Anda di halaman 1dari 8

P P A T K

AMLNEWS
Clipping Service
Anti Money Laundering
14 Juli 2011

Indeks
1. Korupsi Kas Daerah
Mantan bupati Sragen dijebloskan ke penjara
2. Sidang Suap Kemenpora
Nazarudddin dan Wafid Muharam terima suap dari El Idris
3. Terdakwa Korupsi Mesin Jahit Divonis 4 Tahun Bui
4. KPK Belum Cukup Bukti Alex Noerdin Tersangka
5. Korupsi PLN

Mantan Presdir PT Atelindo Karyamandiri di vonis 6 tahun

Suarakarya-online.com
Kamis, 14 Juli 2011

KORUPSI KAS DAERAH

Mantan Bupati Sragen Dijebloskan ke Penjara


SEMARANG (Suara Karya): Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Tengah, Selasa malam,

menahan mantan Bupati Sragen Untung Wiyono yang diduga terlibat korupsi dana
kas daerah Pemkab Sragen 2003-2010 sebesar lebih Rp 42 miliar. Untung
dijebloskan Kejati ke LP Kedungpane Semarang.

Untung diseret ke LP setelah sebelumnya menjalani pemeriksaan tim penyidik Kejati


Jateng. Atas penahanannya itu Untung yang belum lama melepas jabatan bupati,
mengaku akan mengikuti proses hukum yang berlaku.

Untung yang dua periode menjabat bupati dengan menoreh banyak prestasi di

bidang investasi tersebut menegaskan, hingga ditahan Selasa malam dirinya belum
ditanya penyidik terkait materi.

Mantan bupati yang juga dikenal sebagai pengusaha kaya ini, diperiksa delapan

orang jaksa diketuai Jaksa Rahmat. Setelah diperiksa Untung langsung dijebloskan
ke LP Kedungpane Semarang, menggunakan mobil tanahan Kejati.

qMenurut Kajati Jateng Widyopramono, Untung terlibat dalam kasus penyalahgunaan


kas daerah Pemkab Sragen 2003-2010. Selain Untung, Kejati juga menetapkan

tersangka lain yakni, mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen Kushardjono, serta
mantan Bendahara BPKD Sri Wahyuni.

Kasus tersebut berawal, ketika Untung membutuhkan dana untuk kepentingan di


luar kedinasan. Bersama Sekda dan bendahara BPKD, secara bertahap memindahkan

dana dari kas daerah untuk ditempatkan dalam bentuk deposito di BPR Djoko Tingkir
dan BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen. Dana yang ditempatkan di BPR Djoko
Tingkir sebesar Rp 29.334.500.000.

Dana tadi secara bertahap dijadikan agunan untuk mengajukan pinjaman dengan

mengatasnamakan pemerintah daerah, yang terbagi sebanyak 108 surat pinjaman

kredit dengan total pinjaman Rp 36.376.200.000. Sementara itu, untuk penempatan


dana dari kas daerah ke BPR BKK Karangmalang juga dilakukan secara bertahap.
Penempatan dana berlangsung mulai 2006 hingga 2010 terbagi dalam delapan
sertifikat deposito.

Sertifikat deposito pun, juga digunakan Untung untuk mengajukan pinjaman atas
nama pemerintah daerah, dengan total pinjaman Rp 6.134.000.000. "Dengan
demikian seluruh pinjaman mencapai Rp 42.510.200.000," ungkap Widyo.

Kajati menambahkan, dana pinjaman itu seharusnya dimasukkan ke dalam kas


daerah Kabupaten Sragen dan dikelola sesuai mekanisme APBD kenyataannya

digunakan untuk kegiatan di luar kedinasan. Akibat penyelewengan dana kas daerah
itu, negara dirugikan Rp 40.003.2110.534. (Pudyo Saptono)
Suarakarya-online.com
Kamis, 14 Juli 2011

SIDANG SUAP KEMENPORA

Nazaruddin dan Wafid Muharam Terima Suap dari El Idris

JAKARTA (Suara Karya): Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad

Nazaruddin disebut bersama mantan Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga
(Sesmenpora) Wafid Muharam telah menerima uang suap dari mantan Manager
Keuangan PT Duta Graha Indah Mohammad El Idris.

Suap itu diberikan agar PT DGI menjadi pemenang proyek pembangunan wisma atlet
dan gedung serbaguna Provinsi Sumatera Selatan.

Hal tersebut diungkapkan jaksa penuntut umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) yang terdiri dari Agus Salim, Handarbeni Sayekti dan Rachmat Supriady
saat membacakan surat dakwaan terhadap Mohammad El Idris di hadapan majelis

hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang diketuai Suwidya, kemarin
(13/7).

"Terdakwa Mohammad El Idris bersama-sama Dudung Purwadi dan Mindo Rosalina

Manulang melakukan perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan beberapa


kejahatan dengan memberi tiga lembar cek senilai Rp 3,2 miliar dan empat lembar
cek senilai Rp 4,4 miliar kepada pegawai negeri, Wafid Muharam dan Muhammad

Nazaruddin selaku anggota DPR RI," kata Jaksa Agus Salim saat membacakan surat
dakwaan itu.

Atas perbuatannya itu, Muhammad El Idris diancam dengan pasal 5 ayat 1 huruf b
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dalam uraian surat dakwaan diungkapkan peran Muhammad Nazarudin pada proyek
tersebut.

Pembicaraan mengenai upaya agar PT Duta Graha Indah bisa mengikuti tender di

Kementerian Pemuda dan Olah raga (Kemenpora) berawal dari pembicaraan antara

Idris, Dudung Purwadi (direksi PT DGI) dan Muhammad Nazarudin di kantor PT Anak
Negeri (Permai Grup) antara bulan Juni dan Juli 2010. Pada pertemuan itu, menurut
jaksa, pihak PT DGI menyampaikan keinginan untuk bekerja sama dalam proyek
yang tengah dikerjakan oleh Nazarudin.

"Terdakwa (Muhammad El Idris) bersama Dudung Purwadi sekitar Juni 2010

bertempat di kantor PT Anak Negeri (Permai Grup) mengadakan pertemuan dengan


Nazaruddin yang sudah dikenal terdakwa sebelumnya, berkaitan dengan proyek

pembangunan wisma atlet," kata Jaksa Agus Salim saat membacakan surat dakwaan
tersebut.

Setelah maksud PT DGI disampaikan, seperti tertuang dalam surat dakwaan,

Nazarudin memanggil Mindo Rosalina Manulang selaku bagian pemasaran PT Anak


Negeri untuk menindaklanjuti permohonan itu. Selanjutnya, kerja sama itu
diserahkan kepada Rosa.

Kemudian, pertemuan itu dilanjutkan di sebuah rumah makan belakang Hotel Atlet

Century, Agustus 2010. Mereka yang melakukan pertemuan adalah Rosa, Nazarudin
dan Wafid Muharam membicarakan pelibatan PT DGI dalam proyek persiapan Sea

Games ke-26 di Palembang. Saat itu, Nazaruddin menyampaikan kepada Wafid agar
PT DGI dilibatkan dalam pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di
Palembang.

"Mindo Rosalina Manulang yang akan mengawal," demikian ungkapan Nazaruddin


saat itu yang dikutip jaksa dalam surat dakwaannya.

Permohonan itu pun akhirnya disanggupi oleh Wafid Muharram. Kemudian, ia pun
berjanji untuk mempertimbangkan agar PT DGI menjadi pelaksana proyek dan
mengarahkan untuk mengurus ke daerah karena proyek tersebut merupakan
tanggung jawab Pemprov Sumatera Selatan.

Selanjutnya surat dakwaan tersebut mengungkapkan sepak terjang Muhammad El


Idris dalam melakukan negosiasi dengan Nazaruddin dalam pemberian komisi
kepada pihak-pihak yang dianggap berjasa atas terpilihnya PT DGI menjadi
pemenang tender pembangunan wisma atlet.

Setelah melalui tawar-menawar akhirnya disepakati Nazaruddin mendapat 13 persen


dari nilai kontrak yang sekitar Rp 200 miliar, Komite Pembangunan Wisma Atlet 2,5
persen, panitia pengadaan 0,5 persen, dan untuk Sesmenpora, Wafid Muharam 2
persennya. Namun, dalam surat dakwaan yang terungkap ada penerimaan oleh
sejumlah pegawai pemerintah provinsi Sumatera Selatan.

Mereka yang didakwa menerimanya antara lain Rizal Abdullah selaku Ketua Komite
Pembangunan Wisma Atlet dan Kepala Dinas PU Sumsel memperoleh Rp 400 juta,
Musni Wijaya selaku Sekretaris Komite Rp 80 juta, Amir Faizol selaku Bendahara

Komite Rp 30 juta, Aminuddin selaku Asisten Perencanaan Rp 30 juta, Irhamni selaku


Asisten Administrasi dan Keuangan Rp20 juta, Fazadi Abdanie selaku Asisten

Pelaksana Rp 20 juta, M Arifin selaku Ketua Panitia Rp 50 juta serta anggota panitia
pembangunan seperti Sahupi senilai Rp 25 juta, Anwar Rp 25 juta, Rusmadi Rp 50
juta, Sudarto Rp 25 juta, Darmayanti Rp 25 juta, dan Heri Meita senilai Rp 25 juta.
(Nefan Kristiono)
Detik.com

Kamis, 14 Juli 2011


Terdakwa Korupsi Mesin Jahit Divonis 4 Tahun Bui
Jakarta - Rekanan Departemen Sosial (Depsos) dalam proyek pengadaan bantuan
sosial berupa mesin jahit tahun 2004-2006, Musfar Aziz, divonis empat tahun
penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Eks Direktur Utama PT Ladang Sutra Indonesia itu dinyatakan telah terbukti secara
sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi berupa menyalahgunakan
wewenang untuk menguntungkan diri sendiri, dan merugikan keuangan negara.

"Menjatuhkan vonis 4 tahun penjara dan denda Rp 200 juta," ujar Ketua Majelis
Hakim Albertina Ho di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis
(15/7/2011).

Menurut Hakim, Terdakwa Musfar Azis telah terbukti secara sah meyakinkan

melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam pasal 3 jo pasal 18


Undang-Undang No 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Selain pidana penjara, Musfar juga dihukum membayar denda sebesar Rp 200 juta
subsider empat bulan.

Majelis hakim tidak bersepakat dengan Jaksa KPK mengenai uang pengganti. Majelis

hakim menilai uang pengganti yang dituntut oleh Jaksa KPK belum dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan oleh Musfar berupa biaya pelatihan, perjalan dinas, biaya
survei, sosialisasi, gaji pegawai dan royalti. Seluruh biaya itu, kata majelis hakim
berjumlah Rp 7 miliar.

"Maka uang pengganti yang harus dibayarkan oleh terdakwa adalah Rp 13,2 miliar,"
kata Albertina.

Jika satu bulan usai vonis hakim berkekuatan tetap, Musfar belum membayarkan
uang pengganti ke negara, seluruh harta Musfar akan disita dan dilelang.

"Apabila tetap tak mencukupi, maka diganti dengan pidana penjara tiga tahun
penjara," kata Albertina.

Dalam memutus perkara ini, Majelis hakim mempertimbangkan hal-hal

meringankan, yaitu Musfar telah membantu program pemerintah untuk


mengentaskan kemiskinan melalui proyek bantuan sosial di Depsos.

Sementara hal yang memberatkan hukuman Musfar adalah tidak mendukung


program pemerintah mencegah korupsi, kolusi dan nepotisme.
(rdf/ndr)
Tempointeraktif.com
Kamis, 14 Juli 2011

KPK Belum Cukup Bukti Jadikan Alex Noerdin Tersangka


TEMPO Interaktif, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi mengaku belum memiliki
cukup bukti untuk menjadikan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin dan anak

buahnya sebagai tersangka proyek wisma atlet SEA Games XXVI, Palembang.
Meskipun pada dakwaan Muhammad El Idris, nama mereka disebutkan ikut

menerima jatah uang fee dari proyek itu. "Tentunya kita akan mengumpulkan bukti-

bukti yang lain yang sah menurut hukum," kata pimpinan KPK M Jasin, Kamis, 14 Juli
melalui pesan singkat.

Pada dakwaan Jaksa Penuntut Umum terhadap Idris, Manajer Pemasaran PT Duta

Graha Indah, Rabu kemarin, sejumlah nama disebut telah menerima fee. Antara lain
mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang menerima
sekitar 13 persen dari total nilai proyek sebesar Rp 191 miliar setelah memuluskan
PT Duta Graha sebagai kontraktor wisma atlet. Duit itu diberikan oleh Idris melalui
anak buahnya bernama Yulianis pada Februari lalu sebesar Rp 4,34 miliar.

Nazaruddin pun telah ditetapkan sebagai tersangka bersama Idris, serta Sekretaris

Kementerian Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam, dan Direktur Pemasaran PT Anak
Negeri Mindo Rosalina Manulang.

Di dalam dakwaan pun disebutkan bahwa total fee proyek wisma atlet untuk

beberapa pihak sebesar 20 persen atau Rp 39,2 miliar. Selain Nazaruddin, nama lain
yang disebut dalam dakwaan adalah Gubernur Alex Noerdin mendapat jatah 2,5
persen, ketua komite pembangunan mendapat 2,5 persen, panitia pengadaan
mendapat 0,5 persen, dan Wafid mendapat 2 persen.

Ketua Komite Pembangunan Rizal Abdullah juga disebut mendapat uang sebesar Rp
400 juta, Sekretaris Komite Musni Wijaya mendapat Rp 80 juta, Bendahara Komite

Amir Faizol mendapat Rp 30 juta, Asisten Perencanaan Aminuddin mendapat Rp 30


juta, Asisten Administrasi dan Keuangan mendapat Rp 20 juta, dan Asisten
Pelaksana Fazadi Abdanie mendapat Rp 20 juta.

Selanjutnya, Ketua panitia M. Arifin menerima Rp 50 juta, anggota panitia Sahupi Rp


25 juta, Anwar Rp 25 juta, Rusmadi Rp 50 juta, Sudarto Rp 25 juta, Darmayanti Rp
25 juta, dan Heri Meita Rp 25 juta.

Dari beberapa nama tersebut, hanya Gubernur Alex Noerdin yang belum diperiksa
oleh KPK. Jasin mengatakan, tidak menutup kemungkinan Alex Noerdin pun
dipanggil KPK untuk dimintai keterangan.
RUSMAN PARAQBUEQ
Suarakarya-online.com
Rabu, 13 Juli 2011

KORUPSI PLN

Mantan Presdir PT Atelindo Karyamandiri Divonis 6 Tahun


BANDARLAMPUNG (Suara Karya): Tedakwa kasus korupsi pengadaan customer

information system (CIS), mantan Presdir PT Atelindo Karyamandiri George Kumaat,


Selasa, divonis enam tahun kurungan dan denda Rp 200 juta sunsider tiga bulan
penjara.

Ketua majelis hakim, Ida Ratnawatidi PN Tanjungkarang Bandarlampung, Selasa,


menyatakan terdakwa terbukti secara bersama-sama melakukan tindak pidana

korupsi, memperkaya diri sendiri, dan menimbulkan kerugian negara sebesar Rp


42,3 miliar.

Vonis tersebut lebih rendah dua tahun dari tuntutan jaksa penuntut umum. Terhadap
keputusan tersebut, penasehat hukum dan jaksa menyatakan pikir-pikir.

Sebelumnya, jaksa penuntut umum dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) KMS

Roni, menuntut terdakwa delapan tahun penjara denda Rp 500 juta dan dibebankan
penggantian kerugian negara sebesar Rp 1,001 miliar subsider kurungan tiga tahun.
George dijerat dengan pasal 2 (1) juncto pasal 18 UU Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Semua proses hingga persetujuan kontrak dengan PLN Lampung saat itu dilakukan
di luar prosedur yang lazim dilakukan untuk pengerjaan sebuah proyek.

Sejumlah fakta yang terungkap selama persidangan, di antaranya proposal yang

diajukan oleh PT Atelindo tidak mendapat persetujuan dari PLN pusat, namun tetap
dilaksanakan oleh PLN Wilayah Lampung pada Desember 2004.

Dalam sidang sebelumnya, salah satu saksi, Mariun Sanusi, Manager Operasi dan

Niaga PLN Wilayah Lampung periode 2002-2004 dan juga ketua panitia pelelangan

pengadaan barang dan jasa pada saat proposal tersebut masuk, menyatakan semua

aktivitas PLN yang melibatkan pihak ketiga pasti melalui dirinya, namun tidak untuk
kasus PT Atelindo.

Menurut dia, proposal dan presentasi terkait pengadaan CIS langsung diarahkan
kepada pimpinan tertinggi atau General Manager PLN Wilayah Lampung saat itu,

tanpa melibatkan dirinya. Dana pengadaan tersebut dibiayai sepenuhnya dari pos
biaya administrasi pada angaran PLN tahun 2003 hingga 2008. (Lerman S/Ant)

Humas PPATK
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)

Indonesian Financial Transaction Reports and Analysis Centre (INTRAC)


(P) +62-21-3850455/3853922

(F) +62-21-3856809/3856826
(E) humas-ppatk@ppatk.go.id

DISCLAIMER:
Informasi ini diambil dari media massa dan sumber informasi lainnya
dan

digunakan

khusus

untuk

PPATK

dan

pihak-pihak

yang

memerlukannya. PPATK tidak bertanggungjawab terhadap isi dan


pernyataan yang disampaikan dalam informasi yang berasal dari media
massa.

Anda mungkin juga menyukai