Anda di halaman 1dari 2

JAKARTA 

- Direktur Utama (Dirut) PT Asuransi Intra Asia (Intra Asia), Rendra Prapantsa
terpaksa harus duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, lantaran
diduga turut serta melakukan tindak pidana penipuan asuransi.
Jaksa mendakwa yang bersangkutan telah melakukan penipuan dan penggelapan dalam
proses pengeluaran jaminan uang muka atau Advance Payment Bond (APB). Akibat
perbuatannya, PT Premier Resources Indonesia (PRI) selaku pemegang APB merugi.
Dalam paparannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nano Sugianto mengungkapkan, selaku
Dirut Intra Asia, seharusnya Rendra mengetahui jaminan uang muka yang dikeluarkan
kantornya, yang dibuat atas permintaan Deddy Sugiyarto, Direktur Operasional PT Duta Sari
Perdana (DSP) dan Soeparman Duto Pradono, Komisaris DSP.
Namun, pada saat Jaminan uang muka tersebut dicairkan oleh PRI ke Intra Asia, baru
diketahui bahwa jaminan uang muka tersebut hanya sebagai formalitas belaka atau syarat
untuk memenuhi kelengkapan dokumen kontrak perjanjian yang diminta oleh PT PRI.
"Terdakwa (Rendra) malah memberikan sarana dan kesempatan untuk terbitnya jaminan
uang muka tersebut, dengan membiarkan saksi Yudi Irianto, selaku Regional Manager Intra
Asia menyetujui dan menandatangani polis asuransi jaminan uang muka, yang menjamin
pengembalian uang muka, yang diserahkan DSP ke PRI, untuk pembelian batubara senilai
Rp27,5 miliar," terang Jaksa Nano, Rabu (14/5/2014).
Jaksa Nano melanjutkan bahwa jaminan uang muka yang dikeluarkan Intra Asia, dan dibuat
berdasarkan permohonan DSP, itu hanya sebagai formalitas belaka dan tidak dapat digunakan
untuk mencairkan uang muka Rp13,750 miliar.
"Akibat dari perbuatan terdakwa (Rendra) yang memberikan sarana dan kesempatan kepada
Deddy dan Soeparman untuk terbitnya jaminan uang muka tersebut, menyebabkan PRI
mengalami kerugian Rp13,750 miliar," bebernya.
Terdakwa dijerat pasal berlapis yakni Pasal 378 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2 KUHP dan
Pasal 372 KUHP juncto Pasal 56 ayat 2 KUHP. Dalam dakwaan pertama, jaksa menjerat
Rendra dengan pasal Penipuan.
Sedangkan pada dakwaan kedua, terdakwa diduga telah melakukan penggelapan terhadap
uang Rp13,750 miliar yang telah dibayarkan PRI ke DSP.
Sementara itu, kuasa hukum terdakwa, Wilman Malau, keberatan atas dakwaan jaksa.
"Perkara tersebut merupakan perkara perdata. Lihat saja nanti eksepsi kami," tegas Wilman.
Atas permintaan DSP, PRI memberikan uang muka sebesar 50 persen atau Rp13,750 miliar
(dari nilai kontrak Rp27,5 miliar) kepada DSP, dengan perjanjian DSP harus mengirim
batubara sebanyak 50 ribu metrik ton.
DSP kemudian menyerahkan jaminan uang muka kepada PRI dan PRI lalu membayar uang
muka Rp13,750 miliar. Dengan harapan, ketika terjadi wanprestasi, PRI dapat mengajukan
klaim dan mendapat penggantian atas uang muka Rp13,750 miliar dari Intra Asia.
Namun, ironisnya seiring berjalannya waktu, DSP ternyata tidak juga mengirimkan batubara,
yang dipesan PRI, sehingga PRI mengajukan klaim pencairan jaminan uang muka Rp13,750
miliar ke Intra Asia. Namun klaim tersebut ditolak dengan alasan bahwa jaminan uang muka
yang dibuat dan diajukan DSP, ternyata hanya prasyarat untuk memenuhi kelengkapan
dokumen kontrak perjanjian belaka.
Hakim PN Jakarta Pusat sebelumnya telah memutus bersalah dua terdakwa dalam kasus
penipuan dan penggelapan ini.
Mereka yakni Singgih Andhika selaku Asisten Technical Manager Intra Asia selama satu
tahun delapan bulan, dan agennya yaitu Michael Mindo Kristanto satu tahun delapan bulan.
Adapun terdakwa dari pihak DSP yaitu Soeparman DT dan Deddy Sugiyarto, putusannya
baru akan dibacakan pada Senin 19 Mei mendatang.

ü  Komentar : dalam kasus tersebut ada dua perkara yang terjadi yaitu kasus penggelapan dan
penipuan. Dan seharusnya kedua belah pihak harus saling transparan masalah dana maupun
perjanjian yang bersangkutan, dan lebih menjaga kepercayaan mitra kerja sehingga hal yang
tidak di inginkan tidak terulang kembali seperti kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai