Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM

BISNIS

OLEH

KELOMPOK 5:

1. NI KADEK LARAS SUKMA DEWI 1602622010700/ 01


2. NI LUH PUTU SUARI MANIK 1602622010708/ 09
3. NI WAYAN KRISNA DEWI 1602622010713/ 14
4. DEWA AYU SRI KARISMA DEWI 1602622010725/ 26

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

TAHUN AJARAN 2019/2020

PEMBAHASAN
5.1 Pengertian Profesi dan Bisnis Sebagai Profesi
Istilah profesi, professional, dan profesionalisme sudah sangat sering
dipergunakan baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam berbagai tulisan
dimedia massa, jurnla ilmiah, atau buku teks. Akan tetapi, ternyata arti yang diberikan
pada istilah-istilah tersebut cukup beragam. Untuk memahami beragamnya pengertian
profesi, professional, dan profesionalisme tersebut, di bawah ini dikutip beberapa
definisi dari berbagai sumber.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
“Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran, dan sebagainya tertentu”
Menurut Sonny Keraf (1998):
“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan
mengandalkan keahlian dan keterampilan tinggi dan dengan melibatkan pribadi
(moral) yang mendalam.
Menurut Hidayat Nur Wahid:
“Profesi adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah
‘pekerjaan’ yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, ditekuni secara
konsisten, sehingga orang bisa menyebut kalau dia memang berprofesi di bidang
tersebut. Sedangkan profesional yang memayungi profesi tersebut adalah semangat,
paradigma, spirit, tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus menerus
secara dewasa, secara intelek meningkatkan kualitas profesi mereka”
Pada awalnya, sebenarnya pengertian profesi dimaksudkan sebagai sebutan
untuk pekerjaan mulia yang dilakukan oleh dokter, akuntan, pengacara dan sejenisnya.
Profesi ini disebut mulia karena orang yang menyandang profesi seperti ini tidak
semata-mata menggunakan keahliannya untuk tujuan mencari nafkah (uang), tetapi
juga mempunyai misi sosial dan pekerjaannya berdampak luas bagi masyarakat.
Ciri-ciri Profesi :
1. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
2. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian dan keterampilan
tinggi.
3. Pengetahuan, keahlian dan keterampilan diperoleh melalui pendidikan formal,
pelatihan dan praktik/pengalaman langsung.
4. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
5. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
6. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk
hidup layak.
7. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan
program pelatihan dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan,
menegakkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik di antara anggota profesi tersebut.
8. Ada ijin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.

Bisnis Sebagai Profesi


Salah satu pengertian profesi adalah “suatu pekerjaan sebagai penunjang nafkah
hidup”, dari susut pandang ini maka semua aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai
profesi. Bisnis dapat menentukan pertumbuhan investasi, produksi dan peningkatan
pendapatan nasional. Namun sebaliknya bisnis dapat menimbulkan suatu krisis ekonomi
jika tidak dikelola secara profesional. Oleh karena itu sesuai dengan ciri-ciri profesi
tersbut diatas maka, bisnis adalah suatu profesi karena dalam bisnis terdapat banyak
pekerjaan, menuntut ilmu untuk mengelola dan para manajemen dituntut bermoral tinggi
dan harus dikelola secara profesional.
Bisnis dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri suatu
profesi, yaitu :
1. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
2. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahaan.
3. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat.
4. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis.
Adanya pro & kontra apakah Bisnis bisa disebut Sebagai profesi/ tidak?. Pandangan
yang mengganggap bisnis itu adalah Amoral. Bisnis tidak ada hubungannya dengan
etika. Yang lemah akan kalah, yang kuat akan unggul. Banyaknya pandangan bisnis
amoral ini akan ditinggalkan karena saat Ini dan dimasa yang akan datang makin banyak
yang menyadari bahwa dalam berbisnis pun diperlukan komitmen moral yang tinggi.

5.2 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis


1. Menurut Caux Round :
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari stakeholders ke stakeholders
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
d. Sikap menghormati aturan
e. Dukungan bagi perdagangan multilateral
f. Sikap hormat bagi lingkungan alam.
g. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis

2. Menurut Weiss :
a. martabat/hak
b. Kewajiban
c. Kewajaran
d. Keadilan
3. Menurut Sonny Keraf :
a. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara
jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas
kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan ; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung
jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.

5.3 Etika Lingkungan Hidup


Isu Lingkugan Hidup:
Masalah etika tidak hanya dipahami sebatas pengaruh perilaku manusia terhadap
manusia lainnya, tetapi juga mempelajari hubungan dan keterkaitan antara manusia
dengan alam dan pengaruh tindakan manusia terhadap kerusakan lingkungan. Dari
pertumbuhan ekonomi secara global, saat ini telah memunculkan enam persoalan
lingkungan hidup yaitu :
1. Akumulasi bahan beracun
2. Efek rumah kaca
3. Perusakan lapisan ozon
4. Hujan asam
5. Deforestasi dan penggurunan
6. Serta kematian bentuk-bentuk kehidupan (keanekaragaman hayati)
Contoh Kasus :
Hujan Asam (Acid Rain )
Perlombaan pendirian pabrik-pabrik di banyak kawasan industri oleh hamper
semua negara demi memacu pertumbuhan ekonomi tanpa disertai program pengendalian
limbah asap telah mengakibatkan banyaknya volume asap hitam pekat yang terus
menerus dimuntahkan dari cerobong-cerobong pabrik tsb. Asap tebal hitam pekat ini
kemudian menyatu dengan udara dan awan yang pada gilirannya menurunkan hujan
asam (Acid Rain) ke bumi sekitar awan tsb. Sejak beberapa dekade terakhir ini, terutama
di kawasan industri padat negara-negara maju seperti AS, Kanada, Jerman, Belanda dsb.
Hujan asap ini ternyata berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus berlangsung,
maka hujan asam itu dapat merusak hutan, mencemari air, bahkan merusak gedung-
gedung.

5.4 Pradigma Etika Lingkungan


Berbagai isu lingkungan hidup tidak dapat lagi diabaikan bila ingin memahami dan
menyadari bahwa perilaku manusia juga berpengaruh terhadap keberadaan bumi beserta
seluruh isinya, bukan hanya menentukan keberadaam umat manusia saja. Sehubungan
dengan hal ini, ada beberapa paradigm (cara pandang/pola pikir) yang berkembang
dalam memahami etika dalam kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu
keputusan dan tindakan hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia
pada generasi saat ini saja, tetapi juga kepentingan umat manusia pada generasi-generasi
mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandang perilaku etis bukan saja dari
sudut pandang manusia, tetapi juga dari sudut pandang nonmanusia (flora, fauna, dan
benda bumi nonorganisme) sebagai satu kesatuan sistem lingkungan.
3. Etika ekosistem, menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya
(bumi dan seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam jagat raya)
dianggap sebagai moral patients.

5.5 Kode Etik di Tempat Kerja


Kode Etik Sumber Daya manusia :
Enam dimensi program etik agar kode etik dapat dipenuhi :
1. Kode etik formal : Kode etik yang dirumuskan/ditetapkan secara resmi oleh suatu
organisasi profesi, suatu lembaga/entitas tertentu dsb.
2. Kode Etika : Entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan,
menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika : Cara untuk mensosialisasikan kode etik dan perubahannya,
termasuk isu-isu dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah
4. Pejabat etika : Pihak yang mengkoordinasikan kebijakan, memberikan pendidikan,
dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika
5. Program pelatihan etika : Program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etika
6. Proses penetapan disiplin : dalam hal terjadi perilaku tidak etis.
Kode Etik Pemasaran :
American Marketing Association (AMA)
1. Tanggung jawab (responsibilities), pelaku pemasaran harus bertanggungjawab atas
konsekuensi aktivitas mereka dan selalu berusaha agar keputusan, rekomendasi dan
fungsi tindakan mereka mengidentifikasi, melayani, dan memuaskan masyarakat (publik)
yang relevan : para pelanggan, organisasi dan masyarakat.
2. Kejujuran dan kewajaran (honesty and fairness), pelaku pemasaran harus menjaga dan
mengembangkan integritas, kehormatan dan martabat profesi pemasaran.
3. Hak (Rights) dan kewajiban (Duties), Pihak-pihak, pelaku dalam proses pertukaran
pemasaran harus mampu mengharapkan bahwa: 1. Produk dan jasa yang ditawarkan
perusahaan aman dan cocok dengan kegunaan yang dimaksudkan; 2.
Mengkomunikasikan bahwa produk dan jasa yang ditawarkan tidak menipi; 3. Semua
pihak mematuhi kewajiban, keuangan, dan sejenisnya dengan itikad baik; 4. Terdapat
metode internal yang layal untuk penyesuaian yang adil dan atau memperbaiki keluhan
yang menyangkut pembelian
4. Organizational relationships (Hubungan Organisasi), pelaku pemasaran harus menyadari
betapa perilakunya akan memengaruhi perilaku orang-orang lain dalam hubungan
organisasi. Mereka seharusnya tidak menimbulkan, mendorong, atau menerapkan
kekerasan untuk menimbulkan tindakan perilaku tidak etis dalam hubungannya dengan
orang lain.
Kode Etik Akuntansi :
Insitute of Management Accountants
1. Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan
lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan. Praktisi manajemen
akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
● Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan berkelanjutan,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
● Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
● Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan
serta dapat diandalkan.
2. Kerahasiaan
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi
rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal
tersebut. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk :
● Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
● Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan juga
untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
● Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.
3. Integritas
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan yang
dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung etika.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab
untuk:
● Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar
dari potensi konflik.
● Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan mengurangi
kemampuan mereka dalam menjalankan tugas secara etis.
● Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
● Menahan diri dari aktivitas negatif yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
● Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain yang
dapat menghalangi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
● Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
● Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan mendiskreditkan
profesi.
4. Objektivitas
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan
objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan yang
diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan, komentar dan
rekomendasi yang ditampilkan. Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan
memiliki tanggung jawab untuk :
● Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
● Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
5. Resolusi atas Etis
Dalam menerapkan standar kode etik, praktisi akuntansi manajemen dan manajemen
keuangan mungkin menghadapi masalah dalam mengidentifikasikan perilaku tidak etis
atau di dalam memecahkan suatu konflik etis.

Kode Etik Keuangan :


Association for Investment Management and Research (AIMR)
1. Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat dan bertindak etis dalam
berhubungan dengan publik dst.
2. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan professional.
3. Berusaha keras untuk memeliharan dan meningkatkan kompetensi dan kompetensi pihak
lain.
4. Menerapkan kehati-hatian dan menjalankan penilaian yang bersifat independen.
Standar-standar perilaku professional juga meliputi :
1. Tanggung jawab fundamental
2. Hubungan dan tanggung jawab atas profesi
3. Hubungan dan tanggung jawab pada atasan
4. Hubungan dan tanggung jawab pada pelanggan dan calon pelanggan
5. Hubungan dan tanggung jawab kepada publik
Kode Etik Teknologi Informasi :
Association for Computing Machinary
Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota
(anggota yang mempunyai hak suara, anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari
Association for Computing Machinary. Kode ini mencakup 24 keharusan yang
dirumuskan sebagai pernyataan tentang tanggung jawab pribadi, mengidentifikasi unsur-
unsur seperti komitmen.
Kode Etik Fungsi Lainnya :
Setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang lainnya
yang akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apapun peran yang
dimainkan oleh setiap elemen tersebut. Misalnya bagian produksi di suatu perusahaan.
Walaupun bagian produksi tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, namun
kualitas produk yang dihasilkan sangat menentukan kinerja fungsi pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno dan Ardana, I Cenik. Etika Bisnis dan Profesi:Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya - Jakarta : Salemba Empat, 2009

Rindjin, Ketut. Etika Bisnis dan Implementasinnya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004

Bertens, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius, 2009

Anda mungkin juga menyukai