Anda di halaman 1dari 5

https://finance.detik.

com/berita-ekonomi-bisnis/d-6588439/7-bank-jadi-korban-kredit-macet-
perusahaan-rambut-palsu

UANG DIALOKASI UTK KEGIATAN LAIN

7 Bank Jadi Korban Kredit Macet Perusahaan Rambut Palsu


Shafira Cendra Arini – detikFinance

Sabtu, 25 Feb 2023 11:45WIB

Jakarta - Kasus kredit macet PT Hair Star Indonesia (PT HSI), perusahaan rambut palsu
yang sahamnya pernah dimiliki oleh Konglomerat Susilo Wonowidjojo melalui PT Hari
Mahardika Utama (PT HMU) ternyata melibatkan banyak bank nasional. Berdasarkan
salinan putusan Pengadilan Niaga Surabaya No.57/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN.Niaga.Sby
tertanggal 27 September 2021, tercatat ada 7 bank yang menjadi korban.

Dalam putusan tersebut yang ditandatangani Ketua Majelis Hakim PN Surabaya, Khusaini
SH, MH disebutkan bahwa ketujuh bank tersebut merupakan kreditur separatis yang
mewakili total 145.550 suara dan bersama-sama menyatakan setuju untuk perpanjangan
jangka waktu Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Namun,
terdapat 11 kreditur konkuren yang mewakili 14.560 suara yang menyatakan tidak setuju.
Atas dasar itu majelis hakim memutuskan PT HSI pailit.

Kepailitan PT HSI tersebut terjadi setelah PT HMU milik Susilo Wonowidjojo melepas 50%
sahamnya kepada Hadi Kristanto Niti Santoso pada tanggal 17 Mei 2021. Pada bulan Juni
2021, sebulan setelah HMU keluar dari PT HSI, CV Duta Prima dan CV Kurnia Jaya dengan
hanya memiliki nilai tagihan sebesar + Rp 4 Miliar bersama-sama mengajukan PKPU PT
HSI di Pengadilan Niaga Surabaya yang akhirnya berujung pailit.

Pada saat pailit terjadi, 100% kepemilikan saham PT HSI sudah dikuasai oleh keluarga Niti
Santoso. Selain Hadi Kristanto Niti Santoso yang membeli 50% saham PT HSI dari PT
HMU, keluarga ini juga menguasai 50% saham PT HSI melalui PT Surya Multi Flora.

Sebelumnya, kuasa hukum Bank OCBC NISP Hasbi Setiawan mengungkapkan, PT HSI
tidak pernah menyampaikan informasi terkait perubahan kepemilikan saham di perusahaan
sebelum proses PKPU terjadi. Padahal sesuai perjanjian kredit antara Bank OCBC NISP
dengan PT HSI disebutkan bahwa, debitur harus memberitahukan dan mendapatkan
persetujuan dari Bank.

"Banyak kesepakatan yang tercantum dalam perjanjian kredit dilanggar oleh PT HSI.
Termasuk penyampaian dokumen laporan keuangan yang tidak sesuai fakta aslinya. Bank
tidak mungkin memperpanjang kredit ke PT HSI jika laporan keuangannya tidak sehat atau
berpotensi mengalami pailit seperti ini," jelas Hasbi usai saat sidang perdana gugatan
perdata Bank OCBC NISP kepada PT HSI dan tergugat lainnya di Pengadilan Negeri
Sidoarjo Selasa (7/2).

Pengamat Hukum Bisnis dari Universitas Sebelas Maret Solo (UNS) Yudho Taruno
Muryanto menyatakan, putusan pailit PT HSI ini merugikan bank-bank yang bertindak
sebagai krediturnya. Ini merusak kepercayaan bank dalam memberikan kredit sesuai
dengan prinsip 5C yang menjadi syarat pemberian kredit kepada debitur. Apalagi kasus ini
melibatkan nama besar dari perusahaan yang terafiliasi dengan salah satu pemilik grup
usaha besar di Indonesia.

"Bagi bank, prinsip 5C adalah dasar penilaian dalam memberikan kredit. Di kasus kredit
macet PT HSI ini telah merusak unsur C yang paling pertama: Character, yakni terkait siapa
pengelola dan pemilik usaha si debitur. Bank mempertimbangkan memberikan kredit melihat
dari siapa pemilik perusahaan debitur. Sedangkan unsur collateral atau jaminan biasanya
menjadi hal terakhir yang menjadi pertimbangan bank asalkan keempat C lainnya sudah
terpenuhi. Bank berharap debitur bisa menyelesaikan kewajibannya untuk membayar
hutangnya, dengan demikian keberlanjutan usaha debitur bisa dijalankan," ujar Yudho.

Yudho juga menilai jika proses PKPU PT HSI yang terjadi setelah PT HMU menjual
sahamnya adalah tidak biasa. Apalagi keluarnya PT HMU dari PT HSI dilakukan tanpa
sepengetahuan dari bank pemberi kredit. Sementara dalam setiap perjanjian dengan bank,
PT HSI wajib menyampaikan informasi mengenai rencana ataupun perubahan pemegang
saham perseroan.

"Perlu ditelisik apakah pengalihan saham itu memberikan keuntungan untuk perusahaan,
atau untuk menghindar dari kewajiban," ucapnya.

Menurutnya, penjualan saham PT HSI oleh PT HMU menjelang permohonan PKPU yang
akhirnya berujung pailit itu berdampak besar terhadap tanggungjawab pengurus perseroan
dan pemegang saham lama pada kewajiban PT HSI. Dengan kewajiban kredit kepada 7
bank yang lebih dari Rp 1 triliun, tentu pembeli 50% saham PT HMU adalah orang yang luar
biasa.

(fdl/fdl)
https://news.detik.com/berita/d-6559065/bareskrim-periksa-ocbc-nisp-soal-dugaan-kredit-macet-
bos-gudang-garam

Bareskrim Periksa OCBC NISP soal Dugaan Kredit Macet Bos


Gudang Garam
Azhar Bagas Ramadhan – detikNews

Rabu, 08 Feb 2023 20:54 WIB

Jakarta - Pihak PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) diperiksa penyidik Dittipideksus Bareskrim
Polri terkait laporannya terhadap pemegang saham PT Hair Star Indonesia (HSI) dan
menyangkut nama bos besar PT Gudang Garam Tbk, Susilo Wonowidjojo. Laporan ini
terkait dugaan pidana kredit macet senilai Rp 232 miliar.

"Iya kita sudah memenuhi undangan dari pihak Bareskrim terkait dengan permintaan
klarifikasi kepada Bank OCBC NISP atas dasar laporan yang telah kami sampaikan tanggal
9 Januari 2023," kata kuasa hukum Bank OCBC NISP Hasbi Setiawan di gedung Bareskrim
Polri, Rabu (8/2/2023).

"Nominal yang kami pinjamkan adalah Rp 232 miliar," imbuhnya.

"Jadi pada saat perpanjangan dan pencairan kredit itu tidak ada sedikit pun perubahan
pemegang saham dan pengurus dari perusahaan Hair Star Indonesia. Lalu pada Mei 2021
ternyata ada perubahan pemegang saham," katanya.

Lebih lanjut, Hasbi menyebut pihaknya telah menyerahkan barang bukti kepada penyidik. Di
antaranya perjanjian kredit dan laporan keuangan.

"Antara lain perjanjian kredit dan laporan keuangan yang kami rasa tidak ada indikasi bahwa
perusahaan ini tidak sehat keuangannya," ujarnya.

"Maka dari itu kami melihat ada dugaan aliran dana ini ada indikasi pencucian uang,"
tambahnya.

"Terkait dugaan tindak pidana pemalsuan dan atau pemalsuan surat dan atau penipuan dan
atau tindak pidana pencucian uang," kata Ramadhan.

"Dalam proses, PT HSI mendapatkan fasilitas kredit dari PT Bank OCBC NISP yang diduga
ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan PT HSI guna mendapatkan fasilitas kredit,"
tambahnya.

(azh/maa)

https://news.detik.com/berita/d-6437217/tersangka-dan-bukti-kasus-korupsi-kredit-bpd-
jateng-diserahkan-ke-kejagung
UANG DIALOKASI UTK AKTIVITAS OPERASIONAL LAIN

Tersangka dan Bukti Kasus Korupsi Kredit BPD Jateng Diserahkan


ke Kejagung
Karin Nur Secha – detikNews

Kamis, 01 Des 2022 15:34 WIB

Jakarta - Polisi menahan tiga tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi pemberian
kredit proyek Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah cabang Jakarta tahun 2017-
2019. Kini berkas kasus sudah lengkap, tersangka serta barang bukti diserahkan ke
Kejaksaan Agung (Kejagung). Ketiga tersangka kasus kredit BPBD Jateng adalah Dirut PT
Samco Indonesia Boni Marsapatubiono, Dirut PT Mega Daya Survey Indonesia Welly
Bordus Bambang, dan Direktur PT Mega Daya Survey Indonesia Giki Argadiraksa. Badan
Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menyatakan berkas ketiganya telah lengkap. Hari ini,
polisi menyerahkan tiga tersangka dan barang bukti kepada jaksa penuntut umum.

"Terhadap ketiga tersangka (tersangka Boni Marsapatubiono, tersangka Welly Bordus


Bambang, dan tersangka Giki Argadiraksa) pada tanggal 1 Desember 2022 telah dilakukan
penyerahan tahap 2 (penyerahan tersangka dan barang bukti) kepada jaksa penuntut umum
Kejaksaan Agung RI di Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan untuk dilakukan proses hukum
selanjutnya," ujar Direktur Tindak Pidana Korupsi (Dirtipidkor) Bareskrim Polri Brigjen
Cahyono Wibowo dalam keterangannya, Kamis (1/12/2022).

2 Orang Tersangka Korupsi Bank Jateng Cabang Jakarta, Negara Rugi Rp 482 M
Ketiganya dipersangkakan Pasal 2 dan/atau Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat (1)
ke 1 KUHP.

Sempat DPO Bareskrim Polri, Giki Argadiraksa, ditangkap oleh jajaran PJR Polda Metro
Jaya di Km 39 Tol JORR. Penyidik kini telah melakukan penahanan terhadap Giki.
"Selanjutnya terhadap tersangka Giki Argadiraksa telah dilakukan penahanan di Rutan
Cabang Bareskrim Polri," ujar Dirtipidkor Bareskrim Polri Brigjen Cahyono Wibowo dalam
keterangannya, Jumat (25/11).

Giki diketahui terjerat kasus dugaan korupsi terkait pemberian kredit proyek di Bank Jateng
Cabang Jakarta pada Tahun 2018 sampai dengan 2019. Giki menjabat Direktur Keuangan
PT Mega Daya Survey Indonesia. Giki ditahan selama 20 hari ke depan terhitung sejak
Jumat hari ini. Selain itu, polisi menahan tersangka lain Dirut PT Mega Daya Survey
Indonesia Welly Bordus Bambang.

"Di mana keduanya merupakan pengembangan dari tersangka Bina Marjani," ucapnya.
"Saat ini penyidik masih mendalami perkara TPPU atas perkara a quo," sambungnya.
(ain/dnu)

https://news.detik.com/berita/d-6341207/dirut-ungkap-penyebab-kredit-macet-di-bank-banten
Dirut Ungkap Penyebab Kredit Macet di Bank Banten
Bahtiar Rifa'i – detikNews

Selasa, 11 Okt 2022 12:19 WIB

Serang - Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin mengungkapkan bahwa masalah
kredit macet di Bank Banten terjadi saat masa transisi Bank Pundi ke Bank Banten. Agus
mengatakan penyelesaian kredit bermasalah perlu langkah hukum dengan pemberian Surat
Kuasa Khusus (SKK) ke penegak hukum agar para debitur membayar kredit.
"Kredit-kredit bermasalah yang sedang kita SKK ke Kejati Banten ini merupakan kredit-kredit
masa transisi, yaitu di mana dari Bank Pundi kemudian menjadi Bank Banten," kata Agus
kepada wartawan di Serang, Selasa (11/10/2022).

Bank Pundi waktu itu adalah segmen pasar mikro. Namun, kemudian berubah menjadi Bank
Banten yang segmentasinya adalah kredit investasi dan modal kerja untuk perusahaan.
"Mungkin saat itu manajemen masa transisi tersebut berharap pertumbuhan kredit bisa
cepat tumbuh namun infrastruktur belum memadai," ujarnya.

Agus menambahkan bahwa masalah itu kemudian dipetakan oleh Bank Banten guna
penguatan tata kelola perusahaan soal kemampuan analisis kredit. Untuk menghindari
masalah kredit, kata Agus, pihaknya menerapkan four eyes principle atau keputusan
pembiayaan melibatkan sinergi antara unit bisnis yang bertanggung jawab.

"Kredit harus berdasarkan analisa akurat yang memenuhi kriteria perbankan secara umum,"
tegasnya. Akibat kredit bermasalah ini juga, sebut Agus, Bank Banten memperbaiki SDM
internal. Dia menambahkan bahwa penyelesaian kredit macet itu juga salah satu upaya agar
bank ini kembali dipercaya masyarakat. "Insyaallah Bank Banten bisa kembali bangkit bisa
berkualitas," ujarnya.

Masalah kredit macet di Bank Banten saat ini ditangani dengan pemberian SKK Bank
Banten ke Kejati Banten. Pada Senin (10/10) kemarin, ada upaya pengembalian Rp 9,4
miliar dilakukan oleh perusahaan arunsi dari tagihan total Rp 58,3 miliar.

Upaya penyelesaian kredit ini juga dilakukan kepada 43 SKK untuk para debitur yang
kreditnya macet senilai Rp 199,5 miliar. Mereka diberi tenggat agar membayar pada akhir
Oktober.

"Terhadap SKK, dua minggu ini tim jaksa pengacara negara memanggil debitur baik kredit
investasi dan modal kerja dan telah diperoleh kesepakatan bahwa para debitur akan
melakukan pembayaran paling akhir Oktober 2022," kata Kajati Banten Leonard Eben Ezer
Simanjuntak.

Jika mereka tidak membayar, Kajati menyampaikan bahwa aset jaminan di bank akan
dilelang. Hasil lelang itu digunakan untuk membayar kredit bermasalah itu. "Jumlah jaminan
untuk hak tanggungan tadi ada 65 sertifikat hak milik dengan nilai diperkirakan sekitar 60,9
miliar," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai