RMK SAP 7
Disusun oleh:
KELOMPOK 1
PUTU RAYANA PRAYOGA (1881611050)
RUSDIAN EDY SYAHPUTRA (1881611060)
LESTARI SURYANINGSIH STEPANUS (1881611070)
NI WAYAN NOVA APSARI (1881611072)
TAHAP 1 TAHAP 3
Mengembangkan suatu TAHAP 2 Kelompok pemangku
pemahaman Membandingkan
kepentingan
pemeringkatan berbagai aktivitas yang
kepentingan/ mengekpetasikan akan Produk atau jasa
ekspektasi pemangku identifikasi risiko etika
dan peluang Tujuan korporat
kepentingan yang
diproyeksikan Nillai hypernorm
Pemicu reputasi
Tahap 1 dari identifikasi risiko etika dan proses penilaian yang baik harus harus
dimulai dengan identifikasi pemangku kepentingan yang utama perusahaan dan kepentingan
mereka. Para peneliti harus membuat peringkat kepentingan pemangku kepentingan dalam
pentingnya menggunakan kerangka kerja urgensi, legitimasi dan kekuasaan dan analisis
pengaruh dinamis. Setelah langkah ini peneliti harus memiliki pemahaman yang
diproyeksikan tentang isu kepentingan pemangku kepentingan yang mana yang sensitive
dan penting.
Dalam tahap 2, berlawanan dengan mosaic dari harapan pemangku kepentingan yang
penting ini, peneliti harus mempertimbangkan kegiatan korporasi mereka dan menilai risiko
dari tidak memenuhi peluang atau peluang yang melebihi harapan. Ketika
mempertimbangkan apakah harapan telah dipenuhi, perbandingan harus dibuat antara input
yang relevan, kualitas, dan variable kinerja yang lain. Selain itu perbandingan harus terbuat
dari kegiatan perusahaan dan harapan pemangku kepentingan menggunakan enam nilai-nilai
hypernorm yang secara universal dihormati dalam sebagian besar budaya: kejujuran
keadilan, belas kasihan, integritas, prediktabilitas, dan tanggung jawab.
Tahap 3 melibatkan penyusunan laporan yang dihasilkan oleh proses itu. Kebutuhan
perusahaan khusus harus menentukan sifat laporan yang disajikan, tetapi pertimbangan harus
diberikan atas risiko etika dan peluang untuk setidaknya laporan berikut:
Menurut kelompok pemangku kepentingan
Menurut produk atau jasa
Menurut tujuan prusahaan
Menurut nilai hypernorm
Menurut pemicu reputasi.
a. Hak Karyawan
Beberapa hak yang berubah menjadi dilindungi oleh undang-undang baru, sementara
yang lain dipengaruhi oleh kasus-kasus hokum umum, kontrak sertifikat buruh, dan
praktik perusahaan yang telah sensitive terhadap tekanan pemangku kepentingan.
b. Privasi dan Martabat
Hak pribadi lebih penting daripada atasan kecuali dapat ditunjukkan bahwa dalam
keadaan tertentu kepentingan atasan adalah wajar, sah, dan bisa diterima secara moral.
c. Perilaku yang adil
Diskriminasi dianggap tidak etis dan dianggap illegal jika ia melibatkan usia , ras, gender,
dan preferensi seksual. Selain itu umumnya orang berpendapat bahwa harus ada
peluang yang sama untuk pekerjaan, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama,
khususnya bagi perempuan dan minoritas.
d. Lingkungan Kerja Sehat dan Aman
Keseimbangan antara hak-hak pekerja dan pemilik telah bergeser ke titik yang dianggap
etis bagi para pekerja untuk mengharpakan bahwa kesehatan dan keselamatan tidak
akan masuk akal jika dikompromikan. Mereka harus tahu apa risiko yang dihadapi,
dan banyak yurisdiksi telah menciptakan hokum berhak tahu untuk memastikan
bahwa organisasi membuat informasi tentang bahan, proses berbahaya, dan perawatan
terkait, siap diakses.
e. Kemampuan untuk Menjalankan Suara nurani seseorang
Argument bahwa pekerja hanya melakukan apa yang diperintahkan untuk melakukan
tidak lagi menyediakan perlindungan bagi pekerja di banyak wilayah yuridiksi,
sehingga pekerja harus menjalankan suara hati nurani sendiri.
f. Kepercayaan dan maknanya
Etika organisasi secara langsung berkaitan dengan bagaimana para pemimpin dirasakan,
apakah ada kepercayaan yang cukup bagi karyawan untuk berbagi ide
tanpa takut kehilangan pekerjaan atau rasa hormat dari rekan kerja dan manajer
mereka, dan apakah mereka percaya bahwa organisasi layak mendapatkan loyalitas
dan kerja keras.
g. Keseluruhan Manfaat
Cara karyawan memandang perlakuan perusahaan terhadap mereka menetukan apa yang
mereka pikirkan tentang program etika perusahaan. Jika perusahaan ingin
karyawannya mengamati nilai etika perusahaan dan tingkat kepercayaan ,
maka perusahaan harus memilih karyawan yang tepat tidak sekedar etis
untuk menjalankan program etika perusahaan dan mencapai tujuan strategis.
h. Kecurangan Kejahatan Kerah Putih
Eksekutif diharapkan untuk dapat memastikan bahwa mengambil langkah rasional yang
diperlukan untuk membimbin, mempengaruhi, dan mengendalikan, karyawan
yang cenderung terliba, dan auditor eksternal diharapkan bisa waspada
mengenali potensi masalah.
i. Sebuah Kerangka Kerja untuk Memahami para Penipu
Akuntan investigasi dan forensic menggunakan kerangka kerja yang membantu
mengidentifikasi penipu potensial dan situasi yang memiliki potensi untuk
kecurangan. Factor yang mempengaruhi kecurangan : motifasi, rasionalisasi, peluang.
4. Operasi Internasional
Ketika perusahaan beroperasi di luar pasar dalam negeri bimbingan normal ditawakan
kepada karyawan harus mempertimbangkan beberapa hal terkait : praktik operasi yang bisa
berdampak pada ekonomi local dan budaya, praktik asing local yang berbeda-beda seperti
pemberian hadiah luas atau penyuapan, didukung atau dilarang, reaksi terhadap perubahan-
perubahan oleh pemangku kepentingan dalam negeri dan terutama oleh para pemangku
kepentingan utama termasuk pelanggan besar dan pasar modal.
a. Dampak terhadap Ekonomi Lokal dan Budaya Mereka
Perusahaan multinasional memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya local dari
pada tidak di dalam negeri. Mereka harus berhati-hati terhada dampak aspek local yang
tidak menguntungkan.
b. Konflik antar Budaya Domestik dan Budaya Asing
Masalah paling sulit ketika nilai-nilai para pemangku kepentingan utama
perusahaan berbeda dengan yag ada di daerah local Negara asing.
c. Penyuapan, Pembayaran untuk Memfasilitasi
Dalam operasi diluarnegeri perusahaan-perusahaan multinasional mungkin diminta
untuk melakukan pembayaran memfasilitasi atau suap. Sebuah pembayaran
memfasilitasi biasanya memiliki nominal dan dibuat untuk mempercepat hasil yang
akan juga terjadi dengan waktu yang cukup.
d. Konflik Budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, suap, atau
pembayaran memfasilitasi
Beberapa perusahaan menemukan bahwa mereka mampu melakukan bisnis
tanpa pembayaran tersebut, terutama karena produk atau jasa mereka sangat baik.
e. Imajinasi Moral
Para manajer menggunakan imajinasi moral untuk merancang alternative yang
menjawab kebutuhan dalam budaya local, tetapi sesuai dengan norma0norma untk
perilaku yang dapat diterima.
f. Pedoman praktik etika
Pedoman yang mungkin berguna bagi perusahaan untuk mencatatnya.
g. Konsultasi Sebelum Tindakan
Semua organisasi yang beropersai internasional harus peka pada karyawan mereka
tentang perbedaan budaya dan melengkapi mereka dengan pemahaman tentang
bagaimana organisasi ingin mereka berurusan dengan isu utama yag kemungkinan
besar muncul.
5. Manajemen Krisis
Suatu krisis memiliki potensi untuk memiliki dampak krisis signifikan pada reputasi
perusahaan dan pejabatnya, dan pada kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya dan
kemampuannya untuk bertahan. Dengan belajar krisis harus dikelola untuk meminimalkan
kerugian. Penilaian, perencanaan, dan manajemen krisis harus merupakan bagian dari
program manajemen resiko modern.
KASUS:
Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma Tbk
PT Kimia Farma Tbk adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia.
Manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 Milyar, dan laporan
keuangan tersebut diaudit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Hasil audit pada tanggal 31
Desember 2001 menunjukan bahwa laporan keuangan wajar tanpa pengecualian. Akan tetapi,
Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, padatanggal 3 Oktober 2002,
manajemen Kimia Farma mensajikan kembali laporan keuangannya, dan menyajikan laba
bersihnya hanya Rp 99,56 Milyar, lebih rendah Rp 32,6 Milyar dari laba awal yang dilaporkan.
Perbedaan itu merupakan suatu kesalahan penyajian daftar harga persediaan yang digelembungkan
oleh pihak manajemen.
Direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1 dan 3
Febuari 2002. Daftar harga persediaan pada tanggal 3 Febuari 2002 telah digelembungkan nilainya
dan dijadikan dasar penilaian persedian pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.
Selain itu kesalahan timbul pada unit Industri Bahan Baku yang mencatat terlalu tinggi (overstated)
penjualan sebesar Rp 2,7 Miliyar.
Kesalahan penyajian di dalam penjualan ini dikarenakan adanya pencatatan ganda.
Pencatatan ganda ini dilakukan pada unit-init yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak
berhasil dideteksi. Berdasarakan hasil penyelidikan Bapepam, KAP HTM telah mengikuti standar
audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu KAP HMT juga
terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan. Keterikatan Manajemen terhadap Skandal
Kimia Farma, Tbk yaitu pada mantan direksi PT Kimia Farma Tbk terbukti melakukan
pelanggaran dalam kasus mark-up laba bersih pada laporan keuangan tahun buku 2001. Pihak
manajemen menciptakan rekayasa keuangan sehingga dengan sengaja membuat kesalahan
didalam pencatatan laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001. Hal ini tentu menimbulkan
pernyataan yang menyesatkan kepada pihak yang berkepentingan.
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen tentunya
tidak terlepas dari bantuan akuntan. KAP seharusnya bertindak secara independen karena mereka
adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan
laporan keuangan. Pada kenyataannya KAP HTM tidak menemukan ketidakwajaran didalam
laporan auditnya pada tahun 2001, tetapi pada saat Kementrian BUMN meminta KAP HTM
menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma tahun 2001, hasilnya HTM
mengoreksi laba bersih Kimia Farma menjadi 99 Milyar untuk tahun 2001.
Hal tersebut telah menyebabkan akuntan publik HTM ikut bersalah dalam manipulasi
laporan keuangan. Karena sebagai seorang auditor independen akuntan HTM seharusnya
mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berasal dari laporan fiktif atau tidak.
Keterkaitan Manajemen Resiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM selaku
badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien/StakeHolder (PT. Kimia Farma), dan
pemberian opini atas laporan keuangan Klien. Dalam Kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP
HTM, maka urutan stakeholder utama ditinjau dari segi kepentingan stake holder adalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk
2. Pemegang saham
3. Masyarakat luas Dalam kasus ini,
KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa audit mereka.
Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu melakukan review
menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia
Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan penggelembungan nilai persediaan. Kasus yang
menimpa KAP HTM ini adalah resiko inheren dari dijalankannya suatu tugas audit. KAP HTM
seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada resiko manipulasi seperti yang
dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama.
Resiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya
HTM harus menghadapi konsekuensi resiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah
akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah
kemungkinan di tutupnya kantor Akuntan tersebut.
Diluar resiko bisnis, resiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan
dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan keuangan.
Manajemen resiko yang dapat diterapkan oleh KAP HTM antara lain, yaitu:
1. Mengidentifikasi dan menilai resiko etika
Pengidentifikasian dan penilaian resiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai
berikut:
a. Melakukan penilaian dan identifikasi para stake holder HTM, HTM selayaknya
membuat daftar mengenai siapa stake holder yang berkepentingandan apa harapan
stakeholder. Tujuannya yaitu KAP HTM dapat melakukan penilaiandalam pemenuhan
harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan junior sebelum
melakukan audit pada Kimia Farma.
b. Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan
menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas auditc.
Mengutamakan reputasi KAP HTMYaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm,
seperti kejujuran,kredibilitas,reliabilitas, dan tanggung jawab.
Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan.Empat
tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan Pimpinan KAPHTM dapat
mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukancara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secarastrategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.
2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stake holder dan meratingnya dari
segikepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stake holder
yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhiharapan
para stake holder HTM.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. 2006. Business & Professional Ethics for Accountants. Canada: South-Western
College Publishing.
http://www.scribd.com/doc/11460206/Resiko-Etika-Dan-Manajemen-Resiko-Etika