Akuntan sering dihadapkan pada berbagai masalah yang menyangkut transaksi yang
memerlukan interpretasi atau analisis khusus seperti analisis ekonomi, social, hukum,statistic,
dan politik. Misalnya, dalam akuntansi terdapat karakteristik kualitatif dari informasi yang di
sajikan dalam laporan keuangan, yaitu obyektif. Namun demikian, tidak ada ukuran yang pasti
terhadap kualitas tersebut, karena memang akuntansi bukan bersifat matematis yang memiliki
obyektifitas mutlak. Celakanya, dalam akuntasi banyak terdapat perbedaan konsep yang diajukan
oleh para teoritis yang sering bersifat tidak saling menguntungkan. Dengan kata lain banyak ahli
akuntansi yang ‘’ setuju untuk tidak setuju’’ dalam berbagai hal, misalnya dalam hal penilaian
aktiva dan hutang.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila sampai sekarang banyak terdapat interpretasi yang
berbeda terhadap teori dan praktek akuntansi. Beberapa interpretasi tersebut adalah sebagai
berikut:
Teori ini menganggap akuntasi sebagai kegiatan pencatatan transaksi suatu perusahaan. Hal ini
didasarkan pada anggapan konservatisme, obyektivitas, konsistensi dan observasi tindakan
akuntan di masa lampau. Teori ini didasarkan juga pada standar akuntasi yang dihasilkan oleh
badan yang berwenang.
Meskipun akuntasi tidak di ajarkan dalam kelas bahasa, secara teoritis, akuntasi sering dianggap
sebagai bahasa karena manajemen harus mengkomonikasikan informasi yang diolahnya kepada
pihak lain, seperti pemegang saham.
Teori ini menyatakan bahwa system akuntasi merefleksikan dan mendukung nilai-nilai dan
kebutuhan kelompok tertentu, dan informasi akuntasi dan digunakan sebagai sumber untuk
membuat kebijakan perusahaan, khususnya dalam proses pengambilan keputusan. Misalnya,
perusahaan menggunakan angaran dan laporan eksternal sebagai dasar kebijakan perusahaan.
Hal ini di gunakan oleh manajemen untuk menunjukan bahwa divisi tertentu bekerja lebih
efisien di bandingkan yang lainya. Penggunaan laporan tersebut pada akhirnya di maksudkan
untuk menentukan kebijakan alokasi sumber-suber ekonomi dalam perusahaan.
Atas dasar teori ini, manajer sering kali melobi pembuat standar akuntasi dengan maksud agar
standar akuntansi yang dihasilkan dapat melayani dan menguntungkan kebutuhan mereka.
Manajemen unumnya akan melobi agar standar yang di hasilkan dapat menigkatkan kompensasi
manajemen, mengurangi beban pajak, dan mengurangi biaya pembukuan. Dengan demikian
standar akuntasi merupakan hasil dari proses politik bukan efisiensi teknis.
Teori ini menganggap system akuntasi sebagai sumber-sumber yang bersifat social untuk
mempertahankan mitos rasionalisasi. Dengan demikian akuntasi akan digunakan sebagai alat
untuk kepentingan justifikasi, rasionalisasi dan legitimasi keputusan yang akhirnya melayani
kepentingan individu lainya.
Teori ini memandang akuntasi sebagai sesuatu yang berorientasi tindakan, seperti
mengkomunikasaikan pengaruh inflasi terhadap kebutuhan para pemakai, dan pengaruh inflasi
terhadap perilaku manajer dan investor dalam mengambil keputusan ekonom.
Teori ini menganggap akuntasi sebagai seperangkat informasi yang memiliki unsure biaya dan
manfaat. Dieluarkanya standar akuntasi akan menimbulkan biaya tertentu dalam perusahan,
regulasi menentukan siapa yang menanggung biaya tersebut dan menikmati manfaatnya.
Atas dasar teori ini akuntasi di pandang mempengaruhi kesejahterahaan dan kemakmuran
kelompok tertentu dalam masyarakat. Angka-angka yang di hasilkan akuntansi akan
mempengaruhi investor dalam menginvestasikan dananyaa dalam masyarakat. Angka-angka
tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan perusahaan, kesejahteraan karyawan
dan masyarakatan serta membantu pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Akuntasi merupakan ideology dari masyarakat kapitalis yang menjembatani pemakaian teknik-
teknik tertentu untuk mengekspolitasi kekayaan demi kepentingan kelompok elit tertentu atas
beban kerugian pada masyarakat luas dan karyawan.
Teori ini menganggap prinsip-prinsip, standar dan masyarakat akuntansi muncul untuk
mempromosikan kepentingan kelompok tertentu dan tujuan- tujuan akuntan. Kelompok tersebut
menciptakan budaya profesional dan meningkatkan monopoli terhadap pengetahuan
professional. Profisi akuntan akan terus membangun kesan yang baik dari masyarakat akan
kopetensi profesi mereka.
Apabila dikaji, jelas bahwa teori-teori di atas menghasilkan interpretasi yang berbeda
dan kadang bertentangan terhadap arti penting akuntasi dan bagaimanaa prinsif akuntasi
seharusnya dikembangkan. Untuk melihat relevansi darigb masing-masing interpretasi tersebut,
dibawah ini akan dibahas dasar-dasar teori sebagai acuan untuk membahas teori akuntasi
Teori dapat dirumuskan dengan mudah apabila teori dilihat sebagai struktur bahasa
berdasarkan elemen yang membentuk teori tersebut. Atas dasar pemahaman seperti ini, teori
dapat dirumuskan dengan menggunakan berbagai pendekatan sesuai dengan sudut pandang yang
digunakan.
Istilah teori sering digunakan secara berbeda. Teori sering kali dinamakan dengan
hipotesis atau proposisi. Proposisi adalah kalimat indikatif (pernyataan tentang konsep) yang
memiliki nilai kebenaran jika dikaitkan dengan fenomena (misalnya, benar, salah, mungkin
benar dan lain-lain). Jika proposisi dikaitkan dengan pengujian empiris, maka proposisi tersebut
disebut hipotesis. Proposi menurut jenisnya terdiri dari 2 macam yaitu proposisi a priori dan
proposisi a posteriori.
proposisi a priori adalah pernyataan yang nilai kebenaranya dapat ditentukan dengan
penalaran murni atau dengan menganalisis dari kata-kata yang digunakan (misalnya :2 + 2 = 4;
segitiga memiliki 3 sisi). Proposisi ini sering disebut proposisi analitik yang sering digunakan
dalam matematika.
proposisi a posteriori adalah pernyataan yang nilai kebenaranya hanya dapat dtentukan
setelah diketahui adanya realitas di alam nyata. Misalnya; lampu lalulintas menyala merah
berarti berhenti. Proposisi ini sering disebut prosisi sintetik/empiric dan sering digunakan sebagai
dasar penyusunan teori di bidang ilmu pengetahuan empiric, seperti fisika.
Bentuk yang paling sederhana dari teori adalah pernyataan terhadap suatu keyakinan
yang di nyatakan dalam bahasa. Salah satu difinisi dari teori adalah system deuktif yang
menyatakan berkurangnya unsur generalisasi. Braithwaite (1968,hal. 22) menyatakan :
Teori ilmiah merupakan system deduktif dimana konsekuensi yang diobservasi secara
logis mengikuti hubungan antara fakta yang diobservasi dengan seperangkat hipotesis dari
system tersebut. Oleh karena itu, studi mengenai scientific theory merupakan studi tentang
system deduktif yang digunakan dalam teori tersebut.
Definisi yang lain, diajukan oleh Popper (1968)yang lebih menekankan pada sifat empiris dari
teori dibandingkan komponen logika yang di kemukakan oleh Braithwaite:
Teori adalah area yang digunakan untuk menangkapapa yang kita namakan ‘‘Dunia’’,
untuk merasionalkan, dan menjelaskanya (p.59).
Atas dasar difinisi tersebut, teori dapat dikatakan sebagai argument logis, sedang
pernyataan terdapat keyakinan baik berupa penjelasan, prediksi atau preskripsi, merupakan suatu
hipotesis. Teori semacam itu terdiri dari seperangkat premis atau pernyataan yang dihubungkan
secara logis untuk menghasilkan suatu hipotesis.
2.3 PERUMUSAN TEORI
Pembetukan suatu teori umumya berawal dari fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Fenomena tersebut menimbulkan suatu pernyatan yang membutuhkan jawaban. Jawaban tersebut
terletak pada bidang yang sering disebut dengan epistemologi, atau studi tentang penciptaan
suatu pengetahuan
Akuntasi mungkin dapat dipandang sebagai “social science’’, proses pengukuran dan
masalah teknis. Oleh karena itu dalam meriview suatu teori ilmiah (scientific theory), kita perlu
menguji asumsi yang dibuat dengan meetode ilmiah dan sudut pandang yang lain. Masalah
utamnya terletak pada metode yang digunakan apakah metode ilmiah (scientific) Tau metode
alamiah ( naturalistic/interactive). Pedekatan ilmiah lebih bersifat terstruktur dan terencana
dalam hal perancangan risetnya, dimana masalah, hipotesis dan teknik penelitianya dinyatakan
secara jelas.
A. TeoriSebagai Bahasa
Teori harus diekspresikan dalam bentuk bahasa baik yang bersifat verbalatau matematis.
Pengembangan teori itu sendiri biasanya berasal dari abstraksi dunia tidak nyata ( imajinatif),
yaitu yang terdapat dalam alam pikiran manusia. Namun, agar abstraksi tersebut bermanfaat,
teori akhirnya harus di hubungkan atau di wujudkan dalam dunia nyata. Unsure teori dapat
dilihat pada tampilan 2.2
Tampilan 2.2
Unsur teori
Dunia
Abstrak
Dunia
Nyata
Sumber: Margenau (1966)
A
Teori dapat dinyatakan dalam bentuk kata atau tanda (symbol). Studi tentang symbol, dalam
filsafat pengetahuan, di kenal dengan istilah semiology. Secara garis besar semiology terdiri dari
tiga bagian, yang dapat dikatakan sebagai unsure teori, yaitu: sintaktik, semantic, dan pragmatic.
1. Sintaktik
Sintaktik adalah studi tentang tata bahasa atau hubungan antara symbol dengan symbol.
Pertanyaan utama d unsuralam ini adalah apakah kata-kata atau symbol digunakan secara
konsisten dan logis? Sintaktika atau hubungan logis (seperti digambarkan diatas garis
lurus)menghubungkan konsep-konsep dasar (diwujudkan dengan symbol lingkaran).
Hubungan kelogisan dalam sintaktik berkaitan dengan aturan bahasa yang digunakan.
Contohnya, bila teori di wujudkan dalam bahasa Indonesia, maka hubungan tersebut
mengacu pada aturan atau pedoman tata bahasa. Apabila diwujudkan dalam bentuk
matematika, hubungan tersebut mengacu pada aturan yang digunakan dalam matematika.
Unsur sintatik dapat dianalisis dengan mengunakan metodolgi analitik yang didasarkan
pada silogisme, yang memiliki seperangkat pernyataan dan konklusi.
Contoh :
Contoh 2:
Pernyataan 1: Semua rekening yang berkaitan dengan aktiva adalah bersaldo debit
Dari contoh diatas terlihat bahwa konklusi atau hipotesis yang menyatakan bahwa
akumulasi depresiasi bersaldo debit jelas salah. Namun demikian, logikanya ( hubungan
sintaktik) adalah valid karena jika kedua pernyataan tersebut benar, otomatis konklusinya
juga akan benar.
2. Semantik
Semantik menunjukan makna atau kata, tanda atau symbol dengan obyek yang
ada didunia nyata. Pertanyaan yang berkaitan dengan sistematik adalah: “apakah arti
dari setiap kata atau symbol yang digunakan daklam teori? ” Hubungan semantic
ditunjukkan pada tampilan 2.2 sebagai garis lurus yang menghubungkan konsep-konsep
dasar yang dari suatu teori dengan obyek di dunia nyata( disimbolkan dengan gambar
kotak). Hubungan ini seringakali disebut hubungan operasional atau hubungan
koresponden. Hubungan inilah yang membuat teori bermanfaat dan realistic. Misalnya,
persamaan akuntansi Aktiva = Hutang + Modal pada awalnya abstrak. Namun demikian
apabila kita mengkaitkannya dengan obyek di dunia nyata, persamaan tersebut menjadi
realistik. Kebenaran nilai atau keakuratan semantik suatu pernyataan di tentukan oleh
keakuratan deskriptif yang da di dunia nyata.
Kebenaran tersebut didasarkan pada pernyataan atau konklusi individual, bukan pada
aliran logika (arrgumen)
Contoh 3
Pernyataan pertama adalah salah dan aliran logika yang berawal dari pernyataan
ke konklusi adalah tidak valid. Oelh karena tidak ada pernyataan yang jelas apakah
rekening non aktiva bersaldo debit atau kredit, maka secara sintaktik konklusi juga akan
mengikuti pernyataan yang sebelumnya. Meskipun demikian dari hubungan semantik
(dunia nyata), konklusinya adalah benar bahwa retur penjualan bersaldo debit.
Atas dasar hubngan senmantik, hipotesis atau teori mengandung dua unsur yaitu
unsur empiris dan unsur sintaktik. Oelh karena hipotesis didasarka pada keadaan dunia
nyata, maka kebenarannya teori yang diajukan sangat tergantung pada hasil observasi.
Dalam contoh akumulasi depresiasi diatas, untuk membuktikan kebenaran
konklusibahwa akumulasi depresiasi bersaldo debit, diperlukan suatu bukti untuk
menentukan apakah rekening tersebut betul-betul bersaldo debit.
3. pragmatis
Pendekatan pragmatis yang lain adalah dengan cara mengamati reaksi seseorang
terhadap pesan yang sama denagn menggunakan cara yang berbeda. Dalam konteks
akuntansi, dikeluarkannya standar akuntasi mungkin akan memotivasi beberapa manajer
untuk mendukung standar tersebut, sementara manajer yang lain mungkin melobi untuk
membatalkan standar tersebut. Contoh lain, investor atau pemakai laporan keuangan
lainnya yang mendasarkan tindakan atas informasi yang sama, mungkin membeli atau
menjual saham di pasar modal. Lebih lnjut mungkin kita dapat melihat reaksi teknis yang
berbeda dari akuntan terhadap peristiwa yang sama seperti metode pemakaian metode
akuntansi yang berbeda untuk menggambarkan peristiwa ekonomi yang sama.
Disamping dapat dipandang sebagai bahasa, teori juga dapat dirumuskan berdasarkan
model penalaran yang digunakan. Artinya bagaimana teori tersebut dihasilkan apakah melalui
argument/penalaran yang berasal dari sesuatu yang bersifat umum ke khusus (penalaran
dedukatif) atau berasal dari sesuatu yang bersifat khusus ke umum (penalaran indukatif).
1) Pendekatan Dedukatif
2) Pendekatan Induktif
Teori sebagai pembenaran merupakan pendekatan alam perumusan teori yang bersifat
normative. Atas dasar pendekatan ini teori dianggap sebagai resep untuk dijadikan acuan dalam
praktik tentang apa yang seharusnya dilakukan. Jadi, teori normatif ini berusaha memberikan
pedoman yang seharusnya dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai (value judgment) yang
digunakan dalam merumuskan teori. Teori normative sering dinamakan teori ɑ priori (artinya
dari sebab ke akibat, atau bersifat deduktif). Alasannya, teori normatif bukan dihasilkan dari
penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”. Teori normatif hanya
menyebutkan hipotesis tentang bagaimana sesuatu seharusnya dipraktikkan, tanpa menguji
hipotesis tersebut.
Atas dasar pendekatan ini, teori dianggap bebas nilai (netral). Jadi, teori dirumuskan
berdasarkan bukti empiris untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam praktik dan memprediksi
apa yang akan terjadi seandainya ada perubahan tertentu. Aliran positif merupakan pandangan
yang dikenal luas di kalangan akademisi saat ini. Aliran ini pada awalnya dikenalkan oleh
akademisi di University of Chicago dan meluas ke berbagai universitas seperti Rochester,
California, Barkley, standford, dan New York.
Teori positif didasarkan pada anggapan bahwa kekuasaan dan politik merupakan sesuatu
yang tetap dan sistem sosial dalam organisasi merupakan fenomena empiris konkrit dan bebas
nilai atau tidak tergantung pada manajer dan karyawan yang bekerja organisasi tersebut
(Manchitos, dikutip Nur Indriantoro, 1999). Atas dasar hal ini, pendukung aliran positif
menganggap dirinya seorang pengamat yang netral, obyektif dan dan tidak dipengaruhi nilai
berkaitan dengan fenomena yang diamati.
Fungsi penting dari suatu metodologi ilmiah adalah menguji teori untuk menentukan
apakah teori tersebut betul-betul dapat diterima. Oleh karena itu diperlukan kriteria yang jelas
untuk menentukan kebenaran suatu teori. Kebenaran suatu terori harus dapat diuji secara logis
maupun secara empiris sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam perumusan teori.
Walau arti sebenarnya dari kebenaran sulit untuk di setujui/diterima, kriteria kebenaran
masih memungkinkan untuk diterapkan. Dalam konteks epistemologi, istilah kebenaran mengacu
pada suatu kualitas yang dapat dikaitkan dengan suatu pernyataan atau keyakinan (belief)
sehingga sering ditemui frase “pernyataan yang benar” atau “keyakinan yang benar”.
Ada berbagai cara yang dapat digunakan seseorang untuk meyakini bahwa pernyataan
tertentu dikatakan benar atau salah. Hal ini tergantung pada tingkat keyakinan yang dimiliki
seseorang karena setiap orang memiliki keyakinan yang berbeda dalam memahami kriteria
kebenaran. Tiga kriteria dasar yang sering digunakan adalah: Dogmatis, Terbukti Sendiri (self-
evident), dan ilmiah.
A. Dasar Dogmatis
Kita seringkali membenarkan suatu pernyataan yang dibuat oleh orang lain karena
pernyataan tersebut dibuat berdasarkan suatu otoritas tertentu. Misalnya, kita membaca
Koran dan percaya terhadap apa yang ditulis di Koran tersebut. Kita sering membenarkan
apa yang diajarkan oleh dosen dan apa yang kita baca pada textbook. Secara individu,
kita tidak dapat mengamati atau menguji semua hal atau pernyataan tersebut, sehingga
harus percaya pada pihak lain yang membuat pernyataan tersebut. Keyakinan semacam
itu mungkin timbul karena unsur agama, politik, atau karisma dan posisi dari orang yang
membuat pernyataan tersebut.
Kelemahan pendekatan dogmatis adalah unsur bisa sering dilibatkan dalam menentukan
apakah suatu pernyataan tersebut benar atau salah. Dengan demikian, untuk menilai
kebenaran, faktor penting yang harus diperhatikan adalah pendapat pribadi seseorang
terhadap orang atau grup yang membuat pernyataan tersebut. Bukti obyektif yang
mendukung pernyataan tersebut hanya merupakan bukti pelengkap (secondary).
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa proposisi yang terbukti dengan sendirinya dapat
diterima sebagai suatu postulate. Dalam metodologi ilmiah (scientific), proposisi tersebut
menunjukan tahap pertama tentang bagaimana ide-ide diturunkan untuk merumuskan suatu
teori.Ide tersebut dapat muncul dari berbagai situasi seperti berjalan, mimpi dan sebagainya.
Yang penting adalah bagaimana kebenaran dari teori tersebeut dapat diuji dengan baik. Apabila
self-evident merupakan satu-satunya alat uji,yaitu satu-satunya dasar untuk menentukan
kebenaran suatu teori empiris, maka keandalan (reliability) teori tersebut dapat dipertanyakan.
Kriteria self-evident dapat menunjukan sesuatu yang salah dalam pengetahuan. Beberapa
proposisi yang sebelumnya terbukti sendiri benar, mungkin di tunjukkan sesuatu yang
salah.dalam Geometri, pernyataan bahwa garis lurus adalah jarak terpendek antara dua titik”
,mungkin kebenarannya tidak lagi terbukti sendiri karena kebenarannya tergantung pada kaidah
geometri yang mengatur bagaimana kata- kata seperti : garis lurus.” Jarak terpendek antara
didefinisikan.
D. Dasar Ilmiah
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tiga unsur teori yang berbeda (sintaktik
semantic,dan pragmatic).Setiap unsur menghasilkan metode ilmiah yang berbeda dalam
merumuskan atau mengembangkan suatu teori. Meskipun demikian, cara – cara digunakan untuk
mengembangkan dan menguji teori ilmiah merupakan suatu yang menimbulkan suatu perdebatan
dalam filsafat ilmu pengetahuan ( lihat pembahasan filsafat ilmu pada bab). Berikut ini dibahas
perdebatan tersebut.
Dari metodologi diatas, dapat dilihat peran utama dari pendekatan sintaktik / analitik
adalah unruk menggabungkan penelitian secara bersama- sam dengan cara menjelaskan struktuk
atau hubungan sebab akibat atau mengevaluasi hasilnya. Hal ini dapat dilihat dalam siklus
tersebut.
Ada beberapa kritik yang ditunjukkan pada beberpa induktif. Beberapa pihak
berpendapat bahwa prinsip induktif dapat diktakan gagal karena pendekatan tersebut didasarkan
pada pengamatan manusia. Kant,filsuf jerman mengajukan filsafat alternative yang mengenalkan
isu – isu bahwa pengamtan merupakan aktifitas alternative.Artinya ,kita menginterpretasikan
pengalaman dalam dunia nyata kedalam kerangka budaya dan individu. Hal ini berarti bahwa
dunia nyata sebagian dibentuk oleh factor- factor diluar diri kita,dan sebagian dibentuk oleh
sesuatu yang kita bawa . pendekatan ini menganggap bahwa pengamtan empiris dapat dikatkan
gagal.pengamatan empiris hanya dikatakan fungsi dari lingkungan budaya dan soaial,serta
pengetahuan dan ekspentasi observasibukan dasar yag jelas dai unsur ilmiah.
2. Falsifikasi
Pendekatan falsifikasi pertama kali di kemukakan oleh Kari Popper ( 1959 ) ,yang
tidak puas dengan pendkatan deduktif . Menurut Popper , tujun penelitian ilmiah
adalah untuk membuktikan kesalahan ( falsify) hipoesis ,bukannya membenarkan
hipotesis tersebut.
Teori untuk pendekatan ini adalah hipotesis yang belum dibuktikan
kesalahannya. Teori bukannya suatu yang benar atau factual,tetapi sesuatu yang
belum tentu salah.jika suatu teori diterima suatu kebenarannya ,maka teori
tersebut harus menyajikan suatu hipotesis yang mungkin dapat dibuktikan
kesalahannya. Dengan kata lain , hipesis yang tidak dapat dibuktikan salah
dengan cara observasi , maka dihasilkan teori yang tidak valid.
3. Paradigma dan Resolusi
Pendekatan ini dikembangkan oleh Thomas Khun (1962). Khun mengatakan
bahwa kemajuan penegtahuan bukan mrupakan hasil evolusi . kemajuan
penegtahuan merupakan revolusi .teori dapat diganti dengan teori lain yang tidak
cocok dengan teori tersebut.
Kemajuan pengetahuan merupakan kemjaun yang berakhir terbuka .
proses ini dimulai dari pre-science ,diikuti normal sience,krisis,revolusi,new
normal sience, krisis baru dan seterusnya .periode pre-sience adalah dimana tidk
ada ide – ide atau prosedur yang dapat diterima secara umum ,yang ada hanya
sesuatu yang membingungkan dan saling bertentangan.kondisi tersebut kemudian
menghilang ,ketika masyarakat ilmiah mencapi kesepakatan pada salah satu ide
atau pandangan tertentu,yang dapat diterima secara umum Khun menggambarkan
hal ini (generaly accepted body of opnion) sebagai suatu paradigm.
Periode normal-sciene tercapai ketika suatu paradigm mendominasikan
paradifma atau mendominasi pekrjaan atau dunia para peneliti (scientist). Mereka
bekerja sesuai dengan paradigma dan berusaha memecahkan masalah dengan
cara konsisten dengan paradigm tersebut , serta menjelaskan hubungan anatara
paradigm dengan fenomena dunia nyata.Apabila ada masalah yang dapat
dipecahkan berarti ada sesuatu yang bertentagan pada prediksi yang dihasilkan
oleh paradigm terebut.kondisi animali yang bertambah besar menyebabkan tidak
kepercayaan terhadap suatu paradigm sehingga timbu krisis . krisis yang terjadi
meneybablan revolusi penegtahuan sehingga terjadi lagi kondisi normal-science .
proses ini berjalan terus menerus sesuai dengan perkembangan situasi
danparadigma yang ada.
4. Rarchese Proframmes
Imre Lakatos (1974) mengajukan interpretasi yang didasarkan pada program
penelitian ilmiah. Menurut Lakatos , teori ilmiah merupakan suatu struktur yang
terjadi dari beberapa asumsi dasar yang dinamakan “ hard core “ dan seperangkat
hipotesis yang dinamakan “ protective belt of auxiliary hipotheses” hard core dari
suatu teori tidak akan diuji oleh peneliti ,karena hal tersebut tidak dapat dibuktikan
kesalahannya. Lakatos menanamkan hal ini sebagai negative heuristic, yaitu bidang
yang tidak dapat memungkinkan peneliti melakukan penelitian . dalam konteks ini
,heuristic berarti memberikan kesempatan untuk menemukan sesuatu . jadi pandangan
heuristicterhadap sains menekankan pada usaha menemukan fenomena baru.
Contoh dari research programmes ini dapat dilihat pada ilmu ekonomi makro.hard
core dari ekonomi makro adalah asumsi bahwa manusia adalah mahluk ekonomi yang
berpikiran rasional. Ekonomi yang berkecimpung di dalamekonomi makro tidak akan
menguji asumsi tersebut yang diuji adalah aspek pemikiran lainnya yang dilandasi
asumsi yang terdapat dalam hard core tersebut.
Dalam metode ini perumusan teori akuntansi didasarkan atas keadaan dan praktik di
lapangan. Yang menjadi pertimbangan adalah hal-hal apa yang berguna untuk
menyelesaikan persoalan secara praktis.
b. Pendekatan otoriter
Dalam metode ini yang merumuskan teori akuntansi adalah organisasi profesi yang
mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek akuntansi.
b. Induktif
Penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasi dan pengukuran
khusus dan akhirnya dari berbagai sampel dirumuskan fenomena yang seragam atau
berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan umum (postulat dan prinsip
akuntansi). Tahapan yang dilalui adalah:
Mengumpulkan semua observasi
Menganalisis golongan observasi
Penarikan kesimpulan umum
Pengujian kesimpulan umum
3. Etik
Dalam pendekatan perumusan akunansi ini digunakan konsep kewajaran, keadilan,
pemilikan dan kebenaran. Menurut D.R. Scottkriteria yang harus digunakan dalam
perumusan teori akuntansi adalah keadilan dengan memperlakukan pihak yang berkaitan
secara adil.
4. Sosiologis
Yang menjadi perhatian utama dalam perumusan teori akuntansi adalah dampak social
dari teknik akuntansi. Jadi yang menjadi perhatian bukan pemakai langsung, tetapi juga
masyarakat secra keseluruhan.
5. Makro Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam perumusan teori akuntansi menekankan pada control perilaku
indikator makro ekonomi yang menghasilkan perumusan teori akuntansi. Dengan
demikian, pemilihan teknik akuntansi didasarkan pada dampaknya pada ekonomi
nasional. Dapat disimpulkan bahawa teknik dan kebijakan akuntansi harus dapat
menggambarkan realitas ekonomi dan pilihan terhadap teknik akuntansi harus tergantung
pada konsekuensi ekonomi.
Dari literature lain kita mengenal pendekatan komunikatif dalam perumusan teori
akuntansi. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bedfourd dan Baldouni yang menganggap
akuntansi adalah sebagai suatu system yang terpadu dalam proses komunikasi. Disini
dirumuskan informasi apa yang perlu dan disajikan oleh perusahaan kepada para pembaca
agar mereka dapat menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Banyak lagi pendekatan yang perlu dikemukakan disini antara lain behavioural
approach, yang menekankan pada aspek perilaku yang ditimbulkan oleh informasi akuntansi,
pragmatic, nontheoritical approach, theory of account approach yang melihat akuntansi dari
aspek hubungan antara perkiraan yang dibangun dari dasar teori double entry.
Sampai saat ini Indonesia masih belum berupaya secara intensif untuk merumuskan
teori atau standar akuntansinya sendiri. Kita masih tetap menggunakan teori atau standar
akuntansi Amerika atau yang terakhir dari IASC (International Accounting Standard
Committee) sebagai dasar pengembangan akuntansi di tanah air. Standar akuntansi keuangan
maupun pernyataan standar pemeriksaaan masih mengadopsi atau menterjemahkan standar
serat pedoman dari Amerika atau IASC dengan berbagai modifikasi minor. Upaya yang baru
dilakukan oleh profesi akuntansi adalah perumusan prinsip akuntansi Indonesia namun belum
menyentuh dasar teori akuntansinya.
DAFTAR PUSTAKA
NAMA KELOMPOK :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2019