Anda di halaman 1dari 8

RESUME TEORI AKUNTANSI

BAB IV

Nama : Rendi Hediansyah Putra

Kelas : 5E S1 Akuntansi

Npm : C1C021160

Mata kuliah : Teori Akuntansi

PENGGOLONGAN METODE RISET

Menurut Supranto (2003), jenis riset dapat digolongkan menurut 1)alasannya, 2) tempat melakukan
penyelidikan dan 3)metode pengumpulan data dan tekniknya. Riset hanya dilakukan jika terjadi
masalah dan masalah terjadi ketika kenyataan memiliki ketidaksesuaian dengan harapan. Menurut
alasannya riset dibagi menjadi riset dasar (basic resarch) dan riset terapan (applied research).
Menurut tempatnya riset dibagi menjadi riset perpustakaan (library research). Riset laboratorium
(labroratory resarch), dan riset lapangan (field research). Menurut tekniknya riset dibagi menjadi
riset yang dilakukan dengan teknik survey (sur- vey technique), riset yang dilakukan dengan teknik
eksperimen (experimental tech- nique), dan riset dengan menggunakan model ekonometrik
(modelling). Menurut tingkat eksplanasi, riset dibagi menjadi riset deskriptif, riset komparatif, riset
kausatif, dan riset multivarian.

Umar (2002) menggolongkan riset menjadi riset dasar (basic research) dan riset aplikasi (applied
research). Pembagian itu dapat dilihat pada gambar 1.1 Riset dasar merupakan riset yang hasilnya
tidak dimaksudkan untuk diaplikasikan baik oleh individu, kelompok, atau bahkan suatu badan
usaha. Jenis riset ini lebih ditujukan pada peningkatan dunia ilmu. Riset aplikasi merupakan riset
dimana hasil risetnya dimaksudkan untuk dapat dimanfaatkan baik oleh individu ataupun
perusahaan.

Schroeder et.al., (2001) menjelaskan teori akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan
beberapa metode riset. Pada umumnya metode riset yang digunakan adalah:

1. Pendekatan Deduktif (Deductive ApprApproac


2. Pendekatan Induktif (Inductive Approach)
3. Pendekatan Pragmatis (Pragmatic Approach)
4. Pendekatan Etika (Ethical Approach)
5. Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach) 6. Penelitian dengan Metode Ilmiah (Scientific
Method of Inquiry)

Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk
menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.
Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode
deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus (going from the general to the specific). Lihat gambar 2!
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan
kesimpulan dari khusus menjadi umum (go- ing from specific to the general). APB Statement No. 4
adalah contoh dari penelitian induksi, Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun
sebuah teori

1. Perbedaan Pendekatan Deduktif dan Induktif Teori normatif (normative theory)


menggunakan pertimbangan nilai (value judgement) yang berisi satu atau lebih premis
menjelaskan cara yang seharusnya ditempuh. Sebagai contoh, premis yang menyatakan
bahwa laporan akuntansi (accounting reports) seharusnya didasarkan kepada pengukuran
nilai aset bersih yang bisa direalisasi (net realizable value measurements of assets)
merupakan premis dari teori normatif. Sebaliknya, teori deskriptif (descriptive theory)
berupaya untuk menemukan hubungan yang sebenarnya terjadi. Meskipun terdapat
pengecualian, sistem deduktif umumnya bersifat normatif dan pendekatan induktif
umumnya berupaya untuk bersifat deskriptif. Hal ini karena metode deduktif pada dasarnya
merupakan sistem yang tertutup dan nonempiris yang kesimpulannya secara ketat
didasarkan kepada premis. Sebaliknya, karena berupaya untuk menemukan hubungan
empiris, pendekatan induktif bersifat deskriptif.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apakah temuan riset empiris dapat bebas nilai (value-
free) atau netral karena pertimbangan nilai sesungguhnya mendasari bentuk dan isi riset tersebut.
Meskipun riset empiris berupaya untuk deskriptif, penelitinya tidak mungkin sepenuhnya bersikap
netral dengan dipilihnya suatu permasalahan yang akan diteliti dan dirumuskannya definisi konsep
yang terkait dengan permasalahan tersebut. Perbedaan yang lebih mencolok antara sistem deduktif
dan induktif adalah: kandungan atau isi (con- tents) teori deduktif kadang bersifat global (makro)
sedangkan teori induktif umumnya bersifat partikularistik (mikro). Oleh karena premis sistem
deduktif bersifat total dan menyeluruh maka kesimpulannya pasti bersifat global. Sistem induktif,
karena didasarkan kepada fenomena empiris umumnya hanya berfokus kepada sebagian kecil dari
fenomena tersebut yang relevan dengan permasalahan yang diamatinya.

Meskipun perbedaan antara sistem deduktif dan induktif bermanfaat untuk maksud pengajaran,
dalam praktek riset perbedaan ini seringkali tidak berlaku. Dengan kata lain, keduanya bukanlah
pendekatan yang saling bersaing tetapi saling melengkapi (complementary) dan seringkali digunakan
secara bersama. Metode induktif bisa digunakan untuk menilai ketepatan (appropriateness) premis
yang pada mulanya digunakan dalam suatu sistem deduktif.

Proses riset sendiri tidak selalu mengikuti suatu pola yang pasti. Para peneliti seringkali bekerja
secara terbalik dari kesimpulan penelitian lainnya dengan mengembangkan hipotesis baru yang
tampaknya cocok dengan data yang tersedia. Dalam konteks akuntansi, riset induktif bisa membantu
memperjelas hubungan dan fenomena yang ada dalam lingkungan bisnis yang mendasari praktek
akuntansi. Riset induktif tersebut pada gilirannya akan bermanfaat

Pendekatan pragmatis (pragmatic approach)


Pendekatan pragmatis (pragmatic approach) membangun teori berdasarkan kepada konsep
penggunaan atau kegunaannya. Sebagian besar praktek dan prinsip yang ada sekarang dihasilkan
dari pendekatan pragmatis (pragmatic approach), solusi diadopsi sebagai prinsip akuntansi
berterima umum (Gener- ally Accepted Accounting Principles / GAAP) bukan sebagai metode untuk
pemecahan masalah, seharusnya hasil dari pendekatan pragmatis harus dilihat sebagai pemecahan
masalah sementara saja (tentative solution). Pendekatan pragmatis disajikan pada gambar 4

The Sanders, Hatfield, and Moore study, dalam Schroeder et.al. (2001), menggunakan pendekatan
pragmatis. Profesi akuntansi harus menyadari bahwa praktek diikuti karena berpedoman “that is the
way we have always done it,” hal ini adalah alasan yang tidak memuaskan, terutama ketika muncul
pertanyaan kenapa melakukan dengan cara seperti yang biasa dikerjakan.

2. Pendekatan Perilaku

Dalam Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach), akuntansi dianggap sebagai sebuah praktek yang
konsekuensinya direfleksikan oleh orang atau kondisi sosial yang menjalankannya. Termasuk cara
berinteraksi dengan organisasi lain serta fenomenanya. Perilaku dan fungsi ekonomi dari akuntansi
sedang menjadi perhatian, pertanyaan mengenai bagaimana informasi akuntansi digunakan dan
bagaimana informasi akuntansi kadang kala seperti menghasilkan konsekuensi yang tak diinginkan
atau tak terantisipasi.

Bidang baru dalam riset akuntansi dan theory development disebut Behavioral Accounting Research
(BAR). BAR merupakan ilmu yang mempelajari perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan ketika
mereka terpengaruhi oleh fungsi dan laporan akuntansi berdasarkan aktifitas riset dalam ilmu
perilaku. Tujuan akuntansi adalah menyediakan informasi bagi pembuat keputusan, dalam BAR
dipelajari bagaimana pengguna laporan akuntansi membuat keputusan dan bereaksi terhadap
informasi.

Fokus utama behavioral approach adalah bagaimana para pengguna informasi akuntansi mengambil
keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan. Berbeda dengan pendekatan model keputusan
yang bersifat normatif, behav- ioral approach bersifat deskriptif. Riset ini banyak menggunakan
metode eksperimental.

McIntyre (1973), dalam Warsidi (2005), berupaya untuk menemukan apakah informasi replacement
cost lebih bermanfaat dibandingkan informasi historical cost dalam mengevaluasi actual annual rate
of return. Dengan kata lain, pendekatan ini berupaya untuk memahami informasi apa yang dipilih
dan bagaimana informasi tersebut diproses. Empat perusahaan berukuran sedang dalam industri
ban dan karet dianalisis selama suatu periode yang terdiri dari tiga tahun. Subjek eksperimennya
adalah mahasiswa S-1 dan S-2. Sebagian mahasiswa menerima laporan keuangan berbasis
replacement cost, sebagian lainnya menerima laporan berbasis historical cost, dan yang lainnya lagi
menerima kedua jenis laporan. Subjek eksperimen tersebut diminta untuk memilih perusahaan yang
akan menghasilkan actual annual rate of return tertinggi selama tiga tahun. Setelah analisis atas data
eksperimental dilakukan, McIntyre (1973) gagal menunjukkan keunggulan laporan keuangan
berbasis replacement cost bagi para pengguna informasi akuntansi.

Meskipun pendekatan perilaku masih dalam tahap awal pengembangan, temuannya telah banyak
yang menarik perhatian. Banyak penelitian memperlihatkan ketidaksesuaian antara model
keputusan yang dirumuskan secara normatif dengan proses keputusan sesungguhnya yang dilakukan
oleh pengguna informasi akuntansi. Riset lainnya menunjukkan terdapatnya suatu tendensi
penggunaan laporan keuangan yang dipublikasikan (published finan- cial statements) untuk
pengambilan keputusan manajerial. Meskipun pendekatan riset keperilakuan bersifat
deskriptif/positif, hasilnya bisa digunakan untuk kesimpulan normatif yang bertujuan untuk
memperbaiki penggunaan data akuntansi dalam pengambilan keputusan.

PENELITIAN DENGAN METODE ILMIAH

Penelitian dengan metode ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan deduktif dan pendekatan
induktif. Penentuan hipotesa merupakan proses deduktif, mengumpulkan data adalah proses
induktif sedangkan menentukan data yang diambil dan diteliti merupakan proses deduktif.
Penelitian dengan metode ilmiah dikembangkan untuk ilmu alam dan ilmu fisika, dan tidak secara
khusus dikembangkan untuk ilmu sosial seperti contohnya ilmu akuntansi.

Penelitian dengan metode ilmiah memiliki keterbatasan saat digunakan dalam riset akuntansi, hal ini
dikarenakan pengaruh dari lingkungan manusia dan ekonomi membuat tidak mungkin menggunakan
variabel konstan. Pengetahuan mengenai metode ilmiah dapat menyediakan pandangan yang
berguna mengenai bagaimana riset harus dilakukan.

Penelitian dengan metode ilmiah mendapat sedikit perhatian saja dalam riset akuntansi. Prosedur
yang telah ditemukan dan digunakan menjadi diterima umum (generally accepted) walaupun tidak
melewati pengujian hipotesa. Pola penelitian ilmiah disajikan pada gambar 5, artinya dihasilkan dari
berpikir ilmiah. Menurut Sudjana (1982), berpikir ilmiah untuk menghasilkan metode ilmiah harus
menempuh tahapan sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah, yakni mengajukan pertanyaan untuk dicarikan jawabannya.


Pertanyaan itu bersifat problematis, yaitu mengandung banyak kemungkinan jawaban;
2. Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan yang
telah diajukan di atas. Dugaan jawabanHendaknya mengacu dari kajian teoritis melalui
penalaran deduktif,
3. Melakukan verifikasi data, yakni: melakukan pengumpulan data secara Empiris, mengolah
data tersebut, dan menganalisis untuk menguji Kebenaran hipotesis. Apabila proses
pengujian dilakukan berulang- ulang dan kebenaran selalu ditunjukkan melalui fakta/data
empiris, maka hipotesis tersebut telah menjadi tesisa
4. Menarik kesimpulan, yaitu menentukan jawaban definitif dari setiap masalah yang diajukan
secara empiris untuk setiap hipotesis

Menurut Umar (2002), dalam melakukan riset harus dirumuskan terdahulu permasalahan utama
yaitu:

1. Riset yang akan dilakukan harus mengikuti metode ilmiah agar hasilnya Ilmiah;
2. Riset ditujukan untuk menjawab pertanyaan riset, jadi tidak bolehbMenyimpang;
3. Pehamanan atas seberapa luas dan dalam kajian yang akan dilakukan;
4. Riset harus disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia, baik tenaga
5. SDM yang akan terlibat, waktu dan biaya yang tersedia, dukungan teori

Dan alat ukur yang diperlukan, termasuk penggunaan teknologi: 5. Pertimbangan resiko
kemungkinan gagal dan penyimpangan yang dapat saja terjadi. Metode riset yang dipilih
hendaknya dibuat dengan mempertimbangkan kondisi di atas dengan tujuan khusus untuk
mendukung tujuan riset.

Dijelaskan oleh Umar (2002) mengenai bermacam metode riset bisnis yang umum dipakai.
Metode tersebut adalah metode studi kasus, metode survei, metode pengembangan, metode
tindak lanjut (follow up study), metode analisis isi, metode kecenderungan, metode korelasional,
dan metode eksperimen. Riset dengan metode studi kasus menghendaki suatu kajian yang rinci,
mendalam, menyeluruh atas obyek tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu
tertentu, termasuk lingkungannya. Peneliti harus berusaha menemukan hubungan atas faktor
yang dominan atas permasalahan risetnya. Selain itu, peneliti dapat saja menemukan hubungan
yang tadinya tidak direncanakan atau terpikirkan. Keunggulan metode studi kasus antara lain
adalah bahwa hasilnya dapat mendukung studi yang lebih besar di kemudian hari, dapat
memberikan hipotesis untuk riset selanjutnya.

Namun, di samping keunggulan tersebut, metode ini sebenarnya memiliki kelemahan, misalnya
bahwa kajiannya menjadi relatif kurang luas, sulit digeneralisasi dengan keadaan yang berlaku
umum, dan cenderung subjektif karena objek riset dapat mempengaruhi prosedur riset yang
harus dilakukan. Metode riset ini dapat dilakukan secara terfokus, misalnya hanya pada dimensi
kualitas dosen. Kajian dapat dilakukan secara detil dan mendalam, misalnya tentang waktu
kehadiran dosen mengajar, persiapan dosen mengajar, penggunaan buku wajib, cara
penyampaian materi, pemberian tugas, pemakaian alat bantu ajar, pemberian wawasan melalui
praktek, keakuratan dalam menilai, keterbukaan, ketegasan dan kewibawaan.

Metode survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta tentang gejala atas
permasalahan yang timbul, kajiannya sampai pada tahap menyelidiki mengapa gejala tersebut
ada serta menganalisis hubungan atas gejala tersebut. Fakta yang ada lebih digunakan untuk
pemecahan masalah daripada digunakan untuk pengujian hipotesis.

Riset dengan metode pengembangan berguna untuk mendapatkan informasi tentang


perkembangan suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Riset pengembangan
mempunyai 2 cara yang saling melengkapi, yaitu:

1. Longitudinal Cara mempelajari objek riset secara berkesinambungan dalam waktu yang
panjang. Misalnya, perilaku belajar beberapa mahasiswa dari semester pertama sampai
semester delapan;
2. Cross-sectional

Cara mempelajari objek riset dalam suatu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, pada suatu hari
beberapa mahasiswa di setiap semester diminta pendapatnya, untuk dijadikan bahan riset. Cara
Cross-sectional ini dapat juga dipakai untuk melengkapi pelaksanaan dengan menggunakan
longitudinal.

Metode Tindak Lanjut (Follow-up Study) dilakukan bila peneliti hendak mengetahui
perkembangan lanjutan dari subjek setelah subjek diberikan perlakuan tertentu atau setelah
kondisi tertentu. Metode tindak lanjut ini misalnya dipakai untuk menilai kesuksesan program
tertentu yang dicanangkan. Selanjutnya metode analisis isi (Content Analysis) dapat dilakukan
misalnya untuk mengetahui keaslian dokumen. Peneliti melakukan pengumpulan data dan
informasi melalui pengujian arsip dan dokumen untuk mengetahui kelengkapan, kesalahan, dan
sebagainya.

Metode Kecenderungan (Trend) dilakukan dalam riset yang ditujukan untuk melihat suatu
kondisi tertentu yang akan datang dengan melakukan proyeksi atau ramalan (forecasting).
Dalam melakukan proyeksi masa depan, biasanya ramalan jangka pendek dianggap lebih dapat
diandalkan daripada ramalan jangka panjang.

Metode Korelasional (Correlational Study) merupakan riset yang dirancang untuk menentukan
tingkat hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaannya dibanding dengan
metode yang lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi.
Peneliti dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel yang terkait
serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

Metode Eksperimen membutuhkan langkah yang lengkap sebelum eksperimen dilakukan supaya
data yang diperlukan dapat diperoleh, yang hasilnya nanti dapat mengarahkan peneliti pada
analisis yang obyektif. Riset ini dapat diarahkan untuk mengetahui, misalnya: Jika suatu
kelompok mahasiswa diberi teknik pembelajaran eduentertain, sedangkan kelompok mahasiswa
lain diberi teknik pembelajaran yang biasa berlaku, apakah teknik eduentertain yang
diinformasikan sebagai teknik yang lebih maju lebih terbukti?

Menurut Umar (2002) Dalam suatu riset yang menggunakan metode eksperimen, ada 3 prinsip
kerja yaitu replikasi, pengacakan atau randomisasi, dan kontrol lokal. Replikasi ialah suatu
pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini diperlukan karena replikasi memberikan taksiran
kekeliruan eksperimen yang dapat dipakai untuk menentukan panjang interval konfidensi atau
dapat digunakan sebagai satuan dasar pengukuran untuk penetapan taraf signifikansi dari
perbedaan yang diamati, menghasilkan taksiran yang lebih akurat, memungkinkan kita untuk
memperoleh taksiran yang lebih baik mengenai efek rata-rata suatu faktor

HIPOTESIS PASAR EFISIEN (EFFICIENT MARKETS HYPOTHESIS)

Sejumlah besar penelitian empiris (induktif) memperlihatkan bahwa harga sekuritas yang
diperdagangkan secara publik bereaksi secara cepat dan tidak bias (rapidly and unbiased)
terhadap informasi baru. Oleh karena itu, harga pasar sekuritas diasumsikan mencerminkan
sepenuhnya semua informasi yang tersedia bagi publik. Proposisi ini, yang sebenarnya berasal
dari disiplin keuangan (finance) dikenal sebagai hipotesis pasar efisien (efficient-markets hy-
pothesis). Di samping itu, return suatu sekuritas berbanding lurus dengan resikonya: Gagasan ini
telah mendorong meningkatnya penekanan akan perlunya mendiversifikasi portofolio investasi
ketimbang hanya berinvestasi pada satu sekuritas.

Hipotesis pasar efisien secara potensial memiliki implikasi penting bagi akuntansi. Sebagai
contoh, karena informasi dengan cepat tercermin dalam harga sekuritas, dorongan untuk
meningkatkan pengungkapan (disclosure) akuntansi menjadi lebih kuat sementara perhatian
kepada isu pemilihan alternatif akuntansi menjadi berkurang.

Para ahli ekonomi memperdebatkan bahwa model (lihat gambar 7) bukanlah suatu operasional
yang lengkap di dalam pasar karena adanya asumsi lebih lanjut tentang pasar kompetitif yang
rutin dilanggar oleh sifat alami sistem ekonomi kita. Contoh terbaik dari model penawaran
(supply) dan permintaan (demand) mungkin terjadi dalam pasar yang aman, terutama ketika kita
memperhitungkan bahwa bursa saham menyediakan suatu sistem distribusi yang efisien yang
saling berhubungan dan informasi mengenai surat berharga tersedia melalui banyak outlet.
Contoh dari sumber informasi ini adalah:

1. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan;


2. Laporan triwulan yang dikeluarkan oleh perusahaan melalui media massa;
3. Laporan perubahan manajemen yang dikeluarkan melalui media massa;
4. Informasi keuangan kompetitor yang dikeluarkan melalui laporan keuangan atau
surperusahaan
5. Kontrak yang diumumkan oleh perusahaan pribadi atau pemerintah;

Menurut model persediaan dan permintaan pada gambar 7, maka harga ditentukan oleh pembeli
dari produk tersebut. Model ini telah dikenal sebagai EMH (Efficient Market Hypothesis). Isu dari
EMH sendiri adalah informasi apa dari perusahaan yang berguna bagi investor, dan apakah
pemberitahuan dari berbagai informasi perusahaan berdampak pada pemahaman informasi? Diskusi
yang menyangkut EMH telah berubah dari informasi yang tersedia dan telah menghasilkan 3 format
yang terpisah dari EMH, antara lain weak form, the semistorng form, dan the strong form.

Menurut weak form dari EMH, investor tidak akan dapat menghasilkan keuntungan berdasarkan
pada informasi dari harga sebelumnya. Sebagai contoh, anggap sekumpulan surat berharga
menghasilkan rata-rata keuntungan sebesar 10 persen. Pada bursa saham harga di masa lampau
turut menentukan harga saat ini. Oleh karena itu, tabel dari surat berharga tidak menyediakan
informasi tambahan bagi investor. Jika format dari EMH ini benar, maka para investor secara acak
memilih surat berharga berdasarkan atas tabel harga di masa lalu. Keterlibatan format ini dalam
EMH ialah terjadinya beberapa informasi yang disediakan itu tidak berguna. Lalu seorang analisis
dengan tepat menjaga bahwa harga yang sekarang adalah indikator dari harga mendatang.
Bagaimana pun, pengetahuan dari informasi ini tidak akan menolong investor karena telah menyatu
dalam proses penentuan harga dalam pasar.

Perbedaan antara weak, semistrong, dan strong form terletak pada jumlah informasi yang
diperkirakan akan menjadi penetapan harga. Melalui semistrong form, semua informasi yang
tersedia di masa lampau diasumsikan akan menjadi penentu harga. Dengan kata lain, jika ini benar
maka tidak ada investor yang dapat menghasilkan keuntungan hanya dengan menggunakan
informasi umum karena informasi ini telah menjadi pertimbangan pasar untuk penetapan harga.
Implikasi dari EMH untuk para akuntan adalah sebagai catatan kaki yang sesuai dengan laporan
keuangan. Sebagai tambahan, yang menyatakan bahwa prosedur akuntansi diambil dari sebuah
perusahaan tertentu yang tidak akan mempunyai pengaruh jika seorang investor ingin menerapkan
metode tersebut. Hasil dari pembelajaran form ini secara umum adalah hanya dukungan belaka.

Implikasi dari strong form bagi akuntan adalah bahwa pasar akan memperhitungkan seluruh
informasi yang ada, baik internal maupun eksternal. Makin cepat orang dalam perusahaan
mengetahui potongan informasi, maka informasi itu akan cepat masuk ke dalam pasar dan akan
menentukan harga. Banyak bukti yang menguji bentuk dari EMH ini tidak valid

Anda mungkin juga menyukai