQur`an. Di samping itu, karena orang-orang Arab adalah para pedagang yang tangguh di Eropa, AIrika, dan Asia. Pada hakikatnya, peradaban yang dikenal oleh masa Islam adalah bersumber dari Islam, dan pembangunnya adalah kaum muslimin. Peradaban Islam ini, dengan segala karakter, arah pandang, dan sumbernya, berbeda dengan seluruh peradaban sebelumnya dan yang sesudahnya. Oleh karena itu, merupakan suatu kesalahan, mengatakan bahwa ia adalah peradaban Arab. Ia adalah peradaban Islam yang belum pernah ada bandingannya di dunia ini, sebelum dan sesudahnya. Di samping itu, Islam menolak Ianatisme golongan, maka orang-orang yang ikut andil dalam membangun peradaban Islam bukan saja orang-rang Arab. Bahkan, banyak dari ilmu yang ditemukan dan dikembangkan oleh kaum Muslimin non-Arab. Dengan demikian tidak boleh menyandarkan peradaban Islam kepada orang-orang Arab saja atau kepada kelompok tertentu selain mereka. Kaum muslimin memiliki pengaruh yang besar terhadap orang-orang yang dijumpainya dari berbagai macam bangsa, melalui perjalanan dagang mereka. Sebagai contoh pengaruh para pedagang Yaman terhadap orang Indonesia dan Malaysia, yakni mereka itu berpindah agama, dari Budha dan Hindu ke agama Islam. Demikian pula, banyak orang-orang Eropa yang mengunjungi dunia Islam terpengaruh dengan apa yang mereka rasakan di negeri Islam. Banyak di antara mereka yang masuk Islam ketika mereka merasakan kekuatan pendorong yang merubah orang-orang badui yang memeluk Islam menjadi ulama` dan pemimpin. Sebagian peneliti telah merasakan pengaruh peradaban Islam dan kaum muslimin terhadap dunia, yakni salah seorang dari mereka mengatakan bahwa para pedagang Itali telah menggunakan huruI-huruI Arab (Have, 1976, 33), di samping angka-angka Arab juga. Di samping itu, sebagian penulis memandang bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi yang dikenal dengan sistem pembukuan ganda (double entry) telah dikenal oleh penduduk dahulu, dan sistem ini tersebar di Itali melalui perdagangan. Demikian pula bahwa di sana terdapat beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa orang-orang terdahulu telah mencatat pemasukan dan pengeluaran tunai pada lembaran-lembaran yang berhadapan dengan sistem debet dan kredit. (Heaps, 1985, hal. 19-20). Tidak diragukan lagi, mereka itu adalah orang-orang Arab terdahulu sebelum Islam, di Babilonia, Mesir, lalu di Hijaz, setelah itu diikuti oleh kaum muslimin. Demikian pula perkataan peneliti ini bahwa sistem pencatatan sisi-sisi transaksi telah tersebar di Itali melalui perdagangan, yang dimaksudkan adalah melalui kaum muslimin. Sebab, kaum muslimin pernah menjalin hubungan dagang yang kuat dengan orang-orang Itali; dan tidak ada seorang pun yang mendahului mereka dalam melakukan hal itu, sejak Eropa keluar dari masa kegelapan. Di antara bahasa-bahasa Asia yang menggunakan hurup Arab adalah bahasa Turki, Parsi, Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 92 Azerbaijan, Kurdi, AIganistan, Hindustan, Kashmir, Punjab, Urdu, Tamil, India, Usbek, Jawa, Sunda, Melayu, Sulawesi dan Indonesia. Adapun bahasa-bahasa AIrika yang ditulis dengan huruI-huruI Arab antara lain: Qubataliyah, Syalhaniyah, Sawahiliyah, Bumbariyah, Fulaqiyah, Susatiyah, Ghambiyah, dan Fayarijiyah. Sedangkan di Eropa, bahasa yang menggunakan huruI Arab antara lain: Sanukan, Qazan, dan Qumnuk (Hawaditus Sa`ah, 1995, No. 52). Sebagaimana telah dikatakan, orang-orang Eropa dan orang-orang Amerika mengkaitkan peradaban Islam dengan orang-orang Arab boleh jadi dikarenakan orangorang Arab menjadi pelopor dalam penyebaran agama Allah, Islam. Di samping menyebarkan agama Allah, mereka juga menyajikan peradaban mereka yang tumbuh dan berkembang dari celah-celah Islam. Di antaranya adalah perdagangan, dan ilmu-ilmu yang lain. Hal ini ditegaskan oleh salah seorang peneliti bahwa orang-orang Arab yang datang dari timur ke Eropa telah membawa dagangan mereka yang bermacam-macam, berbagai penemuan mereka dalam ilmu pengetahuan, dan matematika, (Woolk, 1912, 54). Peradaban Islam telah tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan-tuntutan syari`at Islam yang berasaskan pada Al Qur`an dan As Sunnah. As Sunnah mengandung seluruh ucapan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad bin Abdillah shallahu `alaihi wasallam, sebagaimana yang dihaIal oleh para sahabat ridlwanullah alaihim. Sangat disayangkan, kita dapati sebagian penulis dari kalangan non Islam tidak berusaha memahami Islam secara benar, dan mengulang-ulang pendapat yang tidak sesuai dengan kedudukan ilmiah mereka tanpa memikirkan hasil dari apa yang mereka tulis. Di antaranya adalah deIinisi yang mereka kemukakan tentang Rasul Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, yaitu seorang pemimpin yang di dalam tulisan-tulisan sastranya memberikan banyak pengetahuan dan hikmah kepada para pengikutnya, (Haskins, 1900, 11). Dengan deIinisi tersebut, mereka mempunyai maksud bahwa Al Qur'an bukan dari sisi Allah. Salah satu penelitian modern yang dilakukan oleh salah seorang peneliti Muslim bersama para peneliti Barat menunjukkan bahwa manIaat yang mungkin dipetik dari Islam dalam pengembangan akuntansi dan kerangka perdagangan tidak dapat diambil manIaatnya, setelah dilakukan penelitian yang mendalam, (Hamid et al, 1993, 132). Hal ini menunjukkan bahwasanya sangat mendesak, kebutuhan untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang non muslim, terutama para pemikir mereka, tentang hakikat Islam dan apa saja yang dapat dipersembahkan kepada manusia, di samping apa yang telah dipersembahkan kepada mereka melalui berbagai ilmu pengetahuan yang dijadikan asas oleh orang-orang Barat dalam meraih kemajuan ilmu pengetahuan mereka. Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. Manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi judul 'Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istambul Turki, tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem akuntansi di negara Islam. HuruI yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruI Arab, tetapi bahasa yang digunakan terkadang bahasa Arab, terkadang bahasa Parsi dan terkadang pula bahasa Turki yang populer di Daulat Utsmaniyah,. Buku ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Memang, buku Pacioli termasuk buku yang pertama kali dicetak tentang Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 93 sistem pencatatan sisi-sisi transaksi (double entry), dan buku Al Mazindarani masih dalam bentuk manuskrip, belum di cetak dan belum diterbitkan. Al Mazindarani berkata bahwa ada buku-buku yang dimaksudkan adalah manuskripmanuskrip yang menjelaskan aplikasi-aplikasi akuntansi yang populer pada saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul "Risalah Falakiyah Kitab As Sayaqat". Dia juga mengatakan bahwa secara pribadi, dia telah mengambil manIaat dari buku-buku itu dan kemudian dalam menulis buku "Risalah Falakiyah" tersebut. Dalam bukunya yang masih dalam bentuk manuskrip itu, Al Mazindarani menjelaskan halhal beriktu ini: 1) Sistem akuntansi yang populer pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi setiap sistem akuntansi. 2) Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi keuangan, dan 3) Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyetaraan. Menurut Al Mazindarani, sistem-sistem akuntasni yang populer pada saat itu, yaitu pada tahun 765 H./1363 M. antara lain: Akuntansi Bangunan. Akuntansi Pertanian. Akuntansi Pergudangan Akuntansi Pembuatan Uang. Akuntansi Pemeliharaan Binatang. Al Mazindarani juga menjelaskan pelaksanaan pembukuan yang populer pada saat itu dan kewajiban-kewajiban yang harus diikuti. Di antara contoh pelaksanaan pembukuan yang disebutkan oleh Al-Mazindarani adalah sebagai berikut:" Ketika menyiapkan laporan atau mencatat di buku-buku akuntansi harus dimulai dengan basmalah, "Bismillahir Rahmanir Rahim". Jika hal ini yang dicatat oleh Al Mazindarani pada tahun 765 H/1363 M, maka hal ini pula yang disebut oleh penulis Itali, Pacioli 131 tahun kemudian. Pacioli berkata, "harus dimulai dengan ungkapan "Bismillah'." (Brown and Johnson, 1963, 28). Salah seorang penulis muslim juga menambahkan pelaksanaan pembukuan yang pernah digunakan di negara Islam, di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun, maka harus diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan. Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin. 2) Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil. 3) Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya. 4) Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar, dan hati-hati dalam menggunakan kata-kata. 5) Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau menghapusnya. Apabila seorang akuntan (bendaharawan) kelebihan mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari kantongnya pribadi Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 94 kepada kantor. Demikian pula seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran, maka dia harus membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat melacak terjadinya transaksi tersebut. Pada negara Islam, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi pengeluaran sebesar 1300 dinar, sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir tahun buku, kekurangan tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara saldo buku bandingan dengan saldo buku-buku yang lain, dan saldo-saldo bandingannya yang ada di kantor. 1) Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci tentang jumlah (keuangan) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara pengaturannya terhadap jumlah (keuangan) tersebut. 2) Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi yang lain dengan jumlah yang tercatat di kantor. 3) Harus mengelompokkan transaksi-transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai dengan karakternya dalam kelompok-kelompok yang sejenis, seperti mengelompokkan dan mencatat pajak-pajak yang memiliki satu karakter dan sejenis dalam satu kelompok. 4) Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumbersumber pemasukan-pemasukan tersebut. 5) Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaranpengeluaran tersebut. 6) Ketika menutup saldo, harus meletakkan suatu tanda khusus baginya. 7) Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksitransaksi sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi-transaksi yang sejenis itu saja. 8) Harus memindahkan transaksi-transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang berdiri sendiri, tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan di buku harian dan buku-buku yang lain. 9) Setelah mencatat dan memindahkan transaksi-transaksi keuangan di dalam buku-buku, maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan atau tahunan sesuai dengan kebutuhan. 10) Pembuatan laporan itu harus rinci, menjelaskan pemasukan dan sumber-sumbernya serta pengalokasiannya. (Lasyin, 1973, 163-165). Kalau diperhatikan pelaksanaan pembukuan tersebut, seluruhnya atau secara umum serupa dengan apa yang digunakan sekarang, terutama poin 9 dan 10. Sebelumnya telah disinggung, salah seorang penulis menyatakan bahwa orang-orang terdahulu mencatat pemasukan dan pengeluaran pada dua halaman yang berhadap-hadapan, dengan sistem debet dan kredit. (Heaps, 1985, hal. 19-20). Sesungguhnya pelaksanaan pembukuan yang telah disebutkan di sini secara umum, khususnya poin 9 dan 10, menggambarkan bentuk tertentu yang memberikan andil dengan suatu sistem atau dengan yang lain dalam Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 95 pengembangan sistem pencatatan sisi-sisi debet di sebelah kiri dan sisi-sisi kredit di sebelah kanan, baik dalam satu halaman maupun dua halaman yang berhadap-hadapan. Di samping apa yang telah disebutkan di atas, perkembangan akuntansi mencakup penyiapan laporan keuangan, karena negara Islam telah mengenal laporan keuangan tingkat tinggi. Laporan keuangan ini pernah dibuat berdasarkan Iakta buku-buku akuntansi yang digunakan. Di antara laporan keuangan yang terkenal di negara Islam adalah Al- Khitamah dan Al Khitamatul Jami'ah. Al Khitamah adalah laporan keuangan bulanan yang dibuat pada setiap akhir bulan. Laporan ini memuat pemasukan dan pengeluaran yang sudah dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, di samping memuat saldo bulanan. Sedangkan Al-Khitamatul Jami'ah adalah laporan keuangan yang dibuat oleh seorang akuntansi untuk diberikan kepada orang yang lebih tinggi derajatnya. Apabila Al- Khitamatul Jami'ah disetujui oleh orang yang menerima laporan tersebut, maka laporan itu dinamakan Al MuwaIaqah. Dan apabila Al Khitamatul Jami'ah tidak disetujui karena adanya perbedaan pada data-data yang dimuat oleh Al Khitamatul Jami'ah, maka ia dinamakan Muhasabah (akuntansi) saja, (Lasyin, 1973, 138). E. FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI NEGARA ISLAM Salah seorang penulis mengatakan bahwa setiap ilmu tumbuh dari suatu kemahiran yang diupayakan. Sebelum menjadi ilmu, harus ada praktik dan pengalaman, berdasarkan hal ini, maka ilmu itu merupakan hasil dari pengalaman yang menentukan tanda-tanda ilmu tersebut. (Heaps, 1985, 21). Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Heaps, maka munculnya sistem pencatatan sisi-sisi transaksi atau yang dikenal dengan nama sistem pembukaan ganda (double entry), baik sebagai ilmu maupun sebagai seni, atau sebagai yang lain, harus tumbuh dari suatu kemahiran yang diupayakan. Kemahiran yang diupayakan ini harus tegak di atas adanya suatu praktik kerja. Demikian pula, praktik kerja ini bukan lahir dengan sendirinya, namun tegak di atas suatu bangunan yang tinggi dan kokoh. Bangunan yang tinggi nan kokoh ini adalah pengetahuan yang turun menurun dari generasi ke generasi. Jadi, hal ini mempertegas bahwa pengetahuan yang dapat menumbuhkan adanya praktik kerja dan kemahiran untuk sistem pencatatan sisi-sisi transaksi asasnya telah ada di negara Islam, yang timbul karena adanya berbagai Iaktor. Sementara itu, kami tidak melihat adanya Iaktor apa pun yang membantu perkembangan ini di dalam Republik Itali. Di antara yang patut disebutkan bahwa akuntansi yang kami lihat praktiknya di dunia Arab, kemudian perkembangannya di dunia Islam, telah dijelaskan oleh Al Mazindarani bahwa itu merupakan suatu ilmu. Baik sebagai ilmu atau seni, atau yang lain, terdapat berbagai Iaktor yang ikut andil, atau pada hakikatnya mengundang pekerjaan akuntansi di negara Islam. Faktor-Iaktor ini berkaitan erat dengan kebutuhan-kebutuhan negara Islam dari satu sisi, dan dari sisi yang lain dengan kebutuhan-kebutuhan kaum muslimin secara pribadi. Di antara Iaktor-Iaktor tersebut adalah pendirian kantor-kantor pemerintahan, speisialisasi kemampuan, dan kebutuhan terhadap adanya pegawai yang kapabel. Di samping Iaktor-Iaktor tersebut yang erat kaitannya dengan kebutuhan negara Islam, di sana terdapat Iaktor lain yang ikut andil dalam peletakan dasar-dasar akuntansi dan mendorong pengembangan akuntasi di dalam negara Islam, dari sisi kebutuhan pribadi muslim, yaitu Iaktor zakat. Sebab, seorang muslim senantiasa membutuhkan suatu cara yang membantu dirinya untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim dari segi perhitungan zakat yang harus Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 96 dikeluarkan sesuai dengan syari'at Islam, yang merupakan salah satu rukun Islam. Pendirian kantor-kantor pemerintahan berakitan erat dengan sistem administrasi, sejak pendirian awal negara Islam di Madinah Al Munawwarah pada tahun 622 M., yaitu pada tahun pertama Hijriyah. Pada saat itu, kantor-kantor pemerintahan dikenal dengan nama Dawawin, dan bentuk tunggalnya adalah diwan. Kata diwan berasal dari kata Parsi, tetapi deIinisi dan penggunaanya telah berjalan di negara Islam. Kata diwan artinya adalah tempat bekerja para pegawai, yaitu tempat pencatatan dan penyimpanan buku-buku akuntansi (Lasyin, 1973, 26). Ibnu Khaldun berkata, "Asal penamaan ini adalah, pada suatu hari Kisra melihat para pegawai di kantornya sedang menghitung sendiri, seolaholah mereka berbicara (sendiri). Lalu, Kisra berkata, "Diwanah". Arti kata tersebut adalah "gila", lalu tempat mereka itu dikatakan "Diwanah". Karena kata tersebut sering diucapkan, huruI ha'nya dibuang untuk mempermudah pengucapan, dan menjadi kata "diwan". (Lasyin, 173, 268). Tampaknya, kata diwan telah digunakan bersamaan awal reIormasi sistem kantor-kantor pemerintahan dalam bentuk yang lebih baik dari yang sebelumnya. Salah satu ensiklopedi ilmiah menyebutkan bahwa sistem resmi pertama untuk diwan-diwan telah dibuat sekitar tahun 14 H/634 M. (Britanica, Vol. 22, 109) yakni pada masa KhaliIah Umar Ibnul Khaththab Radliyallahhu'anhu. Adapun spesialisasi kemampuan memepunyai signiIikansi, karena adanya pembagian Iungsi dan pekerjaan di negara Islam. Hal ini telah dimulai pada masa kehidupan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam (Lasin, 1973, 5). Demikian pula hak dan kewajiban para pegawai di semua hirarki dari sistem administrasi telah dikenal sejak pendirian negara Islam di Madinah pada tahun 622 M. Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi wasallam memiliki 42 penulis yang memiliki spesialisasi di dalam pemerintahannya yang didirikan di Madinah. Setiap pegawai memiliki peran tertentu, demikian pula kewajiban dan gaji mereka juga tertentu dan jelas. (Hawari, 1989, 5). Adapun para pegawai yang kompeten telah mendapatkan perhatian dari negara Islam. Sejak awal, negara Islam telah menaruh perhatian pada pemilihan pegawai yang berspesialisasi. Demikian pula kebijakan Rasulullah Muhammad shallallahu `alaihi wasallam dalam memilih pegawai, yaitu dari orang-orang yang beliau pandang memiliki kapabilitas dan kapasitas untuk menduduki jabatan. Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam memilih para pegawai itu dari para sahabatnya yang memiliki kapabilitas serta kemampuan dan kelayakan untuk menerima jabatan, (Hawari, 1989, 16). Di negara Islam, para akuntan terbagi dalam tujuh Iungsi, enam Iungsi berkaitan dengan pekerjaan akuntansi, dan satu Iungsi khusus untuk mengoreksi pembukuan. Fungsi pengoreksian pembukuan memiliki kepentingan khusus, hal ini serupa dengan yang kita namakan muraja'atul hisabat (pengoreksian pembukuan/auditing), atau tadqiqul hisabat (pengakurasian pembukuan), atau ar riqabatul kharijiyyah (pengawasan ekstern). Namun, penamaan yang pertama sebagai ungkapan yang paling tepat untuk watak pekerjaan tersebut. Adapun penamaan kedua dan ketiga, dipandang tidak sesuai dengan watak pekerjaan tersebut dan tugas yang diberikan kepada auditor. Tugas auditor adalah memeriksa apa yang telah dibukukan, (Al Qalqasyandi, 1989, 130- 139). Al Qalqasyandi telah menggambarkan tugas seorang auditor dan kebutuhan terhadapnya. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 97 Dia berkata, "Enam yang lain tidaklah terpelihara dari siIat lupa dan kesalahan dalam menghitung atau mencatat, sebagaimana yang sudah terkenal bahwa manusia itu tidak melihat kesalahan-kesalahannya sendiri tetapi melihat kesalahan-kesalahan orang lain, maka pimpinan kantor harus memilih seseorang untuk mengoreksi pembukuan. Orang yang dipilih tersebut harus menguasai bahasa Arab, haIal Al Qur'anul Karim, cerdas, berakal, jujur, tidak menyakiti orang lain. Ketika seorang auditor merasa puas terhadap isi buku yang dikoreksinya, dia harus memaraI buku tersebut sebagai tanda bahwa dia telah puas dan menerima isi buku tersebut. Adapun zakat juga termasuk bagian dari unsur-unsur yang ikut andil dalam pengembangan akuntansi di negara Islam. Ini jika tidak termasuk unsur asasi. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan di negara Islam, dibayarkan kepada Baitul Mal. Baitul Mal ini sekarang dinamakan Perbendaharaan Umum atau Perbendaharaan Negara. Al Qur'anul Karim telah menentukan sumber-sumber yang wajib dikeluarkan zakatnya, dan obyekobyek penyalurannya sebagaimana Iirman Allah Subhanahu Wa Ta`ala: "Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang Iakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaI yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah." (At Taubah: 60) Seorang muslim wajib membayar zakat, maka seorang muslim senantiasa membutuhkan suatu cara yang dapat membantunya dalam menentukan jumlah zakat yang harus dibayarnya. Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa masalah penentuan jumlah zakat merupakan Iaktor asasi yang mengantarkan kepada pengembangan akuntansi di negara Islam. Hal itu agar seorang muslim dapat mengetahui perubahan-perubahan pada hartanya, dan selanjutnya adalah perhitungan zakat yang harus dikeluarkan karena bertambahnya harta seorang muslim selama satu tahun penuh, di samping dari laba yang diperoleh dari modal kerja yang berputar. Perkembangan akuntansi di negara Islam mencapai puncaknya dalam membangun pengertian akuntansi sebagai suatu sarana untuk pengambilan keputusan sebagai tujuan asasi bagi penggunaan akuntansi. Anehnya, hal inilah yang menjadi tujuan penggunaan akuntasi pada masa kita sekarang ini. Para penulis sekarang ini mengaku bahwa merekalah yang mengembangkan pengertian ini pada abad sekarang. Barangkali, pengakuan mereka ini disebabkan oleh kejahilan mereka terhadap sejarah dan peran akuntansi di negara Islam. Demikian pula, boleh jadi mereka membangun tujuan ini pada abad XX M., sementara tujuan ini telah populer di negara Islam sejak abad I H. atau abad VII M. Di antara yang menjelaskan tujuan ini dan realisasinya di negara Islam adalah perkataan Imam SyaIi'i Rahimahullah: "Barang siapa mempelajari hisab (akuntansi) pikirannya bagus." (Syahatah, 1993, 45). Perlu diketahaui bahwa Imam SaIi'i hidup pada tahun 150-204 H/767-820 M. Hal ini tidak saja menjelaskan peran yang dimainkan akuntansi dan signiIikansinya pada waktu itu, tetapi juga menjelaskan pengetahuan masyarakat pada saat itu terhadap peran dan signiIikansi tersebut. Hal ini tampak dalam bentuk khusus, ketika ucapan ini datang dari seorang yang Iaqih, bukan datang dari spesialis akuntansi. Setelah itu, Imam SyaIi'Ii menjelaskan ucapannya itu, yaitu sesungguhnya seorang pedagang atau yang lain tidak dapat mengambil keputusan secara benar atau mengeluarkan pemikiran yang tepat tanpa bantuan data-data yang tercatat dalam buku. Para Iuqaha' berkata bahwa di antara Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 98 kewajiban seorang muslim adalah mempelajari hukum-hukum ibadah yang menjadikan shalat, shaum, dan zakatnya sah, serta hal-hal yang harus diketahui untuk menunaikan manasik hajinya. Demikian pula dia harus mengetahui hukum-hukum jual beli jika ingin berproIesi sebagai seorang pedagang; dan mempelajari akuntansi, sehingga ia tiadak berbuat zhalim dan tidak dizhalimi. Hal inilah yang disebut ilmu Dlaruri. (Ghazali, 1400 H., Vol. 1, juz 1-3, 42-30) juga (Sabiq, 1403 H./1983 M., Vol. III, juz 11-14, 125-126). Pengertian akuntansi dan tujuan penggunaannya telah berkembang dari sekedar sebagai sarana untuk menentukan modal di akhir periodik V dan untuk mengukur keuntungan melalui selisih modal pada dua priode, hal ini terjadi pada masa sebelum Islam, menjadi sebagai sarana untuk memperoleh inIormasi yang bermanIaat dalam pengambilan keputusan dan penentuan tanggung jawab, hal ini terjadi pada berbagai masa negara Islam. Al Qalqasyandi berkata, "Seorang akuntan harus berpegang pada aturan-aturan atau Iormat-Iormat yang telah disiapkan sebelumnya, dan tidak boleh melanggar selamanya", (hal. 54). Hal ini menunjukkan perkembangan akuntansi dan adanya sistem pengawasan intern yang berkaitan erat dengannya. Semuanya itu diprogram, diinterpretasikan, dan diaplikasikan menurut syariat Islam. Demikian pula perkembangan dalam pengertian akuntansi dan tujuan penggunaannya ini terlihat dalam perkataan Al Qalqasyandi yang lain. Dia berkata, "Sesungguhnya pekerjaan akuntansi dibangun atas dasar kenyakinan", (hal. 154). Perkataan ini, secara khusus, memantulkan dalam pemikiran kami akan pentingnya sistem dokumentasi. Sebab, hitungan-hitungan yang dicatat dalam buku harus diyakini kebenarannya; dan keyakinan ini tidak akan terwujud kecuali dengan adanya bukti-bukti yang memadai yang dapat menetapkan terjadinya transaksi dari satu sisi, dan kebenaran pencatatan di dalam buku dari sisi yang lain. Perkembangan akuntasi di negara Islam tampak jelas pula bahwa seorang akuntan yang bertanggung jawab atas pembukuan pengeluaran-pengeluaran harus meneliti pengeluaranpengeluaran yang dilakukan oleh perangkat negara itu, untuk membuat ketetapan apabila terdapat perbedaan-perbedaan di antara tahun-tahun keuangan. (Lasyin, 1973, 37). Ini merupakan bukti lain tentang pengembangan pengertian akuntansi sebagai sarana inIormasi yang bertujuan mengambil keputusan sekitar jalannya pengeluaran-pengeluaran itu. Hal ini mengandung pembatasan perbedaan apa pun atau keraguan-keraguan dari tahun ke tahun. Selanjutnya adalah pembatasan penanggungjawab perbedaan-perbedaan tersebut, lalu pengambilan tindakan-tindakan yang pasti ketika perbedaan-perbedaan itu tidak dapat di tolerir. Imam Ghazali menyebutkan bahwa Iaktor yang mendukung perkembangan pengertian akuntansi, dan selanjutnya adalah perkembangan tujuan penggunaan adalah perhatian terhadap pengawasan diri, (juz XV, hal. 6-7). Sesunguhnya asas dalam pengawasan diri adalah takut kepada Allah. Ini adalah ciri seorang muslim penganut aqidah yang mengetahui bahwa Allah melihatnya. Selanjutnya, dia akan mengawasi dirinya karena dia mengetahui di sana ada pengawas yang dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh manusia, dan dapat mendengar apa yang tidak dapat didengar oleh selain-Nya di antara makhluq-makhluq-Nya. Hal ini tampak jelas di dalam Iirman Allah Tabaraka Wa Ta`ala: 'Dan jika kamu melihatkan apa yang ada di hatimu atau kamu menyembunyikannya, Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 99 niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. (Al Baqarah: 284) Pengawasan diri inilah yang menjadikan seorang muslim menghisab dirinya sebelum dihisab, khususnya mereka yang memiliki naIsu lawwamah. Dalam hal ini, KhaliIah Umar Ibnul Khaththab Radliyallahu `anhu berkata, 'Hisablah diri kalian sebelum dihisab; timbanglah amal kalian sebelum amal kalian ditimbangkan; dan bersiap-siaplah kalian untuk menghadapi penampakan amal. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa perkembangan buku-buku akuntansi dan kantorkantor pemerintahan terjadi pada masa khaliIah Al Faruq Amirul Mu`minin Umar bin Khaththab Radliyallahu `anhu , maka patut dikaitkan perkataannya ini dan perkembangan tersebut, dan bagaimana beliau menerjemahkan jiwa lawwamah ke dalam realitas secara umum, dan barangkali dari segi keuangan secara khusus. Wallahu A`lam. Sebab, pengawasan diri dan muhasabah terhadap diri merupakan tuntutan asasi dari ajaran syari`at Islam sebagaimana terdapat di dalam Al Qur`an dan As Sunah. Diantaranya Iirman Allah Subhanahu Wa Ta`ala: 'Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadap dirimu. (Al Isra': 14) Dari As Sunnah An Nabawiyyah, sesungguhnya pengawasan tersebut dari hasil muhasabah terhadap diri sendiri. Muhasabah yang dimaksud dalam hal ini adalah pertanggungjawaban. Hal ini tampak jelas di dalam perkataan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam: 'Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sebelum ditanya tentang empat perkara, yaitu: tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dihabiskan untuk apa; tentang hartanya, dari mana diproleh dan dibelanjakan untuk apa; dan tentang ilmunya, apa yang telah diperbuat dengan ilmu tersebut. (H.R. Tirmidzi, dan menurut beliau hadits ini hasan shahih). Hadits lain adalah dari Miqdam bin Ma`di Yakrib bahwa sayyidul basyar, Muhammad shallallahu `alaihi wasallam menepuk pundaknya, kemudian berkata: 'Wahai Qadim (Miqdam) beruntunglah kamu, jika kamu meninggal tidak dalam keadaan menjadi amir, tidak menjadi pencatat (katib), dan tidak menjadi pemimpin. (H.R. Abu Dawud) Makna kata 'katib di sini adalah pencatat pekerjaan dan penghitungnya, (Al Mundziri, 1986, juz 3, 159). Sebelumnya telah dikatakan bahwa awal pencatatan transaksi di dalam buku bersamaan dengan berawalnya negara Islam pada masa Rasulullah Shallallahu `alaihi Wasallam sebagai akibat bertambahnya pemasukan negara dari berbagai penaklukan dan zakat, terutama setelah pemasukan tersebut semakin banyak dan tidak seluruhnya dapat dibagikan pada saat itu. Tidak diragukan lagi bahwa pencatatan di dalam buku pada awal masa tersebut berjalan sesuai dengan cara yang diikuti sebelum Islam. Tetapi, pelaksanaan pencatatan tersebut berkembang pada masa khaliIah kedua, yaitu khaliIah Al Faruq Umar Ibnul Khaththab Radliyallahu `anhu pada tahun 14--24 H. /636--646 M. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 100 Beliaulah yang memerintahkan mencatat harta umum diklasiIikasikan sesuai dengan sumber pendapatannya. Perkembangan pada masa khaliIah Umar Ibnul Khaththab ini meliputi penentuan hakikat buku yang harus digunakannya dan cara mengaplikasikannya, serta dokumen-dokumen yang harus dimilikinya sebagai asas pencatatan dan harus disimpan setelah dicatat untuk memperkuat apa yang telah dicatat. Pada awal kehidupan negara Islam, buku-buku akuntansi masih berupa kertas-kertas terpisah, tidak berbentuk buku yang berjilid. Orang pertama yang memasukkan buku-buku dan catatan yang terjilid sebagaimana yang kita kenal pada masa tersebut adalah KhaliIah Al Walid bin Abdul Malik, pada tahun 86-96 H/706-715 M. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973, hal. 36). Ini berarti bahwa hal ini terjadi kurang lebih tujuh ratus sembilan puluh tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Sementara itu, sistem buku akuntansi ini telah mencapai puncaknya pada masa Daulat Abasiyyah pada tahun 132-232 H/750-847 M. Yakni, pada tahun 132 H/750 M. Khalid bin Burmuk terpilih menjadi kepala Diwan Kharaj (Diwan pemasukan hasil-hasil pertanian) dan Diwan tentara. Khalid bin Burmuk melakukan reIormasi sistem kedua Diwan tersebut dan mengembangkan buku-buku akuntansi serta memberi nama khusus terhadapnya. Pada masa negara Islam, buku catatan pertama dikenal dengan nama 'Jaridah. Dari sini tampak garis hubungan antara buku Pacioli yang terbit pada tahun 1494 M. dan sumber rujukan buku tersebut, karena pada sebagian yang disebutkannya terdapat banyak kesamaan dengan apa yang digunakan pada masa negara Islam. Di dalam bukunya, Pacioli telah menjelaskan bahwa buku catatan pertama yang harus digunakan dikenal dengan nama 'Journal dalam bahasa Ingris (Brown dan Johnson, 1963, hal. 43) atau 'Zornal dalam bahasa Itali sebagaimana dikenal di kota Venice, (Martinelli, 1977, hal. 25). Dua kata ini, yaitu Journal dan Zornal merupakan terjemahan secara harIiah dari bahasa Arab, yaitu dari kata 'Jaridah. Jaridah adalah nama untuk buku catatan pertama pada masa negara Islam, yaitu pada masa Daulat Abbasiyyah, sekitar tahun 132 H/749 M, yaitu tujuh ratus empat puluh lima tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Dari hal ini dapat kita simpulkan bahwa asas atau sumber rujukan bagi apa yang dipraktikkan di Republik Itali sebagaimana tersebut dalam buku Pacioli adalah apa yang telah dipraktikkan di negara Islam. Di antara yang harus dipraktikkan di negara Islam adalah pencatatan 'Jaridah sebelum memakainya. Pencatatan ini, sebagaimana yang telah kami sebutkan, berlangsung ketika distempel dengan stempel Sulthan. Praktik ini adalah bagi instansi-instansi pemerintahan Islam. Barangkali juga bagi pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga khusus. Demikian pula Ibnu Khaldun yang hidup pada masa Daulat Abbasiyyah dan menulis bukunya tahun 167 H/784 M. Mengatakan bahwa seorang akuntan harus memakai buku-buku akuntansi yang sesuai, dan mencatat namanya di akhir buku, serta menstempelnya dengan stempel Sulthan. Stempel tersebut memuat nama Sulthan atau simbol khusus bagi Sulthan. Stempel tersebut dibubuhkan di salah satu sisi buku,(hal. 205). Sesungguhnya penggunaan kata 'buku-buku akuntansi yang sesuai oleh Ibnu Khaldun menunjukkan semenjak abad ke- 2 Hijriyah dan barangkali sebelum itu, kaum muslimin menggunakan buku-buku akuntansi yang beragam sesuai dengan perbedaan karakter kegiatan, baik tingkat negara maupun pribadi. Dahulu, 'Jaridah digunakan untuk mencatat pemasukan-pemasukan dan pengeluaranpengeluaran, tetapi secara terpisah. Yakni, ada jaridah untuk pemasukan dan ada jaridah Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 101 untuk pengeluaran. Hal ini termasuk serupa dengan apa yang sekarang dikenal dengan nama Specialised Journals. Adapun transaksi-transaksi lain dicatat dalam buku yang dikenal dengan nama DaItarul Yaumiyyah (Daily Book/Buku Harian). Buku harian yang dikenal di negara Islam tujuh ratus empat puluh lima tahun sebelum munculnya buku Pacioli adalah buku harian yang digunakan sekarang di dunia, dan dikenal dengan nama General Journal. Buku harian ini dikenal di seluruh diwan di samping specialised journals. Dahulu, buku harian ini digunakan untuk mencatat seluruh transaksi keuangan khusus bagi diwan dan transaksinya dengan orang lain. Buku ini serupa dengan apa yang sekarang dikenal di negara-negara Arab dengan nama DaItarul Yaumiyyatil `Ammah (Buku Harian Umum). Menurut An Nuwairi, yang meninggal pada tahun 734 H/1336 M atau kurang lebih tiga puluh satu tahun sebelum munculnya buku Al Mazindani, pekerjaan pembukuan tunduk pada praktik-praktik tertentu dan jelas. Sebab, seluruh harta yang masuk atau keluar harus dicatat sesuai urutan waktu terjadinya, juga harus dicatat tanggal terjadinya setiap transaksi. Demikian pula, keharusan mencatat transaksi menurut urutan waktu terjadinya tidaklah terbatas pada transaksi-transaksi keuangan saja atau yang memiliki nilai keuangan, tetapi mencakup juga seluruh transaksi yang berhubungan dengan diwan dan yang lain. (An Nuwairi, 273-275). Pencatatan di buku harian berlangsung dari realitas syahid yaitu yang sekarang dikenal dengan nama journal voucher, yang disiapkan oleh akuntan, yang melakukan pencatatan di buku, (Lasyin, 1973, 131-132). Hal ini menunjukkan kesinambungan pengembangan di dalam pekerjaan akuntansi yang awalnya bersamaan dengan munculnya negara Islam tahun 622 M., dan menjadi kokoh pada masa KhaliIah Umar Ibnul Khaththab, serta semakin kokoh pada masa Daulat Abbasiyyah. Kemudian bertambah berkembang setelah itu sebagaimana yang dirasakan dari apa yang disebutkan oleh An Nuwairi. Daulat Abbasiyyah, 132-232 H/750-847 M. memiliki banyak kelebihan dibandingkan yang lain dalam pengembangan akuntasi secara umum dan buku-buku akuntansi secara khusus. Sebab pada saat itu, masyarakat Islam menggunakan dua belas buku akuntansi khusus (Specialized Accounting Books). Buku-buku ini memiliki karakter dan Iungsi dan berkaitan erat dengan Iungsi dan tugas yang diterapkan pada saat itu. Di antara contoh buku-buku khusus yang dikenal pada masa kehidupan negara Islam itu adalah sebagai berikut: 1) DaItarun NaIaqat (Buku Pengeluaran). Buku ini disimpan di Diwan NaIaqat, dan diwan ini bertanggung jawab atas pengeluaran KhaliIah, yang mencerminkan pengeluaran negara. 2) DaItarun NaIaqat Wal Iradat (Buku Pengeluaran dan Pemasukan). Buku ini disimpan di Diwanil Mal, dan Diwan ini bertanggung jawab atas pembukuan seluruh harta yang masuk ke Baitul Mal dan yang dikeluarkannya. 3) DaItar Amwalil Mushadarah (Buku Harta Sitaan). Buku ini digunakan di Diwanul Mushadarin. Diwan ini khusus mengatur harta sitaan dari para menteri dan pejabatpejabat senior negara pada saat itu, (Lasyin, 1973, 41). Umat Islam juga mengenal buku khusus yang lain, yang dikenal dengan nama Al Auraj, Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 102 yaitu serupa dengan apa yang sekarang dinamakan DaItar Ustadzil Madinin (Debtors or Accounts Receivable Subsidiary Ledger). Kata Auraj adalah dari bahasa Parsi, kemudian digunakan dalam bahasa Arab. Auraj digunakan untuk mencatat jumlah pajak atas hasil tanah pertanian, yaitu setiap halaman dikhususkan untuk setiap orang yang dibebani untuk membayar pajak, di dalamnya dicatat jumlah pajak yang harus dibayar, juga jumlah yang telah dibayar dari pokok jumlah yang harus dilunasi. Penentuan jumlah pajak yang harus dilunasi didasarkan pada apa yang dinamakan Qanunul Kharaj (Undang-Undang Perpajakan), (Al Mazindarani 765 H/1363 M.). Di samping apa yang telah disebutkan, kaum muslimin di negara Islam mengenal pembagian piutang menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Ar Ra`ij minal mal, yang dimaksudkan ialah piutang yang memungkinkan untuk didapatkan, yaitu apa yang sekarang ini dikenal dengan nama Ad Duyunul Jayyidah, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Collectable Debts. 2) Al Munkasir minal mal, yang dimaksudkan adalah piutang yang mustahil untuk didapatkan, yaitu apa yang sekarang dinamakan Ad Duyunul Ma`dumah, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Bad Debts atau Uncollectable Debts. 3) Al Muta`adzir wal mutahayyir wal muta`aqqid minal mal, yang dimaksudkan adalah piutang yang diragukan untuk didapatkan, dan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama DoubtIul Debts, (Lasyin, 1973, 141). Dari pembagian piutang tersebut ada dua hal penting yang patut didapatkan, yaitu: pertama, pengaruh kehidupan perdagangan terhadap pekerjaan akuntansi, sebagaimana yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya dan kedua adalah pembagian ini hanya berpengaruh terhadap penggambaran kondisi keuangan baik bagi negara maupun pribadi, khususnya untuk tujuan zakat. Sebab, penggambaran kondisi keuangan menuntut ketelitian dalam penggambaran hak dan kewajiban. Karena itu tidak diragukan lagi bahwa mereka mengetahui pentingnya inventarisasi para debitur untuk mengetahui apa yang mungkin diperoleh pada masa-masa mendatang. Jika tidak, tentu mereka tidak segera mengelompokkan piutang dalam tiga kelompok tersebut. Pengelompokan ini adalah pengelompokan yang digunakan pada masa kita sekarang tanpa menyebutkan bahwa sumbernya adalah di negara Islam. Hal ini mempertegas sekali lagi pentingnya zakat sebagai Iaktor asasi yang membantu pengembangan akuntansi. Hal ini jika tidak ada Iaktor lain, maka zakat adalah Iaktor yang pertama. Sebab, perhitungan zakat menuntut pentingnya inventarisasi para debitur dan kreditur untuk mengetahui pengaruh para debitur dan kreditur terhadap jumlah zakat. Di sisi lain dari segi harta-harta yang diinvestasikan pada syirkah musahamah bahwa baik yang bersiIat umum maupun khusus, dan sebagai akibat dari ketidakterlibatan para pemilik saham di dalam manajemen pada sebagian besar syirkah-syirkah, khususnya pada syirkah Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 103 musahamah yang bersiIat umum, dan sekalipun sebagian para pemilik saham menjadi angota dewan manajemen perusahaan atau anggota eksekutiI perusahaan, baik yang bersiIat khusus maupun umum, maka harta-harta syirkah musahamah tersebut harus selalu jauh dari jangkauan para pemilik sahamnya, bagaimanapun keadaannya. Yakni, tidak diperkenankan bagi setiap pemilik saham, bagaimanapun juga tingkat kepemilikan sahamnya atau Iungsi manajerialnya pada syirkah musahamah tersebut, mengambil manIaat dari harta-harta syirkah musahamah itu untuk tujuan-tujuan khusus pribadinya. Adapun dalam hal yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemilik saham tersebut, dilihat dari sisi hubungan mereka dengan syirkah musahamah itu, baik yang bersiIat umum maupun khusus, dan hubungan mereka dengan hasil-hasil kegiatan syirkah, yakni hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai suatu syakhshiyyah i`tibariyyah (entitas spiritual), maka kita dapati bahwa persoalannya di sini lebih jelas darpada keadaan yang terdapat pada perusahaan-perusahaan individual dan perusahaanperusahan lainnya yang bukan syirkah musahamah, yang telah kita perbincangkan sebelumnya. Sesungguhnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban syirkah musahamah itu selalu khusus dan tersendiri baginya, tidak sama dengan hak dan kewajiban para pemilik sahamnya. Dari segi hak-hak syirkah musahamah tersebut, kita dapati bahwa perusahaan itulah yang menuntut akan hak-haknya melalui manajemennya, atau melalui orang-orang yang melakukan penyelesaian di saat melakukan penyelesaian, yang hal itu tidak ada hubungannya dengan para pemilik saham. Lain halnya jika kita lihat pada perusahaanperusahaan individu dan perusahaan-perusahaan yang bukan syirkah musahamah. Sebagaimana juga bahwa kewajiban-kewajiban syirkah musahamah tersebut terhadap pihak lain selalu menjadi tangung jawab syirkah musahamah itu sendiri, bukan tanggung jawab para pemilik sahamnya. Para pemilik saham tersebut tidaklah diminta untuk menutupi kewajiban-kewajiban perusahaan tempat mereka menanam saham, kecuali sebatas modal yang masih masih belum disetorkan. Adapun apabila pemilik saham itu ternyata telah melunasi seluruh modal yang tercatat baginya, maka dia tidaklah bertanggung jawab sama sekali mengenai utang-utang perusahaan, bagaimanapun juga karakternya dan bagaimanapun juga besarnya. Masih ada persoalan lain yang menuntut kejelasan, yaitu yang khusus berkaitan dengan keuntungan-keuntungan perusahaan yang telah terealisasikan. Sebagai akibat dari dapat diterapkannya prinsip syakhshiyyah i`tibariyyah secara mutlak terhadap syirkah musahamah, baik yang bersiIat khusus maupun umum, maka keuntungan-kentungan yang telah dapat direalisasikan oleh perusahaan itu selama satu tahun keuangan, sebagaimana yang digambarkan oleh daItar keuangan pada akhir tahun keuangan, menjadi milik khusus syirkah musahamah tersebut. Hal ini berarti bahwa tidak ada hak bagi para pemilik sahamnya terhadap keuntungan-keuntungan yang telah terealisasikan itu, kecuali sebatas yang telah ditetapkan oleh dewan manajemen syirkah musahamah tersebut untuk dibagikan kepada para pemilik sahamnya. Apabila dewan manajemen tidak menetapkan adanya pembagian dari keuntungankeuntungan yang terealisasikan tersebut, karena adanya kebutuhan-kebutuhan perusahaan terhadap keuntungan-keuntungan itu, dan karena keterkaitan keuntungan-kentungan itu dengan aset-aset yang tidak tunai, yang selanjutnya menimbulkan adanya kesulitan atau kemustahilan untuk merubah aset-aset tersebut menjadi uang tunai, maka para pemilik saham tersebut tidak dapat menuntut perusahaan agar membagikan bagian tertentu dari keuntungan-keuntungan tersebut kepada mereka. Adapun jika dewan manajemen telah Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 104 menetapkan bagian tertentu dari keuntungan-kentungan itu untuk dibagikan dan telah mengumumkan hal itu dengan sarana apa pun yang bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan, seperti melalui daItar keuangan, atau surat menyurat secara langsung kepada para pemilik saham, maka para pemilik saham berhak untuk menuntutnya, dan syirkah musahamah tersebut mempunyai kewajiban terhadap para pemilik sahamnya. Keuntungan-keuntungan yang telah diputuskan pembagiannya tersebut akan tampak pada sisi kewajiban-kewajiban perusahaan dalam buku-buku catatan dan daItar-daItar keuangannya, sampai selesai penyerahannya kepada para pemilik sahamnya. Syakhshiyyah qanuniyyah dan wihdah muhasabiyyah yang kadangkala dinamakan dengan nama syakhshiyyah muhasabiyyah. Namum sebenarnya bahwa yang lebih utama adalah penggunaan istilah wahdah muhasabiyyah, agar tidak rancu, maka konsep keduanya dan hubungan keduanya dengan syakhshiyyah i`ibariyyah, setiap kali mereka menemukan istilah-istilah ini diuraikan sebagai berikut: 1. Syakhshiyyah Qanuniyyah Syakhshiyyah Qanuniyyah (legal entity) itu adalah suatu ungkapan mengenai entitas yang terpisah, yang memungkinkannya untuk menuntut pihak lain secara langsung dalam siIatnya sebagai suatu pribadi, sebagaimana dimungkinkan pula bagi pihak lain untuk menuntutnya secara langsung pula, dalam siIatnya sebagai suatu pribadi. Apabila kita perhatikan keempat bentuk sistem investasi terdahulu, untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian syakhshiyyah qanuniyyah tersebut terhadap setiap sistem tersebut berdasarkan deIinisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka kita dapati beberapa perbedaan yang mendasar di antara bentuk-bentuk sistem tersebut. Dengan memperhatikan muassasat Iardiyyah (sole proprietorship/lembaga-lembaga individual), telah kami katakan sebelumnya bahwasanya tidak ada perbedaan apa pun antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban pribadi pemilik perusahaan dari satu sisi, dan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perusahaan itu sendiri dari sisi yang lainnya. Yakni, kedua pihak membentuk satu pribadi atau satu badan dilihat dari segi hak dan kewajibannya. Sebab, jika harta perusahaan itu tidak mencukupi untuk menutupi hak-hak pihak lain, maka dimungkinkan bagi pihak yang lain itu untuk menuntut haknya kepada pemilik perusahaan, yang hal itu pada dasarnya merupakan kewajiban-kewajiban perusahaan. Demikian juga, apabila pemilik perusahaan secara lahiriyah tersebut ternyata tidak sanggup menutupi utang-utang pribadinya, maka dimungkinkan bagi pihak pengadilan untuk menghentikan kegiatan lembaga investasinya, guna menutupi hak-hak pihak lain. Sebaliknya, apabila ada piutang perusahaan pada pihak lain, dan pihak itu tidak melunasi utang-utangnya yang telah jatuh tempo itu kepada perusahaan tersebut, maka pemilik perusahaan tersebut, dalam siIatnya sebagai pribadi, berhak menuntut pihak tersebut agar menunaikan apa yang menjadi tangung jawabnya terhadap perusahaan. Bahwa syakhshiyyah qanuniyyah perusahaan yang bersiIat individu ini larut atau menyatu dengan pemiliknya, dan tidak terpisah dengannya. Demikian pula, syakhshiyyah qanuniyyah pemilik perusahaan individual tersebut mencakup perusahaannya dan tidak terpisah darinya. Ketercakupan perusahaan individual dan pemiliknya tersebut hanyalah terbatas pada lingkup hak dan kewajiban masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka bagi perusahan-perusahaan yang bersiIat individual tersebut hanya terdapat satu syakhshiyyah qanuniyyah saja, yakni lembaga individu dan pemiliknya secara lahiriyah Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 105 tersebut, keduanya mewakili satu badan ditinjau dari segi undang-undang. Keduanya tidak mungkin dipisahkan untuk mendapatkan hak-hak dan menunaikan kewajiban-kewajiban. Adapun pada bentuk yang kedua dari bentuk-bentuk sistem investasi, yaitu syirkah asykhash yang dikenal oleh sistem Islam yaitu syirkah `inan, syirkah muIawadlah, syirkah wujuh, syirkah abdan atau a`mal, dan terakhir syirkah mudlarabah, dan yang serupa dengannya yang terdapat di dalam sistem non Islam, yang dikenal dengan nama syirkah tadlamun maka permasalahan ini menurut adalah serupa dengan apa yang terdapat pada lembaga-lembaga individual. Sebab, syirkah-syirkah ini (partnership) berdiri atas dasar perkenalan pribadi, dan inti hubungan di antara para sekutu adalah adannya saling kepercayaan. Yakni, setiap individu dari pihak-pihak yang berada di dalam syirkah investasi ini sudah barang tentu tidak akan mau menanggung risiko kerugian harta atau usaha, kecuali jika didasarkan pada kepercayaan terhadap kebenaran tindak-tanduk pihakpihak syirkah yang lain. Karena aktivitas atau kegiatan pada syirkah asykhash di sini berdiri atas dasar tindak-tanduk pribadi, para investor dan orang-orang yang mengatur lembaga mereka tersebut, apakah secara bersama-sama ataukah secara individu, wajib bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban lembaga mereka itu. Berdasarkan itu semua, dapatlah kita simpulkan suatu pernyataan bahwa para pemilik lembaga dan lembaga mereka, pada syirkah asykhash, membentuk satu syakhshiyyah qanuniyyah, dan tidak diperkenankan memisahkan antara keduanya. Akan tetapi, di sana terdapat satu kondisi yang harus diperhatikan secara sungguhsungguh, yaitu apabila salah seorang di antara para sekutu tersebut ada yang memberikan saham hanya modalnya saja, tanpa ikut serta dalam manajemennya, dan akad syirkah tersebut telah menetapkan bahwa individu yang seperti ini tanggung jawabnya hanya sebatas apa telah dia serahkan dari modal pokoknya. Pada kondisi yang seperti ini, maka individu atau pribadi yang seperti ini tidaklah dianggap bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban perusahaan, kecuali sebatas apa yang telah dia sahamkan dari modal pokoknya. Namun, pada keadaan seperti ini, dipersyaratkan harus ada keterbukaan mengenai batasan-batasan tangung jawab ini di dalam publikasi, korespondensi, dan dokumentasi perusahaan. Ini di samping pentingnya keterbukaan mengenai karakter tanggung jawab atas nama perusahaan atau lembaga tersebut. Penyebab dari pentingnya keterbukaan itu adalah memberikan terlebih dahulu kepada pihak lain bentuk tanggung jawab yang dipikul oleh para penyandang dana lembaga tersebut. Sesungguhnya keterbukaan yang menyeluruh ini akan mendorong pihak lain untuk berkerja sama dengan lembaga ini, sementara dia telah mengetahui tanggung jawab lembaga dan tanggung jawab para pemilik lembaga tersebut didalamnya. Selanjutnya, dia akan mengetahui terlebih dahulu antisipasinya, di saat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Berdasarkan uraian paragraI sebelumnya, tampak berbeda dengan apa yang terdapat di dalam keterangan yang menyatakan bahwa syirkah-syirkah syakhshiyah adalah "akad-akad yang akan menumbuhkan aktivitas-aktivitas atau kegiatan-kegiatan investasi yang terus menerus atau hampir terus menerus, yang di dalamnya beberapa pihak saling bersekutu di dalam modalnya. Akad-akad tersebut mendirikan suatu kegiatan perdagangan yang mempunyai syakhshiyyah i`tibariyyah dan tanggung jawab yang tidak terbatas". (Lembaga Fatwa dan Pengkajian, Jumadil Ula 1406 H/Januari 1986 M, 9). Sesungguhnya sebab dari perbedaan itu terletak pada bahwa keterangan dari Lembaga Fatwa dan Pengkajian tersebut menjelaskan bahwa di sana terdapat syakhshiyyah i`tibariyyah, dan pada saat itu juga syakhshiyyah i`tibariyyah ini menghadapi tanggung Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 106 jawab yang tidak terbatas. Sesungguhnya, tidak mungkin tergambarkan adanya syakhshiyyah i`tibariyyah yang tidak terpisah dari para penyandang dananya, secara undang-undang. Sebab, Iungsi syakhshiyyah i`tibariyyah adalah menuntut terhadap lembaga atau perusahaan, dalam siIatnya sebagai suatu pribadi, agar supaya terpisah dari para pemilik lahiriyahnya. Di samping itu, sesungguhnya tidak diperkenankan bagi para pemilik lahiriyah lembaga atau perusahaan tersebut menuntut pihak lain dalam siIatnya sebagai pribadi. Sebagai tambahan dari itu semua, para pemilik lembaga atau perusahaan tersebut tidak memiliki kekuasaan terhadap modal pokok lembaga atau perusahaan tersebut, mereka tidak dapat mengambil darinya untuk penarikan-penarikan pribadi, dan mereka tidak dapat melakukan suatu tindakan terhadap modal pokoknya secara pribadi. Berdasarkan sebab-sebab ini, maka tidaklah mungkin tanggung jawab para pemilik lahiriyah tersebut tidak terbatas. Hal itu dikarenakan bahwa tanggung jawab itu haruslah setara dengan hak-hak yang diberikan, sebagai imbalan atas tanggung jawab itu. Demikian juga, tanggung jawab itu haruslah diikuti oleh adanya suatu kekuasaan. Karena kekuasaan individu bagi para pemilik lahiriyah tersebut tidak ada di dalam syirkah-syirkah i`tibariyyah, maka hak-hak individu itu juga tidak ada, sebagai akibat dari tidak adanya kekuasaan untuk menghasilkan hak-hak tersebut. Selama keduanya itu tidak ada, maka di sana tidaklah diperkenankan adanya kewajiban yang tidak terbatas. Sesungguhnya kewajiban-kewajiban itu, baik yang bersiIat individu maupun kolektiI, haruslah diiringi dengan hak-hak yang disepakati. Di atas itu semua, tanggung jawab itu haruslah sebanding dengan hak-haknya. Sebagai kaidah yang umum, harus tidak ada pemaksaan kewajiban tanpa diiringi dengan hak yang sebanding dengannya, apakah hal itu dalam bentuk keuangan, atau adab, atau yang serupa dengan itu. Hanya saja, pandangan kami yang berbeda dengan pandangan yang kami isyaratkan pada paragraI sebelumnya tidaklah mutlak, akan tetapi terbatas. Sebab dari pembatasan kami terhadap pemikiran kami itu adalah mungkin saja terdapat syakhshiyyah i`tibariyyah yang terpisah dari para pemilik lahiriyah tersebut disertai tidak terbatasnya tanggung jawab para pemilik lahiriyah itu, apabila terwujud beberapa persyaratan tertentu, yang di antaranya adalah: Pertama, apabila karakter kegiatan syakhshiyyah i`tibariyyah itu menuntut tanggung jawab. Kedua, hendaknya terdapat kemaslahatan umum karena tidak adanya pembatasan tangung jawab. Ketiga, hendaknya ketiadaan pembatasan tanggung jawab itu bukannya bersiIat mutlak tanpa adanya batasan, tetapi harus tertentu dan teratur. Keempat, haruslah ada pengetahuan terlebih dahulu, yang tegas dan jelas pada diri orangorang yang ingin menanamkan sahamnya pada proyek-proyek seperti ini, mengenai tanggung jawab yang tidak terbatas bagi syakhshiyyah i`tibariyyah tersebut. Apabila persyaratan-persyaratan tersebut dapat diterapkan, kami memandang tidak ada halangan bagi tidak adanya pembatasan tanggung jawab tersebut. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 107 Di seputar bentuk sistem investasi yang ketiga, yang dikenal dengan istilah syirkah musahamah, sesungguhnya hal ini tampak lebih jelas, karena undang-undang positip pun telah menetapkan permasalahan ini. Hal itu karena syirkah musahamah dianggap telah mempunyai syakhshiyah i`tibariyyah yang terpisah dari para pemiliknya. Dengan demikian, syirkah tersebut telah mempunyai syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah pula dari pribadi-pribadi para pemilik syirkah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka syirkah musahamah, baik yang umum (public company) maupun yang khusus (private or proprietory company), benar-benar mempunyai syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah dari pribadi-pribadi yang memegang saham-saham modalnya. Sebagai akibat dari bentuk syirkah ini, maka syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah milik syirkah itu membolehkan kepada pihak lainnya, dan ini mencakup juga para pemilik sahamnya, untuk menuntutnya. Demikian juga, diperkenankan bagi syirkah itu untuk menuntut mereka, tanpa mempengaruhi kondisi hukum pihak-pihak lain yang mempunyai hubungan perjanjian atau bukan perjanjian dengan syirkah. Adapun bentuk yang keempat dari bentuk-bentuk sistem investasi itu, seperti waqaIwaqaI, lembaga-lembaga pendidikan dan yang serupa dengan itu, baik yang bertujuan mencari keuntungan maupun tidak, hal itu termasuk syakhshiyyah qanuniyyah yang terpisah, sebagai akibat dari pandangan yang sebelumnya, yakni berdasarkan Iiqh, bahwasanya bentuk ini mempunyai syakhshiyyah i`tibariyyah, terpisah dari para pendirinya. Bentuk ini termasuk lebih jelas dilihat dari segi penerapan konsep syakhshiyyah qanuniyyah. 2. Wahdah Muhasabiyyah Wahdah muhasabiyyah (kesatuan akuntansi), sebagaimana konsep syakhshiyyah i`tibariyyah, kemudian syakhshiyyah qanuniyyah, bahwa ternyata di sana ada interIerensi di antara konsep-konsep ini, maka pembahasan tentang wahdah muhasabiyyah ini juga tidak terlepas dari interIerensi tersebut. Kalau diperhatikan, banyak kalangan yang mempergunakan istilah syakhshiyyah muhasabiyyah, namun yang mereka maksudkan adalah wahdah muhasabiyyah (kesatuan akuntansi). Sesungguhnya istilah syakhshiyyah muhasabiyyah itu tidaklah tepat, karena istilah itu mengandung beberapa kerancuan yang di antaranya kadang-kadang berkaitan dengan penaIsirannya, ini dari satu sisi, dan dari sisi yang lain hubungannya dengan tempat-tempat yang lainnya. Berdasarkan gambaran tersebut, maka kami lebih menyukai penggunaan istilah wahdah muhasabiyyah sebagaimana yang akan dibahas selanjutnya. Sesungguhnya konsep mengenai wahdah muhasabiyyah itu adalah kerangka dasar yang menentukan ruang lingkup kegiatan akuntansi, ditinjau dari sisi apa yang harus dimuat oleh buku-buku akuntansi, dan apa yang harus diangkat oleh laporan keuangan, baik berbentuk data keuangan yang sudah dikenal, ataupun yang lain. Oleh karena itu, permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan wahdah muhasabiyyah itu adalah masalah kebutuhan terhadap inIormasi keuangan. Selama telah tertentu kebutuhan tersebut, akan menjadi mudahlah penentuan kerangka dasarnya. Kebutuhan terhadap inIormasi keuangan itulah yang akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Berdasarkan gambaran tersebut, maka apabila wahdah muhasabiyyah itu telah tertentu ruang lingkupnya, maka ruang lingkup tersebut tersebut akan ditetapkan oleh Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 108 kebutuhannya. Dari gambaran yang sebelumnya itu, maka wahdah muhasabiyyah itu akan menjadi tertentu sebagai akibat dari kebutuhannya. Kebutuhan ini terbagi dua, yaitu yang mempunyai karakter umum, dan yang mempunyai karakter khusus. Di samping itu semua, adalah suatu hal yang mungkin bahwa di sana terdapat wahdah muhasabiyyah yang lebih dari satu bagi suatu perusahaan itu sendiri, di samping juga merupakan sesuatu yang mungkin adanya satu wahdah muhasabiyyah saja bagi beberapa macam perusahaan. Kami akan menjelaskan permasalahan ini secara ringkas pada lembaran-lembaran mendatang. Wahdah muhasabiyyah ini pada perusahaan-perusahaan, baik yang mempunyai karakter individual, atau yang bukan individual seperti syirkah-syirkah yang ada di dalam sistem Islam, syirkah-syirkah yang ada di dalam sistem non-Islam, dan syirkah musahamah dalam segala bentuknya, atau yang berkaitan dengan dengan hibah-hibah, waqaI-waqaI, dan kemaslahatan umum. Berkaitan dengan perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga yang seperti ini, apakah yang bersiIat mencari keuntungan maupun tidak, maka kita dapati bahwa setiap perusahaan, atau lembaga, atau syirkah, atau kemaslahatan, atau masjid, pada dasarnya merupakan suatu wahdah muhasabiyyah yang sempurna dan integral. Adapun yang dimaksud dengan kesempurnaan dan keintegralan wahdah muhasabiyyah bagi setiap perusahaan dan lembaga yang telah kami sebutkan itu adalah adanya keharusan memegang buku-buku akuntansi khusus bagi setiap perusahaan atau lembaga secara tersendiri, dan buku-buku akuntansi ini mencerminkan hasil dari kegiatan wahdah muhasabiyyah itu selama periodik waktu tertentu, serta posisi keuangan bagi wahdah muhasabiyyah itu sendiri pada akhir periodik. Dalam keadaan demikian, maka masjid, atau organisasi sosial, lembaga pribadi, atau syirkah tadlamuniyyah', atau syirkah musahamah, atau kemaslahatan pemerintahan, kesemuanya itu dikategorikan sebagai suatu wahdah muhasabiyyah yang berdiri sendiri. Kadangkala, dia pun dinyatakan mempunyai siIat sempurna dan integral, karena seluruh transaksi yang khusus tentang wahdah muhasabiyyah ini telah dicakup oleh buku-buku wahdah muhasabiyyah. Demikian juga buku-buku wahdah muhasabiyyah ini dinyatakan integral karena mengungkapkan tentang seluruh perusahaan, atau lembaga, atau syirkah, atau kemaslahatan, atau waqaI. Kesempurnaan dan keintegralan ini, harus sejalan, karena pada akhirnya, keduanya akan mengungkapkan tentang kegiatan dan posisi wahdah itu dengan cara yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperkirakan dari penggunaan inIormasi keuangan yang dihasilkan oleh wahdah muhasabiyyah, yang sebelumnya telah ditentukan kerangka dasarnya, untuk dapat memenuhi tujuan ini, yaitu memenuhi kebutuhan tertentu. Sampai sekarang, kalau diperhatikan bahwa kebutuhan yang teralisir itu adalah yang mempunyai karakter umum, bukan yang khusus. Hal ini adalah yang telah kami isyaratkan sebelumnya dengan inIormasi keuangan yang mempunyai tujuan umum, yaitu ketika membahas tentang para pengguna inIormasi keuangan. Di samping kebutuhan yang mempunyai karakter umum ini, seringkali timbul kebutuhan terhadap inIormasi keuangan yang bersiIat khusus. Sesungguhnya kebutuhan terhadap inIormasi yang bersiIat khusus itu akan mengantarkan kepada penentuan kerangka dasar lain yang khusus, yang akan terlaksana dengan adanya penentuan dan pendeIinisian mengenai wahdah muhasabiyyah. InIormasi khusus ini kadang-kadang berimplikasi pada penyempitan atau perluasan ruang lingkup wahdah muhasabiyyah berdasarkan kebutuhan terhadap inIormasi keuangan. Ruang lingkup wahdah muhasabiyyah akan menjadi sempit apabila kebutuhan terhadap inIormasi itu terbatas pada ruang lingkup yang lebih kecil dari keadaan yang sesungguhnya dari ruang lingkup wahdah muhasabiyyah yang berdiri sendiri, bersiIat sempurna dan integral, dan mewakili syakhshiyyah i`tibariyyah yang Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 109 berdiri sendiri. Misalnya, adalah apabila wahdah muhasabiyyah itu menjadi suatu bagian saja dari syakhshiyyah i`tibariyyah. Ruang lingkup wahdah muhasabiyyah ini akan menjadi luas apabila kebutuhan terhadap inIormasi keuangan itu melampaui ruang lingkup wahdah muhasabiyyah yang berdiri sendiri itu, bersiIat sempurna dan integral, dan mewakili syakhshiyyah i`tibariyyah yang berdiri sendiri, misalnya adalah apabila wahdah muhasabiyyah dalam keadaan ini menjadi beberapa syirkah Dari pembahasan yang telah lalu, dapatlah dilihat bahwa wahdah muhasabiyyah itu kadangkala bisa menjadi syakhshiyyah i`tibariyyah secara keseluruhannya. Ini khusus terhadap inIormasi keuangan yang bertujuan umum. Hasil dari wahdah muhasabiyyah ini menjadi laporan keuangan yang sempurna dan integral, yang mencerminkan hasil kegiatan selama periodik waktu tertentu, dan posisi keuangan pada akhir periodik waktu itu. Laporan keuangan ini tergambar di dalam perhitungan laba rugi yang menggambarkan hasil kegiatan selama periodik waktu tertentu yang biasanya satu tahun keuangan. Demikian juga, tergambar di dalam neraca umum, atau sebagaimana juga dinamakan dengan Qa`imatul Markazil Mali (daItar posisi keuangan) yang akan mencerminkan kondisi keuangan wahdah muhasabiyyah pada saat tertentu, yaitu pada akhir periodik yang dicerminkan dalam perhitungan laba rugi. Wahdah muhasabiyyah ini kadangkala juga bisa menjadi bagian tertentu atau bagianbagian tertentu dari syakhshiyyah i`tibariyyah, dan ini khusus terhadap inIormasi keuangan yang bertujuan khusus. Jadi inIormasi keuangan yang khusus bagi wahdah muhasabiyyah yang parsial ini tidak bersiIat sempurna dan integral, karena hanya mengungkapkan sebagian atau beberapa bagian saja dari syakhshiyyah i`tibariyyah yang sempurna dan integralitu. Pada keadaan yang seperti ini, kadangkala wahdah muhasabiyyah itu merupakan manajemen produksi atau manajemen penjualan, atau manajemen pergudangan. Bahkan, wahdah muhasabiyyah ini kadangkala sedikit demi sedikit menjadi sempit. Misalnya, yang tadinya adalah manajemen produksi secara keseluruhannya, lalu mulai dibatasi menjadi manajemen bagi produksi tertentu saja dari hasil-hasil produksi keseluruhannya. InIormasi keuangan yang seperti ini memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun mempunyai signiIikansi yang besar untuk pengambilan keputusan manajemen. Biaya ini dibenarkan oleh kebutuhan manajemen dalam membuat kebijakan yang didasarkan pada inIormasi keuangan yang rinci dan detail tersebut. Seringkali, laporan yang rinci ini selalu bersiIat internal dan rahasia, dan tidak diperkenankan bagi pihak lain yang berada di luar syakhshiyyah i`tibariyyah tersebut untuk mendapatkannya. Akan tetapi, kerahasiaan ini kadangkala luntur sedikit demi sedikit apabila inIormasi keuangan ini diminta oleh pihak pemerintah atau pribadi-pribadi tertentu, apakah mereka itu dari kalangan biasa, ataukah orang-orang yang memang berpengaruh, yang mempunyai signiIikansi khusus dan pengaruh yang besar terhadap syakhshiyyah i`tibariyyah. Di samping kedua jenis wahdah muhasabiyyah yang telah lalu, masih ada lagi jenis yang ketiga, yang mempunyai siIat khusus dan umum secara bersamaan. Juga mempunyai siIat kesempurnaan, tetapi tidak objektiI. Wahdah muhasabiyyah inilah yang digambarkan dengan masuknya sejumlah syakhshiyyah i`tibariyyah dalam ruang lingkupnya. Sebagai contoh, ada lima buah syirkah atau perusahaan yang bergerak dalam bidang-bidang yang berbeda-beda, atau bidang-bidang yang integral, yang keseluruhannya didanai oleh satu Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 110 syirkah atau perusahaan, atau bagian yang tidak bisa diremehkan dari modal perusahaanperusahaan individu ini berasal dari satu perusahaan. Pada keadaan yang seperti ini, dan pada keadaan-keadaan yang serupa dengannya, maka perusahaan yang memegang atau menguasai modal perusahaan-perusahaan tersebutlah yang akan menyiapkan qowa`im maliyyah (daItar keuangan/neraca umum) yang terpadu bagi seluruh perusahaan-perusahan itu, termasuk di dalamnya perusahaan pemegang modal tersebut, atau yang kadangkala dinamakan sebagai perusahaan induk. Wahdah muhasabiyyah itu, dalam rangka menutupi kebutuhan perusahaan induk tersebut terhadap keuangan yang bersiIat khusus, mengungkapkan hak-hak dan kewajibannya kepada perusahaan tersebut. Apabila diperhatikan dari segi bentuk lahirnya, makawahdah muhasabiyyah ini lebih sempurna dan integral daripada wahdah muhasabiyyah yang khusus bagi satu syakhshiyyah i`tibariyah. Pada hakikatnya, permasalahannya tidaklah demikian. Sebab, laporan keuangan wahdah muhasabiyyah ini, yang mencerminkan seluruh syakhshiyyah i`tibariyyah yang ada di dalam ruang lingkupnya, hanyalah laporan kumpulan yang bersandar pada laporan pribadi tiap syakhshiyah i`tibariyyah. Laporan keuangan wahdah muhasabiyyah seperti ini, mencakup beberapa syakhshiyyah i`tibariyyah, memberi manIaat di dalam pembuatan kebijakan umum dan dapat mengeluarkan perkiraan keuangan umum. F. Karakteristik Akuntansi Syariah Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep akuntansi syariah telah diimplementasikan lebih dulu oleh para pendahulu (dari negara Islam), bahwa akuntansi yang ada sekarang hanya berasal dari nukilan (transcriber) sejarah yang bersumber dari Al Qur`an dan Sunah Rasulullah SAW. Dengan demikian Akuntansi Syariah yang menjelaskan tentang konsep pencatatan, perhitungan, pengukuran, pengklasiIikasian, penilaian, dan pelaporan terhadap kegiatan entitas ekonomi secara periodik dan upaya untuk menandingkan antara biaya (upaya) dan hasil (prestasi), dengan menggunakan prinsip bagi hasil berdasarkan prinsip syariah melalui kegiatan jual beli (Al Muhasabah), ternyata telah menjadi kebutuhan sejak zaman dulu dan hingga sekarang. Akuntansi yang diterapkan sekarang merupakan hasil rekayasa para orientalis setelah menggali dan mengembangkan dari praktik yang sudah ada (terutama dari dunia Islam). Selain itu, al muhasabah ini juga meliputi kegiatan-kegiatan jasa. Praktik tersebut hendaknya didasarkan atas dalil atau nilai-nilai (nash) terkandung dalam Al Qur`anul Karim (khususnya al.: Surah Al-Baqarah: 282: 2) dan hadits Rasulullah SAW. Hal ini merupakan praktik Al Muhasabah, sebagai dasar untuk mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip dan tuntunan syariah dalam upaya mencapai laba yang diridhai oleh Allah SWT. Dalam praktik bisnis konsep akuntansi syariah sekarang telah diimplementasikan dalam kegiatan ekonomi (bisnis) seperti; Lembaga Keuangan Syariah (LKS); Perbankan (Bank Syariah, BPRS), Asuransi (Ta`min, TakaIul atau Tadhamun), Koperasi (kopyah/BMT), Jasa (Hotel Syariah, Bengkel Syariah, Rahn, Obligasi Syariah, Letter oI Credit Syariah, SIMA, Al SharI) dan kegiatan lainnya, meskipun PSAK yang mengatur secara khusus baru PSAK No. 59/2003 dan diperberharaui dengan PSAK 59/2007 tentang Perbankan Syariah, Fatwa MUI (Dewan Syariah Nasional) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI/2003) saja. Namun kita berkeyakinan bahwa konsep dan praktik bisnis berbasis syariah ini pada masa mendatang akan mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menjadi sistem ekonomi pilihan yang tepat sebagai Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 111 alternatiI dan dapat diandalkan. 1) Tujuan Akuntansi Syariah Dalam Al Qur`an dan Sunnah Rasulllah SAW menempatkan keadilan sebagai tujuan utama dalam syariah Islam. Al Qur`an Surah 57 ayat 25, menciptakan keadilan merupakan tujuan utama mengapa Allah SWT mengirimkan Rasul-Nya ke muka bumi sebagai khaliIatullah. Di mana posisi keadilan hampir menduduki posisi yang sama dengan kadar taqwa (Al Qur`an, 5:8). Dalam sejarah Islam bahwa unsur keadilan merupakan Iaktor utama yang tidak dapat dipishakan dalam muhasabah dan muamallah. Abu YusuI dalam salah satu riwayat meletakkan penekanan yang kuat mengenai keadilan dalam suratnya kepada KhlaliIah Harun al-Rasyid; dengan menyatakan, 'Berikanlah keadilan bagi mereka yang teraniaya dan hapuskanlah ketidakadilan, tingkatkanlah penerimaan pajak, selaraskan pembangunan dalam negara dan terimalah rahmat Allah sebagai ganjarannya di hari akhir nanti. Dalam konteks yang luas, Islam memamdang hubungan atau interaksi antar makhluk hidup, baik manusia, hewan ataupun keluarga tidak terlepas dari hubungan sosial ekonomi ataupun politik. Hal ini merupakan perwujudan dari konsep hubungan sesama manusia. Dalam bidang ekonomi bahwa keadilan merupakan tuntutan terhadap pengelolaan sumber daya baik alam maupun manusia dengan cara yang baik dan berpegang pada prinsip kemanusiaan. Karena dengan keadilan akan dapat dicapai tingkat pertumbuhan optimum, pemerataan distribusi pendapatan dan kesejahteraan serta terwujudnya stabilitas ekonomi yang mantap. Sehingga diperlukan strategi tertentu untuk mewujudkannya, salah satu satunya adalah dengan memasukkan dimensi moral yang mengganntikan orientasi yang bersiIat materialitas dan hedonis dalam kapitalisme barat. Oleh karena itu salah satu dimensi tersebut adalah perwujudan rasa kebersamaan dan pengelolaan maal yang menuju pada keridlaan Allah SWT. Hal tersebut tercermin dalam penetapan terhadap harta yang dimilikii maupun keuntungan bisnis yang hendaknya dapat dikelola dan dihitung secara baik, agar dapat menentukan besarnya kewajiban yang harus ditunaikan melalui zakat atau pun pajak kepada negara. Sehingga berdasarkan uraian tersebut di atas maka pada dasarnya tujuan akuntansi syariah adalah sebagai berikut: Dasar dalam perhitungan besarnya zakat. Dasar pembagian keuntungan, (berdasarkan revenue sharing dan atau proIit and loss sharing), dan distribusi kesejahteraan dan pengungkapan secara memadai. Agar usaha (bisnis) berjalan secara islam sesuai dengan prinsip syariah. 2) Ciri-ciri Akuntansi Syariah Dalam ekonomi yang berbasis syariah maka kegiatan bisnis merupakan bagian dari muamallah yang berkaitan erat dengan aqidah dan akhlak. Al Qur`an (Ibrahim: 24-26), yang artinya: 'Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 112 memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat buruk seperti pohon yang buruk, yang telh dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tegak sedikitpun. Sehingga dalam akuntansi syariah hanya dapat dipakai secara lebih sempurna bila berjalannya ekonomi islam yang berbasis syariah. Hal ini dapat dilihat dari karakteristiknya yang berbeda dengan individualisme dan kapitalisme, dan berbeda pula dengan sosialisme-komunisme. Karena akuntansi syariah dibangunan berdasarkan konsep ekonomi islam dengan menggunakan empat landasan IilosoIis pokok yaitu: 1) Tauhid (ilahiyah), 2) Keadilan, 3) Kebebasan, dan 4) Pertanggungjawaban. Empat hal tersebut bila dijabarkan secara lebih luas adalah: Tauhid; berarti mengesakan Allah SWT. Tauhid dijadikan sebagai Iondasi yang kokoh bagi muslim, bahwa semua yang ada adalah ciptaan dan milik-Nya dan hanya Dia yang mengatur segalanya. Oleh karena itu dalam praktik bisnis yang berbasis syariah tujuan utama hendaknya mencapai keridlaan Allah semata menuju taqwallah. Sebagai penunjang tercapainya taqwallah tersebut adalah melalui kegiatan ekonomi yang tidak bertentangan dengan syariat-Nya. Sehingga prisnisp etika dan nilai-nilai islam adalah sebuah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan sudah menjadi kebutuhan yang mendesak agar manusia (khususnya kaum muslim) dapat kembali ke jalan yang benar` atau hijrah untuk mengelola sumber daya dalam upaya memenuhi kebvutuhan hidupnya secara berkeadilan dan bertanggunjawab sesuai dengan tuntunan Ilaihiyah dan Sunah Rasulullahi Shallallahu alaihiwasalam. Keadilan; adalah kunci dan dasar dari kesejahteraan hidup masyarakat. Keadilan merupakan srana yang tepat dan terdekat untuk mencapai taqwallah yang merupakan cerminan dari ketinggian akhlak seseorang (Al Maidah: 8). Kemudian Surah Luqman: 13, bahwa tauhid sebagai Iondasi ajaran islam merupakan makna dari keadilan sebagaimana kemusyrikan adalah suatu bentuk kedzaliman. Nilai keadilan dalam Al Qura`an dan hadits nabibahkan bukan menjadi salah satu tujuan pokok syariah (An-Nahl: 90). Kedailan dalam kegiatan ekonomi, oleh para ulama telah ditetapkan dalam kaidah Iiqih, yang bertujuan untuk membentu merealisasikan kesejahteraan dan kemaslahatan umat. Salah satu kaidah yang dirumuskan adalah, bahwa pengorbanan atau kerugian probadi mungkin harus dilakukan untuk mengamankan pengorbanan atau kerugian masyarakat dan manIaat yang lebih kecil mungkin harus dikorbankan untuk merealisasikan manIaat yang lebih besar (Ibnu Khaldun). Kebebasan; bahwa manusia bebas melakukan seluruh aktivtas ekonomi sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dan hukum Allah. Karena itu inovasi dan kreativitas merupakan suatu keharusan. Pilar terpenting dalam keyakinan seorang muslim adalah kepercayaan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allahu Rabbul Alamin. Ia tidak tunduk kepada siapapun kecuali semata-mata karena Allah (Ar Ra`ad: 36). Bahwa kebebasan individu dibatasi oleh kebebasan individu lainnya. Oleh karena itu, masalah hak individu dalam kaitannya dengan masyarakat, para sarjana muslim sepakat bahwa: - Kepentingan masyarakat lebih luas dan harus didahulukan di atas kepentingan pribadi. - Melepas kesulitan harus diprioritaskan dibanding memberi manIaat, meskipun keduanya sama-sama merupakan tujuan dalam syariah. - Kerugian lebih kecil dibolehkan untuk menciptakan keuntungan lebih besar sepanjang Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 113 sesuai dengan prinsip syariah. Pertanggunjawaban; bahwa manusia sebagai pemegang amanah memikul tanggungjawab atas segala keputusan dan perbuatannya, meskipun hanya sekecil biji jarah. Karena itu dalam akuntansi syariah hal ini menjadi salah stau prinsip yang harus dilaksanakan, tanpa memandang tingkatan dan derajat manusianya. Bahwa manusia yang terpuji dan mulia di sisi Allah adalah manusia yang bertaqwa kepada-Nya. Nilai-nilai taqwa tersebut hanya dapat dimiliki oleh manusia yang mempunyai nilai etika moral dan memandang semua ini hanya bersiIat sementara sebagai titipan atau amanah dari Allah SWT. Sehingga dalam ekonomi islam antara ekonomi dan islam merupakan dua hal yang menyatu dan tidak dapat dipisahkan, sebagaimana ibadah juga merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan harus dilakukan oleh manusia. Ibadah dapat diwujudkan dalam bentuk ritual keagamaan maupun dalam kegiatan atau kehidupan sehari-hari (muamallah), asalkan mengikuti tuntutan-Nya dan Sunah Rasulullah SAW. Selain itu akhlak merupakan daging dan urat nadi kehidupan islam, karena risalah akhlaq sehingga Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnnya tiadalah aku diutus, melainkan hanya untuk menyempurnakan akhlak. Secara lebih tegas Yuwono, (1997, 35) dan Akram (1992); berpendapat bahwa ciri-ciri akuntansi syariah dalam praktik bisnis (maumallah al muhasabah) adalah: a) Menggunakan nilai etika sebagai dasar akuntansi b) Memberikan arah dan stimulasi perilaku etis c) Adil dalam implementasinya d) Keseimbangan antara nilai eqoistik dan altruistik. e) Peduli atau ramah lingkungan I) Penentuan bagi hasil (sharing) yang tepat. g) Pelaporan dan pertanggujawaban secara transparan, akuntabel, dan jujur. 3) Prinsip Akuntansi Syariah Ada tiga prinsip a dalam akuntansi syariah (merupakan landasan utama) sebagai berikut: a. Prinsip Pertanggungjawaban (responsibility principles) Berkaitan secara langsung dengan amanah, yaitu wujud pertanggungjawaban terhadap dana yang dikelola (mudharib) untuk dilaporkan kepada pemilik dana (shahibul maal) dan stakeholder lainya. Laporan ini diwujudkan dalam bentuk hubungan antar manusia dengan manusia lainnya dan antar manusia dengan Sang Pencipta Al Khaliq (hablumminallah) sebagai perwujudan khaliIah di muka bumi. Secara lebih spesiIik dalam bidang muamallah (khususnya bisnis/pencatatan/akuntansi) hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk pencatatan, pengklasiIikasian dan pembuatan laporan keuangan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada sesama manusia (hablumminannas). b. Prinsip Keadilan (equity principles) Dasarnya adalah keadilan dalam bertransaksi; yang mengandung unsur etika sosial yang melekat pada diri manusia sebagai manusia yang suci dan kaIIah. Pada dasarnya manusia mempunyai kapasitas dan kekuatan untuk berlaku adil, terutama dalam bisnis untuk menuju bisnis yang berbasis syariah, sesuai dengan 3 landasan berikut: Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 114 1. Landasan moral adalah integritas dan kejujuran (al amin) 2. Landasan Iundamental adalah nilai-nilai etika dan syariah sedanngkan 3. Landasan operasional adalah muamallah (muhasabah) c. Prinsip Kebenaran (truth principles) Berkaitan erat dengan prinsip keadilan, terutama dalam hal pengakuan, pengukuran, dan pelaporan, yang obyektiI dan relevan. Tidak didasarkan pada hawa naIsu. Berorientasi tidak mencari keuntungan (oriented proIit) semata, tetapi mengakui, mengukur, dan melaporkan sebagai wujud muamallah untuk mewujudkan taqwallah dalam setiap langkah dan bidang kehidupan. HISAB MUAMALLAH (AL MUHASABAH) Dalam bidang akuntansi, adalah diwujudkan dalam proses menghitung (to compute), mengukur (to measure), dan melaporkan (to report), sehingga memerlukan seorang atau lebih juru tulis/sekretaris (muhtasib). Hal ini diwujudkan dalam kegiatan berupa hasaba; yahsaba (mencatat, menghitung, mengukur, dan melaporkan melalui persaksian). Sehingga akan didapatkan pelaporan (akuntansi) yang sesuai dengan nash-nash dalam Al Qur`anul Karim. Oleh karena itu, ciri-ciri pelaporan akuntansi tersebut hendaknya memuat inIormasi sebagai berikut: Tabel 7 CIRI-CIRI PELAPORAN MAKNA LAPORAN SURAH/AYAT AL QURAN 1 Dilaporkan secara benar QS: 10:5 2 Cepat dan tepat pelaporannya QS: 2:202; 24:39; 3:19; 38:16; 5:4; 13:41; 40:17; dan 14:51 3 Dibuat oleh ahlinya (akuntan) QS:13:21; 13:40; 23:117: dan 88:26 4 Terang, jelas, tegas, dan inIormatiI QS: 17:21; 14:41; dan 84:48 5 Memuat inIormasi menyeluruh (Iull disclousure) QS: 6:52; dan 39:10 6 InIormasi disampaikan secara vertikal dan horizontal QS: 2:212: 3:27; 3:37; 13:18; 13:40; 24:38; 38:39, dan 69:26 7 Terperinci dan teliti QS: 65:8 8 Tidak terjadi manipulasi QS: 69:20; dan 78:27 9 Dilakukan secara kontinyu (tidak lalai) QS: 21:1; dan 38:26 G. Akuntansi Syariah dalam PerspektiI Ontologis Dasar munculnya muamallah (Al Muhasabah) diterangkan dalam Al Qur`anul Karim; khususnya dalam Surah Al Baqarah ayat 282; 2, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamallah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah seorang penulis diantara kamu menulisnya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan hendaklah ia bertaqwa kepada Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akal atau keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan dengan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 115 jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki diantara kamu. Jika tak ada dua orang laki-laki maka bolehlah seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhoi, supaya jika sseorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak menimbulkan keraguan. (tulislah muamallahmu itu) kecuali jika muamallahmu itu perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan. Jika kamu lakukan yang demikian itu, sesungguhnya hal itu adalah suatu keIasikan pada dirimu. Dan bertaqwallah kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Berdasarkan uraian di atas maka muammallah di sini dapat diartikan sebagai kegiatan jual beli (market), utang piutang (agency relationship), dan sewa menyewa (leasing). Secara lebih luas dalam kerangka bisnis muamallah ini dalam upaya mencari ridha Allah (ar ridhain), melalui kegiatan dalam bentuk hablumminannas (hubungan antar manusia secara horizontal) sebagai wujud penerapan time is opportunity (waktu adalah kesempatan), terutama dalam kesempatan kegiatan bisnis (usaha). Salah satu bentuk bisnis yang berkembang cukup pesat sekarang adalah praktik perbankan syariah, BPRS, BMT (koperasi syariah), dan jasa keuangan lainnya, seperti: asuransi dan jasa. Secara khusus menurut Harahap (1992, 4) dan Meidawati (1998, 201), mengemukakan bahwa pencatatan dalam konteks agama (Islam) adalah: 1. Sebagai dasar untuk menjadi bukti dilakukannya transaksi. 2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi (rekayasa) dalam transaksi maupun penyusunan pertanggungjawaban (keuntungan/bagi hasil). Sedangkan dalam konsep Islam bahwa pada hakekatnya akuntansi (pencatatan) telah ada sejak manusia ini ada dan mempunyai andil cukup besar dalam perkembangannya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan: 1. Muamallah/Muhasabah (transaksi) 2. Sebagai dasar pencatatannya adalah bukti (evidence). 3. Evidence diklasiIikasikan secara teratur dan sistematis (sekarang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 59/2007, tentang Perbankan Syariah kemudian diatur lebih lanjut dalam PAPSI 2003/Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah dan DSN (Dewan Syariah Nasional) melalui Iatwanya tahun 2000/2001). 4. Bahwa untuk mendapatkan obyektivitas dan keandalan data akuntansi, maka laporan keuangan harus diperiksa atau diaudit oleh ahlinya, yaitu pihak independen (akuntan publik), khususnya untuk perbankan harus ada rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN), serta pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Bank Indonesia. H. Zakat dalam PerspektiI Akuntansi Syariah Dalam Islam telah ditegaskan bahwa manusia sebagai makhluk sosisal yang diciptakan oleh Allah SWT (Robbul Alamin), adalah semata-mata untuk mengabdi pada-Nya. Oleh karena itu, setiap insan (muslim) selain mempunyai kewajiban individu (Iardhu ain) juga mempunyai kewajiban bersama (Iardhu kiIayah). Zakat merupakan perwujudan kewajiban untuk kepetingan bersama dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan semua orang yang tidak mampu (sesuai ashnaI-nya) dalam memenuhi kepentingan diri keluarga, dan Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 116 masyarakatnya. Perwujudan kepentingan bersama ini secara umum, antara lain mengunjungi saudaranya bila tertimpa musibah, bertakziah, dan penunaian ibadah zakat. Dalam hal ini menunaikan zakat, telah tertuang dalam Al Qur`an Surah At Taubah ayat 103 yang merupakan perpaduan dan perwujudan dari kepentingan individu dengan kepentingan bersama sesuai konsep Islam. Dan hal ini hanya dapat terlaksana bila telah dilakukan pencatatan, perhitungan, dan pembagian terhadap aset (harta) yang dimiliki, baik oleh individu maupun entitas ekonomi (perusahaan), sesuai dengan kesepakatan (akad) yang telah dibuat dan hokum yang berlaku. Hal ini sejalan dengan beberapa pengertian (simpulan) tentang zakat oleh para peneliti atau penulis di bawah ini: o Saud (1976): zakat secara linguistik mempunyai makna ganda, yaitu pertumbuhan (growth) dan pembersihan (puriIication). o Siregar (1999, 58) dan Chapra (2000, 270): zakat mempunyai makna literal, yaitu penyucian (thaharah), pertumbuhan (nama`), keberkatan (barokah), dan pujian (madh). o Dalam Al Qur`an: (Surat At-Taubat, 103); dasar pengenaan zakat adalah kekayaan: 'Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah dipusakai-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba- Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa (QS; 7, 128). QS; 2, 29-30 menyatakan: bahwa sesungguhnya Allah akan menjadikan manusia sebagai khaliIah di muka bumi agar berlaku amanah dan mampu mengelola sumber daya alam secara benar dan adil sebab Manusia itu sebagai khaliIatullah (god`s vicengerent). Zakat dan Pajak Zakat merupakan ibadah penyucian harta yang bersiIat wajib dalam Rukun Islam ke-4 setelah mengucap syahadat, mendirikan shalat, dan menunaikan ibadah puasa. Tidak ada sangsi atau hukuman, hanya sangsi moral dan di akhirat kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Zakat tidak tunduk pada prinsip perpajakan, ciri dan tujuannya berbeda. Sedangkan pajak adalah kewajiban individu atau badan untuk menyetorkan uang ke kas negara berdasarkan peraturan perundangan, dan siIatnya memaksa disertai sangsi administratiI dan atau kurungan badan. EMPAT AZAS PEMUNGUTAN ZAKAT Dalam pemungutan zakat harus sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam Al Qur`an atau pun Sunah Rasulullah SAW, yakni telah sampai haul dan nisabnya. Besarnya persentase pengenaan zakatnya disesuaikan dengan jenis harta yang dimiliki, (misalnya harta perdagangan 2,5 dari nilainya, hasil pertanian tanpa pengairan 20 dari hasil panen yang diperoleh, harta temuan/qarun adalah 20 dari nilai temuannya). Dalam distribusinya, zakat ini telah ditentukan pula pihak yang berhak menerimanya (8 pihak), dalam konteks bernegara atau bermasyarakat dibentuk amil zakat (BAZIS) yang telah diakui dan disahkan oleh masyarakat atau negara. Oleh karena itu, dalam pemungutan zakat berbeda dengan pemungutan terhadap pajak dan hendaknya memperhatikan empat azas berikut; Adam Smith dalam (Rahman, 1966, 333, dan Mannan, 1997, 275): Tabel 8 Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 117 PERBEDAAN ASAS ZAKAT DAN PAJAK ASAS ZAKAT PAJAK 1. KESAMAAN Kewajiban setiap warga berdasarkan harta kekayaan yang dimiliki, untuk orang yang berhak menerimanya sesuai dengan tuntunan syariah. Kewajian setiap warga berdasarkan pendapatannya dengan sistem perpajakan, untuk pembiayaan dan pembangunan negara 2. KEPASTIAN Ditetapkan secara pasti dan tidak dapat diubah berdasarkan ketentuan syariah. Ditetapkan secara pasti berdasarkan ketentuan yang berlaku (UU perpajakan aturan lainnya) namun dapat diubah oleh negara. 3. KESELARASAN dan KETEPATAN Dipungut pada saat terbaik sesuai situasi dan kondisi atau telah memenuhi batas nisabnya. Dipungut pada saat tertentu sesuai dengan kondisi si wajib pajak. 4. EKONOMI Tidak memerlukan sistem organisasi yang lengkap dan tidak memerlukan biaya yang besar. Memerlukan sistem organisasi yang lengkap dengan menggunakan prinsip Cost BeneIit Rratio Apakah Standar Akuntansi Zakat diperlukan? Menurut hemat penulis, seyogyagyanya standar ini perlu dibuat dan diterbirtkan oleh lembagapembuat standar/standard setting body (Misalnya IAI dengan MUI, dan pihak terkait lainnya). Agar terdapat kepastian hukum dan mempunyai standar yang pasti maka selayaknya ketentuan atau standar khusus mengenai zakat ini mulai dipikirkan dan diterbitkan untuk kepentingan umat, terutama dalam konteks pengelolaan negara berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat (public money) untuk pembangunan dan program pengentasan kemiskinan. Dibandingkan pajak yang cenderung memaksa dan mungkin sumbernya non halal, maka pajak dipungut atau dikeluarkan atas kesadaran individu bahwa dibalik harta yang kita miliki terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan yakni dalam bentuk zakat. Sedangkan pajak yang terindikasi adanya kezaliman dalam proses pengumpulan dan distribusinya cenderung tidak merata dan tidak sesuai dengan konsep keadilan, kebenaran, dan pertanggungjawaban sesuai dengan prinsip muamallah dalam akuntansi syariah, sehingga sulit untuk dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan. Oleh karena itu, kalau pajak sudah ada peraturan maupun ketentuan yang mengaturnya maka seyogyanya zakat juga demikian (terutama aturan dari pemerintah dan organisasi proIesi) misalnya: kewajiban untuk melaporkan pungutan zakatnya dan standar akuntansi Zakat. Menurut Harahap (1997, 285), bahwa dalam penyusunan standar zakat hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Dasar penilaian adalah nilai tukar sekarang (current exchange value), berdasarkan harga pasar yang berlaku. 2. Aturan periodik satu tahun, kecuali untuk zakat pertanian disesuaikan dengan musim panen (masa produksinya) 3. Independensi aturan, zakat dihitung berdasarkan kekayaan akhir tahun, setelah sampai nisabnya. 4. Menggunakan standar realisasi. 5. Menggunakan net total dan memerlukan net income. 6. Dasar pengenaan adalah kekayaan aset (maal). I. Perbedaan dan Persamaan Antara Zakat dan Pajak Zakat adalah prose penyucian harta dan merupakan kewajiban setiap individu muslim Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 118 sebagai sarana untuk mencapai taqwallah sedangkan Pajak adalah Iuran wajib (pungutan) setiap warga negara (badan) yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya sangsi (denda) atau kurungan badan. Selanjutnya dalam konteks kewajiban pada negara maka pajak merupakan iuran wajib yang dapat diapaksakan dan dapat dikenakan sanksi denda atau kurungan apabila warga negara tidak menunaikan kewajibannya. Pajak diatur dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah dan undang-undang (ketentuan lainnya) yang berIungsi sebagai pemasukan pada kas negara untuk membiayai pembangunan dan pembiayaan negara lainnya. Sedangkan zakat adalah kewajiban individu yang bersiIat amaliah. Penunaian kewajiban diserahkan kepada kesadaran insan yang bersangkutan. Oleh karena itu, tidak ada sanski denda atau kurungan tetapi semata-mata didasari atas kesadaran karena Allah SWT. Zakat ini ditarik dan dikumpulkan oleh Amil untuk disalurkan kepada pihak yang berhak menerimanya (dalam Al Qur`an, ada 8 pihak). Secara lebih jelas unsure persamaan dan perbedaan antara Zakat dan Pajak sebagai berikut: Tabel 9 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ZAKAT DAN PAJAK No. PERBEDAAN Persamaan Perbedaan Zakat Pajak 1 Adanya unsur kewajiban Pengentian/ deIinisi Penyucian harta dan merupakan kewajiban setiap individu muslim sebagai sarana untuk mencapai taqwallah Iuran wajib (pungutan) setiap warga negara (badan) yang pemungutannya dapat dipaksakan dan disertai adanya sangsi (denda) atau kuruangan badan. 2 Harus disetorkan ke pihak yang berwenang menerimanya Sasaran orang/lembaga yang menerimanya Ditentukan ada delapan (ashnaI) kelompok masyarakat (amilin, muallaI, Iakir dan miskin, gharim, jihad Ii sabilillah, dll. Badan/lembaga yang telah ditunjuk dan atau dibentuk menurut ketentuan/peraturan atau perundangan negara. 3 Memperoleh imbalan/pahal a baik secara langsung ataupun tidak Pengelolaan/ manajemen Dikelola secara sederhana oleh individu dan atau badan yang dibentuk oleh masyarakat atau negara (BAZIS) Dikelola secara terstruktur dan sistematis oleh lembaga yang ditunjuk. (misalnya: Departemen Keuangan, Dirjen Anggaran Pajak, KPP,) 4 BerIungsi untuk kepentingan sosial (kemasyarakat an), ekonomi, dan keuangan. Sisi Iungsi/manIaat /kegunaan Semata-mata untuk kesejehteraan umat sebagai wujud pelaksaanaan rukun Islam yang ke-4 Untuk membiayai negara, baik untuk kepentingan sosial, ekonomi, politik, agama maupun pertahanan keamanan. 5 Adanya masa manIaat atau masa penggunaan Orientasi atau tujuan Menunaikan kewajiban dan mensucikan harta dari hak orang lain Salah sumber pemasukan yang potensial untuk berjalannya program pemerintahan. 6 Dibayar setahun sekali atau setiap kejadian (event) obyek Besarnya tariI (nisab) Ditentukan sesuai dengan jenis zakatnya (dalam Al Qur`an dan Sunah Rasul) dan telah mencapai haulnya Ditentukan berdasarkan ketentuan undang-undang dengan menggunakan tariI progresiI secara proporsional sesuai dengan jumlah pendapatan. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 119 7 BerIungsi sebagai sarana pengumpulan dana masyarakat Dari asas atau prinsip yang digunakan Persamaan (equalitas) untuk semua individu Ada batasan tertentu (sesuai PKP/ penghasilan kena pajak) 8 Asas/Dasar yang pasti 4 asas Kepastian, keselarasan, ketepatan, dan ekonomi Kepastian, keselarasan, ketepatan, dan ekonomi 9 Berdasarkan ketentuan yang pasti Ketentuan (Nash/Aturan): QS. At Taubah: 5, 11, 18, 58, 60, 103; QS. Al Baqarah: 43, 110, 177, 254, 277; QS. As Saba: 39; QS. An Nissa: 77; QS. Maryam: 31; QS. Al Mu`minum: 4; QS. Annur: 37, 56; QS. An Naml: 5; QS. Luqman: 4; QS. Al Ahzab: 33 QS. Al Bayinah: 5, dll. UU No. 1 Tahun 1983 diubah menjadi UU No. 17 tahun 2002: Pasal 23 Ayat 2 (khususnya) UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2 Surat Edaran dari Menteri Keuangan dan aturan lainnya. Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 120 BAB XI SISTEM TANPA BUNGA (INTEREST FREE SYSTEM) A. PENDAHULUAN Dalam Sistem Ekonomi Islam, dijelaskan mengenai konsep dana, bahwa dana hanya akan tersedia karena ada biaya, dan biaya terdapat dalam bagi hasil. Tingkat keuntungan menjadi kriteria untuk pengalokasian sumber daya sekaligus untuk membuat keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Seluruh risiko bisnis diserahkan kepada pengusaha dan memastikan keuntungan bagi dirinya terlepas berapapun laba yang akan diperoleh. Sedangkan dalam ekonomi islam, didasarkan pada akad (kesepakatan) antar kedua belah pihak secara adil dan transparan, serta saling ridha (ar ridhain). Sesungguhnya, sistem bagi hasil yang islam tidak hanya membuahkan eIisiensi yang lebih besar dalam pengalokasian sumber daya, melainkan sekaligus mengurangi pemusatan kesejahteraan dan kekuasaan serta mendorong keadilan sosial. Oleh karena itu, bahwa Islam mendorong praktik bagi hasil dan mengharamkan riba (bunga). Hal ini sejalan dengan Iatwa yang dikeluarkan MUI pada tahun tanggal 16 Desember 2003, yang menyatakan bahwa bunga bank tersebut identik dengan riba dan hukumnya adalah haram. Di sisi lain Syariah Islam menghendaki sharing risk and proIit secara bersama-sama, dengan mengakui modal serta peranannya dalam proses produksi atau jasa. Dengan demikian diharapkan akan dapat memberikan beban risiko secara merata dan adil sesuai dengan akad dan kesepakatan yang telah ditetapkan pada saat awal transaksi. Antara kedua sistem tersebut mepunyai perbedaan yang mendasar dimana sistem bunga (interest) didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku an dipengaruhi oleh kebijakan moneter dan kurs (mata uang asing) dalam sistem ekonomi pasar bebas (Iree liberalism economic) sedangkan sistem bagi hasil (proIit and loss sharing) didasarkan pada prinsip ekononi syariah dimana besarnya bagi hasil ataupun rugi didasarkan pada kesepakatan pada saat akad dan tidak terpengaruh oleh berapapun tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga dalam praktik bisnisnya akan selalu berpegang pada prinsip-prinsip syariah (prinsip-prinsip muamalat), yang selalu mengutamakan kebenaran, keadilan dan pertanggungjawaban dalam mencapai ridha Allah menuju taqwallah. B. PERBEDAAN RIBA, BUNGA, DAN SISTEM BAGI HASIL 1) Riba dan Bunga Secara konseptual antara dua hal, yaitu antara riba dan bunga seringkali tidak jelas. Namun secara bahasa sebenarnya cukup jelas, bahwa riba adalah bermakna ziyadah (tambahan). Dari sisi linguistik, riba berarti juga tumbuh dan membesar. Namun secara teknis dalam praktik bisnis riba ini berarti pengambilan tambahan dari harga pokok atau modal secara bathil atau bertentangan dengan prinsip syariah. Antonio, (2001), Teori Akuntansi; Jumirin Asyikin (STIE Indonesia Banjarmasin) 121 mengungkapkan bahwa terdapat benang merah yang jelas bahwa riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam, secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamallah dalam Islam. Dalam Al Qur`an Surah An-Nissa: 29, Allah SWT. berIirman yang artinya; al. ' Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamu dengan jalan bathil. Dalam kaitannya dengan pengertian bathil tersebut, Ibnu Al-Arabia al Maliki, dalam kitabnya Ahkam Al-Qur`an berpendapat: 'Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat tersebut yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti penyeimbang yang dibenarkan syariat. Transaksi pengganti atau penyeimbang adalah transaksi bisnis atau komersial yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara tidak adil dan cenderung merugikan pihak yang lemah. Seperti dalam transaksi jual beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manIaat sewa yang dinikmati termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena pengunaan si penyewa (lesse). Dalam transaksi jual beli pembeli membayar di atas harga atau imbalan barang yang diterimanya. Demikian pula dalam proyek bagi hasil, para pihak berhak mendapatkan keuntungan karena penyertaan modal dan turut menanggung risiko bisnis yang mungkin terjadi setiap saat. Demikan pula dana, tidak akan berkembang dengan sendirinya hanya karena Iaktor orang yang menjalankan dan mengusahakannya. Bahkan ketika orang tersebut mengusahakan, hasil untung dapat pula tidak diperoleh, hal ini tergantung kehendak Allah SWT. Pengertian senada juga disampaikan oleh mayoritas ulama sepanjang sejarah Islam dari berbagai Mazhab Fiqhiyyah. Badr ad-Dii al-Ayni pengarang Kitab Umdatu Qari Syarah Shahih Bukhari mengatakan, ' Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. Menurut syariah, riba berarti penambahan atas harga pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil. Imam Sarakhsi dari Mazhab HanaIi berpendapat bahwa, 'Riba adalah tambahan yang diisyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya lwadh aLau padanan yang dlbenarkan oleh syarlah aLas penambahan LersebuL" Secara garls besar rlba sebagalmana Lelah dluralkan sebelumnya Lerbagl dalam dua kelompok besar yalLu 8lba uLangluLang (8lba uuyun) dan 8lba !ual8ell (8lba 8uyu') 8lba uLang pluLang Lerbagl dua yalLu 8lba Cardh dan 8lba !ahlllyah sedangkan 8lba [ual bell Lerbagl dalam dua baglan pula yalLu 8lba ladhl dan 8lba nasl'ah 2) 8unga dan SlsLem 8agl Pasll 8unga LersebuL sebenarnya Lelah se[ak lama dlnyaLakan Lldak obyekLlf dan ada unsur eksplolLasl golongan kaya Lerhadap golongan mlskln laLo (427347 SM) 8unga menyebabkan perpecahan dan perasaan Lldak puas dalam masyarakaL 8unga merupakan alaL golongan kaya unLuk mengeksplolLasl golongan mlskln Pal lnl menun[ukan bahwa bunga LersebuL hanya mendasarkan pada prlnslp keunLungan semaLa yang cenderung mengabalkan keadllan Selaln lLu ArlsLoLeles (384322 SM) bahwa fungsl uang adalah sebagal alaL Lukar (medlum of exchange) bukan merupakan alaL unLuk menghasllkan Lambahan kekayaan melalul bunga 8ahkan 8angsa ?ahudl (lsrael) Lelah pula menyaLakan dalam beberapa klLab Sucl mereka sebagal berlkuL klLab Lksodus (keluaran) 22 23 !lka engkau memln[amkan uang kepada salah seorang umaLku orang yang mlskln dlanLaramu maka [anganlah engkau berlaku sebagal penaglh uLang Lerhadap dla dan [anganlah engkau bebankan bunga Lerhadapnya 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 122 klLab ueuLeronomy (ulangan) 23 19 !anganlah engkau membungkan uang kepada saudaramu balk uang maupun bahan makanan aLau apapun yang dapaL dlbungakan klLab LevlclLus (lmamaL) 33 7 bahwa [anganlah kamu mengambll bunga uang aLau rlba darlnya melalnkan engkau harus LakuL akan Allahmu supaya Saudaramu blsa hldup dlanLaramu !anganlah engkau memberl uangmu kepadanya dengan memlnLa bunga [uga makananmu [anganlah kau berlkan dengan memlnLa rlba umaL krlsLlanl pada dasarnya dalam memandang bunga Lerbagl 3 baglan yalLu andangan endeLa Awal (Abad lxll) bahwa larangan mengambll nuga meru[uk kepada Cld 1esLamenL yang [uga dllmanl oleh umaL krlsLlanl (SL 8asll 329379 M SL Cregory dary nyssa 333393 M SL !ohn ChrysosLom 344407 M SL Ambrose dll 10331109 M) Sedangkan dalam benLuk undangundang (Canon) mlsalnya dalam Councll of Llvlra dl Spanyol Lahun 306 M dan Councll of vlenne Lahun 1311 Sehlngga mereka berkeslmpulan bahwa 1) 8unga adalah semua benLuk yang dlmlnLa sebagal lmbalan yang meleblhl [umlah barang yang dlpln[amkan dlawal 2) Mengambll bunga adalah suaLu dosa yang dllarang balk dalam klLab er[an[lan Lama maupun er[an[lan 8aru 3) kelnglnan aLau nlaL unLuk mendapaL lmbalan meleblhl apa yang dlpln[amkan adalah suaLu dosa 4) 8unga harus dlkemballkan kepada pemlllknya 3) Parga barang yang Llnggl unLuk pen[ualan secara kredlL [uga merupakan bunga yang Lerselubung andangan ara Sar[ana krlsLen (Abad xllxv) anLara laln 8oberL of Courcon (11321218 M) Wllllam Auxxerre (11601220 M) SL 8aymond of ennafore (1180 1278 M) SL 8onavenLure (12211274 M) dan SL 1homas Aqulnas (12231274 M) mereka menyaLakan bahwa 1) 8unga dlbedakan men[adl lnLeresL dan usury 2) nlaL aLau perbuaLan unLuk mendapaLkan keunLungan dengan memberlkan pln[aman adalah suaLu dosa yang berLenLangan dengan konsep keadllan 3) Mengambll bunga darl pln[aman dlperbolehkan namun haram aLau Lldaknya LerganLung nlaL sl pemberl uLang andangan ara 8eformls krlsLen (Abad xvlAbad xlx) anLara laln !ohn Calvln (13091364 M) Charles du Moulln (13001366 M) Claude Saummalse (13881633 M) MarLln LuLher (14831346 M) MelancLhon (14971360 M) dan Zwlngll (14841331 M) mereka berpendapaL bahwa 1) uosa apablla bunga memberaLkan pemln[am 2) uang dapaL memblak (konLra dengan pendapaL ArlsLoLeles) 3) 1ldak men[adlkan bunga sebagal sebagal dasar profesl 4) !angan mengambll bunga darl orang mlskln 8erdasarkan hal LersebuL dl aLas secara [elas bahwa sebaglan besar keLenLuan dan pendapaL mereka Lldak membolehkan prakLlk bunga yang berleblhleblhan apalagl dengan orang mlskln dl dalam masyarakaL Pal lnl se[alan [uga dengan ayaL dl bawah lnl dlambll darl klLab ln[ll Lukas 6 3433 sebagal berlkuL 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 123 uan [lkalau kamu memln[amkan sesuaLu kepada orang karena kamu berharap akan menerlma sesuaLu darlpadanya apakah [asamu? Crangorang berdosapun memln[amkan kepada orang berdosa supaya mereka menerlma kemball sama banyak 1eLapl kaslhllah musuhmu dan berbuaLlah balk kepada mereka dan pln[amkan dengan Lldak mengharapkan balasan maka upahmu akan besar dan hakmu akan men[adl anakanak 1uhan ?ang Maha 1lnggl sebab la balk Lerhadap orangorang yang Lldak Lahu berLerlma kaslh dan Lerhadap orangorang [ahaL" 8agalmana dengan pandangan Agama lslam? ualam lslam sangaL [elas hukum dan keLenLuannya berkalLang dengan bunga (rlba) LersebuL anLara laln sebagal berlkuL 1) andangan uunla lslam uewan SLudl lslam Al Azhar Calro (Meslr) berpandangan bahwa 8unga dalam segala benLuk pln[aman adalah rlba yang dlharamkan (konferensl uSl Al Azhar Muharrom 1383 P/Mel 1963 M) 8ablLhah Alam lslamy 8unga bank yang berlaku dalam perbankan konvenslonal adalah rlba yang dlharamkan (kepuLusan no 6 Sldang ke9 Mekkah 1219 8a[ab 1406 P) Ma[ma' llqlh lslamy (Ckl) Seluruh Lambahan dan bunga aLas pln[aman yang [aLuh Lempo dan nasabah Lldak mampu membayarnya demlklan pula Lambahan (aLau bunga) aLas pln[aman darl permulaan per[an[lan adalah dua gambaran darl rlba yang dlharamkan secara syarlah (kep no 10 MMll konferensl Ckl ke2 Langgal 2228 uesember 1983 dl Calro Meslr) 2) andangan ulama lndonesla nahdhaLul ulama sebaglan ulama mengaLakan bunga sama dengan rlba sebaglan laln mengaLakan Lldak sama dan sebaglan laln mengaLakan hukumnya syubhaL 1eLapl dalam salah saLu kepuLusannya nu memberlkan rekomendasl agar 8 nu mendlrlkan bank lslam nu dengan slsLem Lanpa bunga (8ahLsul Masall) (Munas 8andar Lampung 1992) Muhammadlyah bunga yang dlberlkan oleh bankbank mlllk negara kepada nasabahnya aLau seballknya yang selama lnl berlaku Lermasuk perkara musLasyablhaL" kemudlan menyarankan kepada Muhamadlyah unLuk mengusahakan Lerwu[udnya konsepsl slsLem perekonomlan khususnya lembaga perbankan yang sesual dengan qaldah lslam (La[nah 1ar[lh Sldoar[o 1968) Ma[ells ulama lndonesla berpendapaL 1) 8unga bank sama dengan rlba 2) 8unga bank Lldak sama dengan rlba dan 3) 8unga bank humumnya sama dengan SyubhaL LeLapl Mul harus berupaya unLuk mendlrlkan bank syarlah sebagal alLernaLlf ul slsl laln menuruL hukum flqlh bahwa para ulama bersepakaL bahwa hukum rlba adalah haram namun persoalannya adalah apakah bunga bank sama dengan rlba? karen 8lba lLu sebenarnya Lerbagl dalam empaL baglan yalLu 8lba Card 8lba !ahlllyah 8lba lardl dan 8lba naslah !adl blla dlllhaL darl keLenLuan flqlhnya bahwa bunga bank LersebuL Lermasuk dalam kaLegorl 8lba naslah (karena perLukaran yang se[enls dan [umlahnya dlleblhkan karena mellbaLkan [angka wakLu) 3) ualam Alqur'an dan PadlLs 8asulullah keLenLuan LenLang rlba LermakLub dalam Al Cur'an anLara laln dalam Surah All lmran 130 yang arLlnya Pal orangorang yang berlman [anganlah kamu memakan rlba dengan berllpaL ganda dan berLaqwallah kamu kepada Allah supaya kamu mendapaL keunLungan" ualam surah laln (Al 8aqarah 278279) arLlnya Pal 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 124 orangorang yang berlman berLaqwallah kepada Allah dan Llnggalkan slsa rlba (yang belum dlpunguL) [lka kamu orangorang yang berlman Maka [lka kamu Lldak menger[akan (menlnggalkan slsa rlba) maka keLahullah bahwa Allah dan 8asulnya akan memeranglmu uan [lka kamu berLaubaL (darl pengambllan rlba) maka baglmu pokok harLamu kamu Lldak menganlaya dan Lldak pula dlanlaya" ualam rlwayaL laln 8asulullah SAW bersabda dalam beberapa hadlLs bellau LenLang rlba anLara laln yang dlrlwayaLkan oleh Abu Puralrah bahwa SAW bersabda 8lba lLu memlllkl Lu[uh puluh LlngkaLan adapun LlngkaL yang pallng rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zlna dengan lbunya sendlrl" Selan[uLnya ayaL laln dalam Al Cur'an dan PadlLs 8asululaah SAW berkalLan dengan rlba lnl akan dluralkan leblh [auh pada sub bab Lersendlrl 8erdasarkan beberapa pandangan dan dalll naqll maupun aqll yang dluralkan dl aLas maka seyogyanya pengambllan bunga perlu dlperLlmbangkan leblh [auh LeruLama dalam prakLlk perbankan konvenslonal Pal lnl agar LerclpLa rasa keadllan dan eksplolLasl golongan kaya Lerhadap mlskln Lldak Ler[adl seperLl kondlsl sekarang ualam ekonoml yang berprlnslp berdasarkan syarlah maka bunga harus dlhlndarkan dan dlganLl dengan slsLem bagl hasll Mengapa demlklan? Cleh karena hanya LerdapaL alasanalasan lemah unLuk membolehkan bunga bank (pembenaran bunga) dan pada dasarnya dapaL dlLolak seperLl anggapananggapan berlkuL bahwa 8unga unLuk konsumLlf dllarang Lapl unLuk keglaLan produkLlf dlbolehkan CppurLunlLy cosL yang hllang dlsebabkan penggunaan uang oleh plhak laln (Llme valeu of money) 8oleh mengambll buga karena alasan daruraL ada LlngkaL wa[ar Lldak masalah bunga dlbebankan (adh'afan mudha'afah/usury) uang sebagal komodoLl dapaL dlsewakan karena lLu ada harganya (hasll sewa uang) adalah bunga uang dapaL dlanggap sebagal komodlLas bunga sebagal upah menunggu (absLlnence concepL) nllal uang sekarang (neL presenL value) leblh besar darlpada nllal uang pada masa depan (fuLure value) karena adanya penurunan nllal uang aklbaL lnflasl dan bunga sebagal penyelmbang la[u lnflasl ul zaman 8asulullah SAW belum/Lldak ada bank dan bank bukan syakhslyyah mukallafah Cleh karena alasanalasan lemah LersebuL maka pembolehan bunga dalam prakLlk blsnls (perbankan) dapaL dlLolak aLau dlbanLah Sebab kalau klLa mempela[arl leblh [auh lagl keLenLuan aLau ayaLayaL LenLang rlba maka akan semakln nyaLa dampak (keruglan) blla rlba yang ldenLlk dengan bunga LersebuL dlbolehkan Apalagl blla dlkalLkan dengan konsep oppurLunlLy cosL slapakah yang dapaL men[amln bahwa masa yang akan daLang lLu pasLl unLung (dalam konsep CppurLunlLy CosL) kemudlan apakah selama lnl kondlsl ekonoml aLau perbankan dalam keadaan daruraL Lerus? ALaukah Ler[adlnya penurunan nllal uang aLau lnflasl yang Lldak muLlak Ler[adlnya karena dapaL pula aklbaL adanya deflasl 8lsa [adl bunga merupakan penyebab uLama Ler[adlnya lnflasl uemlkan pula pembolehan bunga dapaL beraklbaL merusak moral sebab bagl sl berpluLang (kredlLur) dapaL menlmbulkan slfaL egols zhallm bakhll (leblh menclnLal harLa) sedangkan bagl sl beruLang melahlrkan benlh kebenclan beban yang besar serLa rasa permusuhan Sehlngga [auh rasa persudaraan 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 123 dan prlsnlp sallng Lolong menolong hubungan blsnls semaLamaLa dldasarkan pada prlnslp ekonoml (orlenLed proflL) yang dlpakal para kaum orlenLalls hal lnl sangaL Lldak sesual dengan prlsnlp ekonoml lslam yang mendasarkan pada prlnslp sallng Lolong menolong (La'awun) dalam men[alankan amanah (LlLlpan) darl Allah SW1 menu[u Laqwallah sehlngga selamaL dl dunla dan akhlraL uengan demlklan konsep aLau prlnslp SlsLem 8agl Pasll men[adl saLusaLunya plllhan LeruLama dalam pengelolan perekonomlan berbasls syarlah khususnya dalam prakLlk blsnls (al muhasabah wal muamallah) Selan[uLnya dalam menclpLakan slsLem bagl hasll LersebuL sebagalmana yang dlgunakan dalam konsep akunLansl konvenslonal maka dalam akunLansl syarlah pun khususnya unLuk LkS dapaL pula menggunakan 2 (dua) slsLem pencaLaLan (akunLansl/keuangan) seperLl Cash 8asls dan Accrual 8asls Cash 8asls yaknl prlnslp akunLansl yang mengharuskan pengakuan blaya dan pendapaLan pada saaL Ler[adlnya sedangkan Accrual 8asls yaknl prlnslp akunLansl yang membolehkan pengakuan blaya dan pendapaLan dldlsLrlbuslkan pada beberapa perlodlk dan maslngmaslng memlllkl keleblhan dan kekurangan (laLwa Mul nomor 14/uSnMul/lx/2000 LenLang SlsLem ulsLrlbusl 8agl Pasll usaha dalam Lembaga keuangan Syarlah) Selan[uLnya kedua slsLem lLu dapaL dlgunakan dalam LkS LeLapl deml unLuk kemaslahaLn (alashlah) umaL Mul menyarankan dalam pencaLaLan sebalknya dlgunakan slsLem basls akrual akan LeLapl dalam dlsLrlbusl hasll usaha (proflL sharlng revenue) hendaknya dlLenLukan aLas dasar penerlmaan yang benarbenar Ler[adl (cash basls) uemlklan pula dalam akad aLau pemufakaLan blsnls harus dlLenLukan dan dlsepakaLl slsLem mana yang dlplllh Secara leblh [elas perbedaan bunga dan bagl hasll dapaL dlllhaL pada Label dl bawah lnl 1abel 10 L88LuAAn 8unCA uAn 8ACl PASlL 8unCA (ln1L8LS1) 8ACl PASlL (8Cll1 Anu LCSS SPA8lnC) LnLn1uAn 8unCA ul8uA1 AuA WAk1u AkAu uLnCAn ASuMSl SLLALu un1unC (Cu81unl1? CCS1) LnLn1uAn 8LSA8n?A nlS8AP 8ACl PASlL ul8uA1 AuA SAA1 AkAu uLnCAn MLML8PA1lkAn kLMunCklnAn un1unC A1Au 8uCl 8LSA8n?A L8SLn1ASL 8L8uASA8kAn AuA !uMLAP uAnC (MCuAL) ?AnC ulln!AMkAn 8LSA8n?A nlS8AP 8ACl PASlL ulSLSuAlkAn AuA kLun1unCAn/kL8uClAn ?AnC MunCkln AkAn ulL8CLLP 8L81uASA8kAn L8SLn1ASL 1L81Ln1u LM8A?A8An 8unCA 1L1A SLL81l ?AnC ul!An!l!kAn CLLP lPAk nASA8AP (8Alk un1unC A1Au 8uCl) 8lSlkC un1unC A1Au 8uCl AkAn ul1AnCCunC CLLP kLuuA 8LLAP lPAk !uMLAP LM8A?A8An 8unCA 1L1A SLkALlun nASA8AP un1unC (8CCMlnC) !uMLAP LM8AClAn A1Au LM8A?A8An SLCA8A 8CC8SlCnAL kL8L8AuAAn 8unCA ul8ACukAn kLPALALAnn?A CLLP S?A8lAP 1L8MASuk lSLAM 1luAk AuA kLA8SAPAn MLnCLnAl 8ACl PASlL nAMun uAA1 ullMLLLM1ASlkAn uALAM 8Ak1lk 8lSnlS CLnuL8unC LkSLCl1A1ll uAn 1luAk AulL uluASA8kAn AkAu uAn kLSLAkA1An kLuuA 8LLAP lPAk 1L8!Aul nLCA1lvL S8LAu 1luAk AuA nLCA1lvL S8LAu Sumber dladapLasl darl 1rlyuwono 2001 43 C konsep kepemlllkan dan enllalan AseL 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 126 Clrl uLama dalam konsep kepemlllkan menuruL syarlah adalah leglLlmasl kepemlllkan LerganLung pada unsur morallLas ualam kepemlllkan aseL (asseL) umumnya dldasarkan pada konsep hlsLorls dan dlcaLaL sebesar harga perolehannya sesual dengan harga pada saaL pembellan aLau perplndahan hak anLara pen[ual dengan pembell dengan menguLamakan pada prlnslp amanahnya Cleh karena Allah SW1lah semaLamaLa merupakan pemlllk muLlak Lerhadap aseL aLau harLa yang klLa mlllkl Manusla hanya sebagal penerlma LlLlpan Lerhadap aseL unLuk dlpergunakan sebagalmana mesLlnya sesual dengan LunLunan syarlah Sebab Allah SW1 akan memlnLa perLanggung[awaban Lerhadap pengelolaan dan penggunaan aseL LersebuL secara adll dan benar Sekecll apapun aseL yang dlmlllkl Lldak akan lepas darl perLanggung[awaban dl hadapan pengadllan Allah SW1 yang Maha Adll LersebuL (kelak dl harl akhlr) ualam Al Cur'an dan hadlLs 8asulullah dl[elaskan sebagal berlkuL o Surah All lmran 189 arLlnya kepunyaan Allah lah kera[aan langlL dan buml Allah Maha erkasa aLas segala sesuaLu" o Surah Al 8aqarah 29 arLlnya ulalah Allah yang men[adlkan segala yang ada dlbuml unLuk kamu dan ula berkehendak (menclpLakan) langlL lalu dl[adlkannya Lu[uh langlL uan ula Maha mengeLahul segala sesuaLu" o ualam PadlLs 8asulullah SAW Crang yang menguasal Lanah yang Lldak berLuan Lldak lagl berhak aLas Lanah lLu [lka seLelah Llga Lahun menguasalnya la Lldak menggarapnya dengan balk" Pal lnl menun[ukkan bahwa pemanfaaLan sumber daya yang Lldak eflslen dan Lldak produkLlf harus dlhlndarkan agar mampu menclpLakan LlngkaL produkLlvlLas dan eflslensl dalam upaya unLuk menclpLakan kemaslahaLan dan kese[ahLeraan umaL berdasarkan konsep dan prlsnlp syarlah Sehlngga dalam pemanfaaLan dan pengelolaan sumber daya aLau asseL LersebuL hendaknya selalu memperhaLlkan halhal (prlnslp) berlkuL 1 kekayaan aLau kepemlllkan harus LeLap Lersebar (CS Al Pasyr 7) secara Lerus menerus dlanLara semua laplsan masyarakaL 2 embayaran zakaL harus sebandlng dengan kekayaan yang dlmlllklnya 3 enggunaan yang berfaedah penekanan penggunaan 'dl[alan Allah SW1' 4 engunaan yang Lldak meruglkan menghlndarl kepemlllkan muLlak 3 kepemlllkan yang sah (CS Annlsa 29) 6 Adanya keselmbangan pemanfaaLan (CS Allsra 29 dan An nlsa 3637) 7 enggunaan yang sesual hak unLuk kemaslahaLan umaL 8 emanfaaLan unLuk kehldupan manusla dalam mencapal rldha Allah mengedepankan hukum warls blla yang bersangkuLan Lelah menlnggal dunla u uASA8 LnlLAlAn PA81A (ASL1) ualam penllalan harLa (aseL) adalah masa aLau perlodlk saLu Lahun (Lelah sampal haulnya) LeruLama unLuk dasar penllalan dan pengenaan zakaL dan pa[ak Sebagal dasar uLama adalah dlLekankan dengan mekanlsme perhlLungan zakaL yalLu mencapal nlsab dan haulnya ualam CS AdzuzaarlyaaL 19 arLlnya uan pada harLaharLa mereka unLuk orang mlskln yang memlnLa dan orang mlskln yang Lldak bahaglan uemlklan pula dalam hadlLs 8asulullah SAW 1ldak ada zakaL yang dlkenakan Lerhadap harLa benda yang dlmlllkl kurang darl saLu Lahun" 8erdasarkan hal LersebuL maka dasar penllalan harLa 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 127 dalam prakLlk blsnls (muhasabah) berdasarkan syarlah adalah Lelah sampal haulnya (perlodlk saLu Lahun) dan seLlap akhlr perlodlk dllakukan penllalan berdasarkan prlnslp akunLansl unLuk menenLukan besarnya zakaL maupun pa[aknya Pameed (2000 20) value aL currenL (markeL prlce) and Lhen pay zakah (on lL) Pal lnl menunu[ukkan bahwa currenL value akan leblh sesual dlbandlngkan dengan hlsLorlcal cosL dalam pembayaran zakaL karena dalam konsep currenL value Lelah memperhlLungkan aLau menyesualkan dengan kondlsl (lnflasl maupun deflasl) ekonoml pada masa LersebuL !adl dasar penllalan uLama yang dlgunakan dalam lslam adalah hlsLorlcal cosL namun dengan LeLap memperhaLlkan unsur currenL value dan hal berlkuL SlsLem lnl dldasarkan aLas dasar Lransaksl perolehan aseL Menggunakan konsep kehaLlhaLlan (prudenL concepL) aLau konservaLlsme dan perLanggung[awaban (responslblllLy) sebagal wu[ud pengelolaan LeruLama kepada Allah SW1 dan pemlllk modal (lnvesLor) ualam reallsaslnya dlkalLkan dengan konsep penandlngan (maLchlng prlnclples) Menggunakan dasar perlodlcally sebagal dasar penllalan dan alokasl aseL secara wa[ar dan obyekLlf (falr) L Laba ualam konLeks SlsLem Lkonoml 1anpa 8unga 8lba adalah salah saLu hal yang dllarang dalam lslam Larangan rlba Lelah [elas dlmuaL dalam Al Cu'ran dan PadlLs 8asulullah SAW sebagal berlkuL (CS 3 130) Pal orangorang yang berlman [anganlah kamu memakan rlba dengan berllpaL ganda dan berLaqwallah kepada Allah supaya kamu mendapaL keberunLungan" (CS 2 273279) Crangorang yang makan (mengambll) rlba Lldak dapaL berdlrl melalnkan seperLl berdlrlnya orang kemasukan syeLan lanLaran (Lekanan) penyaklL [lwa keadaan mereka yang demlklan lLu adalah dlsebabkan mereka berkaLa (berpendapaL) sesungguhnya [ual bell lLu sama dengan rlba padahal Allah Lelah menghalalkan [ual bell dan mengharamkan rlba Crangorang yang Lelah sampal kepadanya larangan darl 1uhannya lalu Lerus berhenLl darl mengambll rlba maka baglnya apa yang Lelah dlambllnya dahulu (sebelum daLang larangan) dan urusan Lerserah kepada Allah Crangorang yang mengulangl (mengambll rlba) maka orang lLu adalah penghunl neraka mereka kekal dl dalamnya Allah memusnahkan rlba dan menyuburkan sedekah dan Allah Lldak menyukal seLlap orang kekaflran dan selalu berbuaL dosa Sesungguhnya orangorang yang berlman menger[akan amal shaleh mendlrlkan sembayang dan menunalkan zakaL mereka mendapaLkan pahala pada slsl 1uhannya 1ldak ada kekhawaLlran padanya dan Lldak pula mereka bersedlh haLl Pal orangorang yang berlman berLaqwallah kepada Allah dan Llnggalkan slsa rlba (yang belum dlpunguL) [lka kamu orangorang yang berlman maka [lka kamu Lldak menger[akannya (menlnggalkan slsa rlba) maka keLahullah bahwa Allah dan 8asul nya akan memeranglmu uan [lka kamu berLaubaL (darl pengambllan rlba) maka baglmu pokok harLamu kamu Lldak menganlaya dan Lldak pula dlanlaya" (CS 4 161) kaml Lelah menyedlakan unLuk orangorang kaflr dlanLara mereka lLu slksa yang pedlh" (CS 30 39) uan sesudah rlba (Lambahan) yang kamu berlkan agar dla berLambah pada harLa manusla maka rlba lLu Lldak akan menambah pada slsl Allah uan [lka 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 128 apa yang kamu berlkan berupa zakaL yang kamu maksudkan unLuk mendapaLkan kerldhaan Allah maka (yang berbuaL demlklan) lLulah orangorang yang mellpLakangandakan pahalanya" CS An nlssa 160161 Maka dlsebabkan kezhallman orangorang yahudl kaml haramkan aLas mereka yang (memakan makanan) yang balkbalk (yang dahulunya) dlhalalkan bagl mereka dan karena mereka banyak menghalangl (manusla) darl [alan Allah dan dlsebabkan mereka memakan rlba padahal sesungguhnya mereka Lelah dllarang darlpadanya dan karena mereka memakan harLa orangorang yang kaflr dlanLara mereka lLu slksa yang pedlh" CS Al 8aqarah 278279 Pal orangorang yang berlman berLaqwalah kepada Allah dan Llnggalkan slsa rlba (yang belum dlpunguL) [lka kamu orangorang yang berlman Maka [lka kamu Lldak menger[akan (menlnggalkan slsa rlba) maka keLahullah bahwa Allah dan 8asulnya akan memeranglmu uan [lka kamu berLaubaL (darl pengambllan rlba) maka baglmu pokok harLamu kamu Lldak menganlaya dan Lldak pula dlanlaya" Selan[uLnya dalam hadlLs 8asulullah SAW dl[elaskan anLara laln sebagal berlkuL uarl usamah bln Zald 8asulullah SAW bersabda Sesungguhnya rlba lLu blsa Ler[adl pada [ual bell secara uLang (kredlL) (P8 8ukharl Musllm dan Ahmad) uarl Abu Sald Al khudrl 8asulullah SAW bersabda !angan meleblhleblhkan saLu dengan yang lalnnya [angan men[ual perak unLuk perak kecuall keduanya seLara dan [angan meleblhleblhkan saLu dengan yang lalnnya dan [angan men[ual sesuaLu yang Lldak Lampak" (P8 8ukharl Musllm 1armldzl Masa'l dan Ahmad) uarl ubada bln Saml 8asulullah SAW bersabda Lmas unLu emas perak unLuk perak gandum unLuk gandum 8arang slapa membayar leblh aLau menerlma leblh dla Lelah berbuaL rlba emberl dan penerlma sama sa[a (dalam dosa)" !ablr berkaLa bahwa 8asullah SAW MenguLuk orang yang menerlma rlba orangh yang membayarnya dan orang yang mencaLaLnya dan dua orang sakslnya kemudlan bellau bersabda Mereka semuanya sama" (P8 Musllm) ulrlwayaLkan oleh Abu Puralrah bahwa 8asullah SAW berkaLa ada malam per[alananku Ml'ra[ aku mellhaL orangorang yang peruLnya seperLl rumah dldalamnya dlpenuhl oleh ularular yang kellhaLan darl luar Aku berLanya kepada !lbrll slapakah mereka lLu !lbrll men[awab bahwa mereka adalah orangorang yang memakan rlba" ulrlwayaLkan oleh Abu Puralrah bahwa SAW bersabda 8lba lLu memlllkl Lu[uh puluh LlngkaLan adapun LlngkaL yang pallng rendah (dosanya) sama dengan seseorang yang melakukan zlna dengan lbunya sendlrl" ul slsl laln Al Cur'an [uga memberlkan an[uran bagl pemberl pln[aman (kredlLur) unLuk memberlkan kerlnganan [lka pemln[am (deblLur) mengalaml kesullLan dalam membayar Pal lnl dlLegaskan dalam CS SuraL Al 8aqarah ayaL 280 !lka orang beruLang lLu dalam kesukaran maka berl Langguh sampal dla berkelapangan uan menyedekahkan sebaglan aLau seluruh uLang lLu leblh balk baglmu [lka kamu mengeLahu" (CS 2 280) Sebagal mana dluralkan sebelumnya rlba dlkelompokkan men[adl dua baglan yalLu 8lba uLang luLang (rlba duyun) dan 8lba !ual 8ell (rlba buyu') ualam llmu llqlh bahwa rlba adalah ldenLlk dengan bunga Lermasuk rlba uLang pluLang lnl yang dlkelompokkan men[adl 8lba nasl'ah adalah rlba karena perLukaran yang se[enls dan [umlahnya 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 129 dlleblhkan karena adanya Lenggang wakLu/[angka wakLu sedangkan 8lba ladhl yalLu blla perLukaran barang yang se[enls Lapl [umlahnya Lldak selmbang (mlsLlan bl mlLslln) aLau suaLu manfaaL aLau LlngkaL keleblhan LerLenLu yang dlsyaraLkan Lerhadap yang beruLang Ma[ells ulama lndonesla (Mul) melalul faLwa yang dlkeluarkan Langgal 16 uesember 2003 Lelah menyaLakan bahwa bunga bank LersebuL ldenLlk dengan rlba dan rlba lLu hukumnya haram Sehlngga dalam perekonomlan khususnya dl bldang perbankan dan sekLor rlel lalnnya unLuk mewu[udkan konsepsl slsLem perekomlan lslam aLau sesual dengan aqldah lslam LersebuL Lelah dldlrlkan beberapa perbankan syarlah dan beberapa unlL usaha syarlah lalnnya seperLl asuransl syarlah pemblayaan syarlah pegadalan syralah reksadana syarlah dan koperasl syarlah Pal lnl sesual dengan rekomendasl Munas nu dl 8andar Lampung dan 8ogor agar 8nu mendlrlkan bank lslam dengan slsLem Lanpa bunga (8aLsul Masall Munas 8andar Lampung 1992) l konsep 1lme value of Money (1vM) dalam lslam konsep 1vM (poslLlve preference) menyebuLkan bahwa nllal komodlLas saaL lnl leblh Llnggl dlbandlng masa depan (Achslen 2000 43) karena konsep lnl merupakan pola ekonoml yang normal slsLemaLls dan raslonal ulskonLo dalam masalah lnl berkalLan dengan LlngkaL bunga adahal dalam lslam slsLem bunga dllarang LeruLama dalam penllalan lnvesLasl dlskonLo dan sebagal cosL of caplLal Selan[uLnya dalam lslam uang dan kekayaan harus dlgunakan unLuk keblasaan balk bukan unLuk eksplolLasl dalam pemanfaaLannya Lldak boleh berleblhleblhan dan Lldak boleh dlblarkan slasla menganggur Sehlngga caplLal budgeLlng yang dldasarkan pada dlskonLo unLuk menllal proyek aLau lnvesLasl berLenLangan dan Lldak dlbenarkan menuruL syarlaL lslam Selaln lLu slsLem bunga (lnLeresL) sebagal salah saLu fakLor dlskonLo yang dllarang merupakan benLuk prakLlk rlba Sehlngga sebagal alLernaLlf pengganLlnya adalah menggunakn LlngkaL pengemballan (rank of reLurn) bukan raLe of reLurn Sebagal conLoh unLuk saham (lnvesLasl) dengan memperhaLlkan LS (earnlng per share) dengan LeLap memperhaLlkan konsep proflL and loss sharlng C 8LLLvAnSl kCnSL LA8A 8L88ASlS PlS1C8lS uLnCAn 8uSlnLSS lnCCML 8ahwa konsep buslness lncome leblh relevan darl pada konsep laba berbasls hlsLorls karena nllal hlsLorls yang dl[adlkan dasar penllalan dan pengukuran aLas aseL aLau Lranskasl yang akan dlkenakan zakaL Lldak blsa mengakul Lransaksl pada nllal wa[arnya yang dlLun[ukkan dengan nllal saaL lnl PlsLorlcal cosL [uga gagal mengaLasl prlnslp reallsasl karena hlsLorlcal cosL Lldak blsa mengakul kenalkan nllal yang belum dlreallsasl aLas aseL yang dlmlllkl perusahaan pada perlodlk LerLenLu Sedangkan konsep laba buslness lncome leblh relevan karena kesesualannnya dengan mekanlsme zakaL yang mengakul dan menlall aseL (harLa) berdasarkan nllal sekarang (currenL value) dan slsLem Lanpa bunga yang ada dalam lslam CurrenL value dalam prakLlk akunLansl dapaL dlgunakan sebagal dasar penllalan dan pengukuran dengan menggunakan neL reallzable value (replacemenL cosL) CurrenL value lnl dldasarkan pada nllal masukan dan nllal keluaran 8lla nllal masukan dlnyaLakan dalam saLuan klnl maka perhlLungan laba sama dengan hlsLorlcal cosL LeLapl laba yang dlhasllkan mencakup penahanan keunLungan dan keruglan lnl dlreallsasl aLau Lldak melalul pen[ualan aLau perLukaran 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 130 Leblh lan[uL Pendrlksen dan van 8reda (2000 306) memberlkan rumusan secara al[abar LenLang laba dengan dasar currenL cash equlvalenL sebagal berlkuL Laba nSuM + nSu*) *) nSuM nllal saLuan usaha dalam saLuan harga masukan klnl nSu nllal saLuan usaha dalam saLuan nllal pasar darl maslngmaslng aseL namun perlu dllngaL bahwa unLuk memperolah laba LersebuL harus memperhaLlkan prlnslp ekonoml (berkorban seeflsen mungkln unLuk mencapa laba yang proporslonal) sesual dengan prlnslp syarlah (prlnslp muamalah) dalam lslam sebagal berlkuL 1 Sallng rldha ('an Laradhln) 2 Palal1haylb (halalan Lhaylban) 3 8ebas rlba dan eksplolLasl (dzulm) 4 8ebas manlpulasl (ghoror) 3 Sallng mengunLungkan (La'awun) 6 1ldak membahayakan (mudharaL) 7 AnLl monopoll dan spekulasl (masylr) 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 131 8A8 xll LnlLAlAn uAn LnCuku8An uALAM Akun1AnSl S?A8lAP A endahuluan ualam pembahasan baglan lnl akan dlgunakan akunakun laporan keuangan syarlah yang sesual dengan Lu[uan zakaL LeruLama adalah aseL Sedangkan akunakun LersebuL mellpuLl aseL yang dlgunakan sebagal modal ker[a dlmana aseL LeLap bukan merupakan sub[ek zakaL sebagalmana yang dlnyaLakan oleh AAClll (1998) dalam pen[elasan aLas SLaLemenL of llnanclal AccounLlng no 9 LenLang zakaL Sedangkan SA Slddlqul (1962 31) seperLl yang dlkuLlp oleh 8ahman (1996 26463) mengungkapkan [enls[enls harLa yang bebas zakaL yalLu rumah kedlaman pakalan yang dlkenakan perkakas rumah blnaLang Lunggangan sen[aLa yang dlgunakan makanan barang perhlasan emas dan perak uang selaln yang LerbuaL darl emas dan perak yang dlgunakan unLuk berbelan[a prlbadl bukubuku alaLalaL dan mesln yang dlgunakan unLuk proses produksl dan blnaLangblnaLang unLuk mengolah perLanlan ualam uu 8l no 38 Lahun 1999 LenLang engelolaan ZakaL pada pasal 11 ayaL (2) menyaLakan bahwa harLa yang dlkenal zakaL adalah a Lmas perak dan uang b erdagangan dan perusahaan c Pasll perLanlan hasll perkebunan dan hasll perlkanan d Pasll perLambangan e Pasll peLernakan f Pasll pendapaLan dan [asa g 8lkaz (barang Lerpendam/Lemuan) AseL LeLap yang dlgunakan unLuk proses produksl selan[uLnya pada sebuah perusahaan Lldak men[adl baglan aseL yang dlkenakan pa[ak Adapun krlLerla harLa (aseL) yang memenuhl kewa[lban zakaL adalah 1) kepemlllkan aLas aseL LersebuL Lldak sedang dlcadangkan (unencumbered possesslon) 1ldak ada kewa[lban zakaL bagl pemlllk aseL aLas aseL yang dlcadangkan aLau dl[amlnkan 2) Mengalaml perLumbuhan aLau dengan esLlmasl erLumbuhan dalam benLuk rlll Llmbul aklbaL adanya reproduksl aLau dlmaksudkan unLuk dlperdagangkan erLumbuhan dengan esLlmasl Llmbul [lka sebuah aseL memlllkl poLensl unLuk menghasllkan keunLungan dan Lermasuk kas dan seLara kas [uga Lermasuk emas dan perak walaupun Lldak dllnvesLaslkan 3) Mencapal nlsab nlsab adalah baLas mlnlmum Lldak dlkenal kewa[lban zakaL Pal lnl 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 132 dlmaksudkan unLuk membebaskan kepemlllkan harLa darl keLenLuan mlnlmum dlkenakannya zakaL 4) 1elah melewaLl haul (Lahun) kewa[lban zakaL aLas aseL harus sudah melewaLl Lahun kalender bulan (hl[rlyah) yang dlmulal pada saaL nlsab dlLenLukan Adapun yang Lermasuk dalam aseL yang dlkenal kewa[lban zakaL (selaln aseL LeLap) adalah 1 kas dan seLara kas adalah kas Lerdlrl darl saldo kas (cash on hand) dan rekenlng glro sedangkan seLara kas (cash equlvalenL) adalah lnvesLasl yang slfaLnya sangaL llquld ber[angka pendek dan yang dengan cepaL dapaL dl[adlkan kas dalam [umlah LerLenLu Lanpa menghadapl rlslko perubahan nllal yang slgnlflkan 2 luLang luLang adalah klalm Lerhadap plhak laln aLas penyerahan barang aLau [asa dalam rangka keglaLan usaha perusahaan luLang dl slnl adalah pluLang neLLo seLelah dlkurangl provlsl unLuk pluLang raguragu 3 AseL yang dlperoleh unLuk dlperdagangkan (mlsalnya persedlaan suraLsuraL berharga real esLaLe dan lalnlaln) AseL yang dlperoleh unLuk unLuk dlperdagangkan harus dlukur pada nllal ekulvalen Lunalnya pada saaL zakaL sampal haul dan nlsabnya 4 AseL pemblayaan (mlsalnya Mudharabah Musyarakah Salam dan lsLlsna' dan lalnlaln) AseL pemblayaan haruslah neLLo merupakan aseL berslh (neLLo) darl semua provlsl unLuk semua nllal aLau noncollecLlblllLynya uanadana yang dlgunakan unLuk mendapaLkan aseL LeLap yang berhubungan dengan aseL pemblayaan harus dlkurangkan 8 kCnSL LnlLAlAn uAn LnCuku8An AkunAkun (CS) enllalan dan pengukuran akunakun laporan keuangan syarlah berkalLan eraL dengan meLoda pengukuran zakaL Adapun meLoda pengukuran zakaL ada dua meLoda yalLu meLoda aseL berslh (neL asseLs) dan dana yang dllnvesLaslkan berslh (neL lnvesLed fund) uasar pengukuran zakaL dengan meLoda aseL neLo adalah aseL yang blsa dlkenakan zakaL dlkurangl kewa[lban yang [aLuh Lempo yang harus dlbayar pada akhlr Lahun laporan keuangan dlkurangl ekulLas rekenlng lnvesLasl Lldak LerbaLas saham mlnorlLas ekulLas yang dlmlllkl oleh pemerlnLah dan dlkurangl ekulLas yang dlmlllkl oleh dana hlbah kemudlan dlkurangl ekulLas yang dlmlllkl badan soslal dan ekulLas yang Lermasuk pada organlsasl nlrlaba Lldak Lermasuk yang dlmlllkl lndlvldu Sedangkan dasar pengenaan zakaL menggunakan meLoda dana yang dllnvesLaslkan neLLo adalah modal dlseLor dlLambah cadangan dlLambah provlsl dlLambah provlsl yang Lldak dlkurangkan yang [aLuh Lempo unLuk dlbayarkan selama Lahun yang berakhlr pada Langgal laporan poslsl keuangan dlkurangl aseL LeLap neLo dlkurangl lnvesLasl yang Lldak dlbell unLuk dlperdagangkan mlsalnya real esLaLe unLuk dlsewakan dan akumulasl keruglan 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 133 1abel 11 uASA8 LnlLAlAn Akun Akun LAC8An kLuAnCAn S?A8lAP uASA8 ZAkA1 uLnCAn ML1CuA 8L8SlP (nL1 ASSL1S ML1PCuS) nama Akun uasar enllalan AseL kas dan seLara kas luLang emblayaan Mudharabah emblayaan musyarakah Salam lsLlsna'a AseL perdagangan ersedlaan SuraL berharga 8eal esLaLe Laln laln kewa[lban kewa[lban lancar kewa[lban [angka pan[ang kewa[lban laln LkulLas rekenlng lnvesLasl yang Lldak LerbaLas LkulLas yang dlmlllkl oleh pemerlnLah ekulLas yang dlmlllkl oleh dana hlbah ekulLas yang dlmlllkl lembaga soslal ekulLas yang dlmlllkl oleh organlsasl nlrlaba Lldak Lermasuk yang dlmlllkl lndlvldu Saham mlnorlLas (mlnorlLy lnLeresL) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal seLara kas (cash equlvalenL value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) Sumber Aao lll (1998 288) uasar enllalan ALas akunakun Laporan keuangan Syarlah sebagal dasar pengenaan ZakaL dengan meLoda neL lnvesLed lunds MeLhod sebagal berlkuL 1abel 12 ML1CuA uAnA ?AnC ullnvLS1ASlkAn 8L8SlP (nL1 lnvLS1Lu lunuS ML1PCu) nama akun uasar enllalan AseL Lldak unLuk dlperdagangkan 8eal esLaLe unLuk dlsewakan Lalnlaln AseL LeLapl (neLLo) Cadangan yang Lldak dlcadangkan darl aseL kewa[lban yang belum [aLuh Lempo yang harus dlbayarkan pada perlodlk laporan keuangan yang akan daLang LkulLas pemlllk 1ambahan modal dlseLor Cadangan Laba dlLahan Laba berslh perlodlk ber[alan nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) nllal buku (book value) Sumber AAClll (1998 288) ualam meLoda aseL berslh perusahaan nampak bahwa aseL aLau aseL yang dlnllal adalah 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 134 aseL lancar ulmana sesual pada pembahasan sebelumnya bahwa aseL yang wa[lb dlkenal zakaL adalah aseL lancar yang akan dlolah (dlproses) unLuk menghasllkan pendapaLan !adl [elaslah bahwa aseL yang dlkenal kewa[lban zakaL bagl perusahaan adalah aseL dalam kaLegorl aseL lancar (kas seLara kas pluLang barang perdagangan dan aseL pemblayaan) yang dlnllal berdasarkan prlnslpprlnslp currenL value dengan menggunakan meLoda cash equlvalenL value C kCnSL LA8A Akun1AnSl S?A8lAP embahasan konsep laba akunLansl syarlah akan dllakukan dengan Llga pendekaLan dalam Leorl akunLansl yalLu pendekaLan slnLaksls semanLls dan pragmaLls Laba secara slnLaksls yalLu melalul aLuranaLuran yang mendeflnlslkannya secara semanLls yalLu melalul hubungan pada reallLas ekonoml yang mendasarl dan secara pragmaLls merupakan penggunaan laba oleh para pemakalnya Lanpa memperhaLlkan bagalmana hal lLu dlukur aLau apakah lLu arLlnya (Pendrlksen dan van 8reda 2000 329) 1) LA8A Akun1AnSl S?A8lAP AuA 1lnCkA1An Sln1AkSlS konsep laba dalam LlngkaLan memberlkan aLuranaLuran yang merupakan lnLerpreLasl dunla nyaLa aLau dampak perlakuan laba yang dldasarkan pada prlnslp dan premls yang Ler[adl keLenLuan dan aLuran lLu dlbuaL logls dan konslsLen dengan mendasarkan pada premls dan konsep yang Lelah dlkembangkan darl prakLlk yang Lelah ada AkunLansl konvenslonal cenderung unLuk menerlma dan menggunakan konsepkonsep LersebuL sebagal suaLu lnLerpreLasl dalam dunla nyaLa ara pemakal konsep laba pada LlngkaLan slnLaksls harus memahaml bahwa arLl laba akunLansl hanya dapaL dlmengerLl dengan mengeLahul bagalmana laba dlukur yalLu bagalmana operaslonallsme aLas laba yang bersangkuLan dl mana pemakal harus memahaml operasl yang dlgunakan akunLansl unLuk menghasllkan [umlah laba endekaLan Lransaksl pada pengukuran laba adalah pendekaLan leblh konvenslonal yang dlgunakan oleh akunLansl saaL lnl ualam pendekaLan lnl mellbaLkan caLaLan penllalan aseL dan kewa[lban hanya blla lnl merupakan hasll darl Lransaksl lsLllah Lransaksl dlgunakan dalam pengerLlan luas unLuk mencakup balk Lransaksl lnLernal maupun eksLernal 1ransaksl eksLernal berasal darl melakukan blsnls dengan plhak luar dan Lransfer aseL aLau kewa[lban ke aLau darl perusahaan lLu Sedangkan Lransaksl lnLernal berasal darl penggunaan aLau konversl aseL dl dalam perusahaan Sedangkan pendekaLan akLlvlLas dalam pengukuran laba berbeda dengan pendekaLan Lransaksl dl mana pendekaLan akLlvlLas leblh memuaskan pada deskrlpsl akLlvlLas sebuah perusahaan dan bukan pada pelaporan Lransaksl Laba dlasumslkan Llmbul blla akLlvlLasakLlvlLas aLau ke[adlanke[adlan LerLenLu Ler[adl Lldak hanya sebagal hasll darl Lransaksl speslflk erbedaan uLama adalah bahwa pendekaLan Lransaksl dldasarkan pada proses pelaporan yang mengukur suaLu ke[adlan eksLernal yalLu Lransaksl sedangkan pendekaLan akLlvlLas dldasarkan pada konsep akLlvlLas aLau dunla nyaLa dalam pengerLlan yang leblh luas unLuk leblh memahaml konsep laba dalam akunLansl syarlah dalam LlngkaLan slnLaksls maka [uga harus dlpahaml dengan mengeLahul bagalmana operaslonallsme unLuk mengukur laba yalLu bagalmana proses yang dllakukan unLuk menghasllkan laba SeperLl 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 133 halnya konsep laba dalam akunLansl konvenslonal konsep laba akunLansl syarlah [uga mengenal dua pendekaLan dalam pengukuran laba yalLu pendekaLan Lransaksl dan pendekaLan akLlvlLas dalam proses pengukuran laba kedua pendekaLan dlgunakan dalam akunLansl syarlah karena maslngmaslng sebenarnya mempunyal poslsl yang sallng melengkapl dan berada dalam proses yang beruruLan sehlngga fakLor wakLu pencaLaLan (Llmlng) dan penllalan (valuaLlon) memegang peranan penLlng uengan penggunaan kedua pendekaLan dalam LlngkaLan slnLakLls dalam konsep akunLansl syarlah maka komponen laba dapaL dlklaslflkaslkan ke dalam beberapa cara mlsalnya berdasarkan produk golongan pelanggan suppller aLau dlkelompokkan menuruL segmen laln keunLungan yang dlperoleh dengan mekanlsme seperLl lLu adalah laba yang berasal darl berbagal sumber seperLl darl operasl dan penyebab eksLernal dapaL dllaporkan secara Lerplsah sehlngga lnformasl yang dlhasllkan akan sangaL bermanfaaL bagl para pemakalnya kedua pendekaLan dalam LlngkaLan slnLaksls akunLansl syarlah LersebuL dapaL dlLurunkan dalam reallLas dunla nyaLa dalam memenuhl salah saLu rukun lslam yalLu pelaksanaan kewa[lban zakaL ZakaL merupakan reallLas amanah yang dlLransformaslkan pada skala yang leblh kecll dalam lnLernal sebuah organlsasl 2) LA8A Akun1AnSl S?A8lAP AuA 1lnCkA1An SLMAn1lk Laba akunLansl pada LlngkaLan semanLlk memusaLkan perhaLlan kepada hubungan hubungan anLara fenomena (ob[ek aLau perlsLlwa) dengan slmbol yang mewaklll fenomena LersebuL (Pendrlksen dan van 8reda 2000 329) unLuk memberlkan makna lnLerpreLaLlf pada laba akunLansl konvenslonal menggunakan konsep ekonoml sebagal LlLlk Lolak yalLu konsep perubahan kese[ahLeraan dan makslmallsasl laba Laba dalam akunLansl syarlah dalam LlngkaLan semanLlk sangaL berkalLan eraL dengan Lu[uan akunLansl syarlah lLu sendlrl Adnan (1999 4) menyaLakan bahwa Lu[uan akunLansl syarlah [lka dlllhaL darl ldeallsme syarlah dapaL dlbagl men[adl dua LlngkaLan yalLu LlngkaLan ldeal dan LlngkaLan prakLls Secara umum dapaL dlkeLahul bahwa Lu[uan laba dalam akunLansl syarlah adalah unLuk memenuhl salah saLu rukun lslam yalLu kewa[lban menunalkan zakaL Cleh karena lLulah laba dalam akunLansl syarlah dlperlukan unLuk menllal [alannya operaslonal usaha apakah sudah dllakukan secara eflslen aLau belum unLuk melakukan perLanggung[awaban balk perLanggung[awaban kepada pemlllk (pemegang saham) maupun perLanggung[awaban kepada sang maha pemlllk Allah SW1 Cleh karena lLu laba dalam akunLansl syarlah [uga harus blsa dlgunakan unLuk menllal eflslensl aLas keglaLan lnvesLasl perusahaan Lflslensl LersebuL akan Lercermln dalam LlngkaL pengemballan aLas lnvesLasl yang dlhlLung dengan laba berslh dlbagl [umlah modal yang dllnvesLaslkan 3) LA8A Akun1AnSl S?A8lAP AuA 1lnCkA1An 8ACMA1lS konsep pragmaLlk darl laba berkalLan dengan proses kepuLusan yang dllakukan oleh 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 136 plhakplhak yang menggunakan lnformasl laba LersebuL aLau perlsLlwaperlsLlwa yang dlpengaruhl oleh lnformasl aLas laba LersebuL Secara slngkaL laba pragmaLlk merupakan pengka[lan mengenal hubungan anLara slmbol (1uanakoLLa 1984 4) Slmbolslmbol yang berbeda akan merangsang LanggapanLanggapan yang berbeda darl pemakal LerLenLu sekallpun slmbolslmbol lLu mempunyal makna yang sama emakal yang berbeda [uga mungkln menafslrkan slmbol yang sama dalam pengerLlan yang berbedabeda konsep laba pragmaLlk dalam akunLansl syarlah memusaLkan perhaLlan pada relevansl lnformasl yang dlkomunlkaskan kepada pembuaL kepuLusan dan prllaku darl prlbadl prlbadl aLau kelompokkelompok prlbadl sebagal aklbaL dlsa[lkannya lnformasl akunLansl konsep laba pragmaLlk dalam akunLansl syarlah harus mencermlnkan nllalnllal eLlka lslam dl mana plhakplhak pemakal laporan laba harus berperllaku secara lslam Cleh karena lLu konsep laba pada LlngkaLan lnl dapaL dlbahas dengan pendekaLan eLls endekaLan eLls dalam Leorl akunLansl memberlkan penekanan kepada konsep keadllan kebenaran dan kelayakan (1uanakoLLa 1984 13) Cleh karena lLu lnformasl aLas laba seharusnya memperhaLlkan halhal berlkuL 1 Menggunakan prosedurprosedur akunLansl yang dapaL memberlkan perlakuan yang sama kepada semua plhak 2 Laporan labarugl harus menya[lkan pernyaLaan yang benar dan akuraL 3 uaLa akunLansl harus layak Lldak blas dan Lldak memlhak pada kepenLlngan kepenLlngan LerLenLu kelayakan keadllan dan Lldak memlhak sebenarnya merupakan pandangan bahwa laporan keuangan syarlah Lldak boleh Ler[angklL oleh pengaruh aLau blas yang Lldak seharusnya Ler[adl konsep laba pragmaLls dalam akunLansl syarlah dapaL dlbagl dalam beberapa Lu[uan yalLu laba sebagal penenLu besarnya kewa[lban zakaL sebagal dasar pengambllan kepuLusan dan konLrakLual dan laba sebagal alaL peramal u LA8A SL8ACAl SA8AnA LnCPl1unCAn ZAkA1 ZakaL merupakan hal yang sangaL asasl dalam lslam dlmana zakaL merupakan salah saLu rukun lslam Lldak hanya wa[lb bagl 8asulullah LeLapl [uga bagl seluruh umaL dan dlwa[lbkannya penunalan zakaL lLu dlLegaskan oleh ayaLayaL Cur'an yang Legas dan [elas dan oleh sunnah 8asulullah yang dlsakslkan semua orang muLawaLlr dan oleh konsensus (l[ma') seluruh umaL semen[ak dulu sampal sekarang (Cardawl 1991 86) Laba yang dlperoleh dengan menggunakan akunLansl syarlah sebagal dasar penyusunan laporan keuangannya harus dapaL dlpakal sebagal dasar unLuk memenuhl rukun lslam LersebuL Sehlngga Lu[uan akunLansl syarlah salah saLunya adalah sebagal dasar penghlLungan zakaL (Pameed 2000 17 1rlyuwono 1997a 14) ZakaL dlmaksudkan sebagal upaya unLuk mengakLuallsaslkan kelslaman [aLl dlrl manusla pada dlmensl eLls dan morallLasnya yang LerkalL dengan reallLas soslal sebagal khallfah Allah dl muka buml (Mas'ud 1991 33) kalLannya dengan konsep laba akunLansl syarlah secara pragmaLls adalah lnformasl laba harus dapaL dl[adlkan dasar penghlLungan zakaL ZakaL aLas pendapaLan harus Lerleblh dahulu dlkurangkan blaya dan ongkosongkos unLuk memperoleh pedapaLan LersebuL berdasarkan pengqlasan Lerhadap hasll buml dan se[enlsnya bahwa blaya harus dlkeluarkan Lerleblh dahulu baru 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 137 zakaL dlkeluarkan darl slsa (Cardawl 1991 486) lnformasl laba secara pragmaLls dalam akunLansl syarlah harus blsa dl[adlkan dasar penghlLungan zakaL Sebab zakaL merupakan sarana aLau lnsLlLusl yang akan membedakan anLara seorang mu'mln darl seorang munaflk yang dl[elaskan oleh Allah dalam AlCur'an (9 67) L LA8A SL8ACAl uASA8 LnCAM8lLAn kLu1uSAn uAn kCn18Ak keluaran (ouLpuL) laporan keuangan berdasrkan prlnslp syarlah dlLu[ukan unLuk semua pemakal laporan keuangan Lanpa membedakan laLar belakang para pemakalnya lnformasl laba blasanya dlgunakan sebagal dasar pengambllan kepuLusan Sama seperLl lnvesLor yang akan menggunakan lnformasl aLas laba LersebuL unLuk mempredlkslkan LlngkaL pengendallan aLas modal yang akan dlLanamkan plhak mana[emen [uga berkepenLlngan dengan rencana dl masa depan kepuLusankepuLusan yang dlambll LersebuL berlmpllkasl aLau mempengaruhl ke[adlan masa mendaLang engambllan kepuLusan aLas dasar lnformasl laba [uga men[adl dasar darl banyak hubungan hukum dan konLrakLual dalam masyarakaL kekuaLan darl pendekaLan konLrakLual adalah bahwa hal lLu Lldak menunLuL lnLepreLasl semanLlk aLas perubahan akunLansl (Pendrlksen dan van 8reda 2000 343) ualam slsLem ekonoml lslam Lldak dlkenal adanya slsLem bunga slsLem ekonoml lslam dllaksanakan dengan slsLem bagl hasll (proflL loss sharlng) Cleh karena lLu kalLannya dengan konsep laba akunLansl syarlah adalah bahwa laba akunLansl syarlah dapaL dl[adlkan dasar dalam melaksanakan Lransaksl secara lslam mlsalnya laba aLau esLlmasl darl laba (keunLungan) dl[adlkan dasar dalam beberapa produk pemblayaan syarlah l LA8A SL8ACAl ALA1 L8AMAL Laba sebagal alaL peramal blasanya dlgunakan sebagal dasar kepuLusan lnvesLasl mlsalnya laba dlgunakan unLuk mempredlksl harga per lembar saham nllal sebuah perusahaan dan nllal saham dalam perusaahaan lLu LerganLung pada allran dlsLrlbusl masa depan yang dlharapkan kepada pemegang saham 8erdasarkan pengharapan lnl pemegang saham saaL lnl dapaL memuLuskan unLuk men[ual saham lLu aLau Lerus menahannya lnformasl laba yang dlpredlkslkan harus mempunyal slgnlflkasl dunla nyaLa aLau konsep laba akunLansl syarlah yang dlproyekslkan relevan dengan proses kepuLusan lnvesLor Sebaglan besar lnvesLor menghendakl agar predlksl masa depan yang dllaporkan relevan bagl evaluasl saham suaLu perusahaan dalam kepuLusan [ual bell Cleh karena lLu predlksl aLas laba harus dldasarkan pada penllalan dan pengukuran secara LepaL Zald dan 1lbblLs (1999 16) leblh [auh menyaLakan bahwa salah saLu prlnslp sebagal dasar perLlmbangan dalam akunLansl syarlah adalah kebenaran dan keLerbukaan laporan kepengurusan rlnslp keLerbukaan lnl berasal darl prlnslp al mu'amalaL dl mana seLlap Lransaksl perlsLlwaperlsLlwa ekonoml aLau kepuLusan yang dlbuaL harus halal (dlperbolehkan) dalam lslam Laba akunLansl syarlah sebagal alaL peramal banyak dlgunakan dalam pembuaLan konLrak ker[asama pemblayaan lslam Mannan (1997 168) menyaLakan bahwa Lransaksl 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 138 pemblayaan mudharabah dan musyarakah memerlukan predlksl aLas keunLungan sebagal dasar pembaglan hasll aLas lnvesLasl yang yang dllaksanakan uarl pembahasan dl aLas dapaL dlslmpulkan bahwa konsep laba akunLansl syarlah dapaL dlLln[au darl Llga LlngkaLan yalLu konsep lana akunLansl syarlah pada LlngkaLan slnLaksls slmanLlk dan pragmaLls ada LlngkaLan lnl konsep laba akunLansl syarlah menggunakan pendekaLan akLlvlLas dan pendekaLan Lransaksl secara beruruLan endekaLan akLlvlLas dan Lransaksl mempunyal poslsl yang sallng melengkapl dan berada pada proses yang beruruLan sehlngga fakLor wakLu (Llmlng) dan penllalan (valuaLlon) memegang peranan penLlng ada LlngkaLan semanLls laba akunLansl syarlah men[elaskan bagalmana hubungan anLara fenomena (obyek aLau perlsLlwa) dengan slmbol yang mewaklll fenomena LersebuL konsep laba akunLansl syarlah pada LlngkaLan semanLls lnl berkalLan eraL dengan Lu[uan akunLansl syarlah lLu sendlrl Sedangkan pada LlngkaLan pragmaLls konsep laba akunLansl syarlah dapaL dlgunakan unLuk men[elaskan relevansl lnformasl yang dlkomunlkaslkan kepada pembuaL kepuLusan dan perllaku darl prlbadl aLau kelompok sebagal aklbaL dlsa[lkannya lnformasl aLas laba 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 139 LAMl8An LAC8An kLuAnCAn L88AnkAn S?A8lAP 1u[uan Laporan keuangan menyedlakan lnformasl mengenal poslsl keuangan klner[a dan perubahan poslsl keuangan unLuk pengambllan kepuLusan ekonoml yang raslonal dan sesual dengan prlnslp syarlah Llemen laporan keuangan 1 neraca 2 Laporan Laba 8ugl 3 Laporan erubahan LkulLas 4 Laporan Arus kas 3 Laporan erubahan lnvesLasl 1erlkaL (Mudharabah Muqayyadah) 6 Laporan Sumber dan enggunaan uana ZlS 7 Laporan Sumber dan enggunaan uana Cardh (Cardhul Pasan) 8 CaLaLan ALas Laporan keuangan emakal yang berkepenLlngan aLas laporan keuangan 1 emlllk dana (shahlbul maal) 2 kredlLur 3 embayar zakaL (muzakl) lnfaq dan sadaqah 4 emegang saham (lnvesLor) 3 CLorlLas pengawasan (uewan engawas Syarlah) 6 8ank lndonesla 7 emerlnLah 8 Lembaga pen[amln pln[aman (LrusLee) dan 9 MasyarakaL (ASl 2003 12) edoman enyusunan engungkapan Laporan keuangan erbankan Syarlah 1 eraLuran yang dlkeluarkan oleh 8ank lndonesla 2 kerangka uasar enyusunan dan enya[lan Laporan keuangan umum kerangka uasar enyusunan dan enya[lan Laporan keuangan erbankan Syarlah SAk umum SAk erbankan Syarlah no39/2003 dan lnLerpreLasl ernyaLaan SLandar AkunLansl keuangan (lSAk) 3 AccounLlng AudlLlng and Covernance SLandards for lslamc llnanclal lnsLlLuLlons yang dlLerblLkan oleh AAClll 8ahraln Lahun 2001 4 lnLernaLlonal AccounLlng SLandard (lAS) SlAS yang Lldak berLenLangan dengan prlnslp syarlah 3 eraLuran perundangundangan yang relevan dan prakLlk akunLansl yang berLerlma umum sepan[ang Lldak berLenLangan dengan prlnslp syarlah (ASl 2003 13) rlnslp uasar enya[lan Laporan keuangan 1 konslsLensl penya[lan 2 maLerlallLas dan agregasl 3 sallng hapus (offseLLlng) 4 perlodlk pelaporan 3 lnformasl komparaLlf 6 relevansl 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 140 keLerbaLasan Laporan keuangan (ASl 2003 1117) 1 berslfaL hlsLorls 2 berslfaL umum 3 berslfaL konservaLlf 4 benLuk formallLas 3 menggunakan lsLllah bahasa Leknls 6 menggunakan perLlmbangan dan esLlmasl 7 melaporkan lnformasl maLerlal sa[a 8 beragammnya meLode akunLansl hlngga menlmbulkan varlasl pengukuran sumber daya ekonomls dan 9 lnformasl berslfaL kuallLaLlf dan fakLa Lldak dapaL dlkuanLlflkaslkan umumnya dlabalkan 8Ank S?A8lAP MLMlLlkl lunCSl SL8ACAl 8L8lku1 1 Mana[er lnvesLasl dapaL mengelola lnvesLasl aLas dana nasabah menggunakan akad mudharabah aLau sebagal agen lnvesLasl 2 lnvesLor melakukan lnvesLasl dana bank syarlah aLau dana nasabah berdasarkan prlnslp bagl hasll 3 enyedla [asa keuangan dan lalullnLas pembayaran 4 engemban fungsl soslal dalam benLuk pengelolaan dana ZlS dan pln[aman keba[lkan (qardhul hasan) sesual dengan peraLuran dan keLenLuan yang berlaku 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 141 nL8ACA 8Ank S?A8lAP er 31 uesember 20072008 2007 (8p) 2008 (8p) 2007 (8p) 2008 (8p) ASL1 1 kas 2 enempaLan pada 8ank lndonesla 3 Clro pada bank laln 4 enempaLan pada bank laln 3 lnvesLasl pada efek/suraL berharga 6 luLang a Murabahah b Salam c lsLlshna 7 emblayaan Mudharabah 8 emblayaan Musyarakah 9 ln[aman Card 10 enyaluran uana lnvesLasl 1erlkaL (LxecuLlng) 11 enylslhan keuglan penghapusbukuan aseL produkLlf 12 Sedlaan 13 1aglhan aLas kewa[lban aksepLasl 14 l[arah 13 AseL lsLlshan dalam penyelesalan 16 enyerLaan pada enLlLas laln 17 AseL 1eLap dan Akumulasl enyusuLan 18 luLang pendapaLan bagl hasll 19 luLang pendapaLan l[arah 20 AseL lalnnya kLWA!l8An lnvLS1ASl 1L8lkA1 uAn Lkul1AS 1 kewa[labn segera 2 8agl hasll yang belum dlbaglkan 3 Slmpanan a Clro Wadlah b 1abungan Wadlah 4 Slmpanan darl bank laln a Clro Wadlah b 1abungan Wadlah 3 uLang a Salam b lsLlshna c kewa[lban laln 6 kewa[lban dana lnvesLasl LerlkaL (LxecuLlng) 7 uLang a[ak 8 LsLlmasl keruglan komlLmen dan konLl[ensl 9 ln[aman yang dlLerlma 10 l[aman Subordlnasl lnvLS1ASl 1luAk 1L8lkA1 1 lnvesLasl Lldak LerlkaL darl bukan bank a 1abungan Mudharabah b ueposlLo Mudaharabah 2 lnvesLasl Lldak LerlkaL darl bank a 1abungan Mudharabah b ueposlLo Mudaharabah Lkul1AS 1 Modal dlseLor 2 1ambahan modal dlseLor 3 Saldo laba/rugl 1C1AL ASL1 xxx xxx 1C1AL kLWA!l8An lnvLS1ASl 1luAk 1L8lkA1 uAn Lkul1AS xxx xxx 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 142 LAC8An LA8A 8uCl 8Ank S?A8lAP unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2008 endapaLan Cperasl uLama 1) endapaLan darl [ual bell a endapaLan margln murabahah b endapaLan salam paralel c endapaLan lsLlshna paralel l) pendapaLan lsLlshna ll) harga pokok lsLlshna endapaLan berslh lsLlshna paralel xxx (xx) xxx xxx xxxxx 2) endapaLan darl sewa a pendapaLan sewa b keunLungan pelepsan aseL l[arah c keunLungan lalnnya 1C1AL LnuAA1An SLWA d 8eban penyusuLan aseL l[arah e 8eban pemellharaan aseL l[arah f 8eban sewa aseL l[arah g 8ugl pelepasan aseL l[arah 1C1AL 8L8An SLWA endapaLan berslh sewa xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxxx xxxx xxxx 3) endapaLan darl bagl hasll a endapaLan bagl hasll murabahah b endapaLan bagl hasll musyarakah 1oLal pendapaLan darl bagl hasll xxxx xxxx xxxx 4) endapaLan operasl uLama lalnnya a endapaLan bonus SW8l b 8agl hasll SerLlflkaL lMA c SuraL berharga syarlah lalnnya 1oLal pendapaLan operasl uLama 1oLal pendapaLan operasl uLama xxx xxx xxx xxx xxxx 3) Pak plhak keLlga aLas bagl hasll lnvesLasl Lldak LerlkaL endapaLan bank sebagal mudharlb (xxx) xxxx 6) endapaLan operasl lalnnya a endapaLan fee hlwalah b endapaLan fee rahn c endapaLan fee kafalah d endapaLan fee wakalah e endapaLan fee lnvesLasl LerlkaL f enerlmaan keleblhan qard g endapaLan admlnslLarsl 1oLal pendapaLan operasl lalnnya xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxxx 7) 8eban operasl lalnnya a 8eban bonus wadlah b 8eban bagl hasll serLlflkaL lMA c keruglan penurunan aseL d 8eben penylslhan keruglan aseL produkLlf e 8eban penyusuLan aseL LeLap f 8eban Lransaksl valuLa aslng g 8eban preml dalam rangka pen[ualan h 8eban sewa l 8eban promosl [ 8eban admlnlsLrasl dan umum 1oLal beban operasl lalnnya xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) 8) endapaLan nonoperasl xxxx 9) 8eban nonoperasl (xxx) 10) ZakaL (xxx) 11) a[ak (xxx) Laba berslh seLelah zakaL dan pa[ak xxxxx 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 143 LAC8An A8uS kAS 8Ank S?A8lAP unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2007 dan 2008 2007 2008 Arus kas darl AkLlvlLas Cperasl xxxx xxxx Laba/rugl berslh enyesualan unLuk merekonslllasl laba/rugl berslh men[adl kas berslh darl keglaLan operasl enyusuLan aseL LeLap enylslhan keruglan (pemballkan aLas penylslhan) unLuk Clro pada bank laln enempaLan pada bank laln Lfekefek emblayaan Sedlaan AseL enyerLaan AseL laln xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx enylslhan aLas penurunan nllal pasar suraLsuraL berharga Laba pen[ualan aseL LeLap endapaLan dlvlden AmorLlsasl blaya emlsl saham AmorLlsasl akLlv Lldak berwu[ud Sellslh kurs karena pen[abaran laporan keuangan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx erubahan aseL dan kewa[lban operasl enempaLan pada bank laln SuraL berharga emblayaan AseL lalnlaln xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx Slmpanan Clro 1abungan deposlLo ber[angka SerLlflkaL deposlLo kewa[lban segera lalnnya uLang pa[ak kewa[lban laln xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx kas berslh dlperoleh (dlgunakan unLuk) keglaLan operasl xxxx xxxx Arus kas darl AkLlvlLas lnvesLasl xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx enyerLaan saham erolehan aseL LeLap Sellslh kurs pen[abaran lap keuangan unLuk aseL LeLap Pasll pen[ualan aseL LeLap enerlmaan dlvlden kas berslh dlperoleh (dlgunakan unLuk) keglaLan lnvesLasl xxxx xxxx Arus kas darl AkLlvlLas endanaan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx kenalkan (penurunan) pln[aman yang dlLerlma Pasll penerblLan saham embayaran dlvlden kas berslh dlperoleh (dugunakan unLuk) keglaLan pendanaan xxxx xxxx kenalkan berslh kas dan seLara kas xxxx xxxx kas dan seLara kas awal Lahun xxxx xxxx kas dan seLara kas akhlr Lahun xxxx xxxx 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 144 LAC8An L8u8APAn Lkul1AS 8Ank S?A8lAP unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2007 dan 2008 uralan CaL Modal Saham dlLemp aLkan dan dlseLor (8p) 1amba han modal dlseLor (8p) Sells lh penll alan kem ball aseL LeLap (8p) Sellslh penllal an wa[ar efek yg Lersedl a unLuk dl[ual (8p) endap aLan kompre henslf laln (8p) Sells kurs karena pen[ab aran laporan keuang n (8p) Saldo laba yang Lelah dlLenLukan pengunaanny a Saldo laba yg belum dlLenLu kan penggu nannya (8p) 1oLal mod al bersl h (8p) Cad 1u[u an (8p) Cad umu m (8p) Saldo pada Langgal 31 !anuarl 2007 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx enyesualan sehubungan dengan penerapan kebl[akan akunLansl baru aLas h xxx xxx Saldo pada Langgal 1 !anurl 2007 dlsa[lkan kemball xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx engunaan selama Lahun ber[alan (xxx) (xxx) ulLenLukan unLuk cadangan Lu[uan xxx xxx (xxx) ulLenLukan unLuk cadangan umum (xxx) embaglan dlvlden (xxx) (xxx) 8ugl berslh selama Lahun ber[alan (xxx) (xxx) Saldo pada Langgal 31 uesember 2007 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx Pasll penerblLan saham darl penawaran umum LerbaLas kepada para pemegang saham xxx xxx enambahan selama Lahun ber[alan xxx ulLenLukan unLuk cadangan Lu[uan xxx xxx (xxx) 8ugl berslh selama Lahun ber[alan (xxx) (xxx) Saldo pada Langgal 31 uesember 2008 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 143 LAC8An L8u8APAn uAnA lnvLS1ASl 1L8lkA1 8Ank S?A8lAP unLuk perlodlk yang berakhlr sd 31 uesember 2007 dan 2008 uralan orLofollo A orLofollo 8 1oLal 2008 2007 2008 2007 2008 2007 Saldo awal xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx !umlah unlL lnvesLasl awal perlodlk unlL unlL unlL unlL unlL unlL nllal per unlL lnvesLasl xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL enerlmaan dana xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx enarlkan dana (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) keunLungan (rugl) lnvesLasl xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx 8laya admlnlsLrasl (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) lee bank sebagal agen/mana[er lnvesLasl (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) (xxxx) Saldo lnvesLasl pada akhlr perlodlk xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx !umlah unlL lnvesLasl akhlr perlodlk unlL unlL unlL unlL unlL unlL nllal unlL lnvesLasl akhlr perlodlk xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL xx/unlL LAC8An SuM8L8 uAn LnCCunAAn uAnA ZlS 8Ank S?A8lAP unLuk 1ahun 2007 dan 2008 uralan CaLaLan 2008 (8p) 2007 (8p) Sumber dana ZlS ZakaL darl bank ZakaL darl luar bank lnfaq dan shadaqah xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx 1oLal sumber dana xxxx xxxx engunaan dana ZlS laklr Mlskln Amll Crang yang baru masuk lslam (muallaf) Crang yang LerllllL uLang (gharlm) Pamba sahaya (rlqab) Crang yanmg ber[lhad (flsabllllllah) Crang yang dalam per[alanan (lbnusabll) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx 1oLal penggunaan xxxx xxxx kenalkan (penurunan) sumber aLas penggunaan Sumber dana ZlS pada awal Lahun xxxx xxxx Sumber dana ZlS pada akhlr Lahun xxxx xxxx 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 146 LAC8An SuM8L8 uAn LnCCunAAn uAnA CA8u 8Ank S?A8lAP unLuk 1ahun 2007 dan 2008 uralan CaLaLan 2008 (8p) 2007 (8p) Sumber dana Card lnfaq dan shadaqah uenda Sumbangan/hlbah endapaLan non halal xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx 1oLal sumber dana xxxx xxxx engunaan dana Card ln[aman Sumbangan xxxx xxxx xxxx xxxx 1oLal penggunaan dana Card xxxx xxxx kenalkan (penurunan) sumber aLas penggunaan Sumber dana Card pada awal Lahun xxxx xxxx Sumber dana Card pada akhlr Lahun xxxx xxxx CA1A1An A1AS LAC8An kLuAnCAn unsur caLaLan aLas laporan keuangan perbankan syarlah Lerdlrl darl 1 Cambaran umum 8ank Syarlah o pendlrlan bank syarlah o rlwayaL rlngkas bank o nomor dan Langgal akLe pendlrlan o bldang usaha uLama sesual anggaran dasar dan rumah Langga o LempaL kedudukan bank syarlah o Langgal mulalnya operasl o karyawan dlreksl dan dewan komlsarls o uewan engawas Syarlah (uS) o sLrukLur kepemlllkan bank syarlah o hubungan kepemlllkan anak perusahaan dengan bank syarlah 2 lkhLlsar keb[akan akunLansl o uasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan o kebl[akan akunLansl ([udgmenL of accounLlng) o erubahan kebl[akan akunLansl esLlmasl dan kesalahan mendasar 3 en[elasan aLas akun (pospos) laporan keuangan 4 lnformasl penLlng lalnnya (lnformasl maLerlal) 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 147 uAl1A8 uS1AkA A8 1970 8aslc ConcepLs and AccounLlng rlnclples underlylng llnanclal SLaLemenLs of 8uslness LnLerprlses A8 SLaLemenL no 4 new ?ork AlCA 8ank lndonesla 2006 kamus lsLllah keuangan dan erbankan Syarlah uS !akarLa 8ank lndonesla 2003 8lro erbankan Syarlah edoman AkunLansl erbankan Syarlah lndonesla (ASl) !akarLa 8ank lndonesla Sk ulreksl 8ank lndonesla no 32/34/kep/ulr 1anggal 12 Mel 1999 LenLang 8ank umum 8erdasarkan rlnslp Syarlah 8ank lndonesla Sk ulreksl 8ank lndonesla no 32/36/kep/ulr 1anggal 12 Mel 1999 LenLang 8ank erkredlLan 8akyaL 8erdasarkan rlnslp Syarlah 8elkaoul Ahmed 1999 AccounLlng 1heory 1er[emahan Lrwan uukaL Ak Croup ?ogyakarLa uLAC 8epubllk lndonesla 2004 Al Cur'an nul Carlm 1oha uLra Semarang uSnMul dan 8ank lndonesla 2003 Plmpunan laLwa uewan Syarlah naslonal 1 lnLermasa !akarLa Lchols !ohn M dan Pasan Shadlly 1996 kamus lnggrlslndonesla enerblL 1 Cramedla usLaka uLama !akarLa lAS8 1978 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 1 Cb[ecLlves of llnanclal 8eporLlng by 8uslness LnLerprlses SLamford ConnecLlcuL lAS8 1980 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 2 CuallLaLlve CharacLerlsLlcs of AccounLlng lnformaLlon SLamford ConnecLlcuL lAS8 1980 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 3 LlemenL of llnanclal SLaLemenL of 8uslness LnLerprlses SLamford ConnecLlcuL lAS8 1984 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 3 8ecognlLlon and MeasuremenL ln llnanclal 8eporLlng of 8uslness LnLerprlses SLamford ConnecLlcuL lAS8 1983 SLaLemenL of llnanclal AccounLlng ConcepL no 6 LlemenL of llnanclal SLaLemenL A 8eplacemenL of lAS8 ConcepLs SLaLemenL no 3 SLamford ConnecLlcuL Cade Muhammad 2002 AkunLansl Syarlah enerblL Salemba LmpaL !akarLa 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 148 llamholLz LC 1988 ueveloplng Puman 8esources AccounLlng as a Puman resources ueclslon SupporL SysLem AccounLlng Porlzons SepLember pp 19 Codzall lmam dan Anls Charlrl 2003 1eorl AkunLansl enerblL 8 undlp Semarang Parahap Sofyan Syafrl 2007 1eorl AkunLansl (Ldlsl 8evlsl) 8a[a Craflndo ersada !akarLa Pendrlksen Lldon S 1997 1eorl AkunLansl 1er[emahan oleh Marlanus Slnaga Ldlsl keempaL enerblL Lrlangga !akarLa hLLp//wwwLazklaonllnecom/mallphp3/reclplenLredaksl[Lazklacom lAl 2007 ernyaLaan SLandar AkunLansl keuangan Salemba LmpaL !akarLa !umlrln Asylkln 2000 erubahan Parga dan engungkapannya dalam Laporan keuangan menuruL endekaLan uolar konsLan dan AkunLansl 8laya 8er[alan ArLlkel (Lldak dlpubllkaslkan) kam v 1990 AccounLlng 1heory 2nd Ld new ?ork !ohn Wlley and Sons kusnadl kerLahadl dan Lukman Samsudln 1983 1eorl AkunLansl enerblL usaha naslonal Surabaya lndonesla usaL engembangan 8ahasa 2003 kamus 8esar 8ahasa lndonesla 8alal usLaka !akarLa aLon WA LlLLleLon AC 1970 An lnLroducLlon Lo CorporaLe AccounLlng SLandards AAA Monograph no 3 Mlchlgan uSA 8epubllk lndonesla undangundang no 10 Lahun 1998 LenLang erbankan !akarLa Saroso dan Pasbl 8amll 2003 8lro erbankan Syarlah !akarLa Modul elaLlhan dl 8an[armasln Salomon u 1978 1he ollLlzaLlon of AccounLlng !ournal of AccounLancy (novemper) Sprlng ScoLL Wllllam 8 1997 llnanclal AccounLlng 1heory renLlce Pall lnc new !ersey uSA 1uanakoLLa 1heodorus M 1986 1eorl AkunLansl enerblL lL unlverslLas lndonesla !akarLa Wolk Parry L dan 1earney Mlchael C 1998 AccounLlng 1heory A ConcepLual and lnsLlLuLlonal Approach lourLh LdlLlon SouLh WesLern ubllshlng Co Chlo 1eorl AkunLansl !umlrln Asylkln (S1lL lndonesla 8an[armasln) 149 ?uwono lwan 1rl 2002 AkunLansl Syarlah enerblL Salemba LmpaL !akarLa Zlmmerman eL all 1970 A SLaLemenL of 8aslc AccounLlng osLulaLes and rlnclples unlverslLy of llllnols