2. Overall Questions:
a. What is the research question?
Bagaimana tata Kelola perusahaan diukur?
Apa hubungan antara tata kelola perusahaan dan kinerja?
b. What is the research motivation? (why is it important from both (either) academic
and (or) practical perspective)
Peneliti berusaha mencari apakah ada kausalitas antara tata kelola perusahaan dengan
kinerja perusahaan. Berawal dari penelitian terdahulu yang hasilnya berbeda – beda. Pada
penelitian Bhagat, dkk (2008) mencoba untuk mempelajari hubungan tata Kelola
perusahaan dan kinerja perusahaan dari sudut pandan ekonometrik.
3. Theory:
a. What is the theory?
Teori Tata Kelola Perusahaan yang diartikan sebagai karakteristik kontrak yang
mengatur hubungan antara pemegang saham dan manajer. Bagaimana adanya tata Kelola
perusahaan yang baik dapat meningkatkan kinerja dari perusahaan.
Teori Agensi tipe satu dimana terdapat konflik kepentingan antara manajer dan
pemegang saham yang menyebabkan manajer mengambil tindakan yang merugikan
pemegang saham.
b. Is the theory appropriate for the study?
Ya, teori yang digunakan telah sesuai dengan penelitian. Dimana penelitian mencoba
untuk mencari hubungan antara tata Kelola perusahaan dan kinerja perusahaan.
Berdasarkan teori tata Kelola perusahaan, peneliti mencari faktor faktor yang mungkin
mempengaruhi didasarkan dari literatur yang ada. Dan teori agensi yang digunakan juga
memiliki hubungan dengan dengan tata Kelola perusahaan.
c. Is the theory logically consistent?
Ya, teori yang digunakan juga didasarkan pada penelitian terdahulu. Seperti penelitian
yang dilakukan Barle dan eans (1932) yang juga meneliti pengaruh struktur kepemilikan
dengan kinerja perusahaan. Dan Demsetz (1983) berpendapat bahwa karena kami
mengamati banyak perusahaan publik yang sukses dengan kepemilikan saham yang
tersebar, jelas harus ada manfaat yang saling mengimbangi, misalnya, bantalan risiko
yang lebih baik.
d. Do the hypotheses follow from the theory?
Ya, hipotesis telah mengikuti teori dan penelitian terdahulu. Peneliti menggunakan
penelitiann terdahulu untuk mencari pengukuran – pengukuran yang biasa digunakan
dalam mengukur tata Kelola perusahaan.
e. What are the conceptual independent variables?
Variable independent dalam penelitian ini ialah corporate governance
f. What are the conceptual dependent variables?
Penelitian ini variable dependennya berupa firm performance
4. Research Design:
a. What are the research method and design?
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Dalam hal ini, peneliti berusaha
mencari apakah terdapat kausalitas antara tata kelola perusahaan dengan kinerja
perusahaan. Selain itu juga hubungannya dengan struktur kepemilikan dan struktur modal
perusahaan.
di mana Zi adalah vektor dari variabel kontrol dan instrumen yang mempengaruhi
variabel dependen. Selanjutnya εi adalah istilah untuk kesalahan yang terkait dengan
exogenous noise dan perilaku atau kemampuan manajerial yang tidak dapat
diobservasi yang menjelaskan variasi cross-sectional dalam performance, ownership,
capital structure dan governance.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan serangkaian robustness checks termasuk :
pertimbangan instrumen alternatif dalam memperkirakan sistem persamaan, pertimbangan
uji diagnostik untuk memastikan bahwa instrumen yang ada valid dan sistem persamaan
dalam penelitian teridentifikasi dengan baik serta estimasi alternatif terhadap kesalahan
standar koefisien perkiraan model penelitian. Robustness check memberikan hasil yang
konsisten dan meningkatkan kepercayaan peneliti terkait hubungan tata kelola dan kinerja.
Selain itu peneliti juga memperkirakan sistem dalam penelitian ini dengan menggunakan
ordinary least squares (OLS), two-stage least squares (2SLS) untuk memungkinkan
endogenitas yang potensial, dan three-stage least squares (3SLS untuk memungkinkan
endogenitas potensial dan korelasi silang di antara persamaan.
Selanjutnya penelitian ini mempelajari hubungan antara tata kelola, kinerja, dan
pergantian CEO. Pergantian CEO diklasifikasikan sebagai "non-disciplinary" apabila CEO
meninggal, CEO lebih tua dari 63 tahun, apabila perubahan merupakan hasil dari rencana
transisi yang diumumkan, atau jika CEO tetap sebagai ketua dewan selama lebih dari satu
tahun. Pergantian CEO diklasifikasikan sebagai “disciplinary” apabila CEO mengundurkan
diri untuk mengejar kepentingan lain, apabila CEO diberhentikan, atau jika tidak ada
alasan khusus yang diberikan (sama dengan 0 apabila tidak ada pergantian yang terjadi
dalam satu tahun perusahaan, 1 apabila pergantian itu disciplinary dan 2 apabila pergantian
itu non-disciplinary. Peneliti menganggap return saham dua tahun terakhir sebagai ukuran
kinerja.
Vektor kontrol Z1 mencakup CEO ownership, CEO age, CEO tenure, company size,
industry returns, and year dummy variables. Selanjutnya untuk menentukan peran tata
kelola dalam pergantian CEO , peneliti membuat variabel interaktif yang sama dengan
(Last 2 years stock returns × Governance). Alasanya ialah apabila perusahaan memiliki
kinerja yang baik, tata kelola yang baik seharusnya tidak menyebabkan pergantian
CEO; hanya ketika kinerja buruk maka diharapkan lebih baik perusahaan diatur untuk
melakukan pergantian CEO. Untuk mengukur efek ini, peneliti memperkirakan versi
modifikasi berikut dari persamaan (2a):
5. Data Analyse :
Penelitian ini menggunakan kuadrat terkecil biasa (OLS), kuadrat terkecil dua tingkat
(2SLS) untuk memungkinkan endogenitas potensial, dan kuadrat terkecil tiga tahap (3SLS)
untuk memungkinkan endogenitas potensial dan korelasi silang antara persamaan. Jika salah
satu regressor sisi kanan ditentukan secara endogen, perkiraan OLS dari (1) tidak konsisten.
Estimasi variabel instrumental (IV) yang ditentukan dengan benar seperti dua tahap kuadrat
terkecil (2SLS) konsisten. Masalahnya adalah instrumen mana yang akan digunakan, dan
berapa banyak instrumen yang digunakan. Mengenai jumlah instrumen, kami tahu bahwa
kami harus menyertakan setidaknya sebanyak mungkin instrumen yang kami miliki. Efisiensi
asimtotik dari estimasi meningkat dengan bertambahnya jumlah instrumen, tetapi begitu juga
bias sampel hingga (Johnston dan DiNardo, 1997). Memilih "instrumen yang lemah" dapat
menyebabkan masalah inferensi dalam estimasi. Stock dan Yogo (2004) memberikan tes
untuk menentukan apakah instrumen lemah.
6. Result
Corporate governance and performance
Singkatnya, hasil ini menunjukkan bahwa ukuran kompleks tertentu dari tata kelola
perusahaan - GIM dan BCF - dan ukuran sederhana tertentu - kepemilikan direktur dan
pemisahan kursi CEO - secara positif terkait dengan kinerja operasi saat ini dan masa depan.
Ukuran lain tampaknya menjadi indikator kinerja yang kurang andal. Penting juga untuk
dicatat bahwa metode estimasi yang digunakan memang penting dalam kasus tertentu.
Misalnya, pertimbangkan hubungan kinerja-tata kelola yang diperkirakan pada Tabel 4,
Panel D. Estimasi OLS menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara indeks GIM
dan Tobin's Q tahun depan.Namun, estimasi 2SLS positif tetapi secara statistik tidak
signifikan untuk Tobin's Q tahun depan Tes spesifikasi Hausman (1978) menunjukkan bahwa
perkiraan 2SLS lebih sesuai untuk kesimpulan statistik.
7. Conclusions:
Kontribusi utama kami pada literatur adalah estimasi yang konsisten dari hubungan antara tata
kelola dan kinerja perusahaan, dengan mempertimbangkan hubungan antar tata kelola
perusahaan, kinerja perusahaan, struktur modal perusahaan, dan struktur kepemilikan
perusahaan. Kami memberikan empat kontribusi tambahan pada lektur:
Pertama, peneliti mempertimbangkan tujuh ukuran tata kelola yang berbeda. Peneliti
menemukan bahwa tata kelola yang lebih baik sebagaimana diukur oleh indeks GIM dan
BCF, kepemilikan saham anggota dewan, dan Pemisahan CEO-Chair secara signifikan
berkorelasi positif dengan kinerja operasi saat ini dan selanjutnya yang lebih baik. Juga,
yang menarik, independensi dewan berkorelasi negatif dengan kinerja operasi pada saat itu
dan selanjutnya. Hal ini sangat relevan mengingat pentingnya independensi dewan direksi
dalam persyaratan pencatatan tata kelola perusahaan NYSE dan NASDAQ baru-baru ini.
• Kedua, bertentangan dengan klaim dalam literatur, tidak ada ukuran tata kelola yang
berkorelasi dengan kinerja pasar saham di masa depan. Dalam beberapa contoh,
kesimpulan mengenai kinerja (pasar saham) dan hubungan tata kelola bergantung pada
apakah seseorang mempertimbangkan atau tidak sifat endogen hubungan antara tata kelola
dan kinerja (pasar saham).
• Ketiga, mengingat kinerja perusahaan yang buruk, kemungkinan pergantian manajemen
disiplin berkorelasi positif dengan kepemilikan saham anggota dewan, dan dengan
independensi dewan. Namun, perusahaan dengan tata kelola yang lebih baik seperti yang
diukur oleh indeks GIM dan BCF cenderung tidak mengalami pergantian manajemen
disiplin meskipun kinerjanya buruk.
• Keempat, penelitian ini mengusulkan suatu ukuran tata kelola, yaitu kepemilikan dolar
anggota dewan, yang sederhana, intuitif, kurang rentan terhadap kesalahan pengukuran,
dan tidak tunduk pada masalah pembobotan banyak ketentuan tata kelola dalam menyusun
indeks tata kelola. Pertimbangan ukuran tata kelola ini oleh peneliti akuntansi, keuangan,
dan hukum perusahaan di masa depan akan meningkatkan komparabilitas temuan
penelitian.