Anda di halaman 1dari 24

M PEMBAHASAN

2.1 BERBAGAI PANDANGAN TENTANG TEORI

Akuntan sering dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi yang
memerlukan interpretasi atau analisis khusus seperti analisis ekonomi, social, hukum,statistic,
dan politik. Misalnya, dalam akuntansi terdapat karakteristik kualitatif dari informasi yang di
sajikan dalam laporan keuangan, yaitu obyektif. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti
terhadap kualitas tersebut, karena memang akuntansi bukan bersifat matematis yang memiliki
obyektifitas mutlak. Celakanya, dalam akuntasi banyak terdapat perbedaan konsep yang diajukan
oleh para teoritis yang sering bersifat tidak saling menguntungkan. Dengan kata lain banyak ahli
akuntansi yang ‘’ setuju untuk tidak setuju’’ dalam berbagai hal, misalnya dalam hal penilaian
aktiva dan hutang.

Oleh karena itu tidak mengherankan bila sampai sekarang banyak terdapat interpretasi yang
berbeda terhadap teori dan praktek akuntansi. Beberapa interpretasi tersebut adalah sebagai
berikut:

• Akuntansi sebagai catatan historis

Teori ini menganggap akuntasi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu perusahaan. Hal ini
didasarkan pada anggapan konservatisme, obyektivitas, konsistensi dan observasi tindakan
akuntan di masa lampau. Teori ini didasarkan juga pada standar akuntasi yang dihasilkan oleh
badan yang berwenang.

• Akuntasi sebagai bahasa

Meskipun akuntasi tidak di ajarkan dalam kelas bahasa, secara teoritis, akuntasi sering dianggap
sebagai bahasa karena manajemen harus mengkomonikasikan informasi yang diolahnya kepada
pihak lain, seperti pemegang saham.

• Akuntasi sebagai politik antar perusahaan

Teori ini menyatakan bahwa system akuntasi merefleksikan dan mendukung nilai-nilai dan
kebutuhan kelompok tertentu, dan informasi akuntasi dan digunakan sebagai sumber untuk
membuat kebijakan perusahaan, khususnya dalam proses pengambilan keputusan. Misalnya,
perusahaan menggunakan angaran dan laporan eksternal sebagai dasar kebijakan perusahaan.
Hal ini di gunakan oleh manajemen untuk menunjukan bahwa divisi tertentu bekerja lebih
efisien di bandingkan yang lainya. Penggunaan laporan tersebut pada akhirnya di maksudkan
untuk menentukan kebijakan alokasi sumber-suber ekonomi dalam perusahaan.

• Penentuan standar akuntasi adalah proses politik

Atas dasar teori ini, manajer sering kali melobi pembuat standar akuntasi dengan maksud agar
standar akuntansi yang dihasilkan dapat melayani dan menguntungkan kebutuhan mereka.
Manajemen unumnya akan melobi agar standar yang di hasilkan dapat menigkatkan kompensasi
manajemen, mengurangi beban pajak, dan mengurangi biaya pembukuan. Dengan demikian
standar akuntasi merupakan hasil dari proses politik bukan efisiensi teknis.

• Akuntasi sebagai mitologi

Teori ini menganggap system akuntasi sebagai sumber-sumber yang bersifat social untuk
mempertahankan mitos rasionalisasi. Dengan demikian akuntasi akan digunakan sebagai alat
untuk kepentingan justifikasi, rasionalisasi dan legitimasi keputusan yang akhirnya melayani
kepentingan individu lainya.

• Akuntasi sebagai informasi komunikasi dan keputusan

Teori ini memandang akuntasi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan, seperti
mengkomunikasaikan pengaruh inflasi terhadap kebutuhan para pemakai, dan pengaruh inflasi
terhadap perilaku manajer dan investor dalam mengambil keputusan ekonom.

• Akuntasi sebagai barang ekonomi

Teori ini menganggap akuntasi sebagai seperangkat informasi yang memiliki unsure biaya dan
manfaat. Dieluarkanya standar akuntasi akan menimbulkan biaya tertentu dalam perusahan,
regulasi menentukan siapa yang menanggung biaya tersebut dan menikmati manfaatnya.

• Akuntasi sebagai komoditi social

Atas dasar teori ini akuntasi di pandang mempengaruhi kesejahterahaan dan kemakmuran
kelompok tertentu dalam masyarakat. Angka-angka yang di hasilkan akuntansi akan
mempengaruhi investor dalam menginvestasikan dananyaa dalam masyarakat. Angka-angka
tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan perusahaan, kesejahteraan karyawan
dan masyarakatan serta membantu pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah.

• Akuntasi sebagai ideology dan ekspolitasi

Akuntasi merupakan ideology dari masyarakat kapitalis yang menjembatani pemakaian teknik-
teknik tertentu untuk mengekspolitasi kekayaan demi kepentingan kelompok elit tertentu atas
beban kerugian pada masyarakat luas dan karyawan.

• Akuntasi sebagai klub social

Teori ini menganggap prinsip-prinsip, standar dan masyarakat akuntansi muncul untuk
mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan tujuan- tujuan akuntan. Kelompok tersebut
menciptakan budaya profesional dan meningkatkan monopoli terhadap pengetahuan
professional. Profisi akuntan akan terus membangun kesan yang baik dari masyarakat akan
kopetensi profesi mereka.

Apabila dikaji, jelas bahwa teori-teori di atas menghasilkan interpretasi yang berbeda
dan kadang bertentangan terhadap arti penting akuntasi dan bagaimanaa prinsif akuntasi
seharusnya dikembangkan. Untuk melihat relevansi darigb masing-masing interpretasi tersebut,
dibawah ini akan dibahas dasar-dasar teori sebagai acuan untuk membahas teori akuntasi

2.2 APA YANG DI MAKSUD DENGAN TEORI

Teori dapat dirumuskan dengan mudah apabila teori dilihat sebagai struktur bahasa
berdasarkan elemen yang membentuk teori tersebut. Atas dasar pemahaman seperti ini, teori
dapat dirumuskan dengan menggunakan berbagai pendekatan sesuai dengan sudut pandang yang
digunakan.

Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering kali dinamakan dengan
hipotesis atau proposisi. Proposisi adalah kalimat indikatif (pernyataan tentang konsep) yang
memiliki nilai kebenaran jika dikaitkan dengan fenomena (misalnya, benar, salah, mungkin
benar dan lain-lain). Jika proposisi dikaitkan dengan pengujian empiris, maka proposisi tersebut
disebut hipotesis. Proposi menurut jenisnya terdiri dari 2 macam yaitu proposisi a priori dan
proposisi a posteriori.

proposisi a priori adalah pernyataan yang nilai kebenaranya dapat ditentukan dengan
penalaran murni atau dengan menganalisis dari kata-kata yang digunakan (misalnya :2 + 2 = 4;
segitiga memiliki 3 sisi). Proposisi ini sering disebut proposisi analitik yang sering digunakan
dalam matematika.

proposisi a posteriori adalah pernyataan yang nilai kebenaranya hanya dapat dtentukan
setelah diketahui adanya realitas di alam nyata. Misalnya; lampu lalulintas menyala merah
berarti berhenti. Proposisi ini sering disebut prosisi sintetik/empiric dan sering digunakan sebagai
dasar penyusunan teori di bidang ilmu pengetahuan empiric, seperti fisika.

Bentuk yang paling sederhana dari teori adalah pernyataan terhadap suatu keyakinan
yang di nyatakan dalam bahasa. Salah satu difinisi dari teori adalah system deuktif yang
menyatakan berkurangnya unsur generalisasi. Braithwaite (1968,hal. 22) menyatakan :

Teori ilmiah merupakan system deduktif dimana konsekuensi yang diobservasi secara
logis mengikuti hubungan antara fakta yang diobservasi dengan seperangkat hipotesis dari
system tersebut. Oleh karena itu, studi mengenai scientific theory merupakan studi tentang
system deduktif yang digunakan dalam teori tersebut.

Definisi yang lain, diajukan oleh Popper (1968)yang lebih menekankan pada sifat empiris dari
teori dibandingkan komponen logika yang di kemukakan oleh Braithwaite:

Teori adalah area yang digunakan untuk menangkapapa yang kita namakan ‘‘Dunia’’,
untuk merasionalkan, dan menjelaskanya (p.59).

Atas dasar difinisi tersebut, teori dapat dikatakan sebagai argument logis, sedang
pernyataan terdapat keyakinan baik berupa penjelasan, prediksi atau preskripsi, merupakan suatu
hipotesis. Teori semacam itu terdiri dari seperangkat premis atau pernyataan yang dihubungkan
secara logis untuk menghasilkan suatu hipotesis.
2.3 PERUMUSAN TEORI

Pembetukan suatu teori umumya berawal dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Fenomena tersebut menimbulkan suatu pernyatan yang membutuhkan jawaban. Jawaban tersebut
terletak pada bidang yang sering disebut dengan epistemologi, atau studi tentang penciptaan
suatu pengetahuan

Akuntasi mungkin dapat dipandang sebagai “social science’’, proses pengukuran dan
masalah teknis. Oleh karena itu dalam meriview suatu teori ilmiah (scientific theory), kita perlu
menguji asumsi yang dibuat dengan meetode ilmiah dan sudut pandang yang lain. Masalah
utamnya terletak pada metode yang digunakan apakah metode ilmiah (scientific) Tau metode
alamiah ( naturalistic/interactive). Pedekatan ilmiah lebih bersifat terstruktur dan terencana
dalam hal perancangan risetnya, dimana masalah, hipotesis dan teknik penelitianya dinyatakan
secara jelas.

Sebaliknya, metode alamiah menolak pengunaan prosedur yang terstruktur. Teori


mungkin akan dihasilkan oleh peneliti tidak terkenal dan pasif. Peneliti tersebut mungkin tidak
memiliki konsep-konsep sebelumnya terhadap masalah dan bentuk penelitian yang akan
dihasilkan. Teori atas dasar pendekatan ini dengan sendirinya ditemukan tanpa melalui penelitian
yang ditentukan sebelunya.

A. TeoriSebagai Bahasa

Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa baik yang bersifat verbalatau matematis.
Pengembangan teori itu sendiri biasanya berasal dari abstraksi dunia tidak nyata ( imajinatif),
yaitu yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Namun, agar abstraksi tersebut bermanfaat,
teori akhirnya harus di hubungkan atau di wujudkan dalam dunia nyata. Unsure teori dapat
dilihat pada tampilan 2.2

Tampilan 2.2

Unsur teori
Dunia
Abstrak

Dunia
Nyata
Sumber: Margenau (1966)
A

Teori dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau tanda (symbol). Studi tentang symbol, dalam
filsafat pengetahuan, di kenal dengan istilah semiology. Secara garis besar semiology terdiri dari
tiga bagian, yang dapat dikatakan sebagai unsure teori, yaitu: sintaktik, semantic, dan pragmatic.

1. Sintaktik

Sintaktik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara symbol dengan symbol.
Pertanyaan utama d unsuralam ini adalah apakah kata-kata atau symbol digunakan secara
konsisten dan logis? Sintaktika atau hubungan logis (seperti digambarkan diatas garis
lurus)menghubungkan konsep-konsep dasar (diwujudkan dengan symbol lingkaran).
Hubungan kelogisan dalam sintaktik berkaitan dengan aturan bahasa yang digunakan.
Contohnya, bila teori di wujudkan dalam bahasa Indonesia, maka hubungan tersebut
mengacu pada aturan atau pedoman tata bahasa. Apabila diwujudkan dalam bentuk
matematika, hubungan tersebut mengacu pada aturan yang digunakan dalam matematika.

Unsur sintatik dapat dianalisis dengan mengunakan metodolgi analitik yang didasarkan
pada silogisme, yang memiliki seperangkat pernyataan dan konklusi.

Contoh :

Pertanyaan 1: Jika semua elektron memiliki unsur magnetis


Pertanyaan 2: Dan partikel X tidak memiliki unsure magnetis

Konklusi : Maka partikel X bukan suatu electron

Silogisme tersebut membentuk proposi analitik. Dalam hubungan ini, untuk


membuktikan kebenaran proposi tersebut, arti sebenarnya dari ‘elektron’ tidak perlu di
ketahui. Yang perlu di perhatikan adalah bahwa sintatik berhubungan dengan aliran logika,
bukan keakuratan proposisi argument dari dunia nyata. Oleh sebab itu, evaluasi sintatiks
terhadap suatu teori melibatkan evaluasi validitas (logika) suatu argument yang membentuk
teori tersebut. Jika suatu argument adalah valid, maka pernyataanya adalah benar, dan
konklusinya pasti benar. Sebaliknya logika akan tetap valid meskipun pernyataanya atau
konklusinya tidak benar.

Contoh 2:

Pernyataan 1: Semua rekening yang berkaitan dengan aktiva adalah bersaldo debit

Pernyataan 2: Akuulasi depresiasi berkaitan dengan aktiva

Konklusi: Akumulasi depresiasi memiliki saldo debit

Dari contoh diatas terlihat bahwa konklusi atau hipotesis yang menyatakan bahwa
akumulasi depresiasi bersaldo debit jelas salah. Namun demikian, logikanya ( hubungan
sintaktik) adalah valid karena jika kedua pernyataan tersebut benar, otomatis konklusinya
juga akan benar.

2. Semantik

Semantik menunjukan makna atau kata, tanda atau symbol dengan obyek yang
ada didunia nyata. Pertanyaan yang berkaitan dengan sistematik adalah: “apakah arti
dari setiap kata atau symbol yang digunakan daklam teori? ” Hubungan semantic
ditunjukkan pada tampilan 2.2 sebagai garis lurus yang menghubungkan konsep-konsep
dasar yang dari suatu teori dengan obyek di dunia nyata( disimbolkan dengan gambar
kotak). Hubungan ini seringakali disebut hubungan operasional atau hubungan
koresponden. Hubungan inilah yang membuat teori bermanfaat dan realistic. Misalnya,
persamaan akuntansi Aktiva = Hutang + Modal pada awalnya abstrak. Namun demikian
apabila kita mengkaitkannya dengan obyek di dunia nyata, persamaan tersebut menjadi
realistik. Kebenaran nilai atau keakuratan semantik suatu pernyataan di tentukan oleh
keakuratan deskriptif yang da di dunia nyata.

Kebenaran tersebut didasarkan pada pernyataan atau konklusi individual, bukan pada
aliran logika (arrgumen)

Contoh 3

Pernyataan 1 : semua aktiva dan saldo rekening kontranya bersaldo debit


Pernyataan 2 : retur penjualan bukan rekening aktiva
Konklusi : retur penjualan bersaldo debit

Pernyataan pertama adalah salah dan aliran logika yang berawal dari pernyataan
ke konklusi adalah tidak valid. Oelh karena tidak ada pernyataan yang jelas apakah
rekening non aktiva bersaldo debit atau kredit, maka secara sintaktik konklusi juga akan
mengikuti pernyataan yang sebelumnya. Meskipun demikian dari hubungan semantik
(dunia nyata), konklusinya adalah benar bahwa retur penjualan bersaldo debit.

Atas dasar hubngan senmantik, hipotesis atau teori mengandung dua unsur yaitu
unsur empiris dan unsur sintaktik. Oelh karena hipotesis didasarka pada keadaan dunia
nyata, maka kebenarannya teori yang diajukan sangat tergantung pada hasil observasi.
Dalam contoh akumulasi depresiasi diatas, untuk membuktikan kebenaran
konklusibahwa akumulasi depresiasi bersaldo debit, diperlukan suatu bukti untuk
menentukan apakah rekening tersebut betul-betul bersaldo debit.

3. pragmatis

Hubungan ketiga adalah hubungan pragmatis. Hubungan ini tidak ditunjukkan


dalam tampilan 2.2 karena nbanyak teori yang tidak memiliki aspek pragmatis.
Hubungan pragmatis menunjukkan pengaruh kata-kata atau symbol terhadap seseorang.
Dalam kaitannya dengan akuntansi, aspek pragmatis berkaitan dengan bagaimana
konsep dan praktik akuntansi mempengaruhi prilaku seseorang. Hal ini beralasan bahwa
salah satu tujuan dari pelaporan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
bermanfaat bagai pihak yang berkepentingan untuk membantu pengambilan keputusan
ekonomi. Atas dasar hubungan ini, pendekatan yang populer digunakan untuk
merumuskan teori adalah model keputusan (decision model). Dasar pemikira utama dari
model keputusan adalah bahwa akuntansi harus memenuhi kebutuhan informasi para
pemakai.

Pendekatan pragmatis yang lain adalah dengan cara mengamati reaksi seseorang
terhadap pesan yang sama denagn menggunakan cara yang berbeda. Dalam konteks
akuntansi, dikeluarkannya standar akuntasi mungkin akan memotivasi beberapa manajer
untuk mendukung standar tersebut, sementara manajer yang lain mungkin melobi untuk
membatalkan standar tersebut. Contoh lain, investor atau pemakai laporan keuangan
lainnya yang mendasarkan tindakan atas informasi yang sama, mungkin membeli atau
menjual saham di pasar modal. Lebih lnjut mungkin kita dapat melihat reaksi teknis yang
berbeda dari akuntan terhadap peristiwa yang sama seperti metode pemakaian metode
akuntansi yang berbeda untuk menggambarkan peristiwa ekonomi yang sama.

B. Teori Sebagai Penalaran (Reasoning)

Disamping dapat dipandang sebagai bahasa, teori juga dapat dirumuskan berdasarkan
model penalaran yang digunakan. Artinya bagaimana teori tersebut dihasilkan apakah melalui
argument/penalaran yang berasal dari sesuatu yang bersifat umum ke khusus (penalaran
dedukatif) atau berasal dari sesuatu yang bersifat khusus ke umum (penalaran indukatif).

1) Pendekatan Dedukatif

Dalam pendekatan dedukatif, tujuan merupakan bagian yang paling penting.


Tujuan yang berbeda akan memerlukan struktur yang berbeda dan dapat menghasilkan
prinsip-prinsip yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penakaran dedukati adalah
metode aksioma atau matematika. Atas dasar metode ini, perumusan teori diawali dari
pemakaian asumsi dasar dan aturan-aturan yang akan digunakan untuk menarik
kesimpulan yang logis dari masalah yang dianalisis. Kebenaran teori hanya diuji
berdasarkan logika analitisnya (operasional matematika). Apabila tujuannya benar,
asumsinya benar maka teoriyang dihasilkan juga benar.

2) Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif didasarkan pada pembuatan kesimpulan yang berasal dari


generalisasi atau fenomena yang bersifat khusus (spesifik). Penalaran induktif dimulai
dengan adanyan observasi terhadap seperangkat fenomena tertentu yang merupakan
perwujudan dari suatu yang dapat yang dapat memberikan gambaran umum dari suatu
fenomena, dari sutau yang sifatnya spesifik tersebut, kemudian dianalisis hubungannya
(persamaan dan perbedaannya) untuk digunakan sebagai acuan untuk melakukan
generalisasi. Generalisasi didasarkan pada bukti empiris yang ditemui dalam kegiatan
observasi tersebut. Jadi, berbeda dengan pendekatan deduktif, dalam pendekatan induktif
kebeneran suatu teori tidak didasrakan pada alur logikanya tetapi pada pengujian secara
empiris.

Tampilan 2.1 menunjukkan contoh teori yang dikembangjan melalui penalaran


deduktif (penalaran yang berasal dari pernyataan umum ke khusus), dan penalaran
induktif (penalaran yang berasal dari pernyataan dari khusus ke umum). Penalaran
deduktif menggunakan pernyataan umum untuk mengembangkan prediksi,preskripsi,
atau penjelasan yang bersifat khusus. Sementara itu penalaran induktif menggunakan
observasi khusus untuk mengembangkan implikasi umum dari observasi tersebut.

C. Teori Sebagai Justifikasi (Pembenaran)

Teori sebagai pembenaran merupakan pendekatan alam perumusan teori yang bersifat
normative. Atas dasar pendekatan ini teori dianggap sebagai resep untuk dijadikan acuan dalam
praktik tentang apa yang seharusnya dilakukan. Jadi, teori normatif ini berusaha memberikan
pedoman yang seharusnya dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai (value judgment) yang
digunakan dalam merumuskan teori. Teori normative sering dinamakan teori ɑ priori (artinya
dari sebab ke akibat, atau bersifat deduktif). Alasannya, teori normatif bukan dihasilkan dari
penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”. Teori normatif hanya
menyebutkan hipotesis tentang bagaimana sesuatu seharusnya dipraktikkan, tanpa menguji
hipotesis tersebut.

D. teori sebagai penjelasan dan prediksi

Atas dasar pendekatan ini, teori dianggap bebas nilai (netral). Jadi, teori dirumuskan
berdasarkan bukti empiris untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam praktik dan memprediksi
apa yang akan terjadi seandainya ada perubahan tertentu. Aliran positif merupakan pandangan
yang dikenal luas di kalangan akademisi saat ini. Aliran ini pada awalnya dikenalkan oleh
akademisi di University of Chicago dan meluas ke berbagai universitas seperti Rochester,
California, Barkley, standford, dan New York.

Teori positif didasarkan pada anggapan bahwa kekuasaan dan politik merupakan sesuatu
yang tetap dan sistem sosial dalam organisasi merupakan fenomena empiris konkrit dan bebas
nilai atau tidak tergantung pada manajer dan karyawan yang bekerja organisasi tersebut
(Manchitos, dikutip Nur Indriantoro, 1999). Atas dasar hal ini, pendukung aliran positif
menganggap dirinya seorang pengamat yang netral, obyektif dan dan tidak dipengaruhi nilai
berkaitan dengan fenomena yang diamati.

2.4 PENGUJIAN TERHADAP TEORI

Fungsi penting dari suatu metodologi ilmiah adalah menguji teori untuk menentukan
apakah teori tersebut betul-betul dapat diterima. Oleh karena itu diperlukan kriteria yang jelas
untuk menentukan kebenaran suatu teori. Kebenaran suatu terori harus dapat diuji secara logis
maupun secara empiris sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam perumusan teori.

Jika teorinya didasarkan pada pendekatan matematis (ɑ priori) maka pembuktian


kebenarannya didasarkan pada konsistensi logis. Apabila teori didasarkan pada fenomenal fisika
atau sosial (ɑ posteriori) maka pembuktiannya harus didasarkan pada hubungan antara peristiwa-
peristiwa yang diramalkan dan hasil observasi dunia nyata. Tampilan 2.3 menunjukan skema
pengujian kebenaran dari teori. Dalam menguji suatu teori, perlu perlu dibedakan antara definisi
kebenaran dengan kriteria kebenaran. Definisi kebenaran berkaitan dengan pertanyaan: “apakah
yang dimaksud dengan pernyataan yang benar”. Sementara kriteria kebenaran berkaitan denagn
pertanyaan: “kita mengakui bahwa suatu pertanyaan itu benar”. Banyak ahli filsafat yang
bertahun-tahun mencoba mendefinisikan kebenaran tetapi tidak pernah berhasil. Meskipiun
demikian, kegagalan tersebut tidak akan menghentikan para ahli untuk menguji teori. Seseorang
mungkin memiliki definisi yang bagus mengenai suatu hal akan tetapi, definisi tersebut mungkin
tidak sesuai dengan suatu atau beberapa unsur definisi yang diberikan oleh pihak lain.

Walau arti sebenarnya dari kebenaran sulit untuk di setujui/diterima, kriteria kebenaran
masih memungkinkan untuk diterapkan. Dalam konteks epistemologi, istilah kebenaran mengacu
pada suatu kualitas yang dapat dikaitkan dengan suatu pernyataan atau keyakinan (belief)
sehingga sering ditemui frase “pernyataan yang benar” atau “keyakinan yang benar”.

Ada berbagai cara yang dapat digunakan seseorang untuk meyakini bahwa pernyataan
tertentu dikatakan benar atau salah. Hal ini tergantung pada tingkat keyakinan yang dimiliki
seseorang karena setiap orang memiliki keyakinan yang berbeda dalam memahami kriteria
kebenaran. Tiga kriteria dasar yang sering digunakan adalah: Dogmatis, Terbukti Sendiri (self-
evident), dan ilmiah.

A. Dasar Dogmatis

Kita seringkali membenarkan suatu pernyataan yang dibuat oleh orang lain karena
pernyataan tersebut dibuat berdasarkan suatu otoritas tertentu. Misalnya, kita membaca
Koran dan percaya terhadap apa yang ditulis di Koran tersebut. Kita sering membenarkan
apa yang diajarkan oleh dosen dan apa yang kita baca pada textbook. Secara individu,
kita tidak dapat mengamati atau menguji semua hal atau pernyataan tersebut, sehingga
harus percaya pada pihak lain yang membuat pernyataan tersebut. Keyakinan semacam
itu mungkin timbul karena unsur agama, politik, atau karisma dan posisi dari orang yang
membuat pernyataan tersebut.

Dalam akuntansi, dogmatisme merupakan dasar yang sering digunakan oleh


akuntan untuk menerima validitas aturan-aturan tertentu. Pendekatan semacam ini dapat
diterima karena adanya kebutuhan terhadap keseragaman dalam praktik akuntansi. Yang
menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh keyakinan tersebut harus ditempatkan pada
badan yang berwenang?

Kelemahan pendekatan dogmatis adalah unsur bisa sering dilibatkan dalam menentukan
apakah suatu pernyataan tersebut benar atau salah. Dengan demikian, untuk menilai
kebenaran, faktor penting yang harus diperhatikan adalah pendapat pribadi seseorang
terhadap orang atau grup yang membuat pernyataan tersebut. Bukti obyektif yang
mendukung pernyataan tersebut hanya merupakan bukti pelengkap (secondary).

B.Terbukti Sendiri (self-evident)

Justifikasi terhadap kebenaran yang terbukti sendiri adalah kelogisan (reasonableness),


perasaan (sensibility), kejelasan (obviousness) dari pernyataan yang didasarkan pada
pengetahuan umum, pengalaman dan pengamatan. Contohnya, pernyataan bahwa “akuntansi
menggunakan harga pasar” merupakan kebenaran yang terbukti dengan sendirinya. Untuk
membuktikan kebenran ini, rasanya tidak perlu untuk melalukan studi empiris. Moonitz (1962)
mengemukakan bahwa:

Proposisi yang terbukti sendiri….menentukan lingkungan dimana akuntansi dipraktikkan,


dan memastikan bahwa semua hal yang disetujui adalah valid (benar)

Chambers (1994) juga menyatakan hal sama sebagai berikut:

Bukanlah suatu kenyataan yang bisa diobservasi….bahwa orang memerlukan informasi


akuntansi sehingga tindakan mereka betul betul didukung informasi yang cukup…bahwa
akuntansi berkaitan dengan aspek ekonomi dari tindakan-tindakan….bahwa informasi
akuntansi berkaitan dengan tindakan orang yang berhubungan dengan orang
lain….bahwa proses akuntansi melibatkan manipulasi symbol-simbol angka…bahwa
akuntansi berarti komunikasi

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa proposisi yang terbukti dengan sendirinya dapat
diterima sebagai suatu postulate. Dalam metodologi ilmiah (scientific), proposisi tersebut
menunjukan tahap pertama tentang bagaimana ide-ide diturunkan untuk merumuskan suatu
teori.Ide tersebut dapat muncul dari berbagai situasi seperti berjalan, mimpi dan sebagainya.
Yang penting adalah bagaimana kebenaran dari teori tersebeut dapat diuji dengan baik. Apabila
self-evident merupakan satu-satunya alat uji,yaitu satu-satunya dasar untuk menentukan
kebenaran suatu teori empiris, maka keandalan (reliability) teori tersebut dapat dipertanyakan.

Kriteria self-evident dapat menunjukan sesuatu yang salah dalam pengetahuan. Beberapa
proposisi yang sebelumnya terbukti sendiri benar, mungkin di tunjukkan sesuatu yang
salah.dalam Geometri, pernyataan bahwa garis lurus adalah jarak terpendek antara dua titik”
,mungkin kebenarannya tidak lagi terbukti sendiri karena kebenarannya tergantung pada kaidah
geometri yang mengatur bagaimana kata- kata seperti : garis lurus.” Jarak terpendek antara
didefinisikan.

D. Dasar Ilmiah

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tiga unsur teori yang berbeda (sintaktik
semantic,dan pragmatic).Setiap unsur menghasilkan metode ilmiah yang berbeda dalam
merumuskan atau mengembangkan suatu teori. Meskipun demikian, cara – cara digunakan untuk
mengembangkan dan menguji teori ilmiah merupakan suatu yang menimbulkan suatu perdebatan
dalam filsafat ilmu pengetahuan ( lihat pembahasan filsafat ilmu pada bab). Berikut ini dibahas
perdebatan tersebut.

1. Sintaktik Dan Induksi( syntactics dan inducpions )


Agar bermanfaat dalam ilmu pengetahuan,suatu teori atau pernyataan harus
dirumuskan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk diuji kebenarannya.
Dengan demikian, teori atau pernyataan tersebut harus dirumuskan sedemikian
rupa sehingga dapat dikelompokkan kesalah satu kategori berikut ini, yaitu
Sintaktik dan Induksi
Sintaktik. Suatu teori dapat dikelompokkan sebagai sintaktik apabila suatu
teori tersebut dapat di pastikan benar atau tidak benar dengan menggunakan
logiga atau penalaran tertentu.pengujian terhadab aturan sintaktik merupakan
dasar kebenaran teori tersebut. Validitas suatu argument dan kebenaran
pernyataan yang dihasilkan, dapat ditentukan tanpa melihat pada pengalaman
panca indra. Contohnya 2 + 2 = 4 dapat dipastikan benar menurut kaidah yang
berlaku pada matematika.pernyataan seperti itu dapat dikatakan sebagai apriori
artinya, pernyataan tersebut dapat diketahui dalam penalaran ( reasoning) tanpa
harus menguji kebenarannya dari pengamatan peristiwa di dunia nyata .kebenaran
dan kesalahn dapat ditentukan atas dasar jenis benda atau objek yang
dibicarakan.pernytaan bahwa semua singa adalah binatang “ dapat dipandang
sebagai kebenaran atas dasar hubungan tersebut.
Atas dasar alasn semacam itu, pernyataan tersebut dianggap diperlukan
karena pernyataan tersebut dianggap diperlukan Karen apernyataan tersebut
membenarkan atau menolak sesuai dengan apa yang seharusnya dibenarkan atau
di tolak. Sejak zaman Aristoteles hokum logika (laws of logic) dipandang sebagai
kebenaran.oleh karena kasioma matematika dianggap sebagai rekaman atau
turunan dari logika formal, maka teri – teori yang mendasarinya dianggap sebagai
kebenar.
Seperti dijelaskan pada awal bab ini pengujian terhadap kostitensi logika
merupakan pengujian terhadap validitas suatu teori.dengan demikian, suatu
hipotesis ( yang munjul dari suatu teori ), dapat dikatakan benar atau salah apabila
keakurtan dari alasan atau dasar pemikiran ( premise) yang digunakan untuk
mengembangkan teori tersebut memungkinkan dapat diuji.
Induksi. Kelompok – kelompok kedua adalah pernyataan dimana
kebenaran atau kesalahan hanya dapat dilalui dari pembuktian empiris.artinya
kebenaran suatu pernyataan berhubungan dengan suatu pengamatan atas
fenomena yang ada di dunia nyata.dengan demikian pernyataan tersebut dapat
dikatakan sebagai suatu kebenaran yang terjadi di kemudian hari ( apostetiori )dan
bersifat kontinjen (contingent).lenih lanjut, bukti empiris yang digunakan harus
betul – betul objektif,yaitu tidak bias , bersifat eksternal dan umum sehingga
dapat diuji kebenarannya oleh penguji lain. Namun demikian,unsur objektif dari
kaitannya dengan bukti empiris masih diperdebatknnya. Disatu sisi ada anggapan
bahwa bukti tersebut harus di analisis untuk menentukan hubungan dengan suatu
pernytaan atau lebih tepat lagi dengan pernyataan umum.sementara itu pendukung
pragmatif menyarankan : bukti tersebut harus menunjukan bahwa pernytaan
tersebut harus dibuat harus menghasilkan yang bermanfaat.
Isu lain yang berkaitan dengan epistemology ilmu pegetahuan adalah
apakah suatu teori seharusnya didasarkan pada pendekatan sintaktik,empiris atau
induktif.perdebatatan filsafat ini telah dimulai sejak zaman Yuani Kuno.
Aristoteles menanggapi ide – ide plato tentang pemakain matematika dengan alas
an bahwa matematika bersifat terlalu umur,abstrak,dan jauh dari kenyataan di
dunia nyata. Unsur – unsur metodologi ilmiah, yang dikemukakan oleh
Aristoteles adalah unsur – unsur yang dapat diamati dari pengalaman empiris atau
dunia nyata dan pemakain metodologi Induktif.
Pendukung metodologi induktif berpwndapat bahwa semua ilmu
pengetahuan ilmiah (sience) berawal dari kenyataan yang dapat diamati secara
empiris. Ilmu pengetahuan imiah berkembang karena adanya eksperimen dan
pengamatan yang terus menerus.lebih lanjut dalam pendekatan ini dianggap
bahwa para ilmuwan sebagai observer harus memiliki perasaan dan sifat yang
netral dan normal.mereka harus secara jujur mencatat apa yang mereka
amati.tanpa penggunaan pendapat yang diketahui dan dibentuk sebelum dan
dengan menggunakn pemikiran yang tidak bias.pengamatan ini kemudian
membentuk dasar yang digunakan untuk merumuskan teori dan hukum tentang
pengetahuan ilmiah.
Program penelitian yang khusus yang berada dalam lingkup metodologi
ini telah digambarkan oleh Abdel-Khalik dan Ajinkya (1997) sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah melalui observasi (induksi )
2. Mengembangka usur atau kerangka konsep (teori) untuk memcahkan kembali
masalah diatas.struktur teori ini merupakan sebab akibat . proses logika yang
digunakan untuk mengembangakan teori ini disebut “ deduksi”
3. Mengprasikan gagasan dan hubungan teoritis , serta menyatakan hipotesis
spesfik yang akan diuji. Tahap ini melibatkan pengakua bahwa jika teori yang
akan diuji berkaitan dengan dunia nyata, ada beberapa cara yang dpat
digunakan oelh penelii untuk mengukur proxy ( wakil) dan menguji
hubungannya. Keputusan untuk memilih cara yang tepat dalam mengukur
proxy melibatkan unsur semantic
4. Menyusun rancangan penelitian .contohnya, peneliti memungkinkan
memutuskan bahwa cara terbaik untuk menguji factor yang mempengaruhi
praktik akuntansi adalah dengan memandigkan praktik akuntansi pada
perusahaan yang dipengaruhi oleh factor tersebut dengan praktik akuntansi
pada perusahaan yang tidak dipengaruhi oleh factor tersebut. Alternative
rancangan penelitian yang lain adalah perbandingan praktik akuntansi pada
perusahaan sebelum da ssudah factor tersebut mempengaruhi praktik yang
ada.
5. Implementasi rancangan penelitian dengan cara sampling dan pengukuran
data
6. Menganaisis observasi yang dilakukan, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan teknik statistic.
7. Mengevaluasi hasil
8. Mengimbangkan keterbatasan – keterbatasan. Keterbatasan tersebut mungkin
disebabkan oleh pengembangan teori pada tahap dua,operasionalisasi yang
tidak tepat ( tahap 3) ,rancangan penelitian yang tidak tepat ( tahap 4) ,sample
dan dat ( tahap 5) ,serta alat uji statistic ( tahap 6)

Pendekatan diatas sering disebut dengan siklus induktif-deduktif yang melibatkan 2


bidang : teori dan observasi . dari tampilan tersebut dapat dilihat bahwa tahap 1 terjadi pada
bidang observasi ,tahap 2 sampai 4 terjadi pada teori , dan tahap 5 sampai 8 terjadi pada
observasi .

Dari metodologi diatas, dapat dilihat peran utama dari pendekatan sintaktik / analitik
adalah unruk menggabungkan penelitian secara bersama- sam dengan cara menjelaskan struktuk
atau hubungan sebab akibat atau mengevaluasi hasilnya. Hal ini dapat dilihat dalam siklus
tersebut.

Dari uraian pendekatan pragmatif di atas,timbul pernyataan : apakah memiliki studi


ilmiah dibidang tertentu( semacam akuntansi ) yang melibakan observasi atau prilaku manusia
yang terbatas . sering terdapat pendapat bahwa ilmu pengetahuan ilmiah berkaitan dengan benda
mati yang menjadi subjek “ hukum alam “ sementara itu, ilmu pengetahuan social yang berkiatan
dengan manusia dan memiliki sifat bebas,seringkali tidak logis dan tidak dapat
diprediksisehingga tidak dapat dibuat “ hukum yang bersifat pasti”

Ada beberapa kritik yang ditunjukkan pada beberpa induktif. Beberapa pihak
berpendapat bahwa prinsip induktif dapat diktakan gagal karena pendekatan tersebut didasarkan
pada pengamatan manusia. Kant,filsuf jerman mengajukan filsafat alternative yang mengenalkan
isu – isu bahwa pengamtan merupakan aktifitas alternative.Artinya ,kita menginterpretasikan
pengalaman dalam dunia nyata kedalam kerangka budaya dan individu. Hal ini berarti bahwa
dunia nyata sebagian dibentuk oleh factor- factor diluar diri kita,dan sebagian dibentuk oleh
sesuatu yang kita bawa . pendekatan ini menganggap bahwa pengamtan empiris dapat dikatkan
gagal.pengamatan empiris hanya dikatakan fungsi dari lingkungan budaya dan soaial,serta
pengetahuan dan ekspentasi observasibukan dasar yag jelas dai unsur ilmiah.

2. Falsifikasi
Pendekatan falsifikasi pertama kali di kemukakan oleh Kari Popper ( 1959 ) ,yang
tidak puas dengan pendkatan deduktif . Menurut Popper , tujun penelitian ilmiah
adalah untuk membuktikan kesalahan ( falsify) hipoesis ,bukannya membenarkan
hipotesis tersebut.
Teori untuk pendekatan ini adalah hipotesis yang belum dibuktikan
kesalahannya. Teori bukannya suatu yang benar atau factual,tetapi sesuatu yang
belum tentu salah.jika suatu teori diterima suatu kebenarannya ,maka teori
tersebut harus menyajikan suatu hipotesis yang mungkin dapat dibuktikan
kesalahannya. Dengan kata lain , hipesis yang tidak dapat dibuktikan salah
dengan cara observasi , maka dihasilkan teori yang tidak valid.
3. Paradigma dan Resolusi
Pendekatan ini dikembangkan oleh Thomas Khun (1962). Khun mengatakan
bahwa kemajuan penegtahuan bukan mrupakan hasil evolusi . kemajuan
penegtahuan merupakan revolusi .teori dapat diganti dengan teori lain yang tidak
cocok dengan teori tersebut.
Kemajuan pengetahuan merupakan kemjaun yang berakhir terbuka .
proses ini dimulai dari pre-science ,diikuti normal sience,krisis,revolusi,new
normal sience, krisis baru dan seterusnya .periode pre-sience adalah dimana tidk
ada ide – ide atau prosedur yang dapat diterima secara umum ,yang ada hanya
sesuatu yang membingungkan dan saling bertentangan.kondisi tersebut kemudian
menghilang ,ketika masyarakat ilmiah mencapi kesepakatan pada salah satu ide
atau pandangan tertentu,yang dapat diterima secara umum Khun menggambarkan
hal ini (generaly accepted body of opnion) sebagai suatu paradigm.
Periode normal-sciene tercapai ketika suatu paradigm mendominasikan
paradifma atau mendominasi pekrjaan atau dunia para peneliti (scientist). Mereka
bekerja sesuai dengan paradigma dan berusaha memecahkan masalah dengan
cara konsisten dengan paradigm tersebut , serta menjelaskan hubungan anatara
paradigm dengan fenomena dunia nyata.Apabila ada masalah yang dapat
dipecahkan berarti ada sesuatu yang bertentagan pada prediksi yang dihasilkan
oleh paradigm terebut.kondisi animali yang bertambah besar menyebabkan tidak
kepercayaan terhadap suatu paradigm sehingga timbu krisis . krisis yang terjadi
meneybablan revolusi penegtahuan sehingga terjadi lagi kondisi normal-science .
proses ini berjalan terus menerus sesuai dengan perkembangan situasi
danparadigma yang ada.

4. Rarchese Proframmes
Imre Lakatos (1974) mengajukan interpretasi yang didasarkan pada program
penelitian ilmiah. Menurut Lakatos , teori ilmiah merupakan suatu struktur yang
terjadi dari beberapa asumsi dasar yang dinamakan “ hard core “ dan seperangkat
hipotesis yang dinamakan “ protective belt of auxiliary hipotheses” hard core dari
suatu teori tidak akan diuji oleh peneliti ,karena hal tersebut tidak dapat dibuktikan
kesalahannya. Lakatos menanamkan hal ini sebagai negative heuristic, yaitu bidang
yang tidak dapat memungkinkan peneliti melakukan penelitian . dalam konteks ini
,heuristic berarti memberikan kesempatan untuk menemukan sesuatu . jadi pandangan
heuristicterhadap sains menekankan pada usaha menemukan fenomena baru.
Contoh dari research programmes ini dapat dilihat pada ilmu ekonomi makro.hard
core dari ekonomi makro adalah asumsi bahwa manusia adalah mahluk ekonomi yang
berpikiran rasional. Ekonomi yang berkecimpung di dalamekonomi makro tidak akan
menguji asumsi tersebut yang diuji adalah aspek pemikiran lainnya yang dilandasi
asumsi yang terdapat dalam hard core tersebut.

2.5 KLASIFIKASI PERUMUSAN TEORI AKUNTASI

Dalam literature dikenal beberapa pendekatan dalam menrumuskan teori akuntansi.


Masing-masing penulis memberikan metode yang diikutinya. Beberapa pendekatan dalam
perumusan teori akuntansi menurut Belkaoui adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan informal terbagi atas :

a. Pragmatis, praktis, dan non teoritis

Dalam metode ini perumusan teori akuntansi didasarkan atas keadaan dan praktik di
lapangan. Yang menjadi pertimbangan adalah hal-hal apa yang berguna untuk
menyelesaikan persoalan secara praktis.

b. Pendekatan otoriter

Dalam metode ini yang merumuskan teori akuntansi adalah organisasi profesi yang
mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek akuntansi.

2. Pendekatan Teoritis terbagi atas :


a. Deduktif
Perumusan dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi (postulat dan prinsip
akuntansi) dan selanjutnya diambil kesimpulan logis tentang teori akuntansi
mengenai hal yang dipersoalkan. Pendekatan ini dilakukan dalam penyusunan
struktur akuntansi dimana dirumuskan dulu tujuan laporan keuangan, rumuskan
postulat, kemudian prinsip, dan akhirnya lebih khusus menyusun teknik atau standar
akuntansi.

b. Induktif
Penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasi dan pengukuran
khusus dan akhirnya dari berbagai sampel dirumuskan fenomena yang seragam atau
berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan umum (postulat dan prinsip
akuntansi). Tahapan yang dilalui adalah:
 Mengumpulkan semua observasi
 Menganalisis golongan observasi
 Penarikan kesimpulan umum
 Pengujian kesimpulan umum

3. Etik
Dalam pendekatan perumusan akunansi ini digunakan konsep kewajaran, keadilan,
pemilikan dan kebenaran. Menurut D.R. Scottkriteria yang harus digunakan dalam
perumusan teori akuntansi adalah keadilan dengan memperlakukan pihak yang berkaitan
secara adil.

4. Sosiologis
Yang menjadi perhatian utama dalam perumusan teori akuntansi adalah dampak social
dari teknik akuntansi. Jadi yang menjadi perhatian bukan pemakai langsung, tetapi juga
masyarakat secra keseluruhan.

5. Makro Ekonomi

Pendekatan ekonomi dalam perumusan teori akuntansi menekankan pada control perilaku
indikator makro ekonomi yang menghasilkan perumusan teori akuntansi. Dengan
demikian, pemilihan teknik akuntansi didasarkan pada dampaknya pada ekonomi
nasional. Dapat disimpulkan bahawa teknik dan kebijakan akuntansi harus dapat
menggambarkan realitas ekonomi dan pilihan terhadap teknik akuntansi harus tergantung
pada konsekuensi ekonomi.

Dari literature lain kita mengenal pendekatan komunikatif dalam perumusan teori
akuntansi. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bedfourd dan Baldouni yang menganggap
akuntansi adalah sebagai suatu system yang terpadu dalam proses komunikasi. Disini
dirumuskan informasi apa yang perlu dan disajikan oleh perusahaan kepada para pembaca
agar mereka dapat menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Banyak lagi pendekatan yang perlu dikemukakan disini antara lain behavioural
approach, yang menekankan pada aspek perilaku yang ditimbulkan oleh informasi akuntansi,
pragmatic, nontheoritical approach, theory of account approach yang melihat akuntansi dari
aspek hubungan antara perkiraan yang dibangun dari dasar teori double entry.

Perumusan Teori Akuntansi di Indonesia

Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya secara intensif untuk merumuskan
teori atau standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar
akuntansi Amerika atau yang terakhir dari IASC (International Accounting Standard
Committee) sebagai dasar pengembangan akuntansi di tanah air. Standar akuntansi keuangan
maupun pernyataan standar pemeriksaaan masih mengadopsi atau menterjemahkan standar
serat pedoman dari Amerika atau IASC dengan berbagai modifikasi minor. Upaya yang baru
dilakukan oleh profesi akuntansi adalah perumusan prinsip akuntansi Indonesia namun belum
menyentuh dasar teori akuntansinya.
DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Khalik, A.R., and B.B. Ajinkya, 1979, Empirical Research in


Accounting : A Methodological View Point, Florida : AAA
Kuhn, T.S., 1962, The Structure of Scientific Revolution , Chicago:
University of Chicago Press
Lakatos, I.,and Musgrafe, A., 1974, Critisim and the Growth of Knowledge, Cambridge:
Cambridge Unifersity Press
Nur Indriyantoro,1999, “ Aliran- Aliran Pemikiran Alternatif Dalam Akuntansi”.

,Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Vol. 14,No.3: p. 101-105


PENGENALAN TEORI DAN PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2

NAMA KELOMPOK :

EKA AYU SRI WAHYU NINGSIH (1602622010705)

NI KADEK NITA DWIYANTI (1602622010712)

NI KADEK SITAYANI (1602622010714)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019

Anda mungkin juga menyukai