Anda di halaman 1dari 12

TOWARDS AN AUDITING PHILOSOPY, THE METHODOLOGY OF

AUDITING, THE POSTULATES OF AUDITING


Mata Kuliah : Auditing dan Atestasi
Disusun oleh :
Kadek Agus Dwi Permana
146020310011026

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

Unsolved Problem in Auditing


Banyak yang berpikir bahwa audit sebagai ilmu praktis, sebagai lawan ilmu teoritis,
subjek. Bagi mereka, audit adalah serangkaian praktik dan prosedur, metode dan teknik, cara
melakukan dengan sedikit kebutuhan untuk penjelasan, deskripsi, rekonsiliasi, dan argumen
begitu sering disatukan sebagai "teoritis".
Untuk mencegah argumen bahwa diskusi teori auditing kurang karena tidak ada teori
seperti itu, beberapa ilustrasi dapat dikutip yang menunjukkan bahwa audit dikembangkan
sebagai prosedur pemeriksaan rinci, di mana teori tampaknya tidak perlu dan tidak
diinginkan. Audit datang sebagai hukum dengan bentuk dan prosedur yang
ditentukan. Dengan demikian auditor didorong hanya untuk melakukan investigasi dengan
landasan standar atau model yang telah ada.
Purpose Of Theory
Bagi auditing, eksistensi teori akan bermanfaat sebagai landasan berpijakyang
menawarkan penjelasan, baik dukungan ataupun pengingkaranterhadap standar, praktik,
metode, prosedur, atau teknik-teknik yang adadalam auditing. Teori auditing juga akan
menjadi penuntun bagipengembangan, penciptaan, dan inovasi terhadap standar, praktik,
prosedur, metode, maupun teknik auditing yang baru. Tidak hanya itu,teori auditing memiliki
peranan yang kritis dalam mempertahankanauditing sebagai profesi tersendiri.
Berikut ini adalah beberapa jawaban terhadap pertanyaan tentangmengapa wilayah teoretis
dari auditing perlu dipikirkan dan dikembangkan:
1. Teori auditing akan membantu kemandirian auditing sebagai ilmu ataudisiplin yang
berdiri sendiri.
2. Teori auditing dapat memampukan auditing untuk menjelaskandengan baik domain
yang menjadi wilayah tugasnya.
3. Teori auditing seyogyanya dapat memperjelas tujuan pokok auditing.
4. Teori auditing dapat menyediakan kerangka dasar bagipengembangan auditing.
5. Teori auditing dapat memperkokoh auditing sebagai profesi yangmelayani
kepentingan masyarakat dengan berlandaskan padapendekatan ilmiah.
6. Teori auditing memberi acuan bagi evaluasi standar dan praktikauditing, apakah
standar dan praktik telah sesuai dan tidakbertentangan dengan tujuan auditing itu
sendiri.

The Philosophical Approach


Pendekatan filosofi mempunyai empat karakteristik, yaitu:
a. komprehensif,
b. perspektif,
c. insight atau pendalaman, dan
d. vision atau pandangan ke depan.
Masing-masing unsur tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Komprehensif,
Menyiratkan adanya pemahaman secaramenyeluruh. Berhububg seorang filsuf
berminat untuk memahamikehidupan manusia dalam arti yang luas, maka ia
menggunakankonsep-konsep generalisasi seperti perihal (matter), pikiran(mind), bentuk
(form), entitas, dan proses, yang komprehensifdalam artian bahwa kesemuanya ini
diterapkan terhadap
keseluruhan lingkup pengalaman manusia.Jika diterapkan dalam auditing, kita harus mencari
ide yang cukupumum dalam disiplin auditing. Hal ini mengarahkan kita untuk
mempertimbangkan konsepkonsep umum seperti pembuktian(evidencing), kecermatan
profesi (professional due care),keterungkapan (disclosure), dan independensi. Studi
terhadapkonsep-konsep yang bersifat umum tersebut mengarahkan kitapada pengembangan
body of knowledge yang komprehensif dankoheren yang didasari atas interpretasi auditing
sebagai suatudisiplin ilmu yang secara sosial bermanfaat.
b. Perspektif
Sebagai suatu komponen dari pendekatan filosofi,mengharuskan kita untuk
meluaskan pandangan untuk menangkaparti penting dari benda-benda. Jika hal ini diterapkan
padapengembangan filosofi auditing, kita akan melihat kebutuhan akan
pengesampingan kepentingan pribadi.
c. Insight
Elemen ketiga dari pendekatan filosofi, menekankandalamnya penyelidikan yang
diusulkan. Pencarian wawasanfilosofi adalah jalan lain untuk mengatakan bahwa filsuf
berupayauntuk mengungkapkan asumsi dasar yang mendasari pandanganmanusia akan setiap

gejala kehidupan alam. Asumsi dasardimaksud sesungguhnya merupakan dasar atau alasan
manusiauntuk berbuat, walaupun alasan itu cenderung atau acapkalitersembunyi sehingga
tingkat kepentingannya tidak dikenali.
d. Vision
Menunjukkan jalan yang memungkinkan manusia berpikirdalam kerangka yang
sempit ke kemampuan untuk memandanggejala dalam kerangka yang lebih luas, ideal, dan
imajinatif(conceived).
The Method Of Philosophy
Sebagaimana setiap bidang ilmu yang mempunyai metode studimasing-masing,
filosofi juga memiliki metode atau tradisi dalamdiskursusnya. Dari pendekatan tradisional
yang dikenal dalam bidangstudi filosofi, kita mengenal adanya metode analitis dan valuasi
yang
dapat digunakan dalam pengembangan teori auditing. Auditingberkaitan dengan perwujudan
tanggung jawab sosial dan perilaku etis(ethical conduct), di samping kepentingannya dengan
pengumpulandan evaluasi bukti. Jadi, masing-masing dari metode ini mempunyaitempat
tersendiri dalam auditing. Pendekatan-pendekatan ini dijelaskansebagai berikut:
a. Pendekatan analitis
Sikap filosofis berupaya merefleksikan sikapkritis dan analitis terhadap ide-ide
maupun gagasan yang selamaini diterima begitu saja oleh sebagian orang. Pendekatan
analitistertarik akan ketegasan dan ketepatan dalam berpikir, terutamadengan
menggunakan teknik logika.
b. Pendekatan penilaian (valuation approach)
Ada dua di antarabeberapa jenis penilaian, yakni moral dan etika. Denganpendekatan
ini, dicari jawaban terhadap bagaimana sebaiknyaseseorang berbuat, dan prinsip apa
yang semestinya digunakanuntuk mengarahkan tindakan manusia.

AUDITING SEBAGAI SUATU DISIPLIN ILMU


Terdapat beberapa pemikiran yang salah mengenai auditing, banyak orang
berpendapat bahwa auditing merupkan bagian dari akuntansi, hal ini terjadi karena auditor
juga dikenal sebagai akuntan. Terdapat perbedaaan dalam cara kerja dan metodologi antara

auditing dan akuntansi. Hubungan antara kedua disiplin ini sangat dekat karena objeknya
sama. Dalam akuntansi yang dilakukan adalah mengumpulkan, mengolongkan, rangkuaman
serta komunikasi dari suatu data keuangan. Sedangkan auditing tidak mengkomunikasikan
data akan tetapi untuk mereview, mengukur apakah sudah tepat dalam penyajiannya.
Dalam penerapannya,teknik yang digunakan dalam auditing dapat dijuga digunakan
dalam disiplin ilmu yang lain. Salah satu contoh adalah :
1. Auditing berkaitan terhadap bukti
Salah satu fungsi auditing adalahverifikasi, sehingga diperlukan penelusuran yang
cukup terhadap bukti yang ada untuk mendukung adanya suatu pendapat.
2. Auditing berkaitan terhadap sampling.
Sampling erat kaitannya dengan statistik, tetapi dalam kaitannya dengan teknik
sampling auditing harus disesuaikan dengan karakteristik data keuangan sehingga
dapat diperoleh data yang sesuai.
METODOLOGI AUDITING
Beragam metodologi yang digunakan dalambanyak ilmu, penggunaaan metodologi dalam
suatu ilmu tidaklah menjamin metodologi tersebut dapat digunakan dalam ilmu lain. Dalam
beberapa kasus, metodology yang digunakan suatu disiplin ilmu hampir menyerupai satu dan
lainnya tetapi harus ada modifikasi dan adaptasi. Suatu metode bergantung pada tipe
permasalahan yang ada, penilaian yang dibuat, dan karakter data yang akan diteliti. Auditing
mempunyai metode yang terdiri dari perilaku dan prosedur. Dibawah ini akan dilakukan
perbandingan antara perilaku auditing dengan perilaku ilmiah.
Perilaku Ilmiah
perilaku ilmiah merupakan perilaku dari suatu pemikiran dan prosedur penjelasan. Perilaku
ilmiah terdiri dari penelitiandan keingintahuan. Seorang ilmuwan merupakan filsuf dengan
pertanyaan mengapa yang terus menerus. Suatu peristiwa, tindakan dan interaksi
merupakan bagian dari keingintahuan dimana peneliti akan menemukan mengapa hal itu bisa
terjadi dan dengan cara bagaimana. Turunan dari keingintahuan adalah reliable (andal).
Hanya pengetahuan yang didukung oleh bukti bukti yang tidak dapat dijawab yang diterima.
Seorang peneliti tidak pernah puas dengan dengan solusi yang ada, peneliti akan mencoba
menerapkan permasalahan atau solusi tersebut kepada permasalahannya lainnya. Peneliti juga
secara berkesinambungan mencari hukum dasar dan prinsip yang menjelaskan hingga
problem ada yang terselesaikan. Terdapat perbedaan yang mendasar antara permasalahan

berdasarkan fakta yang diteliti oleh penelitian ilmiah dengan permsalahan berdasarkan nilai
yang diteliti oleh peneliti sosial.
Perilaku auditing
Dalam auditing telah dilakukan metode investigasi yang telah dikembangkan sehingga
perilaku yang ada tidak diambil secara langsung dari ilmu lain. Perilaku auditing meliputi
komponen di bawah ini :
-

Mengadopsi sikap tidak memihak dalam mengformulasikan dan memberikan


penilaian

Keterbatasan minat dan penyelidikan utama seusai dengan penilaian yang diminta

Berdasarkan pembentukan penilaian dan pengungkapan dari bukti yang tersedia.

Pendekatan metodologi dalam ilmiah


Langkah langkah dalam metodologi
1. Mempertimbangakan pre- eliminasi data yang mempunyai permasalahan
Permsalahan yang diteliti dapat diperoleh dari berbagai macam bentuk misalnya
fenomena sosial atau alam, response dari suatu hal yangmuncul, atau terkadang
sesuatu yang luar biasa.
2. Mengformulasikan masalah
Pada saat stilumulus ini menarik perhatian seorang peneliti memungkinkan dilakukan
penyelidikan dan investigasi hal ini berarti telah dilakukan formulasi permasalahan.
3. Observasi fakta yang sesuai dengan permasalahan
Peneliti menemukan semua fakta yang berkaitan, danjuga mencoba menemukan dari
berbagai sudut pandang
4. Menggunakan pengetahuan yang ada
Menggunakan

pengetauan

dan

pengalaman

terdahulu

dapat

membantu

untukmemahami permsalahan, apakah terdapat penelitian atas permasalahan ini di


masa lalu
5. Mengformulasikan hipotesa
Hipotesa adalah kemungkinan yang muncul dari suatu pemikiran. Hipotesa yang
digunkan merupakan kemungkinanterbaik dan sesuai permsalahan.
6. Deduksi dari implikasi hipotesa
Hal ini bertujuan apakah hipotesa ini mempunyai alasan yang kuat, apakah sesuai
denganfakta yang ada. Apabila setelah dilakukan implikasi terdapat data yang kurang,
peneliti diperbolehkan untuk menambah data yang ada
7. Melakukan tes pada hipotesa

Tes hipotesaini berdasarkan bukti yang ada dan untuk membuktikan hipotesa yang
tealh ditetapkan untk mengambil kesimpulan
8. Kesimpulan
Kesimpulan yang ada merupakan hasil dari pengujian hipotesa yang telah dilakukan
dimana hasilnya dapat mendukung hipotesa atau menolak hipotesa.
Prosedur Metodologi dalam Auditing
Metodologi auditing untuk menyelesaikan masalah adalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Menerima tugas audit


Mengamati fakta-fakta relevan dari permasalahan
Membagi permasalahan menjadi permasalahan individual
Menetapkan fakta-fakta yang tersedia berhubungan dengan permasalahan individual
Memilih teknik audit yang dapat diaplikasikan
Kinerja dan prosedur untuk memperoleh bukti
Evaluasi bukti
Memformulasikan pendapat

Perbedaan Antara Metode Sains dan Metode Auditing


Auditor seringkali membutuhkan bukti-bukti yang berkaitan atas suatu masalah,
sedangkan scientist cukup puas hanya jika mampu mengambil kesimpulan dari bukti-bukti.
Tetapi dalam hal kewajaran, perlu digarisbawahi ada faktor-faktor lain yang terlibat. Untuk
jangka panjang, scientist menuntut memiliki bukti yang sangat kuat, untuk jangka pendek,
tidak seideal itu. Auditor bekerja dalam konteks jangka pendek (short run). Kesimpulannya
lebih sering bersifat sementara.
Keadaan ini membuat auditor harus yakin dengan bukti-bukti terbatas yang ia miliki
apakah cukup untuk menjadi pendukung opininya. Sebagai contoh, jika auditor tidak
memperoleh bukti sama sekali, maka tidak ada pertanyaan, dan auditor akan menolak untuk
memberikan opini.
Perbedaan kedua yang cukup signifikan adalah percobaan kontrol. Dalam sains,
pengujian hipotesis seringkali dilakukan di laboratorium dibawah beberapa kondisi yang bisa
dikendalikan atau dikontrol sehingga efek yang diberikan dapat dilihat dengan jelas. Bukan
saja hanya hasilnya yang dapat dilihat dengan jelas, melainkan percobaannya dapat dilakukan
berulang kali.

Berbeda dengan audit, hanya karena kondisi yang sangat luar biasa audit akan
dilakukan dua kali, bahkan hasilnya tidak ekuivalen dengan percobaan laboratorium yang
dilakukan dua kali. Banyak hal intangible yang bersama-sama mempengaruhi opini
audit.Perbedaan ketiga adalah fakta di dalam auditing asumsi dasar atau postulat terkait
validitas penalarannya sama sekali tidak dinyatakan.
Probabilitas dalam Sains dan Auditing
Hipotesis yang tidak diuji memiliki tingkat probabilitas yang rendah dibandingkan
dengan yang diuji, tetapi keduanya tetap probabilitas. Sains sudah lama menggunakan teknik
dan metode statistik untuk memecahkan masalah.
Auditing merupakan aplikasi lain dari berpikir ilmiah dalam teori probabilitas.
Pengaruh tradisional dari teori probabilitas dalam auditing adalah contohnya dengan
menggunakan kalimat opini untuk menunjukkan kesimpulan (final judgement) terhadap
sebuah laporan keuangan yang sudah diperiksa.
Prosedur Metodologi untuk Value Judgment
Seperti ilmu sosial, auditing memiliki permasalahan yang bervariasi termasuk value
judgment. Di dalam pemeriksaan auditor menghadapi masalah ini, begitu juga ketika
tanggung jawab kepada masyarakat mengalami masalah value judgment.
Metode untuk menilai pendapat adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengenalan masalah
Pernyataan masalah
Formulasi solusi yang mungkin
Evaluasi solusi
Formulasi pendapat

POSTULAT AUDITING
Sifat Postulat
Ada lima karakteristik umu dari sebuah postulat. Postulat adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Esensial untuk dikembangkan oleh disiplin intelektual


Asumtif, sehingga tidak perlu dibuktikan kebenarannya
Berfungsi sebagai dasar untuk inferensi
Menjadi salah satu landasan struktur teoritis
Terbuka terhadap tantangan dipandang dari sudut pengembangan pengetahuan

Postulat diperlukan oleh setiap disiplin untuk memudahkan pengembangannya karena


dengan demikian akan mudah diciptakan generalisasi. Dalam kaitan ini, postulat dalam
auditing akan berfungsi sebagai anggapan dasar yang semestinya harus dipegang sebelum
auditing difungsikan. Anggapan dasar ini bisa saja berbeda dengan kenyataan atau hasil
verifikasinya, namun sebelum hasil verifikasi itu diperoleh tidak semestinya berpendapat
menyimpang dari asumsi dasar ini.

Postulat yaitu konsep dasar yang harus diterima tanpa

perlu pembuktian. Postulat merupakan syarat penting dalam pengembangan disiplin, tidak
perlu diperiksa kebenarannya lagi, sebagai dasar pengambilan kesimpulan, sebagai dasar
dalam membangun struktur teori dan bisa juga dimodifikasi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan. Berdasarkan definisi itu, Mautz dan Sharaf mengemukakan 8 tentatif postulat
auditing:
1

Laporan dan data keuangan dapat diverifikasi.

Tidak ada konflik kepentingan antara auditor dan manajemen perusahaan yang lagi
diperiksa.

Laporan dan informasi keuangan diserahkan untuk diperiksa bebas dari kolusi dan
ketidakteraturan lainnya.

System internal control yang memuaskan dapat mengeliminasi kemungkinan


ketidakteraturan dalam laporan keuangan.

Konsistensi penyajian laporan keuangan sesuai standar yang diterima umum sehingga
laporan keuangan disajikan secara wajar.

Dalam hal bukti tidak jelas atau bertentangan, maka apa yang selama ini dianggap
benar dalam laporan keuangan yang diperiksa akan dianggap benar sekarang dan
dimasa yang akan datang.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat yang independen,


auditor harus bertindak selaku auditor.

Status

professional

dari

seorang

independen

auditor

menekankan

pada

tanggungjawab professional.

Laporan dan data keuangan dapat diverifikasi


Di dalam dunia bisnis, verifikasi adalah tugas auditor, baik internal maupun eksternal.
kebenaran filosofis tentang perlunya verifikasi diterima dengan baik bahwa dunia bisnis telah

mengadopsi praktik umum untuk mengirimkan proposisi tersebut untuk proses verifikasi
sebelum mereka diberi pertimbangan serius untuk berbagai tujuan. Verifikasi ini memiliki
banyak bentuk; kadang-kadang pemeriksaan terus menerus atas prosedur dan data dilakukan
oleh staff audit internal kadang-kadang penyelidikan atas agen pendapatan internal. Apapun
bentuk nya, kepentingan dan fakta verifikasi diterima dengan baik. Sehingga postulat bahwa
"laporan keuangan dan data keuangan harus diverifikasi" adalah dasar dimana kita
mengembangkan bukti atas teori kita. Ini akan membawa kita ke dalam studi tentang cara
mencapai pengetahuan atau kebenaran, subjek dengan logika mana yang bersangkutan. tetapi
ini menuntut kita agar menaruh perhatian untuk faktor selain bukti teori dasar

yang

ditemukan dalam logika. kita juga harus melihat ke dalam penerapan pembuktian metode ini
atau cara mengetahui pokok permasalahan audit. In familiar terms, ini adalah perencanaan
program audit. untuk mengembangkan dasar untuk perencanaan program, kita harus
mengalihkan perhatian kita ke teknik audit atas sifat dan keterbatasan mereka dan
menyelidiki hubungan mereka untuk mengetahui yang diterima oleh ahli logika. Hal ini
sebaliknya mengarahkan perhatian kita pada tanggung jawab dimana auditor dapat menerima
atas kebenaran data yang telah diperiksa, makna dari pendapatnya juga terkait erat dengan
subjek verifikasi dan bukti proposisi laporan keuangan adalah teori probabilitas dan subjek
sampling statistik.
Dengan demikian, berdasarkan postulat ini, kita menemukan:
1. teori bukti
2. prosedur verifikasi
3. penerapan teori probabilitas di audit
4. beberapa pembentukan batas-batas tanggung jawab auditor

Tidak ada konflik kepentingan antara auditor dan manajemen perusahaan yang lagi
diperiksa.
Kewajaran umum postulat ini tampaknya jelas. manajemen berkaitan dengan kemajuan dan
kemakmuran perusahaan, hal ini mengarahkan auditor melakukan layanan yang dimaksudkan
untuk menguntungkan berbagai kepentingan dalam perusahaan dengan menyediakan
beberapa tingkat jaminan untuk keandalan data keuangan yang penting untuk berbagai
keputusan penting. tentu saja ini adalah tujuan yang kompatibel. memang, manajemen
merupakan salah satu kepentingan yang akan mendapatkan keuntungan dengan ketersediaan
dari diverifikasi daripada informasi yang belum diverifikasi tentang perusahaan. maka ada

kepentingan mutualitas yang besar dan masuk akal untuk mengasumsikan bahwa tidak ada
konflik antara auditor dan manajemen.
Laporan dan informasi keuangan diserahkan untuk diperiksa bebas dari kolusi dan
ketidakteraturan lainnya.
Asumsi bahwa laporan keuangan bebas dari ketidakteraturan lainnya menempatkan auditor
pada posisi yang paling sulit seperti postulat yang dibahas dalam bagian sebelumnya. Jika
kita menganggap bahwa data di bawah pemeriksaan meliputi penyimpangan yang dihasilkan
dari kolusi dan sifat yang paling tidak biasa, kita harus merancang program audit jauh
melampaui apa pun yang sekarang dianggap perlu. Pada kenyataannya, ada beberapa
pertanyaan apakah jenis pemeriksaan yang dapat dirancang akan memberikan keyakinan
memadai bahwa semua penyimpangan tersebut akan ditemukan.
System internal

control yang

memuaskan

dapat

mengeliminasi

kemungkinan

ketidakteraturan dalam laporan keuangan.


Hampir setiap penanganan subjek audit menunjukkan bahwa tingkat program audit
tergantung pada sejauh mana pengendalian intern dalam situasi tertentu. Hal ini didasarkan
pada asumsi yang dinyatakan di sini, bahwa keberadaan sistem yang baik dari pengendalian
internal menghilangkan kemungkinan penyimpangan. Perlu dicatat bahwa istilah probabilitas
yang digunakan daripada possibility. Hal ini diragukan bahwa kemungkinan penyimpangan
bisa dihilangkan, walaupun tentu saja hal itu dapat dikurangi. Begitu juga istilah eliminated
digunakan karena itulah yang dinamakan asumsi. tetapi perhatikan hal ini adalah probabilitas
penyimpangan yang dihilangkan, bukan penyimpangan itu sendiri. Penyimpangan masih
mungkin di bawah pengendalian internal yang baik, tetapi mereka tidak lagi mungkin. Di sisi
lain, jika pengendalian internal tidak memuaskan, maka kesalahan dan penyimpangan harus
dipertimbangkan sesuatu yang lebih dari sekedar mungkin.
Konsistensi penyajian laporan keuangan sesuai standar yang diterima umum sehingga
laporan keuangan disajikan secara wajar.
Untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan, auditor harus memiliki beberapa
standar. ini disediakan oleh GAAP. Audit meminjam dari akuntansi prinsip yang berlaku
umum yang terakhir dan menggunakan mereka sebagai standar untuk menilai kepatutan dari
data keuangan yang disampaikan untuk pemeriksaan. seperti audit meminjam dari statistik
ide-ide tertentu tentang sampling. Hal ini mengacu pada akuntansi untuk ide nya tentang
penyajian data keuangan dalam laporan dan pernyataan. Setelah asumsi ini dikeluarkan, akan
meninggalkan audit tidak ada standar untuk menilai kewajaran posisi keuangan dan hasil

operasi yang disajikan dalam laporan keuangan. tanpa panduan yang berlaku umum, opini
auditor akan menjadi begitu pribadi karena menjadi kecil nilainya kepada siapa pun.
Dalam hal bukti tidak jelas atau bertentangan, maka apa yang selama ini dianggap
benar dalam laporan keuangan yang diperiksa akan dianggap benar sekarang dan
dimasa yang akan datang.
Seperti postulat yang lain, postulat ini membuat audit mustahil. Postulat ini menempatkan
batas penting pada sejauh mana tanggung jawab auditor dan menyediakan dasar untuk
menyimpulkan tingkat kewajibannya untuk meramalkan masa depan dan karyanya dinilai
berdasarkan tinjauan kembali.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat yang independen, auditor
harus bertindak selaku auditor.
meskipun seorang akuntan independen dapat melayani klien berbagai macam cara, setelah ia
telah memulai pemeriksaan audit, ia harus bertindak secara eksklusif dalam peran auditor saat
melakukan pemeriksaan. titik utama dari postulat ini adalah independensi auditor. independen
adalah esensi dalam audit. maka dari postulat ini bahwa apa pun yang cenderung melanggar
independen harus diperhatikan dengan serius
Status professional dari seorang independen auditor menekankan pada tanggungjawab
professional
meskipun postulat ini menyebabkan sedikit bantahan seperti postulat lain, postulat ini belum
jelas dinyatakan atau mengalami pemeriksaan. Sama dengan postulat ketujuh yang
memerlukan perhatian eksklusif untuk audit selama pemeriksaan. ia menyediakan dasar yang
kita menentukan tanggung jawab auditor untuk masyarakat, untuk kliennya, dan untuk
sesama auditor. Pada postulat ini terletak konsep profesional kehati-hatian, kebutuhan
layanan sebelum kepentingan pribadi dan standar efisiensi profesional.

Anda mungkin juga menyukai