Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yusnani Jayanti

Nim : 19110063
Semester : VI (enam) Sore
Mata Kuliah : Hukum Perbankan
Fak./Jur : Hukum/ Ilmu Hukum
Nama Dosen : Yochi Ayunita, SH., MM., MH.

RESUME HUKUM PERBAKAN

KREDIT FIKTIF

A. PENGERTIAN KREDIT DAN KREDIT FIKTIF

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan


bahwa pengertian kredit adalah:
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman uang dengan
pembayaran pengembalian secara mengangsur. Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan
yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli
produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan.

Kredit dapat dikatakan fiktif apabila debitur yang tercatat sebagai


peminjam kredit tidak ada atau bisa juga jaminan yang diajukan dalam
peminjaman kredit tidak sesuai dengan perjanjian kredit, kredit fiktif juga diartikan
sebagai tindakan memalsukan data-data.

Kredit Fiktif merupakan suatu tindakan kecurangan (fraud) pada bidang


kredit yang dilakukan oleh pihak intern (pegawai) bank dengan cara melakukan
kolusi dengan nasabah pemohon kredit. Dalam kredit fiktif berkas yang
diajukan ada akan tetapi nasabahnya tidak ada, hal ini dikarenakan pemohon
kredit menggunakan identitas palsu atau identitas milik nasabah bank lain. Atas
dasar itu nasabah bank tentunya sangat dirugikan baik dalam bentuk materiil
maupun imateriil. Tujuan dari penulisan jurnal ilmiah ini adalah untuk lebih
mengetahui mengenai tanggungjawab bank terhadap nasabah bank yang
identitasnya dipakai tanpa izin dalam kredit fiktif. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundang-
undang dan pendekatan kasus, bahan hukum yang digunakan adalah bahan
hukum primer dan sekunder dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan Pasal 1365 dan 1367 KUHPerdata bank
wajib bertanggungjawab dalam bentuk ganti rugi kepada nasabah bank.

Kredit fiktif bisa terjadi karena adanya kolusi yang dilakukan oleh pihak
intern (pegawai bank) dengan nasabah pemohon kredit dengan cara
memalsukan data-data dari nasabah pemohon kredit seperti memalsukan
indentitas diri dengan menggunakan kartu tanda pengenal palsu atau
menggunakan kartu tanda pengenal nasabah bank lain tanpa sepengetahuan dari
nasabah bank yang bersangkutan. Pada awalnya memang tidak akan ada yang
tau bahwa kredit tersebut adalah fiktif, akan tetapi apabila kredit tersebut macet
maka baru akan disadari bahwa kredit tersebut adalah kredit fiktif.
Adapun pihak yang sangat dirugikan dalam hal ini adalah nasabah bank
yang kartu tanda pengenalnya digunakan tanpa izin dalam kredit fiktif, nasabah
bank dirugikan baik secara materiil maupun imateriil. Dengan adanya kasus
kredit fiktif menandakan bahwa bank kurang memberikan pengawasan dalam
pemberian kredit dan prinsip kehati-hatian (prudential principle banking) tidak
diterapkan dengan baik. Seperti yang diketahui prinsip kehati- hatian
(prudential principle banking) merupakan prinsip yang sangat penting dan
wajib dilaksanakan oleh bank, tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian
(prudential principle banking) tidak lain agar bank selalu dalam keadaan sehat,
dengan kata lain agar selalu dalam keadaan likuid dan solvent.

B. CONTOH KASUS

1. Modus Kredit Fiktif BSM Bogor Hampir Sempurna: Ini Peran Ketujuh
Tersangka Pembobol Rp 102 M

Mobil mewah Mercedes Benz E 300 putih dan Mercedes Benz SLK 300 kuning
serta belasan kendaraan lainnya disita oleh Tim Penyidik Direktorat Tindak
Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, Jakarta.
Rabu (23/10/2013). Belasan kendaraan mewah disita dari tiga tersangka kasus
dugaan kredit fiktif perbankan di Bank Syariah Mandiri Bogor. (Warta
Kota/Alex Suban)

Kepolisian sudah menetapkan tujuh orang tersangka dalam kasus kredit fiktif
Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Bogor. Peran dan modus para tersangka
membobol uang bank melalui pembiayaan Al Murabahah pun semakin jelas.

Sindikat kejahatan perbankan ini disebutkan hampir sempurna. Selain


melibatkan orang dalam, juga melibatkan pihak eksternal sehingga bisa secara
mudah kredit bisa dicairkan.

Dari sisi debitur ada tiga tersangka, Iyan Permana, Henhen Gunawan, dan Rizky
Ardiansyah masing-masing mengajukan 150 nasabah, 21 nasabah, dan 26
nasabah, sehingga total kredit yang diajukan ada 197 nasabah.

Dari 197 nasabah yang diajukan kredit , 113 kredit fiktif diajukan Iyan
Permana, kemudian Henhen mengajukan 20 kredit fiktif, dan Rizky mengajukan
20 kredit . Sehingga total kredit fiktif sebanyak 153 nasabah.

Tiga debitur tersebut melengkapi persyaratan kredit fiktif bermacam-macam.


Seperti yang dilakukan Henhen, sebagai seorang pengusaha dirinya
menggunakan KTP karyawannya tanpa sepengetahuan si pemilik identitas.

Kemudian Rizky yang berprofesi sebagai seorang dokter meminjam KTP


tetangganya . Sementara Iyan meminjam akta tanah seseorang kemudian difoto
kopi.
"Ada dua sertifikat tanah kemudian dibuat 14, padahal perumahannya tidak
ada," kata Kepala Sub Direktorat Tindak Pidana Perbankan AKBP Umar Sahid
di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (7/11/2013).

Setelah para debitur melengkapi persyaratannya, kemudian masuk lah ke tangan


Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John Lopulisa. Pengajuan
197 kredit tersebut dimaksudkan supaya kredit bisa disetujui hanya setingkat
Kepala Cabang saja.

"Kan ada batasan-batasan pengajuan kredit , bila nilainya sekian maka


kewenangannya cukup sampai Kepala Cabang," ujar Direktur Tindak Pidana
Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Arief Sulistyanto.

Mobil mewah Mercedes Benz E 300 putih dan Mercedes Benz SLK 300 kuning
serta belasan kendaraan lainnya disita oleh Tim Penyidik Direktorat Tindak
Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, Jakarta.
Rabu (23/10/2013). Belasan kendaraan mewah disita dari tiga tersangka kasus
dugaan kredit fiktif perbankan di Bank Syariah Mandiri Bogor. (Warta
Kota/Alex Suban)

John sebagai Account Officer yang memang sudah mengetahui data-data fiktif
tersebut tidak melakukan pengecekan lapangan sehingga kredit yang diajukan
bisa dengan mudah di kabulkan Kepala Cabang Pembantu BSM Bogor Chaerulli
Hermawan, begitu pula dengan persetujan dari Kepala Cabang Utama BSM
Bogor Agustinus Masrie yang memang sudah bersekongkol.

Kemudian 197 kredit tersebut dibawa kepada Sri Dewi selaku notaris yang
membuat akta akad kredit . Tanpa dihadiri pihak debitur dan serifikat tanah
hanya berupa fotocopy dengan mudah perikatan kredit antara debitur dan pihak
bank dibuat.

"Debitur hanya diwakili tersangka Iyan dan sertifikat tanah yang difotocopy
pun fiktif," ujar Arief.

Kredit yang diajukan Rizky cair sebesar Rp 12,2 miliar. Sementara kredit yang
diajukan Henhen cair Rp 12,24 miliar, sisanya cair untuk kredit yang diajukan
Iyan. Total kredit a yang dicairkan seluruhnya Rp 102 miliar dan sudah
dikembalikan ke pihak bank Rp 59 miliar. Sehingga masih ada sekitar Rp 43
miliar yang belum masuk ke bank saat ini.

Polisi saat ini menetapkan tujuh dalam kasus kredit fiktif BSM, tersangka
masing-masing Kepala Cabang Utama Bank Syariah Mandiri Bogor M
Agustinus Masrie, Kepala Cabang Pembantu Bank Syariah Mandiri Bogor
Chaerulli Hermawan, Accaounting Officer Bank Syariah Mandiri Bogor John
Lopulisa, serta tiga debitur atas nama Iyan Permana, Henhen Gunawan, Rizki
Ardiansyah, dan seorang notaris Sri Dewi.
Enam tersangka tersebut dijerat dengan pasal 63 Undang-undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta pasal 3 dan pasal 5 Undang-
undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Khusus untuk Sri Dewi selain dikenakan pasal diatas, ia pun dijerat dengan
pasal 264 ayat 1 KUHP tentang pemalsuan surat autentik dengan ancaman
hukuman delapan tahun penjara. [7]

Anda mungkin juga menyukai