Anda di halaman 1dari 20

1) Menerangkan Akuntansi

Badan yang berwenang dan beberapa ahli memberi peringatan yang bervariasi
tergantung pada sudut pandang dan penekanan yang mereka anut. Disamping itu, pengertian
akuntansi juga berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan dibidang
teknologi, khususnya kemajuan dibidang teknologi computer dan teknologi telekomunikasi.

Definisi resmi yang mula-mula diajukan adalah definisi dari Accounting


Terminologi Bulletin No. 1 (1965) yang diterbitkan oleh APB yaitu suatu komite penyusunan
prinsip akuntansi yan dibentuk AICPA.

“Accounting is the art of recording, classiflying, and summarizing in a significant


manner and in terms of money, transaction and event which are, in part at least, of financial
character, and interpreting the result there off”. Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan, transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara
yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan mengintepretasikannya hasil proses
tersebut.

Karena semakin luasnya fungsi dan berkembangnya praktik akuntansi, definisi diatas
dirasa kurang memadai. Berdasarkan hal tersebut, maka direvisilah definisi akuntansi,
“Accounting is the body of knowledge dan function concerned with systematic originating,
authenticating, recording, classifying, processing, summarizing, analyzing, interpreting. And
supplying of dependable and significant information covering transactions and events which
are, in part at least, of financial character, required for the management and operation of an
entity and for report that have to be submitted there on to meet fiduciary and other
responsibilities”. Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan
dengan masalah pengadaan, pengabsahan, pencatatan, pengklasifikasian, dan penyajian
secara sistematis informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi dan
kejadian yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu
unit usaha dan yang diperlukan untuk dasar penyusunan laporang keuangan yang harus
disampaikan untuk memenui pertanggungjawaban pengurusan keuangan dan lainnya.

Definisi akuntansi menjadi lebih luas lagi sebagaimana yang dimuat dalam Statement
of Accounting Principle Board No. 4 (1970) sebagai berikut:

“Accounting is a service activity. It’s function is to provide quantitative information,


primary financial in nature, about economic entities that intended to be useful in making
economic decisions”. Akuntansi adalah kegiatan jasa. Kegiatannya adalah menyediakan
informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha ekonomi, terutama bersifat keuangan yang
diperkirakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Grey (1996) mengatakan akuntansi sebagai satu kesatuan dengan aktivitas usaha,
dimana memerlukan partisipasi akuntan dalam proses manajemen di suatu tingkatan.
Operasional dalam usaha hotel cukup kompleks, karena keberhasilannya tidak saja tergantung
pada kos atau mutu layanan, tetapi juga ditentukan oleh persepsi konsumen atas layanan yang
diberikan. Peran akuntansi dalam usaha hotel ditunjukkan pada jenjang antara kos yang
berhubungan dengan layanan, dimana memerlukan keakuratan dan keandalan dalam
pencatatannya.

2) Siklus Akuntansi, dan Bagan Akuntansi pada Usaha Perhotelan

Siklus akuntansi pada usaha perhotelan secara garis besar sama dengan siklus
akuntansi pada jenis usaha lainnya. Siklus akuntansi diawali dengan pencatatan transaksi dan
berakhir dengan post-closing trial balance. Seluruh proses akuntansi dapat dilakukan secara
manual ataupun dengan menggunakan aplikasi komputer. Adapun transaksi-transaksi penting
yang terjadi dalam operasi akuntansi hotel, antara lain:

1) Penjualan produk dan jasa.

Transaksi harian penjualan produk dan jasa dicatat dalam buku khusus penjualan, dan diakhir
periode akuntansi baru dibuat jurnal khusus penjualan.

2) Penerimaan kas dan pengeluaran kas (cash disbursement).

Penjualan tunai dan pengeluaran kas harian kami catat dalam buku khusus yang disebut
dengan buku kas (kas kecil, kas besar, dan kas di bank). Setelah diakhir periode dibuatkan
jurnal khusus penerimaan dan pengeluaran kas.

3) Pembelian produk dan jasa.

Untuk efisiensi dan mempermudah pekerjaan bagian akuntansi, transaksi harian pembelian
produk dan jasa secara kredit dicatat dalam buku khusus pembelian, diakhir periode
akuntansi dibuatkan jurnal khusus pembelian.

4) Payroll.

Karena di hotel terdiri dari beberapa departemen, maka bagian personalia membuat
rekapitulasi daftar gaji, upah, dan PPh 21 sesuai dengan departemen dimana karyawan
bekerja. Setelah itu baru dibuat jurnal alokasi sesuai dengan departemennya.
Dasar akuntansi untuk akuntansi hotel menggunakan double-entry bookkeeping, dimana
setiap entry data minimal akan mempengaruhi dua akun yang berbeda atau berlawanan
sehingga nilai atau hasil dua sisi yang berlawanan akan sama.
1) Journal entry, mencatat perubahan neto setiap akun yang mempengaruhi saldo debet dan
kredit. Jurnal ini dilakukan secara bulanan (monthly journal) yang biasanya digunakan untuk
mempermudah jurnal harian, di mana jumlah secara harian diakumulasikan dan jurnal
tunggal dibuat atas transaksi bulanan.
2) General ledger, mencatat pengelompokan secara kolektif dari akun individual.

3) Trial balance, menunjukan daftar saldo akun dalam suatu periode.

4) Financial Statement, menggambarkan posisi keuangan usaha yang biasanya disiapkan pada
akhir periode akuntansi, bisa secara bulanan atau tahunan.

3) Bagan dan Rerangka Konseptual (Conceptual Framework) Informasi Akuntansi

Rerangka konseptual serupa dengan konstitusi, adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penerapan standard yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Selama bertahun-tahun, berbagai organisasi,
komite dan individu telah mengembangkan serta mempublikasikan rerangka konseptual
mereka. Tetapi tidak ada rerangka konseptual yang diterima secara universal dan diandalkan
dalam praktek. Barangkali yang paling sukses adalah Accounting Principles Board Statement
No.4: “Basic concepts and accounting principles underlying financial statements of business
enterprises” yang hanya menjelaskan praktek-praktek yang telah ada tetapi tidak menentukan
praktek apa yang digunakan. Menyadari hal itu, FSAB pada tahun 1976 menerbitkan
memorandum diskusi tiga bagian yang berjudul: “Conceptual framework for financial
accounting and reporting: Elements of Financial Statements and their measurement”. Sejak
dokumen tersebut telah dipublikasikan, FSAB telah menerbitkan Statement of Financial
Accounting Concepts yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:

1) SFAC No.1,“Obyectives of Financial Reporting By Business Enterprise (Tahun 1978)” yang


menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.

2) SFAC No.2,“Qualitative Characteristic of Accounting Information (Tahun 1980)”


menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.

3) SFAC No.3,“Elements of Financial Statements of Business Enterprise (Tahun 1980)”,


memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti: aktiva,
kewajiban, pendapatan, dan beban.

4) SFAc No.4,”Obyectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations (Tahun


1980)”.

5) SFAC No.5.”Recognition and measurement in financial statements of Business Enterprise


(Tahun 1984)”, menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman
tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan keuangan dan kapan
waktunya.

6) SFAC No.6,”Elements of Financial Statements (Tahun 1985)”, menggantikan SFAC No.3


dan memperluas ruang lingkup SFAC No.3 dengan memasukkan organisasi-organisasi
nirlaba.

7) SFAC No.7,”Using Cash flow information and present value in accounting Measurements
(Tahun 2000)”, memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas ke masa depan yang
diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.

8) SFAC No.8,”Conceptual Framework for Financial Reporting (Tahun 2010)”. Pengganti


SFAC No.1 dan SFAC No.2.

Chapter 1, The Objective of General Purpose Financial Reporting, anda Chapter 3,


Qualitative Characteristic of Useful Financial Information.

Secara garis besar rerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:


4) Membedakan Sistem dan Prosedur Akuntansi

Sistem dapat dijelaskan dari dua pendekatan, yaitu: pendekatan prosedur dan
pendekatan komponen. Dari Pendekatan prosedur, sistem adalah kumpulan dari prosedur-
prosedur yang dilengkapi dengan formulir dan catatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Contoh dari pendekatn prosedur ini adalah sistem akuntansi yang merupakan kumpulan dari
prosedur penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur penjualan, prosedur pembelian dan buku
besar. Jadi dapat dikatakan sistem akuntansi terdiri dari subsistem yang saling berkaitan.
Sistem akuntansi yang digunakan pada usaha perhotelan terdiri dari:

1) Subsistem akuntansi utama:


- Kode rekening
- Buku besar dan buku pembantu
- Jurnal
- Bukti transaksi
2) Subsistem penjualan dan penerimaan uang:
- Order penjualan, perintah pengiriman dan pembuatan faktur
- Distribusi penjualan
- Piutang
- Penerimaan uang dan pengawasan kredit
3) Subsistem pembelian dan pengeluaran uang:
- Order pembelian dan laporan penerimaan barang
- Distribusi pembelian dan biaya
- Hutang
- Prosedur pengeluaran uang
4) Subsistem pencatatan waktu dan penggajian:
- Personalia
- Pencatatan waktu
- Penggajian
- Distribusi gaji dan upah
5) Subsistem produksi dan biaya produksi
- Order produksi
- Pengawasan persediaan
- Akuntansi biaya

Dari pendekatan komponen, sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang


saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai
tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dari pendekatan komponen adalah sistem
komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak.
Prosedur adalah urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam satu
bagian/departemen atau lebih untuk menangani transaksi secara seragam dari transaksi yang
sama dan terjadi berulang-ulang. Pekerjaan klerikal terdiri dari kegiatan menulis,
menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih, memindah dan
membandingkan yang dilakukan untuk mencatat informasi di dalam formulir, buku jurnal dan
buku besar

5) SPI di Perhotelan (Unsur-unsur SPI, lingkup SPI, merancang SPI)


Sistem pengendalian internal memiliki elemen-elemen yang merupakan ciri-ciri
pengendalian intern yang baik. Adapun elemen-elemen tersebut diantaranya :
1. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat dan
tegas
2. Terdapat sistem wewenang serta prosedur pencatatan yang baik untuk melakukan
pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik perusahaan, hutang, pendapatan dan
biaya.
3. Terdapat praktek yang sehat pada saat melaksanakan tugas dan fungsi di tiap bagian dalam
organisasi
4. Tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan fungsi, tugas, serta tanggungjawabnya
5. Terdapat pengecekan independen
Struktur pengendalian intern menurut COSO (Committee for Sponsoring
Organizations of the Treadway) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,
manajemen, pegawai lainnya yang didesain untuk memperoleh keyakinan yang memadai
terkait dengan tujuan:
1) Kehandalan dari laporan keuangan
2) Efektivitas dan efisiensi dari aktivitas operasi
3) Ketaatan kepada peraturan perundangan dan kebijakan yang terkait.
Menurut COSO, pada struktur pengendalian internal memiliki lima (5) komponen :
1. Lingkungan pengendalian atau control environment
Manajemen dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan dalam
keseluruhan organisasi yang menimbulkan prilaku positif da mendukung terhadap
pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
2. Penilaian risiko atau risk assessement
Pengendalian intern harus menyediakan penilaian resiko yang dihadapi oleh organisasi baik
yang bersumber dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi.
3. Aktivitas pengendalian atau control activities
Aktivitas pengendalian intern membantu memastikan bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian harus efisien dan efektif mencapai tujuan pengendalian.
4. Informasi dan komunikasi atau information and communication
Informasi harus dicatat dan dikomunikasikan kepada manajemen dan satuan kerja lainnya
dalam suatu entitas yang membutuhkan, dalam bentuk dan jangka waktu yang
memungkinkan untuk menyelenggarakan pengendalian intern dan tanggungjawab lainnya.
5. Pemantauan atau monitoring
Pemantauan pengendalian intern harus selalu menilai kualitas kinerja dan memastikan bahwa
temuan audit atau revenue lainnya diselesaikan tepat waktu.
The Canadian Institute of Chartered Accountans Criteria of Control Committee
(CoCo) telah menyusun model pengendalian intern yang mirip dengan COSO tetapi
mempunyai perbedaan yang cukup signifikan. CoCo memfokuskan diri pada empat
pertanyaan utama, yakni.
a. Apakah perusahaan memiliki tujuan yang tepat ?
b. Apakah perusahaan sudah memiliki aktivitas pengendalian yang memadai ?
c. Apakah perusahaan sudah memiliki kapabilitas, komitmen serta lingkungan yang tepat ?
d. Apakah perusahaan sudah melakukan monitoring, pembelajaran serta melakukan adaptasi ?
Berdasarkan empat (4) pertanyaan diatas, terdapat 4 komponen yang dimiliki oleh
COCO untuk memenuhi pertanyaan tersebut :
1. Purpose
- Tujuan harus dinyatakan dan dikomunikasikan kepada seluruh stakeholders.
- Risiko signifikan baik dari dalam maupun luar organisasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan harus diidentifikasi dan dinilai.
- Kebijakan yang didesain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan pengelolaan
risiko harus dibuat, dikomunikasikan dan dipraktekkan sehingga pegawai mengerti apa yang
diharapkan dan kebebasan yang diperlukan untuk bertindak.
- Perencanaan untuk menuntun pencapaian tujuan organisasi harus disusun dan
dikomunikasikan.
- Tujuan dan perencanaan terkait harus mencantumkan target dan indikator kinerja.
2. Commitment
- Nilai-nilai etika termasuk integritas harus dibuat secara formal, dikomunikasikan kepada
seluruh stakeholders dalam organisasi.
- Kebijakan dan praktek manajemen SDM harus konsisten dengan etika da nilai-nilai dan
pencapaian tujuan.
- Wewenang, tanggungjawab dan tanggunggugat harus secara jelas didefinisikan dan
konsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan-keputusan dan prilaku-prilaku
diperagakan dengan benar oleh pegawai.
- Atmosfir kepercayaan yang tinggi harus dipelihara dan didukung oleh informasi yang
mengalir antara pegawai dan kinerja mereka dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.
3. Capability
- Pegawai harus memiliki pengetahuan, keahlian dan peralatan yang cukup untuk mendukung
pancapaian tujuan organisasi.
- Proses komunikasi harus mendukung nilai dan pencapaian organisasi atas tujuan yang telah
ditetapkan.
- Informasi yang cukup dan relevan harus diidentifikasi dan dikomunikasikan pada saat yang
tepat sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
- Tujuan dan aktivitas dari bagian-bagian yang berbeda dalam suatu organisasi harus
dikoordinasikan
- Aktivitas pengendalian harus didesain sebagai kesatuan yang menyeluruh dari suatu
organisasi, dengan mempertimbangkan tujuan, risiko, dan hubungan terkait antar komponen
pengendalian.
4. Monitoring and learning
- Lingkungan internal dan eksternal harus dimonitor untuk memperoleh informasi sehingga
tujuan dan pengendalian organisasi tetap mutakhir.
- Kinerha harus dimonitor dibandingkan dengan target dan indikator yang telah ditetapkan.
- Asumsi yang digunakan dalam penentuan tujuan dan sistem harus secara periodic dikaji
ulang.
- Informasi yang dibutuhkan harus dikaji terus-menerus sesuai dengan adanya perubahan
tujuan atau adanya pelaporan yang menunjukkan penyimpangan.
- Prosedur tindaklanjut harus disusun dan dilakukan untuk menjamin bahwa perubahan dan
kegiatan yang tepat dilakukan.
- Manajemen secara periodik menilai efektivitas pengendalian dan kemudian
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pihak yang bertanggungjawab.
Dalam prakteknya, model yang dibangun untuk menyusun sistem pengendalian intern yang
baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Pengendalian intern seharusnya tidak dilihat sebagai suatu kelompok kegiatan yang berdiri
sendiri, tetapi lebih merupakan suatu rangkaian aktivitas yang terjadi pada seluruh operasi
entitas secara berkesinambungan, dengan berfokus pada risiko operasi. Pengendalian intern
harus merupakan bagian yang utuh dari setiap sistem yang digunakan manajemen untuk
mengatur dan memandu operasi entitas, bukan sebagai suatu sistem yang terpisah.
2) Manfaat pengendalian intern harus lebih besar dari pada biaya untuk menyusun,
mengimplementasikannya dan risiko yang mungkin terjadi.
3) Aplikasi sistem pengendalian intern harus didukung oleh semua pegawai dalam organisasi
dari manajemen puncak hingga staf terbawah. Responsive terhadap perubahan, SPI yang
tidak fleksibel hanya menghambat pencapaian tujuan dikaitkan dengan perubahan lingkungan
dimana organisasi itu beroperasi.
4) Aplikasi sistem pengendalian intern harus memperhatikan budaya organisasi. Oleh karena
itu, SPI yag akan diterapkan oleh perusahaan harus dilihat sebagai bagian dari manajemen
perubahan.

6. Struktur Organisasi Di Departemen Akuntansi


Departemen akuntansi di dalam hotel biasnya terdiri dari beberapa bagian yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, misalnya bagian kredit dengan account receivable, cost
control dengan perchasing dan lain sebagainya. Adapun bagian-bagian yang ada dalam
departemen akuntansi yakni:
1. General Cashier merupakan kasir yang mempunyai tanggungjawab penuh atas semua
penerimaan dan pengeluaran hotel.
2. Cashier outlet, seperti front office, restoran, kasir bertanggungjawab atas penerimaan pada
masing-masing outlet.
3. Income auditor adalah orang yang mempunyai tugas untuk mencocokkan semua hasil
penjualan hotel dan mengoreksi kembali pekerjaan night auditor.
4. Night audit merupakan orang yang memiliki tanggungjawab atas kebenaran dan ketelitian
dalam memasukan data penjualan ke dalam satu hari dari masing-masing outlet.
5. Credit merupakan bagian yang mempunyai tanggungjawab atas besarnya kredit yang
digunakan oleh tamu dan menyetujui batas kredit setiap tamu serta melakukan analisa atas
guest bill..
6. Account receivable adalah akun yang bertanggungjawab atas bagian penyiapan tagihan dan
penagihan pada tamu yang melakukan reservasi melalui agen. Account receivable juga
bertugas atau memiliki tanggungjawab atas pencatatan piutang untuk tamu yang menginap di
hotel dan untuk tamu yang sudah keluar dari hotel.
7. Account payable adalah bagian yang bertanggungjawab atas hutang hotel kepada pihak
luar,khususnya supplier.
8. Cost control adalah bagian yang bertanggungjawab atas pengendalian biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing departemen, mencek harga barang di pasar serta menyetujui
pembelian barang untuk keperluan hotel.
9. Personalia adalah bagian yang bertanggungjawab penghitungan, pengalokasian dan
pembayaran gaji para karyawan hotel.
10. Electronic data prossesing (EDP) adalah bagian yang bertanggungjawab atas sistem
informasi yang digunakan di hotel, khususnya dalam pemrosesan data.
11. Purchasing bertanggung jawab dalam pembelian berbagai kebutuhan pihak hotel.
12. Storeroom adalah bagian yang bertanggungjawab dalam menerima barang yang dibeli dan
menyimpannya serta tugas lainnya yaitu pencatatan atas persediaan di gudang.
13. Accounting atau bookkeeper adalah bagian yang bertanggungjawab dalam menyiapkan
laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Widanaputra, AAGP., Suprasto, H Bambang., Ariyanto, Dodik., Sari, Maria M Ratna. 2009.
Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi).
https://ngurahobelixs.blogspot.com/2018/06/akuntansi-hotel-sap-3.html#

https://id.scribd.com/upload-document?archive_doc=372114822&escape=false&metadata=%7B
%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI


Filed under: ETIKA PROFESI AKUNTANSI — Leave a comment
November 17, 2015

1. Pengertian Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan anatara
tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan
sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu sistem yang koheren
dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten
dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan
keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud akuntansi, sedangkan
fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang memberikan petunjuk
dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut, meringkas dan
mengkomunikasikan pada pihak-pihak yangberkepentingan.

Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur (belkaoui,
1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang
didasarkan pada proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang
memiliki beberapa tingkatan. Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam
proses penyusunan standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan
perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan mempersempit
pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. Secara
lengkap, kerangka kerja konseptual adalah :

 Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi


 Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar
khusus yang mengaturnya.
 Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
 Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode
akuntansi.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :

“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to


consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri
dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-
kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang
menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-
ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan
pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual

1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai


laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada

Elemen Kerangka Konseptual

Menurut Belkaoui (2000: 142) kerangka konseptual memiliki empat tingkatan, yaitu:

1. Tingkat Pertama

Pernyataan konsep akuntansi keuangan mengenai rumusan tujuan pelaporan keuangan suatu
kesatuan bisnis (organisasi bisnis) SFAC nomor 1.
SFAC nomor 4 tujuan pelaporan keuangan perusahaan nonbisnis organisasi nirlaba.

2. Tingkat Kedua

Pernyataan tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi SFAC nomor 2.

Unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan bisnis, SFAC nomor 3, kemudian diganti
SFAC nomor 6, yang mengatur tentang unsure-unsur laporan keuangan baik untuk
perusahaan bisnis maupun organisasi nirlaba (sektor publik).

3. Tingkat Ketiga

Rumusan tentang pengakuan dan pengukuran laporan dan pelaporan keuangan SFAC nomor
5.

SFAC nomor 33, mengatur tentang pelaporan keuangan dengan penyesuaian tingkat harga
(tingkat inflasi).

4. Tingkat Keempat

Pelaporan posisi keuangan, pelaporan arus kas dan likuiditas, pelaporan earnings (dalam hal
ini adalah laporan laba rugi).

2. STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

1. Elemen-Elemen Teori Akuntansi

Masing-masing tingkatan memiliki hirerakinya. Menurut Belkaoui apapun metodologi dan


pendekatan yang digunakan, apakah itu deduksi atau induksi, apakah deskriptif atau normatif,
struktur akhir atau kerangka acuannya harus didasarkan pada unsur-unsur atau perangkat
elemen-elemen dan hubungan yang mendasari pembangunan pengembangan teknik-teknik
akuntansi.

Suatu struktur teori akuntansi menurut Ahmed Belkaoui harus mencakup elemen-elemen atau
unsur-unsur sebagai berikut:

1. A Statement of objectives.

Merupakan tujuan dari financial statement atau laporan keuangan yang dihasilkan akuntansi.

2. A Statement of the postulate and theoretical concept of accounting.

Postulat-postulat dan konsep teori akuntansi berkaitan langsung dengan asumsi-asumsi


lingkungan serta sifat daripada unit akuntansi yang dapat diturunkan dan tujuan yang telah
dinyatakan.

3. A Statement of basic accounting principle.

Prinsip-prinsip dasar akuntansi yang diturunkan baik dari postulate maupun theoretical
concepts.
4. A Body of accounting techniques

Sekumpulan teknik-teknik atau prosedur akuntansi yang diturunkan dari accounting


principles.

1. Postulat, Konsep Teoritis, dan Prinsip Akuntansi


2. Pengertian

3. Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau


aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat
akuntansi beroperasi.
4. Konsep teoritis akuntansi adalah juga pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian
atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan
keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam
ekonomi bebas yang dikarakteristikkan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.
5. Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan
dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatu pengembangan teknik-teknik akuntansi.
6. Teknik Akuntansi adalah aturan tertentu yang diterapkan berdasarkan prinsip
akuntansi, digunakan sebagai pedoman untuk mencatatkan transaksi atau peristiwa
tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi.
7. Pembahasan
8. Postulat akuntansi

1) Postulat entitas (entity)

Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah
dan berbeda dari pemiliknya.

Jadi akuntansi lebih melihat bahwa entitas terpisah dari pemiliknya, artinya akuntansi tidak
bisa dihasilkan jika setiap proses pengambilan pemilik tidak dilakukan proses pencatatan

2) Postulat kelangsungan usaha (going concern)

Postulat kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi
akan terus beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan aktifitas yang sedang
berjalan.

Postulat mengasumsikan bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam masa
mendatang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk
periode waktu yang tidak tertentu. Postulat kelangsungan usaha menyediakan dasar untuk
akuntansi depresiasi.

3) Postulat unit pengukur (monentary unit)

Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan degan cara
yang seragam. Pengukuran yang digunakan adalah unit moneter.
Jadi postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses
mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter.

4) Postulat periode akuntansi (accounting period)

Periode akuntansi dibutuhkan investor untuk mengetahui kinerja operasional


perusahaan.Oleh karena itu postulat ini berkebalikan dengan postulat keberlangsungan usaha.

Karena untuk postulat periode akuntansi, mensyaratkan perusahaan pada saat pembuatan
laporan keuangan berarti perusahaan dalam kondisi likuidasi.

1. Konsep Teoritis Akuntansi

1) Teori Proprietary / Teori Kepemilikan

Menurut teori proprietary antita sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui wirausaha
individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok pemilik sebagai
pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan
keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan menganalisis
kekayaan bersih pemilik.

2) Teori Entitas

Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang
menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan
pusat kepentingan akuntansi.Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan danbertanggung
jawab terhadap pemilik maupun kreditor.
3) Teori Dana

Teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi (dana) serta kewajiban
dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Laporan ini merefleksikan perilaku
operasi perusahaan yang berkaitan sumber dan penggunaan dana.Teori dana terutama berguna
untuk pemerintah dan organisasi nirlaba

1. Prinsip Akuntansi

1) Prinsip Kos (cost principle)

Menurut prinsip kos, kos pemerolehan (acquisition cost) atau kos historis merupakan dasar
penilaian yang memadai untuk mengakui pemerolehan semua barang dan jasa, expenses, kos,
dan ekuitas. Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas yang dibelanjakan atau properti lain
yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan, atau utang yang terjadi,
sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diterima, atau seharusnya diterima.

2) Prinsip Revenue (Revenue cost)

Prinsip-Prinsip revenue menspesifikasi:

1. a) Sifat komponen-komponen revenue


(1) Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa

(2) Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan

(3) Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan
selama priose waktu tertentu

1. b) Sifat dan komponen revenue menurut hendariiksen

(1) Konsep produk lebih superior dari pada konsep aliran keluar, yang lebih superior dari
pada konsep aliran masuk.

(2) Konsep produk adalah netral terkait dengan pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal
pengakuan) revenue, sdangkan konsep aliran masuk membingungkan terkait dengan
pengukuran (jumlah) dan saat (tanggal pengakuan) proses revenue

1. c) Accounting Terminology Bulletin 2

Mendefinisikan Revenue “Revenue berasal dari penjualan barang atau pemberian jasa dan
diukur dengan beban yang ditanggung pelanggan, klien, atau penyewa barang dan jasa yang
disediakan untuk mereka. Revenue juga meliputi keuntungan dari penjualan atau pertukaran
aset (selain saham yang diperdagangkan) dan deviden yang diperoleh dari invesasi, dan
peningkatan lain dalam ekuitas pemilik kecuali peningkatan yang berasal dari kontribusi
modal dan penyesuaian modal.

1. d) Pengukuran Revenue, revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk


atau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas (arm’s-length transaction)

Ada dua intepretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini:

(1) Potongan tunai dan berbagai pengurangan dalam harga tetap, seperti kerugian piutang
yang tidak tertagih (intepretasi ini bertentangan dengan pandangan bahwa potongan tunai dan
kerugian piutang tidak tertagih dianggap sebagai expenses).

(2) Untuk transaksi non kas,nilai pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/
jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam
menghitungnya.

1. e) Waktu Pengakuan Revenue umumnya diakui bahwa revenue dan income yang
diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu selama penerimaan order, produksi,
penjualan dan penagihan). Karena sulit alokasi reveue dan income pada siklus yang
berbeda maka menggunakan realisasi. Realisasi adalah perubahan dalam aset atau
utang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan
pengakuan dalam akun.
2. f) Diperlukan aturan spesifik atau pertimbangan yang diperlukan untuk mengakui
perubahan aset dan AAA membuat standar kriteria tersebut:

(1) Diperoleh (earned), dalam satu atau bebeapa pengertian

(2) Dalam bentuk yang dapat didistribusikan


(3) Hasil atas konversi yang timbul dari transaksi antar perusahaan dan pihak eksternal

(4) Hasil dari penjualan yang saham atau proses serupa

(5) Dipotong dari modal

(6) Dalam bentuk aset lancar

(7) Dampak kotor atau bersih pada ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasi dengan
tingkat reliabilitas tinggi

Secara umum, revenue diakui dengan dasar akrual atau dasar peristiwa kritis.

1. g) Dasar akrual untuk pengakuan revenue berimplikasi bahwa revenue harus


dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan atau pada saat
pengumpulan penjualan

Revenue diakui selama produksi jika:

(1) Revenue berupa sewa, bunga, komisi diakui ketika telah diperoleh (earned).

(2) Pemberian jasa individual atau kelompok profesional atau jasa yang serupa lebih baik
menggunakan dasar akrual untuk pengakuan revenue.

(3) Revenue dari kontrak jangka panjang

(4) Revenue atas cost plus fixed-fee contracts

(5) Perubahan aset karena pertumbuhan (acretion) akan menimbulkan peningkatan , sebagai
contoh minuman keras anggur, tanaman kayu, ternak dsb)

3) Prinsip Penandingan (Matching Principle)

Secara operasional, ada dua tahap untuk akuntansi expenses:

1. a) Kos dikapitalisir sebagai aset yang menggambarkan sekumpulan jasa atau manfaat
potensial
2. b) Setiap aset dihapus sebagai expenses untuk mengakui proporsi jasa potensial aset
yang telah terpakai untuk menghasilkan revenue selama periode tertentu.

Jadi, akuntansi akrual lebih ditunjukkan oleh prinsip penandingan dalam artian kapitalisasi
dan alokasi dibanding akuntansi kas.

Hubungan antara revenue dan expenses tergantung pada sati dari empat kriteria:

1. a) Penandingan kos yang telah terpakai dengan revenue (sbg contoh, cost of good
soldditandingkan dengan penjualan)
2. b) Penandngan langsung kos yang telah terpakai dengan periodanya (contoh; gaji
direktur untuk periode tertentu)
3. c) Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (contoh; depresiasi)

4. d) Menjadikan expenses semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali dapat
ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa datang (contoh; expenses
advertensi

Kos yang belum terserap (aset) yang tdk memenuhi salah satu dari empat kriteria untuk
menjadikannya expenses pd periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan
dapat diklasifikasikan dalam katagori yang berbeda sesuai dengan penggunaan

4) Prinsip Objektive (Objective principle)

Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas prosedur pengukuran yang
digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah sangat sulit, akuntan telah
menggunakan prinsip objektifitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang
digunakan.

5) Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode.

6) Prinsip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)

Terdapat konsensus di akuntansi bahwa pengungkapan data akuntansi yang penuh (full),
wajar (fair) dan cukup (adequate).Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan
keuangan didesain dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang
telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode.

7) Prinsip Konservatisme (conservatism)

Prinsip konservatisme merupakan prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian bahwa
prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntansi yang relevan dan
reliabel.

8) Prinsip Materialitas (Materiality)

Prinsip ini menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi
signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi tersebut sesuai
dengan PABU atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan.

9) Prinsip Keseragaman Dan Komparabilitas (comparability)

Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama untuk item-item yang
terkait dengan perusahaan antar waktu. Artinya penggunaan prosedur sama oleh perusahaan
yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.

1. Standar (Teknik) Akuntansi


Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar
akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan
terhadap semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga
(entity) organisasi atau perusahaan.

Inilah yang sebenarnya digambarkan oleh Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika dan APB Statement menjadi FASB
Statement. Standar ini diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan
yang baku. Standar akuntansi ini akan secara terus-menerus berubah dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman, dunia usaha,dan kemajuan teknologi.

Belkoui (1985) mengemukakan alasan pentingnya standar akuntansi yang baku, yaitu:

1) Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan kegiatan perusahaan
yang dapat dipercaya kebenarannya dan memiliki daya banding.

2) Memberikan pedoman bagi akuntan publik dalam melakukan pekerjaannya secara hati-
hati dan independen.

3) Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi yang dianggap


penting dalam perhitungan PPh, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan
ekonomi, dan peningkatan efisiensi ekonomi, serta tujuan-tujuan makro lainnya.

4) Menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar akuntansi.

Mengenai pihak-pihak yang dianggap memiliki peranan yang besar dalam proses perumusan
standar akuntansi. Belkoui (1985) membaginya ke dalam tiga fase:

1) Fase peranan manajemen (1990-1933)

Dalam periode ini, manajemen dianggap memiliki peranan yang besar dalam perumusan
standar akuntansi. Metode yang dipakai dalam memecahkan masalah akuntansi yang timbul
di periode ini adalah lebih bersifat pragmatis, bukan berdasarkan pada teori yang ada.

2) Fase peranan profesi (1933-1973)

Dalam periode ini, perumusan standar akutansi didominasi oleh profesi, dimana organisasi
mulai tumbuh dan berkembang dengna pesat. Namun anggota asosiasi dan organisasi profesi
masih belum yakin terhadap kerangka teori yang ada yaitu kekuatan atau otoritasnya tidak
jelas. Oleh sebab itu banyak sekali alternative yang timbul yang pada akhirnya meniptakan
fleksibilitas dalam penerapan standar akuntansi.

3) Fase politisasi (1973-sekarang)

Berbagai kelemahan yang ada pada fase peranan manajemen dan profesi telah menimbulkan
kecendariungan pada lahirnya metode yang lebih bersifat deduktif dan politisasi dalam
perumusan standar akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Yadiati, Wiwin. 2007. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group

Harahap, Sofyan. 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

http://cinndyrq.blogspot.co.id/2013/09/kerangka-konseptual-akuntansi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai