gejala kehidupan alam. Asumsi dasardimaksud sesungguhnya merupakan dasar atau alasan
manusiauntuk berbuat, walaupun alasan itu cenderung atau acapkalitersembunyi sehingga
tingkat kepentingannya tidak dikenali.
d. Vision
Menunjukkan jalan yang memungkinkan manusia berpikirdalam kerangka yang
sempit ke kemampuan untuk memandanggejala dalam kerangka yang lebih luas, ideal, dan
imajinatif(conceived).
The Method Of Philosophy
Sebagaimana setiap bidang ilmu yang mempunyai metode studimasing-masing,
filosofi juga memiliki metode atau tradisi dalamdiskursusnya. Dari pendekatan tradisional
yang dikenal dalam bidangstudi filosofi, kita mengenal adanya metode analitis dan valuasi
yang
dapat digunakan dalam pengembangan teori auditing. Auditingberkaitan dengan perwujudan
tanggung jawab sosial dan perilaku etis(ethical conduct), di samping kepentingannya dengan
pengumpulandan evaluasi bukti. Jadi, masing-masing dari metode ini mempunyaitempat
tersendiri dalam auditing. Pendekatan-pendekatan ini dijelaskansebagai berikut:
a. Pendekatan analitis
Sikap filosofis berupaya merefleksikan sikapkritis dan analitis terhadap ide-ide
maupun gagasan yang selamaini diterima begitu saja oleh sebagian orang. Pendekatan
analitistertarik akan ketegasan dan ketepatan dalam berpikir, terutamadengan
menggunakan teknik logika.
b. Pendekatan penilaian (valuation approach)
Ada dua di antarabeberapa jenis penilaian, yakni moral dan etika. Denganpendekatan
ini, dicari jawaban terhadap bagaimana sebaiknyaseseorang berbuat, dan prinsip apa
yang semestinya digunakanuntuk mengarahkan tindakan manusia.
auditing dan akuntansi. Hubungan antara kedua disiplin ini sangat dekat karena objeknya
sama. Dalam akuntansi yang dilakukan adalah mengumpulkan, mengolongkan, rangkuaman
serta komunikasi dari suatu data keuangan. Sedangkan auditing tidak mengkomunikasikan
data akan tetapi untuk mereview, mengukur apakah sudah tepat dalam penyajiannya.
Dalam penerapannya,teknik yang digunakan dalam auditing dapat dijuga digunakan
dalam disiplin ilmu yang lain. Salah satu contoh adalah :
1. Auditing berkaitan terhadap bukti
Salah satu fungsi auditing adalahverifikasi, sehingga diperlukan penelusuran yang
cukup terhadap bukti yang ada untuk mendukung adanya suatu pendapat.
2. Auditing berkaitan terhadap sampling.
Sampling erat kaitannya dengan statistik, tetapi dalam kaitannya dengan teknik
sampling auditing harus disesuaikan dengan karakteristik data keuangan sehingga
dapat diperoleh data yang sesuai.
METODOLOGI AUDITING
Beragam metodologi yang digunakan dalambanyak ilmu, penggunaaan metodologi dalam
suatu ilmu tidaklah menjamin metodologi tersebut dapat digunakan dalam ilmu lain. Dalam
beberapa kasus, metodology yang digunakan suatu disiplin ilmu hampir menyerupai satu dan
lainnya tetapi harus ada modifikasi dan adaptasi. Suatu metode bergantung pada tipe
permasalahan yang ada, penilaian yang dibuat, dan karakter data yang akan diteliti. Auditing
mempunyai metode yang terdiri dari perilaku dan prosedur. Dibawah ini akan dilakukan
perbandingan antara perilaku auditing dengan perilaku ilmiah.
Perilaku Ilmiah
perilaku ilmiah merupakan perilaku dari suatu pemikiran dan prosedur penjelasan. Perilaku
ilmiah terdiri dari penelitiandan keingintahuan. Seorang ilmuwan merupakan filsuf dengan
pertanyaan mengapa yang terus menerus. Suatu peristiwa, tindakan dan interaksi
merupakan bagian dari keingintahuan dimana peneliti akan menemukan mengapa hal itu bisa
terjadi dan dengan cara bagaimana. Turunan dari keingintahuan adalah reliable (andal).
Hanya pengetahuan yang didukung oleh bukti bukti yang tidak dapat dijawab yang diterima.
Seorang peneliti tidak pernah puas dengan dengan solusi yang ada, peneliti akan mencoba
menerapkan permasalahan atau solusi tersebut kepada permasalahannya lainnya. Peneliti juga
secara berkesinambungan mencari hukum dasar dan prinsip yang menjelaskan hingga
problem ada yang terselesaikan. Terdapat perbedaan yang mendasar antara permasalahan
berdasarkan fakta yang diteliti oleh penelitian ilmiah dengan permsalahan berdasarkan nilai
yang diteliti oleh peneliti sosial.
Perilaku auditing
Dalam auditing telah dilakukan metode investigasi yang telah dikembangkan sehingga
perilaku yang ada tidak diambil secara langsung dari ilmu lain. Perilaku auditing meliputi
komponen di bawah ini :
-
Keterbatasan minat dan penyelidikan utama seusai dengan penilaian yang diminta
pengetauan
dan
pengalaman
terdahulu
dapat
membantu
Tes hipotesaini berdasarkan bukti yang ada dan untuk membuktikan hipotesa yang
tealh ditetapkan untk mengambil kesimpulan
8. Kesimpulan
Kesimpulan yang ada merupakan hasil dari pengujian hipotesa yang telah dilakukan
dimana hasilnya dapat mendukung hipotesa atau menolak hipotesa.
Prosedur Metodologi dalam Auditing
Metodologi auditing untuk menyelesaikan masalah adalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berbeda dengan audit, hanya karena kondisi yang sangat luar biasa audit akan
dilakukan dua kali, bahkan hasilnya tidak ekuivalen dengan percobaan laboratorium yang
dilakukan dua kali. Banyak hal intangible yang bersama-sama mempengaruhi opini
audit.Perbedaan ketiga adalah fakta di dalam auditing asumsi dasar atau postulat terkait
validitas penalarannya sama sekali tidak dinyatakan.
Probabilitas dalam Sains dan Auditing
Hipotesis yang tidak diuji memiliki tingkat probabilitas yang rendah dibandingkan
dengan yang diuji, tetapi keduanya tetap probabilitas. Sains sudah lama menggunakan teknik
dan metode statistik untuk memecahkan masalah.
Auditing merupakan aplikasi lain dari berpikir ilmiah dalam teori probabilitas.
Pengaruh tradisional dari teori probabilitas dalam auditing adalah contohnya dengan
menggunakan kalimat opini untuk menunjukkan kesimpulan (final judgement) terhadap
sebuah laporan keuangan yang sudah diperiksa.
Prosedur Metodologi untuk Value Judgment
Seperti ilmu sosial, auditing memiliki permasalahan yang bervariasi termasuk value
judgment. Di dalam pemeriksaan auditor menghadapi masalah ini, begitu juga ketika
tanggung jawab kepada masyarakat mengalami masalah value judgment.
Metode untuk menilai pendapat adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengenalan masalah
Pernyataan masalah
Formulasi solusi yang mungkin
Evaluasi solusi
Formulasi pendapat
POSTULAT AUDITING
Sifat Postulat
Ada lima karakteristik umu dari sebuah postulat. Postulat adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
perlu pembuktian. Postulat merupakan syarat penting dalam pengembangan disiplin, tidak
perlu diperiksa kebenarannya lagi, sebagai dasar pengambilan kesimpulan, sebagai dasar
dalam membangun struktur teori dan bisa juga dimodifikasi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan. Berdasarkan definisi itu, Mautz dan Sharaf mengemukakan 8 tentatif postulat
auditing:
1
Tidak ada konflik kepentingan antara auditor dan manajemen perusahaan yang lagi
diperiksa.
Laporan dan informasi keuangan diserahkan untuk diperiksa bebas dari kolusi dan
ketidakteraturan lainnya.
Konsistensi penyajian laporan keuangan sesuai standar yang diterima umum sehingga
laporan keuangan disajikan secara wajar.
Dalam hal bukti tidak jelas atau bertentangan, maka apa yang selama ini dianggap
benar dalam laporan keuangan yang diperiksa akan dianggap benar sekarang dan
dimasa yang akan datang.
Status
professional
dari
seorang
independen
auditor
menekankan
pada
tanggungjawab professional.
mengadopsi praktik umum untuk mengirimkan proposisi tersebut untuk proses verifikasi
sebelum mereka diberi pertimbangan serius untuk berbagai tujuan. Verifikasi ini memiliki
banyak bentuk; kadang-kadang pemeriksaan terus menerus atas prosedur dan data dilakukan
oleh staff audit internal kadang-kadang penyelidikan atas agen pendapatan internal. Apapun
bentuk nya, kepentingan dan fakta verifikasi diterima dengan baik. Sehingga postulat bahwa
"laporan keuangan dan data keuangan harus diverifikasi" adalah dasar dimana kita
mengembangkan bukti atas teori kita. Ini akan membawa kita ke dalam studi tentang cara
mencapai pengetahuan atau kebenaran, subjek dengan logika mana yang bersangkutan. tetapi
ini menuntut kita agar menaruh perhatian untuk faktor selain bukti teori dasar
yang
ditemukan dalam logika. kita juga harus melihat ke dalam penerapan pembuktian metode ini
atau cara mengetahui pokok permasalahan audit. In familiar terms, ini adalah perencanaan
program audit. untuk mengembangkan dasar untuk perencanaan program, kita harus
mengalihkan perhatian kita ke teknik audit atas sifat dan keterbatasan mereka dan
menyelidiki hubungan mereka untuk mengetahui yang diterima oleh ahli logika. Hal ini
sebaliknya mengarahkan perhatian kita pada tanggung jawab dimana auditor dapat menerima
atas kebenaran data yang telah diperiksa, makna dari pendapatnya juga terkait erat dengan
subjek verifikasi dan bukti proposisi laporan keuangan adalah teori probabilitas dan subjek
sampling statistik.
Dengan demikian, berdasarkan postulat ini, kita menemukan:
1. teori bukti
2. prosedur verifikasi
3. penerapan teori probabilitas di audit
4. beberapa pembentukan batas-batas tanggung jawab auditor
Tidak ada konflik kepentingan antara auditor dan manajemen perusahaan yang lagi
diperiksa.
Kewajaran umum postulat ini tampaknya jelas. manajemen berkaitan dengan kemajuan dan
kemakmuran perusahaan, hal ini mengarahkan auditor melakukan layanan yang dimaksudkan
untuk menguntungkan berbagai kepentingan dalam perusahaan dengan menyediakan
beberapa tingkat jaminan untuk keandalan data keuangan yang penting untuk berbagai
keputusan penting. tentu saja ini adalah tujuan yang kompatibel. memang, manajemen
merupakan salah satu kepentingan yang akan mendapatkan keuntungan dengan ketersediaan
dari diverifikasi daripada informasi yang belum diverifikasi tentang perusahaan. maka ada
kepentingan mutualitas yang besar dan masuk akal untuk mengasumsikan bahwa tidak ada
konflik antara auditor dan manajemen.
Laporan dan informasi keuangan diserahkan untuk diperiksa bebas dari kolusi dan
ketidakteraturan lainnya.
Asumsi bahwa laporan keuangan bebas dari ketidakteraturan lainnya menempatkan auditor
pada posisi yang paling sulit seperti postulat yang dibahas dalam bagian sebelumnya. Jika
kita menganggap bahwa data di bawah pemeriksaan meliputi penyimpangan yang dihasilkan
dari kolusi dan sifat yang paling tidak biasa, kita harus merancang program audit jauh
melampaui apa pun yang sekarang dianggap perlu. Pada kenyataannya, ada beberapa
pertanyaan apakah jenis pemeriksaan yang dapat dirancang akan memberikan keyakinan
memadai bahwa semua penyimpangan tersebut akan ditemukan.
System internal
control yang
memuaskan
dapat
mengeliminasi
kemungkinan
operasi yang disajikan dalam laporan keuangan. tanpa panduan yang berlaku umum, opini
auditor akan menjadi begitu pribadi karena menjadi kecil nilainya kepada siapa pun.
Dalam hal bukti tidak jelas atau bertentangan, maka apa yang selama ini dianggap
benar dalam laporan keuangan yang diperiksa akan dianggap benar sekarang dan
dimasa yang akan datang.
Seperti postulat yang lain, postulat ini membuat audit mustahil. Postulat ini menempatkan
batas penting pada sejauh mana tanggung jawab auditor dan menyediakan dasar untuk
menyimpulkan tingkat kewajibannya untuk meramalkan masa depan dan karyanya dinilai
berdasarkan tinjauan kembali.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat yang independen, auditor
harus bertindak selaku auditor.
meskipun seorang akuntan independen dapat melayani klien berbagai macam cara, setelah ia
telah memulai pemeriksaan audit, ia harus bertindak secara eksklusif dalam peran auditor saat
melakukan pemeriksaan. titik utama dari postulat ini adalah independensi auditor. independen
adalah esensi dalam audit. maka dari postulat ini bahwa apa pun yang cenderung melanggar
independen harus diperhatikan dengan serius
Status professional dari seorang independen auditor menekankan pada tanggungjawab
professional
meskipun postulat ini menyebabkan sedikit bantahan seperti postulat lain, postulat ini belum
jelas dinyatakan atau mengalami pemeriksaan. Sama dengan postulat ketujuh yang
memerlukan perhatian eksklusif untuk audit selama pemeriksaan. ia menyediakan dasar yang
kita menentukan tanggung jawab auditor untuk masyarakat, untuk kliennya, dan untuk
sesama auditor. Pada postulat ini terletak konsep profesional kehati-hatian, kebutuhan
layanan sebelum kepentingan pribadi dan standar efisiensi profesional.