Anda di halaman 1dari 9

Analisis Vertikal, Horizontal dan Rasio PT Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. (DVLA) adalah salah satu perusahaan industri


farmasi terkemuka di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1976. Secara garis
besar, DVLA memiliki tiga lini bisnis utama yaitu consumer health, prescription
products, dan toll manufacturing and international business.

Beberapa produk yang dihasilkan oleh DVLA telah dikenal dan banyak digunakan
oleh masyarakat, antara lain Enervon-C, Natur-E, Decolgen, Neozep Forte, dan
Biogesic. Untuk lini bisnis toll manufacturing and international business, DVLA telah
dipercaya oleh mitra bisnis lokal dan asing untuk melakukan transfer teknologi, uji
coba lab dan pilot, studi stabilitas, pengadaan bahan baku dan kemasan, dan produksi
komersial barang jadi yang berkualitas untuk pasar domestik dan internasional. Dalam
menjalankan bisnis toll manufacturing, DVLA menjalin kerja sama dengan PT
Medifarma Laboratories.

Sampai dengan saat ini, DVLA memiliki dua fasilitas pabrik yang berlokasi di Gunung
Putri dan Citeureup. Kedua pabrik tersebut telah memenuhi standar internasional Cara
pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang sesuai dengan The Pharmaceutical Inspection
Co-operation Scheme (PIC/S) dan standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).

Pabrik Gunung Putri menjadi pusat produksi produk kapsul gelatin lunak,
produk sediaan cair, plester obat, salep, dan krim. Pabrik ini telah
menerapkan Integrated Management System dan Halal Assurance System untuk
seluruh fasilitas pabrik dan memperoleh sertifikasi untuk ISO 90001, ISO 14001, ISO
22000, dan ISO 45001.

Sementara itu, Pabrik Citeureup memiliki spesialisasi dalam menghasilkan


produk injeksi steril dan sediaan padat dalam bentuk tablet dan kapsul. Pabrik
Citeureup juga telah menerapkan Integrated Management System, Halal Assurance
System, Monitoring Utility System, dan Continuous Particle Monitoring System serta
telah memperoleh sertifikasi untuk ISO 9001:2015, ISO14001:2015, dan OHSAS
18001:2007.

DVLA secara resmi mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran
Umum Perdana pada bulan November 1994. Per tanggal 31 Desember 2020, 92,13%
saham DVLA dimiliki oleh Blue Sphere Singapore Pte. Ltd, afiliasi dari United
Laboratories Inc., sementara sisanya sebesar 7,87% dimiliki oleh publik.
Pembahasan mengenai analisis atas Laporan Keuangan DVLA akan disajikan ke dalam
tiga bagian yaitu:

1. Analisis vertikal atas Laporan Keuangan DVLA tahun 2019 dan 2020;
2. Analisis horizontal atas Laporan Keuangan DVLA tahun 2019 dan 2020;
3. Analisis rasio atas Laporan Keuangan DVLA tahun 2019 dan 2020

Pemilihan tahun 2019 dan 2020 sebagai periode analisis bertujuan untuk mengetahui
dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja perusahaan di dalam negeri. Sementara
itu, DVLA dipilih sebagai objek analisis didasarkan pada pertimbangan bahwa sektor
farmasi dan kesehatan diproyeksikan menjadi salah satu sektor bisnis yang berpotensi
mengalami pertumbuhan tinggi setelah pandemi Covid-19 dan DVLA merupakan
salah satu leading company di sektor farmasi.

Hasil Analisis Vertikal


Analisis vertikal atas Laporan Keuangan DVLA mencakup analisis atas Laporan Laba
Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain, Laporan Posisi Keuangan, dan Laporan Arus
Kas DVLA untuk tahun 2019 dan 2020. Dalam melakukan analisis vertikal atas setiap
jenis Laporan Keuangan, akun atau komponen yang menjadi basis atau dasar
penghitungan yaitu:

1. pendapatan neto untuk Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif


Lain;
2. total aset untuk Laporan Posisi Keuangan; dan
3. arus kas neto untuk masing-masing aktivitas untuk Laporan Arus Kas.
Hasil analisis vertikal atas Laporan Keuangan DVLA disajikan di dalam Lampiran 1
untuk Laporan Laba Rugi dan Komprehensif Lain, Lampiran 2 untuk Laporan Posisi
Keuangan, dan Lampiran 3 untuk Laporan Arus Kas. Berdasarkan hasil analisis vertikal
tersebut, terdapat beberapa informasi penting yang dapat diperoleh yaitu sebagai
berikut.

 Di dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain,


komponen beban pokok pendapatan menjadi komponen beban dengan
nilai terbesar dengan proporsi pada tahun 2019 dan 2021 mencapai
46,31% dan 49,06%. Meskipun mengalami penurunan, persentase laba
bruto terhadap pendapatan neto masih terjaga di atas 50%, yaitu sebesar
53,69% di tahun 2019 dan 50,94% di tahun 2020. Selanjutnya beban
penjualan dan pemasaran dan beban administrasi menjadi komponen
beban dengan nilai terbesar berikutnya dengan proporsi pada tahun 2019
masing-masing sebesar 29,14% dan 8,37% dan meningkat di tahun 2020
masing-masing menjadi sebesar 29,35% dan 10,43%. Meskipun pada
tahun 2019 dan 2020 DVLA masih meraih kinerja positif, persentase laba
bersih terhadap pendapatan neto mengalami penurunan dari 12,23% di
tahun 2019 menjadi sebesar 8,86% di tahun 2020. Sementara itu,
persentase rugi komprehensif lain terhadap pendapatan neto meningkat
menjadi 1,32% di tahun 2020 dibandingkan di tahun 2019 yang hanya
sebesar 0,14%.
 Hasil analisis vertikal atas Laporan Posisi Keuangan menunjukkan DVLA
sebagai Perseroan yang tidak secara dominan bertumpu pada utang untuk
membiayai bisnisnya. Proporsi total utang terhadap total aset hanya
berkisar di angka 28,63% di tahun 2019 dan 33,24% di tahun 2020. Dari
sisi aset, proporsi terbesar merupakan aset dengan kategori lancar yang
didominasi oleh kas dan setara kas, piutang usaha, dan persediaan
masing-masing sebesar 18,53%, 30,09%, dan 18,24% di tahun 2019 dan
13,35%, 35,69%, dan 18,85% di tahun 2020 dari total nilai aset. Sementara
itu, aset tetap menjadi komponen aset tidak lancar dengan proporsi
terbesar yaitu mencapai 21,47% di tahun 2019 dan 21,87% di tahun 2020.
Komponen liabilitas Perseroan mayoritas bersifat jangka pendek yang
sebagian besar berasal dari utang usaha dan beban akrual dengan
persentase terhadap total aset masing-masing senilai 7,79% dan 8,67% di
tahun 2019 dan senilai 6,57% dan 12,65% di tahun 2020. Liabilitas jangka
panjang Perseroan hanya berasal dari liabilitas imbalan kerja jangka
panjang dengan persentase terhadap total aset untuk tahun 2019 sebesar
4,61% dan tahun 2020 sebesar 5,26%. Terakhir, persentase ekuitas
terhadap total aset mengalami penurunan dari 71,37% di tahun 2019
menjadi 66,76% di tahun 2020.
 Penurunan laba bersih Perseroan berimplikasi pada penurunan persentase
arus kas neto dari aktivitas operasi terhadap penerimaan kas dari
pelanggan meskipun arus kas neto dari aktivitas operasi masih
menunjukkan angka yang positif. Di tahun 2019, persentase arus kas neto
dari aktivitas operasi terhadap penerimaan kas dari pelanggan adalah
sebesar 14,87% sementara di tahun 2020 menurun menjadi 6,31%. Hal ini
diakibatkan persentase pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan
terhadap penerimaan kas dari pelanggan yang juga meningkat masing-
masing sebesar 64,37% dan 16,97% di tahun 2019 menjadi sebesar 71,7%
dan 19,28% di tahun 2020. Dari aktivitas investasi, arus kas keluar
mayoritas berasal dari pembelian aset tetap dan properti investasi,
sedangkan dari aktivitas pendanaan, proporsi pembayaran dividen menjadi
penyumbang terbesar arus kas keluar. Secara agregat, di tahun 2019,
Perseroan masih mencatatkan peningkatan kas dan setara kas menjadi
sebesar 12% dari arus kas positif dari aktivitas operasi, berbanding terbalik
dengan kondisi di tahun 2020 yang mengalami penurunan kas dan setara
kas dengan persentase sebesar 69,18% dari arus kas positif dari aktivitas
operasi.
Hasil Analisis Horizontal
Analisis horizontal atas Laporan Keuangan DVLA dilakukan dengan membandingkan
perubahan setiap komponen di dalam Laporan Keuangan tahun 2019 dan 2020. Hasil
analisis horizontal atas Laporan Keuangan DVLA disajikan di dalam Lampiran 1 untuk
Laporan Laba Rugi dan Komprehensif Lain, Lampiran 2 untuk Laporan Posisi
Keuangan, dan Lampiran 3 untuk Laporan Arus Kas. Berdasarkan hasil analisis
horizontal tersebut, terdapat beberapa informasi penting yang dapat diperoleh yaitu
sebagai berikut.

 Di tahun 2020, pendapatan neto Perseroan hanya mampu tumbuh sebesar


0,92% namun beban pokok pendapatan mengalami peningkatan sebesar
6,93%. Kondisi ini menyebabkan laba bruto Perseroan menurun sebesar
4,26% dari Rp973 miliar di tahun 2019 menjadi Rp931 miliar di tahun
2020. Selama tahun 2020, Perseroan juga mengalami peningkatan beban
usaha yang meliputi beban penjualan dan pemasaran dan beban
administrasi masing-masing sebesar 1,65% dan 25,84% dan
mengakibatkan laba usaha mengalami penurunan hingga 28,96%.
Meskipun beban pajak penghasilan berkurang sejalan dengan penurunan
laba Perseroan, secara keseluruhan laba bersih Perseroan menurun sebesar
26,92% dari sebesar Rp221 miliar di tahun 2019 menjadi sebesar Rp162
miliar di tahun 2020. Dari sisi rugi komprehensif lain, terdapat peningkatan
rugi komprehensif lain hingga lebih dari 8 (delapan) kali lipat yang
diakibatkan oleh meningkatnya kerugian pengukuran kembali atas
program imbalan pasti.
 Dari sisi Laporan Posisi Keuangan, total aset Perseroan pada tahun 2020
meningkat sebesar 8,57% yang bersumber dari peningkatan liabilitas dan
ekuitas masing-masing sebesar 26,06% dan 1,55%. Pertambahan aset
Perseroan terutama berasal meningkatnya nilai piutang usaha, persediaan,
aset tetap, dan aset pajak tangguhan, masing-masing sebesar 28,77%,
12,18%, 10,57%, dan 48,36%. Meskipun secara agregat nilai aset
mengalami peningkatan, jumlah kas dan setara kas yang dimiliki oleh
Perseroan per tanggal 31 Desember 2020 justru mengalami penurunan
hingga 21,75%. Dari sisi liabilitas, selain utang usaha yang mengalami
penurunan sebesar 8,4%, seluruh komponen liabilitas mengalami kenaikan
terutama dari sisi beban akrual, utang pajak, liabilitas imbalan kerja
pendek dan jangka panjang, dan liabilitas keuangan. Akibatnya liabilitas
Perseroan pada tahun 2020 meningkat sebesar 26,06% dibandingkan
tahun 2019. Kenaikan juga terjadi di sisi ekuitas, meskipun tipis, sebesar
1,55% pada tahun 2020 menjadi sebesar Rp1,326 triliun. Hal ini
disebabkan oleh laba bersih Perseroan pada tahun 2020 yang mengalami
penurunan dan adanya peningkatan komponen rugi komprehensif lain.
 Selama tahun 2020, arus kas perusahaan juga mengalami penurunan yang
signifikan. Meskipun pendapatan neto perusahaan meningkat, tetapi
penerimaan kas dari pelanggan mengalami penurunan sebesar 7,93%.
Selain itu, terdapat peningkatan arus kas keluar untuk pembayaran kepada
pemasok dan karyawan masing-masing sebesar 2,57% dan 4,62%. Kondisi
tersebut mengakibatkan penurunan tajam arus kas neto dari aktivitas
operasi hingga 60,89% dari sebesar Rp272 miliar di tahun 2019 menjadi
sebesar Rp106 miliar di tahun 2020. Penurunan arus kas neto dari aktivitas
operasi berimbas pada total pengeluaran modal Perseroan dari aktivitas
investasi yang juga turun signifikan sebesar 51,63% yang terutama
disebabkan tidak adanya akuisisi atas properti investasi di tahun 2020.
Meskipun mengalami penurunan arus kas neto dari aktivitas operasi,
Perseroan tetap berkomitmen melakukan pembayaran dividen tahunan
secara rutin dengan jumlah yang ikut meningkat. Secara keseluruhan,
Perseroan memperoleh arus kas negatif sebesar Rp73 miliar, berbanding
terbalik dengan kondisi di tahun 2019 yang menghasilkan arus kas positif
sebesar Rp32 miliar sehingga mengakibatkan penurunan kas dan setara
kas yang dimiliki oleh Perseroan hingga 21,75%.

Hasil Analisis Rasio


Analisis rasio atas Laporan Keuangan DVLA difokuskan pada analisis kredit (risiko) dan
analisis profitabilitas Perseroan pada tahun 2019 dan 2020. Analisis kredit (risiko)
terdiri dari analisis atas likuiditas dan analisis atas struktur modal dan solvabilitas.
Sementara itu, analisis profitabilitas dilakukan dengan menganalisis tingkat
pengembalian atas investasi, kinerja operasi, dan pemanfaatan aset. Hasil analisis atas
beberapa rasio penting ditunjukkan dalam Tabel 1.

Rasio 2019 2020

1. Credit (Risk) Analysis    

a. Liquidity    

1) Current ratio         2,91         2,52

2) Quick ratio         2,06         1,78


3) Collection period     109,32     139,50

4) Days to sell inventory     143,13     150,15

b. Capital Structure and Solvency    

1) Total debt to equity         0,40         0,50

2) Long-term debt to equity         0,06         0,08

3) Times interest earned             –    2.724,73

2. Profitability Analysis    

a. Return on Investment    

1) Return on assets 12,12% 8,16%

2) Return on common equity 16,98% 12,22%

b. Operating Performance    

1) Gross profit margin 53,69% 50,94%

2) Operating profit margin 16,36% 11,52%

3) Net profit margin 12,23% 8,86%

c. Aset Utilization    

1) Account receivable turnover         3,29         2,58

2) Inventory turnover         2,52         2,40

3) PPE Turnover         3,94         3,78


4) Total aset turnover         0,99         0,92

Tabel 1. Hasil Analisis Rasio DVLA


Analisis kredit (risiko) atas Laporan Keuangan DVLA untuk tahun 2019 dan 2020 yang
meliputi analisis atas likuiditas dan analisis atas struktur modal dan solvabilitas
memberikan informasi penting sebagai berikut.

 Terdapat indikasi penurunan likuiditas Perseroan pada tahun 2020


dibandingkan dengan kondisi di tahun 2019. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya penurunan rasio lancar (current ratio) dari 2,91 menjadi 2,52 dan
rasio cepat (quick ratio) dari 2,06 menjadi 1,78. Meskipun terjadi
penurunan likuiditas, kondisi yang dialami oleh Perseroan masih dapat
dikatakan aman mengingat kedua rasio tersebut menunjukkan nilai yang
lebih besar dari 1. Selama tahun 2020, Perseroan juga membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk menagih piutang mereka (collection period)
menjadi selama 139 hari, sebulan lebih panjang jika dibandingkan tahun
sebelumnya yang berkisar selama 109 hari. Selain itu, jangka waktu yang
dibutuhkan oleh Perseroan untuk menjual persediaan mereka (days to sell
inventory) bertambah selama 7 hari dari selama 143 hari di tahun 2019
menjadi selama 150 hari di tahun 2020.
 Penurunan likuiditas Perseroan berimplikasi pada meningkatnya utang
Perseroan. Pada tahun 2020, rasio utang terhadap ekuitas (total debt to
equity ratio) meningkat menjadi 0,5 dibandingkan kondisi di tahun 2019
yang sebesar 0,4. Peningkatan utang Perseroan sebagian besar berasal dari
utang yang bersifat jangka pendek dan umumnya dihasilkan dari aktivitas
operasional. Sementara itu, utang jangka panjang Perseroan, meskipun
nilainya tidak sebesar utang jangka pendek, juga mengalami peningkatan
yang ditunjukkan oleh rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (long-
term debt to equity ratio) yang meningkat dari 0,06 menjadi 0,08.
Analisis profitabilitas atas Laporan Keuangan DVLA untuk tahun 2019 dan 2020 yang
meliputi analisis atas tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi, dan
pemanfaatan aset memberikan informasi penting sebagai berikut.

 Analisis atas tingkat pengembalian investasi dilakukan dalam dua aspek,


yaitu tingkat pengembalian atas aset (return on assets) dan tingkat
pengembalian atas ekuitas (return on equity). Penurunan laba bersih yang
dialami oleh Perseroan pada tahun 2020 berimplikasi pada menurunnya
tingkat pengembalian atas aset dan ekuitas Perseroan. Di tahun 2020,
tingkat pengembalian atas aset Perseroan turun menjadi 8,16%
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 12,12%. Tingkat
pengembalian atas ekuitas juga mengalami penurunan dari 16,98% di
tahun 2019 menjadi 12,22% di tahun 2020. Meskipun mengalami
penurunan yang cukup tinggi, tingkat pengembalian atas investasi
Perseroan masih lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga atas instrumen
investasi bebas risiko, misalnya deposito. Sebagai contoh, tingkat suku
bunga yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per 31
Desember 2020 adalah sebesar 5% untuk Bank Umum dan 7,5% untuk
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
 Analisis atas kinerja operasi Perseroan menunjukkan terjadinya penurunan
margin operasi selama tahun 2020. Margin laba bruto (gross profit margin)
Perseroan mengalami penurunan dari 53,69% di tahun 2019 menjadi
50,94% di tahun 2020. Penurunan margin juga terjadi di level laba operasi
(operating profit margin) menjadi 11,52% dibandingkan kondisi di tahun
sebelumnya yang mencapai 16,36%. Secara keseluruhan margin laba
bersih (net profit margin) Perseroan turun dari 12,23% di tahun 2019
menjadi 8,86% di tahun 2020.
 Analisis atas pemanfaatan aset Perseroan ditunjukkan oleh indikator
perputaran atas piutang usaha, persediaan, aset tetap, dan total aset.
Secara garis besar, selama tahun 2020 seluruh indikator menunjukkan
terjadinya penurunan tingkat pemanfaatan atas aset perseroan. Perputaran
piutang usaha (account receivable turnover) turun menjadi 2,58
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,29 dan menunjukkan
terjadinya penurunan kemampuan Perseroan untuk melakukan penagihan
dan pencairan piutang usaha. Perputaran persediaan (inventory turnover)
turun dari 2,52 di tahun 2019 menjadi 2,40 di tahun 2020 dan
menunjukkan penurunan kemampuan perusahaan untuk menjual
persediaannya. Penurunan juga terjadi pada rasio perputaran aset tetap
(PPE turnover) yang menunjukkan berkurangnya pemanfaatan aset tetap
Perseroan dalam menghasilkan pendapatan dari 3,94 di tahun 2019
menjadi 3,78 di tahun 2020. Secara agregat, tingkat pemanfaatan total
aset dalam menghasilkan pendapatan (total assets turnover) mengalami
penurunan di tahun 2020 menjadi 0,92 dibandingkan kondisi di tahun
2019 yang sebesar 0,99.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis atas Laporan Keuangan DVLA untuk tahun 2019 dan 2020
yang meliputi analisis vertikal, analisis horizontal, dan analisis rasio dan hasil valuasi
atas saham DVLA, kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Pandemi Covid-19 secara nyata telah memukul kinerja bisnis secara


keseluruhan, termasuk yang dialami oleh DVLA selama tahun 2020.
Walaupun pendapatan neto tumbuh sebesar 0,92% di tengah pandemi,
terjadi peningkatan yang signifikan atas beban pokok pendapatan sebesar
6,93% sebagai akibat terganggunya rantai pasokan global. Hal ini
mengakibatkan margin laba bruto Perseroan turun dari 53,69% menjadi
50,94%. Komponen beban penjualan dan pemasaran dan beban
administrasi yang selama ini menjadi komponen terbesar di dalam
proporsi beban Perseroan turut mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 1,65% dan 25,84%. Secara agregat, meskipun masih mampu
mencatatkan kinerja positif, laba bersih DVLA pada tahun 2020 mengalami
koreksi sebesar 26,92%. Turunnya laba bersih Perseroan ikut menurunkan
tingkat pengembalian atas ekuitas menjadi 12,12% meskipun nilai ini
masih lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga atas instrumen investasi
bebas risiko.
2. Penurunan laba bersih DVLA berimplikasi pada penurunan arus kas neto
yang diperoleh Perseroan dari aktivitas operasi hingga 60,89%. Penurunan
perputaran piutang dan perputaran persediaan juga turut berkontribusi
terhadap penurunan arus kas neto Perseroan. Meskipun demikian,
Perseroan mampu menjaga komitmen mereka untuk tetap melakukan
pembelanjaan modal dan pembayaran dividen di tengah pandemi. Kondisi
ini mengakibatkan arus kas neto perusahaan menjadi negatif, berbanding
terbalik dengan tahun sebelumnya yang positif, dan kas dan setara kas
Perseroan turun hingga 21,75%.
3. Penurunan kinerja dan arus kas yang dialami DVLA mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur permodalan Perseroan. Walaupun nilai total
aset meningkat sebesar 8,57%, rasio utang terhadap ekuitas juga
mengalami kenaikan dari 0,4 menjadi 0,5. Secara umum, liabilitas
Perseroan meningkat hingga 26,06% dengan proporsi terbesar merupakan
liabilitas jangka pendek. Namun demikian, kondisi likuiditas Perseroan
masih terjaga yang ditunjukkan dengan rasio lancar Perseroan yang—
meskipun mengalami penurunan—lebih besar dari 2.

Anda mungkin juga menyukai