Anda di halaman 1dari 43

KELOMPOK 1

1. DESI EKA W (15.05.52.0007)


2. ROFIDAH YUNITA A (15.05.52.0045)
3. ANINDA RISQI R (15.05.52.0114)
4. WARNINGSIH (15.05.52.0133)
5. SITI NUR FAJRIAH A (15.05.52.0148)
6. AMALLIA W (15.05.52.0164)
7. LEILYI R (15.05.52.0176)

KELAS : F1 - AKUNTANSI
KASUS BANK MANDIRI SYARIAH di BANDUNG
BERITA KASUS BANK MANDIRI SYARIAH
KRONOLOGI 1 : PT. Tirta Amarta Bottling (TAB) mengajukan kredit
kepada Bank Mandiri
15 JANUARI 2015

• Direktur Rony Tedi mengajukan perpanjangan dan penambahan fasilitas


Kredit Modal Kerja (KMK) senilai Rp 880,60 milyar ke Bank Mandiri

TAMBAHAN

• Kemudian PT. TAB mengajukan lagi perpanjangan dan tambahan plafon


LC sebesar Rp 40 milyar dari sebelumnya Rp 10 milyar
• Selain itu, PT. TAB mengajukan penambahan fasilitas kredit investasi
senilai Rp 250 milyar selama 72 bulan

“Dengan syarat dan ketentuan berupa dokumen pendukung permohonan tersebut yaitu laporan
keuangan tahun 2014 tetapi terjadi penggelembungan data aset PT. Tirta Amarta Bottling (TAB) sebesar
Rp 1,1 triliun”
KRONOLOGI 2 : Penahanan terhadap pelaku dari PT. Tirta Amarta Bottling (TAB) dan
Bank Mandiri

24 JANUARI 2018 Rony Tedy di tahan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung

Juventius selaku Head Accounting PT. TAB diamankan di Apartemen


20 MARET 2018 Metro Suites, JL. Soekarno Hatta Kota Bandung. Dia diduga terlibat
pembuatan laporan keuangan fiktif di PT. Tirta Amarta Bottling

Tiga orang yang merupakan pegawai Bank Mandiri Cabang Bandung ditetapkan sebagai tersangka, yakni
Manager Komersial Perbankan Surya Baruna Semenguk, Relationship Manager Frans Eduard Zandra dan
Senior Kredit Risk Manager Teguh Kartika Wibowo. Ketiganya diduga telah menyalahgunakan otoritasnya
dengan prinsip kehati-hatian bank serta sebagai pengusul pemberian kredit yang diajukan PT TAB serta
diduga menyalahi kuasa dalam penghargaan dan penambahan kredit
KRONOLOGI 3 : Keputusan Sidang

Dilakukan sidang untuk kasus ini di Pengadilan Negeri (PN)


Bandung, JL. LLRE Martadinata Kota Bandung. Dalam sidang
ini ada tiga pejabat Bank Mandiri antara lain Surya Beruna
(Commercial Banking Manager Bank Mandiri Bandung),
Teguh Kartika Wibowo (Senior Credit Risk Manager Bank
Mandiri Bandung), dan Frans Eduard Zandstra (Senior
Relation Manager Bank Mandiri Bandung) serta satu orang
dari PT. Tirta Amarta Bottling (TAB) yaitu Rony Tedi 29 AGUSTUS 2018
(Direktur) didakwa dengan pasal berlapis

Keempat tersangka oleh Jaksa Penuntut Umum dari


Kejaksaan Negeri Bandung didakwa Pasal 2 ayat 1 juncto
Pasal 18 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; Pasal 55
ayat 1 KUH Pidana; Subsider Pasal 3 juncto Pasal 18 UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; serta Pasal 9 UU
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
KRONOLOGI 4 : Hasil Sidang

Jaksa Fathoni membacakan surat dakwaan dimana memutuskan ancaman pidana maksimal
20 tahun kepada terdakwa

• Jaksa menyebutkan Rony Tedi terbukti telah memalsukan laporan


keuangan dengan seolah-olah memiliki aset dan piutang mencapai
Rp 1,1 triliun. Sehingga dirinya mengajukan kredit kepada Bank
Mandiri. Namun kenyataannya, laporan keuangan tersebut tidak ada
alias fiktif. Pada dasarnya, jaksa menyebut Rony Tedi mengajukan
fasilitas kredit sejak 2008 hingga 2012 dengan data-data fiktif
• Jaksa menyebut peran tiga pejabat Bank Mandiri lalai karena tidak
memverifikasi pemberian kredit dengan nilai fantastis
• Saat persidangan, tim pengacara terdakwa akan mendalami surat
dakwaan tersebut. Pihaknya mengajukan eksepsi atau bantahan atas
dakwaan itu
Berita Kasus Bank Mandiri Syariah
Berita Kasus Bank Mandiri Syariah di Bandung
KASUS BANK MANDIRI SYARIAH di BOGOR
Dugaan Awal Terbongkarnya Skandal Kredit Fiktif
Diawali Kecurigaan BSM

Diawali dengan kecurigaan Bank Mandiri, kemudian Coorporate


Secretary BSM Taufik Machrus menjelaskan pihaknya
mencurigai ada yang tidak beres pada KCP BSM Bogor pada
tahun 2012. kemudian ditindaklanjuti dengan diturunkannya
Direktorat Kepatuhan BSM dan Tim Audit Khusus BSM.
Keterangan Taufik dalam Jumpa Pers di Jakarta
Pusat (24/10/2013)
“Dari hasil yang kita dapatkan
barulah kita meyakini telah
terjadi adanya pelanggaran.
Setelah itu, kita baru melapor,
karena kita juga perlu alat “Awalnya kita temukan
bukti permulaan. Kalau dilihat tindakan-tindakan seperti itu.
sendiri untuk melakukan audit Sehingga kita teliti semua
dari 100 lebih nasabah harus penyaluran pembiayaan yang
diteliti satu per satu mana yang ada. Dimana ditemukan adanya
benar dan mana yang tidak, penyimpangan”
kan tidak semua”.
KRONOLOGI BANK SYARIAH MANDIRI BOGOR
Kepolisian sudah menetapkan 7 orang tersangka dalam
kasus kredit fiktif Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor. Peran dan
modus para tersangka membobol uang bank melalui pembiayaan Al
Murabahah.

Kasus ini melibatkan orang dalam juga melibatkan pihak eksternal sehingga
bisa secara mudah kredit bisa dicairkan.

Dari sisi debitur ada tiga tersangka: Iyan Permana (150 nasabah), Henhen
Gunawan (21 nasabah), dan Rizky Ardiansyah (26 nasabah) sehingga
total kredit yang diajukan ada 197 nasabah.

Dari 197 nasabah yang diajukan kredit, 113 kredit fiktif diajukan Iyan


Permana, kemudian Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky
mengajukan 20 kredit. Sehingga total kredit fiktif sebanyak 153 nasabah.
Henhen
Rizky (dokter)
(Pengusaha)

Menggunakan KTP Menggunakan KTP


karyawannya tanpa karyawannya tanpa
sepengetahuan si pemilik sepengetahuan si pemilik
identitas. identitas.

"Ada dua sertifikat tanah


Iyan kemudian dibuat 14, padahal
perumahannya tidak ada," kata
Kepala Sub Direktorat Tindak
Meminjam akta tanah Pidana Perbankan AKBP  Umar
seseorang kemudian difoto kopi Sahid di Mabes Polri, Jakarta
Selatan, Kamis (7/11/2013).
Langkah Terakhir
Pencairan Kredit

Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuk lah ke tangan


Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan 197 kredit
tersebut dimaksudkan supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat Kepala Cabang saja.

John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif tersebut
tidak melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan bisa dengan mudah di
kabulkan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli Hermawan, begitu pula dengan
persetujan dari Kepala Cabang Utama BSM Bogor Agustinus Masrie yang memang sudah
bersekongkol.
Langkah Terakhir
Pencairan Kredit

Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepada Sri Dewi


selaku notaris yang membuat akta akad  kredit. Tanpa
dihadiri pihak debitur dan serifikat tanah hanya berupa
fotocopy dengan mudah perikatan  kredit antara debitur
dan pihak bank dibuat.
Rizky  Rp 12,2 miliar
Henhen  Rp 12,24 miliar Rp 102 Miliar

Iyan  Rp 77,56 miliar

Total kredit yang dicairkan seluruhnya Rp 102 miliar


dan sudah dikembalikan ke pihak bank Rp 59 miliar.
Sehingga masih ada sekitar Rp 43 miliar yang belum
masuk ke bank saat ini.
Enam tersangka tersebut dijerat dengan pasal 63 Undang-undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah serta pasal 3 dan pasal 5 Undang-undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

6 Tersangka

1. Rizky
2. Henhen
3. Iyan
Khusus untuk Sri Dewi selain
4. John
dikenakan pasal diatas, ia pun
5. Agustinus Masrie dijerat dengan pasal 264 ayat 1
6. Sri Dewi KUHP tentang pemalsuan surat
autentik dengan ancaman hukuman
delapan tahun penjara.
Barang Bukti
Berita Kasus Bank Syariah Mandiri
Berita Kasus Bank Mandiri Syariah di Bogor
KASUS SETYA NOVANTO
Kasus korupsi e-KTP adalah kasus korupsi di Indonesia
terkait pengadaan KTP elektronik untuk tahun 2011 dan 2012
yang terjadi sejak 2010-an. Mulanya proyek ini berjalan lancar dengan
pengawasan KPK, BPK dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) yang diminta oleh Gamawan Fauzi yang saat itu
menjabat sebagai menteri dalam negeri [. Namun kejanggalan demi
kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang tender proyek e-KTP
membuat berbagai pihak mulai dari Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), Government Watch, pihak kepolisian, Konsorsium
Lintas Peruri bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi menaruh
kecurigaan akan terjadinya korupsi. Sejak itu KPK melakukan
berbagai penyelidikan. Para pemangku kebijakan terkait proyek e-KTP
pun dilibatkan sebagai saksi, mulai dari Gamawan Fauzi, Nazaruddin,
Miryam S. Hani, Chairuman Harahap bahkan hingga Diah Anggraini.
Kasus korupsi e-KTP adalah kasus korupsi di Indonesia terkait pengadaan KTP elektronik untuk
tahun 2011 dan 2012 yang terjadi sejak 2010-an. Mulanya proyek ini berjalan lancar dengan
pengawasan KPK, BPK dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang
diminta oleh Gamawan Fauzi yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri[. Namun
kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang tender proyek e-KTP membuat
berbagai pihak mulai dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Government Watch,
pihak kepolisian, Konsorsium Lintas Peruri bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi menaruh
kecurigaan akan terjadinya korupsi. Sejak itu KPK melakukan berbagai penyelidikan. Para
pemangku kebijakan terkait proyek e-KTP pun dilibatkan sebagai saksi, mulai dari Gamawan
Fauzi, Nazaruddin, Miryam S. Hani, Chairuman Harahap bahkan hingga Diah Anggraini.
Mantan Ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan
panjang pada tahun 2017 akhirnya disidang sebagai
terdakwa kasus dugaan korupsi proyek e-KTP. Nama
Novanto semakin kuat dikaitkan dalam kasus e-KTP
setelah muncul pada sidang perdana kasus itu. Saat
sidang, mantan Direktur Pengelola Informasi
Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri,
Sugiharto, dan mantan Direktur Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil, Irman menjadi terdakwa. Dalam
dakwaan yang dibacakan jaksa KPK di Pengadilan
Tipikor, Kamis (9/3/2017), Novanto disebut memiliki
peran dalam mengatur besaran anggaran e-KTP yang
mencapai 5,9 Triliun rupiah.
BEGINI KRONOLOGI
KASUS SETYA NOVANTO

TEMPO.COM, Jakarta - Sengkarut kasus proyek Kartu Tanda Penduduk berbasis Elektronik


(e-KTP) dengan tersangka Setya Novanto terbilang cukup panjang. Setya ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun
status tersangka atas dirinya tidak berlangsung lama.
KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto
sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan e- KTP.
17 Juli 2017 Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-
2012, saat Setya menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar
di DPR.

Setya Novanto menggelar jumpa pers


menanggapi penetapannya sebagai tersangka.
18 Juli 2017 Setya mengaku akan mengikuti proses hukum
yang berjalan. Namun ia menolak mundur dari
Ketua DPR ataupun Ketua Umum Partai Golkar.

Setya Novanto resmi mendaftarkan gugatan


praperadilan terhadap KPK ke Pengadilan Negeri
4 September Jakarta Selatan. Gugatan terdaftar dalam nomor
2017 97/Pid.Prap/2017/PN Jak.Sel. Setya meminta
penetapan statusnya sebagai tersangka oleh KPK
dibatalkan.
11 September 2017
KPK memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun, Setya
tidak hadir dengan alasan sakit. Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham
bersama tim kuasa hukum Setya mengantarkan surat dari dokter ke KPK.

12 September 2017
Setya Novanto mengirimkan surat ke KPK melalui Wakil Ketua DPR Fadli Zon.
Setya meminta KPK menunda proses penyidikan terhadap dirinya sampai putusan
praperadilan keluar.

18 September 2017
KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai tersangka. Namun,
lagi-lagi Setya tidak hadir karena sakit, bahkan hingga menjalani kateterisasi jantung
di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur.

22 September 2017
Hakim Cepi menolak eksepsi yang diajukan KPK dalam praperadilan Setya
Novanto. KPK menganggap keberatan Setya soal status penyelidik dan penyidik
KPK adalah keliru.
5 Oktober 2017

KPK melakukan penyelidikan baru untuk


pengembangan perkara e-KTP, dalam proses
penyelidikan KPK meminta keterangan sejumlah
pihak dan mengumpulkan bukti relevan.
3 November 2017

KPK mengantarkan surat perintah dimulainya


penyidikan ke rumah Setya Novanto di Jalan
Wijaya 13, Melawai, Kebayoran Baru.
10 November 2017

KPK kembali menetapkan Setya Novanto menjadi


tersangka e-KTP. Pengumuman penetapan tersebut
disampaikan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang di
Gedung KPK di kawasan Kuningan Jakarta.
15 November 2017
KPK menjemput paksa Setya Novanto karena sudah tiga kali mangkir
saat dipanggil KPK untuk dimintai keterangan.

16 November 2017
Setya Novanto dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau setelah
mobil yang dia tumpangi mengalami kecelakaan tunggal di daerah
Permata Hijau, Jakarta Barat.

17 November 2017
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK menahan Setya Novanto sebagai
tersangka e-KTP. Namun, karena sakit, Setya dibantarkan di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

20 November 2017
Setya Novanto menjalani pemeriksaan perdana selaku tersangka dan
tahanan kasus dugaan korupsi e-KTP di Gedung KPK, usai dijemput
dari RSCM.
8 Desember 2017
5 Desember 2017 13 Desember 2017
Sidang lanjutan dilakukan dengan
KPK menyatakan berkas agenda mendengarkan jawaban dari
perkara P21 lengkap untuk KPK & penyerahan barang bukti surat Sidang Putuasan Pra-Peradilan
dilimpahkan ke Pengadilan serta mendengarkan keterangan saksi
Tindak Pidana Korupsi. dari pihak Setya

Sidang perdana pra- Sidang lanjutan pra-


peradilan digelar di peradilan dengan agenda
Pengadilan Negeri Jakarta mendengarkan keterangan
Selatan. saksi di PN Jaksel

7 Desember 2017 11 Desember 2017

Sumber :
https://nasional.tempo.co/read/1082547/setya-novanto-hadapi-sidang-vonis-berikut-kronologi-kasusnya\
Bukti Keterlibatan Setya Novanto
dalam Korupsi E-KTP

1. Andi Narogong memberikan keterangan bahwa dirinya telah


memberikan jam tangan merk Richard Mille seharga USD 135 ribu
atau Rp 1,3 milyar dari sebuah butik di Beverly Hills kepada Setya
Novanto. Pemberian jam tangan itu sebagai ucapan terima kasih atas
lolosnya anggaran mega proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 Triliun.
2. Berita acara pemeriksaan dari beberapa saksi yang pemeriksaannya
jauh sebelum penetapan tersangka. Setelah ditetapkan tersangka,
terungkap dari keterangan 81 saksi, 10 saksi ahli, dan 3 saksi A De
Charge dalam fakta persidangan.
3. Setya N disebut meminta pengusaha yang mengerjakan proyek e-KTP
untuk memberikan komisi sebesar 5% untuk para anggota DPR di
Komisi II.
Bukti Keterlibatan Setya Novanto
dalam Korupsi E-KTP

4. Jaksa Wawan menjelaskan bahwa Setya N menerima fee atau komisi sebesar
USD 7,3 juta untuk memuluskan pembahasan anggaran e-KTP di DPR.
Penerimaan hasil korupsi tersebut diterima dari Johannes Marliem selaku
Direktur PT. Biomorf Lone sebagai penyedia AFIS merk L-1. Perinciannya
sebagai berikut :
• Sebesar USD 3,8 juta dari Made Oka Masagung
• Sebesar USD 3,5 juta dari Irvanto Hendra Pambudi Cahyo
5. Setya N dan Andi Narogong disebut telah menerima keuntungan dalam
proyek e-KTP ini sebesar Rp 574,2 milyar.
6. Barang bukti berasal dari Biro Penyelidik Federal (FBI) Amerika Serikat
yang didapatkan melalui kerjasama salah satunya adalah indikasi aliran dana
pada sejumlah pejabat di Indonesia yang mengacu Pasal 12 Ayat 1 huruf H
UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK. Kerjasama ini melibatkan Direktur
Biomorf Lone LLC, Johannes Marliem sebagai saksi kuncinya.
Bukti Keterlibatan Setya Novanto
dalam Korupsi E-KTP

7. Penyidik KPK menggeledah kediaman Setya N di JL. Wijaya


Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka membawa 3 tas
jinjing berukuran besar, 1 koper, dan 1 set alat elektronik
diduga sebagai barang bukti terkait kasus e-KTP. Selain itu,
mereka juga memeriksa kamera CCTV di pos keamanan. Total
keseluruhan KPK mengumpulkan 193 bukti berupa bukti
komunikasi yang diserahkan ke Majelis Hakim di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan antara lain :
Foto di dalam telepon seluler
Laptop
Surat elektronik yang sudah dibukukan dalam bentuk CD
maupun flashdisk
Bukti Keterlibatan Setya Novanto
dalam Korupsi E-KTP

8. Terdapat 41 barang bukti yang dibawa dipersidangan tetapi ada beberapa


dokumen yang sifatnya sangat rahasia. Dokumen ini berkaitan dengan
KPK, Polri, dan BPK. Terdapat 4 yang ditanyakan oleh Biro Hukum
KPK :
a) Bukti laporan BPK pada 23 Desember 2013 tentang hasil pemeriksaan
kinerja penindakan tahun 2009 – 2011 pada KPK
b) Surat KPK tentang usul pemberhentian penyidik KPK Ambarita dari
Instansi Polri
c) Surat Salinan Putusan Kepala Polri tentang pemberhentian dengan hormat
Ambarita dari Dinas Polri
d) Laporan BPK tentang laporan hasil pemeriksaan keuangan KPK yang
khusus pada pertanggungjawaban pengendalian keuangan di internal KPK
SETYA NOVANTO DIHUKUM 16 TAHUN,
DENDA RP 500 JUTA,
DICABUT HAK POLITIK 5 TAHUN

Atas perbuatannya, Setya N dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 Subsider Pasal 3 UU No. 31 Tahun
1999 sebagaimana diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi Juncto
Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.
Hakim pengadilan tindak pidana korupsi (Tipikor) menyatakan Setya Novanto terbukti bersalah
dalam kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara lebih dari Rp2,3 triliun. Mantan Ketua DPR dan
Ketua Umum Golkar itu dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda Rp 500 juta, dan dicabut hak
politiknya selama lima tahun.
Hukuman penjara yang dijatuhkan, sedikit lebih ringan dibandingkan tuntutan yang diajukan
jaksa penuntut umum, yaitu penjara 16 tahun. Uang pengganti yang harus dibayarkan, US$7,3 juta
dalam kurs terbaru setara dengan lebih dari 101 miliar
Setya Novanto kemudian berunding Novanto mengaku bertemu sejumlah
dengan pengacaranya yang dipimpin pengusaha terkait E-KTP, termasuk
Maqdir Ismail. Menurut Firman, vonis Narogong dan Marliem yang kemudian
terhadap kliennya didasarkan pada tewas di Amerika. Novanto mengatakan
sejumlah pertimbangan yang tidak tepat. bahwa ia telah mengembalikan uang sebesar
5 miliar ke KPK sebagai tangung jawab atas
Karenanya Setnov, panggilan populer perbuatan keponakannya yaitu Irvanto
mantan politikus ini, memilik dasar Hendra Pambudi, yang menerima uang Rp5
yang kuat untuk mengajukan banding. miliar dari Andi Narogong dan sebagian
diserahkan kepada sejumlah anggota Komisi
II DPR.

Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43876177
5 PERAN
SETYA NOVANTO
DALAM KASUS E-KTP

Jaksa KPK, Mufti Nur Irawan, mengatakan telah memiliki bukti


beberapa pertemuan lain yang melibatkan Setya Novanto dalam
pembahasan proyek e-KTP. KPK juga memiliki bukti bahwa Ketua DPR
ini berupaya menghapus fakta dengan meminta sejumlah saksi
merahasiakan informasi. Berikut ini dugaan keterlibatan Setya Novanto
dalam kasus korupsi E-KTP berdasarkan sejumlah keterangan.
3. PERTEMUAN
1. MENERIMA 2. PENENTU
PEMBAHASAN
DUIT PROYEK
PROYEK

4. PERUSAHAAN 5. MENGABURKAN
KONGSI FAKTA
FAKTA TERBARU, ADA BUKTI REKAMAN SETYA NOVANTO
SIAPKAN RP 20 MILIAR JIKA BERURUSAN DENGAN KPK

Fakta baru terungkap dalam persidangan terdakwa Setya Novanto di pengadilan


Tipikor Jakarta. Jaksa KPK memutar rekaman percakapan dalam persidangan untuk
terdakwa Setya Novanto di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis
(22/2/2018).
Jaksa memutar rekaman percakapan antara Johannes Marliem (pengusaha dari
perusahaan Biomorf), pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, dan Setya
Novanto. Rekaman itu diambil saat ketiganya menikmati sarapan pagi.
Novanto khawatir peran Andi Narogong dalam kasus itu terungkap. Salah satu
sebabnya adalah Andi yang mengendalikan semua peserta lelang dalam proyek tersebut.
Berikut kata-kata Novanto dalam rekaman tersebut:

"Itu lawannya Andi, Andi juga. PNRI dia juga, itu dia juga.
Waduh, Gue bilangin kali ini jangan sampai kebobolan, nama
gue dipakai ke sana sini".

"Ongkos gue entar lebih mahal lagi. Giliran gue


dikejar ama KPK, ongkos gue 20 miliar. Kalau gue dikejar
sama KPK, ongkos gue 20 miliar".

Jaksa KPK sempat mengonfirmasi kata-kata Novanto dalam rekaman itu kepada Andi yang dihadirkan
sebagai saksi. Jaksa bahkan menduga ada tindak pidana lain yang sedang direncanakan oleh ketiganya.
Andi mengaku tidak mengetahui maksud pembicaraan Novanto tersebut. Namun, ia menduga Rp 20 miliar
itu memaksudkan biaya membayar fee pengacara.
Novanto Juga
Kendalikan BPK

Jaksa memutar rekaman percakapan antara Direktur Utama PT Quadra Solution


Anang Sugiana Sudihardjo dan Johannes Marliem, pengusaha dari perusahaan
Biomorf. Dari rekaman itu, muncul dugaan upaya pengkondisian kasus korupsi
pengadaan e-KTP lewat anggota Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK).

Anda mungkin juga menyukai